Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gunung Kelud termasuk salah satu gunungapi dengan tipe keaktifan A di
Indonesia yang terletak di 7.93oS-112.308oE dengan ketingggian 1731 meter.
Lebih dari tiga puluh kali erupsi telah tercatat dari Gunung Kelud sejak seribu
Masehi. Menurut catatan sejarah kegiatannya, erupsi Gunung Kelud telah
menimbulkan banyak korban manusia dan harta benda. Sebelum letusan pada
tahun 2007, besar atau kecilnya jumlah korban jiwa sangan erat kaitannya dengan
volume air danau kawah yang berfungsi sebagai saluran pengendali air danau
yang dialirkan melalui sungai-sungai besar yang berhulu di puncak Gunung
Kelud, seperti Kali Bladak dan Kali Sumberagung.
Tipe letusan Gunung Kelud telah mengalami perubahan yang menarik selama
perkembangannya. Gunung Kelud yang tadi nya memiliki tipe letusan eksplosif,
pada tahun 2007 meletus dengan tipe letusan efusif. Letusan ini menghasilkan
munculnya kubah lava pada kawah Gunung Kelud, dan daerah kawah menjadi
kering.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, didapat rumusan masalah
sebagai berikut .
1. Gunung Kelud sebelum letusan tahun 2007
2. Letusan Gunung Kelud pada tahun 2007

1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini ialah untuk merangkum,
menyusun, dan menyajikan informasi mengenai Gunung Kelud sebelum letusan
pada tahun 2007 dan kondisi Gunung Kelud pada saat letusan tahun 2007.

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Metode pembuatan makalah ini bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data
dari berbagai literatur kemudian dianalisis dan disimpulkan. Dalam makalah ini
penulis merangkum dan memaparkan hasil penelitian dari berbagai data-data
laporan mengenai Gunung Kelud.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
studi literatur, yakni mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber
tertulis, dalam hal ini berupa data laporan serta makalah mengenai Gunung Kelud.

1.5 Sistematika Penulisan


Penulisan makalah ini terbagi menjadi enam bab, yaitu pendahuluan, geologi
regional, landasan teori, informasi Gunung Kelud, endapan Gunung Kelud,
mitigasi bencana, dan kesimpulan.
Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Pada bab dua akan dibahas mengenai keadaan geologi regional Jawa timur dan
struktur regionalnya.
Pada bab tiga berisi informasi Gunung Kelud meliputi informasi umum Gunung
Kelud, sejarah kegiatan gunungapi, kondisi Gunung Kelud sejak letusan 1990
2004, letusan terakhir Gunung Kelud, kronologi letusan terakhir Gunung Kelud,
karakteristik batuan di Gunung Kelud, dan karakteristik air kawah Gunung Kelud.
Pada bab empat terdapat pembahasan mengenai endapan di sekitar Gunung
Kelud.
Pada bab lima berisi mitigasi bencana dari Gunung Kelud (2004).
Pada bab enam berisi kesimpulan.

BAB 2
GEOLOGI REGIONAL
2.1 Fisiografi

Gambar 1. Fisiografi Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949)

Jawa Timur dan Madura di bagi menjadi 7 zona fisiografi yaitu, zona Pegunungan
Selatan Bagian Timur, Zona Solo, Zona Kendeng, Zona Randublatung, Zona
Rembang, Dataran Aluvial Jawa Utara, dan Gunungapi Kuarter (Van Bemmelen,
1949).
a. Zona Pegunungan Selatan Bagian Timur
Zona ini merupakan busur volkanik Eosen-Miosen yang terdiri atas endapan
silisiklastik, volkanoklastik, batuan karbonat, dan volkanik dengan kemiringan
seragam kearah selatan. Zona ini bersifat tidak menerus dan terdiri dari paling
tidak tiga bagian yang terisolasi (Van Bemmelen, 1949). Zona ini memanjang
sepanjang pantai selatan Jawa Timur dan Wonosari dekat Yogyakarta hingga
ujung paling timur Pulau Jawa. Daerah ini pada umumnya memiliki topografi
yang terbentuk oleh batugamping dan volkanik, serta sering dijumpai karst.

b. Zona Solo
Zona ini memiliki umur Tersier yang ditutupi oleh beberapa gunungapi yang
berumur kuarter, terbagi menjadi 3 subzone yaitu :

Subzona Blitar pada bagian selatan


Subzona ini merupakan jalur depresi yang sempit diantara pegunungan
selatan dan gunungapi muda , serta ditutupi oleh endapan alluvial.

Subzona Solo pada bagian tengah


Subzona ini terbentuk oleh deretan gunungapi volkanik muda dan datran
dataran antar pegununga, gunungapi tersebut antara lain adalah Gunung
Lawu, Gunung Wilis, Gunung Kelud, Pegunungan Tengger, dan Gunung
Ijen di ujung timur Pulau Jawa. Sedangkan dataran-dataran antar
gunungapinya yaitu Dataran Madiun, Dataran Ponorogo, Dataran Kediri
yang pada umumnya tersusun dari endapan lahar.

Subzona Ngawi pada bagian utara


Subzona ini merupakan depresi yang berbatasan dengan subzone Solo di
bagian selatan dan Pegunungan Kendeng di bagian utara. Subzona ini
pada umumnya dibentuk oleh endapan alluvial dan endapan gunungapi
yang kecil.

c. Zona Kendeng
Zona ini merupakan antiklinorium yang memanjang mulai dari Semarang
yang kemudian menyempit kearah timur sampai unung Jawa Timur di bagian
utara. Antiklinorium imi merupakan perpanjang kea rah timur dari
pegunungan Serayu Utara, Jawa Tengah. Zona Kendeng merupakan anjakan
berwarna barat-timur . zona ini umumnya terbentuk oleh endapan volkanik ,
batupasir, batulempung dan napal.

d. Zona Randublatung
Zona ini merupakan sinklinorium yang memanjang mulai dari Semarang di
sebelah barat hingga Wonosobo pada bagian timur. Zona ini berbatasan
dengan zona Kendeng di bagian selatan dan zona Rembang pada bagian utara.
e. Zona Rembang
Zona ini merupakan sebuah antiklinorium yang memanjang dengan arah
barrat-timur, mulai dari sebelah timur Semarang hingga Pulau Madura dan
Kangean. Zona ini memiliki lebar rata-rata 0 km. Zona ini merupakan hasil
dari segala gejala tektonik Tersier akhir. Zona ini terdiri dari sikuen mulai dari
Eosen hingga Pliosen yang berupa sedimen klastik laut dangkal dan karbonat
pada laut yang luas. Pada zona ini terdapat sebuah tinggian (tinggian
Rembang) yang dibatasi oleh sesar mayor berarah ENE-WSW.
f. Dataran Aluvial Jawa Utara
Bagian barat dari Dataran Aluvial Jawa Utara meliputi Semarang ke timur ke
Laut Jawa dan berbatasan dengan Zona Rembang di bagian timur. Pada bagian
timur mulai dari Surabaya hingga ke arah barat laut, di sebelah barat
berbatasan dengan Zona Randublatung, dan di sebelah utara serta selatan
berbatasan dengan Zona Rembang.
g. Gunungapi Kuarter
Zona ini berada di bagiah tengah Zona Solo, selain Gunung Muria. Beberapa
ahli menamakan sebagai Busur Volkanik Kenozoikum akhir yang aktif sejak
Miosen Akhir.
Berdasarkan klasifikasi diatas, daerah penelitian terletak pada Zona Gunungapi
Kuarter yang terletak ditengah Zona Solo yang terbentuk sejak Miosen Akhir.

2.2 Struktur Regional

Gambar 2. Skematik Peta Geologi Malang (Van Bemmelen, 1949)

Tatanan tektonik dan struktur geologi Pulau Jawa tidak terlepas dari adanya teori
tektonik lempeng. Kepulauan Indonesia merupakan titiik pertemuan antara tiga
lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia yang relatif lebih stabil, Lempeng
Samudra Pasifik yang bergerak relatif ke arah baratlaut, dan Lempeng IndoAustralia yang relatif bergerak ke arah utara.
Van Bemmelen membagi Pulau Jawa menjadi dua elemen struktur, yaitu
geosinklin Jawa Utara dan geosinklin Jawa Selatan. Kedua elemen tersebut
memanjang dari arah barat-timur. Geosinklin Jawa Utara dikenal sebagai
Cekungan Jawa Timur Utara. Struktur-struktur yang berkembang di Pulau Jawa
diakibatkan adanya suatu pengangkatan yang terjadi selama Kala Intra Miosen

dan pada Kala Plio-Pleistosen (Van Bemmelen, 1949). Daerah penelitian


memiliki pola struktur dominan berupa pola Meratus yang berarah timurlautbaratdaya (NE-SW).

BAB 3
GUNUNG KELUD
3.1 Informasi Umum Gunung Kelud
Gunung Kelud termasuk salah satu gunungapi dengan tipe keaktifan A di
Indonesia yang terletak di 7.93oS-112.308oE dengan ketingggian 1731 m.
Menurut bentuknya, gunungapi ini termasuk tipe stratovolcano. Secara
administratif, Gunung Kelud termasuk wilayah Kabupaten Kediri, lebih tepatnya
berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar, kira-kira
jaraknya 27 km di sebelah timur pusat Kota Kediri. Gunung dengan ketinggian
1731 m diatas permukaan laut ini dapat berjarak 40 km atau 45 menit dari arah
timur Monumen Simpang Lima Gumul (SLG) yang diproyeksikan menjadi
central business district (CBD) Kabupaten Kediri.
Menurut catatan sejarah kegiatannya, erupsi Gunung Kelud telah menimbulkan
banyak korban manusia dan harta benda. Gunung Kelud merupakan salah satu
gunung yang memiliki erupsi terbesar dan mematikan di Indonesia. Kegiatan
erupsi pada umumnya mengalami migrasi searah jarum jam mengelilingi puncak
kompleks kepundan. Lebih dari tiga puluh kali erupsi telah tercatat dari Gunung
Kelud sejak seribu Masehi. Pasokan air dari Kawah Kelud umumnya sedikit,
tetapi erupsi telah membuat aliran piroklastik dan lahar yang menyebabkan
bencana dan kerusakan yang fatal. Bencana erupsi terbesar yang banyak menelan
korban jiwa manusia terjadi pada tahun 1586 dengan korban meninggal sekitar
10.000 orang. Pada erupsi yang terjadi pada tahun 1919, korban jiwa yang
meninggal dunia berjumlah 5.190 orang dan 9000 rumah rusak dan hancur. Pada
erupsi tahun 1966, korban jiwa yang meninggal dunia berjumlah 211 orang,
sedangkan korban luka-luka berjumlah 86 orang. Pada erupsi yang terjadi pada
tanggal 10 Februari 1990, tidak ada korban langsung akibat letusan. Korban
tidak langsung akibat bencana banjir lahar dan runtuhnya atap rumah sebanyak 34
orang. Kampung Lestari dan Wonorejo hancur total, 8 rumah hanyut, 29 rumah
rusak berat, dan 58 rumah rusak ringan. Besar atau kecilnya jumlah korban jiwa
sangan erat kaitannya dnegan volume air danau kawah yang berfungsi sebagai

saluran pengendali air danau yang dialirkan melalui sungai-sungai besar yang
berhulu di puncak Gunung Kelud, seperti Kali Bladak dan Kali Sumberagung.
Akibat letusan Gunung Kelud tahun 1990, banyak terjadi perubahan ataupun
kerusakan morfologi, infrastruktur, Sabo-Dam, sarana komunikasi, dan fasilitas
umum lainnya. Untuk pelayanan umum sekaligus untuk mengantisipasi
kemungkinan meletusnya kembali Gunung Kelud, hal-hal tersebut sebelumnya
perlu ditata kembali dan disajikan secara rinci dalam bentuk Peta Kawasan Rawan
Bencana Gunung Kelud.

3.2 Sejarah Kegiatan Gunung Kelud


Berdasarkan catatan sejarah, kegiatan erupsi Gunung Kelud mulai terjadi pada
tahun 1000. Berdasarkan catatan sejarah, erupsi tersebut terjadi selama tiga abad
berturut-turut, yakni tahun 13111600, tahun 16001900 yang mempunyai
selang waktu istirahat terpanjang, yakni 6576 tahun dan tersingkat tiga tahun,
serta sejak 1900 hingga sekarang dengan waktu istirahat terpanjang 1531 tahun
dan tersingkat 1 tahun. Letusan besar yang tercatat terjadi pada tahun 1586, 1919,
1951, 1966, dan 1990. Letusan Gunung Kelud tahun 1586 menelan korban 10.000
korban jiwa akibat lahar letusan freatik yang tersebar ke arah selatan dan
baratdaya. Letusan 1919 menelan korban 5.160 jiwa. Setelah selesainya
terowongan air pada tahun 1965, jumlah korban jiwa akibat letusan eksplosif yang
terjadi pada tahun 1966 jauh berkurang, yaitu 211 jiwa. Pada bulan Februari 1990,
korban letusan langsung Gunung Kelud tidak ada. Dari catatan sejarah
kegiatannya, dapat diketahui bahwa ada pola distribusi produk letusannya
cenderung ke arah barat dan baratdaya. Kegiatan letusan terakhir pada bulan
Februari 1990 menghasilkan awan panas yang tersebar ke arah barat dan
baratdaya melalui Kali Bladak dan jatuhan piroklastik yang tersebar ke segala
arah sampai sejauh puluhan kilometer. Walaupun letusan Gunung Kelud
umumnya hanya berlangsung dalam beberapa jam, letusan gunungapi ini sangat
berbahaya karena hampir selalu menghasilkan aliran piroklastik (awan panas) dan
lahar letusan, bahkan, kadang-kadang diikuti bencana sekunder berupa lahar hujan
(lahar dingin) yang meluncur melalui media sungai-sungai besar, seperti Kali

Bladak, Kali Sumberagung, Kali Konto, Kali Putih, Kali Ngobo, dan Kali Semut.
Sejak letusan terakhir pada bulan Februari 1990 hingga 2004, aktivitas hanya
terdapat di sekitar tepi danau kawah berupa tembusan solfatara dan bualan air
berintensitas rendah.

3.3 Kronologi Letusan Terakhir Gunung Kelud


Letusan Gunung Kelud dikenal sebagai letusan yang bersifat eksplosif, tetapi
letusan yang terjadi pada bulan November 2007 bersifat efusif, dimana terjadi
aliran lava yang membentuk kubah lava. Kubah lava mulai muncul ke permukaan
sekitar tanggal 2 November 2007 ketika gempa spasmodic tremor terjadi dan
kenaikan suhu air danau kawah yang sangat tajam.

Percepatan pertumbuhan kubah lava mencapai puncak pada pertengahan bulan


Desember 2007. Setelah itu, percepatan pertumbuhan cenderung mengalami
penurunan. Pertumbuhan dikatakan hampir berhenti ketika memasuki bulan
April 2008, dimana gempa yang berasosiasi dengan pertumbuhan kubah lava
mulai jarang terekam di Gunung Kelud.

Volume kubah lava per April 2008 adalah 16,2 juta meter kubik.

Dengan melihat jumlah kegempaan yang kembali ke kondisi normal dan


gempa yang berasosiasi dengan kubah lava sangat jarang terekam, dapat
disimpuikan bahwa status kegiatan Gunung Kelud dalam keadaan Normal
(Level 1).

3.4 Laporan Kegiatan Terakhir Gunung Kelud


17 Januari 2001
Pada 19 Januari 2001, Pihak VSI meningkatkan level kesiagaan Gunung Kelud
dari 1 menjadi 2 (skala 1-4) karena temperatur dari air danau kawah meningkat
dan kubah gunungapi membumbung 5,5 s.d. 6 mm. Lalu, pada 21 Januari 2001,
muka air danau kawah meningkat sampai 5 cm.

10

7 Februari 2001
Pihak VSI menemukan temperatur air di Danau Kawah Kelud meningkat seiring
dengan penurunan pH. Mulai dari 29 Januari 2001 sampai dengan 7 Februari 2001
temperatur air danau berkisar 50,1OC sampai dengan 51OC. Padahal, pada 18
Januari 2001 temperaturnya hanya 47,5OC dan pada 8 Januari 2001 hanya
38,5OC. Pada 7 Februari 2001, pH air menurun sampai dengan lima jika
dibandingkan dengan pengukuran pH pada Januari 2001 dan November 2000
yang menghasilkan pengukuran pH 6,3 dan 6,9. Level siaga gunungapi tetap dua
(dari skala 1-4).

21 Februari 2001
Pihak VSI melaporkan pada tanggal 12 sampai dengan 17 Februari 2001,
temperatur kawah Gunung Kelud menurun, tetapi terjadi kenaikan pH.
Temperatur turun menjadi 47,5OC dari range 50,1-51OC terukur dari 29 Januari
sampai 7 Februari 2001. Tingkat keasaman air menurun dari 5 menjadi 5,3 pada 7
Februari 2001. Status gunungapi tetap pada level siaga dua.

11 April 2001
Pihak VSI melaporkan tidak ada perubahan signifikanyang terjadi pada 2 s.d. 9
Apri 2001. Temperatur kawah mengalami penurunan yang tidak terlalu besar,
yaitu 48,5OC pada 2 April 2001 dan 48OC pada 9 April 2001.

17 Mei 2006
Berdasarkan laporan pilot Darwin VAAC diketahui bahwa pada 18 Mei 2006
terjadi kenaikan kepulan asap panas dari Gunung Kelud setinggi 5,5 m di atas
permukaan air laut.

12 September 2007
Pihak PVMBG melaporkan status Gunung Kelud dari meningkat dari level siaga
1 menjadi level siaga 2. Menurut laporan tersebut, air Kawah Gunung Kelud naik
dan terjadi perubahan warna hijau menjadi kuning.

11

26 September 2007
Pihak PVMBG melaporkan terjadi kenaikan status Gunung Kelud pada 29
September 2007 dari level siaga 2 menjadi level siaga 3. Hal ini didasarkan pada
observasi yang meliputi obeservasi kenaikan aktivitas seismik, perubahan
senyawa kimia air danau, dan temperatur air danau. Penduduk setempat dan turis
disarankan tidak mendekat sampai radius 5 km dari kawah.

3 Oktober 2007
Menurut artikel berita, konsentrasi karbondioksida dan gas alam lainnya dari
Gunung Kelud meningkat 7 kali dari kadar normal. Kenaikan aktivitas seismik
dan emisi gas membuat penduduk di dekat puncak memutuskan untuk mengungsi.

10 Oktober 2007
Pihak PVMBG melaporkan status Gunung Kelud meningkat dari level siaga 3
menjadi level siaga 4. Sejak 15 sampai dengan 28 September 2007, aktivitas emisi
gas dari kawah meningkat kemudian menyebar sampai dengan radius 5 meter dari
kawah. Kenaikan puncak terjadi pada 13 sampai dengan 16 Oktober 2007. Pada
16 Oktober, temperatur kawah menjadi 37,8OC. Karena terjadinya kenaikan level
status aktivitas gunungapi ini, pihak PVMBG merekomendasikan penduduk untuk
tidak mendekati kawah dalam radius 10 km dari kawah. Sebanyak lima puluh ribu
orang dievakuasi pada 16 Oktober 2007. Sehari setelahnya, seribu orang kembali
ke rumah mereka untuk menyelamatkan hasil panen dan ternak mereka.

31 Oktober 2007
Pihak PVMBG melaporkan bahwa rangkaian gempa bumi di Gunung Kelud
terjadi selama 24 sampai dengan 31 Oktober 2007. Gempa ini didominasi oleh
gempa dangkal dan tremor. Keadaan seismik meningkat selama 2 sampai dengan
3 November 2007 lalu berkurang pada 4 November 2007. Pada 2 November 2007,
temperatur air di danau kawah adalah 50OC. Ini merupakan temperatur tertinggi
yang tercatat. Pada 4 November 2007, kepulan asap putih membumbung hingga

12

ketinggian 2 km (6600 ft) di atas permukaan laut. Pada saat itu, level siaga tetap
berada pada level 4.

7 November 2007
Pihak PVMBG melaporkan bahwa pada 6 November 2007, temperatur di
permukaan Danau Kawah Kelud mencapai 75OC, sedangkan temperature di
permukaan kubah lava yang baru muncul mencapai 150-210OC. Kepulan asap
menghalangi terlihatnya kubah lava. Pihak PVMBG menurunkan status siaga
Gunung Kelud pada 8 November 2007 dari level siaga 4 menjadi 3. Akibat dari
penurunan aktivitas seismik dan stabilitas yang diindikasikan oleh alat
pengawasan deformasi, pihak PVMBG memutuskan bahwa warga bisa kembali
ke rumahnya, tetapi tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km. Berdasarkan
artikel berita, seorang vulkanologist melaporkan bahwa kubah lava berada 120 m
di atas permukaan danau kawah dengan diameter 250 m. Pada 11 November
2007, kepulan asap naik hingga ketinggian 3,7 km (12000 ft) di atas permukaan
laut. Hujan abu pun dilaporkan terjadi di beberapa daerah.

28 November 2007
Pihak PVMBG melaporkan bahwa pada tanggal 29 November 2007 status siaga
Gunung Kelud menurun dari level siaga 3 menjadi 2. Hal ini diakibatkan oleh
penurunan aktivitas seismik dan perubahan bentuk. Observasi yang dilakukan
pada 25 November 2007 memperlihatkan bahwa kubah lava masih aktif, sehingga
pengunjung dan turis diharapkan untuk tidak berada pada radius 1,5 km dari
danau kawah.

3 Juni 2009
Pada 9 Juni 2009, pihak PVMBG melaporkan status siaga menurun hingga level
1. Tidak ada lagi perubahan yang terlihat. Kepulan asap putih sekali-kali terlihat
50 s.d. 150 m di atas kawah. Pihak PVMBG menyarankan agar penduduk tidak
mendekati kubah lava karena ketidakstabilan daerah, temperatur yang sangat
tinggi, dan gas yang beracun.

13

3.5 Kondisi Gunung Kelud Sejak Letusan 1990


Tingkat kegiatan Gunung Kelud masih tetap dinyatakan sebagai gunungapi
berstatus Aktif Normal. Hal ini didasarkan pada parameter sebagai berikut.
1. Sejak peristiwa letusan terakhir Februari 1990 hingga Juni 2004 belum ada
lagi kegiatan signifikan.
2. Tidak ada kenaikan suhu solfatara/fumarol.
3. Suhu air danau kawah masih tetap berkisar antara 35,8 36,50C.
4. pH air danau kawah masih tetap dalam keadaan normal (6,48 6,79).
5. Tembusan fumarol/solfatar dan bualan-bualan air di tepi danau kawah
berintensitas kecil/lemah.
6. Jumlah gempa tektonik (tipe A) rata-rata 20 kali kejadian/bulan.
Bencana gunungapi dapat terjadi apabila suatu daerah pemukiman dan peruntukan
lahan lainnya terkena produk letusan gunungapi, seperti awan panas, aliran lava,
lontaran batu (pijar), hujan lapilli, pasir dan abu gunungapi, serta lahar hujan dan
lahar panas (lahar letusan). Berdasarkan jenis bahayanya, ada dua macam bahaya
yang diakibatkan oleh letusan gunungapi yang dapat mengancam daerah lereng
dan kaki Gunung Kelud, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder.
1. Bahaya Primer (Bahaya Langsung)
Bahaya primer adalah bahaya langsung dari letusan gunungapi, seperti awan
panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), hujan lumpur (panas), hujan lapilli,
pasir dan hujan abu gunungapi, serta lahar letusan. Produk letusan Gunung
Kelud yang paling berbahaya adalah awan panas, sedangkan aliran lava dapat
dihindari.
Awan panas merupakan aliran massa yang terdiri dari percampuran antara gas
dan material lepas berbagai ukuran yang mengalir dengan kecepatan tinggi (v
= 70 150 km/jam), bersuhu tinggi (300 5000C), bergumpal-gumpal
menyerupai

awan.

Awan

panas

ini

merupakan

produk

erupsi

magmatik/freatomagmatik eksplosif tipe Vulkano Kuat/Plini Gunung Kelud


yang mempunyai skala erupsi berkisar antara 4 5VEI (Volcanic Eruption
Index).

14

Aliran lava merupakan aliran massa pijar bersuhu tinggi (600-10000C) yang
mengalir secara perlahan melalui lereng dan lembah menuju ke tempat-tempat
yang lebih rendah. Aliran lava ini adalah produk efusif magmatic tipe
Stromboli Gunung Kelud berskala letusan paling kecil (VEI = 0 3).
Lontaran batu (pijar) biasanya terbentuk pada saat terjadi letusan eksplosif,
bisa berasal dari cairan magma yang dilontarkan kemudian membeku di udara
atau bisa juga berasal dari fragmen batuan tua yang terbongkar kemudian
terlontarkan pada saat erupsi eksplosif. Ukurannya sangat bervariasi, ukuran
yang besar biasanya tersebar pada radius 5 km dari pusat erupsi, sedangkan
ukuran yang lebih kecil bisa mencapai radius lontaran lebih jauh.
Huajn abu (lebat) merupakan material erupsi Gunung Kelud berukuran halus
(pasir halus hingga abu). Pasir halus dan abu apabila tercampur dengan air
danau akan jatuh bebas ke permukaan bumi sebagai hujan lumpur dan
mengalir secara perlahan menuju daerah yang lebih rendah.
Lahar letusan biasanya terbentuk karena erupsi eksplosif di danau kawah yang
mengakibatkan terjadinya percampuran antara produk letusan dengan air
danau. Selanjutnya, bahan campuran tersebut mengalir menuju daerah yang
lebih rendah melalui lembah atau sungai yang berhulu di pusat erupsi.
2. Bahaya Sekunder (Bahaya Tidak Langsung)
Bahaya sekunder adalah bahaya tidak langsung dari letusan gunungapi dalam
bentuk lahar (lahar hujan). Lahar ini terbentuk akibat adanya hujan lebat di
daerah puncak pada saat atau sesudah terjadi letusan yang menghasilkan awan
panas atau material lepas lainnya.
Potensi pembentukan lahar hujan di Gunung Kelud sangat besar karena
hampir setiap letusan besar yang menghasilkan material lepas (awan panas,
jatuhan piroklastik, dan lontaran batu pijar) kebetulan terjadi pada musim
hujan.
Aliran lahar Gunung Kelud selalu mengalir ke arah yang sama, yaitu ke arah
baratdaya, terutama melalui Kali Bladak.

15

3.6 Karakteristik Batuan di Gunung Kelud


Jenis batuan di Gunung Kelud adalah kalk alkali dengan komposis dari medium
K-basalt sampai dengan medium K-andesit. Sesuai dengan periode letusannya,
batuan Kelud 1 merupakan batuan yang berasal dari letusan Kawah Lirang dan
Gajahmungkur yang berumur lebih tua dari 10.0000 tahun. Lalu, batuan Kelud 2
merupakan batuan yang berasal dari letusan Kawah Tumpak, Sumbing 1, dan
Sumbing 2 yang berumur antara 100.000 40.000 tahun. Batuan Kelud 3 adalah
batuan yang berasa dari letusan Kawah Dargo, Gupit, Badak 1 dan 2, serta Kawah
Kelud yang berumur kurang dari 40.000 tahun. Batuan Kelud 1 berkomposisi dari
basaltandesit. Batuan Kelud 2 berkomposisi basaltikandesit. BatuanKelud 3
berkomposisi basalt basaltikandesit.

3.7 Karakteristik Air Kawah Gunung Kelud


Air Kawah Kelud sebelum letusan pada tahun 2007 mempunyai tingkat keasaman
yang netral sebagaimana air biasa, yaitu pH sekitar 6,5. Namun, karena terjadi
pencampuran dengan gas-gas volkanik dari dasar kawah, air tersebut mengandung
silika tinggi, yaitu sekitar 95 ppm dan kadar belerang, yaitu 550 ppm. Ciri utama
air Kawah Kelud ialah kandungan bikarbonatnya yang cukup tinggi, yaitu sekitar
530 ppm. Letusan Gunung Kelud pada tanggal 3 November 2007 di awali oleh
perubahan warna air danau yang mulai teramati sejak pertengahan Agustus 2007.
Hasil pengukuran fluks gas CO2 yang keluar dari air danau kawah selama bulan
Agustus 2007 meningkat dari 50 ton/hari sampai dengan 333 ton/hari dan pada
awal September fluks gas CO2 mencapai 500 ton/hari.

16

BAB 4
ENDAPAN GUNUNG KELUD
4.1 Endapan Permukaan
Koluvium merupakam endapan termuda yang sebarannya hanya terdapat di
daerah danau kawah dan membentuk kipas. Litologinya merupakan hasil
rombakan dan runtuhan dinding kawah, berukuran pasir sampai bongkah dengan
kemas tertutup, pemilhan buruk dengan bentuk komponen menyudut sampai
menyudut tanggung dan tidak kompak.

4.2 Endapan Gunung Kelud


Endapan Lahar Letusan Kelud
Satuan batuan ini terdapat pada Kali Badak, Kali Semut, Kali Putih, Kali Icir, Kali
Jengglong, Kali Gedog, Kali Petungkobong. Sebagian besar satuan batuan ini
hasil endapan lahar letusan, rapuh sampai agak kompak, terpilah buruk dengan
kemas sangat terbuka, berwarna abu-abu muda sampai pink, banyak mengandung
abu, batuapung dan gelas volkanik,terdapat pula pipa-pipa bekas pelepasan gas
dan rongga-rongga bekas kandungan gas.
Endapan Lahar 5 Kelud
Satuan batuan ini hanya tersebar pada lembah-lembah sungai besar, terutama yang
terletak pada bagian barat, baratdaya dan tenggara Gunung Kelud. Satuan batuan
ini merupakan endapan lahar yang terjadi pada letusan tahun 1919, 1951, dan
1966. Litologinya berupa endapan lahar berwarna abu-abu yang kurang padu,
kemas terbuka, pemilahan buruk, komponen berukuran sampai 1 meter dengan
bentukan menyudut dengan matriks berupa pasir halus sampai lapili agak
lempungan.

17

Endapan Aliran Piroklastik 4 Kelud


Satuan batuan ini tersebar ke arah barat sampai ke arah Sumbergelatik, Jengglong,
dan Margomulyo membentuk sebuah kipas yang menyempit ke arah puncak.
Litologinya adalah endapan aliran piroklastik berwarna coklat muda terdiri dari
beberapa unit aliran dengan ketebalan tiap unit antara 10 25 cm. Penyusun
utamanya adalah pasir halus, lapili, abu volkanik. Fragmen gelas volkanik,
batuapung dan litik banyak dijumpai.
Endapan Lahar 4 Kelud
Satuan batuan ini tersebar sangat luas, yaitu di sebelah barat dan selatan Gunung
Kelud. Litologinya adalah endapan lahar berwarna abu-abu kurang kompak dan
kadang-kadang berlapis, terdiri dari pasir halus sampai bongkah dengan matriks
pasir halus sampai agak lempungan, didominasi oleh pasir kasar dan lapili dengan
kemas terbuka dan terpilah buruk.
Endapan Aliran Piroklastik 3 Kelud
Satuan batuan ini adalah punggungan yang menyempit ke arah puncak.
Singkapannya banyak dijumpai di sepanjang jalan antara Gunung Pedot dan
Juranggelap. Litologinya adalah endapan aliran piroklastik berwarna abu-abu,
mudah longsor, banyak mengandung bongkah-bongkah andesit yang bertekstur
sedang sampai kasar dengan fenokris-fenokrisnya hornblende yang berukuran
sampai 1,5 cm.
Endapan Lahar 3 Kelud
Satuan batuan ini tersebar ke arah baratlaut dan baratdaya. Litologinya adalah
endapan lahar coklat.agak lapuk dan kurang kompak, didominasi oleh pasir kasar
dan lapili dengan matriks pasir halus agak lempungan, kadang-kadang dijumpai
komponen andesit berukuran sampai 30 cm.
Endapan Aliran Piroklastik 2 Kelud
Satuan batuan ini tersebar ke arah baratlaut Gunung Kelud. Endapan aliran
piroklastik berwarna kemerah-merahan, lepas, terbentuk dari material abu sampai

18

lapili yang didominasi oleh abu dan banyak mengandung batuapung

yang

berukuran sampai 7 cm.


Endapan Aliran Piroklastik 1 Kelud
Satuan batuan ini tersebar ke arah timur Gunung Gupit dan sekitar Gunung Pisang
berbentuk kipas yang menyempit ke arah puncak Gunung Kelud. Litologinya
adalah endapan aliran piroklastik berwarna abu kemerahan, lepas dengan kemas
berbentuk menyudut yang berukuran sampai 70 cm dari andesit.
Endapan Jatuhan Piroklastika 4 Kelud
Satuan batuan ini sebenarnya sangat luas hampir seluruhnya menutupi permukaan
Gunung Kelud, khususnya di daerah selatan barat dan baratdaya terdapat sangat
tebal. Litologinya adalah endapan jatuhan yang berlapis baik, segar, berukuran
pasir halus hingga lapili dan didominasi oleh batuapung yang berukuran
maksimum 2 cm. Endapan batuan ini yang terdapat dekat dengan erupsinya
banyak dijumpai bom volkanik yang berukuran sampai 20 cm.
Kubah Gunung Sumbing
Satuan batuan ini membentuk kubah lava Gunung Sumbing dengan kekar kolom.
Sebagian dari satuan ini telah rusak akibat letusan. Litologinya adalah lava andesit
berwarna abu-abu, bertekstur porfiritik dengan fenokris berupa plagioklas,
mineral mafik yang tertanam dalam masa dasar mikrolit-mikrolit plagioklas,
piroksen, mineral mafik dan gelas.
Aliran Lava Gunung Kelud
Sebaran satuan ini ke arah selatan dan sebagian ke arah baratdaya Gunung Kelud.
Litologinya adalah lelehan lava berkomposisi andesit berwarna abu-abu,
bertekstur porfiritik dengan fenokris piroksen dan plagioklas yang tertanam dalam
masa dasar mikrolit-mikrolit plagioklas dan gelas.

19

Kubah Lava Gunung Lirang


Sebaran satuan ini membentuk kubah lava Gunung Lirang dengan kekar-kekar
kolom berbentuk segienam. Litologinya adalah lava dengan komposisi andesit,
berwarna abu-abu muda dengan fenokris plagioklas dan piroksen yang tertanam
dalam masadasr mikrolit-mikrolit plagioklas, piroksen, dan mineral opak.
Kubah Lava Gunung Kelud
Satuan batuan ini membentuk kubah lava Gunung Kelud, terbentuk dari andesit
berwarna abu-abu tua, bertekstur porfiritik dengan fenokris utama disusun oleh
hornblende yang berukuran maksimum 3 cm disamping piroksen dan plagioklas
yang tertanam dalam masadasar mikrolit plagioklas dan gelas.
Endapan Lahar 2 Kelud
Satuan batuan ini tersebar ke arah sebelah utara Gunung Kelud. Litologinya
adalah endapan lahar berwarna abu-abu kecoklatan, kemas terbuka, pemilahan
buruk, kompak, berlapis, berkomponen andesit yang berukuran maksimal 2 m,
berbentuk menyudut sampai menyudut tanggung.
Endapan Jatuhan Piroklastik 3 Kelud
Sebaran satuan batuan ini terdapat di tebing Kali Soso. Litologinya adalah coklat
muda, berlapis baik, berukuran pasir halus hingga lapili, banyak ditemukan
fragmen-fragmen yang telah lapuk dan litik andesit berwarna abu-abu bertekstur
halus berukuran maksimum 1,5 cm.
Aliran Lava 3 Kelud
Sebaran batuan ini terdapat di sebelah timur, timurlaut dan tenggara Gunung
Kelud membentuk morfologi terjal. Litologinya adalah aliran lava berkomposisi
andesit berwarna abu-abu bertekstur porfiritik dengan fenokris piroksen dan
plagioklas yang tertanam dalam masadasar mikrolit-mikrolit plagioklas dan gelas.
Plagioklas yang terdapat sebagai fenokris berukuran sampai 4 mm.

20

Aliran Lava Gunung Pisang


Ini merupakan hasil erupsi samping yang terdapat sekitar 10 kilometer sebelah
selatan Gunung Kelud. Litologinya adalah leleran lava berkomposisi andesitik
bewarna abu-abu muda, bertekstur porfiritik dengan fenokris hornblende dan
piroksen yang tertanam dalam masa dasar mikrolit-mikrolit plagioklas,
hornblende, dan mineral opak dengan penyebaran fenokris yang tidak merata.
Aliran Lava Gunung Kramasan
Ini merupakan hasil erupsi samping berbentuk kerucut yang runcing, terdapat
sekitar 5 kilometer sebelah timur Gunung Kelud. Litologinya berupa leleran lava
berkomposisi andesitik bewarna abu-abu muda dengan bintik-bintik hitam dan
putih dengan fenokris horblende, plagioklas, dan mikrolit plagioklas, hornblende,
mineral opak dan gelas.
Endapan Jatuhan Proklastik 2 Kelud
Satuan batuan ini hanya tesebar di sebelah timur laut dan utara Gunung Kelud.
Litologinya berupa endapan jatuhan piroklastik, sudah sangat lapuk, berlapis baik,
berukuran pasir halus sampai lapili, kurang batuapung, struktur graded bedding
masih sangat terlihat jelas. Ketebalan lapisan berkisar 20 - 50 cm, kadangkala
dijumpai litik andesit.
Kubah Lava Gunung Kombang
Ini merupakan sumbat lava gunung kombang yang berupa lava andesit bewarna
abu-abu tua bertekstur porfiririk dengan fenokris horblende, piroksen, dan
plagioklas yang tertanam dalam masa dasar mikrolit plagioklas, hornblende, dan
gelas.
Aliran Lava Gunung Klangon
Ini merupakan lava parasit tertua dari hasil erupsi Gunung Kelud dan keadaanya
sudah lapuk dengan bentuk lapukan mengulit bawang. Litologinya berupa aliran
lava berkomposisi andesit bewarna abu-abu tua, bertekstur porfiritik dengan
fenolris terdiri dari plagioklas dan piroksen yang tertanam dalam masa dasar

21

mikrolit plagioklas, piroksen, dan mineral opak. Piroksen sebagai fenokris


tersebar tidak merata dan berukuran sampai 2 mm, sedangkan sebagai masadasar
telah berubah menjadi hematit, mineral lempung, dan klorit.
Aliran Lava 1 Kelud
Satuan batuan ini tersebar disebelah barat laut Gunung Kelud. Lava berkomposisi
andesit bewarna abu-abu, bertekstur porfiritik dengan fenokris piroksen dan
plagioklas yang tertanam dalam masadasar mikrolit plagioklas, piroksen, mineral
opak, dan klorit.
Endapan Lahar 1 Kelud
Satuan batuan ini tersebar di sebelah Gunung Kelud disekitar daerah Wlingi.
Litologi berupa endapan lahar bewarna coklat kekuning-kuningan, kemas terbuka
dengan pemilahan buruk, berkomponaen andesit yang berukuran maksimum 2
meter dengan matriks pasir halus agak lempungan.
Endapan Jatuhan Piroklastik 1 Kelud
Satuan batuan ini tersebar di sebelah tenggara dan timur Gunung Kelud.
Litologinya adalah endapan piroklastik bewarna coklat muda sampai coklat tua,
sudah agak lapuk, berlapis baik, berstruktur graded bedding, banyak mengandung
batuapung dengan ukuran maksimum 6 cm, litik andesit yang terdapat berukuran
sampai 3 cm.
Aliran Lava Tua Kelud
Satuan batuan ini telah tersesarkan sehingga kenampakannya berupa bongkahanbongkahan dan retak-retak. Litologinya adalah aliran lava andesit bewarna abuabu muda sampai abu-abu tua yang kadangkala memperlihatkan perlapisan,
porfiritik dengan fenokris piroksen, plagioklas, yang tertanam dalam masadasar
mikirolit-mikrolit piroksen, plagioklas, dan gelas.

22

Endapan Gunung Umbuk

Kubah Lava Gunung Umbuk


Sebaran batuan berupa kerucut runcing yang membentuk Gunung Umbuk dan
merupakan sumbat lava. Litologinya adalah alva berkomposisi andesit
bewarna abu-abu muda sampai putih keabu-abuan, bertekstur porfiritik sedang
dengan fenokris piroksen, plagioklas, mineral opak, dan gelas.

Endapan Aliran Piroklastik 2 Umbuk


Sebaran nya hanya berupa lidah yang sempit di sebelah barat daya Gunung
Umbuk. Litologinya adalah endapan aliran piroklastik bewarna putih keabuabuan dan berukuran maksimum 30 cm, fragmen lainnya adalah dasit yang
berukuran sampai 2 cm.

Aliran Lava 1 Umbuk


Satuan batuan ini tersebar berupa bukit yang memanjang membentuk Gunung
Gupit dan merupakan sisa tubuh Gunung Umbuk. Litologinya adalah lelehan
lava berkomposisi andesit sedikit vesikuler, bewarna abu-abu kemerahan
berbintik-bintik putih dan hitam dengan fenokris plagioklas, piroksen, dan
mineral opak dalam masadasar mikrolit-mikrolit plagioklas, piroksen, mineral
opak, dan gelas. Kadangkala dijumpai xenolith mikrodiorit.

Endapan Aliran Piroklastik 1 Umbuk


Sebarannya terdapat di kaki Gunung Umbuk membentuk kipas. Litologinya
adalah endapan aliran piroklastik bewarna putih keabu-abuan dan coklat
kekuning-kuningan bila agak lapuk, agak kompak tapi masih bisa diremas,
kemas terbuka, pemilahan yang berukuran antara 15-16 cm, kadang-kadang
dijumpai fragmen andesit yang berukuran hingga 2 cm.

4.3 Endapan Batuan Gunungapi Sekitar Gunung Kelud


Batuan Volkanik Gunung Anjasmoro
Satuan gunung ini relatif lebih tua dari batuan hasil erupsi Gunung Kawi-Butak.
Kadangkala ada yang diterobos oleh retas-retas berkomposisi andesitik yang
berukuran 30-50 cm. Lava yang dijumpai dari hasil erupsi Gunung Anjasmoro
23

adalah andesit berwarna abu-abu sampai abu-abu tua, berbutir sedang sampai
halus, porfiritik dengan fenokris piroksen dan plagioklas yang tertanam dalam
masadasar afanitik bewarna abu-abu tua.
Batuan Volkanik Gunung Kawi-Butak
Satuan batuan ini tersebar di sebelah timur dan tenggara Gunung Kelud dan
berumur relatif muda dari batuan volkanik Gunung Anjasmoro yang berada di
sebelah utaranya. Lava yang dijumpai ada yang berkomposisi basalt dan andesit.
Aliran lava yang telah lapuk kuat membentuk lapisan tanah yang berkomposisi
andesit bewarna abu-abu kehijauan sampai abu-abu kecoklatan, bertekstur
porfiritik sedang dengan fenokris piroksen dan plagioklas yang tertanam dalam
masadasar afanitik bewarna abu-abu.

4.4 Batuan Tersier


Satuan batuan ini tersingkap disebelah baratdaya Gunung Kelud merupakan
sebuah punggungan bukit yang memanjang timurlaut, baratdaya dan telah
tersesarkan, membentuk Gunung Pegat. Satuan batuan ini terdiri atas lava dan
breksi yang telah terisi urat karbonat dan kuarsa berukuran sampai 0,5 cm. Aliran
lava terdapat relatif muda, berkomposisi andesit, bewarna abu-abu, bertekstur
porfiritik halus dengan fenokris amfibol plagioklas dan mineral opak yang
tertanam dalam masadar mikrolit-mikrolit plagioklas dan gelas.

24

BAB 5
MITIGASI BENCANA
5.1 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Kelud 2004

Gambar 3. Peta Rawan Bencana Gunung Kelud 2004

Peta kawasan rawan bencana Gunung Kelud merupakan peta yang menunjukkan
daerah yang menjadi tempat berbahaya jika terjadi letusan atau kegiatan
gunungapi. Peta ini menjelaskan mengenai jenis dan sifat bahaya gunungapi,

25

daerah yang menjadi rawan bencana, arah evakuasi, lokasi pengungsian, dan pos
penanggulangan bencana.
Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung Kelud,
Peta kawasan Rawan Bencana Gunung Kelud dibagi menjadi tiga, yaitu :

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I)


KRB-I pada peta diberi warna kuning, dengan luas 351 km2 (35100 ha).
Kawasan ini berpotensi terkena aliran massa, contohnya lahar dan tertimpa
jatuhan piroklastik berupa hujan abu dan lontaran batu. Pada daerah di dekat
lembah atau bagian hilir sungai harus waspada terhadap lahar dan
penyimpangan aliran lahar. Lahar yang mungkin terjadi adalah di lereng dan
kaki selatan akan melalui sungai K. Putih, K. Semut, dan K. Lekso.
Penyimpangan aliran lahar dapat melanda kawasan hulu dan cabang-cabang
K. Semut, K. Soso, K. Icir, K. Putih. Sungai yang berada di lereng dan kaki
selatan-baratdaya yang berpotensi dilalui lahar adalah K. Abab dan K. Jari.
Penyimpangan aliran lahar kemungkinan dapat terjadi di daerah hulu dan
lembah K. Abab dan K. Jari. Sungai yang berada di lereng dan kaki baratdaya
adalah K. Lahargedog, K. Bladak, dan K. Kajar. Penyimpangan aliran lahar
dapat terjadi di hulu K. Bladak. Sungai yang berada di barat yang berpotensi
dilalui lahar adalah K. Petungkobong. Penyimpangan aliran lahar dapat terjadi
dari K. Bladak ke K. Gedok dan K. Petung kobong. Sungai yang berada di
lereng baratlaut yang berpotensi terkena lahar K. Sumberagung, K.
Toyoaning, K. Dermo, K. Puncu. Penyimpangan aliran lahar bisa terjadi di
sekitar hulu K. Ngobo, dan K. Puncu. Sungai yang berpotensi dilalui lahar di
lereng utara adalah K. Konto. Penyimpangan aliran lahar nya bisa terjadi di
sekitar hulu K. Konton.
Apabila terjadi letusan, bom volkanik dan lontaran batu lain berdiameter >2
cm bisa mencapai jarak 5 km dari kawah pusat, dan bahan lontaran
berdiameter <2 cm bisa mencapai jarak lebih dari 10 km, sedangkan jatuhan
abu bisa lebih jauh lagi (berdasarkan letusan 1990).

Radius sebaran

lontarannya bisa saja lebih besar jika skala erupsi Gunung Kelud lebih besar
dari skala letusan tahun 1990.

26

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II)


Luas kawasan KRB-II bisa yaitu 91,8 km2. Kawasan ini berpotensi terkena
awan panas, lahar letusan, aliran lava, lontaran batu dan hujan abu lebat.
Sampai letusan tahun 1990, produk letusan Gunung Kelud didominasi oleh
aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik yang dapat menghancurkan dan
menutup lereng barat daya dan lereng barat Gunung Kelud. Material lontaran
(bom gunungapi, pecahan lava), hujan lumpur (panas) dan fragmen batuan
lainnya serta hujan abu diperkirakan dapat mencapai kawasan hingga radius 5
km dari pusat erupsi, untuk material yang berukuran >2 cm hingga bom
volkanik, dan berjarak 10 km dengan ukuran materialnya <2 cm. Hujan abu
yang memiliki material letusan berbutir kecil yang berukuran pasir hingga
abu, dilontarkan vertikal ke atas lalu jatuh ke tanah, sedangkan yang
berukuran lebih halus lagi dapat terbawa angin.

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III)


KRB-III yang meliputi areal seluas 14,36 km2 ini merupakan kawasan yang
pasti terlanda lahar letusan, awan panas, bahan lontaran batu pijar, gas
beracun, dan kemungkinan aliran lava. Perluasan awan panas yang terjadi jika
terjadi pencampuran magma (magma mixing) dan mengalami letusan hebat,
dapat merubah morfologi Gunung Kelud secara drastis. Daerah yang
kemungkinan berpotensi terlanda oleh erupsi Gunung Kelud (yang akan
datang) adalah lereng atas bagian barat dan baratdaya dengan jarak tidak lebih
dari 5 km dari pusat letusan. Bahan lontaran produk Gunung Kelud yang
berukuran bom volkanik mencapai 2 km, untuk yang berukuran kurang dari 2
cm dapat terlontar hingga 10 km dari pusat letusan. Daerah sektor barat
merupakan daerah yang sering terlanda lontaran batu.

5.2 Mitigasi Bencana Gunung Kelud


Untuk mengurangi korban manusia akibat letusan Gunung kelud ini, evakuasi
dilakukan terutama yang berada di Kawasan Rawan Bencana-I dan II. Usaha yang
dilakukan adalah sebagai berikut.

Mengurangi volume air danau kawah


27

Membuat Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Kelud

Mengadakan penyuluhan kepada penduduk mengenai sosialisasi Peta kawasan


Rawan Bencana, pengertian gunungapi dan bahayanya

Memberikan panduan dalam usaha penyelamatan diri

Membuat atap dengan kemiringan yang curam agar endapan abu letusan tidak
menyebabkan atap bangunan roboh.

Untuk mengetahui tingkat kegiatan Gunung Kelud dilakukan pemantauan. Saat ini
telah dibangun Pos Pengamatan Gunungapi Kelud di desa Margomulyo pada
ketinggian 721 mdpl, berjarak 8 km dari puncak sebelah barat kawah aktif.
Pemantauan dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Visual, mencakup volume air danau kawah, warna, suhu air, dan juga
mengenai perubahan prilaku dari flora dan fauna di sekitar kawah.

Pemantauan periodik dan kontinyu dengan metoda geofisika dan penelitian


kegempaan

Pemantauan geokimia

Pemantauan deformasi

Saat Gunung Kelud meletus, penyelamatan diri dapat dilakukan dengan cara :

Menjauh dari pusat letusan

Menjauh dari aliran sungai-sungai besar yang berpotensi menjadi media


transportasi lahar hujan

Menjauh dari radius lingkaran sebaran jatuhan piroklastik dan lontaran batu
pijar berukuran > 2 cm (radiusnya 5 km dari kawah)

Arah penyelamatan diri tidak memotong aliran sungai-sungai besar yang


berpotensi menjadi media transportasi lahar hujan dan lahar letusan

Arah dan tujuan penyelamatan diri hendaknya mengacu kepada Peta Kawasan
rawan Bencana Gunung Kelud yang telah dibuat oleh Direktorat Volkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi.

Perubahan ini dapat merubah arah mitigasi bencana dari Gunung Kelud. Bahaya
utama yang perlu diwaspadai dari Gunung Kelud sebelum letusan 2007 adalah

28

aliran lahar oleh air danau kawah. Setelah letusan 2007 danau tersebut kering dan
digantikan oleh muncul nya kubah lava. Sehingga muncul bahaya baru yang harus
diwaspadai jika Gunung Kelud meletus kembali yaitu aliran piroklastik ketika
kubah lava tersebut runtuh.

29

BAB 6
KESIMPULAN
Gunung Kelud termasuk salah satu gunungapi dengan tipe keaktifan A di
Indonesia yang terletak di 7.93oS-112.308oE dengan ketingggian 1731 m.
Menurut bentuknya, gunungapi ini termasuk tipe stratovolcano. Secara
administratif, Gunung Kelud termasuk wilayah Kabupaten Kediri, lebih tepatnya
berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar, kira-kira
jaraknya 27 km di sebelah timur pusat Kota Kediri. Berdasarkan catatan sejarah,
kegiatan erupsi Gunung Kelud mulai terjadi pada tahun 1000. Letusan besar yang
tercatat terjadi pada tahun 1586, 1919, 1951, 1966, 1990. Letusan Gunung Kelud
umumnya hanya berlangsung dalam beberapa jam, tetapi letusan gunungapi ini
sangat berbahaya karena hampir selalu menghasilkan aliran piroklastik (awan
panas) dan lahar letusan, bahkan kadang-kadang diikuti bencana sekunder berupa
lahar hujan (lahar dingin) yang meluncur melalui media sungai-sungai besar,
seperti Kali Bladak, Kali Sumberagung, Kali Konto, Kali Putih, Kali Ngobo, dan
Kali Semut. Aktivitas gunungapi ini pada tahun 2004 masih bersifat ekplosif
seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Namun, pada tahun 2007, aktivitas Gunung
Kelud berubah menjadi letusan yang bersifat efusif dimana terbentuk lava dome.
Kubah lava ini mulai muncul ke permukaan sekitar tanggal 2 November 2007,
ketika gempa spasdomic tremor dan kenaikan suhu air danau kawah yang sangat
tajam. Berdasarkan jenis bahayanya, ada dua macam bahaya yang diakibatkan
oleh letusan gunungapi yang dapat mengancam daerah lereng dan kaki Gunung
Kelud, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer (bahaya
langsung) yang diakibatkan oleh letusan gunungapi ini adalah awan panas, aliran
lava, lontaran batu (pijar), hujan lumpur (panas), hujan lapilli, pasir dan hujan abu
gunungapi, serta lahar letusan. Awan panas adalah bahaya dari letusan Gunung
Kelud yang paling berbahaya. Bahaya sekunder (bahaya tidak langsung) dari
letusan Gunung Kelud adalah lahar hujan. Potensi pembentukan lahar hujan di
Gunung Kelud sangat besar karena hampir setiap letusan gunungapi ini terjadi
pada saat musim hujan. Berdasarkan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh letusan
Gunung Kelud, bentuk penyelamatan diri yang harus dilakukan pada saat gunung
ini meletus adalah menjauhi pusat erupsi dan menjauhi aliran sungai-sungai besar
yang berpotensi menjadi media transportasi lahar hujan. Setelah aktivitas Gunung
kelud pada tahun 2007 yang menyebabkan terbentuknya lava dome, upaya
penyelamatan diri harus segera dilakukan ketika gunungapi menunjukkan
aktivitas yang mengindikasikan akan terjadinya letusan karena letusan yang akan
terjadi berpotensi menyebabkan terbentuknya awan panas jika lava dome-nya
hancur.

30

DAFTAR PUSTAKA

Zaennudin, Akhmad. 2007. Laporan Penelitian Endapan Piroklastik Gunung Kelud, Jawa
Timur. Bandung : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral : Badan Geologi
Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Hamidi, Sumarna. 1986. Kelut Volcano. Bandung : Workshop on Volcanic Forecasting and
Hazards Mitigation.
Zaennudin, Akhmad. 2008. Evaluasi hasil analisis kimia kubah lava hasil letusan Gunung
Kelud. 2007. Bandung : Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi Pusat
Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia Vol. 1A General Geology of
Indonesia and Adjacent Archipelagoes. Hague : Government Printing Office
Zaennudin, A., I.N. Dana, dan D. Wahyudin, 1992. Peta Geologi Gunungapi Kelut, Jawa
Timur. Bandung.
Mulyana, A.R., A.Nasution, A.Martono, A.D.Sumpena, Puwoto, dan M.S.Santoso. 2004.
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kelud, Provinsi Jawa Timur. Bandung :
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral : Badan Geologi Pusat Volkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi.

31

Anda mungkin juga menyukai