Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengenalan bentang lahan dapat memeberi wawasan bagi mahasiswa tentang


gambaran fisiografi dalam suatu wilayah. Vink (1978) mendeskripsikan wilayah
yang mempunyai karakterisrik dalam hal bentuk lahan, tanah vegestasi dan artibut
(sifat) pengaruh manusia, yang secara kolektif ditujukan melalui kondisi fisografi
dikenal sebagai suati landscape. Landscape adalah panorama atas suatu hamparan
daratan yang terdiri atas berbagai keadaan alam alami maupun buatan manusia.
Pembelajaran pengenalan bentang lahan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
berbagai jenis dalam bentang lahan atau landscape, diantaranya natural landscape,
physical landscaoe, sosia landscape, economical landscape, dan cultural landscape.

Kuliah praktek lapangan tentang pengenalan bentang lahan adalah salah satu
metode pembelajaran Pendidikan Geografi. Ilmu geografi mempelajari hubungan
timbal balik aspek alam dan manusia dengan lingkungannya atau yang biasa dikenal
dengan geografi terpadu. Pembelajaran ini bertujuan untuk mengaplikasikan secara
langsung teori yang telah disampaikan di dalam kelas, bagaimana bentuk asli dari
lahan karst, endapan vulkanik, jenis lahan, geologi lahan, hidrologi lahan, vegetasi,
pergerakan tanah, proses terbentuknya lahan.

Mata kuliah ini dilaksanakan di wilayah tapal kuda yang bertujuan untuk
mengenal fenomena geologis di Jawa Timur, di antaranya lahan karst Puger, endapan
vulkanik Gunung Semeru, lahan Gunung Bromo, dan pantai Bentar. Dilapangan
mahasiswa dituntut untuk mengetahui ketinggian, kecepatan angin, kelembapan
udara, suhu, dan titik koordinat pada setiap daerah observasi tersebut menggunakan
alat-alat yang disediakan.

1
Lahan karst puger salah satu sumber daya alam yang berada di Jember.
Gunung kapur ini memiliki nilai kandung ilmiah ekonomi maupun nilai kemanusian
yang tinggi. Kawasan karst memiki potensi tinggi dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat daerah lahan karst. Permasalahannya terletak pada dampak dari
penambangan yang terjadi di lahan karst puger yang mempengaruhi fungsi ekologis
karst. Kegiatan penambangan menurunkan vegestasi dan mengakibatkan erosi dan
pencemaran air.

Endapan vulkanik di Gunung Semeru memiliki potensi besar dalam


menghasilkan pasir besi. Pasir besi memiliki kualitas yang sanggat bagus untuk bahan
membuat bangunan atau gedung, oleh sebab itu banyak orang berlomba-lomba
menambang pasir besi. Penambangan yang terjadi pada endapan vulkanik
mengakibatkan tanah daerah sekitar endapan vulkani sering terjadi longsor, dan
penambangan yang dilakukan terus menerus akan mengakibatkan pendangkalan
sungai.

Permasalahan yang biasa terjadi di Gunung Bromo, ialah aktivitas Gunung


Bromo yang tidak menentu. Gunung Bromo merupakan Gunung yang masih aktif,
dan memungkinkan terjadinya erupsi kapan saja. Hujan belerang juga dapat
mengakibatkan batuk, sesak nafas terutama berdampak pada wisatawan Gunung
Bromo. Gunung Bromo merupakan objek wisata yang berada di Probolinggo,
wisatawan yang ingin menikmati Gunung Bromo tak bisa terlepas dari dampak debu
Gunung Bromo. Seandainya Erupsi terjadi di Gunung Bromo hal tersebut berdampak
pada penutupan kawasan wisata Gunung Bromo, yang mengakibatkan terhentinya
mata pencarian masyarakat di sekitar Gunung Bromo yang menggantungkan
hidupnya pada objek wisata Gunung Bromo.

Pantai Bentar adalah pantai yang memiliki hutan mangrove didalamnya,


permasalahan yang terjadi kurangnya pelestarian lebih lanjut pada hutan mangrove,
dan dampak sampah yang berada di sekitar hutan mangrove mengakibarkan

2
bekurangnya keindahan estetika hutan mangrove. Jika penanganan pelestarian hutan
mangrove tidak ditangani lebih lanjut maka mengakibatkan abrasi pantai maupun
berdampak langsung pada habitat yang hidup diwilayah hutan mangrove.

Lahan karst puger, endapan vulkanik Gunung Semeru, kawasan Gunung


Bromo, Pantai Bentar memiliki permasalahan masing-masing. Setiap tempat yang
telah dipaparkan memiliki fenomena geografi yang khas, maka dari itu lahan karst
puger, endapan vulkanik Gunung Semeru, kawasan Gunung Bromo dan Pantai Bentar
menjadi tempat pilihan dalam melaksanakan kuliah lapangan pengenalan bentang
lahan, dengan adanya permasalahan tersebut diharapkan mahasiswa dapat
menemukan soslusi dan menambah wawasannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi yang dapat dikembangkan di wilayah lahan karst
puger?
2. Bagaimana proses Geologi dari hasil endapan vulkanik Gunung Semeru?
3. Bagaimana potensi yang dapat dikembangkan di kawasan Gunung
Bromo?
4. Bagaimana Pengaruh Proses Geologis terhadap Pantai Bentar?

C. Tujuan
1. Menganalisis potensi yang dapat dikembangkan di wilayah lahan karst
puger.
2. Menganalisis proses geologi dari hasil endapan vulkanik gunung semeru.
3. Menganalisis potensi yang dapat dikembangkan di kawasan Gunung
Bromo.
4. Mengetahui dan memahami pengaruh proses geologis terhadap pantai
bentar.

3
D. Manfaat
1. Secara Praktis, memberikan gambaran umum bentang lahan didaerah
Karst Puger, Endapan Vulkanik Gunung Semeru, Gunung Bromo, dan
Pantai Bentar secara nyata baik dari segi geografi, ekonomi maupun
sosialnya.
2. Secara Teoritis dapat memberikan Pengetahuan bagi mahasiswa
tentang Bentang Lahan di daerah Karst Puger, Endapan Vulkanik
Gunung Semeru, Gunung Bromo, dan Pantai Bentar.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Endapan Viulkanik Semeru

Piket nol merupakan sebuah spur atau taji dari semeru selatan, spur tersebut
berbentuk cekung,(seperti semenanjung tapi berada di daratan) yang mana merupakan
peralihan antara materi vulkanis dan materi karst (selatannya materi karst, dan di
utaranya materi vulkanis). Piket nol juga merupakan kawasan perbatasan antara
produk vulkan purba dan vulkan semeru muda atau disebut sebagai tengger muda.

Di sebelah tenggara semeru terdapat sobekan yang merupakan aliran lava.


Apabila terjadi letusan, maka seluruh aliran lavanya akan terkonsentrasi kearah
tenggara, dan tidak menyebar kemana-mana diakibatkan karena letusannya lebih
cenderung lemah dan lelehan, dengan periode erupsi selama 30menit. Produk
erupsinya terlihat di kali leprak berupa material andesitic, basaltic, dan campuran,
dikarenakan semeru adalah vulkan intermediate, dengan tipe erupsi vulkano lemah,
meskipun memiliki karaktersitik material yang cenderung piroklastik.
Terdapat pepohonan yang menunjukkan karakteristik kualitas air tanah yang baik
ataupun sebaliknya, pada kanan jalan merupakan kawasan yang memiliki kandungan
air yang lebih sedikit, sedangkan di bagaian kiri jalan merupakan kawasan yang
memiliki kandungan air yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan adanya material
belerang hasil periode erupsi yang menyebabkan adanya unsur hara yang tidak siap
dikonsumsi oleh tanaman. Namun terbatas pada beberapa tempat saja yang
terkandung belerang tinggi.

B. Endapan Vulkanik Bromo


Gunung Bromo merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia. Lereng timur
laut Gunung Bromo, secara administratif berada di wilayah Kab. Probolinggo.
Berdasakan bentuk tubuhnya, Gunung Bromo merupakan gunung stratovulkanik di

5
Indonesia. Menurut Cas dan Wright (1988) gunungapi stratovulkanik terbentuk akibat
adanya pengendapan material piroklastik yang berulang-ulang dan sedikit aliran lava
pada zona pusat erupsi. Batuan yang terendapkan dan membentuk tubuh
stratovulkanik berbeda-beda. Bogie dan Mackenzie (1998) telah membuat fasies
model untuk stratovulkanik. Dalam fasies model tersebut stratovulkanik dapat dibagi
menjadi 4 zona fasies, yaitu : zona sentral, zona proksimal, zona medial, zona medial,
dan zona distal. Gunung Bromo secara geologi regional masuk dalam daerah
vulkanik kuarter (Gambar 1). Gunung ini terkenal dengan kaldera yang begitu luas.

C. Lahan Karst
Menurut Gunung Sewu Indonesian Cave and Karst Journal dalam HIKESPI
(2005) klasifikasi bentang alam kawasan karst dapat ditinjau dari beberapa sudut
pandang. Berdasarkan cakupan luasan daerah agihan, sehingga dapat tidaknya
kawasan karst teridentifikasi dari peta dasar (peta topografi, foto udara, citra
inderaja), maka dikenal klasifikasi kawasan karst minor atau mikro, dan mayor atau
makro.

Pada daerah karst Puger pohon- pohon nampak miring. Karst yang teerjadi
didaerah Puger diakibatkan karena adanya pengangkatan ujung gunung selatan.
Lapisan karst dulunya merupakan singkapan. Ketebalan karst didaerah ini cukuplah
baik.

D. Lahan Endapan Marin Pantai Bentar


Menurut penjelasan yang telah disampaikan oleh para bapak dosen saat di
lapangan, endapan marin Pantai Bentar hampir sama dengan endapan pasir putih
yang ada di Situbondo.

Pantai Bentar sebagai salah satu pantai utara yang terhubung dengan Laut Jawa.
Menurut Siagian (2008) kawasan pesisir utara dan pesisir timur merupakan pusat

6
perekonomian dan persebaran penduduk di Jawa Timur, sehingga terjadinya potensi
akan kerusakan lingkungan juga akan lebih tinggi dibanding dengan kawasan pesisir
selatan. Perairan pesisir timur termasuk perairan yang tercemar berat oleh limbah
domestik, limbah industri, dan limbah pertanian termasuk limbah tambak.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif. Ade Heryana
(2016) mendeskprisikan, penelitian deskripsi (Descriptive research) sering
dipakai dengan istilah ex post facto research. Penelitian Deskriptif meli[uti
survey dan penulusuran fakta-fakta terhadap berbagai permasalahan. Secara garis
besar penelitian deskriptif ialah bagaimana peneliti dapat menjelaskan suatu
keadaan atau fenomena yang ada dengan sejelas-jelasnya.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


a. Waktu Penelitian
Hari: Sabtu- Minggu
Tanggal: 14-15 April 2018

b. Lokasi Penelitian
Lokasi tempat kami observasi diantaranya kawasan Karst Puger yang
terletak di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, selanjutnya kami observasi
pada endapan vulkanik Gunung Semeru yang terletak di Desa Pronojiwo,
Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Lokasi ketiga terletak di
Gunung Bromo yang terletak di Jawa Timur. Observasi terakhir ini
menganalisis daerah endapan marine di Pantai Bentar yang terletak di
Kabupaten Probolinggo.

C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan observasi yaitu:


a. Alat
1. Meteran

8
2. Alat Tulis & Blocknote
3. Karet
4. Kamera
5. Jalon (Untuk kemiringan lereng)
6. Pipet
7. Pipa
8. Tali Rafia
9. Palu

B. Bahan
1. HCL (Digunakan untuk menunjukkan adanya kandungan zat kimia
suatu batuan).
2. GPS (Menentukan posisi menggunakan sistem navigasi satelit)
3. Anemometer (Mengukur kecepatan angin)
4. Higrometer (Mengukur kelembapan udara dan suhu)
5. Klinometer (Mengukur sudut elevasi/kemiringan lereng)

D. Teknik Pengumpulan Data


a. Teknik Observasi
Teknik observasi adalah penngumpulan data yang dilakukan dengan
pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Teknik
observasi ini mengharuskan peneliti terjun kelapangan menjadi partisipan
untuk mendapatkan data. Sugiyono (2017:106) menyatakan para ilmuan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui obeservasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa observasi
merupakan kumpulan kesan tentang dunia sekitar berdasarkan semua
kemampuan daya tangkap pancaindera manusia.

9
b. Teknik Dokumentasi
Teknik Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang juga kami
gunakan dalam melakukan observasi. Sedangkan menurut Sugiyono
(2013:240), dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau kary-karya
monumental dari seseorang. Sugiono (2017: 124) menjelaskan studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualikatif. Kesimpulan definisi menurut para
ahli teknik pengumpulan data mengunakan metode dokumentasi dilakukan
dengan cara mengumpulkan data lembaga, media elektronik ataupun media
cetak dapat bebrbutuk tulisan, maupun gambar.

c. Teknik Analisis
Menurut Sugiyono (2017: 127) teknik analisis data yang digunakan
sudah jelas, dimana analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan
masalah dan atau menguji hipotesis yang dirumuskan dalam proposal.
Teknik analisis yang digunakan pada observasi ini yanitu teknik analisis data
secara deskriptif. Teknik analisis data secara deskriptif merupakan teknik
analisis yang dipakai untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada
maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian.

10
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis Jawa Timur


Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0° hingga 114,4° Bujur Timur dan 7,12°
hingga 8,48° Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi Jawa Timur yang mencapai
47.995 km2. Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi 2 bagian
besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Pulau Jawa. Dimana luas wilayah Jawa Timur
daratan hamper mencangkup 90 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa
Timur, sedangkan luas Pulau Madura hanya sekitar 10 persen. Batas-batas wilayah
Jawa Timur :
1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Pulau Kalimantan;
2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Pulau Bali;
3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan perairan terbuka yaitu Samudera
4. Hindia;
5. Sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

B. Hasil Penelitian
a. Tabel 4.1

Lahan Karst
NO Kategori Hasil
a. Ketinggian
b. Angin
c. Kelembapan Udara 68%
d. Titik Koordinat S = 08020. 7871 E = 113028. 4271
e. Suhu 32,70 C
f. Kemiringan 30m
g. Elevasi 350-50%

11
b. Tabel 4.2

Endapan Vulkanik Gunung Semeru


NO Kategori Hasil
a. Ketinggian 22 mdpl
b. Angin 3,3 knot
c. Kelembapan Udara 50%
d. Titik Koordinat S = 08020. 7971 E = 113028. 4791
e. Suhu 37,20 C
f. Kemiringan 400 – 82%

c. Tabel 4.3

Gunung Bromo
NO Kategori Hasil
a. Ketinggian 2100-2300 m
b. Angin 10,7 knot
c. Kelembapan Udara 42-97%.
d. Titik Koordinat S = 07056. 3751 E = 1120.1321
e. Suhu 3-20 °C
f. Kemiringan
g. Elevasi 2100 - 2300

d. Tabel 4.4

Pantai Bentar
NO Kategori Hasil
a. Ketinggian 13 mdpl
b. Angin 2,6 ; 2,8 ; 3,2 ; 3,7 knot

12
c. Kelembapan Udara 67%
d. Titik Koordinat S = 07° 56. 375' E = 112° 57. 132'
e. Suhu 30,80 C
f. Kemiringan 0% (Datar) – 10 = 4,2%

C. Potensi yang Dapat Dikembangkan di Lahan Karst Puger


Pengunungan karst merupakan pengunungan yang tersusun dari pegunungan
kapur. Secara arti luas lahan karst adalah lahan akibat pelarutan pada suatu kawasan
karbonat. Karst merupakan bentang lahan khusus yang tersusun dari bentukan-
bentuan khas yang berkembang pada batuan mudah larrut seperti batu gamping
marmer dan gypsum (Ford & Wiliams, 2007).

Lahan karst dapat dicirikan dengan sitem hidrologi bawah tanah yang khas.
Menurut (Haryono & Sutikno, 2000) Bentang alam karst memiliki ciri-ciri diantanya
tersusun oleh bentukan berupa cekuangan tertutup atau lembah kering dengan ukuran
dan bentuk, tidak memiliki drainase permukaan atau sungai permukaan, memiliki
bentukan khas berupa goa-goa karst dan sistem drainase bawah tanah.

Bentang alam karst tidak hanya terbetuk pada wilayah yang disusun oleh batuan
karbonat, tetapi juga pada batuan yamg mudah larut dan memiliki porositas sekunder
seperti batu garam dan batu gypsum). Namun mayoritas persebaran lahan karst di
Indonesia mengandung karbonat (CaCO3), maka dari itu lahan karst identik dengan
batuan karbonat. Batuan karbonat (CaCO 3) merupakan batuan khusus yang terbentuk
dari hasil akumulasi aktivitas organic terdahulu.

Lahan karst memiliki berggai macam potensi, diantaranya sumber daya alam,
kenekaragaman hayati, nilai fungsional tinggi bagi makhluk hidup, nilai pariwisata,
fungsi ekologi, dan memiliki potensi tinggi meningkatkan ekonomi dengan adanya

13
pertambangan. Karst tidak hanya berfungsi sebagai ekosistem yang memiliki
keanekaragaman hayati dan kandungan sumber daya alam tinggi, wilayah ini juga
memiliki nilai artistik dan pariwisata dari bentukan-bentukan karst (Beynen, 2011).

Bentukan bukit karst yang tersebar di kawasan karst pada dasarnya memiliki fungsi
ekologis sebagai penyimpanan dan sistem regulator hidrologis kawasan karst
(Haryono & Sutikno, 2000). Sebagian besar air yang ditampung oleh bukit dan
cekungan karst akan masuk kebawah tanah melalui celah-celah batuan menjadi aliran
air bawah tanah atau keluar menjadi mata air (Haryono, 2001). Menurut Haryono &
Sutikno (2000) manfaat kawasan karst dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Manfaat Ekonomi Kawasan Karst

Sumberdaya alam dan keanekaragaman karst yang tinggi dimanfaatkan


makhluk hidup khususnya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas
manusia dalam memanfaatkan kawasan karst dapat berupa permukiman,
penambangan, pertanian, peternakan, perkebunan, pembangunan kota atau desa,
aktivitas militer, pembangunan industri, perikanan dan pariwisata. Dalam
melangsungkan aktivitas tersebut manusia memanfaatkan kawasan karst tanpa
memperhatikan keberlangsungan ekologi dan fungsi sehingga dapat menimbulkan
dampak kerusakan kawasan karst.

Penebangan hutan sebagai pembuka lahan untuk lahan pertanian maupun


permukiman dapat menyebabkan penurunan biodiversitas dan degradasi lahan.
Pemanfaatan kawasan karst yang paling dominan dan menimbulkan kerusakan adalah
penambangan batu gamping. Nilai ekonomis yang dimiliki batu gamping
memberikan potensi besar terhadap peningkatan penambangan batu gamping
(Ariyanto & Dibyosaputro, 2012). Penambangan batu gamping dengan bahan peledak
menyebabkan terganggunya ekosistem makhluk hidup di kawasan karst khususnya
kelelawar dan burung wallet. Selain itu penambangan batugamping dapat
menyebabkan pencemaran dan penurunan kualitas udara.

14
Aktivitas manusia lainnya seperti permukiman, pertanian, pertenakan, perkebunan
juga menyebabkan terganggunya kawasan karst seperti peningkatan erosi, deposisi,
dan pencemaran tubuh perairan akibat limbah rumah tangga, pertanian dan
peternakan. Selain itu, pemanfaatan karst berupa pariwisata juga menyebabkan
kerusakan lingkungan karst berupa ornamen-ornamen khusus dan menimbulkan
pencemaran. Pemanfaatan karst dalam bidang pariwisata pada dasarnya memiliki
nilai ekonomis yang tinggi dan dapat menambah pendapatan daerah. Namun,
pemanfaatan ini dilakukan dengan hanya memperhatikan dari segi ekonomi saja.
Sehingga kerusakan-kerusakan ekologis karst sangat intensif terjadi.

2. Manfaat Sosial-Budaya

Kawasan karst dalam aspek sosial-budaya memiliki nilai sebagai tempat


tinggal, spiritual/religious, estetika, rekreasional dan pendidikan. Banyak tempat di
kawasan karst yang dijadikan sebagai tempat untuk kegiatan spiritual/religious.
Bentukan dan ornamen karst yang khusus dan unik memberikan karst nilai estetika
dan edukasi.

15
3. Manfaat Ilmu Pengetahuan

Kawasan karst merupakan obek kajian yang menarik bagi ilmu pengetahuan
seperti: geologi, geomorfologi, hidrologi, biologi, arkeologi, dan karstologi. Masing-
masing ilmu tersebut memiliki keterkaitan dengan kawasan karst karena fenomena
yang terjadi di kawasan karst unik dan tidak terjadi di kawasan lainnya. fenomena
tersebut dapat berupa fenomena abiotik dan biotik di bawah permukaan dan di atas
permukaan.

Berbagai potensi yang dimiliki lahan karst sangat memungkinkan terjadinya


kerusakan lahan karst. Menurut Haryono (2014) kerusakan lingkungan karst akibat
pemanfaatan kawasan karst dapat diidentifikasi berdasarkan dua kriteria yaitu kriteria
untuk menilai kerusakan lingkungan kawasan karst dan kriteria untuk menilai
obyekobyek khusus yang terdapat dalam kawasan karst. Kriteria untuk menilai
kerusakan lingkungan kawasan karst didasarkan pada empat indikator, yaitu: luasan
tutupan hutan/ vegetasi, luasan singkapan batuan karst (Rock Desertification),
kuantitas dan kualitas air. Sedangkan Kriteria untuk menilai kerusakan obyek-obyek
khusus yang terdapat dalam kawasan karst didasarkan pada tiga indikator ,yaitu:
kerusakan telaga, kerusakan goa dan kerusakan mataair. Masing-masing indikator
tersebut saling berpengaruh dan berhubungan satu sama lain.

Tutupan hutan/ vegetasi di kawasan karst secara umum berfungsi sebagai


regulator hidrologi, pengendali erosi dan sebagai tempat tinggal (habitat) makhluk
hidup khususnya fauna lokal. Pemanfaatan kawasan karst yang semakin intensif oleh
manusia seperti penebangan hutan menyebabkan tutupan hutan/vegetasi juga semakin
berkurang.

Singkapan batuan karst (Rock Desertification) merupakan dampak lanjut yang


ditimbulkan akibat degradasi lahan dan hilangnya tutupan hutan/vegetasi.
Berkurangnya tutupan hutan/vegetasi di kawasan karst menyebabkan degradasi lahan
menjadi intensif. Proses erosi dan tersingkapnya batuan di kawasan karst dapat

16
berlangsung sangat cepat mengingat kawasan ini memiliki tanah yang sangat tipis.
Singkapan batuan di kawasan karst dapat terjadi akibat adanya aktivitas manusia
berupa penambangan batugamping. Penambangan bukit karst dapat membuka lapisan
tanah permukaan dan menghilangkan mintakat epi karst.

Penurunan kualitas dan kuantitas mata air maupun sungai bawah tanah di
kawasan karst menunjukkan terjadinya kerusakan lingkungan di suatu kawasan karst.
Kawasan karst yang disusun oleh bukit karst yang telah kehilangan mintakat epikarst
akan memiliki debit musim penghujan yang lebih besar dan memiliki debit musim
kemarau yang sangat kecil. Menurut Haryono (2014) indikator kuantitas dan kualitas
air yang digunakan untuk menilai kerusakan kawasan karst merupakan kuantitas dan
kualitas mataair epikarst, yaitu mataair yang muncul di kaki bukit karst dengan debit
yang kecil (<2 lt/detik).

Telaga karst merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup di
sekitarnya. Aktivitas manusia dalam memanfaatkan telaga dan kawasan sekitarnya
tanpa memperhatikan aspek ekologi menyebabkan terjadinya kerusakan telaga.

Kerusakan ornament goa akibat aktivitas manusia ditunjukkan dengan


berubahnya warna asli menjadi warna kehitaman. Selain itu, ornamen goa seperti
stalagmit dan stalagtit yang memiliki nilai ekonomis tinggi dimanfaatkan dan diolah
manusia menjadi souvernir dan hiasan. Penggalian pospat dan penggalian untuk
membuka akses goa dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sedimen goa.

Mataair karst pada kondisi alamiah memiliki kualitas air kelas I. Aktivitas
manusia yang tinggi disekita mataair dapat menyebabkan tercemarnya mataair
sehingga terjadi penurunan kualitas mataair. Selain kualitas, kerusakan mataair juga
disebabkan oleh peningkatan fluktuasi mataair, umur fluktuasi yang pendek atau
keringnya mataair di musim kemarau.Peningkatan fluktuasi mataair disebabkan oleh
berkurangnya simpanan air di mintakan epikarst.

17
D. Proses Geologi dari Hasil Endapan Vulkanik Gunung Semeru.

Gladak perak terletas di kawasan piket nol yang berada di kecamatan Pronojiwo
kabupaten lumajang, sedangkan G. Semeru terletak pada 08o06,5’ LS dan 112o55’
BT. G. Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676
m dpl. Puncak G. Semeru adalah puncak Mahameru dengan kawah Jonggring Saloko.
G. Semeru merupakan gunungapi berbentuk stratovolcanoes dengan kubah lava. G.
Semeru terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Propinsi
Jawa Timur namun mulut kawahnya pada saat ini mengarah ke tenggara sehingga
arah leleran lavanya mengarah ke Kabupaten Lumajang. Hal ini menyebabkan
Kabupaten Lumajang memiliki potensi ancaman bahaya lahar dingin dari G. Semeru
lebih besar bila dibandingkan dengan Kabupaten Malang (Sumber: Dinas ESDM
Jawa Timur, 2010).

Gladak Perak merupakan sungai tempat mengalirkannya material-material hasil


erupsi Gunung Semeru. Daerah Gladak Perak merupakan daerah pertemuan antara
intrusi magma dari dapur magma dan lempeng selatan dengan daerah karst, hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya beberapa jenis batuan hasil kombinasi formasi
vulkanik dengan kapur seperti, batu meril yang terbentuk karena pertemuan abu
vulkanik dengan kapur yang terus mengalami proses geologi. Perbedaan material
antara sebelah utara dan sebelah selatan adalah pada pembatas produk antara material
vulkan semeru tua dengan kerak. Piket nol merupakan daerah yang mempunyai
satuan bentuk lahan vulkanis pada lereng tengah.

Lereng selatan semeru yang merupakan wilayah terbentuknya tai berbatasan


dengan zona selatan sehingga terdapat percampuran material-material khas zona
selatan dengan zona tengah. Secara geologi piket nol terletak pada daerah Tmv yang
merupakan lajur gunung selatan yang memiliki jenis batuan gunung api oligomiosen
(lava, breksi, aglomerat, tuff dengan susunan andesit basalt yang berlensa batu
gamping hablur berurat kuarsa. Piket nol merupakan satuan bentuk lahan vulkanis

18
yang terjadi pada massa pra-quarter dengan materi penyusunnya berupa tuff dan
aglomerat. Di Gladak Perak, pola aliran sungai dikategorikan coarse dendritic.
Alirannya point bar yang disebut proses degradasi. Pola ini berkembang pada batuan
yang resistennya seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan beku massif, daerah
lipatan, dan daerah metamorf yang kompleks.
a. Manfaat sosial, budaya
Manfaat sosial dapat dirasakan diaerah kecamatn Pronojiwo di daerah gladak
perak Lumajang, wilayah kecamatn jauh dari kota dan daerahnya berliku-liku terjal
membuat daerah di sekitar gladak perak tertinggal, tertinggal dalam kutip memenuhi
kebutuhan pokok seperti beras, bahan makanan yang bisanya beli di pasar, setidaknya
butuh perjuangan lebih bagi masyarakat sekitar gladak perak demi memenuhi
kebutuhannya. Meskipun seperti itu daerah gladak perak merupakan jalur
penghunung kabupaten Lumajang dan kabupaten Malang, maka dari itu gladak perak
sering dilalui warga yang ingin berpergian ke daerah Lumajang maupun Malang.
Jalur piket nol merupakan jalur alternatif bagi masyarakat yang berpergian menuju
kedua kabupaten tersebut, meskipun jalan yang terjal, berbahaya, dan rawan longsor
tapi dapat terhindar dari macet yang panjang. Daerah sekitar gladak perak biasanya
digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi masyaraakat yang berpergian.

E. Potensi yang Dapat Dikembangkan Gunung Bromo

Gunung Bromo adalah destinasi wisata yang sangat digandrungi baik macam
negara dan lokal. Gunung Bromo juga termasuk wisata yang unggulan Jawa Timur,
Jawa Timur memiliki berbagai wisata yang dpat meningkatan pendpapat daerah.
Industri pariwisata telah memberikan sumbangan pendapatan bagi pemerintah daerah
maupun bagi masyarakat desa setempat, di Jawa Timur perolehan devisa dari
kunjungan wisata pada 2007 sebesar 161,60 juta US Dollar, sedangkan 2008
meningkat menjadi 183,15 juta US Dollar, atau meningkat 13,34%. Sedangkan rata-
rata pengeluaran per hari/orang untuk wisatawan asing selama 2007 sebesar 120,56

19
US Dollar, dan pada 2008 135, 96 US Dollar atau meningkat 12,77%. Hal ini bisa
dikatakan banyak memberikan sumbangan terhadap peningkatan PDRB Jawa Timur
(BPS 2007)

Pengembangan pariwisata di JawaTimur ini sangat tepat karena dengan


banyaknya kunjungan wisata terutama di desa sebagai penyangga obyek wisata akan
berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat desa dan hal ini tentu dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar obyek wisata. Di samping itu
Pengembangan desa wisata memang merupakan salah satu program pemerintah
Indonesia saat ini yaitu pengembangan desa dengan suatu model yang tepat. Model
pengembangan desa wisata yang tepat adalah model dimana dalam pelaksanaan
kegiatan wisata dilakukan dengan cara melibatkan atau adanya partisipasi masyarakat
setempat, dengan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi wisata.

Model Strategi Pengembangan Desa Wisata yang dapat di rumuskan adalah


model dimana dalam pengembangan desa wisata dapat berkembang apabila ada
keterlibatan atau peran aktif dari masyarakat dan diperlukan dukungan dari berbagai
pihak antara lain dukungan dari Pemerintahan yaitu melibatkan semua dinas-dinas
terkait yang berkoordinasi dibawah koordinator Balai Besar Taman Nasional BTS
(TNBTS), selain dukungan pemerintah juga dukungan Swasta dalam hal ini Pelaku
UMKM dan Investor local, dan dukungan lembaga pendidikan yaitu Perguruan tinggi
dan lembaga masyarakat lainnya.

Pariwisata probolinggo merupakan pariwisata yang terdiri dari berbagai macam


adat budaya yang kaya akan keindahan. Dalam pengembangan kepariwisataan daerah
probolinggo secara umum bertumpu kepada kebudayaan yang bersumber dari agama
Hindu. Akibat semakin berkembangnya dunia kepariwisataan di daerah pobolinggo
khususnya Taman Wisata Gunung Bromo yang semakin populer maka untuk
menunjang arus kunjungan wisatawan ke daerah ini, sangat diperlukan sarana dan
prasarana yang bisa mendukung bidang kepariwisataan di daerah ini, sehingga

20
pembangunan kepariwisataan yang menyeluruh dan terintegrasi bisa berjalan dengan
baik.
Pemandangan alam yang indah di Bromo, maka tidak heran banyak wisatawan
dalam maupun asing datang ke bromo hanya untuk menikmati pemandangan yang
disugukan oleh keindahan kawasan bromo. Oleh karena itu, saat ini didaerah sekitar
bromo telah tersedia berbagai fasilitas untuk wisatawan datang ke bromo. Banyaknya
hotel maupun villa untuk bermalam, mobil jeep yang digunakan menuju ke kawasan
gunung bromo, dan berbagai fasilitas lain yang berguna untuk wisatawan.

a. Manfaat sosial dan budaya

Mayarakat pada daerah bromo umumnya di huni oleh masyarakat asli di daerah
itu yaitu suku tengger. Tengger secara etimologis memiliki arti berdiri tegak atau
diam dan tidak bergerak. Tengger jika dikaitkan dengan kepercayaan yang hidup
dalam masyarakat dapat diartikan tenggering budi luhur. Tengger juga memiliki arti
sebagai tanda atau cirri yang memberikan sifat khusus pada sesuatu. Tengger dapat
dikatakan sebagai sifat-sifat budi pekerti luhur. Tengger juga memiliki pemaknaaan
lain dalam kepercayaan masyarakat pendukungnya. Tengger merupaka akronim dari
kata “teng” dari Rara Anteng dan ger dari Joko Seger. Anteng memiliki makna
kedamaian dan seger memiliki maka kesuburan. Hal tersebut tercermin pula dalam
kehidupan masyarakat Tengger yang penuh kedamaian, hidup sederhana, gotong
royong, dan toleran.

Masyarakat yang berkediaman di daerah bromo, terutama suku tengger adalah


petani. Alat transportasi mereka kebanyakan menggunakan kendaraan sepeda motor
bila hendak ke ladang atau berkebun. Waktu panen barulah mereka menggunakan
transportasi jeep untuk mengangkut hasil bertani tersebut. Hasil panen tidak disimpan
di gudang atau rumah mereka sendiri melainakan yang juga dibungkus dengan
karung-karung khusus dan ditaruh di tepian kebun. Hal ini untuk memudahkan

21
pelanggan pertama ke pasar. Gudang-gudang sederhana yang terbuat dari papan kayu
ini sering kali menjadi tempat tinggal pada saat musim panen.

Masyarakat Tengger yang hidup di lokasi terpencil telah melaksanakan sosialisasi


budaya sejak masih kanak-kanak. Berbagai kebiasaan termasuk pemahaman dan
penanaman keyakinan religi telah dilakukan oleh para tetua adat, serta dilakukan oleh
individu secara aktif, dengan memanfaatkan berbagai momen atau waktu perayaan
adat, sesuai dengan siklus kehidupan petani. Budaya warisan turun temurun dari
nenek moyang terus di pegang teguh dan dilestarikan oleh masyarakat Tengger.
Tempat tinggal yang lumayan jauh dan terpencil dari suasana hiruk pikuk kota,
memberikan keuntungan sendiri bagi masyarakat Tengger untuk tetap teguh
mempertahankan tradisi nenek moyang mereka dari berbagai ancaman seperti halnya
pengaruh modernitas dari wilayah luar. Hal ini juga membatasi arus informasi
maupun pengetahuan yang masuk dari luar masyarakat Tengger. Pergantian waktu di
era saat ini, masyarakat adat Tengger secara perlahan sudah mulai terbuka terhadap
perubahan dan sedikit demi sedikit mulai mendapat informasi maupun pengetahuan
dari luar wilayah suku Tengger. Dan mereka tetap dengan mempertahankan tradisi
dan warisan budaya dari nenek moyangnya. Hal ini diartikan bahwa tradisi yang
selama ini ada tidak tergerus oleh arus perubahan zaman, baik secara fisik maupun
budaya. Demikian juga arus pembangunan yang semakit meningkat dan terus terjadi
tidak dengan serta merta meluluh lantahkan kekhasan budaya yang ada, tetapi justru
memperkaya.

F. Proses Geologis Pantai Bentar

Pantai bentar merupakan pantai yang berteluk sehingga dengan mudah


mengendapkan material-material pantai, pada dasarnya pantai bentar ini juga
berbatasan langsung dengan kaki bukit/gunung yang biasanya disebut bukit bentar
atau dengan dataran yang sempit, bukit bentar juga mempunyai fungsi sebagai bahan
spot foto bagi pengunjung pantai bentar tersebut. Teluk-teluk berselingan dengan

22
punggungan bukit dengan berbagai struktur geologi seperti struktur lipatan, patahan,
komplex, atau gunungapi. Dasar laut umumnya terjal, langsung ke laut dalam. Gejala
demikian terlihat di Dalmasia, Spanyol, Pasifik Selatan, dan mungkin juga di
Indonesia bagian Timur. Hal tersebut disebabkan oleh tenggelamnya wilayah tersebut
oleh genangan air laut (submergence).

Pada bagian selatan pantai adalah di dominasi oleh pasir putih dan pada bagian
pantai utara jawa di dominasi oleh pasir yang berwarna gelap atau hitam yang
dipengaruhi oleh adanya faktor muara sungai yang dibagian utara cenderung relatif
besar dibandingkan pada bagian selatan yang di kontrol oleh faktor-faktor tebing
yang langsung bertemu dengan laut menyebabkan penghambatan proses sedimentasi.
Banyaknya transpor sedimen (yang dinyatakan dalam berat, massa, atau volume
persatuan waktu) dapat ditentukan dari perpindahan tempat netto dari bahan yang
melalui suatu penampang lintang selama periode waktu yang cukup.Faktor-faktor
yang menentukan transportasi sedimen adalah sifat-sifat aliran air, sifat-sifat sedimen,
dan pengaruh timbal baliknya.

Besarnya angkutan sedimen juga sangat berubah-ubah, mulai dari nol saat musim
kemarau, hingga jumlah yang luar biasa pada saat musim penghujan. Oleh karena itu
diperlukan beberapa data besarnya sedimen selama setahun untuk dapat mengetahui
besarnya sedimentasi yang terjadi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi besarnya
sedimentasi, maka penelitian yang dilakukan menyangkut bidang yang sangat luas
dan analisisnya pun rumit. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya sedimentasi
di daerah pengaliran sungai antara lain: Cakupan areal daerah pengaliran, kondisi
geologi daerah pengaliran, kondisi topografi,kondisi meteorologi, karakterikstik
hidrolika sungai, vegetasi pada daerah pengaluran, kegiatan manusia, karakteristik
manusia

23
BAB V

PENUTUP

24
A. Kesimpulan
Daerah Jawa Timur memiliki berbagai fenomena yang khas, fenomena yang khas
diantaranya fenomena pengunungan karst, fenomena endapan vulkanik Gunung
Semeru, fenomena Gunung Bromo dan fenomena endapan marine di pantai bentar.
Lahan karst memiliki berggai macam potensi, diantaranya sumber daya alam,
kenekaragaman hayati, nilai fungsional tinggi bagi makhluk hidup, nilai pariwisata,
fungsi ekologi, dan memiliki potensi tinggi meningkatkan ekonomi dengan adanya
pertambangan.

Wilayah endapan vulkanik Gunung Semeru memiliki fenomena geografi yang


kompkeks. Gladak Perak merupakan sungai tempat mengalirkannya material-material
hasil erupsi Gunung Semeru. Daerah Gladak Perak merupakan daerah pertemuan
antara intrusi magma dari dapur magma dan lempeng selatan dengan daerah karst, hal
ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa jenis batuan hasil kombinasi formasi
vulkanik dengan kapur seperti, batu meril yang terbentuk karena pertemuan abu
vulkanik dengan kapur yang terus mengalami proses geologi. Potensi yang dimiliki
Gunung Bromo ialah tempat wisata yang populer di wilayah kawasan Gunung
Brormo. Sekitar wilayah Gunung Bromo banyak jenis pertanian yang dikelola
masyarakat setempat, hal ini dikarenakan wilayahnya cukup subur. Sedangkan Pantai
bentar merupakan pantai yang berteluk sehingga dengan mudah mengendapkan
material-material pantai

B. Saran
Sebagai seorang geograf, setelah mealukan observasi kita seharusnya sadar akan
pentingnya memanfaat sumber daya alam yang ada dan mengembangkankan. Sebagai
mahasiswa kita diharuskan melakukan penelitian demi mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada pada setiap fenomena yang ada.

25
DAFTAR PUSTAKA

26
Ariyanto, W., & Dibyosaputro, S. 2012. Tingkat Kerusakan Lahan Akibat
Penambangan Batugamping dan Prioritas Reklamasi Lahan Desa Pacarejo
Kab Gunung Kidul DIY. Jurnal Bumi Indonesia Vol. 1 No.3

Badan Pusat Statistik. 2007. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2007
Surabaya: BPS

Beynen, P. E. 2011. Karst Management. London: Springer.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Jawa Timur. 2010. G. Semeru.
Surabaya: Pemerintah Propinsi Jawa Timur.

Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Jawa Timur. 2006. Laporan Akhir Studi Potensi
Pemanfaatan Sumber Sumber Air di Kabupaten Lumajang.

Ford, D. C., & Williams, P. 2007. Karst Hydrogeology and Geomorphology. London:
John Wiley & Sons Ltd.

Haryono, E. 2000. Some Properties of Epikarst Drainage System in Gunungkidul


Regency, Yogyakarta, Indonesia. The Indonesian Jurnal Of Geography
Vo.32 , 75-86

Haryono, E. 2001. Nilai Hidrologis Bukit Karst. Seminar Nasional: Eko Hidrolik.
Yogyakarta: Teknik Sipil UGM.

Haryono, E. 2014. Pedoman Identifikasi Kerusakan Lingkungan Kawasan Karst.


Yogyakarta: Kementerian Lingkungan Hidup (Forum Pengelola Kawasan
Karst Gunungsewu)

Haryono, E., & Adji, T. N. 2004. Pengantar Geomorfologi dan Hidrologi Karst.
Yogyakarta: Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM.

27
Haryono, E., & Day, M. 2004. Landform Differentiation Within Gunungkidul
Kegelkarst. Java, Indonesia Journal of Cave and Karst Studies Vol.66 No.2,
62-69

Haryono, E., & Sutikno. 2000. Perlindungan Fungsi Kawasan Karst. Seminar
Perlindungan Penghuni Kawasan Karst Masa Lalu, Masa Kini dan Masa
Datan Terhadap Penurunan Fungsi Kualitas Lingkungan. Surakarta: PSL-
LEMLIT UNS & KMLH.

Heryana Ade. 2016. Pengertian dan Jenis-Jenis Penelitian.

Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, cv

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta, cv.

28
LAMPIRAN

A. Lahan Karst Puger

29
B. Endapan Vulkanik Gunung Semeru

30
C. Gunung Bromo

31
32
D. Pantai Bentar

33

Anda mungkin juga menyukai