PROYEK AKHIR
Rheina Novianti
6707184021
Penulis
Rheina Novianti
6707184021
Pembimbing I
Riza Taufiq., S.Sos.,MM.Par
01630008
Pembimbing II
Ratna Gema Maulida., S.ST.Par.,MM.Par
17820087
Tanggal Pengesahan:
PERNYATAAN
1. Proyek Akhir ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (Ahli Madya, Sarjana, Magister dan Doktor), baik di Fakultas Ilmu
Terapan Universitas Telkom maupun di perguruan tinggi lainnya;
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan
pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing atau tim promotor atau penguji;
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat cuplikan karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka;
4. Saya mengijinkan karya tulis ini dipublikasikan oleh Fakultas Ilmu Terapan
Universitas Telkom, dengan tetap mencantumkan saya sebagai penulis; dan
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila pada kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai norma yang berlaku di Fakultas
Ilmu Terapan Universitas Telkom.
Rheina Novianti
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penyusunan proyek akhir ini dapat
terselesaikan tepat waktu untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
diploma di Universitas Telkom.
Sejak awal hingga akhir proses penyusunan proyek akhir ini, penulis telah
menerima banyak bantuan, baik dalam bentuk materi, waktu, sumbangan pikiran
serta dorongan moril yang semua itu sangat berperan dalam membantu penulis
dalam menyusun proyek akhir ini. Oleh karena itu penulis memberikan ucapan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
i
10. Sylvanda Adelita, Herlina Tio Liska, Devika Saraswati yang selalu
memberikan dukungan berupa semangat dan doa serta selalu mengingatkan
penulis untuk fokus dalam mengerjakan proyek akhir ini.
11. Rekan D3PH42-01 dan seluruh rekan satu perjuangan prodi D3 Perhotelan
Telkom University yang telah memberikan kenangan yang tidak
terlupakan, semoga kita semua bisa menjadi orang yang berguna bagi
keluarga, nusa, bangsa dan agama.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari proyek akhir ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran agar bisa menjadi lebih baik. Semoga penulisan proyek akhir ini dapat
memberikan manfaat untuk penulis ataupun pihak lainnya.
Bandung, 2020
Rheina Novianti
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
This study discusses the use of purple eggplant as a substitute for animal
protein in making beef jerky products as a reference for a healthy lifestyle
because it uses plant-based ingredients so that it will produce less fat and
can also be the snack of choice for someone who starts adopting a
vegetarian lifestyle because generally the product Commercial jerky uses
animal protein as its basic ingredient which of course cannot be consumed
by adherents of a vegetarian lifestyle, besides that purple eggplant has not
received a varied and high value culinary innovation which is the reason
the authors discuss this research. The author takes the theory from
Hadiwiyoto (1994) in the theory of jerky, the theory from Sunarjono
(2013) in the theory of purple eggplant. The method used in this research
is experimental and conducts consumer acceptance tests by means of
organoleptic tests to 30 consumers by distributing questionnaires. The
results of this study were to determine the formulation of the purple
eggplant jerky recipe by grinding purple eggplant and mixing it with
spices and brown sugar, then the printing and drying process was carried
out, in addition to knowing the extent of consumer acceptance of the use of
purple eggplant-based jerky as a basic ingredient in making it. Through
the consumer acceptance test with the results it can be concluded that the
purple eggplant-based jerky can be accepted by consumers with a
percentage of 79% of consumers choosing likes based on taste, 81%
attractive based on color, 62% fragrant based on aroma, 80.4% soft based
on texture and 85, 4% of consumers choose likes based on Physical..
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
budaya dan sosial. Dan menurut seorang ahli mengatakan bahwa pola makan di
definisikan sebagai karateristik dari kegiatan yang berulang kali makan individu
atau setiap orang makan dalam memenuhi kebutuhan makanan. (Sulistyoningsih,
2011).
Mengenai pola makan beragam yang dilakukan oleh sebagian masyarakat
menunjukkan bahwa sudah banyak orang yang peduli dengan kesehatan fisik
mereka yang diwujudkan dengan pengonsumsian makanan yang sehat salah
satunya adalah dengan menjadi seorang vegetarian. Menu vegetarian menjadi pola
makan sehat yang direkomendasikan oleh ADA (American Dietic Association)
sebagai pola makan sehat yang mencukupi semua unsur nutrisi kebutuhan
manusia, serta dapat diterapkan pada semua kondisi maupun tahap perkembangan
individu, (Messina, dalam Pratiwi 2009). Banyak penelitian yang membuktikan
bahwa timbulnya penyakit degeneratif sangat berkaitan dengan pola konsumsi
pangan hewani yang tinggi kolesterol dan lemak jenuh. Diet vegetarian
merupakan salah satu alternatif yang mampu mencegah atau menyembuhkan
penyakit-penyakit degeneratif.
Sebuah studi yang diterbitkan oleh JAMA Internal Medicine yang dimuat
dalam situs hellosehat.com telah melakukan riset kepada 1000 orang di Amerika
Serikat selama 30 tahun dan menyatakan bahwa kelompok vegan dan vegetarian
mengalami penurunan risiko untuk meninggal akibat penyakit penyebab kematian
hingga 12-15% daripada kelompok pemakan daging, hal ini membuktikan bahwa
memakan lebih sedikit lemak jenuh yang berasal dari hewan akan mempengaruhi
kesehatan. Bukti ini menjadi alasan kuat orang-orang yang ingin memiliki gaya
hidup lebih sehat kini beralih ke pola makan vegetarian, diet yang mengutamakan
sayuran dan buah sebagai menu makannya, tak hanya itu mereka juga memiliki
alasan menjadi seorang vegetarian adalah karena memiliki kesadaran akan
kesejahteraan hewan, seperti yang dimuat dalam situs detik.food sebuah badan
amal bernama Veganuary mencatat ada 1 orang yang mendaftarkan diri sebagai
vegetarian setiap 6 detik dan mereka memprediksikan akan ada 300 ribu orang
yang mengikuti diet vegan selama satu bulan penuh.
2
Menjadi seorang vegetarian harus mampu menciptakan olahan makanan
yang beragam agar terhindar dari kejenuhan karena mengonsumsi olahan
makanan yang tidak variatif, maka dari itu seiring berjalannya waktu dan
teknologi yang semakin berkembang kini mulai bermunculan produk-produk
olahan makanan yang sebelumnya hanya dapat menggunakan bahan hewani kini
sudah menggunakan bahan nabati sebagai bahan dasarnya, seperti keju yang
dibuat dari kacang kedelai, burger dari jantung pisang, dan dendeng dari jamur
tiram.
3
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian tentang
pemanfaatan terong ungu (Solanum Melongena) sebagai bahan dasar pembuatan
dendeng vegetarian, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
4
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman
suatu produk dari terong ungu yang selama ini hanya diolah seadanya
4. Peneliti ini dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti lain yang
sejenis atau berkaitan dengan isi dari penelitian.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
6
dari sayur-sayuran tetapi tanpa kacang, buah, biji-bijian, dan sebagainya).
Vegetarian mempunyai dua pengertian yakni sebagai kata benda dan sebagai kata
sifat. Vegetarian sebagai kata benda berarti orang yang berpantang makan daging
dan hanya makan sayur-mayur serta bahan makanan nabati lainnya. Vegetarian
sebagai kata sifat berarti tidak mengandung daging atau kebiasaan berpantang
daging. (Bangun, dalam Ramadani,2004)
1. Vegetarian vegan
2. Vegetarian lacto
4. Vegetarian Pesco
7
Kelompok vegetarian pesco selain menyantap hidangan dari
sumber-sumber nabati, juga menyantap hidangan dari ikan baik ikan laut
maupun ikan tawar.
5. Vegetarian fluctarian
1. Vegan
2. Vegetarian ovo
3. Vegetarian lacto
4. Vegetarian lacto-ovo
8
Lacto-ovo vegetarian adalah jenis vegetarian yang tidak makan
minum yang mengandug hewani, tetapi tetap mengkonsumsi telur, susu,
dan produk olahannya, sepeti yoghurt, keju, butter milk, dan produk
turunan susu dan telur lain.
5. Vegetarian pesco
6. Vegetarian pollo
7. Vegetarian Demi
8. Flexitarian
9
citarasa dari dendeng tersebut. (VM Utari, 2017) Ciri khas dari dendeng adalah
kering, teksturnya lembut, menyatu atau padat, rasanya manis, dan dapat di
simpan dalam jangka waktu yang lama. (Ashriyyah dalam B Josopandojo, 2018)
Pengolahan dendeng giling merupakan pilihan dari beberapa metode pengolahan
daging. Di Indonesia makanan dendeng sudah dikenal luas, bahkan bisa di
kategorikan sebagai makanan khas nusantara. Pada umumnya, bahan utama
pembuatan dendeng adalah irisan daging sapi yang diawetkan dengan cara
dikeringkan atau dijemur di bawah terik matahari. Namun tidak semua orang
dapat memakan daging karena berbagai alasan seperti kepercayaan, pola makan,
maupun diet. Disamping harganya yang relatif mahal, banyak juga beredar daging
palsu. (Ashriyyah, 2015) Oleh karena itu, penulis mencoba memanfaatkan
kepopuleran dendeng dengan menciptakan olahan dendeng dari bahan lain. Salah
satunya adalah terong ungu sebagai bahan dasar pembuatan dendeng.
Dendeng merupakan produk olahan daging yang cukup digemari oleh banyak
masyarakat dan merupakan salah satu bentuk upaya pengawetan daging karena
sifatnya yang perishable atau mudah rusak akibat pengaruh fisik, kimiawi, dan
mikrobiologis (Purnomo, 2011). Dendeng merupakan salah satu produk IMF
(Intermediate Moisture Food). Produk IMF memiliki kadar air 10-40% dengan
nilai aktivitas air 0,6-0,9. Dendeng diolah dengan menambahkan bumbu berupa
rempah-rempah kemudian dikeringkan baik menggunakan bantuan sinar matahari
ataupun dengan oven. Pengeringan dengan bantuan sinar matahari dilakukan pada
suhu 50-60 oC selama 4-5 jam sedangkan pengeringan menggunakan oven
dilakukan pada suhu 100 oC selama sekitar 1 jam. Pengeringan menggunakan
oven membuat dendeng menjadi lebih juicy dan siap untuk dikonsumsi (Airlangga
dkk., dalam T Andriani, 2018)
Karakteristik dendeng yang baik yaitu kering, memiliki tekstur yang lembut,
kompak atau padat, rasanya manis, dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang
panjang. Untuk inovasi dan diversifikasi produk dendeng yang pada umumnya
hanya menggunakan daging sebagai bahan utama, dapat dilakukan penggantian
dengan bahan lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap rasa dan tekstur
10
dendeng yang dihasilkan. Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah wortel.
Penggunaan wortel dalam pembuatan dendeng giling dapat mengurangi rasa dan
aroma daging yang terlalu kuat, membuat tekstur dendeng menjadi tidak liat,
menurunkan harga produksi, serta dapat menambah nilai gizi pada dendeng. (T
Andriani, 2018)
Dendeng merupakan salah satu hasil produk olahan daging kering secara
tradisional atau konvensional, yang merupakan hasil suatu proses kombinasi
curing dan pengeringan, dengan memotong dalam bentuk lembaran tipis,
kemudian ditambahkan garam sendawa, gula dan garam dapur (NaCl) serta
bumbu berupa rempah–rempah misalnya ketumbar, bawang putih, bawang merah,
laos dan jahe (Bintoro et al., dalam L Luthfiturohiim, 2011). Proses pembuatan
dendeng merupakan kombinasi dari proses curing dan pengeringan. Proses curing
yaitu proses pembumbuan dengan tujuan mengawetkan, memperbaiki warna, rasa
aroma dan tekstur dari daging. Proses curing ada dua cara yaitu, cara kering dan
cara basah. Proses curing cara kering dilakukan dengan membalur bahan dendeng
dengan bahan curing yang telah dihaluskan, sedangkan cara basah dilakukan
dengan cara merendam bahan–bahan dendeng dengan bahan–bahan curing yang
telah dihaluskan dan dibuat larutan (Fachruddin, dalam L Luthfiturohiim, 2011).
Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi air dalam bahan sampai batas
tertentu dengan cara menguapkan air dalam bahan menggunakan energi panas.
Pada proses pengeringan juga terjadi perubahan warna, tekstur, aroma dan zat
gizi. Berkurangnya kadar air pada dendeng mengakibatkan konsentrasi protein 4
meningkat. Kadar air maksimal dendeng sesuai dengan syarat mutu dendeng yaitu
12 % ( SNI 01 – 2908, 1992 ). Ciri dendeng yang baik adalah berwarna coklat
kehitaman, lembaran daging relatif tipis, tidak terdapat bercak putih kehijauan
yang diakibatkan oleh jamur dan masih agak terasa basah permukaan dendeng
karena dendeng mempunyai kadar air sekitar 20-40%. Warna kecoklatan yang
terjadi pada dendeng disebabkan adanya penambahan gula merah pada daging,
karena pada dendeng terjadi reaksi pencoklatan yang tidak disebabkan aktivitas
enzim (browning non enzymatic), yaitu reaksi antara amino bebas dari protein
11
dalam daging dengan kelompok karbonil gula pereduksi (Sudarisman dan Elvina,
1996)
Berikut merupakan komposisi formulasi dendeng yang disajikan pada Tabel 2.3
Tabel 2. 3
Formulasi Dendeng Sapi
N
O KOMPOSISI Jumlah (%)
1 Daging 55
2 Gula Merah 30
3 Garam 5
4 Ketumbar 2
5 Bawang Putih 2
6 Lengkuas 1
7 Jinten 1
8 Sendawa 0,2
12
Sumber : Hadiwiyoto (1994)
1. Daging Sapi
Bahan baku utama dalam pembuatan dendeng adalah daging sapi.
Daging sapi segar yang digunakan memiliki kriteria berwarna merah
terang, tidak mengandung banyak lemak, tekstur dagingnya kenyal, serta
aroma dagingnya masih segar. (R Lobo, 2019)
2. Gula Merah
Penambahan gula merah pada dendeng berfungsi memodifikasi
rasa, memperbaiki aroma, warna, dan tekstur produk. Kadar gula yang
tinggi yaitu pada konsentrasi 30-40% akan menyebabkan air dalam sel
bakteri, ragi, dan kapang akan keluar menembus membran dan mengalir
kedalam larutan gula yang disebut osmosis dan menyebabkan sel mikroba
mengalami plasmolisis dan pertumbuhannya akan terhambat (Winarno,
1984 dalam ST Anugrah).
3. Bawang Putih
Bawang putih dapat dipakai sebagai pengawet karena bersifat
bakteriostatik yang disebabkan oleh adanya zat aktif allicin yang sangat
13
efektif terhadap bakteri, selain itu bawang putih mengandung scordinin,
yaitu senyawa komplek thioglisidin yang bersifat antioksidan (D
Anggraeni, 2019)
4. Ketumbar
Ketumbar adalah rempah-rempah kering berbentuk bulat dan
berwarna kuning kecoklatan, memiliki rasa gurih dan manis, berbau
harum, dan dapat membangkitkan kesan sedap dimulut (Setianingtias,
2005).
5. Lengkuas
Lengkuas berwarna merah atau putih dan ukurannya ada yang besar
ataupun kecil. Lengkuas mengandung beberapa minyak atsiri, diantaranya
kamfer, galangi, ngalangol, eugenol dan mungkin juga curcumin. Minyak
atsiri tersebut menghasilkan aroma yang khas (Setianingtias, 2005).
6. Garam
Penambahan garam dalam pembuatan dendeng berfungsi sebagai
pengawet karena dalam jumlah yang cukup, garam dapat menyebabkan
terjadinya autolisis dan pembusukan serta plasmolisis pada mikroba.
Garam meresap ke dalam jaringan daging sampai tercapai keseimbangan
tekanan osmosis antara bagian dalam dan luar daging (Setianingtias,
2005).
7. Merica
Merica adalah rempah-rempah yang berbentuk biji-bijian yang
dihasilkan dan tanaman merica atau lada (Piper ningrum L.), rasanya
pedas. Merica yang digunakan dalam pembuatan dendeng adalah merica
putih. Cita rasa pedas dan aroma yang khas terbentuk dengan
menambahkan bumbu merica. (Ashriyyah,2015)
14
Semua bahan disiapkan kemudian ditimbang sesuai dengan
formulanya. Penimbangan bahan harus dilakukan dengan benar agar
tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan jumlah bahan. Perlu
dihindari pemakaian sendok atau gelas sebagai takaran. (Lisdiana
Fachruddin, 1997)
2. Penggilingan
Daging yang telah disiapkan kemudian digiling menggunakan
gilingan daging sampai halus. (Lisdiana Fachruddin, 1997)
4. Pencetakan
Dendeng yang sudah dicampur dengan bumbu dan gula
kemudian dicetak dengan ketebalan 3 mm. Dendeng dicetak
berbentuk persegi tipis. (Lisdiana Fachruddin, 1997)
5. Pengeringan
15
dikembangkan sebagai penyumbang terhadap keanekaragaman bahan sayuran
bergizi bagi penduduk. (Y Rikasari, 2019) Menurut Sunarjono (2013), bahwa
setiap 100 g bahan mentah terong mengandung 26 kalori, 1 g protein, 0,2 g hidrat
arang, 25 IU vitamin A, 0,04 g vitamin B dan 5 g vitamin C. Selain itu, terong
juga mempunyai khasiat sebagai obat karena mengandung alkaloid, solanin dan
solasodin. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 1000 m dpl, tetapi
di dataran rendah tumbuhnya lebih cepat (Rukmana, 2002). Suhu yang paling
cocok untuk tanaman terong adalah 22o -30oC dengan perbedaan sedikit antara
suhu siang dan malam. Tanaman ini tumbuh baik pada tanah-tanah lempung
berpasir dengan drainase yang baik. Terong tidak terlalu memerlukan suhu tinggi
selama pertumbuhannya, namun juga tahan terhadap curah hujan yang tinggi dan
tanah tidak terlalu lembab. Sayuran ini termasuk tanaman yang sedikit tahan
terhadap kadar garam yang tinggi (Sutarya dan Gerard, 1995). Sebagai salah satu
sayuran pribumi, terung hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar
tradisional dengan harga yang relatif murah. Akhir-akhir ini bisnis terung masih
memberikan peluang pasar yang cukup baik terutama untuk memenuhi 2
permintaan pasar dalam negeri. Terung ungu merupakanvarietas terung lokal yang
belakangan ini telah berhasil menembus pasaran luar negeri (Susilo dan Renda,
2012).
Tabel 2.4.1
Kandungan Gizi Pada Terong Ungu per 100gram
N
UNSUR GIZI KOMPOSISI
O
1 Energi (kkal) 24
2 Protein (g) 1,1
3 Lemak (g) 0,2
4 Karbohidrat (g) 5,5
5 Kalsium (mg) 15
6 Fosfor (mg) 37
7 Zat besi (mg) 0,4
8 Vitamin C (mg) 0,04
9 Vitamin B1 (mg) 5
16
10 Air (gr) 92,7
11 Vitamin A (SI) 30
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI,1996
Kandungan gizi pada buah terong ungu dapat dilihat pada Tabel 1.1
Tabel 2.4.2
Kandungan Gizi pada Terong Ungu per 100gram
N Terong Ungu
KOMPOSISI
O
Jumlah
17
Protein (g) 1,10
2
Lemak (g) 0,20
3
Karbohidrat (g) 5,70
4
Serat (g) 0,80
5
Abu (g) 0,60
6
Kalsium (mg) 15,00
7
Fosfor (mg 37,00
8
Zat Besi (mg) 0,40
9
Natrium (mg) 4,00
10
Kalium (mg) 223,00
11
Vitamin A (S.I) 30,00
12
Vitamin B1 (mg) 0,40
13
Vitamin B2 (mg) 0,05
14
Vitamin C (mg) 5,00
15
Niacin (mg) 0,60
16
Niacin (mg) 0,60
17
Sumber : (Rukmana, 1995)
Terong ungu memiliki kandungan gizi, antara lain kadar kalori yang
rendah, lemak, sodium, dan merupakan buah non pati yang dapat diolah
sebagai sayuran. Terung juga memiliki kadar air tinggi yang baik untuk
menyeimbangkan diet yang kaya akan protein dan pati. Jenis sayur ini tinggi
akan kandungan serat dan kandungan gizi lain berupa potassium, magnesium,
asam folat, vitamin B6, dan vitamin A (Directorate Plant Production, 2011).
Penelitian Vindayanti (2012) memanfaatkan terong ungu dalam pembuatan
dodol sebagai sumber vitamin A dimana kadar vitamin A dari dodol standar
15,7mg/100 gr, sedangkan kadar vitamin A dari dodol terung ungu adalah
21,45mg/100 gr.
18
Daya terima makanan seseorang dapat dilihat dari berapa banyak orang
tersebut dapat menghabiskan makanannya dengan menimbang dan
mempersentasikannya dengan berat makanan yang disajikan. Selisih antara berat
makanan yang disajikan dengan berat makanan sisa merupakan berat makanan
yang dihabiskan. (U Wari’Ah Duwi, 2016) Daya terima terhadap suatu makanan
ditentukan oleh rangsangan yang timbul dari makanan melalui panca indera
penglihatan, penciuman, perasa, bahkan pendengar. Faktor utama yang
mempengaruhi daya penerimaan terhadap makanan adalah rangsangan cita rasa
yang ditimbulkan oleh makanan itu. Kualitas cita rasa mempunyai pengertian
seberapa jauh daya m tarik makanan dapat menimbulkan selera seseorang.
(Nasoetion, 1980 dalam U Wari’Ah Duwi, 2016).
Daya terima berhubungan dengan minat dan sikap individu terhadap suatu
obyek. Proses daya terima seseorang atau konsumen terhadap suatu produk
menurut Marwan Asri (1991) terbagi dalam 5 tahap, yaitu:
1. Pengetahuan (Awareness)
2. Ketertarikan (Interest)
3. Penilaian (Evaluation)
4. Percobaan (Trial)
5. Keputusan (Decision)
19
yang menarik dapat meningkatkan penerimaan terhadap makanan dan secara tidak
langsung menambah nafsu makan.
Warna merupakan komponen sensori yang paling berpengaruh, terutama
bagi anak sekolah yang senang dengan warna-warni yang menarik. Penyajian
makanan juga merupakan aspek yang dapat mempengaruhi indera penglihatan.
Marotz (2005).
Hal ini dikarenakan penyajian merupakan hal pertama yang terlihat dari
suatu makanan, sehingga diperlukan penyajian yang baik dari segi alat saji
maupun cara penyajiannya. Sinaga (2007)
Menurut Palacio dan Theis (2009) Komponen-komponen yang berperan
dalam menentukan rasa makanan antara lain aroma, bumbu dan 8 penyedap,
keempukan, kerenyahan, tingkat kematangan, serta temperatur makanan. Variasi
berbagai rasa dalam suatu makanan lebih disukai daripada hanya terdiri dari satu
rasa. Variasi dalam pengolahan makanan juga harus diperhatikan dalam
perencanaan suatu menu makanan.
20
Penginderaan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra
mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena
adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai
atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap
terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran
terhadap nilai/tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subyektif atau
penilaian subyektif. Disebut penilaian subyektif karena hasil penilaian atau
pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran.
Kemampuan memberikan kesan dapat dibedakan berdasarkan kemampuan alat
indra memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut
meliputi kemampuan mendeteksi (detection) mengenali (recognation),
membedakan (discrimination), membandingkan (scalling), dan kemampuan
menyatakan suka atau tidak suka. Anonim (2009)
Tabel 2. 7
Penelitian Terdahulu yang Relevan
21
N
Sumber Metodologi Hasil Penelitian
O
1 Judul “Produksi Es Pada penelitian ini Perlakuan T1 (penambahan
Krim Kaya Serat menggunakan Rancangan bubur terong ungu 10%)
dengan Penambahan Acak Kelompok Lengkap merupakan perlakuan
Bubur Terong Ungu (RAKL) dengan faktor tunggal terbaik yang menghasilkan
(Solanum melongena yang terdiri dari enam taraf es krim dengan aroma,
L.)” Oleh Ida Oliviani perlakuan dan empat ulangan. warna, rasa, dan tekstur
Arafah - Jurusan Faktor yang dikaji yaitu yang sesuai dengan v Ida
Teknologi Hasil penambahan bubur terong Oliviani Arafah SNI No.
Pertanian Fakultas ungu yang terdiri dari enam 3713-2018, kadar air
Pertanian, Universitas perlakuan T0 (0%), T1 (10%), 69,34%, protein 6,20%,
Lampung (2019) T2 (20%) T3 (30%), T4 lemak 5,17%, abu 1,03%,
(40%), dan T5 (50%) (b/v). karbohidrat 17,83%,
Analisis data dilanjutkan overrun 62,49%, waktu
dengan menggunakan uji BNT leleh 33,21 menit, dan serat
pada taraf 5%. 0,90%.
22
dilanjutkan dengan uji Ducan.
23
berasa jamur tiram, tekstur
cukup halus dan cukup
berserat serta cukup empuk;
5) kandungan gizi dendeng
jamur terbaik adalah protein
15,76%, karbohidrat
44,88%, lemak 2,05%, zat
besi 0,025 ppm, kalsium
0,048 ppm, dan fosfor
0,368 ppm; 6) harga jual
dendeng jamur terbaik
adalah Rp. 37.000,00 per
kilogram
24
pada hasil produk yang dibuat, sedangkan perbedaanya yaitu Analisis ANAVA
jika terdapat perbedaan nyata kemudian dilanjutkan dengan uji Ducan.
Dan penelitian terdahulu pada nomor 3 berjudul “Pengaruh Jenis Dan Jumlah
Puree Kacang-Kacangan Terhadap Sifat Organoleptik Dendeng Jamur (Pleurotus
Ostreatus)” Oleh Devita Anggraeni S1 Pendidikan Tata Boga dan Lilis Sulandari,
S.Pt., M.P Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Surabaya (2016) dengan persamaan pemanfaatan salah satu
bahan nabati menjadi produk dendeng, metode penelitian yang digunakan metode
eksperimen, tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kesukaan rasa, aroma,
warna dan tekstur pada hasil produk dendeng yang dibuat, sedangkan perbedaanya
dengan penelitian yang penulis buat adalah objek penelitian pada penelitian
tersebut adalah jamur dan kacang.
25
2.7 Kerangka Berpikir
Penggilingan
(Lisdiana F, 1997) Blanching
Pemerasan
Bumbu Halus
Pencampuran
+ Penggilingan
Tepung Tapioka
(Rulianti, 2009)
Pencetakan
(Lisdiana F, 1997)
Pengeringan
(Lisdiana F, 1997)
Gambar 2. 1
Kerangka Berfikir Pemanfaatan Terong Ungu sebagai Bahan Dasar Pembuatan
Dendeng Vegetarian
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Karakteristik dari penelitian eksperimen ada tiga yaitu adanya variabel yang
dimanipulasi, variabel lain selain variabel bebas yang dipertahankan, dan
mengamati variabel bebas terhadap variabel yang terikat. Ninit (2016)
27
merupakan suatu cara e. Tampilan indikator
penilaian dengan sub variable
organoleptik
memanfaatkan pengindraan
manusia untuk mengamati
tekstur, warna, bentuk,
aroma, rasa suatu produk
makanan, minuman ataupun
obat. (Nasiru, 2011)
28
terong ungu
Bentuk makanan yang Tingkat 5
menarik akan memberikan kesukaan
terhadap
daya tarik tersendiri bagi tampilan
Tampilan Tampilan Ordinal
setiap makanan yang dendeng
disajikan. Aula Elizabeth giling
(2011) berbasis
terong ungu
Daya terima konsumen Tingkat
adalah kesanggupan kesukaan
Uji Daya konsumen
seseorang untuk terhadap
Terima Uji Ordinal
menghabiskan makanan indikator
Konsumen organoleptik
yang disajikan sesuain yang organoleptic
dibutuhkannya (Kurnia,
2010)
Uji kesukaa juga disebut a. Frekuensi I, II
uji hedonik. Tanggapan Tingkat dalam
pribadi tentang kesukaan kesukaan mengkonsu
atau sebaliknya konsumen msi terong
Uji Hedonik terhadap ungu Ordinal
(ketidaksukaan). Tabriani
(2013) indikator b. Tingkat
sub variable kesukaan
organoleptik terhadap
terong ungu
29
kepada 30 panelis
Mengolah hasil kuisioner
4
uji organoleptik
Sumber: Penulis,2020
Pada tabel 3.1 dijelaskan bahwa penulis melakukan penelitian dari bulan
September hingga November 2020, meliputi 4 kegiatan yaitu melakukan
pengembangan terong ungu dalam pembuatan dendeng giling di bulan September
dan Oktober, Menguji formulasi resep dendeng giling terong ungu di bulan
September sampai dengan Oktober, menyebarkan kuisioner terhadap 30 panelis
dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2020, dan mengolah hasil
kuisioner dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2020..
2. Persiapan Alat
Alat yang penulis gunakan untuk menunjang operasional pembuatan
dendeng giling berbasis terong ungu diantaranya :
1. Timbangan digital : 1 buah
2. Food processor : 1 buah
3. Kompor dan gas : 1 buah
4. Panci Kukus : 1 buah
5. Baskom : 4 buah
6. Talenan : 1 buah
7. Pisau : 1 buah
8. Cobek dan muntu : 1 buah
30
9. Mangkok : 1 buah
10. Sendok kayu : 1 buah
11. Spatula : 1 buah
12. Sendok makan : 4 buah
13. Loyang uk.30x30 : 4 buah
Sampel menurut Sugiyono (2012) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang menjadi panelis
dalam penelitian kuantitatif menggunakan teknik purposive sampling, yaitu cara
penentuan informasi yang ditetapkan secara sengaja atas dasar kriteria atau
pertimbangan tertentu. Menurut Sugiyono (2012) purposive simpling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni
sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga
mempermudah peneliti menjajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti.
Yang menjadi kepedulian dalam pengambilan sampel peneliti kuantitatif adalah
tuntasnya pemerolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan pada
banyak sampel sumber data. Dan yang akan menjadi sampel dalam penelitian uji
organoleptik ini berjumlah 30 orang untuk uji daya terima konsumen. Yang terdiri
dari:
Tabel 3. 5
Sampel dalam Penelitian Uji Organolepik
NO Panelis Jumlah
1 Mahasiswa 10
2 Ibu Rumah Tangga 5
3 Pegawai Swasta 5
4 Pelajar 5
5 Pedagang 2
Sumber : Hasil 6 Dosen Perhotelan 3 Olahan
Penelitian TOTAL 30 November 2020
31
3.6 Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Menurut Walgito (1999:35-37) Kuesioner atau angket adalah metode
pengumpulan data penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden. Bentuknya angket dibedakan menjadi tiga yaitu angket
tertutup, angket terbuka dan angket tertutup-terbuka. Angket tertutup, merupakan
angket yang menyediakan alternatif jawaban atas pertanyaan atau pernyataan yang
diberikan, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk menjawab
pertanyaan atau pernyataan di luar alternatif jawaban yang disediakan dalam
angket tersebut. Angket terbuka, merupakan angket yang tidak menyediakan
jawaban atas pertanyaan atau pernyataan yang diberikan, sehingga responden
32
mempunyai kebebasan untuk memberikan jawabannya. Angket tertutup-terbuka,
merupakan kombinasi dari angket tertutup dan angket terbuka. Sementara itu,
angket masih dibedakan atas angket langsung dan angket tidak langsung. Angket
langsung, adalah angket yang langsung diberikan kepada responden untuk
menjawab pertanyaan atau pernyataan tanpa melalui perantara. Angket tidak
langsung, adalah angket yang tidak langsung diberikan kepada responden untuk
menjawab pertanyaan atau pernyataan tetapi melalui perantara.
Pada penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data sejauh
mana daya terima konsumen terhadap hasil akhir dari pemanfaatan terong ungu
sebagai bahan dasar dalam pembuatan produk dendeng giling. Kuesioner disebar
dengan menyertakan produk dendeng giling berbasis terongungu. Penulis
mengambil 3 responden dari panelis ahli yang terdiri dari dosen pastry/bakery, 27
responden dari panelis konsumen yang terdiri dari mahasiswa, ibu rumah tangga,
pelajar, karyawan swasta, pedagang jadi penulis akan mengambil 30 responden
untuk mencoba dendeng giling berbasis terong ungu, saat kuesioner di sebar
kepada responden hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana daya terima
konsumen terhadap produk yang dihasilkan.
2. Studi Pustaka
Menurut Nazir (1998 : 112) Studi pustaka merupakan langkah yang
penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah
selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan
dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-
sumber kepustakaan dapat diperoleh dari : buku, jurnal, majalah, hasil-hasil
penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet,
koran dll).
Pada penelitian ini studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan
informasi tentang teori-teori yang berkaitan dengan pemanfaatan terong ungu
sebagai bahan dasar dalam pembuatan dendeng giling.
33
3.7.1 Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang disebut juga penilaian indera atau penelitian sensorik
merupakan suatu cara penilaian yang sudah sangat lama dikenal dan masih sangat
umum digunakan. Metode penilaian ini banyak digunakan karena dapat
dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Dalam beberapa hal penelitian dengan
indera bahkan memiliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan alat ukur
yang paling sensitif. Penerapan penilaian organoleptik pada prakteknya disebut uji
organoleptic yang dilakukan dengan prosedur tertentu. Uji ini akan menghasilkan
data yang penganalisaan selanjutnya menggunakan metode statistika. Zuhrina
(2011:10)
Menurut Nasiru (2011) Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau
penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian dengan memanfaatkan
pengindraan manusia untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu
produk makanan, minuman ataupun obat.
1. Rasa
Pengamatan untuk rasa dilakukan secara organoleptik dengan metode
Hedonic Scale Test. Qazuini (1984). dendeng giling yang disajikan secara acak
dengan kode tertentu. Kemudian panelis diminta untuk memberikan penilaian
terhadap rasa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Hasil penilaian panelis
dinyatakan dalam skor dari 1-5 dengan urutan sebagai berikut :
1 = Sangat tidak suka
2 = Tidak suka
3 = Cukup suka
4 = Suka
5 = Sangat suka
2. Warna
Menurut Rahayu (2001) Warna merupakan salah satu parameter fisik suatu
bahan pangan yang penting. Kesukaan konsumen terhadap produk pangan juga
34
ditentukan oleh warna pangan tersebut. Warna suatu bahan pangan dipengaruhi
oleh cahaya yang diserap dan dipantulkan dari bahan itu sendiri dan juga
ditentukan oleh faktor dimensi yaitu warna produk, kecerahan, dan kejelasan
warna produk.
Dendeng giling yang disajikan secara acak dengan kode tertentu.
Kemudian panelis diminta untuk memberikan penilaian terhadap rasa sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Hasil penilaian panelis dinyatakan dalam
skor dari 1-5 dengan urutan sebagai berikut :
1 = Sangat tidak menarik
2 = Tidak menarik
3 = Cukup menarik
4 = Menarik
5 = Sangat menarik
3. Tekstur
Pengamatan untuk tekstur dilakukan secara indrawi dengan metode scoring
(Qazuini, 1984). dendeng giling disajikan secara acak dengan kode tertentu.
Kemudian panelis diminta untuk memberikan penilaian terhadap rasa sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Hasil penilaian panelis dinyatakan dalam
skor dari 1-5 dengan urutan sebagai berikut :
1 = Sangat tidak renyah
2 = Tidak renyah
3= Cukup renyah
4 = Renyah
5= Sangat renyah
4. Aroma
Pengamatan untuk aroma dilakukan secara indrawi dengan metode scoring
Qazuini (1984). dendeng giling disajikan secara acak dengan kode tertentu.
Kemudian panelis diminta untuk memberikan penilaian terhadap rasa sesuai
35
dengan kriteria yang telah ditentukan. Hasil penilaian panelis dinyatakan dalam
skor dari 1-5 dengan urutan sebagai berikut :
1 = Sangat tidak harum
2 = Tidak harum
3= Cukup Harum
4 = Harum
5 = Sangat Harum
5. Penampilan Fisik
Menurut Stanton (1994:222) penampilan fisik produk adalah sekumpulan
atribut fisik nyata yang terakit dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasikan.
Penampilan fisik produk ini meliputi bentuk dan ukuran serta warna. Dendeng
giling disajikan secara acak dengan kode tertentu. Kemudian panelis diminta
untuk memberikan penilaian terhadap rasa sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Hasil penilaian panelis dinyatakan dalam skor dari 1-5 dengan urutan
sebagai berikut:
1 = Sangat suka
2 = Tidak suka
3= Cukup suka
4 = Suka
5 = Sangat suka
36
makanan itu. Kualitas cita rasa mempunyai pengertian seberapa jauh daya tarik
makanan dapat menimbulkan selera seseorang. Nasoetion (1980).
Daya terima berhubungan dengan minat dan sikap individu terhadap suatu
obyek. Proses daya terima seseorang atau konsumen terhadap suatu produk
menurut Marwan Asri (1991) terbagi dalam 5 tahap, yaitu:
1. Pengetahuan (Awareness)
2. Ketertarikan (Interest)
3. Penilaian (Evaluation)
4. Percobaan (Trial)
5. Keputusan (Decision)
37
keempukan, kerenyahan, tingkat kematangan, serta temperatur makanan. Variasi
berbagai rasa dalam suatu makanan lebih disukai daripada hanya terdiri dari satu
rasa. Variasi dalam pengolahan makanan juga harus diperhatikan dalam
perencanaan suatu menu makanan.
38
DAFTAR PUSTKA
https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-kuliner#:~:text=Pengertian%20kuliner
%20secara%20umum%20adalah,dengan%20memasak%20atau%20aktivitas
%20memasak.&text=Kata%20kuliner%20merupakan%20unsur%20serapan,kuliner
%20disebut%20koki%20atau%20chef.
http://eprints.undip.ac.id/54974/2/ARIO_GERARDIANSYAH_21020112130078_BAB_
1.pdf
http://eprints.umk.ac.id/345/1/Doc1.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/16136/6/6.%20BAB%20I_2018319KOM.pdf
http://journal.poltekkes-
mks.ac.id/ojs2/index.php/mediakesehatan/article/view/94/123#:~:text=Pola%20makan
%20adalah%20suatu%20cara,memenuhi%20kebutuhan%20gizi%20anggota
%20keluarga.
http://repository.unimus.ac.id/1220/3/baba2.pdf
http://lib.unnes.ac.id/7499/1/10528.pdf
https://food.detik.com/info-kuliner/d-4367208/tahun-baru-banyak-orang-jadi-vegetarian
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/download/5151/4227
https://ejournal.upi.edu/index.php/Boga/article/download/6461/4443
39
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131405892/pendidikan/8.+Main+Course.pptx
http://eprints.uny.ac.id/9322/3/bab%202%20-09512131013.pdf
http://lib.unnes.ac.id/7499/1/10528.pdf
http://repository.unpas.ac.id/15826/3/I%20PENDAHULUAN.pdf
http://repository.wima.ac.id/13781/2/BAB%20I.pdf
https://lib.unnes.ac.id/20287/1/5401410095-S.pdf
http://eprints.undip.ac.id/52831/3/Bab_II.pdf
http://repository.unpas.ac.id/12253/3/I%20PENDAHULUAN.pdf
http://repository.unpas.ac.id/40702/1/Rhisna%20Yoga
%20Pratama_133020204_Teknologi%20Pangan.pdf
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi/article/view/27678/17704
http://repository.unpas.ac.id/26607/2/SKRIPSI%20Nadya%20Dwi
%20Anugrah_12320068.pdf
http://journal.stikessuryaglobal.ac.id/index.php/SM/article/download/106/56
40
http://repository.unpas.ac.id/26607/2/SKRIPSI%20Nadya%20Dwi
%20Anugrah_12320068.pdf
http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/6900/2/BAB%20I.pdf
http://eprints.ums.ac.id/32867/2/04%20BAB%20I.pdf
http://eprints.undip.ac.id/55533/3/Bab_II.pdf
http://repository.unimus.ac.id/91/1/KTI%20Full%201.pdf
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-tata-rias/article/view/17551
http://repository.unimus.ac.id/236/9/BAB%20II.pdf
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/52367/5/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka_I11nbp.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/280499242.pdf
http://repository.fkip.unja.ac.id/file?
i=Xfr_lIYxsUQOu06bSOs4MKs6vjCNgNZr0k6FIQvv600
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Uji-Organoleptik-Produk-
Pangan.pdf
https://rifky1116058.wordpress.com/2013/01/09/apa-itu-uji-organoleptik/
41
- LAMPIRAN -
42
Dokumentasi
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Lembar Kuisioner Uji Organoleptik
Tanggal : ...............................
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pekerjaan :
Instruksi
Rasa
Aroma
No Tingkat Kesukaan Jawaban
1 Sangat Tidak Harum
2 Tidak Harum
3 Cukup Harum
4 Harum
5 Sangat Harum
53
Tekstur
Warna
Penampilan Fisik
54