Disusun Oleh:
12.25.066
Penetuan Metode
Survey Pendahuluan
Penyediaan Titik
Kontrol Horizontal
Pengamatan
Pasang Surut
Penentuan Posisi
Horizontal
Penentuan garis Pantai
Pemprosesan Data
Koreksi Surutan
Penyajian Data
Alur pelayaran dan rambu rambunya yang ada sekarang ini perlu
dilakukan pemantauan dan pemeliharaan secara rutin untuk menjaga keselamatan
dan kelancaran kapal yang melakukan pelayaran tersebut.
Bahaya terjadinya kecelakaan pada pelayaran memberikan dampak yang
sangat luas, bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal yang bersangkutan
namun pada kapal yang mengangkut bahan-bahan cair lainnya yang mudah
dibawa arus laut, maka pengotoran/polusi laut akan menyebar luas ketempat lain
yang jauh dari tempat kejadian.
Pemeliharaan alur pelayaran dapat dilakukan dengan melaksanakan survey
hydrografi secara berkala, Dengan menggunakan alat GPS memakai metode
differensial real time kinematik dapat membantu kegiatan survey secara cepat dan
tepat di bandingkan dengan memakai peralatan yang konvensional seperti busur
sextan, theodolite, dan alat bantu lainnya.
Penggunaan metoda differensial real time kinematik dapat menentukan posisi
kapal secara teliti dalam waktu yang sangat singkat, sekaligus menentukan arah
dan kecepatan kapal untuk melakukan survey.
1.1 Metode Pengukuran
1. Busur sextan
Pengukuran dengan metode ini memilik tingkat akurasi sekitar 4 7meter,
pelaksanaannya dan pemrosesan data memiliki waktu yang sangat lama,
untuk survey kolam pelabuhan + 200 M2 saja, membutuhkan waktu kurang
lebih 1 bulan, hal ini disebabkan karena pelaksanaannya membutuhkan waktu
dengan perbandingan 50:50 (50% untuk pelaksanaan survey dan 50% untuk
pemrosesan data survey).
2. GPS Navigasi
Metode yang digunakan sudah memiliki tingkat akurasi 3-5 meter, dan
pelaksanaannya dapat dibilang lebih singkat di bandingkan dengan pemakaian
busur sextan tetapi untuk pemrosesan datanya memiliki waktu yang hampir
sama pada pemrosesan dengan metode sextan karena pelaksanaan survey ini
masih
dikategorikan
semi
digital.
Untuk
survey kolam
pelabuhan
sesama kapal ataupun bahaya pelayaran lainnya seperti bangkai kapal atau
kandas di kedalaman dangkal.
Untuk pemeliharaan alur pelayaran biasanya dilakukan pengerukan secara
berkala, perencanaan pengerukan tersebut memerlukan data-data keadaan
permukaan dasar laut untuk dapat diketahui berapa volume rencana
pengerukan. Survey hydrografi sangat penting peranannya untuk perencanaan
pengerukan tersebut, karena hasil survey tersebut berupa data-data keadaan
permukaan dasar laut yang disajikan berupa peta.
1.2 Survey Pendahuluan
Tahapan survey pendahuluan akan dimulai dengan melakukan orientasi di
lokasi survey yang telah direncanakan serta mengadakan pengamatan
terhadap aspek-aspek penting yang berhubungan dengan pelaksanaan survey.
Adapun langkah dalam survey pendahuluan yang akan dilakukan sesuai
dengan spesifikasi teknis adalah sebagai berikut :
Identifikasi tugu / BM (Benchmark) referensi yang akan dipakai acuan
dalam pekerjaan adalah tugu orde 1 atau 2 yang dikeluarkan oleh
Bakosurtanal dan BPN.
Identifikasi lokasi stasiun
pasang
surut
terdekat
ke
lokasi
Pasang surut muka air laut dipengaruhi gravitasi bulan dan matahari, tetapi
lebih dominan grafitasi bulan, massa matahari jauh lebih besar dibandingkan
massa bulan, namun karena jarak bulan yang jauh lebih dekat ke bumi di
banding matahari, matahari hanya memberikan pengaruh yang lebih kecil,
perbandingan grafitasi bulan dan matahari (masing-masing terhadap bumi)
adalah sekitar 1 : 0,46. Untuk keperluan pemetaan darat diperlukan data mean
sea level ( msl ) yang merupakan rata rata pasang surut selama kurun waktu
tertentu (18,6 tahun). Untuk keperluan pemetaan laut diperlukan data surut
terendah ( untuk keperluan praktis minimal pengamatan selama 1 bulan ,
untuk keperluan ilmiah bervariasi 1 tahun dan 18,6 tahun).
Pengamatan pasang surut dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan
Muka Surutan Peta (Chart Datum), memberikan koreksi untuk reduksi hasil
survei Batimetri, juga untuk mendapatkan korelasi data dengan hasil
pengamatan arus. Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung
koridor rencana jalur survey dan masing-masing diamati selama minimal 15
hari terus-menerus dan pengamatan pasang surut dilaksanakan selama
pekerjaan
survei
berlangsung.
Secepatnya
setelah
pemasangan, tide
e. Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari
dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak
akan terjadi pada pasut diurnal.
f. Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari
dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya
satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut
diambil sebagai air rendah terendah.
g. Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air
tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang
(Range) pasut itu tertinggi.
h. Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh
dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama.
1.5 Penentuan posisi horizontal titik fix menggunakan GPS dengan metode
differensial real time kinematik.
Pada pelaksanaan pengukuran posisi dengan teknik differensial real time
kinematik peralatan yang digunakan adalah:
GPS RTK
GPS Navigasi
RFM96 Radio Modem Pacific Crest + Antena telemetri
Echosounder digital
Tranducer
Plat baja untuk Bar check
Laptop
Hypack Software pengolah data GPS untuk navigasi
Kapal Survey
Pada teknologi ini satu receiver GPS akan dipasang pada titik kontrol darat
dengan ketelitian tinggi yang terikat dengan titik tetap bakosurtanal dan
akan berfungsi sebagai Referensi_Station sedangkan receiver lainnya
dipasang di kapal survey dan berfungsi sebagai Rover_Station.
pengukuran
kedalaman
dimulai,
echosounder
hendaknya
dipersiapkan :
- Pemasangan Transduser
- Penentuan nilai koreksi sarat (draft) transduser
- Penentuan nilai koreksi settlement dan squat
- Pengaturan garis awal transmisi
- Barcheck
Jika menggunakan alat penentu posisi elektronik (Electronic Positioning
System), perlu terlebih dahulu dilakukan kalibrasi (dilakukan di darat
dengan cara membuat sebuah basis yang diukur secara teliti, misalnya
dengan alat EDM).
Data untuk penentuan posisi titik perum yang diambil tergantung pada
metode penentuan posisi yang digunakan, apabila penentuan posisi
dilakukan dengan cara optis data yang dicatat adalah ukuran sudut.
Sedangkan jika menggunakan elektronis data yang diperoleh adalah data
ukuran jarak.
Selama pemeruman dilakukan, besaran waktu pada saat kapal mengukur
kedalaman dan posisi (titik perum) juga dicatat yang akan digunakan untuk
mereduksi kedalaman terhadap bidang referansi pemeruman yang didapat
dari analisis pasut .
Apabila kedalaman maksimum di daerah survei cukup besar (>40m), perlu
dilakukan pengamatan sifat-sifat fisika dan kimia di daerah yang disurvei,
untuk menentukan cepat rambat gelombang suara dalam air laut yang dapat
dilakukan secara langsung (alat velocimeter), atau secara tidak langsung
(pengukuran suhu dan salinitas.
Selain itu angka kedalaman juga harus diredusir kepada suatu bidang acuan
kedalaman yaitu Low Water Spring (LWS) (tergantung penetapan). Hubungan
matematika koreksi-koreksi di atas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut:
Do = Du + Dkgs
D1 = Do + Dsss
D2 = D1 + Dsr
Dimana :
Du = bacaan kedalaman yang diperoleh dari pengukuran
Do = kedalaman suatu titik tegak lurus dibawah tranduser
D1 = kedalaman suatu titik terhadap permukaan laut
D2 = kedalaman suatu titik terhadap muka surutan
Dkgs = koreksi kecepatan gelombang suara
Dsss = koreksi sarat tranduser
Dsr = koreksi surutan
Keterangan :
rt : Reduksi (Koreksi) Pasut pada waktu t
TWLt : True Water Level pada waktu t
MSL : Mean Sea Level atau rerata tinggi permukaan laut
Zo : Kedalaman muka surutan di bawah MSL
D = dT rt
dT : Kedalaman yang terukur transduser
D : Kedalaman sebenarnya