Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEISMOLOGI

SELEKSI, PROCESSING, DAN INTERPRETASI SINYAL


SEISMIK GUNUNG SEMERU TANGGAL 12 AGUSTUS 2009
Makalah ini disusun untuk Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Fisika Gunung Api yang diampu
oleh Sukir Maryanto, Ph.D

disusun oleh:

Dwi Febriana Rochmah (0910930006)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seismologi adalah ilmu yang mempelajari penjabaran, penjalaran, dan
perekaman gelombang elastik di dalam permukaan bumi, serta sumber yang menyebabkan
terjadinya gelombang seismik. Energi yang berasal dari sumber alami atau buatan
menyebabkan deformasi dapat menghasilkan gelombang seismik , dimana gangguan elastik
akan menyebar dari sumber akibat ketidakseimbangan pada batuan ( Lay dan Wallace,
1995:1).
Respon dari gangguan elastik yang ditangkap oleh receiver dapat memberikan
resolusi terbaik dari struktur bawah permukaan. Hal ini dikarenakan gelombang elastik
memiliki rute paling singkat diantara metode geofisika yang lain. Konsep-konsep fisika
kemudian yang dapat menjelaskan bahwa gelombang elastik terlokalisasi secara temporal
dalam arah dan ruang tertentu dengan disertai energi (Lay dan Wallace, 1995:1-2). Secara
Seiring berjalannya waktu, salah satu cabang ilmu dari seismologi adalah monitoring
aktivitas gunung api yang tercakup dalam seismologi gempa bumi. Oleh karena itu,
seismologi sangat berkaitan pula dengan teknik kegempaan. Studi mengenai sejarah, akibat,
dan proses yang terjadi didalam gempa bumi di dalam dan pada kerak bumi kemudian
dirangkum dalam lingkup studi seismologi gunungapi (Stein dan Wysession, 2003:14).
Peristiwa letusan gunungapi di Jawa Timur merupakan tolak ukur perkembangan
kegunungapian di Indonesia. Letusan gunungapi Kelud pada tahun 1919 yang merupakan
bencana alam bersejarah di Jawa Timur menyebabkan lahirnya ahli-ahli vulkanologi. Salah
satunya adalah gunung Semeru. Gunung Semeru memiliki karakteristik yang unik, dimana
tipe letusannya bermacam-macam yang jarang ditemui pada karakteristik gunungapi lain.
Sejak tahun 1967, Gunung Semeru memiliki tipe vulkano-strombolian yang merupakan
gunungapi paling aktif di Jawa Timur.
Letusan Gunung Semeru umumnya bertipe campuran antara vulkanian dan
strombolian. Letusan tipe vulkanian dicirikan dengan letusan eksplosif yang kadang-kadang
menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Selanjutnya terjadi
letusan bertipe strombolian yang biasanya diikuti dengan pembentukan kubah dan lidah lava
baru. Pada saat terjadi letusan eksplosif biasanya dikuti oleh terjadinya aliran awan panas
yang mengalir ke lembah-lembah yang lebih rendah.
2
Salah satu output yang diharapkan dalam perkuliahan seismologi adalah mampu
mengidentifikasi dan mengolah peristiwa gempa bumi. Oleh karena itu, makalah ini
menyajikan pengolahan data dari rekaman data seismik tanggal 12 Agustus 2009 baik dari
tahapan seleksi, analisa spektral, dan penentuan hiposenter dari event yang terjadi pada
tanggal tersebut.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah agar mengetahui tahap seleksi,
pengolahan, dan interpretasi data dari sinyal seismik gunung Semeru tanggal 12 Agustus
2013.

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu untuk melakukan
tahap seleksi, pengolahan, dan interpretasi data dari sinyal seismik Gunung Semeru tanggal
12 Agustus 2013.

D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a) Praktisi Geofisika
Manfaat praktis yang didapatkan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai
pemahaman dalam mempelajari seismologi gunungapi terutama pada klasifikasi dan
karakteristik gempabumi pada gunung Semeru.
b) Institusi Pendidikan
Manfaat yang didapatkan oleh institusi pendidikan dari makalah ini yaitu sebagai
sarana untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa untuk memahami ilmu
seismologi gunungapi khususnya gunungapi Semeru dari sisi pengembangan teori.
2.Manfaat Teoritis
Manfaat yang didapatkan secara teoritis dapat memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa bidang seismologi gunungapi adalah ilmu sangat aplikatif dalam
kehidupan sehari-hari, dan merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dipahami.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gunung Semeru
Gunungapi Semeru secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten
Lumajang dan Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Secara geografis terletak pada posisi
8º 06’ 5’’ LS dan 112º 55’ BT dengan puncak tertinggi Mahameru 3676 m dpl (diatas
permukaan laut) yang merupakan tempat tertinggi di Pulau Jawa. Gunungapi ini berada
pada sabuk gunungapi di Jawa Timur, sekitar 170 km di atas zona subduksi di mana
Lempeng Samudra India-Australia menunjam ke arah utara di bawah Pulau Jawa sebagai
bagian dari Lempeng Benua Asia-Eropa (Katili dan Siswowidjoyo dalam Perwita 2011).
Bemmelen (1948) menyatakan bahwa Gunung Semeru terletak pada Solo Zone yang
termasuk dalam punggungan timur pegunungan kompleks di pulau Jawa. Puncak dari
gunungapi Semeru adalah puncak Mahameru dengan ketinggian 3676 meter pada
pegunungan kompleks Tengger-Semeru. Kawah yang terdapat di puncak Gunung Semeru
terdiri dari kawah Mahameru yang sudah tidak aktif. Sedangkan kawah yang masih aktif
adalah Jonggring Seloko. Kawah termuda di Guning Semeru ini terletak paling tenggara
dengan arah bukaan ke arah tenggara (Irawan, 2013).

B. Gelombang Seismik
Gelombang seismik merupakan gelombang elastis yang menjalar dalam medium
bumi. Berdasarkan teori elastisitas, gempa bumi merupakan akibat dari pelepasan energi

4
secara tiba-tiba. Ketika lempeng tektonik saling membentur dan didorong ke arah selubung,
maka tekanan besar terjadi dalam kerak. Jika tekanan dalam batuan terlalu besar, batuan akan
retak membentuk patahan. Suatu pergeseran dalam bidang retakan/patahan beberapa
sentimeter saja dapat menyebabkan gelombang-gelombang berenergi dahsyat akan muncul
ke permukaan, memecah dan mengangkat tanah. Pergeseran ini yang kemudian diistilahkan
gempa bumi.
Gempa bumi dipelajari berdasarkan pemahaman karakteristik dari gelombang
seismik. Gelombang seismik terdiri dari (1) gelombang badan (2) gelombang permukaan.
Gelombang badan terdiri dari gelombang P dan S. Gelombang P dapat melalui segala
medium (medium cair ataupun padat). Seringkali diistilahkan gelombang P karena
gelombang ini adalah gelombang pertama yang tercatat pada seismogram. Sedangkan
gelombang S adalah gelombang seismik yang tiba setelah gelombang P. Karakteristik dari
gelombang S yaitu hanya dapat merambat dalam medium padat. Sedangkan gelombang
permukaan adalah gelombang seismik yang terjadi karena transfer energi sehingga terdapat
efek pada permukaan bumi. Gelombang ini disebut gelombang permukaan yang sifatnya
merusak. Gelombang permukaan terdapat dua macam yaitu gelombang Love dan gelombang
Rayleigh. Gelombang Rayleigh memiliki karakteristik pergerakan elliptik retrogade
sedangkan gelombang Love hampir sama dengan gelombang S yang berupa gelombang
transversal (Siswowidjoyo,1981).

C. Pemantauan Seismik Gunung Semeru


Aktivitas gempa bumi di Indonesia umumnya diamati dengan pemantauan seismik.
Pemantauan seismik dilakukan dengan menganalisis data rekaman seismograf yang
diperoleh dari seismometer yang dipasang di sekitar gunungapi. Untuk kasus G. Semeru,
pemantauan dilakukan oleh Pos Pemantauan Gunungapi Sawur (PPGA Sawur) dengan
menggunakan seismometer 1 komponen tipe L-4C serta menggunakan seismograf tipe PS-2
seperti pada gambar dibawah ini:

5
Gambar C.1 a) Seismometer tipe LC-4 dan b) Seismograf tipe PS-2
stasiun Leker, di Pos PGA G.Semeru (PPGA Sawur dalam Perwita, 2011)
Gunung Semeru memiliki fasilitas pemantauan seismik cukup lengkap dengan 6
channel pengamatan yaitu Stasiun Puncak, Kepolo, Leker, Tretes, Besuk Bang, dan
Infrasonik. Data yang direkam oleh stasiun seismik kemudian direkam dengan menggunakan
analog dan digital. Data digital dikirim melalui VSAT ( Very Small Aperture Terminal)
menuju kantor pusat DVMBG Bandung sehingga dapat dianalisis tingkat aktivitas dan
potensi Gunung Semeru.

D. Gempa Gunung Api


Gempa bumi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu gempa tektonik dan gempa vulkanik.
Gempa Vulkanik terjadi di sekitar gunungapi yang menjadi pertanda kegiatan gunungapi
tersebut.

(a) Gempa vulkanik tipe A (b) Gempa vulkanik tipe B

(c) Gempa letusan (d) Gempa tremor harmonik

6
(e) Gempa awan panas

(f) Gempa guguran


Gambar C.1 Klasifikasi menurut Minamakami dalam (Perwita, 2011)

Sejarah erupsi dan peningkatan kegiatan G. Semeru mulai tercatat sejak tahun 1888.
Pusat aktifitas gunung ini berada di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah
tenggara puncak Mahameru. Erupsi G. Semeru umumnya erupsi abu bertipe Vulkanian dan
Strombolian yang terjadi 3–4 kali setiap jam. Erupsi tipe Vulkanian dicirikan dengan erupsi
eksplosif yang kadang-kadang menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk
sebelumnya. Selanjutnya terjadi erupsi bertipe Strombolian biasanya diikuti dengan
pembentukan kubah dan lidah lava baru. Pada saat terjadi erupsi eksplosif biasanya dikuti
oleh terjadinya aliran awan panas yang mengalir ke lembah-lembah yang lebih rendah dan
arah alirannya sesuai dengan bukaan kawah dan lembah-lembah di G. Semeru. Arah
bukaan kawah G. Semeru saat ini mengarah ke arah tenggara atau mengarah ke hulu Besuk
Kembar. Ciri khas dari peningkatan aktifitas G. Semeru dapat dilihat dari jumlah letusan
hariannya. Peningkatan aktifitas biasanya ditandai dengan penurunan jumlah letusan harian.
Pada umumnya gempa letusan di G. Semeru berkisar antara 80-120 letusan perhari yang
terjadi 15 menit sekali (Heru dalam Perwita 2011).

D.1 Penentuan Hiposenter

Hiposenter merupakan representasi tempat kejadian gempa bumi yang berada di


dalam bumi. Proyeksi hiposenter yang berada di permukaan bumi disebut sebagai episenter.
Penentuan dari lokasi kejadian gempa (episenter/hiposenter) dibutuhkan koordinat stasiun
pengamat, model struktur kecepatan realistis yang mengarakterisasi areal jaringan stasiun
pengamatan dan setidaknya dibutuhkan 4 data waktu tiba gelombang P dan S (Tp dan Ts).
Walaupun demikian, penggunaan data waktu tiba gelombang P saja bukan merupakan

7
masalah jika gempa terjadi dalam areal jaringan stasiun pengamatan (Triyoso, 1991).
Penentuan hiposenter adalah dengan analisis beda wantu tiba. Dasar perhitungan hiposenter
dengan analisis beda waktu mengggunakan perumusan sebagai berikut :

(𝑋 − 𝑋𝑖 )2 + (𝑌 − 𝑌𝑖 )2 + (𝑍 − 𝑍𝑖 )2 = (𝑡𝑖 − 𝑡𝑜 )2 𝑣𝑝 2
(2.1)

(𝑡𝑖 − 𝑡𝑜 )𝑉𝑝 = (𝑆 − 𝑃)𝑖 𝑘 (2.2)

dimana:

i = 1,2,3, dan 4 (stasiun ke-i)

X,Y,Z = koordinat sumber gempa tidak diketahui

(𝑋, 𝑌, 𝑍)𝑖 = koorsinat stasiun seismograf

𝑘 = koefien jarak

𝑡𝑖 = waktu tiba gelombang P

𝑡𝑜 = saat terjadinya gempa yang tidak diketahui

Koefisien jarak adalah konstanta dari rumus Omori dapat diketahui dengan cara :
𝑉𝑝 𝑥𝑉𝑠 𝑉𝑝 𝑥𝑉𝑠
𝐷=𝑉 (𝑆 − 𝑃) dan 𝑘 = (2.3)
𝑝 −𝑉𝑠 𝑉𝑝 −𝑉𝑠

dimana 𝑉𝑝 adalah cepat rambat gelombang P, 𝑉𝑠 adalah cepat rambat gelombang S, D adalah
jarak hiposenter (sumber gempa) dan (S-P) adalah beda waktu tiba gelombang S dan P
(Siswowidjojo, 1981)

D.2 Transformasi Fourier

Analisis spektral dalam seismologi menggunakan algoritma Transformasi Fourier.


Transformasi Fourier adalah transformasi dari domain waktu ke domain frekuensi.
Perubahan ini tidak mengubah informasi yang terkandung dalam sinyal gempa bumi. Karena
hanya tatanan yang berubah bentuk, pada seismogram amplituda disusunsebagai fungsi dari
waktu, sedangkan dalam spektra amplituda disusun sebagai fungsi dari frekuensi.
Transformasi fourier dalam penjelasan matematis adalah sebagai berikut. Jika kita memiliki
sinyal x(t) maka pasangan transformasi Fouriernya adalah X(ω) dengan ω = 2πf.

𝑋(𝜔) = ∫−∞ 𝑥(𝑡)𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝑑𝑡 (2.4)

Jika x(t) adalah gelombang yang terpisah menjadi beberapa gelombang sinus dan 𝑋(𝜔)
adalah transformasi Fourier dari x(t) dan 𝑖 = √−1, maka persamaan 2.4 menjadi ;
∞ ∞
𝑋(𝜔) = ∫−∞ 𝑥(𝑡) cos(𝜔𝑡) 𝑑𝑡 − 𝑖 ∫−∞ 𝑥(𝑡) sin(𝜔𝑡) 𝑑𝑡

8
= 𝑅𝑒 [𝑋(𝜔)] − 𝑖 𝐼𝑚[𝑋(𝜔)]

= |𝑋(𝜔)|𝑒 −𝑖𝜑(𝜔) (2.5)

sehingga persamaan spektrum amplitudo adalah,

|𝑋(𝜔)| = √(𝑅𝑒[𝑋(𝜔)])2 + (𝐼𝑚[𝑋(𝜔)])2 (2.6)

dan persamaan spektrum fasa,


𝐼𝑚[𝑋(𝜔)]
𝜑[𝜔] = 𝑡𝑎𝑛−1 ( 𝑅𝑒[𝑋(𝜔)] ) (2.7)

Sedangkan invers dari transformasi Fourier dapat dirumuskan,

𝑥(𝑡) = |𝑋(𝜔)|𝑒 −𝑖𝜑(𝜔) (2.8)

𝐻(𝜔) ⟺ ℎ(𝑡) (2.9)

9
BAB III

METODE PENULISAN

A. Sifat Penyusunan Makalah

Penyusunan makalah ini bersifat kajian pustaka dan didasarkan dengan data sekunder.
Kajian pustaka yang dilakukan menjelaskan pemahaman awal agar dapat melakukan
interpretasi event / peristiwa dari gempa yang terjadi di gunungapi Semeru pada tanggal 12
Agustus 2009. Sedangkan tahap pengolahan dilakukan dengan data sekunder Gunung Semeru
tahun 2009 tepatnya pada tanggal 14 Agustus 2009.

B. Metode Penyusunan Makalah

Penyusunan makalah ini digambarkan pada skema berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penulisan Makalah

Penyusunan makalah ini didasarkan dengan mengambil data pustaka dari literatur seismologi
atau seismologi gunungapi/ Perangkat lunak yang digunakan adalah (1) Microsoft Excel, (2)

10
Origin, (3) GAD dan (4)LS7_WVE. Data sekunder yang digunakan adalah data seismik
digital seismogram di stasiun Puncak, Leker, Tretes, dan Besuk Bang. Berikut adalah
informasi koordinat stasiun seismik (dalam UTM) dan ketinggian dari permukaan air laut.
Posisi Channel Easting (X) Northing (Y) Z
Puncak - 711983.74 9102819.46 3657
PCK A000 711458.87 9103462 2764
LEKR A001 718718.17 9100108.41 1060
TRS A003 716286.69 9098792.83 1208
BES A004 715057.08 9095258.92 867
Tabel 3.1. Koordinat Stasiun Seismik yang digunakan dalam pembahasan makalah ini.

11
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Tahap Seleksi Data

Seleksi data merupakan langkah awal dalam pengolahan data yang ditujukan agar
dapat mengelompokkan jenis gempa yang terjadi di Gunung Semeru. Berdasarkan jaringan
pemantauan seismik di Indonesia wilayah barat maka channel pada pengamatan gunung
Semeru terdapat 6 buah yaitu A000H (Stasiun Puncak), A001H (Kepolo), A002H (Lekker),
A003H (Tretes), A004H (Besuk Bang), dan A005H (Infrasonik). Namun dalam pengolahan
ini diambil hanya 4 stasiun. Hal ini dikarenakan event dari hasil seleksi kurang memadai
apabila seluruh stasiun seismik digunakan.

Easting Northing
Posisi Channel Lat Long Z
(X) (Y)
Puncak
- -8o06’46.03” 112o55’29,24” 711983.74 9102819.46 3657
(Google Earth)

PCK A000 -8.107 112.294 711458.87 9103462 2764


LEKR A001 -8.137 112.986 718718.17 9100108.41 1060
TRS A003 -8.149 112.964 716286.69 9098792.83 1208
BES A004 -8.181 1122.953 715057.08 9095258.92 867

Tabel 3.1. Koordinat Stasiun Seismik yang digunakan dalam pembahasan makalah ini.
Seleksi data dilakukan dengan melakukan pemilahan data seismikdengan cara membaca
rekaman data digital seismogram. Pembacaan data dilakukan oleh software LS7_WVE pada
setiap menit dalam 1 jam. Hal pertama yang dilakukan ketika penyeleksian data yaitu
memilih kenampakan gelombang (waveform) yang tidak putus gelombangnya. Waveform
yang baik akan memudah tahap selanjutnya yaitu pada tahap pengolahan data (analisis
spektral). Tampilan dari seleksi data sebagai berikut :

1) Data Terbaik untuk Event GempaVulkanik Dangkal (VB) pada pukul 04.33 WIB

Gambar 3.1 Event yang diduga gempa vulkanik dangkal (VB).


Tremor?
?
12
Gempa vulkanik dangkal (VB) dapat dicirikan dengan kenampakannya yang hampir
serupadengan gempa VA. Karakteristik gempa VB dilihat dari sumber gempa yang
diperkirakan kurang dari 1 km. Gerakan awalnya cukup jelas dengan waktu tiba gelombang
P yang jelas namun waktu tiba gelombang S yang tidak jelas dan sulit ditentukan.

Tipe gempa yang sering dijumpai di Gunung Semeru adalah fenomena gempa tremor.
Gempa tremor terdapat dua macam yaitu gempa tremor harmonik dan spasmodik. Gempa
tremor harmonik biasanya identik dengan perulangan-perulangan event yang bentuknya
sama. Sedangkan gempa tremor spasmodik tidak beraturan seperti pada halnya gambar 3.1.

Event tipe gempa lainnya tidak ditemukan pada tanggal 14 Agustus 2009 yaitu gempa
vulkanik dalam (VA), gempa letusan, dan gempa guguran. Gempa letusan merupakan gempa
yang disebabkan oleh terjadinya letusan yang bersifat eksplosif. Berdasarkan hasil
pengamatan seismik sampai saat ini dapat dikatakan bahwa gerakan pertama dari gempa
letusan adalah push-up atau gerakan ke atas. Gempa letusan dapat dikatakan gempa yang
terjadi akibat mekanisme sebuah sumber tunggal yang positif. Gempa Guguran biasanya
berasosiasi dengan guguran lava dari kubah lava yang terbentuk di kawah, sedangkan gempa
awan panas guguran biasanya terjadi karena guguran material yang disebabkan oleh aliran
piroklastik.

B. Tahap Pengolahan dan Interpretasi Data

Pengolahan data dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan perangkat lunak
Origin dan GAD. Tujuannya agar mengetahui sebaran frekuensi pada event yang telah
didapatkan dengan melakukan analisis spektra. Sedangkan GAD ditujukan untuk mencari
hiposenter dari gempa vulkanik.

B.1 Tahap Penentuan Hiposenter

Software yang dibutuhkan untuk kegiatan ini ialah Microsoft Excel, GAD,
LS7_WVE, dan program konverter koordinat (tergantung selera). Sementara data yang perlu
disiapkan ialah rekaman seismik digital serta koordinat stasiun seismik dan kawah.
Hiposenter ialah titik tempat terjadinya gempa di bawah permukaan bumi. Umumnya
hiposenter yang dicari ialah hiposenter untuk gempa-gempa vulkanik. Software yang
digunakan untuk menentukan hiposenter gempa ialah GAD, sementara software LS7_WVE
digunakan untuk membuka file rekaman seismik digital. Langkah – langkah yang perlu
dilakukan untuk menentukan hiposenter diberikan dibawah ini:

a. Langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mencari rekaman gempa menggunakan
software LS7_WVE. Pertama – tama jalankan software LS7_WVE.

13
b. Kemudian buka file seismik digital yang diinginkan (bisa dengan cara drag and drop)
hingga memperoleh gempa yang diinginkan.

Zoom untuk memperbesar

c. Setelah menemukan gempa yang akan ditentukan hiposenternya langkah yang


pertama kali dilakukan ialah mencatat nama file yang dibuka. Nama file ini akan
dipakai sebagai tanda pengenal di software GAD. Kemudian tentukan waktu tiba
gelombang P dan S serta gerak awalnya. Lebih baik klik tombol zoom in terlebih
dahulu untuk memperbesar seismogram hingga gelombang P dan S dapat dikenali
dengan baik.
d. Setelah itu lakukan penentuan waktu tiba gelombang P untuk stasiun pertama.
Letakan kursor pada titik yang dianggap sebagai awal gelombang P kemudian klik
pada titik tersebut. Catat waktu tiba gelombang P tersebut seperti yang tertulis di
pojok kiri bawah. Catat juga gerak awal gelombang P itu. Selanjutnya letakan kursor
pada titik yang dianggap awal gelombang S kemudian klik pada titik tersebut. Catat
waktu tiba gelombang S tersebut seperti yang tertulis di pojok kiri bawah. Catat pula

14
gerak awal gelombang S tersebut. Ulangi langkah – langkah di atas untuk stasiun -
stasiun lain.

waktu tiba

e. Langkah kedua ialah melakukan konversi koordinat terhadap koordinat stasiun dan
kawah yang telah disiapkan. Koordinat yang direkam GPS umumnya memiliki format
bujur dan lintang dengan satuan dalam derajat desimal (misalnya: 7,312 ° LS dan
105,421° BT) atau dalam derajat menit detik (misalnya: 5° 10’ 23” LS dan 103° 32’
4” BT). Koordinat tersebut harus diubah ke dalam format UTM dengan satuan dalam
meter (misal: easting (sumbu x) 689906,0925 dan northing (sumbu y) 9895749,1421).
Konversi koordinat ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai software
konversi koordinat. Koordinat yang dibutuhkan oleh software GAD ialah koordinat
relatif masing – masing stasiun terhadap titik (0,0) yang biasanya ialah lokasi kawah
atau puncak. Untuk memperoleh koordinat relatif tersebut pertama – tama pilihlah
koordinat (dalam format UTM) yang akan dijadikan titik referensi atau titik (0,0).
Setelah menentukan titik (0,0) tersebut, kurangi nilai koordinat stasiun – stasiun
seismik dengan nilai koordinat titik (0,0) tersebut. Hasil yang diperoleh dari langkah
tersebut ialah nilai koordinat relatif tiap stasiun terhadap koordinat kawah atau
puncak. Nilai koordinat relatif ini masih dalam satuan meter, supaya dapat digunakan
oleh GAD nilai tersebut harus diubah dalam satuan kilometer. Selain koordinat sumbu
x dan sumbu y, GAD juga membutuhkan nilai ketinggian stasiun dan puncak atau
kawah dari atas permukaan laut (sumbu z). Nilai ketinggian ini ditulis dalam satuan
kilometer dengan nilai negatif untuk posisi di atas permukaan laut.
Easting
Posisi (X) Northing (Y) Z delta_x delta_y delta_z
Puncak 711983.74 9102819.46 3657
PCK 711458.87 9103462 2764 -524.87 642.54 -893

15
LEKR 718718.17 9100108.41 1060 6734.43 -2711.05 -2597
TRS 716286.69 9098792.83 1208 4302.95 -4026.63 -2449
BES 715057.08 9095258.92 867 3073.34 -7560.54 -2790

Hal yang perlu diingat dalam GAD arah timur dan utara diberikan nilai positif, arah selatan
dan barat diberikan nilai negatif, lokasi di bawah permukaan laut diberi nilai positif, lokasi di
atas permukaan laut diberi nilai negatif, dengan permukaan laut sebagai titik nol.

f. Langkah ketiga ialah menggunakan software GAD. GAD membutuhkan tiga file input,
yaitu station.dat, arrival.dat, dan velocity.dat. File velocity.dat tidak perlu diubah. File
station.dat diisi dengan jumlah stasiun serta koordinat relatif dan ketinggian masing –
masing stasiun seismik yang digunakan. Pengisian koordinat dan ketinggian tersebut
harus sesuai dengan format yang digunakan GAD.

g. File arrival.dat diisi dengan kode stasiun, tanda pengenal gempa yang berupa waktu
terjadinya gempa dalam format tahun, bulan, tanggal, jam, dan menit, waktu tiba
gelombang P dan S (detik), serta gerak awal gelombang P dan S. Nilai – nilai tersebut
harus dimasukan sesuai format yang digunakan GAD. Hal – hal berikut harus diingat
ketika membuat file arrival.dat, jika suatu waktu tiba (misalnya waktu tiba gelombang P
untuk suatu stasiun) tidak bisa ditentukan maka pada kolom tersebut diisikan nilai 99.990,
tanda (+) dipakai untuk gerak awal naik, tanda (-) dipakai untuk gerak awal turun, huruf I
dipakai jika waktu tiba dapat ditentukan, serta huruf E dipakai jika waktu tiba tidak dapat
ditentukan. Pada akhir file perlu diisikan angka 9999999999 sebagai penanda akhir file.

16
h. Ketiga file input diatas harus diletakan di dalam folder yang sama dengan software
GAD. Setelah selesai mengisi file station.dat dan arrival.dat dengan benar, langkah
selanjutnya ialah menjalankan software GAD tersebut. GAD dapat dijalankan
langsung dengan meng-klik dua kali pada icon GAD. Segera setelah GAD dijalankan,
akan muncul sebuah file baru dengan nama results.dat yang berisi hasil penentuan
hiposenter yang dilakukan oleh GAD.

Lokasi hiposenter yang dihasilkan GAD diberikan dalam koordinat relatif


(x,y,z) dengan satuan kilometer.

B.2 Analisa Spektral

2. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan data Origin adalah :

17
a. Menyimpan data dengan format ascii dari software ls7_wve dengan tahapan klik tab
Output-> pilih File -> output -> Simpan di partisi yang diinginkan (misal d://data
semeru/spektral/1)
b. Selanjutnya buka file Origin, pilih File -> Input -> Single ascii -> Pilih file yang telah
dikonversi pada software sebelumnya. Klik kanan 1 stasiun dan pilih line hingga
muncul tampilan dibawah ini:

Langkah pengolahan pada software Origin terdapat 3 langkah yaitu (1) Sampling
Rate, (2) FFT Filtering, (3) FFT Analysis.
Hasilnya adalah sebagai berikut :

18
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tahap seleksi, pengolahan, dan interpretasi data telah dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak Microsoft Excel, Origin, GAD, dan LS7_WVE. Hasilnya kemudian
didapatkan hasil untuk 1 event terbaik dari hasil seleksi data tanggal 12 Agustus 2009 dengan
hiposenter x=-3,456, y= 3.167 dan z=-1.152 dengan menggunakan 4 stasiun seismik yaitu
PCK, LKR, TRS, dan BES. Sedangkan analisis spektral yang dilakukan yaitu diketahui
amplitudo mencapai 10 dengan frekuensi mencapai 50 Hertz. Hal ini kurang sesuai dengan
studi sebelumnya yang menyatakan gempa letusan yang kurang dari 1 Hz.

B. Saran
Saran dalam pengerjaan sinyal seismik berikutnya yaitu mencari data yang wavefront
lebih baik sehingga dapat melakukan komparasi agar dapat lebih memahami klasifikasi
gempa vulkanik khususnya untuk gunung Semeru.

19
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, Wawan. 2013 . Gunung Api Indonesia : Gunung Semeru (online).


http://volcanoindonesia.blogspot.com/2010/11/semeru.html (diakses tanggal 10 Mei
2013)

Lay, Thorne dan T.C.Wallace.1995. Modern Global Seismology. California: Academic Press

Perwita, Cholisina A. 2011. Analisis Sinyal Seismik Gempa Letusan Gunung Semeru, Jawa

Timur Tahun 2009. Malang : Jurusan Fisika UB

Siswowidjoyo, Suparto. 1981. Seismologi Gunung Api. DVMBG Bandung

Stein, Seth dan M. Wysession. 2003. An Introduction to Seismology, Earthquakes, and Earth

Structure. UK : Blackwell Publishing

20

Anda mungkin juga menyukai