Anda di halaman 1dari 3

Nama : muchammad azaharudhin alfiansyah

NIM : 210721611725
Offering :B

Evaluasi
1. Bagaimana proses pembentukan lahan vulkanik
2. Morfologi gunung api dibedakan menjadi 4 zona dengan ciri- ciri jenis litologi dan asosiasi
morfologi yang berlainan: central, proximal, medial, distal. Jelaskan masing- masing jona
tersebut!
3. Para ahli yang mengelompokkan tipe erupsi yang terjadi salah satunya adalah menurut Escher
(1952) dalam Azwar, dkk 1987 meliputi: Tipe Hawaii, Stromboli, Volkano, Merapi, Pelee,
Vincent, Perret. Jelaskan masingmasing tipe erupsi tersebut!
4. Erupsi gunungapi menghasilkan dua tipe bahaya yakni primer dan sekunder. Bagaimana
proses erupsi primer dan sekunder dapat terjadi?
5. Terdapat tiga kriteria dalam pembentukan magma yaitu: viscosity, volatiles, dan volume.
Bagaimana pengaruh masing-masing komponen tersebut dalam pembentukan magma?

Jawab
1. Proses pembentukan lahan vulkanik terjadi karena erupsi gunung berapi dimana
dikeluarkannya seluruh bentuk- bentuk material salah satunya adalah abu vulkanik, pada saat
abu vulkanik jatuh di sekitar gunung serta adanya daya dukung dari air hujan, secara kimiawi
akan terjadi reaksi basa (abu), dan hujan (asam) sehingga menghasilkan unsur hara dengan
ukuran Ph yang sesuai dengan unsur hara tanah subur pada umumnya.
2. Pengelompokan Zona Morfologi
 Zona Central
Pada zona ini, pusat erupsi terjadi dan energi terbesar dari pusat erupsi ada pada zona
ini. Dengan adanya kegiatan vulkanisme yang tinggi, banyak menyebabkan aktivitas-
aktivitas lain seperti hidrothermal dan mineralisasi sehingga banyak terjadi proses
alterasi menghasilkan berbagai macam unsur yang memiliki nilai ekonomi tinggi
seperti emas. Telah diketahui, tambang-tambang emas besar di Indonesia seperti di
Grasberg, Papua, dulunya merupakan zona pusat erupsi gunung api purba. Namun
perlu diketahui, saat gunung api masih aktif, zona ini sangat berbahaya. Kandungan
gas-gas beracun dan sulfur yang berbau menyengat dan pekat dapat menyebabkan
pingsan atau bahkan kematian apabila terhirup melampaui batas. Saat terjadi erupsi,
zona inilah yang menjadi sangat hancur.
 Zona Proksimal
Zona ini adalah zona dengan lapisan soil yang tipis dan material piroklastik agak
terorientasi. Material piroklastik ini setelah beberapa bulan atau beberapa tahun bisa
menjadi sumber penghisupan bagi tanaman melalui berbagai unsur yang dibawanya.
Maka dari itu, zona ini sudah mulai dikembangkan menjadi lahan perkebunan di
mana sayuran dapat sangat tumbuh subur. Selain itu, zona proksimal menjadi daerah
penangkap air hujan yang baik yang kemudian menyalurkannya
ke zona-zona di bawahnya. Saat terjadi erupsi, zona ini menjadi sangat berbahaya.
Pyroclastic fall, flow, dan surge dapat menjadi sangat berbahaya bagi kehidupan.
Zona ini menjadi zona bahaya jika terjadi erupsi.
 Zona Medial
Zona ini tersusun atas lahar dan tuff. Material-material ini jika telah lapuk akan
menjadi sangat subur bagi tanaman. Pertanian dan perkebunan menjadi sangat
berkembang pada daerah ini. Tangkapan air baik dari hujan maupun zona di atasnya
muncul sebagai mata air dan menjadi sumber air bagi kehidupan. Namun saat terjadi
erupsi, zona ini juga masih menjadi zona bahaya karena terjangan lahar yang hebat
apabila erupsi yang terjadi sangat kuat.
 Zona Distral
Zona ini merupakan zona dengan kelereng- an landai dan menjadi daerah tangkapan
air hasil dari zona medial dan proksimal. Litologi penyusunnya kebanyakan adalah
konglomerat, lahar, batupasir, dan tuff. Daerah ini masih cukup subur dengan adanya
jatuhan piroklastik yang sampai di daerah ini. Saat terjaidi erupsi, zona distal dapat
menjadi daerah aman namun dapat juga menjadi daerah berbahaya terutama pada
kawasan yang terletak di sekitar sungai tempat lahar menerjang.
3. Pengelompokan Tipe Erupsi
 Letusan Tipe Stromboli
Letusan tipe stromboli merupakan jenis letusan yang mempunyai interval waktu yang
hampir sama di setiap letusannya. Sehingga tipe letusan stromboi ini dengan kata lain
letusan terjadi setiap beberapa waktu sekali. Sebagai contoh adalah gunung api
Tromboli di Kepulauan Lipan yang memiliki jarak waktu letusan sekitar 12 menit.
Jadi, setiap 12 menit sekali lava akan mendidih dan kemudian akan terjadi sebuah
letusan. Material- material yang keluar akibat letusan ini berupa bom, lipari maupun
abu vulkanik. Di Indonesia pun juga terdapat gunung yang memiliki tipe letusan
stromboi ini, yaitu Gunung Raung. Sementara itu contoh lain adalah Gunung
Vesisvius yang ada di Italia.
 Letusan Tipe Hawai
Kedua adalah letusan tipe Hawaii. Letusan tipe hawaii ini merupakan letusan yang
terjadi pada gunung yang memiliki lava sangat cair dan memiliki bentuk seperti
perisai atau tameng yang dapat mengalir ke segala arah. Skala letusan tipe Hawaii ini
relatif kecil namun memiliki intensitas yang tinggi. Mengapa tipe letusan ini
dinamakan tipe Hawaii? Hal ini karena banyak gunung- gunung di Hawaii yang
memiliki tipe letusan seperti ini, seperti Maona Loa, Maona Kea dan juga Kilauea.
 Letusan Tipe Merapi
Tipe letusan tiga disebut tipe Merapi. Merapi di Indonesia adalah salah satu gunung
api yang paling aktif mengalami erupsi. Tipe letusan merapi ini adalah letusan untuk
gunung yang memiliki lava yang kental yang dapat menyumbat mulut kawah. Hal ini
akan berakibat tekanan gas menjadi semakin kuat dan bertambah kuat dan
menyebabkan sumbatan di mulut kawah menjadi pecah dan terangkat ke atas.
Sumbatan di mulut kawah yang terangkat ke atas dan pecah ini pada akhirnya
terlempar keluar. Material- material ini akan turun ke lereng gunung menjadi sebuah
ladu atau gloedlawine. Selain menghasilkan material- material tersebut, tipe letusan
ini juga mengeluarkan awan panas atau yang disebut dengan gloedwolk. Tipe letusan
merapi ini merupakan tipe yang berbahaya bagi penduduk yang berada di sekitar
gunung tersebut. Tipe ini yang terjadi di Gunung Merapi (Jawa Tengah) yang pernah
menimbulkan banyak korban jiwa.
 Letusan Tipe Volkano
Letusan tipe volkano merupakan letusan yang mengeluarkan material- material padat
seperti bom, abu vulkanik, lapili dan juga bahan- bahan padat atau cair seperti lava.
perlu diketahui bahwa tipe letusan ini dikelompokkan atas kekuatan erupsi dan juga
kedalaman dapur magmanya. Dapur magma ini memiliki kedalaman yang bervariasi,
mulai dangkal hingga dalam sehingga kekuatan erupsinya pun mulai sedang hingga
tinggi. akibat letusan ini, dampak kerusakan yang ditimbulkan cukup besar. Ada
beberapa gunung yang memiliki tipe letusan ini, dan salah satunya ada di
Indonesia yaitu gunung Semeru yang berada di Jawa Timur.
 Letusan Tipe Perret atau Plinian
Letusan ini adalah letusan yang sangat berbahaya. Letusan ini adalah letusan gunung
berapi yang disertai ledakan yang sangat dahsyat dan dapat merusak lingkungan.
Karena ledakannya yang dahsyat, material yang dikeluarkan pun bisa terlempar
sejauh hingga 80 Kmm. ciri khusus yang dimiliki oleh letusan ini adalah disertai gas
yang sangat tinggi dan juga awan yang menyembur menyerupai kembang kol.
Letusan tipe Perret ini dapat menyebabkan puncak vulkan terbobol sehingga dinding
kawah melorot melemparkan kepundan. Di Indonesia sendiri pernah terjadi letusan
ini pada Gunung Krakatau tahun 1883 yang menjadi sebuah sejarah dunia.
 Letusan Tipe Pelee
Letusan tipe Pelee adalah letusan yang terjadi apabila terdapat sumbatan kawah di
puncak gunung api yang berbentuk jarum sehingga akan menyebabkan tekanan gas
menjadi bertambah besar. Apabila sumbatan pada kawah gunung tersebut tidak
terlalu kuat maka gunung ini akan meletus.
 Letusan tipe Sint Vincent
Letusan tipe ini terjadi pada gunung api yang memiliki danau kawah. Ketika gunung
ini meletus maka air di danau kawah tersebut akan tumpah bersama lava. Hal ini tentu
sangat berbahaya bagi daerah yang ada di sekitarnya karena dapat diterjang banjir
lahar panas. Letusan ini di Indonesia pernah terjadi pada Gunung Kelud pada tahun
1919.
4. Proses Erupsi Gunung Berapi terbagi 2 yakni :
 Erupsi Primer
Erupsi primer dapat terjadi karena leleran lava panas,aliran piroklastik berupa awan
panas, jatuhan piroklastik berupa hujan abu, gas vulkanik yang mengandung racun,
lahar letusan dan sebagainya. Bahaya ini terjadi karena bahaya primer kembali
dipengaruhi faktor lainnya di alam.
 Erupsi Sekunder
Erupsi sekunder dapat terjadi setelah letusan itu terjadi contohnya, endapan material
vulkanik di puncak lereng bagian atas yang jika hujan tiba material tersebut akan
terbawa oleh air hujan sehingga turun ke lembah hingga mengakibatkan banjir
lumpur yang sangat besar dan cepat kejadiannya.
5. Pengaruh maisng-masing komponen pada pembentukan magma adalah
 Viscosity yang tinggi dari magma akan menciptakan sebuah statovolcano yang tinggi
dan curam dikarenakan tidak dapat mengalir terlalu jauh sebelum mulai mendingin
sedangkan viscosity yang lebih rendah dari lava akan menciptakan volcano yang
rendah dan lebar
 Volatile berpengaruh pada pembentukan magma dari adanya fraksi-fraksi seperti
CH4, CO2, HC1, H2S, SO2 dan sebagainya pada pembentukan magma berupa gas
tersebut yang menjadi material didalamnya. Kelimpahan volatile mungkin bisa
rendah, sedang ataupun tingigi, yang mana akan keluar tanpa meledak dan tidka
berbahaya bagi kehidupan sekitar.
 Volume semakin kecil, sedang ataupun besar. Jika volume besar, letusan akan lebih
intens

Anda mungkin juga menyukai