Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PASANG SURUT AIR LAUT

RM184942
Pengukuran Pasang Surut

Disusun Oleh : Harrino Yunusev Danin


NRP : 03311640000041
Mata Kuliah : Pasang Surut Air Laut
Kelas :A
Dosen Pegampu : Khomsin, ST, MT

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
Pengukuran Pasang Surut Air Laut

Pengukuran pasut sangat penting untuk kebutuhan rekayasa, begitu pula untuk prediksi pasut.
Kebutuhan paling penting digunakan untuk konstruksi navigational chart, dimana survei batimetri
harus didasarkan pada suatu datum. Biasanya sounding datum didasarkan pada muka air terendah
terprediksi. Referensi sounding bersifat arbitrary, tetapi selalu diambil pada jarak tertentu di
bawah tanda permanen seperti benchmark yg berada di darat. Untuk menyediakan prediksi bagi
kebutuhan navigasi dibutuhkan record secara kontinyu, dan bahkan navigasi butuh level aktual
dibanding hasil prediksi. Untuk kebutuhan prediksi diperlukan record pasut selama periode satu
tahun, walaupun idealnya hasil pencatatan selama 19 tahun. Bench-mark merupakan suatu titik di
darat yang telah diketahui secara pasti koordinat dan elevasinya yang dipakai sebagai titik referensi
dalam pengukuran topografi, pasut dan batimetri. Lokasi harus bebas dari pengaruh angin,
gelombang dan turbulensi. Alat ukur harus dapat meng-cover seluruh fluktuasi muka air. Zero
level dari alat harus diikat kepada referensi. Dalam prakteknya, untuk kebutuhan rekayasa
pengukuran selama 1 tahun atau bahkan 19 tahun sulit untuk dilaksanakan. Untuk keperluan ini,
pengukuran dilakukan 30 hari atau 15 hari, kemudian dilakukan peramalan untuk memprediks i
level muka air laut. Peramalan pasut ada 2, yaitu harmonic approach dan non-harmonic approach.

Harmonic Approach

Gerak pasut air laut menunjukkan pola gerak beraturan dan periodik. Hal ini disebabkan oleh posisi
(gerak) obyek-obyek di angkasa, yang mempengaruhi gerak pasut air laut, yang juga merupakan
proses astronomis yang beraturan. Sifat gerak yang beraturan dan periodik tersebut memudahka n
identifikasi unsur pembangkit pasut air laut, yang disebut harmonika, dengan memperhatika n
posisi atau gerak muka air laut. Dalam analisis harmonik. gerak pasang surut dipandang sebagai
gabungan posisi muka air rata-rata, kontribusi dari sejumlah harmonika, dan suatu angka residu.

Dalam persamaan di atas, Z(t) adalah elevasi muka air pada saat t, Z0 adalah elevasi muka air
rata-rata, fk adalah faktor koreksi astronomis terhadap amplitudo unsur pembangkit pasang surut
Hk, ωk adalah kecepatan sudut, vk dan uk adalah factor koreksi terhadap fase, gk adalah fase, dan
R(t) adalah residu.

Grafik pasut dari pengukuran dalam waktu lama di lokasi dapat dianalisa untuk berbagai
komponen solar dan lunar. Sekali komponen ini diketahui, maka peramalan dapat dilakukan.
Dalam analisa harmonik, hasilnya dipengaruhi oleh keterbatasan data. Idealnya data dari
pengukuran 19 tahun karena kompleksnya pengaruh alam. Tetapi, dalam banyak kasus jika distorsi
pasut adalah kecil, maka konstante pasut dapat diperoleh dari data pengukuran satu bulan.
Non-Harmonic Approach

Dengan metode non-harmonik, prediksi dibuat dengan menerapkan waktu transit bulan dan
ketinggian rata-rata sistem pasang surut untuk memperhitungkan kondisi rata-rata dan berbagai
ketidaksetaraan akibat perubahan fase bulan dan dalam deklinasi, paralaks bulan dan matahari.

Alat-Alat Ukur Pasang Surut

Tide gauge merupakan alat atau instrumen yang digunakan untuk mengukur tinggi pasut.
Instrumen pengukur pasang surut yang umum digunakan diantaranya adalah tide staff, floating
tide gauge, dan pressure tide gauge (Djaja, 1987).

1. Tide staff
Alat pengukur pasang surut yang paling sederhana berupa papan mistar memiliki ketebalan
antara 1 sampai 2 inchi dengan lebar 4 sampai 6 inchi, dan dengan pembagian skala yang
umumnya dalam sistem meter, sedangkan panjangnya harus lebih besar dari tunggang pasut
(tidal range). Misalnya, pada perairan dengan tunggang pasut sebesar 2 m, maka ukuran papan
skala ini harus lebih dari 2 m gauge (Djaja, 1987).

2. Floating tide gauge

Prinsip kerja alat ini berdasarkan gerakan naik turunnya permukaan laut yang dapat diket ahui
melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat. Pengukuran tinggi muka air oleh
alat ini dilakukan dengan mendeteksi pergerakan naik turun dari air. Perubahan tinggi pada
permukaan air akan menyebabkan pelampung begerak vertikal (naik turun), pelampung dan
penahan beban diikat dengan kabel dan dihubungkan dengan sebuah katrol yang terdapat pada
enkoder, sehingga gerakan pelampung dapat memutar katrol. Perputaran yang terjadi pada
katrol akan dikonversikan menjadi suatu sinyal digital dan ditransfer ke unit data logger
melalui kabel transduser. Di dalam data logger unit sinyal listrik tersebut diproses sehingga
menjadi nilai yang terukur gauge (Djaja, 1987).
3. Pressure tide gauge
Prinsip kerjanya sama dengan floating tide gauge, hanya saja gerakan naik turunnya
permukaan laut dapat diketahui dari perubahan tekanan yang terjadi di dalam laut. Seberapa
besar tekanan yang diterima oleh sensor akan diubah dalam bentuk kedalaman yang telah
dirancang sedemikian rupa, sehingga diperoleh tinggi muka air dari nilai ini dengan
mempertimbangkan nilai densitas dan gravitasi.

4. Stilling well tide gauges

Pipa yang ditempatkan secara vertikal di dalam air, cukup panjang untuk menutupi segala
kemungkinan tunggang pasut dibeberapa stasiun. Bagian bawah dari sumur tertutup kecuali
untuk masukan, satu untuk masukan di bawah dan lainnya dengan pipa masukan yang
terhubung ke bagian lebih rendah dari sumur. Cara kerja dari alat ini sama dengan floating
tide gauge.
5. Acoustic tide gauges

Alat atau intrumen pengukur pasang surut yang menggunakan gelombang suara untuk
mendapatkan data pasang surut. Pengukurannya bergantung pada perubahan waktu
perambatan dari sinyal akustik yang direfleksikan secara vertikal dari permukaan laut ke
sensor penerima (receiver).

6. Radar gauges

Alat ini dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmitter), penerima pulsa radar
(receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, radar memancarkan pulsa-pulsa
gelombang radio ke permukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan oleh permukaan laut
dan diterima kembali oleh radar. Sistem radar ini dapat mengukur ketinggian radar di atas
permukaan laut dengan menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar yang dikirimkan ke
permukaan laut, dan dipantulkan kembali ke radar (IOC, 2002).
7. Instrumen MOTIWALI (Mobile Tide and Water Level Instrument)

Alat pengukur pasang surut atau level air yang dapat digunakan untuk pengukuran yang
bersifat mobile atau bergerak maupun stasiun tetap dengan kemampuan tambahan seperti
transmisi data menggunakan GSM atau frekuensi radio dan dilengkapi dengan sistem alarm.
Instrumen MOTIWALI ini menggunakan transduser akustik 40 kHz sebagai sensor pengukur
jarak antara sensor dengan permukaan air dan sensor suhu sebagai pengoreksi data (Iqbal dan
Jaya, 2011). Berdasarkan pembagian alat pengukur pasang surut menurut IOC (2006),
MOTIWALI termasuk kedalam acoustical tide gauge.

Keterangan:
a = Kotak utama elektronik
b = Tiang penghubung transduser dan kotak elektronik
c = Pipa ¼ inchi penghubung transduser dan tiang
d = Kotak transduser
e = Antene GSM/Radio
f = Penyangga tiang transduser
g = Soket eksternal (1) power luar, (2) RS232, (3) device control
h = Tempat peralatan elektronik
i = Pintu
j = Tempat accu internal
k = Gagang pintu

8. Satelit Altimetri

Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada
dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut.
Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut
(Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara
tinggi satelit dengan jarak vertikal.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Wahyudi. Pasang Surut. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.


Anonim. Instrumen Pengukur Pasang Surut. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58557/2/BAB%20II%20Tinjauan%20P
ustaka.pdf, diakses pada Tanggal 10 September 2019 Pukul 20.05 WIB.
Istiarto. Analisis Harmonik Pasang Surut. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Anonim. History of Tidal Analysis and Prediction.
https://tidesandcurrents.noaa.gov/predhist.html, diakses pada Tanggal 11 September 2019
Pukul 23.40 WIB.

Anda mungkin juga menyukai