Anda di halaman 1dari 7

Bakhtiar, Agim Yustian.

Reef Platform Dan Fasies Karbonatan Di Pulau Mahitam

Reef Platform Dan Fasies Karbonatan Di Pulau Mahitam

Agim Yustian Bakhtiar1.a, Dwi Novita1 , Arjun Purwoko1 , Sabario Simanjuntak1, Mayang Oktavio
Aji1, Danang Satrio Bagaskoro1, Lammartu Satria Sagala1, Nyanyu Verli1, Annisa Fissilmi1., Febby
Wahyuningtyas Pratiwi1, Muhammad Adrio1 , Junelly Limbong A.E1,
1
Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknogi Produksi dan Industri, Institut Teknologi Sumatera
a
agim.118150026@student.itera.ac.id

Abstract
Reef environment is one of very important component in geology. Beside it’s function become
habitat .for so many marine species, reef environment is one of depotitional environment which
become main source of carbonate material. Furthermore, Reef environment’s roles in geology
become important because reef environment can become evidence for environment analytics,
paleoenvironment reconstruction, oceanography, also become one of source rock for
hidrocarbon. For that reason, in Saturday 2 November 2019 at mahitam island, we did an
excursion to more studying and learning about reef environment, it’s depotitional system and
connection between environment and its litofacies. Also we learn about how ocean factor such
wave, tidal force, bio factor would have effect to environment. Result, we learn and we know
what is reef environment and connection between it”s component and it’s important roles for
our Earth system. Also we know correlation between environment and carbonate facies itself.

Keyword: Reef environment, depotitional environment, paleoenvironment reconstruction,


carbonates facies

Abstrak

Lingkungan terumbu adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam geologi. Selain
fungsinya menjadi habitat bagi begitu banyak spesies laut, lingkungan terumbu adalah salah
satu lingkungan pengendapan yang menjadi sumber utama material karbonat. Lebih jauh lagi,
peran lingkungan terumbu dalam geologi menjadi penting karena lingkungan terumbu dapat
menjadi bukti untuk analisis lingkungan, rekonstruksi paleoenvironment, oseanografi, juga
menjadi salah satu batuan induk untuk hidrokarbon. Untuk alasan itu, pada hari Sabtu 2
November 2019 di Pulau Mahitam, kami melakukan ekskursi untul lebih banyakbelajar tentang
lingkungan terumbu, sistem pengendapan dan hubungan antara lingkungan dan litofasiesnya.
Kami juga belajar tentang bagaimana faktor lautan seperti gelombang, gaya pasang surut, faktor
bio akan berpengaruh terhadap lingkungan. Hasilnya kami belajar dan mengetahui apa itu
lingkungan terumbu dan hubungan antar komponen penyusunnya dan peran penting untuk
sistem Bumi kita. Juga kami mengetahui korelasi antara lingkungan dan fasies karbonat itu
sendiri.

Katakunci: Lingkungan terumbu karang, lingkungan pengendapan, rekonstruksi


paleoenvironment, fasies karbonat.

1
Bakhtiar, Agim Yustian. Reef Platform Dan Fasies Karbonatan Di Pulau Mahitam

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan terumbu karang adalah sebuah sistem ekosistem yang dibentuk oleh
komunitas dari hewan bentonik-sesil yang memiliki rangka luar kapur (calcareous
eksoskeleton). Komunitas ini menyusun sistem kerangka besar yang menjadi habitat
bagi banyak spesies laut. Pada umumnya, lingkungan ini ditemukan di laut dangkal.
Lingkungan ini sangat penting dalam geologi karena lingkungan ini merupakan salah
satu lingkungan pengendapan material sedimen terutama karbonatan seperti gamping
terumbu dan turunannya. Selain itu pula, lingkungan ini penting dalam proses proses
rekonstruksi paleoenvironment, aspek aspek oseanografi yang mempengaruhi wilayah
tersebut. Sehingga karen pentingnya mempelajari lingkungan terumbu karang pada
tanggal 2 November 2019 kami melakukan ekskursi di Pantai Mahitam untuk
menyelidiki lingkungan pengendapan terumbu dan fasies fasies serta serta faktor
pengontrolnya.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan pada praktikum ini berkutat pada:
a. Apa itu dan bagaimana sistem serta komponen dari lingkungan terumbu karang
b. Fasies batuan apa saja yang nanti terbentuk dan mengapa dapat terjadi

1.3 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari ekskursi ini adalah
a. Mampu mengetahui posisi dipeta berdasar orientasi medan,
b. Mampu menentukan zona fasies lingkungan pengendapan,
c. Dapat mendeskripsikan sampel,
d. Dapat mendeskripsikan lingkungan berdasar bio-indikator

1.4 Potensi dan Manfaat Praktikum


Potensi dan manfaat dari praktikum adalah
a. Sebagai sebuah media pembelajaran atas lingkungan terumbu karang.
b. Sebagai model dan simulasi dalam teknis pengenalan lingkungan terumbu karang
serta kompones dan diagenesis litofasies di dalamnya.

1.5 Tinjauan Pustaka


Reef environment adalah sebuah ekosistem yang platformnya dibentuk oleh komunitas
hewan yang memiliki rangka luar kapur ( calcareous exosceleton) (Mason, 2018). Reef
environment selain menjadi habitat bagi banyak hewan laut, tapi juga berperan sebagai
lingkungan pengendapan, terutama bagi proses dan material pembentuk batugamping.
Selain itu pula ,reef environment juga dapat menjadi petunjuk dalam melakukan
rekonstruksi paleoenvironment serta berperan sebagai salah satu sistem source rock
hidrokarbon (Raham, 2009). Reef environment , pertumbuhannya sangat dipengaruhi

2
Bakhtiar, Agim Yustian. Reef Platform Dan Fasies Karbonatan Di Pulau Mahitam

beberapa faktor seperti kejernihan, suhu dan tekanan, nutrisi, dan masih banyak lainnya
(Stearn, 1989). Reef environment biasanya terdapat dilaut dangkal dimana cahaya
masih mampu menembus dan suhu masih hangat. Hal ini selain disebabkan karena
faktor dari reefnya sendiri, namun karena reef yang kebanyakan disusun oleh koral atau
porifera banyak dibantu oleh alga dalam mendapatkan makanan sehingga perlu tempat
hidup yang baik agar dapat terjadinya simbiosis (Ray, 2008). Reef yang telah mati,
nantinya akan menjadi suplai karbonat dalam pembentukan gamping terumbu.selain itu,
itu akan menjadi substrat tempat calon reef yang masih berupa larva untuk tumbuh
(P.McFall, 1972).

2. Hasil dan Pembahasan


2.1 Orientasi Medan
Ekskursi dimulai dengan penentuan posisi dipeta berdasarkan orientasi medan dan
kondisi sekitar. Langkah pertama ialah penentuan lokasi dipeta besar(terlampir) untuk
melihat kedudkan dipeta. Digunakan 3 titi acuan, dimana garis perpotongan ini nantinya
menjadi posisi kami dipeta secara perkiraan yang nantinya akan dipastikan denga global
positioning system (GPS). Tiga titik yang digunakan adalah Gunung Betung, Pulau tegal
Mas dan barisa perbukitan di timur laut. Kami kemudian diminta untuk membidik tiga
titik acuan lau menarik back azimuth sehingga nantinya tiga garis akan saling silang di
satu titik. Hasil bidikan Gunung Betung, didapat nilai back azimuth sebesar N 145°E
(Bearing S 35° E), bidikan pulau tegal mas dan barisan bukit di timur laut, memberikan
back azimuth sebesar N 225° E (Bearing S 45° W). Perpotongan garis yang telah diplot
mengarah pada satu titik dengan koordinat ( UTM 4.02666;84.02666733). setelah itu
dilakukan orientasi garis pantai untuk menentukan luas cakupan kerja nati. Garis pantai
berorientasi di tenggara dengan azimuth N 120° E (S 60° E), zona eksplorasi darat
berada pada azimuth N 210° E (S 30° W). dan Eksplorasi laut berada di zona N 30° E (S
30° E).

2.2 Terrestrial
Terrestrial zone adalah zona daratan dimana daerah ini belum masuk zona transisi atau
coastal. Terrestrial masih bagian dari zona daratan yang bioindikatornya masih
ditemukan vegetasi daratan seperti rumput dan pohon kelapa. Jenis tanah di daerah ini
berbeda dengan pantai, karena daerah terrestrial tanahnya adalah hasil pelapukan
material darat yang dimana ditunjukkan oleh karakteristik warna dan sifatnya. Pada
zona ini diambi dua sampel dalam interval 1 meter (interval (-2-(-1) m dan -1-0 m). Dari
kedua sampel, didaerah tersebut berdasar skala wentworth ukuran butir berada diukuran
lanau. Hal ini disebakan karena fluktuasi suhu dan faktor air yang cukup besar sehingga
terjadi pelapukan mekanis yang cukup baik. Porositas cukup baik, namun
permeabilitasnya cukup buruk. Hal ini menyebabkabkan tanaman yang hodup di daerah
ini memiliki karaktristik akar serabut yang sifatnya piercing untuk menembus tanah
yang cukup padat itu.

3
Bakhtiar, Agim Yustian. Reef Platform Dan Fasies Karbonatan Di Pulau Mahitam

Gambar 1 sampel terrestrial

2.3 Pantai
Zona pantai (coastal environment) adalah zona peralihan dari darat menuju lautan. Zona
ini di pulau Mahitam dicirikan dengan daerahnya tidak terendam air tapi terpengaruh
oleh ombak dan pasang surut. Hal ini yang kemudian nantinya akan mempengaruhi
sebaran butir. Ada lima zona yang kami ambil sampelnya yaitu 0-1, 1-2, 2-3, 3-4, 4-5
m. Di zona 0-1 m, ditemukan material 25% gravel dan 75% pasir. Sedangkan di zona
yang lain merata dengangan sebaran vasir dengan gradasi pasir kasar- pasir halus. Jika
dilihat dapat diperkirakan ada perubahan kekuatan geombang yang terjadi dan paling
kuat berada dibagian ujung yaitu zona 0-1 m. sebaran bio indikator adalah dominan
shell rubble yang cukup banyak hal ini menunjukan daerah ini memungkinkan
terbentuknya fasies packstone apa bila terjadi proses diagenesa dikemudian hari.

2.4 Backreef
pada zona ini sampel data diambil dalam interval 3 meter sebanyak 20 region. Yaitu 5-
8;8-11;11-14;14-17;17-20;20-23;23-26;26-29;29-32;32-35;35-38;38-41;41-44;44-
47;47-50;50-53;53-56;59-62;dan 62-65.bacreef adala wilayah yang jika ditinjau dari
reef crest akan berorientasi landward (Stearn, 1989). Pada zona ini, tren sebaran
sedimen di daerah ini kurang beraturan dan tidak terlalu sama secara teoritis. Dimana
hal ini kemungkinan besar dipengaruh oleh pasang surut yang terjadi di daerah ini
dalam hal energi gelombang sebagai akibat perubahan kedalaman akibat pasang surut.
Sehingga terkadang tidak sesuai secara teoritisnya. Hal ini juga selain akibat dari
kontrol pasang surut terhadap gelombang yang dikompensasikan pada material sedimen
juga dikarenakan lokasi ekskursi yang tidak berhadapan langsung dengan perairan selat
sunda. Sehingga gelombang terurai ketika sebelum sampai dan memberikan impact
pada wilayah sekitar. Ketenangan perairan juga mengakibatkan ditemukannya material
silt-mud didaerah berupa cekungan. Dan dibagian dekat dengan reef crest. Dimana dua
daerah itu adalah low-energy zone (Schlager, 1917). Sedangkan didaerah yang dekat
zona remake dari gelombang dan tidal force akan didominasi silt.

4
Bakhtiar, Agim Yustian. Reef Platform Dan Fasies Karbonatan Di Pulau Mahitam

Gambar 2 Zona energi Gelombang


Untuk persebaran bio indikator, wilayah di backreef sendiri terbagi dalam beberapa
zona. Di zona 5-8 m, ditemukan shell rubble yang berukuran +-2mm. yang mana daerah
ini cukup besar pengaruh gelombangnya., dimana pada daerah ini memungkinkan
terbentuk grainstone, floatstone, atau rudstone. Dizona 11-23 m, ketersedian material
sedimen bioklastik cukup beragam. Hal ini dipengaruhi oleh pasang surut di pulau ini.
Radius wilayah terdampaknya cukup besar sehingga luas daerah yang terpengaruh juga
besar. Ukuran yang cukup besar didaerah ini, dapat memungkinkan terbentuknya
grainstone dan rudstone. Di daerah ini pula ditemukan padang lamun yang
mengindikasikan floor dari wilayah inia dalah campuran silt, mud dan pasir. Hal ini
karena padang lamun memerlukan substrat sebagai tempat hidup dan juga suplai bahan
organik terdapat di bagian tersebut. Di zona 26-56 m bio indikator mayoritas yang
ditemui ialah shell ruble dan tumbuhannya adalah calcareous thalophyta. Atau seaweed
berkapur. Hal ini berkorelasi dengan wilayah dimana wilayah ini yang mulai ditemui
terumbu karang dalam gugusan masif karena seaweed bersimbiosis dengan terumbu
karang untuk mendapat suplai makanan. Fragmen litoklastik yang didapat ada dikisaran
1-2 mm. Sehingga kemungkinan fasies yang nantinya akan terbentuk adalah packstone
atau wackstone. Di zona 56-65m, bioklastik bergeser trennya menjadi bioklastik ukuran
besar mayoritas seperti pecahan koral dang cangkang moluska. Pada zona ini
kemungkinan fasies yang terbentuk adalah floatstone, rudstone atau bafflestone. Hal ini
disebabkan sebaran material pada daerah ini cukup unik akibat perubahan sea level
akibat pasang surut.

Gambar 3 sampel backreef

5
Bakhtiar, Agim Yustian. Reef Platform Dan Fasies Karbonatan Di Pulau Mahitam

2.5 Reef Crest


Reef Crest adalah zona dimana berkembangnya terumbu karang dalam koloni masif.
Pada zona ini diambil 2 sampel. Yaitu sampel landward-oriented reef crest dan
basinward-oriented reef crest. Pada landward-oriented reef crest banyak ditemukan
terumbu dalam bentung branching beserta pecahan koral hal ini menyebabkan daerah
ini kemungkinan besar akan terbentuk fasies bafflestone dan floatstone. Hal ini karena
distribusi matrix yang cukup banyak karena daerah ini adalah zona belakang pecah
ombak (Schlager, 1917). Sedangkan pada basinward-oriented reef crest ditemukan
<25% gravel dan sisnya pasir. Hal ini dikarenakan daerah ini termasuk daerah yang
terkena gelombang sehingga impact force nya besar sehingga dapat mentransportasikan
material berukuran gravel. Mengingat daerah ini melimpah dengan sebaran koralnya,
fasies yang kemungkinan terbentuk ialah framestone, bafflestone dan bindstone

2.6 Forereef
Forereef adalah bagian dari platform yang jika ditinjau dari reef crest akan berorientasi
ke basinward. Untuk di bagian ini, dilakukan pengambilan sampel dengan penyelaman.
Didaerah ini cukup dalam pada bagian bawahnya sehingga banyak material halus
terdepositkan. Bio indikator daerah ini berupa shell ruble dan pecahan koral yang
diperkirakan akanmenjadi fasies rudstone dan grainstone ketika nantika diagenesis
terjadi.

Gambar 4 sample Forereef

2.7 Overview Lokasi


Lokasi ekskursi yaitu Pulau Mahitam secara geomorfologis apabila ditinjau, maka
sebenarnya masih merupakan lanjutan dari deret pegunungan pada mountain arc akibat
subduksi di sekitar pantai barat Sumatra yang berlanjut hingga ke provinsi Lampung.
Pulau ini muncul sebagai hasil kontraksi kerak bersama beberapa gugusan pulau lain.
Lokasi Tempat ekskursi tidak langsung berhadapan dengan selat sunda sehingga

6
Bakhtiar, Agim Yustian. Reef Platform Dan Fasies Karbonatan Di Pulau Mahitam

perairannya cukup tenang berbeda dengan perairan sekitarnya yang cenderung kuat
gelombangnya akibat pengaruh angin.

3. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah:
1. Menentukan orientasi medan sangat penting agar dapat meninjau lokasi sehingga
dapat diperkirakan faktor pengontrol lingkungan pengendapan.
2. Sebaran material litoklastik dan bioklastik dipengaruhi oleh gelombang, arus dan
pasang surut sebagai energi transporternya.
3. Jenis floor dari platform atau zona akan mempengaruhi vegetasi yang hidup.
4. Perairan cukup tenang memungkinkan terdepositnya material berukuran silt- mud
di area dekat reef crest.
5. Jenis fasies batu gamping sangat bergantung dari grain, matriksnya serta lokasi.

4. Referensi
Mason, K. A., 2018. Understanding Biology. 2nd ed. New York: McGraw-Hill Education.
P.McFall, R., 1972. Fossil for Amateur. New York: Litton Educational Publishing, Inc..
Raham, G., 2009. Fossil. New York: Infobase Publishing.
Ray, A. K., 2008. Fossil in Earth Sciences. New Delhi: PHI Learning Private Limited.
Schlager, W., 1917. Carbonate Sedimentology and Sequance Statigraphy. New York: -.
Stearn, C. W., 1989. Paleontology: The Record of Life. Montreal: Jhon wiley & son inc..

Anda mungkin juga menyukai