ABSTRAK
Penelitian ini menitik-beratkan pada simulasi muneris perubahan
garis pantai di Pantai Sasak Pasaman Barat Sumatera Barat yang
menggunakan perangkat lunak (software) yang telah ada (GENESIS,
GENEralized model for SImulating Shorline change). Data bathymetri adalah
data sekunder bathymetri Pantai Sasak, sedangkan data angin diperoleh dari
stasiun BMKG (Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika) Ketaping
Padang Pariaman Sumatera Barat, karena inilah stasiun yang paling dekat
dengan Pantai Sasak. Peramalan gelombang dengan menggunakan data angin
setiap jam selama 5 tahun (2005 2009) untuk mendapatkan tinggi dan
periode gelombang rencana dengan menggunakan program yang telah ada
(Dina-Hindcasting).
Skenario pemodelan dibagi dua: (1) simulasi perubahan garis pantai
tanpa konstruksi groin (bangunan tegak lurus pantai; (2) dengan konstruksi
groin. Arah gelombang datang berdasarkan arah dominannya yaitu arah
Barat yang membentuk sudut 10o 13o ke arah tegak lurus pantai (Barat
Daya).
Hasil skenario pertama menunjukkan terjadi penggerusan pantai
sampai dengan 13 meter kearah darat, ini berarti bahwa sebahagian rumah
penduduk terkena abrasi pantai.
Sedangkan skenario kedua, yaitu menempatkan bangunan groin pada pantai
baik pada tempat tertentu yang erosinya besar maupun di sepanjang pantai,
menunjukkan hasil bahwa pantai semakin tergerus sampai dengan 40 meter
kearah darat.
Dari dua skenario ini menunjukkan bahwa bangunan pantai jenis
groin tidak cocok untuk Pantai Sasak.
Kata kunci : Pantai Sasak Pasaman, Perubahan garis pantai, Erosi, Abrasi,
Bangunan Pantai, Groin, Genesis
ABSTRAK
Key words: Beach of Sasak Pasaman, shoreline change, erosion, abrasion, Coastal
Building, groins, Genesis
I. PENDAHULUAN
Pantai Sasak di Kabupaten Pasaman Barat adalah pantai yang sering terkena
abrasi akibat hantaman gelombang laut. Pantai Sasak terletak diujung utara Propinsi
Sumatera Barat dimana terdapat pelabuhan yang penting khususnya bagi Kabupaten
Pasaman Barat. Karena letaknya yang paling dekat dengan Propinsi Sumatera Utara,
selain berfungsi sebagai pelabuhan nelayan juga sering disinggahi kapal penumpang
ataupun barang.
Karena pentingnya keberadaan pelabuhan dan perkembangan kawasan Pantai
Sasak untuk menunjang pertumbuhan ekonomi daerah, diperlukan pengamanan
prasarana yang ada maupun prasarana yang akan dikembangkan terhadap ancaman
abrasi pantai akibat gelombang laut.
Wilayah pantai sebagai wilayah daratan yang berbatasan dengan laut, dengan
batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak
tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut dan
lain-lain. Wilayah pantai bersifat dinamis dan rentan terhadap perubahan lingkungan
baik karena proses alami ataupun akibat aktivitas manusia.
Perubahan garis pantai dapat terjadi setiap waktu dan prosesnya terjadi secara
alami. Struktur pantai yang terdiri dari pasir akan mudah berubah karena adanya
interaksi antara gelombang dan arus dengan pantai dan berakhir dalam bentuk
pergerakan sedimen, sehingga dalam menghitung perubahan garis pantai faktor
gelombang dan arus sangat diperlukan.
Untuk mengantisipasi bahaya yang diakibatkan oleh gelombang laut, perlu
dibangun konstruksi pengaman pantai agar gelombang yang datang tidak merusak
kawasan pantai. Oleh sebab itu dalam studi ini dilakukan simulasi perubahan garis
pantai dengan pembangunan groin menggunakan software yang telah ada yaitu
software GENESIS.
Dalam tesis ini pantai yang akan dianalisis dimodelkan dengan dua scenario:
(1) pemodelan simulasi tanpa konstruksi groin; (2) dengan menggunakan bangunan
groin. Pemodelan kedua dibagi lagi menjadi beberapa alternatife yaitu :
a. Penempatan groin di sepanjang pantai dengan panjang groin 50 m dan
jarak 100m
b. Penempatan groin di sepanjang pantai dengan panjang groin 75 m dan
jarak 150 m
Mensimulasikan
secara
numeris
perubahan
garis
pantai
tanpa
pembangunan groin
2.
Mensimulasikan
secara
numeris
perubahan
garis
pantai
dengan
numeris
perubahan
garis
pantai
dengan
pembangunan groin
3.
Mensimulasikan
secara
Analisa Data
Kajian data akan dilakukan dengan batasan-batasan sebagai berikut:
BAB II PEMBAHASAN
Perubahan garis pantai di lokasi studi dapat diperkirakan dengan
melaksanakan simulasi numerik dengan menggunakan model satu garis (One Line
Model). Paket program yang akan digunakan adalah GENESIS (GENEralized model
for SImulating Shoreline change) yang dikembangkan agar dapat membuat simulasi
perubahan garis pantai pada perairan terbuka dalam jangka waktu lama, yang
disebabkan oleh perubahan transport sedimen sepanjang pantai (longshore transport).
GENESIS merupakan bagian dari sebuah system permodelan struktur SMS (Shore
Modeling System) yang dikembangkan oleh Hans Hanson, Nicholas C Kraus dan
Mark B. Gravens dari CERC (Coastal Engineering Research Center). Hasil simulasi
ini tidak bersifat kuantitatif, dalam arti lebih cenderung untuk meramalkan pola
perubahan garis pantai yang terjadi berdasarkan kondisi batimetri dan iklim
gelombang pada suatu saat, dalam hal ini garis pantai yang disimulasikan pada suatu
titik terdeposisi atau tererosi. Hal ini karena model numerik yang digunakan
didasarkan pada sejumlah asumsi dan penyederhanaan untuk mempermudah
penyusunan persamaan model matematik yang berpengaruh, dan mempunyai
keterbatasan dalam memodelkan semua parameter atau faktor faktor yang
kemungkinan berpengaruh dalam proses fisik yang sebenarnya. Namun demikian
secara numerik besarnya transport sedimen sepanjang pantai dan besarnya perubahan
garis pantai yang terjadi pada suatu titik tetap dapat diperoleh dari simulasi.
A. Data Masukan
Data yang dibutuhkan untuk simulasi perubahan garis pantai adalah :
a. Peta bathymetri garis pantai lokasi studi, dalam bentuk diskritisasi bentangan
garis pantai untuk menentukan grid numerik. Posisi garis pantai dinyatakan
sebagai jarak dalam arah lepas pantai (offshore) pada setiap titik grid numerik
yang diukur dari garis dasar (base line). Garis dasar ditentukan dalam arah
yang paling mendekati arah memanjang pantai dan sedapat mungkin tidak
memotong garis pantai. Lokasi transformasi gelombang yang menjalar dari
perairan dalam. (peta lokasi dan domain model grid numerik dapat dilihat pada
Gambar 1 )
Y
GARIS PANTAI
SUNGAI
DX = 50
10M m
8250
7000
m
b. Seri waktu data gelombang hasil hindcasting berdasarkan data angin yang
berisikan tinggi, perioda dan arah gelombang tiap jam dalam 5 tahun.
c. Data material pantai dengan mengambil properti material pantai. Butiran pasir
pantai Sasak sangat halus, sehingga ukuran material yang dipakai adalah 0.05
mm.
Data gelombang yang dihasilkan dari program Dina Hindcasting
memerlukan data angin tiap jam selama 5 tahun (2005 2009) dan panjang fetch.
Fetch adalah daerah pembangkit gelombang, dimana dalam proses pembangkitan
gelombang di laut fetch dibatasi oleh daratan yang mengelilingi laut.
Berikut ini contoh data angin setiap jam yang merupakan input dari program
Dina-Hindcasting.
Tabel 2. Data angin Jam-jaman Bulan Januari Th-2005
Utara
Timur Laut
Timur
Tenggara
128.623
Selatan
2559.607
Barat Daya
5808.380
Barat
Barat Laut
Sumber : Analisis data.
838.804
42.842
Hasil yang diperoleh dari program Dina Hindcasting berupa tinggi, periode dan
arah gelombang dapat dilihat dari tabel berikut :
575
550
525
500
475
450
425
400
375
350
325
Garis Pantai
Th Ke-5
Th Ke-10
300
275
0
250
500
750
1000
1250
1500
1750
2000
2250
2500
2750
3000
3250
3500
3750
4000
4250
4500
4750
5000
5250
5500
5750
6000
6250
6500
6750
7000
250
Dari gambar diatas terlihat beberapa daerah kritis yang diuraikan sebagai berikut:
1. Daerah Kritis I sepanjang 6, 64 meter terjadi pada grid ke 3425 meter.
2. Daerah Kritis II sepanjang 6,61 meter terjadi pada grid ke 4775 meter.
3. Daerah Kritis III sepanjang 6,04 meter terjadi pada grid ke 4925 meter.
4. Daerah Kritis IV sepanjang 7,64 meter terjadi pada grid ke 6300 meter.
Berdasarkan data daerah kritis diatas, selanjutnya akan dilakukan running
Genesis dengan berbagai alternatif penempatan groin di pantai sasak untuk
mendapatkan gambaran penyelesaian terhadap kondisi kritis tersebut
530
500
470
440
410
380
350
th ke- 5
Th ke- 10
2000
2075
2150
2225
2300
2375
2450
2525
2600
2675
2750
2825
2900
2975
3050
3125
3200
3275
3350
3425
3500
3575
3650
3725
3800
3875
3950
Section I
Garis Pantai
Gambar 4 Perubahan Garis Pantai Section I (2000-4000m) pada Alternatif 1
Section II
600
580
560
540
520
500
kondisi awal 2010
480
Th ke-5
Th ke-10
5500
5425
5350
5275
5200
5125
5050
4975
4900
4825
4750
4675
4600
4525
4450
4375
4300
4225
4150
4075
4000
460
Garis Pantai
Gambar 5 Perubahan Garis Pantai Section II (4000-5500m) Alternatif 1
Section III
550
500
450
400
350
Kondisi Awal 2010
300
Th Ke-5
Th Ke-10
GarisPantai
Gambar 6 Perubahan Garis Pantai Section III (5500-7000m) pada Alternatif
1
Dari gambaran diatas terlihat bibir pantai berbentuk zig-zag. Pantai
tergerus sampai maksimal pertama 20 m pada grid ke-2625 m di tahun kelima
dan 30 m pada grid ke-2400 m pada tahun kesepuluh.
7000
6925
6850
6775
6700
6625
6550
6475
6400
6325
6250
6175
6100
6025
5950
5875
5800
5725
5650
5575
5500
250
510
490
470
450
430
410
390
370
Kondisi Awal 2010
Th Ke-5
Th Ke-10
2000
2075
2150
2225
2300
2375
2450
2525
2600
2675
2750
2825
2900
2975
3050
3125
3200
3275
3350
3425
3500
3575
3650
3725
3800
3875
3950
350
Garis Pantai
Gambar 7 Perubahan Garis Pantai Section 1 (2000-4000m) Alternatif 2
Section 2
580
560
540
520
500
480
Kondisi Awal 2010
460
Th ke- 5
Th Ke-10
Garis Pantai
Gambar 8 Perubahan Garis Pantai Section 2 (4000-55000 m) Alternatif 2
5500
5425
5350
5275
5200
5125
5050
4975
4900
4825
4750
4675
4600
4525
4450
4375
4300
4225
4150
4075
4000
440
Section 3
575
Kondisi Awal 2010
525
Th ke-5
Th Ke-10
475
425
375
325
Garis Pantai
Gambar 9 . Perubahan Garis Pantai Section 3 (5500-7000 m) Alternatif 2
Dari hasil simulasi pada Alternatif 2 ini juga menunjukkan perubahan
garis pantai yang sangat buruk. Dimana pada jarak 2400m dimana terjadi erosir
pantai mencapai 27 m dari garis awal pantai, dan pada jarak 3000 m mengalami
penggerusan bibir pantai sampai 40 m kearah darat.
550
500
450
400
Kondisi Awal 2010
Th Ke-5
Th Ke-10
2000
2075
2150
2225
2300
2375
2450
2525
2600
2675
2750
2825
2900
2975
3050
3125
3200
3275
3350
3425
3500
3575
3650
3725
3800
3875
3950
350
Garis Pantai
Gambar 10 Perubahan Garis Pantai Section 1 (2000-4000m) Alternatif 3
7000
6925
6850
6775
6700
6625
6550
6475
6400
6325
6250
6175
6100
6025
5950
5875
5800
5725
5650
5575
5500
275
Section II
595
575
Tegak Lurus Pantai
555
535
515
495
5425
5500
6925
7000
5350
5275
5200
5125
5050
Th Ke-10
4975
4900
4825
4750
4675
Th Ke-5
4600
4525
4450
4375
4300
4150
4075
4000
4225
475
Garis Pantai
Gambar 11 Perubahan Garis Pantai Section II (4000-5500m) Alternatif 3
Section III
550
500
450
400
350
300
Kondisi Awal 2010
Th Ke-5
Th ke-10
6850
6775
6700
6625
6550
6475
6400
6325
6250
6175
6100
6025
5950
5875
5800
5725
5650
5575
5500
250
Garis Pantai
Gambar 12 Perubahan Garis Pantai Section III (5500-7000m) Alternatif 3
Maksimum penggerusan terjadi sampai 40 m yang terjadi pada jarak 3000 m.
Dengan semakin bertambahnya besarnya erosi yang terjadi, maka kemungkinan
yang paling efektif adalah meletakkan bangunan pengaman pantai hanya pada
daerah kritis,
500
450
400
350
Kondisi Awal 2010
Th ke-5
Th ke-10
2000
2075
2150
2225
2300
2375
2450
2525
2600
2675
2750
2825
2900
2975
3050
3125
3200
3275
3350
3425
3500
3575
3650
3725
3800
3875
3950
300
Garis Pantai
Gambar 13 Hasil Simulasi penempatan groin pada daerah kritis section 1
Section II
580
570
560
550
540
530
520
510
Th Ke-5
Th ke-10
Garis Pantai
Gambar 14 Hasil Simulasi penempatan groin pada daerah kritis section 2\
5500
5425
5350
5275
5200
5125
5050
4975
4900
4825
4750
4675
4600
4525
4450
4375
4300
4225
4150
4075
4000
500
Section III
550
500
450
400
350
300
Kondisi Awal 20101
Th ke-5
Th ke-10
7000
6925
6850
6775
6700
6625
6550
6475
6400
6325
6250
6175
6100
6025
5950
5875
5800
5725
5650
5575
5500
250
Garis Pantai
Gambar 15 Hasil Simulasi penempatan groin pada daerah kritis section III
Dari hasil simulasi pada Alternatif ini terlihat bahwa perubahan yang
terjadi lebih baik daripada hasil simulasi sebelumnya dimana groin diletakkan
disepanjang pantai. Titik maksimum pengerusan 13 m dari garis pantai awal yang
terjadi pada titik kritis pertama dan pada titik kritis selanjutnya titik penggerusan
pantai semakin berkurang sampai 6,5 m.
III KESIMPULAN
Dalam penelitian ini telah dianalisis dua skenario pemodelan perubahan
garis pantai yaitu : (1) simulasi perubahan garis pantai tanpa konstruksi groin
(bangunan tegak lurus pantai; (2) dengan konstruksi groin. Arah gelombang
datang berdasarkan arah dominannya yaitu arah Barat yang membentuk sudut 10o
13o ke arah tegak lurus pantai (Barat Daya). Skenario pertama adalah simulasi
perubahan garis pantai tanpa bangunan pantai (groin), menunjukkan terjadinya
penggerusan sampai 7.6 meter kearah darat dalam masa 10 tahun. Skenario kedua
adalah simulasi perubahan garis pantai dengan adanya groin, menunjukkan bahwa
pantai tergerus lebih dalam lagi sampai sejauh 40 m kearah darat. Hasil simulasi
dari kedua skenario di atas menunjukkan bahwa bangunan pantai jenis groin tidak
cocok digunakan di Pantai Sasak.
Untuk penelitian lanjutan, penulis menganjurkan untuk mencoba
menempatkan jenis bangunan pantai lainnya seperti break water, atau gabungan
seawall dan groin. Tetapi GENESIS tidak mampu memodelkan perubahan garis
pantai dengan bangunan pantai yang bukan groin. Software alternatife adalah
SBEACH (Storm-induced BEAch CHange ) yang merupakan bagian dari CEDAS
(Coastal Engineering Design & analysis System).
BIODATA
1.
2.
3.
4.
NAMA
TEMPAT LAHIR
TANGGAL LAHIR
PEKERJAAN