Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PASANG SURUT DAN GELOMBANG

DI PANTAI MALALAYANG

Faiz Mahbubi
Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
email: mahbubifaiz@pu.go.id

Abstrak. Pantai-pantai di Kota Manado sebagian besar sudah terlindungi oleh bangunan
pengaman pantai, namun oleh karena pesatnya pertumbuhan ekonomi, mengakibatkan daerah
pantai di Kota Manado perlu dikaji mengenai bangunan pengaman pantai yang terintergrasi
dengan kebutuhan arah pengembangan kawasan pariwisata maupun kawasan pusat ekonomi
yang akan dibangun nanti. Oleh karena itu untuk mengatasi kondisi dan permasalahan di atas
maka perlu kajian secara komprehensif dan menyeluruh guna mendapatkan suatu perencanaan
detail bangunan pengendalian daya rusak air sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya
dukung lingkungan serta sesuai dengan asas pengelolaan sumber daya air, kebijaksanaan
pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.
Analisis dimulai dengan melaksanakan survei pasang surut, arus laut, pengambilan sampel
sedimen dan analisis gelombang. Dari hasil analisa hidro-oceanografi, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa gelombang ekstrim tahunan terbesar berdasarkan analisis data BMKG
berasal dari arah barat. Selain itu tipe pasang surut adalah Tipe campuran, condong ke semi
diurnal.

Kata kunci: pantai, pasang-surut, gelombang.

I. PENDAHULUAN bangunan pengendalian daya rusak air sesuai


1.1. Umum dengan kebutuhan dan kemampuan daya
Pantai merupakan salah satu bagian dari dukung lingkungan serta sesuai dengan asas
alam yang keberadaannya sering dimanfaatkan pengelolaan sumber daya air, kebijaksanaan
oleh manusia untuk berbagai keperluan, antara pembangunan nasional dan daerah yang
lain untuk transportasi, pariwisata, pusat berkelanjutan.
perekonomian dll. Namun demikian pantai juga
sering menimbulkan masalah bagi manusia, 1.2. Lingkup Pekerjaan
terutama masalah abrasi pantai. Permasalahan Lingkup pekerjaan analisa hidro-
tersebut akan semakin terasa jika terjadi pada oceanografi di lokasi studi adalah sebagai
lokasi yang berdekatan dengan pemukiman berikut:
padat penduduk. 1.2.1. Pengukuran Elevasi Muka Air
Pantai-pantai di Kota Manado sebagian Pengukuran ini dilakukan untuk
besar sudah terlindungi oleh bangunan Mendapatkan informasi elevasi muka air pada
pengaman pantai, namun oleh karena pesatnya sungai, muara atau pun laut (baik yang
pertumbuhan ekonomi, mengakibatkan daerah dipengaruhi pasang-surut ataupun yang tidak).
pantai di Kota Manado perlu dikaji mengenai Untuk mendapatkan data yang akan dianalisis
bangunan pengaman pantai yang terintergrasi lebih lanjut untuk peramalan dan model
dengan kebutuhan arah pengembangan matematik. Untuk menentukan bidang referensi
kawasan pariwisata maupun kawasan pusat misalnya MSL, LLWS, HHWS, dsb. Untuk
ekonomi yang akan dibangun nanti. menentukan korelasi antara elevasi dan
Oleh karena itu untuk mengatasi kecepatan air atau debit ( Rating curve ). Dalam
kondisi dan permasalahan di atas maka perlu pengukuran ini dapat digunakan cara manual
kajian secara komprehensif dan menyeluruh ataupun otomatis. Untuk pengukuran secara
guna mendapatkan suatu perencanaan detail manual dapat digunakan bak ukur yang
1
ditanamkan kedalam dasar laut (tepi pantai). a. Pengikatan Vertikal (Vertical Control)
Pembacaan elevasi muka air (misalnya pasang Untuk keperluan ini maka perlu
surut ) pada staff gauge dilakukan setiap interval dibuatkan titik tetap BM (Bench Mark)
1 ( satu ) jam untuk 15 (lima belas) hari. Elevasi yang sudah diketahui elevasinya (lihat
muka air yang akan diukur harus diikat ke penjelasan BM di atas). Pemasangan
Bench Mark. BM tersebut harus diikatkan “Water Level Recorder” harus
dengan jaringan triangulasi yang ada disekitar dilakukan pada saat paling awal dari
daerah pengukuran. Pengukuran cara otomatis suatu kegiatan hidrografi.
dapat menggunakan Automatic Water Level b. Pengikatan Horizontal
Recorder model Float Gauge atau Pneumatic Selama pelaksanaan hidrografi, lokasi
Gauge, dll. kegiatan harus diikatkan atau
1.2.2. Survei Hidro-oceanografi ditentukan dengan referensi tertentu
Pekerjaan ini antara lain meliputi : misalnya dengan stasion yang telah
• Penentuan Datum disiapkan.
Melakukan Sounding. Setiap titik c. Pelaksanaan kegiatan hidro
kedalaman harus dicatat posisi koordinatnya oceonografi.
(positioning) dengan menggunakan GPS. Menentukan “bed profile”, kecepatan
Peralatan yang digunakan adalah GPS dan arus, pengambilan contoh sedimen,
Echosounder. Echosounder harus dikalibrasi pengukuran salinitas atau temperatur
dahulu sebelum digunakan. dan lain sebagainya (bila diperlukan).
• Pengukuran Gelombang Hasil sounding perlu dikoreksi dengan
Pengukuran gelombang dapat dilakukan data pasang surut yang terjadi pada saat
secara visual atau dengan menggunakan video pengukuran (sounding) dilaksanakan.
recorder pada saat-saat tertentu dimasa Pengukuran kecepatan, sedimen, dan
perencanaan ketika tinggi gelombang cukup salinitas perlu dilakukan pada saat
besar. Pengukuran dilakukan untuk pasang dan pada saat surut.
mendapatkan tinggi gelombang, periode d. Situasi keadaan fisik daerah yang
gelombang dan arah datangnya gelombang. diukur
• Pengukuran Arus dan Pengambilan Contoh Situasi keadaan fisik daerah yang akan
Sedimen diukur perlu diketahui dengan baik,
Pengukuran arus dimaksudkan untuk keadaan fisik ini meliputi garis pantai,
mendapatkan gambaran perilaku arus perairan, pulau, tebing sungai, karang, bangunan
seperti kecepatan arus yang dominan dan arah pelabuhan/ pelindung pantai, dan
arusnya. Pengukuran harus dilakukan setiap sebagainya.
jam pada beberapa stasiun (sesuai kebutuhan)
pengukuran dan beberapa kedalaman air per 1.3. Lokasi Pekerjaan
stasiun, yaitu 0,2d; 0,6d dan 0,8 (d = kedalaman Penelitian dilakukan di pantai Malalayang
air). Pengukuran ini dilakukan secara terus yang berada di wilayah administratif Kota
menerus selama 25 jam. Alat yang digunakan Manado.
dapat berupa CM-2 Toho Dentan atau yang
sejenis. Hasil pengukuran harus diberikan
dalam grafik pengamatan arus yang memplot
hubungan antara pasang-surut muka air laut dan
arus yang diamati.
• Program Pengukuran Hidro-Oceanografi
Agar supaya kegiatan Hidro-Oceanografi
berjalan lancar, maka pelaksanaannya perlu
dilakukan menurut urut-urutan yang benar.
Pedoman urutan kegiatan Hidrografi paling
tidak memuat 4 (empat) tahap, yaitu:

2
II. METODE PENELITIAN kaitannya dengan tujuan pengamatan
2.1. Metode Pengamatan Pasang Surut (Djaja, 1989). Pada umumnya dikenal 2
Menurut Setiadi dkk (1988), pasang surut (dua) cara perhitungan pasang surut, yakni:
adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu 1. Cara Konvensional, yaitu dengan
planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang mengambil harga rata-rata dari semua
diakibatkan oleh aksi gravitasi benda-benda di data pengamatan, dimana harga
luar materi itu berada. Survei harus dilakukan di tersebut menyatakan kedudukan
lokasi yang memiliki kondisi gelombang yang permukaan air laut rata-rata (MLR);
cukup tenang, dan lokasi ini tentunya harus dan
dilakukan secermat mungkin karena 2. Metode Admiralty, dimana permukaan
mempengaruhi hasil analisis. Pengamatan air laut rata-rata diperoleh dengan
pasang surut dilakukan di laut untuk menghitung konstanta-konstanta
mengetahui elevasi muka air laut akibat pasang surut (komponen dinamik
pasang surut dengan metode pengamatan pasang surut).
pasang surut, sebagai berikut:
1. Pengamatan pasang surut dilakukan satu
tempat yang secara teknis memenuhi 2.2. Metode Pengukuran Arus
syarat di daerah yang tidak pernah Arus permukaan di perairan pantai pada
kering akibat pasang surut selama 15 umumnya sangat kompleks, sebab ada
hari. beberapa faktor yang mengendalikan sirkulasi
2. Pengamatan elevasi muka air dibaca air tersebut. Faktor – faktor yang
pada papan berskala (peil scale) secara mempengaruhi adalah gaya-gaya dari
terus-menerus; Papan skala memiliki darat/aliran sungai, tiupan/stress angin, gaya-
ketelitian 1 cm dengan panjang 3 m gaya pasang surut dan bentuk dasar perairan
diletakkan sebagai titik tetap. (batimetri pantai). Pergerakan arus pasang
3. Hasil pengamatan pada papan peil scale surut sangat di pengaruhi oleh pola pasang
dicatat pada formulir pencatatan elevasi surut yang terjadi di lokasi pengamatan.
air pasang surut yang telah disediakan. Untuk pengukuran arus dengan current
4. Data pencatatan selanjutnya diregresi meter, pertama kali ditentukan lokasi dominan
untuk mendapatkan karakteristik arus yang berpengaruh pada pergerakan
parameter air pasang pada kawasan sedimen layang. Penetapan titik koordinat
tersebut termasuk posisi HHWL, MSL pengambilan arus dilakukan berdasarkan
dan LLWL serta rentang pasang. acuan koordinat lokal yang ada di lokasi
Analisis posisi HHWL, MSL dan LLWL tersebut. Penetapan titik koordinat dipilih
dengan menggunakan metode least lokasi dengan kedalaman maksimum 10 meter
square atau admiralty yang digunakan pada saat Mean Sea Level (MSL) untuk dapat
sebagai dasar penentuan tinggi menghasilkan analisis data arus yang akurat.
gelombang rencana dan elevasi Pengukuran dilakukan dengan interval 60
bangunan rencana. menit selama 24 jam pemantauan. Pengukuran
5. Hasil pengamatan ini diikatkan ditetapkan pada kedalaman 0.2 d, 0.6 d dan
(levelling) ke patok pengukuran 0.8d (d = kedalaman air) untuk mewakili arus
topografi terdekat pada salah satu patok, rerata kedalaman dan pola perbedaan arus
untuk mengetahui elevasi nol peil scale dalam suatu pergerakannya. Tujuan
dengan menggunakan Zeiss Ni-2 pengukuran arus adalah untuk mendapatkan
waterpass. Sehingga pengukuran besaran kecepatan dan arah arus yang akan
topografi, batimetri, dan pasang surut berguna dalam penentuan sifat dinamika
mempunyai datum (bidang referensi) perairan lokal. Untuk melakukan pengukuran
yang sama. arus hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah
sebagai berikut:
Studi numerik dinamika pasang surut telah • Alat Current Meter
banyak dilakukan. Metode perhitungan • Perahu, digunakan untuk menuju lokasi
yang dipakai untuk pasang surut erat pengukuran.
3
• Jangkar di 2 posisi untuk menstabilkan distribusi yang paling cocok untuk
posisi perahu semaksimal mungkin tidak diterapkan pada pola angin yang terjadi di
bergerak. kawasan kajian dengan kecepatan angin
• GPS untuk menentukan lokasi maksimum pada lokasi pekerjaan.
penempatan alat. Untuk mendapatkan gelombang rencana,
• Menetapkan lokasi yang diperlukan peneliti akan melakukan pasca-kiraan
sebagai lokasi pengukuran. gelombang berdasarkan data angin jangka
panjang dengan program yang
2.3. Metode Pengambilan Sampel Sedimen dikembangkan oleh peneliti sendiri. Metode
Metode pengambilan sampel sedimen yang dierapkan mengikuti Metode yang
dasar laut di pantai menggunakan Sediment diberikan dalam Shore Protection Manual
Grab adalah sebagi berikut: (Coastal Engineering Research Center, US
a. Alat Sediment Grab, berbentuk seperti Army Corp of Engineer) edisi 1984 yang
kerang (clamshell); merupakan acuan standar bagi praktisi
b. Perahu, digunakan untuk menuju pekerjaan-pekerjaan pengembangan,
lokasi pengambilan sampel; perlindungan, dan pelestarian pantai.
c. Jangkar di 2 posisi untuk menstabilkan Data angin jangka panjang, minimum 10
posisi perahu semaksimal mungkin tahun, memberikan data statistik yang lebih
tidak bergerak; meyakinkan untuk metode hindcasting ini.
d. GPS untuk menentukan lokasi Untuk melakukan peramalan gelombang di
pengambilan sampel; suatu perairan diperlukan masukan berupa
e. Menjatuhkan alat Sediment Grab ke data angin dan peta batimetri. Interaksi
dasar laut, hingga terasa terasa sudah antara angin dan permukaan air
menangkap sedimen dasar; menyebabkan timbulnya gelombang
f. Angkat alat, kemudian masukkan (gelombang akibat angin atau wind induced
sampel sedimen ke dalam wadah wave). Peta perairan lokasi dan sekitarnya
(botol atau plastik). diperlukan untuk menentukan besarnya
“fetch” atau kawasan pembentukan
2.4. Analisa Gelombang gelombang. Fetch adalah daerah
Angin mengakibatkan gelombang laut, pembentukan gelombang yang diasumsikan
oleh karena itu data angin dapat digunakan memiliki kecepatan dan arah angin yang
untuk memperkirakan tinggi dan arah relatif konstan. Adanya kenyataan bahwa
gelombang di lokasi kajian. Data angin angin bertiup dalam arah yang bervariasi
diperlukan sebagai data masukan dalam atau sembarang, maka panjang fetch diukur
peramalan gelombang sehingga diperoleh dari titik pengamatan dengan interval 5°.
tinggi gelombang rencana. Data angin yang Panjang fetch dihitung untuk 8 arah mata
diperlukan adalah data angin setiap jam angin dan ditentukan berdasarkan rumus
berikut informasi mengenai arahnya. berikut:
Arah angin dinyatakan dalam bentuk
Lfi =
 Lf .cosα
i i
delapan penjuru arah angin (Utara, Timur  cosα i
Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya,
dimana
Barat dan Barat Laut). Kecepatan angin
Lfi = panjang fetch ke-i
disajikan dalam bentuk satuan knot, dimana:
αi = sudut pengukuran fetch ke-i
• 1 knot = 1 mil laut/jam
i = jumlah pengukuran fetch
• 1 mil laut = 6080 kaki (feet) =
Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata
1853,18 meter
angin tersebut meliputi pengukuran-
• 1 knot = 0.515 meter/detik
pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch
Analisis pola distribusi angin rencana
(5o searah jarum jam dan 5o berlawanan arah
pada kawasan kajian dilakukan pula dengan
jarum jam)
menggunakan berbagai distribusi yaitu
distribusi Log Normal, Pearson, Log Pearson
dan Gumbel. Selanjutnya akan diperoleh
4
2.5. Metode Peramalan Gelombang v. Pemilihan distribusi yang sesuai dari
Peramalan gelombang berdasarkan data beberapa distribusi tersebut untuk
angin sebagai pembangkit utama gelombang memberikan nilai gelombang rencana.
dan daerah pembentukan gelombang (fetch).
Data angin yang digunakan adalah data angin III. HASIL PENELITIAN DAN
jam-jaman dari data sekunder, European PEMBAHASAN
Center for Medium-Range Weather Forecast
(ECMWF) di wilayah Kecamatan Bolaang 3.1. Hasil Pengamatan dan Analisis Pasang
Uki selama 10 (sepuluh) tahun terakhir. Data Surut
angin disajikan dalam bentuk mawar angin Dari hasil pengamatan pasang surut,
dalam satuan bulanan ataupun secara total. maka didapat fluktuasi muka air laut,
sebagaimana ditampilkan dalam tabel dan
2.6. Gelombang Rencana gambar berikut ini:
Tinggi gelombang rencana yang
diperlukan sebagai data input dalam analisis
gelombang selanjutnya diperoleh dengan
cara sebagai berikut:
i. Dari hasil pasca-kiraan gelombang,
diambil tinggi gelombang yang terbesar
dengan periodanya untuk tiap arah yang
mendatangkan gelombang, tiap tahun. Gambar 3.1. Hasil pengamatan pasang surut
ii. Dari tabel tersebut untuk tiap tahun
diambil gelombang terbesar, tidak Langkah pengolahan data pasang surut
peduli arahnya. Hasil inventarisasi berikutnya adalah mencari harga elevasi-
gelombang terbesar selama 18 tahun ini elevasi acuan dari karakteristik perairan di
disajikan dalam bentuk tabel dengan wilayah pekerjaan. Untuk mencari harga
informasi mengenai arah gelombang elevasi-elevasi tersebut, digunakan nilai-
sudah hilang dalam analisis selanjutnya. nilai komponen pasang surut dari hasil
iii. Dilakukan analisis harga ekstrim Peramalan dengan menggunakan metode
berdasarkan data gelombang terbesar least square.
tahunan yang telah tersusun dari langkah Tabel 3.1. Komponen pasang surut di
sebelumnya. Dengan cara analisis harga Pantai Malalayang
ekstrim yang didasarkan pada tinggi
gelombang ini, maka informasi
mengenai perioda gelombang hilang
dalam langkah selanjutnya. dimana:
iv. Analisis frekuensi gelombang rencana A : amplitudo,
dengan metode yang digunakan terdiri g : beda fase,
dari beberapa distribusi yaitu Log M2 : komponen utama bulan (semi diurnal),
S2 : komponen utama matahari (semi
Normal, Log Pearson III, Pearson III dan diurnal),
Gumbell. Analisis frekuensi adalah N2 : komponen eliptis bulan,
kejadian yang diharapkan terjadi, rata- K2 : komponen bulan,
rata sekali setiap N tahun atau dengan K1 : komponen bulan,
perkataan lain tahun berulangnya N O1 : komponen utama bulan (diurnal),
P1 : komponen utama matahari (semi
tahun. Kejadian pada suatu kurun waktu diurnal),
tertentu tidak berarti akan terjadi sekali M4 : komponen utama bulan (kuarter
setiap 10 tahun akan tetapi terdapat diurnal), dan
MS4 : komponen utama matahari-bulan
suatu kemungkinan dalam 1000 tahun
akan terjadi 100 kali kejadian 10 Dengan konstanta pasang surut diatas
tahunan. dilakukan penentuan jenis pasang surut
menurut sbb:

5
K1 + O1
F=
M 2 + S2
Tabel 3. 3. Data pengukuran arus saat
pasang
dimana jenis pasut untuk nilai F (angka DATA PENGAMATAN ARUS Pengukuran Arus Spring Tide
(Spring Tide)
Formzahl): Lokasi
Tanggal
: Pantai Malalayang
: 26/05/2021
Kedalaman : 2 m

0 - 0,25 = pasang harian ganda (semi diurnal) Kedalaman 0.2 d Kedalaman 0.6 d Kedalaman 0.8 d
Kecepata Kecepata Kecepata
0,25 - 1,5 = campuran, condong ke semi diurnal (semi Jam Arah
n (m/dtk)
Jam Arah
n (m/dtk)
Jam Arah
n (m/dtk)
11,00 100 0,121 11,00 110 0,079 11,00 115 0,048
diurnal dominant) 12,00
13,00
95
85
0,197
0,175
12,00
13,00
100
85
0,159
0,139
12,00
13,00
105
90
0,102
0,092
1,5 - 3,0 = campuran, condong ke diurnal (diurnal 14,00
15,00
85
100
0,153
0,145
14,00
15,00
85
100
0,114
0,114
14,00
15,00
85
110
0,074
0,073

dominant) 16,00
17,00
265
265
0,119
0,199
16,00
17,00
270
265
0,083
0,163
16,00
17,00
265
265
0,046
0,119
18,00 280 0,211 18,00 280 0,174 18,00 280 0,130
>3,0 = pasang harian tunggal (diurnal) 19,00
20,00
280
270
0,191
0,174
19,00
20,00
280
270
0,140
0,130
19,00
20,00
285
270
0,095
0,086
21,00 280 0,151 21,00 280 0,113 21,00 285 0,073
22,00 280 0,137 22,00 285 0,091 22,00 290 0,058
23,00 90 0,096 23,00 90 0,064 23,00 90 0,051

Berdasarkan konstanta-konstanta utama 24,00


1,00
2,00
95
90
85
0,168
0,218
0,220
24,00
1,00
2,00
95
95
90
0,141
0,185
0,185
24,00
1,00
2,00
100
100
90
0,088
0,126
0,120

pasang surut di atas diketahui bahwa tipe 3,00


4,00
5,00
85
90
280
0,199
0,137
0,109
3,00
4,00
5,00
85
90
285
0,164
0,123
0,073
3,00
4,00
5,00
85
100
295
0,101
0,066
0,042
6,00 265 0,151 6,00 270 0,114 6,00 270 0,074
pasang surut di ruas pantai adalah tpe 7,00
8,00
270
275
0,200
0,210
7,00
8,00
270
275
0,167
0,157
7,00
8,00
270
280
0,104
0,111
9,00 275 0,177 9,00 275 0,135 9,00 280 0,087
campuran condong ke semi diurnal dengan 10,00
12,00
265
105
0,140
0,088
10,00
12,00
265
110
0,102
0,056
10,00
12,00
265
95
0,062
0,041

angka Formzahl di Pantai Malalayang 0.36. Kedalaman 0,2 d


= 0.4 m
- Max 0.220 m/dtk
- Rata-rata 0.163 m/dtk
- Min 0.096 m/dtk

Dari elevasi acuan pasang surut yang ada Kedalaman 0,6 d


= 1.2 m
- Max 0.185 m/dtk
- Rata-rata 0.126 m/dtk
- Min 0.064 m/dtk
maka ditetapkan nilai muka air terendah Kedalaman 0,8 d
- Max 0.129 m/dtk
- Rata-rata 0.082 m/dtk
= 1.6 m

(LLWL) sebagai elevasi nol acuan. Nilai - Min 0.040 m/dtk

elevasi-elevasi acuan yang telah diperoleh


adalah sebagai berikut.
Tabel 3. 4. Data pengukuran arus saat surut
Tabel 3. 2. Nilai elevasi acuan di Pantai DATA PENGAMATAN ARUS Pengukuran Arus Neap Tide
(Neap Tide)
Malalayang Lokasi : Pantai Malalayang
Tanggal : 26/05/2021
Kedalaman : 2 m

Elevasi-Elevasi Acuan Terhadap Peilschaal (cm) MSL (cm) MLWS (cm)


Kedalaman 0.2 d Kedalaman 0.6 d Kedalaman 0.8 d
Highest High Water Level (HHWL) : 253,6 162,2 281,2 Kecepata Kecepata Kecepata
Jam Arah Jam Arah Jam Arah
Mean High Water Spring (MHWS) : 227,2 135,8 254,8 n (m/dtk) n (m/dtk) n (m/dtk)
8,00 100 0,148 8,00 105 0,110 8,00 100 0,090
Mean High Water Level (MHWL) : 174,4 83,0 202,0 9,00 100 0,187 9,00 90 0,145 9,00 105 0,135
Mean Sea Level (MSL ) : 91,4 0,0 119,0 10,00
11,00
90
85
0,186
0,198
10,00
11,00
85
90
0,163
0,137
10,00
11,00
90
85
0,115
0,097
Mean Low Water Level (MLWL) : 8,4 -83,0 36,0 12,00 95 0,191 12,00 100 0,150 12,00 105 0,111

Mean Low Water Spring (MLWS) : -27,6 -119,0 0,0 13,00


14,00
270
265
0,130
0,202
13,00
14,00
260
265
0,084
0,161
13,00
14,00
260
260
0,051
0,105
Lowest Low Water Level (LLWL ) : -44,3 -135,7 -16,7 15,00 270 0,207 15,00 275 0,180 15,00 275 0,140
16,00 280 0,187 16,00 280 0,148 16,00 280 0,100

3.2. Hasil Pengukuran dan Analisis Arus 17,00


18,00
19,00
260
275
280
0,172
0,170
0,143
17,00
18,00
19,00
270
275
285
0,136
0,114
0,094
17,00
18,00
19,00
265
275
280
0,087
0,080
0,068

Pengukuran arus dilakukan pada koordinat 20,00


21,00
22,00
90
90
95
0,122
0,207
0,205
20,00
21,00
22,00
90
95
95
0,093
0,168
0,174
20,00
21,00
22,00
90
100
100
0,060
0,128
0,156

X = 699471.50, Y = 161540.36 dan 23,00


24,00
1,00
95
85
90
0,216
0,210
0,180
23,00
24,00
1,00
85
85
90
0,171
0,149
0,170
23,00
24,00
1,00
90
85
95
0,137
0,126
0,103

dilakukan pada 2 kondisi, yaitu pada kondisi 2,00


3,00
4,00
265
265
270
0,108
0,165
0,187
2,00
3,00
4,00
275
265
270
0,072
0,120
0,156
2,00
3,00
4,00
285
260
270
0,054
0,082
0,105
5,00 275 0,202 5,00 270 0,163 5,00 275 0,110
pasang tertinggi (pasang purnama) dan surut 6,00
7,00
275
260
0,186
0,141
6,00
7,00
275
255
0,149
0,107
6,00
7,00
280
265
0,091
0,068
8,00 100 0,123 8,00 100 0,089 8,00 110 0,068
terendah (pasang perbani) secara simultan. Kedalaman 0,2 d
- Max 0.215 m/dtk
- Rata-rata 0.174 m/dtk
= 0.4 m
Lama pengukuran masing-masing selama 24 Kedalaman 0,6 d
- Min 0.108 m/dtk
- Max 0.179 m/dtk
- Rata-rata 0.136 m/dtk
jam dengan interval waktu 60 menit, yaitu = 1.2 m
- Min 0.072 m/dtk
- Max 0.156 m/dtk
Kedalaman 0,8 d

dari saat surut sampai dengan saat surut = 1.6 m


- Rata-rata 0.098 m/dtk
- Min 0.050 m/dtk

berikutnya atau pada saat pasang ke saat


pasang berikutnya atau disebut 1 siklus
pasang surut. Dari Tabel 3.3 hasil
pengukuran arus ketika sedang pasang arus Berdasarkan hasil evaluasi kondisi arus yang
terbesar adalah 0,222 m/s dari arah 85° terjadi di ruas Pantai Malalayang dapat
sedangkan berdasarakan Tabel 2.5 hasil disimpulkan bahwa:
pengukuran arus ketika surut diketahui arus Ruas pantai Salongo kondisi arus lebih
terbesar adalah 0,215 m/s dari arah 95 °.. condong kearah sejajar garis pantai dan hal
Hasil olah data pengukuran current meter ini murni akibat pasang surut. Potensi
dapat dilihat pada tabel berikut: besaran arus di bawah permukaan lebih
tinggi di bandingkan arus di permukaan.

4.4. Analisis Sedimen


6
Pengambilan sampel sedimen layang dan
sedimen dasar dilakukan pada 5 titik
pengambilan sampel. Hasil survei sedimen
layang telah diteliti dalam laboratorium,
untuk mendapatkan konsentrasi sedimen
pada lokasi pekerjaan. Hasil analisis
sedimen layang dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Dari hasil tersebut dapat dilihat hasil
pengujian TSS terbesar pada sungai
malalayang yaitu 9 mg/l. Sedangkan
berdasarkan hasil laboratorium sedimen
dasar pada lokasi pekerjaan diketahui
material dominan pada lokasi studi
merupakan pasir dengan nilai 45-98 % pada Gambar 3.2. Daerah pembentukan gelombang (fetch) dan
panjang fetch efektif di lokasi pekerjaan
setiap sampelnya.
Pembentukan gelombang di laut dalam
Tabel 3. 5. Hasil Analisis Sedimen Layang
dianalisis dengan formula-formula empiris
TSS SALINITAS yang diturunkan dari model parametrik
No Lokasi Koordinat Metode : APHA-2540-D Metode : APHA-2520
Satuan : Mg/l Satuan : 0/00 berdasarkan spektrum gelombang
1 Pantai Malalayang
X = 699554.00
Y = 161542.00
< 2,5 25,4 JONSWAP (Shore Protection Manual,
2 Sungai Malalayang
X = 702493.00
9 1,04
1984). Prosedur peramalan tersebut berlaku
Y = 161676.00

3 Sungai Sario
X = 703901.00
< 2,5 0.200
baik untuk kondisi fetch terbatas (fetch
Y = 163135.00
X = 704694.00
limited condition) maupun kondisi durasi
4 Sungai Tondano 3 1,26
Y = 165901.00
X = 704836.00
terbatas (duration limited condition).
5 Sungai Bailang
Y = 168550.00
< 2,5 0,220
4.5.1 Peramalan arah gelombang
Peramalan gelombang berdasarkan
Tabel 3. 6. Hasil Analisis Sedimen Dasar data angin sebagai pembangkit utama
gelombang dan daerah pembentukan
Gravel % finer by weight
No Lokasi Koordinat
%
Sand Silt Clay
passing sleve # 200 gelombang (fetch). Data angin yang
1 Pantai Malalayang
X = 699554.00
Y = 161542.00
0 98 2 0 2 digunakan adalah data angin BMKG
2 Sungai Malalayang
X = 702493.00
51 49 0 0 0
Manado (Stasiun Geofisika Winangun ) dari
Y = 161676.00

3 Sungai Sario
X = 703901.00
9 88 3 0 3
tahun 2011 sampai dengan 2020.
Y = 163135.00
X = 704694.00
Data iklim angin disajikan dalam bentuk
4 Sungai Tondano 1 96 3 0 3
Y = 165901.00
X = 704836.00
windrose bulanan ataupun secara total.
5 Sungai Bailang
Y = 168550.00
5 45 50 5 0
Windrose total disajikan pada Gambar di
bawah ini, sedangkan distribusi jumlah dan
4.5. Analisis Gelombang prosentase kejadian anginnya disajikan
berikut
Dari gambar dan tabel di bawah dapat dilihat
daerah pembentukan gelombang di lokasi
penelitian:
Pembentukan gelombang di Desa Salongo
terjadi di 3 (lima) arah yaitu, dari arah Barat,
Barat Laut, dan Utara. fetch terpanjang dari
arah Barat dengan panjang 200 km

7
Gambar 3.3. Windrose berdasarkan data angin BMKG Tabel 3. 8. Distribusi Total Arah dan
Manado
Tinggi Gelombang di Lepas Pantai
Tabel 3. 7. Total distribusi arah dan
Malalayang
kecepatan angin berdasarkan data angin
BMKG Manado Arah
Tinggi Gelombang (m)
0.02 - 0.50 0.50 - 1.00 1.00 - 1.50 1.50 - 2.00 >= 2.00 Total
Utara 5.03 9.45 11.99 7.35 0.12 33.93
Jumlah Jam Persentase
Arah
<5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total <5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Timur Laut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Utara 23183 10016 1336 152 40 34727 26.46 11.43 1.53 0.17 0.05 39.64 Timur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Timur Laut 168 304 88 8 48 616 0.19 0.35 0.10 0.01 0.05 0.70 Tenggara 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Timur 720 648 120 0 8 1496 0.82 0.74 0.14 0.00 0.01 1.71 Selatan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tenggara 1472 920 72 16 0 2480 1.68 1.05 0.08 0.02 0.00 2.83
Barat Daya 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Selatan 9232 8064 800 184 16 18296 10.54 9.21 0.91 0.21 0.02 20.89
Barat Daya 2536 3784 1152 152 32 7656 2.89 4.32 1.32 0.17 0.04 8.74 Barat 1.29 1.65 1.34 1.27 4.23 9.79
Barat 3416 4040 728 152 64 8400 3.90 4.61 0.83 0.17 0.07 9.59 Barat Laut 0.37 0.58 0.17 0.07 0.41 1.60
Barat Laut 368 824 192 48 40 1472 0.42 0.94 0.22 0.05 0.05 1.68 Bergelombang = 45.32
Berangin = 75143 = 85.78 Tidak Bergelombang (calm ) = 51.11
Tidak Berangin = 9328 = 10.65
Tidak Tercatat = 3129 = 3.57
Tidak Tercatat = 3.56
Total = 87600 = 100.00 Total = 100.00
Kecepatan angin dalam k not.
Tinggi gelombang di perairan laut dalam
dilokasi pekerjaan, dominan dari arah Utara
Dari tabel dan Windrose kejadian angin
dengan prosentase 33.93 %.
di atas, dapat disimpulkan bahwa presentasi
kejadian angin yang paling sering terjadi
dari arah Utara dengan total kejadian
Tabel 3.9. Gelombang Rencana di laut dalam
39,64%.
Pantai Malalayang
Periode Arah Utara Arah Barat Arah Barat Laut
No Ulang
(tahun) H (m) T (dt) H (m) T (dt) H (m) T (dt)
4.5.2. Gelombang Rencana 1 1 1.2 4.3 0.7 3.5 0.8 3.6
2 2 1.7 5.1 1.8 5.3 1.9 5.4

Hasil Peramalan gelombang yang 3 3 1.9 5.5 2.2 5.9 2.2 5.9

berupa series waktu kejadian gelombang 4 5 2.2 5.8 2.7 6.5 2.5 6.3

akibat angin, masih belum dapat langsung 5 10 2.5 6.2 3.4 7.2 2.8 6.5
6 25 2.9 6.6 4.2 7.9 3.0 6.8
digunakan untuk perencanaan. Perencanaan
7 50 3.2 7.0 4.8 8.5 3.3 7.1
memerlukan suatu tinggi (dan periode)
8 100 3.8 7.6 5.4 8.9 3.5 7.3
gelombang yang biasanya didasarkan pada
9 200 4.2 8.0 6.0 9.4 4.5 8.2
suatu fenomena statistik yang dikenal
dengan nama periode ulang.
Dalam kajian ini tinggi gelombang Dari hasil peramalan gelombang didapatkan
rencana yang dipakai ditentukan hasil seperti tabel di atas dapat dijelaskan
berdasarkan analisis harga ekstrim dari data bahwa pantai Malalayang, gelombang
gelombang terbesar tahunan hasil peramalan ekstrim dengan kala ulang 25 tahun dominan
gelombang. berasal dari arah Barat tinggi gelombang 4,2
m dan periode 7,9 detik.

IV. KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa hidro-oceanografi, dapat


diambil simpulan sebagai berikut:
Wave Height
(meter)
• Gelombang ekstrim tahunan terbesar
berdasarkan analisis data BMK berasal dari
arah barat.
Pantai Malalayang • Tipe pasang surut adalah Tipe campuran,
condong ke semi diurnal.
Gambar 3.4. Waverose di lokasi Pantai Malalayang
berdasarkan data angin BMKG Manado
DAFTAR PUSTAKA

8
Setiadi, R., Mihardja, K., Dadang,
1988.Makalah :Analisis Pasang-Surut di
Daerah Cilacapdan Surabaya, PASANG-
SURUT, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi, Jakarta.

Djaja, Rochman, 1989. Makalah : Cara


Perhitungan Pasut Laut Dengan
MetodeAdmiralty, PASANG-SURUT,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai