Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Peristiwa meletusnya Gunung Kelud pada hari Kamis dan Jum`at tanggal 13 dan 14 Februari
2014 menyebabkan dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar gunung kelud maupun luar
daerah. Dampaknya pun tidak sepele. Debu vulkanik muntahan Gunung Kelud hampir memenuhi
seluruh pulau Jawa. Solo dan Yogyakarta menjadi kawasan luar Jawa Timur yang paling parah
terkena dampaknya. Bahkan ketebalan debu abu vulkanik di daerah tersebut mencapai 5 cm. Debu
abu vulkanik Kelud berterbaran di mana-mana. Di jalan raya, di atap rumah, di area persawahan,
perkerbunan, semuanya tertutup oleh debu vulkanik.
Dampak debu vulkanik oleh masyarakat luas dianggap sangat merugikan. Hal tersebut
dikarenakan debu vulkanik menyebabkan pernafasaan menjadi sesak, aktivitas keseharian masyarakat
menjadi terganggu bahkan lumpuh total, banyak meneyebabkan pengendara bermotor terjatuh atau
terpeleset, mengotori rumah sehingga harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk membersihkannnya.
Bagi pertanian dan perkebunan juga menimbulakan dampak yang tidak bias dianggap sepele. Para
petani dan pemilik usaha perkebunan rugi karena gagal panen yang disebabkan tanaman dan buah
mereka layu dan tak laku untuk dijual.
Bagi korban debu vulkanik yang kurang tahu manfaatnya membuang begitu saja debu
vulkanik yang mengotori rumah mereka. Padahal dibalik abu tersebut terdapat beberapa kegunaan
yang mungkin sangat perlu bagi kehidupan sehari-hari.

_____
-----
Bla blab la

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja manfaat dari debu vulkanik letusan Gunung Kelud?
2. Apa saja kerugian dari abu vulkanik Kelud?
3. Bagaimana cara pemanfaatan abu vulkanik dalam kehidupan sehari-hari?
4. Apa perbedaan tekstur abu vulkanik dan merapi?
5. Apa kandungan yang terdapat pada abu vulkanik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui manfaat dari abu vulkanik letusan gunung kelud.
2. Untuk mengetahui kerugian dari abu vulkani kelud.
3. Untuk mengetahui cara pemanfaatan abu vulkanik dalam kehidupan sehari-hari.
4. Untuk mengetahui perbedaan tekstur abu vulkanik dan merapi.
5. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada abu vulkanik.

1.4 Manfaat
1. Supaya masyarakat dapat mengetahui pemanfaatan abu vulkanik dengan lebih jelas.
2. Agar masyarakat mampu menerapkan pemanfaatan abu vulkanik.
3. Menambah wawasan terhadap teori abu vulkanik.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Gunung


Gunung merupakan bentuk muka bumi yang menonjol dari rupa bumi di sekitar.
Gunung biasanya lebih tinggi dan curam dibandingkan bukit. Gunung dan pegunungan
terbentuk karena pergerakan kerak bumi yang menjulang naik. Jika kedua kerak bumi
menjulang naik, pegunungan dihasilkan, sebaliknya jika salah satu kerak bumi terlipat bawah
kerak yang lain, gunung berapi terbentuk.
Pegunungan dapat mempengaruhi cuaca karena mereka menjadi hambatan bagi
pergerakan awan. Pegunungan Alpen merupakan pegunungan yang terbesar di Eropa
dianggap masih muda. Ini dibuktikan oleh puncak dan atap gunung yang tajam dan masih
belum terkikis menjadi tumpul oleh tindakan cuaca, air, dan angin.
Gunung meliputi 54% wilayah Asia, 36% Amerika utara, 25% Eropa, 22%
Amerika Selatan, 17% Australia dan 3% Afrika. Secara keseluruhan, 24% dari daratan di
Bumi terdiri dari pegunungan. Selain itu, 1 dalam 10 orang tinggal di daerah pegunungan.
Semua sungai utama di dunia dimulai dari gunung, dan lebih separuh manusia bergantung
kepada gunung untuk air.

2.2 Gunung Kelud


Gunung Kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti "sapu"
dalambahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah
sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, yang tergolong aktif. Gunung ini
berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang,
kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri.
Sebagaimana Gunung Merapi, Gunung Kelud merupakan salah satu gunung
berapi paling aktif di Indonesia. Sejak tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali,
dengan letusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI). Letusan terakhir
Gunung Kelud terjadi pada tahun 2014. Gunung Kelud memiliki ketinggian 1350 meter, atau
setara dengan 4429 kaki.
Gunung api ini termasuk dalam tipe stratovulkan dengan karakteristik letusan
eksplosif. Seperti banyak gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Kelud terbentuk akibat
proses subduksi lempeng benua Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Sejak tahun 1300
Masehi, gunung ini tercatat aktif meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-
25 tahun), menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia.
Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau kawah (hingga akhir tahun 2007) yang
membuat lahar letusan sangat cair dan membahayakan penduduk sekitarnya. Akibat aktivitas
tahun 2007 yang memunculkan kubah lava. Danau kawah nyaris sirna dan tersisa semacam
kubangan air. Letusan Gunung Kelud hanya beberapa menit saja bisa membuat yang
kemungkinan besar seluruh masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa terutama di sekitar
Gunang Kelud terkena imbasnya. Hal ini dikarenakan Gunung Kelud sekali meletus
ketinggian asap vulkaniknya bisa mencapai 10 Km.

Puncak-puncak yang ada sekarang merupakan sisa dari letusan besar masa lalu
yang meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di sisi barat daya runtuh terbuka sehingga
kompleks kawah membuka ke arah itu. Puncak Kelud adalah yang tertinggi, berposisi agak
di timur laut kawah. Puncak-puncak lainnya adalah Puncak Gajahmungkur di sisi barat dan
Puncak Sumbing di sisi selatan.

Letusan gunung api saat ini secara ilmiah sudah dapat dikategorikan sebagai
individual dan unik. demikian juga dengan Gunung Kelud yang memang memiliki
karakteristik tersendiri. Di bawah ini digambarkan sederhana saja bagaimana kemungkinan
terjadinya proses letusan di Gunung Kelud

Gunung Kelud memiliki ciri khusus dengan adanya danau kawah yang terisi oleh
air. Air ini dapat menjadi sumber tekanan yang meyebabkan letusan selain tekanan magma
dari dalam.Pada saat status awas, aktivitas magma dari dalam bumi ini diketahui dari naiknya
suhu kawah dan adanya getaran-getaran gempa volkanik. Temperatur magma yang sangat
tinggi ini akan mendekati sumbat yang menyebabkan air memanas.
Proses pemanasan ini juga akan mungkin diikuti dengan adanya rekahan-rekahan
akibat tekanan magma, rekahan ini akan sangat mungkin menyebabkan bocornya danau.
Kebocoran danau ini tentunya menyebabkan air danau menjadi uap dibawah kawah yang
juga akan menambah tekanan dari dalam.

Apabila jumlah air yang bocor masuk ke dalam sudah sangat banyak akan sangat
mungkin menimbulkan letusan akibat air yang mendidih. Letusan ini sering disebut sebagai
letusan hidrovulkanik. Letusan ini memang akan banyak dijumpai pada gunung api yang
berada di laut, misalnya Gunung Krakatau, dan gunung-gunung api di Hawai.

Sangat mungkin yang terjadi saat ini adalah letusan-letusan awal akibat proses ini.
Sangat mungkin terdengar dentuman-dentuman serta longsoran-longsoran dinding.

Kalau saja tekanan magma ini terus menerus mendorong maka proses letusan
akan berlanjut ke proses selanjutnya.

Pada saat semua air di danau habis masuk dan bercampur dengan magma
membara yang menyembul dari dalam, akan terjadi proses perubahan fase air menjadi uap
secara mendadak. tentunya kita tahu ketika terjadi eprubahan fase ini maka akan terjadi
perubahan tekanan.

Temperatur magma ini rata-rata sekitar 600 °C hingga 1,170 °C (1110–2140 °F).
Sehingga air yang terkena magma panas ini akan serta merta menjadi uap dalam sekejap.
Tekanan uap air ini akan sangat besar dan mampu menggetarkan dan bahkan melemparkan
material-material vulkanik diatasnya. Sumbat kawah serta kerikil dan pasir yang berada
disekeliling kepundan akan mungkin terlempar keluar.

Pada saat ini juga akan terjadi ketidak seimbangan landasan atau fondasi dari
dinding-dinding kawah. Munculnya retakan-retakan pada dinding kawah ini akan membuat
dinding kawah runtuh. Dapat saja runtuh kedalam maupun keluar kerucut gunung api.
Tergantng dari arah retakan yang terbentuk.
Sangat mungkin letusannya akan sangat besar, dan sering disebut phreatic
eruption. Air yang terpanaskan ini dapat saja akhirnya keluar melalui jalan lahar. Karena
aliran air berncampur pasir, kerikil dan lumpur ini panas maka disebut lahar panas.

Ketika letusan preatik (preathic eruption) terjadi bersamaan dengan aktifitas


magmatik, maka akan sangat mungkin letusannya sangat dahsyat. Namun kalau saja letusan
semi magmatik di atas dihabiskan terlebih dahulu kemudian diikuti dengan letusan
magmatik, maka mungkin letusannya tidak optimum.

Ketika letusan magmatik terjadi maka magma dari dalam akan sangat mungkin
keluar melalui kepundan. Juga seandainya ada rekahan yang ditimbulkan mungkin saja
magma meleleh dari samping.

Selain adanya aliran lava itu, letusan-letusan ini akan melemparkan material
volkanik berupa batu kerikil.

Menurut data sejarah letusan dari Smithsonian, ada beberapa karakteristik jenis
letusan yang pernah terjadi di gunung Kelud di antaranya:

 Crater lake eruption, letusan dari kawah.


 Explosive eruption, letusan berupa ledakan.
 Pyroclastic flow(s), aliran material-material volkanik termasuk awan
panas.
 Phreatic explosion(s), ledakan akibat bercampuran air kedalam magma.
 Lava dome extrusion, lelehan lava atau magma cair pijar yang keluar dari
kepundan.
 Mudflow atau lahar, aliran material volkanik bersama dengan air.
2.3 Debu Vulkanik

Abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah
bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan, terdiri
dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Batuan yang berukuran besar (bongkah
- kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 – 7 km dari kawah, dan yang
berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km dari kawah
karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Sebagai contoh letusan G.
Krakatau tahun 1883 dapat mengitari bumi berhari-hari, juga letusan G. Galunggung tahun
1982 dapat mencapai Australia.

Abu vulkanik merupakan material halus dan berukuran sangat kecil, yang
meyembur dari gunung yang sedang meletus. Abu vulkanik mengandung silika (SiO2)
sehingga sangat berbahaya bagi manusia. Bila dilihat pada mikroskop, abu vulkanik memiliki
ujung runcing sehingga bila masuk ke paru - paru bisa menyebabkan kerusakan jaringan pada
bagian dalam paru - paru. Juga bila terkena mata dapat menyebabkan mata perih. Karena itu
daerah - daerah yang terkena jatuhan abu vulkanik sebaiknya menggunakan masker dengan
kerapatan yang cukup dan pelindung untuk mata.

Debu vulkanik tersusun dari fragmen batuan halus, mineral dan kaca, debu yang
keras, kasar, agak korosif dan tidak larut dalam air. Kandungan debu vulkanik terutama
tentang mineral kuarsa, kristobalit, atau tridimit. Ini adalah kristal silika bebas yang diketahui
dapat menyebabkan silikosis, penyakit paru-paru yang berpotensi menimbulkan kefatalan
bagi penderita.

Partikel debu kecil bisa ditiup oleh angin sejauh ribuan kilometer jauhnya dari
gunung berapi, tergantung pada kecepatan angin dan jenis letusan. Debu vulkanik yang
terdiri dari partikel halus batuan vulkanik yang terfragmentasi tersebut kemudian dapat
menyebar. Debu berkisar dalam warna dari abu-abu terang sampai hitam dan bervariasi
dalam konsistensi dari grit sampai bubuk halus. Hujan debu dapat menghalangi sinar
matahari, mengurangi visibilitas dan dapat menyebabkan keadaan gelap gulita di siang hari.
Hal ini juga dapat menimbulkan guntur dan kilat yang terjadi karena adanya
gesekan antara partikel halus di udara. Partikel debu yang lebih berat dapat mengakibatkan
runtuhnya atap sehingga dapat mematikan bagi orang-orang yang tinggal di dalam bangunan.
Debu dan partikel kasar yang masih panas jika dihirup melalui saluran pernafasan dapat
menyebabkan panas piroklastik dan hampir selalu menjadi penyebab kematian dari luka
bakar internal atau sesak napas.

Untuk mengetahui potensi pemanfaatan abu vulkanik sekaligus dampaknya


terhadap lingkungan maka pada penelitian ini telah dilakukan penentuan komposisi kimia,
baik unsur mayor maupun minor, dari abu vulkanik gunung Kelud yang diambil bulan
Februari 2014-Maret 2014 setelah erupsi selesai. Selain itu, juga dilakukan penentuan pH
abu, dan kandungan besi dalam air di sungai, sumur, maupun bak penampungan air. Lokasi
pengambilan sampel adalah desa di wilayah Kabupaten Magelang, Sleman dan Klaten. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa abu Gunung Merapi mengandung berbagai unsur mayor (AI,
Si, Ca, dan Fe), minor (I(, Mg, Mn, Na, P, S, dan Ti), dan tingkat trace (Au ,As, Ba, Co, Cr,
Cu, Mo, Ni, Pb, S, Sb, Sn, Sr, V, Zn, dan Zr), baik yang memiliki kegunaan yang luas (AI,
Si, Ca, Fe, Ti, V, dan Zn), memiliki nilai tinggi (Au), hingga yang berpotensi memberikan
dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan (As, Cr, Cr, Cu, Pb, Ni, dan S). Lokasi
pengambilan abu yang berbeda (timur, seJatan dan barat, serta jarak yang semakin jauh dari
puncak Merapi) tidak memberikan perbedaan komposisi kimia yang berarti. Didasarkan pada
kandungan unsur AI, Ca, dan Si dalam abu yang besar (masing-masing 56%, 4%, dan 18 %)
maka sangat dimungkinkan dilakukannya pemanfaatan abu tersebut sebagai bahan semen
atau barang berbahan semen. Kandungan besi dan titan yang cukup berarti memungkinkan
logam tersebut untuk diekstraksi dari abu sehingga diperoleh logam atau oksida besi dan titan
yang berrnanfuat Iuas. Ditemukannya unsur K dan P dalam abu dengan kadar yang cukup
sebagai unsur hara yang diperlukan oleh tanah, maka menarik untuk dikaji terkait dengan
kesuburan tanah yang tertutup oleh abu tersebut. Namun demikian, juga ditemukan adanya
korelasi antara besamya kadar sulfur dengan pH abu yang cenderung asam, yang dapat
menurunkan kesuburan tanah. Meskipun dalam abu terkandung heberapa logam herat seperti
Pb (kadar yang cukup), Cd, Cr, Cu, dan Ni (kadar rendah) namun tidak terdeteksi terjadinya
kontaminasi logam tersebut dalam air yang dianalisis. Penyebaran abu Gunung
terindikasikan meningkatkan kadar besi dalam air sungai, sumur, maupun bak penampungan
terbuka, namun tidak berefek pada bak penampungan yang tertutup, sehingga air tersebut
masih layak digunakan sesuai peruntukannya

Abu vulkanik yang disemburkan gunung api juga dapat membawa aliran listrik
statis. Di bandara, tebaran abu vulkanik menyebabkan jalan pesawat menyimpang dan
mengganggu sistem kelistrikan pesawat.Ukuran partikel debu vulkanik sangat halus. Jauh
lebih halus dibandingkan tepung terigu. Karenanya, abu vulkanik sangat ringan dan bisa
melayang di udara dalam waktu lama. Penjelasan ini pun menerangkan bagaimana abu
vulkanik dari letusan Gunung Krakatau pada 1883 bisa sampai ke Eropa meski sudah lewat
berbulan-bulan.

Ada beberapa pendapat tentang tingkat keasaman abu vulkanik ini. Ada yang
mengatakan abu vulkanik ini bersifat asam dan ada juga yang menyatakan dapat
meningkatkan pH tanah. Tapi merujuk pada mitos yang menyebutkan tanah di sekitar
Gunung Merapi sangat subur, sepertinya pendapat yang menyatakan abu vulkanik dapat
mengasamkan tidaklah benar.

Beberapa sumber informasi menyatakan, abu vulkanik mengandung sulfur dan


silica. Jika ini benar, abu vulkanik bisa berfungsi sebagai pemasok unsur hara tanaman. Ada
juga pendapat abu vulkanik mengandung Cu dan Fe yang yang berfungsi sebagai
mikroelemen.

Jika dilihat dari sifat fisiknya abu hasil pembakaran yang mempunyai sifat seperti
batuan zeolit dan arang berfungsi sebagai penambat unsur hara dalam tanah sehingga tidak
mudah tercuci oleh air. Abu vulkanik juga akan mempermudah penyerapan unsur hara oleh
akar tanaman.
Jika kita mengacu pada pemikiran di atas dapat disimpulkan letusan gunung
berapi yang menimbulkan hujan abu vulkanik akan membawa berkah bagi para petani. Abu
vulkanik akan menjadi sumber unsur hara bagi tanaman dan meningkatkan pH tanah yang
cenderung asam. walaupun memang hujan abu juga akan menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan manusia. Abu atau kerikil besar bisa jatuh sampai radius lima sampai tujuh
kilometer dari kawah gunung api yang meletus. Sementara yang berukuran lebih kecil bisa
terbawa angin hingga ratusan kilometer, bahkan ribuan kilometer.

Abu yang halus ini berbahaya, karena bentuknya yang kecil tidak terlalu dapat
terlihat oleh mata. Sehingga, dapat terhirup dan bisa menyebabkan radang paru-paru.Selain
itu abu vulkanik bisa mematikan hama tanaman, karena memiliki zat mikro yang bisa
membunuh hama. Selain bisa menyuburkan tanah, juga bisa membasmi hama, dan juga bisa
sebagai bahan material seprti halnya batu bata dengan demikian abu vulkanik sangat
bermanfaat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Abu vulkanik sangatlah berbahaya terhadap kesehatan terutama terhadap badan


yang memiliki system imun yang rendah. Bermacam-macam daerah masyarakat pasti telah
merasakan kerugian besar yang disebabkan Abu vulkanik. Hal ini sangatlah wajar karena
Abu mengandung unsur Silika (SiO2). Jika dilihat melalui mikroskop Abu Vulkanik
Berbentuk seperti ujungnya terdapat runcing sehingga bila terhirup bisa menancap ke paru-
paru. Selain itu abu vulkanik bisa menyebabkan penyakit kulit skip.

Namun di balik semua kerugian tersebut abu vulkanik memiliki beberapa manfaat
diantaranya sebagai bahan dasar bahan-bahan material bangunan seperti batu bata ringan.
Seperti yang dilakukan para warga daerah Gondang Pusung, Desa Wukir Sari, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Mereka menemukan formula untuk mengolah
abu vulkanik jadi batu bata ringan. Tekstur abu vulkanik Merapi dan Gunung Kelud sama
sehingga bisa diolah dengan formula tersebut.Caranya dengan mencampurkan abu dengan
sejumlah bahan baku lain seperti pasir gamping, semen, air dan cairan pengembang. Hasilnya
adalah batu bata yang kuat dan ringan.

4.2 Saran
1. Pengolahan abu vulkanik dengan bahan-bahan dasar tertentu diharapakan bisa
menjadi inovasi dalam bidang pemanfaatan abu vulkanik, sehingga para
masyarakat yang pada umumnya hanya mengethui kekurangan saja namun abu
vulkanik mempunyai kelebihan yang sangat berguna dalam pembangunan.
2. Pengolahan abu vulkanik sebagai batu bata ringan sangat memerlukan ketelitian
dalam penakaran bahan-bahan yang bersifat kimia, sehingga membutuhkan ahli
penakaran bahan-bahan material.

Anda mungkin juga menyukai