PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah praktek lapangan tentang pengenalan bentang lahan adalah salah satu
metode pembelajaran Pendidikan Geografi. Ilmu geografi mempelajari hubungan
timbal balik aspek alam dan manusia dengan lingkungannya atau yang biasa dikenal
dengan geografi terpadu. Pembelajaran ini bertujuan untuk mengaplikasikan secara
langsung teori yang telah disampaikan di dalam kelas, bagaimana bentuk asli dari
lahan karst, endapan vulkanik, jenis lahan, geologi lahan, hidrologi lahan, vegetasi,
pergerakan tanah, proses terbentuknya lahan.
Mata kuliah ini dilaksanakan di wilayah tapal kuda yang bertujuan untuk
mengenal fenomena geologis di Jawa Timur, di antaranya lahan karst Puger, endapan
vulkanik Gunung Semeru, lahan Gunung Bromo, dan pantai Bentar. Dilapangan
mahasiswa dituntut untuk mengetahui ketinggian, kecepatan angin, kelembapan
udara, suhu, dan titik koordinat pada setiap daerah observasi tersebut menggunakan
alat-alat yang disediakan.
1
Lahan karst puger salah satu sumber daya alam yang berada di Jember.
Gunung kapur ini memiliki nilai kandung ilmiah ekonomi maupun nilai kemanusian
yang tinggi. Kawasan karst memiki potensi tinggi dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat daerah lahan karst. Permasalahannya terletak pada dampak dari
penambangan yang terjadi di lahan karst puger yang mempengaruhi fungsi ekologis
karst. Kegiatan penambangan menurunkan vegestasi dan mengakibatkan erosi dan
pencemaran air.
2
bekurangnya keindahan estetika hutan mangrove. Jika penanganan pelestarian hutan
mangrove tidak ditangani lebih lanjut maka mengakibatkan abrasi pantai maupun
berdampak langsung pada habitat yang hidup diwilayah hutan mangrove.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi yang dapat dikembangkan di wilayah lahan karst
puger?
2. Bagaimana proses Geologi dari hasil endapan vulkanik Gunung Semeru?
3. Bagaimana potensi yang dapat dikembangkan di kawasan Gunung
Bromo?
4. Bagaimana Pengaruh Proses Geologis terhadap Pantai Bentar?
C. Tujuan
1. Menganalisis potensi yang dapat dikembangkan di wilayah lahan karst
puger.
2. Menganalisis proses geologi dari hasil endapan vulkanik gunung semeru.
3. Menganalisis potensi yang dapat dikembangkan di kawasan Gunung
Bromo.
4. Mengetahui dan memahami pengaruh proses geologis terhadap pantai
bentar.
3
D. Manfaat
1. Secara Praktis, memberikan gambaran umum bentang lahan didaerah
Karst Puger, Endapan Vulkanik Gunung Semeru, Gunung Bromo, dan
Pantai Bentar secara nyata baik dari segi geografi, ekonomi maupun
sosialnya.
2. Secara Teoritis dapat memberikan Pengetahuan bagi mahasiswa
tentang Bentang Lahan di daerah Karst Puger, Endapan Vulkanik
Gunung Semeru, Gunung Bromo, dan Pantai Bentar.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Piket nol merupakan sebuah spur atau taji dari semeru selatan, spur tersebut
berbentuk cekung,(seperti semenanjung tapi berada di daratan) yang mana merupakan
peralihan antara materi vulkanis dan materi karst (selatannya materi karst, dan di
utaranya materi vulkanis). Piket nol juga merupakan kawasan perbatasan antara
produk vulkan purba dan vulkan semeru muda atau disebut sebagai tengger muda.
5
Indonesia. Menurut Cas dan Wright (1988) gunungapi stratovulkanik terbentuk akibat
adanya pengendapan material piroklastik yang berulang-ulang dan sedikit aliran lava
pada zona pusat erupsi. Batuan yang terendapkan dan membentuk tubuh
stratovulkanik berbeda-beda. Bogie dan Mackenzie (1998) telah membuat fasies
model untuk stratovulkanik. Dalam fasies model tersebut stratovulkanik dapat dibagi
menjadi 4 zona fasies, yaitu : zona sentral, zona proksimal, zona medial, zona medial,
dan zona distal. Gunung Bromo secara geologi regional masuk dalam daerah
vulkanik kuarter (Gambar 1). Gunung ini terkenal dengan kaldera yang begitu luas.
C. Lahan Karst
Menurut Gunung Sewu Indonesian Cave and Karst Journal dalam HIKESPI
(2005) klasifikasi bentang alam kawasan karst dapat ditinjau dari beberapa sudut
pandang. Berdasarkan cakupan luasan daerah agihan, sehingga dapat tidaknya
kawasan karst teridentifikasi dari peta dasar (peta topografi, foto udara, citra
inderaja), maka dikenal klasifikasi kawasan karst minor atau mikro, dan mayor atau
makro.
Pada daerah karst Puger pohon- pohon nampak miring. Karst yang teerjadi
didaerah Puger diakibatkan karena adanya pengangkatan ujung gunung selatan.
Lapisan karst dulunya merupakan singkapan. Ketebalan karst didaerah ini cukuplah
baik.
Pantai Bentar sebagai salah satu pantai utara yang terhubung dengan Laut Jawa.
Menurut Siagian (2008) kawasan pesisir utara dan pesisir timur merupakan pusat
6
perekonomian dan persebaran penduduk di Jawa Timur, sehingga terjadinya potensi
akan kerusakan lingkungan juga akan lebih tinggi dibanding dengan kawasan pesisir
selatan. Perairan pesisir timur termasuk perairan yang tercemar berat oleh limbah
domestik, limbah industri, dan limbah pertanian termasuk limbah tambak.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif. Ade Heryana
(2016) mendeskprisikan, penelitian deskripsi (Descriptive research) sering
dipakai dengan istilah ex post facto research. Penelitian Deskriptif meli[uti
survey dan penulusuran fakta-fakta terhadap berbagai permasalahan. Secara garis
besar penelitian deskriptif ialah bagaimana peneliti dapat menjelaskan suatu
keadaan atau fenomena yang ada dengan sejelas-jelasnya.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi tempat kami observasi diantaranya kawasan Karst Puger yang
terletak di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, selanjutnya kami observasi
pada endapan vulkanik Gunung Semeru yang terletak di Desa Pronojiwo,
Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Lokasi ketiga terletak di
Gunung Bromo yang terletak di Jawa Timur. Observasi terakhir ini
menganalisis daerah endapan marine di Pantai Bentar yang terletak di
Kabupaten Probolinggo.
8
2. Alat Tulis & Blocknote
3. Karet
4. Kamera
5. Jalon (Untuk kemiringan lereng)
6. Pipet
7. Pipa
8. Tali Rafia
9. Palu
B. Bahan
1. HCL (Digunakan untuk menunjukkan adanya kandungan zat kimia
suatu batuan).
2. GPS (Menentukan posisi menggunakan sistem navigasi satelit)
3. Anemometer (Mengukur kecepatan angin)
4. Higrometer (Mengukur kelembapan udara dan suhu)
5. Klinometer (Mengukur sudut elevasi/kemiringan lereng)
9
b. Teknik Dokumentasi
Teknik Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang juga kami
gunakan dalam melakukan observasi. Sedangkan menurut Sugiyono
(2013:240), dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau kary-karya
monumental dari seseorang. Sugiono (2017: 124) menjelaskan studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualikatif. Kesimpulan definisi menurut para
ahli teknik pengumpulan data mengunakan metode dokumentasi dilakukan
dengan cara mengumpulkan data lembaga, media elektronik ataupun media
cetak dapat bebrbutuk tulisan, maupun gambar.
c. Teknik Analisis
Menurut Sugiyono (2017: 127) teknik analisis data yang digunakan
sudah jelas, dimana analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan
masalah dan atau menguji hipotesis yang dirumuskan dalam proposal.
Teknik analisis yang digunakan pada observasi ini yanitu teknik analisis data
secara deskriptif. Teknik analisis data secara deskriptif merupakan teknik
analisis yang dipakai untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada
maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
a. Tabel 4.1
Lahan Karst
NO Kategori Hasil
a. Ketinggian
b. Angin
c. Kelembapan Udara 68%
d. Titik Koordinat S = 08020. 7871 E = 113028. 4271
e. Suhu 32,70 C
f. Kemiringan 30m
g. Elevasi 350-50%
11
b. Tabel 4.2
c. Tabel 4.3
Gunung Bromo
NO Kategori Hasil
a. Ketinggian 2100-2300 m
b. Angin 10,7 knot
c. Kelembapan Udara 42-97%.
d. Titik Koordinat S = 07056. 3751 E = 1120.1321
e. Suhu 3-20 °C
f. Kemiringan
g. Elevasi 2100 - 2300
d. Tabel 4.4
Pantai Bentar
NO Kategori Hasil
a. Ketinggian 13 mdpl
b. Angin 2,6 ; 2,8 ; 3,2 ; 3,7 knot
12
c. Kelembapan Udara 67%
d. Titik Koordinat S = 07° 56. 375' E = 112° 57. 132'
e. Suhu 30,80 C
f. Kemiringan 0% (Datar) – 10 = 4,2%
Lahan karst dapat dicirikan dengan sitem hidrologi bawah tanah yang khas.
Menurut (Haryono & Sutikno, 2000) Bentang alam karst memiliki ciri-ciri diantanya
tersusun oleh bentukan berupa cekuangan tertutup atau lembah kering dengan ukuran
dan bentuk, tidak memiliki drainase permukaan atau sungai permukaan, memiliki
bentukan khas berupa goa-goa karst dan sistem drainase bawah tanah.
Bentang alam karst tidak hanya terbetuk pada wilayah yang disusun oleh batuan
karbonat, tetapi juga pada batuan yamg mudah larut dan memiliki porositas sekunder
seperti batu garam dan batu gypsum). Namun mayoritas persebaran lahan karst di
Indonesia mengandung karbonat (CaCO3), maka dari itu lahan karst identik dengan
batuan karbonat. Batuan karbonat (CaCO 3) merupakan batuan khusus yang terbentuk
dari hasil akumulasi aktivitas organic terdahulu.
Lahan karst memiliki berggai macam potensi, diantaranya sumber daya alam,
kenekaragaman hayati, nilai fungsional tinggi bagi makhluk hidup, nilai pariwisata,
fungsi ekologi, dan memiliki potensi tinggi meningkatkan ekonomi dengan adanya
13
pertambangan. Karst tidak hanya berfungsi sebagai ekosistem yang memiliki
keanekaragaman hayati dan kandungan sumber daya alam tinggi, wilayah ini juga
memiliki nilai artistik dan pariwisata dari bentukan-bentukan karst (Beynen, 2011).
Bentukan bukit karst yang tersebar di kawasan karst pada dasarnya memiliki fungsi
ekologis sebagai penyimpanan dan sistem regulator hidrologis kawasan karst
(Haryono & Sutikno, 2000). Sebagian besar air yang ditampung oleh bukit dan
cekungan karst akan masuk kebawah tanah melalui celah-celah batuan menjadi aliran
air bawah tanah atau keluar menjadi mata air (Haryono, 2001). Menurut Haryono &
Sutikno (2000) manfaat kawasan karst dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Manfaat Ekonomi Kawasan Karst
14
Aktivitas manusia lainnya seperti permukiman, pertanian, pertenakan, perkebunan
juga menyebabkan terganggunya kawasan karst seperti peningkatan erosi, deposisi,
dan pencemaran tubuh perairan akibat limbah rumah tangga, pertanian dan
peternakan. Selain itu, pemanfaatan karst berupa pariwisata juga menyebabkan
kerusakan lingkungan karst berupa ornamen-ornamen khusus dan menimbulkan
pencemaran. Pemanfaatan karst dalam bidang pariwisata pada dasarnya memiliki
nilai ekonomis yang tinggi dan dapat menambah pendapatan daerah. Namun,
pemanfaatan ini dilakukan dengan hanya memperhatikan dari segi ekonomi saja.
Sehingga kerusakan-kerusakan ekologis karst sangat intensif terjadi.
2. Manfaat Sosial-Budaya
15
3. Manfaat Ilmu Pengetahuan
Kawasan karst merupakan obek kajian yang menarik bagi ilmu pengetahuan
seperti: geologi, geomorfologi, hidrologi, biologi, arkeologi, dan karstologi. Masing-
masing ilmu tersebut memiliki keterkaitan dengan kawasan karst karena fenomena
yang terjadi di kawasan karst unik dan tidak terjadi di kawasan lainnya. fenomena
tersebut dapat berupa fenomena abiotik dan biotik di bawah permukaan dan di atas
permukaan.
16
berlangsung sangat cepat mengingat kawasan ini memiliki tanah yang sangat tipis.
Singkapan batuan di kawasan karst dapat terjadi akibat adanya aktivitas manusia
berupa penambangan batugamping. Penambangan bukit karst dapat membuka lapisan
tanah permukaan dan menghilangkan mintakat epi karst.
Penurunan kualitas dan kuantitas mata air maupun sungai bawah tanah di
kawasan karst menunjukkan terjadinya kerusakan lingkungan di suatu kawasan karst.
Kawasan karst yang disusun oleh bukit karst yang telah kehilangan mintakat epikarst
akan memiliki debit musim penghujan yang lebih besar dan memiliki debit musim
kemarau yang sangat kecil. Menurut Haryono (2014) indikator kuantitas dan kualitas
air yang digunakan untuk menilai kerusakan kawasan karst merupakan kuantitas dan
kualitas mataair epikarst, yaitu mataair yang muncul di kaki bukit karst dengan debit
yang kecil (<2 lt/detik).
Telaga karst merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup di
sekitarnya. Aktivitas manusia dalam memanfaatkan telaga dan kawasan sekitarnya
tanpa memperhatikan aspek ekologi menyebabkan terjadinya kerusakan telaga.
Mataair karst pada kondisi alamiah memiliki kualitas air kelas I. Aktivitas
manusia yang tinggi disekita mataair dapat menyebabkan tercemarnya mataair
sehingga terjadi penurunan kualitas mataair. Selain kualitas, kerusakan mataair juga
disebabkan oleh peningkatan fluktuasi mataair, umur fluktuasi yang pendek atau
keringnya mataair di musim kemarau.Peningkatan fluktuasi mataair disebabkan oleh
berkurangnya simpanan air di mintakan epikarst.
17
D. Proses Geologi dari Hasil Endapan Vulkanik Gunung Semeru.
Gladak perak terletas di kawasan piket nol yang berada di kecamatan Pronojiwo
kabupaten lumajang, sedangkan G. Semeru terletak pada 08o06,5’ LS dan 112o55’
BT. G. Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676
m dpl. Puncak G. Semeru adalah puncak Mahameru dengan kawah Jonggring Saloko.
G. Semeru merupakan gunungapi berbentuk stratovolcanoes dengan kubah lava. G.
Semeru terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Propinsi
Jawa Timur namun mulut kawahnya pada saat ini mengarah ke tenggara sehingga
arah leleran lavanya mengarah ke Kabupaten Lumajang. Hal ini menyebabkan
Kabupaten Lumajang memiliki potensi ancaman bahaya lahar dingin dari G. Semeru
lebih besar bila dibandingkan dengan Kabupaten Malang (Sumber: Dinas ESDM
Jawa Timur, 2010).
18
yang terjadi pada massa pra-quarter dengan materi penyusunnya berupa tuff dan
aglomerat. Di Gladak Perak, pola aliran sungai dikategorikan coarse dendritic.
Alirannya point bar yang disebut proses degradasi. Pola ini berkembang pada batuan
yang resistennya seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan beku massif, daerah
lipatan, dan daerah metamorf yang kompleks.
a. Manfaat sosial, budaya
Manfaat sosial dapat dirasakan diaerah kecamatn Pronojiwo di daerah gladak
perak Lumajang, wilayah kecamatn jauh dari kota dan daerahnya berliku-liku terjal
membuat daerah di sekitar gladak perak tertinggal, tertinggal dalam kutip memenuhi
kebutuhan pokok seperti beras, bahan makanan yang bisanya beli di pasar, setidaknya
butuh perjuangan lebih bagi masyarakat sekitar gladak perak demi memenuhi
kebutuhannya. Meskipun seperti itu daerah gladak perak merupakan jalur
penghunung kabupaten Lumajang dan kabupaten Malang, maka dari itu gladak perak
sering dilalui warga yang ingin berpergian ke daerah Lumajang maupun Malang.
Jalur piket nol merupakan jalur alternatif bagi masyarakat yang berpergian menuju
kedua kabupaten tersebut, meskipun jalan yang terjal, berbahaya, dan rawan longsor
tapi dapat terhindar dari macet yang panjang. Daerah sekitar gladak perak biasanya
digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi masyaraakat yang berpergian.
Gunung Bromo adalah destinasi wisata yang sangat digandrungi baik macam
negara dan lokal. Gunung Bromo juga termasuk wisata yang unggulan Jawa Timur,
Jawa Timur memiliki berbagai wisata yang dpat meningkatan pendpapat daerah.
Industri pariwisata telah memberikan sumbangan pendapatan bagi pemerintah daerah
maupun bagi masyarakat desa setempat, di Jawa Timur perolehan devisa dari
kunjungan wisata pada 2007 sebesar 161,60 juta US Dollar, sedangkan 2008
meningkat menjadi 183,15 juta US Dollar, atau meningkat 13,34%. Sedangkan rata-
rata pengeluaran per hari/orang untuk wisatawan asing selama 2007 sebesar 120,56
19
US Dollar, dan pada 2008 135, 96 US Dollar atau meningkat 12,77%. Hal ini bisa
dikatakan banyak memberikan sumbangan terhadap peningkatan PDRB Jawa Timur
(BPS 2007)
20
pembangunan kepariwisataan yang menyeluruh dan terintegrasi bisa berjalan dengan
baik.
Pemandangan alam yang indah di Bromo, maka tidak heran banyak wisatawan
dalam maupun asing datang ke bromo hanya untuk menikmati pemandangan yang
disugukan oleh keindahan kawasan bromo. Oleh karena itu, saat ini didaerah sekitar
bromo telah tersedia berbagai fasilitas untuk wisatawan datang ke bromo. Banyaknya
hotel maupun villa untuk bermalam, mobil jeep yang digunakan menuju ke kawasan
gunung bromo, dan berbagai fasilitas lain yang berguna untuk wisatawan.
Mayarakat pada daerah bromo umumnya di huni oleh masyarakat asli di daerah
itu yaitu suku tengger. Tengger secara etimologis memiliki arti berdiri tegak atau
diam dan tidak bergerak. Tengger jika dikaitkan dengan kepercayaan yang hidup
dalam masyarakat dapat diartikan tenggering budi luhur. Tengger juga memiliki arti
sebagai tanda atau cirri yang memberikan sifat khusus pada sesuatu. Tengger dapat
dikatakan sebagai sifat-sifat budi pekerti luhur. Tengger juga memiliki pemaknaaan
lain dalam kepercayaan masyarakat pendukungnya. Tengger merupaka akronim dari
kata “teng” dari Rara Anteng dan ger dari Joko Seger. Anteng memiliki makna
kedamaian dan seger memiliki maka kesuburan. Hal tersebut tercermin pula dalam
kehidupan masyarakat Tengger yang penuh kedamaian, hidup sederhana, gotong
royong, dan toleran.
21
pelanggan pertama ke pasar. Gudang-gudang sederhana yang terbuat dari papan kayu
ini sering kali menjadi tempat tinggal pada saat musim panen.
22
punggungan bukit dengan berbagai struktur geologi seperti struktur lipatan, patahan,
komplex, atau gunungapi. Dasar laut umumnya terjal, langsung ke laut dalam. Gejala
demikian terlihat di Dalmasia, Spanyol, Pasifik Selatan, dan mungkin juga di
Indonesia bagian Timur. Hal tersebut disebabkan oleh tenggelamnya wilayah tersebut
oleh genangan air laut (submergence).
Pada bagian selatan pantai adalah di dominasi oleh pasir putih dan pada bagian
pantai utara jawa di dominasi oleh pasir yang berwarna gelap atau hitam yang
dipengaruhi oleh adanya faktor muara sungai yang dibagian utara cenderung relatif
besar dibandingkan pada bagian selatan yang di kontrol oleh faktor-faktor tebing
yang langsung bertemu dengan laut menyebabkan penghambatan proses sedimentasi.
Banyaknya transpor sedimen (yang dinyatakan dalam berat, massa, atau volume
persatuan waktu) dapat ditentukan dari perpindahan tempat netto dari bahan yang
melalui suatu penampang lintang selama periode waktu yang cukup.Faktor-faktor
yang menentukan transportasi sedimen adalah sifat-sifat aliran air, sifat-sifat sedimen,
dan pengaruh timbal baliknya.
Besarnya angkutan sedimen juga sangat berubah-ubah, mulai dari nol saat musim
kemarau, hingga jumlah yang luar biasa pada saat musim penghujan. Oleh karena itu
diperlukan beberapa data besarnya sedimen selama setahun untuk dapat mengetahui
besarnya sedimentasi yang terjadi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi besarnya
sedimentasi, maka penelitian yang dilakukan menyangkut bidang yang sangat luas
dan analisisnya pun rumit. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya sedimentasi
di daerah pengaliran sungai antara lain: Cakupan areal daerah pengaliran, kondisi
geologi daerah pengaliran, kondisi topografi,kondisi meteorologi, karakterikstik
hidrolika sungai, vegetasi pada daerah pengaluran, kegiatan manusia, karakteristik
manusia
23
BAB V
PENUTUP
24
A. Kesimpulan
Daerah Jawa Timur memiliki berbagai fenomena yang khas, fenomena yang khas
diantaranya fenomena pengunungan karst, fenomena endapan vulkanik Gunung
Semeru, fenomena Gunung Bromo dan fenomena endapan marine di pantai bentar.
Lahan karst memiliki berggai macam potensi, diantaranya sumber daya alam,
kenekaragaman hayati, nilai fungsional tinggi bagi makhluk hidup, nilai pariwisata,
fungsi ekologi, dan memiliki potensi tinggi meningkatkan ekonomi dengan adanya
pertambangan.
B. Saran
Sebagai seorang geograf, setelah mealukan observasi kita seharusnya sadar akan
pentingnya memanfaat sumber daya alam yang ada dan mengembangkankan. Sebagai
mahasiswa kita diharuskan melakukan penelitian demi mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada pada setiap fenomena yang ada.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Ariyanto, W., & Dibyosaputro, S. 2012. Tingkat Kerusakan Lahan Akibat
Penambangan Batugamping dan Prioritas Reklamasi Lahan Desa Pacarejo
Kab Gunung Kidul DIY. Jurnal Bumi Indonesia Vol. 1 No.3
Badan Pusat Statistik. 2007. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2007
Surabaya: BPS
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Jawa Timur. 2010. G. Semeru.
Surabaya: Pemerintah Propinsi Jawa Timur.
Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Jawa Timur. 2006. Laporan Akhir Studi Potensi
Pemanfaatan Sumber Sumber Air di Kabupaten Lumajang.
Ford, D. C., & Williams, P. 2007. Karst Hydrogeology and Geomorphology. London:
John Wiley & Sons Ltd.
Haryono, E. 2001. Nilai Hidrologis Bukit Karst. Seminar Nasional: Eko Hidrolik.
Yogyakarta: Teknik Sipil UGM.
Haryono, E., & Adji, T. N. 2004. Pengantar Geomorfologi dan Hidrologi Karst.
Yogyakarta: Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM.
27
Haryono, E., & Day, M. 2004. Landform Differentiation Within Gunungkidul
Kegelkarst. Java, Indonesia Journal of Cave and Karst Studies Vol.66 No.2,
62-69
Haryono, E., & Sutikno. 2000. Perlindungan Fungsi Kawasan Karst. Seminar
Perlindungan Penghuni Kawasan Karst Masa Lalu, Masa Kini dan Masa
Datan Terhadap Penurunan Fungsi Kualitas Lingkungan. Surakarta: PSL-
LEMLIT UNS & KMLH.
28
LAMPIRAN
29
B. Endapan Vulkanik Gunung Semeru
30
C. Gunung Bromo
31
32
D. Pantai Bentar
33