Anda di halaman 1dari 4

Ceramah

TSUNAMI

Nama: Ratna Rafida Selasih

Kelas: XI IPS 2

No. Absen: 27

Definisi Umum

Tsunami berasal dari bahasa Jepang Tsu artinya pelabuhan dan nami artinya gelombang laut. Dari kisah
inilah muncul istilah tsunami. Awalnya tsunami berarti gelombang laut yang menghantam pelabuhan.

Tsunami menurut BNPB (2011) adalah serangkaian peristiwa bersamaan antara gelombang dan ombak
laut sehingga menimbulkan pergeseran lempeng di dasar laut sebagai bentuk akibat dari gempa bumi
yang sebelumnya terjadi.

Tsunami menurut Bakornas PB (2007) adalah gelombang lautan dengan periode yang panjang, biasanya
hal tersebut ditimbulkan dari gangguan impulsif dari dasar laut. Kondisi ini melihat zona laut yang
memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya.

Tsunami menurut Puspito (2010) adalah gelombang laut yang disebabkan karena gempa dasar laut
sehingga mencapai ketinggian satu meter bahkan hingga puluhan meter di garis dari pantai. Hal inilah
seringkali mengakibatnya bahwa bencana ini lebih banyak mendaatkan dampak kematian lebih besar di
bandingkan dengan bencana lainnya.

Tsunami menurut Wikipedia adalah perpindahan air yang disebabkan adanya perubahan permukaan
dasar laut secara vertikal secara tiba-tiba. Sehingga menyebabkan hantaman keras di dasar laut,
membentuk gempa bumi, yang akhirnya air yang ada di dalamnya akan terbawa keluar dari dasar laut ke
permukaan laut.

Tsunami menurut Anonim (2013) adalah gelombang yang datang dengan kuat serta bercepatan tinggi
sehingga menyeyababkan kerugain bagi mahluk hidup yang ada di dalam bumi. Baik kerugikan material
atupun kerugian dalam segi imaterial. Oleh karena itulah setiap wilayah sangat menakuti bencana jenis
ini.

Tsunami menurut Musashiazka (2014) adalah gelombang air laut yang tidak wajar dari biasanya, hal ini
biasanya dikarenakan adanya pergeseran lempeng pada belahan bumi, gempa, dan lain sebaginya. Yang
kesemuanya dianggap sebagai akibat kerusakan yang terjadi di alam.

Isi
Tsunami adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang, terdiri dari dua kata “tsu” dan “nami”, yang
masing-masing berarti “pelabuhan” dan “gelombang”. Sedangkan, ilmuwan mengartikannya sebagai
“gelombang pasang” (tidal wave) atau gelombang laut akibat gempa (seismic sea waves).

Tsunami adalah gelombang laut besar yang datang dengan cepat dan tiba-tiba menerjang kawasan
pantai. Gelombang tersebut terbentuk akibat dari aktvitas gempa atau gunung merapi yang meletus di
bawah laut. Besarnya gelombang tsunami menyebabkan banjir dan kerusakan ketika menghantam
daratan pantai.

Tsunami dapat dipicu oleh gangguan pada dasar laut yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar
air. Peristiwa-peristiwa yang dapat menyebabkan perpindahan air seperti ini meliputi gempa bumi
bawah laut, longsor yang terjadi di dasar laut, jatuhnya benda ke dalam air seperti letusan gunung,
meteor, atau ledakan senjata.

Pemicu paling umum adalah gempa bumi yang mengakibatkan sekitar 80%–90% dari seluruh tsunami.
Gempa yang paling berpotensi menimbulkan tsunami adalah gempa yang terjadi pada zona penunjaman
(daerah pertemuan dua lempeng yang membenamkan salah satu lempeng tersebut) yang dangkal.
Namun, tidak semua gempa seperti ini menyebabkan tsunami. Biasanya, hanya gempa berkekuatan di
atas 7,0 skala magnitudo momen yang memiliki potensi ini. Semakin kuat suatu gempa, semakin besar
pula peluang tsunami yang disebabkan oleh gempa tersebut. Selain paling umum, tsunami seperti ini
adalah satu-satunya yang dapat bertahan jauh (termasuk menyeberangi samudra) sehingga
membahayakan daerah yang lebih luas. Tsunami Samudra Hindia 2004 merupakan contoh tsunami
seperti ini, dipicu oleh gempa bermagnitudo 9,1 dan merupakan tsunami paling mematikan dalam
sejarah.

Penyebab umum lainnya adalah tanah longsor, baik yang terjadi di bawah laut maupun yang terjadi di
daratan tetapi memindahkan material seperti bebatuan ke laut. Karena longsor bawah laut sering terjadi
akibat gempa, longsor dapat memperparah gangguan pada air setelah gempa. Fenomena ini dapat
menyebabkan tsunami bahkan pada gempa dengan kekuatan yang biasanya tidak menyebabkan
tsunami (seperti gempa yang bermagnitudo sedikit di bawah 7,0), atau menyebabkan tsunami yang
lebih besar dari perkiraan berdasarkan kekuatan gempa. Contohnya, gempa bumi Papua Nugini 1998
hanya bermagnitudo sedikit di atas 7,0, tetapi menghasilkan tsunami besar dengan tinggi maksimum 15
meter. Contoh longsor daratan yang menyebabkan tsunami adalah tsunami Alaska.

Penyebab tsunami lainnya adalah aktivitas vulkanik, terutama dari gunung berapi yang berada di dekat
atau di bawah laut. Umumnya, aktivitas vulkanik menyebabkan naik atau turunnya bibir gunung berapi,
memicu tsunami yang mirip dengan tsunami gempa bumi bawah laut. Namun, dapat juga terjadi letusan
besar yang menghancurkan pulau gunung berapi di tengah laut, menyebabkan air bergerak mengisi
wilayah pulau tersebut dan memulai gelombang besar. Contoh tsunami akibat letusan besar seperti ini
adalah tsunami letusan Krakatau 1883, yang mengakibatkan tsunami setinggi lebih dari 40 m.

Selain penyebab-penyebab di atas, ada penyebab tsunami yang lebih langka, di antaranya benturan
benda besar ke dalam air akibat ledakan senjata atau kejatuhan meteor. Benturan ini memicu
gelombang air, dan tsunami yang dihasilkannya memiliki karakteristik fisika yang mirip dengan tsunami
letusan gunung berapi.

Pembentukan tsunami terjadi saat dasar laut permukaannya naik turun di sepanjang patahan selama
gempa berlangsung. Patahan tersebut mengakibatkan terganggunya keseimbangan air laut. Patahan
yang besar akan menghasilkan tenaga gelombang yang besar pula. Beberapa saat setelah terjadi gempa,
air lalu surut. Setelah surut, air laut kembali ke arah daratan dalam bentuk gelombang besar. Selain itu,
pembentukan tsunami juga disebabkan oleh letusan gunung merapi di dasar lautan. Letusan tersebut
menyebabkan tingginya pergerakan air laut atau perairan disekitarnya. Semakin besar tsunami, makin
besar pula banjir atau kerusakan yang terjadi saat menghantam pantai.

Kecepatan gelombang tsunami lebih besar dari gelombang normal pada umumnya, yakni dapat melaju
hingga 700 Km/Jam, hampir setara dengan laju pesawat terbang. Kecepatan tersebut akan menurun
saat gelombang tsunami memasuki lautan dangkal, tetapi tinggi gelombang justru semakin bertambah.
Tinggi gelombang tsunami umumnya 50 sampai 100 meter dan menyebar ke segala arah. Selain itu,
ketinggian gelombang tsunami dipengaruhi juga oleh bentuk pantai dan kedalamannya. Gempa bumi di
dasar lautan sangat berpotensi untuk menciptakan tsunami yang berbahaya bagi manusia.

Gangguan yang terjadi di tengah laut menyebar sebagai gelombang. Seperti gelombang pada umunya
(termasuk gelombang air di kolam atau ombak di pantai), gelombang tsunami memiliki fase "bukit" dan
"lembah", panjang gelombang, periode, dan kecepatan. Namun gelombang tsunami memiliki perbedaan
besar daripada gelombang ombak biasa. Tak seperti ombak biasa yang energinya berasal dari angin,
gelombang tsunami bisa terus bertahan karena gaya gravitasi bumi yang menarik air untuk kembali ke
kesetimbangannya.

Saat gelombang tsunami mendekati pantai, kecepatan gelombang menurun akibat gesekan dengan
dasar laut. Pada frekuensi tetap, panjang gelombang berbanding lurus dengan kecepatan sehingga
gelombang tsunami memendek. Selain itu, karena tsunami menjangkau hingga dasar laut, saat laut
menjadi dangkal, energi yang sebelumnya tersebar jauh hingga ke bawah mulai berpindah ke atas.
Berpindahnya energi ini meningkatkan amplitudo atau tinggi gelombang. Alhasil, saat mendekati pantai,
energi tsunami menjadi jauh lebih padat baik secara horizontal (akibat berkurangnya panjang
gelombang) dan secara vertikal (akibat berkurangnya kedalaman air dan meningkatnya
amplitudo).Akibat yang lain adalah gradien atau kemiringan air menjadi jauh lebih curam.

Sisi positif pertama dari dampak tsunami terciptanya lapangan pekerjaan bagi yang masih hidup.
Lapangan kerja yang lama mungkin saja kosong, setelah penghuni sebelumnya misalnya meninggal
karena tsunami. Dalam psikologis dampak tsunami dapat menjalin kerjasama dan bahu-membahu untuk
menolong korban bencana.

Penutup
Tsunami memang telah menjadi salah satu bencana yang menyebabkan kerusakan besar bagi manusia.
Kerusakan terbesar terjadi saat tsunami tersebut menghantam permukiman penduduk sehingga
menyeret apa saja yang dilaluinya.

Oleh sebab itu, kita harus selalu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi bencana ini. Namun, kita
tidak perlu terlalu khawatir karena tidak semua tsunami membentuk gelombang besar. Selain itu, tidak
semua letusan gunung merapi atau gempa yang terjadi diikuti dengan tsunami.

Anda mungkin juga menyukai