SKRIPSI
Oleh :
Anadiya Pingki
NPM. E1D017074
The objectives of this study: (1) To assess the dry fish marketing chain in Bengkulu
Province, (2) To assess the added value of each dry fish marketing chain in Bengkulu
Province, (3) To assess the marketing efficiency of each dry fish marketing chain in
Bengkulu Province .
This research was conducted in Bengkulu Province in Sumber Jaya Village
(Bengkulu City) and Koto Jaya Village (Mukomuko Regency). Conducted on 18 August -
18 September 2020. The samples of this study were 157 dry fish producers and 13
marketing institutions selected using the census method where all respondents were
sampled. The data used are secondary data and primary data. Data analysis in this research
is descriptive analysis, snowball sampling method to determine the marketing chain. The
Hayami added value method is used to calculate the added value created in each marketing
chain for dried fish types of kerong, kase and gleberan through processing and marketing
processes. Marketing efficiency analysis was analyzed to determine the most efficient
marketing chain, then analysis of added value modification and marketing efficiency was
carried out to determine the results of the decisions or criteria obtained in each marketing
chain for dried fish types of kerong, kase and gleberan in Bengkulu Province.
“Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah banyak kesabaran yang kau lalui,
yang membuatmu terpanah hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit” (Ali Bin Abi
Thalib)
“Yang bisa melawan rasa takut hanyalah dirimu sendiri” (Sukiyono, 2020)
Jangan memberikan ekspetasi yang tinggi terhadap diri bila proses yang kamu lalui
belum sepenuh hati
Selalu bersyukur atas apa yang kamu miliki, bisa jadi itu suatu hal yang ingin dimiliki
orang lain tanpa kau ketahui
Jangan pernah iri dengan apa yang orang lain capai, bukankah setiap bunga akan
bermekaran dengan waktu yang berbeda
Sukses itu bukan hanya pada diri sendiri, tapi disaat kamu bisa bermanfaat bagi orang
lain
PERSEMBAHAN:
Alhamdulilah, sujud syukur kepadamu Ya Allah yang senantiasa memberi segala
rahmat dan karunianya serta kesehatan lahir dan batin sehingga terselesaikan skripsi ini
dengan baik. dengan segala kerendahan hati dan hormatku, kupersembahkan skripsi ini
untuk orang – orang tersayang :
Kedua orang tuaku papa (Ispikar) dan mama (Elida) yang telah mendidik dan
membimbing, memberi semangat, doa restu dan dukungan disetiap langkah di hidupku
Abang (Edo & Repan), uni (Ade & Alm. Kiki), kakak ipar (Yudi) yang selalu
mendukung dan mendoakan disetiap langkahku. Serta ponakan ku tersayang (Dira,
Dika dan Keke)
Guru dan dosen yang telah memberikan ilmu dalam perjalanan hidupku mengenyam
pendidikan
Sahabat – sahabatku
Teman - teman Agribisnis
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya tulus dari hati penulis kepada setiap
individu yang telah memberikan ilmu, doa, motivasi serta semangat sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tanpa doa restu kalian sepenuhnya belum
tentu penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
Allah SWT berkat rezeki dan Rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar serta selalu diberikan kesehatan lahir dan batin.
Orang tua ku tersayang papa dan mama yang selalu memberikan doa restu akan segala
langkah dihidupku. Serta uni, abang, ipar, ponakan dan keluargaku semuanya yang
telah mendoakan, memotivasi dan mendukungku.
Diri sendiri Anadiya Pingki, terimakasih telah kuat, terimakasih telah mampu,
terimakasih bisa membagi waktu antara pendidikan dan bisnis, terimakasih telah
mencoba menjadi versi terbaik dihidupmu, jangan pernah puas atas apa yang telah kau
capai saat ini, kehidupan tak hanya sebatas pendidikan, masih banyak hal yang harus
kau lalui lebih dari ini.
Dosen pembimbing utama Prof. Dr. Ir. Ketut Sukiyono, M.Ec yang telah membimbing
dari awal masuk kuliah hingga tugas akhir skripsi ini.
Dosen pembimbing pendamping Dr. M. Mustopa Romdhon, S.P., M.Si yang telah
membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
Dosen Penguji Ibu Melli Suryanty, S.P., M.Pd., M.P dan Bapak Dr. Indra Cahyadinata,
S.P., M.Si yang telah memberikan kritik serta saran dalam penulisan skripsi ini.
Seluruh dosen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
yang telah membimbing dan mengajarkan ilmu kepada penulis selama menjadi
mahasiswi di Universitas Bengkulu.
Seluruh staf dan karyawan Laboratorium serta Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Untuk Harry Sabda Ferdian, yang telah bersedia saya repotkan dari semester 2 hingga
saat ini. Terimakasih telah mendukung dan selalu saling mendoakan
Sahabat-sahabat sekolah ku “Berroku” yang telah mewarnai masa-masa SMA ku
menjadi anak yang tidak mudah menyerah akan segala hal.
Sahabat-sahabat putri kampusku Ovi, Oliv, Vetty, Mbak Kiki, Yora dan seluruh anak
IPPK 2019 yang telah menjadi bagian dari hidupku.
Sahabat-sahabatku selama perkuliahan “Walingmi”. Terimakasih telah menjadi teman
yang baik, yang setia mendengar keluh kesah, melewati masa perkuliahan bersama,
semoga kita bisa mencapai kesuksesan yang dicitakan, aminn.
Tim Ikan Kering, terimakasih berkat bantuan kalian dan kerja sama, kita mampu
menyelesaikan penelitian dengan baik. Terimakasih telah saling menguatkan, saling
membantu memecahkan masalah dan memberikan pengalaman yang luar biasa bisa
keliling Provinsi Bengkulu bersama-sama, kalian orang yang hebat.
Mbak dan abang Agb 16 yang telah memberikan motivasi, ilmu dan pengalaman
terkait perkuliahan.
Terimakasih untuk pelanggan online shop ku merahjambushop_ yang telah pengertian
ketika aku menolak pesanan karena mengerjakan tugas kuliah. Terimakasih juga atas
rezeki yang Allah berikan melalui perantara kalian sehingga aku bisa ada penghasilan.
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
penulis mampu menyelesaikan skripsi yang .berjudul “Analisis Rantai Pemasaran, Nilai
Tambah dan Efisiensi Pemasaran Ikan Kering di Provinsi Bengkulu”. Penulisan
skripsi tersebut menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan
tinggi jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Bengkulu.
Dalam penulisan skripsi tersebut, penulis mengucapkan terimakasih kepada
pembimbing utama Prof. Dr. Ir. Ketut Sukiyono, M.Ec dan pembimbing pendamping Dr.
M. Mustopa Romdhon, S.P., M.Si. yang telah memberikan solusi, pengetahuan, wawasan,
ilmu dan memberikan semangat kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik.
Penulis. mengetahui masih ada ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini, hal
ini karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan. Penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya untuk para pembaca, dan membutuhkan saran serta masukan untuk
membangun berbagai pihak. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Anadiya Pingki
NPM. E1D017074
vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ ................ ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 5
2.1 Ikan ................................................................................................................... 5
2.2 Pengawetan Ikan .............................................................................................. 6
2.3 Pemasaran ......................................................................................................... 7
2.4 Rantai Pemasaran ............................................................................................. 7
2.5 Marjin Pemasaran ............................................................................................. 9
2.6 Efisiensi Pemasaran.......................................................................................... 9
2.7 Nilai Tambah .................................................................................................... 10
2.8 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 11
2.9 Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 15
III. METODE PENELITIAN ........................................................................................ 18
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................ 18
3.2 Metode Penentuan dan Pengambilan Sampel (Responden) ............................. 18
3.3 Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 19
3.4 Metode Analisis Data ....................................................................................... 19
3.5 Definisi Konsep dan Pengukuran Variabel ...................................................... 22
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH ........................................................................ 24
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................................ 24
4.2 Kota Bengkulu dan Kabupaten Mukomuko ..................................................... 25
4.3 Batas Wilayah .................................................................................................. 27
4.4 Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................................... 27
4.5 Kependudukan Berdasarkan Usia .................................................................... 28
4.6 Kependudukan Berdasarkan Pendidikan .......................................................... 29
4.7 Kependudukan Berdasarkan Pekerjaan ............................................................ 30
4.8 Kependuduk Berdasarkan Agama .................................................................... 30
4.9 Keadaan Wilayah Perairan ............................................................................... 31
4.10 Proses Pengolahan Ikan Kering........................................................................ 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................. 33
5.1 Usia.................................................................................................................... 33
5.2 Pendidikan ........................................................................................................ 33
5.3 Pengalaman Usaha ........................................................................................... 34
5.4 Jenis Kelamin Responden ................................................................................ 35
vii
5.5 Rantai Pemasaran ............................................................................................. 35
5.6 Rantai Pemasaran I (Produsen Ikan Kering – Konsumen) .............................. 38
5.7 Rantai Pemasaran II (Produsen Ikan Kering – Pengepul – Konsumen) ......... 39
5.8 Rantai Pemasaran III (Produsen Ikan Kering – Pengecer – Konsumen) ........ 40
5.9 Rantai Pemasaran IV (Produsen – Pengepul – Pengecer – Konsumen) .......... 41
5.10 Biaya Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Marjin Keuntungan ........................ 42
5.11 Biaya Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Marjin Keuntungan Ikan Kerong
di Provinsi Bengkulu .......................................................................................... 42
5.12 Biaya Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Marjin Keuntungan Ikan Kase
di Provinsi Bengkulu .......................................................................................... 45
5.13 Biaya Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Marjin Keuntungan Ikan Gleberan
di Provinsi Bengkulu .......................................................................................... 48
5.14 Nilai Tambah Ikan Kering.................................................................................. 51
5.15 Nilai Tambah Ikan Kering Jenis Kerong............................................................ 52
5.16 Nilai Tambah Ikan Kering Jenis Kase ................................................................ 55
5.17 Nilai Tambah Ikan Kering Jenis Gleberan ......................................................... 59
5.18 Nilai Tambah Rantai Pemasaran ........................................................................ 62
5.19 Efisiensi Pemasaran ............................................................................................ 64
5.20 Kinerja Pemasaran Ikan Kering di Provinsi Bengkulu ..................................... 66
5.21 Kinerja Pemasaran Ikan Kerong di Provinsi Bengkulu ................................... 66
5.22 Kinerja Pemasaran Ikan Kase di Provinsi Bengkulu .................................... 67
5.23 Kinerja Pemasaran Ikan Gleberan di Provinsi Bengkulu ................................... 68
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 71
6.1 Kesimpulan......................................................................................................... 71
6.2 Saran ................................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 72
LAMPIRAN..................................................................................................................... 77
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xi
1
I. PENDAHULUAN
∑Sampel
No Kabupaten / Kota Kecamatan Kelurahan / Desa
(Orang)
1 Kota Bengkulu Kampung Melayu Sumber Jaya 90
Teluk Sepang 2
Teluk Segara Malabro 12
2 Kabupaten Mukomuko Mukomuko Koto Jaya 67
Ipuh Pasar Ipuh 38
Air Rami Air Rami 39
Teramang Jaya Pasar Bantal 39
Sumber : Survei Penelitian, 2020.
Pada Tabel diatas terlihat perbedaan jumlah populasi produsen ikan kering yang ada di
Provinsi Bengkulu, diketahui jumlah dua kelurahan yang memiliki produsen ikan kering
terbanyak terdapat pada Kelurahan Sumber Jaya dan Kelurahan Koto Jaya. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua kelurahan tersebut mampu memasarkan hasil produk ikan
kering untuk memenuhi kebutuhan pasar. Dalam memenuhi kebutuhan pasar untuk
menyampaikan produk ikan kering agar sampai ke konsumen diperlukannya perantara.
Perantara didalam pemasaran disebut dengan lembaga pemasaran (Hasyim, 2012).
Pada proses pemasaran setiap lembaga yang terlibat akan mengeluarkan biaya. Biaya
tersebut berupa biaya pada proses pengolahan dan pemasaran. Produsen ikan kering di
Provinsi Bengkulu sebagai produsen akan mengolah ikan segar menjadi ikan kering agar
memiliki nilai jual. Ikan segar tersebut berupa ikan jenis kerong (Johnius borneensis), ikan
kase (Thryssa dussumieri) dan gleberan (Opisthopterus tardoore). Ketiga jenis ikan dipilih
karena memiliki jumlah produksi paling banyak diantara jenis ikan lainnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengolahan ikan kering di Provinsi Bengkulu mampu menciptakan
nilai tambah.
Menurut Aramyan (2006) nilai tambah bisa diukur melalui beberapa metode. Metode
tersebut yaitu Economic Value Added (EVA), Metode Hayami, Activity based Costing
(ABC) dan Life Cycle Analysis. (LCA). Metode yang paling banyak digunakan yaitu
metode Hayami, karena metode tersebut mampu menghitung nilai tambah pada proses
pengolahan dan pemasaran. Beberapa penelitian yang menggunakan metode Hayami yaitu
pada penelitian oleh Sumantri dkk (2018) pada komoditi ikan kering di Kota Bengkulu,
Sundari (2017) pada komoditi ikan lele di Tasikmalaya, dan penelitian Hasanah (2015)
pada komoditi pisang di Kabupaten Kebumen. Oleh karena itu, metode tersebut digunakan
pada komoditi ikan kering di Provinsi Bengkulu yang diteliti. Metode Hayami digunakan
3
pada penelitian ini untuk menghitung nilai tambah ikan pada proses pengolahan. dan
pemasaran. Pada proses pengolahan, nilai tambah terjadi karena adanya perubahan bentuk
dari ikan segar menjadi ikan kering. Pada proses pemasaran, nilai tambah terbentuk karena
adanya biaya pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dalam menciptakan bentuk,
waktu, tempat dan hak milik. Lembaga pemasaran akan meningkatkan kualitas ikan kering
yang dipasarkan, hal tersebut akan mengakibatkan adanya perbedaan harga jual di setiap
lembaga pemasaran.
Perbedaan harga jual produk ikan kering dari setiap lembaga pemasaran disebut dengan
marjin pemasaran, rendahnya harga yang diterima oleh produsen ikan kering menjadi salah
satu masalah pada proses pemasaran. Hal ini dimaksudkan untuk mempersingkat rantai
pemasaran dan memperkecil nilai marjin pemasaran. Menurut Sudiyono (2002) marjin
pemasaran bertujuan untuk mengetahui perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan
yang diterima produsen. Perbedaan harga terjadi karena adanya biaya yang dikeluarkan
oleh lembaga pemasaran, karena lembaga pemasaran mampu menciptakan nilai tambah
pada proses pemasaran (Saefudin, 1986). Lembaga pemasaran yang terlibat pada proses
pemasaran ikan kering di Provinsi Bengkulu yaitu produsen, pengepul, pengecer dan
konsumen. Lembaga pemasaran akan menjual ikan kering dengan harga yang berbeda,
sehingga perbedaan harga ini dapat mempengaruhi harga yang sampai ketangan konsumen.
Harga yang diterima oleh konsumen akan mempengaruhi tingkat efisiensi suatu rantai
yang dilalui pada pemasaran ikan kering di Provinsi Bengkulu. Suatu rantai pemasaran
yang terjadi dapat dikatakan efisien jika dapat menyampaikan produk atau jasa ke
konsumen dengan harga yang rendah (Soekartawi, 1985). Beberapa penelitian sebelumnya
yang mengukur tingkat efisiensi rantai pemasaran ada pada penelitian Pratama (2017) pada
komoditi sapi potong di Kalimantan Timur, Santosa (2020) pada komoditi ikan lele di
Kecamatan Puger dan Permata dkk (2020) pada komoditi kelapa di Kabupaten
Pangandaran.
Atas uraian diskusi tersebut maka perlu dilakukan penelitian terhadap komoditi ikan
kering di Provinsi Bengkulu yang berjudul “Analisis Rantai Pemasaran, Nilai Tambah
dan Efisiensi Pemasaran Ikan Kering di Provinsi Bengkulu”.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian ikan kering di Provinsi Bengkulu dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana rantai pemasaran ikan kering di Provinsi Bengkulu?
4
2. Bagaimana nilai tambah pada setiap rantai pemasaran ikan kering di Provinsi
Bengkulu?
3. Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran pada setiap rantai pemasaran ikan kering di
Provinsi Bengkulu?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengkaji rantai pemasaran ikan kering di Provinsi Bengkulu.
2. Untuk mengkaji nilai tambah pada setiap rantai pemasaran ikan kering di Provinsi
Bengkulu.
3. Untuk mengkaji efisiensi pemasaran pada setiap rantai pemasaran ikan kering di
Provinsi Bengkulu.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi penulis, menambah sumber ilmu pengetahuan dan menjadi syarat program
sarjana.
2. Bagi produsen ikan kering dan lembaga pemasaran, memberikan informasi terhadap
rantai pemasaran, nilai tambah dan efisiensi rantai pemasaran ikan kering di Provinsi
Bengkulu.
3. Bagi pembaca, menambah informasi mengenai rantai pemasaran, nilai tambah dan
efisiensi pemasaran ikan kering di Provinsi Bengkulu.
4. Bagi peneliti selanjutnya menjadi sumber referensi untuk penelitian di bidang yang
sama.
5
2.1 Ikan
Ikan ialah salah satu jenis bahan makanan yang mudah dicerna oleh tubuh manusia.
Ikan memiliki kandungan nilai biologis yang mencapai 90% dan protein tinggi serta asam
amino. Untuk dapat memanfaatkan ikan dengan baik, perlu dikenali karakteristik yang
dimiliki oleh ikan. Misal pada struktur tubuh ikan, berat, perbandingan ukuran tubuh ikan,
protein, lemak, sifat fisik, vitamin dan senyawa lain yang dikandung oleh ikan (Adawyah,
2008).
Ikan segar adalah ikan yang baru diperoleh serta belum melalui tahap pengawetan
dan penyimpanan. Selain itu ikan dikatakan segar ketika masih memiliki mutu asli sebelum
terjadi perubahan secara buatan atau alami. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan yang
dilelehkan dari pembekuan dengan sempurna termasuk ikan segar, karena memenuhi
kriteria bermutu sebagaimana ikan yang baru ditangkap (Purnomo, 2002). Tidak hanya
ikan segar, ikan juga dikonsumsi menjadi makanan olahan, salah satunya produk ikan
kering.
Ikan kering merupakan salah satu jenis makanan olahan ikan yang banyak
dikonsumsi oleh penduduk di Indonesia. Ikan kering memiliki rasa yang renyah dan mudah
diperoleh. Ikan kering merupakan ikan yang telah diawetkan karena memiliki kualitas yang
sudah memburuk. Pengawetan harus dilakukan agar dapat mempertahankan kualitas ikan.
Ikan yang diawetkan merupakan salah satu strategi dari industri perikanan. Sekitar 65%
produk bahan makanan ikan kering diawetkan dengan cara penggaraman. Garam yang
diberikan akan memberikan rasa asin pada ikan kering asin. Nilai kesukaan pada ikan
kering asin dapat diukur dengan konsentrasi garam yang diberikan pada ikan dan waktu
tertentu. Untuk lama perendaman terkecil yaitu 4 jam dan terbesar 8 jam (Tahitu, 2014).
Selain keuntungan yang dimiliki oleh ikan, ikan juga mempunyai beberapa
kelemahan ketika dimakan berlebihan. Karena ikan adalah jenis makanan yang mudah
rusak. Penanganan dan perawatan yang tepat dapat dilakukan untuk mempertahankan
kualitas (Warsidi, 2008). Hal tersebut terjadi karena ikan mengandung kadar air yang besar
sehingga dengan cepat rusak dan terurai. Selama 8 jam ikan akan menghasilkan perubahan
yang akan menyebabkan kerusakan atau pembusukan (Adawyah, 2008).
6
produsen hingga ke konsumen, dimana sepanjang rantai terjadi penambahan nilai suatu
produk (Kotler, 2014).
Perekonomian yang sudah maju, produsen tidak menjual produk atau jasanya
langsung ke konsumen. Produsen melibatkan beberapa pedagang besar ataupun kecil
dalam proses penyaluran produk atau jasa. Lembaga pemasaran yang terlibat mempunyai
hak untuk menjual lagi produk ke konsumen. Mereka dikenal dengan pedagang perantara
(Radiosunu, 2001).
Lembaga pemasaran akan memenuhi keperluan dan keinginan konsumen dengan cara
melakukan fungsi suatu pemasaran dengan maksimal. Konsumen akan memberikan nilai
timbal balik untuk lembaga pemasaran melalui besar kecilnya nilai marjin pemasaran.
Timbal balik yang akan diperoleh oleh lembaga pemasaran adalah marjin suatu pemasaran.
Lembaga pemasaran tersebut sudah digolongkan berdasarkan penguasaan terhadap
komoditi yang akan dijual (Kamaludddin, 2008).
Produk dari produsen akan sampai ke pasar dibantu oleh perantara pemasaran.
Gabungan beberapa perantara pemasaran disebut dengan lembaga pemasaran. Dapat
diketahui bahwa rantai pemasaran merupakan beberapa pihak yang memiliki keterikatan
dari yang satu dan yang lainnya. Untuk menyediakan suatu produk atau jasa dalam
memenuhi keinginan konsumen (Kotler, 2012). Jenis-jenis rantai pemasaran terbagi
menjadi 5 untuk barang yang dikonsumsi, yaitu :
a. Produsen – Konsumen
Pola rantai pemasaran ini merupakan pola terpendek, yang hanya melibatkan dua
lembaga pemasaran yaitu produsen dan konsumen.
b. Produsen – Pengecer – Konsumen
Pola diatas menyalurkan produk atau jasa melibatkan tiga lembaga pemasaran.
Produsen akan menyalurkan ke pengecer, kemudian pengecer menyampaikan kepada
konsumen.
c. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Pola ini melibatkan empat lembaga pemasaran, produk atau jasa dari produsen akan
disalurkan ke pedagang besar, kemudian menyalurkan ke pengecer, hingga terakhir
pengecer menyampaikan ke konsumen.
d. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Pola tersebut sama dengan pola diatas, melibatkan empat lembaga pemasaran.
Produsen menyalurkan ke agen, agen menyalurkan ke pengecer dan terakhir disalurkan
ke konsumen.
9
produk akan menciptakan nilai tambah. Metode ini dapat mengetahui nilai tambah,
nilai keluaran dan produktifitas pada produksi. Metode tersebut juga dapat mengetahui
pula timbal balik pada setiap yang memiliki faktor produksi (seperti modal, tenaga
kerja, dan keuntungan perusahaan) (Hayami et al., 1987).
4. Activity based Costing
Activity Based Costing merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menghitung nilai tambah yang memperhatikan biaya suatu kegiatan atau aktivitas.
Sistem biaya yang ditentukan tergantung dengan aktivitas yang dilakukan. Biaya
aktivitas merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan karena adanya suatu aktivitas pada
suatu perusahaan (Abdullah, 2012).
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah salah satu penelitian yang sebelumnya pernah diteliti
oleh para peneliti lain. Penelitian terdahulu tersebut menjadi salah satu acuan untuk
melaksanakan penelitian. Peneliti memaparkan penelitian sebelumnya untuk menjadi
referensi. Penelitian terdahulu diperlukan sebagai pembanding dengan penelitian yang
diteliti dan memiliki keterkaitan. Penelitian sebelumnya dapat memberikan gambaran
untuk penelitian yang dilaksanakan. Peneliti mencantumkan hasil dari penelitian
sebelumnya yang telah terpublikasi melalui jurnal, tesis dan lainnya. Adapun penelitian
yang memiliki keterikatan dengan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
12
Lanjutan Tabel 2.
Lanjutan Tabel 2.
8 Indraswari (2015) Belimbing 1. Analisis datda Hasil ada tiga rantai pemasaran pemasaran. Pola satu
deskriptif memperoleh marjin pemasaran sebesar Rp14.000. Pola dua
2. Marjin pemasaran diperoleh marjin pemasaran sebesar Rp 4.000. Untuk Pola tiga
3. Farmer share dengan marjin nol dan bagi hasil 100% dan persentase efisiensi
4. Efisiensi pemasaran berdasarkan biaya dan keuntungan diperoleh nol persen.
9 Hasanah dkk (2015) Pisang 1. Analisis deskriptif Ukuran pisang tidak mempengaruhi nilai tambah. Agroindustri
2. Metode nilai tambah pengusaha sale pisang dapat memperoleh nilai tambah lebih
Hayami tinggi dari pada produsen sale. Sale pisang yang dibeli mampu
3. Analisis regresi dan memberikan nilai tambah yang lebih tinggi daripada membuat
OLS sendiri. Faktpr-faktor yang mempengaruhi adalah jumlah modal,
bahan baku dan teknik pembuatan sale.
10 Okpara (2019) Kopi 1. Analisis Marjin Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pemasaran pada
Pemasaran transportasi sekitar 51%. Marjin pemasaran rata-rata untuk
2. Analisis Efisiensi pemasar adalah 22,88%, sedangkan efisiensi pemasaran adalah
Pemasaran 5.77%. Enam variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap efisiensi pemasaran responden yaitu jenis kelamin,
pengalaman pemasaran, tingkat pendidikan, ukuran rumah
tangga, serikat pekerja keanggotaan dan usia responden.
11 Santosa (2020) Lele 1. Analisis marjin Hasil penelitian terdapat 3 pola rantai pemasaran ikan lele
pemasaran dumbo. Pemasaran paling efisien terdapat pada rantai pemasaran
2. Efisiensi pemasaran satu dengan nilai marjin sebesar Rp3000 /kg dan nilai Farmer’s
3. Farmer share share yaitu 82,86%. Pemasaran ikan lele termasuk efisien, karena
nilai efisiensi pemasaran pada rantai pemasaran 1, rantai
pemasaran 2, serta rantai pemasaran 3 memperoleh nilai farmer’s
share < 50%.
15
Penelitian terdahulu diatas memiliki berbagai macam jenis komoditi dan metode
yang digunakan. Berdasarkan 11 penelitian yang sudah dijabarkan, penelitian tersebut
memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada metode yang digunakan
dalam menentukan rantai pemasaran, nilai tambah, marjin pemasaran dan efisiensi
pemasaran. Rantai pemasaran ditentukan melalui teknik snowball sampling, marjin
pemasaran diukur melalui rumus marjin pemasaran. Penentuan rantai pemasaran yang
paling efisien dianalisis menggunakan rumus efisiensi pemasaran menurut Soekartawi
(2002). Pengukuran nilai tambah menggunakan metode Hayami. Metode tersebut banyak
digunakan oleh peneliti sebelumnya karena mampu menghitung nilai tambah pada proses
pengolahan dan pemasaran pada setiap rantai pemasaran. Pada penelitian tersebut juga
menggunakan metode Hayami, karena untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah pada
proses pengolahan dan pemasaran terhadap ikan kering di Provinsi Bengkulu.
Perbedaan pada penelitian tersebut terletak pada jenis komoditi yang diteliti. Pada
penelitian sebelumnya jenis komoditi yang diteliti yaitu sapi, beras, jagung, pisang, bebek,
belimbing dan kelapa. Komoditi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu ikan kering, karena
ikan kering adalah salah satu potensi perairan yang dimiliki oleh Provinsi Bengkulu. Ikan
kering juga merupakan salah satu penghasilan bagi masyarakat sekitar pesisir. Komoditi
ikan kering tersebut sama dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sumantri dkk
(2018). Namun, perbedaan terletak pada lokasi penelitian. Penelitian ini di Provinsi
Bengkulu, sedangkan penelitian sebelumnya di Kota Bengkulu. Pada penelitian Nurhayati
(2006), perbedaan juga terletak pada alat analisis yang digunakan untuk pengukuran nilai
tambah menggunakan metode LCA dan metode Hayami. Metode LCA tersebut untuk
mengukur dampak aspek lingkungan pada agroindustri ayam ras pedaging. Metode
Hayami digunakan pada pengukuran nilai tambah hijau dengan pertimbangan bahwa
dampak suatu lingkungan sebagai salah satu faktor biaya. Adanya perbedaan inilah,
mampu menciptakan keunikan pada penelitian tersebut untuk dilaksanakan.
2.9 Kerangka Pemikiran
Ikan segar merupakan ikan yang belum diolah sama sekali. Ikan tersebut masih
dalam keadaan segar dari tangan nelayan. Ikan memiliki kelemahan yaitu mudah
membusuk. Proses pengawetan mampu menambah umur simpan pada ikan. Ikan segar
yang diolah menjadi ikan kering mampu menghasilkan nilai tambah.
Nilai tambah yang dialami pada ikan yaitu karena adanya proses pengolahan.
Pengolahan tersebut berupa perubahan dari ikan segar menjadi ikan kering. Tidak hanya
pada proses pengolahan, nilai tambah juga akan terjadi karena adanya proses pemasaran.
16
Biaya tersebut dapat dihitung menggunakan analisis nilai tambah metode Hayami seperti
yang digunakan oleh peneliti Sumantri dkk (2018) pada komoditi ikan kering di Kota
Bengkulu, Sundari (2017) pada komoditi ikan lele di Tasikmalaya dan Hasanah (2015)
pada komoditi pisang di Kabupaten Kebumen. Setelah melalui proses pengolahan menjadi
ikan kering, produk tersebut akan dipasarkan.
Ikan kering dipasarkan dari tangan produsen (produsen ikan kering) hingga
ketangan konsumen. Pemasaran ini akan mengkaitkan beberapa lembaga pemasaran
sehingga terbentuk suatu rantai pemasaran. Rantai pemasaran melibatkan beberapa pihak
lembaga yang meliputi produsen, agen, pedagang, pengecer dan konsumen akhir (Kotler,
2012).
Lembaga pemasaran produsen akan menyalurkan produk ikan kering kepada
lembaga lain yang terlibat pada rantai pemasaran yang dilalui. Pada proses penyaluran
barang tersebut setiap lembaga akan memberikan harga yang berbeda-beda. Perbedaan
harga terjadi karena adanya proses pemasaran yang mengeluarkan biaya untuk
menciptakan kegunaan bentuk, tempat, waktu dan hak milik (Hasyim, 2012). Biaya
pemasaran tersebut dikeluarkan karena dibutuhkan pada saat memasarkan produk antar
lembaga, untuk sampai ke konsumen. Biaya pemasaran yang dikeluarkan mampu
menciptakan nilai tambah pada kegiatan pemasaran pada setiap lembaga yang terlibat.
Nilai tambah inilah yang dimaksud dengan nilai tambah pada proses pemasaran.
Perbedaan harga yang terjadi pada lembaga terkait disebut dengan marjin
pemasaran. Perbedaan harga pada setiap lembaga akan mempengaruhi harga yang sampai
ke konsumen. Perbedaan harga kemudian diukur melalui rumus efisiensi pemasaran
menurut Soekartawi (2002), rantai pemasaran dinyatakan efisien apabila memiliki nilai
efisiensi pemasaran <50%, dan tidak efisien apabila nilai efisiensi pemasaran ≥50%. Untuk
mengetahui kinerja pemasaran pada produk ikan kering dilakukan pengukuran kinerja
pemasaran melalui analisis modifikasi antara nilai tambah dan efisiensi pemasaran yang
memiliki krieria pengambilan keputusan yaitu poor, sufficient, deficient dan excellent.
17
Ikan Segar
Ikan Kering
Rantai Pemasaran
Lembaga Pemasaran
≥0 Deficient Excellent
Keterangan :
: Garis Hubungan
NT : Nilai Tambah
EP : Efisiensi Pemasaran
18
EP
≥ 50% <50%
NT
≥0 Deficient Excellent
3. Deficient apabila ikan kering memiliki nilai tambah (NT≥0) dan saluran pemasaran
yang dilalui tidak efisien (EP≥50%).
4. Excellent apabila ikan kering memiliki nilai tambah (NT≥0) dan saluran pemasaran
yang dilalui efisien (EP<0).
3.5 Definisi Konsep dan Pengukuran Variabel
Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas terhadap yang diteliti, maka adanya
definisi konsep dan pengukuran sebagai berikut :
1. Ikan kering merupakan ikan segar yang telah melalui tahap pengolahan. Pengolahan
tersebut berupa proses pengawetan dengan cara pengeringan dan penggaraman, agar
ikan dapat bertahan lebih lama. Spesies ikan kering pada penelitian tersebut terbagi
menjadi tiga jenis ikan yaitu ikan kering jenis kerong (Johnius borneensis), ikan kase
(Thryssa dussumieri) dan ikan gleberan (Opisthopterus tardoore) (Kg).
2. Pemasaran merupakan proses pengaliran suatu produk ikan kering yang terbagi
menjadi tiga jenis yaitu ikan kering jenis kerong, kase dan gleberan yang dipasarkan
oleh produsen agar sampai ke tangan konsumen akhir.
3. Rantai pemasaran adalah rantai yang terbentuk akibat adanya proses pemasaran yang
dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terbagi menjadi empat pola rantai pemasaran.
4. Lembaga pemasaran adalah lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran ikan kering.
Lembaga pemasaran tersebut yaitu produsen, pengepul, pengecer dan konsumen.
5. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga jual ikan kering yang terjadi pada setiap
lembaga pemasaran produsen, pengepul, pengecer dan konsumen (Rp/Kg).
6. Marjin keuntungan adalah keuntungan yang diterima oleh lembaga pemasaran yang
menjual ikan kering jenis kerong, kase dan gleberan (Rp/Kg).
7. Harga jual ikan kering pada tingkat produsen ikan kering adalah harga jual yang
diterima oleh produsen pada setiap proses penjualan (Rp/Kg).
8. Harga beli lembaga pemasaran adalah harga beli ikan kering jenis kerong, kase dan
gleberan yang dibayarkan kepada lembaga pada proses pemasaran (Rp/Kg).
9. Harga jual lembaga pemasaran adalah harga jual ikan kering jenis kerong, kase dan
gleberan yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran dalam proses penjualan
(Rp/Kg).
10. Nilai tambah pada proses pengolahan ikan kering jenis kerong, kase dan gleberan
adalah nilai tambah yang tercipta karena adanya perubahan bentuk dari ikan segar
menjadi ikan kering (Rp/Kg).
23
11. Biaya pemasaran merupakan biaya transportasi, plastik, karung, tali dan tenaga kerja
yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran pada kegiatan pemasaran ikan kering jenis
kerong, kase dan gleberan.
12. Efisiensi pemasaran adalah nilai antara biaya pemasaran dan harga jual oleh lembaga
pemasaran pada setiap rantai pemasaran yang dilalui (%).
13. Kinerja pemasaran pada produk ikan kering akan dianalisis melalui modifikasi nilai
tambah dan efisiensi pemasaran yang dikategorikan pada kriteria keputusan poor,
sufficient, deficient dan excellent.
24
Lanjutan Tabel. 8
Berdasarkan usia diketahui jumlah penduduk berdasarkan usia dalam tahun terbagi
menjadi 16 kategori, mulai dari usia 0 tahun sampai dengan >75 tahun. Kelurahan Sumber
Jaya memiliki jumlah penduudk terbanyak yaitu pada usia 5-9 tahun dengan jumlah 927
jiwa (10%), sedangkan yang paling sedikit pada usia 70-74 yaitu 66 jiwa (1%). Kelurahan
Koto Jaya jumlah penduduk terbanyak terdapat pada usia 5-9 tahun yaitu 307 jiwa (12%),
dan yang paling sedikit yaitu pada usia 70-74 dengan jumlah 15 jiwa (1%). Jumlah
penduduk berdasarkan usia yang dimiliki oleh Kelurahan Sumber Jaya dan Koto Jaya
memiliki kesamaan, yaitu jumlah terbanyak pada usia 5-9 tahun dan sedikit pada usia70-74
tahun.
4.6 Kependudukan Berdasarkan Pendidikan
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Sumber Jaya dan
Kelurahan Koto Jaya terbagi menjadi tujuh kategori. Kategori tersebut mulai dari belum
sekolah sampai dengan tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi (Strata I,II dan III).
Jumlah tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
jiwa (21.4%) setelah yang belum sekolah yaitu 565 jiwa (22.5%). Jumlah penduduk
terendah di Kelurahan Sumber Jaya dan Koto Jaya terdapat pada tingkat pendidikan tamat
perguruan tinggi strata (I, II dan III) di Kelurahan Sumber Jaya terdapat pada strata III
yaitu hanya 1 jiwa, sedangkan Kelurahan Koto Jaya 0 jiwa.
4.7 Kependudukan Berdasarkan Pekerjaan
Jumlah penduduk di Kelurahan Sumber Jaya dan Kelurahan Koto Jaya berdasarkan
jenis pekerjaan terbagi menjadi beberapa jenis pekerjaan. Jenis tersebut mulai dari petani,
pedagang, nelayan, PNS, POLRI, buruh, peternak, supir hingga belum memiliki pekerjaan.
Jumlah penduduk tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13.Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan.
1. Pembersihan merupakan tahap awal yang dilakukan dengan cara mencuci ikan segar
yang langsung dari tangan nelayan. Pembersihan tersebut dilakukan untuk
membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh ikan segar.
2. Pembelahan merupakan proses yang bertujuan untuk membersihkan bagian kotoran
yang ada pada tubuh ikan. Kotoran tersebut berupa isi perut ikan yang tidak dibutuhkan
dalam proses pengolahan yang dibuang hingga bersih.
3. Pencucian merupakan porses yang dilakukan setelah melalui proses pembelahan.
Proses tersebut dilakukan untuk membersihkan tubuh ikan kembali agar tidak ada
kotoran yang menempel.
4. Penggaraman merupakan proses yang dilakukan pada ikan yang sudah dicuci bersih.
Garam tersebut ditaburi pada tubuh ikan secara merata hingga seluruhnya terkena
garam.
5. Penjemuran merupakan proses terakhir yang dilakukan pada pengolahan ikan kering.
Tahap penjemuran tersebut dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada
tubuh ikan . Ikan tersebut dijemur secara langsung di bawah sinar matahari setelah
melalui tahap-tahap pengolahan lainnya. Penjemuran tersebut dilakukan 2 sampai
dengan 3 hari, hingga ikan kering dalam keadaan benar-benar kering.
33
5.1 Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan
suatu usaha. Usia berdampak kepada fisik seseorang, orang yang memiliki usia lebih tua
tentunya memiliki fisik yang lebih lemah dibandingkan usia lebih muda. Usia produktif
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan yaitu 15-60 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh data usia dari responden sebagai berikut :
Tabel 15.Karakteristik Usia Responden
dengan 15 tahun dengan jumlah 110 orang atau sebesar 64%. Dari hasil penelitian
berdasarkan pengalaman usaha, responden memiliki pengalaman yang cukup baik dalam
mengolah usahanya. Dengan pengalaman usaha yang tergolong cukup lama, diharapkan
para responden mampu mengatasi setiap masalah yang hadir dalam pengolahan usahanya.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Handoko (2000) yang menyatakan bahwa
pengalaman usaha merupakan faktor yang akan memberikan pengaruh terhadap
kemampuan seseorang dalam menjalankan suatu usaha.
5.4 Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin pada hasil penelitian tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 18.Karakteristik Jenis Kelamin Responden
akan melibatkan beberapa pihak lembaga pemasaran yang meliputi produsen, agen,
pedagang, pengecer dan konsumen akhir. Pelaku pola rantai pemasaran ikan kering di
Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Pelaku Pola Rantai Pemasaran
Produsen
100%
11,5% 57% 31%
Konsumen Pengepul Pengecer
28% 72%
Konsumen Pengecer
100%
Konsumen
Konsumen
Pengepul
Konsumen
Pengecer
Konsumen
Pengepul
Pengecer
Konsumen
Rantai Pemasaran
No Keterangan
I II III IV
1 Produsen
Biaya Bahan Baku (Rp/Kg) 3517 3517 3517 3517
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Kg) 1251 1251 1251 1251
Biaya input lainnya :
• Garam (Rp/Kg) 301.1 301.1 301.1 301.1
• Es (Rp/Kg) 18.1 18.1 18.1 18.1
Total Biaya (Rp/Kg) : 5087 5087 5087 5087
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 22000 19273 19273 19273
2 Pengepul
Harga Beli Ikan Kering
(Rp/Kg) 19273 19273
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 489 489
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 588 588
Total Biaya (Rp) 1077 1077
Harga Jual Ikan Kering
(Rp/Kg) 25000 23000
Marjin (Rp/Kg) 5727 3727
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 4650 2650
3 Pengecer
Harga Beli Ikan Kering
(Rp/Kg) 19273 23000
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 224 159
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 954 764
Total Biaya (Rp) 1177 924
43
Lanjutan Tabel. 20
Rantai Pemasaran
No Keterangan
I II III IV
Harga Jual Ikan Kering
(Rp/Kg) 24000 27000
Marjin (Rp/Kg) 4727 4000
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 3550 3076
4 Konsumen
Harga Beli Ikan Kering
(Rp/Kg) 22000 25000 24000 27000
Total Biaya Pemasaran
(Rp/Kg) 0 1077 1177 2001
Total Marjin Pemasaran
(Rp/Kg) 0 5727 4727 7727
Total Marjin Keuntungan
(Rp/Kg) 6739 4650 3550 5726
Sumber : Data Primer Diolah (2021).
Berdasarkan proses pemasaran ikan kering jenis kerong di Provinsi Bengkulu
terdapat 4 pola rantai pemasaran. Pada rantai pemasaran I diketahui tidak adanya biaya
pemasaran, karena konsumen akhir langsung ke lokasi produsen untuk membeli produk
olahan ikan kering jenis kerong. Hal ini sejalan dengan pendapat yang di kemukakan oleh
Hansen (2004) yang menyatakan bahwa biaya pemasaran merupakan biaya yang
diperlukan pada proses memasarkan dan mendistribusi suatu produk. Pada rantai
pemasaran tersebut juga tidak terdapat nilai tambah pada proses pemasaran, karena
produsen hanya menciptakan nilai tambah pada proses pengolahan atau perubahan bentuk
ikan segar menjadi ikan kering. Marjin keuntungan pada pola I yaitu Rp6.739.
Pada rantai pemasaran pola II, diketahui rantai pemasaran tersebut memiliki biaya
pemasaran karena adanya lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran. Diketahui
lembaga pemasaran pada rantai pemasaran tersebut yaitu lembaga produsen, pengepul dan
konsumen akhir. Pengepul akan membeli produk ikan kering langsung kepada produsen
sehingga adanya biaya pemasaran. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pengepul
tersebut merupakan biaya transportasi dan kemasan jenis karung yang digunakan pada saat
membeli ikan dari produsen. Biaya pemasaran tersebut sebesar Rp489 untuk per kilogram
ikan kering. Biaya pemasaran selanjutnya yaitu biaya tenaga kerja karena tenaga kerja
dibutuhkan dalam proses pemasaran, biaya tersebut sebesar Rp588, sehingga total biaya
pemasaran pada rantai II yaitu sebesar Rp1.077. Harga beli ikan kering jenis kerong yang
dilakukan oleh pengepul yaitu Rp19.273, kemudian pengepul menjual ke konsumen akhir
dengan harga Rp25.000 sehingga marjin pemasaran yang terjadi sebesar Rp5.727. Nilai
marjin keuntungan pada lembaga pemasaran tersebut yaitu sebesar Rp4.650. Hasil
44
penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto (2015) yang
memiliki nilai marjin keuntungan yaitu sebesar Rp6.325. Nilai tersebut memiliki
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan, karena pada penelitian ini memiliki nilai
marjin pemasaran lebih kecil dan harga output yang berbeda. Marjin keuntungan tersebut
merupakan nilai dari harga jual yang telah dikurangi harga beli dan biaya pemasaran. Nilai
tambah pada proses pemasaran, merupakan nilai yang tercipta dari adanya perubahan
bentuk, waktu, tempat dan hak milik. Pada rantai pemasaran tersebut mengubah bentuk
kemasan dari karung yang diterima oleh pengepul dari produsen, pada saat dijual diubah
menggunakan kantong plastik. Waktu yang digunakan pada proses pemasaran, serta
perubahan tempat dari tangan produsen ke tangan pengepul dan konsumen akhir.
Biaya pemasaran dan marjin pemasaran selanjutnya terdapat pada rantai pemasaran
pola III, pada rantai pemasaran tersebut lembaga pemasaran yang terlibat yaitu produsen,
pengecer dan konsumen akhir. Pengecer melakukan proses pembelian ikan kering jenis
kerong langsung kepada produsen. Pengecer harus mengeluarkan biaya pemasaran, biaya
pemasaran yang dikeluarkan yaitu berupa biaya transportasi, biaya kemasan dan tenaga
kerja. Total biaya transportasi dan kemasan jenis karung yaitu sebesar Rp224 dan biaya
tenaga kerja Rp954 sehingga total biaya pemasaran keseluruhan yang terbentuk pada rantai
pemasaran pola III yaitu sebesar Rp1.177. Harga beli ikan kering jenis kerong pada rantai
pemasaran tersebut yaitu Rp19.273, sedangkan pengecer menjual kepada konsumen yaitu
sebesar Rp24.000. Marjin pemasaran pada rantai pemasaran pola III tersebut yaitu
Rp4.727. Nilai Marjin keuntungan sama dengan nilai tambah pada rantai pemasaran pola
III yang memiliki nilai sebesar Rp3.550. Keuntungan tersebut diperoleh dari harga jual
yang dikurangi dengan harga beli dan total biaya pemasaran. Nilai tambah pada proses
pemasaran, merupakan nilai yang tercipta dari adanya perubahan bentuk, waktu, tempat
dan hak milik. Yang mana bentuk pada rantai tersebut mengubah bentuk kemasan dari
karung yang diterima oleh pengecer, pada saat dijual menggunakan kantong plastik. Waktu
yang digunakan pada proses pemasaran, serta perubahan tempat dan hak milik dari tangan
produsen ke tangan pengecer dan konsumen akhir. Karena nilai marjin keuntungan pada
rantai pemasaran pola III positif hal ini menunjukkan bahwa rantai pemasaran tersebut
mampu memberikan keuntungan.
Biaya pemasaran dan marjin pemasaran selanjutnya yaitu terdapat pada rantai
pemasaran pola IV yaitu lembaga pemasaran yang terlibat produsen, pengepul, pengecer
dan konsumen. Pengepul memiliki total biaya pemasaran sebesar Rp1.077, marjin
pemasaran yaitu sebesar Rp3.727, pengurangan dari harga beli Rp19.273 dan harga jual
45
Rp23.000. Setelah itu pengepul akan menyalurkan lagi kepada lembaga pemasaran
pengecer dengan harga jual sebesar Rp23.000 dan pengecer menjual kepada konsumen
akhir sebesar Rp27.000. Marjin pemasaran yang dimliki oleh pengecer yaitu sebesar
Rp4.000, sehingga marjin keuntungan yang dimiliki oleh rantai pemasaran tersebut yaitu
sebesar Rp5.726. Marjin keuntungan atau nilai tambah pada proses pemasaran di rantai
pemasaran IV tersebut memiliki nilai marjin keuntungan yang paling besar dibandingkan
rantai pemasaran pola I, II dan III, karena banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat.
Pada dasarnya setiap lembaga pemasaran yang terlibat pada proses pemasaran akan
mengambil keuntungan, hal inilah yang mengakibatkan besarnya keuntungan yang
diperoleh pada rantai pemasaran yang paling panjang. Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2017) yang menyatakan nilai marjin
pemasaran terbesar akan terjadi pada rantai yang melibatkan lembaga pemasaran paling
banyak. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2017) marjin pemasaran terbesar
melibatkan lembaga pemasaran nelayan, TPI Maros, pedagang pengecer dan konsumen.
Perbedaan lembaga pemasaran yang terlibat pula terjadi karena adanya perbedaan
komoditi, dan nelayan merupakan produsen. Nilai tambah pada proses pemasaran,
merupakan nilai yang tercipta dari adanya perubahan bentuk, waktu, tempat dan hak milik.
Pada rantai pemasaran pola IV tersebut mengubah bentuk kemasan dari karung yang
diterima oleh pengepul dan pengecer, pada saat dijual menggunakan kantong plastik.
Waktu yang digunakan pada proses pemasaran, serta perubahan tempat dari tangan
produsen ke tangan pengepul, pengecer dan konsumen akhir.
5.12 Biaya Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Marjin Keuntungan Ikan Kase di
Provinsi Bengkulu
Ikan kering jenis kase di Provinsi Bengkulu memiliki empat pola rantai pemasaran.
Pola rantai pemasaran terpendek terdapat pada pola rantai pemasaran I yang hanya
melibatkan dua lembaga pemasaran dan rantai pemasaran terpanjang terdapat pada rantai
pemasaran pola IV yang melibatkan empat lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran yang
terlibat pada proses pemasaran ikan kering jenis kase tersebut yaitu produsen, pengepul,
pengecer dan konsumen akhir. Biaya pemasaran pada rantai pemasaran ikan kering jenis
kase di Provinsi Bengkulu yaitu mencakup biaya transportasi, pengemasan dan tenaga
kerja. Nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 21.
46
Tabel 21. Biaya pemasaran dan marjin pemasaran ikan kering jenis Kase.
Rantai Pemasaran
No Keterangan
I II III IV
1 Produsen
Biaya Bahan Baku (Rp/Kg) 2714 2714 2714 2714
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Kg) 1012 1012 1012 1012
Biaya input lainnya :
• Garam (Rp/Kg) 252.8 252.8 252.8 252.8
• Es (Rp/Kg) 15.2 15.2 15.2 15.2
Total Biaya (Rp/Kg) : 3994 3994 3994 3994
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 16000 13945 13945 13945
2 Pengepul
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 13945 13945
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 489 489
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 588 588
Total Biaya (Rp) 1077 1077
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 18000 17000
Marjin (Rp/Kg) 4055 3055
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 2978 1978
3 Pengecer
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 13945 17000
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 224 159
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 954 764
Total Biaya (Rp) 1177 924
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 17000 20000
Marjin (Rp/Kg) 3055 3000
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 1878 2076
4 Konsumen
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 16000 18000 17000 20000
Total Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 0 1077 1177 2001
Total Marjin Pemasaran (Rp/Kg) 0 4055 3055 6055
Total Marjin Keuntungan
(Rp/Kg) 4018 2978 1878 4054
Sumber : Data Primer Diolah (2021).
Pada pola rantai pemasaran I diketahui tidak terdapat biaya pemasaran, hal ini
terjadi karena konsumen langsung membeli ke lokasi produsen, sehingga lembaga
pemasaran produsen tidak mengeluarkan biaya. Pada rantai pemasaran pola I tersebut
tidak terdapat nilai tambah pada proses pemasaran, karena produsen hanya menciptakan
nilai tambah pada proses pengolahan perubahan ikan segar menjadi ikan kering.
Biaya pemasaran pada rantai pemasaran pola II tersebut meliputi biaya transportasi,
kemasan dan tenaga kerja pada proses pemasaran lembaga pengepul. Sama halnya dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Soekartawi (2002) yang menyatakan bahwa biaya
47
pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan pada proses pemasaran meliputi biaya
transportasi dalam proses pengangkutan, kemasan dan upah tenaga kerja. Biaya pemasaran
pada lembaga pemasaran pengepul yaitu sebesar Rp489 pengepul membeli ikan kering
kepada produsen dengan harga Rp13.945 kemudian menjualnya kepada konsumen akhir
dengan harga Rp18.000. Perbedaan harga jual tersebut akan mengakibatkan adanya selisih
harga yang diketahui sebagai marjin pemasaran, yaitu sebesar Rp4.055. Nilai tambah
pemasaran atau marjin keuntungan yang diperoleh pada rantai pemasaran tersebut yaitu
Rp2.978, sehingga rantai pemasaran tersebut layak untuk dilakukan karena memiliki nilai
keuntungan yang positif.
Pada rantai pemasaran pola III, lembaga pemasaran yang terlibat yaitu produsen,
pengecer dan konsumen. Produsen akan mnejualan produk ikan kering jenis kase kepada
pengecer dengan harga Rp13.945. Pengecer membeli produk ikan kering jenis kase ini
dilakukan secara langsung kepada produsen, sehingga pengecer harus mengeluarkan total
biaya pemasaran dan tenaga kerja sehingga total biaya pemasaran yaitu sebesar Rp1.177.
Harga jual yang diberikan pengecer kepada konsumen yaitu sebesar Rp17.000, dengan
harga beli dari produsen sebesar Rp13.945. Marjin pemasaran pada rantai pemasaran III
yaitu sebesar Rp3.055. Nilai tambah pada proses pemasaran atau nilai marjin keuntungan
pada rantai pemasaran tersebut yaitu sebesar Rp1.878. Nilai tambah pada proses
pemasaran, merupakan nilai yang tercipta dari adanya perubahan bentuk, waktu, tempat
dan hak milik. Yang mana bentuk pada rantai tersebut mengubah bentuk kemasan dari
karung yang diterima oleh pengecer, pada saat dijual menggunakan kantong plastik. Waktu
yang digunakan pada proses pemasaran, serta perubahan tempat dari tangan produsen ke
tangan pengecer.
Biaya pemasaran pada rantai IV merupakan biaya yang paling besar karena banyak
melibatkan lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran tersebut yaitu produsen, pengepul,
pengecer dan konsumen. Produsen menjualkan produk ikan kering ke pengepul dengan
harga Rp13.945 dan pengepul menjual kepada lembaga pemasaran selanjutnya yaitu
pengecer Rp17.000. Biaya pemasaran yang dikeluarkan pengepul sebesar Rp1.077.
Pengecer menerima harga beli dari pengepul dengan harga Rp17.000 dan menjual kepada
konsumen seharga Rp20.000. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pengecer yaitu
sebesar Rp924 dengan marjin pemasaran Rp3.000. Total biaya pemasaran pada rantai
pemasaran IV tersebut yaitu Rp2.001. Total marjin pemasaran yaitu Rp6.055, marjin
pemasaran rantai IV merupakan marjin yang paling besar diantara rantai lainnya. Hal ini
terjadi karena banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat, yang setiap lembaga akan
48
memberikan harga jual yang berbeda dari harga beli karena adanya penambahan dari biaya
pemasaran untuk mendapatkan keuntungan. Nilai marjin keuntungan atau nilai tambah
pada proses pemasaran yaitu sebesar Rp4.054. Hasil penelitian tersebut memiliki kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dkk (2018) yang diketahui rantai
pemasaran yang memiliki nilai marjin keuntungan paling besar terdapat pada rantai
pemasaran yang paling panjang. Rantai pemasaran tersebut yaitu melibatkan lembaga
pemasaran produsen ikan kering, pengepul, pengecer dan konsumen. Nilai tambah pada
proses pemasaran, merupakan nilai yang tercipta dari adanya perubahan bentuk, waktu,
tempat dan hak milik. Pada rantai tersebut mengubah bentuk kemasan dari karung yang
diterima oleh pengepul dan pengecer, pada saat dijual menggunakan kantong plastik.
5.13 Biaya Pemasaran, Marjin Pemasaran dan Marjin Keuntungan Ikan Gleberan
di Provinsi Bengkulu
Ikan kering jenis gleberan di Provinsi Bengkulu memiliki empat rantai pemasaran.
Pola rantai pemasaran terpendek terdapat pada pola rantai pemasaran I yang hanya
melibatkan dua lembaga pemasaran dan rantai pemasaran terpanjang terdapat pada rantai
pemasaran pola IV yang melibatkan empat lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran yang
terlibat yaitu produsen, pengepul, pengecer dan konsumen akhir. Biaya pemasaran ikan
kering gleberan yaitu mencakup biaya transportasi, pengemasan dan tenaga kerja yang
dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Biaya pemasaran dan marjin pemasaran ikan kering jenis Gleberan.
Rantai Pemasaran
No Keterangan
I II III IV
1 Produsen
Biaya Bahan Baku (Rp/Kg) 4498 4498 4498 4498
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Kg) 1155 1155 1155 1155
Biaya input lainnya :
• Garam (Rp/Kg) 150.2 150.2 150.2 150.2
• Es (Rp/Kg) 15.8 15.8 15.8 15.8
Total Biaya (Rp/Kg) : 5818 5818 5818 5818
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 30000 26554 26554 26554
2 Pengepul
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 26554 26554
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 489 489
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 588 588
Total Biaya (Rp) 1077 1077
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 36000 34000
Marjin (Rp/Kg) 9446 7446
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 8369 6369
49
Lanjutan Tabel. 22
Rantai Pemasaran
No Keterangan
I II III IV
3 Pengecer
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 26554 34000
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 224 159
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 954 764
Total Biaya (Rp) 1177 924
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 34000 38000
Marjin (Rp/Kg) 7446 4000
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 6269 3076
4 Konsumen
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 30000 36000 34000 38000
Total Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 0 1077 1177 2001
Total Marjin Pemasaran
(Rp/Kg) 0 9446 7446 11446
Total Marjin Keuntungan
(Rp/Kg) 12.545 8369 6269 9445
Sumber : Data Primer Diolah (2021).
Berdasarkan biaya pemasaran dan marjin pemasaran pada produk olahan ikan
kering jenis gleberan di Provinsi Bengkulu. Terdapat 4 pola rantai pemasaran. Pada rantai
pemasaran pola I diketahui tidak terdapat biaya pemasaran, hal ini terjadi karena konsumen
langsung membeli produk ikan kering kepada produsen. Sehingga lembaga pemasaran
produsen tidak mengeluarkan biaya pada proses pemasaran. Marjin keuntungan pola I
yaitu sebesar Rp12.545.
Biaya pemasaran pada rantai pemasaran pola II dikeluarkan oleh pengepul yaitu
sebesar Rp1.077, pengepul membeli ikan kering jenis gleberan kepada produsen dengan
harga Rp26.554 kemudian menjualnya kepada konsumen akhir dengan harga Rp36.000.
Perbedaan harga jual tersebut akan mengakibatkan adanya selisih harga yang diketahui
sebagai marjin pemasaran, marjin pemasaran tersebut yaitu sebesar Rp9.446. Lembaga
pemasaran pengepul memiliki nilai marjin pemasaran yang besar hal ini terjadi karena
pengepul mengeluarkan biaya pemasaran yang lebih besar, sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Drakel (2010) yang menyatakan bahwa pengepul memiliki nilai marjin
pemasaran yang besar karena pengepul melakukan fungsi pemasaran atau kegiatan yang
lebih banyak yang akan meningkatkan biaya pemasaran dan memperbesar margin
pemasaran. Besar kecilnya marjin pemasaran yang tercipta pada sebuah rantai pemasaran
ditentukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Hal ini sejalan dengan pendapat
Limbong dan Sitorus (1987) yang menyatakan bahwa besar kecilnya marjin pemasaran
50
dipengaruhi oleh pengeluaran pada proses pemasaran serta keuntungan yang diambil pada
setiap lembaga yang terlibat. Marjin keuntungan atau nilai tambah pada proses pemasaran
yang diperoleh pada rantai pemasaran tersebut yaitu Rp8.369, sehingga rantai pemasaran
tersebut layak untuk dilakukan karena memiliki nilai keuntungan yang positif. Nilai
tambah pada proses pemasaran, merupakan nilai yang tercipta dari adanya perubahan
bentuk, waktu, tempat dan hak milik. Pada rantai pemasaran tersebut mengubah bentuk
kemasan dari karung yang diterima oleh pengepul, pada saat dijual menggunakan kantong
plastik. Waktu yang digunakan pada proses pemasaran, serta perubahan tempat dari tangan
produsen ke tangan pengepul dan konsumen akhir.
Biaya pemasaran selanjutnya yaitu pada rantai pemasaran pola III, lembaga
pemasaran yang terlibat yaitu produsen, pengecer dan konsumen. Pengecer akan membeli
produk ikan kering jenis gleberan secara langsung kepada produsen, sehingga pengecer
harus mengeluarkan total biaya pemasaran dan tenaga kerja sebesar Rp1.177. Harga jual
yang diberikan pengecer kepada konsumen yaitu sebesar Rp34.000, dengan harga beli dari
produsen sebesar Rp26.554. Hal ini berarti marjin pemasaran pada rantai pemasaran III
yaitu sebesar Rp7.446. Nilai marjin keuntungan pada rantai pemasaran pola III yaitu
sebesar Rp6.269. Nilai tambah pada proses pemasaran, merupakan nilai yang tercipta dari
adanya perubahan bentuk, waktu, tempat dan hak milik.
Biaya pemasaran pada rantai IV merupakan biaya yang paling besar karena yang
paling banyak melibatkan lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran tersebut yaitu
produsen, pengepul, pengecer dan konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Ningsih
(2011) yang menyatakan bahwa besarnya biaya pemasaran tergantung dari panjang
pendeknya rantai pemasaran. Produsen menjualkan produk ikan kering jenis gleberan
kepada pengepul dengan harga Rp26.554 dan pengepul menjual kepada lembaga
pemasaran selanjutnya yaitu pengecer Rp34.000. Biaya pemasaran yang dikeluarkan
pengepul sebesar Rp1.077. Pengecer menerima harga beli dari pengepul dengan harga
Rp34.000 dan menjual kepada konsumen seharga Rp38.000. Biaya pemasaran yang
dikeluarkan oleh pengecer yaitu sebesar Rp924 dengan marjin pemasaran Rp4.000. Total
biaya pemasaran pada rantai pemasaran IV tersebut yaitu Rp2.001. Total marjin pemasaran
yaitu Rp11.446, marjin pemasaran tersebut merupakan marjin yang paling besar diantara
rantai pemasaran yang lainnya pada produk ikan kering gleberan di Provinsi Bengkulu. Hal
ini terjadi karena banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat, yang setiap lembaga akan
memberikan harga jual yang berbeda dari harga beli karena adanya penambahan dari biaya
pemasaran untuk mendapatkan keuntungan. Marjin keuntungan atau nilai tambah pada
51
proses pemasaran yang diperoleh dari rantai pemasaran IV tersebut juga merupakan marjin
keuntungan yang paling besar. Nilai tersebut sebesar Rp9.445, karena setiap lembaga
pemasaran yang terlibat pada rantai tersebut akan mengambil keuntungan dari harga jual,
sehingga total marjin keuntungan akan lebih besar dibandingkan dengan rantai pemasaran
yang hanya melibatkan lebih sedikit lembaga pemasaran.
Nilai tambah pada proses pemasaran, merupakan nilai yang tercipta dari adanya
perubahan bentuk, waktu, tempat dan hak milik. Pada rantai pemasaran tersebut mengubah
bentuk kemasan dari karung yang diterima oleh pengepul dan pengecer, pada saat dijual
menggunakan kantong plastik. Waktu yang digunakan pada proses pemasaran, serta
perubahan tempat dari tangan produsen ke tangan pengepul, pengecer dan konsumen akhir.
5.14 Nilai Tambah Ikan Kering
Nilai tambah adalah adanya suatu perubahan yang terjadi pada produk karena
melalui tahap pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, serta perpindahan pada suatu
proses produksi yang terjadi. Analisis nilai tambah pada komoditi ikan segar di Provinsi
Bengkulu akan memberikan nilai yang lebih baik apabila telah diolah menjadi produk ikan
kering, dibandingkan dengan ikan segar yang langsung dijual. Ikan kering tersebut terbagi
menjadi tiga jenis yaitu ikan kering jenis kerong, kase dan gleberan. Setiap jenis ikan akan
diolah menjadi produk ikan kering, yang dibantu dengan bahan baku dan input lainnya.
Bahan baku berupa ikan segar, serta input lainnnya yaitu garam dan es batu. Nilai tambah
tersebut dianalisis melalui metode analisis nilai tambah Hayami yang diukur melalui
pengadaan bahan baku ikan segar hingga menjadi produk ikan kering yang siap untuk
dipasarkan. Perhitungan nilai tambah akan diukur melalui satuan per kilogram bahan baku
ikan segar. Analisis nilai tambah dapat menunjukkan seberapa besar nilai balas jasa yang
diberikan terhadap marjin atau nilai output yang dikurangi bahan baku ikan kering yang
diolah. Harga output akan mempengaruhi besarnya nilai tambah pada produk ikan kering.
Pada proses pemasaran akan terlihat seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan pada
setiap rantai pemasaran. Rantai pemasaran pada ikan kering jenis kerong, kase dan
gleberan terbagi menjadi empat rantai pemasaran. Rantai pemasaran pola I melibatkan
produsen ikan kering dan konsumen, sehingga nilai tambah yang diciptakan hanya nilai
tambah pada proses pengolahan. Rantai pemasaran pola II, III dan IV melibatkan lembaga
pemasaran produsen, pengepul, pengecer dan konsumen sehingga mampu menciptakan
nilai tambah pada proses pemasaran. Nilai tambah proses pengolahan dan pemasaran pada
setiap produk ikan kering di Provinsi Bengkulu akan dijabarkan sebagai berikut.
52
Rantai Pemasaran
No Variabel Satuan
I II III IV
Output, input, harga
1 Output Kg 24.63
Bahan Baku Kg 73.90
Tenaga Kerja HOK 2.77
Faktor Konversi 0.33
Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg 0.04
Harga Output Rp/Kg 22000
Upah Tenaga Kerja Rp/HOK 25000
Penerimaan dan keuntungan (Produsen)
2 Harga Bahan baku Rp/Kg 3518
Harga input lainnya Rp/Kg 319
Nilai Output Rp/Kg 7332
Nilai Tambah Rp/Kg 3496
Rasio Nilai Tambah % 48
Pendapatan Tenaga
Kerja Rp/Kg 886
Pangsa Tenaga Kerja % 25
Keuntungan Rp/Kg 2609
Tingkat Keuntungan % 36
Balas jasa Pemilik faktor produksi (Produsen)
3 Marjin Rp/Kg 3815
Pendapatan Tenaga
Kerja % 23
Sumbangan input lain % 8
Keuntungan % 68
Penerimaan dan keuntungan (Pengepul)
4 Harga Bahan baku Rp/Kg 19273 19273
Harga input lainnya Rp/Kg 1077 1077
Nilai Output Rp/Kg 25000 23000
Nilai Tambah Rp/Kg 4650 2650
Rasio Nilai Tambah % 19 12.2
53
Lanjutan Tabel. 23
Rantai Pemasaran
No Variabel Satuan
I II III IV
Pendapatan Tenaga
Kerja Rp/Kg 549 547
Pangsa Tenaga Kerja % 11 20
Keuntungan Rp/Kg 4252 2254
Tingkat Keuntungan % 17 10
Balas jasa (Pengepul)
5 Marjin Rp/Kg 5727 3727
Pendapatan Tenaga
Kerja % 10 15
Sumbangan input lain % 16 25
Keuntungan % 74 60
Penerimaan dan keuntungan (Pengecer)
6 Harga Bahan baku Rp/Kg 19273 23000
Harga input lainnya Rp/Kg 1177 924
Nilai Output Rp/Kg 24000 27000
Nilai Tambah Rp/Kg 3550 3076
Rasio Nilai Tambah % 15 11.5
Pendapatan Tenaga
Kerja Rp/Kg 2100 2386
Pangsa Tenaga Kerja % 59 77
Keuntungan Rp/Kg 1484 715
Tingkat Keuntungan % 6 3
Balas jasa (Pengecer)
7 Marjin Rp/Kg 4727 4000
Pendapatan Tenaga
Kerja % 44 60
Sumbangan input lain % 24 22
Keuntungan % 31 18
Total Nilai Tambah Rp/Kg 3496 8146 7046 9222
Sumber : Data Primer Diolah (2021).
Jenis ikan yang pertama yaitu produk ikan kering jenis kerong, diketahui pada jenis
ikan tersebut tercipta nilai tambah pada proses pengolahan dan pemasaran. Nilai tambah
proses pengolahan terjadi pada rantai pemasaran pola I yang diciptakan oleh produsen ikan
kering. Diketahui ikan jenis kerong menggunakan bahan baku ikan segar sebesar 78.22 Kg
untuk menjadi sebesar 26.07 Kg produk ikan kering jenis kerong, serta tenaga kerja dengan
nilai HOK 2.77. Upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja selama sehari yaitu sebesar
Rp25.000. Upah tersebut dibayarkan dalam proses pengolahan ikan segar mencakup proses
pembelahan, pembersihan isi kotoran dan penggaraman. Nilai faktor konversi yang
terdapat pada ikan jenis kerong yaitu sebesar 0,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
54
setiap pertambahan 1 kilogram ikan segar jenis kerong dapat menghasilkan 0,33 persen
produk olahan ikan kering jenis kerong. Harga jual produk ikan kerong pada rantai
pemasaran pola I yang dilakukan oleh produsen yaitu Rp22.000. Sumbangan input lain
pada produk ikan kering jenis kerong yaitu sebesar Rp319. Sumbangan input lain
merupakan biaya dari garam dan es batu. Nilai tambah pada produk ikan kering jenis
kerong tersebut merupakan penjumlahan dari nilai output yang dikurangi input lainnya dan
bahan baku ikan segar. Nilai tambah ikan kering jenis kerong pada rantai pemasaran pola I
memperoleh nilai sebesar Rp3.496. Rasio nilai tambah pada ikan kering jenis kerong
tersebut yaitu sebesar 48%. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sumantri dkk (2018) yang menyatakan bahwa ikan kering di Kota
Bengkulu mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp2.296. Nilai tambah tersebut
memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan, karena penelitian yang dilakukan
oleh Sumantri dkk (2018) tidak membedakan nilai tambah berdasarkan jenis ikan. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai tambah pada penelitian tersebut memiliki nilai NT ≥0 (positif),
berarti ikan kering jenis kerong di Provinsi Bengkulu mampu menciptakan nilai tambah.
Pendapatan tenaga kerja merupakan nilai dari koefisien tenaga kerja dikali dengan
upah tenaga kerja. Pendapatan tenaga kerja tersebut merupakan pendapatan yang diperoleh
oleh tenaga kerja dalam pengolahan 1 kg bahan baku ikan kering jenis kerong. Pendapatan
tenaga kerja tersebut dalam mengolah ikan kering yaitu sebesar Rp886, sehingga bagian
yang diperoleh tenaga kerja dalam usaha ini yaitu sebesar 25%. Pada analisis tingkat
keuntungan, diketahui keuntungan yang diperoleh pada produk ikan kering jenis kerong
yaitu sebesar Rp2.609, keuntungan tersebut diperoleh dari hasil nilai tambah dikurangi
pendapatan tenaga kerja. Keuntungan tersebut merupakan keuntungan bersih yang
diperoleh pada produk ikan kering jenis kerong, karena nilai tambah telah dikurangi oleh
pendapatan tenaga kerja. Tingkat keuntungan pada ikan kerong yaitu sebesar 36%. Marjin
pada analisis nilai tambah ikan kering jenis kerong tersebut merupakan nilai output
dikurang dengan harga bahan baku yang memperoleh nilai Rp3.815. Besarnya margin akan
didistribusikan pada pendapatan tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan. Balas
jasa terbesar terdapat pada keuntungan pemiliki usaha sebesar 68%, balas jasa pendapatan
tenaga kerja sebesar 23% dan sumbangan input lain sebesar 8%.
Hasil penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian oleh Arianti (2019)
yang menyatakan bahwa nilai balas jasa terbesar terdapat pada keuntungan pemilik usaha,
karena nilai tambah yang diciptakan pada ikan kering tersebut mampu memberikan
keuntungan lebih besar kepada produsen dibandingkan tenaga kerja dan sumbangan input
55
lainnya. Keuntungan pemilik usaha memperoleh nilai tersebut karena nilai output lebih
besar dibandingkan dengan nilai harga bahan baku.
Nilai tambah proses pemasaran diketahui terjadi pada setiap rantai pemasaran,
rantai pemasaran pola I memiliki nilai tambah hanya pada proses pengolahan karena tidak
adanya lembaga perantara diantara produsen dan konsumen dalam menyampaikan produk
ikan kering jenis kerong. Rantai pemasaran pola II diketahui lembaga pemasaran yang
menciptakan nilai tambah yaitu lembaga pengepul dengan nilai sebesar Rp4.650, nilai
tersebut diperoleh dari nilai output dikurangi oleh nilai bahan baku atau harga beli dari
produsen dan input lainnya berupa tenaga kerja, transportasi dan kemasan. Total nilai
tambah pada rantai pemasaran pola II yaitu sebesar Rp 8.146, nilai tersebut merupakan
nilai tambah dari proses pengolahan dan proses pemasaran pada rantai pemasaran pola II.
Nilai tambah pada proses pemasaran pola III diketahui lembaga perantara yang
terlibat diantara produsen ikan kering dan konsumen yaitu lembaga pemasaran pengecer.
Pengecer mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp3.550 pada proses pemasaran,
sehingga total nilai tambah pada rantai pemasaran tersebut sebesar Rp7.046. nilai tambah
tersebut merupakan total nilai tambah dari proses pengolahan yang diciptakan oleh
produsen ikan kering dan lembaga pemasaran pengecer.
Pada rantai pemasaran pola IV nilai tambah proses pemasaran tercipta oleh
lembaga pemasaran pengepul dan pengecer. Diketahui nilai tambah pada lembaga
pemasaran pengepul yaitu sebesar Rp2.650, sedangkan nilai tambah pada lembaga
pemasaran pengecer yaitu Rp3.076. Total nilai tambah yang tercipta pada rantai pemasaran
pola IV merupakan jumlah nilai tambah dari proses pengolahan yang dilakukan produsen
ikan kering serta lembaga pemasaran pengepul dan pengecer dengan nilai yaitu sebesar
Rp9.222. Hasil nilai tambah pada proses pemasaran tersebut memiliki perbedaan pada
setiap rantai pemasaran, hal ini terjadi karena besarnya nilai tambah yang diperoleh
tergantung dengan harga output yang diberikan kepada konsumen di setiap lembaga
pemasaran. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dkk
(2018) yang menyatakan bahwa nilai tambah pada proses pemasaran memiliki nilai yang
dipengaruhi dengan harga jual yang diterima oleh konsumen.
5.16 Nilai Tambah Ikan Kering Jenis Kase
Nilai tambah ikan kering jenis kase merupakan nilai tambah yang tercipta karena
adanya proses pengolahan dan proses pemasaran. Nilai tambah proses pengolahan terjadi
pada rantai pemasaran pola I yang diciptakan oleh lembaga produsen ikan kering, dalam
menciptakan ikan segar menjadi ikan kering. Sedangkan nilai tambah pada proses
56
pemasaran terjadi pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat pada proses pemasaran.
Lembaga pemasaran tersebut yaitu ppengepul dan pengecer. Rantai pemasaran pada ikan
kering jenis kase terbagi menjadi empat pola. Nilai tambah proses pengolahan dan
pemasaran akan dijabarkan pada Tabel 24.
Tabel 24. Nilai Tambah Ikan Kase
Rantai Pemasaran
No Variabel Satuan
I II III IV
Output, input, harga
1 Output Kg 31.12
Bahan Baku Kg 93.39
Tenaga Kerja HOK 2.83
Faktor Konversi 0.33
Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg 0.03
Harga Output Rp/Kg 16000
Upah Tenaga Kerja Rp/HOK 25000
Penerimaan dan keuntungan
2 Harga Bahan baku Rp/Kg 2714
Harga input lainnya Rp/Kg 268
Nilai Output Rp/Kg 5332
Nilai Tambah Rp/Kg 2350
Rasio Nilai Tambah % 44
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg 759
Pangsa Tenaga Kerja % 32
Keuntungan Rp/Kg 1591
Tingkat Keuntungan % 30
Balas jasa Pemilik faktor produksi
3 Marjin Rp/Kg 2618
Pendapatan Tenaga Kerja % 29
Sumbangan input lain % 10
Keuntungan % 61
Penerimaan dan keuntungan (Pengepul)
4 Harga Bahan baku Rp/Kg 13945 13945
Harga input lainnya Rp/Kg 1077 1077
Nilai Output Rp/Kg 18000 17000
Nilai Tambah Rp/Kg 2978 1978
Rasio Nilai Tambah % 17 12.5
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg 586 583
Pangsa Tenaga Kerja % 19 27
Keuntungan Rp/Kg 2543 1546
Tingkat Keuntungan % 14 9
Balas jasa (Pengepul)
5 Marjin Rp/Kg 4055 3055
Pendapatan Tenaga Kerja % 14 19
57
Lanjutan Tabel. 24
Rantai Pemasaran
No Variabel Satuan
I II III IV
Sumbangan input lain % 23 30
Keuntungan % 63 51
Penerimaan dan keuntungan (Pengecer)
6 Harga Bahan baku Rp/Kg 13945 17000
Harga input lainnya Rp/Kg 1177 924
Nilai Output Rp/Kg 17000 20000
Nilai Tambah Rp/Kg 1878 2076
Rasio Nilai Tambah % 11 10.5
Pendapatan Tenaga
Kerja Rp/Kg 1458 875
Pangsa Tenaga Kerja % 76 42
Keuntungan Rp/Kg 454 1226
Tingkat Keuntungan % 3 6
Balas jasa (Pengecer)
7 Marjin Rp/Kg 3055 3000
Pendapatan Tenaga
Kerja % 48 29
Sumbangan input lain % 37 30
Keuntungan % 15 41
Total Nilai Tambah Rp/Kg 2350 5328 4228 6404
Sumber : Data Primer Diolah (2021).
Pada rantai pemasaran pola I diketahui nilai tambah yang terjadi merupakan nilai
tambah pada proses pengolahan. Nilai tambah ini diciptakan oleh lembaga pemasaran
produsen ikan kering jenis kase. Ikan kering jenis kase diketahui menggunakan bahan baku
ikan segar sebanyak 93.39 Kg untuk menjadi produk ikan kering sebesar 31.12 Kg, serta
tenaga kerja dengan nilai HOK 2.83. Upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja selama
satu hari yaitu sebesar Rp25.000. Upah tersebut dibayarkan dalam proses pengolahan ikan
segar mencakup proses pembelahan, pembersihan isi kotoran dan penggaraman. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Maflahah (2020) terhadap komoditi rengginang, memiliki
nilai upah tenaga kerja yang sama yaitu Rp25.000. Upah tersebut merupakan upah yang
dibayarkan selama satu hari yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang telah melakukan
kegiatan dalam pengolahan. Nilai faktor konversi yang terdapat pada ikan jenis kase yaitu
sebesar 0,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pertambahan 1 kilogram ikan segar
jenis kase dapat menghasilkan 0,33 persen produk olahan ikan kering jenis kase. Harga
jual produk ikan kase yaitu Rp16.000. Sumbangan input lain pada produk ikan kering jenis
kase yaitu sebesar Rp268. Sumbangan input lain merupakan biaya dari garam dan es batu.
Nilai tambah pada produk ikan kering jenis kase tersebut merupakan penjumlahan dari
58
nilai output yang dikurangi input lainnya dan bahan baku. Sesuai dengan pendapat
Budhisatyarino (2008) yang menyatakan bahwa nilai tambah merupakan pengurangan dari
nilai output dengan input lainnya yang digunakan pada proses pengolahan. Nilai tambah
proses pengolahan ikan kering jenis kase tersebut memperoleh nilai sebesar Rp2.350.
Rasio nilai tambah pada ikan kering jenis kase tersebut yaitu sebesar 44%, nilai tersebut
menunjukkan dari nilai tambah Rp2.350 per kg terdapat 44% nilai tambah. Berdasarkan
hasil tersebut berarti nilai tambah pada ikan kering jenis kase memiliki nilai positif,
sehingga usaha pengolahan ikan kering jenis kase tersebut memberikan nilai tambah
terhadap produsen ikan kering.
Pendapatan tenaga kerja merupakan nilai dari koefisien tenaga kerja dikali dengan
upah tenaga kerja. Pendapatan tenaga kerja tersebut merupakan pendapatan yang diperoleh
oleh tenaga kerja dalam pengolahan 1 kg bahan baku ikan kering jenis kase. Pendapatan
tenaga kerja tersebut dalam mengolah ikan kering yaitu sebesar Rp759, sehingga bagian
yang diperoleh tenaga kerja dalam usaha ini yaitu 32%. Selanjutnya yaitu analisis tingkat
keuntungan. Keuntungan yang diperoleh pada produk ikan kering jenis kase yaitu sebesar
Rp906, keuntungan tersebut diperoleh dari hasil nilai tambah dikurangin pendapatan
tenaga kerja. Keuntungan tersebut merupakan keuntungan bersih yang diperoleh pada
produk ikan kering jenis kase karena nilai tambah telah dikurangi oleh pendapatan tenaga
kerja. Tingkat keuntungan pada ikan kase memiliki nilai yaitu sebesar 30%. Marjin pada
analisis nilai tambah ikan kering jenis kase tersebut merupakan nilai output dikurang
dengan harga bahan baku dan memperoleh nilai Rp2.618. Besarnya margin tersebut akan
didistribusikan pada pendapatan tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan. Balas
jasa terbesar terdapat pada balas jasa keuntungan pemilik usaha 61%, selanjutnya
pendapatan tenaga kerja yaitu 29% dan sumbangan input lain 10%.
Nilai tambah pada proses pemasaran ikan kering jenis kase di Provinsi Bengkulu
diketahui terjadi pada setiap rantai pemasaran yang terlibat. Rantai pemasaran pola I
memiliki nilai tambah hanya pada proses pengolahan karena tidak adanya lembaga
perantara diantara produsen dan konsumen dalam menyampaikan produk ikan kering. Pada
rantai pemasaran pola II diketahui lembaga pemasaran yang menciptakan nilai tambah
yaitu pengepul sebesar Rp2.978, nilai tersebut diperoleh dari nilai output dikurangi oleh
nilai bahan baku atau harga beli dari produsen dan input lainnya berupa tenaga kerja,
transportasi dan kemasan. Total nilai tambah yang diperoleh pada rantai pemasaran pola II
yaitu sebesar Rp5.328, nilai tersebut merupakan total dari nilai tambah proses pengolahan
dan pemasaran yang diciptakan pengepul.
59
Pada rantai pemasaran pola III diketahui lembaga perantara yang terlibat diantara
produsen ikan kering dan konsumen yaitu pengecer. Pengecer mampu menciptakan nilai
tambah sebesar Rp1.878. Total nilai tambah pada rantai pemasaran tersebut yatu sebesar
Rp4.228. Pada rantai pemasaran pola IV nilai tambah tercipta oleh lembaga pemasaran
pengepul dan pengecer. Diketahui nilai tambah yang diciptakan oleh pengepul yaitu
sebesar Rp1.978 dan lembaga pengecer Rp2.076, sehingga total nilai tambah pada rantai
pemasaran IV tersebut yaitu Rp6.404. Total nilai tambah tersebut merupakan nilai tambah
pada proses pengolahan dan pemasaran.
5.17 Nilai Tambah Ikan Kering Jenis Gleberan
Nilai tambah ikan kering jenis gleberan merupakan nilai tambah yang tercipta karena
adanya proses pengolahan dan pemasaran. Nilai tambah proses pengolahan terjadi pada
lembaga produsen ikan kering, sedangkan nilai tambah pada proses pemasaran terjadi pada
setiap lembaga pemasaran yang terlibat pada proses pemasaran yang terbagi menjadi
empat pola rantai pemasaran. Nilai tambah proses pengolahan dan pemasaran akan
dijabarkan pada Tabel 25.
Tabel 25. Nilai Tambah Ikan Gleberan
Rantai Pemasaran
No Variabel Satuan
I II III IV
Output, input, harga
1 Output Kg 31.69
Bahan Baku Kg 95.08
Tenaga Kerja HOK 2.50
Faktor Konversi 0.33
Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg 0.03
Harga Output Rp/Kg 30000
Upah Tenaga Kerja Rp/HOK 25000
Penerimaan dan keuntungan
2 Harga Bahan baku Rp/Kg 4497
Harga input lainnya Rp/Kg 166
Nilai Output Rp/Kg 9999
Nilai Tambah Rp/Kg 5336
Rasio Nilai Tambah % 53
Pendapatan Tenaga
Kerja Rp/Kg 657
Pangsa Tenaga Kerja % 12
Keuntungan Rp/Kg 4679
Tingkat Keuntungan % 47
60
Lanjutan Tabel. 25
Rantai Pemasaran
No Variabel Satuan
I II III IV
Balas jasa Pemilik faktor produksi
3 Marjin Rp/Kg 5502
Pendapatan Tenaga
Kerja % 12
Sumbangan input
lain % 3
Keuntungan % 85
Penerimaan dan keuntungan (Pengepul)
4 Harga Bahan baku Rp/Kg 26554 26554
Harga input lainnya Rp/Kg 1077 1077
Nilai Output Rp/Kg 36000 34000
Nilai Tambah Rp/Kg 8369 6369
Rasio Nilai Tambah % 24 19
Pendapatan Tenaga
Kerja Rp/Kg 567 565
Pangsa Tenaga Kerja % 7 9
Keuntungan Rp/Kg 7953 5955
Tingkat Keuntungan % 22 18
5 Marjin Rp/Kg 9446 7446
Pendapatan Tenaga
Kerja % 6 8
Sumbangan input
lain % 10 12
Keuntungan % 84 80
Penerimaan dan keuntungan (Pengecer)
6 Harga Bahan baku Rp/Kg 26554 34000
Harga input lainnya Rp/Kg 1177 924
Nilai Output Rp/Kg 34000 38000
Nilai Tambah Rp/Kg 6269 3076
Rasio Nilai Tambah % 19 8
Pendapatan Tenaga
Kerja Rp/Kg 1458 1346
Pangsa Tenaga Kerja % 23 43
Keuntungan Rp/Kg 4845 1755
Tingkat Keuntungan % 14 5
Balas jasa (Pengecer)
7 Marjin Rp/Kg 7446 4000
Pendapatan Tenaga
Kerja % 20 34
Sumbangan input
lain % 15 22
Keuntungan % 65 44
Total Nilai Tambah Rp/Kg 5336 13705 11605 14781
Sumber : Data Primer Diolah (2021).
61
Nilai tambah pada proses pengolahan terjadi pada rantai pemasaran pola I yang
dilakukan oleh produsen ikan kering. Ikan kering jenis gleberan diketahui menggunakan
bahan baku ikan segar sebesar 95.08 Kg untuk menjadi sebesar 31.69 Kg produk ikan
kering jenis gleberan, serta nilai tenaga kerja yaitu 2.50, nillai tersebut merupakan HOK
tenaga kerja. Upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja selama sehari yaitu sebesar
Rp25.000. Upah tersebut dibayarkan dalam proses pengolahan ikan segar mencakup proses
pembelahan, pembersihan isi kotoran dan penggaraman. Nilai faktor konversi yang
terdapat pada ikan jenis gleberan yaitu sebesar 0,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap pertambahan 1 kilogram ikan segar jenis gleberan dapat menghasilkan 0,33 persen
produk olahan ikan kering jenis gleberan. Harga jual produk ikan gleberan yang diberikan
produsen yaitu Rp30.000. Sumbangan input lain pada produk ikan kering jenis gleberan
yaitu sebesar Rp166. Sumbangan input lain merupakan biaya dari garam, es batu dan
penyusutan alat. Nilai tambah pada produk ikan kering jenis gleberan tersebut merupakan
penjumlahan dari nilai output yang dikurangi input lainnya dan bahan baku. Nilai tambah
proses pengolahan ikan kering jenis gleberan tersebut memperoleh nilai sebesar Rp5.336.
Rasio nilai tambah pada ikan kering jenis gleberan tersebut yaitu sebesar 53%. Nilai
tambah ikan gleberan merupakan nilai tambah yang paling besar dibandingkan ikan kering
jenis kerong dan kase, hal ini terjadi karena nilai output yang dimiliki oleh ikan gleberan
lebih besar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arianti (2019) yang
menyatakan bahwa nilai output, harga bahan baku dan input lainnya akan mempengaruhi
besarnya nilai tambah.
Pendapatan tenaga kerja merupakan nilai dari koefisien tenaga kerja dikali dengan
upah tenaga kerja. Pendapatan tenaga kerja tersebut merupakan pendapatan yang diperoleh
oleh tenaga kerja dalam pengolahan 1 kg bahan baku ikan kering jenis gleberan.
Pendapatan tenaga kerja tersebut yaitu sebesar Rp657, sehingga bagian yang diperoleh
tenaga kerja yaitu 12%. Keuntungan yang diperoleh pada produk ikan kering jenis
gleberan yaitu sebesar Rp4.679, keuntungan tersebut diperoleh dari hasil nilai tambah
dikurangin pendapatan tenaga kerja. Keuntungan tersebut merupakan keuntungan bersih
yang diperoleh pada produk ikan kering jenis gleberan karena nilai tambah telah dikurangi
oleh pendapatan tenaga kerja. Tingkat keuntungan pada ikan gleberan yaitu sebesar 47%.
Marjin pada analisis nilai tambah ikan kering jenis gleberan tersebut merupakan nilai
output dikurang dengan harga bahan baku dan memperoleh nilai Rp5.502. Besarnya
margin tersebut akan didistribusikan pada pendapatan tenaga kerja, sumbangan input lain
dan keuntungan. Balas jasa terbesar terdapat pada keuntungan pemilik usaha sebesar 85%,
62
selanjutnya yaitu balas jasa pendapatan tenaga kerja sebesar 12% dan sumbangan input
lain sebesar 3%. Urutan persen dari balas jasa tersebut sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Novia (2013) pada komoditi beras. Keuntungan memiliki nilai balas jasa
yang paling besar, diikuti oleh pendapatan tenaga kerja dan sumbangan input lainnya. Hal
ini terjadi karena keuntungan merupakan nilai yang diperoleh dari perbandingan nilai
keuntungan dan marjin. Marjin tersebut merupakan perbandingan nilai output dan harga
bahan baku yang memiliki nilai lebih kecil dari nilai output.
Nilai tambah rantai pemasaran pola I diketahui memiliki nilai tambah hanya pada
proses pengolahan karena tidak adanya lembaga perantara diantara produsen dan
konsumen dalam menyampaikan produk ikan kering. Rantai pemasaran pola II diketahui
mampu menciptakan nilai tambah pada proses pemasaran yang dilakukan oleh pengepul
sebesar Rp8.369, nilai tersebut diperoleh dari nilai output dikurangi oleh nilai bahan baku
atau harga beli dari produsen dan input lainnya berupa tenaga kerja, transportasi dan
kemasan. Total nilai tambah pada rantai pemasaran pola II yaitu Rp13.705. Pada rantai
pemasaran pola III lembaga yang terlibat diantara produsen ikan kering dan konsumen
yaitu pengecer. Pengecer mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp6.269, sehingga
total nilai tambah pada rantai pemasaran terssebut yaitu sebesar Rp11.605.
Rantai pemasaran pola IV merupakan lembaga pemasaran yang paling banyak
melibatkan lembaga pemasaran, lembaga tersebut pengepul dan pengecer. Pada proses
pemasaran nilai tambah yang tercipta oleh lembaga pemasaran pengepul yaitu sebesar
Rp6.369 sedangkan pengecer menciptakan nilai tambah sebesar Rp3.076. Total nilai
tambah pada pola IV tersebut yaitu Rp14.781. Hasil nilai tambah pada proses pemasaran
tersebut memiliki perbedaan di setiap rantai pemasaran, hal ini terjadi karena besarnya
nilai tambah yang diperoleh tergantung dengan harga output yang diberikan kepada
konsumen.
5.18 Nilai Tambah Rantai Pemasaran
Nilai tambah pada rantai pemasaran merupakan nilai tambah yang terjadi pada
setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses memasarkan produk ikan kering jenis
kerong, kase dan gleberan. Nilai tambah tersebut dilakukan oleh lembaga pemasaran
produsen, pengepul dan pengecer. Pada rantai pemasaran I produsen mampu menciptakan
nilai tambah pada proses pengolahan tidak pada proses pemasaran, karena konsumen
langsung menuju lokasi produsen untuk membeli produk ikan kering. Nilai tambah pada
proses pemasaran terjadi pada rantai pemasaran II, III dan IV yang dilakukan oleh lembaga
pemasaran pengepul dan pengecer. Nilai tambah pada setiap rantai pemasaran yang
63
diciptakan oleh lembaga pemasaran menunjukkan nilai yang berbeda-beda, hal ini terjadi
karena tergantung pada harga output yang diberikan lembaga pemasaran kepada
konsumen. Harga output dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan pada proses
pemasaran. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hasyim (2012) yang
menyatakan bahwa perbedaan harga terjadi karena adanya proses pemasaran yang
mengeluarkan biaya untuk menciptakan kegunaan bentuk, tempat, waktu dan hak milik.
Total nilai tambah pada setiap rantai pemasaran ikan kering jenis kerong, kase dan
gleberan di Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Nilai Tambah Proses Pemasaran
Jenis Ikan
Pola Rantai
No Kerong Kase Gleberan Kriteria
Pemasaran
(Rp) (Rp) (Rp)
1 I 3.496 2.350 5.336 NT Positif
2 II 8.146 5.328 13.705 NT Positif
3 III 7.046 4.228 11.605 NT Positif
4 IV 9.222 6.404 14.781 NT Positif
Total 27.908 18.309 45.427
Rata-rata 6.977 4.577 11.457
Sumber : Data Primer Diolah (2021).
Keterangan : NT (Nilai Tambah)
Hasil analisis nilai tambah pada setiap rantai pemasaran dapat dilihat pada Tabel
23. Rantai pemasaran pola I pada produk ikan kering jenis kerong, kase dan gleberan
diketahui memiliki nilai tambah pada proses pengolahan. Nilai tambah proses pengolahan
pada produk ikan kering jenis kerong, kase dan gleberan bertutur-turut yaitu sebesar
Rp3.496, Rp2.350 dan Rp5.336. Pada rantai pemasaran pola II lembaga pemasaran yang
terlibat yaitu produsen, pengepul dan konsumen. Nilai tambah pada pola II tersebut
diciptakan oleh lembaga pemasaran pengepul. Nilai tambah ikan kering jenis kerong, kase
dan gleberan memiliki nilai berturut-turut yaitu Rp8.146, Rp5.328 dan Rp13.705. Nilai
tersebut merupakan nilai tambah total dari proses pengolahan yang diciptakan oleh
produsen ikan kering dan lembaga pemasaran pengepul.
Pada rantai pemasaran pola III diketahui nilai tambah proses pemasaran pada ikan
kering jenis kerong, kase dan gleberan berturut-turut yaitu Rp7.046, Rp4.228, Rp11.605.
Pada rantai pemasaran pola IV nilai tambah dilakukan oleh lembaga pemasaran produsen,
pengepul dan pengecer. Nilai tambah tersebut memiliki nilai berturut-turut yaitu Rp9.222,
Rp6.404 dan Rp14.781. Nilai tambah pada proses pemasaran, merupakan nilai yang
tercipta dari adanya perubahan bentuk, waktu, tempat dan hak milik. Sesuai dengan
pendapat Janvier (2012) yang mengemukakan bahwa peran lembaga pemasaran pada
64
proses pemasaran untuk menambah nilai tambah pada produk dengan cara memindahkan
atau melakukan perubahan. Perubahan bentuk yaitu perubahan kemasan dari karung yang
diterima oleh pengepul dan pengecer, pada saat dijual menggunakan kantong plastik.
Perubahan waktu yaitu waktu yang digunakan pada proses pemasaran. Serta perubahan
tempat dan hak milik dari tangan produsen ke tangan konsumen akhir.
5.19 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui
tingkat efisien pada rantai pemasaran yang dilalui, dengan membandingkan total biaya dan
nilai suatu produk yang dipasarkan. Panjang pendeknya suatu rantai pemasaran tentu akan
mempengaruhi nilai efisiensi pemasaran. Rantai pemasaran dapat dikatakan efisien apabila
nilai dari biaya pemasaran lebih rendah dari pada nilai produk yang dipasarkan (Abidin
dkk, 2017). Berikut nilai efisiensi pemasaran pada setiap rantai pemasaran ikan kering
jenis kerong, kase dan gleberan di Provinsi Bengkulu :
Tabel 27. Efisiensi Pemasaran Ikan Kering di Provinsi Bengkulu
Jenis Ikan
Pola Rantai
No Kerong Kase Gleberan
Pemasaran Kriteria
(%) (%) (%)
1 I 0,0 0,0 0,0 Efisien
2 II 4,3 6,0 3,0 Efisien
3 III 4,9 6,9 3,5 Efisien
4 IV 7,4 10,1 5,3 Efisien
Total 16,62 22.91 11.72
Rata-rata 4,16 5.73 2.93
Sumber : Data Primer Diolah (2021).
Berdasarkan nilai efisiensi pemasaran pada setiap rantai ikan kering yang ada di
Provinsi Bengkulu, rantai pemasaran ikan kering jenis kerong, kase dan gleberan di
Provinsi Bengkulu terdapat 4 rantai pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat yaitu
produsen, pengepul, pengecer dan konsumen akhir.
Pada ikan kering jenis kerong diketahui terdapat 4 rantai pemasaran yang dilalui
oleh produk ikan kerong tersebut dan semua rantai dinyatakan efisien, karena memiliki
nilai EP <50%. Nilai EP pada rantai pola I yaitu 0% karena produsen tidak mengeluarkan
biaya pada proses pemasaran, pada rantai II terdapat biaya pemasaran, karena pengepul
membeli langsung ke lokasi produsen sehingga memiliki nilai EP 4,3%. Untuk rantai
pemasaran III juga terdapat biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran
pengecer, sehingga memperoleh nilai EP 4,9%. Rantai pemasaran terakhir memiliki nilai
EP 7,4%, merupakan nilai paling besar, karena melibatkan banyak lembaga pemasaran
65
yang mengeluarkan biaya pemasaran pada setiap proses pemasaran. Namun semua rantai
pemasaran masih dalam kategori efisien. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pemasaran
yang dikeluarkan pada proses pemasaran di setiap rantai pemasaran lebih kecil
dibandingkan dengan nilai produk atau harga jual yang dipasarkan. Hasil penelitian
tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Abidin dkk (2017) yang
menyatakan rantai pemasaran dapat dikatakan efisien apabila nilai dari biaya pemasaran
lebih rendah dari pada nilai produk yang dipasarkan. Hal ini terjadi karena biaya
pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan pada proses pemasaran, apabila memiliki
nilai lebih besar daripada harga produk maka rantai pemasaran yang dilalui pada suatu
produk tersebut tidak efisien.
Ikan kering selanjutnya yaitu jenis kase, pada ikan kering kase juga terdapat 4
rantai pemasaran dengan nilai efisiensi pemasaran dari rantai I, II< III dan IV yaitu 0%,
6,0%; 6,9% dan 10,1%. Nilai efisiensi yang paling kecil terdapat rantai pemasaram pola I,
karena pada rantai tersebut tidak adanya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh produsen.
Pada rantai pemasaran II biaya pemasaran dikeluarkan oleh pengepul, sehingga terdapat
nilai efisiensi lebih besar dibandingkan dengan rantai pemasaran I. Pada rantai pemasaran
III yaitu terdapat biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pengecer untuk memasarkan
produk ikan kering kase dengan nilai EP 6,9%. Namun nilai EP terbesar terdapat pada
rantai pemasarana pola IV, karena pada rantai ini banyaknya lembaga pemasaran yang
terlibat sehingga setiap lembaga akan mengeluarkan biaya dalam proses pemasaran. nilai
efisiensi pemasaran pada rantai pemasaran pola IV yaitu 10,1%.
Nilai efisiensi pemasaran terakhir terdapat pada ikan kering jenis gleberan, ikan
kering gleberan tersebut juga melalui 4 rantai pemasaran. Rantai pemasaran memiliki nilai
EP 0%, karena produsen tidak mengeluarkan biaya dalam proses pemasaran. Pada rantai
pemasaran II lembaga yang terlibat yaitu produsen, pengepul dan konsumen. Pengepul
mengeluarkan biaya pemasaran sehingga memperoleh nilai EP sebesar 3,0%, sedangkan
pada rantai III lembaga yang terlibat yaitu produsen, pengecer dan konsumen. Pengecer
mengeluarkan biaya dalam proses pemasaran sehingga nilai EP yang dimiliki rantai
pemasaran III tersebut yaitu 3,5%. Rantai pemasaran terakhir terakhir terdapat pada pola
IV yang melibatkan lembaga pemasaran paling banyak, sehingga biaya pemasaran yang
dikeluarkan juga besar. Namun nilai EP yang diperoleh masih dalam kategori efisien yaitu
5,3%.
66
Nilai efisiensi pemasaran yang dimiliki setiap rantai pada produk ikan kering di
Provinsi Bengkulu jenis kerong, kase dan gleberan seluruhnya memiliki nilai EP <50%.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap rantai yang dilalui produk ikan kering tersebut efisien,
rantai pemasaran paling efisien terdapat pada pola I, selanjutnya II, III dan terakhir yaitu
IV. Nilai efisiensi pemasaran <50% tersebut memiliki hasil yang sama terhadap penelitian
yang pernah dilakukan oleh Sudana (2019) dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran
Ikan Teri Segar Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Sanggalangit Kabupaten Buleleng”.
Nilai efisiensi pada penelitian tersebut juga memiliki nilai EP<50% pada rantai pemasaran
yang lebih pendek. Hal ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan karena
biaya pemasaran yang terbentuk pada rantai pemasaran yang dilalui tidak lebih besar
daripada nilai suatu produk yang dipasarkan, oleh sebab itu dapat dikatakan efisien.
5.20 Kinerja Pemasaran Ikan Kering di Provinsi Bengkulu
Kinerja pemasaran akan dianalisis melalui modifikasi nilai tambah dan efisiensi
rantai pemasaran pada setiap produk ikan kering jenis kerong, kase dan gleberan di
Provinsi Bengkulu. Analisis tersebut dilakukan untuk mengambil kriteria keputusan yang
diperoleh dari hasil nilai kedua analisis. Diketahui pada setiap ikan kering jenis kerong,
kase dan gleberan telah dianalisis melalui analisis nilai tambah Hayami dan efisiensi
pemasaran. Pada analisis nilai tambah diperoleh keputusan yaitu memiliki nilai tambah
(NT≥0) atau tidak menghasilkan nilai tambah (NT<0), sedangkan pada analisis efisisiensi
pemasaran yaitu rantai pemasaran yang dilalui dalam kategori efisien (EP≥50%) atau tidak
efisien (EP<50%).
5.21 Kinerja Pemasaran Ikan Kerong di Provinsi Bengkulu
Kinerja pemasaran ikan kerong di Provinsi Bengkulu dimodifikasi melalui nilai
tambah dan efisiensi rantai pemasaran. Rantai pemasaran pada ikan kering di Provinsi
Bengkulu terbagi menjadi empat pola rantai pemasaran. Rantai pemasaran pola I yaitu
lembaga produsen ikan kering dan konsumen akhir. Pola II yaitu produsen ikan kering,
pengepul dan konsumen akhir. Rantai pemasaran pola III yaitu produsen ikan kering,
pengecer dan konsumen akhir. Pola IV yaitu rantai pemasaran paling panjang karena
melibatkan empat lembaga pemasaran produsen ikan kering, pengepul, pengecer dan
konsumen akhir. Setiap rantai pemasaran yang dilalui oleh produk ikan kering jenis kerong
tersebut akan memiliki suatu keputusan kriteria dari nilai rata-rata nilai tambah dan
efisiensi rantai pemasaran yang dapat dilihat pada Tabel 28.
67
Tabel 28. Kinerja Pemasaran Ikan Kerong Pada Setiap Rantai Pemasaran
Efisiensi Pemasaran (%) Keterangan
Nilai Tambah (Rp) ≥50% <50%
<0
Excellent
≥0 (6.977;4,1)
Sumber : Data Primer Diolah, 2021.
rantai pemasaran memiliki nilai analisis EP <50%. Rata-rata nilai tambah pada empat
rantai pemasaran yaitu Rp11.356 atau NT ≥0, sedangkan rata-rata nilai efisiensi pemasaran
pada empat rantai pemasaran ikan kering jenis gleberan yaitu 2,9%. Melalui analisis
modifikasi nilai tambah dan efisiensi rantai pemasaran produk ikan kering jenis gleberan
dapat diperoleh kriteria keputusan yaitu dalam keadaan “Excellent”.
Berdasarkan hasil kinerja pemasaran pada ikan kering jenis kerong, kase dan
gleberan di Provinsi Bengkulu termasuk kedalam kategori “Excellent” selanjutnya akan
dikategorikan lagi secara rinci melalui tabel kinerja pemasaran modifikasi nilai tambah dan
efisiensi pemasaran “Excellent” yang terbagi menjadi kriteria keputusan Lowest, Lower,
Higher dan Highest. Hasil kinerja pemasaran ikan kering di Provinsi Bengkulu tersebut
dapat dilihat pada Tabel 31.
Table 31. Kinerja Pemasaran Kategori Excellent Ikan Kering di Provinsi Bengkulu
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa produk ikan kering jenis kerong, kase dan
gleberan di Provinsi Bengkulu memiliki empat pola rantai pemasaran. Ikan kering tersebut
dipasarkan oleh produsen ikan kering yang melibatkan lembaga pemasaran lainnya. Pola
rantai pemasaran tersebut yaitu :
1. Produsen Ikan Kering – Konsumen
2. Produsen Ikan Kering – Pengecer – Konsumen
3. Produsen Ikan Kering – Pengepul – Konsumen
4. Produsen Ikan Kering – Pengepul – Pengecer – Konsumen
Lembaga pemasaran yang terlibat pada proses pemasaran ikan kering tersebut akan
memasarkan produk ikan kering yang telah melalui tahap pengolahan yang dilakukan oleh
produsen ikan kering. Pengolahan ini disebut dengan nilai tambah pada proses pengolahan.
Nilai tambah pada produk ikan kering di Provinsi Bengkulu memperoleh nilai NT≥0
(positif), yang berarti produk ikan kering jenis kerong, kase dan gleberan di Provinsi
Bengkulu mampu menciptakan nilai tambah. Nilai tambah pada produk ikan kering jenis
Kerong, Kase dan Gleberan memiliki nilai berturut-turut yaitu Rp3.496, Rp2.350 dan
Rp5.336.
Produsen ikan kering memasarkan ikan kering ke lembaga pemasaran lainnya agar
sampai ke konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang terlibat pada rantai pemasaran
mengeluarkan biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini meliputi biaya transportasi, plastik
dan tenaga kerja. Biaya pemasaran akan mempengaruhi tingkat efisiensi rantai pemasaran
yang dilalui oleh produk ikan kering. Analisis efisiensi pemasaran yang terdapat pada
empat pola rantai pemasaran dikategorikan efisien, karena memiliki nilai biaya pemasaran
yang tidak lebih besar dari harga jual produk ikan kering. Nilai efisiensi paling kecil
terdapat pada rantai pemasaran yang paling pendek, sedangkan semakin panjang rantai
pemasaran maka nilai efisiensi pemasaran akan semakin besar. Walaupun hal tersebut
terjadi namun rantai pemasaran yang dilalui oleh produk ikan kering masih dalam kategori
efisien, karena bisa mempertahankan biaya pemasaran yang tidak melebihi harga jual
produk ikan kering ke konsumen akhir.
Nilai efisiensi pemasaran dan nilai tambah produk ikan kering jenis kerong, kase dan
gleberan di Provinsi Bengkulu tersebut dimodifikasi untuk mengetahui kinerja pemasaran
pada produk ikan kering, sehingga dikategorikan pada kriteria keputusan “Excellent”.
Kemudian kriteria “Excellent” tersebut dirincikan pada suatu tabel kinerja pemasaran yang
terbagi menjadi lowest, lower, higher dan highest. Ikan kering jenis kerong, kase dan
gleberan memiliki kriteria berturut-turut yaitu Lower, Lowest dan Highest.
71
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang berjudul “Analisis Rantai Pemasaran, Nilai Tambah dan Efisiensi
Pemasaran Ikan Kering di Provinsi Bengkulu” dapat diperoleh kesimpulan yaitu sebagai
berikut :
1. Rantai pemasaran ikan kering di Provinsi Bengkulu terbagi empat rantai pemasaran
yaitu 1) Produsen-Konsumen; 2) Produsen-Pengepul-Konsumen; 3) Produsen-
Pengecer-Konsumen dan 4) Produsen-Pengepul-Pengecer-Konsumen
2. Nilai tambah rantai pemasaran ikan kering di Provinsi Bengkulu pada jenis ikan
kerong, kase dan gleberan bernilai NT≥0 (positif). Nilai tambah pada rantai pemasaran
ikan kering kerong berturut-turut yaitu Rp3.496 (Rantai pemasaran I), Rp8.146 (Rantai
pemasaran II), Rp7.046 (Rantai pemasaran III) dan Rp9.222 (Rantai pemasaran IV).
Ikan kering kase yaitu Rp2.350 (Rantai pemasaran I), Rp5.328 (Rantai pemasaran II),
Rp4.228 (Rantai pemasaran III) dan Rp6.404 (Rantai pemasaran IV). Ikan kering
gleberan memiliki nilai tambah pemasaran yaitu Rp5336 (Rantai pemasaran I),
Rp13.705 (Rantai pemasaran II), Rp11.605 (Rantai pemasaran III) dan Rp14.781
(Rantai pemasaran IV).
3. Efisiensi pemasaran pada setiap rantai pemasaran jenis ikan kerong, kase dan gleberan
bernilai EP<50% yang berarti efisien. Kinerja pemasaran dimodifikasi antara nilai
tambah dan efisiensi pemasaran pada ikan kering jenis kerong, kase dan gleberan yaitu
memiliki kriteria keputusan Excellent.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terdapat saran sebagai berikut :
1. Produsen ikan kering di Provinsi Bengkulu diharapkan dapat melalui rantai pemasaran
yang dikategorikan efisien.
2. Produsen ikan kering di Provinsi Bengkulu diharapkan dapat meningkatkan nilai
tambah pada ikan kering jenis kase yang memiliki nilai tambah paling kecil,
dibandingkan dengan dua jenis ikan kering lainnya yaitu ikan kering jenis kerong dan
gleberan.
3. Lembaga pemasaran diharapkan dapat menjaga keadaan rantai pemasaran yang efisien,
dengan tetap memperhatikan biaya pemasaran dan harga jual ikan kering agar tetap
dalam kategori efisien.
72
DAFTAR PUSTAKA
Drakel, Arman, 2010. Kajian Marjin Pemasaran KOPRA di Kecamatan Oba di Kota
Tidore Kepulauan. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 3(1). 45-52.
Dunia, Firdaus Ahmad., Abdullah, Wasilah. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Kedua. Jakarta:
Salemba Empat.
Indraswari, Sagung Dwiyanti. 2015. Rantai pemasaran Pemasaran Belimbing Organik
(Averrhoa carambola L.) pada Kelompok Tani Sekar Sari Subak Mambal, Desa
Mambal, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. E-Jurnal Agribisnis dan
Agrowisata. 4(5). 2301-6523.
Hanafiah, A.M, Saefuddin, A.M. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Handoko, T. Hani. 200. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE.
Hansen, Don R dan Maryanne M Mowen. 2004. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba
Empat.
Hasanah, Uswatun, Mayshuri, Djuwari. 2015. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Sale
Pisang Di Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmu Pertanian. 3(18). 141–149.
Hasyim, A.I. 2012. Tataniaga Pertanian. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Hasyim, Ali. I. 1994. Tataniaga Pertanian. Buku Ajar. Fakultas Pertanian Bandar
Lampung: Universitas Lampung.
Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and
Processing in Upland Java. A Perspective from a Sunda Village. Bogor: The
CPGRT Centre.
Herudiyanto, M.S. 2008. Pengantar Teknologi Pengolahan Pangan. Bandung: Widya
Padjadjaran.
Herdiyanti, Yus Rusman, Muhamad Nurdin Yusuf. 2016. Analisis Nilai Tambah
Agroindustri Tepung Tapioka Di Desa Negaratengah Kecamatan Cineam
Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Agroinfo Galuh. 2(2):
81-86.
Heriansyah, 2004. Prospek Pengembangan Agribisnis Ikan Asap di Kecamatan Sinjai
Timur Kabupaten Sinjai. Tesis. Tidak dipublikasikan.
Janvier, JAM. 2012. A New Introduction to Supply Chains and Supply Chain
Management: Definitions and Theories Perspective. Journal International Business
Research. 5(1): 194-207
74
Jayanti. S., M. Ilza dan Desmelati. 2012. Pengaruh Penggunaan Minuman Berkarbonasi
Untuk Menghambat Kemunduran Mutu Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
pada Suhu Kamar. Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan. 17(2). 71-87.
Kamaludddin, 2008. Lembaga dan Rantai pemasaran Pemasaran. www.jurnalistik.co.id.
Di Akses pada tanggal 20 januari 2012.
Kohls, Richard L., and Joseph N. Uhl. 2002. Marketing of Agricultural Products. New
York: MacMillan Publishing Company.
Kotler, Philip. (2000). Marketing Management. Edisi Milenium, International Edition.
New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
Kotler, Philip, and Gary Amstrong. 2012. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 13. jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Kotler, P., & Armstrong, G. (2014). Principles of Marketing, 15th Edition. London:
Pearson Education Limited.
Limbong WH dan Sitorus P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor Press.
Maflahah, Iffan, Asfan, Vina IStiana, 2020. Analisis Nilai Tambah pada Pengolahan Beras
Ketan Menjadi Rengginang. Journal Of Science and Technology. 13(10. 67-70.
Mubyarto, 1993. Dua Puluh Tahun Penelitian Pedesaan. Yogyakarta: Aditya Media.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Mubyarto, 2002, Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi ke 3. PT. Pustaka LP3ES.
Murti, M. R. 2010. Performansi Pengering Ikan Aliran Alami memanfaatkan Energi
Kombinasi Kolektor Surya dan Tungku Biomassa. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
Cakram. 4(2). 93-98.
Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi 3.Salemba Empat: Jakarta.
Ningsih, K. 2011. Analisis Saluran dan Margin Pemasaran Petani Jambu Air Camplong
(Syzygium aqueum). Madura: Fakultas Pertanian Universitas Islam.
Novia, Wikw, Wan Abbas Zakaria, Dyah Aring Hepiana Lestari, 2013. Analisis Nilai
Tambah dan Kelayakan Pengembangan Agroindustri Beras Siger. JIIA. 1(3). 210-
217.
Nurhayati. 2016. Kinerja Rantai Pasok Dan Nilai Tambah Dengan Internalisasi Aspek
Lingkungan Pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging. Jurnal Teknologi Industri
Pertanian. 26 (3). 311-320.
75
Leroi, Joffraud JJ. 2000. Salt and smoke simultaneously effect chemical and sensory
quality of cold-smoked salmon during 5o Cstorage predicted using factorial design.
Journal of Food Protection. 6(3). 1222-1227.
Okpara, Michael. 2019. Efficiency Analyses Of Cocoa Marketing In a Abia State Nigerian.
Nigerian Agricultural Journal. 50(1). 58-65.
Pratama, Riansyah Comdeca Surya , Koesnoto Supranianondo. 2017. Analysis Of
Marketing Efficiency Of Beef Cattle On “Tirto Sari” Livestock At Sub District Of
Samboja, District Of Kutai Kartanegara, East Kalimantan. International Journal of
Environmental & Agriculture Research (IJOEAR). 12(3). 2454-1850.
Purnomo, S. (2002). Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Rahardi, F. I. Satyawibawa dan R. N. Setyowati. 2000. Agribisnis Peternakan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Rahim, Diah Retno Dwi Hastuti, dan Nasrun Rusli, 2017. Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Margin Pemasaran Kepiting Segar. Prosiding Simposium Nasional
Krustasea. 187-197.
Risqina, Finna. 2011. Partisipasi Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.
Rorvik, LM. 2000. Listeria monocytogenes in the smoked salmon industry. International.
Journal of Food Microbiology. 6(2). 183-190.
Saefuddin AM, Hanafiah AM. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta: UI. Press.
Santosa, Teguh hari. 2020. Marketing Analysis Of Lele Dumbo Fish (Clarias Gariepinus)
In Mojomulyo Village, Puger Districts. Jurnal Agribest. 4(1). 2581-1339.
Sayogyo, Pudjiwati. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa.
Jakarta: CV. Rajawali (YYIS).
Soekartawi, A. Soeharjo., J.l. Dillon., J.B. Hardaker.. 1985. Ilmu Usahatani dan Penelitian
Untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta: UI-Press.
Soekartawi, 2002. Agribisnis – Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudana , I Wayan, 2019. Anallisis Efisiensi Pemasaran Ikan Teri Segar Hasil Tangkapan
Nelayan di Desa Sanggalangit Kabupaten Buleleng. Jurnal Pendidikan Ekonomi.
11(2). 2599-1426.
Sudaryono, 2014. Aplikasi Statistik Untuk Penelitian. Jakarta: PT. Lentera Ilmu Cendikia.
Sudiyono. 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang:
UMM Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
76
Sumantri, Bambang, Agus Purwoko, Sriyoto, Ketut Sukiyono, dan Eko Sumartono. 2018.
Economic Value A Dried Fish Business Development in Bengkulu City. Journal of
Agricultural Research, 1(2). 123 – 133.
Sundari, Ristina Siti, Andri Kusmayadi, Dona Setia Umbara. 2017. Komparasi Nilai
Tambah Agroindustri Abon Ikan Lele Dan Ikan Patin Di Tasikmalaya. Jurnal
Pertanian Agros. 1 (19). 45-54.
Suparmin, Novira Kusrini, Eva Dolorosa, 2013. Analisis Distribusi Pemasaran Ikan Air
Tawar Hasil Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Di Kota Pontianak.
Jurnal Eksos. 9(2). 70-79.
Tahitu, J.M.,2014. Pengaruh Konsentrasi Garam Dan Waktu Perendaman Terhadap Cita
Rasa Ikan Kawalinya ( Selar Leptolepis ) Asin Kering. Biopendix. 1(1). 65–70.
Tapia, M. et al. 2008. Enviromental, Financial and Quality Assesment of Drinking Water
Processes at Waternet. Journal of Cleaner Production. 16: 401-409
Permatasari, Dewi, Budi Setia, Sudrajat. 2020. Efisiensi Pemasaran Keripik Kelapa (Studi
Kasus Pada PT. Dinaya Sambiana Loemintoe Di Dusun Cikoranji Desa Cimindi
Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo
Galuh. 1(7). 219–229.
Warsidi, E. 2008. Bagaimana Mengolah dan Mengawetkan Ikan. Bekasi: Mitra Utama.
Wijayanto, Dian, 2015. Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Ikan Teri di Kabupaten
Konawe Utara. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia. 2(2). 250-262.
77
L
A
M
P
I
R
A
N
78
KUESIONER PENELITIAN
No. Responden
Hari/Tanggal
Nama Enumerator
Alamat
No.HP
Harga (Rp/unit)
1 Garam
2 Es batu
3 Air
4 Bahan Bakar
5 Plastik
6 Tali
7 Karung
8 Lainnya .....
Biaya Penjemuran
1 Waring
2 Bambu/kayu
3
4
5 Lainnya ……..
Biaya Retribusi
Pungutan
1
daerah
Biaya Lainnya
1 …………
85
15. Berapa tingkat kemudahan bapak/ibu dalam menjual ikan kering tersebut?
a. Sangat mudah
b. Mudah
c. Sulit
d. Sangat sulit
16. Menurut bapak/ibu apa saja yang menjadi standar ikan kering yang baik ? (Jawaban
boleh lebih dari satu)
a. Warna ………….
b. Tektur ………….
c. Tingkat kekeringan ikan …………….
d. Lainnya………….
86
PENGECER/PENGEPUL/lainnya
KUESIONER PENELITIAN
No. Responden
Hari/Tanggal
Nama Enumerator
Alamat
No.HP
a. Hari
b. Minggu
c. Bulan sekali
5. Apakah Anda memiliki standarisasi dalam membeli ikan kering dari pengrajin?
Ya/Tidak* Jika Ya, terdiri dari berapa kelas produk?
a. Ukuran
b. Warna
c. Jenis
d. Tingkat kekeringan
e. Lainnya
6. Bagaimana sifat pembelian produk yang dilakukan? Borongan/Bertahap*
7. Bagaimana sistem upah yang diterapkan dalam usaha pengolahan ikan kering ini?
b. Harian
c. Borongan
d. Lainnya ................................
8. Kegiatan dan biaya Tenaga kerja apa saja yang anda lakukan?
Pria Wanita
Jenis TKDK TKLK TKDK TKLK
No
Kegiatan ∑ Upah ∑ Upah ∑ Upah ∑ Upah
org (Rp) org (Rp) org (Rp) org (Rp)
1 Sortasi,
Pengemasan,
Pengangkutan,
Bongkar muat
2 Lainnya
TKDK TKLK
No Jenis Periode Wanita Wanita
Responden Kegiatan Produksi Rata-rata
No Total Total Total (Rp)
Orang JK HK HOK Upah (Rp) Orang JK HK HOK Upah (Rp) (Rp)
Biaya Biaya
(Rp) (Rp)
a b k l m n=(k*l*m/8) o p=(k*o) t u v w=(t*u*v/8) x y=(t*x)
1 1 1 7 6 1 5.25 25000 175000 3 6 1 2.25 25000 75000 250000 125000
2 2 1 5 6 1 3.75 25000 125000 2 6 1 1.5 25000 50000 175000 87500
3 10 1 2 6 1 1.5 25000 50000 4 6 1 3 25000 100000 150000 75000
4 13 1 3 6 1 2.25 25000 75000 1 6 1 0.75 25000 25000 100000 50000
5 20 1 2 6 1 1.5 25000 50000 2 6 1 1.5 25000 50000 100000 50000
6 21 1 2 6 1 1.5 25000 50000 2 6 1 1.5 25000 50000 100000 50000
7 23 1 3 6 1 2.25 25000 75000 0 0 0 0 0 0 75000 37500
8 28 1 2 6 1 1.5 25000 50000 2 6 1 1.5 25000 50000 100000 50000
9 29 1 2 6 1 1.5 25000 50000 4 6 1 3 25000 100000 150000 75000
10 30 1 3 6 1 2.25 25000 75000 0 0 0 0 0 0 75000 37500
11 31 Pembersihan, 1 3 6 1 2.25 25000 75000 0 0 0 0 0 0 75000 37500
12 33 Penggaraman, 1 2 6 1 1.5 25000 50000 0 0 0 0 0 0 50000 25000
13 34 Pembelahan, 1 2 6 1 1.5 25000 50000 0 0 0 0 0 0 50000 25000
14 35 Penjemuran, 1 0 0 0 0 0 0 5 6 1 3.75 25000 125000 125000 62500
15 36 Sortasi 1 2 6 1 1.5 25000 50000 0 0 0 0 0 0 50000 25000
16 39 1 0 0 0 0 0 0 3 6 1 2.25 25000 75000 75000 37500
17 40 1 0 0 0 0 0 0 4 6 1 3 25000 100000 100000 50000
18 43 1 0 0 0 0 0 0 4 6 1 3 25000 100000 100000 50000
19 44 1 2 6 1 1.5 25000 50000 4 6 1 3 25000 100000 150000 75000
20 45 1 2 6 1 1.5 25000 50000 3 6 1 2.25 25000 75000 125000 62500
21 46 1 1 6 1 0.75 25000 25000 0 0 0 0 0 0 25000 12500
22 47 1 2 6 1 1.5 25000 50000 0 0 0 0 0 0 50000 25000
23 49 1 0 0 0 0 0 0 2 6 1 1.5 25000 50000 50000 25000
24 53 1 2 6 1 1.5 25000 50000 0 0 0 0 0 0 50000 25000
25 56 1 0 0 0 0 0 0 3 6 1 2.25 25000 75000 75000 37500
26 59 1 0 0 0 0 0 0 4 6 1 3 25000 100000 100000 50000
27 64 1 1 6 1 0.75 25000 25000 3 6 1 2.25 25000 75000 100000 50000
28 65 1 1 6 1 0.75 25000 25000 4 6 1 3 25000 100000 125000 62500
29 69 1 2 6 1 1.5 25000 50000 2 6 1 1.5 25000 50000 100000 50000
30 70 1 1 6 1 0.75 25000 25000 3 6 1 2.25 25000 75000 100000 50000
31 73 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 86 1 2 6 1 1.5 25000 50000 0 0 0 0 0 0 50000 25000
33 89 1 2 6 1 1.5 25000 50000 0 0 0 0 0 0 50000 25000
34 Total 33 58 150 25 43.5 625000 1450000 64 126 21 48 525000 1600000 3050000 1525000
35 Rata-rata 1 1.75758 4.54545 0.75758 1.31818 18939.394 43939.3939 1.93939 3.81818 0.63636 1.45455 15909.091 48484.8485 92424.24 46212.12121
100
Satuan
No Variabel Notasi Hasil
Output, input, harga
1 Output Kg A 24.63
Bahan Baku Kg B 73.90
Tenaga Kerja HOK C 2.77
Faktor Konversi D=A/B 0.33
Koefisien Tenaga
Kerja HOK/Kg E=C/B 0.04
Harga Output Rp/Kg F 22000
Upah Tenaga Kerja Rp/HOK G 25000
Penerimaan dan keuntungan
2 Harga Bahan baku Rp/Kg H 3518
Harga input lainnya Rp/Kg I 319
Nilai Output Rp/Kg J=DXF 7332
Nilai Tambah Rp/Kg K=J-I-H 3496
Rasio Nilai Tambah % L=K/JX100% 48
Pendapatan Tenaga
Kerja Rp/Kg M=EXG 886
Pangsa Tenaga Kerja % N=M/KX100% 25
Keuntungan Rp/Kg O=K-M 2609
Tingkat Keuntungan % P=O/JX100% 36
Balas jasa pemilik faktor
produksi
3 Marjin Rp/Kg Q=J-H 3815
Pendapatan Tenaga
Kerja % R%=M/QX100% 23
Sumbangan input lain % S%=I/QX100% 8
Keuntungan % T%=O/QX100% 68
123
Satuan
No Variabel Notasi Hasil
Output, input, harga
1 Output Kg A 31.12
Bahan Baku Kg B 93.39
Tenaga Kerja HOK C 2.83
Faktor Konversi D=A/B 0.33
Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg E=C/B 0.03
Harga Output Rp/Kg F 16000
Upah Tenaga Kerja Rp/HOK G 25000
Penerimaan dan keuntungan
2 Harga Bahan baku Rp/Kg H 2714
Harga input lainnya Rp/Kg I 268
Nilai Output Rp/Kg J=DXF 5332
Nilai Tambah Rp/Kg K=J-I-H 2350
Rasio Nilai Tambah % L=K/JX100% 44
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg M=EXG 759
Pangsa Tenaga Kerja % N=M/KX100% 32
Keuntungan Rp/Kg O=K-M 1591
Tingkat Keuntungan % P=O/JX100% 30
Balas jasa pemilik faktor
produksi
3 Marjin Rp/Kg Q=J-H 2618
Pendapatan Tenaga Kerja % R%=M/QX100% 29
Sumbangan input lain % S%=I/QX100% 10
Keuntungan % T%=O/QX100% 61
124
Satuan
No Variabel Notasi Hasil
Output, input, harga
1 Output Kg A 31.69
Bahan Baku Kg B 95.08
Tenaga Kerja HOK C 2.5
Faktor Konversi D=A/B 0.33
Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg E=C/B 0.03
Harga Output Rp/Kg F 30000
Upah Tenaga Kerja Rp/HOK G 25000
Penerimaan dan keuntungan
2 Harga Bahan baku Rp/Kg H 4497
Harga input lainnya Rp/Kg I 166
Nilai Output Rp/Kg J=DXF 9999
Nilai Tambah Rp/Kg K=J-I-H 5336
Rasio Nilai Tambah % L=K/JX100% 53
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg M=EXG 657
Pangsa Tenaga Kerja % N=M/KX100% 12
Keuntungan Rp/Kg O=K-M 4679
Tingkat Keuntungan % P=O/JX100% 47
Balas jasa oemilik faktor
produksi
3 Marjin Rp/Kg Q=J-H 5502
Pendapatan Tenaga Kerja % R%=M/QX100% 12
Sumbangan input lain % S%=I/QX100% 3
Keuntungan % T%=O/QX100% 85
125
Total
No Nama Dijual ke Pengepul Dijual ke Pengecer Dijual ke Konsumen
Pola I Pola II Pola III Pola IV
a b c d e f=e g=c h=d i=c,d,e
1 Laili 1 1 1 1 1 1 1
2 Hamsah 1 1 1 1 1 1 1
3 Repmi 1 1
4 Nurhayati 1 1 1 1 1 1 1
5 Asmarni 1 1 1 1 1 1 1
6 Yanti 1 1 1 1 1 1 1
7 Marni 1 1 1 1
8 Siti Rohmah 1 1
9 Muriana 1 1
10 Sugiarti 1 1 1 1 1 1 1
11 Miranda 1 1
12 Lika 1 1 1 1
13 Rosdiana 1 1
14 Tiana Widayanti 1 1
15 Elvi 1 1 1 1
16 Santi 1 1 1 1 1 1 1
17 Kusmodi 1 1
18 Yusnaedi 1 1 1 1 1 1 1
19 Karlina 1 1
20 Beti 1 1 1 1
21 Savinatun 1 1
22 Nihira 1 1 1 1 1 1 1
23 Sarma 1 1
24 Yarni 1 1
25 Ismawati 1 1 1 1 1 1 1
26 Anisa 1 1 1 1
27 Amriana 1 1 1 1
28 Hasurya 1 1 1 1
29 Maniajuni 1 1 1 1
30 Maharani 1 1
31 Fatamawati 1 1
32 Dasim 1 1
33 Fatimah 1 1
34 Triani 1 1
35 Adila 1 1 1 1 1 1 1
36 Evilastriati 1 1
37 Suciati 1 1
38 Beta Apreni 1 1 1 1
39 Isnawati 1 1 1 1 1 1 1
40 Savinaton 1 1 1 1
126
Total
No Nama Dijual ke Pengepul Dijual ke Pengecer Dijual ke Konsumen
Pola I Pola II Pola III Pola IV
a b c d e f=e g=c h=d i=c,d,e
41 Suryani 1 1 1 1 1 1 1
42 Nursia 1 1
43 Kasmi 1 1 1 1 1 1 1
44 Risnawati 1 1
45 Ali Subur simatupang 1 1 1 1 1 1 1
46 Tri Wahyuni 1 1
47 Triani 1 1
48 Sarifudin 1 1 1 1
49 Samsia 1 1 1 1
50 Nurhayani 1 1 1 1 1 1 1
51 Aldi 1 1
52 Tincerian 1 1 1 1
53 Mardiana 1 1
54 Sudirman 1 1
55 Miryana 1 1 1 1 1 1 1
56 Jentiana Panjaitan 1 1
57 Mayani 1 1
58 Nurbani 1 1
59 Samsudin 1 1 1 1 1 1 1
60 Meri 1 1 1 1 1 1 1
61 Mirnawati 1 1 1 1
62 Yansar 1 1 1 1 1 1 1
63 Kartini 1 1 1 1
64 Nihro 1 1 1 1
65 Tiniani 1 1 1 1
66 Siti andani 1 1 1 1
67 Kamise 1 1 1 1
68 Aslama 1 1 1 1
69 Anis Irwan 1 1 1 1
70 ratnawati 1 1 1 1 1 1 1
71 Zumawati 1 1 1 1 1 1 1
72 Tamrin 1 1 1 1
73 Hardiono 1 1
74 Susi Susanti 1 1
75 Indah 1 1 1 1
76 Supian 1 1 1 1
77 Amiratim 1 1 1 1 1 1 1
78 Etik 1 1 1 1
79 Subhan 1 1
80 Mislawi 1 1
127
Total
No Nama Dijual ke Pengepul Dijual ke Pengecer Dijual ke Konsumen
Pola I Pola II Pola III Pola IV
a b c d e f=e g=c h=d i=c,d,e
81 Armadi 1 1
82 Hamzah 1 1
83 Farida 1 1 1 1 1 1 1
84 Aslidiana m 1 1 1 1
85 Mardian wahyuni 1 1
86 Suhatiah 1 1
87 Siti harna 1 1
88 Reni 1 1 1 1 1 1 1
89 Khusni 1 1 1 1 1 1 1
90 Afrizal 1 1 1 1 1 1 1
91 Sariati 1 1
92 Manaupik 1 1
93 Esmawati 1 1 1 1 1 1 1
94 Liberti 1 1
95 Arini 1 1
96 Eca 1 1
97 Diosa 1 1
98 Barlian 1 1
99 Faridawati 1 1 1 1
100 Sion 1 1 1 1
101 Desi 1 1 1 1
102 Elmayudaini 1 1
103 Ilen 1 1 1 1 1 1 1
104 Eliza 1 1 1 1
105 Desi Anggriani 1 1 1 1
106 Santi 1 1
107 Fitriani 1 1 1 1
108 Eva 1 1 1 1
109 Renda 1 1
110 Anis 1 1
111 Susilawati 1 1
112 Nurbaiti 1 1 1 1 1 1 1
113 Rusli Tamril 1 1 1 1
114 Sisi 1 1
115 Ramli 1 1
116 Widya Suliani 1 1
117 Anita 1 1
118 Ernimawati 1 1
119 Naumi 1 1
120 Ichi Ramadhani 1 1
128
Total
No Nama Dijual ke Pengepul Dijual ke Pengecer Dijual ke Konsumen
Pola I Pola II Pola III Pola IV
a b c d e f=e g=c h=d i=c,d,e
121 Elvina 1 1
122 Rika Candra P 1 1 1 1
123 Wati 1 1 1 1
124 Syafni Rifson 1 1 1 1
125 Tiara 1 1 1 1
126 Salinanti 1 1 1 1
127 Mariam 1 1
128 Gusnida 1 1
129 Supriani 1 1
130 Titi 1 1
131 Desi Gustinova 1 1
132 Salim 1 1
133 Mira Susanti 1 1 1 1
134 Julpa Astuti 1 1 1 1
135 Evitamalasari 1 1 1 1
136 Asmaria 1 1 1 1
137 Yelni 1 1 1 1
138 Rapinati 1 1
139 Bastari 1 1 1 1
140 Kasmiliati 1 1 1 1
141 Neni 1 1 1 1
142 Fitri Ayu 1 1
143 Fatmawati 1 1 1 1
144 Rahma Eka 1 1
145 Roslaini 1 1
146 Murniati 1 1
147 Anis 1 1 1 1
148 Ildaniyati 1 1
149 Idarmi 1 1
150 Mariyati 1 1
151 Idel N 1 1
152 Mariyani 1 1
153 Yeni 1 1 1 1
154 Mardiyani 1 1 1 1
155 Fitri 1 1 1 1
156 Sihas 1 1 1 1
157 Sinta 1 1 1 1
Total 157 72 43 43 158 72 30
129
Jenis Ikan
No Sumber Kerong Gleberan
Responden Harga beli Harga Jual Harga Jual
Pembelian
Jumlah (Kg) Harga beli (Rp/Kg) Harga Jual (Rp/Kg) Harga Jual (Rp/Kg) Jumlah (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
ke- Pengecer ke- Konsumen ke- Pengecer ke- Konsumen
1 Pengrajin 50 19,273 23,000 25,000 40 26,554 34,000 36,000
2 Pengrajin 50 19,273 23,000 25,000 50 26,554 34,000 36,000
3 Pengrajin 50 19,273 23,000 25,000 35 26,554 34,000 36,000
4 Pengrajin 35 19,273 23,000 25,000 40 26,554 34,000 36,000
5 Pengrajin 40 19,273 23,000 25,000 45 26,554 34,000 36,000
6 Pengrajin 75 19,273 23,000 25,000 50 26,554 34,000 36,000
7 Pengrajin 40 19,273 23,000 25,000 75 26,554 34,000 36,000
8 Pengrajin 70 19,273 23,000 25,000 75 26,554 34,000 36,000
9 Pengrajin 50 19,273 23,000 25,000 50 26,554 34,000 36,000
10 Pengrajin 75 19,273 23,000 25,000 50 26,554 34,000 36,000
11 Pengrajin 75 19,273 23,000 25,000 50 26,554 34,000 36,000
Total 610 212000 253000 275000 560 292094 374000 396000
Rata-rata 55.45454545 19272.72727 23000 25000 50.90909091 26554 34000 36000
Jenis Ikan
No Sumber Kase
Total Ikan (Kg)
Responden Jumlah Harga Jual
Pembelian
(Kg) Harga beli (Rp/Kg) Harga Jual (Rp/Kg) (Rp/Kg)
ke- Pengecer ke- Konsumen
1 Pengrajin 50 13,945 17,000 18,000 140
2 Pengrajin 50 13,945 17,000 18,000 150
3 Pengrajin 45 13,945 17,000 18,000 130
4 Pengrajin 45 13,945 17,000 18,000 120
5 Pengrajin 40 13,945 17,000 18,000 125
6 Pengrajin 40 13,945 17,000 18,000 165
7 Pengrajin 40 13,945 17,000 18,000 155
8 Pengrajin 50 13,945 17,000 18,000 195
9 Pengrajin 40 13,945 17,000 18,000 140
10 Pengrajin 40 13,945 17,000 18,000 165
11 Pengrajin 50 13,945 17,000 18,000 175
Total 490 153394.4954 187000 198000 1660
Rata-rata 44.54545455 13944.95413 17000 18000 150.9090909
130
Jenis Ikan
No Sumber Kerong Gleberan Kase Total Ikan
Responden Harga beli Harga Jual Jumlah Harga beli Harga Jual Jumlah Harga beli Harga Jual (Rp)
Pembelian
Jumlah (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Jenis Ikan
No Sumber Kerong Gleberan Kase Total Ikan
Responden Harga beli Harga Jual Jumlah Harga beli Harga Jual Jumlah Harga beli Harga Jual (Rp)
Pembelian
Jumlah (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
12 Pengrajin 35 19,273 24,000 20 26,554 34,000 25 13,945 17,000 80
13 Pengrajin 25 19,273 24,000 25 26,554 34,000 30 13,945 17,000 80
14 Pengrajin 20 19,273 24,000 25 26,554 34,000 25 13,945 17,000 70
15 Pengrajin 25 19,273 24,000 30 26,554 34,000 35 13,945 17,000 90
16 Pengrajin 30 19,273 24,000 25 26,554 34,000 35 13,945 17,000 90
Total 135 96365 120000 125 132770 170000 150 69724.77064 85000 410
Rata-rata 27 19273 24000 25 26554 34000 30 13944.95413 17000 82
131
Pria
No
Jenis Kegiatan TKDK TKLK
Responden
∑ Org JK HK HOK Upah (Rp) Total Biaya (Rp) ∑ Org JK HK HOK Upah (Rp) Total Biaya (Rp)
1 0 6 1 0 50000 50000 1 6 1 0.75 50000 50000
2 0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0
3 0 6 1 0 0 0 1 6 1 0.75 50000 50000
4 0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0
5 0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0
6 1 6 1 0.75 50000 50000 0 6 1 0 0 0
7 Sortasi 1 6 1 0.75 50000 50000 0 6 1 0 0 0
8 Pembersihan 0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0
9 Pengemasan 0 6 1 0 0 0 1 6 1 0.75 50000 50000
10 Penjualan 1 6 1 0.75 50000 50000 0 6 1 0 50000 0
11 Pengangkutan 0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0
12 Bongkar Muat 0 6 1 0 0 0 1 6 1 0.75 50000 50000
13 0 6 1 0 0 0 1 6 1 0.75 50000 50000
14 1 6 1 0.75 50000 50000 0 6 1 0 0 0
15 1 6 1 0.75 50000 50000 0 6 1 0 0 0
16 0 6 1 0 0 0 1 6 1 0.75 50000 50000
Total 5 96 16 3.75 300000 300000 6 96 16 4.5 350000 300000
Rata-rata 0.3125 6 1 0.234 18750 18750 0.375 6 1 0.28125 21875 18750
132
Wanita
Total
TKDK TKLK
∑ Org JK HK HOK Upah (Rp) Total Biaya (Rp) ∑ Org JK HK HOK Upah (Rp) Total Biaya (Rp) (Rp)
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 25000
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 0
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 12500
1 6 1 0.75 50000 50000 0 6 1 0 0 0 12500
0 6 1 0 0 0 1 6 1 0.75 50000 50000 12500
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 12500
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 12500
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 0
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 12500
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 12500
0 6 1 0 0 0 1 6 1 0.75 50000 50000 12500
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 12500
1 6 1 0.75 50000 50000 0 6 1 0 0 0 25000
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 12500
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 12500
0 6 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 12500
2 96 16 1.5 100000 100000 2 96 16 1.5 100000 100000
200000
0.125 6 1 0.09375 6250 6250 0.125 6 1 0.09375 6250 6250
133
Pria
No
Jenis Kegiatan TKDK TKLK
Responden
∑ Org JK HK HOK Upah (Rp) Total Biaya (Rp) ∑ Org JK HK HOK Upah (Rp) Total Biaya (Rp)
12 Sortasi, Pembersihan, 0 0 0 0 50000 0 1 6 1 0.75 50000 50000
13 Pengemasan, 0 0 0 0 50000 0 1 6 1 0.75 50000 50000
14 Penjualan, Pengangkutan 1 6 1 0.75 50000 50000 0 0 0 0 50000 0
15 dan Bongkar muat 1 6 1 0.75 50000 50000 0 0 0 0 50000 0
16 0 0 0 0 50000 0 2 6 1 1.5 50000 100000
Total 2 12 2 1.5 250000 100000 4 18 3 3 250000 200000
Rata-rata 0.4 2.4 0.4 0.3 50000 20000 0.8 3.6 0.6 0.6 50000 40000
Wanita
No Total
Jenis Kegiatan TKDK TKLK
Responden
∑ Org JK HK HOK Upah (Rp) Total Biaya (Rp) ∑ Org JK HK HOK Upah (Rp) Total Biaya (Rp) (Rp)
12 Sortasi, Pembersihan, 0 0 0 0 50000 0 0 0 0 0 0 0 12500
13 Pengemasan, 1 6 1 0.75 50000 50000 0 0 0 0 0 0 25000
14 Penjualan, Pengangkutan 0 0 0 0 50000 0 0 0 0 0 0 0 12500
15 dan Bongkar muat 0 0 0 0 50000 0 0 0 0 0 0 0 12500
16 0 0 0 0 50000 0 0 0 0 0 0 0 25000
Total 1 6 1 0.75 250000 50000 0 0 0 0 0 0
87500
Rata-rata 0.2 1.2 0.2 0.15 50000 10000 0 0 0 0 0 0
134
Rantai Pemasaran
No Keterangan
I II III IV
1 Produsen
Biaya Bahan Baku (Rp/Kg) 3517 3517 3517 3517
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Kg) 1251 1251 1251 1251
Biaya input lainnya :
• Garam (Rp/Kg) 301.1 301.1 301.1 301.1
• Es (Rp/Kg) 18.1 18.1 18.1 18.1
Total Biaya (Rp/Kg) : 5087 5087 5087 5087
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 22000 19273 19273 19273
2 Pengepul
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 19273 19273
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 489 489
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 588 588
Total Biaya (Rp) 1077 1077
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 25000 23000
Marjin (Rp/Kg) 5727 3727
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 4650 2650
3 Pengecer
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 19273 23000
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 224 159
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 954 764
Total Biaya (Rp) 1177 924
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 24000 27000
Marjin (Rp/Kg) 4727 4000
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 3550 3076
4 Konsumen
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 22000 25000 24000 27000
Total Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 0 1077 1177 2001
Total Marjin Pemasaran (Rp/Kg) 0 5727 4727 7727
Total Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 6739 4650 3550 5726
Efisiensi Pemasaran (%) 0 4.3 4.9 7.4
137
Rantai Pemasaran
No Keterangan
I II III IV
1 Produsen
Biaya Bahan Baku (Rp/Kg) 2714 2714 2714 2714
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Kg) 1012 1012 1012 1012
Biaya input lainnya :
• Garam (Rp/Kg) 252.8 252.8 252.8 252.8
• Es (Rp/Kg) 15.2 15.2 15.2 15.2
Total Biaya (Rp/Kg) : 3994 3994 3994 3994
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 16000 13945 13945 13945
2 Pengepul
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 13945 13945
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 489 489
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 588 588
Total Biaya (Rp) 1077 1077
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 18000 17000
Marjin (Rp/Kg) 4055 3055
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 2978 1978
3 Pengecer
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 13945 17000
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 224 159
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 954 764
Total Biaya (Rp) 1177 924
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 17000 20000
Marjin (Rp/Kg) 3055 3000
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 1878 2076
4 Konsumen
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 16000 18000 17000 20000
Total Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 0 1077 1177 2001
Total Marjin Pemasaran (Rp/Kg) 0 4055 3055 6055
Total Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 4018 2978 1878 4054
Efisiensi Pemasaran (%) 0 6.0 6.9 10.0
138
Rantai Pemasaran
No Keterangan
I II III IV
1 Produsen
Biaya Bahan Baku (Rp/Kg) 4498 4498 4498 4498
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Kg) 1155 1155 1155 1155
Biaya input lainnya :
• Garam (Rp/Kg) 150.2 150.2 150.2 150.2
• Es (Rp/Kg) 15.8 15.8 15.8 15.8
Total Biaya (Rp/Kg) : 5818 5818 5818 5818
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 30000 26554 26554 26554
2 Pengepul
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 26554 26554
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 489 489
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 588 588
Total Biaya (Rp) 1077 1077
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 36000 34000
Marjin (Rp/Kg) 9446 7446
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 8369 6369
3 Pengecer
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 26554 34000
Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 224 159
Tenaga Kerja (Rp/Kg) 954 764
Total Biaya (Rp) 1177 924
Harga Jual Ikan Kering (Rp/Kg) 34000 38000
Marjin (Rp/Kg) 7446 4000
Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 6269 3076
4 Konsumen
Harga Beli Ikan Kering (Rp/Kg) 30000 36000 34000 38000
Total Biaya Pemasaran (Rp/Kg) 0 1077 1177 2001
Total Marjin Pemasaran (Rp/Kg) 0 9446 7446 11446
Total Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 12545 8369 6269 9445
Efisiensi Pemasaran (%) 0 3.0 3.5 5.3
139
Rantai Pemasaran
No Variabel Satuan
I II III IV
Output, input, harga
1 Output Kg 31.69
Bahan Baku Kg 95.08
Tenaga Kerja HOK 2.50
Faktor Konversi 0.33
Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg 0.03
Harga Output Rp/Kg 30000
Upah Tenaga Kerja Rp/HOK 25000
Penerimaan dan keuntungan
2 Harga Bahan baku Rp/Kg 4497
Harga input lainnya Rp/Kg 166
Nilai Output Rp/Kg 9999
Nilai Tambah Rp/Kg 5336
Rasio Nilai Tambah % 53
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg 657
Pangsa Tenaga Kerja % 12
Keuntungan Rp/Kg 4679
Tingkat Keuntungan % 47
Balas jasa Pemilik faktor produksi
3 Marjin Rp/Kg 5502
Pendapatan Tenaga Kerja % 12
Sumbangan input lain % 3
Keuntungan % 85
Penerimaan dan keuntungan (Pengepul)
4 Harga Bahan baku Rp/Kg 26554 26554
Harga input lainnya Rp/Kg 1077 1077
Nilai Output Rp/Kg 36000 34000
Nilai Tambah Rp/Kg 8369 6369
Rasio Nilai Tambah % 24 19
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg 567 565
Pangsa Tenaga Kerja % 7 9
Keuntungan Rp/Kg 7953 5955
Tingkat Keuntungan % 22 18
Balas jasa (Pengepul)
5 Marjin Rp/Kg 9446 7446
Pendapatan Tenaga Kerja % 6 8
Sumbangan input lain % 10 12
Keuntungan % 84 80
Penerimaan dan keuntungan (Pengecer)
6 Harga Bahan baku Rp/Kg 26554 34000
Harga input lainnya Rp/Kg 1177 924
Nilai Output Rp/Kg 34000 38000
Nilai Tambah Rp/Kg 6269 3076
Rasio Nilai Tambah % 19 8
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg 1458 1346
Pangsa Tenaga Kerja % 23 43
Keuntungan Rp/Kg 4845 1755
Tingkat Keuntungan % 14 5
Balas jasa (Pengecer)
7 Marjin Rp/Kg 7446 4000
Pendapatan Tenaga Kerja % 20 34
Sumbangan input lain % 15 22
Keuntungan % 65 44
Total Nilai Tambah Rp/Kg 5336 13705 11605 14781
143