Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Sainsmat, Maret 2015, Halaman 14-27 Vol. IV, No.

1
ISSN 2086-6755
http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat

Tipe Gelombang dan Pasang Surut di Perairan Pulau


Dutungan Kabupaten Barru Sulawesi Selatan
Type Of Tidal Waves In Island Dutungan Barru District South
Sulawesi
Hasriyanti*

Jurusan Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Makassar. Jl. Dg. Tata Raya, Makassar

Received 15th October 2014 / Accepted 12th November 2014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik gelombang dan pasang surut
di perairan Pulau Dutungan Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Lingkup penelitian
meliputi pengukuran parameter fisika oseanografi berupa pengukuran gelombang dan
pasang surut. Dan data sekunder, berupa data pembanding seperti Peta LPI (Lingkungan
Pantai Indonesia) dengan skala 1: 50.000, lembar 2010-2 dan 3, tahun 1993, Bakosurtanal,
Edisi I (1993) dan Peta RBI sheet Barru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil
perhitungan MSL (menggunakan rumus MSL) diperoleh nilai MSL pasut di perairan pulau
Dutungan sebesar 183,52 cm, sedangkan pasang tertingginya sebesar 242 cm dan pasang
terendahnya sebesar 141,5 cm. Dari hasil pengamatan pasut dapat diketahui tipe atau jenis
pasut yang terdapat di Pulau Dutungan adalah pasang surut tipe campuran condong ke
harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal) dalam satu hari terjadi satu kali air pasang
dan satu kali air surut tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.

Kata kunci: Gelombang, Pasang Surut, Pulau Dutungan

ABSTRACT

This study aims to determine the characteristics of wave and tidal waters Barru
Dutungan Island South Sulawesi. The scope of the study includes measurements of
physical oceanographic parameters such as wave and tidal measurements. And secondary
data, in the form of comparative data such as map LPI (Indonesian Coastal Environment)
with a scale of 1: 50,000, sheet 2010-2 and 3, 1993, Bakosurtanal, first edition (1993) and
RBI Map Barru sheet. The results showed that the results of the MSL calculation (using the

*Korespondensi:
email: yantisakijo@yahoo.com

14
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru

formula MSL) MSL values obtained in the tidal waters of the island Dutungan of 183.52
cm, while the highest tide of 242 cm and 141.5 cm at the lowest tide. From the results of
tidal observations can identify type or types of tidal contained in Dutungan Island is tidal
mixed type single-leaning daily (diurnal prevailing tide mixed) in one day happen once the
tide and one low tide but sometimes temporarily occurs twice ups and downs twice the
height and period of very different.

Key words: Wave, Tidal Wave, Dutungan Island

PENDAHULUAN dan Pesisir, oleh Menteri Permukiman dan


Prasarana Wilayah (2003), Kota Makassar
Indonesia mempunyai garis pantai dan kota-kota lainnya di pesisir pantai barat
dengan panjang 80.791 km dan merupakan Sulawesi Selaan merupakan pantai di
kawasan dengan penduduk mayoritas Indonesia yang diperkirakan potensial
bermukim di pesisir pantai. Di daerah terkena dampak kenaikan muka air laut
pesisir pantai ini pula tempat kegiatan akibat dampak dari aktivitas pasang surut
ekonomi yang strategis berkembang, dan gelombang.
terlihat dari banyaknya prasarana kota, Gelombang/ombak yang terjadi di
pelayanan jasa, perikanan serta kegiatan lautan dapat diklasifikasikan menjadi
industri. Karakteristik gelombang dan beberapa macam tergantung kepada gaya
pasang surut juga turut dipengaruhi oleh pembangkitnya. Pembangkit gelombang
arah angin di perairan Selat Makassar saat laut dapat disebabkan oleh: angin
Musim Barat (MB) datang dari barat–barat (gelombang angin), gaya tarik menarik
laut, saat Musim Peralihan Satu (MPI) bumi-bulan-matahari (gelombang pasang-
datang dari timur laut dan saat Musim surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di
Timur (MT) datang dari timur–tenggara. dasar laut (gelombang tsunami), ataupun
Kekuatan angin dan gelombang pada MB gelombang yang disebabkan oleh gerakan
dan MT di perairan Selat Makassar akan kapal. Gelombang yang sehari-hari terjadi
menghasilkan lapisan turbulen atau lapisan dan diperhitungkan dalam bidang teknik
tercampur (mixed layer). pantai adalah gelombang angin dan pasang-
Hasil pengukuran tinggi pasang surut surut (pasut). Gelombang dapat membentuk
di wilayah laut pesisir daerah Indonesia dan merusak pantai dan berpengaruh pada
memiliki pasang surut cukup tinggi. Dari bangunan-bangunan pantai. Energi
beberapa wilayah lepas laut pesisir gelombang akan membangkitkan arus dan
Indonesia yang memiliki pasang surut mempengaruhi pergerakan sedimen dalam
cukup tinggi antara lain wilayah laut di arah tegak lurus pantai (cross-shore) dan
Timur Riau, laut dan muara sungai antara sejajar pantai (longshore). Pada
Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan perencanaan teknis bidang teknik pantai,
selat di sekitar pulau Madura, pesisir gelombang merupakan faktor utama yang
Kalimantan Timur, dan muara sungai di diperhitungkan karena akan menyebabkan
selatan pulau Papua (muara sungai Digul) gaya-gaya yang bekerja pada bangunan
(Sumotarto, 2003). pantai.
Artikel dari Tinjauan Aspek Penataan
Ruang Dalam Pengelolaan Wilayah Laut

15
Hasriyanti (2015)

Kondisi arus secara umum akan pengamatan dari suatu penelitian yang
homogen tergantung kepada kondisi dapat diukur atau dianalisis.
batimetri dan morfologi garis pantai. Adapun variabel dalam penelitian ini
Apabila muka laut mendapatkan tekanan meliputi :
angin (wind stress), terbentuklah tinggi 1. Gelombang
gelombang dan selanjutnya arus permukaan 2. Pasang Surut
terbentuk. Jika tinggi gelombang kuat, B. Jenis Data
maka kecepatan arus berubah membesar Jenis data yang dipergunakan dalam
dan terbentuklah longshore current yang penelitian ini ada dua, yaitu :
kuat, yang mengakibatkan sedikit demi 1. Data primer, yaitu data yang langsung
sedikit pantai tersebut akan terjadi abrasi. diperoleh dari lapangan berupa hasil
Penentu adanya abrasi selain oleh pengukuran, yakni data langsung
gelombang dan arus, juga ditentukan pula berupa data gelombang dan data pasang
oleh kondisi batimetri yang tidak stabil surut dari 12 titik pengukuran, seperti
(Horikawa). yang terlihat pada gambar 1.
Selat Makassar merupakan salah satu 2. Data sekunder, berupa data pembanding
wilayah yang ada di Indonesia yang seperti :
mencakup lebih dari 120 pulau kecil. Fakta a. Peta LPI (Lingkungan Pantai
tersebut menjadikan perairan selat Indonesia) dengan skala 1 : 50.000,
Makassar memiliki berbagai kawasan lembar 2010-2 dan 3, tahun 1993,
wisata pesisir. Kondisi tersebut mendukung Bakosurtanal, Edisi I (1993).
perlunya mengetahui berbagai karakteristik b. Peta RBI sheet Barru.
aspek fisika oseanografi yang berada di C. Alat dan Bahan
kepulauan Sangkarang yang berbatasan Alat dan bahan yang digunakan
langsung dengan Selat Makassar, yang dalam penelitian ini adalah Peta Rupa
berguna untuk mengetahui keseauaian Bumi dan lingkungan pantai Indonesia
lahan wisata pantai dan bahari ke depannya lokasi praktek skala 1 : 50.000, Global
sebagai destinasi wisata. Peneliti kemudian Posisioning system (GPS), Tiang Skala,
melakukan penelitian di salah satu pulau Stop Watch, jam tangan, tali rapiah (nylon),
yakni pulau Dutungan. Tujuan penelitian roll meter, alat tulis menulis, kamera
ini adalah: menentukan karakteristik (handycam), perahu, dan kertas grafik.
gelombang dan pasang surut di perairan D. Teknik Pengambilan Data
Pulau Dutungan Kabupaten Barru Sulawesi 1. Pasang surut
Selatan. a. Menetukan lokasi yang presentatif
untuk pemasangan tiang pasut (tiang
METODE skala) mencatat posisinya.
b. Memasang tiang pasut pada daerah
A. Variabel Penelitian
yang diperkirakan tetap tergenang air
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
apabila terjadi surut, jika lokasi tersebut
disimpulkan bahwa variabel merupakan
kering pada saat surut maka perlu
suatu obyek yang menjadi pusat
memasang rambu pasut yang lain pada
daerah yang tergenang air (perlu diingat

16
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru

untuk mengukur beda tinggi antara (pengukuran priode jangka pendek),


tiang pasut pertama dan rambu pasut ke yang dimulai pada pukul 00.00 waktu
dua). setempat.
c. Mencatat tinggi muka air dengan
interval 1 jam selama 39 jam

Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Pulau Dutungan

Gambar 2. Pengukuran Pasang Surut

17
Hasriyanti (2015)

2. Gelombang tinggi muka air saat puncak dan saat


a. Menentukan stasiun data gelombang lembah dengan menggunakan tiang
dengan mengacuh pada keterwakilan gelombang (tiang skala). Selisih
lokasi praktek (refresentatif) dan puncak dengan lembah merupakan
mencatat tiap titik lokasi. tinggi gelombang. Jumlah
b. Melakukan pengukuran gelombang pengukuran puncak dan lembah yaitu
pada tiap lokasi yang telah ditentukan 50 kali (puncak dan lembah) dan
(gelombang sebelum pecah) meliputi waktunya disesuaikan sampai
: tinggi gelombang, waktu mencapai 50 kali (puncak dan
pengukuran, lama pengukuran, arah lembah). Pengukuran gelombang ini
dating dan arah garis pantai dari dilakukan pada saat pagi, siang, sore
gelombang. hari.
c. Untuk pengukuran tinggi gelombang
dilakukan dengan cara mengukur

Gambar 3. Pengukuran gelombang

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Cara pengolahan dan analisis data parameter oceanografi dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Pasang Surut
a. Data pasang surut yang telah diperoleh selama periode 37 jam pengamatan
(periode jangka pendek), nilainya pada tiap-tiap jam dikalikan dengan faktor
pengali untuk mendapatkan nilai muka air pada tiap jamnya.
b. Untuk mendapatkan nilai Mean Sea Level (MSL) tahu maka air rata-rata
digunakan rumus persamaan empiris sebagai berikut :

MSL = ∑
; MSL=Tinggi Muka Air Rata-Rata
c. Nilai muka air pada setiap jam yang telah diperoleh kemudian di plot pada
kertas grafik.
d. Berdasarkan hasil grafik yang diperoleh, tentukan tipe pasang surut yang
terbentuk.

18
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru

2. Gelombang
Tinggi Gelombang : H = Puncak-Lembah

Tinggi Gelombang Rata-Rata : H=
Periode Gelombang : T = t/N
Panjang Gelombang : L = 1.56 × T
/

Tinggi Gelombang Signifikan :H = /
.
Tinggi Gelombang Pecah : Hb = H 1/3 ( ) .
H 1/3

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan Letak Titik Pengamatan


Pulau ini terletak pada 5°7’26,5”-507’33,4” LS dan 119020’33,3”-119020’38,6” BT,
dengan luas 450 ha, yang berjarak  500m dari arah pesisir Kabupaten Barru. Lokasi dapat
dijangkau dengan menggunakan kapal motor dengan waktu tempuh antara 1-5 menit dari
daratan, setelah menempuh perjalanan selama 2-3 jam dari Kota Makassar. Titik
pengamatan dibagi atas dua belas (12) titik pengamatan yang mewakili area sekeliling
pulau.
B. Hasil
1. Pasang surut
Tabel 1. Kondisi Pasang Surut Pulau Dutungan
Posisi
Hmax Hmin ∑HiCi MSL (cm)
Lintang Bujur
119020’33,3”-
507’26,5”-507’33,4” LS 242 141,5 7524.5 183.5244
119020’38,6” BT

.
MSL = = 183.5244 cm
2. Gelombang
Tabel 2. Kondisi Gelombang Pulau Dutungan
Posisi
Titik Waktu T L H1/3 Hb Hu
Lintang Bujur
Pagi 04o10’43,7” 119o37’14,1” 2,4 6,92 74,41 3,67 3,37 33
I Siang 04o10’43,7” 119o37’14,1” 3,55 4,62 33,29 5,15 1,70 67
Sore 04°10’43,7” 119°37’14,1” 5.62 3,6 20,22 8,82 7,50 150
Pagi 04o10’43,5” 119o 37’ 8,1” 5,63 7,50 87,75 11,60 9,86 58
II Siang 04o10’43,5” 119o 37’ 8,1” 20,94 3,6 20,22 24,47 13,21 416
Sore 04°10’43,5” 119°37’8,1” 7,86 2,73 11,62 9,45 5,58 208
Pagi 05o10’52,0” 119o 37’ 2,8” 5,98 3,6 20,22 7,94 5,40 135
III Siang 05o10’52,0” 119o 37’ 2,8” 12,05 4,62 11,25 16 8,48 208
Sore 05°10’52” 119°37’2,8” 21,83 7,83 95,63 34,25 23,63 274
Pagi 04o10’55,7” 119o 37’ 5,9” 6,52 4,09 26,10 9,53 6,58 143
IV Siang 04o10’55,7” 119o 37’ 5,9” 3,46 6,43 64,49 6 6,3 54
Sore 04°10’55,7” 119°37’5,9” 28,77 6 56,16 30 19,20 300

19
Hasriyanti (2015)

300
290
280
270
260
250
240
230
220
210
200
190
Tinggi Muka Air

180
170
160
150
140
130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
00.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
00.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
Gambar 4. Grafik Pasang Surut Perairan Pulau Dutungan Tahun 2014

Grafik tersebut dapat dibandingkan dengan grafik Pasang Surut Pulau Dutungan 5
tahun terakhir yakni pada tahun 2010 dan data grafik pasang data BMG Stasiun Paotere.
Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 5, 6, 7 berikut.

180

160

140

120
Tinggi (Cm)

100

80

60

40

20

0
15:00

16:00

17:00

18:00

19:00

20:00

21:00

22:00

23:00

10:00

11:00

12:00

13:00

14:00

15:00
0:00

1:00

2:00

3:00

4:00

5:00

6:00

7:00

8:00

9:00

Waktu

Gambar 5. Grafik Pasang Surut Perairan Pulau Dutungan Tahun 2013

20
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru

Gambar 6. Grafik Pasang Surut Data BMG Stasiun Paotere Tahun 2011

Gambar 7. Grafik Pasang Surut Data BMG Stasiun Paotere Tahun 2010

21
Hasriyanti (2015)

C. Pembahasan Jenis dan sifat pasang surut di


1. Pasang Surut permukaan bumi sangat bervariasi, hal ini
Pasang surut laut merupakan hasil dari disebabkan karena faktor topografi yang
gaya tarik gravitasi bumi dan efek bervariasi, terutama didaerah kepulauan
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dengan selat-selat yang sempit dan terjal
dorongan kea rah luar pusat rotasi. akan nampak suatu pasang surut yang
Gravitasi bervariasi secara lansung dengan berada di laut lepas. Pasang tertinggi dan
massa tetapi berbanding terbalik terhadap surut terendah dari kedudukan air terjadi
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil pada bulan purnama dan bulan baru, pasang
dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan yang ditimbulkannya disebut pasang
dua kali lebih besar dari pada gaya tarik purnama, hal ini disebabkan karena pada
matahari dalam membangkitkan pasang kondisi bumi, bulan dan matahari berada
surut laut karena jarak bulan lebih dekat pada satu garis lurus. Sedangkan pasang
daripada jarak matahari ke bumi. Gaya dan surut terendah terjadi pada bulan
tarik gravitasi menarik air laut kearah bulan seperempat dan tiga per empat. Pada
dan matahari dan menghasilkan dua kondisi ini kedudukan bulan dan matahari
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional terhadap bumi saling tegak lurus, sehingga
di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut gaya tarik diantaranya akan saling
ditentukan oleh deklinasi, sudut antara menghalangi dan peristiwa ini di sebut
sumbu rotasi bumidan bidang orbital bulan pasang perbani (Kramadibrata, 1985).
dan matahari. Pada umumnya, data pasut digunakan
Evans dan Hutabarat (1984), untuk menetapkan kegiatan patok titik ikat
menyatakan bahwa pasang terutama (datum referensi) dalam rangka pembuatan
disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik topografi dan kedalaman. Datum referensi
antara dua tenaga yang terjadi dilautan, pasut yaitu MSL (Mean Sea Level) atau
yang berasal dari gaya sentrifugal yang muka laut rata-rata (Ongkosongo, 1989).
disebabkan oleh perputaran bumi pada Berdasarkan data pengukuran pasang
sumbunya dan gaya gravitasi yang berasal surut dilapangan hasil pengamatan pukul
dari bulan. Gaya sentrifugal adalah suatu 14.00 sampai 06.00 WITA selama 41 jam
tenaga yang didesak ke arah luar dari pusat menunjukkan pasang surut tertinggi terjadi
bumi yang besarnya lebih kurang sama pada pukul 17.00 WITA pada hari Minggu
dengan tenaga yang ditarik kepermukaan yaitu sebesar 242 cm. Hal ini terjadi karena
bumi. Gaya ini lebih kuat terjadi pada pada waktu tersebut posisi bulan bumi dan
daerah-daerah yang letaknya lebih dekat matahari berada pada satu garis lurus
dengan bulan. Sedangkan gaya lain yang sehingga menyebabkan pasang tertinggi
berpengaruh terhadap pasang adalah gaya pada waktu tersebut, selain itu variasi
tarik gravitasi matahari, walaupun tenaga pasang surut juga disebabkan karena faktor
yang ditimbulkan terhadap lautan hanya topografi yang bervariasi. Sedangkan
berkisar 47 % dari tenaga yang dihasilkan pasang surut terendah yaitu terjadi pada
oleh gaya gravitasi bulan. pukul 08.00 WITA pada hari Minggu yaitu
sebesar 141,5 cm. Hal tersebut terjadi

22
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru

karena pada waktu itu tidak ada pengaruh dapat diramalkan. Pasang surut juga sangat
dari angin sehingga menyebabkan mempengaruhi kehidupan organisme laut,
ketinggian dari pasut tersebut rendah, terutama pada daerah intertidal dandaerah
selain itu juga pada waktu tersebut posisi litoral. Dengan adanya pasang surut,
antara bulan, bumi dan matahari organisme-organisme memiliki strategi
membentuk sudut 90° sehingga pada saat ekologi sendiri-sendiri untuk bisa bertahan
itu gaya tarik gravitasi matahari bersifat hidup. Disamping itu, pasang surut sangat
melemahkan gaya gravitasi bulan. mempengaruhi ekosistem mangrove yang
Sedangkan dari hasil pengamatan pada merupakan pilar pertahanan alam utama
pasang surut utama diperoleh MSL (Mean pada daerah pesisir dari ancaman badai,
Sea Level). erosi dan lain-lain.
Dari hasil perhitungan MSL 2. Gelombang
(menggunakan rumus MSL) diperoleh nilai Gelombang adalah gerakan naik turun
MSL pasut di perairan pulau Dutungan sebuah tubuh perairan yang dinyatakan
sebesar 183,52 cm, sedangkan pasang dengan naik turunnya permukaan air secara
tertingginya sebesar 242 cm dan pasang bergantian. Sedangkan ombak adalah suatu
terendahnya sebesar 141,5 cm. Dari hasil gangguan yang bergerak melalui air tetapi
pengamatan pasut dapat diketahui tipe atau tidak menyebabkan partikel-partikel air
jenis pasut yang terdapat di Pulau bergerak karenanya (Setiyono, 1996).
Dutungan adalah pasang surut tipe Setiap gelombang mempunyai tiga
campuran condong ke harian tunggal unsur yang penting yakni panjang, tinggi
(mixed tide prevailing diurnal) dalam satu dan periode. Panjang gelombang adalah
hari terjadi satu kali air pasang dan satu jarak mendatar antara dua puncak yang
kali air surut tetapi kadang-kadang untuk berurutan, tinggi gelombang adalah jarak
sementara waktu terjadi dua kali pasang vertikal antara puncak dan lembah,
dan dua kali surut dengan tinggi dan sedangkan periode adalah waktu yang
periode yang sangat berbeda. diperlukan oleh dua puncak yang berurutan
Data pasang surut yang diperoleh dari untuk melalui suatu titik (Nontji, 1987).
Pelabuhan Sukarno Makassar, bahwa Gelombang di laut dapat dibedakan
kisaran pasang surut di perairan Selat menjadi beberapa macam tergantung pada
Makassar selama kurun waktu 5 (lima) gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut
tahun terakhir yakni tahun 2010-2015, adalah gelombang angin yang dibangkitkan
tidak lebih dari 1 meter, lama waktu air oleh tiupan angin di permukaan laut,
menggenangi daerah pantai adalah berkisar gelombang pasang surut dibangkitkan oleh
8 – 16 jam. Pasang surut ini banyak gaya tarik benda-benda langit terutama
terdapat di perairan Indonesia Timur matahari dan bulan terhadap bumi,
(Triatmodjo, 1999). gelombang tsunami terjadi karena letusan
Pengetahuan tentang pasang surut gunung berapi atau gempa di laut,
sangat diperlukan dalam transportasi laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal
kegiatan di pelabuhan, pembangunan di yang bergerak dan sebagainya
daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena (Triatdmodjo, 1999).
sifat pasang surut yang periodik, maka ia

23
Hasriyanti (2015)

Gelombang sebagian ditimbulkan oleh Proses terjadi dan sampainya ombak di


dorongan angin diatas permukaan laut dan pantai pada dasarnya sangat dipengaruhi
sebagian lagi oleh tekanan tanggensial pada oleh angin. Angin permukaan tersebut
partikel air. Angin yang bertiup adalah faktor utama dalam pembentukan
dipermukaan laut mula-mula menimbulkan ombak sehingga besar dan arah ombak
riak gelombang (ripples). Jika kemudian yang menuju ke pantai berkaitan dengan
angin berhenti bertiup maka riak besar dan arah angin.
gelombang akan hilang dan permukaan laut Hasil pengukuran menunjukkan
merata kembali. Tetapi jika angin bertiup bahwa, rata-rata tinggi gelombang disekitar
lama maka riak gelombang akan hilang dan Dermaga Pulau Dutungan rata-rata pada
prmukaan gelombang merata kembali. pagi, siang, dan sore hari adalah sebesar
Tetapi angin ini bertiup lama maka riak 5,13 cm, 10 cm, dan 16,02 cm. Tinggi
gelombang membesar terus walaupun gelombang tertinggi didapatkan pada
kemudian anginya berhenti bertiup. Setelah stasiun 4 yaitu sebesar 4,09 cm, sedangkan
meninggalkan daerah asal bermula tiupan tinggi gelombang terendah didapatkan pada
angin, maka gelombang merata menjadi stasiun 1 yaitu sebesar 2,4 cm. Pada siang
ombak. hari, tinggi gelombang tertinggi didapatkan
Gelombang selalu menunjukkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 20,94 cm,
sebuah ayunan air yang bergerak tanpa sedangkan tinggi gelombang terendah
henti-henti pada lapisan permukaan laut didapatkan pada stasiun 4 yaitu sebesar
dan jarak dalam keadaan sama sekali diam. 3,46 cm. Pada sore hari, tinggi gelombang
Hembusan sepoi-sepoi menimbulkan pada tertinggi didapatkan pada stasiun 4 yaitu
cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup sebesar 28,77 cm, sedangkan tinggi
untuk dapat menimbulkan riak gelombang. gelombang terendah didapatkan pada
Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi stasiun 1 yaitu sebesar 5,62 cm. Hal ini
badai yang besar dapat menimbulkan suatu dikarenakan adanya daratan utama yang
gelombang besar yang dapat menghalangi pergerakan massa air.
mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada Hasil dari ketiga waktu pengambilan
kapal-kapal atau daerah-daerah pantai data diketahui bahwa antara pagi dan siang
(Hutabarat,1985). hari kondisi gelombangnya tidak jauh
Secara geografis wilayah perairan berbeda, hal ini karena kecepatan angin
Sangkarang umumnya dan pulau Dutungan yang bertiup pada kedua waktu tersebut
khususnya merupakan wilayah yang cenderung sama. Lain halnya dengan
berhadapan langsung dengan selat kondisi gelombang pada sore hari dimana
Makassar, sehingga akan mudah untuk diperoleh gelombang paling tinggi bila
dihempas gelombang yang dibangkitkan dibandingkan dengan pengukuran
oleh angin yang berhembus dari selat gelombang pada pagi dan siang hari. Hal
Makassar terutama dari arah Barat, dan ini juga dipengaruhi oleh perbedaan
otomatis pola gelombang di perairan selat kecepatan angin.
Makassar akan mempengaruhi pola Stasiun 1 pada pagi hari, tinggi
gelombang (ombak) di perairan sekitar gelombang signifikannya adalah 3,67 cm
pantai pulau Dutungana. dan tinggi gelombang pecah sebesar 3,37

24
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru

cm. Pada siang hari tinggi gelombang pada malam hari. Selain itu, bentuk
signifikannya adalah 5,15 cm dengan tinggi topografi dasar perairan juga sangat
gelombang pecah sebesar 1,70 cm. menentukan tinggi gelombang air laut yang
Sedangkan pada sore hari tinggi gelombang terbentuk.
signifikannya adalah 8,82 cm dengan tinggi Secara umum ombak di sekitar lokasi
gelombang pecah sebesar 7,50 cm. penelitian diakibatkan oleh angin yang
Pengukuran pada stasiun 2, tinggi bertiup di permukaan, dimana saat
gelombang signifikannya adalah 11,60 cm pengukuran dilakukan, angin yang bertiup
dan tinggi gelombang pecah sebesar 9,86 tidak begitu kuat yang menyebabkan tinggi
cm pada pagi hari. Pada siang hari tinggi ombak tidak besar. Selain itu, topografi
gelombang signifikannya adalah 24,47 cm dasar pantai yang datar menyebabkan
dengan tinggi gelombang pecah sebesar ombak yang datang mengalami
13,21 cm. Sedangkan pada sore hari tinggi pembuyaran yang berakibat pada tinggi
gelombang signifikannya adalah 9,45 cm serta arah ombak dimana tinggi ombak
dengan tinggi gelombang sebesar 5,58 cm. yang mendekati pantai relatif menjadi
Pengukuran pada stasiun 3, tinggi kecil, serta arah ombak menjadi bervariasi.
gelombang signifikannya adalah 47,94 cm Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
dan tinggi gelombang pecah sebesar 5,40 gelombang/ombak di sekitar perairan pulau
cm pada pagi hari. Pada siang hari tinggi Dutungan tergolong sedang – tenang. Ini
gelombang signifikannya adalah 16 cm menunjukkan bahwa ditinjau dari tinggi
dengan tinggi gelombang pecah sebesar ombak, pulau Dutungan memungkinkan
8,48 cm. Sedangkan pada sore hari tinggi untuk dijadikan sebagai lokasi wisata
gelombang signifikannya adalah 34,25 cm pantai, sebagaimana dikatakan oleh Purbani
dengan tinggi gelombang sebesar 23,63 cm. (1998), bahwa lokasi perairan dengan
Pengukuran pada stasiun 4, tinggi gelombang laut yang tenang (kecepatan
gelombang signifikannya adalah 9,53 cm arus < 0,20 meter) merupakan daerah yang
dan tinggi gelombang pecah sebesar 6,58 sesuai untuk dijadikan tempat wisata
cm pada pagi hari. Pada siang hari tinggi pantai.
gelombang signifikannya adalah 6 cm
dengan tinggi gelombang pecah sebesar 6,3 KESIMPULAN DAN SARAN
cm. Sedangkan pada sore hari tinggi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gelombang signifikannya adalah 30 cm
tipe atau jenis pasut yang terdapat di Pulau
dengan tinggi gelombang sebesar 19,20 cm.
Dutungan adalah pasang surut tipe
Tinggi gelombang signifikan dan
campuran condong ke harian tunggal
tinggi gelombang pecah yang paling tinggi
(mixed tide prevailing diurnal) dalam satu
rata-rata terjadi pada sore hari. Hal ini
hari terjadi satu kali air pasang dan satu
disebabkan oleh faktor angin yang
kali air surut tetapi kadang-kadang untuk
berhembus dengan kecepatan yang lebih
sementara waktu terjadi dua kali pasang
besar yang menjadi pembangkit
dan dua kali surut dengan tinggi dan
gelombang, serta adanya pasang surut air
periode yang sangat berbeda. Tinggi
laut. Gelombang menjadi lebih tinggi
gelombang signifikan (47,94 cm) dan
ketika permukaan laut menuju pasang naik

25
Hasriyanti (2015)

tinggi gelombang pecah (9,86 cm) yang Hasriyanti. 2010. Kesesuaian Lahan Wisata
paling tinggi rata-rata terjadi pada sore hari. Pantai Melalui Parameter Oseanografi
Hal ini disebabkan oleh faktor angin yang Fisika di Pulau Samalona Makassar
berhembus dengan kecepatan yang lebih Sulawesi Selatan. Jurnal MIPA dan
Pembelajarannya. 5(3).
besar yang menjadi pembangkit
Hasriyanti dan Hallaf A. 2012. Penuntun
gelombang, serta adanya pasang surut air
Praktikum: Analisis Jenis Butir Sedimen
laut. Gelombang menjadi lebih tinggi Dasar Laut. Makassar: Jurusan Geografi
ketika permukaan laut menuju pasang naik FMIPA Universitas Negeri Makassar.
pada malam hari. Selain itu, bentuk Hutabarat S dan Stewart M, Evans. 1984.
topografi dasar perairan juga sangat Pengantar Oseanografi. Jakarta:
menentukan tinggi gelombang air laut yang Universitas Indonesia Press.
terbentuk. Berdasarkan hasil penelitian Hutabarat, Sahala dan Evans. 2000. Pengantar
tersebut, diharapkan dapat menjadi Oseanografi. Jakarta: Penerbit Universitas
rekomendasi bagi pengambil kebijakan Indonesia.
untuk lebih mengembangkan potensi pulau James WN. 1992. Biologi Laut Suatu
Pendekatan Ekologi. Jakarta: Djambatan.
Dutungan sebagai daerah tujuan wisata
Kramadibrata S. 1985. Perencanaan
pantai dan wisata bahari di salah satu
Pelabuhan. Bandung: Ganesa Exact.
kepulauan di gugusan Kepulauan Horikawa K (Ed.). 1988. Nearshore Dynamics
Sangkaran Kabupaten Barru. and Coastal Process. Theory,
measurement and predictive model.
DAFTAR PUSTAKA Tokyo: University of Tokyo Press.
Wyrtki K. 1961. Naga Report 2. Scripps Inst.
Afrianto dan Liviawati, 1989. Beberapa
of Oceanogr. 195.
Metode Budidaya Ikan. Penerbit
Nontji A, 1987. Laut Nusantara. Jakarta:
Kanisius.Yogyakarta.
Djambatan.
Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 1996.
Nybakken JW. 1992. Biologi Laut; Suatu
Pengelolaan SumberdayaWilayah Pesisir
Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT.
dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Pradnya Paramitha.
Ongkosongo dan Suyarso, 1989. Pasang Surut.
Gossary B. 2002. Skripsi Komposisi Jenis
Jakarta: Pusat Penelitian dan
Fitoplankton Berbahaya di Sekitar
Pengembagan Oseanologi LIPI.
Pelabuhan Soekarno Hatta. Makassar:
Pratikno WA, Armono HD, Suntoyo. 1997.
Universitas Hasanuddin.
Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut.
Hadikusumah. 1999. Prosiding Pertemuan
Yogyakarta: BPFE.
Ilmiah Tahunan (PIT) XVI Himpunan
Sulistijo, Atmadja, Kadi A, Rachmaniar. 1996.
Ahli Teknik Hidraulik Indonesia
Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut
(HATHI). Bengkulu, Indonesia, p.488.
Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi-
Haruna M dan Kaharuddin. 1991. Geologi
LIPI.
Laut. Bidang Penerbitan Tektonika
Himpunan Mahasiswa Geologi. Makassar:
Fakultas Teknik UNHAS.

26
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru

Hadi S. 1995. Pemodelan arus perairan pantai Yasir B, Acmad. 2006. Pengantar Fisika
yang ditimbulkan gelombang laut. Osenografi. Makassar: Universitas
Laporan akhir hibah II/2 Tahun Hasanuddin.
1994/1995.
Triatmojo B. 1999. Tehnik Pantai. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.

27

Anda mungkin juga menyukai