Anda di halaman 1dari 17

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

DAFTAR ISI

Sambutan Kepala Loka PSPL Serang ....................................................................................................i


Sambutan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten ............................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................................................................... v
1. Potensi Kesesuaian Wilayah Wisata Selam di Pulau Tunda, Provinsi Banten ................. 1
2. Pemanfaatan Rubble Karang Jenis Acropora Branching Menjadi Tempat Hidup
Biota Laut Kembali dan Sumber Pemasukan Masyarakat di Pulau Tunda, Banten ... 11
3. Analisis Keberadaan Perifiton sebagai Bioindikator dalam Penentuan Zona
Kawasan Konservasi Perairan Pulau Tunda ..............................................................................19
4. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten .....................................................................................................................................................23
5. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Tunda, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten ....................................................................................................................................33
6. Terumbu Karang di Perairan Pulau Tunda, Pulau Pamujan Besar, dan Pulau
Pamujan Kecil, Provinsi Banten ......................................................................................................45
7. Struktur dan Pola Sebaran Komunitas Asteroidea di Perairan Pulau Tunda,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten .............................................................................................51
8. Kondisi Komunitas Ikan Karang dan Implikasinya terhadap Potensi Wisata di Teluk
Lada dan Pulau Tunda Provinsi Banten .......................................................................................63
9. Penilaian Struktur Komunitas dan Keterkaitan Ikan Terumbu pada Terumbu
Karang di Pulau Tunda, Banten ......................................................................................................75
10. Struktur Komunitas Makrozoobentos serta Implikasinya terhadap Lingkungan di
Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda, Banten.........................................................................87
11. Kelimpahan Makrobhentos di Perairan Pulau Tunda dan Pulau Pamujan Besar,
Provinsi Banten ....................................................................................................................................97

v
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

PENILAIAN STRUKTUR KOMUNITAS DAN KETERKAITAN IKAN TERUMBU PADA


TERUMBU KARANG DI PULAU TUNDA, BANTEN
1,2 1 1 1 1
Karizma Fahlevy , Budi Prabowo , Prakas Santoso , Beginer Subhan , Hawis Madduppa
1
Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor
Agricultural University. Jl. Agatis No.1, Bogor 16680, West Java, Indonesia. Tel./Fax +62 251
8623644
2
Fisheries Diving Club, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University. Jl.
Agatis No.1, Bogor 16680, West Java, Indonesia

Abstrak
Terumbu karang merupakan ekosistem yang memiliki peranan biofisik bagi beragam
biota laut yang salah satunya adalah ikan terumbu. Penelitian dilakukan pada bulan Mei
2017 di Pulau Tunda, Serang, Banten untuk mengetahui persentase tutupan karang keras
dan menilai keterkaitannya dengan komposisi ikan terumbu. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan metode Point Intercept Transect (PIT) untuk pengamatan terumbu karang
dan Underwater Visual Cencus (UVC) untuk pengamatan ikan terumbu. Persentase tutupan
karang terendah terletak di timur Pulau Tunda (36.67±4.06 %) dan tertinggi di Utara Pulau
Tunda (58.67±4.26%). Terdapat perbedaan yang signifikan pada tutupan karang terhadap
stasiun pengamatan (ANOVA, F=14.00, p<0.05), dan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada kelimpahan ikan dan indeks keanekaragaman terhadap stasiun pengamatan.
Nilai korelasi tutupan karang dengan kelimpahan ikan (r=0.95) dan indeks keanekaragaman
(r=0.99) di utara Pulau Tunda lebih tinggi daripada bagian timur. Sebanyak total 1004
individu ikan terumbu yang termasuk kedalam 85 spesies dan 22 famili telah teramati
dengan jumlah spesies tertinggi ialah famili Pomacentridae (damselfishes) diikuti oleh famili
Labridae (wrasses) dan Chaetodontidae (butterflyfishes). Spesies Pomacentrus alexanderae
dan Pomacentrus moluccensis (Pomacentridae) berkontribusi di bagian timur, sedangkan di
bagian utara adalah Chaetodon octofasciatus (Chaetodontidae) dan Scolopsis bilineata
(Nemipteridae). Kelimpahan dan keanakeragaman ikan terumbu di Pulau Tunda memiliki
hubungan dengan tutupan terumbu karang.

Kata Kunci : Variasi, Asosiasi, Multivariat,Ancaman, Korelasi, Kelimpahan

PENDAHULUAN

Ekosistem terumbu karang memiliki peranan penting bagi biota asosiasi yang hidup
di sekitarnya (Zamani 2015). Keberadaan fauna karang memberikan pengaruh terhadap
kelimpahan dan keanekaragaman ikan terumbu (Komyakova et al. 2013). Struktur karang
yang kompleks memberikan perlindungan yang penting bagi ikan terumbu (Alvarez-Filip et
al. 2011). Sebagian besar terumbu karang terancam oleh aktivitas masyrakat lokal seperti
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dan polusi (Sandin et al. 2008). Pulau
Tunda merupakan sebuah pulau berpenduduk yang memiliki ekosistem terumbu karang
disekitarnya (Zamani 2015). Riegl et al. (2012) menjelaskan bahwa ekosistem terumbu
karang yang dekat dengan habitat manusia dapat memberikan dampak terhadap ekosistem
sekitarnya.

75
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

Menurut Zamani (2015),terdapat beberapa ancaman lokal akibat aktivitas kapal dan
wisata terhadap ekosistem terumbu karang di Pulau Tunda. Meningkatnya frekuensi
kerusakan terumbu karang telah mengakibatkan penurunan jumlah spesies ikan terumbu
yang bergantung padanya (MacDonald et al. 2016). Ancaman terumbu karang meningkat
secara global dan lokal akibat pengaruh antropogenik (Baumann et al. 2016). Perubahan
kondisi terumbu karang akan mempengaruhi sumberdaya, dan pemanfaatan relung oleh
komunitas ikan terumbu (Plass-Johnson et al. 2016). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui struktur komunitas dan keterkaitan ikan terumbu terhadap tutupan karang di
Pulau Tunda. Hubungan antara ikan terumbu dengan karang sangat penting untuk resistensi
dan pemulihan ikan terumbu saat menghadapi ancaman lingkungan dan ancaman manusia
(Beldade et al. 2015).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di bagian timur dan utara Pulau Tunda (Gambar 1) pada
tanggal 11 - 13 Mei 2017. Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Serang, Provinsi Banten
(Zamani 2015).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Pengumpulan Data
Pengamatan ikan dan karang dilakukan pada kedalaman 4-6 meter dengan transek
yang dibentangkan sejajar garis pantai. Metode pengamatan tutupan karang hidup
menggunakan Point Intercept Transect (PIT) dengan prinsip pencatatan substrat dasar yang
menyinggung setiap titik tertentu pada transek (Hill dan Willkinson 2004). Pencatatan jenis
substrat dilakukan berdasarkan kategori bentuk pertumbuhan (lifeform) karang dan genus
karang. Untuk jenis biota lainnya dimasukan berdasarkan kategori English et al. (1994).
Pengamatan dilakukan dengan transek sepanjang 50 meter sebanyak 3 kali ulangan dengan
jeda 5 meter. Pengamatan ikan terumbu menggunakan metode Underwater Visual

76
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

Census (Hill dan Wilkinson 2004) yang dilakukan bersamaan dengan setiap transek PIT.
Saat melakukan pengamatan, pengamat menunggu selama 5 sampai 10 menit sebelum
memulai pengamatan sepanjang transek untuk memungkinkan ikan melanjutkan aktivitas
normal mereka (Madduppa et al. 2012a). Pengamat hanya mencatat individu ikan dalam 2,5
m di kedua sisi dan 5 m diatas sepanjang transek. Setiap individu ikan dicatat hingga tingkat
spesies.

Analisis Data
Analisis data karang meliputi persen penutupan (percent cover) karang. Percent cover
digunakan untuk menduga kondisi terumbu karang pada suatu lingkungan perairan
(Estradivari et al. 2007). Persen penutupan karang hidup menurut Wilson dan Green (2009)
dapat dihitung dengan rumus:
ni
Li = L x 100%
Keterangan:
Li: Persentase tutupan Karang (%)
ni : Jumlah titik dalam kategori ke-i
L : Jumlah total titik pada transek
Kelimpahan ikan terumbu dihitung dengan menggunakan persamaan menurut Giyanto
et al. (2014) :
Σni
Ni =
A
Keterangan :
2 -1
Ni : Kelimpahan individu (m )
Σni: Jumlah individu yang diperoleh setiap stasiun (ind)
2
A : Luas daerah pengambilan (m )
Indeks komunitas keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dihitung menggunakan basis
ln (Shanon and Weaver 1949; Magurran 1988) :
H ' = −∑ pi ln( pi)
H’ = Indeks Komunitas Shannon-Wiener
pi = Proporsi individu ke-i

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keterkaitan/keeratan hubungan antara


ikan terumbu dengan tutupan karang. Keeratan hubungan antara satu variabel dengan
variabelyang lain biasa disebut dengan koefisien korelasi (Suparto 2014). Tutupan karang,
kelimpahan ikan terumbu dan indeks keanekaragaman komunitas (H’) dibandingkan antara
kedua lokasi pengamatan menggunakan ANOVA Single Factor dengan perangkat lunak Ms.
Excel 2016. Tingkat signifikansi p<0.05 diterapkan untuk seluruh analisis. Analisis multivariat
dilakukan dengan menggunakan PRIMER 7 (Kruskal 1964; Clarke and Gorley 2006) untuk
menguji komposisi ikan karang diantara kedua lokasi. Analisis of Similarty (ANOSIM) dan
Non-metric multi-dimensional scaling (nMDS) hasil dari transek UVC, disusun melalui
matriks similaritas Bray-Curtis dengan transformasi square root terhadap kelimpahan ikan
terumbu untuk melihat perbedaan komposisi ikan terumbu di kedua lokasi (Longo et al.
2015). SIMPER (similarity percentages – species contribution) digunakan untuk menentukan
karakteristik kedua lokasi berdasarkan komposisi ikan terumbu di dalamnya. Data telah di
standarisasi sebelumnya menggunakan transformasi square root. Presentase cut-off yang
digunakan adalah 90%.

77
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

2
Hasil pengamatan menunujukan rata-rata kelimpahan ikan (176± 9.13 Ind/250 m ),
dan indeks keanekaragaman ikan terumbu (3.09 ± 0.06) di Pulau Tunda bagian timur lebih
tinggi dari Pulau Tunda bagian utara, namun bagian utara Pulau Tunda memiliki rata-rata
tutupan karang yang lebih tinggi (Tabel 1). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
kelimpahan dan indeks keanekaragaman ikan terumbu pada stasiun, namun terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap tutupan karang pada stasiun pengamatan (Tabel 2).
Beberapa faktor yang mempengaruhi persentase tutupan terumbu karang adalah
penangkapan ikan, kualitas perairan (Helpern et al. 2008), pertambangan karang (Subhan et
al. 2008), penyakit karang (Subhan et al. 2011), dan kegiatan wisata (Arini 2013).
Persentase tutupan karang di bagian timur lebih rendah daripada bagian utara dapat
diakibatkan oleh kondisi lingkungan. Tumpukan pasir yang tertahan disepanjang tubir
menjadikan wilayah bagian timur terkena sedimentasi. Hal tersebut dapat menyebabkan
kematian pada terumbu karang di bagian timur. Sedimentasi dapat memberikan dampak
kerusakan pada karang (Halpern et al. 2008).
Kelimpahan (ANOVA F=0.36) dan indeks keanekaragaman ikan terumbu (ANOVA
F=3.61) di Pulau Tunda tidak berbeda nyata pada setiap stasiun (Tabel 2). Masyarakat
Pulau Tunda melakukan penangkapan ikan ramah lingkungan (Zamani 2015). Hal tersebut
menyatakan bahwa kegiatan penangkapan tidak berpengaruh terhadap kelimpahan ikan
terumbu di Pulau Tunda. Maduppa et al. (2012a) menjelaskan bahwa struktur karang sangat
penting bagi ikan terumbu. Namun, rata-rata kelimpahan ikan dan indeks keanekaragaman
ikan terumbu di bagian timur lebih tinggi daripada bagian utara. Hal tersebut dapat
diakibatkan oleh sumber makanan yang berada di Pulau Tunda bagian timur lebih tinggi.
Sumber makanan membedakan komposisi dan perilaku ikan (Fre´de´rich et al. 2009).
Sebagai tambahan, bagian timur Pulau Tunda terletak tidak jauh dari vegetasi mangrove.
Mangrove memberikan manfaat ekologi terhadap kesehatan ekosistem terumbu (Gilby et al.
2016).

Tabel 1. Rata-rata persen tutupan karang dan kelimpahan ikan terumbu di Pulau Tunda
Hard Coral (% Indeks Keanekaragaman (±
2
Stasiun ± SE) Kelimpahan (Ind/250 m ± SE) SE)
Timur Tunda 36.67 ± 4.06 176 ± 9.13 3.09 ± 0.06
Utara Tunda 58.67 ± 4.26 158 ± 28.54 2.77 ± 0.16

Tabel 2. Ringkasan uji ANOVA single Factor (*P<0.05, t.s tidak signifikan)
Variabel Faktordf F P-value
Tutupan Karang Stasiun 1 14.01 *
Kelimpahan Stasiun 1 0.36 t.s
Indeks Keanekaragaman Stasiun 1 3.61 t.s

Nilai koefisien korelasi tutupan karang dengan kelimpahan ikan (r = 0.95) dan indeks
keanekaragaman (r = 0.99) di Pulau Tunda bagian utara lebih tinggi daripada pulau Tunda
bagian timur (Tabel 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa keterkaitan antara ikan terumbu
dengan tutupan karang di Pulau Tunda bagian utara sangat tinggi (Sugiyono 2006).
Kelimpahan ikan di bagian timur pulau Tunda tidak memiliki keterkaitan yang tinggi dengan
terumbu karang. Nilai ini dapat direfleksikan oleh kelimpahan ikan yang dipengaruhi oleh

78
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

faktor selain terumbu karang. Nilai negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah.
Sungkawa (2013) mejelaskan bahwa nilai positif kedua faktor memperlihatkan adanya
hubungan searah.

Tabel 3. Koefisien korelasi tutupan karang, kelimpahan ikan, dan indeks keanekaragaman
ikan terumbu di Pulau Tunda
Indeks
Timur Tunda Tutupan Karang Kelimpahan Ikan Keanekaragaman
Tutupan Karang 1
Kelimpahan Ikan 0.41 1
Indeks Keanekaragaman 0.05 -0.89 1
Indeks
Utara Tunda Tutupan Karang Kelimpahan Ikan Keanekaragaman
Tutupan Karang 1
Kelimpahan Ikan 0.95 1
Indeks Keanekaragaman 0.99 0.90 1

Selama pengamatan didapatkan 1003 individu ikan terumbu yang termasuk kedalam
84 spesies dan 21 famili (Tabel 4). Komposisi 5 famili dengan jumlah spesies tertinggi
tertera pada tabel 5. Komposisi famili dengan jumlah spesies tertinggi ialah famili
Pomacentridae (damselfishes) diikuti oleh famili Labridae (wrasses) dan Chaetodontidae
(butterflyfishes) dan komposisi tersebut sama dengan bagian utara pulau Tunda. Famili
tertinggi ke empat yaitu famili Scaridae (parrotfishes) yang juga memiliki jumlah spesies
lebih tinggi dibandingkan famili lainnya yang biasa ditemukan di pulau Tunda hanya memiliki
komposisi satu spesies di dalamnya. Hanya enam famili yang terdapat di Pulau Tunda
(Tabel 5) yang memiliki komposisi lebih dari satu spesies di dalam familinya. Dari kedua
lokasi pengamatan, famili ikan terumbu tertinggi adalah Pomacentridae dan Labridae, kedua
famili ini merupakan famili yang dominan di beberapa ekosistem terumbu karang di
Indonesia (Meekan et al 1995, Green 1996, Madduppa et al 2012b).

Tabel 4. Total kelimpahan dan trofik level ikan terumbu di Pulau Tunda
Family
Tropik Kategori Timur Tunda Utara Tunda
Species
ACANTHURIDAE
Acanthurus pyroferus herbivore 4 0
APOGONIDAE
Apogon compressus planktivore 0 24
Apogon hartzfeldii planktivore 0 25
Cheilodipterus isostigma carnivore 0 15
BALISTIDAE
Balistapus undulatus omnivore 1 0
Balistoides viridescens omnivore 1 0
CAESIONIDAE
Caesio cuning planktivore 47 63
CENTRISCIDAE
Aeoliscus strigatus planktivore 10 0

79
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

CHAETODONTIDAE
Chaetodon citrinellus coralivore 2 0
Chaetodon collare coralivore 0 2
Chaetodon lineolatus coralivore 0 1
Chaetodon octofasciatus coralivore 9 31
Chaetodon reticulatus coralivore 0 1
Chaetodon trifasciatus coralivore 3 0
Chaetodon wiebeli coralivore 0 1
Chelmon rostratus benthic invertivore 2 0
Heniochus pleurotaenia coralivore 0 5
Heniochus varius coralivore 4 0
EPHIPPIDAE
Platax teira herbivore 0 1
LABRIDAE
Anampses caeruleopunctatus benthic invertivore 1 0
Cheilinus chlorourus benthic invertivore 2 0
Cheilinus fasciatus benthic invertivore 3 0
Choerodon anchorago benthic invertivore 3 0
Cirrhilabrus solorensis planktivore 35 0
Coris aygula benthic invertivore 0 4
Diproctacanthus xanthurus coralivore 0 1
Gomphosus caeruleus benthic invertivore 0 2
Halichoeres hortulanus benthic invertivore 3 0
Halichoeres leucurus benthic invertivore 9 0
Halichoeres melanurus benthic invertivore 2 0
Halichoeres richmondi benthic invertivore 2 0
Hemigymnus fasciatus benthic invertivore 0 2
Hemigymnus melapterus benthic invertivore 10 4
Labroides dimidiatus carnivore 6 27
Thalassoma lunare benthic invertivore 19 21
Thalassoma purpureum benthic invertivore 0 20
Wetmorella nigropinnata benthic invertivore 0 1
LUTJANIDAE
Lutjanus decussatus carnivore 7 0
MULLIDAE
Parupeneus macronema detritivore 2 0
MURAENIDAE
Gymnothorax javanicus carnivore 2 3
NEMIPTERIDAE
Scolopsis bilineata carnivore 10 22
Scolopsis ciliata carnivore 2 0
OSTRACIIDAE
Ostracion cubicus omnivore 0 1
POMACANTHIDAE
Centropyge eibli herbivore 0 2
Centropyge vrolikii herbivore 3 0

80
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

Chaetodontoplus mesoleucus omnivore 7 0


Pomacanthus sexstriatus benthic invertivore 6 0
POMACENTRIDAE
Abudefduf sexfasciatus omnivore 10 7
Abudefduf vaigiensis omnivore 0 22
Amblyglyphidodon aureus planktivore 6 0
Amblyglyphidodon curacao planktivore 22 20
Amblyglyphidodon leucogaster planktivore 30 8
Amphiprion clarkii omnivore 0 2
Amphiprion ocellaris omnivore 3 11
Amphiprion sandaracinos omnivore 9 6
Chromis atripectoralis planktivore 40 0
Chromis lepidolepis planktivore 0 4
Chromis opercularis planktivore 0 3
Chrysiptera leucopoma herbivore 0 1
Dascyllus trimaculatus planktivore 5 0
Dischistodus prosopotaenia planktivore 15 7
Neoglyphidodon melas omnivore 1 0
Neoglyphidodon nigroris planktivore 5 5
Pomacentrus alexanderae omnivore 75 0
Pomacentrus amboinensis omnivore 7 3
Pomacentrus auriventris omnivore 15 0
Pomacentrus lepidogenys omnivore 3 0
Pomacentrus littoralis omnivore 0 1
Pomacentrus moluccensis omnivore 25 49
Pomacentrus nigromanus omnivore 0 6
Pomacentrus simsiang omnivore 0 18
Pomacentrus taeniometopon herbivore 0 1
Premnas biaculeatus omnivore 0 2
SCARIDAE
Scarus frenatus herbivore 0 1
Scarus ghobban herbivore 1
Scarus quoyi herbivore 3 1
Scarus rivulatus herbivore 25
Scarus tricolor herbivore 2 2
SCORPAENIDAE
Pterois antennata benthic invertivore 0 2
Pterois volitans benthic invertivore 0 3
SIGANIDAE
Siganus virgatus herbivore 9 7
SYNGNATHIDAE
Dunckerocampus dactyliophorus benthic invertivore 0 1
TETRAODONTIDAE
Arothron mappa omnivore 0 1
ZANCLIDAE
Zanclus cornutus herbivore 1 1

81
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

Tingginya keanekaragaman ikan terumbu di pulau Tunda, di sebabkan karena pulau


Tunda memiliki ekosistem tropik pesisir yang lengkap seperti mangrove, padang lamun dan
asosiasi ikan terumbu (Zamani 2015; Darus et al. 2016), menjelaskan secara keseluruhan di
kedua lokasi memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Secara umum, bagian Timur
dan Utara Pulau Tunda di dominasi oleh beberapa spesies dengan, dalam tiga famili
(Pomacentridae, Labridae dan Chaetodontidae). Famili Pomacentridae dan Labridae
merupakan ikan mayor yang memiliki kontribusi sebagai rantai makanan dalam ekosistem
terumbu karang (Dartnal dan Jones 1986), di bagian Utara pulau Tunda memiliki komposisi
spesies ikan terumbu famili Pomacentridae lebih tinggi dibandingkan dengan bagian Utara
namun bagian timur Pulau Tunda memiliki komposisi spesies ikan terumbu Labridae lebih
tinggi dibandingkan dengan sisi lainnya. Sebagian besar spesies Labridae merupakan
invertivora bentik di lain sisi sebagian besar spesies Pomacentridae merupakan omnivora
dan planktivora (Froese and Pauly 2017), sehingga terlihat dari Tabel 4 bahwa tutupan
bentik di ekosistem terumbu karang bagian Utara pulau Tunda lebih banyak di tutupi oleh
tumbuhan seperti alga sehingga menyebabkan tingginya komposisi ikan terumbu spesies
Pomacentridae, begitupun sebaliknya di bagian Timur pulau Tunda memiliki komposisi
hewan bentik kecil lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan tingginya komposisi ikan
terumbu spesies Labridae.

Tabel 5. Komposisi jumlah spesies dari 5 famili ikan terbanyak di dua lokasi pengamatan di
Pulau Tunda
Famili Ikan Nama Umum Species %Total Species
(a) Timur Tunda
Pomacentridae Damselfishes 16 30.8
Labridae Wrasses 12 23.1
Chaetodontidae Butterflyfishes 5 9.6
Scaridae Parrotfishes 4 7.7
Balistidae Triggerfishes 2 3.8
(b) Utara Tunda
Pomacentridae Damselfishes 19 35.8
Labridae Wrasses 9 17.0
Chaetodontidae Butterflyfishes 6 11.3
Scaridae Parrotfishes 3 5.7
Apogonidae Cardinalfishes 3 5.7

Perbedaan yang signifikan pada tutupan karang mempengaruhi beberapa famili ikan
seperti Chaetodontidae (coralivora) dan Scaridae (herbivora) (Glyn 1990, Francini-Filho et al
2008). Tabel 5 menunjukkan kelimpahan spesies famili Chaetodontidae dan Scaridae lebih
tinggi di bagian Timur pulau Tunda. Hal tersebut menunjukkan jika di bagian Timur pulau
Tunda memiliki tutupan bentik terumbu karang baik yang masih hidup ataupun sudah mati,
lebih banyak dibandingkan dengan Utara pulau Tunda yang memiliki tutupan bentik berupa
alga dan kategori substrat lainnya. Caesio cuning (Caesionidae) merupakan salah satu
spesies yang berasosiasi dekat dengan kedua lokasi pengamatan (Tabel 6). Hal ini
disebabkan karena letak kedua lokasi yang tidak jauh dan spesies Caesio cuning
merupakan jenis ikan perenang cepat saat sudah dewasa (Ackiss et al 2013) yang memiliki
ruang gerak yang besar sehingga memungkinkan sekumpulan Caesio cuning yang sama
dapat ditemukan di dua lokasi yang berdekatan. Namun di lain sisi, bagian timur pulau

82
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

Tunda di asosisasi oleh spesies Pomacentrus alexanderae dan Pomacentrus moluccensis


(Pomacentridae) yang menjadi spesies paling khas di habitat perairan timur pulau Tunda,
sedangkan di bagian utara pulau Tunda adalah Chaetodon octofasciatus (Chaetodontidae)
dan Scolopsis bilineata (Nemipteridae).

Tabel 6. Komposisi kontribusi tertinggi 10 spesies ikan terumbu di Pulau Tunda berdasarkan
analisis SIMPER
Rata-rata Rata-rata %
Spesies ikan terumbu per stasiun % Komulatif
Kelimpahan Kesamaan Kontribusi
Timur Tunda,
average similarity: 51.72
Pomacentrus alexanderae 4.83 5.90 11.40 11.40
Caesio cuning 3.92 5.43 10.49 21.89
Pomacentrus moluccensis 2.88 4.21 8.14 30.03
Amblyglyphidodon curacao 2.68 3.68 7.12 37.15
Dischistodus prosopotaenia 2.24 3.47 6.72 43.87
Scarus Rivulatus 2.78 3.47 6.72 50.58
Hemigymnus melapterus 1.82 2.69 5.20 55.79
Amphiprion sandaracinos 1.72 2.37 4.58 60.36
Chaetodon octofasciatus 1.72 2.37 4.58 60.36
Siganus virgatus 1.72 2.37 4.58 60.36
Utara Tunda,
average similarity: 37.87
Caesio cuning 4.55 7.61 20.09 20.09
Chaetodon octofasciatus 3.19 5.32 14.04 34.13
Scolopsis bilineata 2.71 4.88 12.89 47.02
Pomacentrus moluccensis 3.30 2.71 7.15 54.17
Abudefduf vaigiensis 2.21 2.23 5.88 60.06
Labroides dimidiatus 2.44 1.91 5.06 65.11
Amblyglyphidodon curacao 2.11 1.78 4.70 69.82
Thalassoma lunare 2.14 1.59 4.21 74.02
Pomacentrus simsiang 1.95 1.58 4.16 78.19
Amphiprion ocellaris 1.56 1.29 3.41 81.59

Gambar 2 menunjukkan hasil analisis MDS bahwa adanya pengelompokkan antara


spesies ikan terumbu bagian timur dan utara Pulau Tunda (ANOSIMtimur-utara; R=0.63). Nilai
koefisien (stress) menunjukkan angka kurang dari 0.2. Hal tersebut menunjukkan
pengambilan sampel di Pulau Tunda cukup representatif (Adrim et al. 2012). Beberapa
faktor yang mempengaruhi pengelompokkan ikan terumbu adalah habitat terumbu karang
(Madduppa et al. 2012a) dan kolam pasang (Longo et al. 2015). Kelimpahan beberapa
spesies ikan spesifik memiliki korelasi dengan karakteristik substrat (Harborne et al. 2012).

83
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

Gambar 2. Analisis multivariat Non-metric MDS berdasarkan kelimpahan 85 spesies


ikan terumbu di Pulau Tunda

KESIMPULAN

Tutupan karang di bagian timur Pulau Tunda lebih rendah daripada di bagian utara.
Nilai kelimpahan ikan dan keanekaragaman ikan terumbu di bagian timur Pulau tunda lebih
tinggi daripada bagian utara Pulau Tunda dapat disebabkan oleh ketersediaan sumberdaya
makanan dan keberadaan ekosistem mangrove. Terdapat hubungan yang positif antara
tutupan terumbu karang dengan ikan terumbu. Hubungan antara ikan terumbu dengan
terumbu karang memiliki nilai korelasi yang tinggi di Pulau Tunda bagian utara.
Pomacentridae merupakan famili yang paling mendominasi di Pulau Tunda, diikuti dengan
Labridae, dan Chaetodontidae. Tiga spesies ikan yang berkontribusi di bagian Timur adalah
Pomacentrus alexanderae, Caesio cuning, Pomacentrus moluccensis, sedangkan di bagian
utara Pulau Tunda adalah Caesio cuning, Chaetodon octofasciatus, dan Scolopsis bilineata.

DAFTAR PUSTAKA

Ackiss A, Pardede S, Crandall ED, Ablan-Lagman MA, Ambariyanto, Romena N, Barber PH,
Carpenter KE. 2013. Pronounced genetic structure in a highly mobile coral reef fish,
Caesio cuning, in Coral Triangle. Mar. Ecol. Prog. Ser. 480: 185-197.
Adrim M, Harahap SA, Wibowo K. 2012. Struktur komunitas ikan karang di perairan kendari.
Ilmu Kelautan. 17 (3):154-163.
Alvarez-Filip, Gill LJA, Dulvy NK. 2011. Complex reef architecture supports more small-
bodied fishes and longer food chains on Caribbean reefs. Ecosphere 2(10):118.
doi:10.1890/ES11-00185.1.

84
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

Arini DID. 2013. Potensi terumbu karang indonesia “Tantangan dan Upaya Konservasinya”.
INFO BPK Manado. 3 (2) : 147 – 173.
Baumann JH, Townsend JE, Courtney TA, Aichelman HE, Davies SW, Lima FP, Castillo
KD. 2016. Temperature Regimes Impact Coral Assemblages along Environmental
Gradients on Lagoonal Reefs in Belize. PLoS ONE 11(9): e0162098.
doi:10.1371/journal.pone.0162098
Beldade R, Mills SC, Claudet J, Cồte IM . 2015. More coral, more fish? Contrasting
snapshots from a remote Pacific atoll. PeerJ 3:e745;doi: 10.7717/peerj.745.
Dartnal AJ dan Jones M. 1986. A Manual of Survey Methods; Living Resources in Coastal
Areas. ASEAN-Australia Cooperative Program On Marine Science Handbook.
Townsville: Australian Institute of Marine Science. 166 p.
Darus RF, Dedi, Juraij, Syahrial, Lestari DF, Nugraha AH, Zamani NP. 2016.
Keanekaragaman hayati ekosistem pesisir di Pulau Tunda, Kabupaten Serang,
Banten. Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Wilayah Pesisir dan
Pulau – Pulau Kecil Berkelanjutan Menuju Kedaulatan Maritim [Prodising].
Universitas Trunojoyo Madura.
English S, Wilkinson C, Baker V. 1994. Survey manual for tropical marine resources.
Townsville (AU): Australian Institute of Marine Science.
Estradivari, Syahrir M, Susilo N, Yusri S, Timotius S. 2007. Jakarta coral reefs: Long-term
monitoring of the Kepulauan Seribu coral reefs (2004-2005). Yayasan Terangi
,Jakarta. 87 p.
Francini-Filho RB, Moura RL, Ferreira CM, Coni EOC. 2008. Live coral predation by
parrotfishes (Perciformes: Scaridae) in the Albrolhos Bank, eastern Brazil, with
comments on the classification of species into functional groups. Neotrop. Icththyol.
6(2): 191-200.
Fre´de´rich, B., G. Fabri, G. Lepoint, P. Vandewalle, and E. Parmentier. 2009. Trophic
niches of thirteen damselfishes (Pomacentridae) at the Grand Re´cif of Toliara,
Madagascar. Ichthyological Research, 56:10–17.
Froese R and Pauly D. 2016. FishBase - Worldwide web electronic publication.
www.fishbase.org. Accesed 20 Aug 2016.
Gilby BL, Olds AD, Connolly RM, Stevens T, Henderson CJ, Maxwell PS, et al. (2016)
Optimising Land-Sea Management for Inshore Coral Reefs. PLoS ONE 11(10):
e0164934. doi:10.1371/journal.pone.0164934.
Giyanto, Manuputty AEW, Abrar M, Siringoringo RM, Suharti SR, Wibowo K, Arbi INEUYA,
Cappenberg HAW, Sihaloho HF, Tuti Y, Anita DZ. 2014. Panduan Monitoring
Kesehatan Terumbu Karang.Jakarta (ID): COREMAP CTI LIPI.
Green L. 1996 Spatial, Temporal and Ontogenetic Patterns of Habitat Use Coral Reef fishes.
Glynn PW. 1994. Resources use by corallivorous butterflyfishes (Family Chaetodontidae) in
Hawaii. Bull. Mar. Sci. 54: 535-545.
Komyakova V, Munday PL, Jones GP. 2013. Relative Importance of Coral Cover, Habitat
Complexity and Diversity in Determining the Structure of Reef Fish Communities. PLoS
ONE 8(12): e83178. doi:10.1371/journal.pone.0083178
Halpern BS, Walbridge S, Selkoe KA, Kappel CV, Micheli F, D'Agrosa C, et al. A global map
of human impact on marine ecosystems. Science. 2008; 319(5865):948±52.
Harborne AR, Mumby PJ, Ferrari R. 2012. The effectiveness of different meso-scale rugosity
metrics for predicting intra-habitat variation in coral-reef fish assemblages.
Environmental Biology of Fishes. 94(2): 431–442.

85
Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

Hill J, Wilkinson C. 2004. Methods For Ecological Monitoring of Coral Reefs. A Resource For
Managers.Australian Institute of Marine Science. Townsville (AU): p. 123.
Longo GO, Morais RA, Martins CDL, Mendes TC, Aued AW, Cândido DV, de Oloveiras JC,
Nunes LT, Fontoura L, Sissini MN, et al. 2015. Between-Habitat Variation of Benthic
Cover, Reef Fish Assemblage and Feeding Pressure on the Benthos at the Only Atoll
in South Atlantic: Rocas Atoll, NE Brazil. PLoS ONE 10(6): e0127176.
MacDonald C, Bridge TCL, Jones GP. 2016. Depth, bay position and habitat structure as
determinants of coral reef fish distributions:Are deep reefs a potential refuge?. Mar
Ecol Prog Ser, 561: 217–231
Madduppa HH, Ferse SCA, Aktani U, Palm HW. 2012a. Seasonal trends and fish-habitat
associations around Pari Island, Indonesia: setting a baseline for environmental
monitoring. Environmental Biology of Fishes, 95:383-398.
Madduppa HH, Agus SB, Farhan AR, Suhendra D, Subhan B. 2012b. Fish biodiversity in
coral reefs and lagoon at the Maratua Island, East Kalimantan. Biodiversitas, 13 (3):
146 145-150.
Maguran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurment. Pricenton (US): Pricenton
University Press.
Meekan MG, Steven ADL and Fortin MJ. 1995. Spatial patterns in the distribution
of damselfish on a friging coral reefs. Coral reefs. 14: 151-161.
Plass-Johnson JG, Taylor MH, Husain AAA, Teichberg MC, Ferse SCA (2016) Non-Random
Variability in Functional Composition of Coral Reef Fish Communities along an
Environmental Gradient. PLoS ONE 11(4): e0154014. doi:10.1371/journal.
pone.0154014.
Sandin SA, Smith JE, DeMartini EE, Dinsdale EA, Donner SD, Friedlander AM, Konotchick
T, Malay M, Maragos JE, Obura D, et al. 2008. Baselines and Degradation of Coral
Reefs in the Northern Line Islands. PLoS ONE 3(2): e1548.
doi:10.1371/journal.pone.0001548
Shannon CE, Weaver W. 1949. The Mathematical Theory of Communication. Urbana (US):
University Illonis Press.
Subhan B, Arafat D, Andono G, Mursalin, Madduppa H. 2008. Study on substrate cover in
coral reefs region in Karang Beras, Air, Panggang, and Pramuka Island, Seribu
Archipelago, Special Capital Region, Jakarta. Proceedings of the seminar and the
2008 National Conference on Waters Utilization of Aquatic Resources Sector.
Subhan B, Rahmawati F, Arafat D, Bayu NA. 2011. Kondisi kesehatan karang fungiidae di
perairan pulau pramuka, kepulauan seribu. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan.
2 (1) : 41-50.
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): CV Alfabeta.
Sungkawa I. 2013.Penerapan analisis regresi dan korelasi dalam menentukan arah
hubungan dua faktor kualitatif pada tabel kontingensi. J Met Stat. 13(1): 33-4.
Wilson J, Green A. 2009. Biological Monitoring Methods For Assessing Coral Reef Health
and Management Effectiveness of Marine Protected Areas In Indonesia Version 1.0.
The Nature Conservancy:Indonesia. p. 46.
Zamani NP. 2015. Kelimpahan Acanthaster plancii sebagai indikator kesehatan karang di
perairan pulau Tunda, Kabupaten Serang, Banten. Journal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. Vol 7(1): 273-286.

86
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai