Anda di halaman 1dari 5

Evaluasi Pertemuan 4

Bentuk Lahan Vulkanis

Nama : Alfrido Raka Muhammad

NIM : 200722638841

Offering : G

Pertanyaan :
1. Bagaimana proses pembentukan bentuk lahan vulkanik?
2. Morfologi gunung api dapat dibedakan menjadi 4 zona dengan ciri-ciri jenis litologi dan
asosiasi morfologi yang berlainan: central, proximal, medial, distal. Jelaskan masing-
masing zona tersebut!
3. Para ahli yang mengelompokkan tipe erupsi yang terjadi salah satunya adalah menurut
Escher (1952) dama Azwar, dkk 1987 meliputi: Tipe Hawai, Stromboli, Vulkano,
Merapi, Palee, Vincent, Parret. Jelaskan masing-masing tipe erupsi tersebut!
4. Erupsi gunung api menghasilkan dua tipe bahaya yakni primer dan sekunder. Bagaimana
proses erupsi primer dan sekunder dapat terjadi?
5. Terdapat 3 kriteria dalam pembentukan magma, yaitu: viscosity, volatile, dan volume.
Bagaimana pengaruh masing-masing komponen tersebut dalam pembentukan magma?

Jawaban :

1. Vulkanisme merupakan sebuah fenomena alam yang berkaitan dengan pergerakan


magma pada perut bumi menuju permukaan bumi. Proses pembentukan bentuk lahan
vulkanik ini berkairan dengan proses vulkanisme yang terjadi. Proses vulkanisme
memiliki 3 tipe, yakni vulkanisme letusan, vulkanisme lelehan, dan vulkanisme
campuran. Vulkanisme letusan terjadi karena magma yang memiliki sifat asam dan kaya
akan gas sehingga memiliki sifat yang kental dan memiliki ledakan yang kuat.
Vulkanisme lelehan terjadi karena magma memiliki sifat basa, hanya mengandung sedikit
gas, sehingga magma memiliki sifat yang encer dan memiliki ledakan yang lemah.
Vulkanisme campuran terjadi karena pengaruh magma intermediet yang memiliki sifat
agak kental, biasanya menghasilkan gunung api strato. Dengan proses vulkanisme yang
terjadi tersebut akan berpengaruh terhadap bentuk lahan vulkanik yang terdapat pada
sekitaran gunung berapi. Proses vulkanisme letusan akan membentuk bentuk lahan
eksplosif, proses vulkanisme lelehan akan membentuk bentuk lahan efusif, dan proses
vulkanisme akan membentuk bentuk lahan eksplosif maupun efusif.
2. Ciri-ciri jenis litologi dan asosiasi morfologi pada gunung berapi:
a. Central
Zona central ini bertempat pada pusat biasa terjadinya erupsi pada gunung berapi,
sehingga zona central ini, ketika gunung berapi masih melakukan aktivitas-aktivitas
vulkanisme baik berupa guncangan-guncangan, ataupun loncatan-locatan magma
akan sangat berbahaya. Pengaruh litologi yang terjadi pada zona central memiliki
keberagaman, ada yang keras dan ada yang lunak, relief sangat kasar, tersusun bukit-
bukit runcing di antara lembah-lembah terjal dan dalam. Karena zona central
merupakan bukaan tempat keluarnya magma, maka batuan yang terdapat pada zona
ini memiliki ciri asosiasi batuan beku yang merupakan kubah lava.
b. Proximal
Zona proximal atau lereng atas ini merupakan daerah pada gunung berapi yang paling
dekat dengan zona central. Asosiasi batuan yang terdapat pada zona ini didominasi
oleh perselingan aliran lava dengan breksi piroklastika dan aglomerat. Zona ini
memiliki lapisan soil yang tipis dan memiliki material piroklastik yang dapat menjadi
sumber hisapan untuk tanaman sehingga dapat digunakan sebagai perkebunan karena
memiliki unsur hara yang tinggi membuat lapisan tanah menjadi subur.
c. Medial
Zona medial merupakan lereng bawah yang tersusun atas lahar dan tuff, jika materil
ini mengalami pelapukan maka akan menjadi bahan yang sangat cocok untuk
kesuburan tanaman. Tuf, breksi dan piroklastika sangat dominan pada zona ini, dan
juga breksi lahar. Karena cukup jauh dengan sumber atau zona central, pada zona
medial aliran lava dan aglomerat cukup berkurang.
d. Distal
Zona distal merupakn kaki gunung serta dataran yang didominasi oleh endapan atas
rombakan gunung api yang meliputi breksi lahar, breksi, fluviatil, konglomerat,
batupasir dan batulanau. Pada zona ini, endapan primer berupa tuf.
3. Tipe tipe erupsi:
a. Tipe Hawaii
Letusan tipe Hawaii ini terjadi karena lava pada gunung berapi sangat cair dan tipe
bentuk gunung berupa perisai atau tameng yang dapat mengalir ke segala arah. Skala
letusan dari gunung yang memiliki tipe Hawaii memiliki skala yang relatif kecil
namun memiliki intensitas yang tinggi, lava dapat mengalir secara terus menerus
dengan durasi yang cukup lama. Gunung yang memiliki tipe erupsi Hawaii
diantaranya Kilauea, Maona Loa, dan Maona Kea yang bertempat di Hawaii.
b. Tipe Stromboli
Letusan tipe Stromboli merupakan letusan yang pada setiap letusanya mempunyai
interval waktu yang sama, yang terjadi beberapa waktu sekali. Material yang keluar
dari letusannya berupa bom, lipari ataupun abu vulkanik. Gunung yang memiliki
letusan tipe Stromboli adalah Gunung Raung.
c. Tipe Vulkano
Letusan tipe Volkano merupakan letusan yang memiliki dampak letusan cukup besar
dengan mengeluarkan material-material padat seperti bom, abu vulkanik, lapili,
bahan-bahan padat lainnya dan bahan cair berupa lava. Dalam hal ini yang memiliki
pengaruh pada kekuatan erupsinya terjadi karena kedalaman dapur magma yang ada.
Gunung yang memiliki tipe vulkano adalah Gunung Semeru.
d. Tipe Pelee
Letusan tipe Pelee terjadi karena terdapat sumbatan pada kawah gunung berapi yang
memiliki bentuk jarum, sehingga akan menyebabkan tekanan gas bertambah besar,
jika sumbatan yang terdapat pada kawah gunung tersebut tidak terlalu kuat, maka
gunung akan meletus.
e. Tipe Vincent
Letusan tipe Vincent terjadi karena gunung api memiliki danau kawah. Karena jika
gunung meletus, maka air yang terdapat pada danau kawah akan ikut tumpah
bersamaan dengan lava. Sehingga letusan tipe Vincent ini akan sangat berbahaya bagi
daerah yang berada di sekitarnya karena akan diterjang oleh banjir lahar panas.
Letusan tipe Vincent ini pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1919 yaitu Gunung
Kelud.
f. Tipe Perret
Letusan tipe Perret merupakan letusan gunung berapi yang disertai ledakan yang
sangat dahsyat dan dapat merusak lingkungan sekitar. Ledakan yang dahsyat ini
mampu melemparkan material yang terdapat didalamnya sejauh 80 km. Ciri khusus
letusan ini adalah disertai gas yang sangat tinggi dan awan yang menyembur tinggu
menyerupai kembang kol. Letusan ini dapat menyebabkan daerah puncak vulkan
terbobol sehingga dinding kawah melorot dan akan melemparkan kepundan. Letusan
Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan tipe letusan Perret.
4. Proses erupsi primer dan sekunder pada gunung api:
a. Proses erupsi primer
Proses erupsi primer ditandai dengan terjadinya letusan-letusan kecil yang disertai
oleh gempa-gempa vulkanik. Bahaya yang muncul yaitu berupa awan panas dengan
campuran gas dan bebatuan yang terdorong ke bawah karena densitas yang tinggi,
menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng dengan
suhu dan kecepatan yang sangat tinggi. Kemudian melontarkan meterial-material
pijar bersamaan dengan terjadinya letusan magmatik yang bisa melontarkan material
sampai ratusan meter jauhnya dengan memiliki suhu tinggi dan berukuran besar, hal
ini biasa disebut dengan bom vulkanik. Setelah terjadinya lontaran material juga akan
timbul hujan abu yang lebat seiring letusan gunung api berlangsung. Material berupa
pasir halus atau abu ini diterbangkan oleh angin dan akan jatuh pada berbagai tempat
tergantung dengan arah angin seperti halnya hujan. Material ini berbahaya bagi
pernafasan dan mata manusia. Juga akan berdampak terhadap air tanah, tumbuhan,
juga akan menyebabkan korosi pada mesin pesawat. Selanjutnya akan terdapat aliran
berupa cairan kental dan memiliki suhu tinggi antara 700-1200 C yang disebut lava.
Lava akan mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Seiring
dengan itu semua akan muncul gas beracun yang muncul berupa CO2, H2S, HCI,
SO2, dan CO.
b. Proses erupsi sekunder
Proses erupsi sekunder merupakan bahaya ikutan yang terjadi setelah letusan gunung
berapi. Bahaya yang terjadi berupa penumpukan material dalam berbagai ukuran pada
puncak dan lereng bagian atas, longsoran dan getaran vulkanik. Ketika letusan
gunung berapi terjadi saat musim hujan, sebagian material akan terbawa oleh air
hujan sehingga akan menimbulkan banjir, yang biasa disebut lahar.
5. Komponen pembentukan magma :
a. Viscosity
Viscosity merupakan sifat fisika magma dan sebagai parameter yang signifikan untuk
memahami proses aktivitas gunung berapi. Viskositas berupa suatu ukuran kekentalan
pada suatu fluida yang menunjukkan besar atau kecilnya gesekan fluida. Viskositas
magma akan mengontrol mobilitas magma, densitas akan mengontrol arah gerakan
relatif antara magma dan material padat. Magma yang memiliki viskositas tinggi akan
menimbulkan erupsi gunung api berupa eksplosif, dengan magma riolitis yang cukup
kental dan sangat terbatas untuk dapat mengalir. Magma dengan viskositas rendah
seperti magma basalit akan membentuk lava yang sangat panjang dengan aliran yang
cepat.
b. Volatile
Volatil magma akan menentukan besarnya tekanan selama proses kenaikan magma ke
permukaan yang unsur-unsurnya dapat mempengaruhi jenis kegiatan gunung api
seperti terbentuknya piroklastik, awan panas dll. Senyawa-senyawa volatil terdiri atas
fraksi gas CO2, HCI, CH4, H2S, SO2, NH3 dll.
c. Volume
Volume magma merupakan jumlah banyaknya cairan yang memiliki kekentalan
tertentu dengan takaran kapasitas tertentu yang akan berpengaruh terhadap proses
vulkanisme. Volume yang tinggi akan berpengaruh dengan derasnya daya letusan dari
gunung berapi sehingga sebaran hasil erupsi akan keluar dari mulut gunung berapi.

Anda mungkin juga menyukai