Anda di halaman 1dari 24

VOL.3 NO.

3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130


Wiko Setyonegoro

PENGARUH GAYA GESEK DAN TEKANAN HIDROSTATIK


PADA PROPAGASI TSUNAMI (STUDI KASUS: TSUNAMI
JAWA TIMUR 3 JUNI 1994)
THE EFFECT OF FRICTION FORCE AND HYDROSTATIC
PRESSUR ON TSUNAMI PROPAGATION (CASE STUDY:
EAST JAVA TSUNAMI, JUNE 3,1994)
Wiko Setyonegoro1
1Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional
Jl. Sangkuriang, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40135
Email: wiko.setyonegoro@brin.go.id

ABSTRAK

Pada tanggal 3 Juni 1994 pukul 01.18 WIB (2 Juni 1994 pukul 18.17 GMT) gempa sebesar
7,7 Skala Richter yang terjadi di Jawa Timur dengan titik pusat gempa berada di 10.477 0S
dan 112.8350E (USGS, 2012), menimbulkan tsunami dengan ketinggian run-up mencapai 14
meter, menyebabkan 223 orang tewas, 400 orang luka-luka dan 15 orang lainnya hilang
terutama di daerah Pancer sekitar 50 Km Barat daya Banyuwangi lebih dari 70% bangunan
rusak. Tujuan penelitian ini akan dilakukan hipotesis mengenai pengaruh gaya gesek dan
tekanan hidrostatik terhadap propagasi gelombang tsunami. koefisien gesekan f dan
Koefisien Manning's roughness dapat menyebabkan selisih run-up tsunami antara model dan
run-up hasil survey lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis selisih antara
run-up tsunami antara model dan data survey / pengamatan. Hasil yang diperoleh adalah
model 1 dan model 2 tidak memperhitungkan pengaruh gaya gesek, tekanan hidrostatik
terhadap propagasi gelombang tsunami dan manning's roughness (koefisien kekasaran)
sehingga menyebabkan selisih run-up tsunami antara model dan run-up hasil survey
lapangan teramat besar yaitu >12 m. Sedangkan model 3 memperhitungkan pengaruh gaya
gesek, tekanan hidrostatik terhadap propagasi gelombang tsunami dan manning's
roughness, sehingga selisih antara model 3 dan hasil survey lapangan hanya 0,33 m.

Kata kunci: tsunami, gaya gesek, hidrostatik

ABSTRACT

On 3 June 1994 at 01.18 WIB (2 June 1994 at 18.17 GMT) an earthquake of 7.7 Ritcher
Scale occurred in East Java with the epicenter at 10.4770S and 112.8350E (USGS, 2012),
causing a tsunami with a run height -up reached 14 meters, causing 223 people to die, 400
people injured and 15 other people missing, especially in the Pancer area, about 50 km
southwest of Banyuwangi, more than 70% of the buildings were damaged. The purpose of
this research is to conduct a hypothesis regarding the effect of friction force and hydrostatic
pressure on the propagation of tsunami waves. the friction coefficient f and the Manning's
roughness coefficient can cause the difference between the tsunami run-up between the
model and the run-up from the field survey. This research was conducted by analyzing the
difference between the tsunami run-up between the model and the survey / observation data.
The results obtained are that model 1 and model 2 do not take into account the effect of
friction, hydrostatic pressure on tsunami wave propagation and manning's roughness,
causing the difference in tsunami run-up between the model and the run-up from the field
survey results is very large,> 12 m. Meanwhile, model 3 takes into account the effect of

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 18


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

friction, hydrostatic pressure on tsunami wave propagation and manning's roughness, so that
the difference between model 3 and the results of the field survey is only 0.33 m.

Keywords: tsunami, friction force and hydrostatic

1. Pendahuluan.

Letak geografis Indonesia yang umumnya terjadi pada wilayah di


membujur dari 94o-141o BT dan 6o LU- sepanjang pertemuan ke tiga lempeng
11o LS merupakan negara kepulauan besar tersebut dan juga pada jalur
dengan tingkat kegempaan tinggi patahan-patahan aktif yang terbentuk
dengan beberapa kejadian tsunami. di bagian interior lempeng kepulauan
Hal ini dijelaskan oleh kondisi tektonik Indonesia. Sebagian sumber gempa
wilayah Indonesia yang mendapat bumi tersebut berada di bawah laut
tekanan lempeng Eurasia dari arah sehingga berpotensi tsunami [2].
utara dan tekanan lempeng Lautan
Hindia-Australia dari arah Selatan, Dalam kurun waktu 1992-2005,
ditambah dengan pergerakan sebanyak 8 kali gempa yang
lempeng pasifik dari arah Timur [1]. menimbulkan tsunami telah terjadi
diIndonesia yaitu di Flores NTT tahun
Tekanan dahsyat karena pergerakan 1992, Banyuwangi – Jawa timur tahun
dari empat lempeng besar bumi ini 1994, Palu –Sulawesi tengah tahun
menyebabkan interior lempeng bumi 1996, Pulau Biak – Irian jaya tahun
dari Kepulauan Indonesia terpecah- 1996, Taliabu – Maluku Utaratahun
pecah menjadi bagian-bagian kecil 1998, Banggai – Sulawesi Tengah
kerak bumi yang bergerak antara satu tahun 2000, NAD dan Sumatra Utara
terhadap lainnya yang dibatasi oleh tahun 2004 dan Pulau Nias tahun
patahan-patahan aktif. Kejadian 2005 [3].
gempabumi besar dan merusak

Gambar 1. Gempa dan Tsunami di Indonesia [6].

Sedangkan sejarah tsunami di pulau tahun 416, 1815, 1851, 1859, 1862,
Jawa yang diakibatkan oleh 1994 dan 2006 [4]. Kejadian bencana
gempabumi antara lain terjadi pada gempabumi dan tsunami seringkali

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 19


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

menimbulkan korban jiwa dan materi. disebabkan oleh energi gelombang


Gempabumi dengan M7.7 yang terjadi tsunami sangat besar, mampu
di Jawa Timur tanggal 3 Juni 1994 meluluh lantakan infrastruktur,
pukul 01.18 WIB (2 Juni 1994 pukul bangunan dan lifeline yang ada di
18.17 GMT) dengan titik pusat gempa pesisir pantai. Sehingga
berada di 10.4770S dan 112.8350E permasalahan yang dikaji dalam
(USGS, 2012), menimbulkan tsunami penelitian ini adalah bagaimana
yang menyebabkan 223 orang tewas, pemodelan tsunami di Jawa Timur
400 orang luka-luka dan 15 orang (1994) dengan simulasi numerik
lainnya hilang terutama di daerah metode beda hingga (finite difference
Pancer sekitar 50 Km Barat daya method) meliputi pemodelan sumber
Banyuwangi lebih dari 70% bangunan tsunami (source modeling),
rusak [5]. pemodelan penjalaran tsunami (ocean
modeling) dan pemodelan ketinggian
Jawa adalah pulau yang paling rentan tsunami (run-up modeling) yang
dampak tsunami karena berbatasan sangat dibutuhkan sebagai acuan
dengan zona subduksi Lempeng Indo- untuk mengurangi dampak yang
Australia [6]. Berdasarkan informasi diakibatkan oleh bencana tsunami di
kondisi tektonik, sejarah kegempaan Jawa Timur.
dan tsunami yang pernah melanda
wilayah Jawa Timur dan sekitarnya 1.2. Batasan Masalah.
(gambar 1), termasuk Tsunami
Banyuwangi (1994) mengindikasikan Pada penelitian ini wilayah kajian
Pulau Jawa bagian selatan memiliki diambil yaitu wilayah Jawa bagian
potensi terjadinya tsunami dan selisih Timur terletak pada 7,12° – 8,48° LS
waktu antara gempabumi dengan dan 111,0° BT – 8,48°BT dengan
tsunami kurang dari 20 menit, maka batas wilayah sebelah Utara
sangatlah diperlukan upaya-upaya berbatasan dengan Pulau Kalimantan,
mitigasi bencana gempabumi dan sebelah Timur berbatasan dengan
tsunami salah satunya dengan Pulau Bali, sebelah Selatan
membuat skenario tsunami yaitu berbatasan dengan Samudera
pemodelan tsunami dengan simulasi Indonesia dan sebelah Barat
numerik untuk wilayah tersebut. berbatasan dengan Provinsi Jawa
Pemodelan simulasi ini menggunakan Tengah. Skenario penjalaran tsunami
parameter patahan untuk dalam penelitian ini dilakukan dengan
mensimulasikan penjalaran mempertimbangkan suku gesekan
gelombang tsunami dan hasil dasar. Sedangkan suku coriolis dan
analisisnya meliputi prediksi suku gesekan angin diabaikan karena
ketinggian dan waktu penjalaran pengaruh gesekannya sangat kecil.
tsunami diharapkan dapat dijadikan Perubahan paras muka laut akibat
acuan untuk mengurangi resiko atau pasang surut tidak diperhitungkan
dampak yang timbul apabila tsunami karena perubahannya sedikit
kembali terjadi di wilayah tersebut. dibandingkan dengan tinggi tsunami
yang terjadi dan diasumsikan
1.1. Perumusan Masalah. konstanselama pemodelan
tsunamiordenya 1 sampai dengan 2
Bencana tsunami yang terjadi di Jawa jam.
Timur, 3 Juni 1994 menimbulkan
banyak korban jiwa dan materi, hal ini

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 20


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

1.3. Tujuan Penelitian. dengan moment seismic menurut


persamaan [7].
a) Memodelkan sumber tsunami
(source modeling) Jawa Timur, 3 (2)
Juni 1994 dengan titik episentrum
10,4770LS dan 112,8350 BT
sekitar Samudera Hindia. Parameter gempa bumi ditentukan
b) Memodelkan penjalaran berdasarkan teori scaling law untuk
gelombang tsunami (ocean sesar yang memiliki pergerakan
modeling) Jawa Timur, 3 Juni vertikal (dip-slip fault) di zona
1994. penunjaman [8]. Scaling law
c) Memodelkan ketinggian tsunami digunakan dalam perhitungan
(run-up modeling) Jawa Timur, 3 parameter sesar yang dikontrol oleh
Juni 1994. momen magnitudo (Mw). Parameter
d) Mengetahui pengaruh kedalaman sesar ini dijadikan sebagai input
dasar laut terhadap tinggi run up dalam pemodelan tsunami (gambar
tsunami. 2).
e) Dapat mengetahui pemodelan
tsunami dengan simulasi numerik Perhitungan parameter sesar di zona
metode beda hingga (finite penunjaman menggunakan rumus:
difference method) dengan
menganalisis pengaruh gaya log L = 0,5M - 2,19 (3)
gesek dan tekanan hidrostatik W = 0,31M - 0,63 (4)
terhadap propagasi gelombang log U = 0,5M - 1,4 (5)
tsunami.
Sedangkan perhitungan parameter
2. Metodologi. sesar di daerah kerak kontinental
menggunakan rumus:
Untuk menghasilkan deformasi di
dasar laut, maka gempa harus log L = 0,50M - 1,86 (6)
mempunyai momen seismik yang W = 0,28M - 0,7 (7)
besar dengan posisi hiposenter yang
dangkal. Hubungan antara momen Untuk menghitung waktu tiba,
seismik dandeformasi dirumuskan amplitudo, dan tinggi gelombang
sebagai berikut [14]: tsunami, serta pengaruh gelombang
tsunami terhadap suatu wilayah maka
Mo = μ * A * D (1) dibuat model tsunami berdasarkan pa-
rameter yang telah ditentukan.
Dimana Mo adalah momen seismic Deformasi dasar laut diestimasi
gempa (Nm); μ adalah rigiditas melalui parameter-parameter sesar.
(tingkat kekakuan benda, semakin
keras bendanya maka energi yang Parameter-paramter sesar seperti
diperlukan untuk menggerakannya panjang dan lebar sesar, energi atau
semakin besar, artinya momen magnitude, kedalaman pusat gempa,
seismiknya semakin besar) (N/m2); A slip dan mekanisme fokus (strike, dip,
adalah luas bidang sesar (m2); D dan sudut slip) adalah parameter-
adalah deformasi / dislokasi (m). Dan parameter yang utama dari sumber
hubungan antara magnitudo gempa gempabumi (gambar 2).

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 21


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Gambar 2. Parameter Sesar yang dipergunakan dalam pemodelan numerik sebagai sumber
tsunami.

Pada saat rambatan berada di zona


dua aliran yang terjadi diakibatkan (8)
oleh run up gelombang datang. Tinggi
run up maksimum akan bergantung Dengan Rs adalah maksimum run-up;
kepada besarnya gelombang datang, h0 adalah kedalaman air normal; H
kedalaman air normal dan kemiringan adalah tinggi gelombang dan β adalah
pantai. Solusi analitis untuk sudut kemiringan shore line (gambar
aproksimasi nonlinear besarnya tinggi 3).
run-up untuk solitary wave (non
breaking) dinyatakan oleh studi
sebelumnya [7].

Gambar 3. Skema model perhitungan run-up [10].

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 22


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Gambar 4. Peta distribusi gempa Jawa timur 1994 [10].


Gempabumi tersebut pada dasarnya 2.1. Bagan Alur Penelitian.
adalah adanya zona subduksi akibat
daripergerakan Lempeng Indo- Proses pembuatan simulasi dimulai
Australia yang relatif bergerak ke dengan pengumpulan data parameter
utara bertumbukan dengan lempeng mekanisme fokus gempa bumi dan
Eurasia yang relatif diam. Salah satu batimetri, menentukan desain model
yang menjadi ciri khas zona subduksi atau skenario yang akan dilakukan
pulau Jawa adalah terbentuknya (source modeling), membuat grid dari
palung laut (gambar 4). nilai batimetri wilayah simulasi dan
desain simulasi penjalaran tsunami
Daerah-daerah yang diterjang (ocean modeling), setelah itu
gelombang tsunami Jawa Timur memodelkan tinggi gelombang
(1994) dari hasil survey lapangan tsunami (run-up modeling). Untuk
adalah Bali, Banyuwangi, Jember, mengetahui kevalidan model, hasil
Lumajang, Malang, dan Tulungagung. simulasi akan diverifikasi dengan data
Tinggi run-up tsunami maksimum 13,9 pengukuran lapangan. Berikut
meter di daerah Rajakwesi, diagram alir pengerjaan simulasi
Banyuwangi [11]. penjalaran tsunami (gambar 5).

Di daerah Jawa Timur penunjaman Pemodelan numerik dapat dilakukan


Lempengan Samudera Hindia- dengan pendekatan beda hingga
Australia relatif tegak lurus terhadap (finite difference) ataupun volume
Lempengan Eurasia dengan hingga (finite Volume). Perbedaan
kecepatan lebih rendah daripada paling mendasar dari kedua metode
dibagian Sumatera yaitu hanya sekitar tersebut adalah bentuk grid. Pada
60 mm/tahun dan 49 mm/tahun [2], metode beda hingga, bentuk grid
mengakibatkan di Jawa lebih terbatas kotak. Sedangkan pada
berkembang pola sesar-sesar normal metode volume hingga, bentuk grid
dan naik sejajar busur pulau. lebih fleksibel (quadrangular). Pada
Maksimum magnitudo gempa dalam dasarnya notasi numerik beda hingga
sistem penunjaman di daerah ini sering ditulis fi,j dimana f adalah
mencapai 8,0 dengan perioda ulang variabel suatu fungsi dan subskrip i,j
sekitar 181 tahun. menunjukkan nomor sel dimana

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 23


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

variabel tersebut berada. Subskrip i 2.1.1. Backward Difference


menunjukkan nomor sel pada arah-x Scheme.
dan subskrip j menunjukkan nomor sel
pada arah sumbu-y. Jarak antara dua Pada skema ini, nilai turunan pada
titik dalam arah-x adalah Δx dan jarak suatu titik didekati dengan
antara dua titik dalam arah-y adalah menggunakan nilai di titik tersebut dan
Δy. Untuk fungsi yangberubah nilai di titik sebelumnya [12], seperti
terhadap waktu serta berubah pada persamaan (9).
terhadap jarak, notasi skema
numeriknya ditulis seperti fi,jn dimana
n adalah langkah waktu ke-n (gambar (9)
6).

Penyelesaian yang diperoleh dari


skema ini memiliki ketelitian orde 1.

Mulai

Pengumpulan Data Parameter


Mekanisme Fokus dan
Gempabumi Batimetri

Desain Model/Skenario (Source


Modeling)

Interpolasi
Setting Parameter
Persamaan Well & Coppersmith

Input ke Software L-2008

Desain simulasi penjalaran tsunami (Ocean


Modeling)

Simulasi ketinggian tsunami (Run up


Modeling)

Post Processing: Verifikasi hasil


Simulasi

Selesai

Gambar 5. Diagram alur penelitian pemodelan numerik tsunami.

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 24


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

3. Central Difference Scheme. menggunakan nilai di titik tersebut dan


nilai di titik sebelumnya, ditampilkan
Pada skema ini, nilai turunan pada seperti pada persamaan (10).
suatu titik didekati dengan

(10)

Penyelesaian yang diperoleh dari skema ini memiliki ketelitian orde 2. penyelesaian
yang diperoleh dari skema ini memiliki ketelitian orde 1 .

Gambar 6. Skema numerik beda hingga [17].

2.1.2. Persamaan Penjalaran Persamaan dasar untuk pemodelan


Gelombang Tsunami. tsunami laut dangkal, adalah:

(11)

Dimana h = kedalaman laut (m); v = kecepatan rambat (m/det); t = waktu rambat


(detik).

Salah satu faktor penyebab utama bahwa syarat terjadinya gelombang


tsunami adalah adanya gerakan dasar dangkal adalah jika nilai perbandingan
laut akibat gempabumi yang dapat antara kedalaman air yang dilalui oleh
menimbulkan perairan dangkal atau gelombang tersebut dan panjang
gelombang panjang (long wave). Teori gelombangnya lebih kecil dari 1/20.
gelombang dangkal menyebutkan Teori ini menjelaskan bahwa

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 25


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

percepatan vertikal air dapat pada permukaan p=0 memberikan


diabaikan, karena besarnya lebih kecil tekanan hidrostatik (persamaan 12):
daripada percepatan gravitasi.
Sehingga berdasarkan pendekatan ini P = -ρ.g.(z-η) (12)
gerak vertikal dan partikel air tidak
berpengaruh pada distribusi tekanan. Berdasarkan kondisi batas dinamik
Persamaan momentum dalam dan kinematika dasar maka diperoleh
koordinat z dengan kondisi dinamik persamaan integrasi Teori Gelombang
Dangkal [13]:

(13)

dimana D adalah kedalaman total pada gelombang permukaan


perairan yang diberikan oleh h+η, τx diabaikan. Gesekan dasar secara
dan τy adalah gesekan dasar pada umum dinyatakan sebagai berikut,
arah x- dan y-, A adalah viskosotas yang merupakan analogi dari aliran
eddy horizontal di mana diasumsikan seragam (persamaan 14).
konstan terhadap ruang, shear stress

(14)

dimana f adalah koefisien gesekan. Tabel1, hubungan antara koefisien


Nilai f pada saat ini dapat dipilih dari gesekan f dan Koefisien Manning's
koefisien kekasaran Manning, n yang roughness n adalah sebagai berikut
sudah dikenal dengan baik dalam (persamaan 15):
teknik sipil. Nilai n dapat dilihat pada

(15)

Sebagai implikasinya adalah f menjadi konstan. Sehingga, suku gesekan


lebih besar ketika kedalaman total D dasar dapat dinyatakan sebagai
kecil (dangkal) ketika n hampir berikut (persamaan 16):

(16)

Untuk model pada saat ini, persamaan dengan nilai n dipilih berdasarkan
gesekan dasar yang digunakan kondisi dasar perairan seperti terlihat
adalah pada persamaan di atas, pada Tabel 3.2

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 26


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Tabel 1. Nilai koefisien gesekan dasar.

Material dasar n
Neat cement, smooth metal 0,010
Rubble masonry 0,017
Smooth earth 0,018
Natural channels in good condition 0,025
Natural channels with stones and weeds 0,035
Very poor natural channels 0,060

2.1.3. Persamaan Kontinuitas. persamaan kontinuitas sebagai


persamaan konversi massa tiga
Selain persamaan gerak yang dimensi juga mempengaruhi untuk
mempengaruhi model tsunami ini, fluida incompressible (persamaan 17).

(17)

Persamaan di atas berlaku untuk maka diperlukan syarat batas.


dimana saja di dalam fluida. Untuk Sehingga hasil akhirnya adalah
menyederhanakan persamaan di atas sebagai berikut (persamaan 18):

(18)

Dimana , diberikan oleh pasang surut saat


discharge fluks dalam arah x; tersebut dan diasumsikan konstan
, discharge selama pemodelan tsunami. Hal ini
dikarenakan simulasi tsunami hanya
fluks dalam arah y; g adalah memiliki durasi sekitar satu hingga
percepatan gravitasi; h adalah tiga jam. Syarat batas tertutup dalam
kedalaman perairan; adalah elevasi model ini menggunakan asumsi garis
muka air laut. sebagai dinding. Sehingga tidak ada
aliran yang melewatinya, dan
Program ini hanya digunakan untuk gelombang terefleksi secara
gelombang tsunami. Pengaruh sempurna. Dengan kondisi stabil jika h
gelombang yang diakibatkan angin jauh lebih besar dari η.
dan pasang surut tidak
diperhitungkan. Paras muka laut

(18)

Dimana c adalah kecepatan spatial waktu, adalah spatial grid


penjalaran gelombang, adalah dalam arah x.

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 27


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

3. Data Source Modeling. setelah gempa terjadi. Rincian


parameter-parameter gempa Jawa
Beberapa Institusi mengeluarkan Timur 1994 dapat dilihat pada tabel 2.
solusi mekanisme sumber gempa

Tabel 2. Focal Mekanisme Sumber Gempa

Harvard Tokyo Yokoha


Parameter USGS
CMT Univ. ma Univ.
Depth (Km) 6 15 13,5 27
Strike (Degree) 276 284 266 266
Dip (Degree) 89 12 4,3 9
Slip (Degree) 79 99 743 78
Mw (Richter) 7,7 7,5 7,6 7,6
Mo (Nm) 4,4x1020 3.5x1020 3.65x1020 3.6x1020
Center Fault Lattitude -10,477 10,69 10,69 10,69
Coordinate Longitude 112,835 113,13 113,13 113,13

Profil awal sumber tsunami dapat distribusi gempa utama (mainshock),


diperoleh dengan menggangapnya gempa-gempa kecil sebelum gempa
sebagai deformasi dasar laut dengan utama (foreshock) dan gempa-gempa
parameter patahan yang ditentukan susulun (aftershock). Magnitude dari
berdasarkan data solusi mekanisme foreshock dan aftershock selalu lebih
sumber gempa. Dalam penelitian ini kecil dari pada mainshock Secara
solusi mekanisme sumber gempa empiris panjang, lebar dan slip fault
yang digunakan adalah dari USGS dapat ditentukan dengan melakukan
yang mempunyai kedalaman sumber interpolasi berdasarkan tabel
gempa lebih dangkal. persamaan Well dan Coppersmith
[14].
Panjang dan lebar dari deformasi
tersebut dapat ditentukan dari daerah

Tabel 3. Tabel persamaan hubungan Mw dan Luas sesar [14]


Mw Luas (km2) Lebar W Panjang L Slip (m)
A = W. L (km2) (km2)

6,5 239,9 11,4 17,2 0,9


7,0 741,3 18,2 35,5 1,6
7,5 2290,9 29,2 73,3 2,9
7,7 4206,34 36,4 104,54 3,86

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 28


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

8,0 7079,5 46,8 151,4 5,3


8,5 21877,6 75,0 312,6 9,6
9,0 67608,3 120,2 645,7 17,5

Software yang digunakan dalam Dr. Mamoru Nakamura dari Nagoya


penelitian ini adalah software Tsunami University dan dikembangkan format
L2008 merupakan software yang outputnya oleh Nguyen Anh Duong
dapat menganalisis mekanisme dari Institute of Geophysics Vietnam.
sumber dari sesar saat terjadinya Setting parameter dalam software
gempabumi, lalu dihubungkan dengan Tsunami L2008 seperti terlihat pada
outputnya berupa run-up tsunami Gambar dengan panjang fault Al1
pada garis pantai. Dari sekian banyak (km) dan Al2 (km), lebar fault Aw1,
software yang telah publish dan position of fault x_eq merupakan letak
dikenal seperti WINITDB, Tunami N-2, Bujur, y_eq merupkan letak Lintang
TTT, telah dikembangkan software dari epicenter dan z_eq merupakan
Tsunami L-2008 dan dipelopori oleh depth [15]. (gambar 7).

Gambar 7. Setting Parameter dalam Software Tsunami L2008.

Dalam simulasi tsunami, sumber (zona 29 relatif dimana aktivitas


tsunami diasumsikan sama dengan seismiknya skenario kecil pada
perubahan deformasi bawah laut, periode yang panjang, sehingga dapat
seperti terlihat pada gambar berikut terjadi akumulasi energi yang sangat
[14]. Gempa Jawa Timur (1994) besar) di sepanjang zona narrow
diperkirakan terjadi pada seismic gaps seismic (gambar 8).

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 29


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Gambar 8. Seismisitas modern di Jawa. Data gempa dari NEIC-USGS catalog 1973-2006
(Natawidjaja, 2006 dalam Sujatmiko 2008).

Dalam model pembangkitan tsunami dan Kanamori; Mo = dimana


terdapat 3 skenario. Secara garis adalah Rigidity, Mo adalah Momen
besar setiap skenario dibedakan oleh Seismik (Nm), A adalah Luas fault
parameter deformasi. Skenario 1 dan (m2) dan D adalah slip (m) [16].
2 mengikuti solusi dari USGS dengan Skenario 3 menggunakan fault tunggal
momen seismic 5,2 x 1020 Nm dimana (plan fault). Parameter untuk masing-
pada skenario 2 diterapkan masing skenario dapat dilihat pada
penggunaan subfault, panjang dan tabel 4.
lebar diperkecil sedangkan slip
diperbesar menurut persamaan Hanks

Tabel 4. Parameter masing-masing skenario/model.

Parameter Model 1 Model 2 Model 3


Length (Km) Al1 52,27 30 80
Al2 52,27 30 80
Width (Km) Aw1 18,12 5 15
Aw2 18,12 5 15
Depth (Km) 6 6 6
Strike (Degree) 276 276 276
Dip (Degree) 89 89 89
Slip (m) 3,86 25 25
Mw (Richter) 7,7 7,7 7,7
Mo 5,2x1020 5,2x1020 4,2 x1021
Center Fault Lattitude 10,477 10,477 10,477
Coordinate Longitude 112,835 112,835 112,835

Parameter di atas selanjutnya modeling dengan memperhatikan


digunakan sebagai input dalam source setting parameter yang berlaku di

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 30


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Program Mamoru Nakamura. Output dimodelkan. Situs oseanografi dunia


dari source modeling berupa vertical GEBCO NOAA (The General of
displacement yaitu deformasi yang Bathymetry Chart of The Oceans)
terjadi di dasar laut. menyediakan data batimetri untuk
seluruh wilayah perairan di dunia.
3.1. Ocean Modeling. Data batimetri yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data Etopo2
Data yang dibutuhkan dalam ocean dengan grid data 2 menit atau sekitar
modeling adalah output dari source 3,7 km dengan format ‘*.xyz’ (Lon Lat
modeling dan data batimetri. Untuk Depth). Batas kordinat batimetri
mendapatkan hasil simulasi yang baik wilayah penelitian terletak di antara
diperlukan data bathymetri yang detail 120 LS - 60 LS dan 1100 BT -1120 BT
setidaknya sama dengan daerah yang seperti terlihat pada gambar 9.

Gambar 9. Peta Batimetri daerah penelitian.

3.2. Parameter Simulasi. ‘*.csv’, save BMP untuk menyimpan


gambar dan Print in time figure untuk
Parameter simulasi yang menjadi menampilkan waktu simulasi pada
input dalam Program Mamoru gambar. Hasil dari Ocean modeling
Nakamura meliputi Maximum Time berupa simulasi penjalaran
adalah waktu yang dibutuhkan untuk gelombang tsunami tiap 25 detik
menjalankan simulasi dan dalam sesuai dengan durasi Maximum Time
penelitian ini ditetapkan selama 3600 yang dipilih, dari sini dapat diketahui
detik, Graph interval dipilih 30, Dt 5 waktu tiba (arrival time) gelombang
agar penyimpanan hasil simulasi tiap tsunami mencapai daratan.
25 detik, Hmax dan Hmin otomatis
terisi 10000 dan -10000, Maning 3.3. Run-up modeling.
Parameter ditentukan 0,025, Max
Depth for Friction 50, Color Chart Tinggi run up tsunami adalah jarak
merupakan pilihan warna yang vertical antara ujung tsunami di pantai
diinginkan dalam penelitian ini dipilih dengan titik nol muka air laut atau
warna rainbow, save CSV untuk mean sea level. Tinggi run up
menyimpan file Result dengan format bergantung pada magnitude gempa,

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 31


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

morfologi dasar laut, dan bentuk 4.1.1. Model ke-1.


pantai. Run up modeling dilakukan
dengan menggunakan Program Skenario pemodelan tsunami Model 1
Mamoru Nakamura L-2008 di dilakukan dengan menggunakan
sepanjang pantai yang terkena masukan parameter sesar sama
gelombang tsunami dan ketinggian seperti solusi yang dikeluarkan oleh
tsunami di beberapa titik target. USGS dengan momen seismic 5,2 x
1020 Nm (Tabel 4). Parameter sesar
4. Hasil dan pembahasan. tersebut kemudian disimulasikan
untuk mendapatkan deformasi
4.1. Source Modeling. gempanya. Simulasi menggunakan
software Tsunami L-2008. Plot
Dalam skenario pembangkitan deformasi dapat dilihat pada nilai
tsunami terdapat 3 model. Secara vertical displacement pada source
garis besar setiap skenario dibedakan modeling adalah 0,493 meter (gambar
oleh parameter deformasi. 10).

Gambar 10. Vertical displacement model 1.

4.1.2. Model ke-2. sedangkan slip diperbesar menurut


persamaan Hanks dan Kanamori; Mo
Skenario pembangkitan tsunami = , dimana adalah Rigidity, Mo
Model 2 juga dilakukan dengan adalah Momen Seismik (Nm), A
menggunakan masukan parameter adalah Luas fault (m2) dan D adalah
sesar sama seperti solusi yang slip (m). Plot deformasi dapat dilihat
dikeluarkan oleh USGS dengan pada gambar 12 dengan nilai vertical
momen seismic 5,2 x 1020 Nm, namun displacement pada source modeling
diterapkan penggunaan subfault, adalah 1,21 meter (gambar 11).
panjang dan lebar diperkecil

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 32


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Gambar 11. Vertical displacement model 2.

4.1.3. Model ke-3. [14]. nilai momen seismic sebesar 4,2


x 1021, ini berarti delapan kali lebih
Skenario pembangkitan tsunami besar dari pada solusi USGS.
Model 3 dilakukan dengan
menggunakan sumber fault tunggal Modifikasi ini dilakukan agar diperoleh
(plan fault), dengan masukan tinggi tsunami yang mendekati hasil
parameter sesar hasil modifikasi pengkuran lapangan. Plot deformasi
solusi mekanisme sumber gempa dari dapat dilihat pada Gambar 13 dengan
USGS. Pada Model 3 dilakukan nilai vertical displacement pada
skenario panjang, lebar fault dan slip source modeling adalah 3,44 meter
nya yang dapat dilihat pada Tabel 5 (gambar 12).

Gambar 12. Vertical displacement model 3.

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 33


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

4.2. Ocean Modeling. pusat tsunami berkisar antara 15 - 40


menit, dengan jarak pusat tsunami ke
Hasil ocean modeling memperlihatkan daerah pesisir pantai terdekat sekitar
penjalaran gelombang tsunami dari 240 km. Pengukuran waktu penjalaran
sumber ke segala arah. Simulasi tsunami dimulai ketika pergeseran
dibuat dengan total durasi maksimal 1 patahan terjadi sampai dengan ketika
jam (3600 detik). Durasi 1 jam diambil gelombang tsunami menyapu
dengan asumsi bahwa durasi tsunami kawasan pesisir pantai. Pada simulasi
umumnya tidak kurang dari 1 jam tsunami, hasil penjalaran simulasi
untuk penjalaran tsunami lokal. Dalam mencapai garis pantai Jawa Timur
durasi tersebut dilakukan pencatatan pada menit ke 15 dan menyapu
waktu tiba (arrival time) tsunami dan pesisir pantai Pulau Bali bagian Barat
tinggi elevasi paras muka laut (run up) pada menit ke 40 dapat dilihat pada
pada lokasi-lokasi yang telah Gambar 13.
ditentukan.
Waktu penjalaran gelombang tsunami
Hasil ocean modeling yang sampai ke daratan (arrival time) hasil
ditampilkan di sini adalah hasil simulasi dibandingkan dengan
simulasi dari skenario pembangkitan eyewitness hasil survey yang
tsunami Model 3, menunjukan bahwa dilakukan Tsuji et al (1995) dapat di
waktu penjalaran tsunami dari titik lihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan arrival time hasil simulasi dengan eyewitnes.

Arival time by Arival time


Daerah
eyewitnes Hasil simulasi

Banyuwangi Pancer 46
Lumajang Bambangan 15 – 20 22,05
Malang Ngeliyep 40
Tulungagung Popoh 15 – 20 23,20

Berdasarkan hasil simulasi, waktu tiba tingkat keakuratan pengakuan saksi


(arrival time) gelombang tsunami ada mata masih terbilang kurang akurat.
yang lebih cepat dan lebih lambat dari
waktu tiba saksi mata (eyewitness) hal 4.3. Run up Modeling.
ini terjadi karena beberapa faktor
diantaranya waktu tiba hasil simulasi Run-up modeling dilakukan dengan
menunjukkan waktu tiba saat tsunami melakukan digitasi pada lokasi-lokasi
mencapai pesisir pantai sementara yang telah ditentukan. Adapun lokasi
saksi mata biasanya berada beberapa digitasi pemodelan run-up dalam
meter ke arah dalam pantai atau pun penelitian ini meliputi daerah pesisir
sebaliknya saksi mata pantai Pulau Bali bagian Barat,
memperhitungkan kedatangan Banyuwangi, Jember, Lumajang,
gelombang tsunami saat sebelum Malang, dan Tulungagung dapat
mencapai pesisir pantai, selain itu dilihat pada Gambar 14.
.

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 34


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Gambar 13. Waktu Penjalaran Simulasi Gelombang Tsunami.

Gambar 14. Distribusi run-up tsunami pada area terdampak.

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 35


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Untuk mengetahui kevalidan dari skenario pembangkitan tsunami Model


model maka perlu dilakukan verifikasi 3 yang memenuhi syarat tinggi
dengan data lapangan. Data maksimum run-up mendekati
pengukuran survei lapangan yang pengukuran lapangan yaitu 13,66
digunakan dalam penelitian ini untuk meter pada daerah Rajekwesi.
memverifikasi model adalah hasil Perbandingan tinnggi run-up untuk
pengukuran lapangan yang dilakukan daerah Rajekwesi dari ke tiga model
oleh Tsuji et al (1995). Dari ketiga dapat dilihat pada gambar 15.
model yang diujicobakan hanya

Gambar 15. Diagram perbandingan tinggi run up daerah Rajekwesi.

Dari diagram di atas dapat dijelaskan difokuskan pada skenario


bahwa tinggi run up untuk Model 1 pembangkitan tsunami Model 3.
yakni 1,76 meter selisih 12,14 meter Distribusi tinggi run up tsunami di
dari hasil survey, tinggi run up untuk setiap lokasi sepanjang pesisir pantai
Model 2 yakni 3,72 meter selisih 10,18 di wilayah yang terkena dampak
meter dengan hasil survei, sementara tsunami dan hasil verifikasi tinggi run
untuk Model 3 dengan tinggi run up up pengukuran lapangan (Survei)
13,66 meter hanya selisih 0,33 meter dengan Model 3 dapat dilihat pada
dari hasil survey. Dengan alasan di Tabel 6.
atas maka hasil pemodelan run-up

Tabel 6. Distribusi tinggi run up observasi dan model 3.


Daerah Lokasi Run Up Run Up
Longitude Latitude Survey Model 3
Bali Kuta 115,11468 -8,74173 1,0 1,02921
Soka 114,95551 -8,49468 3,7 1,00504
Pakutatan 114,68265 -8,38239 2,8 2,11361
Banyuwangi Grajagan 114,29610 -8,58452 2,5 3,44855
Lampon Timur 114,13693 -8,60697 9,3 7,60195
Pancer 114,00050 -8,60697 5,7 5,85989
Rajekwesi 113,81859 -8,53960 13,9 13,66417
Jember Bandialit 113,88680 -8,56206 9,9 10,56512
Geten 113,45477 -8,40485 3,1 4,71286
Lumajang Bambangan 112,72714 -8,42731 4,6 5,02330
Malang Ngeliyep 112,20415 -8,31501 4,3 3,35911
Tulungagung Tambakrejo 112,18141 -8,31501 3,7 2,82115
Popoh 113,13643 -8,29255 3,9 5,35162

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 36


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Validasi hasil tinggi run up up maksimum skenario pembangkitan


pengukuran lapangan (survey) tsunami Model 3 adalah mengkuti
dengan Model 3 juga disajikan dalam bentuk grafik hasil pengukuran
bentuk grafik seperti terlihat pada lapangan dengan selisih terkecil tinggi
Gambar 16 Grafik validasi tinggi run run up yakni 0,19 meter.

Gambar 16. Validasi tinggi run up maksimum antara Model 3 dengan survey Tsuji et al
(1995).

4.4. Pengaruh Kedalaman Dasar terbalik dengan kecepatan merambat


Laut Terhadap Tinggi Run up gelombang. Oleh sebab itu, ketika
Tsunami. gelombang mencapai tempat yang
dangkal, tingginya meningkat
Run up tsunami, adalah ujung tsunami sementara kecepatannya menurun.
terjauh yang sampai di pantai. Tinggi
run-up tsunami adalah jarak vertikal Kenaikan run up tsunami ketika
antara ujung tsunami di pantai dengan mencapai dasar laut yang lebih
titik nol muka laut atau mean sea dangkal berlaku juga dalam simulasi
level. Tinggi run up dan tinggi tsunami penjalaran tsunami pada penelitian ini.
bergantung pada karakteristik sumber Lokasi yang di ambil untuk melihat
pembangkit tsunami, morfologi dasar pengaruh kedalaman dasar laut
laut, dan bentuk pantai. terhadap tinggi run-up tsunami adalah
sekitar pusat gempa (A) yang ditarik
Energi dari gelombang tsunami garis lurus ke arah pesisir pantai
merupakan fungsi perkalian antara Rajekwesi (B) dapat dilihat pada
tinggigelombang dan kecepatannya. Gambar 17.
Nilai energi ini selalu konstan, yang .
berarti tinggi gelombang berbanding

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 37


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Gambar 17. Lokasi perhitungan tinggi run up tsunami dengan kedalaman samudera.

Bentuk dan kedalaman dasar laut, lokasi awal pusat gempa. Tinggi
jarak dari lokasi pusat gempa sampai tsunami pada saat mendekati pantai
ke pesisir pantai Rajekwesi serta akan mengalami perbesaran karena
tinggi gelombang tsunami dapat dilihat adanya penumpukan massa air akibat
pada Gambar 18. Dari grafik Gambar adanya penurunan kesempatan
18 (a) dan (b) memperlihatkan penjalaran. Terlihat pada Gambar 19
karakteristik gelombang tsunami (b) tinggi tsunami yang ada di laut
sebagai gelombang perairan dangkal. dalam atau sekitar pusat gempa
Bentuk dasar laut sangat hanya sekitar 0,5 – 3 meter, namun
mempengaruhi ketinggian run up saat mendekati pantai dapat
tsunami, dapat dijelaskan bahwa mencapai tinggi lebih dari 13 meter.
semakin dangkal dasar laut maka run Gambar 19 (c) menggambarkan
up tsunami semakin tinggi. Hal ini cerminan bentuk deformasi yang
menyebabkan ketinggian gelombang terjadi di dasar laut pada muka air
tsunami jauh lebih tinggi ketika laut. Adanya bukit gelombang
mencapai daerah pesisir pantai dari menunjukan dinding patahan yang
pada ketinggian gelombang pada mengalami kenaikan.
Kedalaman (m)

Run Up (m)

Jarak (m) Jarak (m)


A B A (b) B
(a)
BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 38
VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

Tinggi (m)

Jarak (m)
A B
(c)
Gambar 18. Pengaruh morfologi dasar laut terhadap tinggi run-up tsunami
(a) morfologi dasar laut, (b) Tinggi run up tsunami, (c) Bentuk deformasi vertikal muka air laut.

5. Kesimpulan. 10,18 meter dengan hasil survey,


sementara untuk Model 3 dengan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tinggi run up 13,66 meter hanya
pemodelan tsunami Jawa Timur 3 Juni selisih 0,33 meter dari hasil survey.
1994 dapat disimpulkan sebagai Disini model 1 dan model 2 tidak
berikut: memperhitungkan pengaruh gaya
gesek, tekanan hidrostatik terhadap
1. Hasil source modeling tsunami propagasi gelombang tsunami dan
Jawa Timur (1994) menggunakan manning's roughness (koefisien
solusi parameter mekanisme focus kekasaran) sehingga menyebabkan
gempa USGS berupa nilai vertical selisih run-up tsunami antara model
displacement untuk model 1 adalah dan run-up hasil survey lapangan
0,493 meter, model 2 adalah 1,21 teramat besar yaitu >12 m.
meter, dan model 3 adalah 3,44 Sedangkan model 3
meter. memperhitungkan pengaruh gaya
2. Hasil ocean modeling tsunami gesek, tekanan hidrostatik terhadap
Jawa Timur (1994) menunjukkan propagasi gelombang tsunami dan
waktu penjalaran tsunami dari titik manning's roughness, sehingga
pusat tsunami berkisar antara 15 – selisih antara model 3 dan hasil
40 menit. Hasil penjalaran simulasi survey lapangan hanya 0,33 m.
mencapai kawasan Pantai Jawa 4. Bentuk dasar laut sangat
Timur pada menit ke 15 dan mempengaruhi ketinggian run up
menyapu seluruh pesisir pantai tsunami, dapat dijelaskan bahwa
Pulau Bali bagian Barat pada menit semakin dangkal dasar laut maka
ke 40. run up tsunami semakin tinggi.
3. Tinggi run-up untuk Model 1 yakni
1,76 meter selisih 12,14 meter dari
hasil survey, tinggi run up untuk
Model 2 yakni 3,72 meter selisih

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 39


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

6. Saran. 0659, Vol.11, No.2, page: 159-


168.
Adapun saran yang berkaitan dengan
penelitian tsunami di Jawa Timur [4] Shanmugam, G. (2012). O Process
adalah dibutuhkan banyak skenario - sedimentological challenges in
penjalaran tsunami sebagai acuan distinguishing paleo-tsunami
dalam upaya mitigasi bencana deposits. Natural Hazards. 63. 5-
tsunami di Jawa Timur dan 30. 10.1007/s11069-011-9766-z.
Sekitarnya.
[5] Lander, Karen & Bruce, Vicki.
Ucapan terimakasih. (2003). The role of motion in
learning new faces. Visual
Terimakasih kepada Badan Cognition. 10. 897-912.
Meteorologi dan Geofisika yang telah 10.1080/13506280344000149.
memberikan dukungan baik arahan
dan administratif bagi penulis untuk [6] Bock, L. Y. and Prawirodirdjo, J.
dapat terus berkarya dalam publikasi F. (2003). Crustal motion in
ilmiah di bidang tsunami. Indonesia from Global Positioning
System measurements. Journal of
Referensi. Geophysical Research, Vol. 108,
No. B8.
[1] Setyonegoro, W., dkk.. (2012).
Analisis Sumber Gempabumi [7] Geist, Vasily V. Titov, Diego Arcas,
dengan Potensi Tsunami pada Fred F. Pollitz, and Susan L. Bilek,
Segmen Mentawai, Jurnal Implications of the 26 December
Meterologi dan Geofisika (BMKG). 2004 Sumatra-Andaman
Vol.13, No.2, page : 139-138, Earthquake on Tsunami Forecast
2012. ISSN 1411 – 3082. and Assessment Models for Great
Subduction-Zone Earthquakes,
[2] Natawidjaja D, Sieh K, Galetzka J, Bulletin of the Seismological
Suwargadi B, Cheng H Edwards R, Society of America, Vol. 97, No.
Chlieh, M. (2007). Interseismic 1A, pp. S249–S270, January 2007.
deformation above the Sunda
Megathrust recorded in coral [8] Papazachos BC, Scordilis EM,
microatolls of the Mentawai Panagiotopoulos DG, Papazachos
islands, West Sumatra. Journal of CB, Karakaisis GF (2004) Global
Geophysical Research. 112. Relations between Seismic Fault
Parameters and Moment
[3] Wallansha R and Setyonegoro, W. Magnitude of Earthquakes. Greece,
(2015). "Skenario Tsunami Vol. XXXVI. Proceedings of the 10
Menggunakan Data Parameter International Congress,
Gempabumi Berdasarkan Kondisi Thessaloniki, April 2004Th
Batimetri (Studi Kasus: 36(3):1482-1489.
Gempabumi Maluku 28 Januari
2004)"". Jurnal Segara [9] Geist, Eric & Dmowska, Renata.
Kementrian Kelautan dan (1999). Local Tsunamis and
Perikanan (KKP), ISSN: 1907- Distributed Slip at the Source.
Pure and Applied Geophysics. 154.
485-512. 10.1007/s000240050241.

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 40


VOL.3 NO.3 MEI 2022 : 18-41 P-ISSN 2716-0130
Wiko Setyonegoro

island Japan, Inferred from


[10] Abercrombie, Rachel & Antolik, Numerical Simulation, Pure Appl.
Michael & Felzer, Karen & Geophys., 163, 41-54.
Ekström, Göran. (2001). The
1994 Java tsunami earthquake: [16] Setyonegoro, W. (2011). Tsunami
Slip over a subducting seamount. Numerical Simulation Applied to
Journal of Geophysical Research. Tsunami Early Warning System,
106. 6595-6608. Journal of Meteorologi dan
Geofisika (BMKG), Vol.12, No.1,
[11] Tsuji Yoshinobu, Imamura Hal : 21 -32, Mei 2011.
Fumihiko, Matsutomi Hideo,
Synolakis Costas E., Nanang [17] Imamura F, Yalciner AC, Ozyurt
Puspito T., Jumadi, Harada G (2006) Disaster Control
Satoshi, Han Se Sub, Arai Research Center, Tohoku
Ken'ichi, Cook Benjamin. 1995. University., Sendai, Japan.
Field Survey of the East Java Tsunami Modelling Manual.
Earthquake and Tsunami of June http://www.tsunami.civil.tohoku.ac
3, 1994. Pure and Applied .jp/hokusai3/J/projects/manual-
Geophysics, Vol.144, Issue 3-4, ver-3.1.pdf. Print. Off.
pp. 839-854.
[12] Natakusumah, Dantje K &
Kusuma, Muhammad Syahril
Badri & Darmawan, Hendra &
Adityawan, Mohammad & Farid,
Mohammad. (2007). Pemodelan
Hubungan Hujan dan Aliran
Permukaan pada Suatu DAS
dengan Metoda Beda Hingga. ITB
Journal of Sciences. 39. 97-123.
10.5614/itbj.sci.2007.39.1-2.6.

[13] Imamura, Fumihiko, Ahmet


Cevdet Yalciner dan Gulizar
Ozyurt, 2006, “Tsunami Modelling
Manual”, Jepang: Tohoku
University.

[14] Wells, D.L., & Coppersmith, K.J.


(1994). New Empirical
Relationships among Magnitude,
Rupture Length, Rupture Width,
Rupture Area, and Surface
Displacement. Bulletin of the
Seismological Society of America,
84(4). 974-1002.

[15] Nakamura, M. 2006. Source fault


model of the 1771 Yaeyama
Tsunami-Southern of Ryukyu

BULETIN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 41

Anda mungkin juga menyukai