Anda di halaman 1dari 19

E.

Hidro-oseanograf
1. Pengukuran Pasang Surut

Pengamatan pasang surut dapat dilakukan dengan pengukuran


perubahan tinggi muka air selama 15 hari dengan interval
pencatatan 1 jam. Mulai jam 00.00 pada hari pertama dan terakhir
pada jam 24.00 hari ke 15 (atau 24 jam x15 hari). Pengamatan
pasang surut dilakukan dengan memasang palem pasut pada
tempat yang tenang tidak terganggu gerakan gelombang (biasanya
di muara sungai atau di kolam pelabuhan). Posisi vertical palem
diikatkan dengan BM yang ada di lokasi.

BT. 2

BT. 1

T.P

Nol Peilscaal

Gambar 2. 1. Pengikatan (levelling) peilschaal


2. Analisis Pasang Surut
a. Dalam merencanakan bangunan di pantai, tinggi pasang surut
mutlak diketahui, di samping untuk merencanakan elevasi
bangunan dari permukaan laut pada saat air pasang dan surut,
juga data pasang surut diperlukan untuk mencari elevasi
referensi 0,00 LWS sebagai referensi ketinggian di darat dan
kedalaman perairan (kedalaman perairan diperoleh dengan
survei bathymetri). Guna keamanan, dalam menentukan besar
pasang surut pada suatu daerah yang belum diketahui pasang
surutnya, biasanya dilakukan pengukuran pasang surut minimal
15 hari kemudian dianalisis dan diprediksi sejauh 18,5 tahun
kedepan. Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk
meramalkan pasang surut diantaranya metode Least Square,
Admiralty dan lain-lain.
b. Dari data primer hasil pengamatan pasut di lokasi studi dapat
dihitung komponen komponen pasang surut (tidal Constituens)
yang akan dipakai untuk meramalkan elevasi pasut diwilayah
perencanaan. Data pasang surut yang diukur selama 15 x 24
jam dapt dilihat pada tabel berikut.

c. Dengan diketahuinya data pasang surut, maka analisa pasang


surut dilakukan untuk memperoleh elevasi muka air penting
yang dapat menentukan dalam perencanaan. Analisa pasang
surut dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
Menguraikan komponen-komponen pasang surut.
Meramalkan fluktuasi muka air akibat pasang surut.
Menghitung elevasi muka air penting.
d. Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah
menguraikan fluktuasi muka air akibat pasang surut menjadi
komponen-komponen harmonik penyusunannya. Besaran yang
diperoleh adalah amplitudo dan fasa setiap komponen. Metode
yang digunakan untuk menguraikan komponen-komponen
pasang surut adalah metode Admiralty dan Least Square.
Komponen-komponen pasang surut yang akan dihitung adalah:
M2

komponen utama bulan (semi diurnal)

S2

komponen utama matahari (semi diurnal)

N2

komponen eliptis bulan

K2

komponen bulan

K1

komponen bulan

O1

komponen utama bulan (diurnal)

P1

komponen utama matahari (diurnal)

M4

komponen utama bulan (kuarter diurnal)

MS4 :

komponen matahari bulan

e. Peramalan pasang surut akan dilakukan untuk kurun waktu yang


cukup panjang yaitu selama 18.5 tahun, dimana dalam kurun
waktu tersebut diyakini semua variasi harmonik yang ada telah
tercakup seluruhnya.
Hasil peramalan tersebut kemudian
dianalisa lebih lanjut untuk memperoleh beberapa elevasi
penting dalam perencanaan sebagai berikut :
1. Muka surutan (LWS)
Muka
surutan
berdasarkan
Admyralty
Inggris
(Ongkosongo, 1989) dihitung dengan rumus :
Zo So 1,1 M 2 S 2
(2.1)
2. Air tertinggi rata-rata (HWS)
Untuk menghitung air tertinggi rata-rata (MHHWW) atau
biasa disebut dengan HWS maka digunakan persamaan
berikut (Ongkosongo, 1989):
Z1 So M 2 S 2 K 1 O1 K 2 P1

(2.2)

Dari data konstanta pasang surut, selanjutnya dilakukan


peramalan selama 18,5 tahun kedepan. Untuk meramalkan pasang
surut digunakan persamaan :
n

(t ) So Ai CosWi t Pi

(2.3)

i 1

Setelah muka air ramalan diperoleh selanjutny diubuatkan


grafik dan dibandingkan dengan data pengukuran guna
mengetahui selisih antara data pengukuran dan ramalan.

2. Pengukuran Arus
1. Metode pelaksanaan, yaitu pelampung dilepaskan dan diukur
posisinya menggunakan GPS dan perahu. Setelah 1 jam
pelepasan, maka posisi pelampung diukur kembali dan
seterusnya.
2. Hasil pengukuran diplotkan dalam peta bathymetri dan hasil
pengamatan arus dilampirkan dalam laporan dalam bentuk :
Grafik yang memperlihatkan hubungan antara pergerakan
pasang surut dan kecepatan arus dan arah arus.
Grafik arah dan kecepatan arus
Dalam pengukuran parameter arus dilokasi sudi, maka data
lapangan yang diukur adalah posisi pergerakan pelampun (X,Y) dan
selang waktu perpindahan pelampung. Apabilah suatu pelampung
dengan posisi awal (Xo, Yo) dan pada selang waktu t posisinya
menjadi (X,Y), maka kecepatan arus secara matematis dapat
dihitung dengan formula berikut:
Perpindahan pelampung :
S

X ' Xo 2

Y 'Yo

(2.4)

Kecepatan arus V :
V

S
t

(2.5)

Arus sejajar pantai dapat mengangkut sedimen yang telah


digerakkan oleh gelombang dan terbawah sepanjang pantai.
Transpor sedimen tersebut akan terhalang dan mengendap apabila
ada bangunan tegak lurus pantai. Kecepatan arus sejajar pantai
dapat dihitung dengan rumus yang diberikan oleh LounguestHiggins seperti berikut (SPM, 1984: 4-55) :
V 20,7.m g .H b sin 2 b
(2.6)
Dengan :

g
= percepatan grafitasi (m/s2)
Hb
= tinggi gelombang pecah (m)
m
= kemiringan pantai
b
= sudut datang gelombang pecah (o)
Jika gelombang merambat dari laut dalam menuju pantai
yang memiliki kemiringan tertentu, maka pada suatu kondisi
gelombang akan pecah. Gelombang akan pecah apabila
perbandingan antara tinggi gelombang dengan kedalaman perairan
mendekati atau sama dengan 0,78, secara matematis ditulis :
Hb
0,78
(2.7)
db
3. Pengukuran Batimetri
Survei

batimetri

atau

sering

juga

disebut

Sounding/Pemeruman dilakukan untuk mengukur dan mengamati


kedalaman laut dengan menggunakan alat ukur kedalaman,
sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai bentuk dasar laut,
posisi-posisi karang ataupun posisi benda-benda yang dapat
mengganggu alur pelayaran. Peta batimetri hasil pengukuran akan
disajikan dengan skala 1 : 2.000, dengan interval kontur 0,5 m;
profil, dengan skala 1 : 100, skala memanjang 1 : 1.000.
Alat yang digunakan adalah Echosounder tipe GPS-Map 298
Garmin. Peralatan ini adalah echosounder generasi baru dengan
sistim digital merekam data kedalaman dasar laut kedalam
memorinya dan dapat ditransper langsung ke computer. Alat ini
tidak lagi memerlukan theodolit atau alat positioning karena telah
terintegrasi dengan alat Global Positioning System (GPS) Kapal atau
boat kecil
Selanjutnya dilakukan pengukuran polygon dan waterpass
untuk pengukuran garis pantai, pemasangan patok-patok untuk
jalur sounding tiap 10 meter dan 25 meter. Sebelum pemeruman
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi dengan bar check. Hal
ini dimaksudkan supaya dapat menentukan distribusi pemeruman
dengan teliti dan efisien. Pada posisi dimana pola dasar laut relatif
landai, pemeruman dilakukan dengan lintasan-lintasan yang relatif

jarang, sedang pada pola dasar laut relatif dalam dilakukan


pemeruman dengan lintasan-lintasan yang relatif rapat.
Posisi titik ukur kedalaman dikendalikan dengan alat Global
Positioning System (GPS) dan diikatkan ke suatu titik BM yang telah
ditentukan di darat.
4. Pembangkitan Gelombang oleh Angin
Data angin yang dianalisis adalah data magnitude kecepatan dan
arah angin maksimum harian dengan selang waktu data selama
kurang lebih 10 tahun terakhir yang akan diperoleh dari stasiun
klimatologi terdekat dengan tapak proyek. Metoda pengelolahan
data

yang

digunakan

adalah

dengan

cara

statistik

untuk

menghitung jumlah kejadian dan prosentase kejadian terhadap


klasifikasi arah dan kecepatan angin maksimum setiap bulan untuk
seluruh data dalam selang waktu selama 10 tahun terakhir. Data
angin kemudian diklasifikasikan dalam arah dan kecepatan yang
dibagi dalam delapan arah penjuru angin yaitu Utara, Timur Laut,
Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, dan Barat Laut.
Berdasarkan

klasifikasi

ini,

distribusi

frekuensi

dari

setiap

kecepatan dan arah angin dihitung kemudian ditabulasikan dalam


tabel serta digambarkan berupa mawar angin (windrose) dengan
perangkat lunak (software) WRPLOT.

5. Survey Pengukuran Transpor Sedimen


Pengambilan
sampel
sedimen
sebaiknya
dilakukan
bersamaan dengan pengukuran kecepatan arus di pantai dan di
muara sungai yaitu pada saat pasang tertinggi (spring tide) dan
surut terendah (neap tide). Sampling bed load dilakukan dengan
menggunakan grab sedimen yang dijatuhkan dari perahu di lokasi
sampling. Ketika grab jatuh mulut grab terbuka dan ketika grab
ditarik, maka mulut grab tertutup sehingga sampel sedimen
terambil dalam grab. Sampel sedimen dasar yang diperoleh
selanjutnya di masukkan ke dalam wadah contoh untukselanjutnya
di bawah ke laboratorium.

Pengambilan sampel sedimen suspensi dapat dilakukan


dengan 2 macam alat yaitu dengan botol Nanseen dan tabung
sampel (Delf sample tube). Perbedaan keduanya hanya terletak
pada jumlah sampel yang terambil, dimana botol Nanseen hanya
mengambil 1 sampel untuk satu kali pengukuran. Tabung sampel
dapat mengambil sampel pada lapisan lapisan vertikal sekali
pengukuran. Tabung sampel berdiameter 2 yang terbagi dalam
beberapa ruang vertikal yang dapat disesuaikan dengan jumlah
lapisan pengukuran. Pada ujung atas setiap ruang terdapatlubang
dengan curat untuk jalan sedimen masuk ke dalam ruang. Ukuran
lubang curat tergantung dari kecepatan arus di lokasi yang diukur.
Untuk kecepatan arus 1 m/dtk < v < 2,6 m/tdk dipakai diameter
lubang 1,55 cm sedangkan pada kecepatan arus v < 1 m/dtk
menggunakan diameter 2,2 cm. Posisi lubang diarahkan
menghadap arah arus dan lubang dibuka ketika alat sudah set pada
posisi semestinya. Peta pengambilan sampel sedimen disajikan
pada Gaambar-3.xxx.

774000m

775000m

7 76800 m

776000m

7 76900 m

7 770 00m

777100 m

777000m

7 77200 m

Sedimen detail 26

9 467 00 0m

Sedimen detail 24
a Sedimen detail 23
%

Sedimen detail 11
Sedimen detail 10

a
%

a
%

Sedimen detail 09
a
%

Sedimen detail 08

Sedimen detail 16

a
%

a Sedimen detail 02
%

25

Sedimen detail 14

25

ST10

ST09

a Sedimen detail 15
%

Sedimen detail 03

a
%

94 669 00 m

9 466 90 0m

ST11

a Sedimen detail 17
%

Sedimen detail 05

a Sedimen detail 04
%

a
%

a Sedimen detail 18
%

Sedimen detail 06

a
%

a Sedimen detail 19
%

Sedimen detail 07

a
%

ST12 2

a Sedimen detail 20
%

a
%

a
%

Sedimen detail 22
a Sedimen detail 21
%

a
%

9468000m

a
%

9468000m

a Sedimen detail 12
%

94 670 00 m

a%
a Sedimen detail 25
%
a
%

a Sedimen detail 13
%

50 m

Sedimen detail 01
7 76900 m

7 770 00 m

7771 00 m

7 77200 m

9467000m

9467000m

7768 00 m

#
##
#
#
##
##
##
#
#

#
#
##
#
#
#
#
#
#
#
#
#

ST08

ST07
1

2
4

ST06

1
ST05

ST04

1
4

1 ST03

9466000m

9466000m

2
ST02

Keterangan :

2
4

a
%

Titik sedimen detail

3
ST01

Sedimen trep/Sampel air, Sampel dasar

batas pelabuhan

Jalan baru
Garis Pantai

100

774000m

9465000m

9465000m

Jeti

100

200

300

400

500

775000m

600

700

800

900

1000

776000m

1100 Meters

777000m

Gambar 3.xx. Peta posisi pengambilan sampel sedimen

3.2.3. Model Matematis


Prakiraan dampak dengan model matematis akan dilakukan dengan
memanfaatkan formula-formula baku yang telah lazim digunakan
dalam penelaahan komponen lingkungan yang bersangkutan.
Formula yang digunakan bentuknya sederhana dan eksplisit.

Komponen lingkungan yang akan dikaji dengan model matematis


meliputi hidrologi, tanah, biota perairan, transportasi, dan iklim.
Berikut akan dijelaskan model matematis untuk menghitung
parameter hidro-oseanografi yang meliputi distribusi gelombang,
arus susur pantai, dan angkutan sediemen.
A. Model Peramalan Gelombang
Angin berhembus di atas permukaan air akan mentransfer energi
ke air yang membangkitkan ombak merambat menjauhi daerah
asal terbentuknya. Tinggi dan periode ombak yang terbentuk
tergantung pada kecepatan angin, lamanya hembusan angin dan
jarak pembangkitan ombak.
Formula untuk laut terbuka seperti dibawah ini:

H mo

gd
U2
a 0.283 tanh 0.530
U2

g
a

0.75

0.0016
0.283

tanh

TP

gd
U
a 7.54 tanh 0.833
U 2

g
a

0.2857
7.54

tanh

gF
U 2

tanh 0.833

U a2

tanh 0.530

0.375

0 .5

gF

gd

U a2

0.333

(1)

0.75

(2)

0.375

gd
U 2

Sedangkan untuk jarak pembangkitan ombak yang dapat dijangkau


adalah:

H mo

gd
U2
a 0.283 tanh 0.530
U 2

g
a

tanh

tanh 0.530

TP

0.375

0.3704
7.54

tanh

gd
U
a 7.54 tanh 0.833
U 2

g
a

0.0015 g F
0.283 U 2
a

0.75

gF
U 2

tanh 0.833

0 .5

gd
U 2
a

0.375

(3)

gd
U 2

0.28

0.75

(4)

dengan: U a U a cos( ) komponen paralel pada jarak pembangkitan


yang dapat dijangkau, g percepatan gravitasi, F panjang jarak
pembangkitan, Hmo dan TP masing-masing tinggi dan perioda akhir
gelombang yang ditentukan dari metode spektral.
Ombak menimbulkan gaya-gaya yang akan bekerja pada kapal dan
bangunan-bangunan pelabuhan. Untuk menghindari gangguan
ombak

terhadap

kapal

yang

sedang

berlabuh

maka

dibuat

bangunan pelindung yang berupa breakwater/dinding pemecah


ombak.
Ombak yang mempunyai amplitudo besar akan menyebabkan
diperlukannya kedalaman alur pelayaran yang lebih besar, karena
pada kondisi tersebut kapal-kapal berisolasi (bergoyang naik turun
sesuai dengan fluktuasi muka air laut).
B. Model Medan Gelombang di Sekitar Struktur Pantai
Secara alamiah daerah pantai umumnya stabil dan berada dalam
keseimbangan dimamik. Interaksinya dengan gelombang dan arus
dikarakterisasi oleh siklus dari erosi and akrasi. Keseimbangan
dinamik tersebut akan terganggu oleh intervesi manusia dengan
pembangunan struktur pantai yang dapat menghambat erosi dan
akrasi pantai.
Pengertian tentang interaksi antara gelombang dan arus yang
dibangkitkan oleh gelombang dan struktur pantai diperlukan untuk
pengembangan daerah pantai. Salah satu cara untuk mengerti
interaksi antara gelombang dan arus yang dibangkitkan oleh
gelombang
matematik.

dan

struktur

pantai

adalah

melalui

pemodelan

Persamaan-persamaan untuk medan gelombang ekuivalen dengan


persamaan slope landai telah dikembangkan oleh Berkhoff (1972)
is diberikan oleh Watanabe and Maruyama (1986) sebagai berikut:

Q x
t
Q y

c 2 n 0
n x

1 2
c
n 0

t n y

(5)

Q x Q y

0
t
x
y

(6)

dengan
0

Q x udz ; Q y vdz
u dan v adalah komponen kecepatan horizontal dalam arah-x and
y, c adalah kecepatan fasa,
adalah elevasi muka air dan
n

1
2kh
1
; k
2
sinh 2kh

adalah bilangan gelombang, dan h adalah

kedalaman air.

Untuk menghitung medan gelombang di daerah surfzone, suku


dissipasi

energi

untuk

gelombang

pecah

ditambahkan

pada

persamaan (8-1) sebagai berikut :

Q x 1 2
n f D Q x 0
c
t n x

Q y 1 2
c
n f D Q y 0

t n y

(7)

Faktor disipasi, fD, ditentukan oleh :

f D D tan

g Q
1
h Qr

(8)

Q Q x2 Q y2 and Q r ' gh 3

dengan tan slope rata-rata dasar di sekitar titik pecah, dan Q x and

Qy

adalah komponen amplitudo laju aliran.

Jika koefisien D dan adalah 2.5 dan 0.25 secara berturut-turut,


Persamaan (7) menjadi esensial ekuivalen dengan model disipasi
energi oleh Mizughuci (1980). Besaran

pada persamaan (8)

Qr

memberikan amplitudo laju aliran maksimum di daerah gelombang

recovery. Dalam kasus

Q Qr

Persamaan-persamaan

di

maka diterapkan fD = 0.

atas

dapat

diselesaikan

dengan

menggunakan metoda analisis numerik beda hingga eksplisit.


C. Model Medan Arus Dekat Pantai
Persamaan pengatur yang digunakan dalam analisis arus dekat
pantai adalah persamaan kekekalan massa (kontinuitas) dan
kekekalan
persamaan

momentum
tersebut

dengan

terhadap

mengintegrasikan
kedalaman

dan

persamaandirata-ratakan

terhadap periode gelombang. Dalam sistem arus dekat pantai ini


diasumsikan bahwa arus dekat pantai mempunyai variasi yang
kecil terhadap waktu dan ruang pada skala besar dibandingkan
dengan panjang gelombang atau periode gelombang, sehingga
diperoleh (Mei, 1983):
Persamaan Kontinuitas:

h U h V

0
t
x
y

(9)

dengan t adalah waktu, (x,y) koordinat kartesian dalam bidang


horizontal, (U,V) komponen kecepatan arus dekat pantai, h
kedalaman perairan, Q debit aliran di muara sungai, A luas
penampang sungai, dan

adalah elevasi muka air rata-rata yang

dipengaruhi oleh gelombang setup/setdown.

Persamaan Gerak:
U
U
U

U
V
Fx M x R x g
0
t
x
y
x

(10)

V
V
V

U
V
Fy M y R y g
0
t
x
y
y

(11)

dengan : Fx dan Fy : gesekan dasar dalam arah x dan y, Mx dan My :


percampuran lateral dalam arah-x dan y, Rx dan Ry : stress radiasi
dalam arah-x dan y.
Gesekan dasar pada medan gelombang-arus yang dirataratakan terhadap waktu untuk satu periode adalah sebagai
berikut :
2
2

W wb cos 2 U wb cos sin V

h
W
W


C f wb2
w2
F y
cos sin U W b sin 2 V


h W
W


1
W
U 2 V 2 wb2 2U cos V sin wb
2

Cf

F x

U 2 V 2 wb2 2U cos V sin wb

dengan wb = H ( sinh k (h + )) ,
gelombang,

(12a)
(12b)

(12c)

adalah frekuensi sudut, k bilangan

sudut yang dibentuk muka gelombang dengan

sumbu-x.
Dengan asumsi bahwa turbulensi pada arus dekat pantai
adalah isotropik, maka percampuran lateral dapat dituliskan
sebagai benkut :

dengan


U

U



x
x
y
y

V

V



x
x
y
y

Mx

(13a)

My

(13b)

adalah koefisien momentum. Dan hasil penelitian

Longuet-Higgins mendapatkan

= Nl

g (h + )

, dengan N adalah

konstanta yang lebih kecil dan 0,016, l adalah jarak dari garis
pantai l =

(h + )
tan

Persamaan stress radiasi yang digunakan dalam perhitungan


model arus ini dapat ditulis sebagai berikut
Rx

1
h

Ry

1
h

S xx S xy

x y

S xy

(14a)

S yy

(14b)

dengan
1

S xx n n cos 2 E ,
2

S xy = ( n cos sin ) E

S yy n n sin 2 E ,
2

, adalah rapat massa air, g adalah


n = 1 + 2kh sinh 2kh , E = gH
8
percepatan gravitasi, dan H adalah tinggi gelombang.
Set-up dan Set-down oleh Gelombang
Pada saat gelombang menjalar dari perairan dalam menuju
pantai, tinggi gelombang terus bertambah besar dan pada titik
pecah terjadi tinggi gelombang maksimum. Dari titik pecah ke garis
pantai

tinggi

gelombang

akan

berkurang

kembali.

Dengan

bertambahnya tinggi gelombang dari laut dalam ke titik pecah,


permukaan air turun secara kontinu sampai posisi gelombang
pecah. Kejadian ini disebut set-down. Set-down maksimum terjadi
di titik pecah.
a. Set-down
Dengan

mengasumsikan

bahwa

gelombang

permukaan

menjalar pada perairan dengan kedalaman konstan dalam arah-x,


maka kekekalan momentum dalam arah-x dapat ditulis sebagai
(Izumiya, 1988) :
d
S =
dx xx

g ( h +

) d

dx

(15)

Dengan menggunakan kekekalan fluks energi dan diasumsikan


kecil bila dibandingkan dengan kedalaman perairan, h, di luar

surfzone, maka hasil integrasi dari persamaan di atas menghasilkan


set-down (Izumiya, 1988) :
1 H 2k
8 sinh 2kh

(16)

b. Set-up
Di dalam surfzone energi gelombang terdisipasi karena
gelombang pecah, sehingga stress radiasi Sxx berkurang dan akan
terjadi gelombang set-up. Tinggi gelombang pecah dapat didekati
dengan persamaan H = (h+ ). Stress radiasi di dalam surfzone
S xx = 1,5 E

Dengan menggunakan pendekatan perairan dangkal dan


teori gelombang linier, maka diperoleh (Izumiya, 1988) :

K hB h

(17)

dengan hB adalah kedalaman perairan di tempat gelombang pecah,


B

adalah

K=

elevasi

1
1+8 3

muka

air

pada

saat

gelombang

pecah

dan adalah konstanta pembanding.

D. Model Transpor sedimen dan Perubahan Topograf Dasar


Laut
Transpor Sedimen oleh Arus
Laju transpor sedimen oleh arus adalah volume sedimen yang
ditranspor oleh komponen arus rata-rata yang ditimbulkan oleh
gelombang. Watanabe, et.al. (1986) mengembangkan persamaan
laju transpor akibat arus (qcx, qcy) yang diturunkan dari persamaan
arus litoral yang telah dibuat oleh Komar (1977). Persamaan ini
dikembangkan untuk diterapkan pada daerah dekat pantai, yang
ditulis sebagai berikut :

q cx QcU , q cx QcV

A cr
Qc c
g
dengan U

dan V

(18)

kecepatan arus rata-rata arah-x dan y, Ac

stress geser dasar akibat

koefisien tak berdimensi (0.1 1.0),


medan

gelombang

dan

arus,

cr

tress

geser

kritis

untuk

menggerakkan sedimen, dan densitas air laut.


Transpor Sedimen oleh Gelombang
Transpor sedimen akibat gerakan gelombang (qwx, qwy) lebih
sulit diperkirakan dibandingkan akibat arus rata-rata, karena laju
transpor bersih yang merupakan perbedaan antara laju transpor
maju dan mundur yang berada di bawah pengaruh gerakan osilasi
gelombang harus dihitung. Gelombang pecah dan superposisi
rambatan gelombang akibat refleksi dan difraksi membuat masalah
ini semakin sulit. Watanabe menurunkan konsep transpor sedimen
akibat gelombang sebagai berikut :

qwx Qwub cos , qwy Qwub sin

A cr
Qw w
g

(19)

dengan Aw koefisien tak berdimensi, ub magnitude kecepatan


orbital dekat dasar,
Koefisien

tak

sudut datang gelombang.


berdimensi

Aw

hubungannya

dengan

diformulasikan sebagai:

Aw Bw

w0
1 v s sgd

fw
2

dengan fw merupakan koefisien gesekan akibat gelombang.

Bw,

Watanabe telah melakukan percobaan untuk mendapatkan


harga parameter-parameter tersebut di atas. Untuk pantai dengan
material pasir 0.2 mm didapatkan harga w0 = 2.4 cm/detik,
perbandingan porositas sedimen ( v ) = 0.4 dan s = 1.65, Bw = 7,
sehingga range nilai Aw = 0.2 0.9 dan nilai fw = 0.01 0.3.
Gerakan sedimen di bawah pengaruh gelombang sangat
kompleks dan arah transpor bersih bergantung dari beberapa
faktor seperti gerakan partikel air dan geometri dasar yang
kompleks. Persamaan di bawah ini merupakan bentuk modifikasi
yang dilakukan dalam percobaan untuk menformulasikan kriteria
arah transpor sedimen tegak lurus pantai secara lokal yang ditulis
sebagai :

ub2 h
c :transpor menuju
sgd L0

ub2 h

c :transpor menuju lepas pantai


sgd L0

(20)

Sanamura (1986) menyederhanakan bentuk pengendali


arah transpor yang ditulis sebagai :

c
Fd tanh d
c

dengan

merupakan nilai kritis dari

, dan F

merupakan

hubungan antara arah penjalaran orbital gelombang dengan


transpor sedimen bersih. Fd bernilai positif jika searah dengan
penjalaran orbital gelombang dan negatif jika berlawanan. Koefisien
d adalah koefisien pengontrol derajat perubahan laju transpor

tegak lurus pantai di sekitar titik dengan transpor sedimen sama


dengan nol.
Sehingga laju transpor sedimen akibat gerak gelombang
persamaan (19) dapat ditulis menjadi :
qwx Fd Qwub cos , qwy Fd Qwub sin

(21)

Stress Geser Kritis


Stress geser akibat bidang arus dan gelombang dinyatakan
sebagai :

x 1 f c f w u bU

y 1 f c f w u bV

(22)

dengan 0.15 (Bijker, 1986), fc = 0.01 0.16, fw = 0.01 0.2,


u b adalah magnitudo kecepatan orbital dekat dasar.

Dengan asumsi bahwa laju transpor sedimen bergantung


pada gesekan dasar yang melampaui harga stress geser kritis,
sehingga perlu diturunkan nilai stress geser kritis, cr , akibat
kombinasi aksi gelombang dan arus. Kondisi kritis akibat pengaruh
gelombang, diberikan nilai kritis parameter Shields, c , yang
diformulasikan sebagai

cr
s gd

(23)

Selanjutnya untuk model yang dikembangkan (Madsen-Grant,


1976 dan Watanabe, Riho, Horikawa, 1980), secara umum
digunakan pendekatan sebagai berikut :

d 1
0.11; untuk pasir butir halus; 6.5

(24)

0.06; untuk pasir butir kasar; d 1

L 4

dengan L T ; v : viskositas kinematik = 0.000001 (200 C)


Berdasarkan penelitian Watanabe, Riho dan Horikawa,
ternyata

laju

transpor

sedimen

di

daerah

surf

lebih

besar

dibandingkan di luar surf, sehingga dari uji laboratorium tersebut,


diperoleh perumusan untuk mendapatkan harga stress geser kritis :

cr 0 :

di daerah surf

cr s gd c tanh 2 c b di luar daerah surf


xB

(25)

dengan xB jarak offshore dihitung dari titik pecah gelombang, b


lebar daerah surf, c koefisien stress geser kritis di luar daerah
surf.
Perubahan Topografi Dasar Laut
Dalam menurunkan penyelesaian persamaan perubahan
topografi dasar diperhitungkan pengaruh kemiringan dasar lokal
dan besar transpor sedimen yang disebabkan pengaruh gravitasi
yang bekerja pada partikel sedimen yang ditulis sebagai :
z b
z

qx s qx b
t
x
x

z

q y s q y b
y
y

(26)

dengan zb adalah elevasi dasar lokal dan e s adalah konstanta


positif yang nilainya ditentukan secara empiris.

Penggunaan dari persamaan (26) adalah ekivalen dengan


pendekatan laju transpor real (q x' , q x' ) pada persamaan (27) untuk
menghitung perubahan lokal elevasi dasar yang ditulis sebagai
berikut :
q x' q x s q x

z b
,
x

q 'y q y s q y

z b
y

(27)

Anda mungkin juga menyukai