Anda di halaman 1dari 93

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KADAR SERAT MPEK-MPEK

YANG DI SUPLEMENTASI DENGAN TEPUNG BIJI LABU


KUNING (Cucurbita moschata)

TUGAS AKHIR

Diajukan ke Program Studi DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang


sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Oleh :

SONIA RUXMANA
NIM : 172110111

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN GIZI
Tugas Akhir, Juni 2020
SONIA RUXMANA

Mutu Organoleptik dan Kadar Serat Mpek-mpek yang di Suplementasi


dengan Tepung Biji Labu Kuning (Cucurbita moschata)
ix+ 52 Halaman + 15 Tabel + 1 Gambar + 2 Grafik + 12 Lampiran

ABSTRAK

Mpek-mpek merupakan makanan tradisional masyarakat Sumatra


Selatan. Mpek-mpek mengandung karbohidrat dan protein yang tinggi akan tetapi
kandungan serat masih rendah. Untuk dapat meningkatkan kadar serat Mpek-mpek
perlu penambahan serat dari bahan makanan lain. Salah satu bahan makanan yang
mengandung kadar serat tinggi adalah tepung biji labu kuning, serat dalam tepung
biji labu kuning dapat membantu melancarkan gangguan pada pencernaan.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui mutu organoleptik dan kadar serat
Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 1 kontrol dengan 2 kali
pengulangan. Perlakuan tersebut adalah suplementasi biji labu kuning 0 gr (A),
(B) 25gr, 30gr (C) dan 35 gr (D). Penelitian ini dilakukan pada bulan September
2019 – Juni 2020. Uji Organoleptik dilakukan di laboratorium ITP Poltekkes
Kemenkes Padang. Data Hasil Uji Organoleptik dianalisis dengan uji sidik ragam
(ANOVA), dan jika ada perlakuan yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan
Uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Selanjutnya
dilakukan uji kadar serat di Laboratorium Industri Baristand Padang.
Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah
perlakuan C dengan suplementasi tepung biji labu kuning 30 gr dengan nilai
rata-rata 2,99 (suka). Dan setelah diujikan dilaboratorium didapatlan hasil kadar
serat sebanyak 14,72%. Dari segi warna, aroma, rasa, dan tekstur pada perlakuan
terbaik memiliki nilai rata-rata paling tinggi. Hasil uji sidik ragam menunjukkan
tidak adanya perbedaan nyata antar perlakuan dari segi warna, aroma, rasa dan
tekstur. Maka tidak dilanjutkan dengan Uji Duncan New Multiple Range Test
(DNMRT) pada taraf 5%. Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar dapat
memanfaatkan tepung biji labu kuning untuk meningkatkan nilai ekonomis
Mpek-mpek dan peningkatan alternatif produk olahan pangan untuk pedagang
yang berjualan Mpek-mpek.

Kata kunci : Suplementasi, Tepung biji labu kuning, Serat, Mpek-mpek


Daftar Pustaka : 28 (2009-2019)
PADANG HEALTH POLITECHNIC MINISTRY OF HEALTH
NUTRITION AND INSTITUTIONAL APPLICABLE STUDY PROGRAM

Thesis, June 2020


SONIA RUXMANA

Organoleptic quality and fiber content of Mpek-mpek supplemented with


pumpkin seed flour (Cucurbita moschata)
ix + 52 Page + 15 Table + 1 Figure + 2 Graphs + 12 Attachments

ABSTRACT

Mpek-mpek is traditional food of the people of South Sumatra.


Mpek-mpek contains high carbohydrate and protein but the fiber content is still
low. To be able to increase the nutritional value of the Mpek-mpek, it is necessary
to add other nutrients such as the addition of fiber nutrients. One of the foods that
contain high fiber content is pumpkin seed flour, fiber in pumpkin seed flour can
help with digestive disorders. Pumpkin seed flour is added in making the
Mpek-mpek. This study aims to determine the organoleptic quality and fiber
content of Mpek-mpek supplemented with pumpkin seed flour.
The type of research is an experiment with a Completely Randomized
Design (CRD) consisting of 4 treatments and 1 control with two repetition. The
treatment is the supplemented of pumpkin seed flour 0 gr (A) , 25 gr (B), 30 gr (C)
and 35 gr (D). The research was conducted in September 2019- June 2020.
Organoleptic test were carried out in the ITP laboratory of the Padang health
polytechnic ministry of health. Organoleptic test data were analyzed by analysis of
variance (ANOVA) and if there were significantly different treatments then
continued with the duncan new multiple range test (DNMRT) at the 5% level. The
fiber content test was then conducted in the Padang Baristand Industrial
Laboratory.
Organoleptic test results showed that the best treatment was treatment C
with supplementation of 30 gr pumpkin seed flour with an average value of 2,99
(likes). And after being tested in the laboratory, the fiber content was 14,72%. In
the terms of color, scent, taste and texture, the best treatment has a high average
value. Variance test results showed no significant differences between treaatments
in terms of color, scent, taste, and texture. Then it is not followed by Duncan New
Multiple Range Test (DNMRT) at the level of 5%. It is recommended for further
researchers to be able to use pumpkin seed flour to increase the economic value of
the Mpek-mpek and increase alternative processed food products for traders who
sell the Mpek-mpek.

Keyword : Suplementation, Pumpkin seed flour, Fiber, Mpek-mpek


References : 28 (2009-2019)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sonia Ruxmana

Nim : 172110111

Tempat/tanggal lahir : Pariaman/17 Maret 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Jln. Mayor Rasyid, Ujung Batung, Kota Pariaman

Nama Orang Tua

Ayah : Syahruddin, S.Pd

Ibu : Harmonis, S.PdI

Riwayat Pendidikan

1. TK Aisyah Padang Kajai tamat tahun 2005

2. SDN 30 Taratak tamat tahun 2011

3. SMPN 2 Kota Pariaman tamat tahun 2014

4. SMAN 1 Kota Pariaman tamat tahun 2017

5. Poltekkes Kemenkes Padang DIII Jurusan Gizi tamat tahun 2020


i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun

Tugas Akhir dengan judul “Mutu Organoleptik dan Kadar Serat Mpek-mpek

yang di Suplementasi dengan Tepung Biji Labu Kuning (Cucurbita

moschata)”

Penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini merupakan suatu rangkaian dari

proses pendidikan pada Program Studi D-III Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Padang dan sebagai prasyarat dalam menyelesaikan pendidikan D III

Gizi pada masa akhir.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan pengarahan dari Ibu Ir. Mulyatni Nizar,

M.Kes selaku Pembimbing Utama dan Ibu Sri Darningsih, S.Pd, M.Si selaku

Pembimbing Pendamping Tugas Akhir. Ucapan terima kasih penulis juga

sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

Tugas Akhir ini. Ucapan terima juga penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes Padang.

2. Ibu Kasmiyetti, DCN, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Padang.

3. Ibu Safyanti, SKM, M.Kes selaku KaProdi DIII Gizi Poltekkes

Kemenkes Padang.

4. Bapak Ir. Zulferi,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik.

ii
5. Bapak dan Ibu Dosen beserta Civitas Akademika Jurusan Gizi

Poltekkes Kemenkes Padang.

6. Teristimewa kepada orang tua dan keluarga tercinta yang telah

memberikan kasih sayang, bimbingan dan motivasi sehingga penulis

dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.

7. Teman-teman Jurusan Gizi angkatan Tahun 2017 ( D-III Gizi 17 ) yang

telah membantu dalam proses perkuliahan dan penulisan Tugas Akhir

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,

Untuk itu penulis selalu terbuka untuk kritikan dan saran yang membangun guna

kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga dengan ini dapat memberikan manfaat

bagi kita semua. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tugas Akhir

ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan terutama bagi penulis

sendiri. Aamiin.

Padang, Juni 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................. 5
1. Tujuan Umum ............................................................................... 5
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 7
A. Mpek-mpek .......................................................................................... 7
1. Pengertian Mpek-mpek ................................................................. 8
2. Komposisi umum Mpek-mpek ...................................................... 8
3. Syarat mutu Mpek-mpek ............................................................... 8
4. Proses dalam pembuatan Mpek-mpek........................................... 9
5. Jenis-jenis Mpek-mpek ................................................................. 10
6. Prosedur pembuatan Mpek-mpek ................................................. 11
B. Labu kuning ......................................................................................... 12
1. Uraian tanaman Labu kuning ........................................................ 12
2. Jenis-jenis Labu kuning................................................................. 13
3. Manfaat dan kandungan zat gizi Labu kuning .............................. 14
4. Manfaat dan kandungan zat gizi biji Labu kuning ........................ 15
C. Serat .................................................................................................... 17
1. Pengertian Serat ............................................................................ 17
2. Jenis-jenis Serat ............................................................................. 18
3. Manfaat Serat ................................................................................ 19
4. Sumber Serat ................................................................................. 20
D. Uji Organoleptik ................................................................................. 21
1. Pengetian UJi Organoleptik .......................................................... 21
2. Jenis-jenis Panelis ......................................................................... 22
3. Jenis-jenis Uji Organoleptik .......................................................... 24
E. Nutrifikasi ........................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 26
A. Jenis dan rancangan penelitian ............................................................. 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 26
C. Bahan dan alat penelitian ..................................................................... 27
1. Bahan penelitian .............................................................................. 27
2. Alat penelitian.................................................................................. 27
3. Prosedur membuat Mpek-mpek labu kuning ................................... 28

iv
D. Tahapan Penelitian ............................................................................... 29
1. Penelitian pendahuluan .................................................................. 29
2. Penelitian lanjutan .......................................................................... 31
E. Pengamatan ......................................................................................... 31
1. Pengamatan subjektif ..................................................................... 31
2. Pengamatan objektif ....................................................................... 32
F. Cara pengolahan dan Analisis data ...................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 34


A. Hasil ..................................................................................................... 34
1. Pembuatan Mpek-mpek suplementasi tepung biji labu kuning ...... 34
2. Uji Organoleptik .............................................................................. 34
a. Warna ....................................................................................... 34
b. Aroma ....................................................................................... 35
c. Rasa .......................................................................................... 36
d. Tekstur ..................................................................................... 37
3. Perlakuan terbaik ............................................................................ 38
4. Nilai Gizi serat perlakuan terbaik .................................................. 39
B. Pembahasan .......................................................................................... 40
1. Uji Organoleptik ............................................................................ 40
a. Warna ....................................................................................... 41
b. Aroma ....................................................................................... 43
c. Rasa .......................................................................................... 44
d. Tekstur ..................................................................................... 45
e. Perlakuan Terbaik .................................................................... 46
f. Kadar Serat ............................................................................... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 49
A. Kesimpulan .......................................................................................... 49
B. Saran..................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Syarat mutu Mpek-mpek .................................................................... 8
Tabel 2. Komposisi zat gizi Mpek-mpek ......................................................... 9
Tabel 3. Kandungan zat gizi Labu kuning dalam 100 gr ................................. 14
Tabel 4. Kandungan zat gizi biji Labu kuning dalam 100 gr ........................... 15
Tabel 5. Asupan Serat menurut golongan umur............................................... 18
Tabel 6. Tingkat Perbandingan penggunaan Tepung tapioka dan Tepung
biji labu kuning ................................................................................ 26
Tabel 7. Pemakaian bahan baku untuk setiap perlakuan pada penelitian
pendahuluan ....................................................................................... 29
Tabel 8. Hasil uji organoleptik Mpek-mpek Tepung biji labu kuning pada
penelitian pendahuluan .................................................................... 30
Tabel 9. Skala Hedonik dan Numerik .............................................................. 31
Tabel 10. Nilai Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap Warna-
Pada Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung
biji labu kuning ................................................................................ 35
Tabel 11. Nilai Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap Aroma-
Pada Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung
biji labu kuning ................................................................................ 35
Tabel 12. Nilai Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap Rasa-
Pada Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung
biji labu kuning ................................................................................ 36
Tabel 13. Nilai Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap Tekstur-
Pada Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung
biji labu kuning ................................................................................ 37
Tabel 14. Nilai Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap Mutu
Organoleptik pada Mpek-mpek yang di suplementasi
dengan tepung biji labu kuning ........................................................ 38

vi
Tabel 15. Analisa zat gizi serat Mpek-mpek dengan suplementasi 30 gr tepung-
biji labu kuning dan kontrol ............................................................. 39

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jenis-jenis Labu Kuning ................................................................. 13

viii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Nilai Rata-rata kesukaan warna, aroma, rasa, dan tekstur-


pada Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji
labu kuning ....................................................................................... 38
Grafik 2. Hasil Laboratorium serat Mpek -mpek Tanpa suplementasi-
tepung biji labu kuning dan Suplementasi 30 gr .............................. 40

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skema pembuatan Mpek-mpek .................................................


Lampiran B. Bagan alir pembuatan Mpek-mpek tepung biji labu kuning .......
Lampiran C. Format Uji Organoleptik .............................................................
Lampiran D. Surat izin penelitian ....................................................................
Lampiran E. Hasil uji sidik ragam ...................................................................
Lampiran F. Anggaran biaya penelitian lanjutan .............................................
Lampiran G. Dokumentasi proses pembuatan tepung biji labu kuning ...........
Lampiran H. Dokumentasi proses pembuatan Mpek-mpek tepung biji-
labu kuning. ...............................................................................
Lampiran I. Dokumentasi penelitian lanjutan ..................................................
Lampiran J. Hasil uji laboratorium ..................................................................
Lampiran K. Daftar konsultasi pembimbing ....................................................
Lampiran L. Jadwal penyusunan KTI ..............................................................

x
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serat makanan adalah komponen bahan makanan nabati yang penting yang

tahan pada proses hidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan manusia. Menurut

definisi The American Association of Cereal Chemist (AACC) serat pangan adalah

bagian tumbuhan yang dapat dimakan atau analog dengan karbohidrat, yang tahan

terhadap pencernaan dan absorsi di dalam usus halus manusia dan mengalami

fermentasi sebagian di dalam usus besar. Serat pangan meliputi polisakarida,

karbohidrat analog, oligosakarida, lignin, dan bahan yang terkait dengan sel

tanaman. (Ayu Puspa,2014 : 33)

Serat makanan memainkan peran penting dalam kesehatan manusia. Pada

beberapa penelitian mengungkapkan hubungan antara asupan serat dan kejadian

penyakit sembelit, obesitas, kardiovaskular, kanker usus besar, dan diabetes

mellitus. Asupan serat yang direkomendasikan adalah 25-30 g / hari, dengan

penambahan serat ke makanan sebagai alternatif untuk mengimbangi kekurangan

dalam diet. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, 93,6%

penduduk berumur >10 tahun termasuk remaja (usia 13-18 tahun) kurang dalam

mengonsumsi serat (sayur dan buah). Rata-rata konsumsi serat di Indonesia secara

umum masih rendah sekitas 10,5 g/hari. ( Riskesdas 2013)

Nutrifikasi merupakan penambahan makronutrient ke dalam makanan.

Teknik nutrifikasi yaitu melakukan kombinasi antara satu jenis bahan makanan

dengan bahan makanan lain sehingga memiliki nilai gizi yang lebih seimbang bila

dibandingkan dengan hanya terdiri dari satu jenis bahan makanan saja.

1
2

Nutrifikasi memiliki beberapa istilah yaitu seperti fortifikasi (enrichment)

pemulihan kembali (resortasi), suplementasi, komplementasi dan substitusi.

Suplementasi yaitu peningkatan nilai gizi makanan dengan cara mencampurkan

bahan makanan lain yang mengandung salah satu zat gizi dalam jumlah rendah ke

dalam bahan makanan yang kandungan g izinya tinggi. Sehingga didapatkan bahan

campuran dengan zat gizi yang saling melengkapi. (Muntikah,2017 : 24)

Salah satu produk yang dapat di suplementasi adalah Mpek-mpek.

Mpek-mpek adalah makanan khas Palembang yang dibuat dari campuran daging

ikan (kadar daging ikan tidak kurang dari 50%) dan pati atau tanpa penambahan

bahan makanan yang di izinkan. Bahan dasar pembuatan mpek-mpek adalah

daging ikan, tapioka, air, garam halus dan bumbu tambahan lain. Campuran bahan

dapat dibuat dalam aneka bentuk kemudian dimasak dengan cara direbus, dikukus,

digoreng, maupun di panggang. Pada waktu dihidangkan, pempek tidak cukup

dimakan begitu saja tetapi dihidangkan bersama kuah atau cuko pempek sebagai

pelengkap. (Sugito,2005 : 148)

Mpek-mpek merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi oleh

semua kalangan umur, khususnya anak-anak dan orang dewasa. Mpek-mpek

disukai karena rasanya yang enak, dan juga mengandung gizi dan berprotein

tinggi yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kecerdasan, terutama bagi

anak-anak, namun tidak mengandung serat. Dalam 100 gr Mpek-mpek terdapat

kandungan gizi kalori 195 kkal, lemak 5,2 gr, protein12,61 gr dan karbohidrat

23,58 gr, dan rendah serat yaitu 0% serat. (Ahmad,2015 : 50)


3

Labu kuning merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang sudah lama

dikenal dan banyak digunakan masyarakat dalam olahan pangan tradisional, namun

belum banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan serta belum banyak

diusahakan pengawetannya. Padahal ketersediaan labu kuning di Indonesia relatif

tinggi. Data Badan Pusat Statistik tahun 2003 menunjukkan hasil rata-rata produksi

labu kuning seluruh Indonesia berkisar antara 20-21 ton per hektar. Namun tingkat

konsumsi labu kuning di Indonesia masih sangat rendah, kurang dari 5 kg per kapita

per tahun. (Hayati,2006 : 8)

Tingkat produksi Labu kuning di Indonesia relatif tinggi, dan produksinya

dari tahun ke tahun terus meningkat yaitu pada tahun 1999 produksinya 73.744 ton,

pada 2000 naik menjadi 83,333 ton, pada 2001 menjadi 96,667 ton, 103.451 ton

pada tahun 2003 dan 212.697 ton pada tahun 2006. Jumlah produksi tahun 2010

yang tercatat dalam BPS mencapai 369.846 ton. Namun tingkat konsumsi labu

kuning di Indonesia masih sangat rendah yaitu kurang dari 50 kg per kapita per

tahun (Hayati, 2006 : 9).

Salah satu jenis pangan yang dapat menjadi sumber energi dan protein

serta salah satu bahan pangan lokal sumber asam lemak esensial adalah biji labu

kuning. Biji labu kuning mengandung serat sebanyak 18 gr dalam berat 100 gr

nya, serat sangat membantu mengatasi masalah pencernaan, menjaga kesehatan

prostat dan kandung kemih, dan baik untuk kesehatan kulit. Penambahan bahan

seperti tepung biji labu kuning dapat meningkatkan nilai gizi serat pada

Mpek-mpek jika diolah dengan penanganan yang tepat. (Perdanianti,AM,2006 :

25)
4

Jumlah asupan serat yang optimal bervariasi berdasarkan jenis kelamin,

usia, dan status kehamilan seseorang. Namun, Akademi Nutrisi dan Diet di

Amerika merekomendasikan 25 gram per hari untuk wanita dewasa. Lalu, 30

gram serat per hari untuk pria dewasa. Penambahan bahan pangan yang kaya akan

serat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan serat orang dewasa yang sampai saat

ini masih kurang. Serat dibutuhkan oleh orang dewasa untuk membantu proses

metabolisme tubuh, diantaranya dengan cara menormalkan gerakan usus,

membantu menjaga kesehatan usus, menjaga kualitas tinja dan mempermudah

proses buang air besar. (Badan Kesehatan Dunia,WHO)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah konstipasi adalah

dengan mengonsumsi serat sesuai kebutuhan. Ketidakcukupan konsentrasi asupan

serat serat makanan berpengaruh secara signifikan terhadap konstipasi,asupan

serat makanan yang memenuhi kecukupan asupan serat perhari dapat mengurangi

resiko konstipasi. Selain asupan serat, faktor asupan cairan juga dapat

mempengaruhi terjadinya konstipasi. (Intan,2018 : 2)

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui “Mutu Organoleptik

dan Kadar Serat Mpek-mpek yang di Suplementasi dengan Tepung biji labu

kuning (Cucurbita moschata)”dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizi

mpek-mpek terutama serat.


5

B. Rumusan Masalah

Bagaimana “Mutu Organoleptik dan Kadar Serat Mpek-mpek yang di

Suplementasi dengan Tepung biji labu kuning (Cucurbita moschata)” ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum :

Mengetahui “Mutu Organoleptik dan Kadar Serat Mpek-mpek yang di

Suplementasi dengan Tepung biji labu kuning (Cucurbita moschata)”.

2. Tujuan khusus :

a. Diketahuinya nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap warna

Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning.

b. Diketahuinya nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa Mpek-mpek

yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning.

c. Diketahuinya nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma

Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning.

d. Diketahuinya nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur

Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning.

e. Diketahuinya suplementasi tepung biji labu kuning yang memberikan nilai

rata-rata kesukaan terhadap cita rasa mpek-mpek terbaik.

f. Diketahuinya kandungan serat dari perlakuan terbaik mpek-mpek yang

ditambahkan tepung biji labu kuning.


6

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Dengan diadakannya penelitian ini, maka peneliti akan mengetahui

pengaruh penambahan Tepung Biji Labu Kuning (Cucurbita moschata) terhadap

rasa, aroma, tekstur, dan warna, kadar serat, pada mpek-mpek.

Dapat dijadikan sebagai pengembangan kemampuan sehingga dapat

menerapkan Ilmu Teknologi Pangan dalam rangka pengembangan yang berkualitas,

dapat diterima oleh konsumen.

2. Bagi masyarakat .

Penelitian ini dapat di manfaatkan bagi mayarakat sebagai sumber ilmu dan

informasi untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang penambahan Tepung Biji

Labu Kuning (Cucurbita moschata) terhadap rasa, aroma, tekstur, dan warna, dan

kadar serat, pada Mpek-mpek.

Penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi masyarakat agar dapat lebih

mendayagunakan labu kuning dalam pembuatan makanan.

E. Ruang lingkup

Penambahan tepung biji labu kuning dalam pembuatan Mpek-mpek akan

meningkatkan nilai gizi terutama kadar serat pada Mpek-mpek, namun dalam

penelitian ini hanya akan meneliti pengaruh penambahan tepung biji labu kuning

terhadap mutu organoleptik, kadar serat pada Mpek-mpek.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Mpek-mpek

1. Pengertian Mpek-mpek

Mpek-mpek merupakan makanan tradisonal masyarakat Sumatra Selatan

yang dibuat dari campuran daging ikan, tepung tapioka, air dan garam yang

diaduk rata lalu dibentuk, direbus dan ditiriskan. Beberapa jenis ikan yang

biasanya digunakan sebagai bahan baku Mpek-mpek seperti ikan tengggiri, ikan

kakap merah, ikan parang-parang, dan ikan ekor kuning. Pada prinsipnya

Mpek-mpek dibuat melalui tahapan pengolahan ikan, pencampuran, pembentukan

dan pemasakan. (Yuanita,2009 : 17)

Dengan adanya kemajuan sekarang mpek-mpek tidak hanya dibuat dari

ikan tenggiri saja, tetapi banyak inovasi-inovasi lain seperti diganti dengan ikan

nila, daging ayam atau daging sapi. Namun, mpek-mpek Palembang umumnya

terbuat dari ikan tenggiri, kemudian dicampur tepung sagu atau tapioka.

Perbandingan campuran tepung sagu dengan porsi yang banyak akan membuat

pempek lebih empuk namun rasanya lebih tawar, karena memang makannya

dicampur dengan kuah cuko, sementara mpek-mpek dengan proporsi ikan yang

berimbang akan membuat mpek-mpek lebih padat tanpa kehilangan

kekenyalannya (Evianty,2014 : 1)

7
8

2. Komposisi Mpek-mpek

Bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan Mpek-mpek antara

lain adalah daging ikan tenggiri, tepung tapioka, tepung terigu , putih telur, air,

bawang putih, merica bubuk, garam dan kaldu bubuk. Lalu ada juga

bumbu-bumbu lain yang digunakan untuk membuat kuah Mpek-mpek seperti gula

merah, bawang putih, garam halus dan cabe rawit. Campuran bahan dapat dibuat

dalam aneka bentuk kemudian dimasak dengan cara direbus, dikukus, digoreng,

maupun di panggang. Pada waktu dihidangkan atau dimakan, mpek-mpek tidak

cukup dimakan begitu saja tetapi dihidangkan bersama kuah atau cuko

Mpek-mpek sebagai pelengkap. (Syntia dewi,2014 : 1)

3. Syarat Mutu Mpek-mpek

Menurut SNI 7661.1 : 2013 Mpek-mpek memiliki syarat mutu, dimana

syarat mutu tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Syarat Mutu Mpek-mpek berdasarkan SNI

Jenis Uji Satuan Persyaratan


A. Sensori Angka (1-9) Min 7
B. Cemaran Mikroba
-ALT Koloni/g Maks 5 x 104
-Escherichia coli APM/g <3
-Salmonella Per 25/gr Negatif
-Vibrio cholera Per 25/g Negatif
-Staphylococcus aureus Koloni/g Maks 1x 103
-Vibrio parhaemolyticus APM/g <3
C. Cemaran logam
-Merkuri (Hg) Mg/kg Maks 0,5
-Timbal (Pb) Mg/kg Maks 0,3
-Kadmium (Cd) Mg/kg Maks 0,1
-Arsen (As) Mg/kg Maks 1,0
-Timah (Sn) Mg/kg Maks 40,0
D.Fisika
o
-Suhu pusat C Maksimal -18
9

Komposisi zat gizi Mpek-mpek berdasarkan SNI 7661.1:2013 disamakan dengan

Mpek-mpek ikan gabus dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2. Komposisi zat gizi Mpek-mpek (SNI 7661.1:2013)

Komponen Satuan Persyaratan


o
Suhu pusat C Max. -18
Air % 1,34 bk
Abu % 6,32 bk
Protein % 6,32 bk
Lemak % 0,09 bk
Karbohidrat % 21,39 bk

4. Proses yang dilakukan dalam pembuatan Mpek-mpek

a. Merebus (Boiling)

Teknik ini memasak menggunakan cairan yang dimana cairan tersebut lebih

banyak daripada bahan makanan yang akan dimasak. Merebus biasanya

menggunakan temperatur mendidih air sekitar 100ºC. Prinsip yang harus di

perhatikan yang pertama adalah jenis bahan karena jenis bahan mempengaruhi

berapa lama waktu memasak. Lalu waktu memasak mempengaruhi berapa banyak

zat gizi yang terbuang akibat perebusan tersebut.

b. Menggoreng (Deep frying)

Teknik ini adalah teknik menggoreng menggunakan minyak yang banyak.

Dalam teknik ini bahan yang di goreng semua tenggelam oleh minyak. Dalam

teknik ini dalam proses pengolahan bahan makan menggunakan suhu yang tinggi.

Jumlah minyak yang digunakan memasak biasanya banyak dan hampir penuh.

Tujuan menggunakan minyak yang banyak adalah agar bahan yang diolah akan

matang secara merata (Rudy,Gery ,2018: 21)


10

5. Jenis – jenis Mpek-mpek

a. Pempek Kapal Selam

Mpek-mpek kapal salam adalah jenis Mpek-mpek yang paling populer.

Bentuknya dibuat mirip kapal selam tempo dulu Mpek-mpek ini berisi satu telor

utuh. Juga sering disebut mpek-mpek telok besak.

b. Mpek-mpek Lenjer

Mpek-mpek lenjer adalah mpek-mpek yang berbentuk silinder, panjang.

Dari bentuk panjang ini, kemudian dipotong jadi beberapa bagian.

c. Mpek-mpek Pistel

Mpek-mpek pistel ini juga dibuat dari adonan lenjer, dan berbentuk seperti

telor kecil. Bedanya adalah pada penutup bagian atas mpek-mpek pistel ditutup

dengan motif pistel. Isi mpek-mpek pistel adalah parutan pepaya muda yang

dimasak dengan santan. Di palembang ini juga dikenal dengan nama mpek-mpek

kates. Kates adalah sebutan masyarakat Palembang untuk buah papaya.

d. Mpek-mpek Adaan

Mpek-mpek ini bentuknya bulat. Adonannya beda dengan mpek-mpek lain.

Proses pembuatannya juga sangat berbeda. Kalau semua mpek-mpek lain melalui

mpek-mpek proses perebusan, maka adaan hanya melalui proses penggorengan

saja. Konon, ide adaan muncul dari sisa bahan pempek lenjer. Bahan yang belum

direbus itu kemudian dikreasi kembali.

e. Mpek-mpek keriting

Sering juga disebut mpek-mpek kerupuk. Dibuat dengan menggunakan alat

khusus. Alat yang digunakan biasa disebut „pirikan‟ oleh warga Palembang. Oleh

karena membuat mpek-mpek keriting ini membutuhkan tenaga ekstra dan tidak
11

mudah, maka sebagian orang menggunakan penggiling daging untuk membuat

bentuk helaian keriting itu.

f. Mpek-mpek Kulit

Mpek-mpek Kulit dibuat menggunakan adonan kulit ikan. Adonan kulit ini

hanya khusus untuk membuat mpek-mpek kulit saja dan tidak bisa digunakan untuk

membuat mpek-mpek lainnya. Sama seperti adaan, mpek-mpek kulit tidak melalui

proses perebusan. Adonan kulit yang sudah dibentuk bundar dan pipih langsung

dimasukkan ke dalam penggorengan. (Rudy Gerry,2018 : 8-9)

6. Prosedur pembuatan Mpek-mpek

a. Blender hingga halus daging ikan bersama bawang putih, garam, merica bubuk

dan kaldu bubuk. Lalu keluarkan dari blender taruh dalam wadah, tuang air

sedikit demi sedikit sambil diratakan menggunakan sendok/spatula (boleh juga

menggunakan mixer).

b. Masukkan tepung terigu, aduk hingga rata kemudian tambahkan putih telur,

aduk lagi hingga rata.

c. Tambahkan tepung tapioka sedikit demi sedikit, aduk menggunakan spatula,

aduk hingga rata.

d. Bentuk mpek-mpek sesuai selera, olesi tangan menggunakan tepung tapioka saat

membentuk mpek-mpek agar tidak lengket.

e. Rebus mpek-mpek dengan air mendidih hingga mengapung.

f. Setelah matang sajikan mpek-mpek dengan kuah cuko dan pelengkapnya bisa

langsung disajikan atau digoreng terlebih dahulu sesuai selera. (Rudy,Gerry :

26 )
12

B. Labu Kuning

1. Uraian tanaman Labu Kuning

Tanaman labu kuning merupakan tanaman semusim yang bersifat

menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau

spiral, berbatang basah dengan panjang 5-25 m. Tanaman labu kuning mempunyai

sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Labu kuning

merupakan satu-satunya buah yang awet atau tahan lama. Labu kuning akan awet

bila disimpan di tempat yang bersih dan kering, serta tidak ada luka pada buah

tersebut. (Hartati, 2011 : 5)

Tingkat produksi Labu kuning di Indonesia relatif tinggi, dan

produksinya dari tahun ke tahun terus meningkat yaitu pada tahun 1999

produksinya 73.744 ton, pada 2000 naik menjadi 83,333 ton, pada 2001 menjadi

96,667 ton, 103.451 ton pada tahun 2003 dan 212.697 ton pada tahun 2006.

jumlah produksi tahun 2010 yang tercatat dalam BPS mencapai 369.846 ton.

Namun tingkat konsumsi labu kuning di Indonesia masih sangat rendah yaitu

kurang dari 50 kg per kapita per tahun (Hayati,2006 : 9).

Labu kuning berasal dari genus cucurbita memiliki tiga macam yaitu

cucurbita pepo, cucurbita maxima dan cucurbita moschata. Labu kuning yang

berukuran kecil termasuk cucurbita pepo dan labu kuning berukuran besar

termasuk pada cucurbita maxima. Cucurbita moschata sangat cocok memiliki

kulit yang keras ketika matang. Cucurbita moschata biasanya paling banyak

terdapat di Asia dan Amerika.. (Hartati, 2011 : 5)


13

2. Jenis – jenis Labu Kuning

Labu kuning mempunyai varietas dari lebih empat puluh jenis, tetapi baru

beberapa jenis yang sudah dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Dengan kemajuan

teknologi pertanian, banyak diciptakan jenis baru pada buah labu kuning, jenis

labu banyak dihasilkan dari hasil persilangan. Persilangan dilakukan pada labu

dengan kemampuan berbeda, seperti rasa, tampilan dan kandungan gizinya. Labu

hibrida, tidak berbeda dengan labu umumnya, hanya bentuknya lebih besar,

seragam dan warnanya ada yang menyimpang dari varietas aslinya. (Hartati,2011 :

5)

Tanaman labu kuning terdiri dari beberapa varietas, yaitu :

a. Bokor atau crème

Bentuk buah bulat pipih, batang bersular panjang 3-5 m, daging buah

berwarna kuning, tebal, bertekstur halus, berasa manis dan gurih, berat buah 4-5 kg.

b. Ular

Bentuk buah panjang ramping,warna daging kuning, rasa kurang enak, berat buah

1-3 kg.

c. Kelenting

Bentuk buah bulat panjang (lonjong atau oval), kulit dan daging buah

berwarna kuning, panjang sulur 3-5 m, berat buah 2-5 kg.

A B C
14

Gambar 1.

A. Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch) Jenis Bokor atau crème

B. Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch) Jenis Ular, dan

C. Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch) Jenis Bokor atau crème

Dari segi taksonomi tumbuhan, buah labu kuning diklasifikasikan sebagai berikut :

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub kelas : Sympetalae

Ordo : Cucurbitales

Familia : Cucurbitaceae

Genus : Cucurbita

Spesies : Cucurbita moschata Duch.

3. Manfaat dan Kandungan Zat Gizi Labu Kuning

Secara lengkap, labu kuning mempunyai kandungan gizi pada tabel berikut :

Tabel 3. Kandungan Zat Gizi dalam 100 gr Labu kuning

Komposisi Jumlah
Kalori 51 kal
Protein 1,7 gr
Lemak 0,5 gr
Karbohidrat 10 gr
Kalsium 40 mg
Fosfor 180 mg
Besi 0,7 mg
Vitamin A 1569 SI
Vitamin B1 0,2 mg
Vitamin C 2 mg
Air 86,6 gr
Serat 2,7 gr
BDD 70%
Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2017)
15

Labu kuning mengandung sarat gizi, memiliki kandungan serat, vitamin dan

karbohidrat yang tinggi. Selain itu, didalam labu kuning juga terkandung 34 kalori,

lemak 0.8, 45 mg kalsium, dan mineral 0.8 sehingga labu kuning sangat baik

dikonsumsi oleh anak-anak maupun orang tua, karena kandungan gizi yang

terdapat didalamnya sangat baik untuk kesehata n tubuh. Pada anak-anak dapat

digunakan untuk menambah nafsu makan dan sebagai obat cacingan. Labu kuning

(Cucurbita moschata) merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A, B dan C,

mineral, serta karbohidrat. Daging buahnya pun mengandung antioksidan sebagai

penangkal berbagai jenis kanker. (Arisandi,2012 : 2)

4. Manfaat dan Kandungan Zat Gizi Biji Labu Kuning

Berikut tabel komposisi zat gizi biji labu kuning per 100 gr bahan pada tabel

berikut :

Tabel 4. Komposisi Zat Gizi Biji labu kuning per 100 gr bahan

Komposisi Jumlah
Energi 515 kal
Protein 30,6 gr
Lemak 42,1 gr
Karbohidrat 13,8 gr
Gula 5,3 gr
Kalsium 54 mg
Pospor 312
Besi 6,20 mg
Air 5,9%
Serat 18 gr

Sumber : ( Perdanianti A.M,2006 : 25)

State Department of Agricultural (USDA) 2010, terdapat kandungan gizi

biji labu kuning seperti fitokimia (fitosterol) 265 mg, polyunsaturated fatty acids

(PUFA) 20,9 gr, dan antioksidan (vitamin C 1,9 mg, vitamin E 35,10 mg, dan beta
16

karoten 9 µg) yang dapat menurunkan efek hiperkolesterolemia. (Ratna,Devi,2014 :

5)

Diet dengan tinggi serat dapat mengakibatkan penundaan absorpsi bahan

makanan di usus termasuk penundaan absoprsi karbohidrat, akibatnya kadar

glukosa menurun, hal ini menyebabkan sekresi insulin menurun. Dalam 100 gr biji

labu kuning kering mengandung PUFA 20,9 gr, PUFA memberikan pengaruh

dengan meningkatkan regulasi resptor LDL dihati sehingga dapat meningkatkan

katabolisme kolesterol LDL dan sekresi kolesterol LDL dari

tubuh.( Ratna,Devi,2014:15)

Kandungan lain dari biji labu kuning adalah zat besi. Biji labu kuning

merupakan sumber terbaik zat besi, vitamin E, omega 3, asam lino leat, zinc,

potasium, magnesium, protein, fosfor, kalsium dan lain-lain. Zat besi penting untuk

pembentukan sel darah merah, zinc dibutuhkan untuk pembentukan protein,

kalsium penting untuk pembentukan tulang. Biji labu kuning juga mengandung

manfaat yang mengagumkan untuk kesehatan serta kecantikan, dalam biji labu

kuning ada beragam zat yang bermanfaat, diantaranya: protein, anti-oksidan,

vitamin B kompleks, Vitamin E, fenol, serat, serta ada banyak yang lain.

(Ratna,Devi,2014 : 17)

Biji Cucurbita moschata mengandung beberapa zat, di antaranya sejenis

asam amino seperti m-karboksifenilalanina, pirazoalanina, asam amino butirat,

etilasparagina, dan sitrulina serta sejumlah asam amino lain yang diperlukan

kelenjar prostat seperti seminal alanina, glisina, dan asam glutamat. Biji ini juga

mengandung unsur mineral Zn (seng) dan Mg (Magnesium) yang sangat penting

bagi kesehatan organ reproduksi, termasuk kelenjar prostat.


17

Di dalam 100 gr biji labu kuning mengandung mineral Zinc sebesar 6,5

mg, kandungan lain pada 100 gr biji labu kuning adalah kalori 515,00 kal, protein

30,60 gr, lemak 42,10 gr, karbohidrat 13,80 gr, gula 5,30 gr, kalsium 54,00 mg,

pospor 312,00 mg, besi 6,20 mg, air 5,90 g, serat pangan 6 gr.

(Perdanianti,A.M 2006 : 25)

Manfaat Biji Labu Kuning

1. Biji labu kuning mempunyai manfaat untuk meringankan gejala Arthritis,

karena didalamnya terkandung zat anti peradangan.

2. Biji labu kuning dapat membantu mencegah kanker prostat pada pria.

3. Biji labu kuning memberikan sejumlah besar asam lemak omega-3, Omega-3

asam lemak dipercaya untuk membantu meringankan gejala berbagai masalah

kesehatan, termasuk ADHD, fibromyalgia, kolesterol tinggi, depresi, tekanan

darah tinggi dan arthritis.

4. Manfaat biji labu kuning lainnya adalah bersifat diuretic (peluruh air kencing),

sifat inilah yang membantu pengeluaran asam urat melalui urin.

5. Biji labu kuning mengandung magnesium, kalium, dan seng yang sangat

dibutuhkan untuk kesehatan, yaitu baik untuk kekebalan, kekuatan, dan

kepadatan tulang. (Carolina,2010 : 7)

C. Serat

1. Pengertian Serat

Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber,

merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari

karbohidrat yang memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan


18

penyerapan di usus halus manusia serta mengalami fermentasi sebagian atau

keseluruhan di usus besar. (Susanto,2011 : 1 )

Serat adalah bagian dari tanaman yang tidak dapat diserap oleh tubuh.

Namun akhir-akhir ini istilah serat mangalami perkembangan dengan pengertian

yang lebih tepat sehubungan dengan perannya di dalam tubuh. Serat makanan

merupakan bahan tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim dalam saluran

pencernaan manusia. Komponen serat makanan terdiri dari selulosa, pektin, gum,

musilago, dan lignin. Serat dalam makanan merupakan campuran yang kompleks

dari berbagai bahan yang memberikan ragam pengaruh terhadap saluran

pencernaan. Serat makanan berpengaruh terhadap pelepasan hormon intestinal

(pencernaan dalam usus), kalsium, zat besi, seng dan zat organik lainnya.

Tabel asupan serat dari umur 1-29 tahun pada tabel berikut :

Tabel 5. Asupan Serat menurut Golongan Umur

Kelompok umur Serat (gr)


1-3 tahun 19
4-6 tahun 20
7-9 tahun 23
Laki-laki
10-12 tahun 28
13-15 tahun 34
16-18 tahun 37
19-29 tahun 37
Perempuan
10-12 tahun 27
13-15 tahun 29
16-18 tahun 29
19-29 tahun 32
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor 28 tahun 2019

2. Jenis-jenis Serat

a. Berdasarkan sifat larutan

Serat dibedakan menjadi 2 golongan:


19

1. Serat larut air (Soluble Dietary Fiber/SDF), seperti pektin, musilago dan

gum merupakan bagian dalam dari sel pangan nabati. Serat ini banyak terdapat

pada buah dan sayur.

2. Serat tidak larut air (Insoluble Dietary Fiber/IDF), seperti selulosa, 2

hemiselulosa dan lignin yang banyak ditemukan pada serealia,

kacang-kacangan dan sayuran.

b. Berdasarkan analisis kimia

Serat di dalam makanan digolong-kan menjadi 3 kelompok:

Serat di dalam makanan digolong-kan menjadi 3 kelompok:

1. Kelompok selulosa, yang merupakan polisakarida. Selulosa adalah serat yang

paling banyak dijumpai. Sifat selulosa panjang dan liat. Sayuran dan

buah-buahan merupakan sumber selulosa.

2. Kelompok pektin, gum dan musilago, merupakan polisakarida non-selulosa.

Pektin mempunyai sifat membentuk gel jika bergabung dengan air. Gum pada

tanaman biasanya di produksi saat kulit batang tanaman tergores, sedangkan

musilago ditemukan tercampur dengan endosperma dalam biji-bijian, seperti

buncis, kacang polong dan kapri.

3. Kelompok lignin

Lignin memberikan struktur, bentuk dan kekuatan yang khas pada batang

kayu. (Susanto,2011 : 6)

3. Manfaat serat

a. Terhadap konstipasi

Peran utama serat dalam makanan ialah pada kemampuannya mengikat

air, sellulosa dan pektin. Serat dapat membantu mempercepat sisa-sisa makanan
20

melalui saluran pencernaan untuk diekskresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses

dengan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan

mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar karena

gerakan-gerakan peristaltik usus besar menjadi lebih lamban.

b. Terhadap kegemukan/obesitas

Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor terjadinya

kegemukan/obesitas, kerena makanan cepat saji umumnya mengandung lemak,

kalori dan gula yang tinggi sedangkan seratnya rendah. Tanpa serat, usus halus

akan menyerap seluruh lemak dan gula yang dimakan dalam waktu singkat,

sehingga perut akan menjadi lapar dan terjadi kegemukan/obesitas.

(Susanto,2011 : 15)

c. Terhadap kolorectal kanker

Telah lama di duga bahwa asupan serat yang tinggi dapat mengurangi

risiko kanker kolon. Beberapa mekanisme efek pelindungannya telah

diketahui.Serat makanan menghasilkan sejumlah reaksi fisiologis yang tergantung

pada sifat-sifat fisik dan kimia dari masing-masing sumber serat tersebut.

Reaksi-reaksi ini meliputi: meningkatkan massa feses, menurunkan kadar kolestrol

plasma dan menurunkan respon organic glisemik dari makanan. (Susanto,2011:18)

4. Sumber serat

Dalam ilmu gizi, serat sayuran dan buah yang kita makan disebut serat kasar

(crude fiber). Selain serat kasar, terdapat juga serat makanan yang tidak hanya

terdapat pada sayur dan buah, tetapi juga ada dalam makanan lain misalnya beras,

kentang, kacang-kacangan dan umbi-umbian. (Clara,2006 : 15)


21

Sayuran dan buah-buahan adalah merupakan sumber serat pangan yang

paling mudah dijumpai dalam menu masyarakat. Sebagai sumber serat sayuran

dapat dikonsumsi dalam bentuk mentah atau telah diproses melalui perebusan.

Kadar serat pangan beberapa sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan produk

olahannya . Sumber serat pangan selain dari sayuran dan buah-buahan penelitian

Robert E. Kowalski dalam Anik Herminingsih (2010), juga dapat berasal dari

dedak padi yang telah distabilisasi ditemukan mengandung serat pangan 33,0 –

40,0%. (Clara,2006 : 17)

Serat yang tidak larut dalam air ada tiga macam yaitu sellulosa,

hemisellulosa dan lignin. Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan

dan kacang-kacangan. Sedang serat yang larut dalam air adalah pectin, musilase

dan gum. Serat ini juga banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran dan sereal

sedang gum banyak terdapat pada aksia . (Godlief,2002 : 1 )

D. Uji Organoleptik

1. Pengertian Uji Organoleptik

Penilaian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-pikologis, yaitu

kesadaran pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan

yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengujian organoleptik

meliputi warna, tekstur aroma dan rasa.

Bagian organ tubuh yang berperan dalam pengindraan adalah penglihatan,

pembau, peraba, dan pencicip merupakan alat yang sangat penting untuk penilaian

organoleptik. Dari sejak zaman orang-orang primitif indra peraba pun merupakan

alat penting untuk penilaian pangan. (Muntikah,2017 : 19-21)


22

1. Penglihatan (warna)

Untuk melihat adanya benda-benda disekeliling kita, indra penglihat

merupakan alat tubuh yang paling penting. Dengan melihat orang dapat mengenal

dan menilai bentuk ukuran, sifat, kekeruhan dan warna.

2. Pembau (aroma)

Pembau juga disebut penciuman jarak jauh karena manusia dapat mengenal

enaknya makanan yang belum dilihat hanya dengan mencium baunya dari jarak

jauh.

3. Perabaan (tekstur)

Pengindraan tentang tekstur yang berasal dari sentuhan dapat ditangkap oleh

seluruh permukaan kulit. Tetapi biasanya jika orang menilai tekstur yang dapat

dinilai meliputi : kebasahan, kering, kasar, halus, lunak dan berminyak.

4. Pencicipan (rasa)

Indra pencicip berfungsi untuk menilai rasa yaitu manis, pahit, asin dan

asam dari suatu makanan. Untuk melakukan suatu penilaian mutu atau analisa

sifat-sifat sensorik suatu komoditi diperlukan panelis. (Muntikah,2017 : 23)

2. Jenis-jenis Panelis

a. Panelis perseorangan

Panelis perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan

spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang

sangat intensif. Panelis perseorangan sangat mengenal sifat, peranan serta cara

pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisis

organoleptik dengan sangat baik.


23

b. Panelis terbatas

Panelis terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi

sehingga bias lebih dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam

penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan serta pengaruh bahan baku

terhadap hasil akhir. Keputusan diambil dengan berdiskusi diantara

angota-anggotanya

c. Panelis terlatih

Panelis terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup

baik. Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan- latihan.

Panelis ini bersifat tidak terlampau spesifik karena dapat menilai beberapa sifat

rangsangan. Keputusan diambil setelah data dianalisis secara bersama.

d. Panelis agak terlatih

Panelis agak terlatih terdiri dari 15-20 orang yang sebelumnya dilatih untuk

mengetahui sifat-sifat tertentu, panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusan.

e. Panelis tidak terlatih

Panelis tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih

berdasarkan jenis suku dan bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panelis tidak

terlatih hanya diperbolehkan menilai alat organoleptik yang sederhana seperti

sifatkesukaan. Panel tidak terlatih biasanya dari orang dewasa dengan komposisi

panelis pria sama dengan panelis wanita.


24

f. Panelis konsumen

Panelis konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada

target pemasaran komoditi. Panelis ini mempunyai sifat yang sangat umum dan

dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu. (Muntikah,2017 :

3. Jenis-Jenis Uji Organoleptik

a. Uji pembedaan

Uji organoleptik dengan tujuan untuk membedakan sifat sensorik antara dua

contoh. Uji pembeda ini terdiri dari uji pembedaan pasangan, uji pembedaan

segitiga, uji pembedaan duo-trio, uji pembanding ganda, uji pembanding jamak, uji

rangsangan tunggal, uji rangsangan jamak.

b. Uji Penerimaan

Uji organoleptik dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu komoditas

atau sifat sensorik tertentu dapat diterima masyarakat. Macam uji penerimaan :

1. Uji kesukaan hedonik

Merupakan uji organoleptik dimana panelis mengemukakan tanggapan suka

atau tidak suka sekaligus dengan tingkat kesukaan.

2. Uji mutu hedonik

Merupakan uji organoleptik di mana panelis mengemukakan kesan baik

atau buruk, mutu hedonik ini dapat berupa keras atau lunak, renyah atau lembek.

E. Nutrifikasi

Nutrifikasi merupakan penambahan makronutrient ke dalam

makanan.Teknik nutrifikasi yaitu melakukan kombinasi antara satu jenis bahan

makanan dengan bahan makanan lain sehingga memiliki nilai gizi yang lebih

seimbang bila dibandingkan dengan hanya terdiri dari satu jenis bahan makanan
25

saja. Nutrifikasi memiliki beberapa istilah yaitu seperti fortifikasi (enrichment),

pemulihan kembali (resortasi), suplementasi, komplementasi dan substitusi.

Suplementasi yaitu peningkatan nilai gizi makanan dengan cara mencampurkan

bahan makanan lain yang mengandung salah satu zat gizi dalam jumlah tinggi ke

dalam bahan makanan yang kandungan gizinya rendah. Sehingga didapatkan bahan

campuran dengan zat gizi yang saling melengkapi. (Muntikah,2017 : 24)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen yaitu membuat produk Mpek-mpek dengan

menambahkan tepung biji labu kuning dengan jumlah berbeda dalam pembuatan

Mpek-mpek, yang dilakukan secara bertahap mulai dari persiapan bahan hingga pengolahan.

Kemudian melakukan uji organoleptik untuk melihat tingkat kesukaan terhadap (rasa, warna,

aroma, tekstur), dan melakukan uji analisis serat pada Mpek-mpek. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui mutu organoleptik dan kadar serat Mpek-mpek yang di Suplementasi

dengan Tepung biji labu kuning (Cucurbita moschata). Rancangan penelitian yang

dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 kontrol, 3 perlakuan dan 2 kali

pengulangan, dengan penambahan tepung biji labu kuning di setiap perlakuan pada

penelitian pendahuluan. Rancangan pembuatan Mpek-mpek seperti tabel berikut:

Tabel 6 . Tingkat Perbandingan Penggunaan Tepung Tapioka Dan


Tepung Biji Labu Kuning

Perlakuan Tepung tapioka Tepung biji labu kuning


(gr) (gr)
A 200 0
B 200 25
C 200 30
D 200 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari pembuatan proposal pada September 2019 sampai

penyusunan laporan hasil penelitian pada bulan Mei 2020. Tempat penelitian untuk uji cita

rasa / mutu organoleptik Mpek-mpek tepung biji labu kuning dilakukan di Laboratorium

Ilmu Teknologi Pangan (ITP) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang. Sedangkan untuk

uji kadar serat Mpek-mpek terhadap perlakuan terbaik dan kontrol akan dilakukan di
26
27

Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi (Baristand) Industri Padang di Jalan Raya Ulu

gadut No. 23 Pauh, Kota Padang.

C. Bahan dan Alat pada penelitian pendahuluan

1. Bahan Penelitian

Bahan pembuatan Mpek-mpek tepung biji labu kuning

Penelitian pendahuluan dilakukan satu kali perlakuan, bahan baku yang digunakan

pada penelitian ini adalah tepung biji labu kuning (Cucurbita moschata) yang diambil bijinya

dari labu jenis bokor dengan tingkat kematangan buah labu yang tidak terlalu tua, jumlah

tepung biji labu kuning berjumlah 90 gr. Disamping itu bahan-bahan penyusun lainnya yaitu

tepung tapioka merek cap tani 800 gr, tepung terigu merek segitiga biru 200 gr, ikan tenggiri

200 gr, telur ayam 80 gr, bawang putih 40 gr, garam 12 gr, minyak goreng sari murni 600 gr

dan garam dapur merek dolpin 12 gr. Semua bahan yang diperlukan dibeli dipasar Siteba

Padang.

2. Bahan uji organoleptik

Bahan yang digunakan untuk uji organoleptik adalah sampel perlakuan yaitu 3 sampel

dan 1 sampel kontrol, dan air mineral.

3. Bahan uji kadar serat

Bahan yang digunakan adalah zat kimia yang digunakan untuk uji kadar serat,

perlakuan terbaik mpek-mpek tepung biji labu kuning.

2. Alat penelitian

a. Alat penelitian

Alat yang digunakan untuk membuat Mpek-mpek adalah wajan, panci, kompor,

talenan, wadah plastik, piring, timbangan digital, gelas ukur, blender, handcoon, pisau,

sendok makan, sendok sayur, ulekan dan sarbet.


28

b. Alat untuk uji organoleptik

Peralatan yang digunakan untuk uji organoleptik adalah wadah plastik, sendok, dan

formulir uji organoleptik.

c. Alat untuk uji kadar serat

Alat kimia yang digunakan untuk uji kadar serat adalah neraca analitik digital,

spatula, enlermenyer, desikator, pendingin tegak, hot plate, corong, kertas saring, bola hisap,

beaker glass, batang pengaduk, oven, cawan penguap, pipet kasar dan penangas air.

3. Prosedur membuat Mpek-mpek tepung biji labu kuning

1. Biji labu kuning dipisahkan dari buahnya, lalu ditimbang sebanyak yang diperlukan.

2. Biji labu dicuci bersih hingga terpisah dari serat-serat buah labu

3. Jemur biji labu kuning sampai benar-benar kering, lalu digongseng sebentar dan

diblender hingga halus.

4. Lalu diayak hingga menjadi tepung agar serbuknya lebih halus.

5. Campurkan adonan tepung terigu, telur, bawang putih, garam, ikan tenggiri yang

sudah diblender halus.

6. Kemudian tambahkan air mendidih sebanyak 200 ml dan aduk hingga rata,

dinginkan setelah itu masukkan tepung tapioka sedikit demi sedikit, lalu tambahkan

tepung biji labu kuning sesuai dengan perlakuan.

7. Jika tepung tapioka sudah tercampur rata bentuk adonan lenjer (memanjang).

8. Panaskan air hingga mendidih lalu Mpek-mpek direbus selama 20 menit.

9. Setelah mpek-mpek mengapung keatas permukaan lalu angkat mpek-mpek dan

tiriskan.

10. Panaskan minyak goreng lalu goreng selama 3 menit sampai mpek-mpek

berwarna kuning kecoklatan.


29

D. Tahapan penelitian

1. Penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan metode yang tepat dalam

pembuatan Mpek-mpek tepung biji labu kuning. Penelitian pendahuluan dilakukan sesuai

dengan bagan alir seperti yang terlampir. Selanjutnya dalam penelitian pendahuluan

dilakukan uji coba kepada panelis agak terlatih yaitu 10 orang mahasiswa jurusan Gizi

Poltekkes Kemenkes Padang. Sebelum dilakukan penelitian lanjutan, dilakukan penelitian

pendahuluan dengan berpedoman pada resep asli mpek-mpek (Gery Rudy) untuk

mendapatkan metode yang tepat dalam pembuatan mpek-mpek dengan suplementasi tepung

biji labu kuning. Hal ini ditentukan dalam penelitian pendahuluan yaitu jumlah tepung

tapioka dan tepung biji labu kuning yang digunakan yaitu perlakuan A (200:0), B (200:20), C

(200:30), D (200:40).

Berikut ini adalah pemakaian bahan baku tiap perlakuan pada penelitian pendahuluan

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Pemakaian Bahan Baku Untuk Setiap Perlakuan


Pada Penelitian Pendahuluan

Bahan Perlakuan
A B C D
Tepung biji 0 20 30 40
labu kuning
Tepung 200 200 200 200
tapioka
Tepung terigu 50 50 50 50
Ikan tenggiri 50 50 50 50
Telur ayam 20 20 20 20
Bawang putih 10 10 10 10
Garam 3 3 3 3
Minyak goreng 150 150 150 150
Air 200 200 200 200
Modifikasi resep : Gery Rudy (2018)
30

Dari penelitian pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan hasil uji organoleptik sebagai

yang terlihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Hasil Uji Organoleptik Mpek-mpek Tepung Biji Labu Kuning Pada
Penelitian Pendahuluan

Perlakuan Rasa Warna Tekstur Aroma Rata-rata


A (0 gr) 2,9 3,2 2,8 3,3 3,05
B (20 gr) 3,1 3,2 2,9 3,3 3,12
C (30 gr) 3 3,4 2,9 3,3 3,15
D (40 gr) 2,7 2,8 2,8 3,5 2,95

Keterangan :
a. Perlakuan dengan menggunakan tepung biji labu kuning A (200:0). Diperoleh bahwa

mpek-mpek berwarna cerah, aroma khas mpek-mpek, rasa mpek-mpek biasa, tekstur agak

kenyal.

b. Perlakuan dengan menggunakan tepung biji labu kuning B (200:20). Diperoleh bahwa

mpek-mpek berwarna putih kekuningan, aroma khas mpek-mpek, rasa mpek-mpek

sedikit terasa biji labu kuningnya, tekstur agak padat dan kenyal.

c. Perlakuan dengan menggunakan tepung biji labu kuning C (200:30). Diperoleh bahwa

mpek-mpek berwarna krem kekuningan, aroma khas mpek-mpek, rasa mpek-mpek terasa

biji labu kuningnya, tekstur sedikit padat dan kenyal.

d. Perlakuan dengan menggunakan tepung biji labu kuning D (200:40). Diperoleh bahwa

mpek-mpek berwarna krem lebih kekuningan, aroma khas mpek-mpek, rasa biji labunya

seperti labu yang dikeringkan, tekstur padat dan kenyal.

Berdasarkan hasil uji mutu organoleptik pada 10 panelis agak terlatih diketahui

perlakuan yang menghasilkan hasil yang tertinggi dari segi warna, tekstur, rasa dan aroma,

yaitu pada perlakuan mpek-mpek dengan perbandingan tepung biji labu kuning (200 gr : 30

gr) dengan rata-rata 3,15.


31

2. Penelitian lanjutan

Perlakuan ini merupakan penelitian lanjuan dari penelitian pendahuluan. Perlakuan

yang diterapkan divariasikan berdasarkan empat perlakuan dengan jumlah tepung biji labu

kuning yang bervariasi pada setiap perlakuan yaitu 200 gr ; 0 gr, 200 gr : 25 gr, 200 gr : 30 gr,

200 gr : 35 gr. Kemudian dilakukan uji mutu organoleptik dan kadar serat pada perlakuan

terbaik.

4. Pengamatan

Pengamatan ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengamatan subjektif dan secara

objektif, pengamatan secara subjektif dengan uji organoleptik, sedangkan pengamatan

secara objektif dilakukan dengan uji kadar serat. Uji kadar serat dilakukan di Laboratorium

Balai Riset dan Standarisasi (Baristand) Industri Padang di Jalan Raya Ulu gadut No. 23

Pauh, Kota Padang.

1. Pengamatan Subjektif

Pengamatan dilakukan dengan uji organoleptik terhadap warna, rasa, aroma dan

tekstur. Uji yang dilakukan adalah uji penerimaan yaitu uji hedonik atau kesukaan. Kriteria

yang dipakai menggunakan tingkat skala seperti tabel berikut :

Tabel 9. Skala Hedonik dan Skala Numerik

Skala Hedonik Skala Numerik


Sangat suka 4
Suka 3
Kurang suka 2
Tidak suka 1

Pada panelis ini menggunakan panelis agak terlatih yang dipilih secara acak

sebanyak 25 orang, yaitu mahasiswa jurusan gizi tingkat II dan III, yang telah mendapatkan

mata kuliah Ilmu Teknologi Pangan (ITP). Persyaratan panelis adalah tidak dalam keadaan

kenyang dan lapar, tidak merokok, tidak dalam keadaan sakit, tidak dalam keadaan mabuk,
32

dan tidak dalam keadaan stress. Sebelum melakukan pengujian terlebih dahulu diberikan

pengarahan, tata tertib prosedur pengujian, dan contoh formulir organoleptik.

Nilai tingkat kesukaan antara lain :

 Sangat suka :4

 Suka :3

 Kurang suka :2

 Tidak suka :1

2. Pengamatan Objektif

Pengamatan Objektif adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengukur kadar

serat mpek-mpek tepung biji labu kuning terhadap hasil perlakuan terbaik. Pengujian kadar

serat menggunakan metode SNI 01-2891-1992,11.

Prinsip : Ekstraksi contoh dengan asam basa untuk untuk memisahkan serat kasar dari bahan

lain.

Cara kerja :

1. Timbang seksama 2 g - 4 g cuplikan. Bebaskan lemaknya dengan cara eksraksi dengan

cara soxlet atau dengan cara mengaduk mengenap, tuangkan contoh dalam pelarut organik

sebanyak 3 kali, keringkan contoh dan masukkan kedalam enlenmeyer.

2. Tambahkan 50 ml larutan H2SO4 1,25%, kemudian didihkan selama 30 menit dengan

menggunakan pendingin tegak.

3. Tambahkan 50 ml NaOH 3,25% dan didihkan lagi selama 30 menit

4. Dalam keadaan panas, saring dengan corong bucher yang berisi kertas saring tak berabu.

Whatman 54,41 atau 541 yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya.

5. Cuci endapan yang terdapat pada kertas saring berturut-turut dengan dengan H2SO4

1,25% panas, air panas dan etanol 96%.


33

6. Angkat kertas saring beserta isinya, masukkan kedalam kotak timbang yang telah

diketahui bobotnya, keringkan pada suhu 105 0 C , dinginkan dan timbang sampai bobot

tetap.

7. Bila ternyata kadar serat lebih besar dari 1% abukan kertas saring beserta isinya, timbang

sampai bobot tetap.

8. Kadar serat kasar dapat dihitung dengan rumus :

Kadar serat kasar < 1%

% serat kasar = W x 100%


W2

Kadar serat kasar >1%

% serat kasar = W-W1 x 100%


W2

Keterangan : W= Bobot cuplikan dalam gr


W1 = Bobot abu dalam gr
W2 = Endapan pada kertas saring dalam gr

F. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari hasil uji organoleptik dianalisa berdasarkan tingkat

kesukaan dengan menggunakan skor mean (rata-rata) untuk aroma, warna, rasa dan tekstur.

Kemudian hasil uji organoleptik diolah secara statistik dengan menggunakan analisis ragam

(ANOVA) pada taraf nyata 5%. Jika hasil menunjukkan perbedaan akibat dari perlakuan

yang diberikan dilanjutkan dengan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada

taraf 5% yang bertujuan untuk melihat perlakuan mana yang berbeda.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pembuatan Mpek-mpek dengan Suplementasi Tepung Biji Labu Kuning

Penelitan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui mutu organoleptik dan

kadar serat dari hasil terbaik yang didapat dari uji organoleptik. Jumlah bahan (tepung biji

labu kuning) yang digunakan pada semua perlakuan adalah sebanyak 90 gr, pada

Mpek-mpek tepung biji labu kuning. Dalam proses menghaluskan biji labu kuning

menggunakan blender. Hasil dari satu resep Mpek-mpek tepung biji labu kuning yaitu

Mpek-mpek dengan berat yang berbeda-beda, berat adonan perlakuan pertama 200:0 yaitu

535 gr, berat adonan kedua 200:25 yaitu 560 gr, berat adonan ketiga 200:30 yaitu 575 gr dan

adonan kempat 200:35 yaitu 580 gr karena penambahan tepung biji labu kuning yang

berbeda juga jumlahnya. Berat satu buah Mpek-mpek mentah 20 gr, berat setelah direbus 25

gr, berat setelah digoreng 19 gr dan terjadi penyerapan minyak sebesar 2,09 gr. Banyak

Mpek-mpek yang dihasilkan dalam satu adonan rata-rata yaitu 27-30 buah.

2. Uji Organoleptik

Setelah itu dilakukan penelitian terhadap mutu organoleptik Mpek-mpek dan dapat

dilihat dari segi warna, rasa, aroma dan tekstur pada setiap formula yang diberikan, maka

didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Warna

Hasil uji organoleptik terhadap warna pada Mpek-mpek yang di suplementasi dengan

tepung biji labu kuning dengan 1 kontrol dan 3 perlakuan, di dapatkan rata-rata tingkat

kesukaan panelis pada masing-masing perlakuan pada tabel 10 sebagai berikut :

34
35

Tabel 10. Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Warna


pada Mpek-mpek yang di Suplementasi dengan tepung Biji
Labu Kuning

Perlakuan Rata-Rata Tingkat


Tepung tapioka : Tepung biji Labu Kuning Kesukaan
A ( 200 gram : 0 gram) 3,08 Suka
B ( 200 gram : 25 gram) 3,06 Suka
C ( 200 gram : 30 gram) 3,16 Suka
D ( 200 gram : 35 gram) 3 Suka

Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa nilai rata-rata terhadap warna Mpek-mpek yang di

suplementasi dengan tepung biji labu kuning berkisar dari 3- 3,16, dimana nilai tersebut

berada di tingkat suka. Perlakuan C mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi dari perlakuan

lainnya, artinya suplementasi tepung biji labu kuning sebanyak 30 gr, warnanya lebih disukai

panelis.

Hasil uji sidik ragam (ANOVA) pada taraf 5% yang dilakukan diperoleh nilai F

hitung (0,77) < F tabel (3,10), sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

nyata warna Mpek-mpek antar perlakuan suplementasi dengan tepung biji labu kuning.

b. Aroma

Hasil uji organoleptik terhadap aroma pada Mpek-mpek suplementasi tepung biji labu

kuning dengan 1 kontrol dan 3 perlakuan, di dapatkan rata-rata tingkat kesukaan panelis pada

masing-masing perlakuan pada tabel 11 sebagai berikut :

Tabel 11. Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Aroma


pada Mpek-mpek yang di Suplementasi dengan tepung Biji
Labu Kuning

Perlakuan Rata-Rata Tingkat


Tepung tapioka : Tepung biji Labu Kuning Kesukaan
A ( 200 gram : 0 gram) 3,08 Suka
B ( 200 gram : 25 gram) 2,94 Suka
C ( 200 gram : 30 gram) 3,04 Suka
D ( 200 gram : 35 gram) 2,92 Suka
36

Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa nilai rata-rata terhadap aroma Mpek-mpek yang

di suplementasi dengan tepung biji labu kuning berkisar dari 2,92 – 3,08, dimana nilai

tersebut berada pada tingkat suka. Perlakuan A mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi dari

perlakuan lainnya, artinya perlakuan tanpa suplementasi tepung biji labu kuning, aromanya

lebih disukai panelis.

Hasil uji sidik ragam (ANOVA) dengan taraf 5% menunjukkan bahwa nilai F hitung

(1,85) < F tabel (3,10) sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata

aroma Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning.

c. Rasa

Hasil uji organoleptik terhadap rasa pada Mpek-mpek yang di suplementasi dengan

tepung biji labu kuning dengan 1 kontrol dan 3 perlakuan, di dapatkan rata-rata tingkat

kesukaan panelis pada masing-masing perlakuan pada tabel 12 sebagai berikut :

Tabel 12. Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Rasa


pada Mpek-mpek yang di Suplementasi dengan tepung
Biji Labu Kuning

Perlakuan Rata-Rata Tingkat


Tepung tapioka : Tepung biji Labu Kuning Kesukaan
A ( 200 gram : 0 gram) 2,88 Suka
B ( 200 gram : 25 gram) 2,68 Suka
C ( 200 gram : 30 gram) 2,92 Suka
D ( 200 gram : 35 gram) 2,64 Suka

Berdasarkan tabel 12 terlihat bahwa nilai rata-rata terhadap rasa Mpek-mpek yang di

suplementasi dengan tepung biji labu kuning berkisar dari 2,64-2,92 , perlakuan C

mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Artinya suplementasi tepung

biji labu kuning sebanyak 30 gr, rasanya lebih disukai panelis.


37

Hasil uji sidik ragam (ANOVA) dengan taraf 5% menunjukkan bahwa nilai F hitung

(0,75) < F tabel (3,10) sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata

Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning.

d. Tekstur

Hasil uji organoleptik terhadap tekstur pada Mpek-mpek yang di suplementasi

dengan tepung biji labu kuning dengan 1 kontrol dan 3 perlakuan, di dapatkan rata-rata

tingkat kesukaan panelis pada masing-masing perlakuan pada tabel 13 sebagai berikut :

Tabel 13. Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Tekstur


pada Mpek-mpek yang di Suplementasi dengan Tepung
Biji Labu Kuning

Perlakuan Rata-Rata Tingkat


Tepung tapioka : Tepung biji Labu Kuning Kesukaan
A ( 200 gram : 0 gram) 2,76 Suka
B ( 200 gram : 25 gram) 2,72 Suka
C ( 200 gram : 30 gram) 2,84 Suka
D ( 200 gram : 35 gram) 2,68 Suka

Berdasarkan tabel 13 terlihat bahwa nilai rata-rata terhadap rasa Mpek-mpek yang di

suplementasi dengan tepung biji labu kuning, berkisar dari 2,68-2,84 , perlakuan C

mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Artinya suplementasi tepung

biji labu kuning sebanyak 30 gr, teksturnya lebih disukai panelis

Hasil uji sidik ragam (ANOVA) dengan taraf 5% menunjukkan bahwa nilai F hitung

(0,44) < F tabel (3,10) sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata

Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning.


38

3. Perlakuan Terbaik

Berdasarkan uji organoleptik terhadap mutu organoleptik Mpek-mpek yang di

suplementasi dengan tepung biji labu kuning (aroma, rasa, tekstur, dan warna) didapatkan

rata-rata kesukaan panelis seperti tabel 14.

Tabel 14. Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Mutu


Organoleptik Mpek-mpek yang di Suplementasi dengan
Tepung biji labu kuning

Perlakuan Warna Aroma Rasa Tekstur Jumlah Rata-rata


A (200 : 0) 3,08 3,08 2,88 2,76 11,8 2,95
B (200 : 25) 3,06 2,94 2,68 2,72 11,4 2,85
C (200 : 30) 3,16 3,04 2,92 2,84 11,96 2,99
D (200 : 35) 3 2,92 2,64 2,68 11,24 2,81

Tabel 14, menunjukan bahwa kesukaan panelis terhadap mutu organoleptik

Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning. berkisar antara 2,64-3,16

dengan rentang nilai suka. Adapun perlakuan terbaik adalah perlakuan C dengan

perbandingan 200 : 30 gr dengan nilai rata-rata tertinggi 2,99. Untuk rata-rata kesukaan

panelis terhadap uji organoleptik Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu

kuning dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1. Nilai Rata-Rata Kesukaan Warna, Aroma, Rasa dan Tekstur


Pada Mpek-mpek yang di Suplementasi dengan Tepung Biji Labu Kuning

3,2
3,1
3
2,9
A
2,8
B
2,7
C
2,6
D
2,5
2,4
2,3
Warna Aroma Rasa Tekstur Rata-Rata
39

Keterangan :

A = Mpek-mpek tanpa penambahan tepung biji labu kuning

B = Mpek-mpek dengan penambahan tepung biji labu kuning 25 gr

C = Mpek-mpek dengan penambahan tepung biji labu kuning 30 gr

D = Mpek-mpek dengan penambahan tepung biji labu kuning 35 gr

4. Nilai Gizi Serat Perlakuan Terbaik

Analisa zat gizi Mpek-mpek suplementasi tepung biji labu kuning perlakuan terbaik

dan perlakuan kontrol dapat dilihat pada tabel 15 :

Tabel 15. Nilai Gizi Serat Mpek-mpek dengan suplementasi 30 gr


Tepung biji labu kuning dan Kontrol
Bahan Berat Serat Suplementasi Serat
30 gr Kontrol
Tepung tapioka 200 6,0 6,0
Tepung Biji labu kuning 30 1,8 -
Tepung terigu 50 0,15 0,15
Telur ayam 20 - -
Ikan tenggiri 50 - -
Minyak goreng 20 - -
Total - 7,95 6,15

Keterangan : Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017.

Berdasarkan tabel 15, dapat diketahui bahwa dalam satu resep Mpek-mpek yang di

suplementasi dengan tepung biji labu kuning 30 gr didapatkan nilai gizi serat sebanyak 7,95

gr . Sedangkan serat yang terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 6,15 gr, maka terjadi

peningkatan kadar serat sebanyak 1,8 gr.

Adapun kandungan gizi Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu

kuning perlakuan terbaik berdasarkan hasil uji Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi

Industri (Baristand) Padang dengan hasil kadar serat Perlakuan kontrol 5,33% dan Perlakuan
40

C ( 200 : 30 ) kadar seratnya 14,72%, maka terjadi peningkatan kadar serat sebanyak 9,39%,

dapat dilihat pada grafik 2 :

Grafik 2. Hasil Laboratorium Serat Mpek-mpek Tanpa suplementasi tepung biji


labu kuning dan Suplementasi 30 gr dalam berat 100 gram

Kadar Serat
16
14
12
10
8
6
4 Serat
2
0
Tanpa Suplementasi 30
suplementasi gr
tepung biji labu
kuning

Berdasarkan grafik 2 dapat diketahui kandungan serat Mpek-mpek tepung biji labu

kuning kontrol adalah 5,33 % dan Mpek-mpek yang di suplementasi tepung biji labu kuning

adalah 14,72 %.

b. Pembahasan

Penilaian mutu makanan dilakukan pada produk akhir yang akan dikonsumsi.

Penilaian tersebut merupakan kumpulan ciri khas pada makanan yang menunjukkan

bagaimana keadaan makanan tersebut. Mutu makanan yang disajikan dapat dinilai melalui

penampilan, rasa dan sanitasi makanan serta peralatannya. Makanan yang bermutu dapat

memberikan kepuasan dan rasa aman pada konsumen apabila makanan tersebut dikonsumsi.

1. Uji Organoleptik

Uji penerimaan digunakan untuk mengetahui apakah suatu komoditi pangan atau sifat

sensorik dapat diterima oleh masyarakat. Dalam uji penerimaan suatu produk pangan atau
41

makanan biasanya menggunakan alat indera pengecap, indera pembau, indera penglihatan dan

indera peraba. Alat indera tersebut memudahkan kita untuk melakukan penilaian orgaoleptik

terhadap rasa, warna, tekstur dan aroma dari suatu makanan. (Muntikah, 21 :2017)

a. Warna

Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa

faktor diantaranya citarasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Warna merupakan hasil dari indra

penglihatan yang paling cepat dan mudah memberikan kesan pada suatu produk makanan.

Secara visual, faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan pada

suatu produk makanan. (Winarno,171 :2004)

Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan

apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan menyimpang dari

warna yang seharusnya. Warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran dan

kematangan, baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan

adanya warna yang beragam dan merata. (Winarno,171: 2004)

Berdasarkan tabel 10, menunjukan rata-rata tertinggi kesukaan panelis terdapat pada

Mpek-mpek perlakuan C dengan pemakaian tepung biji labu kuning yaitu sebanyak 30 gr.

Hasil uji sidik ragam (ANOVA) tidak terdapat perbedaan nyata terhadap warna Mpek-mpek

yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning karena F hitung ( 0,77) < F tabel (3,10).

Warna yang dihasilkan Mpek-mpek yang di suplementasi tepung biji labu kuning yaitu

warna krem kekuning-kuningan pada bagian luar dan kuning pada bagian dalamnya. Warna

coklat keemasan bagian luar berasal dari kulit luar dan tergantung berapa lama proses

penggorengan, sedangkan warna bagian dalam dipengaruhi oleh formula bahan baku yang

digunakan.
42

Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan, Rohani, 2015

Pemanfaatan Minyak Biji Labu kuning (Cucurbita moschata) menjadi sediaan Nanoemulsi

Topikal sebagai agen pengembangan cosmetical anti aging. Hal ini menunjukkan bahwa

warna yang dihasilkan minyak biji labu kuning yaitu warna kuning yang disebabkan pengaruh

dari warna asli biji labu kuning dan diperkirakan warna kuning yang terbentuk berasal dari

warna asli tween yang berwarna kuning. (Panjaitan,8 : 2015)

Warna yang dihasilkan Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu

kuning, ialah warna kuning kecoklatan bisa dipengaruhi oleh proses enzimatis yaitu Reaksi

Maillard. Dimana terjadinya reaksi antara makanan sumber karbohidrat yang bersumber dari

tepung tapioka dan tepung terigu serta protein nabati yang berasal dari biji labu kuning.

Karena menggunakan minyak sama untuk menggoreng setiap adonan perlakuan, maka

minyak yang digunakan lama-kelamaan akan makin panas dan perlakuan keempat (D)

warnanya lebih kecoklatan daripada warna perlakuan yang lain, ini yang menyebabkan tingkat

angka kesukaan panelis menjadi menurun karena warna yang lebih gelap daripada perlakuan

lainnya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang Lismawarni, 2017

Disertifikasi Pengolahan Mpek-mpek berbahan baku nasi dan tepung ikan sepat siam

(Trichogaster pectoralis) yang menyatakan bahwa, proses penggorengan juga mempengaruhi

warna dari produk yang dihasilkan akibat pemanasan yang terjadi, terjadinya perubahan

warna pada proses penggorengan dikarenakan terjadi reaksi Maillard. Semakin lama sampel

dipanaskan, maka akan semakin tinggi absorbansinya dan semakin pekat warna coklatnya.

(Lismawarni,13 : 2017)
43

b. Aroma

Aroma merupakan salah satu parameter dalam pengujian sifat sensori (organoleptik)

dengan menggunakan indera penciuman. Aroma dapat diterima apabila bahan yang dihasilkan

mempunyai aroma spesifik. Aroma merupakan sensasi subyektif yang dihasilkan dengan

penciuman (pembauan). Konstituen yang dapat menimbukan aroma adalah senyawa volatile

(yang dapat diisolasi dari bahan pangan biasanya kurang dari 100 ppm). (Sugiyono,28 :2013)

Berdasarkan Tabel 11, menunjukan bahwa panelis menyukai aroma perlakuan A tanpa

penambahan tepung biji labu kuning. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) tidak terdapat

perbedaan nyata terhadap aroma Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu

kuning karena F hitung ( 1,85) < F tabel (3,10).

Aroma Mpek-mpek kontrol adalah aroma khas Mpek-mpek dengan aroma khas ikan

tenggiri. sedangkan untuk ke tiga perlakuan aroma yang dihasilkan adalah aroma khas tepung

biji labu kuning (khas kwaci) dengan sedikit aroma ikan. Semakin tinggi suplementasi tepung

biji labu kuning yang diberikan semakin rendah tingkat kesukaan panelis. Hal ini dikarenakan

aroma tepung biji labu kuning khas kwaci atau mirip aroma kacang tanah. Semakin banyak

suplementasi tepung biji labu kuning yang diberikan, maka akan semakin meningkat aroma

kwaci atau aroma kacangnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhasim, Agus (2017) tentang

Pengembangan susu nabati dari filtrat biji labu kuning (Cucurbita moschata) dan filtrat ubi

jalar ( Impomoea batatas L. ) yang menyatakan bahwa penilaian kesukaan panelis terhadap

aroma semakin menurun seiring dengan penambahan filtrat biji labu kuning, hal ini

disebabkan semakin meningkatnya penambahan filtrat biji labu kuning maka akan semakin

meningkat aroma biji labu kuning pada susu nabati. (Agus, 10 : 2017)
44

Aroma Mpek-mpek yang dihasilkan disebabkan karena pencampuran bahan baku dan

bumbu . Selain dari bumbu dan bahan baku yang digunakan , aroma khas mpek-mpek yaitu

aroma ikan tenggiri yang tidak amis karena campuran berbagai bahan dan proses pengolahan

yang benar.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Thalib (2015)

Karakteristik organoleptik dan kimia produk Mpek-mpek ikan cakalang, yang menyatakan

bahwa bau tidak amis yang dihasilkan diduga bahwa selama pemasakan Mpek-mpek

menghasilkan terbentuknya senyawa-senyawa menguap/volatil dan senyawa tidak

menguap/non volatil. Dan bau spesifik Mpek-mpek (ikan) dipengaruhi oleh asam-asam amino

yang ada dalam daging ikan yang ditambahkan. (Thalib, 15 : 2015)

c. Rasa

Rasa merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan suatu produk dapat diterima

atau tidak oleh konsumen. Rasa merupakan sesuatu yang diterima oleh lidah, dalam

pengindraan cecapan manusia dibagi empat cecapan utama yaitu manis, pahit, asam, dan asin

serta ada tambahan respon bila dilakukan modifikasi. (Zuhra,28 : 2006)

Rasa merupakan parameter penting dalam suatu produk pangan. Rasa merupakan

persepsi dari sel pengecap meliputi rasa asin, manis, asam dan pahit yang diakibatkan oleh

bahan yang mudah terlarut dalam mulut. Penilaian konsumen terhadap bahan suatu makanan

biasanya tergantung pada citarasa yang ditimbulkan oleh bahan makanan tersebut. (Zuhra, 28 :

2006)

Berdasarkan Tabel 12 , menunjukan nilai rata-rata tertinggi kesukaan panelis dari

empat perlakuan terdapat pada perlakuan C dengan suplementasi tepung biji labu kuning

sebanyak 30 gram. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) tidak terdapat perbedaan nyata terhadap
45

rasa Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning karena F hitung ( 0,75)

< F tabel (3,10).

Rasa Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu kuning yang paling

disukai adalah Mpek-mpek yang memiliki sedikit rasa khas kwaci dari biji labu kuning.

Panelis lebih menyukai Mpek-mpek perlakuan C dengan pemakaian tepung biji labu kuning

agak banyak daripada perlakuan A yang tanpa penambahan tepung biji labu kuning yang lebih

menonjol rasa ikannya. Namun dari uji statistik yang telah dilakukan penambahan tepung biji

labu kuning setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rasa dari

Mpek-mpek tersebut.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endah Bardiati (2015) Daya

terima dan kadar betakaroten donat substitusi labu kuning yang menyatakan bahwa

penambahan labu kuning mampu meningkatkan daya terima donat oleh panelis. Subsitusi

pada donat tidak menyebabkan perbedaan bermakna antar warna, aroma, dan rasa.

(Bardiati,12 :2015)

d. Tekstur

Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu

digigit, dikunyah, ditelan). Pengujian tekstur bertujuan untuk mengetahui tingkat penerimaan

dan kesukaan panelis terhadap produk dengan berbagai perlakuan. Parameter pengujian

tekstur mengacu pada tingkat kesukaan panelis terhadap kerenyahan (kemudahan sampel

untuk digit).

Tekstur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen terhadap suatu

produk pangan. Tekstur adalah sekelompok sifat fisik yang ditimbulkan oleh adanya elemen

struktural bahan pangan yang dapat dirasakan oleh alat peraba. (Sugiyono,34 :2013)
46

Berdasarkan tabel 13, menunjukan rata-rata tertinggi kesukaan panelis terdapat pada

Mpek-mpek perlakuan C dengan pemakaian tepung bji labu kuning yaitu sebanyak 30 gram.

Tekstur Mpek-mpek yang dihasilkan hampir sama pada setiap perlakuan. Mpek-mpek yang

paling disukai panelis mempunyai tekstur renyah dan tidak lunak. Tekstur Mpek-mpek

dipengaruhi oleh pemakaian tepung tapioka dan tepung terigu dalam adonan yang

perbandingan jumlahnya lebih banyak menggunakan tepung tapioka sehingga tekstur elastis

dan tidak keras seperti tekstur Mpek-mpek pada umumnya.

Namun dari uji statistik yang telah dilakukan suplementasi tepung biji labu kuning

setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tekstur dari Mpek-mpek tersebut.

Sejalan dengan penelitian Anisa Ishak (2018) Analisis fitokimia dan uji aktivitas antioksidan

biskuit biji labu kuning (Cucurbita sp) sebagai snack sehat. Menyatakan biskuit yang

ditambahkan dengan biji labu kuning memiliki tekstur yang elastis dan tidak keras karena

kandungan glutennya. (Ishak,21:2018)

e. Perlakuan Terbaik

Perlakuan terbaik adalah salah satu perlakuan dari beberapa perlakuan yang memiliki

rata-rata tertinggi terhadap aroma, rasa, tekstur dan warna. Rata-rata penerimaan terhadap

Mpek-mpek yang disuplementasi dengan tepung biji labu kuning dari empat perlakuan yang

merupakan hasil terbaik adalah perlakuan C dengan perbandingan 200 gram: 30 gram karena

memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 2,99, penerimaan panelis berada pada tingkat suka,.

Hal ini disebabkan karena perpaduan antara tepung biji labu kuning dan tepung tapioka pada

Mpek-mpek menghasilkan rasa yang enak khas Mpek-mpek dan sedikit rasa khas kuaci

dengan tekstur tidak keras dan kenyal, untuk warna yang dihasilkan berwarna kuning dan

untuk aroma masih khas Mpek-mpek, serta sedikit aroma khas kuaci.
47

f. Kadar Serat

Penelitian sudah melakukan pengujian kadar serat dengan tujuan untuk mengetahui

kadar serat pada Mpek-mpek tepung biji labu kuning yang perlakuan terbaik adalah

(perlakuan C) dengan tepung biji labu kuning sebanyak 30 gr. Berdasarkan hasil analisis kadar

serat pada Mpek-mpek tepung biji labu kuning di lakukan di Balai Riset dan Standarisasi

(Baristand) Industri Padang di Jalan Raya Ulu Gadut No. 23 Pauh, Kota Padang dari perlakuan

yang terbaik didapatkan pada perlakuan C dengan kadar serat sebanyak 14,72 % dibandingkan

dengan perlakuan kontrol hanya memiliki kadar serat sebanyak 5,33%. Kadar serat antara

Mpek-mpek kontrol dan Mpek-mpek perlakuan terbaik terjadi peningkatan yaitu 9,39 %.

Berdasarkan analisa menurut TKPI 2017, satu resep Mpek-mpek suplementasi tepung

biji labu kuning perlakuan terbaik didapatkan serat sebanyak 7,95 gr, sedangkan pada kontrol

sebanyak 6,15 dan terjadi peningkatan 1,8 gr. Dari hasil tersebut diketahui bahwa semakin

banyak suplementasi tepung biji labu kuning dalam pembuatan mpek-mpek maka semakin

tinggi kadar seratnya.

Dari 1 resep didapatkan 27 buah Mpek-mpek dengan berat 1 buah Mpek-mpek 20 gr.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor 28 tahun 2019

kecukupan serat pada orang dewasa usia 19-29 tahun yaitu 32 gr/hari.

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari uji laboratorium yang dilakukan di Balai Riset

dan Standarisasi Industri Padang, untuk memenuhi serat pada orang dewasa sebaiknya

mengkonsumsi 3 buah Mpek-mpek tepung biji labu kuning dengan berat masing-masing 100

gr agar terpenuhinya kebutuhan seratnya (44,16 gr).

Dengan adanya penambahan serat dari tepung biji labu kuning yang ditambahkan

kedalam mpek-mpek, maka akan menambah nilai gizi mpek-mpek menjadi lebih lengkap
48

karena biasanya mpek-mpek hanya mengandung karbohidrat dari tepung, protein dari ikan

dan lemak yang terdapat dalam minyak untuk menggoreng.

Namun Mpek-mpek merupakan jenis cemilan tidak tahan lama, proses pembusukan

atau perusakan oleh bakteri pembusuk yang tumbuh, marga Bacillus menyebabkan

Mpek-mpek menjadi berlendir, disamping itu pertumbuhan bakteri ini pada bahan makanan

menyebabkan warna makanan menjadi berubah dan memiliki bau yang tidak sedap. Untuk

membuat Mpek-mpek tahan lama dapat dilakukan dengan cara dibungkus plastic vakum dan

disimpan didalam freezer.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Warna Mpek-mpek tepung biji labu kuning tertinggi berada pada perlakuan

dengan suplementasi tepung biji labu kuning 30 gram mempunyai rata-rata

yaitu 3,16 dengan warna kuning krem kecoklatan.

2. Aroma Mpek-mpek tepung biji labu kuning tertinggi berada pada perlakuan

tanpa suplementasi tepung biji labu kuning mempunyai rata-rata yaitu 3,08

dengan aroma khas Mpek-mpek.

3. Rasa Mpek-mpek tepung biji labu kuning tertinggi berada pada perlakuan

dengan suplementasi tepung biji labu kuning 30 gram mempunyai rata-rata

yaitu 2,92 dengan rasa khas Mpek-mpek dengan sedikit rasa khas kuaci.

4. Tekstur Mpek-mpek tepung biji labu kuning tertinggi berada pada perlakuan

dengan suplementasi tepung biji labu kuning 30 gram mempunyai rata-rata

yaitu 2,84 dengan tekstur elastis dan tidak keras.

5. Hasil perlakuan terbaik Mpek-mpek suplementasi tepung biji labu kuning

adalah perlakuan C dengan perbandingan 200 gram : 30 gram.

6. Kadar serat pada mpek-mpek perlakuan terbaik yaitu sebanyak 14,72%.

49
50

B. Saran

1. Disarankan Sebagai alternatif yang dapat meningkatkan nilai ekonomis dan

peningkatan alternatif produk olahan pangan untuk pedagang yang berjualan

Mpek-mpek

2. Untuk ibu-ibu rumah tangga yang biasanya hanya mengkonsumsi daging labu

kuning sekarang juga bisa dimanfaatkan tepung biji labu kuning sebagai makanan

jajanan dalam bentuk Mpek-mpek tinggi serat.

3. Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan pengamatan terhadap

daya simpan Mpek-mpek dengan suplementasi tepung biji labu kuning.

4. Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar melakukan uji mikrobiogi

terhadap Mpek-mpek yang di suplementasi dengan tepung biji labu

kuning.
51

DAFTAR PUSTAKA

Anjelina Sudarta,Diska. Pengembangan Cookies dari Tepung Labu Kuning,Tepung Biji Labu
Kuning,Tepung Beras,dan Tepung Oncom Hitam yang Mengandung Omega-3.Bogor :
Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Arisandi,Vika Swari. Uji Kadar protein dan Organoleptik Pada Cake Labu kuning
(Cucurbita Moschata) dengan Penambahan Warna Alami.Surakarta : Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UMS
Agus,Nurhasim. Pengembangan susu nabati dari filtrate biji labu kuning (Cucurbita
Moschata) dan filtrat ubi jalar (Impomoea batatas L.) Kendari : Fakultas Teknologi Industri
Pertanian.
Bardiati,Endah. Daya terima dan kadar betakaroten donat subsitusi labu kuning. Surabaya :
Fakultas kesehatan masyarakat, Ilmu Gizi.
Clara. 2006. Serat Makanan dan Peranannya bagi kesehatan. Jurnal Gizi dan Pangan. 1 (2) :
46-46.

Carolina,linca.2010. Semua serba labu kuning. PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.

Evianty,Sri tika. Kajian Penerimaan Konsumen Terhadap Empek-Empek Ikan Jelawat


(Leptobarbus hoevenii) dengan Penambahan Wortel (Daucuscarota).Riau : Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kesehatan : Universitas Riau.

Godlief,joseph. 2002. Manfaat serat makanan bagi kesehatan kita. Bogor : IPB.

Hayati,2006. Pengaruh Jenis Asidulan Terhadap Mutu Pure Labu Kuning (Cucurbita pepo L.)
Selama Penyimpanan dan Aplikasinya dalam Pembuatan Pudding. Bogor : IPB.

Ishak,Anisa. Analisis fitokimia dan uji aktivitas antioksidan biskuit biji labu kuning (Cucurbit
sp) sebagai snack sehat. Makassar : Fakultas kesehatan masyarakat,Ilmu gizi.

Lismawarni,Endang. Disertifikasi pengolahan mpek-mpek berbahan baku nasi dan tepung


ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis). Palembang: Fakultas pertanian,teknologi hasil
perikanan.

Muntikah, Maryam Razak. 2017. Bahan Ajar Gizi, Ilmu Teknologi Pangan .Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan.

Nizar M, Thamrin, H, Heriyenni. Penuntun Praktikum Ilmu Teknologi Pangan. Padang :


Poltekkes Kemenkes Padang.
Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun 2019 Tentang Kecukupan
serat berdasarkan umur/usia.

Perdanianti A.M, Perdanianti Y.A. 2006. Ekstraksi dan Pengeringan Waluh untuk
Mendapatkan Produk Fine Powder. Semarang : Jurusan Teknik Kimia,Fakultas Teknik :
UNDIP.
52

Puspa,Ayu. 2014. Pengetahuan & Sikap Dalam Mengkonsumsi Makanan Berserat Pada
Karyawan Glompong Group Lampung Tahun 2014.Yogyakarta : Fakultas Teknik :
Universitas Negri Yogyakarta.
Puspita,nina. 2017. Pengaruh Ekstrak Etanol Biji Labu Kuning (Cucurbita Moschata)
Terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus) Setelah Pemberian 2-Metoksietanol.
Surabaya : Pertanian,Universitas Airlangga.
Ratna,Devi. Pengaruh Pemberian Serbuk Biji Labu Kuning (Cucurbita moschata) terhadap
Penurunan Kolesterol LDL pada Tikus Wistar Hiperkolesterolemia. Semarang:lmu Gizi,
Universitas Diponegoro.
Rohani,Panjaitan. Pemanfaatan minyak biji labu kuning (Cucurbita Moschata) menjadi
sediaan nanoemulsi topical sebagai agen pengembangan cosmetical anti aging. Yogyakarta:
Fakultas teknologi industri.
Rudy,Gerry. 2018 Resep Autentik Pempek Palembang & Makanan Khas WongKito.PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Susanto,Agus. 2011. Serat Pangan (Dietary Fiber) dan Manfaatnya bagi kesehatan.Jurnal
Kesehatan. 2 (75) : 36-39.
Sugito,Hayati Ary. Penambahan Daging Ikan Gabus (Opichepallus strianus BLKR) dan
Aplikasi Pembekuan Pada Pembuatan Pempek Gluten. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.
8 (2) : 148.
Syntia dewi, Ervina.2014. Kajian Karakteristik Pempek Ikan Gabus (Channa striata) dari
Perbandingan Mocaf Tepung Jagung dan LamaPerebusan.Bandung : Fakultas Teknik
Universitas Pasundan.
Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2017)

Thalib,Ahmad. Karakteristik organoleptik dan kimia produk Mpek-mpek ikan cakalang.

Ternate : Fakultas pertanian,Teknologi hasil pertanian.

Wahyuni,Sisri.2019. Mutu Organoleptik dan Kadar Protein pada Empek-Empek Ikan Teri
Asin.Padang : Gizi Poltekkes kemenkes Padang
Winarno,F.G. 2004. Kimia pangan dan gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yuanita,Aprilianingtyas. 2009. Pengembangan Produk Empek-Empek Palembang dengan
penambahan sayuran bayam dan wortel sebagai sumber serat pangan. Bogor : Fakultas
Teknologi Pertanian,IPB.
Zuhra,C.F. 2006. Cita Rasa (Flavor). Departemen Kimia FMIPA. Universitas Sumatra
Utara.Medan.
Lampiran A

Skema pembuatan Mpek-mpek

Tepung Tapioka

Tambahkan tepung terigu,


ikan tenggiri yang sudah
dihaluskan

Tambahkan telur, garam dan


bawang putih

Siram dengan air mendidih 200


ml dan aduk hingga adonan
menjadi kalis dan mudah
dibentuk

Aduk sehingga berbentuk kalis,


bentuk adonan pipih dan tipis

Rebus Mpek-mpek selama 20


menit

Angkat dan tiriskan

Goreng selama 3-5 menit

Sumber : Modifikasi Gery Rudy (2018)


Lampiran B

Bagan Alir Pembuatan Mpek-mpek Tepung Biji Labu Kuning

Bahan
pembantu Biji labu telah
Tepung dibersihkan dari
tapioka 200 buah labu
gr
Tepung terigu 50 gr,
ikan tenggiri 50 gr
Biji labu
dijemur hingga
Pencampuran
benar-benar
tepung
kering, Biji labu
terigu+ikan
digongseng
tenggiri
sebentar dan
Haluskan ikan diblender
terlebih dahulu hingga halus
Lalu diayak
Tambahkan
hingga
telur dan
bumbu menjadi
tepung biji
Tambahkan air dan labu kuning
aduk hingga rata

Pencampuran adonan +
tepung biji labu kuning

Adonan Adonan Adonan Adonan


mpek-mpek mpek-mpek mpek-mpek mpek-mpek
(200 :0) +tepung biji + tepung + tepung
labu kuning biji labu biji labu
(200:25) kuning kuning
(200:30) (200 : 35)

4 perlakuan, bentuk
masing-masing adonan

Rebus selama 20
menit

Angkat dan tiriskan


Goreng Mpek-mpek
selama 3 menit
(warna kuning
kecoklatan)

4 perlakuan
Mpek-mpek

Uji Organoleptik

Mpek-mpek
terbaik

Uji Kadar Serat

Sumber : Modifikasi resep Gery Rudy,(2018)


Lampiran C

Formulir Uji Organoleptik

Nama panelis :
Tanggal pengujian :
Prosedur pengujian :
Nama Produk : Mpek-mpek yang di Suplementasi dengan tepung biji labu kuning

a) Disediakan sampel yang telah diletakan pada setiap plastik. Setiap sampel diberi kode
b) Panelis diminta mencicipi satu persatu sampel dan mengisi forulir uji organoleptik
sesuai dengan tanggapannya
c) Sebelum panelis mencicipi sampel, terlebih dahulu panelis diminta untuk minum air
yang telah disediakan. Air minum berfungsi untuk menetralkan indra pengecap panelis
sebelum melakukan uji organoleptik
d) Panelis mengisi formulir yang telah disediakan terhadap cita rasa (rasa, warna, tekstur,
dan aroma) dalam bentuk angka

4 = sangat suka 2 = agak suka


3 = suka 1 = tidak suka

Tulislah hasil tanggapan anda pada kolom yang telah disediakan dengan menuliskan
angka terhadap kesukaan.

Kode sampel Uji Organoleptik


Aroma Rasa Tekstur Warna
213
214
215
216

Komentar :
Lampiran D

Surat izin penelitian


Lampiran E

HASIL UJI SIDIK RAGAM

1. Warna

Dari data-data yang didapatkan, kemudian dilakukan analisis sidik ragam untuk
mengetahui nyata atau tidaknya perbedaan antar perlakuan :

PERLAKUAN Yi ƩY2i (Yi)2


Panelis
A B C D
1 3 2.5 3 2.5 11 30,5 121
2 3 2.5 3.5 3 12 36,5 144
3 3 3 3.5 3 12.5 39,25 156,25
4 3 2.5 3 2.5 11 30,5 121
5 4 4 4 3 15 57 225
6 3 4 3 3 13 43 169
7 3 3 2.5 2.5 11 30,5 121
8 3 3 3 3 12 36 144
9 3.5 3.5 4 4 15 56,5 225
10 3.5 4 3.5 3.5 15 52,75 225
11 3 2.5 3.5 3 12 36,5 144
12 3 2 3.5 2.5 11 31,5 121
13 2.5 2 3.5 3 11 31,5 121
14 3 2.5 3.5 3.5 12.5 39,75 156,25
15 3.5 3 3.5 3.5 13,5 45,75 182,25
16 3 3.5 2 2.5 11 31,5 121
17 3 3 3 3 12 36 144
18 3 3 3 2.5 11.5 33,25 132,25
19 3 4 2 3 12 38 144
20 3 3 3.5 3 12,5 39,25 156,25
21 3 4 3 4 14 45 196
22 3 3 3 2.5 11.5 33,25 132,25
23 3 3 3.5 3 12.5 39,25 156,25
24 3 3.5 3.5 2.5 12,5 39,75 156,25
25 3 2.5 2 3.5 11 31,5 121
Yi 77 76,5 79 75 307,5 3.835
ƩY2i 239 243,25 257 230 969,25
(Yi)2 5.929 5.852,2 6.241 5.625 23.647,2
Rata-rata 3,08 3,06 3,16 3

Faktor Koreksi (FK) = Total Umum2

Jumlah kelompok x jumlah perlakuan

= 307,52

25 x 4
= 94.556,25

100

= 945,56

Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Total Jumlah Kuadrat – Faktor Koreksi

= 969,25– 945,56

= 23,69

Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = Jumlah Kuadrat Total – Faktor Koreksi

Jumlah Kelompok

= 23.647,2 – 945,56

25

= 945,88 – 945,56

= 0,328

Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = Jumlah Kuadrat Total – Faktor Koreksi

Jumlah Perlakuan

= 3.835 – 945,56

= 958,75 – 945,56

= 13,19

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKP – JKK

= 23,69-0,328-13,19

= 10,17

Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) = Jumlah Kuadrat Perlakuan

(perlakuan – 1)

= 0,328

= 0,109
Kuadrat Tengah Kelompok (KTK) = Jumlah Kuadrat Kelompok

(panelis – 1)

= 13,19

24

= 0,549

Kuadrat Tengah Galat (KTG) = Jumlah Kuadrat Galat

(panelis – 1) x (perlakuan – 1)

= 10,17

(25-1) x (4-1)

= 10,17

72

= 0,141

F Hitung = Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)

Kuadrat Tengah Galat (KTG)

= 0,109

0,141

= 0,77

F Tabel = 3,10

Daftar Sidik Ragam

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tabel


Keragaman Bebas (DB) Kuadrat (JK) Tengah (KT)

Perlakuan 3 0,328 0,109 0,77 3,10

Kelompok 24 13,19 0,549

Galat 72 10,17 0,141

Total 99 23,68 0,799 0,77 3,10

Dari hasil sidik ragam, diketahui bahwa F Hitung < F Tabel maka tidak terdapat
perbedaan nyata terhadap warna Mpek-mpek tepung biji labu kuning.
2. Aroma

Dari data-data yang didapatkan, kemudian dilakukan analisis sidik ragam untuk
mengetahui nyata atau tidaknya perbedaan antar perlakuan :

PERLAKUAN Yi ƩY2i (Yi)2


Panelis
213 214 215 216
1 3 3 3.5 3 12.5 39,25 156,25
2 3 2.5 3 2.5 11 30,5 121
3 3.5 3 3 2.5 12 36,6 144
4 3 2.5 3 3 11.5 33,25 132,25
5 2.5 2.5 3.5 2 10.5 28,75 110,25
6 3.5 2.5 2.5 3.5 11.5 37 132,25
7 3 3.5 3 3 12.5 39,25 156,25
8 4 3,5 3 4 14.5 53,25 169
9 3 2.5 2.5 3 11 30,5 121
10 3.5 3.5 3.5 3.5 14 49 196
11 3.5 3 3 3 12.5 34,25 156,25
12 3.5 3 3 3.5 11 42,5 121
13 3 2.5 3 2.5 11 30,5 121
14 3 3 2.5 3.5 12 36,5 144
15 2.5 3.5 3 2.5 11.5 33,75 132,25
16 2.5 2 3 3 10.5 28,25 110,25
17 3 2.5 3.5 3 12 36,5 144
18 2.5 3.5 3 2.5 11.5 33,75 132,25
19 3 3 3.5 2.5 12 36,5 144
20 3 3.5 3.5 3 13 42,5 169
21 3 3.5 3 3 12,5 39,25 156,25
22 3 2 3 3 11 31 121
23 3 3.5 2.5 3 12 36,5 144
24 3 3 3 2.5 11.5 33,25 132,25
25 3.5 3.5 3 2.5 12,5 39,75 156,25
Yi 77 74 76 73 300 3.522
ƩY2i 240,5 225 235,5 224 925
(Yi)2 5.929 5.476 5.776 5.329 22.510
Rata-rata 3,08 2,94 3,04 2,92

Faktor Koreksi (FK) = Total Umum2

Jumlah kelompok x jumlah perlakuan

= 3002

25 x 4

= 90.000
100

= 900

Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Total Jumlah Kuadrat – Faktor Koreksi

= 925– 900

= 25

Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = Jumlah Kuadrat Total – Faktor Koreksi

Jumlah Kelompok

= 22.510 – 900

25

= 900,4– 900

= 0,4

Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = Jumlah Kuadrat Total – Faktor Koreksi

Jumlah Perlakuan

= 3.522 – 900

= 880,5– 900

= -19,5

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKP – JKK

= 25– 0,4–19,5

= 5,1

Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) = Jumlah Kuadrat Perlakuan

(perlakuan – 1)

= 0,4

= 0,13

Kuadrat Tengah Kelompok (KTK) = Jumlah Kuadrat Kelompok

(panelis – 1)
= -19,5

24

= 0,81

Kuadrat Tengah Galat (KTG) = Jumlah Kuadrat Galat

(panelis – 1) x (perlakuan – 1)

= 5,1

(25-1) x (4-1)

= 5,1

72

= 0,070

F Hitung = Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)

Kuadrat Tengah Galat (KTG)

= 0,13

0,070

= 1,85

F Tabel = 3,10

Daftar Sidik Ragam

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tabel


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
(DB) (JK) (KT)

Perlakuan 3 0,4 0,13 1,85 3,10

Kelompok 24 19,5 0,81

Galat 72 5,1 0,070

Total 99 25 1,01 1,85 3,10

Dari hasil sidik ragam, diketahui bahwa F Hitung < F Tabel maka tidak terdapat
perbedaan nyata terhadap aroma Mpek-mpek tepung biji labu kuning.
3. Rasa

Dari data-data yang didapatkan, kemudian dilakukan analisis sidik ragam untuk
mengetahui nyata atau tidaknya perbedaan antar perlakuan :

PERLAKUAN Yi ƩY2i (Yi)2


Panelis
213 214 215 216
1 3.5 2.5 4 2.5 12.5 40,75 156,25
2 3 2.5 3 2.5 11.0 30,5 121
3 3 2.5 3 2.5 11.0 30,5 121
4 3.5 3 4 3 13.5 46,25 182,25
5 2 3 3 2.5 10.5 28,25 110,25
6 3.5 3.5 3 3 13.0 42,5 169
7 3.5 3 3.5 3 13.0 43 169
8 3 2.5 3 3 11.5 33,25 132,25
9 3.5 3.5 3.5 3 13.5 45,75 182,25
10 3.5 2.5 3.5 3 12.5 39,75 156,25
11 3 2 3 3 11.0 31 121
12 3 2.5 3 2.5 11.0 30,5 121
13 3.5 2 3 3 11.5 41,25 132,25
14 2 3 3 3 11.0 18,25 121
15 2 2.5 3 2 9.5 23,25 90,25
16 2.5 2.5 3 2,5 10,5 25,5 110,25
17 3 2 3 4 12.0 38 144
18 2.5 2.5 2 2 9.0 20,5 81
19 3 3.5 2 3 11.5 34,25 132,25
20 3 3 2,5 3 11,5 33,25 132,25
21 3 3 3 3,5 12,5 39,25 156,25
22 2 3 2 3 10.0 26 100
23 2.5 2.5 3 3 11.0 24,25 121
24 3 2.5 3 4 12.5 40,25 156,25
25 2 2 3 2 9.0 21 81
Yi 72 67 73 66 278 3.169,25
ƩY2i 214,5 184,5 231 210,75 840,75
(Yi)2 5.184 4.489 5.329 4.356 19.358

Rata-rata 2,88 2,68 2,92 2,64

Faktor Koreksi (FK) = Total Umum2

Jumlah kelompok x jumlah perlakuan

= 2782
25 x 4
= 77.284
100
= 772,84

Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Total Jumlah Kuadrat – Faktor Koreksi

= 840,75– 772,84

= 67,91

Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = Jumlah Kuadrat Total – Faktor Koreksi

Jumlah Kelompok

= 19.358 – 772,84

25

= 774,32 – 772,84

= 1,48

Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = Jumlah Kuadrat Total – Faktor Koreksi

Jumlah Perlakuan

= 3.169,25– 772,84

= 792,31– 772,84

= 19,47

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKP – JKK

= 67,91– 1,48– 19,47

= 46,96

Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) = Jumlah Kuadrat Perlakuan

(perlakuan – 1)

= 1,48

= 0,49

Kuadrat Tengah Kelompok (KTK) = Jumlah Kuadrat Kelompok

(panelis – 1)

= 19,47

24
= 0,811

Kuadrat Tengah Galat (KTG) = Jumlah Kuadrat Galat

(panelis – 1) x (perlakuan – 1)

= 46,96

(25-1) x (4-1)

= 46,96

72

= 0,65

F Hitung = Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)

Kuadrat Tengah Galat (KTG)

= 0,49

0,65

= 0,75

F Tabel = 3,10

Daftar Sidik Ragam

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tabel


Keragaman Bebas (DB) Kuadrat (JK) Tengah (KT)

Perlakuan 3 1,48 0,49 0,75 3,10

Kelompok 24 19,47 0,811

Galat 72 46,96 0,65

Total 99 67,91 1,951 0,75 3,10

Dari hasil sidik ragam, diketahui bahwa F Hitung < F Tabel maka tidak terdapat
perbedaan nyata terhadap rasa Mpek-mpek tepung biji labu kuning.
4. Tekstur

Dari data-data yang didapatkan, kemudian dilakukan analisis sidik ragam untuk
mengetahui nyata atau tidaknya perbedaan antar perlakuan :

PERLAKUAN Yi ƩY2i (Yi)2


Panelis
213 214 215 216
1 2.5 2.5 3 2.5 10.5 27,75 110,25
2 2.5 3 3.5 3 12.0 36,5 144
3 2.5 3.5 3 2.5 11.5 33,75 132,25
4 3 3.5 3 3 12.5 39,25 156,25
5 3 2.5 3 3 11.5 33,25 132,25
6 3.5 3.5 3 2.5 12.5 39,75 156,25
7 3.5 3 4 3 13.5 46,25 182,25
8 2.5 2 3.5 3 11.0 31,5 121
9 2 2 3.5 2.5 10.0 26,5 100
10 2.5 2.5 3.5 2.5 11.0 31 121
11 2.5 2.5 3 3 11.0 20,5 121
12 3 2.5 2.5 2.5 10.5 27,75 110,25
13 2 2 3.5 3 10.5 29,25 110,25
14 3 3 3 3 12.0 36 144
15 2.5 2 3 2 9.5 23,25 90,25
16 2.5 2.5 3 2 10.0 25,5 100
17 3.5 2 2 3 10.5 29,25 110,25
18 2.5 2.5 2.5 3 10.5 27,75 110.25
19 2.5 3.5 2 3.5 11.5 34,75 132,25
20 3 3 2 2 10.0 26 100
21 2.5 2.5 2.5 3 10.5 27,75 110,25
22 3.5 3 2 3 11.5 34,25 132,25
23 3 3.5 3 2 11.5 34,25 132,25
24 2.5 2.5 2 2 9.0 20,5 81
25 2.5 3 2 2 9.5 23,25 90,25
Yi 69 68 71 67 275 3.030
ƩY2i 192,25 191,5 210 181,75 775,5
(Yi)2 4.761 4.624 5.041 4.489 18,915
Rata-rata 2,76 2,72 2,84 2,68

Faktor Koreksi (FK) = Total Umum2

Jumlah kelompok x jumlah perlakuan

= 2752

25 x 4

= 75,625

100
= 756,25

Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Total Jumlah Kuadrat – Faktor Koreksi

= 775,5– 756,25

= 19,25

Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = Jumlah Kuadrat Total – Faktor Koreksi

Jumlah Kelompok

= 18.915 – 756,25

25

= 756,6 – 756,25

=0,35

Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = Jumlah Kuadrat Total – Faktor Koreksi

Jumlah Perlakuan

= 3.030– 756,25

=757,5 – 756,25

= 1,25

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKP – JKK

= 19,25– 0,35– 1,25

= 17,65

Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) = Jumlah Kuadrat Perlakuan

(perlakuan – 1)

= 0,35

= 0,11

Kuadrat Tengah Kelompok (KTK) = Jumlah Kuadrat Kelompok

(panelis – 1)

= 1,25

24
= 0,052

Kuadrat Tengah Galat (KTG) = Jumlah Kuadrat Galat

(panelis – 1) x (perlakuan – 1)

= 17,65

(25-1) x (4-1)

= 17,65

72

= 0,245

F Hitung = Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)

Kuadrat Tengah Galat (KTG)

= 0,11

0,245

= 0,44

F Tabel = 3,10

Daftar Sidik Ragam

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tabel


Keragaman Bebas (DB) Kuadrat (JK) Tengah (KT)

Perlakuan 3 0,35 0,11 0,44 3,10

Kelompok 24 1,25 0,052

Galat 72 17,65 0,245

Total 99 19,25 0,407 0,44 3,10

Dari hasil sidik ragam, diketahui bahwa F Hitung < F Tabel maka tidak terdapat
perbedaan nyata terhadap tekstur Mpek-mpek tepung biji labu kuning.
Lampiran F

Anggaran Biaya Penelitian Lanjutan

No Uraian Jumlah
Persiapan
1. Buku Rp. 30.000
2. Fotocopy Bahan Rp. 30.000
3. Print Proposal Rp. 65.000
4. Transportasi Rp. 30.000
5. Penelitian Pendahuluan Rp. 30.000
6. Biaya Tak Terduga Rp. 50.000
Sub Total Rp. 235.000
Biaya Bahan Penelitian
1. Labu kuning Rp. 80.000
2. Tepung tapioka Rp. 20.000
3. Tepung terigu Rp. 10.000
4. Ikan tenggiri Rp. 30.000
5. Telur RP. 6.000
6. Minyak goreng Rp. 13.000
7. Garam Rp. 2.500
8. Merica Rp. 500
Sub Total Rp. 162.500
Pelaksanaan
1. Transportasi Rp. 40.000
2. Timbangan Digital Rp. 230.000
3. Fotocopy Formulir Rp. 10.000
4. Biaya Labor Rp. 10.000
5. Biaya Uji Kadar Serat Rp. 200.000
6. Biaya Tak Terduga Rp. 20.000
Sub Total Rp. 510.000
Laporan
1. Print KTI Rp. 65.000
2. Jilid dan Fotocopy RP. 150.000
3. Biaya Tak Terduga Rp. 50.000
Sub Total Rp. 265.000
TOTAL BIAYA Rp. 1.172,500,-
9

Lampiran G

Proses pembuatan tepung biji labu kuning

a. Penjemuran biji labu

b. Biji labu di sangrai dan diblender

c. Biji labu diayak dan menjadi tepung biji labu kuning


Lampiran H

Proses pembuatan Mpek-mpek Tepung biji labu kuning

a. Bahan Mpek-mpek b. Pencampuran Bahan

c. Pembentukan d. Proses Perebusan

e. Mpek-mpek yang sudah direbus f. proses penggorengan

g. Mpek-mpek yang sudah digoreng h. Mpek-mpek untuk uji


organoleptik
Lampiran I

Dokumentasi Penelitian Lanjutan


Lampiran J Hasil Uji Laboratorium
Lampiran K
9

LAMPIRAN L

Jadwal Penyusunan KTI

Bulan
No Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Mengajukan 3
1
Topik
2 Pengumpulan Data
3 Penulisan Proposal
4 Ujian Proposal
5 Perbaikan
6 Penelitian
7 Pengolahan Data
Penulisan Laporan
8
Penelitian
Seminar Tugas
9
Akhir
Perbaikan Tugas
10
Akhir
Penyerahan Tugas
11
Akhir
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Peneliti

(Ir. Mulyatni Nizar, M.Kes) (Sri Darningsih, S.Pd, M.Si) (Sonia Ruxmana)
NIP: 19561226 198102 2 002 NIP: 19630218 198603 2 001 NIM : 172110111

Anda mungkin juga menyukai