Anda di halaman 1dari 4

Artikel Karakteristik Fisik wilayah Pantai Pria Laot, Kecamatan

Sukakarya, Kota Sabang


1. PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki gunung api aktif
terbanyak di dunia, yaitu lebih dari 30% dari gunung aktif dunia ada di
Indonesia. Kawasan gunung api umumnya berpenduduk padat, karena
kesuburan dan keindahan panoramanya. Hingga saat ini gunung api aktif
di Indonesia dikelompokkan hanya berdasarkan sejarah letusannya, yaitu
tipe A (79 buah), adalah gunung api yang pernah meletus sejak tahun
1600, tipe B (29 buah) yang diketahui pernah meletus sebelum tahun
1600, dan tipe C (21 buah) adalah lapangan solfatara dan fumarola
(Bemmelen, 1949; van Padang, 1951; Kusumadinata 1979).
Gunung Api di Indonesia rata-rata terbentuk akibat zona subduksi.
Salah satunya Bukit Barisan yang berada di sepanjang Pulau Sumatera
akibat subduksi lempeng Indo-Australia (lempeng samudera) menunjam
ke bawah lempeng Eurasia (lempeng benua) di kerak bumi yang
bertemperatur tinggi [10]. Hal tersebut menyebabkan lempeng samudra
meleleh dengan densitas lelehan lebih rendah dari sumber asalnya
sehingga lelehan tersebut cenderung bergerak naik ke atas menjadi
magma.
Hasil kajian terhadap sebagian dari gunung api aktif tersebut
memperlihatkan perbedaan karakter erupsi yang secara langsung
berhubungan dengan potensi ancaman bahaya letusannya. Berdasarkan
sejarah letusannya, dikombinasikan dengan karakter fisik, bentang alam
puncak, struktur gunung api, dan tipe letusannya, gunung aktif di
Indonesia dapat dibedakan menjadi delapan tipe, yaitu tipe Tambora 1815
(letusan kaldera), Merapi (kubah lava), Agung (kawah terbuka),
Papandayan (runtuhan dinding kawah), Batur (pascakaldera), Sangeangapi
(aliran lava), dan Anak Krakatau (gunung api bawah laut). Klasifikasi
gunung api ini diharapkan akan dapat lebih memperjelas perbedaan
karakteristik gunung api aktif di Indonesia, sehingga dapat dipergunakan
untuk mendukung mitigasi ancaman bencana gunung api, penelitian, dan
pengembangan ilmu kegunungapian dan juga meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap gunung api aktif di Indonesia.
Salah satu gunung api aktif adalah gunung api pria laot yang ada di
ada didaerah Pulau Weh Kota Sabang Provinsi Aceh. Gunung api ini
sudah banyak dibuktikan oleh para penyelam yang turun langsung
mengamati gunung api bawah laut (hydrothermal) dikawasan pantai pria
laut, Bate Shoek, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang. Gunung api bawah
laut tersebut berada dikedalaman sekitar 10 meter dan menjadi salah satu
lokasi yang paling diminati oleh penyelam domestic maupun
mancanegara.
Pulau weh merupakan pulau vulkanik muda dengan tipe gunung
api C, tipe vulkanik dengan pusa/t letusan yang tidak diketahui dan bidang
fumerole menunjukkan aktivitas masa lalu. Pulau ini berada di Kelurusan
gunung api Sunda Orogen yang mengikuti suatu arah dari timur ke barat
dari Nusa Tenggara-Bali-Jawa-Sumatera ke pulau-pulau lain di ujung
barat laut Sumatera. Itu juga terletak di bagian utara barat laut-tenggara
sumatera besar Sistem sesar (De Neve, 1983).
Dikutip jurnal Geological Agency of Indonesia, Bandung,
mengatakan bahwa Pulau Weh merupakan kawasan yang sangat terkenal
sebagai lokasi penyelaman karena sangat banyak karang serta fenomena
aktifitas fumaroles bawah laut. Lokasi fumaroles bawah laut dapat diakses
oleh wisatawan menggunakan kapal ataupun dengan penyelaman (Kurnio
et al., 2015). Aktivitas panas bumi yang terjadi di Pulau Weh dipengaruhi
oleh aktifitas sesar, selain itu fenomena fumaroles yang ada di kawasan
pantai Teluk Pria Laut juga dipengaruhi oleh proses tektonik berupa sesar
(Suhanto, 2005).
Tanah vulkanik adalah tanah yang berasal dari letusan gunung api.
Letusan tersebut mengeluarkan tiga jenis bahan yaitu berupa cair, padatan,
dan gas. Bahan cair berupa lava dan lahar, sedangkan bahan padatan
berupa pasir, debu, dan abu vulkan yang kemudian menjadi bahan induk
penyusun tanah. Tanah yang berkembang dari abu vulkanik tergolong
subur dan sesuai dijadikan sebagai lahan pertanian seperti holtikultura.
Penelitian Devnita (2010) tentang karakteristik sifat kimia tanah di
beberapa tanah vulkanik (Andisol) di Jawa Barat, diantaranya: (1) nilai
kemasaman tanah berkisar antara masam hingga agak masam tergantung
bahan induk dari tanah tersebut, (2) nilai C-organik di lapisan atas adalah
tinggi sampai sangat tinggi tapi tidak lebih dari 25%, (3) kandungan
nitrogen total di dalam tanah berkurang dengan bertambahnya kedalaman
tanah, (4) retensi fosfor pada tiga lokasi tersebut sangat tinggi, melebihi
85%, dan (5) kapasitas tukar kation tergolong rendah hingga sedang.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada di daerah pesisir Pulau Weh, dengan
fokus penelitian berada pada teluk Pria Laot (Gambar 1). Penentuan
lokasi tersebut berdasarkan keterdapatan fenomena fumaroles bawah laut
yang cukup banyak (Gambar 1). Data primer yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi data suhu permukaan laut yang diperoleh dari citra
MODIS level 1 dan 2 (Desember 2015 - November 2016).
DAFTAR PUSTAKA
https://foto.tempo.co/read/104653/menyusuri-gunung-api-bawah-laut-di-sabang

Anda mungkin juga menyukai