) SEBAGAI
MINUMAN PROBIOTIK MENGGUNAKAN CAMPURAN KULTUR
Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus, Streptococcus thermophilus subsp.
salivarus, dan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus
Oleh
Ety Kusmawati
F24104116
2008
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Ety Kusmawati. F24104116. Kajian Formulasi Sari Mentimun (Cucumis sativus
L.) sebagai Minuman Probiotik Menggunakan Campuran Kultur Lactobacillus
delbrueckii subsp. bulgaricus, Streptococcus thermophilus subsp. salivarus dan
Lactobacillus casei subsp. rhamnosus. Di bawah Bimbingan Dr. Ir. Sedarnawati
Yasni, M. Agr. 2008.
RINGKASAN
Upaya meningkatkan manfaat mentimun (Cucumis sativus L.) sebagai
salah satu jenis sayur-sayuran yang produksinya cukup melimpah di
Indonesia perlu dilakukan, antara lain melalui diversifikasi produk sebagai
minuman probiotik dengan cara melakukan fermentasi sari mentimun dengan
campuran kultur Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus casei, dan
Streptococcus thermophilus yang sudah diketahui manfaatnya untuk
kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula yang disukai
pada pembuatan minuman probiotik dari sari mentimun dan meningkatkan
nilai manfaat sari mentimun sebagai minuman probiotik.
Pada penelitian tahap I dilakukan pembuatan sari mentimun dan
formulasi minuman dengan gula pasir dan susu skim. Pembuatan sari
mentimun dilakukan dengan cara menghancurkan mentimun dengan blender
dan disaring dengan kain saring. Kemudian dilakukan penambahan susu skim
(2%, 5%, 9%) dan gula pasir (8% dan 10%) sehingga didapatkan 6 formula.
Masing-masing formula dipanaskan pada suhu 900C, dibiarkan selama 15
menit pada suhu tersebut dan dilakukan pendinginan hingga mencapai suhu
450C. Setelah dingin, dilakukan penambahan kultur kerja sebanyak 5%
dengan perbandingan 1:1:1, serta diinkubasi selama 1 hari pada suhu 43-
450C. Pada enam formula yang dihasilkan dilakukan uji hedonik, dan terpilih
produk terbaik adalah formula dengan rasa original yang terbuat dari sari
mentimun yang ditambah dengan susu skim 9% dan gula pasir 10%.
Pada penelitian tahap II dilakukan perbaikan teknik penambahan gula,
yaitu penambahan gula dilakukan pada saat sebelum dan sesudah fermentasi
terhadap formula terpilih dari hasil penelitian tahap I, dan penentuan flavor
rempah yang paling disukai oleh panelis sebagai variasi rasa selain original.
Pada penelitian tahap II dihasilkan 4 formula dengan penambahan kombinasi
rempah yaitu, jahe, kayu manis, dan adas manis. Hasil uji hedonik
menunjukkan bahwa formula terbaik menurut panelis adalah formula dengan
flavor jahe. Selanjutnya formula dengan flavor original dan formula dengan
flavor jahe diproduksi kembali dan dilakukan pengamatan uji stabilitas untuk
penyimpanan selama 2 minggu dalam refrigerator. Formula tersebut
dianalisis selama 2 minggu dengan selang pengamatan 3 hari untuk diamati
sifat fisik, kimia, mikrobiologi, dan sensori.
Dari penelitian ini, dipilih minuman probiotik sari mentimun dengan
flavor original dengan pertimbangan rasa yang lebih disukai oleh panelis dan
biaya produksi yang lebih murah. Hasil analisis formula dengan flavor
original selama penyimpanan 2 minggu menunjukkan pH 4.18±0.00, total
asam laktat sebesar 0.53%±0.08, kekentalan 7.52±0.05 cp, nilai TPT
18.0±0.00 oBrix dan total BAL 4.2x108±2.2x108 cfu/ml. Nilai Total BAL
tidak kurang dari 106 cfu/ml sehingga produk ini dapat dikatakan sebagai
minuman probiotik. Umur simpan minuman probiotik sari mentimun adalah 9
hari. Hasil uji proksimat pada formula dengan flavor original menunjukkan
nilai rata-rata kadar air 81.78%, kadar abu 0.22%, kadar protein 0.49%, kadar
lemak 0.26% dan karbohidrat (by difference) 17.25%.
Pembuatan minuman probiotik sari mentimun merupakan salah satu
cara pengembangan minuman probiotik menggunakan komoditas yang
melimpah agar dapat meningkatkan nilai gizi dari suatu bahan pangan dan
memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
KAJIAN FORMULASI SARI MENTIMUN (Cucumis sativus L.) SEBAGAI
MINUMAN PROBIOTIK MENGGUNAKAN CAMPURAN KULTUR
Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus, Streptococcus thermophilus subsp.
salivarus, dan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PANGAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Ety Kusmawati
F24104116
Menyetujui,
Bogor, September 2008
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala Karunia, Hidayah, dan Rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitiannya. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada sejumlah pihak yang telah
berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian karya
ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik pihak-pihak yang senantiasa
membimbing, membantu dan mendoakan dalam menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Perkenankanlah penulis mengucapkah ucapan terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, atas kasih sayang, doa, semangat, serta dukungan
moril dan materi yang telah diberikan serta adikku yang turut
membangkitkan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni, M. Agr, selaku dosen pembimbing, yang telah
memberi pengarahan, nasihat, saran, motivasi, dan kritik yang
membangun.
3. Elvira Syamsir S.TP, M.si dan Dian Herawati S.TP, selaku dosen penguji
yang telah memberikan banyak masukan dan nasihat.
4. Datoe M. Iqbal Albabakani, yang selalu memberikan kasih sayang,
semangat, doa dan dukungannya kepada penulis.
5. Sahabat-sahabat terbaikku (Nona, Memed, Yunion, Xie2, dan Lula) yang
telah meluangkan waktunya meberikan bantuan, berbagi canda tawa dan
dukungan kepada penulis.
6. Teman seperjuanganku, Hermanto yang telah berbagi keluh kesah dan
saling menyemangati satu sama lain.
7. D’Micro crews (Aris, Nanang, Dodi, Cici, Nene, dan Umul) yang telah
rela berbagi alat dan bahan di lab mikro.
8. Teman-teman wisma SAS (K’Bintang, Ester, Pietchoy, Auu, ade’Yuli,
ade’Anggun, Qia) terima kasih banyak atas masukan dan keceriaan yang
diberikan.
9. Mama Linda yang senantiasa memberikan doa dan semangat kepada
penulis.
10. Teman-teman TPG 40 (K’Primz dan K’Dea), 41, dan 42, terima kasih
banyak atas bantuan kepada penulis.
11. Laboran-laboran (Pak Wahid, Pak Sobirin, Pak Koko, Pak Rojak, Pak
Yahya, Pak Sidiq, Pak gatot, Bu Rubiyah, Teh Ida, Mas Edi, Mba’Darsih,
Mba’Ari) yang telah menjelaskan dan membantu pelaksanaan analisa di
laboratorium.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berusaha menyusun skripsi ini sebaik mungkin, namun tidak
ada karya manusia yang sempurna. Semoga dengan kekurangan yang masih ada,
skripsi ini tetap bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ . v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 3
C. Manfaat ............................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mentimun .......................................................................................... 5
B. Susu Skim ......................................................................................... 7
C. Minuman Probiotik ........................................................................... 8
D. Kultur Starter .................................................................................... 9
E. Rempah-rempah ................................................................................ 13
III. BAHAN DAN METODE
A. Bahan dan Alat ................................................................................. 17
B. Metode Penelitian ............................................................................. 17
C. Prosedur Analisis .............................................................................. 23
D. Rancangan Percobaan ....................................................................... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penelitian Tahap I ............................................................................. 31
B. Penelitian Tahap II ............................................................................ 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 65
B. Saran ................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 66
LAMPIRAN........................................................................................................ 70
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi susu bubuk skim………………........................................ 8
Tabel 2. Penilaian kepentingan setiap karakteristik kesukaan ........................ 29
Tabel 3. Hasil pengamatan pembuatan sari mentimun .................................. 32
Tabel 4. Formula pembuatan minuman probiotik........................................... 34
Tabel 5. Formulasi penentuan flavor minuman probiotik............................... 44
Tabel 6. Karakteristik mutu minuman probiotik sari mentimun..................... 63
Tabel 7. Formula pembuatan minuman probiotik sari mentimun.................... 64
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Buah Mentimun ............................................................................. 6
Gambar 2. Morfologi Lactobacillus bulgaricus .............................................. 11
Gambar 3. Morfologi Streptococcus thermophilus.......................................... 12
Gambar 4. Morfologi Lactobacillus casei subsp. rhamnosus ......................... 13
Gambar 5 Diagram alir pembuatan sari mentimun......................................... 19
Gambar 6 Skema penelitian tahap I ................................................................ 21
Gambar 7 Skema perlakuan penelitian tahap II.............................................. 23
Gambar 8 Minuman probiotik sari mentimun ................................................ 35
Gambar 9 Hasil uji hedonik terhadap parameter rasa
minuman probiotik sari mentimun................................................. 36
Gambar 10 Hasil uji hedonik terhadap parameter kekentalan
minuman probiotik sari mentimun................................................. 37
Gambar 11 Hasil uji hedonik terhadap parameter warna
minuman probiotik sari mentimun................................................. 39
Gambar 12 Hasil uji hedonik terhadap parameter aroma
minuman probiotik sari mentimun................................................. 40
Gambar 13 Hasil pembobotan nilai pada setiap formula
minuman probiotik sari mentimun................................................. 42
Gambar 14 Hasil uji hedonik pada penentuan flavor minuman
probiotik ......................................................................................... 46
Gambar 15 pH Minuman probiotik sari mentimun dengan
flavor original ................................................................................ 49
Gambar 16 pH Minuman probiotik sari mentimun dengan
flavor jahe ..................................................................................... 49
Gambar 17 Total asam laktat minuman probiotik mentimun
dengan flavor original .................................................................... 51
Gambar 18. Total asam laktat minuman probiotik mentimun
dengan flavor jahe.......................................................................... 51
Gambar 19 Total padatan terlarut minuman probiotik
mentimun dengan flavor original................................................... 54
Gambar 20. Total padatan terlarut minuman probiotik
mentimun dengan flavor jahe ........................................................ 54
Gambar 21. Viskositas minuman probiotik mentimun dengan
flavor original ................................................................................ 56
Gambar 22. Viskositas minuman probiotik mentimun dengan
flavor jahe ...................................................................................... 56
Gambar 23. Total bakteri asam laktat minuman probiotik
mentimun dengan flavor original selama
penyimpanan .................................................................................. 58
Gambar 24. Total bakteri asam laktat minuman probiotik
mentimun dengan flavor jahe selama
penyimpanan .................................................................................. 58
Gambar 25. Nilai rataan kesukaan panelis terhadap minuman
probiotik mentimun dengan flavor original
selama penyimpanan...................................................................... 61
Gambar 26. Nilai rataan kesukaan panelis terhadap minuman
probiotik mentimun dengan flavor jahe selama
penyimpanan .................................................................................. 61
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tahapan pemeliharaan kultur..................................................... 70
Lampiran 2. Tahapan pembuatan kultur kerja................................................ 71
Lampiran 3. Pengaruh perlakuan terhadap mutu minuman probiotik sari
mentimun ................................................................................... 72
Lampiran 4. Analisis sidik ragam uji hedonik rasa pada
penelitian tahap I........................................................................ 73
Lampiran 5. Analisis sidik ragam uji hedonik kekentalan
pada penelitian tahap I............................................................... 74
Lampiran 6. Analisis sidik ragam uji hedonik warna
pada penelitian tahap I............................................................... 75
Lampiran 5. Analisis sidik ragam uji hedonik aroma
pada penelitian tahap I............................................................... 76
Lampiran 8. Rekapitulasi data hedonik pada penelitian
tahap I ....................................................................................... 77
Lampiran 9 Contoh perhitungan dengan metode pembobotan pada
penelitian tahap I....................................................................... 78
Lampiran 10. Analisis sidik ragam uji hedonik flavor dengan rempah
serbuk........................................................................................ 79
Lampiran 11. Rekapitulasi data hedonik penentuan flavor dengan
rempah serbuk........................................................................... 80
Lampiran 12. Diagram alir pembuatan larutan ekstrak
rempah....................................................................................... 81
Lampiran 13. Analisis sidik ragam uji hedonik terhadap flavor
dengan larutan ekstrak rempah.................................................. 82
Lampiran 14. Rekapitulasi data hedonik penentuan flavor
dengan larutan ekstrak rempah.................................................. 83
Lampiran 15. Syarat mutu produk yoghurt menurut
SNI 01-2981-1992..................................................................... 84
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semakin meningkatnya perhatian masyarakat dewasa ini terhadap
pentingnya pengaruh makanan dan minuman terhadap kesehatan, memicu
berkembangnya produk-produk pangan yang memiliki fungsi kesehatan
terutama dalam pemanfaatan produk-produk alami. Keadaan ini sangat
berpengaruh terhadap pemasaran produk pangan yang berlabel untuk
kesehatan, baik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit, minuman
berenergi (energy drink), serta makanan yang mengandung kultur aktif
bakteri (probiotik). Saat ini obat-obatan tradisional telah dikembangkan
menjadi minuman maupun makanan yang dapat dikonsumsi tanpa
menimbulkan efek samping bahkan dapat memberikan efek yang baik
terhadap kesehatan, khususnya dalam mengurangi keluhan penyakit
tertentu. Jenis makanan atau minuman ini lebih dikenal dengan sebutan
pangan fungsional. Minuman kesehatan dapat diartikan sebagai minuman
yang dapat meningkatkan fungsi fisiologis, seperti menurunkan kandungan
kolesterol, meningkatkan sistem pertahanan tubuh, mencegah kanker dan
sebagainya. Selain itu minuman kesehatan memiliki rasa dan aroma yang
enak serta kandungan gizi yang sesuai dengan peruntukannya (Fardiaz,
2000). Dalam penelitian ini, minuman kesehatan yang dikaji berupa sari
mentimun yang difermentasi dengan kultur Lactobacillus delbrueckii
subsp. bulgaricus, Streptococcus thermophilus subsp. salivarus, dan
Lactobacillus casei subsp. rhamnosus. Produk yang dihasilkan dari
penelitian ini dapat dikatakan pangan fungsional karena mengandung
Lactobacillus casei subsp. rhamnosus sebagai probiotik yang bermanfaat
bagi kesehatan.
Probiotik adalah suplemen makanan yang berisi mikroba hidup
yang sangat menguntungkan bagi inangnya (manusia dan hewan) karena
dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora usus. Menurut Fuller
(1992), sifat-sifat yang harus dimiliki bakteri probiotik agar efektif
menghasilkan nutrisi dan efek therapeutic adalah: (1) dapat bertahan
hidup, artinya bakteri yang dimakan harus dapat bertahan sampai usus
kecil dan melewati asam lambung, sehingga bakteri ini harus dapat hidup
pada pH yang sangat rendah; (2) resisten terhadap bile, di usus kecil dan
kolon mengandung asam bile dalam konsentrasi tinggi yang dapat
membunuh mikroorganisme; (3) sifat adhesi, mikroorganisme probiotik
memiliki sifat adhesi terhadap sel epitel usus agar dapat bertahan hidup;
dan (4) memproduksi antimikroba, bakteri probiotik menghasilkan produk
yang dapat menghambat keberadaan organisme lain dalam usus.
Mentimun dihasilkan di semua negara dan selalu tersedia
sepanjang tahun (Heinerman, 2005). Di Indonesia, mentimun merupakan
salah satu jenis sayuran yang produksinya cukup melimpah, yaitu sekitar
3.5-4.8 ton/Ha (Sofia, 2007). Namun, produksi yang tinggi tersebut belum
diimbangi dengan pemanfaatan yang optimal, karena saat ini mentimun
hanya dimanfaatkan sebagai lalapan, asinan, pikel dan acar. Selama ini
produk fermentasi berbahan mentimun seperti pikel memiliki rasa yang
kurang disukai karena penggunaan garam dalam proses fermentasi yang
cukup tinggi. Pengolahan mentimun dalam penelitian ini berupa proses
fermentasi sari mentimun menjadi minuman probiotik yang diharapkan
dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan citarasa mentimun dan
umur simpannya, karena mentimun sebagai sayuran segar sangat mudah
mengalami kerusakan.
Citarasa dan mutu suatu produk fermentasi seperti minuman
probiotik, berkaitan erat dengan proses fermentasi oleh starter yang
digunakan. Kultur starter yang umum digunakan dalam pembuatan
minuman probiotik sejenis yoghurt adalah kultur campuran dari
Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus, dan Streptococcus
thermophilus subsp. Salivarus. Kedua bakteri ini saling menstimulir
pertumbuhan satu dengan yang lainnya dan dapat memberikan flavor yang
memuaskan pada kondisi yang optimum (Walstra et al., 1999).
Dalam penelitian ini, strain mikroba probiotik yang ditambahkan
adalah Lactobacillus casei subsp rhamnosus. Penambahan ini dilakukan
untuk menutupi kekurangan bakteri yang lain karena Streptococcus
thermophilus subsp. salivarius dan Lactobacillus delbrueckii subsp.
bulgaricus tidak mampu bertahan hidup pada pencernaan manusia.
Lactobacillus casei subsp rhamnosus merupakan bakteri asam laktat yang
dapat mencapai saluran pencernaan manusia dalam keadaan hidup dan
memberikan efek probiotik yang sangat menguntungkan bagi kesehatan.
Pertimbangan pemilihan Lactobacillus casei subsp rhamnosus sebagai
probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri ini tergolong
bakteri heterofermentatif yang dapat memecah fruktosa dan glukosa yang
banyak terkandung dalam sari mentimun (Saper dan Gorniy, 2006).
Pembuatan minuman probiotik dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengkombinasikan sari mentimun dengan susu skim. Selain
sebagai upaya optimal dalam pemanfaatan mentimun, penggunaan sari
mentimun yang lebih dominan dapat mengurangi biaya produksi sehingga
masyarakat dapat mengkonsumsi minuman probiotik yang bermanfaat
bagi kesehatan dengan harga yang lebih murah. Selain itu dalam penelitian
ini digunakan rempah-rempah seperti jahe, kayu manis, dan adas manis
sebagai flavor untuk meningkatkan citarasa produk. Rempah-rempah
tersebut dipilih karena memiliki rasa yang khas dan kandungan komponen
aktif yang bermanfaat bagi tubuh. Diversifikasi pengolahan pangan
berbahan dasar mentimun masih sangat terbatas sehingga keragaman
produk diperlukan untuk memberikan alternatif pilihan produk pada
konsumen.
B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi yang tepat
pada pembuatan minuman probiotik dari sari mentimun menggunakan
campuran kultur Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus,
Streptococcus thermophilus subsp. salivarus, dan Lactobacillus casei
subsp. rhamnosus dan meningkatkan nilai manfaat sari mentimun sebagai
minuman probiotik.
C. MANFAAT
Manfaat hasil penelitian ini adalah meningkatkan nilai ekonomis
mentimun dan sekaligus memanfaatkan mentimun sebagai pangan
fungsional. Selain itu, data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan produk minuman
probiotik dari sari mentimun.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MENTIMUN
Mentimun, ketimun, atau timun (Cucumis sativus L.) merupakan
salah satu jenis sayur-sayuran yang tergolong pada labu-labuan
(Curcubitaceae). Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat
ini, budidaya mentimun sudah meluas ke seluruh wilayah baik tropis atau
subtropis. Mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa
tengah), bonteng (Jawa barat), temon atau antemon (Madura), ketimun
atau antimun (Bali), hantimun (lampung), dan timon (Aceh). Tanaman ini
tumbuh pada dataran rendah hingga ketinggian 1300 m dari permukaan
laut. Panjang tanaman mentimun antara 30-250 cm; sulur dahan tumbuh di
sisi tangkai daun; daunnya berseling; dan berbentuk bulat telur yang
ujungnya meruncing. Buahnya bulat panjang; berbiji banyak; tumbuh
bergantung; berwarna hijau berlilin putih; setelah tua berwarna kuning;
panjang buah 10 – 30 cm; bagian pangkal berbintil; dan banyak
mengandung cairan. Habitus mentimun berupa herba lemah melata atau
setengah merambat dan merupakan tanaman musiman. Tanaman
mentimun akan mati setelah berbunga dan berbuah. Perbungaannya
berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga jantan dan bunga
hermafrodit (banci). Bunga pertama yang dihasilkan, biasanya pada usia 4-
5 minggu, adalah bunga jantan. Bunga-bunga selanjutnya adalah bunga
banci apabila pertumbuhannya baik. Satu tanaman mentimun dapat
menghasilkan 20 buah. Namun dalam budidaya biasanya jumlah buah
dibatasi untuk menghasilkan ukuran buah yang baik.
Daging buah mentimun merupakan hasil perkembangan dari bagian
mesokarp, berwarna kuning pucat sampai jingga. Buah dipanen ketika
masih setengah masak. Buahnya biasa dimakan mentah, direbus, dikukus
atau disayur, dan dibuat acar. Mentimun dapat ditemukan di berbagai
hidangan dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air yang cukup
banyak di dalamnya, sehingga menyejukkan kerongkongan (Anonim1,
2007). Mentimun dapat dibudidayakan di kebun lapang, di kamar kaca,
dan di tempat-tempat dengan pemanasan buatan. Selama pertumbuhannya,
mentimun membutuhkan kelembaban udara yang tinggi, tanah yang basah
atau tanah berpasir dan suhu tinggi dengan pengairan yang baik (Anonim2,
1980). Terdapat tiga jenis mentimun, yaitu mentimun kultivar lokal
(mentimun sayur), mentimun jepang, dan mentimun suri. Mentimun suri
tidak berbeda jenis dengan mentimun sayur, namun berbeda kelompok
budidaya (convarietas), artinya walaupun tergolong sebagai satu spesies,
jenis teknik budidaya kedua tanaman tidak sama. Kedua jenis mentimun
dipanen ketika buah belum masak. Daging buah mentimun suri lebih
rendah konsistensinya (mudah hancur) dan mengeluarkan aroma yang
lebih harum. Jenis mentimun yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis kultivar lokal atau mentimun sayur yang banyak dihasilkan dan selalu
tersedia sepanjang tahun.
B. SUSU SKIM
Susu merupakan media fermentasi yang serbaguna. Susu
mengandung bahan-bahan yang diperlukan oleh setiap organisme yang
secara nutrisi membutuhkannya seperti jenis Lactobacillus. Namun, susu
bukan media yang universal karena mengandung beberapa senyawa
bakteriostatik, diantaranya tergolong ringan dan mudah dihancurkan.
Dalam penelitian ini, jenis susu yang ditambahkan adalah susu skim (non
fat skim milk). Penambahan susu skim dimaksudkan untuk
mengoptimalkan kerja bakteri asam laktat yang dapat menggunakan
laktosa sebagai sumber energi bagi pertumbuhannya.
Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal sesudah krim diambil
sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua zat makanan dari
susu kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, seperti
vitamin A, D, E, dan K (Buckle, 1987). Susu skim dapat digunakan oleh
orang yang menginginkan nilai kalori rendah di dalam makanannya,
karena susu skim hanya mengandung 55% dari seluruh energi susu. Susu
skim dimanfaatkan dalam pembuatan keju dengan lemak rendah dan
yoghurt. Susu skim sebaiknya tidak digunakan untuk makanan bayi tanpa
adanya pengawasan gizi karena tidak adanya kandungan lemak dan
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Berdasarkan mutunya, susu skim
dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu, jenis ekstra, standar dan instan
(Anonim3, 2008).
Tabel 1. Komposisi susu bubuk skim
C. MINUMAN PROBIOTIK
D. KULTUR STARTER
Atribut utama susu fermentasi yang sudah cukup dikenal adalah
bermanfaat bagi kesehatan dan kandungan zat nutrisi tinggi. Kultur starter
dalam suatu produk fermentasi dianggap memegang peranan untuk
mencapai kualitas tersebut. Kultur starter bakteri asam laktat dalam
fermentasi dapat didefinisikan sebagai biakan mikroorganisme yang
diinginkan dan akan menghasilkan perubahan-perubahan yang
menguntungkan selama proses fermentasi berlangsung (Anshori, 1992).
Dalam pembuatan minuman probiotik sari mentimun, kultur starter yang
digunakan berupa campuran kultur Lactobacillus delbrueckii subsp.
bulgaricus, Lactobacillus casei subsp. rhamnosus dan Streptococcus
thermophilus subsp. salivarus. Menurut Anshori (1992), persyaratan utama
bagi setiap kultur starter laktat ialah (1) mengandung satu atau beberapa
jenis mikroorganisme yang diinginkan; (2) mampu berkembang dalam
kondisi yang diberikan dan menghasilkan perubahan-perubahan yang
diinginkan; dan (3) bebas dari kontaminasi.
Pada umumnya, dalam proses fermentasi asam laktat melibatkan
berbagai jenis organisme yang berbeda. Oleh karena itu, dalam pembiakan
dalam satu kultur akan terdapat suatu kesesuaian dan saling menunjang
antara satu organisme dengan organisme lainnya. Menurut Helferich dan
Westhoff (1980), penggunaan kultur starter campuran beberapa bakteri
asam laktat akan menghasilkan nilai organoleptik yang lebih baik.
E. REMPAH-REMPAH
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu penelitian tahap I
dan penelitian tahap II. Penelitian tahap I bertujuan untuk mendapatkan
teknik pembuatan sari mentimun yang paling baik, sehingga didapatkan
perbandingan air dan mentimun yang tepat untuk membuat minuman
probiotik sari mentimun. Selain itu, pada penelitian tahap I ini juga
dilakukan formulasi terhadap penambahan gula pasir dan susu skim untuk
memperoleh formula terbaik yang disukai panelis. Pada penelitian tahap II
dilakukan perbaikan penambahan gula pada saat sebelum dan sesudah
fermentasi terhadap formula terpilih dari penelitian tahap I dan penentuan
flavor rempah yang disukai oleh panelis. Formula terpilih pada penelitian
tahap II dianalisis selama 2 minggu penyimpanan dalam refrigerator
dengan selang pengamatan 3 hari untuk diamati sifat fisik, kimia,
mikrobiologi, dan sensori. Namun, sebelum melakukan penelitian tahap I
dan penelitian tahap II, perlu dilakukan persiapan penelitian seperti
pemeliharaan kultur dan pembuatan kultur kerja.
1. Persiapan penelitian
a. Pemeliharaan kultur (Dewanti et al., 2001)
Pemeliharaan kultur dilakukan dengan metode pendinginan,
yaitu dengan cara menusukkan kultur pada media MRS chalk semi
solid menggunakan jarum ose lalu diikubasi pada suhu 43-45oC
selama 1 hari dan disimpan di dalam refrigerator. Kultur dapat
ditumbuhkan kembali dengan menginokulasi 1 loop kultur pada
media MRS broth lalu diikubasi pada suhu 43-45oC selama 1 hari.
Diagram alir pemeliharaan kultur dapat dilihat pada Lampiran 1.
2. Penelitian tahap I
Pada penelitian tahap I dilakukan pembuatan sari mentimun
dengan beberapa perbandingan air dan mentimun sehingga didapatkan
perbandingan yang tepat untuk membuat minuman probiotik sari
mentimun. Setelah itu, dilakukan pembuatan formula dengan
penambahan gula pasir dan susu skim pada beberapa konsentrasi
untuk memperoleh formula terbaik yang disukai panelis. Tahapan-
tahapan dalam pembuatan sari mentimun dimulai dari sortasi
mentimun. Mentimun yang dipilih adalah yang bertekstur keras dan
tidak berulat. Mentimun yang dipilih dicuci, dirajang dan dihancurkan
dengan blender. Dalam proses penghancuran dilakukan penambahan
air dengan perbandingan mentimun dan air (b/b) 2:1, 2:2, 2:3, 2:4, dan
2:5 lalu dilanjutkan dengan proses penyaringan (Gambar 5). Dari
tahapan proses di atas akan dihasilkan 5 produk sari mentimun, dan
selanjutnya dilakukan pengamatan secara visual.
Mentimun
disortasi
dicuci
dirajang
Sari mentimun
pengamatan visual
Gambar 5. Diagram alir pembuatan sari mentimun
Selanjutnya, ke dalam sari mentimun ditambahkan susu skim dan
gula pasir, kemudian dipanaskan pada suhu 90oC selama 15 menit.
Campuran didinginkan hingga suhu 45oC, dan diinokulasikan 5%
kultur kerja isolat probiotik dengan perbandingan 1:1:1. Setelah itu
diinkubasi selama 1 hari pada suhu 43-45oC dan disimpan dalam
refrigerator.
Penentuan formulasi minuman probiotik dibuat dengan
mengkombinasikan 3 taraf jumlah susu skim (2%, 5%, 9%) dan 2
taraf jumlah gula (8% dan 10%) guna memperoleh 6 formula. Pada
keenam formula dilakukan uji hedonik untuk menentukan formula
yang paling disukai oleh panelis. Formula dengan perlakuan terbaik
atau yang disukai ditentukan dengan menggunakan metode
pembobotan. Skema perlakuan pada penelitian tahap I dapat dilihat
pada Gambar 6.
Sari Mentimun
(Perbandingan mentimun air = 2 : 1)
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Susu skim 2% Susu skim 5% Susu skim 9% Susu skim 2% Susu skim 5% Susu skim 9%
Gula 8% Gula 8% Gula 8% Gula 10% Gula 10% Gula 10%
Uji organoleptik
3. Penelitian tahap II
Pada penelitian tahap II dilakukan perbaikan teknik penambahan
gula, yaitu dilakukan penambahan pada saat sebelum dan sesudah
fermentasi terhadap formula terpilih dan penentuan flavor rempah
yang disukai oleh panelis. Penambahan gula sebelum fermentasi pada
penelitian tahap II hanya sebesar 3% dan penambahan larutan gula
67% setelah proses fermentasi. Penambahan flavor dilakukan untuk
meningkatkan citarasa produk. Flavor yang ditambahkan berupa
larutan ekstrak rempah, yaitu kayu manis, jahe, dan adas manis.
Skema pembuatan larutan ekstrak rempah dapat dilihat pada Lampiran
12. Pemilihan rempah-rempah sebagai flavor karena memiliki
komponen aktif yang cukup banyak dan dapat memberikan citarasa
yang khas pada produk. Selanjutnya formula terpilih pada penelitian
tahap II diproduksi ulang dan disimpan dalam refrigerator selama 2
minggu dengan selang pengamatan 3 hari untuk parameter sifat fisik,
kimia, mikrobiologi, dan sensori. Skema perlakuan pada penelitian
tahap II dapat dilihat pada Gambar 7.
Sari Mentimun
(Perbandingan mentimun air = 2 : 1)
Minuman probiotik
dengan flavor rempah
Uji organoleptik
C. PROSEDUR ANALISIS
Minuman probiotik sari mentimun dengan perlakuan terbaik yang
diperoleh dari penelitian tahap II akan diproduksi kembali dan disimpan
selama 2 minggu dalam refrigerator. Selama penyimpanan tersebut,
dilakukan pengamatan terhadap sifat fisik, kimia, mikrobiologi, dan
sensori produk dengan selang waktu 3 hari. Karakteristik sifat kimia yang
diamati adalah pH dan total asam laktat. Karakteristik sifat fisik yang
diamati adalah viskositas dan total padatan terlarut (TPT). Karakteristik
mikrobiologi yang diamati adalah total bakteri asam laktat dan total
kapang-khamir, sedangkan karakteristik sensori yang diamati adalah
tingkat kesukaan terhadap over all produk.
x− y x− y
× 100 × 100
Kadar air (%wb) = x − a Kadar air (%db) = y − a
Keterangan: x = bobot sampel basah
y = cawan dan bobot kering
a = bobot cawan kering
b−a
× 100
Kadar lemak (% wb) = x
Keterangan:
FK = Faktor Konversi (6.25)
FP = Faktor Pengenceran
D. RANCANGAN PERCOBAAN
A. PENELITIAN TAHAP I
1. Pembuatan sari mentimun
Mentimun yang digunakan dalam pembuatan minuman probiotik
adalah mentimun jenis kultivar lokal (mentimun sayur) yang diperoleh
dari pasar Bogor. Produksi jenis mentimun ini sangat melimpah
sehingga mudah diperoleh dan harganya terjangkau. Sebelum diolah
menjadi minuman probiotik, mentimun terlebih dahulu dibuat menjadi
sari buah. Mentimun yang digunakan dalam pembuatan sari buah
adalah mentimun yang tidak terlalu matang dengan ciri-ciri bulat
lonjong, bertekstur agak keras, dan tidak berulat. Mentimun utuh
ditimbang dan dicuci. Setelah itu, dihilangkan bagian pangkal
buahnya yang berwarna hijau tua untuk menghilangkan rasa pahitnya.
Mentimun lalu dirajang dan dihancurkan dengan blender. Dalam tahap
penghancuran, dilakukan penambahan air matang dan proses
penyaringan. Penambahan air dimaksudkan untuk memudahkan
gerakan pisau blender dan mengoptimalkan proses ekstraksi
mentimun. Penambahan air dilakukan dengan perbandingan mentimun
dan air (b/b) 2:1, 2:2, 2:3, 2:4, dan 2:5 untuk menentukan
perbandingan terbaik sebelum dilakukan fermentasi. Selanjutnya
dilakukan pengamatan secara visual terhadap kelima perbandingan
tersebut (Tabel 3).
Berdasarkan hasil pengamatan, dipilih sari mentimun terbaik
dengan perbandingan mentimun dan air 2:1. Pada perbandingan
tersebut diperoleh warna dan kekentalan sari buah yang cukup baik
dengan rasa dan aroma yang sangat kuat serta kemudahan mentimun
hancur saat diblender. Setelah diblender, dilakukan penyaringan
dengan menggunakan kain saring untuk memisahkan ampas dengan
sari mentimun.
Tabel 3. Hasil pengamatan pembuatan sari mentimun
Keterangan :
Warna : + + + + + : bening kehijauan (tua) Kekentalan : + + + + + : sangat kental
++++ : bening kehijauan (muda) ++++ : kental
+++ : bening agak kehijauan +++ : agak kental
++ : bening ++ : tidak kental
+ : bening sekali + : encer
Rasa: + + + + + : sangat kuat
dan ++++ : kuat
aroma +++ : agak kuat
++ : kurang kuat
+ : tidak kuat
*Keterangan:
Nilai rataan ditunjukkan dengan mean ± standar deviasi (n=30)
a,b huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada p ≤ 0.05
*Keterangan:
Nilai rataan ditunjukkan dengan mean ± standar deviasi (n=30)
a,b huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada p ≤ 0.05
*Keterangan:
Nilai rataan ditunjukkan dengan mean ± standar deviasi (n=30)
a,b huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada p ≤ 0.05
*Keterangan:
Nilai rataan ditunjukkan dengan mean ± standar deviasi (n=30)
a,b huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada p ≤ 0.05
B. PENELITIAN TAHAP II
1. Perbaikan teknik penambahan gula
Dalam penelitian tahap II dilakukan perbaikan terhadap
penambahan gula pada formula terpilih dari penelitian tahap I. Teknik
penambahan gula yang dilakukan adalah sebelum dan sesudah
fermentasi. Hal ini dilakukan karena formula terpilih dari penelitian
tahap I dirasakan panelis masih memiliki rasa yang asam. Selain itu
juga penambahan gula yang dilakukan setelah fermentasi diharapkan
dapat memperlambat pembentukkan rasa asam oleh bakteri asam laktat
selama penyimpanan dalam refrigerator. Gula yang ditambahkan
sebelum fermentasi hanya sebanyak 3%. Penambahan gula sebanyak
3% merupakan jumlah yang optimal bagi pertumbuhan dan aktivitas
bakteri sehingga menghasilkan produk dengan tekstur yang cukup baik
(Nugraheny, 2004). Setelah fermentasi, gula yang ditambahkan berupa
larutan gula 67%. Penambahan gula dalam bentuk larutan gula 67%
lebih disukai dalam pembuatan yoghurt yang menggunakan ekstrak
buah-buahan (Anshori, 1992). Jika dibandingkan dengan formula
terpilih dari penelitian tahap I, formula dengan perbaikan teknik
penambahan gula ini lebih disukai oleh panelis karena memiliki rasa
yang lebih manis.
Formula Flavor
F7 Jahe (0.3%)
F8 Adas manis (0.3%)
F9 Original (tanpa penambahan rempah)
F10 Kayu manis (0.3%)
*Keterangan:
Nilai rataan ditunjukkan dengan mean ± standar deviasi (n=30)
a,b huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada p ≤ 0.05
d. Viskositas
Pengukuran viskositas minuman probiotik sari mentimun
dilakukan menggunakan viscometer Brookfield. Minuman
probiotik memiliki kekentalan yang rendah sehingga pengukuran
viskositas menggunakan viscometer Brookfield menggunakan
spindle 1, kecepatan skala 6, dan dilakukan selama 2 menit.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada hari ke-0 nilai
viskositasnya sebesar 7.52±0.05 cp. Viskositas minuman probiotik
sari mentimun dengan flavor original cenderung mengalami
penurunan selama 2 mingggu penyimpanan (Gambar 21).
Viskositas minuman probiotik sari mentimun dengan flavor
original mengalami penurunan selama penyimpanan. Hal ini
diduga karena menurunnya total padatan terlarut akibat aktivitas
bakteri asam laktat dalam produk yang juga menurun. Semakin
tinggi total padatan terlarut semakin baik viskositasnya. Pola
penurunan viskositas pada penelitian ini serupa dengan hasil
penelitian Maulidya (2007) bahwa terjadi penurunan viskositas
yoghurt susu jagung selama penyimpanan dalam refrigerator.
Penurunan viskositas juga dapat terjadi akibat sineresis produk
selama penyimpanan.
f. Total Kapang-Khamir
Minuman probiotik sari mentimun memiliki pH yang cukup
rendah sehingga tergolong kedalam bahan pangan yang berasam
sedang. Dengan tingkat keasaman produk yang tinggi menjadi
sangat rentan bagi pertumbuhan kapang dan khamir (Helferich dan
Westhoff, 1980).
Pengamatan total kapang-khamir dilakukan selama 2 minggu
penyimpanan terhadap minuman probiotik sari mentimun formula
dengan flavor original dan formula dengan flavor jahe
menunjukkan bahwa pada formula dengan flavor original, tidak
ditemukan adanya pertumbuhan kapang-khamir, namun jumlahnya
tetap dinyatakan sebesar <1x101±0.00 x101 cfu/ml, sedangkan pada
formula dengan flavor jahe, terdapat pertumbuhan kapang-khamir
pada hari ke-0 dan hari ke-3, yaitu sebesar <1.8x101±0.75x101
cfu/ml. Namun pada hari ke-6 sampai hari ke-15 tidak ditemukan
pertumbuhan kapang-khamir (<1x101±0.00 x101 cfu/ml). Adanya
pertumbuhan kapang-khamir pada formula dengan flavor jahe
diduga karena adanya kontaminasi pada saat pengemasan produk.
Kontaminasi ini dapat berasal dari udara di sekitar ruang
pengolahan yang umumnya bersuhu 25-300C. Suhu ruang (25-
300C) merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan kapang.
Kontaminasi kapang dan khamir sering ditemukan pada yoghurt
yang disimpan dalam refrigerator. pH yoghurt yang rendah dapat
menghambat semua jenis bakteri patogen terkecuali kapang dan
khamir (Helferich dan Westhoff, 1980).
Menurut Fardiaz (1992) pada makanan yang telah diolah atau
diawetkan, jumlah dan jenis mikroba dapat dipengaruhi oleh proses
pengolahan yang diterapkan terhadap makanan tersebut. Selain
dapat mengurangi populasi mikroba pada makanan, proses
pengolahan yang kurang baik kadang-kadang juga dapat
menambah jumlah dan jenis mikroba pada makanan. Penambahan
atau pencampuran bahan pangan dengan bahan pangan lain yang
terkontaminasi dan penggunaaan alat-alat pengolahan yang kurang
bersih juga dapat menambah kontaminasi mikroba pada makanan.
g. Perubahan Mutu Organoleptik
Selama 2 minggu penyimpanan, pada produk minuman
probiotik sari mentimun dengan flavor original dan flavor jahe
dilakukan uji organoleptik menggunakan uji hedonik kepada 30
orang panelis. Hal ini dilakukan untuk melihat perubahan tingkat
kesukaan konsumen terhadap over all produk selama penyimpanan.
Hasil pengamatan sifat sensori produk selama penyimpanan
menunjukkan bahwa pada formula dengan flavor original dan
flavor jahe, nilai rataan kesukaan panelis terhadap produk pada hari
ke-0 sebesar 4.67±1.25 (Gambar 25) dan 3.60±1.19 (Gambar 26).
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kedua formula cenderung
mengalami penurunan nilai rataaan kesukaan selama penyimpanan.
A. KESIMPULAN
Produk minuman probiotik sari mentimun memiliki tekstur yang
sedikit kental, berwarna putih, dan beraroma mentimun. Formula minuman
probiotik sari mentimun yang disukai oleh panelis adalah formula dengan
flavor original yang terbuat dari sari mentimun dengan perbandingan
mentimun dan air 2:1, serta ditambah dengan susu skim 9% dan gula pasir
3% . Selain flavor original, minuman probiotik ini juga dapat dibuat
dengan penambahan flavor jahe sebagai variasi rasa agar produk ini dapat
dikonsumsi dengan rasa yang berbeda.
Dari penelitian ini dipilih minuman probiotik dengan flavor
original dengan pertimbangan rasa yang lebih disukai oleh panelis dan
biaya produksi yang lebih murah. Total bakteri asam laktat dalam
minuman probiotik sari mentimun dengan flavor original sebesar
4.2x108±2.2x108 cfu/ml dan berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
sebagai minuman probiotik. Selain itu minuman probiotik sari mentimun
dengan flavor original memiliki karakteristik nilai pH 4.18±0.00, jumlah
asam laktat sebesar 0.53%±0.08, kekentalan 7.52±0.05 cp, dan nilai TPT
18.0±0.00 oBrix. Umur simpan minuman probiotik sari mentimun adalah 9
hari. Pembuatan minuman probiotik sari mentimun merupakan salah satu
cara pengembangan minuman probiotik dengan menggunakan komoditas
yang melimpah agar dapat meningkatkan nilai gizi dari suatu bahan
pangan dan memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh.
B. SARAN
Penelitian minuman probiotik sari mentimun perlu dikaji ulang,
agar diperoleh formula yang lebih baik lagi, baik dari segi parameter rasa,
kekentalan, warna dan aroma, serta konsistensi yang lebih baik. Penelitian
ulangan atau sejenisnya dilakukan dalam upaya meningkatkan konsentrasi
sari mentimun secara optimal yang mampu menghasilkan produk dengan
kategori disukai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim3 . 2008. If the label on a product says full cream milk, can it be made
from milk powder?. http: //www.food-info.net. [5 Juni 2008].
Ashurst, D. P. 1995. Fruit Juices and Baverages. Published by CRC Press, New
York.
Gilliand, S. E. 1986. Bacterial Cultures for Food. CRC Press, Inc. Boca Raton,
Florida.
Widowati, S. dan Misgiyarta. 2003. Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam
Pembuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein Susu Nabati. Balai Penelitian
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lampiran 1. Tahapan pemeliharaan kultur (Dewanti et al., 2001)
kultur induk
kultur kerja
Keterangan :
Warna : + + + + + : sangat putih Kekentalan : + + + + + : sangat kental
++++ : putih ++++ : kental
+++ : agak putih +++ : agak kental
++ : kurang putih ++ : kurang kental
+ : bening + : encer
Rasa: + + + + + : sangat kuat
dan ++++ : kuat
aroma +++ : agak kuat
++ : kurang kuat
+ : tidak kuat
Lampiran 4. Analisis sidik ragam uji hedonik rasa pada penelitian tahap I
SKOR
Duncan
Subset
SAMPEL N 1 2 3 4
f3 30 3,50
f1 30 3,70 3,70
f4 30 3,97 3,97 3,97
f2 30 4,07 4,07
f5 30 4,43 4,43
f6 30 4,80
Sig. ,092 ,187 ,092 ,161
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = 1,018.
Keterangan :
SKOR
Duncan
Subset
SAMPEL N 1 2 3
f4 30 3,20
f1 30 3,87
f2 30 3,90
f5 30 4,00
f3 30 4,23 4,23
f6 30 4,57
Sig. 1,000 ,075 ,077
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = ,525.
Keterangan :
SKOR
Duncan
Subset
SAMPEL N 1 2 3
f4 30 3,07
f5 30 3,63
f1 30 3,73
f2 30 3,80
f6 30 4,30
f3 30 4,37
Sig. 1,000 ,450 ,746
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = ,634.
Keterangan :
SKOR
Duncan
Subset
SAMPEL N 1 2
f4 30 3,07
f1 30 3,10
f3 30 3,13
f5 30 3,33
f2 30 3,53 3,53
f6 30 3,90
Sig. ,050 ,087
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = ,677.
Keterangan :
Keterangan :
SKOR
Duncan
Subset
SAMPEL N 1 2
f7 30 2,93
f8 30 3,03
f10 30 3,40
f9 30 4,40
Sig. ,153 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The
error term is Mean Square(Error) = 1,401.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000.
b Alpha = ,05.
Keterangan :
Keterangan :
Rempah
Keterangan sampel:
Keterangan sampel: