SKRIPSI
Oleh:
RINI SUHARTANI
B 1510113
Oleh:
RINI SUHARTANI
B. 1510113
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Ilmu Pangan Halal,
Universitas Djuanda Bogor
Disetujui Oleh,
Disahkan Oleh,
Dekan Fakultas Ilmu Pangan Halal
Universitas Djuanda Bogor
Rini Suhartani
B.1510113
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Juni 1992 di Bogor. Putri keenam dari
enam bersaudara dari pasangan Bapak Ngaliman dan Ibu Sri Widjiteni.
Penulis menempuh jenjang pendidikan formal di SD Rimba Putra dari
tahun 1998 sampai 2004. Pada tahun 2004 masuk ke SMP N 10 Bogor sampai
tahun 2007, kemudian melanjutkan ke SMA N 4 Bogor pada tahun 2007 sampai
2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program kimia analis
(D3) di Akademi Kimia Analis Bogor hingga 2013. Pada tahun 2015 penulis
masuk sebagai mahasiswa program strata satu (S1) jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi di Fakultas Ilmu Pangan Halal Universitas Djuanda Bogor.
Pada tahun 2013 Penulis mulai bekerja di PT Sumber Banyu Utama
bagian analis quality control sampai tahun 2014, pada tahun 2014 penulis bekerja
di PT Puspa Pharma hingga sekarang.
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan kenikmatan dan kesehatan yang tak henti kepada penulis.
Alhamdulillah dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penggunaan Bubuk Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca) Sebagai
Adsorben Terhadap Sifat FisikoKimia Minyak Jelantah” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.Usulan penelitian ini dimaksudkan sebagai syarat untuk
melakukan penelitian dan sebagai pedoman bagi penulis dalam menyelesaikan
penelitian. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Amar Ma’ruf, Ir., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Pangan Halal,
Universitas Djuanda Bogor serta dosen kolokium dan dosen penguji.
2. Ibu Noli Novidahlia, Ir., M.Si selaku pembimbing I yang telah memberi
kesempatan untuk membantu mengerjakan penelitian ini dan yang telah sabar
dalam membimbing selama penelitian ini.
3. Bapak Aminullah, S.TP M.Si selaku pembimbing II yang telah memberi
kesempatan untuk membantu mengerjakan penelitian ini dan yang telah sabar
dalam membimbing selama penelitian ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Pangan Halal Universitas Djuanda Bogor
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.
Terima kasih atas segala bimbingan, arahan dan pengorbanan yang
diberikan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Semoga skripsi yang
penulis susun ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi semua
pihak dan yang memerlukan informasi dalam skripsi ini.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ......................................................................................................... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B Tujuan .................................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
A. Minyak Goreng .................................................................................... 4
B.Minyak Goreng Kelapa Sawit ............................................................... 5
C. Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah) ........................................... 5
D. Komposisi dan Kandungan Minyak Jelantah ...................................... 7
E. Sifat Fisika Kimia Minyak Jelantah ..................................................... 7
F. Pengaruh Minyak Terhadap Kesehatan .............................................. 10
G. Kulit Pisang Kepok ............................................................................ 10
H. Adsorpsi ............................................................................................. 12
I. Spektrofotometri UV-Vis .................................................................... 14
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 14
A. Bahan dan Alat.…….. ....................................................................... 14
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 14
C. Metode Penelitian .............................................................................. 14
D. Rancangan Percobaan ....................................................................... 17
E. Analisis Produk .................................................................................. 18
F. Analisis Data ...................................................................................... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 19
A. Pembuatan Bubuk Kulit Pisang....................................................... 19
B. Uji Sifat FisikoKimia ...................................................................... 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 30
A. Kesimpulan ...................................................................................... 30
B. Saran ................................................................................................ 30
Halaman
Halaman
1. Struktur Kimia Minyak ........................................................................... 5
2. Reaksi Hidrolisa ...................................................................................... 9
3. Reaksi Oksidasi ....................................................................................... 9
4. Pisang Kepok (Musa paradisiaca) ........................................................ 11
5. Skema Spektrofotometer UV-Vis ......................................................... 14
6. Diagram Alir Pembuatan Bubuk Kulit Pisang ...................................... 16
7. Diagram Alir Perendaman Minyak Jelantah Menggunakan Bubuk
Kulit Pisang ........................................................................................... 17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Prosedur Analisis Parameter yang diamati ........................................... 37
2. Hasil Rendemen Bubuk Kulit Pisang ................................................... 39
3. Hasil Analisa Aktivitas Antioksidan ..................................................... 39
4. Hasil Analisa Minyak Jelantah dan Minyak Segar ............................... 39
5. Hasil Penelitian Minyak Jelantah .......................................................... 40
6. Hasil Data Analisa Pengujian Fisikokimia Minyak Jelantah ................ 41
7. Hasil Analisa Sidik Ragam (ANOVA) Pada Minyak Jelantah ............. 42
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
dalam setiap unit polimernya. Permukaan gugus fungsi selulosa alam ataupun
turunannya dapat berinteraksi secara fisik atau kimia yang mampu melakukan
pengikatan. Gugus fungsi tersebut terutama karboksil dan hidroksil. Sehingga
kulit pisang memiliki potensi yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai
sumber antioksidan pada bahan pangan dan juga penjernihan (Salasatun, et al.,
2016).
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah pemanfaatan kulit pisang kepok
sebagai adsorben untuk memperbaiki sifat mutu minyak jelantah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh bubuk kulit pisang terhadap minyak jelantah
berdasarkan uji kecerahan, viskositas dan bilangan peroksida.
b. Mengetahui pengaruh lama perendaman terhadap minyak jelantah
berdasarkan uji kecerahan, viskositas dan bilangan peroksida.
c. Mengetahui pengaruh interaksi antara jumlah bubuk kulit pisang dan
lama perendaman terhadap minyak jelantah berdasarkan uji kecerahan,
viskositas, dan bilangan peroksida.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar. Minyak
goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman, kelapa, biji-bijian,
kacang-kacangan, jagung, kedelai, kanola. Minyak goreng diperoleh dari
hasil tahap akhir proses pemurnian dan terdiri dari berbagai senyawa
trigliserida (Kusnandar, 2010). Minyak goreng yang digunakan untuk
memasak biasanya terbuat dari minyak nabati yang sudah dimurnikan melalui
tahapan degumming, netralisasi, bleaching dan deodorisasi untuk
menghilangkan bau dan rasayang tidak diinginkan. Sebagian besar minyak
nabati berbentuk cair padasuhu kamar, karena mengandung sejumlah asam
lemak tidak jenuh dengantitik cair rendah (Ketaren,1986). Syarat mutu
minyak goreng menurut Standar Nasional Indonesia(SNI), dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Syarat Mutu Minyak Goreng
Kriteria uji Satuan Persyaratan
Keadaan Normal
Bau Normal
Warna Normal
Kadar Air % (b/b) Maks. 0,15
Bilangan Asam mg KOH/g Maks. 0,6
Bilangan Peroksida mek O2/kg Maks. 10
Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2
Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,1
Sumber : SNI 3741-2013
5
goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan
sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan
rumah tangga yang dapat digunakan kembali untuk keperluan kuliner, akan
tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses
penggorengan sehingga dapat menyebabkan penyakit kanker dalam jangka
waktu yang panjang (Tamrin, 2013).
Kerusakan lain akibat proses penggorengan adalah adanya kotoran yang
berasal dari bumbu yang digunakan dan dari bahan yang digoreng
sehinggadapat menaikkan komponen bahan polar seperti gula, garam dan
lain-lain. Sebagian besar masyarakat menggunakan minyak goreng secara
berulang-ulang sebagai alasan ekonomis dimana minyak yang digunakan
untuk menggoreng mengalami penurunan mutu atau kadar air, kadar asam
lemak bebas, angka peroksida, bilangan iodine, warna dan viskositasnya
(Rukmini et al., 2007). Asam lemak bebas (FFA) dalam minyak nabati
dihasilkan dari pemecahan ikatan ester trigliserida. Asam lemak bebas secara
umum dihilangkan selama proses penjernihan. Adsorpsi asam lemak bebas
ditentukan oleh beberapa faktor seperti kadar air dalam minyak, kadar sabun,
suhu dan lamanya waktu kontak dengan adsorben. Ketika minyak digunakan
untuk menggoreng terjadi peristiwa oksidasi dan hidrolisis yang memecah
molekul minyak menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Proses ini
bertambah besar dengan pemanasan yang tinggi dan waktu yang lama selama
penggorengan makanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar 0,2
% dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan dan
kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Minyak dengan kadar asam lemak
bebas yang lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa membentuk filem
pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak
bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas (Ketaren, 2005).
Angka peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat
kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat
oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida
yaitu produk awal dari reaksi oksidasi yang bersifat labil, reaksi ini dapat
6
berlangsung bila terjadi kontak antara oksigen dengan minyak (Ketaren,
2005).
7
2. Odor dan flavor, terdapat secara alami dalam minyak dan juga terjadi
karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek
3. Kelarutan, minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor oil),
dan minyak sedikit larut dalam alkohol, etil eter, karbon disulfida dan
pelarut-pelarut halogen.
4. Titik cair dan polymorphism, minyak tidak mencair dengan tepat pada
suatu nilai temperatur tertentu. Polymorphism adalah keadaan dimana
terdapat lebih dari satu bentuk kristal.
5. Titik didih (boiling point), titik didih akan semakin meningkat dengan
bertambah panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.
8. Shot melting point, yaitu temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari
minyak atau lemak.
9. Bobot jenis, biasanya ditentukan pada temperature 25oC , dan juga perlu
dilakukan pengukuran pada temperature 40oC.
10. Titik asap, titik nyala dan titik api, dapat dilakukan apabila minyak
dipanaskan. Merupakan kriteria mutu yang penting dalam hubungannya
dengan minyak yang akan digunakan untuk menggoreng.
8
Gambar 2. Reaksi Hidrolisa
9
F. Pengaruh Minyak Terhadap Kesehatan
Menurut Gervacia dan Ratih (2016) Pemanfaatan minyak goreng
sebagai media penghantar panas, sering kali banyak orang yang belum tahu
cara menggunakan minyak goreng dengan baik dan benar. Minyak goreng
merupakan kebutuhan masyarakat yang saat ini harganya masih cukup
mahal, akibatnya minyak goreng digunakan berkali-kali untuk menggoreng,
terutama dilakukan oleh penjual makanan gorengan. Secara ilmiah minyak
goreng yang telah digunakan berkali-kali, lebih-lebih dengan pemanasan
tinggi sangatlah tidak sehat, karena minyak tersebut asam lemaknya lepas
dari trigliserida sehingga jika asam lemak bebas mengandung ikatan
rangkap mudah sekali teroksidasi menjai aldehid maupun keton yang
menyebabkan bau tengik. Penggunaan minyak goreng bekas yang sudah
berulang kali menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas
adalah atom-atom yang berubah menjadi tidak normal karena elektronnya
kehilangan pasangan. Atom-atom normal seharusnya memiliki electron-
elektron berpasangan. Ketidaknormalan ini bisa disebabkan oleh radiasi,
polusi kimia, makanan tidak sehat, kuman dan bakteri, salah pengobatan,
stress, atau reaksi oksigen dengan lemak tak jenuh ganda dalam sel-sel
tubuh. Atom yang tidak sempurna ini tidak stabil dan sangat reaktif, juga
merusak molekul-molekul pada sel, gen dan jaringan-jaringan elastic tubuh
dengan cara mencuri pasangan elektronnya. Kerusakan pada sel
menyebabkan penuaan dini,otak kau, pengerasan pembuluh darah arteri,
bahkan kanker. Radikal bebas adalah akibat samping yang tidak dapat
dielakan dalam kehidupan dan bisa menjadi penyebab kanker.
10
Tabel 2. Kandungan kimia kulit pisang
Senyawa Kandungan
Air (g/100) 68,90
Protein (g/100g) 8,6
Lemak (g/100g) 13,1
Pati (g/100g) 12,8
Abu (g/100g) 15,3
Serat total (g/100g) 50,3
Kalsium (mg/100g) 715
Posfor (mg/100g) 117
Besi (mg/100g) 1,6
Vitamin C (mg/100g) 36
11
H. Adsorpsi
Menurut Alhaya, 2007) Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan
suatu gas atau cairan pada permukaan padatan atau fasa padat antar muka.
Proses ini melibatkan fasa padat (adsorben, material biologi) dan fasa cair
(pelarut, air) yang mengandung zat terlarut yang akan diserap (adsorban/
zat warna / logam berat). Sedangkan pada absorpsi adalah suatu peristiwa
penyerapan atau peresapan zat cair ke zat cair lain atau zat padat, hingga
keduanya menyatu. Adsorben adalah padatan dimana di permukaannya
terjadi pengumpulan senyawa yang dilarutkan. Kemampuan adsorben
menyerap suatu senyawa sangat dipengaruhi oleh:
1. Jenis adsorben, adsorben yang berbentuk amorf daya serapnya lebih besar
daripada adsorben yang berbentuk kristal. Adsorben yang nonpolar lebih
mudah menyerap zat-zat nonpolar, sedangkan adorben polar lebih mudah
pula menyerap zat-zat bersifat polar.
2. Jenis adsorbat, molekul yang mudah terion umumnya lebih mudah terserap
dibandingkan dengan molekul yang sulit terion.
3. Struktur adsorben, molekul yang berpori mempunyai daya serap yang
tinggi dibandingkan dengan molekul yang tidak berpori.
4. Luas permukaan, semakin luas permukaan adsorben banyak zat yang
terserap pada permukaannya. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh
semakin kecilnya ukuran partikel, juga ditentukan oleh jumlah pori dari
adsorben yang bersangkutan.
I. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis
spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat
pada panjang gelombang (190-380) dan sinar tampak pada panjang
gelombang (380-780) dengan memakai instrument spektrofotometer (Mulja
dan Suharman, 1995). Prinsip dari UV-Vis berdasarkan interaksi antara
materi dengan cahaya. Cahaya yang dimaksud berupa ultraviolet (UV) dan
cahaya visibel (Vis), sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul yang
lebih berperan adalah elektron valensi. Spektrofotometri UV-Vis merupakan
12
salah satu metode analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi
suatu sampel baik secara kualitatif dan kuantitatif. Spektrofotometri UV-Vis
melibatkan energy elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif, sedangkan analisis secara kuantitatif
berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media.
Intensitas ini sangat bergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi
warna yang terdapat pada media tersebut Pembentukan warna dilakukan
dengan cara menambahkan bahan pengompleks yang selektif terhadap unsur
yang ditentukan (Mulja dan Suharman, 1995).
Spektrofotometer yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditranmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi ditranmisikan
fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2003). Dengan menggunakan
metode spektrofotometri UV-Vis sampel akan menyerap cahaya diukur
sebagai absorbansi, kemudian cahaya akan tranmisikan oleh materi dan
ditangkap oleh detektor. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang
diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik yang kemudian
akan dibaca oleh komponen spektrofotometer yaitu read out dimana panjang
gelombang dapat terlihat. Pada pengukuran absorbansi dan tranmitansi dalam
spektroskopis dan dengan garis kalibrasi konsentrasi diketahui (Khopkar,
2003).
Fungsi masing - masing bagian spektrofotometer adalah sebagai berikut:
1. Sumber cahaya berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai
macam rentang panjang gelombang. Pada UV-Vis sumber cahaya
menggunakan photoidiode yang telah dilengkapi monokromator.
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi
cahaya monokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan
adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik. Jika digunakan grating
13
maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optic
berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan
warnanya lensa yang dikenai cahaya.
3. Lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis
pemeriksaan.
4. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel UV-Vis
menggunakan kuvet sebagai tempat sampel.
5. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang
terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini,disebabkan yang
terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya
hanya pada spektrofotometer sinar tampak (Vis). Kuvet biasanya berbentuk
persegi panjang dengan lebar 1 cm.
6. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik.
7. Read out (pembaca) merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektor.
14
III. METODE PENELITIAN
C. Metode Penelitian
Penelitian terdiri dari 2 tahap yaitu, tahap pertama pembuatan bubuk kulit
pisang dan tahap kedua perendaman minyak jelantah dengan bubuk kulit
pisang.
1. Penelitian tahap 1
Penelitian tahap 1 bertujuan untuk pembuatan bubuk kulit pisang dan
mengetahui nilai rendemen dan nilai antioksidan. Diagram alir pembuatan
bubuk kulit pisang dapat dilihat pada Gambar 3.
Kulit Pisang
Kepok
Penirisan
16
@
Pengecilan ukuran
Pengovenan
T= 1050C, t = 4 jam
Pengayakan
menggunakan 60 mesh
Pengujian :
Bubuk Kulit Pisang - Antioksidan
- Rendemen
Gambar 6. Diagram alir pembuatan bubuk kulit pisang (Modifikasi Franciska et
al., 2006).
2. Penelitian tahap 2
Penelitian tahap 2 adalah bertujuan untuk perendaman minyak goreng
jelantah dengan bubuk kulit pisang dengan perlakuan jumlah bubuk kulit
pisang dan lama perendaman. Diagram alir perendaman minyak goreng
jelantah dengan menggunakan bubuk kulit pisang dapat dilihat pada Gambar 4.
A= Jumlah bubuk
kulit pisang
Minyak Jelantah 100 mL
A1= 5 g
A2 = 7,5 g
A3 = 10 g
Perendaman
B= Lama Perendaman
B1= 24 Jam
B2 = 36 Jam Pengadukan dengan magnetic stirer,
B3 = 48 Jam kecepatan = 40 rpm
16
@
Penyaringan
Uji Kimia :
- Bilangan Peroksida
Uji Fisika :
Minyak yang
- Uji Kecerahan
telah dijernihkan
- Viskositas
D. RancanganPercobaan
Keterangan:
Yijk : Nilai pengamatan dengan kombinasi perlakuan pada taraf ke-i dari
jumlah bubuk kulit pisang, taraf ke-j dari lama perendaman dan
ulangan ke-k (ulangan ke 1 dan 2).
µ : Komponen aditif dari rataan
Ai : Pengaruh utama faktor jumlah bubuk kulit pisangpada taraf ke-i (i = 5
gram, 7,5 gram dan 10 gram)
Bj :Pengaruh utama faktor lama perendaman pada taraf ke-j (j =24 jam, 36
jam, dan 48 jam)
(AB)ij : Komponen interaksi dari faktor jumlah bubuk kulit pisang dan faktor
lama perendaman
ijk : Pengaruh acak yang menyebar normal
i : Taraf perlakuan A ke-i (1, 2, 3)
j : Taraf perlakuan B ke-j (1, 2, 3)
k : Ulangan (1, 2)
17
Tabel 3. Kombinasi Perlakuan
Lama Perendaman (B) (Jam)
E. Analisis Produk
Produk yang dihasilkan yaitu minyak jelantah yang telah dijernihkan
dianalisis dengan uji kimia meliputi bilangan peroksida, sedangkan uji fisika
meliputi uji kecerahan dan viskositas.
F. Analisis Data
18
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Tabel 4. Hasil Analisa Minyak Jelantah dan Minyak Segar
21
cukup tinggi hal ini terjadi karena adanya zat pengotor dan terjadinya reaksi
hidrolisis pada minyak jelantah yang menyebabkan berat molekul pada
minyak naik sehingga daya gesek spindle semakin berat. Hal ini sesuai
dengan Bird (1994) Viskositas air naik dengan naiknya berat molekul.
Pada pengujian bilangan peroksida bahwa rata-rata uji minyak segar
lebih rendah dibandingkan minyak jelantah, hal ini dikarenakan pada minyak
jelantah telah dilakukan penggorengan berulang kali, lamanya waktu
penggorengan mempengaruhi proses oksidasi, karena adanya kontak dengan
udara sehingga kualitas minyak goreng menurun. Asupan minyak ke dalam
tubuh berulang kali dari minyak dengan bilangan peroksida diatas 10
mekO2/Kg bisa berbahaya bagi kesehatan dan meningkatkan risiko berbagai
penyakit termasuk hipertensi dan kanker (Siti et al., 2017), sehingga pada
hasil analisa sampel uji menunjukan minyak jelantah tidak layak untuk
dikonsumsi, karena bilangan peroksidanya masih diatas 10 mekO2/Kg.
22
bubuk kulit pisang berpengaruh nyata terhadap kecerahan minyak jelantah
(p<0,05) berdasarkan uji lanjut duncan diketahui bahwa perlakuan
penggunaan bubuk kulit pisang A1 (5g) berbeda nyata dengan perlakuan A2
dan A3 hal ini terjadi karena proses penyerapan minyak jelantah terhadap
bubuk kulit pisang berperan secara maksimal karena kandungan gugus
hidroksil dan karboksil yang terdapat pada bubuk kulit pisang berperan aktif
terhadap penyerapan, semakin banyak jumlah bubuk kulit pisang maka
jumlah gugus hidroksil dan karboksil semakin banyak, sehingga proses
penyerapan semakin maksimal. Pada penambahan bubuk kulit pisang A3 (10
gram) terjadi peningkatan penyerapan warna yang signifikan, hal ini
membuktikan bahwa dengan meningkatnya jumlah adsorben yang
ditambahkan, maka semakin besar luas permukaan aktif yang dimiliki oleh
partikel bubuk kulit pisang sehingga jumlah adsorben yang dapat diserap oleh
bubuk kulit pisang semakin banyak yang ditandai dengan turunnya nilai
absorbansi hal ini sesuai dengan Tri, et al., (2017) Bahwa konsentrasi (C)
makin besar jumlah adsorben, maka yang teradsorpsi semakin besar, selain
itu semakin luas permukaan adsorben (adsorben makin kecil ukurannya),
maka adsorpsi yang terjadi makin besar karena kemungkinan zat yang
menempel pada permukaan adsorben bertambah. Hal ini menyebabkan bagian
yang semula tidak berfungsi sebagai permukaan (bagian dalam) setelah
digerus akan berfungsi sebagai permukaan. Menurut Siti, et al., (2010)
Kotoran (partikel halus) akan larut dalam air, sehingga pada proses ini
diperoleh minyak bebas bumbu, dengan warna minyak yang semula gelap
atau kehitaman menjadi cokelat.
Pada lama perendaman, semakin lama perendaman maka semakin rendah
nilai absorbansi nya, maka semakin cerah. Perbedaan lama perendaman ini
berpengaruh nyata terhadap uji kecerahan minyak jelantah (p<0,05)
berdasarkan uji lanjut duncan diketahui bahwa perlakuan B1 (24 jam)
berbeda nyata dengan perlakuan B2 (36 jam) dan B3 (48 jam), dengan lama
perendaman B3 (48 jam) dihasilkan uji kecerahan lebih rendah di bandingkan
lainnya. Dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa semakin lama waktu perendaman
maka nilai absorbansi semakin rendah hal ini terjadi karena semakin lama
23
perendaman maka interaksi adsorben dengan minyak jelantah lebih maksimal,
hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin lama kontak antara minyak
jelantah dengan adsorben, maka semakin banyak minyak jelantah yang
terserap pada permukaan adsorben (Murdiono, et al., 2011). Selain itu,
semakin lama waktu perendaman maka warna gelap dari minyak jelantah
akan berkurang menjadi kuning dan ditunjukkan dengan turunnya nilai
absorbansi (Blumethal, 1996)
Interaksi antara jumlah bubuk kulit pisang dan lama perendaman
berpengaruh nyata terhadap uji kecerahan minyak jelantah. Uji kecerahan
minyak pada perlakuan A1B1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan A2B1
tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan
penambahan bubuk kulit pisang dan lama perendaman dapat mempercepat
reaksi antara adsorben dengan minyak jelantah, zat pengotor yang terdapat
pada minyak akan melakukan kontak dengan adsorben, semakin lama kontak
dengan adsorben maka semakin baik kecerahannya. Menurut Suryani (2016)
yang menyatakan bahwa laju penurunan warna akan sangat cepat pada saat
minyak kontak dengan adsorben. Pada perlakuan A3B3 (jumlah bubuk kulit
pisang 10 g dan lama perendaman 48 jam) dihasilkan uji kecerahan lebih baik
dibandingkan dengan lainnya.
24
Tabel 6. Hasil Rata-Rata Viskositas Minyak Jelantah Menggunakan
Viskometer Brookfield (Cpoise)
Bubuk Kulit Lama Perendaman (B) Jam Rataan
Pisang (A) g B1 (24) B2 (36) B3 (48) (A)
A1 (5) 56,3a 51,5 a 48,8 a 52,2x
A2 (7,5) 52,7 a 50,0 a 47,0 a 49,9y
A3 (10) 51,1 a 49,3 a 45,7 a 48,7z
Rataan (B) 53,3p 50,3q 47,1r
Keterangan: Notasi huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada α = 0,05
Dapat dilihat Tabel 6, bahwa semakin banyak jumlah bubuk kulit pisang
yang ditambahkan maka viskositas semakin rendah, berdasarkan hasil sidik
ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan jumlah bubuk
kulit pisang berpengaruh nyata terhadap uji viskositas minyak jelantah
(p<0,05), berdasarkan uji lanjut duncan diketahui bahwa perlakuan
penggunaan bubuk kulit pisang A1 (5g) berbeda nyata dengan perlakuan A2
dan A3. Penurunan nilai hasil kekentalan dikarenakan besarnya konsentrasi
adsorben menyatakan banyaknya partikel zat yang teradsorpsi pada minyak
jelantah. Semakin banyak adsorben maka gesekan antara partikel semakin
rendah dan kekentalannya semakin rendah pula. Jumlah zat yang diadsorpsi
pada permukaan adsorben merupakan proses berkesetimbangan. Pada awal
reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan sehingga adsorpsi berlangsung cepat
karena gugus aktif yang terletak pada adsorben berinteraksi dengan minyak
jelantah. Adanya pengaruh gaya Van der Waals antara permukaan adsorben
dengan adsorbat menyebabkan adsorbat teradsorpsi ke dalam pori adsorben.
Pada saat inilah terjadi proses adsorpsi sehingga menurunkan nilai viskositas
(Adli, 2012). Hal ini didukung oleh Medeni (2003) Peningkatan asam lemak
bebas, nilai karbonil, dan penurunan ketidak jenuhan, dapat meningkatkan
berat molekul. Adsorben bubuk kulit pisang dipilih karena dapat
menghilangkan senyawa yang memiliki berat molekul tinggi, sehingga dapat
menurunkan nilai viskositas. Adsorben mampu menghilangkan senyawa-
senyawa yang terbentuk pada saat menggoreng yang berkontribusi pada
peningkatan viskositas minyak.
25
Pada lama perendaman, semakin lama perendaman maka semakin rendah
nilai viskositasnya. Perbedaan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap
uji viskositas minyak jelantah (p<0,05) berdasarkan uji lanjut duncan
diketahui bahwa perlakuan B1 (24 jam) berbeda nyata dengan perlakuan B2
(36 jam) dan B3 (48 jam), dengan lama perendaman B3 (48 jam) dihasilkan
uji viskositas lebih rendah di bandingkan lainnya hal ini terjadi karena
semakin lama perendaman maka adsorben dapat mengikat zat pengotor pada
minyak jelantah sehingga dapat menurunkan nilai viskositasnya. Viskositas
dalam cairan ditimbulkan oleh gesekan dalam lapisan-lapisan dalam cairan,
sehingga makin besar gesekan yang terjadi maka viskositasnya semakin
besar, begitu juga jika gesekan yang terjadi lebih kecil, maka viskositasnya
juga kecil (Sutiah, 2008). Menurut Alaa et al., (2017) menunjukkan waktu
serapan pada kapasitas serap minyak jelantah dengan kulit pisang pada waktu
yang berbeda menunjukkan bahwa serapan minyak meningkat secara
bertahap, sehingga nilai viskositasnya menurun.
Interaksi jumlah bubuk kulit pisang dan lama perendaman, pada Tabel 6
bahwa semakin banyak jumlah bubuk kulit pisang yang ditambahkan dan
semakin lama perendaman maka viskositas semakin rendah. Interaksi antara
jumlah bubuk kulit pisang dan lama perendaman tidak berpengaruh nyata
terhadap viskositas minyak jelantah, namun terjadi penurunan pada nilai
viskositasnya hal ini terjadi karena perbedaan energi potensial antara
adsorben, waktu kontak dan zat yang akan diserap. Secara umum, adsorpsi
adalah proses memisahkan komponen tertentu dari satu fasa fluida (larutan)
ke permukaan padatan penyerap (adsroben). Pemisahan terjadi karena
perbedaan berat molekul atau porositas, menyebabkan beberapa molekul
untuk mengikat lebih kuat ke permukaan daripada ke molekul lain (Tri dan
Olivia, 2017). Viskositas paling rendah yaitu pada perlakuan jumlah bubuk
kulit pisang 10 g dan lama perendaman 48 jam (A3B3).
26
terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak
(Ketaren, 1986).
Tabel 7. Hasil Rata-Rata Bilangan Peroksida Minyak Jelantah Secara
Titrimetri (MekO2/Kg)
Bubuk Kulit Lama Perendaman (B) Jam Rataan
Pisang (A) g B1 (24) B2 (36) B3 (48) (A)
A1 (5) 11,75a 10,82d 9,95e 10,84x
A2 (7,5) 11,52b 10,82d 9,50f 10,61y
A3 (10) 11,17c 10,63d 9,10g 10,30z
Rataan (B) 11,48p 10,76q 9,52r
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada α = 0,05
Dapat dilihat Tabel 7, bahwa semakin banyak jumlah bubuk kulit pisang
yang ditambahkan maka bilangan peroksida semakin rendah, berdasarkan hasil
sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan jumlah
bubuk kulit pisang berpengaruh nyata terhadap bilangan peroksida minyak
jelantah (p<0,05). Berdasarkan hasil sidik ragam (ANOVA) menunjukkan
bahwa perlakuan perbedaan jumlah bubuk kulit pisang berpengaruh nyata
terhadap bilangan peroksida minyak jelantah (p<0,05). Berdasarkan uji lanjut
duncan diketahui bahwa perlakuan penggunaan bubuk kulit pisang A1 (5g)
berbeda nyata dengan perlakuan A2 dan A3. Nilai bilangan peroksida menurun
seiring dengan penambahan jumlah bubuk kulit pisang. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Windy, et al., (2013) bahwa persentase penurunan
kadar bilangan peroksida yang terjadi menggunakan adsorben menunjukkan
semakin banyak adsorben yang digunakan semakin tinggi penurunan kadar
bilangan peroksida. Bilangan peroksida terjadi karena adanya reaksi oksidasi
pada ikatan rangkap dalam asam lemak, terserapnya peroksida di dinding atau
permukaan adsorben, dikarenakan adanya perbedaan energi potensial antara
permukaan adsorben dan minyak jelantah, yang melibatkan gaya fisika atau
kimia. Menurut Ketaren (2005) proses adsorpsi merupakan salah satu upaya
untuk memperbaiki kualitas minyak goreng bekas, yaitu dengan penambahan
adsorben yang dapat dicampur langsung dengan minyak, dilanjutkan dengan
pengadukan dan penyaringan. semakin tinggi konsentrasi adsorben yang
27
ditambahkan, semakin banyak pula pori-pori adsorben yang dapat menyerap
produk oksidasi sehingga nilai biangan peroksida semakin menurun. Hal ini
konsisten dengan fungsi dari adsorben yaitu menghilangkan kotoran, pigmen,
produk oksidasi, logam sebagai senyawa katalisator dan senyawa bersulfur.
Menghilangkan kotoran-kotoran, logam dan produk oksidasi dapat
meningkatkan kualitas dan stabilitas oksidatif dari minyak (Donatus, 2009).
Pada lama perendaman, diketahui bahwa semakin lama perendama maka
semakin rendah nilai bilangan peroksida. Perbedaan lama perendaman,
berpengaruh nyata terhadap bilangan peroksida minyak jelantah (p<0,05)
berdasarkan uji lanjut duncan diketahui bahwa perlakuan B1 (24 jam) berbeda
nyata dengan perlakuan B2 (36 jam) dan B3 (48 jam). Lama perendaman
berperan aktif dalam penurunan hasil minyak jelantah, hal ini terjadi karena
dengan perendaman yang cukup lama maka proses interaksi antioksidan
semakin maksimal karena peroksida yang terbentuk berikatan dengan senyawa
lainnya sehingga jumlah peroksida menurun selain itu karena antioksidan
mempunyai kemampuan dapat mencegah kerusakan dan dapat mengorbankan
dirinya untuk menstabilkan radikal bebas dalam minyak jelantah (Desi, 2017).
Selain itu menurut Hasibuan (2008) kemampuan adsorben untuk mengadsorbsi
gugus peroksida semakin baik seiring bertambahnya lama waktu perendaman
dengan adsorbat. Berdasarkan adanya penelitian ini memberikan fakta bahwa
antioksidan dalam kulit pisang kepok mampu menurunkan bilangan peroksida.
Menurut Donatus (2009) Perlindungan minyak dari serangan radikal
memerlukan senyawa organik tertentu (antioksidan) yang dapat menghambat
otooksidasi, antioksidan dapat bereaksi cepat dengan radikal sehingga
berfungsi sebagai penjerat (trap) radikal.
Interaksi antara jumlah bubuk kulit pisang dan lama perendaman
berpengaruh nyata terhadap nilai bilangan peroksida minyak jelantah. Interaksi
jumlah bubuk kulit pisang dan lama perendaman, pada Tabel 7 bahwa semakin
banyak jumlah bubuk kulit pisang yang ditambahkan dan semakin lama
perendaman maka nilai bilangan peroksida semakin rendah. Bilangan
peroksida minyak pada perlakuan A1B1 berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Pada perlakuan A1B2 tidak berbeda nyata dengan A2B2 dan A3B2
28
tapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan semakin
banyak jumlah partikel yang ditambahkan dan semakin lama perendaman maka
semakin besar kemampuan adsorben untuk mengadsorbsi gugus peroksida
akibat proses oksidasi. Bilangan peroksida paling rendah yaitu pada perlakuan
A3B3 (jumlah bubuk kulit pisang 10 gram dan lama perendaman 48 jam)
dengan nilai bilangan peroksida 9,10 mekO2/Kg. Hasil analisa memperlihatkan
nilai bilangan peroksida sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
SNI 01-3741-2013 yaitu maksimal 10 mekO2/Kg.
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada penelitian diketahui bahwa pada bubuk kulit pisang diperoleh
rendemen sebesar 37,38%, dan kandungan antioksidan IC50 228,07 ppm.
Sedangkan pada minyak segar memiliki nilai kecerahan 0,591 Abs, viskositas
26,60 cpoise dan bilangan peroksida 0,75 mekO2/Kg, pada minyak jelantah
diperoleh nilai kecerahan 3,566 Abs, viskositas 63,30 cpoise dan bilangan
peroksida 12,65 mekO2/Kg. Penelitian utama menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi bubuk kulit pisang dan semakin lama perendaman
mengakibatkan tingkat kecerahan meningkat, viskositas yang semakin rendah
dan bilangan peroksida yang semakin menurun.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penambahan waktu perendaman dan penambahan jumlah kulit
pisang agar diperoleh penyerapan yang lebih maksimal.
2. Perlu penambahan uji sifat fisikokimia lebih lanjut mengenai perubahan sifat
fisikokimia pada minyak jelantah.
3. Penggunaan adsorbent dengan memanfaatkan sumber limbah yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Allita, Y., Victor G., Aning A., dan Ery S. 2012. Pemanfaatan ampas tebu dan
kulit pisang dalam pembuatan kertas serat campuran.Jurnal Teknik Kimia
Indonesia 11:94-100.
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Amang, B., Pantjar, S., dan Anas, R. 1996. Ekonomi Minyak Goreng di
Indonesia. IPB Press, Jakarta.
Bird, T. 1985. Kimia Fisik Untuk Universitas. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Blumethal, M.M. 1996. Frying technology. Bailey’s Industrial Oil and Fat
Technology; Edible Oil and Fat Product: Product and Application
Technology. Journal of American Wiley-Interscience Publication 4: 429-
482 .
Castro, G., L. Caetano., G. Ferreira., G. P. Pahdilha., J. Margarida., F. Zara., and
M. Atonio. 2011. Banana Peel Applied to the Solid Phase Extraction of
Copper and Lead from River Water: Preconcentration of Metal Ions with a
FruitWaste. Journal of American Chemical Society 50: 3446–3451.
Desi, Erlita. 2017. Optimasi Penurunan Kadar Asam dan Angka Peroksida
Minyak Jelantah Industri Krecek Rambak Dengan Kulit Singkong. Jurnal
Teknologi Technoscientia Volume 10 : 1.
Franciska, J., Titin, A.Z., dan Intan,S. 2016. Pengaruh Aktivasi Arang dari
Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Adsorben Besi (II) Pada Air Tanah.
Jurnal Kimia Vol 5(4):14-21. Universitas Tanjung Pura, Pontianak.
Hanani, E. A., Mun’im, R.., & Sekarini. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan
dalam Spons Calispongia sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu
Kefarmasian. Vol 2 (3): 127-133.
Hasibuan, Lismarliana. 2008. Studi Penggunaan Karbon Aktif dari Kulit Durian
untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Jelantah [Thesis]. Jurusan Kimia
FMIPA, Universitas Andalas, Padang.
Ketaren, S. 2005. Minyak Dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia (UI
Press), Jakarta.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press), Jakarta.
Krishnamurthy, R.G. dan Vernon C. W. 1996. Salad oil and oil-based
dressings.Di dalam: Bailey’s Industrial Oil and Fat Technology; Edible Oil
and FatProduct: Product and Application Technology. Wiley-Interscience
Publicatio, New York.
Kristianingrum, Susila. 2014. Spektroskopi Ultra Violet dan Sinar Tampak.
Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta.
Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press), Jakarta.
Lee, J., Lee, S., Lee, H., Park, K. dan E. Choe. 2002. Spinach (spinacia oleracea)
as a Natural Food Grade Antioxidant in Deep Fat Fried Products. Journal
of Agricultural and Food Chemistry 50 : 5664-5669.
Mahreni. 2010. Peluang dan Tantangan Komersialisasi Biodiesel-Review. Jurnal
Eksergi Volume X (2). Yogyakarta : Universitas Pembangunan Nasional
Veteran.
32
Maskan, M. dan H.I, Bagci. 2003. The Recovery of Used Sunflower Seed Oil
Utilized in Repeated Deep Fat Frying Process. Journal of European Food
Research and TechnologyVol.218 : 26-31.
Medeni, Maskan. 2003. Effect Of Different Adsorbents On Purification Of Used
Sunflower Seed Oil Utilized For Frying. Artikel Teknologi Pangan Eropa
217:215–218.
Miyagi, A., Mitsutoshi N., Hiroshi N., dan Rangaswarny, S. 2001. Feasibility
Recycling Used Frying Oil Using Membrane Process. Journal Lipid
Science Tecnology 103 : 208-215.
Murdiono dan Adi, K. 2011. Penjernihan Minyak Goreng Bekas Dengan Proses
Adsorpsi Menggunakan Arang Biji Salak. Skripsi. Universitas
Dipenogoro: Semarang.
Nuraniza, N., Lapanporo, B. P., dan Arman, Y. 2013. Uji Kualitas Minyak
Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan
Alat Semiautomatic Polarymeter. Prisma Fisika Vol 01 No.02. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tarumanegara
Pontianak.
Rafael, G., Gloria, L., dan Monica G. 2010. Antioxidant Activity in Banana Peel
Extract Conditions and Related Bioactive Compounds. Article in Food
Chemistry; April 2010 hlm 1030-1039.
Rosiana, S., Aldi, B., dan Anggun, S. 2017. Formulasi Dan Evaluasi Sabun Padat
Antioksidan Ekstrak Maserasi Kulit Buah Pisang Kepok. Jurnal Para
pemikir Volume 6 (2) : 151-155.
33
Rukmini, A. 2007. Regenerasi Minyak Goreng Bekas dengan Arang Sekam
Menekan Kerusakan Organ Tubuh. Seminar Nasional Teknologi,
Universitas Widya Mataram Yogyakarta; 24 November 2007.
Santosa HM, Budiati AS, Fuad A, dan Kusumawati I, 1998. Pengujian Antiradikal
Bebas Difenilpikril Hidrazil (DPPH) Ekstrak Graptophyllum pictum(L).
Griff. Secara Spektrofotometri, Seminar Nasional Tumbuhan Obat XIII,
Malang
Siti, A., Eny, Y., Ghananaim F. 2010. Penurunan Angka Peroksida dan Asam
Lemak Bebas (FFA) Pada Proses Bleaching Minyak Goreng Bekas Oleh
Karbon Aktif Polong Nuah Kelor (Moringa Oliiefera. Lamk) Dengan
Aktivasi NaCl. Jurnal Alchemy Volume 1 (2).
Siti, R., Dina, R, dan Laksmi, W. 2017. Perbedaan Jumlah Bi;angan Peroksida
Minyak Goreng Dengan Penambahan Bawang Merah dan Bawang Putih
Sebagai Antioksidan Alami (Pada Pedagang Gorengan di Wilayah
Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2016). Jurnal Kesehatan
Volume 5, Nomor 1.
Sudarmadji S., Haryono, B., dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Suprapti, Lies. 2005. Dasar – dasar Teknologi Pangan. Surabaya: Penerbit Vidi
Ariesta
34
Process Of Oil In The Process Of Oil Purification. Di dalam Prosiding
Seminar BICSE, Universitas Bengkulu; 14 -15 Desember. Hlm 152-158.
Tri, W., Teti, Y., dan Agung, A. 2017. Adsorpsi Logam Berat (Pb) Dari Limbah
Cair Dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi Bahan Alam
Vol 1 No. 1. Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Widowati, dan Misgiyarta. 2002. Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam
Pembuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein/ Susu Nabati. Balai
Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian: Jakarta.
Windy, U., Wirsal, H., Surya, D. 2013. Effektivitas Karbon Aktif Dalam
Menurunkan Kadar Bilangan Peroksida dan Penjernihan Warna Pada
Minyak Goreng Bekas. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:PT.Gramedia.
35
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Analisis Parameter yang Diamati
Selanjutnya dibuat kurva linier antara konsentrasi contoh (sebagai sumbu X) dan
% inhibisi (sebagai sumbu Y) sehingga didapatkan persamaan Y = aX + b.
Ic – 50 (ppm) =
37
f. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan berubah warna dari biru sampai
dengan warna biru mulai menghilang.
3. Penetapan Viskositas
Sampel minyak disiapkan dalam becker glass 100 ml. Kemudian dipilih
ukuran spindel S62 dengan kecepatan 20 rpm. Pemeriksaan ini menggunakan
viskometer Brookfield.
38
Lampiran 2. Hasil Rendemen Bubuk Kulit Pisang
Berat Awal Rataan (g) Berat Akhir Rataan (g) Rendemen Rataan
Kulit Pisang Bubuk Kulit (%)
(g) Pisang (g)
380,78 140,63 36,93
371,25 138,76 37,38
361,72 136,89 37,84
39
Lampiran 5. Hasil Penelitian Minyak Jelantah
40
Lampiran 6. Hasil Data Analisa Pengujian Fisikokimia Minyak Jelantah
41
Lampiran 7. Hasil Analisa Sidik Ragam (ANOVA) Pada Minyak Jelantah
A. Hasil Tabel Anova Uji Kecerahan
B. Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: UjiKecerahan
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 3,090 8 ,386 978,686 ,000
Intercept 139,367 1 139,367 353126,041 ,000
LamaPerendaman 2,755 2 1,378 3490,592 ,000
JumlahBubukKulitPisang ,201 2 ,101 254,975 ,000
LamaPerendaman * ,134 4 ,033 84,589 ,000
JumlahBubukKulitPisang
Error ,004 9 ,000
Total 142,461 18
Corrected Total 3,094 17
a. R Squared = ,999 (Adjusted R Squared = ,998)
42
Uji Lanjut Duncan Bubuk Kulit Pisang
Uji Kecerahan
a,b
Duncan
Subset
JumlahBubukKulitPisang N 1 2 3
A3 6 2,6423
A2 6 2,8077
A1 6 2,8977
Sig. 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,000.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
b. Alpha = ,05.
Uji Lanjut Duncan Interaksi antara Bubuk Kulit Pisang dan Lama Perendaman
Uji Kecerahan
a,b
Duncan
Subset
Interaksi N 1 2 3 4 5 6 7 8
A3B3 2 2,2380
A2B3 2 2,2965
A1B3 2 2,3785
A3B2 2 2,4750
A2B2 2 2,8515
A1B2 2 3,0155
A3B1 2 3,2140
A2B1 2 3,2750
A1B1 2 3,2990
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 ,258
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,000.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
b. Alpha = ,05.
43
B.Hasil Tabel Anova Viskositas
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Viskositas
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 158,041 8 19,755 36,925 ,000
Intercept 45410,934 1 45410,934 84880,250 ,000
LamaPerendaman 114,701 2 57,351 107,197 ,000
JumlahBubukKulitPisang 38,274 2 19,137 35,771 ,000
LamaPerendaman * 5,066 4 1,266 2,367 ,130
JumlahBubukKulitPisang
Error 4,815 9 ,535
Total 45573,790 18
Corrected Total 162,856 17
a. R Squared = ,970 (Adjusted R Squared = ,944)
44
Uji Lanjut Duncan Penambahan Bubuk Kulit Pisang
Viskositas
a,b
Duncan
Subset
JumlahBubukKulitPisang N 1 2 3
A3 6 48,6500
A2 6 49,8667
A1 6 52,1667
Sig. 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,535.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
b. Alpha = ,05.
45
Uji lanjut Duncan Lama Perendaman
BilanganPeroksida
Duncana,b
Subset
LamaPerendaman N 1 2 3
B3 6 9,5150
B2 6 10,7600
B1 6 11,4800
Sig. 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,009.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
b. Alpha = ,05.
46
Hasil Uji Lanjut Duncan Interaksi Lama Perendaman dan Jumlah Bubuk Kulit Pisang
BilanganPeroksida
a,b
Duncan
Subset
Interaksi N 1 2 3 4 5 6 7
A3B3 2 9,1000
A2B3 2 9,4950
A1B3 2 9,9500
A3B2 2 10,6350
A2B2 2 10,8200
A1B2 2 10,8250
A3B1 2 11,1700
A2B1 2 11,5250
A1B1 2 11,7450
Sig. 1,000 1,000 1,000 ,086 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,009.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
b. Alpha = ,05.
47