Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS HIDROOCEANOGRAFI PELABUHAN GARONGKONG KABUPATEN

BARRU
ANALYSIS HYDROOCEANOGRAFI OF PORT GARONGKONG BARRU
M. Arsyad Thaha1, Silman Pongmanda1, Risyane Yoandira Agnesa2
Abstrak
Dalam pembangunan suatu pelabuhan dibutuhkan suatu desain rekayasa yang disesuaikan
dengan rencana. Desain rekayasa disusun berdasarkan kecendrungan masa lalu, kondisi
saat ini dan proyeksi masa datang dengan memperhatikan lingkungan dalam proses
pembangunannya. Salah satu desain rekayasa dalam pembangunan pelabuhan adalah
analisis hidrooceanografi. Pada penelitian ini analisis hidrooceanografi difokuskan pada
peramalan gelombang dengan bantuan software SMS 10.09. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kondisi gelombang pada perairan lokasi pembangunan Pelabuhan Garongkong
Kabupaten Barru. Adapun metode yang digunakan adalah menggunakan data survey
pendahuluan sebagai data sekunder untuk pemodelan gelombang pada software SMS 10.09.
Hasil analisa menunjukkan bahwa tinggi gelombang maksimum pada lokasi proyek adalah
3,6 m yang terjadi pada zona gelombang pecah, sedangkan pada detail rencana
pembangunan dermaga tinggi gelombang berkisar Antara 1,2-1,6 m dengan model
penjalaran gelombang ke arah barat daya.
Kata Kunci: Hidrooceanografi, Peramalan Gelombang, SMS 10.09

Abstract
In the construction of a port takes an engineering design tailored to the plan . Engineering
design is based on past trends , current conditions and future projections with regard for the
environment in the development process . One of the engineering design in the construction
of the port is hidrooceanografi analysis . In this study, the analysis focused on forecasting
waves with the help of software SMS 10.09 . The goal is to determine the wave conditions at
the construction site of the waters of Port Garongkong Barru . The method used is to use the
data as a preliminary survey of secondary data for modeling wave at software SMS 10.09 .
The analysis shows that the maximum wave height at the project site is 3.6 m which occurs in
a breaking wave zone , while on the high pier construction plan details ranged between 1.21.6 m wave with wave propagation models to the southwest .
Keywords: Hydrooceanografi ,Forecasting Waves, SMS 10.09

Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA


Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar, INDONESIA
Pampang II Lrr. 2 No 27 B Makassar 90231. E-mail : risyane09@gmail.com

PENDAHULUAN
Kabupaten Barru merupakan salah
satu daerah di provinsi Sulawesi Selatan
yang memiliki wilayah perairan laut. Oleh
karena itu memerlukan adanya pintu
gerbang
bagi
transportasi
moda
perhubungan laut yang memadai untuk
menunjang aktivitas distribusi barang antar
pulau
dan
memperlancar
roda
perekonomian.
Pelabuhan
sebagai
prasarana
transportasi
merupakan
salah
satu
komponen kawasan yang sangat penting
bagi perkembangan kegiatan ekonomi
wilayah. Dalam hal ini pelabuhan
mempunyai peran sebagai simpul atau
outlet dari pergerakan orang dan barang
dari dan ke kawasan dimaksud ke dunia
luar.
Pembangunan pelabuhan harus
efisien. Suatu pelabuhan yang efisien
merupakan prasarat bagi perkembangan
ekonomi dari suatu kawasan. Karena
dengan adanya pelabuhan yang efisien
berarti komponen biaya transportasi bagi
pengiriman barang dari dan ke kawasan
dapat ditekan, yang pada gilirannya akan
menyebabkan hasil produksi kawasan
menjadi
kompetitif
di
pasaran
internasional. Hal ini pada akhirnya akan
menyebabkan kegiatan ekonomi di
kawasan yang bersangkutan akan menjadi
bergairah.
Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan semen di setiap daerah pasar
Semen Bosowa dan peningkatan kapasitas
produksi, maka perlu dipertimbangkan
untuk membangun Packing Plant di
daerah yang selama ini masih dipasok dari
Pelabuhan
Garongkong.
Pendirian
Packing Plant ini diharapkan dapat
menjaga kelancaran supply semen kepada
konsumen dalam upaya mendukung
program pembangunan di wilayah
tersebut.

Untuk
hal
tersebut
maka
diperlukan suatu desain dan rekayasa yang
disesuaikan dengan rencana pembangunan
yang disusun berdasarkan kecenderungan
masa lalu, kondisi saat ini dan proyeksi
masa datang, dengan memperhatikan
lingkungan dalam pembangunannya
TINJAUAN PUSTAKA
Hidro-Oseanografi
Tinjauan hidro-oseanografi adalah
menyangkut
tinjauan
pengaruh
hidrodinamika perairan laut. Parameter
utama yang biasanya diperhitungkan
adalah pasang surut, gelombang dan angin.
Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka
air laut karena adanya gaya tarik bendabenda di langit, terutama matahari dan
bulan terhadap massa air laut di bumi.
Gaya tarik menarik ini tergantung dari
jarak bumi dengan benda langit dan massa
benda langit itu sendiri. Jadi, meskipun
massa bulan jauh lebih kecil dari massa
matahari, tetapi karena jaraknya terhadap
bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh
gaya tarik bulan terhadap bumi lebih
besar daripada pengaruh gaya tarik
matahari. Pasang surut merupakan
faktor penting dari geomorfologi pantai,
dalam hal ini berupa perubahan teratur
muka air laut sepanjang pantai dan arus
yang dibentuk oleh pasang. Selain itu
pengetahuan tentang pasang surut adalah
penting di dalam perencanaan bangunan
pantai, pelabuhan dan vegetasinya.
Proses akresi dan abrasi pantai terjadi
selama adanya pasang dan adanya aksi
gelombang balik yang mempengaruhi
siklus pasang.
Angin
Sirkulasi udara yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan bumi disebut
angin. Gerakan udara ini disebabkan oleh
perubahan temperatur atmosfer.
Pada

waktu udara dipanasi, rapat massanya


berkurang yang berakibat naiknya udara
tersebut yang kemudian diganti oleh
udara yang lebih dingin disekitarnya.
Perubahan
temperatur
diatmosfer
disebabkan oleh perbedaan penyerapan
panas oleh tanah dan air, atau perbedaan
panas di gunung dan lembah, atau
perubahan yang disebabkan oleh siang dan
malam, atau perbedaan suhu pada
belahan bumi bagian utara dan selatan
karena adanya perbedaan musim dingin
dan panas. Daratan lebih cepat menerima
panas daripada air (laut) dan sebaliknya
daratan juga lebih cepat melepaskan panas.
Oleh karena itu pada waktu siang hari
daratan lebih panas daripada laut. Udara
di atas daratan akan naik dan diganti
oleh udara dari laut, sehingga terjadi
angin laut. Sebaliknya, pada waktu malam
hari daratan lebih dingin daripada laut,
udara di atas laut akan naik dan diganti
oleh udara dari daratan sehingga terjadi
angin darat.
Angin yang berhembus di atas
permukaan air akan memindahkan
energinya ke air. Kecepatan angin akan
menimbulkan tegangan pada permukaan
air laut, sehingga permukaan air yang
semula tenang akan terganggu dan timbul
riak gelombang kecil di atas permukaan
air. Apabila kecepatan angin bertambah,
riak tersebut menjadi semakin besar,
dan apabila angin berhembus terus
akhirnya akan terbentuk gelombang.
Semakin lama dan semakin kuat angin
berhembus, semakin besar gelombang
yang terbentuk. Arah angin masih bisa
dianggap konstan apabila perubahanperubahannya tidak lebih dari 150 dan
perubahan kecepatan angin tidak lebih dari
5 knot (2,5 m/dt) terhadap kecepatan
rerata.
Data angin yang digunakan untuk
peramalan
gelombang adalah Kecepat Arah Angin
U TL T
data di permukaan an
(knot)
0,88%
laut pada lokasi 0-10
10
13.
1,23 0,27 0,32
pembangkitan. Data
dapat diperoleh dari 13-16 1,84 0,4 0,48
16-21 0,17 0,07 0,08
21-27 0,01 -

pengukuran langsung di atas permukaan


laut atau pengukuran di darat di dekat
lokasi peramalan yang kemudian di
konversi menjadi data angin di laut.
Kecepatan
angin
diukur
dengan
anemometer, dan biasanya dinyatakan
dalam knot dimana 1 knot =1,852 km/jam
= 0,514 m/dt. Data angin dicatat tiap jam
dan biasanya disajikan dalam bentuk tabel
seperti dalam tabel 2.1. Dengan pencatatan
angin jam-jaman tersebut akan dapat
diketahui angin dengan kecepatan tertentu
dan
durasinya,
kecepatan
angin
maksimum, arah angin dan dapat pula
dihitung kecepatan angin rerata harian.
Jumlah data angin seperti yang
ditunjukkan dalam tabel untuk beberapa
tahun pengamatan adalah sangat besar.
Untuk itu data tersebut harus diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel (ringkasan)
atau diagram yang disebut dengan Mawar
angin (Wind rose). Penyajian dapat
diberikan dalam bentuk bulanan, tahunan,
atau untuk beberapa tahun pencatatan.
Dengan tabel atau mawar angin tersebut
maka karakteristik angin dapat dibaca
dengan cepat dan akurat. Tabel 2.1.
adalah contoh penyajian data angin
dalam bentuk tabel dari pencatatan angin
di Lapangan Terbang kemayoran selama
11 tahun (1974-1985). Sedang gambar
2.8. adalah contoh mawar angin yang
dibuat berdasakan data dalam tabel 2.1.
Tabel
dan gambar
tersebut
menunjukkan persentasi kejadian angin
dengan
kecepatan
tertentu
dari
berbagai arah dalam periode waktu
pencatatan. Sebagai contoh, persentasi
kejadian angin dengan kecepatan 10-13
knot dari arah utara adalah 1,23 % dari
11 tahun pencatatan. Dalam gambar
tersebut garis-garis radial adalah arah
angin dan tiap lingkaran menunjukkan
persentasi kejadian angin dalam periode
waktu
pengukuran.
Tg S
BD B BL
Tabel 2.1 Data
persentasi
0,06 0,08 0,6 0,56 1,35
0,08 0,13 0,7 0,7 2,03
0,01 0,01 0,12 0,12 0,2
0,03 0,03 -

kejadian angin di Kemayoran tahun 19741985

Gambar 2.1 Wind rose


Data angin diperlukan untuk
peramalan tinggi dan periode gelombang.
Hubungan
antara
angin
diatas
permukaan laut dengan angin diatas
daratan diberikan oleh RL = Uw/UL
seperti dalam gambar 2.5

Gambar 2.2 Hubungan antara kecepatan


angin di laut dan darat (Teknik Pantai,
1999)
Rumus-rumus dan grafik-grafik
pembangkitan gelombang mengandung
variable UA yaitu faktor tegangan angin
(wind stress factor) yang dapat dihitung
dari kecepatan angin. Setelah dilakukan
berbagai konversi
kecepatan
angin,
faktor tegangan angin dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
1,23
UA
=
0,71 U
(2.6)
dimana ;
UA : faktor tegangan angin
U
: kecepatan angin (m/dt)

Fetch
Di dalam tinjauan pembangkitan
gelombang di laut, fetch di batasi oleh
bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di
daerah
pembentukan
gelombang,
gelombang tidak hanya dibangkitkan
dalam arah yang sama dengan arah angin
tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap
arah angin. Fetch rata-rata efektif
diberikan oleh persamaan berikut :
Xi cos
Feff =
cos
(2.7)
dimana ;
Feff
: fetch rata-rata efektif.
Xi
: panjang segmen fetch yang
diukur dari titik observasi gelombang ke
ujung akhir fetch.

: deviasi pada kedua


sisi
dari arah angin, dengan
menggunakan pertambahan 6 sampai
sudut sebesar 42 pada kedua sisi dari
arah angin.
Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik
turunnya air laut disepanjang permukaan
air. Gelombang terjadi kerena adanya
angin yang bertiup di atas permukaan
perairan yang menimbulkan gaya tekan ke
bawah, gaya ini akan mendorong
permukaan air menjadi lebih rendah
dibandingkan
dengan tempat
di
sekitarnya
yang
mengakibatkan
ketidakseimbangan
sehingga terjadi
dorongan massa air yang lebih tinggi
untuk mengisi tempat yang lebih rendah.
Gelombang dapat juga menimbulkan
energi
untuk
membentuk
pantai,
menimbulkan arus dan transpor sedimen
dalam arah tegak lurus dan sepanjang
pantai, serta menyebabkan gaya-gaya
yang bekerja pada bangunan pantai.
Proses tersebut akan berlangsung terus
menerus sesuai dengan energi kecepatan
angin yang menekannya.
Gelombang
merupakan faktor
utama di dalam
penentuan
tata
letak
(layout)

pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan


bangunan pantai dan sebagainya.
Gelombang yang merambat dari
laut dalam menuju pantai mengalami
perubahan bentuk karena pengaruh
perubahan kedalaman laut. Berkurangnya
kedalaman laut menyebabkan semakin
berkurangnya panjang gelombang dan
bertambahnya tinggi gelombang. Pada saat
kemiringan gelombang (perbandingan
antara tinggi dan panjang gelombang)
mencapai batas maksimum, gelombang
akan pecah. Gelombang yang telah
pecah tersebut merambat terus ke arah
pantai sampai akhirnya gelombang
bergerak naik dan turun pada permukaan
pantai (uprush dan downrush). Definisi
yang berkaitan dengan karakteristik
gelombang di daerah sekitar pantai
disajikan dalam gambar 2.6.

Gambar 2.3 Definisi dan karakteristik


gelombang di daerah pantai (Teknik
Pantai, 1999)
Daerah dari garis gelombang
pecah ke arah laut disebut dengan
offshore.
Sedang
daerah
yang
terbentang ke arah pantai dari garis
gelombang pecah dibedakan menjadi
tiga daerah yaitu breaker zone, surf zone
dan swash zone. Daerah gelombang
pecah (breaker zone) adalah daerah
dimana gelombang yang datang dari laut
(lepas pantai) mencapai ketidakstabilan
dan pecah. Surf zone adalah daerah yang
terbentang antara bagian dalam dari
gelombang pecah dan batas naik turunnya
gelombang di pantai. Sedangkan swash
zone adalah daerah yang dibatasi oleh
garis batas tertinggi naiknya gelombang

dan batas terendah turunnya gelombang


di pantai.
Ditinjau dari profil pantai, daerah
ke arah pantai dari garis gelombang pecah
dibagi menjadi tiga daerah yaitu inshore,
foreshore dan backshore. Perbatasan
antara inshore dan foreshore adalah batas
antara air laut pada saat muka air rendah
dan permukaan
pantai.
Proses
gelombang pecah di daerah inshore
sering
menyebabkan
terbentuknya
longshore bar, yaitu gumuk pasir yang
memanjang dan kira-kira sejajar dengan
garis pantai. Foreshore adalah daerah yang
terbentang dari garis pantai pada saat
muka air rendah sampai batas atas dari
uprush pada saat air pasang tinggi. Profil
pantai di daerah ini mempunyai
kemiringan yang lebih curam daripada
profil di daerah inshore dan backshore.
Backshore adalah daerah yang dibatasi
oleh foreshore dan garis pantai yang
terbentuk pada saat terjadi gelombang
badai bersamaan dengan muka air tinggi.
Penentuan besar gelombang dapat
dilakukan dengan pengukuran langsung
dilapangan atau menggunakan metode
peramalan dengan memakai peremeter
tertentu.Pengukuran gelombang secara
langsung jarang dilakukan karena besarnya
tingkat kesulitan serta biaya yang tinggi.
Oleh karena itu maka gelombang
diramalkan dengan menggunakan data
angin.
Peramalan Tinggi Gelombang
Dalam peramalan gelombang ini
ada beberapa parameter yang digunakan,
yaitu :
1. Kecepatan angin (U) di
permukaan laut
2. Arah angin
3. Panjang daerah pembangkitan
angin(fetch)
4.
Lama hembus angin atau
durasi angin
Dari parameter di atas dapat
diramalkan tinggi gelombang (H) dan
periode gelombang (T) yang terjadi
dengan menggunakan gambar 2.7.

Gambar 2.4 Grafik peramalan gelombang


(Dasar-dasar
Perencanaan
Bangunan
Pantai, 1992)
Selain
dengan
menggunakan
grafik diatas, besarnya tinggi gelombang
dan periode gelombang juga dapat dicari
dengan menggunakan formula-formula
empiris berdasarkan spektrum gelombang.
1
gH m
3 gF 2
= 1,6. 10 U
UA
A

( )

(2.8)

UA

= 6,88. 10

gF
UA

( )

1
3

(2.9)

UA

gF
= 6,88. 10 U A
1

( )

2
3

(2.10)
dimana ;
Hmo : tinggi gelombang signifikan (m)
Tm
: periode gelombang (m)
F
: panjang fetch (m)
t
: durasi angin (dt)
UA
: faktor tekanan angina
Selain menggunakan cara diatas,
periode dan tinggi gelombang dapat dicari
dengan metode SMB yaitu dengan
menggunakan grafik SMB yang terdapat
pada Gambar 2.8
Gambar 2.5 Grafik SMB
(Teknik Pantai, 1999).
Untuk keperluan perencanaan
bangunan-bangunan pantai perlu dipilih
tinggi dan periode gelombang indifidu
(individual wave) yang dapat mewakili
suatu spektrum gelombang. Gelombang
tersebut dikenal dengan gelombang

representatif. Apabila tinggi gelombang


diurutkan dari nilai tertinggi ke terendah
atau sebaliknya, maka akan dapat
ditentukan tinggi Hn yang merupakan ratarata dari n persen gelombang tertinggi.
Bentuk yang paling banyak digunakan
adalah H33 atau nilai tertinggi dari
33%
nilai tertinggi dari pencatatan
gelombang yang juga disebut sebagai
tinggi gelombang signifikan Hsig.
Sementara untuk mengetahui periode
gelombang signifikan dapat digunakan
rumus berikut
U 102
H s = 0,24
g
U 10
Cp
Tp
Cp

(2.11)
= 0,84

(2.12)

= 1,2 T m
(2.13)
g
= 2 Tp

(2.14)
dimana ;
Hs
: tinggi gelombang signifikan (m)
U10
: kecepatan angin sekitar 10 meter
dari darat
g
: percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
Cp
: perubahan kecepatan puncak
Tp
: periode gelombang puncak (dt)
Tm
: periode gelombang signifikan
(dt)
Gelombang yang menjalar dari laut
dalam
menuju
pantai
mengalami
perubahan
bentuk karena adanya
pengaruh kedalaman laut. Dilaut dalam

profil gelombang adalah sinusoidal,


semakin menuju ke perairan yang lebih
dangkal puncak gelombang akan semakin
tajam dan lembah gelombang semakin
datar. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya
gelombang
pecah karena
gelombang
tidak stabil. Kedalaman
gelombang
pecah ini dapat dihitung
dengan rumus dibawah ini
1
hb
C CH
Hb =
2
( )
1

gT

(2.15)
C1 = 43,75 ( 1e

19 m

C2 =

1,56
( 1+ e19,5 m )

)
(2.16)

(2.17)
Dimana :
hb
: kedalaman gelombang pecah (m)
Hb
: ketinggian gelombang pecah (m)
T
: periode gelombang (dt)
m
: kemiringan pantai
Peramalan Tinggi Gelombang
dengan Periode Ulang Tertentu
Frekuensi gelombang-gelombang besar
merupakan factor yang mempengaruhi
perencanaan bangunan pantai. Untuk
menetapkan gelombang dengan periode
ulang tertentu dibutuhkan data gelombang
dalam jangka waktu pengukuran cukup
panjang. Data tersebut bisa berupa data
pengukuran
gelombang
atau
data
gelombang hasil prediksi berdasarkan data
angin (Teknik Pantai,1999). Pada studi ini
peramalan tinggi gelombang dengan
periode ulang tertentu dilakukan dengan
Metode Weilbull. Peramalan tinggi
gelombang berdasarkan periode ulang
dengan Metode Weibull dilakukan dengan
menggunakan Tabel 2.2
Tabel 2.2Tabel Peramalan Gelombang
Periode Ulang Metode

Keterangan :

Kolom 1 = Nomer urut m


Kolom 2 = Gelombang yang diurutkan
dari besar ke kecil sesuai kolom 1
Kolom 3 =
rumus,

dihitung dengan

dimana :
:

Probablititas tinggi
gelombang
representatif ke m yang tidak terlampai
Hsm
: Tinggi gelombang urutan
ke m (m)
M
: Nomer urut tinggi
gelombang signifikan
NT
: Jumlah kejadian selama
pencatatan
Kolom 4
= Nilai ym diperhitungkan
dengan persamaan :

Kolom 5 dan 6 = Nilai yang digunakan


untuk analisis regrensi linier guna
menghitung parameter Adan B
Kolom 7
= Digunakan menghitung
devisiasi standar gelombang signifikan
Kolom 8 = Perkiraan tinggi gelombang
yang dihitung dengan persamaan linier
yang dihasilkan
Kolom 9 = Perbedaan Antara

Selanjutnya dihitung tinggi gelombang


signifikan dengan beberapa periode ulang
dilakukan menggunakan rumus :
Keterangan :
Hsm : Tinggi gelombang berdasarkan
kejadian ulang

Tr
L

: Periode ulang (tahun)


= Rerata jumlah kejadian per tahun

CMS-Flow
RMA2
RMA4
STWAVE
Adapun
Modul
yang
tersedia pada program SMS adalah
sebagai berikut:

Software SMS (Surface Water


Modelling System)
SMS adalah sebuah alat bantu
grafis berupa software yang ampuh
untuk
pembuatan
model
dan
visualisasi hasil untuk pemodelan
permukaan air. Model dapat dibuat
dengan menggunakan peta digital dan
model elevasi untuk data referensi
atau sumber pengukuran. Selama
proses
penggambaran
model,
representasi grafis dari llows model
merupakan tinjauan singkat dari
presentasi
pekerjaan
Anda.
Sepenuhnya tampilan 3D, dengan
contouring dan shading, model Anda
memungkinkan orang untuk melihat
dan memahami domain dan parameter
analisis Anda.
Surface
Water
Modeling
System (SMS) adalah sebuah wadah
yang komprehensif bagi pengguna
grafis untuk model permukaan satudan
dua-dimensi
air.
SMS
menyediakan alat preprocessing SIG
berbasis grafis untuk mengotomatisasi
mesh
dan
proses
pemodelan,
visualisasi dan alat pengolahan pasca
untuk meninjau hasil dan presentasi.
SMS memasukkan berbagai model
hidrolik dan pantai untuk aplikasi
termasuk analisis aliran sungai,
kontaminan dan angkutan sedimen,
banjir pedesaan dan perkotaan, muara
dan pemodelan teluk, sirkulasi pesisir
pantai dan pemodelan gelombang.
Program SMS terbagi atas:
ADCIRC
BOUSS 2D
CMS WAVE
CG WAVE
FESWMS
GENESIS
HYDRO AS-2D
- TUFLOW

Mesh Modul
Mesh 2D Modul ini digunakan
untuk memanipulasi garis terstruktur
2D (disebut sebagai mesh dalam
SMS). Mesh terdiri dari titik yang
dikelompokkan
bersama
untuk
membentuk elemen. Simpul tersebut
dan elemen menentukan domain
komputasi dari model numerik. Selain
titik dan elemen, mesh juga
memberikan
informasi tambahan
unsur-unsur, seperti nilai material
untuk elemen dan kondisi batas yang
ditetapkan ke titik. Secara umum,
informasi tambahan ini digunakan
sebagai data masukan untuk model
numerik.
Cartesian Garis Modul

2D Garis Modul berisi alat


yang digunakan untuk membuat garis
Cartesian 2D beda hingga. Garis ini
terdiri dari sel-sel sesuai dengan
sistem koordinat bujursangkar.
Digunakan
untuk
membuat,
mengedit, dan menampilkan garis
recctangular
Dataset memiliki nilai di sel dan
sudut
Beberapa model batas garis
untuk didefinisikan dengan sel
persegi, yang lain batas sel-sel persegi
panjang berukuran konstan, sementara
yang lain ditambah fleksibilitas yg
memiliki ukuran variabel setiap sel
(tinggi baris atau lebar kolom
variable). Sangat direkomendasikan
bahwa garis dibuat melalui Modul
Peta. Modul garis saat ini meliputi
interface untuk:

BOUSS-2D - fase menyelesaikan


Boussinesq energi gelombang dan
model sirkulasi

CMS-Flowhidrodinamika khusus
dengan zona pesisir

CMS-Wave - model gelombang


energi

STWAVE
energi

TUFLOW - Pantai, sungai, dan


Urban hidrodinamika model dengan
penekanan dalam aplikasi banjir.

model

sirkulasi
disesuaikan

gelombang

Scatter Modul
Modul
Scatter
(sebelumnya dikenal sebagai Scattered
Data Modul) digunakan untuk
interpolasi nilai data spasial dari
kelompok titik data yang tersebar atau
garis yg ditujukan ke tipe data lainnya
(yaitu, mesh dan garis). SMS
mendukung skema interpolasi tiga
termasuk linear, natural neighbor,, dan
jarak terbalik tertimbang. Modul ini
juga digunakan untuk melihat dan
mengedit data survei (yaitu Shoals
data).
Peta Modul
Modul Peta menyediakan alat
untuk menggunakan obyek fitur untuk
membuat model konseptual. Fitur
objek termasuk objek GIS seperti titik,
simpul, busur dan poligon. Fitur objek
dikelompokkan menjadi lapisan atau
pemberitaan.
Jenis
cakupan
menentukan atribut yang tersedia
untuk benda-benda di cakupan.
Modul GIS
Modul
GIS
telah
dipisahkan dari modul Map dalam
rangka untuk menentukan pendekatan
yang lebih terintegrasi dan terpisah

untuk menghubungkan dengan data


GIS. Modul GIS memiliki dua mode
yang terpisah, walaupun fungsi utama
yang tersedia dalam mode baik.
Alasan utama bahwa data GIS telah
dipisahkan dari modul peta adalah
untuk memungkinkan pengguna untuk
menangani file besar lebih efisien bila
membuat model hidrologi. Misalnya
modul GIS memungkinkan Anda
untuk mengimpor file besar dan
kemudian dipilih dan mengkonversi
untuk fitur objek hanya bagian yang
diperlukan.

METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data Sekunder
1. Data Bathymetri
Data hasil pemeruman yang
tersimpan pada GPS Map Sounding
diunggah ke komputer yang dilengkapi
dengan Software Map Source. Analisa
terhadap
hasil
pemeruman
dan
pengukuran dengan theodolit serta
pembacaan fluktuasi muka air pada
peilschaal
dilakukan
menggunakan
software Microsoft Excel, sedangkan
untuk
penggambaran
dilakukan
menggunakan software AutoCAD Land
Development.
Data kedalaman bathimetri yang
diperoleh dari alat echosounding adalah
data kedalaman dari peletakan tranduser
terhadap dasar laut saat pengukuran,
sehingga untuk mendapatkan elevasi
dasar laut, dimana elevasi tersebut telah
memiliki reverensi yang sama dengan
data topografi maka data terukur dari
echosounding harus dikoreksi dengan
tinggi pasang surut saat pengukuran.
Untuk keperluan tersebut syarat utama
pengukuran
echosounding
adalah
dilakukan juga pengukuran pasang surut
pada saat yang bersamaan.

2. Data Pasang Surut


Selain data primer juga dipakai
data sekunder Dinas Hidro-Oceanografi
yang berdekatan dengan lokasi pekerjaan
dapat dihitung komponen komponen
pasang surut (Tidal Constituens) akan
dipakai untuk meramalkan elevasi pasut
diwilayah perencanaan.
Analisa pasang surut dilakukan
untuk memperoleh elevasi muka air
penting yang dapat menentukan dalam
perencanaan. Analisa pasang surut
dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
Menguraikan
komponenkomponen pasang surut.
Meramalkan fluktuasi muka
air akibat pasang surut.
Menghitung elevasi muka
air penting.
Menguraikan
komponenkomponen
pasang
surut
adalah
menguraikan fluktuasi muka air akibat
pasang surut menjadi komponenkomponen harmonik penyusunannya.
Besaran yang diperoleh adalah amplitudo
dan fasa setiap komponen. Metode yang
digunakan
untuk
menguraikan
komponen-komponen
pasang
surut
adalah Metode Admiralty .
Metoda admiralty merupakan
metoda empiris berdasarkan tabel-tabel
pasang surut yang dikembangkan pada
awal abad ke 20. Metoda ini terbatas
untuk menguraikan data pasang surut
selama 15 atau 29 hari dengan interval
pencatat 1 jam.
3. Peramalan Gelombang
Selain menimbulkan gaya-gaya
yang langsung dipikul oleh bangunan di
pantai, termasuk pelabuhan, angin juga
membangkitkan gelombang. gelombang
ini menimbulkan gaya-gaya tambahan
yang yang wajib dipikul konstruksi
bangunan pantai, termasuk dermaga dan
trestle. Perilaku gelombang yaitu arah
dominan dan besarnya mempengaruhi
lay-out bangunan pantai.

Data Pemodelan Gelombang


Data pokok yang diperlukan untuk
simulasi model gelombang adalah;
Data
kedalaman
pada
perairan
Garongkong yang diperoleh berdasarkan
hasil pengukuran bathymetri yang
kemudian didigitasi dengan menggunakan
fasilitas yang ada pada software SMS
untuk selanjutnya dibuat jaring elemen
sebagai domain simulasi.
Kondisi gelombang (tinggi, periode
dan arah berdasarkan data hasil analisa
perhitungan peramalan gelombang ). Data
gelombang di perairan lepas Garongkong
diperoleh dari hasil analisis perhitungan
gelombang.
Pemodelan gelombang terdiri dari
analisis mengenai arah datang dan tinggi
gelombang rencana, baik pada laut dalam
maupun tinggi gelombang pecah, simulasi
gelombang
menggunakan
modul
CG_WAVE pada soft ware Surfacewater
Modelling System (SMS 10.09).
Prosedur dalam simulasi model
gelombang dibagi menjadi beberapa tahap
sebagai berikut :
a. Menentukan konsep model.
Pada tahap ini dilakukan
penentuan kondisi batas area
yang akan dimodelkan yang
meliputi :

batas area daratan dan


perairan,

batas perairan yang


akan dimodelkan dengan
perairan
yang
tidak
dimodelkan.
b. Pembangkitan jaring elemen.
Setelah batas area yang akan
dimodelkan ditetapkan, langkah
selanjutnya
adalah
pembangkitan jaring elemen
pada area tersebut. Jaring
elemen pada simulasi model
gelombang dengan CGWAVE
ini berbentuk elemen segitiga.

c. Data masukan
Setelah elemen area terbentuk
tahap
selanjutnya
adalah
pemasukan parameter atau data
kondisi batas. Kondisi batas
tersebut meliputi amplitudo,
arah dan periode gelombang,
gaya gravitasi bumi, serta
jumlah iterasi dan ketelitian
yang akan dicapai (tingkat
konvergensi hitungan).
d. Running simulasi model
gelombang
Setelah input data selesai
langkah selanjutnya adalah
proses running
(eksekusi)
model simulasi gelombang.
e. Keluaran hasil simulasi.
Hasil dari running model
simulasi model gelombang
dengan modul CGWAVE berupa
pola
sebaran
dan
tinggi
gelombang
dan
model
penjalarannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bathimetri
Bathimetri
perairan
yang
digunakan pada penelitian ini merupakan
hasil survey dan analisa yang didapatkan
dari pihak konsutan. Demikian gambar
bathimetri perairan ditampilkan sebagai
berikut.

Gambar 4. 1Bathimetri Perairan Packing


Plant Garongkong Dan Sekitarnya
Hasil Analisa Pasang Surut
Hasil Analisis Harmonik Pasang Surut

A
=
Besaran
pasang surut

amplitudo

kurva

= Sudut kelambatan fasa

So

= Harga mean sea level di


atas titik nol peilschaal

M2

= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh bulan

S2

= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh matahari

N2

= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh jarak
akibat lintasan bulan yang
berbentuk ellips

K2

= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh jarak
akibat lintasan matahari
yang berbentuk ellips

O1

= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh deklinasi
bulan

P1

= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh deklinasi
matahari

K1

= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh deklinasi
bulan
dan
deklinasi
matahari

M4

= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh bulan
sebanyak 2 kali ( 2 x M2)

MS4 = Konst. yang dipengaruhi


oleh adanya interaksi
antara M2 dan S2

MSL

HAT = LAT + 2 (AS2 + AM2 + AK1 +


AO1)
= 97 + 2 (27+ 20 + 18 + 15)
= 255

cm

= 97 + 2 (17,9+ 14,8) + 26,7 + 19,8


= AS0 = 176 cm

= 209

Berdasarkan definisi Australia


yaitu Indian Spring Low Water,
maka
Z0
AO1)

Untuk pasang surut tipe campuran


condong harian ganda (Mixed Tide
Prevailing Semidiurnal) diperoleh :

HWS= LAT + 2 (AS2 + AM2) + AK1 +


AO1

Datum Referensi

MSL

tipe campuran condong harian ganda


(Mixed Tide Prevailing Semidiurnal).
Tunggang
Air Pasang surut

= S0 (AM2 + AS2 + AK1 +


= 176 (15 + 18+

27 + 20)
=

97

cm

dari MSL terpakai.


Ketinggian Muka Surutan dari Nol
Palem = MSL -Z0
=
176 97 = 79,2 cm
ATT= S0 (AM2 + AS2 + AK1 +
AO1)
= 176 (15 + 18 + 27 + 20)
=

MSL = AS0

cm
= 176

cm

LWS = LAT + AK1 + AO1


= 97+ 26,7 + 19,8
= 143

cm

Jika mengacu elevasi LWS sebagai


elevasi 0,00 meter; maka parameter
pasang surut diberikan dibawah ini :
elevasi HAT
elevasi HWS
elevasi MSL
elevasi LWS

= + 2,55 m
= + 2,09 m
= + 1,76 m
= 0,00 m

elevasi LAT

= - 0,97m

255 cm dari MSL

terpakai.

Grafik Tunggang Pasang Surut

Tipe Pasang Surut


A ( K 1 ) + A (O 1)
F=
A ( M 2 ) + A (S 2)
= 1,43
Berdasarkan nilai Formzhal, maka
kriteria pasang surut adalah pasang surut

Sumber : Konsultan

Fetch Efektif
Dalam meramalkan gelombang
menggunakan data angin, dibutuhkan
penentuan jarak seret angin yang dikenal
sebagai Fetch. Panjang fetch dibatasi
oleh durasi angin (lamanya angin
bertiup) dan halangan geografis, yang
dapat berupa pulau atau gusung dan
gugusan
karang
yang
muncul
kepermukaansaat air surut. Mengingat
data angin yang digunakan tidak
memiliki data durasi, maka panjang fetch
ditentukan dengan menggunakan peta
rupabumi yang dilengkapi dengan skala.
Peta rupa bumi diperoleh dari Software
Goole Earth.
Dengan memperhatikan peta rupa
bumi, diketahui bahwa arah angin yang
dapat memberikan berasal dari arah Barat
Laut, arah Barat dan BaratDaya. Untuk
angin dari arah Selatan, Tenggara, Timur,
Timur Laut dan Utara, cenderung tidak
membangkitkan
gelombang
karena
berasal dari daratan. Diperoleh panjang
effektif untuk angin dari arah barat daya
adalah 161,96 km atau 161966.64 m.

Garis Fetch Untuk Arah South West

Peramalan Gelombang

Analisis panjang fetch untuk arah angin


south west

Tinggi dan periode gelombang


yang dibangkitkan oleh angin, sangat
tergantung pada kecepatan angin (U),
lama hembus angin (D), arah angin dan
Fetch. Arah angin masih dapat dianggap
konstan jika perubahan arahnya tidak
lebih dari 150, dan kecepatan angin tidak
lebih dari 5 knot(2,5 m/s) terhadap
kecepatan rerata. Data angin yang
digunakan dalam prediksi adalah hasil

pencatatan/pengukuran diatas permukaan


laut pada loaksi pembangkitan. Apabila
pengukuran dilakukan di darat seperti
pada studi ini, maka data tersebut harus
dikonversi menjadi data angin laut.
Sebagaimana
diuraikan
sebelumnya,
untuk
meramalkan
gelombang, diperlukan data angin (arah,
kecepatan dan durasinya/lama hembusan
angin) serta fetch efek
tif. Peramalan gelombang harus
memperhatikan batasan durasi hembusan
angin dan panjang fetch efektif yang
menjadi batasan tinggi gelombang yang
dapat dibangkitkan pada lautan. Periode
dan tinggi gelombang dapat diramalkan
menggunakan Metode Wilson (Kiyoshi
Horikawa, hal. 47, 1997), analisis
diberikan pada lampiran. Hasil peramalan
tinggi dan periode gelombang disajikan
pada .

Simulasi Model Matematik


Informasi mengenai kondisi gelombang
pada beberapa permasalahan pantai
merupakan hal yang mendasar dan
penting. Kondisi gelombang yang paling
penting untuk keperluan studi perencanaan
dan evaluasi pekerjaan meliputi tinggi
gelombang, periode gelombang dan arah
gelombang dominan. Biasanya parameterparameter gelombang tersebut diperoleh
dari model transfromasi gelombang yang
mentransformasikan data gelombang dari
laut dalam ke daerah dekat pantai. Selama
perambatannya dari laut dalam ke dekat
pantai, parameter-parameter gelombang
tersebut mengalami perubahan karena
pengaruh perubahan kedalaman serta
kondisi di dekat pantai, misalnya pengaruh
dari bangunan-bangunan pantai.Untuk
memodelkan fenomena tersebut dapat
digunakan model numerik yang dapat
memodelkan kombinasi refraksi dan
difraksi gelombang.
Permasalahan
yang
sulit
dalam
memperkirakan gelombang di dekat pantai
adalah menentukan dimana terjadinya
gelombang pecah. Dalam studi ini
digunakan model gelombang CGWAVE
yang dikembangkan olehUniversity of
Maine bekerja sama dengan U.S. Army

Corpsof Engineers, Waterways Experiment


Station. CGWAVE adalah model prediksi
gelombang yang serba guna. Model ini
dapat digunakan untuk memperkirakan
pola gelombang di dalam kolam
pelabuhan, daerah pantai terbuka, muara
sungai, dan di sekitar bangunan
pantai.CGWAVE adalah model finite
elemen yang dihubungkan dengan model
SMS (Surface water Modelling System)
untuk mengefisienkan pre dan post
processingnya. Pada kajian ini digunakan
model CGWAVE untuk simulasi pola
gelombang di perairan Garongkong.

detail rencana pembangunan dermaga


tinggi gelombang yang terjadi berkisar
antara 1,2-1,6m dengan model penjalaran
gelombang dari arah Barat Daya

Hasil Analisis Model Gelombang


Skema pemodelan dibuat dalam bentuk
dua skenario untuk model yaitu kondisi
eksisting dan rencaana. Pemodelan
gelombang didasari berdasarkan hasil
analis data angin dan jarak rambatan
gelombang yang dibangkitkan oleh angin.
Berdasarkan pengolahan data secara
menual diketahui bahwa tinggi gelombang
laut dalam kala ulang 10 tahun adalah
5,94m yang kemudian digunakan sebagai
besaran tinggi gelombang pada sisi laut
dalam yang akan mengalami penjalaran
pada sisi areal dermaga garongkong.

Sebaran tinggi gelombang eksisiting (A)


dan rencana (B) Dermaga Garongkong.

Arah simulasi dibuat berdasarkan potensi


kemungkinan
terjadinya
gelombang
ekstrim yaitu dari arah barat daya
mengingat pada sisi arah lainnya potensi
besaran gelombang yang terjadi tidak
dapat dapat terbentuk karena jarak
rambatan gelombang yang sangat pendek
yang terhalangi oleh sisi daratan.
Berdasarkan data tersebut digunakan
sebagai data masukan dalam pemodelan
guna mengetahui model penjalaran dan
sebaran tinggi gelombang pada lokasi
proyek .
Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa
tinggi gelombang maksimum yang terjadi
pada perairan lokasi proyek secara yaitu
3.6 m yang terjadi pada zona gelombang
pecah (daerah pesisir) sedangkan pada

Tinggi Gelombang Maksimum Pada


daerah zona gelombang pecah (3,6 m)

bulan November yaitu 5.933 m


serta terkecil pada tahun 2013 di
bulan Maret dan Juli yaitu 0.790 m.
sedangkan untuk arah gelombang,
berdasarkan potensi kemungkinan
terjadinya gelombang ekstrem
diper yaitu dari arah barat daya.
2. Berdasarkan
hasil
simulasi
gelombang dengan software S.M S
8.1, diketahui bahwa tinggi
gelombang maksimum pada lokasi
proyek adalah 3,6 m yang terjadi
pada zona gelombang pecah,
sedangkan pada detail rencana
pembangunan dermaga tinggi
gelombang yang terjadi berkisar
Antara 1,2 1,6 m dengan model
penjalaran gelombang ke arah barat
daya.

Tinggi Gelombang Daerah Detail Proyek


(1,2-1,6 m)

Model penjalaran gelombang eksisting


(A)
dan
rencana
(B)
Dermaga
Garongkong

Saran
Mengacu dari hasil penelitian Tugas Akhir
ini, penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
Fungsi Laboratorium Komputer di
Jurusan teknik Sipil Fakultas
Teknik Unhas sangat berguna
dalam proses pengerjaan tugas
akhir yang menggunaan sarana
software khusus keilmuan Teknik
Sipil dalam pelaksanaannya, oleh
karena itu sebaiknya laboratorium
ini diadakan kembali.
Untuk jenis penelitian yang seperti
ini sebaiknya juga peneliti ikut
dalam proses survey data awal,
karena akan sangat bermanfaat
pada saat pengolahan data dan
pemodelan.
DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1.
Dari hasil pengolahan data survei
hidrooceanografi,
didapatkan
tinggi
gelombang
signifikan
terbesar pada tahun 2013 terjadi di

Praktikto,W.A 2000. Perencanaan fasilitas


Pantai
dan
laut.
BPFEYogyakarta, Yogyakarta.
Triadmodjo, Bambang. 1999.
Pantai. Penerbit Beta
Yogyakarta

Teknik
Offset.

Triadmodjo, Bambang.
Dasar
Dan

1992. DasarPerencanaan

Bangunan Pantai. Penerbit FT


TGM .,Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai