Anda di halaman 1dari 31

Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H


NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Posisi Indonesia yang berada pada titik pertemuan tiga lempeng tektonik (tectonic
plate) yang saling bertabrakan yaitu lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia dan
Lempeng Pasifik, membuat Negara Indonesia tercabik-cabik dan pada akhirnya
membuatnya menjadi rangkaian gunungapi aktif (rangkaian Gunung Api Indonesia).
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari acara Kunjungan Museum Gunungapi adalah agar
praktikan memahami konsep dasar mekanisme gunung api aktif. Mulai dari
kecepatan pergerakan lempeng, atifitas tektonik, lingkungan magmatik, dan lain-lain.

I.3. Lokasi Museum
Museum ini terletak di Dusun Banteng, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman. Pembangunan museum ini berlangsung selama empat tahun dan
diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2009. Harga tiket masuk museum ini cukup
murah, hanya Rp3000,- per-orang.









Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 2

I.4. Lobi Museum Gunungapi

Foto 1. Maket Gunung Api
(Foto Oleh Bryan)













Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 3

BAB II
ISI
II.1. Dasar Teori
Vulkanologi merupakan studi tentang gunung berapi, lava, magma, dan
fenomena geologi yang berhubungan. Seorang ahli vulkanologi adalah orang yang
melakukan studi pada bidang ini. Istilah vulkanologi berasal dari Bahasa
Latin Vulcan, dari dewa api Romawi.
Gunung api mempunyai pengertian yang cukup kompleks, yaitu :
1. Merupakan bentuk timbulan di permukaan bumi yang dibangun oleh
timbunan rempah gunungapi.
2. Dapat diartikan sebagai jenis atau kegiatan magma yang sedang
berlangsung.
3. Atau merupakan tempat munculnya batuan leleran dan rempah lepas
gunung api yang berasal dari dalam bumi.
II.2. Sejarah Bumi Berdasarkan Tektonik
Teori Lempeng Tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilson. Berdasarkan Lempeng
Tektonik, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas
lapisan astenosfer yang berwujid cair kental. Lempeng- lempeng tektonik pembentuk
kulit bumi selalu bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi yang terjadi pada
lapisan astenosfer dengan posisi berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi.

Gambar 1. Ilustrasi Pergerakan Lempeng
(Sumber: http://geoenviron.blogspot.com)
Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 4

Inti dari teori tektonik lempeng adalah kerak bumi sebenarnya terdiri atas
lempengan-lempengan besar yang seolah mengapung dan bergerak pada lapisan inti
bumi yang lebih cair. Teori ini dibuktikan oleh pakar-pakar geologi dengan waktu
hampir setengah abad dan diterima sejak tahun 1960-an.
Hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis,
seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunungapi, serta bagaimana
terbentuknya gunung, benua, dan samudra. Teori ini juga membuktikan bahwa
benua-benua selalu bergeser.
II.3. Lingkungan Magmatik Gunungapi
Lingkungan magmatik merupakan lingkungan gunung api di mana mempunyai
temperatur tinggi sampai menengah dan tertekan dengan variasinya yang cukup lebar
yang berhubungan dengan aktivitas magma yang cairannya bersifat silika pijar.

Foto 2. Lingkungan Magmatik Gunungapi Berdasarkan Tektonik Lempeng
(Foto Oleh Bryan)
Lingkungan magmatik tersebut menentukan bentukan gunung api tersebut, di
mana lingkungan tersebut menimbulkan:
1. Gunungapi terdpat dibagian puncak punggungan pegunungan yang
membusur.
2. Gunungapi muncul dan tersebar berderet di sepanjang puncak punggungan
yang mempunyai sistem rekahan pada kerak samuderanya.
Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 5


Gambar 2. Skema Lempeng Tektonik
(Sumber: Wikipedia)
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak
relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan
mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar
transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke
kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di
sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar
San Andreas diCalifornia.

2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika
dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona
retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen

3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika
dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan
benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua.

Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 6

II.4. Ring of Fire
Ring of Fire adalah daerah yang sering mengalamigempa bumi dan letusan gunung
berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti
tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering
disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.

Gambar 3. Ring of Fire di Dunia
(Sumber: Wikipedia)
Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar
terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (56% dari seluruh
gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari
Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika. Berikutnya
adalah Mid-Atlantic Ridge.
Indonesia terltak diantara Cincin Api dan Sabuk Alpide yang membentang dari
Nusa Tenggara, Bali, Jawa, Sumatra, terus ke Himalaya, Mediterania dan berujung di
Samudra Atlantik. Inilah sebabnya di Indonesia banyak gunung berapi aktif dan
banyak terjadi gempa seperti yang baru-baru ini terjadi di Sumatra Barat.
Gunung-gunung berapi di Indonesia termasuk yang paling aktif dalam jajaran
gunung berapi pada Ring of Fire. Gunung berapi di Indonesia terbentuk dalam zona
subduksi lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia.

Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 7

Di Indonesia ada sekitar 60 gunungapi yang masih aktif, gunungapi ini paling
banyak tersebar di Sumtera, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, bagian utara Sulawesi dan Maluku.

Foto 3. Ring of Fire di Indonesia
(Foto Oleh Bryan)
Sekitar 12 lokasi di Indonesia termasuk dalam kawasan Cincin Api Pasifik.
Mereka adalah:
1. Gunung Tambora (Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat)
2. Toba-Sibayak-Sinabung-Tarutung (Gunung api dan sesar tektonik di
Sumatera Utara)
3. Gunung Krakatau (Gunung api bawah laut di Selat Sunda)
4. Gunung Agung-Batur-Rinjani (Bali, Lombok)
5. Gunung Semeru-Penanggungan-Bromo-Ijen-Kelud (Jawa Timur)
6. Gunung Merapi-Merbabu-Lawu-Sindoro-Sumbing-Dieng (Jawa Tengah)
7. Gunung Tangkuban Perahu-Salak-Papandayan-Galunggung (Jawa Barat)
8. Gunung Kerinci-Dempo-Sorik Merapi (Sumatera)
9. Gunung Rokatenda-Egon-Lewo-Tobi-Ende-Larantuka (Nusa Tenggara
Timur)
10. Sangihe-Ambon-Ibu-Saputan (Kepulauan Ambon)
11. Liwang-Padang-Aceh-Palu (Sesar Darat)
12. Mentawai-Nias-Simeulue (Pulau di batas benua)

Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 8

II.5. Jalur Gunungapi di Indonesia
Sekitar 70 juta tahun yang lalu, Lempeng India-Australia (di selatan Indonesia)
bertabrakan dengann lempeng Eurasia. Lempeng India-Australia menunjam ke
bawah Kepulauan Indonesia (subduction).
Peristiwa serupa juga terjadi di sekitar kepulauan Maluku, Sulawesi dan Irian
Jaya; Lempeng Pasifik mengalami penunjaman ke bawah lempeng Eurasia.
Proses penunjaman menimbulkan gempa dan melepas panas hingga melelehkan
batuan menjadi magma yang kemudian dengann energi panasnya mampu mendesak
permukaan bumi hingga menjadi guunung api/deretan gunung api. Di jalur gunung
api inilah banyak terjadi gempa bumi.

Gambar 4. Peta Persebaran Gunungapi di Indonesia
(Sumber: http://learnips.wordpress.com/2012/10/21/proses-terbentuknya-jalur-
gunung-api-di-indonesia/)
Indonesia memiliki 3 sistem gunungapi, yaitu:
1. Gunungapi yang Termasuk Jalur Pegunungan (Sirkum) Mediterania
a.Jalur gunung api busur dalam (inner arc), yang bersifat vulkanik aktif.
berderet mulai dari Kep.Andaman (barat Sumatera), Jawa, Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores, alor, Wetar sampai Laut Banda.
b.Jalur gunung api busur luar (outer arc), yang bersifat nonaktif berderet
mulai dari P.Simeulue, Nias, Batu, Mentawai, Enggano, pegunungan yang
Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 9

tenggelam dan muncul kembali di Pulau Sawu, Rote, Timor, Leti, Sermata,
Buru, dan pulau2 kecil di sekitarnya.

2. Gunungapi yang Termasuk Jalur Pegunungan (Sirkum) Pasifik, berderet
melalui Sulawesi Utara, yaitu G.Lokon, Soputan, Klabat, bersambung ke
Kep.Sangir, Talaud, Tidore, Ternate, serta Lampobatang (SulSel).

3. Gunung Api yang Termasuk Jalur Pegunungan (Sirkum) Lingkar
Australia, berderet di bagian ekor sampai kepala burung Irian dan berakhir
di P.Halmahera dan sekitarnya.
II.6. Tipe-Tipe Letusan Gunung Api Beserta Efek Positif dan Negatifnya
A. Tipe letusan Gunungapi
Tipe letusan gunung berapi ternyata ada beberapa macam.Ada beberapa penyebab
letusan gunung berapi sehingga kemudian dikelompokkan menjadi bermacam-
macam tipe, contohnya berdasarkan kekentalan magma, tekanan gas, kedalaman
dapur magma, dan material yang dikeluarkannya.
Letusan gunung api dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu :

1. Letusan Tipe Hawaii
Tipe hawaii terjadi karena lava yang keluar dari kawah sangat cair, sehingga
mudah mengalir ke segala arah. Sifat lava yang sangat cair ini menghasilkan bentuk
seperti perisai atau tameng. Contoh: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di
Hawaii.

Gambar 5. Letusan Gunungapi Tipe Hawaiian
(Sumber: http://amandarisanti.blogspot.com)

Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 10



2. Letusan Tipe Stromboli
Letusan tipe ini bersifat spesifik, yaitu letusan-letusannya terjadi dengan interval
atau tenggang waktu yang hampir sama. Gunung api stromboli di Kepulauan Lipari
tenggang waktu letusannya 12 menit. Jadi, setiap 12 menit terjadi letusan yang
memuntahkan material, bom, lapili, dan abu. Contoh gunung api bertipe stromboli
adalah Gunung Vesuvius (Italia) dan Gunung Raung (Jawa).

Gambar 6. Letusan Gunungapi Tipe Stromboli
Sumber: http://amandarisanti.blogspot.com

3. Letusan Tipe Vulkano
Letusan tipe ini mengeluarkan material padat, seperti bom, abu, lapili, serta
bahan-bahan padat dan cair atau lava. Letusan tipe ini didasarkan atas kekuatan
erupsi dan kedalaman dapur magmanya. Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di
Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.

Gambar 7. Letusan Gunungapi Tipe Vulkano
Sumber: http://amandarisanti.blogspot.com
Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 11

4. Letusan Tipe Merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah.
Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan
lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar.
Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu,
terjadi pula awan panas (gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel. Letusan tipe
merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.

Gambar 8. Letusan Gunungapi Tipe Merapi
Sumber: http://amandarisanti.blogspot.com

5. Letusan Tipe Perret atau Plinian
Letusan tipe ini sangat berbahaya dan sangat merusak lingkungan. Material yang
dilemparkan pada letusan tipe ini mencapai ketinggian sekitar 80 km. Letusan tipe ini
dapat melemparkan kepundan atau membobol puncak gunung, sehingga dinding
kawah melorot. Contoh: Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan St.
Helens yang meletus pada tanggal 18 Mei 1980.

Gambar 9. Letusan Gunungapi Plinian Atau Perret
Sumber: http://amandarisanti.blogspot.com
Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 12

6. Letusan Tipe Pelee
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung
api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi
bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus.

Gambar 10. Letusan Gunungapi Pelee
Sumber: http://amandarisanti.blogspot.com

7. Letusan Tipe Sint Vincent
Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama lava.
Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar
panas yang sangat berbahaya. Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1919
dan Gunung Sint Vincent yang meletus pada tahun 1902.

Gambar 11. Letusan St. Vincent
Sumber: http://amandarisanti.blogspot.com





Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 13

B. Dampak Positif dan Negatif Akibat Letusan Gunungapi
Dampak Negatif
Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya bagi
organisme yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak diperlukan. Berikut ini
hal negatif yang bisa terjadi saat gunung meletus:
1. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-
macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide atau
H2S, No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa partike debu yang
berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
2. Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas
penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan
ekonomi.
3. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu
vulkanik panas akan merusak pemukiman warga.
4. Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar
dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.
5. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan
sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
6. Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan
adanya letusan gunung berapi.

Gambar 12. Salah Satu Dampak Negatif Letusan Gunungapi
(Sumber: http:// http://thetoyzareboyz.blogspot.com/2010/11/dampak-positif-
negatif-dari-bencana.html)
Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 14

Dampak Positif
Selain dampak negatif, jika ditelaah, letusan gunung berapi juga sebenarnya
membawa berkah meski hanya bagi penduduk yang ada di sekitar. Apa saja? Berikut
uraiannya:
1. Tanah yang dilalui oleh hasil bulkanis gunung berapi sangat baik bagi
pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan bisa
menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk
sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.
2. Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah
meletus, apa itu? Jawabannya penambang pasir. Material vulkanik berupa
pasir tentu memiliki nilai ekonomis.
3. Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat
meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan
warga sekitar gunung.
4. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh
lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga
baru.
5. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas
yang keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini
kabarnya baik bagi kesehatan kulit.
6. Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan
mineral yang sangat melimpah.
7. Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial
terjadi sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik.
8. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan
pembangkit listrik.




Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 15

II.7. Morfologi dan Genesa Terbentuknya Gunung Api
A. Genesa Terbentuknya Gunungapi
Gunungapi terbentuk akibat adanya pergerakan lempeng yang terus menekan
sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunungapi berawal dari
perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan dekat dengan
gunungapi. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan
vulkanik dan sebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia
berupa tulang belulang manusia yang terkubur oleh endapan vulkanik.

Gambar 13. Skema Terbentuknya Gunungapi
(Sumber: http:// http://jhem90.blogspot.com/2013/06/gaya-gaya-
geologi.html)
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk
akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak
samudara ke kerak benua, busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak
samudera dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada
penipisan kerak samudera.
B. Morfologi Gunungapi
Morfologi gunung api adalah bentangalam yang dihasilkan dari aktivitas
vulkanisme. Endapan morfologi gunung api diklasifikasikan berdasarkan tipe magma
dan jenis material yang dikeluarkan.

Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 16

1. Volcanic Landform (Morfologi gunung api)
Morfologi gunung api shield (perisai) adalah bentangalam gunung api yang
berbentuk seperti perisai yang dihasilkan dari lava yang bersusun basalt. Karena
sifatnya yang encer, magma basalt akan keluar ke segala arah dari pusat erupsi dan
akan membentuk morfologi seperti perisai.

Gambar 14. Shield Vulcano
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentang-alam-gunung-api-
volcanic.html)
2. Volcanic Footslope Landform (Morfologi kaki gunungapi)
Morfologi kaki gunung api adalah bentangalam gunungapi yang merupakan
bagian kaki dari sebuah gunungapi.

Gambar 15. Foot Slope
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentang-alam-gunung-api-
volcanic.html)


Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 17

3. Crater Landform (Kawah gunungapi)
Morfologi kawah adalah bentangalam gunung api berupa lubang tempat
keluarnya material gunungapi ketika erupsi.

Gambar 16. Volcanic Carter
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentang-alam-gunung-api-
volcanic.html)
4. Caldera Landform (Morfologi kaldera gunungapi)
Morfologi kaldera adalah bentangalam yang terbentuk sebagai hasil erupsi
gunung api tipe eksplosif yang menyebabkan kepundan gunung api runtuh sehingga
membentuk kawah yang sangat luas. Contoh kaldera di Indonesia adalah kaldera
Bromo.

Gambar 17. Kaldera Bromo
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentang-alam-gunung-api-
volcanic.html)



Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 18

5. Volcanic Neck Landform (Morfologi leher gunungapi)
Morfologi gunungapi adalah bentangalam seperti leher atau tiang yang
merupakan sisa dari proses denudasi (erosi) gunung api.

Gambar 18. Volcanic Neck
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentang-alam-gunung-api-
volcanic.html)
6. Parasit Cone Landform (Morfologi gunungapi parasit)
Morfologi gunungapi parasit adalah bentangalam yang berbentuk kerucut yang
menumpang di tubuh gunungapi induknya.

Gambar 19. Parasite Cone
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentang-alam-gunung-api-
volcanic.html)




Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 19

7. Lava Plug Landform (Morfologi sumbat lava)
Morfologi sumbat lava adalah bentangalam yang terbentuk pipa atau bantal yang
terbentuk dari lava yang membeku pada kepundan gunung api.

Gambar 20. Lava Plug
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentang-alam-gunung-api-
volcanic.html)
8. Morfologi Maar
Morfologi maar adalah bentangalam berelief rendah dan luas dari suatu kawah
gunungapi hasil erupsi freatomagmatik. Letusannya disebabkan oleh kontak antara
air bawah tanah dengan magma.

Gambar 21. Maar
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentang-alam-gunung-api-
volcanic.html)




Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 20

9. Volcanic Remnant Landform (Morfologi sisa gunungapi)
Morfologi sisa gunungapi adalah bentukkan yang berasal dari tubuh gunung api
yang mengalami proses denudasi (erosi).

Gambar 22. Volcanic Remnant
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentang-alam-gunung-api-
volcanic.html)
II.8. Sejarah Pertumbuhan Gunungapi Merapi
Hasil penelitian stratigrafi menunjukkan sejarah terbentuknya Merapi sangat
kompleks. Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok
besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian selanjutnya (Berthomier, 1990;
Newhall & Bronto, 1995; Newhall et.al, 2000) menemukan unit-unit stratigrafi di
Merapi yang semakin detil.
Menurut Berthommier,1990 berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat
dibagi atas 4 bagian :

1. PRA MERAPI (+ 400.000 tahun lalu)
Disebut sebagai Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur 700.000
tahun terletak di lereng timur Merapi termasuk Kabupaten Boyolali. Batuan gunung
Bibi bersifat andesit-basaltik namun tidak mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi
mempunyai ketinggian sekitar 2050 m di atas muka laut dengan jarak datar antara
puncak Bibi dan puncak Merapi sekarang sekitar 2.5 km.




Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 21

2. MERAPI TUA (60.000 8000 tahun lalu)
Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan
fase awal dari pembentukannya dengan kerucut belum sempurna. Ekstrusi awalnya
berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar
40.000 tahun.

3. MERAPI PERTENGAHAN (8000 2000 tahun lalu)
Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan
Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari
aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan
efusif (lelehan) dan eksplosif.

4. MERAPI BARU (2000 tahun lalu sekarang)
Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut
sebagai Gunung Anyar yang saat ini menjadi pusat aktivitas Merapi. Batuan dasar
dari Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini
berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari Merapi terjadi di masa lalu yang
dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak 23 km
selatan dari Merapi.

Gambar 23. Morfologi Puncak Gunugapi Merapi
(Sumber: http://www.slideshare.net/yudhiiztiraa/laporan-museum-merapi)



Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 22


II.9. Sejarah Pemantauan Gunungapi Merapi
Aktivitas Merapi yang tinggi dengan selang erupsi yang pendek hanya beberapa
tahun saja menarik minat penelitian sejak jaman penjajahan sampai saat ini. Hanya
beberapa saat seetlah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk di Yogyakarta,
dibangun sebuah kantor Urusan Gunungapi yang selanjutnya disebut sebagai Pos
Penjagaan Merapi.
Pada 8 Agustus 1973, PPM (Pos Penjagaan Merapi) berubah nama menjadi,
Cabang Sub Direktorat Vulkanologi. Namun hanya bertahan 2 tahun, namanya
dirubah lagi menjadi Dinas Vulkanologi Cabang Yogyakarta. Tahun 1978 berubah
nama lagi menjadi Seksi Geokimia Gunungapi sebagai bagian dari Direktorat
Vulkanologi.

Foto 4. Pos Pengamatan Gunungapi Merapi
(Foto Oleh Bryan)
Memasuki tahun 1984 dengan pertimbangan pentingnya penanganan Merapi
secara lebih dalam, maka dibentuk Seksi Penyelidikan Gunung Merapi (PGM)
dengan tugasdan fungsi utama pemantauan aktivitas vulkanik Merapi. BPPTK
dibentuk pada 28 Oktober 1997.
Di mana tugas BPPTK yaitu untuk melaksanakan mitigasi Gunung Merapi,
mengemban metoda dan analisis, teknologi, dan instrumentasi, serta pengolahan
sarana dan prasarana laboraturium kegunungapian dan mitigasi bencana geologi.

Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 23

II.10. Morfologi Puncak Gunung Merapi
Saat ini morfologi puncak Gunung Merapi yang terletak di wilayah Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami perubahan. Juka sebelumnya kawah
membuka ke arah barat, setelah pasca erupsi tahun 2010 terlihat bukaan kawah
gunung Merapi mengarah ke selatan dan tenggara.

Foto 5. Kenampakan Morfologi Puncak Gunungapi Merapi Lewat Foto Udara
(Foto Oleh Bryan)
Menurut staf Badan penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian
(BPPTK) Yogyakarta, Dewi Sri Sayuti, kondisi itu menentukan arah erupsi
selanjutnya. Jika tahun 1930 hingga tahun 2010, eruspi selalu mengarah ke arah
barat, barat daya atau barat laut, setelah erupsi tahun 2010, erupsi akan mengarah ke
arah selatan dan tenggara.

Foto 6. Morfologi Puncak Gunugapi Merapi dari Masa-kemasa
(Foto Oleh Bryan)


Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 24

II.11. Instrumen dan Jenis-jenis Pemantauan Gunungapi
A. Instrumen Pemantauan Gunungapi
1. Seismometer:
Seismometer adalah alat untuk mengukur gerakan tanah, termasuk
gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi, letusan gunung berapi,
dan sumber gempa lainnya.

Rekaman gelombang seismik memungkinkan seismolog untuk memetakan
bagian dalam bumi, serta menemukan dan menentukan ukuran dari sumber
gempa yang berbeda. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.

Gambar 24. Seismometer
(Sumber: http://www.bgs.ac.uk/schoolSeismology/seismometers.html)

2. Tiltmeter:

Tiltmeter merupakan alat pengukur deformasi gunung yang berfungsi
untuk mendeteksi pengembungan atau pengempisan tubuh gunung. Perangkat
Tiltmeter sendiri terdiri dari tiga komponen utama, yaitu Pelat Tiltmeter,
Portable Tiltmeter, dan Readout Unit.

Struktur yang dipandang perlu untuk dilakukan pengukuran dengan
metode Tiltmeter adalah struktur yang secara visual telah menunjukkan
adanya perubahan posisi secara horizontal atau vertikal agar dapat diketahui
intensitasgerakannya.

Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 25


Gambar 25. Tiltmeter
(Sumber: http://www.ahamgeo.com/portable-tilt-meter.html)

B. Jenis-jenis Pemantauan Gunungapi
1. Pengamatan Seismisitas
Sebelum pengamatan seismisitas ini bisa dilakukan, hal pertama yang
harus dilakukan adalah pemasangan seismometer di sekitar gunung api yang
akan diamati. Untuk pengamatan lebih akurat, harus dipasang lebih dari satu
seismometer di setiap gunung api.
Di Indonesia, dari 129 gunung api aktif saat ini sudah dilakukan
pengamatan sebanyak 69 gunung api sisanya mudah-mudahan bisa disegera
dilakukan pengamatan (PVMBG). Pengamatan seismisitas dapat
menyelamatkan banyak jiwa seperti kasus letusan gunungapi Pinatubo di
Filipina pada tahun 1991.

Gambar 26. Contoh Pengamatan Seismik di mana Tekanan Gunungapi
Menyebabkan Gunungapi Menegmbung
(Sumber: USGS-Vulkano)



Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 26

2. Pengamatan Gas dan Thermal
Peningkatan gas dan thermal (suhu) juga terjadi apabila sebuah gunung api
akan erupsi. Beberapa gas keluar ketika gunung api mau dan sedang erupsi
antara lain; Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen
Sulfide (H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2)

Pengukuran untuk gas dan thermal bisa dilakukan secara langsung, namun
pengukuran secara langsung sangat berisiko bagi pengukur. Solusi lain adalah
dengan cara memasang alat pengukuran gas dan thermal di lapangan
fumaroel dan datanya terekam secara terus-menerus dan bisa dikirim secara
otomatis.

Gambar 27. Staff USGS Melakuan Pengamatan Gas
(Sumber: http://www.ibnurusydy.com/pengamatan-gunungapi/)

3. Pengamatan Deformasi
Ketika gunung api akan meletus (erupsi) akan terjadi peningkatan tekanan
di dapur magma. Peningkatan tekanan di dalam dapur magma ini akan
menyebabkan deformasi (naik dan turun) permukaan gunung api.

Pengamatan deformasi (perubahan horizontal dan vertikal) terhadap
gunung api dilakukan secara berkala. Gunung api yang diamati yaitu Gunung
api Guntur, Papandayan, Galunggung, Kelud, Bromo, Semeru, Ijen, Batur
dan lain-lain. Banyak gunungapi di Indonesia yang belum teramati
deformasinya, seperti gunungapi yang terdapat di pulau Sumatra.


Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 27


Gambar 28. Pengamatan Deformasi di Gunungapi Guntur Menggunakan GPS
(Sumber: http://www.ibnurusydy.com/pengamatan-gunungapi/)

4. Pengamatan Graviti dan Geomagnet
Pengamatan Geomagnet dilakukan untuk mengamati nilai intensitas
magnet di atas gunung api, apabila magma mulai naik ke atas permukaan
maka nilai intensitas magnet di atas gunung api akan rendah karena pengaruh
panas magma.

Magma yang naik ke atas permukaan akan memiliki nilai susceptibilitas
yang rendah dibandingkan dengan batuan vulkanik pembentuk gunung api.
Hasil akhir dari pengukuran Geomagnet juga untuk memodelkan volume
daripada dapur magma.

5. Pengamatan Remote Sensing (Citra Jarak Jauh)

Metode ini terkait dengan sensor yang bisa mengamati suatu obyek, yang
analoginya adalah kamera foto. Jika kamera atau sensor ini terletak di
pesawat udara, maka hasilnya adalah foto udara; jika terletak di satelit atau
pesawat luar angkasa, maka hasilnya adalah citra satelit.

Sensor merekam semua pantulan radiasi yang dipancarkan oleh obyek di
permukaan bumi. Radiasi yang umum adalah dari pantulan sinar matahari
(gelombang cahaya) yang direkam oleh sensor dan diterjemahkan dalam
warna yang berbeda tergantung panjang gelombangnya.
Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 28

II.12. Material Erupsi Gunungapi
Ada beberapa macam material hasil erupsi gunungapi, diantaranya dikelompokan
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Material Padat
Material padat merupakan material piroklastik yang terdiri atas:
a. Bom (batu besar)
Material ini berupa material piroklastik jatuhan, material ini dapat
terlontarkan sejauh berkilo-kilo meter dari sumber ledakan.

Gambar 29. Bom
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/03/material-erupsi-gunung-
api.html)
b. Lapilli
Material ini berupa material piroklastik aliran, material ini berukuran
kerikil.

Gambar 30. Lapilli
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/03/material-erupsi-gunung-
api.html)




Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 29

c. Pasir Vulkanik
Material ini berupa material piroklastik aliran dengan massa yang ringan.

Gambar 31. Pasir Vulkanik
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/03/material-erupsi-gunung-
api.html)

d. Abu Vulkanik
Material ini berupa material piroklastik hembusan, yang di mana
material ini dapat terhembus sampai beratus-ratus kilometer dari sumber
letusan.

Gambar 32. Abu Vulkanik
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/03/material-erupsi-gunung-
api.html)

2. Material Cair
Material cair biasanya masih berupa lava yang keluar dari gunungapi,
diantaranya adalah:
a. Lava
Lava merupakan magma yang keluar dari perut bumi yang bersuhu
tinggi

Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 30


Gambar 33. Lava
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/03/material-erupsi-gunung-
api.html)
b. Lahar
Yaitu lumpur panas yang merupakan campuran dari lava, pasir,batu,dan air

Gambar 34. Lahar
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/03/material-erupsi-gunung-
api.html)
3. Material Cair
Blerang

Gambar 35. Blerang
(Sumber: http://geograph88.blogspot.com/2013/03/material-erupsi-gunung-
api.html

Laboraturium Vulkanologi 2014

Nama: Geri Prabowo H
NIM : 111.120.113
Plug : 2 Page 31

BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang posisinya langsung berada pada titik subduksi
dunia yang merupakan Ring of Fire. Indonesia juga bertepatan dengan pertemuan 3
titik lempeng yaitu, Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng
Pasifik.
Proses terbentuknya gunungapi dari teori tektonik lempeng di mana batas
konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng
bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah
satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental
collision).
Teorinya mengatakan, bila jalur tunjaman kerak samudra sudah mengenai batas
atau titik peleburan pada kerak benua, maka magma akan naik ke atas sehingga
terbentuklah gunungapi.

Anda mungkin juga menyukai