Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM METODE OSEANOGRAFI


METODE DAN ANALISIS PASANG SURUT LAUT

1.1 Definisi Pasang Surut Laut


Pasang surut adalah fluktuasi (gerakan naik turunnya) muka air laut secara berirama
karena adanya gaya tarik benda-benda dilangit. Terutama pada bulan dan matahari terhadap
massa air yang ada dibumi. Pasang surut laut merupakan suatu (fenomena dari siklus
pergerakan) permukaan laut yang berskala yang diakibatkan gaya gravitasi dan gaya tarik
benda astronomi. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jarak yang lebih
jauh. Untuk mengetahui dimana suatu posisi titik pasang surut rendah atau tinggi dikatakan
kurang lebih selama 18,6 tahun (Pasomba et al., 2019).
Pasang surut selain fenomena gerakan paras laut yang periodik secara vertikal, juga
Gerakan yang secara horizontal. Pengetahuan tentang waktu, ketinggian, dan arus sangat
penting bagi keperluan navigasi. Perhitungan pasang surut juga dilakukan dengan penggunaan
metode Admiralty. Dimana permukaan air laut rata-rata diperoleh dengan menghitung nilai
konstanta. Konstanta pasang surut atau disebut juga dengan istilah kata untuk (dinamik)
pasang surut (Agitha et al., 2019).

1.2 Komponen Harmonik Pasang Surut laut


Dekomposisi gaya tracktive di suatu titik P pada permukaan bumi menjadi komponen
komponen pasang surut pada suatu titik. Menentukan sebuah komponen pasang surut
dilakukan dengan menggunakan papan berskala (peil schall). Dengan menggunakan selang
pembacaan setiap satu jam dalam waktu satu kali 24 jam selama 15 hari. Hal ini bertujuan
agar menghitung kedudukan air tertinggi dan ketinggian rata-rata permukaan sebagai faktor
koreksi nilai di kedalaman. Metode penyajian yang digunakan sebagai pengolahan data adalah
harmonik British Admiralty. Penghitungan konstanta juga di ketahui sebagai fungsi penentuan
pasang surut (Hidayat et al., 2019).
Dengan 0 merupakan amplitudo pasang surut tunggal utama oleh gaya tarik bulan
sebagai amplitudo gaya tarik bulan dan matahari. Komponen pasang surut terdiri dari paras
laut rata-rata atau mean sea level. Amplitudo dan fasa yang terdiri atas 9 komponen pasang
surut, yaitu: M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1. Dengan keterangan sebagai berikut:
1. M2: Dipengaruhi bulan.
2. S2: Dipengaruhi matahari.
3. N2: Dipengaruhi perubahan jarak bulan.
4. K2: Dipengaruhi perubahan jarak matahari.
5. O1: Dipengaruhi deklinasi bulan.
6. P1: Dipengaruhi deklinasi matahari.
7. K1: Dipengaruhi deklinasi bulan dan matahari.
8. M4: Dipengaruhi pengaruh ganda M2.
9. MS4: Dipengaruhi oleh interaksi antara M2 dengan S2.
Berdasarkan hasil dari bilangan Formzahl dengan metode Admiralty menghasilkan
bilangan Formzahl yang tergolong kedalam tipe pasang surut campuran. Penentuan bilangan
formzahl merupakan cara yang digunakan untuk menentukan tipe pasang surut diperairan.
Kriteria ini membagi rentang nilai formzahl menjadi tipe kurang dari pasang surut yang
berbeda. Bilangan Formzahl yakni pembagian antara amplitudo konstanta pasang surut harian
utama dengan ganda utama. Amplitudo konstanta dihitung berdasarkan hasil pasang surut.
Peralatan untuk pengukuran dipasang sesuai lokasi yang ditentukan. Konstanta-konstanta
tersebut memliki sifat harmonik terhadap waktu, sehingga disebut konstanta harmonik pasang
surut (Dina et al., 2019).

1.3 Metode Penentuan Lokasi Pasang Surut Laut


Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sampling
purposive yaitu berdasarkan pada pertimbangan lokasi yang dapat mewakili kondisi daerah
penelitian sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Aktivitas pelayaran sangat padat dan
berlangsung selama 24 jam, padatnya aktivitas pelayaran masih kurang didukung dengan data
karakteristik dan distribusi co-range. Kompleksitas kondisi oseanografi yang terjadi menjadi
hal yang menarik untuk dikaji. Hal ini berdasar dari masih kurangnya data terkait pasang surut
yang menjadi kendala dalam merencanakan berbagai aktivitas kelautan. Adapula yang
menyebabkan hal tersebut terjadi, yaitu karena masih kurangnya penelitian akan faktor-faktor
pendukung, seperti karakteristik dan distribusi corange yang kemudian dapat digunakan
sebagai bahan informasi (Fathurahman et al., 2021).
Wilayah laut lepas merupakan perairan dipengaruhi oleh fenomena pasang surut.
Berikut ini adalah gambar peta lokasi pengamatan pasang surut di wilayah perairan yang
terdiri dari 4 lokasi arah mata angin. 4 titik ini di plot dari Google Earth lalu dimasukkan ke
sandwell and smith untuk didapatkan data kedalamannya. Penentuan lokasi pengamatan di
wilayah tersebut dipilih karena dapat menggambarkan karakteristik pasang surut di daerah
sekitarnya. Serta terlindung dari pengaruh ombak dan gelombang agar hasil pengamatan tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor setempat secara langsung (Soares et al., 2019).
Gambar 1. Peta Penentuan Lokasi Pengamatan
(Sumber: Soares et al., 2019)

1.4 Metode Pengambilan Data Pasang Surut Laut


Menurut Saputra et al. (2020), pengamatan pang surut dapat dilakukan untuk
memperoleh data tinggi muka air laut di suatu lokasi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut
dapat ditetapkan datum vertikal tertentu sesuai untuk keperluan-keperluan tertentu pula. Cara
yang paling sederhana untuk mengamati pasut dilakukan dengan palem atau rambu pengamat
pasut. Tinggi muka air setiap jam diamati secara manual oleh operator (pencatat) dan dicatat
pada suatu fomrulir pengamatan pasut. Pada palem dilukis tanda-tanda skala bacaan dalam
satuan desimeter. Pencatat akan menuliskan kedudukan tinggi muka air laut relatif terhadap
palem pada jam-jam tertentu sesuai dnegan skala bacaan yang tertulis pada palem. Muka air
laut yang relatif tidak tenang membatasi kemampuan pencatatan dalam menaksir bacaan
skala. Walaupun demikian, cara ini cukup efekti untuk memperoleh data pasut dengan
ketelitian hinga sekitar 2,5 cm. Tinggi palem disesuaikan dengan karakter tunggang air pada
wilayah periaran yang diamati pola pasutnya, yang biasanya sekitar 4 hingga 6 meter.

Gambar 2. Palem Pasang Surut


(Sumber: Sugiarto dan Putra, 2021)
Perubahan elevasi air laut akan di deteksi dan diukur melalui sensor ultrasonik. Sensor
ultrasonik bekerja atas dasar gelombang suara yang dipancarkan melalui tranduser Tx setelah
gelombang yang dipancarkan mengenai permukaan air laut maka gelombang suara tersebut
akan dipantulkan kembali ke sensor dan diterima oleh tranduser Rx dari sensor ultrasonik.
Sensor ultrasonik akan bekerja ketika diberikan tegangan positif pada pin Trigger selama 10
µs dari pin output mikrokontroler Arduino Uno, selanjutnya sensor akan mengirimkan 8 step
sinyal ultrasonik dengan frekuensi 40 kHz. Sinyal akan dikondisikan melalui rangkaian yang
terdapat pada sensor ultrasonic. Rangkaian ini akan mengkondisikan besaranya perubahan
ketinggian air ke dalam perubahan tegangan, kemudian dikuatkan oleh amplifier dan
dikonversi ke sinyal digital. Hasil keluaran dalam bentuk digital akan dikirim ke bagian utama
dari pengolah system mikrokontroler dalam hal ini Arduino UNO (Fadly dan Dewi, 2019).

Gambar 3. Arduino UNO


(Sumber: Fadly dan Dewi, 2019)

1.5 Pengelolaan dan Analisis Data Pasang Surut laut


Data pasang surut diolah dan dianalisis menggunakan metode harmonik yaitu metode
Least Square. Data pasang surut dikonversi ke file excel menggunakan satuan tanggal
pengamatan Julian Day. Data tersebut berupa data tinggi air tiap jam selama 1 bulan dalam 1
tahun sehingga banyak data yang akan dianalisis sebanyak 8,760 data. Analisis amplitudo dan
fase data pasang surut laut diplot dalam bentuk grafik tinggi air laut versus waktu pengukuran
menggunakan perangkat lunak WTWC 2010 yang dijalankan menggunakan program Matlab
2016. Analisis penentuan tipe pasang surut menggunakan perhitungan bilangan Formzahl
pada persamaan 1.4. Tampilan Peta batimetri menggunakan Surfer 13 dengan titik
pengamatan diambil dari Google Earth dan plot ke data Sandwell And Smith (Soares et al.,
2019).
Menurut Pasaribu et al. (2022), proses perhitungan metode Admiralty dihitung dengan
bantuan tabel, untuk waktu pengamatan yang tidak ditabelkan harus dilakukan pendekatan
dan interpolasi dengan bantuan tabel. Proses perhitungan analisa harmonik metode Admiralty
dilakukan dengan perhitungan sistem formula dengan bantuan perangkat lunak Microsoft
Excel, yang akan menghasilkan harga beberapa parameter yang ditabelkan sehingga
perhitungan pada metode ini akan menjadi efisien dan memiliki keakuratan yang tinggi serta
fleksibel untuk waktu lama. Pada umumnya dikenal 2 (dua) cara perhitungan pasang surut,
yakni:
1. Cara konvensional, yaitu dengan mengambil harga rata-rata dari semua data
pengamatan, harga tersebut menyatakan kedudukan permukaan air laut rata-rata
(MLR).
2. Metode Admiralty, yaitu menghitung konstanta-konstanta pasang surut untuk
mengetahui permukaan air laut rata-rata.
DAFTAR PUSTAKA

Agitha, P., Kurniawan, Ihsan, J. dan Mamoto, 2019. Analisis Data Pasang Surut di Pantai
Sindulong Kota Manado. Jurnal Sipil Statiki, 7(5): 567-574.
Dina, A. A., Warsito, A. dan Widodo, S. P., 2019. Karakteristik Pasang Surut Teluk Jakarta
Berdasarkan Data 253 Bulan. Jurnal Riset Jakarta, 12(1): 25-36.
Fadly dan Dewi, 2019. Pengembangan Sensor Ultrasoic Guna Pengukuran Pasang Surut Laut
Secara Otomatis dan Real Time. Jurnal Rekayasa, 23 (1): 1-17.
Fathurrahman, M. A., Gentur, H., Alfi, S., Agus, a. D. S. dan Dwi, H. I., 2021. Studi
Karakteristik dan Distribusi Co-range Pasang Surut Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu
Sukabumi. Indonesian Journal of Oceanography, 3 (1).
Hidayat, T., Warsito, A., Hariadi, Heriyoso, S., Aris, I. dan Agus, A. D. S., 2019. Kajian Tipe
dan Komponen Pasang Surut di Pantai Sigandu Kabupaten Batang. Indonesian
Journal of Oceanography, 1(1).
Pasaribu, R. P., Roni, S. dan Arifin, 2022. Penerapan Metode Admiralty Untuk Mengolah
Data Pasang Surut di Perairan Selat Nasik-Bangka Belitung. Jurnal Ilmiah PLATAX,
10 (1): 146-157.
Pasomba, T., Ihsan, J. dan Tommy, J., 2019. Analisis Pasang Surut Pada Daerah Pantai
Tabolo, Kelurahan Tabolo, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Jurnal Sipil Statik,
1(11): 1515.
Saputra, A., Gunawan, T. A. dan Juliana, I. C., 2020. Analisis Pasang Surut di Perairan
Sungai
Musi Menggunakan Metode Least Square. Cantilever, 9 (2): 115-124.
Soares, C. F. J. P., Abdul, W. dan Tanesib, J. L., 2019. Analisis Pasang Surut Menggunakan
Metode Least Square di Wilayah Perairan Ende, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Fisika,
4 (1): 1-6.
Sugiarto dan Putra, 2021. Desain dan Implementasi Automatic Water Level Berbasis Sensor
Akustik untuk Pemantauan Tinggi Muka Laut di Selat Sunda. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Elektro, 6: 65-69.

Anda mungkin juga menyukai