Anda di halaman 1dari 11

I.

TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah:


1. Memahami pengertian dan sifat-sifat proses difusi dalam kaitannya
dengan transport massa
2. Menerapkan dan membedakan metode pemecahan numeric untuk
menyelesaikan persamaan difusi 1 dimensi,yaitu:
a. Metode eksplisit
b. Metode Implisit Crank Nicholson
3. Memahami penerapan parameter model dalam kaitannya dengan
stabilitas numerik

II.
II.1.

TINJAUAN PUSTAKA

Persamaan Difusi 1 Dimensi


Persamaan difusi 1 dimensi yang digunakan adalah:
F
2 F
=Ad
t
x2
dimana F menggambarkan konsentrasi suatu zat terlarut, Ad adalah
koefisien difusi, dan x adalah arah sumbu horizontal .

Persamaan beda hingga metode ini adalah pendekatan beda maju


untuk turunan waktu dan beda puat untuk turunan ruang. Bila indeks n
untuk waktu, indeks i untuk ruang, dan Ad dianggap konstan terhadap
ruang dan waktu, maka persamaan di atas dapat dideskritasi menjadi:
Fni +1=F ni + (F ni+12 F ni + Fni1 )

dimana

Ad t
2
x

Kriteria stabilitas untuk menyelesaikan persamaan difusi dengan


metode beda hingga eksplisit adalah:
=

Ad t 1

x2 2

Nilai awal dan syarat batas:


a. Nilai Awal
Konsentrasi polutan dianggap belum ada, perairan dianggap
bersih. Maka secara matematis dapat dituliskan:
F=0, X pada t=0
Atau

Fi =0

untuk i=1, 2, 3, ... , imax

b. Syarat Batas
Syarat batas di hulu (i=0) dapat ditulis:
Fn0 +1=F n+1
i
Sedangkan syarat batas di hilir (i=imax) dapat ditulis:
n +1
n +1
Fimax =Fimax 1
(Hidayat,2006).
II.2.

Metode Eksplisit
Untuk dapat menggunakan metode beda hingga dibutuhkan Deret
Taylor.
Deret Taylor fungsi satu variabel disekitar x diberikan sebagai:

f(a) + f(a)(x a) +

f ' ' (a )
2!

(x a)2 +

f ' ' ' (a )


3!

(x a)3 + . . . +

(n)

( c)
(x a )n
n!

Deret Taylor inilah yang merupakan dasar pemikiran metode beda hingga
untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial secara numerik.
1. Metode FTCS (Forward Time Center Space)
Metode FTCS sering disebut dengan metode Eksplisit

dimana indeks bawah j menyatakan langkah ruang dan indeks atas n


menyatakan langkah waktu.
Untuk mengetahui apakah metode yang kita gunakan untuk mendekati
persamaan tersebut stabil atau tidak, maka kita perlu melakukan uji
kestabilan dengan menggunakan analisa stabilitas Von Neuman. Ide dari
bentuk analisis kestabilan ini, kita dapat membayangkan bahwa
koefisien-koefisien dari persamaan beda berubah sangat lambat ketika
diperlakukan sebagai konstanta dalam ruang dan waktu. Dalam kasus
demikian, penyelesaian bebasnya atau swamode dari persamaan beda
mengambil bentuk:
dengan k menyatakan bilangan gelombang ruang real yang dapat
berharga sembarang, sedangkan = ( k ) adalah bilangan komplek
yang bergantung pada k.
Jika kita mensubstitusikan maka dengan mudah diperoleh

Dari persamaan diatas dapat diketahui modulus dari yaitu

Persamaan diatas memberi arti bahwa penguatan (amplification)


penyelesaiannya berhrga 1, ini berarti bahwa metode FTCS tidak stabil
mutlak untuk mendekati persamaan adveksi.

Gambar 1. gambaran tentang metode FTCS.


Dalam gambar 1 tersebut bulatan kosong menggambarkan titik baru yang
akan ditentukan nilainya, sedangkan bulatan hitam merupakan hargaharga fungsi yang sudah diketahui yang akan digunakan untuk
memperoleh penyelesaian pada bulatan kosong. Garis sambung
menghubungkan antara titik-titik yang akan digunakan untuk menghitung
derivatif ruang, sedangkan garis putus-putus menghubungkan titik-titik
yang akan digunakan untuk menghitung derivatif waktu.
(Munir,2010).
II.3.

Metode Implisit
Metode Crank-Nicolsondikembangkan

oleh

Crank

John

Phyllips Nicholson

abad

ke-20,

metode

pada

pertengahan

merupakan

pengembangan dari

mengetahui

bahwa

truncationatau

galat

FTCS

dan

FTCS

dan

BTCS

pemotongan (),

BTCS. Kita

dan
ini

telah

keduanya memiliki local

dengan ()merupakan galat

yang muncul dari aproksimasi turunan pertama pada diferensial


maju atau diferensial mundur dalam waktudan ()merupakan galat
yang muncul dari aproksimasi turunan kedua dalam ruang (saham).
Metode Crank-Nicolson merupakan salah satu dari beberapa metode
beda hingga yang memiliki kestabilan tanpa syarat dan nilai error-

nya

paling

kecil

dibandingkan

metode-metode

(Mutholiah,2008)

III.
III.1.

Metode Explisit
III.1.1. Kontinu

FLOWCHART

lainnya

III.1.2. Diskontinu

VI.

PEMBAHASAN

VI.1. Pembahasan
Persebaran suatu konsentrasi secara difusi berarti pengaruh dari arus
tidak ada, penyebaran polutan terjadi karena adanya gradient konsentrasi
yaitu dari konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Pada metode difusi ini tidak terjadi pengurangan polutan, yang ada hanya
penyebaran karena ada koefisien difusi dan perbedaan gradien konsentrasi.
Metode persamaan difusi ini menggunakan pendekatan Forward in Time and
Cental in Space atau FTCS untuk menghitung sebaran polutan di kanal
dengan panjang 4400 m. Pada metode ini terdapat pemberian polutan secara
kontinu dan diskontinu. Pemberian secara kontinyu berarti polutan diberikan
secara terus menerus dalam waktu tertentu. Pada diskontinyu, pemberian
polutan diberikan hanya satu kali pada waktu ke 0 saja.
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa polutan dibuang pada grid ke 10
dan untuk grid yang lainnya dianggap belum tercemar atau perairan masih
bersih dari polutan. Pada grafik sebaran polutan secara kontinu, diketahui
bahwa polutan dibuang pada grid ke 10 dengan konsentrasi sebesar 50 nilai
ini akan berubah secara signifikan hingga pada grid ke-13 dan setelah grid
tersebut polutan akan berkurang dengan keceptan yang relatif sama, dari
mulai waktu pertama sampai terakhir.
Pada grafik konsentrasi terhadap waktu dan grafik konsentrasi terhadap
ruang, terlihat bahwa konsentrasi menyebar meskipun tidak adanya
kecepatan arus. Penyebaran polutan pada grid setiap waktu tergantung pada
koefisien difusi dan gradien konsentrasinya. Semakin tinggi koefisien difusi,
semakin cepat pula perubahan konsentrasi setelah polutan tersebut diberikan
pada grid tertentu. Begitupula semakin tinggi gradien konsentrasi antar grid
maka polutan akan cepat menyebar.
Pada skenario 9, dimana nilai koefisien difusinya adalah 0 maka
penyebaran polutan tidak terjadi. Karena tidak adanya perbedaan gradien

konsentrasi yang terjadi, sehingga polutan tersebut tidak menyebar dan


nilainya tetap 50, seperti saat pertama diberikan.
Pada grafik sebaran polutan secara diskontinu ini sedikit berbeda dengan
sebaran polutan secara kontinu. Nilai konsentrasi yang dibuang pada grid 10
awalnya sebesar 50. Pemberian secara kontinyu ini berarti polutan hanya
diberikan sekali pada waktu ke 0. Seiring dengan bertambahnya waktu nilai
konsentrasi pada grid ini semakin berkurang dan menyebar pada grid-grid
yang ada di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat pada grafik konsentrasi terhadap
waktu dan grafik konsentrasi terhadap ruang. Pada grafik konsentrasi
terhadap waktu terlihat bahwa sumber polutan yang dibuang pada grid ke 10
nilainya akan semakin berkurang dengan bertmabahnya waktu.
Penyebaran polutan secara kontinu dan diskontinu itu untuk grid yang
ada di sekitarnya relatif sama dengan sebaran polutan secara kontinu.
Dimana pada metode kontinyu, konsentrasi nilainya akan bertambah karena
adanya polutan yang dimasukan dalam suatu perairan tertentu. Sedangkan
pada metode eksplisit secara diskontinyu, polutan tetap bernilai 50 ketika
mencapai hilir. Hal ini karena polutan diberikan satu kali saja pada awal
waktu sehingga konsentrasi polutan yang menyebar akan tetap 50, hanya
saja menyebar ke setiap grid ruang. Dalam metode eksplisit terdapat kriteria
stabilitas yang bernilai 0.5 , sedangkan jika nilai atau kestabilitasan
lebih besar dari 0.5 maka akan terjadi suatu overflow atau aliran yang
melebihi batas kapasitas dari kanalnya dan ini akan berbahaya bagi perairan
tersebut karena sudah mencapai batas jenuh perairan.

VII.

PENUTUP

VII.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Difusi merupakan penyebaran konsentrasi dimana tidak dipengaruhi
oleh kecepatan aliran, melainkan disebabkan oleh koefisien difusi
dan gradien konsnetrasi. Difusi berkaitan dengan adanya proses
transport massa maupun penyebaran polutan pada sauatu kanal.
2. Perbedaan metode eksplisit dan implisit adalah pada kestabilannya,
pada metode Eksplisit terdapat kriteria stabilitas untuk bisa menjadi
stabil sedangkan untuk metode Implisit cenderung stabil namun
penyelesainnya lebih rumit.
3. Model difusi polutan tersebut penting karena dapat digunakan untuk
memodelkan suatu kanal ataupun aliran terbuka yang terkena suatu
polutan atau tercemar sehingga diketahui pola persebarannya.
VII.2. Saran
Pada praktikum selanjutnya, praktikan diharapkan lebih kondusif dan
flowchart metode pemodelan diharapkan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, R. 2006. Persamaan Diferensial Parsial. Jember : Jember University
Press
Munir, R. 2010. Metode Numerik. Bandung : Informatika.
Mutholiah, E. 2008. Analisis Perbandingan Metode Beda Hingga skema
Implisit dan Crank-Nicholson pada Penyelesaian Persamaan Diferensial
Parsial. Malang : UIN Maulana Ibrahim Malang.

Anda mungkin juga menyukai