Anda di halaman 1dari 14

Bab 1

Pendahuluan

1.1 latar belakang


Kita sering melihat gelombang laut di pantai. Orang orang senang bertamasya ke pantai
melihat dan menikmati indahnya biru laut dan ombak yang bergulung gulung.
Gerakan permukaan air laut yang turun - naik juga bisa menghibur bagi yang menyaksikannya.
Betapa hebat gelombang laut yang tak henti-henti bergerak.

Berbicara tentang gelombang laut

Bagaimana pendapatmu tentang tsunami, apakah tsunami merupakan bentuk terbesar dari
gelombang laut , yang dapat kita nikmati keindahannya .

Di kesempatan ini saya akan membahas apa itu gelombang laut dan tsunami, serta apa
keterkaitan dan perbedaannya.

1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas yang di berikan, serta untuk menambah wawasan
dan pengetahuan kita seputar gelombang laut dan tsunami.

1
Bab 2

Pembahasan

2.1 Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu dari kata tsu dan nami. Tsu berarti pelabuhan dan
nami berarti gelombang. ”. Menurut Drs. A. Hamid Latunreng dalam sebuah ceramah kuliahnya
menyatakan bahwa Tsu Nami adalah nama seorang ahli geologi Jepang yang mula-mula
mengemukakan teori kejadian gelombang besar ini. Di peta Jepang ada sebuah teluk yang
bernama Teluk Tsunami. Adakah hubungan nama teluk ini dengan peristiwa tsunami yang bila
memasuki perairan teluk gelombangnya menjadi lebih besar? Sejauh ini penulis belum pernah
menemukan sumber yang akurat mengapa gelombang besar yang sering menyusul suatu
gempa ini bernama tsunami. Namun, Jepang memang merupakan salah satu negara kepulauan
yang mencatat gempa terbanyak di dunia sesudah Indonesia. Istilah tersebut kemudian dipakai
oleh masyarakat untuk menunjukkan adanya gelombang laut besar yang disebabkan oleh
gempa bumi. Lebih tepatnya, tsunami diartikan sebagai gelombang laut yang terjadi secara
mendadak yang disebabkan karena terganggunya kestabilan air laut yang diakibatkan oleh
gempa bumi tektonik.

Gelombang tsunami adalah gelombang yang amat besar yang terjadi (biasanya) segera setelah
terjadi gempabumi; khususnya bila episentrumnya terdapat di dasar laut. Namun tidak semua
peristiwa gempa yang episentrum-nya di dasar laut disertai dengan terjadinya gelombang
tsunami. Berikut dimuat kutipan dari tulisan Dr. Anugerah Nontji (1987: Laut Nusantara, hlm. 99
– 104):

Gelombang tsunami merambat (secara radial, dari suatu titik) ke segala arah, dengan kecepatan
yang tergantung pada kedalaman laut. Makin dalam laut makin tinggi kecepatan rambatnya.
Pada kedalaman 5.000 m (kedalaman rata-rata di Samudera Pasifik) kecepatan rambat tsunami
sangat dahsyat mencapai 230 m/detik (= 828 km/jam), pada kedalaman 4.000 m kecepatannya
200 m/detik dan pada kedalaman 40 m kecepatannya 20 m/detik.

Mekanisme Tsunami

Tsunami dapat dibangkitkan oleh berbagai gangguan yang terjadi di dasar laut secara tiba-tiba,
diantaranya adalah gempa bumi tektonik, aktivitas gunung api bawah laut, runtuhan dekat
pantai, ledakan nuklir dibawah laut dan akibat kejatuhan meteor. Dari berbagai penyebab

2
tsunami diatas, gempa bumi tektonik merupakan pembangkit utama gelombang tsunami.
Karakteristik gelombang tsunami meliputi energi, magnitudo, kedalaman pusat gempa,
mekanisme fokus dan luas rupture area.

Secara singkat tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan perioda panjang
yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Perioda
gelombang tsunami berkisar antara 10-60 menit. Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh
gaya impulsif ini bersifat transien atau gelombang yang bersifat sesaat. Gelombang semacam ini
berbeda dengan gelombang-gelombang laut lainnya yang lebih bersifat kontinyu, seperti
gelombang permukaan yang ditimbulkan oleh gaya seret angin atau gelombang pasut yang
ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa. Selain bersifat transien, gelombang tsunami juga
bersifat dispersive. Artinya, periodanya berubah terhadap jarak sumber gangguan impulsif.

Gempa bumi yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami mempunyai persyaratan


karakteristik, yaitu :

1. Magnitude gempanya (M) ≥ 7.0 SR.

2. Kedalaman gempanya (h) dangkal ≤ 60 km.

3. Pusat gempa (episenter) berada di dasar laut.

4. Jenis patahannya adalah normal fault atau thrust fault.

Karakteristik Tsunami, antara lain :

Tinggi gelombang tsunami di tengah lautan mencapai lebih kurang 5 meter. Serentak sampai
pantai tinggi gelombang ini dapat mencapai 30 meter.

Panjang gelombang tsunami (50-200 km) jauh lebih besar dari pada gelombang pasang laut (50-
150 m). Panjang gelombang tsunami ditentukan oleh kekuatan gempa, sebagai contoh
gempabumi tsunami dengan kekuatan magnitude 7-9 panjang gelombang tsunami berkisar 20-
50 km dengan tinggi gelombang 2 m dari permukaan laut.

Periode waktu gelombang tsunami yang berkekuatan tinggi hanya berperiode durasi
gelombang sekitar 10-60 menit, sedangkan gelombang pasang bisa berlangsung lebih lama 12-
24 jam.

Cepat rambat gelombang tsunami sangat tergantung pada kedalaman laut, bila kedalaman laut
berkurang setengahnya, maka kecepatan berkurang tiga perempatnya.

Hubungan Kecepatan Tsunami dengan Kedalaman Laut

3
Apabila sebagian besar laut naik turun secara mendadak, maka air di atasnya akan mengalami
gangguan berupa suatu gelombang yang menyebar ke segala arah. Kecepatan gelombang ini
tergantung dari kedalaman laut dan percepatan gravitasi bumi.

Rumus sederhana dari kecepatan gelombang tsunami adalah :

Dimana:

v : Kecepatan gelombang tsunami

h : Kedalaman pusat gempa

Ditengah lautan dimana kedalaman laut cukup besar, maka kecepatan gelombang juga besar,
demikian pula periode gelombang, sedangkan amplitudonya kecil dan panjang gelombangnya
bisa mencapai puluhan kilometer.

Jika gelombang mendekati pantai dimana kedalaman laut berkurang, kecepatan gelombangnya
pun semakin kecil, tetapi diimbangi dengan berkurangnya periode gelombang dan
bertambahnya amplitudo (tinggi gelombang), sesuai dengan hukum Kekekalan Energi.

Patahan Naik dan Patahan Turun di Dasar Laut

Patahan Naik di Dasar Laut

Apabila Tsunami disebabkan oleh patahan naik maka permukaan air di atas episenter tiba-tiba
terangkat ke atas dan menjalar ke seluruh arah penjalaran

Mekanisme terjadinya Tsunami dengan patahan naik

Patahan Turun di Dasar Laut

Apabila penyebab Tsunami adalah patahan normal (turun) maka permukaan air di atas
episenter turun sesuai dengan ketinggian perubahan dasar laut. Kemudian kembali untuk
mencapai keseimbangan. Dari sini maka terjadi tumbukan partikel air yang menimbulkan energi
yang cukup besar untuk mendorong permukaan air ke segala arah dan lebih cepat dari biasanya

Mekanisme terjadinya Tsunami dengan patahan turun

Magnitude Tsunami

Konsep magnitude tsunami sebagai skala kekuatan relatif dari tsunami dikemukakan pertama
kali oleh ilmuwan Jepang, yang bernama Imamura (1949). Untuk menentukan besarnya
magnitude tsunami menggunakan Skala Imamura, yang diambil dari nama peneliti kali pertama

4
magnitude tsunami. Iida (1970) berdasarkan penelitian yang lebih dahulu dilakukan Imamura,
mendefinisikan magnitude tsunami yang referensinya untuk tsunami di Jepang sebagai:

m = log η

dimana:

m : magnitude tsunami (Imamura)

η : tinggi run-up tsunami (m)

Iida-Imamura (1956) mengestimasikan tingkat skala tsunami berdasarkan tinggi maksimum run-
up tsunami di Jepang, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Skala Magnitude Tsunami

Skala Signifikasi Keterangan

-10

4 η < ½ mη = 1m

η=2m

η = 4-6 m

η =10-20 m

η > 50 m Tsunami kecilTidak ada kerusakan

Rumah rusak sepanjang pantai, kapal terangkat

Beberapa rumah hancur, ada korban jiwa

Area pantai sepanjang 400 km rusak

Lebih dari 500 km sepanjang pantai rusak

Iida (1963) mempelajari sekitar seratus gempa bumi pembangkit tsunami yang terjadi di Jepang
dari tahun 1700 sampai 1960. Tujuan Iida tersebut adalah untuk menyelidiki hubungan antara
magnitude tsunami (m) dengan kedalaman air laut (H) pada episenter dan jarak antara

5
episenter ke tempat observasi magnitude (∆). Secara matematis dapat ditunjukkan dalam
persamaan :

m = a + b log S

dimana:

m : Magnitude tsunami (Imamura)

S : Slope dasar laut ( H / ∆)

a, b : konstanta

Faktor yang mempengaruhi tinggi tsunami:

1. Bentuk pantai

Refraksi adalah transformasi gelombang akibat adanya perubahan geometri dasar laut. Di
tempat di mana terjadi penyempitan maka akan terjadi konsentrasi energi, sehingga tinggi
gelombang di tempat itu akan membesar.

2. Kelandaian pantai

Jarak jangkauan tsunami ke daratan juga sangat ditentukan oleh terjal dan landainya morfologi
pantai, di mana pada pantai terjal tsunami tak akan terlalu jauh mencapai daratan karena
tertahan dan dipantulkan kembali oleh tebing pantai, sementara di pantai landai tsunami
menerjang sampai beberapa kilometer masuk ke daratan. Bila tsunami menjalar ke pantai maka
ia akan mengalami perubahan kecepatan, tinggi dan arah, suatu proses yang sangat kompleks
meliputi shoaling , refraksi, difraksi , dan lain-lain.

Shoaling adalah proses pembesaran tinggi gelombang karena pendangkalan dasar laut. Gempa
bumi biasanya terjadi di dekat pertemuan lempeng benua dan samudera di laut dalam, lalu
menjalar ke pantai yang lebih dangkal. Aliran ini akan teramplifikasi ketika mendekati daratan
akibat efek shoaling.

3. Vegetasi dan struktur penghalang di sekitar pantai

Kekuatan hutan pantai meredam tsunami makin terbukti jika hutan semakin tebal, misalnya
hutan dengan lebar 400 meter dihantam tsunami dengan ketinggian tiga meter maka
jangkauan run up tinggal 57 persen, tinggi genangan setelah melewati hutan pantai tersisa 18
persen, arus tinggal 24 persen.

Difraksi adalah transformasi gelombang akibat ada tidaknya bangunan atau struktur
penghalang. Ini terjadi bila gelombang terintangi sehingga dipantulkan kembali. Suatu

6
bangunan tegak dan padat akan lebih mampu memecah daripada yang miring dan tembus air.
Pembangunan tembok laut (breakwater ) seperti di Jepang, memang efektif menghalangi
terjangan tsunami.

4. Arah gelombang tsunami

Gelombang tsunami yang datang dengan arah tegak lurus dengan pantai tentu akan
menyebabkan tinggi gelombang tsunami lebih tinggi jika dibandingkan tinggi gelombang
tsunami yang datang dengan arah sejajar atau dengan sudut tertentu. Seperti datang dari arah
barat, timur, barat daya ataupun dari arah tenggara.

5. Efek pemantulan dari pulau lain

Gelombang tsunami yang terjadi tidak langsung berasal dari sumbernya, akan tetapi terjadi
karena akibat adanya pemantulan gelombang dari sekitar pulau yang terkena dampak
gelombang tsunami. Hal ini pernah terjadi di pulau Babi, yang mana pulau tersebut diterjang
gelombang tsunami akibat dari pemantulan dari pulau disekitar pulau Babi.

Karena Indonesia berada pada jalur gempa dan jalur volkanik yang aktif, maka catatan-catatan
sejarah telah menunjukkan bahwa peristiwa tsunami sering menimbulkan bencana di pantai-
pantai kita. Sejak letusan Krakatau 1883 hingga sekarang [1987] telah tercatat lebih dari 30
peristiwa tsunami di Indonesia. Dari rata-rata 460 gempa setahun yang tercatat di Indonesia,
kurang lebih 70% merupakan gempa tektonik yang bersumber di bawah dasar laut yang
potensial bisa menimbulkan tsunami.

Korban jiwa yang terbesar karena tsunami di Indonesia adalah yang ditimbulkan oleh letusan
Gunung Krakatau di Selat Sunda 27 Agustus 1883, yang merenggut lebih 36.000 jiwa. [Gempa
dan tsunami Aceh 2004: hampir 100.000 jiwa]. Letusan ini merupakan letusan gunungapi yang
terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah; bunyinya terdengar sampai ke Pulau Rodriguez
1.600 km sebelah timur Madagaskar, atau 4.563 km dari Krakatau. Duapertiga bagian pulau
seluas 5 x 8 km2 yang diterbangkan pada puncak letusan. Tsunami yang ditimbulkan luar biasa
hebatnya. … Di kota Teluk Betung [sekarang kota: Bandar Lampung} tsunami menerjang dengan
gelombang setinggi 20 m dan di Merak sampai setinggi hampir 40 m.

7
2.2 Gelombang laut
Angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama gelombang.
Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca tenang sekalipun dapat menimbulkan riak gelombang.

Gelombang di permukaan laut disebabkan oleh angin. Menurut Helmholtz, “Jika dua massa
benda yang berlainan kepadatannya bergeseran, maka pada bidang pergeseran itu terjadi
gelombang”. Contoh gejala bentuk permukaan bergelombang akibat pergeseran itu terjadi
pada pergeseran air dengan pasir (misalnya di dasar laut dangkal pada zona lithoral), angin
dengan pasir (misalnya di daerah gurun dikenal dengan nama sand-dunes atau gumuk-gumuk
pasir), dan angin dengan air.

Setiap gelombang mempunyai tiga bagian yang penting, yaitu tinggi gelombang, panjang
gelombang dan periode gelombang. Tinggi gelombang adalah jarak vertikal antara titik
terendah lembah gelombang (trough) dengan titik tertinggi puncak/punggung gelombang
(cresh). Panjang gelombang adalah jarak mendatar antara dua puncak gelombang yang
berurutan, sedangkan periode gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak
gelombang yang berurutan untuk melalui suatu titik yang sama (Gambar 1).

Kenampakan gelombang yang seakan berkejaran adalah gejala optik (tipuan pandangan),
layaknya seperti nyala lampu-lampu reklame yang tampak seakan bergerak keliling seputar
papan reklame, di mana sesungguhnya lampu-

lampu itu tetap di tempat. Kenampakan gelombang laut sesungguhnya mirip dengan
gelombang padi sawah yang tampak berkejaran tetapi batang-batang padi tetap di tempatnya.
Gelombang laut berjalan tidak seperti arus laut di mana massa air itu berpindah tempat.
Adapun perpindahan massa air karena gelombang terjadi dalam bilangan beberapa milimeter
atau sentimeter per detik searah dengan arah angin yang membangun gelombang. Sepotong
kayu terapung di muka laut tidak bergerak secepat gerakan gelombang seperti yang terlihat,
tidak sama dengan kecepatan gerak sepotong kayu yang terbawa arus. Perpindahan gelombang
seperti yang terlihat itu adalah perpindahan bentuk gelombang dan energi yang dipindahkan
secara horizontal (Gambar 2 dan 3).

Umumnya, ukuran besar-kecilnya gelombang ditentukan berdasarkan tinggi gelombang. Tinggi


gelombang bisa hanya beberapa milimeter saja, tetapi juga bisa sampai puluhan meter.
Gelombang permukaan laut terbesar di dunia yang pernah diukur ialah 34 meter tingginya;
terdapat di Samudera Pasifik yang diukur oleh kapal Angkatan Laut Amerika “Ramapo”, 3
Februari 1933. (Nonci, 1987: 86). Gelombang yang mencapai tinggi 30 m biasanya mempunyai
panjang dari puncak ke puncak 600 m. Hal itu hanya terjadi pada samudera di daerah lintang
tinggi saat-saat angin taufan besar, pada zona angin siklon. Di zona duldrums (daerah tenang

8
khatulistiwa) seperti misalnya Indonesia, hal itu tidak mungkin terjadi. Di Laut Banda, misalnya,
rata-rata gelombang tertinggi, yaitu 2 m, terjadi pada bulan Juli di pertengahan muson
tenggara.

Ada empat faktor yang menentukan besarnya gelombang di lautan terbuka yang disebabkan
oleh angin; yakni kuatnya hembusan, lamanya hembusan dan jarak tempuh angin (fetch)
menurut luas-tidaknya kawasan laut yang dilaluinya, serta kecepatan dan arah arus dari laut itu
sendiri terhadap arah angin.

Semua gelombang bertingkah laku serupa. Sekali terbentuk, gelombang bergerak keluar dan
menjauhi pusat asal gelombang. Gerak gelombang tetap masih berjalan, meskipun angin
berhenti. Gejala gelombang di waktu angin teduh disebut “deining” atau “alun”. Gelombang
yang disebut alun ini bergerak tenang di kawasan laut dalam, puncak-puncak alun tidak
memecah, tetapi ketika memasuki dasar laut dangkal di mana kedalaman kurang dari seperdua
panjang gelombang, maka alun pun menjadi sangat terjal lalu memecah.

Sifat-sifat gelombang paling dipengaruhi oleh :

- Kecepatan angin.

Makin kencang angin makin besar gelombang yang terbentuk dengan kecepatan yang tinggi
dan panjang gelombang yang besar.

- Waktu (lamanya) hembusan angin.

Semakin lama angin bertiup, kecepatan, panjang dan tinggi gelombang akan semakin
meningkat pula.

- Jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (fetch).

Panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan gelombang untuk terbentuk karena pengaruh
angin. Fetch ini mempengaruhi periode dan tinggi gelombang yang dibangkitkan. Gelombang
dengan periode panjang akan terjadi jika fetch besar/panjang.

Berikut ini skala Beaufort yang dapat digunakan untuk memperkirakan kecepatan angin yang
terjadi di laut :

Skala Beaufort Kategori Satuan dalam km/jam Satuan dalam knots Keadaan di daratan Keadaan
di lautan

9
0 Udara tenang 0 0 Asap bergerak secara vertikal Permukaan laut seperti kaca

1~3 Angin lemah ≤ 19 ≤ 10 Angin terasa diwajah; daun-daun berdesih; kencir angin bergerak
oleh angin. Riuk kecil terbentuk tetapi tidak terpecah; Permukaan laut tetap seperti kaca

4 Angin sedang 20~29 11~16 Mengangkat debu menerbangkan kertas; cabang pohong kecil
bergerak. Ombak kecil mulai memanjang; garis garis buih sering terbentuk

5 Angin segar 30~39 17~21 Pohon kecil berayun; gelombang kecil terbentuk di perairan darat.
Ombak berukuran sedang; buih mulai berarak-arak.

6 Angin kuat 40~50 22~27 Cabang besar bergerak; siulan tergengar pada kabel telepon; paying
sulit di gunakan. Ombak bear mulai terbentuk; buih tipis melebar di puncaknya; kadang-kadang
timbul percikan.

7 Angin ribut 51~62 28~33 Pohon-pohon bergerak; terasa sulit berjalan melawan arah angin.
Laut mulai bergolak, buih putih mulai terbawa angin dan membentuk alur-alur sesuai arah
angin.

8 Angin ribut sedang 63~75 34~40 Ranting - ranting patah; semakin sulit bergerak maju.
Gelombang agak tinggi dan lebih panjang; puncak gelombang yang pecah mulai bergulung; buih
yang terbesar anginnya semakin jelas alur-alurnya.

9 Angin ribut kuat 76~87 41~47 Kerusakan bangunan mulai muncul; atap mulai terlepas; cabang
yang lebih besar patah. Gelombang tinggi terbentuk buih tebal berlajur - lajur; puncak
gelombang roboh bergulung - gulung; percik-percikan air mulai menggangu penglihatan

10 Badai 88~102 48~55 Jarang terjadi di daratan; pohon - pohon tercabut; kerusakan bangunan
yang cukup parah. Gelombang sangat tinggi dengan puncak memayungi; buih yang ditimbulkan
membentuk tampal – tampal buih raksasa yang di dorong angin; seluruh permukaan laut
memutih; golongan ombak menjadi dasyat; penglihatan tergangu.

11 Badai kuat 103~

117 56~63 Sangat jarang terjadi; kerusakan yang menyebar luas Gelombang amat sangat tinggi
(kapal – kapal kecil dan sedang terganggu pandangan

karenanya); permukaan laut penuh tertutupi tampal – tampal putih buih karena seluruh puncak
gelombang menghamburkan buih yang terdorong angin; penglihatan terganggu.

12+ Topan 118 64 Sangat jarang terjadi; kerusakan yang menyebar luas Udara tertutup penuh
oleh buih – buih dan percikan air; permukaan laut memutih oleh percik – percik air yang
terhanyut angin; penglihatan amat sangat terganggu

10
2.3 Perbedaan gelombang laut dan tsunami
Gelombang tsunami berbeda dengan gelombang laut. Gelombang tsunami ditimbulkan oleh
gaya impulsif yang bersifat insidentil dan tidak kontinu. Gelombang laut yang diakibatkan
hembusan angin dan pengaruh pasang-surut air laut biasa hanya berkisar belasan centimeter
hingga satu meter tingginya dari rata-rata muka air laut. Gelombang tsunami ketinggiannya bisa
mencapai puluhan bahkan ratusan meter. Periode gelombang tsunami antara 10 – 60 menit
dengan panjang gelombangnya bisa mencapai 50-200 km. Gelombang pasang bisa berlangsung
lebih lama 12 - 24 jam dengan panjang gelombang mencapai puluhan atau ratusan meter.

Cepat rambat gelombang tsunami sangat tergantung pada kedalaman laut, contohnya tsunami
di laut dalam berkecepatan dahsyat bagai pesawat jet mencapai 400-1000 km/jam. Panjang
gelombang tsunami ditentukan oleh kekuatan gempa, sebagai contoh gempabumi tsunami
dengan kekuatan magnitude 7 Skala Richter panjang gelombang tsunami berkisar 20 - 50 km
dengan tinggi gelombang 2 m dari permukaan laut. Pada kedalaman laut 5.000 m kecepatan
tsunami 800 km/jam, kedalaman 10 m kecepatannya 36 km/jam dan sampai di daratan pantai
mencapai 25 km/jam. Berkurangnya kecepatan tsunami adalah berbanding terbalik dengan
tinggi amplitude gelombang tsunami (run up) yang kian bertambah memasuki daratan pantai.

Ditengah lautan, tinggi gelombang tsunami hanya sekitar 5 meter, namun ketika mencapai
pantai tinggi gelombangnya bisa sampai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air.
Tsunami akan merayap jauh masuk ke daratan dengan jangkauan 500 meter dari garis pantai.
Dengan kecepatan terendah tsunami masih sanggup menjebol infrastruktur jalan, tiang listrik,
jembatan, perumahan, perhotelan dan gedung kontruksi kuat.

Gelombang balik tsunami (run-down) bisa berbahaya juga dengan kemampuannya menyeret
surut segala sesuatu kembali ke laut. Tubuh-tubuh yang selamat terombang-ambing selama
beberapa hari di lautan lepas, dan orang-orang yang disinyalir hilang sebagian besar dipastikan
mati tenggelam tak berbekas. Tsunami begitu perkasa menggerakkan seluruh kolom air beserta
butiran pasir dari dasar laut hingga ke permukaan dan pesisir pantai. Seluruhnya tersuspensi
hingga mengubah warna air laut yang asalnya biru menjadi hitam pekat dengan disertai
perubahan komposisi kimia.

11
2.4 Keterkaitan antara gelombang laut dan tsunami
Walaupun berbeda, gelombang laut atau ombak, dan tsunami . Keduanya termasuk dalam
gelombang.

Maka dari itu beberapa sifat gelombang tidak hanya terdapat pada gelombang laut namun juga
pada gelombang tsunami seperti :

gelombang bergerak keluar dan menjauhi pusat asal gelombang. Gerak gelombang tetap masih
berjalan, meskipun angin berhenti.

12
Bab 3

Penutup

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas dapat saya tarik kesimpulan Perbedaan gelombang yang
dibangkitkan oleh angin dengan tsunami terdapat pada sifat dan periode (skala waktu) yang
terjadi, seperti yang telah dijelaskan diatas.

Gelombang yang dibangkitkan oleh angin bersifat positif dengan periode 0 sampai 15 detik.
Sedangkan tsunami bersifat negatif karena merusak dengan periode 5 sampai 60 menit.

3.2 Saran
untuk teman – teman sebaiknya kita meningkatkan pengetahuan kita.

Kenali perbedaan ombak dan tsunami,kenali gejala gejala tsunami .

13
Daftar Pustaka

Taufiqabd.blogspot.in/2016/06/oceanografi-makalah-perbedaan.html?m=1

https://supriyadi02.wordpress.com/2010/07/03/4/

one2land.wordpress.com/2010/01/22/gelombang-laut-tsunami-dan-gerakan-tektonik-
lempeng/

14

Anda mungkin juga menyukai