Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUGAS BESAR

MATA KULIAH PROSES PANTAI (KL3251)

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI MUARA BETING, KEC.


MUARA GEMBONG, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT

Disusun Oleh:
Rakha Aryaputra Zulfian 120300025
Satria Ramadhan 120300089

PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2023
BAB I
LATAR BELAKANG

Laut Jawa adalah perairan dangkal dengan luas kira-kira 310.000 km2 di antara Pulau
Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan Sulawesi di gugusan kepulauan Indonesia. Laut ini relatif
muda, terbentuk pada Zaman Es terakhir (sekitar 12.000 tahun Sebelum Masehi) ketika dua
sistem sungai bersatu. Di barat lautnya, Selat Karimata yang menghubungkannya dengan Laut
Tiongkok Selatan. Laut Jawa ini berukuran sekitar 900 mil (1.450 km) timur-barat dan 260 mil
(420 km) utara-selatan serta menempati total luas permukaan 167.000 mil persegi (433.000 km
persegi). Laut ini mencakup bagian selatan Paparan Sunda seluas 690.000 mil persegi
(1.790.000 km persegi). Laut dangkalnya memiliki kedalaman rata-rata 151 kaki (46 meter).
Pantai Muara Beting sendiri beralamat di Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi,
Jawa Barat. Anda bisa mengunjungi obyek wisata pantai di Bekasi satu ini menggunakan
kendaraan dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan. Jarak Pantai Muara Beting dari pusat
kota Bekasi kurang lebih 59 km.. Suasana Pantai Muara Beting ini masih sangat sunyi dan sepi.
Pantai Muara Beting memiliki pasir yang kecoklatan dan halus. Banyak terdapat kerang-kerang
putih di pesisir pantainya. Airnya di sepanjang pantai tidaklah jernih dan biru, namun airnya
berwarna kecoklatan, namun jika Anda mencoba menaiki perahu hingga sampai di tengah
lautnya, Anda akan melihat air lautnya yang biru. Terlihat perbedaan warna air laut antara di
pesisir pantainya dan ditengah lautnya.
Pantai Muara Beting memiliki suasana udara laut yang segar juga pemandangan sekitar
yang menenangkan. Anda juga bisa menyusuri kawasan hutan mangrove yang berada tak jauh
dari bibir pantai. Di daerah pantai ini, tanaman mangrove tumbuh dengan suburnya. Ada juga
ranting-ranting pepohonan yang sudah cukup tua, mati, namun hal itu menambah keindahan
pada pantai tersebut. Selain hutan bakau, Ombak di pantai muara beting ini tidak terlalu besar
dan tidak terlalu kecil. Ombaknya juga tidak membakan pengunjung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Windrose
Windrose adalah alat grafis yang digunakan oleh ahli meteorologi untuk memberikan
gambaran kecepatan dan arah angin yang biasanya terdapat di lokasi tertentu. Windrose dapat
meringkas jumlah data yang sangat banyak ke dalam sebuah diagram. Dimana diagram
windrose merupakan cara yang umum untuk menggambarkan data angin, yang dapat diukur
dengan speed distribution dan frequency distribution. Windrose akan menunjukkan frekuensi
dari mana angin bertiup dan panjang tiap kriteria yang mengelilingi lingkaran dapat diartikan
sebagai frekuensi waktu dimana angin bertiup dari arah tertentu. Data yang terdapat di windrose
dapat berupa data tahunan, atau pada rentang waktu tertentu.
2.2. Fetch
Fetch adalah daerah pembangkit gelombang laut yang dibatasi oleh daratan yang
mengelilingi laut tersebut. Daerah fetch adalah daerah dengan kecepatan angin konstan.
Sedangkan jarak fetch merupakan jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup
(Wakkary, 2017).
Penentuan titik fetch diambil pada posisi laut-dalam mendekati lokasi perairan yang ditinjau.
Hal ini karena gelombang yang dibangkitkan oleh angin terbentuk di laut dalam suatu perairan,
kemudian merambat ke arah pantai dan pecah seiring dengan mendangkalnya dasar perairan di
dekat pantai (Nurisman & Tarigan, 2021). Panjang fetch efektif ditentukan melalui persamaan
berikut :
Σ Xi Cosα
Feff = Σ Cosα

Feff = Panjang fetch efektif (km).


Xi = Panjang fetch untuk setiap arah mata angin selang 5° (m)
α = Sudut antara arah yang diukur dengan garis fetch (°)
2.3. Peramalan Gelombang
Pencatatan gelombang dapat dilakukan dengan peralatan sederhana yang berupa
pengamatan naik-turunnya muka air yang berurutan pada papan duga dan stop watch atau
menggunakan pencatatan gelombang otomatis seperti wave rider, capitance gage, wave
preassure gage, dan alat sejenis lainnya.
Pengamatan gelombang menggunakan cara tesebut tidak memberikan hasil yang teliti
serta tidak bisa memberikan data gelombang yang berurutan. Cara tersebut menjadi semakin
sulit dilakukan jika terjadi gelombang yang besar (badai), karena berkaitan dengan keselamatan
pengamat. Mengingat sedikitnya data gelombang yang ada di Indoncsia, maka untuk kcperluan
perencanaan bangunan pantai sering menggunakan peramalan gelombang atau hindcasting
berdasarkan data angin. Melalui cara ini, pencatatan angin menjadi mudah serta ekonomis dan
sudah banyak dilakukan di Indonesia.
Hindcasting adalah teknik peramalan gelombang yang akan datang dengan menggunakan
data angin dimasa lampau. Data angin dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi dan
periode gelombang di laut. Terjadinya gelombang di laut paling dipengaruhi oleh tiupan angin
(Mulyabakti, 2016).
Data-data yang dibutuhkan untuk meramal tinggi gelombang terdiri dari data angin yang
telah dikonversi menjadi wind stress factor (UA) dan panjang fetch efektif (Irwan, 2022).
2.4. Refraksi
Refraksi Gelombang Refraksi adalah bergeraknya gelombang menuju pantai yang
mengalami proses perubahan garis puncak gelombang dan berusaha sejajar dengan kontor garis
pantai. Garis ortogonal gelombang membelok dalam arah menuju tegak lurus garis kontur .
2.5. Gelombang Pecah
Penjalaran gelombang laut menuju pantai mengalami perubahan bentuk karena terjadi
perubahan kedalaman laut. Pengaruh perubahan kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman
lebih kecil dari setengah kali panjang gelombang. Di laut dalam profil gelombang adalah
sinusoidal, semakin menuju ke perairan yang lebih dangkal, puncak gelombang semakin tajam
dan lembah gelombang lebih datar (Triatmodjo, 1999).
Gelombang pecah dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu, spilling, plunging, dan surging
(Triatmodjo, 1999).
1. Spilling Jika gelombang dengan kemiringan kecil menuju pantai yang landai biasanya
terjadi spilling. Gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dan berangsur
angsur. Buih terjadi pada puncak gelombang pecah dan meninggalkan suatu lapis tipis
buih pada jarak yang cukup panjang.
2. Plunging Jika kemiringan gelombang dan dasar bertambah, gelombang akan pecah dan
gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak gelombang akan terjun
kedepan.
3. Surging Terjadi pada pantai dengan kemiringan curam seperti pada pantai berkarang.
Daerah gelombang pecah sangat sempit, dan sebagian besar energy dipantulkan
kembali ke laut dalam. Jenis ini mirip seperti plunging, tetapi sebelum puncaknya
terjun, dasar gelombang sudah pecah.
Gambbar 2.1 Tipe Gelombang Pecah
2.6. Transpor Sedimen
Transpor sedimen pantai adalah gerak sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh
gelombang dan arus. Daerah transpor sedimen pantai ini terbentang dari garis pantai sampai
tepat di luar daerah gelombang pecah.
Transpor sedimen pantai dibedakan menjadi dua macam (Triatmodjo, 1999), yaitu tranpor
menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore transport) yang mempunyai arah rata-rata
tegak lurus garis pantai, sedangkan transpor sepanjang pantai (longshore transport) mempunyai
arah rata-rata sejajar pantai. Metode yang digunakan pada kali ini yaitu caldwaell, tanaka,
komar, dan CERC
BAB III
METODOLOGI

3.1. Lokasi Pengambilan Data


Lokasi pengambilan data di Pantai Muara Beting Kec. Muara Gembong, Kabupaten
Bekasi, Jawa Barat Pengambilan data terletak pada kordinat 107,3° bujur timur dan 5,94°
lintang selatan. Terpilihnya lokasi tersebut dikarenakan lokasi tersebut adalah tempat wisata
yang masih jarang dikunjungi oleh wisatawan lokal dan juga adanya sedimentasi yang
dipengaruhi oleh laut dan juga dipengaruhi oleh sungai karena lokasi pantai tersebut
bersebelahan dengan muara.

Gambar 3.1.1. Lokasi Pengambilan Data


3.2. Rancangan Pengambilan dan Pengolahan Data
Pengambilan data dan Pengolahan data yang tepat dan teliti merupakan poin penting
sebelum menganalisa perubahan garis pantai yang terjadi pada lokasi yang ditentukan. Sebagai
Teknik Kelautan pengambilan dan pengolahan data merupakan pekerjaan yang umum
dilakukan. Pada umumnya pengambilan data dilakukan dengan melaksanakan survei dan juga
pengukuran lapangan secara langsung, dan dibutuhkan waktu tahunan dalam mengambil data
tersebut. Dikarenakan tujuan dari tugas besar ini adalah melatih dan memperkuat kemampuan
mahasiswa Teknik Kelautan 2020 yang sedang mengambil mata kuliah proses pantai untuk
menganalisa dan mengolah data dalam mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari sejauh ini,
dalam hal ini adalah studi kasus perubahan garis pantai.
Adapun dalam tugas besar analisa perubahan garis pantai ini Mata Kuliah Proses Pantai
ini diminta untuk menemukan, mengolah dan meneliti data antara lain:
1. Mendefinisikan area geografis yang dicakup dengan data dari Batimetri Nasional untuk
survei bawah laut dan perubahan garis pantai yang dipengaruhi oleh kontur perairan
dibawahnya.
2. Mengolah data angin atau Hindcasting dalam 1 tahun menjadi Windrose dan juga Fetch
efektif.
3. Mengolah data Hindcasting menjadi perhitungan refraksi dan perhitungan gelombang
pecah beserta tipe gelombangnya.
4. Mengolah data untuk perhitungan Transpor Sedimen dan pembuatan model garis pantai
beserta analisanya.
3.3. Metodologi Pengolahan Data
3.3.1. Hindcasting
Adapun langkah kerja yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam mengerjakan
hindcasting antara lainnya:
1. Pertama melakukan download data di ECMWF, kemudian masuk kemenu ERA5
hourly data on single levels from 1940 to present. Kemudian pilih variabel data
yang akan di ambil, pilih tahun, dan memasukan titik kordinat lokasi data yang akan
di ambil. Setelah itu submit form dan tunggu hingga data terdownload.

Gambar 3.3.1.1. Membuka ECMWF untuk mengunduh data


2. Kemudian membuka data yang telah di download dari ECMWF menggunakan
ODV (Ocean Data View)

Gambar 3.3.1.1. Mengolah data menggunakan ODV (Ocean Data View)


3. Setelah itu data di export lalu pilih menu station data kemudian klik ODV
spreadsheet file, kemudian simpan kedalam folder

Gambar 3.3.1.3. Export data yang telah di olah pada ODV


4. Kemudian merapihkan data di excel sebelum di olah kedalam WRPLOT dengan
cara mengambil data latitude, longitude, u 10m dan v10m.

Gambar 3.3.1.4. Merapihkan exel


5. Kemudian olah data angin 1 tahun tersebut kedalam WRPLOT, buka software
WRPLOT dan tentukan berapa arah mata angin yang ingin digunakan.

Gambar 3.3.1.5. Membuka WRPLOT dan tentukan arah mata angin


6. Kemudian Import data angin 1 tahun tersebut, dan sesuaikan data yang dibutuhkan
dalam WRPLOT dengan data yang ada didalam excel. Dan juga tentukan informasi
mengenai stasiun, longitude, latitude, time zone, dan data lain. Kemudian di Import
menjadi bentuk SAMSON atau SAM.

Gambar 3.3.1.6. Import data angin 1 tahun dan sesuaikan data


7. Kemudian Import data yang sudah berbentuk SAMSON pada tahap sebelumnya di
Met Data Information lalu kita sudah mendapatkan Windrose dari data angin di
lokasi yang sudah ditentukan. Lalu kita export data yang didapatkan dari WRPLOT
yaitu distribusi frekuensi dan perhitungan frekuensinya.

Gambar 3.3.1.7. Hasil Windrose


3.3.2. Fetch
Adapun langkah kerja yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam mengerjakan fetch
efektif antara lainnya:
1. Buka ArcGIS untuk pengolahan data angin menjadi fetch. Buka new file dan pilih
Blank map pada fitur yang tersedia.

Gambar 3.3.2.1. Membuka ArcGIS dan pilih blank map


2. Kemudian add data dan masukkan file batimetri nasional zona UTM 48S dan shp
Indonesia. Ubah warna Batimetri menjadi warna yang lebih mudah terlihat dan
tambahkan data titik pusat pengambilan fetch yang sudah didapat dan diolah dengan
microsoft excel.

Gambar 3.3.2.2. Memasukkan Batimetri Zona UTM 48S dan SHP Indonesia
3. Kemudian buka menu catalog dan tambahkan file layer dalam bentuk shp baru
didalam folder penyimpanan yang diinginkan. Lalu berikan nama file atau layer
yang kita inginkan. Dan tentukan nama layer dan ubah bentuk layer menjadi
polyline.
Gambar 3.3.2.3. Membuat layer fetch
4. Kemudian buat garis fetch menggunakan polyline dan buat arah fetch terlebih
dahulu dengan 8 arah mata angin pada 0˚, 45˚, 90˚, 135˚, 180˚, 225˚, dan 270˚.

Gambar 3.3.2.4. Membuat garis fetch sesuai dengan arah mata angin
5. Lalu buat garis fetch sesuai dengan arah mata angin dengan jarak 5˚, jika searah
dengan arum jam sebagai contoh maka akan menjadi timur laut +5,+10,+15 dan
seterusnya. Lalu jika sudah menambahkan seluruh garis fetch lalu garis tersebut
dikelompokan sesuai dengan kelompok arah mata anginnya dan diberikan warna
agar memudahkan dalam membedakan arah garis fetch tersebut.
Gambar 3.3.2.5. Membuat garis fetch
6. Kemudian kalkulasi panjang fetch dengan membuka menu attributes table dan
calculate geometry untuk mencari panjang fetch dengan panjang maksimal adalah
200 km sesuai dengan yang sudah ditentukan. Lalu pindahkan hasil dari fetch
tersebut kedalam excel untuk mencari fetch efektif nya.

Gambar 3.3.2.6. Kalkulasi panjang fetch dan pindahkan ke excel


7. Kemudian pindahkan attributes table yang sebelumnya ada di ArcGIS kedalam
Excel dan olah data tersebut menjadi fetch efektif dengan menghitung dengan radian
dan cos dari derajat di arah dominan yang kita miliki berdasarkan windrose dan
didapatkan fetch efektif dalam kilometer dan meter.
Gambar 3.3.2.7. Memasukkan kedalam excel dan mengolah menjadi fetch efektif
8. Kemudian olah data untuk mencari H0 dan T0 dan setelah mendapatkan keduanya
bisa dilanjut untuk mengolah menjadi Hrms dan H0 1/3 dan Trms dan T0 1/3 dari
fetch arah dominan yang kami miliki.

Gambar 3.3.2.8. Mengolah data H0, T0, Hrms, H0 1/3, Trms dan T0 1/3
3.3.3. Refraksi
Adapun langkah kerja yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam mengerjakan
refraksi antara lainnya:
1. Membuka ArcGIS dan pilih blank map untuk membuat kontur melalui ArcGIS.

Gambar 3.3.3.1. Membuka ArcGIS


2. Kemudian Add Data dan masukan file Batimetri Nasional zona UTM 48S

Gambar 3.3.3.2. Add Data Batimetri Nasional


3. Kemudian ke menu pencarian atau search dan cari menu Contour dan pilih fitur
Contour (Spatial Analyst). Lalu masukan input raster sesuai file atau layer batimetri.

Gambar 3.3.3.3. Membuka fitur Contour (Spatial Analyst)


4. Kemudian tunggu sampai kontur selesai terproses, lalu export data menjadi CAD
atau DWG. Lalu setelah selesai dirubah menjadi DWG, masuk kedalam AutoCAD
untuk memproses kontur tersebut dan membuat refraksi.

Gambar 3.3.3.4. Merubah Kontur menjadi DWG


5. Kemudian masuk kedalam AutoCAD dan membuat garis arah gelombang datang
dengan di sesuaikan dengan arah angin dominan menggunakan menu line. Tarik
garis dari kontur kedalaman 30m menuju kedalam 25m.

Gambar 3.3.3.5. Membuat garis arah gelombang


6. Membuat garis sudut 900 dari garis gelombang datang yang menabrak kontur.
Kemudian liat sudut datang yang dihasilkan antara kontur dengan garis 900 tadi
menggunakan menu dimangular untuk mendapatkan nilai a0

Gambar 3.3.3.6. Membuat garis sudut dari gelombang datang


7. Kemudian memasukan nilai a0 ke tabel perhitungan exel perhitungan refraksi untuk
mendapatkan nilai aderajat atau sudut keluarnya.

Gambar 3.3.3.7. Mengolah nilai a0 ke excel perhitungan refraksi


8. Setelah mendapatkan sudut keluarnya gambar kembali di autocad menggunakan
menu line dan di cek menggunakan dimangular. Lalu membuat garis kembali
dengan sudut 900 dari sudut keluar hingga menabrak kontur selanjutnya.

Gambar 3.3.3.7 Pengecekan sudut menggunakan dimangular


9. Setelah itu mulangi langkah 3 sampai langkah 6 hingga mencapai garis pantai.
10. Lakukan refraksi sebanyak 4 pias.
3.3.4. Gelombang Pecah
Adapun langkah kerja yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam mengerjakan
gelombang pecah antara lainnya:
1. Buka Excel untuk perhitungan gelombang pecah

Gambar 3.3.4.1. Membuka Excel


2. Membuat tabel perhitungan gelombang pecah

Gambar 3.3.4.2. Membuat Tabel Perhitungan Gelombang Pecah


3. Kemudian olah data yang sudah didapatkan setelah melakukan perhitungan refraksi
untuk kemudian menjadi perhitungan gelombang pecah

Gambar 3.3.4.3. Mengolah Data Gelombang Pecah


4. Untuk menentukan tipe gelombang dapat dilihat melalui Iribarren Number yang
sudah menjadi ketetapan dalam penentuannya

Gambar 3.3.4.4. Menentukan Tipe Gelombang Pecah


3.3.5. Transpor Sedimen
Adapun langkah kerja yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam mengerjakan
transpor sedimen antara lainnya:
1. Buka Excel untuk perhitungan transpor sedimen

Gambar 3.3.5.1. Membuka Excel


2. Kemudian membuat tabel perhitungan untuk transpor sedimen dengan gravitasi dan
rho sebagai nilai ketetapan yaitu 9,81 untuk gravitasi dan 1000 untuk rho atau massa
jenis air.

Gambar 3.3.5.2. Membuat Tabel Perhitungan


3. Kemudian masukkan data dari refraksi dan juga gelombang pecah untuk mencari
nilai cb, a0 dan P1
Gambar 3.3.5.3. Perhitungan Nilai cb, a0 dan P1
4. Kemudian mencari nilai transpor sedimen dengan metode dan rumus dari Caldwell,
Tanaka, Komar dan CERC.

Gambar 3.3.5.4. Perhitungan Transpor Sedimen


3.3.6. Perubahan Garis Pantai
Adapun langkah kerja yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam mengerjakan
perubahan garis pantai antara lainnya:
1. Buka Google Earth Pro untuk mencari panjang dari pantai yang kita ambil untuk
dianalisa

Gambar 3.3.6.1. Membuka Google Earth Pro


2. Kemudian cari lokasi pantai dan gunakan fitur ruler untuk mencari panjang, dan
pilih bagian path dan ubah satuan panjang menjadi meter. Lalu ukur panjang dari
pantai tersebut dan didapatkan hasil 5039 meter dan dibulatkan menjadi 5000 meter.

Gambar 3.3.6.2. Mencari Panjang Pantai Muara Beting


3. Kemudian masukan ukuran tersebut kedalam excel dan membuat segmen
perubahan garis pantai menjadi 125 segmen dengan delta x 40 dan nilai y didapatkan
dari hasil perhitungan delta x dengan hasil dari caldwell untuk mendapatkan nial Y
Awal. Lakukan perhitungan sampai dengan 4 pias.

Gambar 3.3.6.3. Perhitungan Y Awal Perubahan Garis Pantai


4. Kemudian lakukan perhitungan untuk perubahan garis pantai 5, 10, 15, 20, dan 25
tahun dengan mengalikan hasil perhitungan Y Awal dikalikan dengan n tahun dan
dikalikan 365 (jumlah hari dalam 1 tahun kalender), lalu hasil Y tersebut didapatkan
untuk perubahan garis pantai dalam tahun sebagaimana yang disebutkan
sebelumnya.

Gambar 3.3.6.4. Melakukan Perhitungan Y 5, 10, 15, 20, 25 Tahun


5. Kemudian membuat grafik perubahan garis pantai yaitu dengan menuju kolom
insert dan pilih model grafik.

Gambar 3.3.6.5. Membuat Grafik Perubahan Garis Pantai


6. Kemudian select data pada grafik dan tentukan series beserta variabel yang akan
dijadikan perbandingan yaitu x dan y. Dalam grafik ini yang akan dibandingkan
adalah grafik atau variabel y awal dan y tahunan sampai dengan 25 tahun.

Gambar 3.3.6.6. Menentukan Data dan Variabel Pada Grafik


7. Kemudian grafik sudah jadi dan dapat dianalisis mengenai perbandingannya
tersebut.

Gambar 3.3.6.7. Grafik Metode Caldwell


8. Kemudian lakukan langkah serupa untuk metode lainnya seperti Tanaka, Komar
dan juga CERC.
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Peramalan Gelombang
Dalam proses peramalan gelombang dapat dilihat pada penjelasan dari sub
bab berikut.
4.1.1 Windrose
Dalam melakukan peramalan gelombang, salah satu parameter yang harus
diketahui yaitu kecepatan dan arah angin dominan. Untuk mengetahuinya maka
data angin yang telah di unduh akan dikonversi menjadi faktor tegangan angin (UA)
yang menjadi faktor pembangkit utama dalam proses peramalan gelombang.
Dalam penelitian kali ini, data angin yang digunakan menggunakan data
angin selama 1 tahun yaitu tahun 2022. Untuk melihat kecepatan dan arah angin
dominan dapat menggunakan visualisasi berupa mawar angin sepertipada Gambar
4.1 dibawah ini.

Gambar 4. 1 Mawar Angin tahun 2022


Berdasarkan visualisasi dari mawar angin tersebut dapat dilihat bahwa arah
angin dominan berasal dari arah barat dan arah timur. Kecepatan dominan pada dua
arah tersebut antara 2,1 – 8,8 km/jam dan kecepatan maksimal antara 5,7 – 8,8 km
per jam.
4.1.2 Hasil Fetch
Nilai fetch effektif didapat berdasarkan panjang dari fetch di setiap arah
mata angin seperti pada Gambar 4.2 berikut.

Gambar 4. 2 Panjang Fetch


Hasil dari panjang fetch pada delapan arah mata angin tersebut nantinya
akan di konversi menjadi nilai fetch effektif. Berikut ini merupakan hasil
perhitungan fetch effektif dari delapan arah mata angin (Tabel 4.1 – Tabel 4.2).

Tabel 4. 1 Fetch Efektif Arah Timur

28
Tabel 4. 2 Fetch Efektif Arah Barat

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas maka panjang fetch


efektifuntuk arah timur yaitu sepanjang 405,77 km, barat sepanjang 452,87 km.
Maka dari itu nilai fetch efektif yang paling besar yaitu dari arah timur
sepanjang 405,77 km. Dari nilai fetch efektif digunakan untuk menghitung
nilai dari H01/3 dan T01/3. Berikut hasil dari perhitunganya pada (Table 4.3
Tabel 4.4)

Tabel 4. 4 H01/3 dan T01/3 Timur

29
Tabel 4. 4 H01/3 dan T01/3 Barat

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas maka H01/3 dan T01/3
dari arah timur berturut turut adalah 1,336 m dan 8,588 s, sedangkan H01/3 dan
T01/3 dari arah barat berturut turut adalah 1,075 m dan 8,163 s. Nilai dari H01/3
dan T01/3 yang di gunakan untuk refraksi adalah nilai dari arah timur
dikarenakan nilainya lebih besar dan arah anginya yang dominan.
4.2 Refraksi
Setelah mendapatkan nilai H01/3 dan T01/3 lalu dilanjutkan dengan
perhitungan refraksi. refraksi yang di gunakan sebanyak 4 pias. Berikut hasil
dari perhitunganya pada (Table 4.5 Tabel 4.8)

Tabel 4.6. Refraksi Pias 1

30
Tabel 4.7. Refraksi Pias 2

Tabel 4.8. Refraksi Pias 3

Tabel 4.6. Refraksi Pias 4

Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai H0 refraksi pada kontur


terakhir dari pias 1, pias 2, pias 3, dan pias 4 berturut turut yaitu 1,038476 m,
1,038541 m, 1038549 m, dan 1,038542 m. Nilai H0 tersebut akan digunakan
dalam perhitungan untuk gelombang pecah.
4.3 Gelombang Pecah
Hasil dari nilai H0 refraksi pada kontur terakhir dari pias 1, pias 2, pias
3, dan pias 4. Kemudian dilakukan perhitungan untuk menentukan jenis
gelombang pecah. Berikut hasil dari perhitunganya pada (Table 4.9)

Tabel 4. 9 Gelombang Pecah

Dilihat Iribarren number pada pias 1 yaitu 0,1571, pias 2 yaitu 0,1624,
pias 3 yaitu 0,1419, dan pias 4 yaitu 0,1481. Dari ke 4 pias tersebut termasuk
kedalam jenis gelombang pecah spilling karena nilai iribarren number kurang
dari 0,5.

31
4.4 Transpor Sedimen
Dalam perhitungan transpor sedimen terdapat 4 teori perhitungan yaitu
caldwell, tanaka, komar, dan CERC. Pada perhitunganya variable yang di
gunakan yaitu gravitasi (g), Rho air laut (p), kedalaman (Hb), kecepatan (Cb),
dan sudut keluar (a0). Berikut hasil perhitunganya pada (Table 4.10)
Pias Caldwell Tanaka Komar CERC
1 6981693.56 686.280 4449.380 2293.318
2 4313089.82 428.765 2779.824 1432.788
3 636633.569 63.656 412.700 212.716
4 582132.797 58.206 377.370 194.506
Tabel 4. 10 Transpor Sedimen
Dilihat dari tabel nilai perhitungan menggunakan teori Caldwell
didapatkan nilai pada pias 1 yaitu 6981693,56 m, pias 2 yaitu 4313089.82 m,
pias 3 yaitu 636633,569 m, dan pias 4 yaitu 582132,797 m. Pada teori Tanaka
didapatkan nilai pada pias 1 yaitu 686,280 m, pias 2 yaitu 428,765 m, pias 3
yaitu 63,656 m, dan pias 4 yaitu 58,206 m. Pada teori Komar didapatkan nilai
pada pias 1 yaitu 4449,380 m, pias 2 yaitu 2779,824 m, pias 3 yaitu 412,700 m,
dan pias 4 yaitu 377,370 m. Pada teori CERC didapatkan nilai pada pias 1 yaitu
2293,318 m, pias 2 yaitu 1432,788 m, pias 3 yaitu 212,716 m, dan pias 4 yaitu
194,506 m.

32
4.5 Perubahan Garis Pantai
Dari hasil perhitungan transpor sedimen Caldwell, Komar, Tanaka, dan
CERC digunakan untuk mendapatkan perubahan garis pantai dalam kurun waktu 5
atahun, 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun. dan 25 tahun. Perubahan garis pantai yang
terjadi pada pantai beting dapat dilihat pada (Grafik 4.1 - 4.4)
600000000000
Metode Caldwell
500000000000

400000000000
Y awal
5 Tahun
300000000000
10 Tahun
15 Tahun
200000000000
20 Tahun

100000000000 25 Tahun

0
0 20 40 60 80 100 120 140

Grafik 4.1 Perubahan Garis Pantai Metode Caldwell


350000000
Metode Komar
300000000

250000000
Y awal
200000000
5 Tahun

150000000 10 Tahun
15 Tahun
100000000
20 Tahun

50000000 25 Tahun

0
0 20 40 60 80 100 120 140

Grafik 4.2 Perubahan Garis Pantai Metode Komar

33
60000000
Metode Tanaka
50000000

40000000
Y awal
5 Tahun
30000000
10 Tahun

20000000 15 Tahun
20 Tahun
10000000 25 Tahun

0
0 20 40 60 80 100 120 140

Grafik 4.3 Perubahan Garis Pantai Metode Tanaka


180000000
Metode CERC
160000000

140000000

120000000
Y awal
100000000 5 Tahun
80000000 10 Tahun

60000000 15 Tahun
20 Tahun
40000000
25 Tahun
20000000

0
0 20 40 60 80 100 120 140

Grafik 4.4 Perubahan Garis Pantai Metode CERC

Dilihat dari terjadi penumpukan sedimen dimana membuat garis pantai


berubah. Dimana garis pantai nya semakin menjorok ke laut sehingga daratanya
semakin luas. Dilihat dari grafik, metode Caldwell mengalami perubahan yang
cukup signifikan dibandingkan metode lainnya.

34
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Mulyabakti, C., Jasin, M. I., & Mamoto, J. D. (2016). Analisis Karakteristik
Gelombang Dan Pasang Surut Pada Daerah Pantai Paal Kecamatan
Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara, Jurnal Sipil Statik, 4(9),
585-594.
Wakkary, A. C., Jasin, M. I., & Dundu, A. K. T. (2017). Studi Karakteristik
gelombang Pada Daerah Pantai Desa Kalinaung Kab. Minahasa Utara.
Jurnal Sipil Statik, 5(3), 167-174.

Pratomo, D. G., & Putra, F. H. (2019). Analisis Arus dan Transpor Sedimen
Menggunakan Pemodelan Hidrodinamika 3 Dimensi (Studi Kasus:
Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku). Jurnal Teknik ITS, 8(2), 124-
129.

Nurisman, N., & Tarigan, T. A. br. (2021). Kajian Awal Perencanaan Bangunan
Pelindung Pantai Labuhan Jukung, Krui, Kabupaten Pesisir Barat,
Provinsi lampung. Maspari Journal : Marine Science Research, 13(1),
25–40.

Irwan., & Suaib Syatir. (2022). Potensi Pemanfaatan Energi Gelombang Laut
Menjadi Energi Listrik Di Kelurahan Sapolohe Kabupaten Bulukumba,
Jurnal Teknik Hidro, 15(2), 51-57.

Triatmodjo B., 1999, Teknik Pantai, Edisi Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai