ABSTRAK
Pulau Mega di Kabupaten Bengkulu Utara merupakan Pulau Kecil yang berada di perairan
Samudera Hindia sebelah barat Pulau Sumatera yang memiliki kelimpahan sumber daya
kelautan dan perikanan, khususnya jasa lingkungan berupa keindahan pantai pasir putih dan
terumbu karang beserta ekosistem asosiasinya, sebagai potensi yang sangat penting bagi
pengembangan kawasan di masa depan, khususnya pembangunan kegiatan wisata bahari
berbasis konservasi. Sebagai upaya untuk mendukung pengembangan kegiatan wisata bahari
dimaksud, maka ketersediaan informasi tentang keragaan sumber daya di Pulau Mega adalah
suatu keharusan, mengingat hal tersebut merupakan informasi penting yang sangat membantu
bagi pemerintah ataupun para investor bidang wisata bahari untuk berinvestasi di pulau-pulau
kecil. Metode survei digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data primer dan
data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pulau Mega memiliki potensi yang layak
untuk dikembangkan sebagai daerah wisata bahari.
Hindia terletak di sebelah barat Pulau Su- Untuk mendapatkan data kelim-
matera dengan jarak sekitar 60 mil laut dari pahan ikan karang digunakan metode sen-
Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu sus visual ikan yakni Metode Reef Re-
Utara. Waktu pelaksanaan penelitian ini sources Assesment (RRA) (English dkk,
direncanakan akan dilaksanakan mulai bu- 1994). Metode RRA merupakan pengem-
lan Juli 2018 sampai bulan Oktober 2018. bangan dari metode Manta Tow. Peralatan
Data primer diperoleh dari survei yang digunakan dalam melakukan sensus
lapangan dan wawancara dengan respond- visual adalah hanya masker, fin dan pa-
en kunci (key person). Lokasi pengambilan pan pencatat. Pencatat berenang (fin
data biofisik dilakukan di perairan dan swimming)mengikuti transek sepanjang 50
daratan Pulau Mega meliputi 4 (empat) m dengan lebar pengamatan 2,5 m kiri dan
stasiun pengamatan, terdiri dari 2 stasiun kanan ( lebar daerah pengamatan 5 m) dan
darat/pantai dan 2 stasiun perairan/laut. lamanya pengamatan selama 5 – 10 menit,
Penentuan stasiun penelitian dilakukan sehingga diperkirakan luas daerah penga-
secara sengaja (pusposive sampling) matan setiap stasiun seluas 250 m 2 (50 m
didasarkan pertimbangan bahwa lokasi sta- x 5 m) . Jadi luas wilayah pengamatan 1
siun daerah yang aman dan tertutup dari stasiun RRA adalah 250 m2
hempasan gelombang serta kondisi pantai Ikan yang teridentifikasi dicatat di
yang dilakukan secara visual. kertas yang kedap air atau difoto sepanjang
Pengamatan biota ekosistem transek selanjutnya identifikasi jenis ikan
terumbu karang dilakukan pada stasiun 1 dibantu dengan buku ikan terumbu
(snorkling) dan stasiun 2 (diving) menurut Kuiter (1992), Leiske dan Myers
menggunakan metode transek garis me- (1997) dan Allen (2000).
nyinggung (Line Intercept Transect, LIT). Pengambilan data kondisi pantai
Transek garis dibuat dengan cara memben- (kemiringan, tipe, lebar, penutupan la-
tangkan rol meter berskala sepanjang 50 han/vegetasi), kedalaman perairan, materi-
meter. Transek diletakkan sejajar garis al dasar pantai, kecepatan arus, kedalaman
pantai dengan mengikuti kontur kedalaman dan ketersediaan air tawar dilakukan me-
(English dkk,1994). Pengamatan kemudian lalui observasi dan pengukuran langsung di
dilakukan sepanjang transek dengan men- lapangan. Peralatan yang digunakan meli-
catat transisi berdasarkan bentuk pertum- puti meteran, GPS, dan current meter dan
buhan (lifeform) koloni karang, biota dan secchi disk.
komponen abiotik lain. Bentuk pertum-
buhan (lifeform) memiliki kode-kode ter- HASIL DAN PEMBAHASAN
tentu (English dkk, 1994).
(St-2) sebanyak 11 jenis. Adapun jenis ikan karang yang terdiri dari 8 famili
lifeform yang ditemukan antara lain (Tabel 5). Famili ikan karang yang banyak
Acropora branching (ACB), Acropora ditemukan jenisnya adalah dari famili
digitate (ACD), Acropora encrusting Pomacentridae, Acanthuridae dan
(ACE), Acropora submassive (ACS), Chaetodontidae. Nurjanah et al. (2011)
Acropora tabulate (ACT), Coral mengatakan bahwa kelimpahan ikan
branching (CB), Coral encrusting (CE), tertinggi dari famili Pomacentridae
Coral foliose (CF), Coral massive (CM), diindikasikan karena pola aktifitas ikan
Coral submassive (CS), Coral mushroom dari famili tersebut cenderung aktif pada
(CMR), Coral heliophora (CHL), Soft siang hari (diurnal), untuk mencari makan
coral (SC) dan Sponge (SP). Jenis dan tinggal di habitat terumbu karang dan
lifeform yang dominan ditemukan di lokasi memakan plankton yang terdapat di
snorkling adalah lifeform Acropora lingkungan
branching sedangkan di lokasi wisata
selam (diving) didominasi oleh jenis
lifeform Coral foliose
Mega tersebut masih banyak yang perlu Ekonomi Kawasan Wisata Bahari
dikaji terutama masalah lahan untuk di Pulau-pulau Kecil. Departemen
pengembangan infrastruktur dan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
aksesbilitas. Serta perlu juga dikaji lebih 209 hlm.
jauh potensi lainnya seperti potensi English, S., C. Wilkinson, V. Baker. 1994.
perikanan potensi energi. Pulau Mega Survey manual for tropical marine
kondisi alamnya masih relatif baik, resources. Australian Institute of
sehingga perlu dilakukan upaya kajian Marine Science. Townsville. 390 p.
untuk menetapkan kawasan pulau Mega Nurjanah, Abdullah A, Kustiariyah. 2011.
sebagai kawasan konservasi. Pengetahuan dan Karakteristik
Bahan Baku Hasil Perairan.IPB
DAFTAR PUSTAKA PressBogor
Rangkuti F. 2013. Analisis SWOT: Teknik
Bakhtiar, D.; A. Djamali; Z. Arifin dan T. Membedah Kasus Bisnis-
Sarwono. 2012. Struktur Reorientasi Konsep Perencanaan
Komunitas Ikan Karang Di Perairan Strategis untukMenghadapi Abad
Pulau Tikus Kota Bengkulu. 21. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Prosiding Seminar Nasional dan Utama.
Rapat Tahunan Bidang Ilmu-ilmu Setiawan F. 2011. Panduan Lapangan
Pertanian BKS-PTN Wilayah Identifikasi Ikan Karang dan
Barat, Medan 3-5 April 2012. Invertebrata Laut. Wildlife
Bato M., F. Yulianda, A. Fahruddin. 2013. Conservation Society, Manado.
Kajian manfaat kawasan konservasi Yulianda F, A.Fahrudin, A.A. Hutabarat,
perairan bagi pengembangan S. Harteti, Kusharjani, H.S. Kang.
ekowisata bahari: Studi kasus di 2010. Pengelolaan Pesisir dan Laut
kawasan konservasi perairan Nusa Secara Terpadu (Integrated
Penida, Bali. Depik, 2(2): 104-11 Coastal and Marine Management).
Bengen, D.G. 2003. Definisi, batasan dan Bogor (ID): Pusdiklat Kehutanan-
realitas pulau-pulau kecil. Makalah Departemen Kehutanan Ri, Secem–
disampaikan pada Seminar Sehari Korea International Cooperation
Validasi Jumlah Pulau-pulau dan Agency.
Panjang Garis Pantai di Indonesia, Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari
17 April 2003, Jakarta. Sebagai Alternatif Pemanfaatan
DKP Provinsi Bengkulu. 2015. DED Pulau Sumberdaya Pesisir Berbasis
Mega untuk Wilayah Kelautan. Konservasi. Makalah Disampaikan
Dinas Kelautan dan Perikanan dalam Seminar Sains Pada
Provinsi Bengkulu. Departemen Manajemen
DKP. 2007. Laporan Akhir Model Sumberdaya Perairan. Institut
Pengembangan dan Valuasi Pertanian Bogor.