Anda di halaman 1dari 32

PEKERJAAN : REHABILITASI D.

I CITENGAH DESA DATAR V 50 HA ( DAK )

TAHUN ANGGARAN : 2019


METODE PELAKSANAAN

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Waktu penyelesaian REHABILITASI D.I CITENGAH DESA DATAR V 50 HA ( DAK ) yang ditetapkan
selama 120 (Seratus Dua Puluh) hari kalender oleh pemilik pekerjaan (owner), menuntut
pelaksanaan pekerjaan di lapangan harus didukung oleh unsur-unsur penunjang yang handal,
sehingga akan di dapat kinerja proyek yang maksimal.

Dalam pelaksanaan proyek ini, CV. ................. menerapkan metode pelaksanaan untuk menunjang
keberhasilan proyek sesuai dengan biaya, waktu dan mutu yang telah ditetapkan antara lain :
a. Sumber Daya Manusia yang mampu dan sesuai keahlian di bidangnya
b. Tepat pemakaian Alat Kerja yang digunakan, baik kuantitas atau jenisnya
c. Rekanan dan Suplier yang terbukti mampu
d. Pekerja yang trampil sesuai jumlahnya yang diperlukan

I.2. Maksud dan Tujuan


Berdasarkan latar belakang di atas, maka maksud dari penulisan metode pelaksanaan ini adalah untuk
memberikan gambaran secara terperinci tentang pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang efisien,
sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan oleh pemilik pekerjaan. Dan akhirnya didapatkan sebuah hasil
konstruksi yang baik, berestetika dengan biaya yang tersedia.

I.3. Lokasi
Pekerjaan : REHABILITASI D.I CITENGAH DESA DATAR V 50 HA ( DAK )
Tahun Anggaran : 2019
Waktu Pelaksanaan : 120 (Seratus Dua Puluh) hari kalender
Penyedia Jasa : CV. ...........

I.4. Lingkup Pekerjaan


Lingkup Pekerjaan yang dilaksanakan pada REHABILITASI D.I CITENGAH DESA DATAR V 50 HA (
DAK ) adalah sebagai berikut :

Lingkup Pekerjaan yang dilaksanakan pada REHABILITASI D.I CITENGAH DESA DATAR V 50 HA ( DAK
) yang meliputi
A. PRE CONSTRUCTION
 Pekerjaan Persiapan, Prasarana dan Penunjang
 Pekerjaan Pembersihan
B. DURING CONSTRUCTION
 Pekerjaan Struktur
 Pekerjaan Arsitektur
C. PASCA CONSTRUCTION
Pekerjaan Pembersihan, pembongkaran bangunan penunjang dan pemeliharaan.

I. RENCANA PENANGANAN PERSIAPAN PEKERJAAN


Agar pekerjalan berjalan lancar dan meminimalisir hambatan-hambatan, kesulitan - kesulitan di lapangan
maka perlu adanya persiapan yang matang untuk menangani pekerjaan – pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Sebelum pelaksanaan dimulai, perlu sekali adanya Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (Pre
Construction Meeting / PCM).
Berikut adalah bagan alir Pre Constrution :

SURVEY
LAPANGAN

DATA-DATA ( Pre Contruction


LAPANGAN Meeting)

- Data Tanah
- Data Sosial
- Masyarakat JUSTIFIKASI
Setempat TEKNIS

MUTUAL TEKNIS

SHOP DRAWING

PELAKSANAAN

PEMBERSIHAN

PHO

AS BUILT
DRAWING

PEMELIHARAAN

FHO

Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak adalah :
 Mobilisasi
Yaitu mendatangkan alat dan tenaga yang diperlukan dengan kebutuhan pekerjaan yang
dilaksanakan.
 Foto 0%
Pekerjaan foto 0 % dilaksanakan dengan mengambil gambar existing lapangan sebelum pekerjaan
dimulai, pengambilan gambar dilakukan pada 3 ( tiga ) arah untuk 1 ( satu ) titik pengambilan.
 Uitzet/ MC. 0
Pekerjaan ini bertujuan untuk menentukan elevasi rencana bangunan dan volume pekerjaan yang
akan dikerjakan.
Alat yang dipakai : Theodolit, Waterpass, Rollmeter, dll.
Setelah selesai pengukuran dilaksanakan, selanjutnya dilakukan mutual check awal (MC.0)
sebagai titik awal dari pelaksanaan pekerjaan. Dari MC.0 tersebut diterbitkan Amandemen I yang
disetujui pemberi tugas
 Mix Design dan Test Besi Beton
Mengajukan permohonan Mix Design untuk beton ke laboratorium. Mengambil sample material dan
dibawa ke laboratorium, untuk dilakukan Mix Design Beton dan tes kuat tekan beton.
Untuk Test besi beton tiap diameter diambil sample 3 batang
 Jalan Kerja
Dikarenakan adanya pemakaian alat berat dalam pelaksanaan pekerjaan ini, maka pembuatan
jalan masuk dan konstruksi jalan sementara untuk mendukung mobilisasi dan demobilisasi
peralatan dan material dibuat yang permanen, sehingga selama pelaksanaan pekerjaan,
transportasi material dapat berjalan dengan lancar dalam kondisi cuaca yang bagaimanapun.
Arus lalu lintas harus direncanakan dengan baik, sehingga dapat mengurangi hambatan yang
mungkin terjadi.
Jalan kerja yang baik dan bersih diperlukan untuk tidak menimbulkan dampak pengotoran
lingkungan dan jalan umum
 Drainase dan Pembuangan Limbah
Sistem drainase proyek direncanakan dengan baik dan disesuaikan dengan sistem drainase
lingkungan di area pekerjaan yang akan dilaksanakan. Tempat pembuangan limbah konstruksi
juga perlu disediakan untuk selanjutnya dapat diangkut keluar.
 Pembersihan Lokasi
Pembersihan lokasi dilaksanakan sebelum uitzet bouwplank dimulai, hal ini dilakukan untuk
membersihkan lokasi dari kotoran yang dapat mengganggu kelancaran pekerjaan seperti
bongkaran ataupun pohon sampai dengan tanah dasar.

Pekerjaan persiapan

 Penentuan Patok Dasar atau Peil P ± 0.00


Pengukuran dan bouwplank : pengukuran dan bowplank perlu dilakukan lebih dahulu agar
kontraktor mengetahui batas–batas yang jelas, ketinggian (level) bangunan sehingga didapatkan
bangunan yang presisi dan sesuai dengan keinginan pemilik.
Gambar Penentuan Patok

 Penempatan Direksi Keet Dan Gudang


Direksi Keet dan Gudang merupakan bagian penting dari suatu pekerjaan karena jika meletakkan
direksi keet dan gudang di sembarang tempat akan berpengaruh pada kelancaran suatu proyek.
Peletakaan direksi keet dan gudang harus diletakan pada tempat yang mudah dilihat dan mudah
dijangkau.

Gambar Gudang & Direksi Keet

 Penyediaan Air dan Listrik Kerja


Air yang digunakan di proyek harus bersih, bebas dari lumpur, minyak dan bahan – bahan kimia
lain yang dapat mengurangi mutu bangunan, listrik kerja yang digunakan diproyek dari peralatan
Kontraktor sendiri. Listrik kerja dan penerangan malam hari : kontraktor akan menyiapkan listrik
kerja beserta penerangan–penerangan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi jika perlu adanya
kerja lembur untuk mengejar target waktu penyelesaian
Air kerja dan keperluan sanitasi : air kerja sangat diperlukan dalam suatu proyek sehingga air kerja
perlu dipersiapkan sejak awal proyek
 Papan Nama Proyek
Pemasangan Papan Nama Kegiatan dari MMT dengan ukuran 2.00 x 1.00 m2 disangga dengan
menggunakan 2 buah tiang penyangga kayu kalimantan ukuran 5/10 cm dengan bagian tertanam
50 cm serta tinggi terlihat 200 cm. Papan Nama Kegiatan berisi informasi tentang Nama proyek,
Pemilik proyek, Lokasi proyek, Jumlah biaya (Kontrak), Nama Konsultan Perencana, Nama
Konsultan Pengawas, Nama Pelaksana (Kontraktor), serta tanggal, bulan, tahun Proyek dimulai.

Gambar Papan Nama Proyek

 Pengadaan System Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pengadaan sistem keselamatan kerja : kontraktor akan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD),
pemadam api ringan (APAR) dan alat P3K untuk proyek ini. System keselamatan yang diterapkan
di proyek ini juga disesuaikan dengan standart, selain itu dilakukan check harian (dailycheck)
terhadap peralatan kerja maupun peralatan keselamatan sebelum digunakan.
RENCANA PENANGANAN PEKERJAAN UTAMA

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pengukuran Ulang
a. Metode Kerja
Pemasangan bouwplank dan pengukuran dilaksanakan bersama – sama dengan pengawas
lapangan untuk menentukan titik 0,00 bangunan dan untuk pembuatan MC.0% yang dituangkan
dalam gambar kerja.
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Palu
3. Benang
4. Waterpas
5. Gorok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang batu
3. Pekerja
d. bahan
1. kaso 5/7
2. papan 2/20
3. paku

2. Sewa Direksi Keet


a. Metode Kerja
Direksi Keet dan Gudang merupakan bagian penting dari suatu pekerjaan karena jika meletakkan
direksi keet dan gudang di sembarang tempat akan berpengaruh pada kelancaran suatu proyek.
Peletakaan direksi keet dan gudang harus diletakan pada tempat yang mudah dilihat dan mudah
dijangkau.
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Palu
3. Benang
4. Papan
5. Atap Seng/Asbes
6. Balok Kayu
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. kaso 5/7
2. papan 2/20
3. paku
4. Seng

II. PEKERJAAN BENDUNG


1. Pas. Profil melintang gal. Tanah
a. Metode Kerja
Pemasangan bouwplank dan pengukuran dilaksanakan bersama – sama dengan pengawas
lapangan untuk menentukan titik 0,00 bangunan dan untuk pembuatan MC.0% yang dituangkan
dalam gambar kerja.
Pengukuran dan bouwplank : pengukuran dan bowplank perlu dilakukan lebih dahulu agar
kontraktor mengetahui batas–batas yang jelas, ketinggian (level) bangunan sehingga didapatkan
bangunan yang presisi dan sesuai dengan keinginan pemilik.
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Palu
3. Benang
4. Waterpas
5. Gorok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang batu
3. Pekerja
d. bahan
1. kaso 5/7
2. papan 2/20
3. paku

2. Mengangkut material dg jarak angkut 300 m


a. Metode Kerja
Pengangkutan material ini dilakukan dengan mengacu pada traffic management di lokasi proyek,
Pelaksana akan menyediakan jalan sementara untuk keluar masuk kendaraan ke dalam lokasi
proyek.
b. Persiapan Alat
1. Truck
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Pekerja

3. Kisdam
a. Metode Kerja
Kisdam dibuat dari tanggul (timbunan tanah yang dipadatkan) atau dari turap dari baja (sheet pile)
yang diisi tanah timbunan untuk mencegah agar air tidak masuk atau untuk mengalihkan aliran air
dari daerah yang ada di dalam kisdam yang akan merupakan daerah kerja. Biasanya di dalam
kisdam kemungkinan masih ada / banyak air. Sehingga air tersebut perlu dikeluarkan agar daerah
kerja tersebut tetap kering, dengan menggunakan pompa. Pekerjaan kisdam diikuti oleh pekerjaan
pengeringan.
b. Persiapan Alat
1. Truck
2. sekop
3. Cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Pekerja
d. bahan
1. Karung Plastik
2. Pasir
3. Tali Rafia

4. Galian Tanah Biasa


a. Metode Kerja
 Pelaksana harus memperhatikan faktor keamanan bagi masyarakat di sekitar galian pada saat
pelaksanaan pekerjaan. Perlunya pembuatan pagar atau papan petunjuk agar setiap orang
berhati-hati disekitar galian. Hanya pekerja dan yang berkepentingan yang diijinkan memasuki
area galian pondasi.
 Pelaksana mengatur pekerja di lapangan sesuai posisi dan job desk masing-masing agar
pekerjaan dapat efektif dan optimal. Untuk pekerjaan galian yang digunakan secara manual, maka
pelaksana harus memperhatikan kondisi si pekerja dan juga harus menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan misalnya cangkul, sekop, tambang, ember/ karung pembuang tanah
 Sebelum dilakukan penggalian pelaksana dan pengawas perlu memeriksa batas tanah pemilik.
Jika tanah berbatasan dengan pemilik lain maka terlebih dahulu dilakukan pembicaraan apakah
galian tanah dapat dibuang sementara ke lokasi tanahnya, jika tidak bisa dilakukan maka harus
dilakukan pengaturan posisi pembuangan supaya dapat dihindari terjadinya longsoran tanah.
 Untuk lokasi area yang sempit perlu diperhatikan posisi pembuangan tanah supaya tetap tersedia
lokasi penempatan material dan peralatan pengecoran. Pengawas dan pelaksana memeriksa
sistim penumpukan tanah galian pondasi dan memastikan sistem penumpukan tersebut tidak
menghambat proses pengecoran.
 Sebelum penggalian dimulai, Pengawas dan Pelaksana supaya memeriksa dimensi dan elevasi
kedalaman galian (disesuaikan dengan gambar ). Pelaksana harus membuat papan bowplank
yang kuat untuk membuat garis benang posisi dan batas tanah yang akan digali. Pemberian
benang harus mudah dibuka dan dipasangkan kembali supaya tidak menganggu pekerjaan galian.
 Pelaksana harus mengatur metode pengalian, pembuangan dan penumpukan tanah.
Penumpukan tanah galian tidak boleh terkonsentrasi dekat galian untuk mengurangi resiko
runtuhan tanah masuk kembali ke dalam galian pondasi .
 Untuk galian tanah yang terdapat sumber mata air dibawahnya maka subkontraktor harus
menyiapkan mesin pompa air untuk mengeluarkan air tersebut. Begitu juga apabila galian
menampung air hujan maka sebelum meneruskan pekerjaan selanjutnya maka air harus dibuang
terlebih dahulu.
 Selama proses pengalian, pelaksana dan pengawas harus memperhatikan keselamatan pekerja
yang ada di dalam galian. Pelaksana harus memastikan tersedia orang yang membuang tumpukan
tanah di pinggir galian supaya tanah tidak bertumpuk. Hal ini untuk menghindari longsoran dimana
tanah galian masuk kembali ke dalam.
 Jika proses penggalian sudah selesai, pengawas harus melakukan pengecekan kembali ukuran
dan elevasi kedalaman galian apakah sudah sesuai dengan gambar rencana.
 Setelah proses pengecekan selesai dan sudah memenuhi syarat, selanjutnya pekerjaan siap
dilanjutkan dengan pembuatan lantai kerja.
 Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai elevasi yang ditentukan
dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Pengawas Lapangan/ MK.
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Sekop
3. Cangkul
4. Truck
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja

5. Timbunan Tanah Kembali


a. Metode Kerja
Urugan tanah dilaksanakan sesuai spesifikasi dan kebutuhan. Ketebalan Urugan disesuaikan
dengan Gambar Kerja. Untuk hal tersebut diadakan pemeriksaan setempat oleh Pengawas
Lapangan.Dasar Urugan harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan ukuran gambar kerja, datar
dan dibersihkan dari segala kotoran yang bisa merusak komposisi urugan. Urugan dilakukan lapis
demi lapis dan dipadatkan sesuai ketentuan yang ada sehingga akan tercapai ketebalan yang
sesuai ukuran dan kepadatan yang disyaratkan.
b. Persiapan Alat
1. Truck
2. Cangkul
3. Sekop
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Pekerja
6. Pasangan Batu dg mortar tipe N ( setara 1 pc : 4 pp )
a. Metode Kerja
• Pemasangan Batu
Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus
dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu yang telah
terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari
ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada
pekejaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
• Penempatan Adukan
Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam waktu
yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan
menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar
pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan merupakan
kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi
penuh.
• Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi
Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali ditunjukkan lain
pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang sulingan harus ditempatkan
dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus
berdiameter 50 mm.
• Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Gerobak sorong
3. Benang
4. Beton Molen
5. cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Batu belah
2. Semen
3. Pasir Pasang

7. Pas. Batu Segi 6 tebal 10 cm


a. Metode Kerja
• Pemasangan Batu
Batu segi enam harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu yang telah
terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari
ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang.
• Penempatan Adukan
Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam waktu
yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan
menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar
pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan merupakan
kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi
penuh.
• Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Gerobak sorong
3. Benang
4. Beton Molen
5. cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Batu belah
2. Batuu Segi 6
3. Semen
4. Pasir Pasang

8. Siaran dg mortar tipe M ( 1 pc : 2 pp )


a. Metode Kerja
• Material dan alat disiapkan di lokasi pekerjaan.
• Material yang dipakai adalah : semen, pasir dan air.
• Spesi diaduk dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.
• semen dimasukkan ke dalam gentong molen terlebih dahulu
• Setelah dirasa sudah campur baru diberi air bersih secukupnya sesuai kebutuhan spesi dengan
posisi molen masih mengaduk. Setelah spesi sudah matang/ campuran semen dan air merata,
adukan spesi dituang ke kotak tempat spesi.
• Spesi dibawa ke tempat pasang acian dimana tukang dan pembantu tukang sudah siap
ditempat.
• Sebelum siaran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan disiar dibersihkan.
b. Persiapan Alat
1. ember
2. Gerobak sorong
3. Benang
4. Beton Molen
5. cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Pasir Pasang
2. Semen

9. Plesteran Tebal 1,5 cm dg mortar tipe N ( setara 1 pc : 4 pp )


a. Metode Kerja
• Material dan alat disiapkan di lokasi pekerjaan.
• Material yang dipakai adalah : pasir, semen, dan air. Pasir dibersihkan dari semua kotoran,
air yang dipakai adalah air dari sumber air tanah.
• Spesi diaduk dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.
• Pasir dimasukkan ke dalam gentong molen terlebih dahulu kemudian semen dengan
perbandingan tersebut di atas dan diaduk sampai pasir dan semen bercampur. Setelah
dirasa sudah campur baru diberi air bersih secukupnya sesuai kebutuhan spesi dengan
posisi molen masih mengaduk. Setelah spesi sudah matang/ campuran semen, pasir dan
air merata, adukan spesi dituang ke kotak tempat spesi.
• Spesi dibawa ke tempat pasang plesteran dimana tukang dan pembantu tukang sudah
siap ditempat.
• Sebelum plesteran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan diplester
dibersihkan. Apabila bidang yang akan diplester terlalu kering maka terlebih dahulu
permukaan dibasahi menggunakan air bersih untuk mendapatkan ikatan yang kuat antara
spesi lama dengan spesi baru.
• Pekerjaan siaran ataupun plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan
dihaluskan dengan air semen.
• Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah selesai
karena sust pengerasan, maka permukaan plesteran yang sudah selesai harus dibasahi
dengan air selama 7 hari berturut-turut.
• Plesteran dibentuk sesuai gambar kerja atau sesuai petunjuk Direksi pekerjaan dan
dirapikan sehingga terlihat bagus.
• Semua spesi yang jatuh atau tidak menempel dibersihkan dan dibuang.
• Setelah pekerjaan selesai Penyedia Jasa memberitahukan kepada Direksi pekerjaan untuk
diadakan pengukuran pekerjaan tersebut apakah sesuai dengan rencana kerja dan
spesifikasi. Dan pelaksana dapat mengambil gambar/ foto di lokasi yang sama pada saat
pengambilan foto 0%, 50%. untuk dokumentasi pekerjaan pasangan batu pecah 100%.
• Apabila Direksi menyatakan sudah sesuai dengan rencana kerja danspesifikasi, maka
kami melanjutkan pekerjaan ke tahap selanjutnya.

b. Persiapan Alat
1. ember
2. Gerobak sorong
3. Benang
4. Beton Molen
5. cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Pasir Pasang
2. Semen

10. Acian
a. Metode Kerja
• Material dan alat disiapkan di lokasi pekerjaan.
• Material yang dipakai adalah : semen, dan air.
• Spesi diaduk dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.
• semen dimasukkan ke dalam gentong molen terlebih dahulu
• Setelah dirasa sudah campur baru diberi air bersih secukupnya sesuai kebutuhan spesi dengan
posisi molen masih mengaduk. Setelah spesi sudah matang/ campuran semen dan air merata,
adukan spesi dituang ke kotak tempat spesi.
• Spesi dibawa ke tempat pasang acian dimana tukang dan pembantu tukang sudah siap
ditempat.
• Sebelum acian dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan diplester dibersihkan.
Apabila bidang yang akan diplester terlalu kering maka terlebih dahulu permukaan dibasahi
menggunakan air bersih untuk mendapatkan ikatan yang kuat antara spesi lama dengan spesi
baru.
• Pekerjaan acian dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan dengan air
semen.
• Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah selesai karena
sust pengerasan, maka permukaan plesteran yang sudah selesai harus dibasahi dengan air
selama 7 hari berturut-turut.

b. Persiapan Alat
1. ember
2. Gerobak sorong
3. Benang
4. Beton Molen
5. cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Semen

11. Pipa suling-suling


a. Metode Kerja
Pipa suling-suling di pasang bersamaan dengan pasangan batu, pipa suling di pasang dengan
jarak 1 – 2 meter, tertanam pada pasangan batu dan di pasang miring menurun ke bawah agar air
resapan tanah dapat mengalir keluar, bahan yang di gunakan selain pipa, juga menggunakan ijuk
dan kerikil untuk resapan
b. Persiapan Alat
1. Meteran.
2. Gergaji
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Pipa
2. Ijuk
3. Kerikil

III. PEKERJAAN BANGUNAN DAN SALURAN


1. Pas. Profil melintang gal. Tanah
a. Metode Kerja
Pemasangan bouwplank dan pengukuran dilaksanakan bersama – sama dengan pengawas
lapangan untuk menentukan titik 0,00 bangunan dan untuk pembuatan MC.0% yang dituangkan
dalam gambar kerja.
Pengukuran dan bouwplank : pengukuran dan bowplank perlu dilakukan lebih dahulu agar
kontraktor mengetahui batas–batas yang jelas, ketinggian (level) bangunan sehingga didapatkan
bangunan yang presisi dan sesuai dengan keinginan pemilik.
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Palu
3. Benang
4. Waterpas
5. Gorok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang batu
3. Pekerja

d. bahan
1. kaso 5/7
2. papan 2/20
3. paku

2. Mengangkut material dg jarak angkut 300 m


a. Metode Kerja
Pengangkutan material ini dilakukan dengan mengacu pada traffic management di lokasi proyek,
Pelaksana akan menyediakan jalan sementara untuk keluar masuk kendaraan ke dalam lokasi
proyek.
b. Persiapan Alat
1. Truck
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Pekerja

3. Galian Tanah Biasa


a. Metode Kerja
 Pelaksana harus memperhatikan faktor keamanan bagi masyarakat di sekitar galian pada saat
pelaksanaan pekerjaan. Perlunya pembuatan pagar atau papan petunjuk agar setiap orang
berhati-hati disekitar galian. Hanya pekerja dan yang berkepentingan yang diijinkan memasuki
area galian pondasi.
 Pelaksana mengatur pekerja di lapangan sesuai posisi dan job desk masing-masing agar
pekerjaan dapat efektif dan optimal. Untuk pekerjaan galian yang digunakan secara manual, maka
pelaksana harus memperhatikan kondisi si pekerja dan juga harus menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan misalnya cangkul, sekop, tambang, ember/ karung pembuang tanah
 Sebelum dilakukan penggalian pelaksana dan pengawas perlu memeriksa batas tanah pemilik.
Jika tanah berbatasan dengan pemilik lain maka terlebih dahulu dilakukan pembicaraan apakah
galian tanah dapat dibuang sementara ke lokasi tanahnya, jika tidak bisa dilakukan maka harus
dilakukan pengaturan posisi pembuangan supaya dapat dihindari terjadinya longsoran tanah.
 Untuk lokasi area yang sempit perlu diperhatikan posisi pembuangan tanah supaya tetap tersedia
lokasi penempatan material dan peralatan pengecoran. Pengawas dan pelaksana memeriksa
sistim penumpukan tanah galian pondasi dan memastikan sistem penumpukan tersebut tidak
menghambat proses pengecoran.
 Sebelum penggalian dimulai, Pengawas dan Pelaksana supaya memeriksa dimensi dan elevasi
kedalaman galian (disesuaikan dengan gambar ). Pelaksana harus membuat papan bowplank
yang kuat untuk membuat garis benang posisi dan batas tanah yang akan digali. Pemberian
benang harus mudah dibuka dan dipasangkan kembali supaya tidak menganggu pekerjaan galian.
 Pelaksana harus mengatur metode pengalian, pembuangan dan penumpukan tanah.
Penumpukan tanah galian tidak boleh terkonsentrasi dekat galian untuk mengurangi resiko
runtuhan tanah masuk kembali ke dalam galian pondasi .
 Untuk galian tanah yang terdapat sumber mata air dibawahnya maka subkontraktor harus
menyiapkan mesin pompa air untuk mengeluarkan air tersebut. Begitu juga apabila galian
menampung air hujan maka sebelum meneruskan pekerjaan selanjutnya maka air harus dibuang
terlebih dahulu.
 Selama proses pengalian, pelaksana dan pengawas harus memperhatikan keselamatan pekerja
yang ada di dalam galian. Pelaksana harus memastikan tersedia orang yang membuang tumpukan
tanah di pinggir galian supaya tanah tidak bertumpuk. Hal ini untuk menghindari longsoran dimana
tanah galian masuk kembali ke dalam.
 Jika proses penggalian sudah selesai, pengawas harus melakukan pengecekan kembali ukuran
dan elevasi kedalaman galian apakah sudah sesuai dengan gambar rencana.
 Setelah proses pengecekan selesai dan sudah memenuhi syarat, selanjutnya pekerjaan siap
dilanjutkan dengan pembuatan lantai kerja.
 Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai elevasi yang ditentukan
dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Pengawas Lapangan/ MK.
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Sekop
3. Cangkul
4. Truck
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja

4. Timbunan Tanah Kembali


a. Metode Kerja
Urugan tanah dilaksanakan sesuai spesifikasi dan kebutuhan. Ketebalan Urugan disesuaikan
dengan Gambar Kerja. Untuk hal tersebut diadakan pemeriksaan setempat oleh Pengawas
Lapangan.Dasar Urugan harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan ukuran gambar kerja, datar
dan dibersihkan dari segala kotoran yang bisa merusak komposisi urugan. Urugan dilakukan lapis
demi lapis dan dipadatkan sesuai ketentuan yang ada sehingga akan tercapai ketebalan yang
sesuai ukuran dan kepadatan yang disyaratkan.
b. Persiapan Alat
1. Truck
2. Cangkul
3. Sekop
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Pekerja

5. Pasangan Batu dg mortar tipe N ( setara 1 pc : 4 pp )


a. Metode Kerja
• Pemasangan Batu
Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus
dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu yang telah
terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari
ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada
pekejaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
• Penempatan Adukan
Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam waktu
yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan
menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar
pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan merupakan
kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi
penuh.
• Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi
Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali ditunjukkan lain
pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang sulingan harus ditempatkan
dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus
berdiameter 50 mm.
• Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Gerobak sorong
3. Benang
4. Beton Molen
5. cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Batu belah
2. Semen
3. Pasir Pasang

6. Pas. Batu Segi 6 tebal 10 cm


a. Metode Kerja
• Pemasangan Batu
Batu segi enam harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu yang telah
terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari
ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang.
• Penempatan Adukan
Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam waktu
yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan
menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar
pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan merupakan
kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi
penuh.
• Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Gerobak sorong
3. Benang
4. Beton Molen
5. cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Batu belah
2. Batuu Segi 6
3. Semen
4. Pasir Pasang

7. Pipa suling-suling
a. Metode Kerja
Pipa suling-suling di pasang bersamaan dengan pasangan batu, pipa suling di pasang dengan
jarak 1 – 2 meter, tertanam pada pasangan batu dan di pasang miring menurun ke bawah agar air
resapan tanah dapat mengalir keluar, bahan yang di gunakan selain pipa, juga menggunakan ijuk
dan kerikil untuk resapan
b. Persiapan Alat
1. Meteran.
2. Gergaji
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Pipa
2. Ijuk
3. Kerikil

8. Pembesian
a. Metode Kerja
• Pemotongan dan pembengkokan tulangan
Dalam pekerjaan penulangan ini, pemotongan batang tulangan dilakukan batang per
batang. Batang yang telah dipotong, diangkat oleh pekerja dari lokasi penyimpanan ke
meja pembengkok, setelah itu batang yang sepadan (sama kualitas baja, diameter dan
panjangnya) dibundel dan diberi tanda, selanjutnya dibawa ke lokasi penyimpanan
sementara.
Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian luar
baja tulangan adalah sebagai berikut :
- 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah atau
terhadap bahaya kebakaran;
- Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 7.3.1 untuk beton yang terendam/ tertanam atau
terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk
pemeriksaan;
- 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau untuk beton
yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat
menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung
di atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan kotoran pada
selokan atau cairan korosif lainnya.

Tabel 7.3.1 Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk Beton Yang
Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai

Ukuran Batang Tulangan Tebal Selimut Beton


yang akan diselimuti (mm) Minimum (cm)
Batang 16 mm dan lebih kecil 3,5
Batang 19 mm dan 22 mm 5,0
Batang 25 mm dan lebih besar 6,0

a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan Gambar
dan memenuhi Tabel 7.3.2.(1) berikut ini :
Tabel 7.3.2 (1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan

Tegangan Leleh Karakteristik atau


Mutu Sebutan Tegangan Karakteristik yang
memberikan regangan tetap 0,2
(kg/cm2)
U24 Baja Lunak 2.400
U32 Baja Sedang 3.200
U39 Baja Keras 3.900
U48 Baja Keras 4.800

b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan
yang di las yang memenuhi AASHTO M55 dapat digunakan.
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak
dengan mutu K250 seperti yang disyaratkan dalam Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini, terkecuali disetujui
lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.
Perakitan dan penyetelan tulangan dilaksanakan sebelum pemasangan begisting. Memasang
tulangan sengkang, tulangan pokok dan tulangan bagi pada setiap pertemuan diikat dengan
kawat bendrat.
Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebutuhan selimut
beton minimum yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak
tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap
tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak
akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan yang
dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada
penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Bar bending
3. Bar Cutter
4. Tang
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Bsi Beton
2. Kawat Beton

9. Bekisting
a. Metode Kerja
• Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalamadukan beton tidak
hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup kaku, dengan pengaku-pengaku
(bracing) dan pengikat (ties) untuk mencegah terjadinya pergeseran ataupun perubahan
bentuk yang diakibatkan gaya-gaya yang mungkin bekarja pada bekisting tadi. Hubungan-
hubungan antara bagian bekisting harus menggunakan alat-alat yang memadai agar
didapat bentuk dan kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan
yang baik.
Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan horisontal dan vertikal. Semua bekisting
harus direncanakan agar dalam proses pembukaan tanpa memukul atau merusak beton.
Untuk pengikatan dalam beton harus menggunakan batang besi.
• Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan dengan teliti
sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah digunakan berulang kali dan
kondisinya sudah tidak dapat diterima Direksi, harus segera disingkirkan untuk tidak dapat
dipergunakan lagi atau bilamana mungkin diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
• Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar harus
ditakik 25 mm.
• Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan nonstaining mineral oil
dengan sepengetahuan Engineer. Pelumasan tadi harus dilakukan dengan hati-hati agar
cairan tadi tidak mengenai bidang dasar pondasi dan juga pembesian.
• Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus dibasahi
hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton.
• Secara umum, kecuali dinyatakan lain oleh Engineer, semua bekisting harus disingkirkan
dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak terganggunya kemajuan pekerjaan dan
dapat dengan segera dilakukan langkah perbaikan, bila perlu bekisting harus secepatnya
dibongkar segera setelah beton mempunyai kekerasan dan kekuatan seperlunya. Bekisting
untuk bagian atas dari bidang beton yang miring, harus segera dibongkar setelah beton
mempunyai kekakuan untuk mencegah berubahnya bentuk permukaan beton. Bilamana
diperlukan perbaikan pada bidang atas beton yang miring, maka perbaikan tadi harus
sesegera mungkin, dan dilanjutkan dengan langkah-langkah penjagaan pada proses
pengerasan beton (curing).
• Pembukaan bekisting tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai umur
sesuai daftar dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton mengeras untuk
menahan gaya-gaya yang akan ditahannya. Pembongkaran bekisting harus dilakukan
dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya kerusakan pada beton. Bilamana timbul
kerusakan pada beton pada saat pembongkaran bekisting, maka langkah perbaikannya
harus sesegera mungkin dilakukan. Daftar ketentuan diperkenankannya dibuka suatu
bekisting bila dihitung sejak selesai pengecoran
b. Persiapan Alat
1. Meteran
2. Palu
3. Gergaji
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. kaso 5/7
2. papan 2/20
3. paku

10. Beton K-175


a. Metode Kerja
• Menyiapkan peralatan yang akan dipakai sedekat mungkin dengan tempat pengecoran,
seperti vibrator dan Ready mix.
• Pembersihan tempat pengecoran dan penyiapan tenaga kerja.
• Pengecoran dapat dimulai setelah semuanya siap, perlu diketahui pengecoran harus
dilakukan sesegera mungkin setelah campuran beton siap dengan tetap memperhitungkan
cuaca.
• Untuk mutu beton ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas
semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak
semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
• Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran
bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu pencampuran
telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾
m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan
15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
• Penuangan adukan harus rata dan setiap lapisan harus padat secara rata sebelum lapisan
berikutnya dicor.
• Pengecoran beton untuk setiap horisontal setebal 40-60 cm. Pengecoran di beberapa
lapisan dikerjakan secara berkesinambungan sampai pada ketinggian yang direncanakan,
di mana lapisan pertama dan berikutnya harus dilaksanakan dengan cepat agar tidak
terjadi sambungan dingin.
• Untuk memadatkan beton menggunakan vibrator. Dalam pelaksanaannya harus hati-hati
dan tidak berlebihan agar tidak terjadi segregasi dan bledding.
• Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang telah
disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran
harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin
pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.
• Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah secara
vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang baru
dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh kedalaman pada bagian tersebut. Alat
penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain
tidak lebih dari 45 cm jaraknya.
• Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh
digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh
tulangan beton.
• Untuk mengontrol pekerjaan beton dibuat benda uji tiap 3 m3 beton dilakukan
pemeriksaaan slump test selama pengecoran untuk mempertahankan nilai air, kecuali
pada permulaan pekerjaan di mana frekuensi benda uji harus lebih besar agar terkumpul
20 benda uji.
b. Persiapan Alat
1. Beton molen
2. ember
3. cangkul
4. sekop
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. pasr beton
2. pasir pasang
3. split
4. Semen

11. Plesteran Tebal 1,5 cm dg mortar tipe N ( setara 1 pc : 4 pp )


a. Metode Kerja
• Material dan alat disiapkan di lokasi pekerjaan.
• Material yang dipakai adalah : pasir, semen, dan air. Pasir dibersihkan dari semua kotoran,
air yang dipakai adalah air dari sumber air tanah.
• Spesi diaduk dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.
• Pasir dimasukkan ke dalam gentong molen terlebih dahulu kemudian semen dengan
perbandingan tersebut di atas dan diaduk sampai pasir dan semen bercampur. Setelah
dirasa sudah campur baru diberi air bersih secukupnya sesuai kebutuhan spesi dengan
posisi molen masih mengaduk. Setelah spesi sudah matang/ campuran semen, pasir dan
air merata, adukan spesi dituang ke kotak tempat spesi.
• Spesi dibawa ke tempat pasang plesteran dimana tukang dan pembantu tukang sudah
siap ditempat.
• Sebelum plesteran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan diplester
dibersihkan. Apabila bidang yang akan diplester terlalu kering maka terlebih dahulu
permukaan dibasahi menggunakan air bersih untuk mendapatkan ikatan yang kuat antara
spesi lama dengan spesi baru.
• Pekerjaan siaran ataupun plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan
dihaluskan dengan air semen.
• Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah selesai
karena sust pengerasan, maka permukaan plesteran yang sudah selesai harus dibasahi
dengan air selama 7 hari berturut-turut.
• Plesteran dibentuk sesuai gambar kerja atau sesuai petunjuk Direksi pekerjaan dan
dirapikan sehingga terlihat bagus.
• Semua spesi yang jatuh atau tidak menempel dibersihkan dan dibuang.
• Setelah pekerjaan selesai Penyedia Jasa memberitahukan kepada Direksi pekerjaan untuk
diadakan pengukuran pekerjaan tersebut apakah sesuai dengan rencana kerja dan
spesifikasi. Dan pelaksana dapat mengambil gambar/ foto di lokasi yang sama pada saat
pengambilan foto 0%, 50%. untuk dokumentasi pekerjaan pasangan batu pecah 100%.
• Apabila Direksi menyatakan sudah sesuai dengan rencana kerja danspesifikasi, maka
kami melanjutkan pekerjaan ke tahap selanjutnya.
b. Persiapan Alat
1. ember
2. Gerobak sorong
3. Benang
4. Beton Molen
5. cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Pasir Pasang
2. Semen

12. Acian
a. Metode Kerja
• Material dan alat disiapkan di lokasi pekerjaan.
• Material yang dipakai adalah : semen, dan air.
• Spesi diaduk dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.
• semen dimasukkan ke dalam gentong molen terlebih dahulu
• Setelah dirasa sudah campur baru diberi air bersih secukupnya sesuai kebutuhan spesi dengan
posisi molen masih mengaduk. Setelah spesi sudah matang/ campuran semen dan air merata,
adukan spesi dituang ke kotak tempat spesi.
• Spesi dibawa ke tempat pasang acian dimana tukang dan pembantu tukang sudah siap
ditempat.
• Sebelum acian dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan diplester dibersihkan.
Apabila bidang yang akan diplester terlalu kering maka terlebih dahulu permukaan dibasahi
menggunakan air bersih untuk mendapatkan ikatan yang kuat antara spesi lama dengan spesi
baru.
• Pekerjaan acian dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan dengan air
semen.
• Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah selesai karena
sust pengerasan, maka permukaan plesteran yang sudah selesai harus dibasahi dengan air
selama 7 hari berturut-turut.

b. Persiapan Alat
1. ember
2. Gerobak sorong
3. Benang
4. Beton Molen
5. cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Semen

13. Siaran dg mortar tipe M ( 1 pc : 2 pp )


a. Metode Kerja
• Material dan alat disiapkan di lokasi pekerjaan.
• Material yang dipakai adalah : semen, pasir dan air.
• Spesi diaduk dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.
• semen dimasukkan ke dalam gentong molen terlebih dahulu
• Setelah dirasa sudah campur baru diberi air bersih secukupnya sesuai kebutuhan spesi dengan
posisi molen masih mengaduk. Setelah spesi sudah matang/ campuran semen dan air merata,
adukan spesi dituang ke kotak tempat spesi.
• Spesi dibawa ke tempat pasang acian dimana tukang dan pembantu tukang sudah siap
ditempat.
• Sebelum siaran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan disiar dibersihkan.
b. Persiapan Alat
1. ember
2. Gerobak sorong
3. Benang
4. Beton Molen
5. cetok
c. Tenaga Kerja
1. Pelaksana
2. Tukang
3. Pekerja
d. bahan
1. Pasir Pasang
2. Semen

DAFTAR PERALATAN

No Uraian Jumlah Asal Keterangan

1 Concrete Mixer 1 Unit Stand by di lokasi proyek

1 unit Stand by di lokasi proyek


2 Dump Truck

V. MOBILISASI BAHAN / MATERIAL

Untuk menjamin mutu dan kualitas barang/material dan ketersediaan serta mobilisasinya di lapangan maka
sesuai kebijakan CV. ............. perlu adanya seleksi dan evaluasi pada para calon distrubutor/ supplier

6.1. Penentuan Supplier Baru


 Maksud
Untuk memastikan bahwa supplier dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh
perusahaan.

 Uraian Prosedur
A. Pemilihan Supplier Baru
a. Setiap supplier baru harus dilakukan seleksi untuk memastikan bahwa supplier tersebut
dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
b. Bagian pembelian akan mencari data mengenai supplier tersebut mengenai Mutu Produk /
Jasa yang dihasilkan, Harga Jual dan waktu Pengiriman dan lainnya dengan menggunakan
formulir Seleksi Supplier.
c. Berdasarkan data yang ada, bagian pembelian bersama-sama dengan pihak/ bagian lain
yang terkait akan meninjau untuk memastikan kesesuaian dengan persyaratan atas kriteria
persyaratan yang telah ditetapkan.
d. Jika diperlukan, bagian pembelian akan meminta contoh produk dari supplier untuk
dilakukan pengujian/ inspeksi.
e. Untuk memastikan bahwa supplier tersebut dapat memenuhi persyaratan yang ada, bagian
pembelian bersama-sama bagian terkait dapat melakukan negosiasi dengan pihak supplier.
f. Peninjauan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan evaluasi supplier diatas dan hasilnya
dicatatkan dalam lembar evaluasi supplier dengan mencantumkan data-data supplier yang
ditinjau serta hasil kesimpulan dari peninjauan yang dilakukan.
g. Berdasarkan hasl peninjauan tersebut, maka Bagian Pembelian akan menentukan apakah
supplier dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
h. Bagian pembelian akan memberitahukan supplier yang terpilih kemudian melakukan proses
pembelian sesuai dengan Prosedur Pembelian yang ada serta memasukkan data supplier
tersebut kedalam Daftar Supplier.

B. Evaluasi Supplier
a. Evaluasi supplier dilakukan secara periodik setiap 1 (satu ) tahun sekali oleh bagian
pembelian, dengan menggunakan formulir Evaluasi Supplier.
b. Evaluasi dilakukan terhadap supplier yang tercatat dalam Daftar Supplier dengan melihat
catatan pembelian dan penerimaan barang dari supplier yang ada.
c. Penilaian dilakukan dengan kriteria :
d. Mutu produk/ jasa yang diterima sesuai dengan spesifikasi, berdasarkan hasil pemeriksaan
yang dilakukan QC atau pihak yang ditunjuk ataupun bukti lain seperti sertifikat produk atau
hasil uji/ tes produk dari supplier.
e. Harga yang diajukan supplier sesuai dan dapat disetujui oleh perusahaan.
f. Waktu pengiriman, yang sesuai dengan jadwal.
g. Waktu pembayaran, yang disepakati oleh kedua belah pihak.
h. Pelayanan, yang diberikan oleh supplier.
i. Kecepatan penanganan keluhan.Evaluasi dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap
kriteria tersebut diatas dengan nilai BAIK atau CUKUP atau KURANG, dan kemudian
menjumlahkan nilai dari masing-masing penilaian.
j. Supplier dinyatakan lulus evaluasi/ memenuhi syarat jika hasil penilaianya tidak memiliki
nilai KURANG untuk semua nilai yang ada.
k. Penilaian akan dicatatkan pada lembar Evaluasi Supplier yang mencantumkan data-data
supplier dan hasil penilaian serta kesimpulan yang diambil.
l. Supplier yang dapat memenuhi hasil penilaian pada point diatas akan digunakan kembali
untuk periode berikutnya dan dimasukkan dalam data Supplier.
m. Sedangkan supplier yang tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut tidak akan
dipergunakan untuk periode berikutnya dan dikeluarkan dalam data Supplier.
n. Berdasarkan data Evaluasi Supplier ini akan dikeluarkan satu daftar supplier yang baru
yang telah lulus evaluasi.
7.1. Pembelian Bahan Material
Sedangkan untuk cara pemesanan dan pembelian sesuai manajemen CV. .............. adalah sebagai
berikut

Skema pemesanan dan pembelian sesuai gambar di bawah ini :

Pelaksana
Keterangan :

spb Spb = surat


permintaan
tidak
barang
Logistik
p.o. = purchase
order
Site
manager

ya

Logistik

p.o

Suplier

 Lingkup
Meliputi seluruh personil dan bagian yang terkait dengan kegiatan pembelian jasa dan material.

 Uraian
A. Pelaksana mengajukan permintaan barang (SPB) kepada bagian pembelian / logistik.
B. Bagian pembelian dengan persetujuan Site manager meminta acc kepada Project Manager.
C. Bagian pembelian / logistik mencari dan melakukan seleksi supplier.
D. Bagian pembelian / logistik membuat PO (Purchase Order)
E. Bagian gudang / logistik memeriksa apakah kualitas dan spesifikasi sesuai dengan pesanan.
Jika sesuai maka material atau alat dari supplier akan diterima dengan menggunakan form
penerimaan material.
F. Staff logistik mencatat material yang diterima ke dalam buku gudang.
G. Bagian pembelian menyerahkan nota pembelian kepada bagian keuangan, untuk diproses
pembayaran.

VII. RENCANA PENANGANAN MASA PEMELIHARAAN


Setelah masa pelaksanaan pekerjaan selesai dan telah diserahterimakan, kami akan tetap memelihara hasil
pekerjaan tersebut, sehingga pada akhir masa pemeliharaan tetap baik.
A. Pembenahan tetap terus dilakukan untuk menyempurnakan finishing hasil pekerjaan misalnya pengecatan,
plesteran, kebocoran genteng dan pembersihan ruangan atau hal – hal lain yang diakibatkan oleh kesalahan
atau kelalaian pada waktu pelaksanaan.
B. Pelayanan (service) apabila ada keluhan atau compalin dari pengguna maka dalam waktu 2 x 24 jam kami
akan datang ke lokasi ( response time 48 jam ) sejak keluhan atau complain dari pengguna kami terima
C. Pengecheckan berkala setiap 1 bulan sekali yang meliputi :
o Kebocoran-kebocoran baik dari hujan maupun instalasi pipa
o Listrik
D. Rapat secara berkala setiap 1 bulan sekali untuk membahas keluhan-keluhan yang timbul
E. PHO PHO atau penyerahan pertama dilakukan setelah pekerjaan selesai kemudian diadakan
pemeriksaan pekerjaan oleh Tim Pemeriksa. Pemeriksaan dari segi Fisik maupun segi Administrasi dan
dibuat Berita Acara Pemeriksaan
Setelah diadakan Penyerahan pertama kali ( PHO ),kemudian masih ada masa pemeliharaan dimana
akan direncanakan dalam masa pemeliharaan tersebut yaitu dengan :
o Mengadakan perbaikan-perbaikan pada bangunan yang pengerjaanya kurang sempurna dan ada
kerusakan
o Merencanakan perawatan terhadap bangunan tersebut selama masa pemeliharaan

Sebelum pekerjaan diserahkan untuk pertama kalinya, maka dalam rangka persiapan penyerahan langkah –
langkah yang perlu diperhatikan antara lain :
 Finishing
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan merapikan atau menempatkan pekerjaan pada posisi yang
sebenarnya diantaranya adalah merapikan cat dinding, plesteran, pembersihan bangunan, dll.
 As Built Drawing
Sementara pekerjaan perapian dilaksanakan, pekerjaan asbuilt drawing dilaksanakan dengan
berpedoman pada gambar pelaksanaan (shop drawing) sambil konsultasi dengan Direksi
 Dokumentasi 100%
Setelah pekerjaan benar-benar selesai, pekerjaan dokumentasi untuk 100 % dilaksanakan dengan
pengambilan 3 (tiga) arah dalam 1 (satu) titik lokasi
 Mutual Check 100
Mengadakan mutual check 100 (MC 100 %) antara penyedia jasa dengan pengguna jasa, untuk
mendapatkan pekerjaan yang sebenarnya dilaksanakan sesuai dengan gambar terpasang
F. FHO
FHO atau penyerahan Pekerjaan Untuk Terakhir kalinya dilakukan setelah pekerjaan pemeliharaan
selesai kemudian diadakan pemeriksaan pekerjaan oleh Tim Pemeriksa. Pemeriksaan dari segi Fisik
maupun segi Administrasi dan dibuat Berita Acara Pemeriksaan
Setelah diadakan Penyerahan untuk terakhir kalinya kali ( FHO ), pekerjaan yang diserahkan telah
disempurnakan untuk dapat diserahkan ke pihak pengguna sesuai dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya.
VI. MANAJEMEN MUTU

Untuk mencegah ketidaksesuaian pekerjaan terhadap RKS, maka proses pengendalian mutu pekerjaan
dilakukan mulai dari awal pekerjaan hingga akhir pekerjaan tersebut.
Skemanya sebagai berikut :

INCOMING INPROCESS FINAL


INSPECTION INSPECTION INSPECTION
(Pengendalian (Pengendalian pada (Pengendalian pada
pada awal masa pelaksanaan akhir pekerjaan)
pekerjaan utama pekerjaan utama)
dan kedatangan
bahan
MANAJEMEN MUTU
b. RENCANA MUTU KONTRAK
 DEFINISI
Rencana Mutu Kontrak (RMK) merupakan panduan dalam pengendalian kegiatan yang terjadi
di proyek agar sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan baik oleh perusahaan maupun oleh
pihak yang terkait.
 KEBIJAKAN MUTU
Dengan penerapan sistem Manajemen Mutu yang baik dan benar serta didukung oleh tenaga
kerja yang telah berpengalaman di bidangnya maka akan didapatkan hasil produksi yang sesuai
dengan standar persyaratan yang berlaku, sehingga kepuasan pengguna jasa adalah
merupakan tujuan utama.
 SASARAN MUTU
Penggunaan tenaga kerja yang berpengalaman dan profesional serta bahan-bahan yang sesuai
dengan standar persyaratan akan menghasilakan produk yang sesuai dengan syarat mutu yang
telah ditetapkan oleh pengguna jasa .
 PROSES UTAMA / INTI

PROSES INTI

COSTUMER COSTUMER
KONTRAK OPERASIONAL
REQUIRMENT SATISFACTION

1. Survey Pasar 1. Persiapan 1. Perencanaan


2. Persiapan PQ Kontrak 2. Persiapan
3. Pasca PQ 2. Addendum 3. Pengadaan
4. Persiapan Kontrak Resources
Tender 4. Pelaksanaan
5. Pasca Tender Program
5. Inspeksi &
Checking
6. Pengendalian
7. Pemeliharaan

PROSES PENDUKUNG

Pengadaan Keuangan Perenc. & Pengendalian Administrasi


Logistik Pengembangan Sistem Mutu dan SDM
RENCANA MUTU

PROSES KONTRAK

Keputusan
PENERIMAAN Dokumen Lelang PENINJAUAN MENYIAPKAN
Menawar
DOKUMEN LELANG DOKUMEN LELANG DOKUMEN
PENAWARAN

MENYIAPKAN DOKUMEN PEMASUKAN


KONTRAK KONTRAK DOKUMEN PENAWARAN

Dokumen
Surat
Penawaran
Keputusan
Terseleksi
Pemenang

EVALUASI
PENAWARAN OLEH
PENGGUNA JASA

REFERENSI DOKUMEN : Keterangan :


1. Prosedur Persiapan Tender : Proses berikutnya
2. Prosedur Pasca Tender
3. Prosedur Persiapan Kontrak : Kegiatan
4. Prosedur Addendum Kontrak
INSPEKSI FISIK EKSTERN

INSPEKSI FISIK OLEH EKSTERN

Tidak
Ijin Inspeksi?

SM Kontraktor

Melaporkan Pekerjaan Siap di Inspeksi

SM (Site manajer) Kontraktor

Check List Request


Melaksanakan Inspeksi
ITP
SM + Staff Ahli + Direksi Lap. + Konsultan

Ya Melaporkan Pekerjaan Siap


Ada Deviasi? di Inspeksi
SM + Staff Ahli + Direksi Lap + Site manajer
Konsultan
SM (Kontaktor)
Tidak
SM (Kontaktor)
Pengesahan Bukti-Bukti Pelaksanaan Inspeksi Lampirkan Check List

SM + Staff Ahli + Direksi Lapangan + Konsultan Check List Request


SM (Kontaktor)

Penyimpanan
SM Bukti-Bukti
(Kontaktor) Pengesahan
Inspeksi

Site Manajer
SM (Kontaktor)

INSPEKSI EKSTERN SELESAI


PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONTRAK (RK3K)
Pelaksanaan REHABILITASI D.I CITENGAH DESA DATAR V 50 HA ( DAK ) diharapkan berjalan lancar
dengan memperhatikan faktor-faktor keselamatan pekerja dan keamanan pekerjaan agar semua berjalan sesuai
rencana. Unsur keselamatan dan keamanan ini tidak lepas dari beberapa faktor yang terkait, antara lain adalah :
Peralatan/ Perlengkapan
Perlengkapan yang dimaksud adalah perlengkapan kesehatan dan keamanan yang bersifat kontinyu dan selalu
ada di proyek, seperti :
• Alat pemadam kebakaran api ringan (APAR)
• Rambu-rambu K3
• Instruksi-instruksi keselamatan kerja
• Sarana penunjang : MCK, Urinoir sementara, Pompa air
• Helm, Safety belt, Safety Shoes, Masker, Kotak P3K

1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat pemadam api ringan (APAR) selalu tersedia di lokasi pekerjaan, ditempatkan di lokasi yang mudah
terlihat dan mudah dijangkau. APAR di tempatkan di lokasi pekerjaan dengan tingkat resiko kebakaran tinggi.

2. Rambu-rambu K3

Rambu K3 dipasang di lokasi yang mudah terlihat, sehingga semua personil proyek, direksi dan pihak lain
yang berhubungan dengan proyek mengetahui secara pasti tingkat bahaya yang akan timbul bila tidak
memakai APD.

3. Instruksi-instruksi Keselamatan Kerja

Instruksi keselamatan kerja berbentuk symbol atau peringatan kepada semua personil proyek, direksi dan
pihak lain yang berhubungan dengan proyek mengetahui secara pasti, kemana arah yang aman untuk
menyelamatkan diri, apabila terjadi bahaya/kecelakaan di lokasi pekerjaan.

4. Sarana Penunjang

Semua sarana penunjang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan semua personil proyek, direksi dan
pihak lain yang berhubungan dengan proyek selama proyek berlangsung

5. Helm, Safety Belt, Safety Shoes, Masker, Kotak P3K

Alat Pelindung Diri (APD) harus selalu ada dan dipakai untuk melindungi keselamatan para pekerja ataupun
yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan.

Lokasi Pekerjaan
1. Kerapian dan keamanan lokasi proyek atau lokasi pekerjaan harus selalu terpantau. Diharapkan ada petugas
keamanan atau jaga malam yang selalu siap berada di lapangan/lokasi kerja. Petugas jaga atau keamanan
dibekali dengan alat pendukung kerjanya agar supaya bisa selalu berkoordinasi dengan atasan atau yang
berwenang dalam lingkungan pekerjaan (koordinator pekerjaan).
2. Untuk menghindari hal lain dalam hal keselamatan kerja, selama waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
pekerja ataupun pelaksana pekerjaan dilarang merokok ataupun menyalakan sesuatu yang berpotensi
menimbulkan kebakaran.
Mekanisme
Semua pekerja dan pelaksana pekerjaan akan selalu di monitor setiap waktu untuk mengetahui situasi kerja dan
pengaturan pekerjaan. Dan setiap pekerja diwajibkan selalu menggunakan peralatan keselamatan sesuai
masing-masing pekerjaannya. Kantor lapangan diharapkan mengadakan mobilisasi kesehatan apabila terjadi
kecelakaan kerja di lapangan. Dan tentunya pelaksana pekerjaan sudah mengikutsertakan keselamatan kerja
pada asuransi tenaga kerja, sehingga dalam hal ini tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Diharapkan dengan diterapkannya sistem ini, keselamatan, keamanan dan kelangsungan pelaksanaan
pekerjaan bisa berjalan sesuai waktu pelaksanaan dan meminimalkan tingkat kecelakaan kerja di lokasi
pekerjaan. Untuk permasalahan yang mungkin timbul dilapangan yang tidak bisa diselesaikan , maka kami akan
meminta petunjuk kepada Direksi Pekerjaan untuk mengatasi kemungkinan tersebut.

1. KEBIJAKAN K3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Mematuhi persyaratan, Undang–Undang dan ketentuan lainnya yang relevan terkait dengan masalah K3.
2. Berusaha mengendalikan resiko K3 untuk menekan kecelakaan kerja.
3. Melakukan peningkatan perbaikan berkesinambungan terhadap penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.

2. PERENCANAAN

1) Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya


JENIS/TYPE IDENTIFIKASI JENIS PENGENDALIAN RESIKO
No BAHAYA & RISIKO K3
PEKERJAAN

1 Menggunakan Aliran Listrik Kematian a) Mengggunakan kabel sesuai

Cacat / hilang dari kerja kapasitas


b) Inspeksi stop kontak dan saklar
Kerugian material
secara periodik per 1 mnggu
c) Menggunakan alat listrik standart
2 Mengoperasikan Genset Luka berat di tangan a) Pasang pagar pengaman

Luka bakar b) Matikan mesin selama perawatan


c) Siapkan APAR
Sesak nafas

3 Menggergaji Luka tergores a) Memakai sarung tangan


b) Pelindung putaran alat terpasang
Luka ringan
c) Memastikan alat dlm kondisi baik
sebelum digunakan
5 Menggali tanah Longsor a) Memakai alat pelindung kepala
(Safety Helmet)
Tertimbun tanah
b) Memakai Safety Shoes
Cacat/hilang dari kerja c) Membuat sheet pile disekitar galian
yang rawan longsor
Kematian

6 Protection construction Tertimpa a) Melakukan ceklist tiap hari sebelum


digunakan
Cacat/hilang dari kerja
b) Menggunakan Jaring pengaman
Kematian a)

7 Trafic Management Terjadi kebakaran a) Dilarang Merokok


b) Dilarang melintas
Cacat/hilang dari kerja
c) Dilarang parkir
Kematian d) APAR
e) Wajib memakai helm
a) Memakai kaos tangan
b) Wajib memakai safety belt
c) Wajib memakai safety shous
d) Wajib memakai penutup telinga
e) Wajib memakai topeng las
f) Dilarang berhenti
g) Dilarang membuka panel

2) SASARAN K3 dan PROGAM K3


Sasaran K3 :

a. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident)
b. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80%
c. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko pekerjaannya masing-masing

Program K3 :

a. Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, Rambu-rambu, Spanduk, Poster, Pagar
pengamar, Jaring pengaman, dsb) secara konsisten
b. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya
c. Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan
d. Perencanaan Safety Plan
 Membuat daftar material yang memerlukan penanganan khusus
 Membuat daftar peralatan yang memerlukan penanganan khusus
 Membuat daftar tenagakerja yangmemerlukan keahlian khusus
 Membuat identifikasi sumber bahaya dan cara pencegahannya
 Membuat Project Plan K3
 Membuat program kebersihan dan Slogan 5R (RINGKAS, RESIK, RAPI, RAJIN, RAWAT)
Organisasi K3

Menyediakan petugas K3 sesuai dengan struktur organisasi yang diusulkan

Penanggung jawab K3

Adi Endro Prastowo

P3K
Emergency Kebakaran
Priyo Handoko
Nur Yahya Galih Setiawan

TRAFFIC MANAGEMENT
Trafic Management merupakan pengelolaan symbol dan gambar untuk penerapan Standar Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini untuk meminimalisir kecelakaan kerja atau meminimalkan resiko kecelakaan yang
timbul akibat kelalaian salah satu personil proyek, pihak lain diluar proyek atau karena bahaya dari luar (=gempa bumi,
dll).
Dengan traffic manajemen yang baik, seluruh personil proyek tahu secara pasti mengenai arah evakuasi, tempat
evakuasi yang aman dan penunjuk arah untuk menghindar dari bahaya yang terjadi di lokasi pekerjaan. Diharapkan
dengan traffic manajemen yang baik, timbulnya korban jiwa bisa ditekan sekecil mungkin atau bahkan tidak memakan
korban (zero accident).
Simbol-simbol dan gambar yang menyangkut traffic management dipasang di lokasi yang mudah dilihat oleh personil
proyek, baik dari manajemen tertinggi sampai pekerja.

RENCANA MASA PEMELIHARAAN


Sebelum penyerahan pekerjaan 100 (seratus) %, kami akan melaksanakan pekerjaan–pekerjaan yang belum
sempurna (finishing) dan pembersihan lokasi pekerjaan, kemudian kami akan melaksanakan Funch List semua item
pekerjaan bersama–sama dengan Tim Direksi. Dalam masa pemeliharaaan atau perawatan ditempatkan beberapa
tenaga yang bertugas merawat intalasi juga disediakan matrial utama, tenaga ini bertugas memantau bila ada
kerusakan kecil yang dapat secara langsung ditangani atau dengan mendatangkan tenaga ahli dibidangnya, dengan
biaya yang ditanggung oleh pelaksana. Kami akan melakukan pemeliharaan atas kerusakan–kerusakan pekerjaan
pada semua item pekerjaan selama masa pemeliharaan yaitu 180 (seratus delapan puluh ) hari kalender terhitung
sejak tanggal penyerahan pertama (PHO).

PENUTUP
Peranan Metode kerja cukup penting karena akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan. Hal ini karena kemampuan kerja ( produktivitas ) antara tenaga manusia ( metode
padat karya ) dengan peralatan ( metode mekanis ) akan sangat berbeda. Metode mana yang akan digunakan, ini
sangat tergantung pada kondisi yang ada dilapangan ( seperti ketersediaan tenaga kerja atau peralatan ), apakah
memungkinkan bila menggunakan peralatan besar, bisa dipilih tenaga kerja atau peralatan atau kombinasi antara
keduanya ( t. kerja dan peralatan ).Oleh karena kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya adalah
kegiatan yang sederhana, maka penentuan waktu tiap jenis kegiatan disarankan untuk dapat dilakukan dengan cara
perkiraan, dan sebaiknya dilakukan oleh orang yang mempunyai pengalaman seperti tukang atau mandor bangunan
agar taksiran waktunya lebih mendekati kenyataan dilapangan ( lebih realistis ). Namun demikian, bila terdapat jenis
kegiatan tertentu yang sulit dikerjakan oleh tenaga masyarakat maka boleh dikerjakan dengan metode mekanis (
menggunakan peralatan ).

Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai, penanggung jawab kegiatan di tingkat kabupaten wajib menyiapkan
dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan program pelaksanaan pekerjaan baik dari segi fisik maupun
keuangan. Laporan akan lebih informatif dan komunikatif bila dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi minimal
kondisi sebelum dan setelah kegiatan. Untuk terwujudnya pelaksanaan yang efisien dan efektif, setiap penanggung
jawab kegiatan menyusun rencana pelaksanaan kegiatan secara terinci.

Demikian metode pelaksanaan yang kami buat, agar pelaksanaan Pekerjaan REHABILITASI D.I CITENGAH
DESA DATAR V 50 HA ( DAK ) dapat selesai tepat waktu dan mempunyai mutu yang terkontrol serta sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah ditetapkan, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Metode Pelaksanaan ini, untuk itu kami sangat menerima saran dan kritik agar dapat menyempurnakan Metode
Pelaksanaan ini dan mengaplikasikannya di lapangan jika kami terpilih sebagai pemenang.

Cilacap, ............................
Kontraktor Penawar
CV. ........................

..................................
Direktur

Anda mungkin juga menyukai