Abstrak
Energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat pada umumnya.
Kebutuhan akan energi terutama energi listrik semakin hari semakin tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia.
Sumber-sumber energi listrik untuk saat ini masih berasal dari sumber-sumber konvensional dan sumber energi dari darat.
Pembaharuan sumber energi dari laut, saat ini masih belum dilirik dengan maksimal, sedangkan potensi energi terbarukan dari
laut sangat besar. Salah satu sumber energi yang berasal dari laut dan dapat diolah menjadi energi terbarukan adalah energi
arus dan gelombang. Pengembangan pembangkit listrik tenaga gelombang sangat berpengaruh terhadap peta potensi
gelombang yang ada di laut. Pemetaan peta potensi gelombang ini dilakukan untuk mencari gelombang dengan tinggi lebih dari
1.5 m dengan menggunakan perangkat lunak MIKE21 dan matlab. Verifikasi domain area dilakukan dengan data dari Dishidros
dengan mendapatkan data bed resistance untuk pemodelan menggunakan Chezy 40. Dari hasil pemodelan, didapatkan rata-rata
kejadian gelombang yang memiliki tinggi lebih besar dari 1.5 m di Indonesia Timur di sekitar perairan Maluku dan Papua adalah
sekitar 11 % dari total kejaidan gelombang dalam satu tahun.
Abstract
Electrical energy is one of energy that have a close connection to human life. The needs of enegy especially electrical energy is
increase rapidly as the growth of the world population. At this time, the source of electrical energy still coming from the
conventional sources and from the land sources. The renewal energy source from the ocean have a big potential to convert
become an electrical enegy, but the use of this source is still low.The kind of energy sources from the ocean are currnet energy
and wave energy. Wave enegy power plant improvement is affected by wave potential map. Wave potential mapping is
conducted to find wave that have height over 1.5 m using software MIKE21 and Matlab.Verification using Dishidros data and
acquired bed resistance data Chezy 40 that will be used in model running. The results from MIKE21 modelling are the mean of
the wave that have height over 1.5 m in East Indonesia ocean around Maluku and Papua is about 11% from the total wave
events in one year.
Keyword : energy conversion, sea wave, potential map
1. PENDAHULUAN
Luas wilayah laut Indonesia tiga kali lebih besar dari luas daratan, namun kegiatan pemanfaatan energi laut untuk
pembangkit lisrtik belum berkembang.Pijakan pengembangan energi laut sebenarnya telah tersedia dalam UU No.
30/2007 tentang Energi maupun UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN). Namun kenyataanya, peta jalan pengembangan energi laut dan Rencana Umum Kelistrikan Nasional
(RUKN) belum mengakomodasi pemanfaatan energi laut. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
belum tersedianya informasi potensi energi laut yang secara ekonomis dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga
listrik.
Salah satu energi laut yang bisa dipakai sebagai energi alternatif adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
(PLTGL) mengingat Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki wilayah laut terbesar. Sekitar dua per
tiga wilayah Indonesia adalah laut. Indonesia memiliki pantai kedua terpanjang di dunia setelah Kanada, dimana
panjang pantai Indonesia sekitar 80.000 kilometer (Km) dan luas lautnya adalah sekitar 52 juta km 2. Gelombang
tercipta terutama akibat hembusan angin di permukaan laut. Selama ada perbedaan suhu udara disuatu daerah
dengan dengan daerah lainnya akan menimbulkan angin yang membentuk gelombang jika melewati laut dan setiap
lokasi kekuataannya bervariasi.
Karakteristik energi gelombang sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi kota-kota pelabuhan dan pulau-
pulau terpencil di Indonesia.Sayangnya, pengembangan teknologi pemanfaatan energi gelombang di Indonesia saat
ini masih belum optimal namun cukup menjanjikan. Kegiatan pengembangan dan penelitian teknologi pemanfaatan
energi gelombang masih terus dilakukan oleh kalangan peneliti dan akademisi.Beberapa penelitian untuk
meningkatkan daya pada sistem konversi energi gelombang laut jenis cavity resonator dengan memodifikasikan
bentuk tabung silinder. Hasil penelitian menunjukan bahwa apabila periode gelombang diperbesar, maka tekanan
udara yang terjadi pada orifice (lubang kecil diatas tabung) menjadi cukup signifikan yaitu rata-rata sekitar 40 persen
lebih besar dari sebelumnya. Pemetaan potensi gelombang di wilayah di Indonesia diperlukan untuk mencari lokasi
yang paling cocok untuk dilaksanakan pekerjaan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL). Pemetaan
dilaksanakan dengan pemodelan menggunakan perangkat lunak MIKE21 dan Matlab. Verifikasi dilakukan untuk
mencari kesesuain model dengan kenyataan di lapangan. Pemodelan dengan mencari tinggi gelombang 1.5 m
dilakukan karena dari hasi penelitian dengan menggunakan Pompa Tenaga Gelombang dan Linear Magnetik tinggi
gelombang minimal yang diperlukan untuk dapat menghasilkan energi listrik adalah tinggi gelombang 1.5 m.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meberikan informasi tentang potensi gelombang laut yang ada di wilayah
Indonesia terutama laut di wilayah Indonesia bagian Timur di wilayah perairan Maluku dan Papua.
Permasalahan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini antara lain perlunya informasi mengenai tinggi gelombang di
daerah yang akan dimanfaatkan energi gelombangnya karena tinggi gelombang merupakan faktor yang penting
dalam menentukan alat konversi energi gelombang laut. Selain itu perlu diketahui prosentase kejadian gelombang
untuk memprediksi efisiensi alat konversi energi gelombang laut
Sasaran dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang potensi gelombang laut yang ada di wilayah
Indonesia terutama laut di wilayah Indonesia bagian Timur yang meliputi perairan di sekitar Maluku dan Papua.
Selain itu juga memberikan informasi kejadian tinggi gelombang yang terjadi di wilayah Indonesia Timur.
2. METODOLOGI
Metodologi yang dipakai dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan pemodelan menggunakan perangkat lunak
MIKE21 dan Matlab. Data angin global yang dipakai adalah data angin tahun 2011 dari National Center of
Environmental Protection (NCEP) dan diproses menggunakan Matlab. Pembuatan domain area sampai pemodelan
gelombang dilaksanakan menggunakan MIKE21. Verifikasi data yang dilakukan adalah verifikasi model
Hidrodinamika sehingga diperoleh koefisien bed resistance yang mendekati kenyataan di lokasi model. Verifikasi
dilakukan dengan menggunakan data dari Dishidros. Pemetaan dilakukan dengan mengelompokkan kejadian
gelombang yang mempunyai tinggi lebih besar dari 1.5 m pada tahun 2011 di wilayah perairan Maluku dan Papua.
Data lokasi syarat batas yang dipakai dalam pemodelan ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Sedangkan untuk data-data dan perangkat yang digunakan dalam proses pembuatan pemetaan potensi gelombang
ini di deskripsikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Data yang digunakan dalam kegiatan pembuatan pemetaan potensi gelombang
No. Data Sumber
1 Angin National Center of Environmental Protection (NCEP)
2 Batimetri GEBCO dan DISHIDROS
Lokasi Ambon
Hasil verifikasi model dengan data pasang surut Dishidros dapat dilihat pada tabel gambar dan tabel di bawah :
Data DISHIDROS
Verifikasi y = 0.786x + 0.002
1.50
Chezy 40
R² = 0.840
1.5000
Data Pasang Surut Dishidros (m)
1.00
-1.00
-1.5000
-1.50 -0.50 0.50 1.50 -1.50
1 51 101 151 201 251 301 351
Data Pasang Surut Ambon (m) Bulan Mei 2014 (Jam ke-)
Gambar 3. Hasil verifikasi data pasang surut DISHIDROS dengan hasil pemodelan di Ambon
Lokasi Ternate
Data DISHIDROS
Verifikasi y = 0.958x + 0.004
R² = 0.430 1.50
Chezy 32
1.5000
Data Pasang Surut Dishidros (m)
1.00
-0.50
-1.5000
-1.50 -0.50 0.50 1.50 -1.00
1 51 101 151 201 251 301 351
Data Pasang Surut Ternate (m) Bulan Mei 2014 (Jam ke-)
Gambar 5. Hasil verifikasi data pasang surut DISHIDROS dengan hasil pemodelan di Ternate
Lokasi Manokwari
Data DISHIDROS
Verifikasi y = 0.605x + 0.003 1.50 Chezy 40
1.5000 R² = 0.307
Data Pasang Surut Dishidros (m)
1.00
-1.00
-1.5000
-1.50
-1.50 -0.50 0.50 1.50
1 51 101 151 201 251 301 351
Data Pasang Surut Manokwari (m) Bulan Mei 2014 (Jam ke-)
Gambar 7. Hasil verifikasi data pasang surut DISHIDROS dengan hasil pemodelan di Manokwari
Gambar 9. Hasil running pemodelan gelombang dengan software Mike 21 timestep 1 tahun
Dari hasil pemodelan gelombang, dicari prosentase kejadian gelombang yang memiliki tinggi > 1,5 m di wilayah
perairan Maluku dan Papua. Hasil pengelompokkan prosentase kejadian gelombang yang memiliki tinggi lebih besar
dari 1,5 m dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 10. Total prosentase kejadian gelombang >1,5 m di perairan Maluku dan Papua
Hasil pemodelan gelombang untuk tinggi gelombang rata-rata 1 tahun di perairan Maluku dan Papua dapat dilihat
dari grafik di bawah :
1.5
H Gelombang rata-rata (m)
1.0
0.0
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Gambar 11. Grafik hasil tinggi gelombang rata-rata tahunan di wilayah Maluku dan Papua
Berdasarkan hasil pemodelan, rata-rata HS > 1 meter di wilayah Maluku dan Papua merata terjadi untuk wilayah
bagian Utara, Tengah dan Selatan terjadi pada bulan Mei-Agustus 2011. Untuk prosentase kejadian gelombang yang
lebih besar dari 1,5 m di wilayah Maluku dan Papua dibagi menjadi 3 (tiga) pengelompokkan yaitu perairan bagian
Utara, Tengah dan Selatan.
Gambar 12. Pemodelan di wilayah perairan Maluku dan Papua bagian Utara
Untuk perairan bagian Utara Maluku dan Papua, prosentase kejadian tinggi gelombang lebih besar dari 1.5 m adalah
sebesar 11% - 12% dari total keseluruhan gelombang yang terjadi. Sedangkan tinggi gelombang tertinggi yaitu 3,159
m terjadi pada tanggal 24 Februari 2011.
Gambar 13. Pemodelan di wilayah perairan Maluku dan Papua bagian Tengah
Untuk perairan bagian tengah Maluku dan Papua, prosentase kejadian tinggi gelombang lebih besar dari 1.5 m
adalah sebesar 9% - 10% dari total keseluruhan gelombang yang terjadi. Sedangkan tinggi gelombang tertinggi yaitu
2,442 m terjadi pada tanggal 9 Juli 2011.
Gambar 14. Pemodelan di wilayah perairan Maluku dan Papua bagian Selatan
Untuk perairan bagian Selatan Maluku dan Papua, prosentase kejadian tinggi gelombang lebih besar dari 1.5 m
adalah sebesar 10% - 11% dari total keseluruhan gelombang yang terjadi. Sedangkan tinggi gelombang tertinggi
yaitu 2,631 m terjadi pada tanggal 7 Juli 2011.
5. DAFTAR PUSTAKA
Callaghan, J. (2005). Future Marine Energy Results of the Marine Energy Challenge: Cost competitiveness and
growth of wave and tidal stream energy. Richard Boud: Carbon trust.
DHI Water & Environment. (2007). MIKE 21 & MIKE 3 FLOW MODEL FM Hydrodynamic and Transport Modul
Scientific Documentation. Denmark: DHI Water & Environment.
Robert G. Dean, R. A. (2000). Water Wave Mechanics for Engineers and Scientists. World Scientific Publishing Co.
Pte. Ltd.
Rudkin, E. a. (2001). Vortec – the marine enrgy solution. Marine Renewable Energy Conference, 2001. Newcastle,
United Kingdom.
Sekretariat Panitia Teknis Sumber Energi, (. (2006). BLUEPRINT PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2006 -
2025. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
http://www.esdm.go.id/berita/listrik/39-listrik/5628-solusi-non-bbm-untuk-meningkatkan-ketahanan-energi-nasional-
melalui-revitalisasi-program-energi-laut-nasional.html
http://sarjantahir.com/index.php/web/artikel/detail/17/MEMBANGUN-KETAHANAN-ENERGI-NASIONAL) diakses tgl
7/12/2012