Anda di halaman 1dari 11

PAPER OSEANOGRAFI FISIKA

PEMANFAATAN DATA PASANG SURUT PADA

PERENCANAAN PEMBUATAN PELABUHAN

DISUSUN OLEH:
M NAUFAL PRINANDA
26020115140076
ILMU KELAUTAN B

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
Pelabuhan mempunyai pengertian daerah perairan terlindung terhadap gelombang yang
dilengkapi dengan fasilitas terminal laut. Jadi pelabuhan dibangun pada daerah perairan yang
tenang (atau sengaja dibuat tenang dengan bangunan pelabuhan, seperti pemecah gelombang).
Kondisi yang paling mendekati adalah di daerah teluk.
Dalam perencanaan pelabuhan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Faktor
faktor ini berpengaruh pada bangunan-nagunan pelabuhan dan kapal-kapal yang berlabuh di
pelabuhan. Ada tiga faktor yang harus diperhitungkan, yaitu angin, pasang surut, dan gelombang.
Angin sangat penting karena angin menimbulkan arus dan gelombang, angin juga menimbulkan
tekanan pada kapal dan bangunan di pelabuhan. Pasang surut penting dalam penentuan dimensi
bangunan pelabuhan. Elevesi puncak bangunan didasarkan pada muka air pasang, sedang
kedalaman alur dan perairan pelabuhan dirancang berdasar muka air surut.
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu akibat dari adanya tarik
menarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meski
massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih
besar daripada pengaruh gaya tarik matahari karena jaraknya terhadap bumi yang jauh lebih
dekat.

Kurva Pasang Surut

Menunjukkan hasil pencatatan muka air laut sebagai fungsi waktu.

Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air
terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan
dari posisi muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya (bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam 50
menit tergantung tipe pasang surut). Periode saat muka air naik disebut pasang dan sebaliknya
disebut surut. Variasi tersebut akan menimbulkan arus pasang surut. Arus pasang terjadi pada
saat muka air pasang dan sebaliknya. Pada saat arus berbalik dari pasang menjadi surut terjadi
slack/titik balik. Pada saat ini kecepatan arus adalah nol.

Pembangkitan pasang surut

Gaya pembangkit pasut ditimbulkan oleh gaya tarik antara bumi, bulan, dan matahari.
Rotasi bumi tidak menimbulkan pasang surut.

Tipe Pasang Surut

Bentuk pasang surut diberbagai daerah tidak sama. Ada 4 tipe pasang surut, antara lain :

1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)

Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama
terjadi secara berurutan teratur. Periode pasut rata-rata 12 jam 25 menit. Terjadi di Selat Malaka
sampai laut Andaman.

2. Pasang surut harian tunggal ( diurnal tide )

Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan Periode pasut rata-rata 24 jam
50 menit. Terjadi di perairan Selat Karimata.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing
semidiurnal)

Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda.
Terjadi di perairan Indonesia Timur.

4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing


diurnal)

Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, tapi kadang terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dengan tinggi dan periodenya sangat berbeda. Terjadi di Kalimantan dan
pantai utara Jawa Barat.

Pasang Surut Purnama dan Perbani

Dengan adanya gaya tarik menarik bulan dan matahari , lapisan air di bumi yang tadinya
berbentuk bola berubah menjadi elips.
Pasang purnama terjadi ketika bulan purnama atau bulan mati, yaitu kondisi dimana
posisi bumi, bulan, dan matahari terletak sejajar. Kondisi seperti ini terjadi sekitar tanggal 1 dan
15 menurut kalender kamariah (tahun yang didasarkan peredaran bulan). Tinggi pasang surut
lebih besar disbanding hari-hari lainnya.
Sedangkan pasang perbani(pasang kecil/neap tide) terjadi bilamana bulan dan matahari
membentuk sudut siku-siku terhadap bumi, terjadi sekitar tanggal 7 dan 21.gaya tarik bulan
terhadap bumi saling mengurangi sehingga pasang surut yang terjadi lebih kecil disbanding hari-
hari yang lain. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar.

Elevasi Muka Air

Mengingat perubahan elevasi muka air laut setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi
yang ditetapkan berdasarkan data pasut sebagai pedoman dalam perencanaan suatu pelabuhan.
Beberapa definisi elevasi tersebut adalah sebagai berikut:

Muka air tinggi/high water level (HWL) : muka air tertinggi saat air pasang dalam satu
siklus pasut.

Muka Air Rendah/low water level (LWL) : kedudukan air terendah saat air surut

Muka air tinggi rerata/mean high water level (MHWL) : rerata dari muka air tinggi
selama periode 19 tahun. Digunakan untuk menentukan elevasi puncak pemecah
gelombang, dermaga, panjang rantai penampung penambat.

Muka air rendah rerata/ mean low water level (MLWL) : rerata dari muka air rendah
selama periode 19 tahun

Muka air laut rerata/ mean sea level ( MSL) : muka air rerata antara muka air tinggi rerata
dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi di
daratan.

Muka air tinggi tertinggi/highest high water level (HHWL) : air tertinggi saat pasang
surut purnama atau bulan mati.

Air rendah terendah /lowest low water level (LLWL) : air terendah saat pasang surut
purnama atau bulan mati. Digunakan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran dan
kolam pelabuhan.
Higher high water level : air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti dalam
pasang surut tipe campuran.

Lower low water level : air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.

Alat-alat Pengukuran Pasang Surut

Berikut adalah beberapa alat pengukuran pasang surut :

1. Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya
digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat
pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka
laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu,
alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. Syarat pemasangan papan pasut adalah :
1. Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih
tergenang oleh air.
2. Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada
daerah aliran sungai (aliran debit air).
3. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang
menyebabkan air bergerak secara tidak teratur.
4. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah
untuk diamati dan dipasang tegak lurus.
5. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga
sehingga papan mudah dikaitkan
6. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga
data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi.
7. Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus
stabil.
8. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan
sampah

2. Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan
otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang
kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :

a. Floating tide gauge (self registering )


Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang
dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat
pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak
dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu
pasut.

b. Pressure tide gauge (self registering)


Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge,
namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan
tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat
(recording unit ). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada
di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai
untuk pengamatan pasang surut.

3. Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit
Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka
panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub,
dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri
adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa
radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang
dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar)
kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima
kembali oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada
dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut.
Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea
Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit
dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena
kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis
deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena
sekularnya.

Korelasi Pasang Surut Air Laut dengan Perencanaan Pelabuhan.

1. Perencanaan Dermaga.
Suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang
melakukan bongkar muat barang dan menaik turunkan penumpang. Dasar pertimbangan dalam
perencanaan dermaga yaitu salah satunya adalah Elevasi dermaga ditentukan dengan
memperhatikan kondisi elevasi muka air pasang.
Dermaga Tepi dan Dermaga Tengah Tetap

2. Perencanaan Alur Pelayaran.


Alur Pelayaran berfungsi untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam pelabuhan. Alur
pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang dan arus.
Kedalaman alur pelayaran ditentukan oleh muka air surut.

3. Perencanaan Kolam pelabuhan.


Kapal dapat berlabuh untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang, pengisian ulang bahan
bakar dan air bersih. Parameter yang digunakan dalam penentuan perencanaan kolam pelabuhan
adalah elevasi muka air laut rencana
berdasarkan muka air surut.
Kedalam Kolam Pelabuhan

4. Perencanaan Pemecah Gelombang (Break Water).


Pemecah gelombang adalah salah satu bangunan pantai yang berfungsi memecah energi
gelombang dengan maksud untuk melindungi pantai, kolam pelabuhan, dan fasilitas pelabuhan
lain dari gangguan gelombang yang dapat mempengaruhi keamanan dan kelancaran aktivitas di
pelabuhan. Dimensi tinggi dan tebal Pemecah Gelombang / Break Water ditentukan oleh elevasi
muka air pasang

Break Water Kubus Beton


DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2008. www.geocities.com/agus_adut/pasut.htm (Diakses pada 11 Maret 2016)

Ardhany, Sally. 2011.


http://dyshally.blogspot.co.id/2011/03/pasang-surut-salah-satu-faktor
penentu.html (Diakses pada 11 Maret 2016)

Majari Magazine. 2008. majarimagazine.com/2008/01/energi-laut-2-pasang-surut (Diakses pada


9 Maret 2016)

Maria, Lousianna. 2013. Pasang Surut Air Laut. Institut Sains dan Teknologi Nasional: Jakarta.

Surbakti, Heron. 2007. surbakti77.files.wordpress.com/2007/09/pasang-s u r u t .pdf (Diakses


pada
9 Maret 2016)

Triatmodjo, Bambang.2003.Pelabuhan.Yogyakarta:Beta Offset.

Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Pasang_laut (Diakses pada 9 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai