Anda di halaman 1dari 47

BAB I

TINJAUAN UMUM

Pasang Surut Laut


Dan Keadaannya Di Indonesia

Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan
periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari
muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda benda angkasa
yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran
bulan mengelilingi matahari.

Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis edar dan periode
yang tertentu. Pengaruh dari benda angkasa yang lainnya sangat kecil dan tidak perlu
diperhitungkan

Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan terjadinya


beberapa macam gaya pada setiap titik di bumi ini,yang disebut gaya pembangkit pasang
surut. Masing masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut dan disebut
komponen pasang surut, dan gaya tersebut berasal dari pengaruh matahari, bulan atau
kombinasi keduanya).

1
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara
langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih
dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan
dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut.
Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi
bumi dan bidang orbital bulan dan matahari .

Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa


bumi benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan air laut yang
sama tebalnya sehingga didalam hal ini dapat diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap
titik dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa
komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan
gaya pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air
laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda beda.
Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka pasang surut akan terdiri dari
beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut
tertentu, sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan.

Kisaran pasang-surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi muka air pada saat
pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, rata-rata berkisar antara 1
m hingga 3 m. Tetapi di Teluk Fundy (kanada) ditemukan kisaran yang terbesar di dunia,
bisa mencapai sekitar 20 m. Sebaliknya di Pulau Tahiti, di tengah Samudera Pasifik,
kisaran pasang-surutnya kecil, tidak lebih dari 0,3 m, sedangkan di Laut Tengah hanya
berkisar 0,10-0,15 m.

Di perairan Indonesia beberapa contoh dapat diberikan misalnya Tanjung Priok (Jakarta)
kisarannya hanya sekitar 1 m, Ambon sekitar 2 m, Bagan Siapi-api sekitar 4 m, sedangkan
yang tertinggi di muara Sungai Digul dan Selat Muli di dekatnya (Irian Jaya bagian selatan)
kisaran pasang-surutnya cukup tinggi, bisa mencapai sekitar 7-8 m (Nontji, 1987).

2
Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan
keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan
campuran (mixed tides). Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah
secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada
bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.

Dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi
menjadi empat jenis yakni pasang-surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda
(semidiurnal tide) dan dua jenis campuran. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di
perairan sekitar selat Karimata, antara Sumatra dan Kalimantan. Pada jenis harian ganda
misalnya terdapat di perairan Selat Malaka sampai ke Laut Andaman. Di samping itu
dikenal pula campuran antara keduanya, meskipun jenis tunggal maupun gandanya masih
menonjol. Pada pasang-surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing
semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur.
Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal)
contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. Pola gerak
muka air pada keempat jenis pasang-surut yang terdapat di Indonesia diberikan pada
gambar 1 (Nontji, 1987).

Gambar 1. Pola gerak muka air pasut di Indonesia (Triatmodjo, 1996).

3
Seperti telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang surut terdiri
dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan
bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang surut utama, dan faktor-
faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang surut
yang baru .

Pasang-surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan


seluiruh massa air. Energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan pantai, terutama di
teluk-teluk atau selat-selat yang sempit, gerakan naik-turunnya muka air akan
menimbulkan terjadinya arus pasang-surut. Di tempat-tempat tertentu arus pasang-surut
ini cukup kuat. Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat
Capalulu, antara P. Taliabu dan P. Mangole (Kepulauan Sula), yang kekuatannya bisa
mencapai 5 m/detik. Di selat-selat di antara pulau-pulau Nusa Tenggara kekuatannya bisa
mencapai 2,5-3 m/detik pada saat pasang purnama. Di daerah-daerah lainnya kekuatan
arus pasang-surut biasanya kurang dari 1,5 m/detik, sedangkan di laut terbuka di atas
paparan kekuatannya malah biasanya kurang dari 0,5 m/detik.

Berbeda dengan arus yang disebabkan oleh angin yang hanya terjadi pada air
lapisan tipis di permukaan, arus pasang-surut bisa mencapai lapisan yang lebih dalam.
Ekspedisi Snellius I (1929-1930) di perairan Indonesia bagian Timur dapat menunjukkan
bahwa arus pasang-surut masih dapat diukur pada kedalaman lebih dari 600 m (Nontji,
1987).

Perhitungan Pasang Surut

Adanya gaya tarik bumi dan benda langit (bulan dan matahari), gaya gravitasi
bumi, perputaran bumi pada sumbunya dan perputaran bumi mengelilingi matahari
menimbulkan pergeseran air laut, salah satu akibatnya adalah terjadinya pasang surut
laut. Fenomena alam tersebut merupakan gerakan periodik, maka pasang surut yang
ditimbulkan dapat dihitung dan diprediksikan .

Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang
mengalami pasang surut mempunyai ciri tertentu yaitu besar pengaruh dari tiap-tiap
komponen selalu tetap dan hal ini disebut tetapan pasang surut. Selama tidak terjadi
4
perubahan pada keadaan geografinya, tetapan. tersebut tidak akan berubah. Apabila
tetapan pasang surut untuk suatu tempat tertentu sudah diketahui maka besar pasang
surut untuk setiap waktu dapat diramalkan.

Untuk menghitung tetapan pasang surut tersebut diatas, ada beberapa metoda
yang sudah biasa dipakai misalnya metoda Admiralty yang berdasarkan pada data
pengamatan selama 15 hari atau 29 hari. Pada metoda ini dilakukan perhitungan yang
dibantu dengan tabel, akan menghasilkan tetapan pasang surut untuk 9 komponen.
Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang elektronika yang sangat pesat, penggunaan
komputer mikro untuk menghitung tetapan pasang surut serta peramalannya akan
sangat memungkinkan. Sehubungan dengan itu akan dicari suatu cara untuk memproses
data pengamatan pasang surut sehingga dapat dicari tetapan pasang surut serta
peramalannya dengan cara kerja yang mudah.

Proses perhitungan dari komputer didasarkan pada penyesuaian lengkung dari


data pengamatan dengan metoda kuadrat terkecil, dengan menggunakan beberapa
komponen yang dianggap mempunyai faktor yang paling menentukan. Untuk ini dibahas
penurunan matematiknya serta pembuatan program untuk kamputernya.

Program komputer dibuat sedemikian rupa sehingga untuk proses perhitungan


tersebut diatas hanya tinggal memesukkan data,sedang seluruh proses selanjutnya akan
dikerjakan oleh komputer. Program untuk komputer dibahas secara terperinci mulai dari
dasar perhitungan, isi program serta bagan alirnya. Kebenaran dan ketelitian hasil
perhitungan dibuktikan dengan memberikan contoh perhitungan dan penyajian berupa
grafik. Perhitungan dilakukan untuk beberapa lokasi pengamatan pasang surut serta
waktu pengamatan yang berlainan.

Di Indonesia, pengamatan pasut laut bekerjasama dengan pihak otoritas


pelabuhan, Bakosurtanal memasang alat rekam data pasut otomatis di dermaga
pelabuhan yang disebut stasiun pasut. Alat rekam data pasut (AWLR = Automatically
Water Level Recorder) mencatat tinggi muka laut secara otomatis dan terus menerus.
Rekaman data berupa grafik, lubang-lubang kertas data pada stasiun pasut online, data

5
pasut dicatat dan, setiap saat dapat dilakukan download lewat saluran telepon dan
menggunakan modem.

Pengumpulan dan pengolahan data pasut, kertas rekam data pasut pada 28
stasiun pasut manual, setiap akhir bulan dipotong dan dikirim ke Bakosurtanal untuk
pengolahan data. Pengumpulan data pasut pada 25 stasiun pasut on-line, dilakukan
dengan download pada komputer di Bakosurtanal yang dilengkapi modem dan fasilitas
saluran telepon. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer dan software
pengolahan pasut.

Analisa dan penyajian informasi pasut. Analisa pasut meliputi hasil hitungan yang
dapat menjelaskan karakter pasang surut laut. Sajian informasi karakter laut tersebut
tampilannya bervariasi mulai tampilan standard informasi pasut sampai dengan informasi
praktis bagi pengguna untuk perencanaan bangunan pelabuhan.

Hasil kegiatan yang diperoleh adalah data pasut 53 stasiun pasut seluruh
Indonesia dalam waktu 1 (satu) tahun pengamatan. Data tersebut dihitung dan hasilnya
disajikan pada buku informasi pasut laut Bakosurtanal

Energi Pasang Surut Air Laut

Cadangan minyak bumi, gas alam dan batu bara akan habis dalam waktu dekat
karena eksploitasi dilakukan tanpa perhitungan dan kontrol yang jelas. Lalu, energi
alternatif apa yang bisa digunakan? Sejumlah pihak muncul dengan ide tenaga pasang
surut air laut. Memang bukan teknologi baru, bahkan tergolong teknik paling tua yang
pernah dipikirkan manusia. Namun, jenis teknologi ini ramah lingkungan dan tidak
mempunyai ekses negatif. Dan yang terpenting, alam memberikannya secara gratis.

Indonesia dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar
1.929.317 km2, Indonesia seharusnya bisa menerapkan teknologi alternatif ini. Apalagi
dengan bentangan Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan Utara ke Selatan
1.930 km telah mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di
dunia. Pada musim hujan, angin umumnya bergerak dari Utara Barat Laut dengan
kandungan uap air dari Laut Cina Selatan dan Teluk Benggala. Di musim Barat, gelombang
6
air laut naik dari biasanya di sekitar Pulau Jawa. Fenomena alamiah ini mempermudah
pembuatan teknik pasang surut tersebut.

Penerapannya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mustahil. Tapi perlu ada


master plan yang jelas untuk mewujudkannya. Karena ini dapat menjadi sumber energi
alternatif potensial. Apalagi proses pembuatannya tidak merusak alam, melainkan ramah
lingkungan. Tetapi sebelumnya, harus dilakukan sebuah riset yang berguna untuk
mengukur kedalaman sepanjang garis pantai Indonesia. Sehingga dapat ditentukan di
daerah mana saja yang layak. Bangsa Indonesia seharusnya menyadari bahwa alam
menyediakan semua yang dibutuhkan. Hanya perlu kerja keras dan kebijakan yang
memperhatikan sumber daya alam yang terbatas. Sehingga Indonesia tidak perlu risau
akan cadangan energi .

Gelombang
Gelombang adalah gangguan yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan
mengikuti gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik, dan mungkin radiasi
gravitasional, yang bisa berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat pada medium
(yang karena perubahan bentuk dapat menghasilkan gaya memulihkan yang lentur) di
mana mereka dapat berjalan dan dapat memindahkan energi dari satu tempat kepada
lain tanpa mengakibatkan partikel medium berpindah secara permanen; yaitu tidak ada
perpindahan secara masal. Malahan, setiap titik khusus berosilasi di sekitar satu posisi
tertentu.
Suatu medium disebut:
1. linear jika gelombang yang berbeda di semua titik tertentu di medium bisa dijumlahkan,
2. terbatas jika terbatas, selain itu disebut tak terbatas
3. seragam jika ciri fisiknya tidak berubah pada titik yang berbeda
4. isotropik jika ciri fisiknya "sama" pada arah yang berbeda

Pelabuhan
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk
menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya.
Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan

7
membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga
disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula
disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang.

Kata pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut.
Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya kapal-kapal
penangkap ikan serta menjadi tempat distribusi maupun pasar ikan.

Klasifikasi pelabuhan perikanan ada 3, yaitu: Pelabuhan Perikanan Pantai ( PPP),


Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), dan Pelabuhan Perikanan Samudera(PPS).

Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:

 Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)


 Perlindungan dari angin, ombak, dan petir
 Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.

8
Karakteristik Kelas Pelabuhan

NO Kriteria Pelabuhan Perikanan PPS PPN PPP PPI


1 Daerah operasional kapal ikan Wilayah laut Perairan ZEE Perairan Perairan
yang dilayanani territorial,zon dan laut pedalaman,perair pedalaman,pera
a ekonomi teritorial an kepulauan,laut iran kepulauan
eksklusif (ZEE) territorial,wilayah
dan perairan ZEE
internasional
2 Fasilitas tambat/labuh kapal > 60 GT 30 – 60 GT 10 – 30 GT 3 – 10 GT
3 Panjang dermaga dan kedalaman > 300 m dan 150 – 300 m 100 – 150 m dan 50 – 100 m dan
kolam >3 m dan >3m >2 m >2 m
4 Kapasitas menampung kapal 6000 GT >2250 GT >300 GT (ekivalen >60 GT
(ekivalen (ekivalen dengan 30 bh (ekivalen
dengan 100 bh dengan 75 bh kapal berukuran dengan 20 bh
kapal kapal 10 GT) kapal berukuran
berukuran 60 berukuran 30 3 GT)
GT) GT)
5 Volume ikan yang didaratkan Rata-rata 60 Rata-rata 30 - -
ton/hari Ton/hari
6 Ekspor ikan Ya Ya Tidak Tidak
7 Luas lahan >30 Ha 15 – 30 Ha 5 - 15 Ha 2 – 5 Ha
8 Fasilitas pembinaan mutu hasil Ada Ada/tidak Tidak Tidak
perikanan
9 Tata ruang (zonasi) pengolahan / Ada Ada Ada tidak
pengembangan industry
perikanan

Kapal

Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dsb) [1]
seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar untuk
membawa perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam istilah inggris, dipisahkan antara
ship yang lebih besar dan boat yang lebih kecil. Secara kebiasaannya kapal dapat
membawa perahu tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Ukuran sebenarnya
dimana sebuah perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh undang-undang dan
peraturan atau kebiasaan setempat.

Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai atau lautan yang
diawali oleh penemuan perahu. Biasanya manusia pada masa lampau mengunakan kano,
rakit ataupun perahu, semakin besar kebutuhan akan daya muat maka dibuatlah perahu
9
atau rakit yang berukuran lebih besar yang dinamakan kapal. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pembuatan kapal pada masa lampau menggunakan kayu, bambu
ataupun batang-batang papirus seperti yang digunakan bangsa mesir kuno kemudian
digunakan bahan bahan logam seperti besi/baja karena kebutuhan manusia akan kapal
yang kuat. Untuk penggeraknya manusia pada awalnya menggunakan dayung kemudian
angin dengan bantuan layar, mesin uap setelah muncul revolusi Industri dan mesin diesel
serta Nuklir. Beberapa penelitian memunculkan kapal bermesin yang berjalan
mengambang diatas air seperti Hovercraft dan Eakroplane. Serta kapal yang digunakan di
dasar lautan yakni kapal selam.

Berabad abad kapal digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang sampai
akhirnya pada awal abad ke-20 ditemukan pesawat terbang yang mampu mengangkut
barang dan penumpang dalam waktu singkat maka kapal pun mendapat saingan berat.
Namun untuk kapal masih memiliki keunggulan yakni mampu mengangkut barang
dengan tonase yang lebih besar sehingga lebih banyak didominasi kapal niaga dan tanker
sedangkan kapal penumpang banyak dialihkan menjadi kapal pesiar seperti Queen
Elizabeth dan Awani Dream.

Sejarah kapal sejalan dengan petualangan manusia. Perahu yang dikenal pertama kali
dikenal pada masa Neolitikum, sekitar 10.000 tahun yang lalu. Kapal-kapal awal ini
memiliki fungsi yang terbatas: mereka dapat bergerak di atas air, tapi hanya itu.
Terutama digunakan untuk berburu dan memancing. Kano tertua yang ditemukan
arkeolog sering dibuat dari batang pohon coniferous, menggunakan peralatan batu
sederhana.

Bagian-bagian utama kapal.

1: Smokestack atau Cerobong;


2: Buritan;
3: Propeler dan Kemudi;
4: Portside (sebelah kanan
dikenal dengan nama starboard);
5: Jangkar;
6: Bulbous bow;
7: Haluan;
8: Geladak;

10
9: Anjungan

Untuk menentukan arah, pada masa lalu kapal berlayar tidak jauh dari benua atau
daratan. Namun sesuai dengan perkembangan akhirnya para awak kapal menggunakan
bintang sebagai alat bantu navigasi dengan alat bantu berupa kompas dan astrolabe serta
peta. Ditemukannya jam pasir oleh orang-orang Arab juga ikut membantu navigasi
ditambah dengan penemuan jam oleh John Harrison pada abad ke-17. Penemuan
telegraf oleh S.F.B Morse dan radio oleh C. Marconi, terlebih lebih penggunaan radar dan
sonar yang ditemukan pada abad ke 20 membuat peranan navigator agak tergeser.
Satuan kecepatan kapal dihitung dengan knot dimana 1 knot = 1,85200 km/jam.

Menjelang akhir abad ke-20, navigasi sangat dipermudah oleh GPS, yang memiliki
ketelitian sangat tinggi dengan bantuan satelit.Selain dari itu system komunikasi yang
sangat modern juga menunjang navigasi dengan adanya beberapa macam peralatan
seperti radar type Harpa memungkinkan para navigator / Mualim bisa melihat langsung
keadaan kondisi laut. Radar harpa ini adalah radar modern yang bisa mendeteksi
langsung jarak antara kapal dgn kapal, kapal dengan daratan , kapal dengan daerah
berbahaya, kecepatan kapal, kecepatan angin,dan mempunyai daya akurasi gambar yang
jelas. Selain dari itu ada lagi system GMDSS (Global Maritime Distress safety system)
Suatu system keselamatan pelayaran secara global. Kalau suatu kapal berada dalam
kondisi berbahaya system ini akan memancarkan berita bahaya yang berisi posisi kapal,
nama kapal, jenis marabahaya,tersebut secara otomatis, cepat, tepat , akurat. Untuk
system komunikasi lainnya ada INMARSAT (International Maritime satelite) Suatu system
pengiriman berita menggunakan E-Mail, Telephone, Telex, ataupun Faximile.

Jenis-jenis kapal

Kapal sulit untuk diklasifikasikan, terutama karena banyak sekali kriteria yang menjadi
dasar klasifikasi dalam sistem yang ada seperti:

Berdasarkan tenaga penggerak

1. Kapal bertenaga manusia (Pendayung)


2. Kapal layar
3. Kapal uap
11
4. Kapal diesel atau Kapal motor
5. Kapal nuklir

Berdasarkan jenis pelayarannya

1. Kapal permukaan
2. Kapal selam
3. Kapal mengambang
4. Kapal bantalan udara

Berdasarkan fungsinya

1. Kapal Perang
2. Kapal penumpang
3. Kapal barang
4. Kapal tanker
5. Kapal feri
6. Kapal pemecah es
7. Kapal tunda
8. Kapal pandu
9. Tongkang
10. Kapal tender
11. Kapal Ro-Ro
12. Kapal dingin beku
13. Kapal keruk
14. Kapal peti kemas / Kapal kontainer

Masalah pantai

Ada beberapa masalah yang terdapat di pantai yairu sbb :

1. Erosi pantai, yang merusak kawasan pemukiman dan prasarana kota yang berupa
mundurnya garis pantai. Erosi pantai bisa terjadi secara alami oleh serangan
gelombang atau karena adanya kegiatan manusia seperti penebangan hutan

12
bakau, pengambilan karang pantai, pembangunan pelabuhan atau bangunan
pantai lainnya, perluasan areal tambak ke arah laut memperhatikan wilayah
sepadan pantai, dan sebagainya.
2. Tanah timbul sebagai akibat endapan pantai dan menyebabkan majunya garis
pantai maju garis pantai, disatu pihak dapat dikatakan menguntungkan karena
timbulnya lahan baru, sementara dipihak lain dapat menyebabkan masalah
drainasi perkotaan di daerah pantai.
3. Pembelokan atau pendangkalan muara sungai sehingga mengakibatkan banjir di
daerah hulu.
4. Pencemaran lingkungan akibat limbah dari kawasan industri atau
pemukiman/perkotaan yang dapat merusak ekologi.
5. Penurunan tanah dan intrusi air asin pada akuifer akibat pemompaan air tanah
yang berlebihan.

Dengan semakin intensifnya pemanfaatan daerah pantai untuk kegiatan manusia,


masalah-masalah tersebut juga semakin meningkat. Pemerintah, dalam hal ini
Departemen Kimpraswil, telah mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerah
pantai yang memerlukan usaha-usaha pengamanan. Permasalahan Batas Laut Masalah
isu keamanan laut perlu diwaspadai oleh jajaran TNI AL selaku komponen pertahanan
Negara di laut adalah isu sea piracy, trafficing in person, terorism, illegal fishing, illegal
logging, illegal mining, illegal dredging dan keberadaan pulau-pulau terluar yang
berbatasan dengan negara-negara tetangga.

a. Permasalahan penentuan batas laut antara Indonesia dengan negara-negara


seperti India, Filipina, Singapura, Malaysia, Timor Leste, Australia dan lainnya
sampai saat ini belum tuntas penanganannya.
b. Di antara sesama negara Asia Tenggara dan Australia juga masih terdapat rasa
saling curiga yang dapat menjurus kepada konflik, seperti permasalahan
perbatasan dengan Malaysia, Singapura, Filipina dan Australia, persoalan
reklamasi dan kontrol udara dengan Singapura, keterlibatan pihak asing di Papua
dan daerah konflik lainnya di Indonesia.

13
c. Diantara sesama Negara Asia Tenggara dan Australia juga masih terdapat rasa
curiga yang dapat menjurus kepada konflik, seperti permasalahan perbatasan
dengan Malaysia, Singapura, Filipina dan Australia, persoalan reklamasi dan
kontrol udara dengan Singapura.
d. Pasca lepasnya Sipadan Ligitan, masalah perbatasan laut dan pulau-pulau terluar
yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga mendapatkan sorotan tajam
dari masyarakat. Hal ini bila tidak diantisipasi secara dini dan tidak ditindaklanjuti
dapat berkembang menjadi konflik antar Negara. Saat ini terdapat 12 (dua belas)
pulau yang rawan konflik yaitu Pulau Rondo, Berkala, Nipa, Sekatung, Marore,
Miangas, Marapit, Fani, Fanildo, Bras, Batek dan Dana.

Permasalahan bidang Maritim

a. Wilayah perbatasan Negara di laut dan pulau-pulau terluar di Indonesia belum


sepenuhnya mendapat perhatian dan pengelolaan dari pemerintah. Hal ini dapat
menimbulkan potensi konflik di kemudian hari.
b. Masalah pelanggaran hukum (tindak pidana) di laut, utamanya penangkapan ikan
secara ilegal, perompakan, pembajakan, penyelundupan, imigran gelap dari
penambangan pasir laut secara ilegal masih belum dapat diatasi dengan baik. Hal
ini disamping diakibatkan oleh terbatas-nya jumlah kapal patroli, juga diakibatkan
karena belum efektifnya kerja sama antar hukum laut.
c. Masih adanya pengambilan harta karun di perairan Bangka Belitung, laut
Sulawesi, perairan Halmahera dan perairan utara pulau Jawa yang sangat
merugikan negara.

Perkiraan Ancaman Permasalahan Laut dan pantai :

a. Ancaman Faktual. Penambangan pasir secara ilegal di pantai Timur Sumatera,


Selat Malaka dan Perairan Riau.
b. Ancaman Potensial. Masalah-masalah perbatasan laut dan keberadaan pulau-
pulau terluar yang berbatasan langsung dengan beberapa Negara seperti India,

14
Filipina, Vietnam, Singapura, Malaysia, Timor Leste dan Australia yang dapat
meningkat menjadi konflik antar negara.

Berdasarkan UU No.3 Tahun 2003 dan Rancangan Undang-Undang TNI disebabkan tugas
TNI AL adalah sebagai berikut :

a. Menegakkan hukum dan menjaga wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan
ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional.
b. Melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut (Naval Diplomacy) dalam rangka
mendukung kebijakan politik luar negeri.
c. Melaksanakan pembangunan dan pembinaan kekuatan TNI matra laut.
Melaksanakan pembinaan teritorial sesuai dengan peran dan wewenang serta
mewujudkan kemanunggalan TNI dengan rakyat. Melaksanakan tugas-tugas lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Konstruksi Pelindung Pantai Penanggulangan Masalah Pantai; Salah satu dari masalah
yang ada di daerah pantai adalah erosi pantai. Erosi pantai dapat menimbulkan kerugian
sangat besar dengan rusaknya kawasan pemukiman dan fasilitas-fasilitas yang ada di
daerah tersebut. Untuk menanggulangi erosi pantai, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mencari penyebab terjadinya erosi. Dengan mengetahui penyebabnya,
selanjutnya dapat ditentukan cara penanggulangannya, yang biasanya adalah dengan
membuat bangunan pelindung pantai atau menambah suplai sedimen. Bangunan pantai
digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan
arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai, yaitu :

a. Memperkuat/melindungi pantai agar mampu menahan serangan gelombang.


b. Mengubah laju pengiriman sedimen sepanjang pantai.
c. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai.
d. Reklamasi dengan menambah Suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain.

Jenis Bangunan Pantai. Sesuai dengan fungsinya seperti tersebut di atas bangunan pantai
dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu :

a. Kontruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai.

15
b. Kontruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan sambung ke pantai.
c. Kontruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar dengan garis pantai.

Menurut bentuknya bangunan pantai dapat dibedakan menjadi bangunan sisi


miring dan sisi tegak. Termasuk dalam kelompok pertama adalah bangunan dari
tumpukan batu yang bagian luarnya diberi lapis pelindung yang terbuat dari batu-batu
ukuran besar, balok beton, atau batu buatan dari beton dengan bentuk khusus seperti
tetrapod, quadripod, tribar, dolos dan sebagainya. Lapis pelindung ini harus mampu
menahan serangan gelombang. Sedangkan yang termasuk dalam tipe kedua adalah
dinding turap baja atau beton dan sebagainya.Gambar 2 menunjukkan contoh kedua tipe
bangunan pantai. Gambar 2.a. adalah pemecah gelombang sisi miring, yang terdiri dan
tumpukan batu. Bangunan pemecah gelombang sisi tegak dari kaison beton tersebut

diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai pondasi. Untuk menang

Gambar 2.b.

Bangunan pantai sisi tegak gulangi gerusan pada pondasi, maka dibuat
perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau balok beton. Tipe bangunan pantai yang
digunakan biasanya ditentukan oleh ketersediaan material di dekat lokasi pekerjaan,
kondisi dasar laut, kedalaman air, dan ketersediaan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan. Batu adalah salah satu bahan utama yang digunakan untuk membuat
bangunan. Mengingat jumlah yang diperlukan sangat besar maka ketersediaan batu
disekitar lokasi pekerjaan harus diperhatikan. Faktor penting lainnya adalah karakteristik
dasar laut yang mendukung bangunan tersebut dibawah pengaruh gelombang. Tanah
dasar (pondasi bangunan) harus mempunyai daya dukung yang cukup sehingga stabilitas
16
bangunan dapat terjamin. Pada pantai dengan tanah dasar lunak, dimana daya dukung
tanah kecil, maka konstruksi harus dibuat ringan (memperkecil dimensi) atau
memperlebar dasar sehingga bangunan berbentuk trapesium (sisi miring) yang terbuat
dari tumpukan batu atau balok beton. Bangunan berbentuk trapesium mempunyai luas
alas besar sehingga tekanan yang ditimbulkan oleh berat bangunan kecil. Apabila daya
dukung tanah besar maka dapat digunakan pemecah gelombang sisi tegak. Bangunan ini
dapat dibuat dari kubus beton atau balok beton yang ditumpuk. Seiring dijumpai tanah
dasar sangat lunak sehingga tidak mampu mendukung beban diatasnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perbaikan tanah dasar
dengan mengeruk tanah lunak tersebut dan menggantinya dengan pasir, atau dengan
memancang terucuk bambu yang akan berfungsi sebagai pondasi. Dinding Pantai
Revetmen Dinding pantai atau revetmen adalah bangunan yang memisahkan daratan dan
perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap erosi dan
limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Daerah yang dilindung adalah daratan tepat
di belakang bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datangnya
gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring. Dinding pantai biasanya berbentuk
dinding vertikal, sedangkan revetmen mempunyai sisi miring. Bangunan ini ditempatkan
sejajar atau hampir sejajar dengan garis pantai, dan bisa terbuat dari pasangan batu,
beton, tumpukan pipa beton, turap, kayu atau tumpukan batu. Dalam perencanaan
dinding pantai atau revetmen perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi, panjang,
tinggi stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air baik di depan maupun di
belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan, dan sebagainya.
Fungsi bangunan akan menentukan pemilihan bentuk. Permukaan bangunan
dapat berbentuk sisi tegak, miring, lengkung atau bertangga. Bangunan sisi tegak dapat
juga digunakan sebagai dermaga atau tempat penambatan kapal, Tetapi sisi tegak kurang
efektif terhadap serangan gelombang, terutama terhadap limpasan dibanding dengan
bentuk lengkung (konkaf). Pemakaian sisi tegak dapat mengakibatkan erosi yang cukup

besar apabila kaki atau dasar bangunan berada di air dangkal.

17
Gambar 3.
Revetmen (dinding pantai) sebagai pelindung erosi pantai Gelombang yang pecah
menghantam dinding akan membelokkan energi keatas dan kebawah. Gelombang datang
mulai pecah di depan dinding vertikal, dan terjadi benturan dengan muka gelombang
hampir vertikal. Tumbukan tersebut menyebabkan masa air bergerak keatas dan
kebawah. Komponen ke bawah menimbulkan arus yang dapat mengerosi material dasar
di depan bangunan. Untuk mencegah erosi tersebut diperlukan perlindungan di dasar
bangunan yang berupa batu dengan ukuran dan gradasi tertentu. Untuk mencegah
keluarnya butir-butir tanah halus melalui sela-sela batuan yang dapat berakibat
terjadinya penurunan bangunan, pada dasar pondasi diberi lapis geotekstil. Sisi miring
dan kasar dapat menghancurkan dan menyerap energi gelombang, mengurangi kenaikan
gelombang (wave run up), limpasan gelombang dan erosi dasar. Bangunan dengan sisi
lengkung konkaf adalah yang paling efektif untuk mengurangi limpasan gelombang.
Apabila puncak bangunan digunakan untuk jalan atau maksud yang lain, bentuk ini
merupakan yang paling baik untuk perlindungan puncak bangunan.
Groin Groin adalah bangunan pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak
lurus garis pantai, dan berfungsi untuk menahan pengiriman sedimen sepanjang pantai,
sehingga bisa mengurangi/menghentikan erosi yang terjadi. Bangunan ini juga bisa
digunakan untuk menahan masuknya pengiriman sedimen sepanjang pantai ke
pelabuhan atau muara sungai. Groin hanya bisa menahan pengiriman sedimen sepan-
jang pantai dalam disepanjang pantai terjadi pengiriman sedimen sepanjang pantai. Groin
yang ditempatkan di pantai akan menahan gerak sedimen tersebut, sehingga sedimen

18
mengendap disisi sebelah hulu (terhadap arah pengiriman sedimen sepanjang pantai). Di
sebelah hilir groin angkutan sedimen masih tetap terjadi, sementara suplai dari sebelah
hulu terhalang oleh bangunan, akibatnya daerah di hilir groin mengalami difisit sedimen
sehingga pantai mengalami erosi. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan
garis pantai yang akan terus berlangsung sampai dicapai suatu keseimbangan baru.
Keseimbangan baru tersebut tercapai pada saat sudut yang dibentuk oleh gelombang
pecah terhadap garis pantai baru adalah nol, dimana tidak terjadi angkutan sedimen
sepanjang pantai.

Jetty adalah sebuah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada kedua
sisi muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen
pantai. Pada penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran, pengendapan di muara
dapat mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan tersebut jetty harus panjang sampai
ujungnya berada di luar gelombang pecah. Dengan jetty panjang pengiriman sedimen
Jetty juga dapat digunakan untuk mencegah pendangkalan di muara, dalam kaitannya
dengan pengendalian banjir. Sungai-sungai yang bermuara pada pantai berpasir dengan
gelombang cukup besar sering mengalami penyumbatan muara oleh endapan pasir.
Karena pengaruh gelombang dan angin, endapan pasir terbentuk di muara. Pengiriman
sedimen sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhadap pembentukkan endapan
tersebut. Pasir yang melintas di depan muara akan terdorong oleh gelombang masuk ke
muara dan kemudian diendapkan.
Endapan yang sangat besar dapat menyebabkan tersumbatnya muara sungai.
Penutupan tersebut terjadi pada musim kemarau dimana debit sungai kecil sehingga
tidak mampu mengerosi endapan. Penutupan muara tersebut dapat menyebabkan
terjadinya banjir di daerah sebelah hulu muara. Pada musim penghujan air banjir dapat
mengerosi endapan sehingga sedikit demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama
proses penutupan dan pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan
membeloknya muara sungai dalam arah yang sama dengan arah pengiriman sedimen
sepanjang pantai. Jetty dapat digunakan untuk menanggulangi masalah tersebut.
Mengingat fungsinya hanya untuk penanggulangan banjir, maka dapat digunakan salah
satu dari bangunan berikut, yaitu jetty panjang, jetty sedang atau jetty pendek. Jetty
panjang apabila ujungnya berada di luar gelombang pecah. Tipe ini efektif untuk

19
menghalangi masuknya sedimen ke muara, tetapi biaya kontruksi sangat mahal, sehingga
kalau fungsinya hanya untuk penanggulangan banjir pemakaian jetty tersebut tidak
ekonomis. Kecuali apabila daerah yang harus dilindungi terhadap banjir sangat penting.
Jetty sedang, dimana ujungnya berada antara muka air surut dan lokasi gelombang
pecah, dapat menahan sebagian pengiriman sedimen sepanjang pantai. Alur diujung jetty
masih memungkinkan terjadinya endapan pasir. Pada jetty pendek, kaki ujung bangunan
berada pada muka air surut.
Fungsi utama bangunan ini adalah menahan berbeloknya muara sungai dan
mengkonsentrasikan aliran ada alur yang telah ditetapkan untuk bisa mengerosi
endapan, sehingga pada awal musim psnghujan dimana debit besar (banjir) belum
terjadi, muara sungai telah terbuka. Pemecah Gelombang (Break Water). Seperti telah
dijelaskan di depan bahwa pcmecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak
digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk
perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah
sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi
di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty.
Selanjutnya dalam bagian ini tinjauan lebih difokuskan pada pemecah gelombang lepas
pantai.
Pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai
dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini direncanakan untuk
melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dan serangan gelombang. Tergantung
pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari
satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas
pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah. Perlindungan oleh pemecahan
gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di
perairan di belakang bangunan. Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung
akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Pengiriman sedimen sepanjang
pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan.
Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup
panjang terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo. Pengaruh
pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai dapat

20
dijelaskan sebagai berikut ini. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis
pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis
puncak gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang
yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung
dan diendapkan di perairan di belakang bangunan. Penambahan Suplai Pasir di Pantai
(Sand Nourishment). Pantai berpasir mempunyai kemampuan perlindungan alami
terhadap serangan gelombang dan arus. Perlindungan tersebut berupa kemiringan dasar
pantai di daerah nearshore yang menyebabkan gelombang pecah di lepas pantai, dan
kemudian energinya dihancurkan selama dalam penjalaran menuju garis pantai di surf
zone.
Dalam proses pecahnya gelombang tersebut sering terbentuk offshore bar di
ujung luar surf zone yang dapat berfungsi sebagai penghalang gelombang yang datang
(menyebabkan gelombang pecah). Erosi pantai terjadi apabila di suatu pantai yang
ditinjau terdapat kekurangan suplai pasir. Stabilisasi pantai dapat dilakukan dengan
penambahan suplay pasir ke daerah tersebut. Apabila pantai mengalami erosi secara
terus menerus, maka penambahan pasir tersebut perlu dilakukan secara berkala, dengan
laju sama dengan kehilangan pasir yang disebabkan oleh erosi. Untuk mencegah
hilangnya pasir yang ditimbun di ruas pantai karena terangkut oleh arus sepanjang
pantai, sering dibuat sistem groin.
Dengan adanya groin tersebut, pasir yang ditimbun akan tertahan dalam ruas-
ruas pantai di dalam sistem groin. Tetapi perlu dipikirkan pula bahwa pembuatan groin
tersebut dapat menghalangi suplay sedimen ke daerah hilir, yang dapat menimbulkan
permasalahan baru di daerah tersebut. Memasang karang Buatan Karang buatan yang
dikembangkan pertama kali di Selandia Baru mulai tahun 1996, energi gelombang akan
berkurang sampai 70 persen ketika sampai di pantai. Pembangunan konstruksi di bawah
laut itu juga memungkinkan tumbuhnya terumbu karang baru. Kubus Beton Tumpuk
Terlepas garis pantai terlindungi atau tidak, upaya menghentikan terjadinya abrasi secara
terus menerus perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangannya. Terdapat banyak
metode dalam penanggulangan abrasi namun prinsip pokok penanggulangannya adalah
memecah gelombang atau meredam energi gelombang yang terjadi. Untuk mendapatkan
type pemecah/peredam energi gelombang yang efektif perlu dilakukan pengkajian yang
mendalam terhadap :

21
a. Sifat dari pada karakteristik dan tinggi gelombang
b. Kondisi tanah
c. Pasang surut Bathimetry dan gradient pantai

Memperlihatkan kondisi tanah dan fungsi dari pada Breakwater itu sendiri, maka type
pemecah/peredam energi gelombang ada bermacam-macam dan salah satunya adalah
type box-beton (kubus beton), tipe ini memiliki beberapa keuntungan seperti :

a. Dari segi teknis sangat efektif sebagai peredam energi gelombang Kubus Beton
memiliki perbedaan berat jenis sekitar 2,4 kali dari berat jenis air atau sekitar 2,4
ton untuk 1 m3 beton
b. Dari segi pelaksanaan data dibuat di tempat dan mudah dalam penataan. Bentuk
kubus memudahkan kita untuk menata bentuk breakwater sesuai keinginan kita.
Kadang breakwater murni kita gunakan sebagai pemecah gelombang namun kita
dapat juga menyusunnya hanya untuk mengurangi energi gelombangnya saja
dengan bentuk susunan berpori.
c. Untuk kondisi tertentu dari segi biaya jauh lebih murah. Untuk daerah-daerah
yang tidak memiliki tambang kelas C yang menyangkut batu gunung mulai berat 5
kg - 700 kg keputusan untuk menggunakan kubus beton dapat membantu dan
mengurangi biaya pengadaan dan mobilisasinya.

22
BAB II
PENGUMPULAN DATA TEKNIS

Uraian Proyek

Nama Kegiatan adalah Peningkatan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai Tahun Anggaran
2009.
Nama Pekerjaan adalah Peninggian Breakwater (Tetrapod ) PPI Eretan Kulon
Lokasi proyek yang akan dilaksanakan adalah di :
Desa : Eretan Kulon
Kecamatan : Kandanghaur
Kabupaten : Indramayu
Propinsi : Jawa Barat

Pekerjaan pembangunan yang dilaksanakan adalah :


 Pekerjaan : Peninggian Breakwater (Tetrapod) PPI Eretan Kulon.
 Secara teknis lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan merupakan Pekerjaan Sipil Bangunan
Laut.

KONDISI EKSISTING

Kondisi Umum
Lokasi PPI Eretan Kulon terletak 35 Km dari kota kabupaten Indramayu dan 185 km
dari kota propinsi jawa barat. Secara geografis terletak di 107° 62’ 18” BT dab 06°
18’05” BS.

Kondisi Topografi.
Areal darat relative datar yaitu berada pada elevasi + 1.5 – 2.0 m ,yang merupakan
area perkampungan nelayan dan PPI. Lokasi di dekat muara masih merupakan area
tanah yang terendam oleh air pasang surut.

23
Kondisi Bathimetri

Area pekerjaan terletak pada elevasi – 2.900 (MSL) pada jarak 500 m dari titik ±0.000
(BM), muka air laut – 1.500 (MSL),dengan Kondisi umum terjadi sedimentasi pada
alur masuk muara ke pelabuhan PPI Eretan.

Kondisi Pasang Surut.


Type pasang surut campuran condong keharian tanggal F = 1,63, dengan besaran
pasang surut sebagai berikut :

HWS = + 1,365 m
MSL = + 0,415 m
LWS = + 0,000 m
Kondisi Gelombang.
Hasil analisa data angin menunjukan kecepatan angin dominan dari arah Barat Laut.
Tinggi gelombang yang terjadi berkisar antara 1.00 s/d 1.50 m dari HWL .

Geometri Pantai.
Garis pantai (normal) membentuk sudut 170 dengan arah utara dengan kemiringan
pantai muka 1:60 dan samping pantai 1 : 450.

Kondisi Jenis Tanah.

KEDALAMAN SATUAN JENIS TANAH

0.00 – 5.00 m Soft gray silty clay low plasticity

5.00 – 10.20 m Very soft grey clay

10.20 – 17.00 M Firm grey clayn medium plasticity

17.00 – 22.00 M Stiff grey clay medium plasticity

22.00 – 26.00 M Hard grey

Secara umum jenis litology batuan merupakan sediment lepas atau setengah padu
( kerikil, pasir lanau dan lempung).

DATA PANTAI ERETAN KULON /LOKASI BREAKWATER

24
A. data Pantai :

- Kemiringan muka pantai 1 : 20


- Kemiringan dumping pantai 1 : 200
- Berm pantai 0,70 dari HWL
- Tebal lapisan yang bergerak h = 1,70 m

B. Data Sungai

- Debit banjir maximum = 100 m3/s


- Kemiringan dasar sungai s = 0,0001
- Lebar rata-rata hulu sungai terhadap MSL = 1,5 m

C. Data Oceanografi :

- Tinggi gelombang pecah Hb = 1,5 m


- Periode gelombang T = 6 detik
- Beda pasang surut 9 HWL – LWL) = 1,0 m
- Arah gelombang pecah dari normal garis pantai α b = 30°
- Angkutan pasir menyusuri pantai So = 20.000 m3/th

Gambar : Blok Plan PPI Eretan Kabupaten Indramayu

DATA FOTO EKSISTING


25
Gambar : PPI Eretan

Gambar : Breakwater eksisting dengan konstruksi tetrapod

Gambar : kondisi sekarang (2009) eksisitingbreakwater

26
Gambar : Kondisi Konstruksi Breakwater tahun 2007

Gambar : breakwater eksisiting (2007) dengan cover layer batu W = 150 kg

Gambar : pemasangan matras dan cerucuk bambu pada tahap pembangunan


breakwater eksisiting

BAB III
ANALISIS STUKTUR
27
Tipe Konstruksi Pemecah Gelombang yang dipilh adalah Jeti Tipe Rubble Mound.
Jeti type rubble mound tidak massif merupakan jeti dengan lapisan pelindung luar yang
disebut armour,lapisan di bawahnya dikenal dengan lapisan pengisi. Pada bagian
dasarnya berupa lapisan pondasi.
TETRAPOD

Gambar : sketsa potongan melintang stuktur tipe rubble mound

Stabilitas Armor
Untuk menentukan dimensi armour dipergunakan rumus HUDSON sbb:

W = ______ ÞrH³_________
K D (S r – 1 )³ cot θ

Sr = Þr
Þw

W : Berat satuan lapisan pelindung (kg atau ton)


Þr : Massa jenis batu (kg/m³ atau ton/m³)
Þw : Massa jenis air laut (kg/m³ atau ton/m³) dapat diambil 1,025 kg/m³
H : Tinggi gelombang rencana
θ : Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang (°)
KD : Koefesien stabilitas armor ( dari table 1)

Diameter untuk jenis armor digunakan rumus :

W
Untuk batu belah, diameter (D) = 3 ____

28
Þr

W
Untuk kubus dimensi sisi -sisi (S) = 3 ____
Þr

Jenis armor sperti batu belah,kubus beton atau tetrapod digunakan sebagai struktur
kepala dan badan untuk kondisi gelombang pecah dan tidak pecah.

Perhitungan dimensi armor batu belah bulat kasar Þr = 2600 kg/m3


Perhitungan dimensi kubus atau tetrapod Þr = 2400 kg/m3

Tabel 1 . Koefesien stabilitas KD untuk berbagai jenis butir .

Lengan (badan ) Ujung (kepala)


Lapis Lindung nt bangunan bangunan
Penempatan kemiringan
Gelombang Gelombang Gelombang Gelombang
pecah Tdk pecah pecah Tdk pecah
Batu pecah:
Bulat halus 2 Acak 1,2 2,4 1,1 1,9 1,5-3,0
Bulat kasar >3 Acak 1,6 3,2 1,4 2,3 *2
Bersudut kasar 1 Acak *1 2,9 *1 2,0 *2
Bersudut kasar 2 Acak 2,0 4,0 1,9 3,2 1,5
1,6 2,8 2,0
1,3 2,3 3,0
Tetrapod dan 2 Acak 7,0 8,0 5,0 6,0 1,5
Quadripod 4,5 5,5 2,0
3,5 4,0 3,0
Tibar 2 Acak 9,0 10,0 8,3 9,0 1,5
7,6 8,5 2,0
6,0 6,5 3,0
dolos 2 Acak 15,8 8,0 16,0 2,0
31,8 7,0 14,0 3,0
Kubus dimodif Acak 6,5 7,5 - 5,0 *2
Hexapod 2 Acak 8,0 9,5 5,0 7,0 *2
Tribar 2 Seragam 12,0 15,0 7,5 9,5 *2
Batu pecah 1 acak 2,2 2,5 - - -
Blok beton bergigi 1 khusus 12-14 16-18 - - 2

Catatan :
nt = jumlah susunan butir batu dalam lapis lindung
*1 = penggunaan n = 1 tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah
*2 = sampai ada ketentuan lebih lanjut nilia dibatasi 1 : 1,5 sampai 1 : 3
*3 = batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan bangunan

Spesifikasi armor Tetrapod

29
Tabel : spesifikasi armor tetrapod

Volume satuan unit armor (m3)


Berat
jenis 0,20 0,50 1,00 2,00 3,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 15,00
Armor
Kg/m3 Berat satuan unit armor (ton)
2400 0,48 1,20 2,40 4,80 7,20 9,60 14,40 19,20 24,00 28,80 36,00
2500 0,50 1,25 2,50 5,00 7,50 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 37,50
2600 0,52 1,30 2,60 5,20 7,80 10,40 15,60 20,80 26,00 31,20 39,00
2800 0,56 1,40 2,80 5,60 8,40 11,20 16,80 22,40 28,00 33,60 42,00
3000 0,60 1,50 3,00 6,00 9,00 12,00 18,00 24,00 30,00 36,00 45,00

Rata-rata ukuran ketebalan dua lapisan ditempatkan secara acak (m)


1,22 1,65 2,08 2,62 3,00 3,30 3,78 4,16 4,48 4,76 5,13
symbol Dimensi unit armor (m)
a 0,27 0,37 0,46 0.58 0,67 0,73 0,84 0,92 0,99 1,06 1,14
b 0,13 0,18 0,23 0,29 0,33 0,37 0,42 0,46 0.50 0,53 0,57
c 0,43 0,58 0,73 0,92 1,05 1,16 1,32 1,46 1,57 1,67 1,80
d 0,42 0,57 0,72 0,91 1,04 1,14 1,31 1,44 1,55 1,64 1,77
e 0,21 0,29 0,36 0,45 0,52 0,57 0,65 0,72 0,77 0,82 0,89
f 0,58 0,78 0,98 1,24 1,42 1,56 1,79 1,97 2,12 2,25 2,43
g 0,19 0,26 0,33 0,41 0,47 0,52 0,60 0,66 0,71 0,75 0,81
h 0,89 1,21 1,53 1,93 2,20 2,43 2,78 3,06 3,29 3,50 3,77
i 0,54 0,74 0,93 1,17 1,34 1,47 1,68 1,85 2.00 2,12 2,28
j 0,27 0,37 0,46 0,58 0,67 0,74 0,84 0,93 1,00 1.06 1,14
k 0,,98 1,32 1,67 2,10 2,41 2,65 3,03 3,34 3,59 3,82 4,11
l 1,07 1,46 1,84 2,31 2,65 2,91 3,34 3,67 3,96 4,20 4,53

Perhitungan desain jeti


Muara PPI eretan direncanakan dengan pembuatan jeti type rubble mound dengan
armour batu bulat kasar dan tetrapod.

30
Data pantai eretan kulon :

A. data Pantai :

- Kemiringan muka pantai 1 : 20


- Kemiringan dumping pantai 1 : 200
- Berm pantai 0,70 dari HWL
- Tebal lapisan yang bergerak h = 1,70 m

B. Data Sungai

- Debit banjir maximum = 100 m3/s


- Kemiringan dasar sungai s = 0,0001
- Lebar rata-rata hulu sungai terhadap MSL = 1,5 m

C. Data Oceanografi :

- Tinggi gelombang pecah Hb = 1,5 m


- Periode gelombang T = 6 detik
- Beda pasang surut ( HWL – LWL) = 1,0 m
- Arah gelombang pecah dari normal garis pantai α b = 30°
- Angkutan pasir menyusuri pantai So = 20.000 m3/th

Perhitungan :
(1 ) Lebar alur

a) Lebar alur untuk lalulintas 2 jalur menurut rumus Bruun

B = 7,6 x B
= 7,6 x 5 = 38 m

b) Lebar alur menurut rums jepang

b2 = 0,67 x b1
b2 = 0,67 x 50 = 37 m

(2) kedalaman alur

a) kedalaman alur menurut rumus Nur Yuwono


elevasi dasar = LLWL – dn
dn = d1 + gl + rb
gl + rb bias diambil 50 % d1
dn = 1,5 df = 2,25 m
elevasi dasar = 2,25 m di bawah LLWL

31
(b) kedalam alur menurut rumus jepang

-0,69
d2 = b1
d1 = b2
diambil :

b1 = 50 m (lebar sungai bagian hulu)


b2 = 38 m (lebar alur pelayanan )
d1 = 1,5 m (kedalaman rerata sungai bagian hulu)

dari rumus dihitung dapat d2 = 1,24 m (kedalaman rerata di alur pelayanan )


kedalaman alur diambil untuk kepentingan lalulintas = 2,25 m LLWL

(3) dimensi armor dan lapisan pengisi :


Untuk menentukan diameter amrmor jeti dibagi menjadi 4 bagian :
- bagian kepala
- bagian badan (I)
- bagian badan (II)
- bagian badang (III)

untuk menentukan diameter armor dipergunakan rumus (10) yaitu rumus HUDSON ;

W= Þr H³____
KD (Sr – 1 )³ cotθ

a) untuk struktur bagian kepala (bagian I) ,kondisi gelombang pecah : dari table 1,untuk
lapis pelindung tetrapod :

Þr = 2400 kg/m3 ; Sr = 1,03


Kd = 8 ; H = Hb = 1,5 m dan Cotgθ = 2 yang diambil dari tabel A.4 dan A.5 didapat :

___ 2,4 x 1,5³___


2,4 3
W= 8 -1 2 = 0,22 ton
1,03

Dimensi unit armor tetrapod didapat dilihat table A.1 adalah :

a = 0,27 m h = 0,89 m
32
b = 0,13 m i = 0,54 m
c = 0,43 m j = 0,27 m
d = 0,42 m k = 0,98 m
e = 0,21 m l = 1,07 m
f = 0,58 m
g = 0,19 m

(1) Lebar mercu :


B = np KΔ W_ _
Þr
Dari table 2 untuk np = 3 didapat K = 1,10


B = 3 x 1,10 __480_____
2400

B = 2,00 m

(2) dimensi lapisan kedua + = W/10 = 480 /10 = 48 Kg atau dengan diameter rumus :

D = _48___
2400
D = 0,38 m

(3) Lapisan Pengisi (core Stone) = W/200 = 3 Kg, diambil diameter 10 – 20 cm


(4) Tinggi Rayapan Ru dengan menggunakan rumus :

Lo = 1,56 x T²
= 1,56 x 36 = 56,16
H/Lo = 1,5 /56,16
= 0,027
Dengan menggunakan rumus : Ir = __tg θ____ = __0,5_____ = 3,04
(H/Lo)0,5 (0,027 )0,5
Dari table dibawah diperoleh :

Ru / H = 1,20
Ru = 1,20 x 1,0
= 1,20 m

33
(5) gerusan local
Gerusan local akibat hempasan gelombang menggunakan rumus :

ds = k x H
ds = 0,5 x 1,5 = 0,75 m

(6) Cadangan
a) Cadangan untuk kemungkinan penurunan struktur di ambil 0,5 m
Tinggi struktur total pada bagian kepala = cadangan penurunan struktur + tinggi
rayapan + beda pasang surut + kedalaman air saat LLWL + gerusan local

= 0,5 + 1,2 + 1,0 +2,5 + 0,5


= 5,70 m
b) Tinggi struktur berdasarkan kedalaman alur = cadangan penurunan struktur + tinggi
rayapan + beda pasang surut + kedalaman alur saat LLWL
= 0,5 + 1,282 + 1,0 + 2,25
= 5,032 m

2,00 m

Sisi dalam /alur sisi luar

5,7 Cover layer tetrapod H = 0,89 ;K=0,89;W=0,48 t

L WL Secondary layer batu Ø 0,40 m W=110 KG

2,48 Toe protection 0,40m

Lapisan pengisi /core stone w = 0.5 – 15 kg

Armor eksisting

Gambar : Penampang Melintang Jeti tipe rubble mound

BAB IV
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

34
TEKNIS PELAKSANAAN DAN BAHAN
Pekerjaan Pengukuran dan Bouwplank
- Untuk menentukan posisi dan ketinggian rencana bangunan di
lapangan pemborong harus melakukan pengukuran di lapangan secara
teliti dan benar, sesuai dengan referensi Bench Mark atau titik tetap di
lapangan seperti ditunjukkan dalam gambar atau atas petunjuk Direksi.
- Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan peralatan yang
mempunyai presesi tinggi dengan metode triangulasi dan hasilnya
disampaikan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
- Dalam hal terdapat perbedaan rencana dalam gambar dan hasil
pengukuran yang dilaksanakan pemborong dengan kenyataan yang
ada dilapangan maka sebelum melanjutkan pekerjaan yang mungkin
dipengaruhi perbedaan tersebut, pemborong harus melaporkan hal ini
kepada Direksi untuk mendapatkan keputusan dan dinyatakan dalam
Berita Acara.
- Keputusan akan hasil pengukuran oleh pemborong akan didasarkan
keamanan konstruksi dan kelancaran operasional penggunaan
bangunan tersebut.
- Direksi akan menetapkan 2 (dua) “Bench Mark” sebagai referensi yang
ditetapkan di lapangan. Bila Bench Mark belum ada maka pemborong
berkewajiban membuat Bench Mark (BM) sesuai dengan petunjuk
Direksi.
- Semua batas ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan Matrik
terhadap Low Water Spring (LWS). Sedangkan ukuran-ukurannya
dinyatakan dalam satuan matrik, kecuali bila dinyatakan lain.
- Pemborong harus atau wajib membuat Bouwplank dan memasang
patok-patok pembantu sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk
menjamin ketelitian bentuk, posisi, arah elevasi dan lain-lain, yang
harus dipelihara keutuhan letak dan ketinggiannya selama pekerjaan
berlangsung.

35
- Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu, Bouwplank harus
disetujui Direksi. Patok-patok dan referensi lainnya tidak boleh
disingkirkan sebelum diperintahkan oleh Direksi.
- Pemborong harus mengadakan pengematan pasang surut selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung. Pengamatan pasang surut tidak
boleh disingkirkan sebelum diperintahkan oleh Direksi.

PEKERJAAN CERUCUK / MATRAS BAMBU


Lingkup pekerjaan ini meliputi :

- Pemasangan cerucuk bambu sebagai matras breakwater/krib. Bambu


yang digunakan berdiameter 7 – 10 cm, lurus dan sudah tua. Bambu
yang digunakan harus merupakan satu kesatuan panjang, tidak boleh
disambung dan tidak pecah. Proses pemasangan harus menjamin
bambu mencapai kedalaman yang diinginkan dan bambu tidak rusak
oleh proses pemasangan tersebut. Penempatan dan pemasangan
matras ini mengikuti gambar kerja.
- Pemasangaan matras samping dari bambu diameter 7 s/d 10 cm yang
dirangkai satu sama lainnya dengan diikat dengan injuk . Matras
samping dipasang pada kedua sisi samping kaki breakwater dengan
ketinggian mencapai batas muka air pasang rata-rata ( MLS).
- Sebelum pelaksanaan pemacangan , pihak kontraktor harus minta
persetujuan konsultan pengawas mengenai
deskripsi,spesifikasi,gambar-gambar dan program kerja secara detail
atas metoda yang akan dilaksanakan dalam pemacangan termasuk
juga peralatan yang akan digunakan.
- Cerucuk bamboo yang dipancang harus sampai kedalaman hingga
mencapai tanah keras atau pemacangan bamboo baru boleh
dihentikan setelah mendapat persetujuan konsultan pengawas
-
SPERIFIKASI ALAT BERAT

36
- Dump truck, Dump truck akan dipergunakan sebagai alat angkut
material batu dari lokasi asal( quarry) menuju lokasi kerja . Kapasitas
total dari dump truck yang akan dipakai adalah 4.5 m3.
- Crane/Backhoe, Alat berat ini akan berfungsi sebagai pengangkut
material batu dan beton tetrapod dari lokasi penumpukan (placing)
yang selanjutnya akan dibawa untuk dipasang di lokasi breakwater.
Kapasitas Crane yang akan dipakai adalah 15 ton.

BATU SECONDARY LAYER


PEMILIHAN BATU ARMOR
Pemilihan batu untuk secondary Layer yang akan dipakai dalam konstruksi
breakwater mempunyai beberapa ketentuan sebagai berikut :

- Berat batu memiliki berat 45 s/d 65 kg dengan ukuran yang dianggap


sebagai bola dengan diameter 0.40 m.
- Batu yang dipakai merupakan batu gunung atau batu belah/pecah
- Sifat batu harus keras, specific grafity *Gs) 2,5 ton/m3, tidak lapuk,
bergradasi baik persegi panjang dan bersudut tidak beraturan
- Batu yang tidak bersudut tidak boleh dipergunakan
- Bentuk penampang dan ukuran sesuai dengan gambar, mengikuti
permukaan tanah.
- Batu dengan ukuran kecil diperlukan hanya untuk batu pengisi /pengikat
sehingga tidak ada celah kosong dari setiap susunan batu secondary
layer.

PERSYARATAN PELAKSANAAN
- Bahan-bahan sebelum digunakan dalam pelaksanan harus diserahkan
contoh kepada Direksi /Pengawas lapangan untuk mendapatkan
persetujuan.

37
- pemborong wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak dan telah disesuaikan dengan
keadaan di lapangan.
- Pemborong wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang
belum tercakup lengkap dalam gambar kerja / dokumen kontrak.
- Sebelum dilaksanakan, shop drawing harus mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi/pengawas lapangan.

PELAKSANAAN PEKERJAAN BATU SECONDARY LAYER


- Sebelum pekerjaan penimbunan batu armor kontraktor harus
mempersiapkan rambu-rambu /tanda pada lokasi dimana breakwater akan
dibangun.
- Matrial batu diangkut dari quarry dengan menggunakan dump truck yang
kemudian ditimbun di stock pile.
- Pengangkutan batu (loading) dari stock pile ke lokasi breakwater
menggunakan phonton atau tug boat.
- Pekerjaan penimbunan batu (placing) menggunakan tenaga manusia .Hal
ini memungkinkan untuk dilakukan karena berat baru maksimal 45 s/d 65
kg.
- Penempatan batu secondary layer akan ditempatkan secara acak, namun
untuk lapisan atas perlu pengaturan/ finishing agar batu- batu bisa
disimpan secara teratur dan celah-celah batu yang tersisa harus diberikan
batu pengunci.

PEKERJAAN TETRAPOD
BETON DAN BEKISTING
1) PERSYARATAN BAHAN
Semen Portland/PC

- Semen Portland yang dipakai harus dari jenis 1 menurut peraturan


Semen Portland Indonesia 1972 (NI-8) atau British Standard No 12
tahun 1965 Semen harus sampai di tempat kerja dalarn kondisi yang
38
baik serta dalarn kantong asli dan Pabrik, Merk PC dianjurkan Produksi
dalarn negeri seperti: Tiga Roda, Gresik atau yang setaraf
dipersyaratkan satu merk PC yang disetujui Konsultan
Pengawas/Direksi untuk seluruh pekerjaan. Semen harus disimpan
dalam gudang yang kedap air, cukup ventilasi diatas lantai setinggi 30
cm dan atas tanah.
- Penyimpanan harus berurutan dan terpisah menurut pengiriman.
Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.
Pasir

- Semua pasir yang akan dipakai harus pasir alam tidak diperkenankan
memakai pasir laut.
- Pasir harus bersih dan bebas dari tanah liat, mika dan substansi lain
yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5%.
- Kontraktor harus menyerahkan contoh kepada Konsultan
Pengawas/Direksi sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan
persetujuan, contoh seberat 15 kg dari pasir alam yang diusulkan
untuk dipakai sedikitnya 14 (empat belas) hari sebelum diperlukan.
- Timbunan pasir alam harus dibersihkan semua dari
tumbuh-tumbuhan, kotoran dan bahan-bahan lain yang tidak dapat
dipakai harus disingkirkan. Bahan harus diayak dan dicuci
sebagaimana diperlukan untuk menghasilkan pasir alam sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan disini.
Agregat (Kerikil atau Batu Pecah)

- Agregat dapat dipakai agregat alami atau buatan memenuhi


persyaratan PBI 1971 (NI-2) pasal 3.3, 3.4 dan 3.5 Agregat tidak boleh
mengandung bahan yang dapat merusak beton dan ketahanan
tulangan terhadap karat. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan
contoh yang memenuhi syarat dari berbagai sumber terlebih dahulu.
. Air

- Air untuk campuran dan pemeiiharaan beton spesil/mortar dan speci


injeksi harus dari air yang bersih dan tidak mengandung zat-zat yang
39
dapat merusak beton. Air tersebut harus memenuhi syarat-syarat
menurut PBI 1971 (N!-2) pasal 3.6.
Baja tulangan

- Baja tulangan yang dipakai harus dari mutu U-32 untuk baja diameter
lebih besar atau sama dengan 16 mm dan U-24 untuk baja diameter
lebih kecil 16 mm, kecuali untuk diameter 19 mm keatas harus
menggunakan U-32 (ulir) sesuai dengan PBI 1971, JIS SR 24 British
Standard No 785 atau ASTM Designation A-15.
- Ukuran baja tulangan tersebut harus sesuai dalam Gambar Kerja,
penggantian dengan diameter lain harus dengan persetujuan tertulis
dan Direksi. Segala biaya yang diakibatkan o!eh penggantian tulangan
terhadap yang digambar sejauh bukan kesalahan Gambar Kerja adalah
tanggung jawab Kontraktor.
- Semua baja tulangan harus disimpan pada tempat yang bebas
lembab, disesuaikan diameter serta asal pembelian. Semua baja
tulangan harus dilindungi terhadap semua macam kotoran dan lemak
serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karat.
- Baja tulangan beton sebelum dipasang harus bersih dari serpih-serpih,
karat, minyak gemuk dan lapisan lain yang merusak atau mengurangi
daya lekat dalam beton.
- Bentuk baja tulangan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang tertera
pada Gambar.
- Baja tulangan harus dipasang dengan teliti sesuai gambar kerja.
- Agar tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat
kuat dengan kawat (bindcraft) dengan bantalan blik-biok beton
cetak/beton decking atau kuisi-kursi besi (cakar ayam), perenggang,
specer atau logam gantung (metal hanger) sesuai dengan kebutuhan.
- Penempatan besi beton didalarn cetakan tidak boleh menyinggung
dinding atau dasar cetakan serta harus mempunyai jarak ketebalan 5
cm dari dinding bekisting ( untuk konstruksi beton yang
bersinggungan dengan air laut /payau)

40
- Jika diperlukan untuk menyambung tulangan overlap pada
sambungan untuk tulangan-tulangan dinding tegak (vertikal) dan
kolom sedikitnya harus 40 (empat puluh) kali diameter batang.
-
Bahan campuran tambahan (Additives)

- Pemakaian bahan tambahan kimiawi (Concrete admixture/Additives)


kecuali yang disebut tegas dalam Gambar Kerja atau RKS harus seijin
tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.
- Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal (initial set)
tidak boleh dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air di bawah tanah
(hydrostatic pressure) tidak boleh bahan kedap air yang mengandung
garam stearate.
- Bahan campuran tambahan beton harus sesuai dengan iklim tropis
dan memenuhi AS 1978 & ASTM C 494 Type B dan Type D sekaligus
sebagai pengurang air adukan dan penunda pergerasan awal.
Bekisting

- Bekisting tetrapod dibuat dari plat besi dengan ketebakan 2 mm dan


plat strip sebagai framenya.
- Lantai kerja diperlukan sebelum pemasangan bekisting, yaitu berupa
lantai dari beton tebal 10 cm.
- Bekisting distel diatas lantai kerja yang ukurannya telah disesuaikan
dengan gambar rencana.
- Sebelum pengecoran beton bekisting terlebih dahulu harus
dibersihkan sisi-sisi dalamnya dari kotoran.
- Penggunaan minyak bekisting/ Sika Form Oil bias dipergunakan untuk
memudahkan dalam pelepasan bekisting serta untuk menghasilkan
cetakan/permukaan beton yang halus.
- Bekisting dapat dipergunakan berulang-ulang kali ,sehingga harus dirawat
pemakainnya

2) Persyaratan Teknis
41
Komposisi campuran beton

- Beton dibentuk dari semen Portland/PC, pasir, kerikil, batu pecah, air
seperti yang ditentukan, semuanya dicampur dalam perbandingan yang
sesuai dan diolah sebaik-baiknya sehingga sampai didapat kekentalan yang
tepat.
- Komposisi campuran beton dibuat dengan perbandingan volume dengan
multibeton berdasarkan mix disain sebagai berikut:
-
MUTU BETON K-350

Standard Deviasi Sd 65 kg/cm2


Kadar semen minimum Ks 365 kg/m3
Factor air semen maksimum Wcr 0,475
Ukuran agrgrat maksimum Ag 25 mm
Factor kehilangan semen Fhs 1.,015
Factor kehilangan agregrat Fha 1,075
Perbandingan campuran :
- Semen Sm 1,00 ( 16,5%)
- Pasir Ps 1,90 (31,4%)
- Agregrat kasar Kr 3,20 (52,8%)
Berat isi material :
- Beton D1 2,30 t/m3
D2 1,25t/m3
- Semen
D3 1,65 t/m3
- Pasir
D4 1,65 t/m3
- Agregrat kasar

PERBANDINGAN BERAT MATERIAL UNTUK 1 m3 BETON

MATERIAL KOEF SATUAN

Semen 385,192 Kg
Pasir beton 0,471 m3
Agregrat kasar 0,791 m3

- Untuk mengetahui karakteristik dari beton tersebut harus memenuhi syarat


mutu beton BO menurut PBI 1971, disertai sertifikat hasil pengujian
laboratorium pengujian dilaksanakan 4 (empat) kali tahapan.
- Ukuran maksimum dari agregat kasar dalam beton tidak boleh melampaui
ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton dan harus

42
memperhitungkan celah lubang antar tulangan agar tidak terjadi
rongga-rongga beton.
- Perbandingan antara bahan-bahan pernbentuk beton yang dipakai untuk
berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus ditetapkan dari waktu ke
waktu selama berjalannya pekerjaan dernikian juga pemeriksaan terhadap
agregat dan beton yang dihasilkan. Perbandingan campuran dan faktor air
semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan yang
mempunyai kekedapan, keawetan dan kekuatan yang dikehendaki. Faktor
air semen dari beton tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat dan tidak
boleh melebihi 0,55 (dari beratnya) pengujian beton akan dilakukan oleh
Kontraktor dan perbandingan-perbandingan campuran harus diubah jika
perlu untuk tujuan-tujuan seperti diatas dan Kontraktur, tidak berhak klaim
atas perubahan-perubahan yang dernikian.

Pengujian dari Konsistensi Beton dan Benda-henda uji Beton

- Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan
untuk menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan untuk
rnenyesuaikan variasi kandungan lembab atau gradasi (perbutiran) dan
agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk (mixer). Penambahan air untuk
mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau
yang menjadi kering sebelum dipasang tidak diperkenankan. Keseragaman
konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu. Nilai slump
dari beton (pengujian kerucut slum boleh kurang dari 8 cm dan tidak
melampaui 12 cm untuk segala beton yang dipergunakan
- Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan melalui pengujian biasa dengan
silinder berukuran 15 x 30 cm atau kubus 15 x 15 x 15 cm atau kubus 20 x 20
x 20 cm dibuat dan diuji sesuai dengan NI-PB1 1971. Pengujian slump
disesuaikan dengan NI-2 PBI 1971 dan Kontraktor harus menyediakan
fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan cuntoh-contoh pemeriksaan
yang representatif, frekuensi akan ditetapkan oleh Konsultan
Pengawas/Direksi.

43
Benda Uji

Waktu pengecoran beton harus terdapat benda-benda uji sebagai berikut:

- Minimum benda uji setiap hari


- Minimum 20 benda uji pada akhir pelaksanaan
- Setiap campuran beton 1 m3 dibuat 4 benda uji
- Yang terbesar menentukan

URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN.


a) Tahap pengecoran.
- Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diaduk menjadi beton
dengan menggunakan Concrete Mixer. Disarankan memakai adukan beton
siap pakai “Beton Ready Mix”, agar kwalitas beton lebih konsisten dan lebih
cepat dalam pelaksanaannya. Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk
pengangkutan beton harus sedemikian rupa sehingga beton dengan
komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat
pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan nilai slump.
- Campuran beton dituangkan ke dalam bekisting/cetakan yang telah
disiapkan.
- Supaya campuran beton padat harus dilakukan vibrasi.
- Untuk menjaga kelembaban dan kadar air pada beton, selama beton belum
mencapai umur beton/kuat tekan maksimum harus dilakukan curing yaitu
dengan dua cara, pertama dengan menggunakan karung basah, kedua
dengan cara menggunakan Antisol-S yang penggunaanya pada saat pasta
beton sudah mulai membeku tetapi belum benar-benar kering pada
permukaannya.
- Setelah 8 jam sejak pengecoran ,bekisting sudah diperekenankan dilepas dan
tetrapod sudah bisa dipindahkan.Waktu dan cara-cara pembukaan dan
pemindahan cetakan, harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindarkan kerusakan-kerusakan pada beton. Beton baru dapat
diijinkan dibebani setelah berumur 28 hari, kecuali beton yang
menggunakan bahan additive.

44
- Permukaan beton harus diperiksa dengan teliti, permukaan-permukaan yang
tidak rata, halus dan rapi harus diperbaiki sampai disetujui Konslultan
Pengawas/Direksi.
b) Tahap Pemasangan Tetrapod
- Pemasangan atau penempatan tetrapod baru bisa dilaksanakan bila
pekerjaan secondary cover layer telah selesai serta posisi batu armor telah
memenuhi elevasi yang ditentukan.
- Surveyor telah siap pada posisi untuk menetukan letak tetrapod.
- Pengangkutan tetrapod menggunakan crane kap. 15 ton
- Tetrapod diangkut dari site pile ke lokasi breakwater dengan menggunakan
phonton dan tug boat.
- Tetrapod diangkat ke atas dengan menggunakan crane kemudian dipasang
pada posisinya dengan panduan surveyor sehingga penempatan tetrapod
sesuai dengan koordinat yang direncanakan.
- Untuk memeriksa posisi tetrapod pada kaki breakwater diperlukan
penyelam.
- Pemasangan tetrapod dinyatakan selesai apabila surveyor menyatakan
posisi dan elevasi telah benar.
c) Pengukuran dan Perhitungan Volume Pekerjaan.
Batu Armor/Secondary Layer

- Kontraktor akan dibayar berdasakan volume batu dalam m3 sesuai volume


profil gambar rencana ,diukur dari elevasi bawah sampai mercu pasangan
batu/breakwater.
- Apabila volume belum tercapai maka kontraktor harus tetap mensuplai batu
dan memasangnya ditempat yang ditentukan oleh direksi/konsultan
pengawas, sampai volume tersebut tercapai.
- Semua biaya untuk penambahan suplai batu menjadi tanggung jawab
kontraktor dan sudah diperhitungkan dalam penawaran harga kontraktor.
- Untuk penambah volume akibat adanya longsor lereng lapisan batu yang
dikarenakan kesalahan dalam pelaksanaan , maka tidak ada pengajuan biaya
tambahan.

45
- Untuk penambahan volume yang dilaksanakan kontraktor diluar instruksi
direksi/konsultan pengawas secara tertulis, tidak dapat dijadikan alasan
untuk penambahan biaya.
Beton Tetrapod/Primary Cover Layer

- Kontraktor akan dibayar berdasarkan jumlah beton tetrapod yang terpasang


sesuai volume profil gambar rencana ,diukur dari elevasi bawah sampai
grade akhir sesuai dengan gambar.
- Kontraktor harus memperhitungkan alokasi volume akibat settlement
dengan memasukan dalam harga satuan penawaran.
- Apabila volume belum tercapai maka kontraktor harus tetap mensuplai
beton tetrapod dan memasangnya ditempat yang ditentukan oleh
direksi/konsultan pengawas, sampai volume tersebut tercapai.
- Untuk penambah volume akibat adanya kesalahan dalam pelaksanaan ,
maka tidak ada pengajuan biaya tambahan.
- Untuk penambahan volume yang dilaksanakan kontraktor diluar instruksi
direksi/konsultan pengawas secara tertulis, tidak dapat dijadikan alasan
untuk penambahan biaya.

46
47

Anda mungkin juga menyukai