Anda di halaman 1dari 12

THE MAPPING OF SHORELINE CHANGE BENGKULU CITY

:$7(5¶6

By :

Esty Kurniawati 1), Syahril Nedi 2), Musrifin Ghalib 2)

ABSTRACT

A mapping of shorlines change was conducted used by landsat 5 TM, 7


and 8 ETM+. The aim of this reseacrh was to made shorelines change map and to
analyze the rate of shorelines change. The method used in this research was
survey method. Image data obtained in September 2001, May 2006, May 2011
and January 2016 were analyzed in the SIG Laboratory, Fakulty of Fisheries and
Marine Science, Riau University. Based on data analyzed, field study was
FRQGXFWHG LQ 0D\ DW %HQJNXOX &LW\ :DWHU¶V
The result of the study showed that the average accretion 3,6 meter/year
was happen in Bengkulu city. The highest tide was found in station 2 (0,6 ± 0,85
meter) and the lowest tide was found in station 3. Current velocity in the highest
tide 0,3 meter/second and the lowest tide 0,32 meter/second. The turbidity of
marine water 0,336 NTU - 4,08 NTU. The slope of the beach in Bengkulu city >
0 ± 2 % with depth range 4 ± 6 meter.
KH\ ZRUG¶V 6KRUOLQH FDQJH PDSSLQJ, Bengkulu City Water¶V
1)
Student of faculty of fisheries and Marine Science, University of Riau in Pekanbaru,
2)
Lecture of faculty of fisheries and Marine Science, University of Riau in Pekanbaru

PENDAHULUAN

Kota Bengkulu merupakan salah memiliki potensi wisata pantai yang


satu wilayah administratif di Provinsi indah, seperti pantai berpasir putih,
Bengkulu yang sekaligus juga perairan yang jernih, vegetasi pohon
merupakan ibu Kota Provinsi Bengkulu. cemara yang terletak di sepanjang pantai
Kota Bengkulu yang berbatasan dengan menambah keindahan daerah
Samudera Hindia di bagian barat, ini.pemanfaatan wilayah ini oleh
menjadikan hampir seluruh wilayahnya penduduk setempat adalah sebagai
di pesisir pantai. Kota Bengkulu kawasan pemukiman dan pariwisata.
Daerah ini memiliki gelombang pelindung atau dengan merestorasi
dan karakteristik arus pasang surut pelindung alamiah yang ada semisal
cukup besar. Sehingga terkadang bakau, terumbu karang atau padang
menjadi salah satu penyebab terjadinya lamun. Hal ini bertujuan untuk
perubahan garis pantai di kawasan ini. mengurangi energi gelombang yang
Perubahan garis pantai akan datang ke pantai, sehingga erosi pantai
mempengaruhi wilayah sekitarnya. berkurang.
Pembangunan yang tegak lurus, garis Studi mengenai perubahan
pantai akan mempengaruhi garis pantai sangatlah penting untuk
keseimbangan dan laju angkutan dilakukan karena kawasan pantai
sedimen. Apabila garis pantai semakin merupakan kawasan yang banyak
masuk ke daratan kemungkinan akan
menyimpan potensi kekayaan alam
ada penaikkan elevasi bangunan
perumahan, pembuatan bangunan
yang perlu untuk dikembangkan.
Selain itu banyaknya infrastruktur pantai di Kota Bengkulu dan
dan pemukiman yang berdiri di menganalisislaju perubahan garis
kawasan pantai yang terancam pantai di Kota Bengkulu.
bahaya abrasi akan membuat banyak Hasil penelitian ini
pihak merasa khawatir kehilangan diharapkan dapat dijadikan informasi
dan kerusakan fasilitas dalam melakukan penanganan
tersebut.Karena hal tersebut penulis permasalahan lingkungan dan
tertarik untuk melakukan pemetaan mitigasi bencana bagi pihak-pihak
perubahan garis pantai di perairan yang berkepentingan dan menjadi
Kota Bengkulu. acuan bagi pelaksanaan rehabilitasi
Tujuan penelitian ini adalah lingkungan dan membantu dalam
untuk Memetakan perubahan garis rangka pemulihan Kota Bengkulu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Oseanografi Fisika


pada bulan Mei 2016 di Kota Fakultas Perikanan dan Ilmu
Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Kelautan Universitas Riau. Bahan
Analisis laboratorium dan dan alat yang digunakan selama
pengolahan citra dilaksanakan di penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan Alat Penelitian


Bahan dan Alat Fungsi
Galah Berskala Mengukur tinggi gelombang
Current Drouge Mengukur kecepatan arus
Stopwacth Menghitung kecepatan arus
Palam Pasut Mengukur pasang surut
Turbidymeter Mengukur tingkat kekeruhan
Tali berskala Mengukur kedalaman
Software Er-Mapper dan Arview Mengolah citra landsat
Kompas Menentukan arah arus

Metode yang digunakan Bengkulu dan Data Pasang Surut dari


dalam penelitian ini adalah metode Dinas Hydro-oseanografi TNI AL
survei, yaitu pengamatan di lapangan Bengkulu. Data primer yang
(ground check) yang menghasilkan diperoleh antara lain berupa tinggi
data primer dan sekunder.Data gelombang, kecepatan arus, arah
primer adalah data yang langsung arus, pasang surut air laut dan
diperoleh dari pengukuran di kemiringan pantai, kemudian data
lapangan dan data sekunder adalah yang diperoleh dibuat ke dalam suatu
data yang diperoleh dari instansi ± tabel dan digambarkan dalam bentuk
instansi terkait dan beberapa grafik.
referensi. Stasiun pengamatan
Data sekunder yang ditentukan dengan cara purposive
diperlukan antara lain data angin sampling yaitu penentuan stasiun
yang dapat diperoleh dari BMG Kota dengan memperhatikan berbagai
pertimbangan kondisi geografis serta kawasan pemberentian kapal dan
keadaan daerah penelitian dengan dekat pemukiman (Stasiun III).
jarak antara stasiun ± 500 meter. Setiap Stasiun Parameter yang diukur
Setiap Stasiun memiliki karakteristik pada jarak 30 - 50 meter dari pantai
yang berbeda - beda. Jumlah stasiun antara lain adalah kecepatan angin,
pada penelitian ini terdiri atas 3 kemiringan pantai, kecepatan arus
Stasiun yang mana penempatan dan arah arus, kemudian pengukuran
Stasiun pada daerahkawasan dengan pasang surut air laut di tepian pantai
sedikitnya aktivitas manusia dan tinggi gelombang pada 3 - 6
(Stasiun I), daerah kawasan meter dari pantai. Titik koordinat
pariwisata (Stasiun II) dan dekat Stasiun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Titik Koordinat Stasiun


Titik Koordinat
Stasiun
BT LS
1 ž ¶ ¶¶ ž ¶ ¶¶
2 ž ¶ ¶¶ ž ¶ ¶¶
3 ž ¶ ¶¶ ž ¶ ¶¶

Gambar 1.Peta Lokasi Penelitian


Karakteristik Gelombang
Pengukuran tinggi gelombang lembah gelombang. Setelah itu,
dilakukan dengan cara dicatat tinggi air pada saat terjadinya
memancangkan galah berskala ke puncak gelombang.Pengukuran
dalam perairan yang berjarak ± 3-6 tinggi gelombang dilakukan pada
meter dari pantai, kemudian dari setiap stasiun pada saat pasang air
galah berskala tersebut dicatat berapa laut dan surut air laut.
batas air pada waktu terjadinya
Kecepatan Arus
Untuk pengukuran kecepatan selama mendekati pasang air laut dan
arus menggunakan current drouge pada saat surut air laut. Jarak yang
dan stopwacth.Pengamatan ini secara diukur dibandingkan dengan waktu
kuantitatif dengan pembacaan selang dengan menggunakan rumus :
waktu tertentu, masing - masing
æ
v=
ç
Dimana :v = Kecepatan arus (m/dt)
t = Waktu (dt)
s = Jarak (m)
Tipe Pasang Surut
Penentuan tinggi pasang surut ± unsur pasang surut tunggal dengan
dengan cara memancangkan palam amplitudo unsur ± unsur pasang surut
pasut selama 15 hari. Secara ganda. Perbandingan ini dikenal
kuantitatif, tipe pasang surut suatu dengan bilangan formzhal dengan
perairan dapat ditentukan oleh rumus sebagai berikut (Pariwono,
perbandingan antara amplitudo unsur 1988):

F = O1 + K1 / M2 + S2

Keterangan :
F = Bilangan Formzhal
O1 = Aplitudo komponen pasut tunggal yang disebabkan gaya tarik Bulan
K1 = Aplitudo komponen pasut tunggal yang disebabkan gaya tarik Surya
M2 = Aplitudo komponen pasut ganda yang disebabkan gaya tarik Bulan
S2 = Aplitudo komponen pasut ganda yang disebabkan gaya tarik Surya
Dengan demikian jika nilai F berada antara :
< 0, 25 : Pasang Surut Ganda
0,25 ± 1,50 : Pasang Surut Campuran Dominan Ganda
1,50 ± 3,00 : Pasang Surut Campuran Dominan Tunggal
>3,00 : Pasang Surut Tunggal
Rumus menghitung range kedudukan rata ± rata air terendah
pasut atau rata ± rata selisi antara ËÔáÚØ
:MLWL = MSL ± ( 6 )
kedudukan air tinggi dan air rendah
Dimana MSL adalah tinggi
adalah : Range = 2 (M2 + S2)
permukaan air dan selanjutnya untuk
Rumus menghitung Mean
menghitung Mean High Water Level
Low Water Level (MLWL) atau
(MHWL) atau kedudukan rata ± rata
air tertinggi.

Kemiringan Pantai
Kemiringan pantai menggunakan tali sepanjang 30-50
berpengaruh terhadap pecahnya meter ke arah laut dari surut
gelombang di pantai. Pengukuran terendah. Kemudian diukur
kemiringan pantai diukur dengan kedalamannya, lalu dihitung dengan
menggukanan rumus menurut yaitu:
Mardianto dalam Supratman (2014)

C
K= x 100%
L
Keterangan: L = Jarak dari pantai ke arah laut (
K = Kemiringan Pantai (%) 30-50 m ) dari pasang tertinggi
C = Kedalaman (meter) (meter)
Dengan demikian jika nilai K: >8 ± 30% = Miring
0 - 2% = Datar >30 ± 50% = Terjal
>2 ± 8% = Landai >50% = Sangat terjal

Pengolahan Data Citra


Citra yang digunakan dari Geological Survey), data yang telah
landsat 5, 7 dan 8, tahun 2001, 2006, terdapat pada file landsat diolah
2011 dan 2016. Bahan yang dengan M. Exel (mencari nilai
digunakan dalam membuat peta reflaktan dengan memasukkan data
adalah Citra Satelit Landsat dengan MTL dari landsat yang akan diolah)
path 125 row 063. Pengolahan data >> reflaktan >> membuat poligon >>
dilakukan dengan bantuan perangkat membandingkan citra yang terlah
lunak ER ±Mapper 7.0 dan AcrView. diolah >> highlight wate r >>
Tahap pertama citra landsat 5 tahun pembuatan peta dengan
2001 dan 2011, landsat 7 tahun 2006, menggunakan Software Arcview
landsat 8 tahun 2016 didownload kemudian melakukan overlay.
melalui USGS (United States

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kota Bengkulu terdiri dari 7 ¶ ´ ± ž ¶ ´ /LQWDQJ 6HODWDQ


Kecamatan pesisir dari 8 Kecamatan GDQ WHUOHWDN DQWDUD ž ´ ± ž ´
yang ada yaitu: Muara Bangkahulu, dari Garis Equator dengan luas
Sungai Serut, Teluk Segara, Ratu daratan 14.452 ha dengan batas ±
Agung, Ratu Samban, Gading batas sebagai berikut, Batas Utara :
Cempaka dan Kampung Melayu, Kabupaten Bengkulu Utara, Batas
dengan jumlah penduduk Selatan : Kabupaten Bengkulu
keseluruhan sejumlah 360.772 jiwa. Selatan, Batas Timur : Kabupaten
Secara geografis wilayah Kota Bengkulu Utara dan Batas Barat :
%HQJNXOX EHUDGD DQWDUD ž ¶ ´ Samudera Hindia.
± ž ¶ ´ %XMXU 7LPXU GDQ ž

Perubahan Garis Pantai


Perubahan garis pantai adalah sedimen, arus susur (longshore
suatu proses yang berlangsung terus current), tindakan ombak dan
menerus melalui berbagai proses penggunaan tanah (Arief et.al.,
baik pengikisan (abrasi) maupun 2011). Menurut Sasongko (2005),
penambahan (akresi) yang perubahan garis pantai berupa abrasi
diakibatkan oleh pergerakan dan akresi dapat mempengaruhi
keseimbangan ekologi yang pada areal tambak ke arah laut tanpa
gilirannya akan berdampak pada memperhatikan sempadan pantai dan
sektor pariwisata. Proses abrasi dan sebagainya.
akresi yang menyebabkan Akresi Perairan Kota Bengkulu
penambahan lahan nampaknya dapat dilihat pada Tabel 3. Dapat
menguntungkan, tetapi dari segi dilihat setiap tahun pada Perairan
kepariwisataan merugikan karena Pantai Kota Bengkulu mengalami
menurunnya estetika dan amenitas akresi (penambahan daratan). Akresi
perairan pantai. Triatmodjo (2012) paling tinggi terjadi mulai pada tahun
menjelaskan bahwa erosi pantai bisa 2006 sampai tahun 2016. Pada tahun
terjadi secara alami oleh serangan 2001 sampai 2006 akresi pantai 3 ± 6
gelombang atau karena adanya meter, pada tahun 2006 ± 2011 akresi
kegiatan manusia seperti penebangan pantai 22 ± 80 meter dan pada tahun
hutan bakau, pengambilan karang 2011 ± 2016 akresi pantai 13 - 30
pantai, pembangunan pelabuhan atau meter.
bangunan pantai lainnya, perluasan

Tabel 3. Akresi Perairan Kota Bengkulu


Tahun Stasiun Akresi (m)
1 3
2001 ± 2006 2 6
3 4
1 22
2006 ± 2011 2 80
3 8
1 -
2011 ± 2016 2 30
3 13

Gambar 2. Akresi Perairan Pantai Kota Bengkulu


Tabel 4. Abrasi Perairan Kota Bengkulu

Tahun Stasiun Abrasi (m)


1 30
2011 ± 2016 2 4
3 -

Abrasi pada Perairan Kota wilayah pesisir yang sudah di timbun


Bengkulu terjadi pada tahun 2011 ± untuk pembangunan pariwisata.
2016 pada Stasiun 1 dan 2 memiliki Abrasi Perairan Kota Bengkulu dapat
nilai 30 dan 4 m. Pengikisan kembali dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Abrasi Pada Perairan Pantai Kota Bengkulu

Kota Bengkulu merupakan gelombang dan arus yang cukup


ibu kota Provinsi Bengkulu. Kota tinggi. Stasiun 1 merupakan daerah
Bengkulu sebagian besar wilayahnya yang terdapat sedikit aktivitas
merupakan wilayah pesisir pantai, manusia. Stasiun ini sebelumnya
oleh sebab itu Pemerintah Kota direncanakan untuk pembangunan
Bengkulu memanfaatkan kondisi pelabuhan oleh pemerintah Kota
tersebut dengan melakukan Bengkulu, akan tetapi pembangunan
pembangunan terutama pada bidang berhenti karena adanya
pariwisata. Pembanguanan wilayah pendangkalan di daerah tersebut.
pesisir meliputi pariwisata permainan Pada Stasiun 1 akresi terjadi
air, taman Kota, tempat olaraga di pada tahun 2001 ± 2006 sepanjang 3
sekitar wilayah pesisir pantai. Bagian m dan tahun 2006 ± 2011 sepanjang
Barat Kota Bengkulu yang 22 m. Gelombang Stasiun 1 lebih
berbatasan langsung dengan rendah dari pada Stasiun 2 dan 3
Samudera Hindia sehingga memiliki dengan ketinggian 0,45 m dan energi
gelombang 254,016 Nm/m2. Sesuai panjang jarak fetch-nya maka
dengan lemah energi gelombang ketinggian gelombang semakin
pada Stasiun 1 maka pengendapan besar. Angin juga berpengaruh
lebih banyak terjadi pada Stasiun 1 terhadap tinggi gelombang. Semakin
dibandingkan Stasiun lainnya. kuat tiupan angin maka gelombang
Stasiun 1 mempunyai kedalaman yang dihasilkan semakin besar.
perairan 4,5 m diukur dari 50 m dari Pergerakan gelombang pada perairan
pesisir pantai. dangkal akan melambat di bagian
Proses akresi di daratan dapat bawah saat berbatasan dengan dasar
disebabkan oleh areal lahan, perairan. Bagian atas gelombang
limpasan air tawar dengan volume yang tidak bergesekan dengan dasar
yang besar kerena hujan yang perairan akan terus melaju sehingga
berkepanjangan dan proses transpor puncak gelombang semakin tajam
sedimen dari badan sungai menuju dan bagian lembahnya semakin datar
laut. Akresi juga dapat menyebabkan yang disebut fenomena pecah
pendangkalan secara merata ke laut gelombang (Hadikusumah, 2009).
yang lambat laun akan membentuk Stasiun 2 merupakan wilayah
suatu daratan. Proses akresi pantai utama pembangunan pariwisata yang
biasanya terjadi di perairan pantai dibangun oleh Pemerintah Kota
yang banyak memiliki muara sungai Bengkulu. Pembangunan yang
dan energi gelombang yang kecil disertai penimbunan untuk
serta daerah yang bebas terjasi badai membendung air laut menjadi tempat
(Purwandi, 2013) wisata. Wilayah perairan dialih
Menurut Hakim (2012), fungsikan oleh pemerintah menjadi
sebetulnya pantai mempunyai tempat bagi masyarakat sebagai
keseimbangan dinamis yaitu lahan mata pencaharian. Akresi pada
cenderung menyesuaikan bentuk Stasiun 2 tahun 2001 ± 2006
profilnya sedemikian sehingga sepanjang 6 m, tahun 2006 ± 2011
mampu menghancurkan energi sepanjang 80 m dan tahun 2011 ±
gelombang yang datang. Gelombang 2016 sepanjang 30 m. Dapat dilihat
normal yang datang akan mudah dari perbandingan hasil overlay per
dihancurkan oleh mekanisme pantai, 5 tahun terakhir. Akresi yang terjadi
sedang gelombang besar/ badai yang pada tahun 2006 ± 2011 sangat jauh
mempunyai energi besar walaupun berbeda dibandingkan dengan tahun
terjadi dalam waktu singkat akan 2001 ± 2006 dan 2011 ± 2016 .
menimbulkan erosi. Kondisi Kondisi ini dikarenakan proses
berikutnya akan terjadi dua penimbunan lokasi pariwisata di
kemungkinan yaitu pantai kembali Kota Bengkulu mulai terjadi pada
seperti semula oleh gelombang tahun 2006. Proses pembangun
normal atau material terangkut lokasi pariwisata oleh Pemerintah
ketempat lain dan tidak kembali lagi Bengkulu, menyebabkan rata ± rata
sehingga disatu tempat timbul erosi akresi di Perairan Kota Bengkulu
dan di tempat lain akan menjadi lebih tinggi setiap tahunnya
menyebabkan sedimentasi. yaitu mencapai 3,6 m/thn.
Tinggi dan periode Rendahnya perhatian dan
gelombang laut dipengaruhi oleh kepedulian pemerintah dan
fetch yaitu jarak tempuh gelombang masyarakat sekitar menyebabkan
dari awal pembangkitannya. Semakin hilangnya fungsi utama lokasi
periwisata tersebut. Kondisi ini juga pemukiman masyarakat sekitar
perparah dengan barrier yang rusak pesisir yang notabennya berpropesi
kerana kuatnya gelombang pada sebagai nelayan. Dearah ini dulu
perairan Kota Bengkulu. Gelombang merupakan daerah terumbu karang.
Stasiun 2 lebih tinggi daripada Daerah ini mengalami pengrusakan
Stasiun 1 dan 3 yaitu berkisar 0,6 ± akibat aktifitas masyarakat. Kedalam
0, 85. Hal ini menyebabkan peraian pada Stasiun 3 yaitu 4 m
tekikisna barrier ± barrier di sekitar diukur dari 50 m dari pesisir,
pembangunan bendungan. mempunyai tinggi gelombang 0,5 ±
Stasiun 3 juga mengalami hal 0,55 m. Akresi yang terjadi pada
yang sama yaitu penimbunan daerah daerah ini pada tahun 2001 ± 2016
pesisir. Penimbunan pada daerah ini berkisar antara 4 ± 13 m dengan rata
dibuat untuk pemukiman ± ±rata terjadinya akresi 1, 6 m/thn.

Karakteristik Gelombang
Dari hasil pengukuran tinggi Bengkulu berdasarkan perhitungan di
gelombang pada setiap stasiun tiap satasiun dapat dilihat pada tabel
bervariasi. Nilai rata ± rata tinggi 5.
gelombang di perairan pantai Kota

Tabel 5. Hasil Pengukuran Tinggi Gelombang (h)


Stasiun
Ket
1 2 3
Pasang 0,45 m 0,85 m 0,55 m
Surut 0,4 m 0,6 m 0,5 m
Rata ± rata 0,42 m 0,72 m 0,52 m

Tipe Pasang Surut


Pasang surut yang di lakukan 09.00 WIB dapat di lihat pada Tabel
selama 15 hari pada tanggal 10 ± 25 4 menggunakan rumus British
Mei 2016 yang dimulai pada pukul Admiralty dalam Supratman (2014).

Tabel 5. Konstanta Harmonik Pasang Surut Di Perairan Pantai Kota


Bengkulu
So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4

A cm 72,6 30,7 9,3 6,6 2,1 22,2 6,6 7,3 0,8 0,3
g -122 323 -13 323 236 -382 236 -518 -162

F = 0,72151
Tipe pasang sutur Pantai Kota terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut
Bengkulu pada tabel 5 dapat dilihat F dengan memiliki tinggi dan waktu
= 0,72151 bahwa tipe pasang surut yang berbeda.
Pantai Kota Bengkulu bertipe Untuk melihat fluktasi pasang
campuran dominan ganda. Tipe surut diatas dapat dilihat kedalam
pasang surut campuran dominan gambar 4 berikut :
ganda merupakan pasang surut yang
150

100

50

199
109
127
145
163
181

217
235
253
271
289
307
325
343
1
19
37
55
73
91
Gambar 4. Kurva Elevasi Pasang Surut di Perairan Pantai Kota Bengkulu.

Kemiringan Pantai
Pengukuran kemiringan berkisar 0,045 %, stasiun 2 berkisar
pantai dilakukan untuk mengetahui 0,06 dan pada stasiun 3 berkisar
jenis pantai dan penyebab 0,04. Pada pengukuran kemiringan
terbentuknya pantai. Pantai Kota pantai diukur 50 meter dari tepian
Bengkulu memiliki jenis pantai yang pantai. Kedalaman Pantai Kota
datar kerena memiliki kemiringan Bengkulu dapat dilihat pada gambar
pantai berkisar antara 0 ± 2 %. 5.
kemiringan pantai pada stasiun 1

Gambar 5. Kedalaman Perairan Kota Bengkulu

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian 2001 ± 2016 berkisar antara 22 ± 80
yang dilakukan pada perairan Pantai m. Setiap tahunnya mengalami akresi
Kota Bengkulu dapat disimpulkan 3,6 m. Luas akresi yang tertinggi
pada Perairan Kota Bengkulu hampir yang terjadi pada daerah pariwisata
setiap tahunnya mengalami akresi yaitu 2.430 m2 dan abresi terjadi
(penambahan daratan). Akresi pada pada daerah yang sedikit aktivitas
Perairan Kota Bengkulu dari tahun manusia yaitu 63 m2. Tinggi
gelombang tertinggi berada pada yaitu berkisar 0,3 ± 0,32 m/dt.
daerah yang merupakan lokasi Kekeruhan air laut berkisar 0,336
pariwisata dengan tinggi gelombang NTU - 4,08 NTU perairan yang
berkisar antara 0,6 ± 0,85 m memiliki tingkat kekeruhan tertinggi
sedangkan gelombang terendah ditemukan pada daerah sedikitnya
berada pada daerah pemukiman yang aktivitas manusia. Perairan Kota
juga masih aktif tempat berlabuhnya Bengkulu mempunyai kemiringan
kapal-kapal nelayan. pantai > 0 ± 2 % dengan kedalaman
Kecepatan arus pada saat berkisar 4 ± 6 m diukur jarak 50 m
pasang dan saat surut tidak dari tepi pantai.
memperlihatkan fluktasi yang tinggi

Saran
Penelitian ini merupakan dilakukan penelitian lanjutan dengan
studi yang penting dalam memberi pengukuran perubahan garis pantai
gambaran mengenai perubahan garis secara langsung dilapangan untuk
pantai di Perairan Kota Bengkulu, mendapatkan validasi data yang
oleh karena itu disarankan untuk sebenarnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat memberikan arahan dan bimbingan


Allah SWT yang telah melimpahkan pada penulis serta kepada semua
rahmat dan karunia-Nya. Penulis pihak yang telah membantu penulis
mengucapkan terima kasih kepada dalam pengumpulan data, penelitian
Bapak Dr. Syahril Nedi, M.Si, M.Sc dan penganalisaan yang diperlukan
selaku pembimbing I, dan Bapak Ir. dalam penelitian ini.
Musrifin Ghalib, M.Sc selaku
pembimbing II yang telah

DAFTAR PUSTAKA
Arief, M., Winarso, G., dan Prayogo, Hadikusumah. 2009. Karakteristik
T. 2011. Kajian Perubahan gelombang dan arus di
Garis Pantai Menggunakan Eretan, Indramayu. Makara
Data Satelit Landsat di Sains XIII (2): 163-172
Kabupaten Kendal. Jurnal
Penginderaan Jauh Vol.8. Hakim. 2012. Efektifitas
Jakarta: LAPAN. Penanggulangan Abrasi
Menggunakan Bangunan
Fajri, F. 2013. Studi Abrasi Pantai Pantai di Pesisir kota
Padang Kota Padang Provinsi Semarang.
Sumatera Barat. Skripsi. Ilmu http://eprints.undip.ac.id/. [ 3
Kelautan. Fakultas Perikanan maret 2016]
dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau.
Pariwono, J.L. 1988. Kondisi Arsitektur Vol. 3 No. 1 Juli
oseanografi perairan pesisir 2005. Institut Teknologi
lampung, Proyek pesisir Nasional. Malang.
publication, techical report
(Te-99/12-1) Coastal research Supratman, B. 2014. Study
center. Universitas of rhode Oseonografi Perairan Pulau
island. Jakarta. Indonesia. Topang Kecamatan Rangsang
Kabupaten Kepulauan
Sasongko, I. 2005. Pembentukan Meranti Provinsi Riau.
Struktur Ruang Skripsi. Ilmu Kelautan.
Permukiman Berbasis Fakultas Perikanan dan Ilmu
Budaya (Studi Kasus: Desa Kelautan.
PuyungLombok Tengah).
Journal Dimensi Tekinik Triatmodjo, 2012. Teknik Pantai,
Beta Offset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai