Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “AY” UMUR 33 TAHUN

MULTIGRAVIDA UMUR KEHAMILAN 38 MINGGU

MK : Konsep Kebidanan
Dosen Pengampu : Made Widhi Gunapria Darmapatni, SST.,M.Keb

OLEH

I Dewa Agung Ayu Intan Krisnadevi NIM P07124017013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2017/2018
KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem saluran fluida panas ( batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km dibawah permukaan bumi , termasuk endapan hasil
akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Istilah gunung api ini juga dipakai
untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes
atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim
dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Groboganm
Jawa Tengah yang populer sebagai bledok kuwu. Gunung berapi terdapat dalam beberapa
bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi
separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun
gunung berapi mampu beristirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif
kembali. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung
berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau memang sudah tidak
aktif lagi.

Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam
perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat
tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung
berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau
lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Apabila terjadi
gunung meletus akan berdampak pada perumbuhan ekonomi di daerah tersebut dan
mengakibatkan kesulitan mencari lapangan pekerjaan, tetapi gunung meletus juga memiliki
dampak positif bagi daerah yang dikenainya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gunung Meletus

Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam
perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar
yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan
lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang
dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan
abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa
membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
2.2 Tipe-Tipe Gunung Meletus
2.2.1 Letusan Tipe Hawaii
            Tipe hawaii terjadi karena lava yang keluar dari kawah sangat cair, sehingga mudah
mengalir ke segala arah. Sifat lava yang sangat cair ini menghasilkan bentuk seperti perisai
atau tameng. Contoh: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii.
Letusan Tipe Stromboli
            Letusan tipe ini bersifat spesifik, yaitu letusan-letusannya terjadi dengan interval atau
tenggang waktu yang hampir sama. Gunung api stromboli di Kepulauan Lipari tenggang
waktu letusannya ± 12 menit. Jadi, setiap ±12 menit terjadi letusan yang memuntahkan
material, bom, lapili, dan abu. Contoh gunung api bertipe stromboli adalah Gunung Vesuvius
(Italia) dan Gunung Raung (Jawa).
2.2.2 Letusan Tipe Vulkano
            Letusan tipe ini mengeluarkan material padat, seperti bom, abu, lapili, serta bahan-
bahan padat dan cair atau lava. Letusan tipe ini didasarkan atas kekuatan erupsi dan
kedalaman dapur magmanya. Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung
Semeru di Jawa Timur.
2.2.3 Letusan Tipe Merapi
            Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah.
Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan lava.
Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar. Material ini
menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas
(gloedwolk) atau sering disebut wedhus 
gembel. Letusan tipe merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
2.2.4 Letusan Tipe Perret atau Plinian
            Letusan tipe ini sangat berbahaya dan sangat merusak lingkungan. Material yang
dilemparkan pada letusan tipe ini mencapai ketinggian sekitar 80 km. Letusan tipe ini dapat
melemparkan kepundan atau membobol puncak gunung, sehingga dinding kawah melorot.
Contoh: Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan St. Helens yang meletus pada
tanggal 18 Mei 1980.
Letusan Tipe Pelee
            Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung api
yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar.
Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus.
Letusan Tipe Sint Vincent
            Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama lava. Letusan
ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat
berbahaya. Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent
yang meletus pada tahun 1902.
2.3 Penyebab Terjadinya Gunung Meletus
2.3.1  Status awas
            Pada status awas, aktifitas magma dari dalam bumi ini diketahui dari naiknya suhu
kawah dan adanya getaran-getaran gempa vulkanik. Temperatur magma yang sangat tinggi
ini akan mendekati sumbat yang menyebabkan air memanas. Proses pemanasan ini juga akan
mungkin diikuti dengan adanya rekahan-rekahan akibat tekanan magma, rekahan ini akan
sangat mungkin menyebabkan bocornya danau. Kebocoran danau ini tentunya menyebabkan
air danau menjadi uap di bawah kawah yang juga akan menambah tekanan dari dalam.
2.3.2  Awal letusan Hidrovolkanik
            Akibat jumlah air yang bocor masuk ke dalam sudah sangat banyak akan mungkin
menimbulkan letusan akibat air yang mendidih. Letusan ini sering disebut sebagai letusan
hidrovulkanik, letusan ini memang akan banyak di jumpai pada gunung api yang berada di
laut, misalnya gunung Krakatau, dan gunung-gunung api di hawai, sangat mungkin yang
terjadi saat ini adalah letusan. Letusan awal akibat proses ini. Sangat mungkin terdengar
dentuman-dentuman serta longsoran-longsoran dinding kalau saja tekanan magma ini terus
menerus mendorong maka proses letusan akan berlanjut ke proses berikutnya.
2.3.3 Letusan semi Magmatik
            Pada saat semua air di danau habis masuk dan bercampur dengan magma membara
yang menyembul dari dalam, akan terjadi proses perubahan fase air menjadi uap secara
mendadak, tentunya kita tahu ketika terjadi perubahan fase ini maka akan terjadi perubahan
tekanan. Temperatur magma ini rata-rata sekitar 600◦C hingga 1,170◦C (110-2140◦f)
sehingga air yang terkena magma panas ini akan serta merta menjadi uap dalam sekejap.
Tekanan uap air ini akan sangat besar dan mampu menggetarkan dan bahkan melemparkan
material-material vulkanik di atasnya. Sumbat kawah serta kerikil dan pasir yang berada
dikelilingnya kepundan akan mungkin terlempar keluar.
Pada saat ini juga akan terjadi ketidak seimbangan landasan atau fondasi dari dinding-dinding
kawah ini akan membuat dinding kawah runtuh.
2.3.4  Letusan magmatik
            Ketika letusan preatik (preathic eruption) terjadi bersamaan dengan aktifitas
magmatic, maka akan sangat mungkin letusannya sangat dasyat. Namun kalau saja letusan
semi magmatic di atas dihabiskan terlebih dahulu kemudian diikuti dengan letusan magmatik,
maka mungkin letusannya tidak optimum. Namun yang ditakutkan justru mengapa kemarin
itu tanda-tanda kejadian pra letusan 1990 sudah terlihat kok masih juga belum meletus
seolah-olah.

2.4 Letusan Gunung Agung Tahun 1963-1964

Gunung Agung adalah gunung berapi yang besar dengan puncak 3.142 meter di atas
permukaan laut. Gunung ini mendominasi pemandangan timur Bali. Letusan pada 1963
didahului oleh gempa bumi. Kemudian pada Februari tahun itu, lahar mulai mengalir dari
puncak kawah, yang akhirnya membentang hingga sekitar 7 kilometer ke bawah lereng utara.
Ledakan kecil abu vulkanik menyertai aktivitas ini.

Intensitas aktivitas eksplosif berkembang dengan cepat sampai pada letusan besar
pada 17 Maret. Pada waktu bersamaan, letusan dari aliran puing medan tersembunyi dari blok
lava merah panas, abu dan gas (aliran piroklastik), merobohkan lereng-lereng yang mengenai
daerah-daerah yang luas di sisi utara dan selatan gunung berapi. Hujan deras di atas material
vulkanik yang terpisah-pisah memicu arus lumpur dan batu-batu besar ke sisi lereng gunung
yang lain. Arus puing ini disebut lahar, sebuah kata bahasa Indonesia yang telah diadopsi
secara global. Gunugn Agung meletus kembali dua bulan kemudian dengan konsekuensi fisik
yang serupa. Dikatakan, pada tahun 1963 pemahaman masyarakat akan gunung berapi betul-
betul minim. Waktu itu, masyarakat hanya bisa melakukan sembahyang memohon supaya
selamat. Bahkan, saat sudah ada gempa dan letusan pun, masyarakat tidak tahu itu berbahaya,
yang akhirnya mereka justru mendekat dan selanjutnya menjadi korban karena tidak sempat
menyelamatkan diri.

2.5 Letusan Gunung Agung Tahun 2017

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi


menaikkan status Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali, dari level
normal ke Level II (Waspada) mulai Kamis (14/9/2017).Status ini diberlakukan berdasarkan
adanya peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung. Status Gunung Agung sempat berada
di level awas dan kembali ke level siaga.Sementara, Gunung Agung kembali meletus pada
Sabtu (25/9/2017) pukul 17.30 WITA. Dalam letusan kali ini teramati kolong abu kelabu-
kehitaman setinggi 1.500 meter di atas puncak gunung.

Telah terjadi erupsi Gunung Agung pada pukul 17:30 WITA. Kolom abu teramati
berwarna kelabu-kehitaman bertekanan sedang setinggi 1500 meter di atas puncak Gunung
Agung. Abu letusan bertiup lemah ke arah Barat. Masyarakat agar tetap tenang dan tetap
mengikuti rekomendasi PVMBG pada status Level III (Siaga) yaitu agar tidak melakukan
aktivitas apapun di dalam radius 6 km ditambah perluasan sektoral sejauh 7.5 km ke arah
Utara-Timurlaut, Tenggara dan Selatan-Baratdaya. VONA color code: ORANGE.

2.6 Dampak Meletusnya Gunung Agung

2.6.1 Dampak Positif Bagi Bisnis dan Perekonomian :

a. Menambah kesuburan kawasan sekitar merapi, sehingga dapat ditumbuhi banyak  


pepohonan dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian dalam waktu beberapa tahun kedepan
b. Dapat dijadikan objek wisata bagi wisatawan domestic dan wisatawan  mancanegara
setelah Gunung Merapi meletus
c. Hasil erupsi (pasir) dapat dijadikan mata pencaharian seperti penambangan pasir dan karya
seni dari endapan lava yang telah dingin.
d. Aktifitas gunung api dapat menghasilkan geothermal atau panas bumi yang sangat
berguna dalam kehidupan sehari-hari.
e. Sisa-sisa aktivitas Gunung Merapi dapat menghasikan bahan-bahan tambang yang berguna
dan bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam dan lain-lain.
f. Membangkitkan industry semen dan industry yang berkaitan dengan insfrastuktur bisa
bangkit, termasuk bisa menyerap banyak tenaga ahli untuk memulihkan infrastruktur dan
sector lainnya di kawasan terkena musim.
g. Terjadinya disribusi keadilan ekonomi, dengan banyaknya sumbangan dari para
dermawan.

2.6.2 Dampak Negatif Bagi Bisnis dan Perekonomian :


a. Merusak pemukiman warga sekitar bencana
b. Menyababkan kebakaran hutan (Bencana Merapi)
c. Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang layu, bahkan mati
akibat debu vulkanik, begitu juga dengan ternak warga banyak yang mati akibat letusan
Gunung Merapi
d. Menyebabkan gagal panen
e. Matinya infrastruktur
f. Terhentinya aktivitas mata pencaharian warga sekitar bencana
g. Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang tidak terduga untuk   memperbaiki
infrastruktur yang telah rusak akibat bencana.
h. Terhentinya industri periwisata, seperti pasar Malioboro dan Candi Borobudur (Bencana
Merapi)
i. Bandar udara tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan penerbangan karena debu
vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Merapi dapat menyebabkan mesin pesawat
mati.
j. Mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas    masyarakat
lumpuh
2.6.3 Dampak Pariwisata Akibat Gunung Agung Meletus
Erupsi Gunung Agung menyebabkan penurunan kunjungan wisman pada Oktober
2017. Data Badan Pusat Statistik mencatat kunjungan wisman pada bulan Oktobers sebesar
1,16 juta kunjungan. Angka ini turun 4,54 persen dibanding September 2017. Kepala Badan
Pusat Statistik, Suhariyanto, mengatakan penurunan kunjungan wisman tersebut terjadi
karena penurunan kunjungan wisman yang melalui Bandara Internasional Ngurah Rai sebesar
15,99 persen dibanding bulan sebelumnya.Suhariyanto mengatakan kunjungan wisman yang
melalui bandara tersebut menyumbang 40 persen terhadap total wisman.
Pengelola agen perjalanan Excelent Tour di Sanur, Eduardo Hendra, mengatakan,
pemberitaan mengerikan tentang kondisi Bali berdampak buruk. Kerugian akibat pembatalan
pemesanan mencapai 10 persen dalam dua minggu terakhir.Kondisi itu selaras dengan data
dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Bali dan Gabungan Industri Pariwisata
Indonesia Bali. Potensi penurunan kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mencapai
70.000 orang pada periode Oktober-November 2017. Akibatnya, potensi kehilangan
pemasukan diperkirakan mencapai Rp 70,46 miliar per bulan atau lebih dari Rp 140 miliar
pada Oktober-November.
Menurut Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, jika dibanding tahun kemarin rata
rata okupansi hotel sekitar 70-80% perhari pada bulan desember, namun dengan adanya
kondisi gunung agung seperti ini okupansi menurun hingga kisaran 20-25% saja. Kemudian
ketika ditutupnya bandara dan aktivitas penerbangan di stop untuk sementara, sejumlah
penginapan di Ubud angka okupansinya menurun tajam hingga di angka kisaran 15-20%.
Menurut Prof.Dr. IB Raka Suardana, SE., MM., sebagai seorang pengamat ekonomi
dari Undiknas, bahwa penutupan bandara sangat berpengaruh terhadap jumlah penurunan
kunjungan wisatawan.Jumlah wisatawan yang membatalkan kurang lebih ada 59.000 orang
dari 445 penerbangan yag batal dikarenakan penutupan bandara.
a. Objek Wisata Yang Terkena Dampaknya
1) Pura Besakih
Pura Besakih adalah pura yang paling besar, Secara lokasi Pura
Besakih ini berada di kaki gunung agung bali, jadi sudah pasti efek dari erupsi
Gunung Agung sangat terasa di pura besakih dan sekitarnya.
2) Taman Ujung Sukasada
Terdapat Taman sangat unik di utara Pantai Candidasa dengan nama
Taman Ujung Sukasada. sebenarnya taman ini adalah makam Raja terakhir
Karangasem,  namun taman ini sangat terkenal dengan kecantikannya.
Terdapat sebuah Istana ber arsitektur perbaduan antara gaya Bali dengan
Eropa yang dikelilingi dengan kolam, selain itu atmosfirnya juga sangat sejuk
dan segar dengan adanya banyak pepohonan.
3) Tirta Gangga
Memang tidak sedekat Pura Besakih jarak antara Gunung Agung ke
Tirta Gangga, lokasi Tirta Gangga berada di sebelah timur laut dari Gunung
Agung dengan jarak radius antara 20an Km. akan tetapi abu vulkanik yang
diluncurkan, pastinya terbawa angin hingga ke Tirta Gangga.
4) Pantai Candidasa
Pantai yang sangat terkenal akan keindahan sunsetnya, pantai di
sebelah timur Bali ini memang agak jauh dari gunung agung, tapi sebaiknya
dihindari dulu selama status Gunung Agung masih awas. 

2.6.4 Dampak Kesehatan Akibat Gunung Agung Meletus


Gejala pernapasan akut yang sering dilaporkan oleh masyarakat setelah gunung
meletus adalah iritasi selaput lendir dengan keluhan bersin, pilek, beringus, iritasi, dan sakit
tenggorokan. Penyakit tersebut kadang disertai batuk kering, batuk dahak, mengi, sesak
napas, dan iritasi pada jalur pernapasan. Gangguan tersebut akan lebih berat bila terkena pada
orang atau anak yang sebelumnya mempunyai riwayat alergi saluran napas dan bronkitis
kronis, eufisema, atau asma.
Selain itu, abu vulkanik yang terhirup dapat merangsang peradangan di paru-paru
serta luka di saluran napas. Luka ini seperti codet di kulit yang akan menyebabkan luka
permanen pada alveolus yang dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan kanker.Ketika
abu vulkanik tersebut bersifat asam dan mengenai kulit tubuh bisa menyebabkan gatal-gatal,
iritasi, dan infeksi. Iritasi pada kulit tersebut bisa juga diakibatkan oleh perubahan kualitas air
yang sudah tercemar abu vulkanik yang bersifat asam.
Debu vulkanik yang halus dan berukuran sangat kecil, yaitu kurang dari 10 mikron,
berpotensi mengganggu pernapasan. Bahkan, debu berukuran kurang dari 5 mikron dapat
menembus saluran pernapasan bagian bawah atau organ paru-paru.Dampak kesehatan yang
terjadi akibat debu vulkanik bisa bersifat akut maupun kronis. Efek akut bisa terjadi setelah
terpapar oleh debu vulkanik dalam waktu singkat, sedangkan efek kronik bisa timbul setelah
terpapar material vulkanik dalam jangka waktu panjang, atau bertahun-tahun.
a. Kesehatan Pernafasan
Menghirup debu vulkanik sangat berbahaya bagi kesehatan pernapasan. Material debu
yang masuk ke melalui saluran pernapasan bisa menimbulkan iritasi saluran pernapasan
hingga infeksi, yang dikenal dengan istilah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut).
Paparan debu vulkanik pada saluran pernapasan juga bisa menyebabkan efek akut pada
penderita penyakit pernapasan seperti asma, bronkhitis dan enfisema (penyakit paru
obstruktif kronik / PPOK).Beberapa gejala yang dapat timbul pada pernapasan setelah
menghirup debu vulkanik antara lain iritasi saluran pernapasan, sekresi dahak meningkat,
iritasi dan radang pada tenggorokan, batuk kering, dada sakit dan kesulitan bernapas,
serta gejala asma.
b. Kesehatan Mata
Tekstur debu atau abu vulkanik berbeda dengan debu biasa. Debu vulkanik memiliki
sudut kristal yang meruncing atau tajam, sehingga dapat menggores dan menyebabkan
iritasi. Selain berbahaya jika terhirup, debu tersebut juga dapat menyebabkan gangguan
pada mata. Selain menyebabkan iritasi, debu vulkanik juga dapat merusak lapisan kornea
pada mata.Beberapa gejala yang bisa timbul pada mata antara lain iritasi mata (mata
memerah), mata terasa gatal dan/atau perih, air mata keluar terus menerus, abrasi pada
kornea mata karena goresan oleh debu vulkanik, sehingga mata menjadi perih.
Hal lain yang bisa terjadi pada mata yang terpapar abu vulkanik adalah gejala
konjungtivitis akut atau peradangan pada konjungtiva. Gejalanya seperti mata merah,
sensasi seperti terbakar, dan sensitif terhadap cahaya.
Gunakan kaca mata untuk melindungi mata anda ketika harus berada pada daerah
yang terpapar debu vulkanik. Jika debu masuk ke mata, jangan mengucek atau
menggosok mata karena justru dapat menyebabkan goresan pada lapisan kornea mata.
c. Dampak Terhadap Kulit
Material vulkanik, yang mengandung zat-zat berbahaya seperti gas CO, H2S, SO2,
juga bisa menyebabkan gangguan pada kulit. Walaupun kasusnya cukup jarang dan lebih
sering terjadi pada orang dengan tipe kulit sensitif.Karena abu vulkanik bisa memiliki
lapisan asam, beberapa orang mungkin akan mengalami iritasi kulit. Iritasi kulit cukup
berbahaya bagi para pengungsi karena akan meningkatkatkan risiko infeksi terutama bila
kulit jadi luka akibat digaruk. Efek buruk yang terjadi pun umumnya bersifat ringan,
berupa iritasi dan kemerahan pada kulit yang terpapar, namun cukup membuat
penderitanya tidak nyaman.
2.6.5 Dampak Cuaca Yang Berubah
Para ilmuwan telah lama menyelidiki bahwa ledakan besar gunung berapi
bisamempengaruhi cuaca global dengan cara memuntahkan partikel-partikel ke
udara bebas yang dapat menghalangi energy panas matahari dan dapat mendinginkan suhu
udara. ini tentu sebuah kabar yang baik, mengingat akhir ini suhu udara terasa panas yang
diperkirakan akan terus. Peneliti dari Columbia University L a m o n t - d o h e r t y
E a r t h O b s e r v a t o r y m e n y a t a k a n b a h w a l e t u s a n b e s a r a k a n cenderung
menyebabkan beberapa kawasan di $sia tengah mengalami kekeringan, namun akan
menyebabkan banyak hujan di negara-negara Asia Tenggara. Sebuah letusan besar akan
memuntahkan unsur-unsur belerang yang akan berubah menjadi partikel kecil di dalam
atmosfer yang akan menghalangi radiasi matahari. Dan akibatnya hal itu akan menurunkan
suhu pada permukaan bumi selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
2.6.6 Dampak Sosial
Gunung Agung akhirnya meletus. Gunung tertinggi dan paling berbahaya di Pulau
Bali itu dalam sebulan terakhir telah menebar teror. Aktivitas vulkanis yang meningkat dan
pergerakan magma yang terus menyesak ke permukaan diduga tidak dapat dihalangi lagi
sehingga mungkin terjadi ledakan eksplosif yang menggetarkan serta memicu munculnya
trauma yang sama ketika gunung itu meletus 54 tahun silam.Para orang tua dan sesepuh desa
yang tinggal di sekitar Buleleng, Karangasem, dan Klungkung tentu masih ingat betapa
dahsyat raungan dan dampak yang ditimbulkan ketika Gunung Agung meletus dan erupsi
sekitar setahun penuh. Erupsi terjadi pada 18 Februari 1963 dan baru berakhir 27 Januari
1964.
Letusan Gunung Agung pada 1963 dilaporkan telah menelan 1.549 korban jiwa.
Sekitar 1.700 rumah hancur, 225.000 jiwa kehilangan mata pencaharian, dan lebih dari 100
ribu jiwa lainnya harus dievakuasi dari loksi sekitar Gunung Agung.
Ancaman Lain
Saat ini, bersamaan dengan terjadinya letupan dan semburan asap hitam pekat Gunung
Agung, ratusan ribu warga dipastikan telah mengungsi dan harus diungsikan ke berbagai
lokasi penampungan yang aman. Jumlah pengungsi dipastikan terus meningkat pasca-
Gunung Agung meletus. Potensi bahaya yang perlu diantisipasi adalah kemungkinan
terjadinya lontaran piroklastik (bom vulkanis/batu panas), hujan abu lebat dengan ketebalan
di atas 1 meter, aliran piroklastik, aliran lava, hingga banjir lahar.
Berbeda dengan kondisi pada 1963, di mana kesiapan warga waktu itu sangat
minimal, saat ini ancaman dan potensi bahaya dari meletusnya Gunung Agung telah
dikalkulasi. Dengan sikap tanggap darurat bencana yang sejak dini diberlakukan,
kemungkinan terjadinya korban jiwa niscaya dapat diminimalkan. Tetapi, di luar persoalan
keselamatan penduduk di sekitar lokasi bencana dan bagaimana menyediakan tempat
penampungan yang layak, ancaman lain yang akan dihadapi masyarakat pasca letusan
Gunung Agung tak berarti tidak kalah meresahkan.
Pertama, letusan Gunung Agung bakal membuat pelaku pariwisata terpukul, yang
ujung-ujungnya memengaruhi kelangsungan hidup dan usaha masyarakat setempat. Dari hasil
prediksi yang disusun, setelah terjadi erupsi, sebaran abu vulkanis di udara tentu
memengaruhi keselamatan penerbangan dan menimbulkan ketidakpastian bagi lalu lintas
udara yang merupakan jalur utama kehadiran wisatawan ke Bali.
Besar kemungkinan, pasca terjadinya letusan Gunung Agung jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Bali menurun drastis. Dampaknya bisa makin parah jika masa erupsi Gunung
Agung berkepanjangan seperti yang terjadi pada 1963. Bisa dibayangkan apa yang terjadi
jika erupsi Gunung Agung berlangsung berbulan-bulan. Hujan abu vulkanis dan ancaman
ketidakpastian di kalangan wisatawan tentu akan memengaruhi minat serta jumlah wisatawan
yang ingin menikmati keindahan Pulau Bali.
Kedua, lahan-lahan produktif di sekitar lokasi letusan dan sawah-sawah yang
merupakan lumbung padi penyedia pangan bagi masyarakat Bali serta subak, sistem
pengaturan irigasi masyarakat Bali yang terkenal itu, niscaya terancam rusak. Akibatnya,
masyarakat Bali mau tidak mau harus menggantungkan diri pada pasokan pangan dari luar.
Sepanjang pemerintah mampu memastikan dan menjamin pasokan pangan,
kemungkinan ancaman kelangkaan pangan tersebut tidak akan menjadi masalah serius.
Tetapi, lain soal jika pascabencana ada pihak-pihak tertentu yang berusaha mengail di air
keruh. Situasi kelangkaan pangan justru dimanfaatkan para spekulan untuk menawarkan
kebutuhan pangan dengan harga yang melambung dan membuat masyarakat Pulau Bali harus
mengalami beban penderitaan yang makin berat pascabencana.

2.7 Cara Penanggulangan Gunung Agung Meletus


2.7.1 Jika Terjadi Letusan
a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
b. Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk
kemungkinan bencana susulan
c. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti baju lengan panjang ataujaket, selana
panjang, topi, dan lainnya.
d. Jangan memakai lensa kontak.
e. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
f. Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutupi wajah dengan kedua belah tangan.
2.7.2 Setelah Terjadi Letusan
a. Jauhi tempat aliran sungai, kemungkinan akan terjadi banjir lahar dingin dan batu-batu
besar.
b. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.
c. Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap
bangunan.
d. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin.
2.8 Usaha Pencegahan Gunung Meletus
1.    Pemantuan
Aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa
(seismograf). Data harian hasil pemantuan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi di Bandung dengan menggunakan  radio komunikasi SSB.
Petugas pos pengamatan Gunung Berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
2.    Tanggap Darurat
Tindakan yang dilakukan oleh DVMG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung
berapi.
Tindakan tersebut antara lain :
-    Mengevaluasi laporan dan data
-    Membentuk Tim Tanggap Darurat
-    Mengirimkan Tim ke lokasi
-    Melakukan pemeriksaan secara terpadu
3.    Pemetaan
            Peta kawasan rawan bencana gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya
gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos
penggulangan bencana
4.  Penyelidikan
            Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia.
Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainnya
5.    Sosialisasi
            Petugas melakukan sosialisasi kepada pemerintah Daerah serta masyarakat terutama
yang tinggal di sekitar gunung berapi.
Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan
langsung kepada masyarakat.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam
perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar
yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan
lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang
dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan
abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa
membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Berbagai macam dampak yang ditimbulkan dari letusan gunung agung tersebut
diantaranya seperti dampak bisnis dan perekonomian di Bali, dampak pariwisata di Bali,
dampak kesehatan di Bali, dampak cuaca yang berubah di Bali, dan dampak sosial di Bali.
Upaya pencegahan apabila gunung agung meletus seperti menggunakan masker agar
abu vulkanik tidak menganggu pernafasan dan usahakan mengungsi ke tempat yang jauh dari
terkena letusan gunung.
3.2 Saran
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui jenis-
jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat yang ditimbulkannya.
Saran saya sampaikan kepada semua pihak untuk mengantisipasi dan penanggulangan
bencana agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, korban meninggal, dan
kerugian perekonomian yang besar.
Pemerintah agar memberikan sosialisasi dan simulasi kepada masyarakat yang tinggal
di daerah bencana, bagaimana cara mengatasi bencana yang terjadi. Peran serta masyarakat
sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian lingkungan, karena sebagian bencana
yang terjadi diakibatan oleh kerusakan lingkungan. Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat
atau daerah rawan benca, agar tidak terjadi korban dan kerugian yang besar.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/12325397/Makalah_Bencana_Gunung_Meletus

http://theconversation.com/gunung-agung-di-bali-berpotensi-meletus-untuk-pertama-kalinya-
dalam-50-tahun-84529

http://sepengatahuanku.blogspot.co.id/2013/08/makalah-tentang-letusan-gunung-berapi.html

https://tulisan78.blogspot.co.id/2017/11/gunung-agung-hari-ini-25-nopember-2017.html

http://baranews.co/blog/2017/10/05/sektor-pariwisata-terancam-status-awas-gunung-agung-
berpengaruh-terhadap-perekonomian-bali/

http://www.marmans.com/2017/12/objek-wisata-terkena-dampak-gunung-agung.html

http://www.tandapagar.com/dampak-abu-vulkanik/

Anda mungkin juga menyukai