Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2013) 1-5

Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger


Jember
Mughni Cokrobasworo, Kriyo Sambodho dan Haryo Dwito Armono
Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: k_sambodho@oe.its.ac.id

Abstrak Tsunami merupakan salah satu fenomena


alam di lautan yang berbentuk ombak panjang karena
adanya sebuah gempa bumi di lautan, gunung berapi di
laut yang meletus, atau hantaman benda luar angkasa di
laut. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa simulasi
pemodelan kemungkinan terjadinya tsunami yang
berpotensi menerjang kawasan pesisir pantai Puger,
Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tinggi gelombang tsunami dengan mensimulasikan
beberapa titik gempa yang pernah terjadi di perairan
Selatan Pulau Jawa. Data yang didapat berupa data
batimetri, data patahan, dan data survey lapangan.
Pemodelan ini dilakukan dengan memvariasikan lokasi
kedalaman pusat gempa, lebar patahan, dislokasi, dan
geometri patahan. Dari beberapa permodelan simulasi
tsunami tersebut didapatkan tinggi gelombang maksimal
akibat tsunami yang terjadi, yaitu sebesar 4.345 meter
pada menit ke 75 dengan titik pusat gempa di koordinat
49 L 710430.06 m E 8954723.57 m S UTM. Setelah
mencapai bibir pantai, run-up tinggi gelombang tsunami
di darat dapat dihitung dan didapat hasil sebaran
gelombang tsunami di darat sebesar 628.719 m. Sehingga
dapat diketahui daerah yang terancam ataupun daerah
yang aman dari ancaman aliran gelombang tsunami yang
selanjutnya akan dibuat jalur evakuasi. Rute jalur
evakuasi ini diperlukan agar dapat menuntun obyek
evakuasi agar dapat melalui jalur secara optimal dan
tidak terjadi penumpukan
masa yang akan
mengakibatkan kemacetan.

Kata kunci : tsunami, tinggi gelombang maksimum,


run-up, rute jalur evakuasi
I. PENDAHULUAN
Tsunami merupakan salah satu fenomena alam di lautan
yang berbentuk ombak panjang yang ditimbul karena adanya
sebuah gempa bumi lautan, gunung berapi di laut yang
meletus, atau hantaman benda luar angkasa di laut. Tsunami
juga bisa dikatakan sebagai gelombang laut seismik, yaitu
gelombang yang mempunyai periode sangat panjang dan
sulit untuk terpecah. Gelombang jenis ini dapat
menyebabkan timbulnya ombak ombak besar dan
perputaran air di daerah pantai atau pelabuhan yang biasanya
tidak terjadi pada jenis gelombang laut biasa.[1]

Hal yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami


adalah pergeseran lempeng atau biasa dikenal dengan gempa
yang terjadi di dasar laut atau letusan gunung berapi di dasar
laut yang menyebabkan naiknya permukaan air laut dalam
area yang luas. Penyebab yang terjadi karena penjalaran
gelombang dengan periode yang sangat panjang, bahkan
gelombang jenis ini mungkin mempunyai periode gelombang
yang lebih dari satu jam. Tsunami memiliki karakteristik
yang berbeda dengan gelombang pasang (tidal wave) atau
gelombang permukaan (surface wave) yang biasa dijumpai
di pantai. Tsunami bersifat transient dan implusif, artinya
semakin melemah dengan bertambahnya waktu dan
mempunyai umur sesaat. Sedangkan gelombang permukaan
bersifat kontinyu dan berlangsung dalam waktu yang lama
dengan periode gelombang hanya beberapa detik.
Gelombang tsunami yang timbul
juga tidak ada
kaitannya dengan peristiwa pasang surut air laut seperti
ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan
angin, namun gelombang tsunami ini amat berlawanan
dengan gelombang biasa tersebut dikarenakan mempunyai
periode kurang dari satu menit. Gelombang yang
dibangkitkan oleh angin hanya menggerakan partikel air laut
di permukaan air laut bagian atas, namun pada gelombang
tsunami menggerakan seluruh kolom air dari permukaan
sampai mencapai dasar laut.[2]
Indonesia merupakan negara kepulauan yang area
pantainya berpotensi terkena tsunami. Data Tsunami di
Indonesia sejak tahun 1660 sampai 2006 menunjukkan
bahwa telah terjadi setidaknya 21 bencana tsunami yang
diantaranya memakan korban yang tidak sedikit. Walaupun
kejadian di Jember belum ada laporan, namun kejadian akan
terkena tsunami di Jember patut diperhitungkan
kemunginannya, mengingat Jember merupakan area
pemukiman penduduk yang terletak di pinggir pantai.
Bencana ini tidak dapat dicegah atau dihilangkan, tetapi
masih dapat dilakukan studi untuk menghindari dan
mengurangi dampak dari bahaya bencana ini sehingga dapat
mengurangi timbulnya dampak kerusakan dan korban
jiwa.[3] Studi ini mencakup pemodelan numerik tsunami
yang timbul akibat gempa, waktu tiba di pantai dan
perhitungan run-up gelombang tsunami serta pemetaan
sebaran Dari studi ini diharapkan dapat diketahui tinggi
gelombang dan arah rambatan di darat yang terjadi akibat
tsunami, dan dapat diketahui jalur mana yang aman dan
optimal untuk evakuasi, sehingga tidak terjadi kepanikan
yang parah dan mengakibatkan penumpukan masa.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5

II. URAIAN PENELITIAN


A. Studi Literatur
Dalam tugas akhir ini, literatur-literatur yang dipelajari
adalah tugas akhir yang pernah dilakukan sebelumnya dan
jurnal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini serta
buku-buku sebagai tambahan referensi dalam penyelesaian
masalah.
B. Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data
data terlebih dahulu. Data sejarah tsunami di Jawa Timur,
khususnya Banyuwangi. Data yang dipakai adalah data
bathimetri, data patahan berdasarkan sejarah kejadian
tsunami, data topografi serta data sejarah tsunami yang
pernah terjadi di Indonesia. Berikut adalah data-data yang
digunakan untuk penelitian, mencakuo data batimetri dan
sejarah tsunami di Indonesia.

2
Setelah mengumpulkan data sejarah tsunami yang pernah
terjadi, dilakukan simulasi untuk menguji keakuratan source
code TUNAMI dalam memodelkan tsunami.
C. Validasi Data
Dengan menggunakan data parameter dan hasil survey
dari tinggi gelombang tsunami yang pernah terjadi di Pantai
Rejekwesi, Grajagan, Lampon, Geten, Bambangan di
Banyuwangi pada tahun 1994, maka dilakukan tunning untuk
memvariasi parameter patahan yang akan dimasukkan dalam
simualsi.[4]

Gambar 2.2 Peta Pemodelan Awal

Tabel 2.2 Perbandingan Tinggi Gelombang di Daerah


Tujuan

Gambar 2.1 Peta Batimetri Jawa Timur


Tabel 2.1 Sejarah Tsunami Indonesia

364

Hmax (hasil
permodelan)
4.662

Hmax
(Data)
4.6

199

353

3.128

3.1

Rajekwesi

237

340

13.6

13.9

Lampon
Grajagan
west 1
Grajagan
west 2

264

328

1.1038

1.3

291

330

4.34

4.1

292

331

2.296

2.3

NO

Daerah

Bambangan

166

Geten

3
4
5
6

D. Pemodelan Tinggi Gelombang


Setelah malakukan penyesuaian nilai nilai parameter
maka didapatkan data kondisi awal (initial condition)
pemodelan yang nantinya digunakan untuk memvalidasi
pemodelan rambatan tsunami di daerah yang lain. Untuk
melakukan simulasi pada daerah pantai puger diguanakan
data parameter parameter yang telah tervalidasi
sebelumnnya dengan perbedaan yang terletak pada titik
koordinat pusat gempa. Dengan memnsimulasikan melalui
source code TUNAMI, hasil yang keluar kemudian
dimodelkan dan di plot menggunakan software SURFER.[5]

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5


Sehingga didapatkan model tinggi gelombang mulai dari titik
pusat gempa sampai di titik pantai dalam waktu tertentu.

3
Sehingga didapat tinggi gelombang di Pantai Puger dengan
beberapa titik pusat gempa sesuai dengan titik sejarah
gempa.
Tabel 3.1 Tinggi Gelombang yang didapat untuk Titik
Bebrapa Titik Pusat Gempa

No.

Gambar 2.3 Model 3D Wireframe Pembangkitan Gelombang


Tsunami
Dari data tinggi gelombang di bibir pantai yang didapat
maka dilakukan perhitungan run-up tsunami di daratan,
sehingga nantinya dapat diketahui daerah yang aman atau
daerah rawan yang terkena dampak hempasan tsunami.
Setelah itu dapat membuat peta rute jalur evakuasi yang
optimal dan efektif untuk daerah sekitar Pantai Puger.
III. HASIL DAN DISKUSI
Untuk memodelkan tinggi gelombang di Pantai Puger,
digunakan data parameter patahan yang telah tervalidasi.
Kemudian dimodelkan di beberapa titik pusat gempa untuk
memprediksi tinggi gelombang yang terjadi dan mengatahui
tinggi gelombang yang paling besar. Sesuai pada koordinat
49 L 771804.00 m E 9072609.00 m S (UTM).
Dengan mengetahui database dari titik titik kejadian
sejarah gempa yang pernah terjadi di perairan Selatan Jawa
(terutama Jawa Timur) di aplikasi WinITDB, digunakan titik
titik tersebut untuk memodelkan pusat gempa bersarkan
sejarah catatan gempa yang terjadi dengan skala sekitar 5
sampai 10 ricther. Berikut merupakan database kejadian
gempa yang pernah terjadi diperarian Selatan Jawa.

Gambar 3.1 Peta Sejarah Gempa Bumi di Selatan Jawa


Timur

Koordinat pusat
gempa

Tinggi Gelombang
Maksimum

103

250

4.1

125

243

4.3

158

250

1.1

190

264

1.6

294

270

1.3

Dari tabel 3.1 didapat tinggi gelombang yang mencapai


Pantai Puger pada simulasi ke-2 dengan tinggi gelombang di
bibir pantai mencapai 4.3 meter, sedangkan titik gempa yang
menghasilkan tinggi gelombang tersebut di koordinat 49 L
710430.06 m E 8954723.57 m S.
Tabel 3.2 Tinggi Gelombang dalam kurun waktu tertentu

waktu
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120

H
-0.004
-0.004
-0.005
-0.004
0.001
0.257
-2.468
2.901
-0.342
0.603
-4.127
0.503
0.603
1.42
4.345
-0.035
-1.976
0.631
0.63
-3.157
3.182
-2.347
-2.976
-0.704

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5


Grafik 2.2 Perubahan tinggi gelombang terhadap waktu pada
Pantai Puger

= 0.01510
Selanjutnya dilakukan iterasi perhitungan panjang
gelombang tsunami dengan memperhitungkan gravitasi,
periode gelombang dan tinggi gelombang tsunami yang
disimulasikan.

Dengan menerapkan persamaan diatas maka didapat


iterasi beberapa nilai L (panjang gelombang). Nilai L yang
dipakai untuk perhitungan selanjutnya adalah nilai
perhitungan L yang hampir sama atau sama dengan nilai L
pada persamaannya.
Tabel 3.3 Iterasi Nilai Panjang Gelombang (L)

Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa pada menit 40


gelombang telah menyentuh pantai dengan ketinggian 2.9
meter dan mencapai puncaknya pada menit 75 dengan
ketinggian mencapai 4.3 meter.
Setelah melakukan simulasi untuk daerah Pantai Puger
dan telah diketahui tinggi maksimum yang mungkin terjadi
akibat gempa yang menimbulkan tsunami sebesar 4.3 meter.
Setelah tinggi gelombang tsunami di pantai diketahui,, maka
perhitungan untuk mencari sebarapa jauh penjalaran tsunami
run-up di daratan dapat dilakukan. Dengan menggunakan
persamaan segitiga sederhana maka didapat:

L asumsi

7830.455

9.8

1200

4.345

7830.502

7830.458

9.8

1200

4.345

7830.499

7830.461

9.8

1200

4.345

7830.496

7830.464

9.8

1200

4.345

7830.493

7830.467

9.8

1200

4.345

7830.490

7830.470

9.8

1200

4.345

7830.487

7830.473

9.8

1200

4.345

7830.484

7830.476

9.8

1200

4.345

7830.481

7830.479

9.8

1200

4.345

7830.478

7830.482

9.8

1200

4.345

7830.475

7830.485

9.8

1200

4.345

7830.472

7830.488

9.8

1200

4.345

7830.469

7830.491

9.8

1200

4.345

7830.466

7830.494

9.8

1200

4.345

7830.463

7830.497

9.8

1200

4.345

7830.460

7830.500

9.8

1200

4.345

7830.457

7830.503

9.8

1200

4.345

7830.454

Setelah sudut kemiringan pantai diketahhui dan nilai panjang


gelombang diketahui, maka run-up dapat dicari dengan
menggunakan persamaan dengan kemiringan pantai 1/60: [6]
R/H=0.206 (H/L)^(-0.315)
Gambar 3.2 Pengambilan jarak X
x = 264.56 m (garis kuning)
y =4m
maka, tan
tan

=
= 0.0151

Dari hasil perhitungan maka didapat hasil run-up tsunami


di daratan sejauh 628.719 meter.
Dalam penangangan bencana gempa dan tsunami perlu
sebuah efektifitas baik yang sifatnya preventif maupun
korektif. Salah satu antisipasi terjadinya gempa dan tsunami
disepanjang pantai haruslah mengarah kepada antisipatif
dampak bencana, upaya yang dilaksanakan tersebut tidak

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5


cukup hanya dengan mengandalkan pembangunan berupa
infrastruktur.[7] Tapi perlu juga adanya persiapan mengenai
status bangunan pasca gempa, kondisi lapangan secara real,
serta lokasi lokasi yang memungkinkan untuk menjadi
jalur evakuasi pada saat terjadinya tsunami. Dalam kasus ini
peta jalur evakuasi ditinjau berdasarkan kapasitas jalan di
sekitar tempat yang akan dituju. Hal ini akan berpengaruh
terhadap mobilitas dari objek evakuasi yang pada umumnya
dalam keadaan panik akan mencari tempat yang dirasa aman
dari tsunami dan ini akan mengakibatkan penumpukan masa
pada tempat tempat tertentu yang akhirnya malah
mengakibatkan kemacetan.[8]

DAFTAR PUSTAKA
[1]

[2]

[3]

[4]

[5]
[6]

[7]

[8]

Gambar 3.3 Peta Rute Jalur Evakuasi


Pembuatan jalur evakuasi untuk pesisir pantai Puger
dilakukan setelah melihat hasil perhitungan run up tsunami
di darat dan mendapatkan lokasi yang relatif aman terhindar
dari terjangan tsunami. Pembuatan jalur evakuasi di pesisir
pantai Puger didasarkan pada ketinggian di daerah tersebut.
Pembuatan jalur yang sedimikan rupa ini juga didasarkan
agar proses evakuasi dilakukan lebih mudah dan tidak
terpaku pada satu jalur saja yang dikhawatirkan nantinya
akan terjadi penumpukan masa dan kemacetan, karena
berdasarkan hasil survey lapangan bahwa jalan akses
menuju pantai tersebut hanya satu jalur saja, sehingga
dibuatlah jalur alternatif lain agar tidak terjadi kepanikan
yang timbul serta membuat rambu rambu penunjuk jalur
evakuasi yang jelas dan dapat mudah di mengerti masyarakat
sekitar.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kriyo
Sambodho dan Bapak Haryo Dwito Armono selaku dosen
Pembimbing yang telah banyak membimbing dan membantu
dalam pengerjaan riset ini. Serta tidak terlepas dari bantuan
serta dorongan moral maupun material dari banyak pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Taufik. 1999. Perlindungan pantai akibat gelombang


tsunami di Banyuwangi. Tugas Akhir. Ocean
Engineering, Sepuluh Nopember Institut Of Technology.
Surabaya
Sambodho K.. 1997. Penggunaan Metode Numerik
Untuk Memprediksi Penjalaran dan Tinggi Gelombang
Tsunami. Tugas Akhir. Ocean Engineering., Sepuluh
Nopember Institut Of Technology. Surabaya
Marchuk, G. I. and B. A. Kagan. 1989. Dynamics of
Ocean
Tides.
Kluwer
Academic
Publishers.
Netherlands.
Imamura, F. 1995. Tsunami Numerical Simulation
(Numerical Code of Tsunami N1 and N2). School Of
Civil Engineering, Asian Institute Of Technology And
Disaster Control Research Center, Tohoku University.
Japan
Kajiura , K., 1963, The Leading Wave of a Tsunami,
Bull. Earthquake Res. Inst. 41, 535571
Triatmadja, R. 2010. Tsunami Kejadian, Penjalaran,
Daya Rusak, dan Mitigasinya. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta
Pradana, Yusuf A. 2012. Studi Ketahanan Masyarakat
Pesisir Pacitan Terhadap Bencana Tsunami. Ocean
Engineering, Sepuluh Nopember Institut Of Technology.
Surabaya
Tsuji, Yoshinabu, et.al. 1994. Field Survey of The East
Java Earthquake and Tsunami of June 3 1994. PP
Geopg, Vol 144

Anda mungkin juga menyukai