Nama Anggota :
ABSTRAK
Batimetri adalah pengukuran dasar sungai. Data batimetri yang rinci di perairan sungai
Mahakam belum memadai sehingga tidak bisa memberikan informasi bagi aktivitas di
sekitar perairan mahakam tersebut seperti aktivitas kapal-kapal tongkang batu bara. Nilai
kedalaman dapat ditentukan dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh yang
menggunakan teknologi akustik dengan sistem propagasi suara. Tujuan penelitian adalah
mendapatkan nilai batimetri secara rinci, menampilkan dalam bentuk 3D dan melihat
perbedaan terhadap koreksi pasang surut. Pemetaan batimetri dilakukan di perairan
sungai mahakam, Kaltim, Samarinda pada 3 - 4 Januari 2023. Data akustik dikumpulkan
menggunakan Garmin GPS map 585. Data pasang surut diterapkan untuk koreksi. Data
diproses menggunakan Surfer software 19.1.189, Global Mapper v18. Berdasarkan
penelitian ini, kedalaman maksimal yang didapat adalah 30 m dan kedalaman minimum
yang didapat adalah 1,986 m.
ABSTRACT
Bathymetry is the measurement of the river bed. Detailed bathymetry data in the waters
of the Mahakam river is inadequate, so it cannot provide information for activities
around the Mahakam waters, such as the activities of coal barges. The depth value can be
determined using remote sensing technology that uses acoustic technology with a sound
propagation system. The research objective was to obtain detailed bathymetry values,
display in 3D and see the differences in tide corrections. Bathymetry mapping was
carried out in the waters of the Mahakam river, East Kalimantan, Samarinda on 3-4
January 2023. Acoustic data was collected using Garmin GPS map 585. Tidal data was
applied for correction. Data were processed using Surfer software 19.1.189, Global
Mapper v18. Based on this research, the maximum depth obtained is 30 m and the
minimum depth obtained is 1.986 m.
1
penelitian.
PENDAHULUAN
Latar belakang
LANDASAN TEORI
Peta Batimetri
Peta batimetri adalah peta yang
menggambarkan kedalaman laut dan disajikan
dengan menggunakan garis kontur kedalaman.
Garis kontur adalah garis abstrak yang
menghubungkan beberapa lokasi atau daerah
yang memiliki ketinggian atau kedalaman yang
sama. Untuk pengukuran topografi, surveyor
membutuhkan sejumlah titk-titik kontrol yang
dipakai sebagai titik patokan. Titik kontrol
tersebut dikatakan sebagai pasang surut (pasut)
untuk mendapatkan referensi ketinggian
terhadap muka laut rata-rata.
Pengukuran kedalam laut pada dasarnya
dilakukan dengan menggunakan ecosounder
Prinsip pengukuran dengan ecosounder adalah
dengan memancarkan gelombang suara ke arah
dasar laut. Alat ecosounder akan mencatat
waktu pada saat gelombang suara dipancarkan
ke dasar laut dan waktu kedatangan pantulan
gelombang suara tersebut Secara matematis
kedalaman merupakan hasil perkalian antara
kecepatan gelombang dengan waktu.
Kecepatan gelombang suara sudah diketahui
dan waktu perambatan gelombang dapat
dihitung dari selisih waktu pemancaran
gelombang dengan waktu kedatangan pantulan
gelombang. Hasil perkalian kecepatan dengan
waktu rambat gelombang menunjukkan
kedalaman air laut atau sungai Dengan adanya
peta batimetri maka informasi kedalaman laut,
gambaran dasar laut dapat diketahui.
3
Pasang Surut (Pasut) kapal, penempatan seperti ini juga juga
5
Dalam siklus hidrologi, atau apabila kita LLWL : Lowest Low Water Level, air
akan merencanakan bangunan di daerah terendah pada saat pasang surut bulan
perairan yang sangat terpengaruh oleh elevasi purnama atau bulan mati (spring tides).
air laut, maka kita memerlukan suatu elevasi
permukaan laut tertentu yang dapat digunakan Tetapi dengan waktu yang terbatas, kita
sebagai referensi. Sampai saat ini ada berbagai hanya menggunakan dapat melakukan satu
macam permukaan laut yang dapat dipakai referensi yaitu MSL (mean sea level).adapun
sebagai referensi, yaitu di antaranya: untuk mendapatkan hasil MSL adalah sebagai
berikut. Pertama mengubah pengamatan rambu
MHHWL : Mean Highest High Water Level, ukur dari centimeter ke meter, menjumlahkan
tinggi rata-rata dari air tinggi yang terjadi seluruh data hari pertama dan hari kedua setelah
pada pasang surut purnama atau bulan mati itu dibagi dengan jumlah data.perhitungan
(spring tides). tersebut adalah MSL (Mean Sea Level) yang
akan digunakan sebagai acuan dalam
MLLWL : Mean Lowest Low Water Level, perhitungan.
tinggi rata-rata dari air rendah yang terjadi
pada pasang surut purnama atau bulan mati
(spring tides). 𝐌𝐒𝐋 = 𝚺𝐇𝐭/ 𝐧
MLWL : Mean Low Water Level, tinggi air Ht : kedalaman pasang surut pada waktu t
rata-rata dari air rendah selama 18,6 tahun.
n : banyaknya data kedalaman pasang
surut.
MSL : Mean Sea Level, tinggi rata-rata dari
muka air laut pada setiap tahap pasang surut Singlebeam Echosounder
selama periode 18,6 tahun, biasanya
ditentukan dari pembacaan jam-jam-an. Sistem batimetri dengan menggunakan
singlebeam secara umum mempunyai susunan
HWL : High Water Level (High Tide), transceiver (tranducer/reciever) yang terpasang
elevasi maksimum yang dicapai oleh tiap pada lambung kapal atau sisi bantalan pada
air pasang. kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air
secara langsung dari kapal penyelidikan.
HHWL : Highest High Water Level, air Transciever yang terpasang pada lambung
tertinggi pada saat pasang surut purnama kapal mengirimkan pulsa akustik dengan
atau bulan mati (spring tides). frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam
LWL : Low Water Level (Low Tide), (gelombang suara) secara langsung menyusuri
elevasi minimum yang dicapai oleh tiap air bawah kolom air. Energi akustik memantulkan
surut. sampai dasar laut dari kapal dan diterima
kembali oleh tranceiver seperti pada gambar
6
1. Transceiver
7
terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai perairan yang banyak digunakan untuk
fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang aktivitas manusia salah satunya sebagai jalur
pulsa yang dipancarkan dan menyediakan
tenaga elektrik untuk frekuensi yang diberikan.
Depht = Z + draft +( MSL-Pasut)
8
sebelumnya. tahap
9
berikutnya menjumlahkan z dari data tranducer
yang telah diubah menjadi minus (-), draft yang
didapat dari pengukuran tranducer, dan
menjumlahkan hasil MSL dikurang Pasut yang
telah diamati
Keterangan:
Depth : Kedalaman
METODE PENELITIAN
10
Kerangka Konseptual Batimetri : sebuah metode pengukuran untuk
mengetahui kedalaman dan kontur
berdasarkan koordinat
Pengumpulan data Pasut : pengukuran muka air secara periodik.
12
instalasi alat yang akan digunakan untuk survey pisahkan menjadi 3 kolom: latitude, longitude,
batimetri
14
Pasang surut (Pasut)
Data Batimetri
15
MSL (Mean Sea Level) Surfer
MSL adalah rata rata dari tinggi Dengan mengetahui kedalaman dari
permukaan air yang didapat dari perhitungan masing-masing koordinat maka selanjutnya
jumlah semua data dari pasut yang dibagi menyajikan kontur dalam bentuk 3 dimensi.
dengan banyak data. Untuk menampilkannya menggunakan aplikasi
Surfer.
Draft
16
Kesimpulan
17
Daftar Pustaka
Agus Masrukhin, Muhammad Ali, Denny Nugroho Sugianto, A. S. (2014). Studi Batimetri Dan
Morfologi Dasar Laut Dalam Penentuan Jalur Peletakan Pipa Bawah Laut (Perairan Larangan-
maribaya, Kabupaten Tegal). Tembalang Semarang.
https://www.neliti.com/id/publications/117383/studi-batimetri-dan-morfologi-dasar-laut-
dalam-penentuan-jalur-peletakan-pipa-ba
Anzari, R., . H., & Surbakti, H. (2017). Pemetaan Batimetri Menggunakan Metode Akustik Di
Muara Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Maspari
Journal : Marine Science Research, 9(2), 77–84. https://doi.org/10.36706/maspari.v9i2.4473
Dahulua, P. E. (2013). Tu Gga G Air Pasa G Surut Da Muka Laut Rata-Rata Di Peraira Sekitar Kota
Bitu G ,. IX(April), 27–30.
Irawan, S., Fahmi, R., & Roziqin, A. (2018). Kondisi Hidro-Oseanografi (Pasang Surut, Arus
Laut, Dan Gelombang) Perairan Nongsa Batam. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of
Marine Science and Technology, 11(1), 56. https://doi.org/10.21107/jk.v11i1.4496
Kusumawati, E. D., Handoyo, G., Kelautan, J. I., Perikanan, F., Diponegoro, U., Soedarto, J. P.
H., & Telp, S. (2015). Pemetaan Batimetri Untuk Mendukung Alur Pelayaran Di Perairan
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Journal of Oceanography, 4(4), 706–712.
Ratih, N. (2013). Investigasi Variasi Tahunan Terhadap Mean Sea Level Di Benoa, Bali. Jurnal
Itenas Rekayasa, 17(1), 218839.
18