Anda di halaman 1dari 94

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Chesya Alrisqica


Qurrotha Aqyun lahir di Yogyakarta, 20
Desember 1997 merupakan anak pertama
dari dua bersaudara dari pasangan bapak
RM. Wisnu Sutoro dan ibu Endang
Rukini. Penulis memiliki satu adik laki
laki bernama Damarendro Wihandaru
Putra yang sedang menempuh
pendidikan sarjana di Fakultas Teknik Pengairan Universitas
Brawijaya. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tunas
Wisata Yogyakarta lulus pada tahun 2004, SD N Serayu
Yogyakarta lulus pada tahun 2010, SMP Muhammadiyah 2
Yogyakarta lulus pada tahun 2013 dan SMA Muhammadiyah 1
Yogyakarta lulus pada tahun 2016. Penulis diterima di Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya pada tahun 2016 melalui
seleksi mandiri.
Selama menempuh Pendidikan tingkat sarjana (S1)
penulis anggota aktif organisasi BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa) 2016 – 2018, UKM BOS divisi Poultry Club 2016
– 2018 dan aktif dalam organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia sejak tahun 2016 hingga sekarang. Penulis pernah
menjadi asisten lab mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak
Ruminansia pada tahun 2018. Penulis tergabung dalam Japfa
Foundation Scholarship Program tahun 2018 – 2020. Penulis
melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL)
penggemukan sapi Brahman cross di PT. Karunia Alam
Sentosa Abadi, Bekri, Lampung Tengah pada tanggal 17 Juni
2019 – 17 Juli 2019.

i
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan Syukur Alhamdulillah kepada
Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Berbagai Zat
Aditif Terhadap Kandungan Zat Nutrisi dan Asam Sianida
Silase Kulit Ketela Pohon (Manihot esculenta)”. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan
skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada, Yang terhormat:
1. Ayah RM. Wisnu Sutoro, Ibu Endang Rukini, dan Adik
Damarendro yang telah memberikan dukungan dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta
penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kusmartono, selaku pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan selama proses penelitian maupun
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., IPU., ASEAN
Eng. selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya dan seluruh staf yang telah memberikan ijin
dan memberi pelayanan selama masa studi di Fakultas
Peternakan.
4. Bapak Dr. Khotibul Umam Al. A., S.Pt, MP. selaku
Ketua Jurusan Peternakan yang telah banyak
membantu dalam kelancaran selama proses studi.
5. Ibu Dr. Herly Evanuarini, S.Pt, MP., selaku Ketua
Program Studi Peternakan yang telah memberikan
pelayanan administrasi selama proses studi.

ii
6. Bapak Prof. Dr. Ir M. Nur Ihsan, MS dan Ibu Artharini
Irsyammawati, S.Pt.,MP., selaku penguji yang telah
memberikan banyak saran dalam skripsi ini.
7. Ibu Asri Nurul Huda, S.Pt., MP., M.Sc. Poespitasari
Hazanah Ndaru, S.Pt., MP dan Yuli Frita Nuningtyas
S.Pt.,M.Sc.,Mp., yang telah mengikutsertakan dalam
penelitian Hibah Guru Besar dan memberikan
pengarahan selama penelitian maupun penyusunan
skripsi.
8. Tim penelitian, Aprilia Dwi Kartika dan Aulya Chika
atas bantuan dan kerjasama yang baik selama penelitian
maupun penyusunan skripsi.
9. Keluarga Besar Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia Komisariat Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya terkhusus kepada Vicky Yusuf, Gita Tiara
dan Anas Rizki yang membantu selama proses
penelitian, memberikan semangat dan motivasi dalam
proses penelitian maupun penyusunan skripsi.
10. Rizki Dian Prasetyo, Fajar Yaumul Khaeir, Khansa
Padma dan Sri Monika yang selalu membantu dan
memberikan semangat dalam proses penelitian maupun
penyusunan skripsi.
11. Japfa Foundation yang telah memfasilitasi dalam
penelitian dan penulisan skripsi.
12. Teman teman dan semua pihak yang telah membantu
dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi

iii
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat yang
terkait dalam bidang peternakan.

Malang, 15 Juni 2020

Penulis

iv
EFFECT OF ADDITION VARIOUS ADDITIVES ON
NUTRIENT CONTENT AND CYANIDE ACID ON
CASSAVA PEEL SILAGE (Manihot esculenta)

Chesya Alrisqica Qurrotha Aqyun1) and Kusmartono2)


1)
Student of Animal Science Faculty, University of Brawijaya-
Malang
2)
Lecturer of Animal Science Faculty, University of
Brawijaya-Malang
Email: chesyaalrisqica@student.ub.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this research was to evaluate effects of
using different additives on crude fat (CFat), crude fibre (CF),
acid detergent fibre (ADF), neutral detergent fibre (NDF) and
reduction of cyanide acid (HCN) concentrations. The
treatments applied were: T0 = cassava peel (control), T1 =
cassava peel + 2% molasses, T2 = cassava peel + 4% molasses,
T3 = cassava peel + 2% rice bran, T4 = cassava peel + 4% rice
bran, T5 = cassava peel + 2% cassava flour, and T6 = cassava
peel + 4 % cassava flour, and 3 replications were used for each
treatment. The data obtained were subjected to analayis of
variance (ANOVA) using a completely randomized design
(CRD). The results showed that treatments highly significant
(P<0.01) CFat, ADF, NDF and HCN, but did not highly
significant (P>0.05) CF contents of cassava peel silage. The
increased concentrations of CFat ranged from 0.14 to 0.81%
and a highest increased was observed in T0, while the highest
decreased in ADF and NDF were observed in T0 (14,48%) and
T0(26,49%) repectively. The highest cyanide acid reduction of
cassava peel silage was observed in T5 (44,88%), followed by
T6 (46,87%), T3 (48,85%), T2 (53,26%), T4 (53,92%), T1
(58,40%) and T0 (62,36%). T4 treatment had the lowest NDF
v
concentration (54.04%), while the lowest ADF content among
the additive treatment is treatment of T1 (16.19%). Among the
treatments applied, HCN concentration of peel silage decreased
due to additive addition, and the lowest HCN concentration was
observed in the T5 treatment, namely with the addition of 2%
cassava flour (44.88%). It is concluded that the use of additives
increased the content of CFat, but lowered the concentration of
ADF, NDF and HCN. It is recommended to use cassava flour
2% as additive to produce cassava peel silage that contain low
HCN.
Keywords : Cassava peel, Silage, Cyanic acid.

vi
PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI ZAT ADITIF
TERHADAP KANDUNGAN ZAT NUTRISI DAN ASAM
SIANIDA SILASE KULIT KETELA POHON
(Manihot esculenta)

Chesya Alrisqica Qurrotha Aqyun1) Kusmartono2)


1)
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya,
Malang
2)
Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
Email: chesyaalrisqica@student.ub.ac.id

RINGKASAN
Ketela pohon adalah produk hasil pertanian yang
limbahnya dapat digunakan sebagai pakan ternak. Limbah
agroindustri tanaman ketela pohon terdiri atas batang, daun dan
kulit ketela pohon. Produksi ketela pohon di Indonesia adalah
21.804.415 ton dengan konversi kulit ketela pohon 20% maka
kulit ketela pohon yang menjadi limbah sebanyak 4.360.283
ton. Pakan menjadi faktor yang menentukan produktifitas
ternak karena biaya pakan mencapai 70% dari biaya produksi.
Salah satu solusi untuk mengatasi pakan yaitu dengan
memanfaatkan limbah pertanian, antara lain berupa kulit ketela
pohon sebagai pakan ternak.
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2019 –
Januari 2020. Pembuatan silase dilakukan di Laboratorium
Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Uji Proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi
dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya dan Uji Analisa sianida dilakukan di Laboratorium
Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Materi yang

vii
digunakan adalah kulit ketela pohon, berbagai zat aditif (dedak,
tepung gaplek dan molases).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Pembuatan silase kulit ketala pohon terdiri dari 7 perlakuan
dengan 3 ulangan. Adapun perlakuan penelitian adalah sebagai
berikut P0 = kulit ketela pohon tanpa penambahan bahan aditif;
P1 = kulit ketela pohon + molases 2%; P2 = kulit ketela pohon +
molases 4%; P3 = kulit ketela pohon + dedak 2%; P4 = kulit
ketela pohon + dedak 4%; P5 = kulit ketela pohon + tepung
gaplek 2% dan P6 = kulit ketela pohon + tepung gaplek 4%.
Variabel yang diamati meliputi kandungan nutrisi Lemak
Kasar, Serat Kasar, NDF, ADF dan Asam Sianida (HCN) silase
kulit ketela pohon. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan
Analis sidik ragam (ANOVA) dan apabila ada perbedaan yang
nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
kandungan LK, ADF, NDF dan HCN, tetapi tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap kandungan SK silase kulit ketela
pohon. Peningkatan konsentrasi LK berkisar dari 0,14 hingga
0,81% dan peningkatan tertinggi diamati pada P0. Demikian
pula konsentrasi NDF dan ADF terendah terjadi pada perlakuan
P0 yaitu 26,49% dan 14,48%. Diantara perlakuan yang
menggunakan aditif perlakuan P4 mempunyai konsentrasi NDF
terendah yaitu perlakuan P4 (54,04%), sedangkan kandungan
ADF terendah diantara perlakuan aditif adalah perlakuan P1
(16,19%). Konsentrasi HCN menurun dengan perlakuan
penambahan aditif dan konsentrasi HCN terendah diamati pada
perlakuan P5 yaitu dengan penambahan tepung gaplek 2% yaitu
sebesar 44,88%.
viii
Disimpulkan bahwa penggunaan aditif meningkatkan
kandungan LK, tetapi menurunkan konsentrasi ADF, NDF dan
HCN. Disarankan untuk menggunakan tepung gaplek 2%
sebagai aditif untuk menghasilkan silase kulit ketela pohon
dengan kandungan HCN yang rendah.

ix
DAFTAR ISI

Isi Halaman

RIWAYAT HIDUP ................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................ ii
ABSTRACT ............................................................................ v
RINGKASAN ....................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................ xv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................... 2
1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................... 3
1.5 Kerangka Pikir .............................................................. 3
1.6 Hipotesis ........................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ketela Pohon ................................................................. 6

x
2.2 Silase ............................................................................. 7
2.3 Bahan Aditif .................................................................. 9
2.3.1 Molases ............................................................... 10
2.3.2 Dedak .................................................................. 11
2.3.3 Tepung Gaplek .................................................... 12
2.4 Kandungan Nutrien Silase ........................................... 12
2.5 Neutral Detergent Fiber (NDF) ................................... 13
2.6 Acid Detergent Fiber (ADF) ....................................... 13
2.7 Asam Sianida (HCN) .................................................. 14

BAB III MATERI DAN METODE


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................ 15
3.2 Materi Penelitian .............................................................. 15
3.2.1 Bahan............................................................................. 15
3.2.2 Alat ................................................................................ 16
3.3 Metode Penelitian............................................................. 17
3.3.1 Prosedur Silase Kulit Ketela Pohon .............................. 17
3.3.2 Variabel Pengamatan..................................................... 18
3.3.3 Analisis Data ................................................................. 18
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kandungan Serat Kasar dan Lemak Kasar
Silase Kulit Ketela Pohon ........................................... 20
4.2 Perubahan kandungan SK silase kulit ketela pohon .... 22

xi
4.3 Perubahan kandungan LK silase kulit ketela pohon ... 23
4.4 Kandungan Neutral Detergant Fiber (NDF) dan
Acid Detergant Fiber (ADF) Silase
Kulit Ketela Pohon ...................................................... 24
4.5 Kandungan Asam Sianida (HCN)
Silase Kulit Ketela Pohon .......................................... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................. 29
5.2 Saran............................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 30


LAMPIRAN .......................................................................... 39

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan SK dan LK silase kulit ketela pohon............... 20


2. Data perubahan kandungan nutrisi SK
silase kulit ketela pohon ..................................................... 22
3. Data perubahan kandungan nutrisi LK
silase kulit ketela pohon ...................................................... 23
4. Kandungan NDF dan ADF Silase Kulit Ketela Pohon ...... 24
5. Kandungan Asam Sianida Kulit Ketela Pohon .................. 27
6. Kandungan Asam Sianida Silase Kulit Ketela Pohon ........ 27

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir penelitian ..................................................... 5

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Prosedur Pembuatan Silase ................................................ 39


2. Prosedur Analisa Kandungan Serat Kasar
(AOAC, 2005) .................................................................... 41
3. Prosedur Analisa Kandungan Lemak Kasar
(AOAC, 2005) .................................................................... 44
4. Prosedur Analisis Kandungan
Acid Detergent Fiber (ADF) (Van Soest, 1994) ................ 47
5. Prosedur Analisis Kandungan
Neutral Detergent Fiber (NDF) (Van Soest, 1994) ........... 49
6. Analisis HCN dengan Metode
Spektrofotometri (Sudarmadji dkk., 2003)......................... 51
7. Analisis Sidik Ragam Serat Kasar (SK) Silase
Kulit Ketela Pohon Kandungan SK
silase Kulit Ketela Pohon ................................................... 53
8. Analisis Sidik Ragam Lemak Kasar (LK) Silase
Kulit Ketela Pohon ............................................................. 56
9. Analisis Sidik Ragam data Perubahan Kandungan
SK Silase Kulit Ketela Pohon ............................................ 59
10. Analisis Sidik Ragam data Perubahan Kandungan
LK Silase Kulit Ketela Pohon .......................................... 62
11. Analisa Kandungan NDF Silase Kulit Ketela Pohon ....... 65
12. Analisa Kandungan ADF Silase Kulit Ketela Pohon ....... 68
13. Analisis Sidik Ragam Asam Sianida (HCN) .................... 71
14. Dokumentasi .................................................................... 74

xv
DAFTAR SINGKATAN

ADF : Acid Detergent Fiber


ANOVA : Analysis of Variance
Dkk : Dan kawan-kawan
Et al : Et alii
JND : Jarak Nyata Duncan
JNT : Jarak Nyata Terkecil
NDF : Neutral Detergent Fiber
LK : Lemak Kasar
SK : Serat Kasar
RAL : Rancangan Acak Lengkap
RAC : Readily available carbohydrate
HCN : Hydrogen cyanide
ANOVA : Analysis of Varian
BAL : Bakteri Asam Lakta

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketela pohon merupakan tanaman yang dapat tumbuh
di daerah tropis sepanjang tahun dan memiliki adaptasi yang
tinggi terhadap iklim dan jenis tanah di Indonesia. Semakin
meningkatnya populasi manusia maka semakin banyak
kebutuhan pangan yang dibutuhkan dan ketela pohon termasuk
salah satu bahan pangan dan sekaligus menghasilkan limbah
pertanian. Limbah agroindustri tanaman ketela pohon terdiri
atas batang, daun dan kulit umbi ketela pohon (Kusmartono dan
Chuzaemi, 2005). Pakan menjadi faktor yang menentukan
produktivitas ternak karena biaya pakan mencapai 70% dari
biaya produksi. Oleh karena itu permasalahan yang terkait
dengan pakan perlu dicarikan solusinya.
Data statistik pertanian BPS (2015) menunjukkan
bahwa produksi ketela pohon di Indonesia adalah 21.801.415
ton, dengan konversi kulit ketela pohon 20%, maka kulit ketela
pohon yang menjadi limbah sebanyak 4.360.283 ton. Semakin
banyak produksi ketela pohon di Indonesia maka semakin
banyak limbah kulit ketela pohon ketela pohon yang dihasilkan.
Menurut Fitri dan Rara (2018) kulit ketela pohon adalah 10-
20% dari umbinya dan lapisan paridem mencapai 0,5-2% dari
total berat umbi. Berdasarkan data statistik tersebut dapat
disimpulkan limbah kulit ketela pohon di Indonesia adalah 2,3-
4,6 juta ton. Kandungan gizi pada kulit ketela pohon yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan mengandung
zat non gizi yaitu tannin (Ariyani, Estiasih, dan Martiati., 2017).
Ketela pohon memiliki kandungan asam sianida
(HCN). Asam sianida adalah zat antinutrisi yang menyebabkan

1
keracunan bagi ternak jika dikonsumsi oleh ternak lebih dari
batas normal. Nilai HCN yang aman dicerna oleh ternak tidak
boleh dari 50 ppm. (Simbolon, Pujaningsih, dan
Mukodiningsih., 2016). Hasil penelitian Simbolon dkk (2016)
menyimpulkan bahwa kulit ketela pohon mengandung 109 ppm
kandungan sianida (HCN), cara untuk menurunkan kandungan
HCN pada kulit ketela pohon dengan cara pengeringan,
perendaman, pengkukusan dan fermentasi. Salah satu Teknik
pengolahan fermentasi pakan untuk ternak adalah silase.
Menurut Rukmana (2004) silase merupakan hijauan segar atau
limbah pertanian yang disimpan dalam keadaan segar dengan
kadar air 60-70% disimpan didalam tempat dalam kondisi
kedap udara atau anaerob, dapat disimpan lama dan dapat
dikonsumsi ternak. Proses fermentasi dapat meningkatkan nilai
nutrien pada kulit ketela pohon. Silase yang baik memiliki ciri-
ciri yaitu bau asam, pH 4-4.5 dan tidak berjamur.
Penelitian ini mengenai subtitusi berbagai bahan aditif
(molases, dedak dan tepung gaplek) dalam silase kulit ketela
pohon yang bertujuan untuk mengetahui perubahan kandungan
zat nutrisi dan kandungan HCN silase kulit ketela pohon
(Manihot esculenta)”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh penggunaan zat aditif yang berbeda
terhadap perubahan kandungan nutrien dan penurunan
kandungan asam sianida (HCN) silase kulit ketela pohon
(Manihot esculenta).

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
2
1. Mengetahui pengaruh penggunaan zat aditif yang
berbeda terhadap perubahan kandungan zat nutrisi (LK,
SK, ADF dan NDF) silase kulit ketela pohon
2. Mengetahui pengaruh penggunaan zat aditif terbaik
dilihat dari angka penurunan kandungan HCN silase
kulit ketela pohon.

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan
kualitas terbaik dari silase kulit ketela pohon dengan
penambahan zat aditif (dedak, tepung gaplek dan molases)
ditinjau dari perubahan kandungan nutrien, dan penurunan
kandungan HCN dan dapat digunakan sebagai sumber
informasi bagi peternak, pertimbangan untuk penelitian lebih
lajut dalam mamanfaatkan limbah pertanian sehingga dapat
digunakan sebagai pakan ternak ruminansia yang efektif dan
efisien terhadap produksi ternak.

1.5 Kerangka Pikir


Ketela pohon (Manihot esculenta) merupakan tanaman
yang tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis dan memiliki
tingkat adaptasi yang tinggi terhadap kondisi di Indonesia.
Ketela pohon merupakan hasil pertanian yang sangat melimpah
dan mempunyai potensi sebagai bahan baku pakan ternak.
Seluruh bagian ketela pohon dapat digunakan di berbagai jenis
industri, contohnya daun ketela pohon dapat digunakan untuk
konsumsi makan dan sebagai pakan ternak, kulit ketela pohon
juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kulit ketela
pohon mudah rusak dikarnakan memiliki kadar air yang cukup
tingi. Melihat banyaknya kulit ketela pohon yang tidak terpakai,
maka perlu adanya inovasi untuk mengolah kulit ketela pohon
3
menjadi pakan ternak, kulit ketela pohon harus diolah dengan
baik dikarenakan kadar air yang tinggi sebesar 60% (Ariani
dkk., 2017). Selain itu kulit ketela pohon tidak dapat diberikan
langsung ke ternak dikarenakan kandungan Asam Sianida
(HCN) yang tinggi akan menjadikan anti nutrisi bagi ternak,
sehingga perlu dilakukan pengolahan pada kulit ketela pohon
sebelum diberikan ke ternak.
Berbagai macam pengolahan dilakukan untuk
meningkatkan kandungan nutrisi dan menurunkan zat anti
nutrisi dengan cara pengolahan secara fisik, kimia dan biologi
atau fermentasi. Salah satu teknik pengolahan adalah dengan
pembuatan silase menggunakan bahan aditif berupa RAC untuk
mempercepat proses ensilase. Bahan aditif yang digunakan
berupa dedak, tepung gaplek dan molases. Hasil penelitian
Kompiang dkk (1994) menyatakan bahwa fermentasi adalah
teknologi untuk mempertahankan mutu pakan dan supaya
mendapatkan silase yang baik ditambahkan dengan bahan baku
pakan sumber karbohidrat. Hasil yang diharapkan dalam
pembuatan silase kulit ketela pohon dengan penambahan bahan
aditif berupa dedak, tepung gaplek dan molases yaitu
mempertahankan kandungan nutrisi dan mengurangi
kandungan asam sianida (HCN).

4
Kulit Ketela
Pohon

Limbah hasil pertanian yang :


• Mudah Rusak
• Sulit Dicerna
• Kandungan Asam Sianida (HCN)
(Putriani, 2015)

Penggunaan Zat Aditif


readily available Teknologi Pengawetan dengan
Carbohydrate (RAC) produk “Silase”
(Herawati dan Mega, (Putri, Ana dan Budi, 2015)
2017)

• pH turun 4,0-4,2
• Bakteri Asam
Laktat

Kandungan Zat Nutrisi Kandungan HCN

Gambar 1. Kerangka Pikir

1.6 Hipotesis
Penambahan zat aditif pada silase kulit ketela pohon
diduga dapat menaikan atau menurunkan kandungan nutrisi
dan kandungan asam sianida (HCN) yang terdapat pada
silase kulit ketela pohon.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketela Pohon


Ketela pohon masuk dalam family Euphorbiaceae yang
mempunyai 7200 spesies, ketela pohon berasal dari benua
Amerika tepatnya Brazil. Penyebaran ketela pohon hampir ke
seluruh dunia antara lain Afrika, India, Tiongkok dan Indonesia.
Ketela Pohon berkembang di negara negara dengan wilayah
pertanian (Purwono, 2009). Tanaman ketela pohon di
klasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Order : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Monihot mill
Spesies : Manihot esculenta

Kulit ketela pohon merupakan hasil dari limbah


pertanian yang ketersediannya melimpah dan dapat
dimanfaatkan menjadi pakan ternak yang potensial untuk
mengatasi masalah penyediaan pakan (Akhadiarto, 2010).
Produksi ketela pohon di Indonesia adalah 21.801.415 ton
dengan konversi kulit ketela pohon sebanyak 20% maka kulit
ketela pohon yang menjadi limbah sebanyak 4.360.283 ton
(BPS,2015). Limbah agroindustri tanaman ketela pohon terdiri
atas batang, daun dan kulit umbi ketela pohon (Chuzaemi,
2002). Kandungan nutrient kulit ketela pohon mengandung PK
6
8,16% dan SK 13,97% (Prasojo, 2017). Sedangkan Kusmartono
et al. (2020) melaporkan bahwa kandungan zat nutrisi kulit
ketela pohon adalah sbb: BK= 71,2%, Abu = 11,7%, PK =
5,8%, LK =12,2%, SK=10,7%.

2.2 Silase
Silase merupakan bahan pakan hijauan atau limbah
pertanian yang disimpan dalam keadaan segar dalam kondisi
anaerob. (Atika, Liman dan Rudy, 2015). Hijauan yang akan
dibuat silase memiliki kandungan bahan kering sebesar 35%,
silase terjadi ketika mendapatkan proses ensilase di dalam silo
dengan keadaan anaerob, keadaan ini lebih baik apabila
ditambahkan molasses 3,5-4% sehingga bakteri asam laktat
akan tumbuh dan menurunkan pH menjadi 4-4,5. Tujuan utama
pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan
meningkatkan nilai nutrisi (Jones et al., 2004).
Prinsip pembuatan silase adalah anaerob dan
menghasilkan bakteri asam laktat yang akan membantu
menurunkan pH, mencegah masuknya udara kedalam silo dan
menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan
(Kusnadi, 2012). Kualitas silase dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain jenis hijauan, bahan tambahan perlakuan,
kadar air hijauan. (Pioner, 1991). Ciri ciri silase yang baik
antara lain tidak berjamur, tidak menggumpal, memiliki bau
harum, pH 4 – 4,5 (Sugiyono dan Wahyuni, 2014).
Menurut Hidayat (2014) menyatakan proses ensilase
dalam silo mempunyai kondisi kedap udara, terbagi menjadi 4
tahap, yaitu :
1. Tahap 1 – Fase aerob
Tahap ini hanya beberapa jam saja, fase aerob
terjadi karena keberadaan oksigen di sela-sela

7
partikel. Jumlah oksigen yang ada berkurang
seiring dengan terjadinya proses respirasi pada
material tanaman serta pertumbuhan mikroba
aerob, seperti khamir dan Enterobacteria. Lalu
enzim pada tanaman seperti protease dan
carbohydrase akan teraktivasi sehingga kondisi pH
pada tumpukan hijauan segar tetap dalam batas
normal pH 6,55-6,0.
2. Tahap 2 – Fase Fermentasi
Tahap fermentasi dimulai ketika kondisi pada
tumpukan silase menjadi anaerob, kondisi tersebut
akan berlanjut hingga beberapa minggu, tergantung
pada jenis dan kandungan hijauan yang digunakan
serta kondisi pada proses ensilase. Jika proses
fermentasi berlangsung dengan sempurna, bakteri
asam laktat akan berkembang dan menjadi
dominan, pH pada material silase akan turun
hingga 3,8 – 5,0 karena adanya produksi asam
laktat dan asam asam lainnya.
3. Tahap 3 – Fase Stabil
Tahap fase stabil akan berlangsung selama oksigen
dari luar tidak masuk kedalam silo. Sebagian besar
jumlah mikroorganisme yang berkembang pada
fase fermentasi akan berkurang secara perlahan.
Beberapa jenis mikroorganisme toleran asam dapat
bertahan dalam kondisi stationer (inactive) pada
fase ini, mikroorganisme lainnya seperti Clostridia
dan Bacilli bertahan dengan menghasilkan spora.
Hanya beberapa jenis mikroorganisme penghasil
enzim protease toleran asam serta beberapa

8
mikroorganisme khusus, seperti Lactobacillus
bucheneri yang dapat tetap aktif pada level rendah.
4. Tahap 4 – Fase Pemanenan
Fase pemanenan dimulai setelah silo dibuka saat
silase terkena udara luar. Hal tersebut tidak dapat
dihindari, bahkan dapat dimulai terlalu awal jika
penutup silase rusak sehingga terjadi kebocoran.
Jika fase ini berlangsung terlalu lama maka silase
akan mengalami deteriosasi atau penurunan
kualitas silase akibat terjadinya degradasi asam
organik yang ada oleh khamir dan bakteri asam
asetat. Proses tersebut akan menaikkan pH pada
tumpukan silase dan selanjutnya akan terjadi
kenaikan suhu dan peningkatan aktivitas
mikroorganisme kontaminan seperti bacilli,
moulds dan enterobacteria.

2.3 Bahan Aditif


Penggunaan bahan aditif berupa RAC dalam
pembuatan silase merupakan salah satu alternatif usaha untuk
mempertahankan kandungan nutrien (Kusnadi, 2012). Menurut
Sumarsih dkk (2009) menyatakan bahwa zat aditif mampu
meningkatkan kualitas organoleptik dan kualitas nutrisi pada
silase.
Zat aditif yang dapat ditambahkan dalam pembuatan
silase yaitu sumber gula, inokulan dan enzim yang dapat
mendorong pertumbuhan bakteri asam laktat dan inhibitor
fermentasi seperti asam dan formalin yang dapat menghambat
sebagian atau seluruh pertumbuhan mikroba (McDonald et al.
1991).

9
2.3.1 Molases
Molases adalah hasil samping yang berasal dari
pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum L). Molases
berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap pemisahan kristal
gula. Molases tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa namun
masih mengandung gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam
amino dan mineral. Molases kaya akan biotin, asam pantotenat,
tiamin, fosfor, dan sulfur. Selain itu juga mengandung gula
yang terdiri dari sukrosa 30-40%, glukosa 4-9%, dan fruktosa
5-12%. Tetes tebu digunakan secara luas sebagai sumber
karbon untuk denitrifikasi, fermentasi anaerobik, pengolahan
limbah aerobik, dan diaplikasikan pada budidaya perairan.
Karbohidrat dalam tetes tebu telah siap digunakan untuk
fermentasi tanpa perlakuan pendahuluan karena sudah
berbentuk gula. Molases sebagai media fermentasi digunakan
sebagai sumber bahan makanan bagi bakteri selama proses
fermentasi berlangsung. Bakteri akan menggunakan sumber
karbohidrat sebagai sumber makannya. Ketika sumber
karbohidrat di dalam medium telah habis terpakai, maka bakteri
beralih menggunakan sumber nitrogen. Penambahan
karbohidrat seperti molases dimaksudkan untuk mempercepat
terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber energi
yang cepat tersedia bagi bakteri (Nurul, Yunus dan Nasich,
2012) menyataan bahwa penambahan molases sebagai sumber
energi mikrobia sehingga mikrobia berkembang lebih banyak
dalam proses pemeraman dan dengan bertambahnya mikrobia
maka bermanfaat sebagai penyumbang kadar protein kasar.
Komposisi nutrisi tetes dalam 100 % bahan kering adalah 0,3 %
lemak kasar 0,4 % serat kasar, 84,4 % BETN, 3,94 % protein
kasar dan 11% abu (Sumarsih, dkk. 2009).

10
Molases adalah hasil samping dari industri gula yang
mengandung senyawa nitrogen dan memiliki kandungan gula
yang cukup tinggi terutama kandungan sukrosa sebanyak 34%
dan kandungan karbon 37%. Molases digunakan karena dapat
menstimulan perkembangan bakteri pada proses fermentasi dan
menurunkan pH silase. Penambahan molases pada silase dapat
meningkatkan kualitas silase (McDonald et al, 1991).
Penggunaan molases sebanyak 6% dan lama pemeraman 21
hari menghasilkan kualitas silase yang berkualitas baik dari
fisik maupun kimia (Larangahen et al, 2016)

2.3.2. Dedak
Dedak padi merupakan bahan tambahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan silase sebagai sumber karbohidrat
terlarut. (Raldi, Rustandi, Tulung dan Malalantang, 2015).
Keuntungan dari penambahan dedak yaitu harga relatif murah
dan mudah didapat. Penambahan dedak diharapkan dapat
meningkatkan kualitas fisik silase dan meningkatkan
palatabilitas ternak. Kandungan nutrisi dedak pabrik kualitas
satu adalah BK=90,40%, BO= 85,3%, PK= 9,90%, LK= 4,90%,
SK= 19,80%, BETN = 50,70% dan TDN=57,82% (Hartadi
dkk., 1993), sedangkan menurut Rochman (2015) dedak padi
mempunyai kandungan kadar air 2,49%, protein 8,77%, lemak
1,09%, abu 1,60%, serak 1,69%, karbohidrat 84,36% dan kalori
sebesar 382,32 kkal.
Keberhasilan pembuatan silase dipengaruhi oleh kadar
gula terlarut dan bakteri penghasil asam laktat. Untuk menjamin
ketersediaan gula terlarut yang menjamin keberhasilan proses
ensilase perlu dilakukan penambahan bahan aditif. Aditif dari
sumber karbohidrat yang dapat dimanfaatkan adalah
dedak.(Jasin, 2014).

11
2.3.3 Tepung Gaplek
Tepung gaplek adalah bahan ketela pohon yang
dikeringkan dengan sinar matahari dan ditumbuk menjadi
bongkahan atau butiran halus. Hasil penelitian Desnita, Widodo
dan Tantalo, (2015) Tepung gaplek memiliki kandungan
nutrien SK 1,74%, PK 3,31%, BETN 93,29% yang dapat
memproduksi asam laktat sehingga dapat meningkatkan
kualitas nutrisi silase. Tingginya kandungan gula terlarut dalam
gaplek sangat memungkinkan bahan tersebut digunakan
sebagai bahan aditif dalam pembuatan silase. Penambahan
tepung gaplek dapat menurunkan kadar air silase atau
meningkatkan bahan kering. Oleh karena itu, penambahan
berbagai level tepung gaplek sangat mempengaruhi kandungan
kadar bahan kering silase (Devi dkk., 2015).

2.4 Kandungan Nutrien Silase


Analisa proksimat mengelompokkan komponen yang
ada di dalam bahan pakan berdasarkan kompisisi kimia dan
fungsinya antara lain air, abu, lemak kasar, protein kasar, serat
kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. (Suparjo, 2010).
Serat kasar memiliki beberapa komponen yaitu
hemiselulosa, selulosa dan lignin yang tidak larut. Serat adalah
bagian dari pakan yang tidak dapat dihidrolisis. Kecernaan serat
suatu pakan sangat menentukan kecernaan pakan baik dari
jumlah maupun komposisi kandungan serat kasarnya (Tilman
dkk., 2005). Sistem analisa Van Soest (1994) menggolongkan
zat pakan menjadi isi sel (cell content) dan dinding sel (cell
wall). NDF mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari
lignin, selulosa, hemiselulosa, dan protein yang berikatan
dengan dinding sel. Bagian yang tidak terdapat sebagai residu
dikenal sebagai Detergent Soluble (NDS) yang mewakili isi sel
12
dan mengandung lipid, gula, asam organik, non protein
nitrogen, peptin, protein terlarut dan bahan terlarut dalam air.
Serat kasar terutama mengandung selulosa dan hanya sebagian
lignin, sehingga nilai ADF lebih kurang 30 persen lebih tinggi
dari serat kasar pada bahan yang sama.
Analisis lemak kasar merupakan salah satu komponen
rangkaian analisis proksimat yang sering dilakukan pada
analisis bahan pakan ternak. Kandungan lemak kasar dari bahan
pakan terdiri dari ester gliserol, asam asam lemak yang larut
dalam ternak sehingga mudah menguap (Amrullah, 2003).

2.5 Neutral Detergent Fiber (NDF)


NDF (Neutral Detergent Fiber) merupakan metode
yang cepat untuk mengetahui total serat dari dinding sel yang
terdapat dalam serat makanan. Hemiselulosa dan selulosa
merupakan komponen dinding sel yang dapat dicerna oleh
mikroba. Tingginya kadar lignin menyebabkan mikroba tidak
mampu menguasai hemiselulosa dan selulosa secara sempurna
(Crampton dan Haris, 1969). Neutral Detergent Fiber (NDF)
menggambarkan semua komponen karbohidrat structural dalam
dinding sel tanaman yang meliputi selulosa, hemiselulosa dan
lignin (National Research Council,2001).

2.6 Acid Detergant Fiber (ADF)


Kandungan Acid Detergent Fiber (ADF) yang baik
yaitu rendah baik bagi ternak. Hal tersebut menandakan bahwa
serat kasarnya rendah. Pada ternak ruminansia serat kasar
diperlukan dalam sistem pencernaan dan berfungsi sebagai
sumber energi. Kandungan ADF optimal diperlukan agar pakan
yang diberikan dapat bermanfaat dengan baik (Oktaviani,
2012). Persentase kandungan ADF yang diberikan kepada

13
ternak sebaiknya 24-45% dan NDF 30-60% dari bahan kering
hijauan (Anas dan Andi. 2010)

2.7 Asam Sianida (HCN)


Hidrogen sianida (HCN) adalah senyawa kimia yang
bersifat anti nutrisi yang bersifat racun sehingga menyebabkan
kematian jika di konsumsi oleh ternak (Yusningsih, 2012).
Beberapa kendala yang dihadapi pada pengolahan pakan yaitu
adanya senyawa toksik yang terkandung di dalamnya yaitu
kandungan asam sianida (HCN) yang cukup tinggi dan sangat
berbahaya terhadap kesehatan tubuh jika dikonsumsi secara
berlebihan, kadar HCN yang mampu ditolerir ternak tidak boleh
lebih dari 50 ppm. (Simbolon dkk., 2016).
Mhone et al. (2004) kandungan HCN kulit ketela pohon
yang dibuat silase mempunyai kandungan HCN lebih rendah
dibandingkan dengan apabila disajikan dalam bentuk aslinya.
Saat dilakukan proses pelayuan dan penekanan dalam membuat
kondisi anaerob memberikan lingkungan yang memungkinkan
terjadi penurunan kandungan HCN yaitu karena reaksi enzim
linamarase pada glukosida setelah terjadi kehilangan integritas
sel atau kerusakan jaringan dari bahan kulit ketela pohon yang
dibuat silase (Man dan Wiktorsson,2002). Konsentrasi HCN
masih bisa dikatakan pada konsentrasi aman apabila konsentrasi
HCN ≤ 100 mg/L ternak domba masih belum mengalami
keracunan (Oni et al., 2014).

14
BAB III

MATERI DAN METODE

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus
2019 sampai dengan Maret 2020. Analisis kandungan
nutrien silase dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya dan analisis HCN dilakukan di Laboratorium
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya. Pembuatan silase dilakukan di
Laboratorium Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya, Desa Sumber Sekar, Kecamatan
Dau, Kabupaten Malang.
3.2. Materi Penelitian
3.2.1. Bahan
1. Bahan yang digunakan untuk pembuatan silase
a. Kulit ketela pohon
Diambil dari pabrik pengupasan ketela
pohon di kawasan lereng gunung kawi,
kabupaten Malang
b. Tetes
Diambil dari daerah Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang
c. Dedak
Diambil dari daerah Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang
d. Tepung Gaplek
Diambil dari daerah Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang

15
2. Bahan kimia yang digunakan untuk
pengukuran pH yang terdiri dari buffer 4,
buffer 7 dan aquadest
3. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis
proksimat yang terdiri dari:
- Penetapan kadar protein kasar: H2SO4
pekat, katalisator, aquadest,NaOH
40%, H2SO4 0,1 N, Indikator (2 g
methyl red + methyl blue per liter
etanol 96%), NaOH 0,1 N, batu didih
(AOAC, 2005).
- Penetapan kadar serat kasar: H2SO4 0,3
N, HCl 0,3 N, NaOH 0,1 N, aseton,
pasir bersih dan batu mendidih, EDTA,
dan aquadest panas (AOAC, 2005 ).
- Penetapan kadar lemak kasar: larutan
n-Hexan.
3.2.2. Alat
1. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan
silase meliputi mesin chopper, timbangan
analitik, kaleng, trash bag, plastik silo,
solasi, spidol, gunting, tali raffia, gelas
ukur, pH meter, thermometer dan mesin
vacuum.Peralatan yang digunakan untuk
analisis proksimat SK (NDF dan ADF) :
timbangan analitis, beaker glass khusus
serat kasar, alat untuk mendidihkan, cawan
filtrasi dan alat filtrasi, eksikator, oven
105ºC, tanur 550º-600ºC (AOAC, 2005).

16
2. Peralatan yang digunakan untuk uji
proksimat :
- Penetapan kadar serat kasar (ADF
dan NDF): timbangan analitis,
beaker glass khusus serat kasar, alat
untuk mendidihkan, cawan filtrasi
dan alat filtrasi, eksikator, oven
105ºC, tanur 550º-600ºC (AOAC,
2005).
- Penetapan kadar lemak kasar:
timbangan analitis, beaker glass,
kertas saring, selongsong lemak,
eksikator, gelas ukur, kompor
pemanas.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari tujuh perlakuan dan masing-masing perlakuan
mempunyai tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu:
P0 : Kulit ketela pohon tanpa Zat Aditif
P1 : Kulit ketela pohon + 2% Molases
P2 : Kulit ketela pohon + 4% Molases
P3 : Kulit ketela pohon + 2% dedak
P4 : Kulit ketela pohon + 4% dedak
P5 : Kulit ketela pohon + 2% tepung gaplek
P6 : Kulit ketela pohon + 4% tepung gaplek
3.3.1 Prosedur Silase Kulit Ketela Pohon
1) Dibersihkan kilit ketela pohon kemudian di
chopper dengan ukuran 3-5cm.
2) Diangin anginkan selama 24 – 48 jam.

17
3) Ditimbang kulit ketela pohon sesuai dengan
perlakuan
4) Ditimbang zat aditif sesuai dengan perlakuan
2% dan 4%
5) Dicampurkan kulit ketela pohon dengan zat
aditif sesuai dengan perlakuan.
6) Dimasukan hasil campuran kedalam plastic
silo lalu dipadatkan dan diberi nama sampel
7) Ditutup rapat menggunakan tali dalam keadaan
anaerob
8) Difermentasi selama 21 hari.
3.3.2 Variabel Pengamatan
1. Perubahan Kandungan Nutrisi meliputi
kandungan SK dan LK dianalisa sesuai dengan
metoda AOAC (2005) seperti disajikan pada
Lampiran 4
2. Perubahan kandungan ADF dan NDF dianalisa
sesuai dengan metode Van Soest (1994) seperti
disajikan pada Lapiran 5
3. Kandungan HCN dianalisa sesuai metode
Sudarmadji,dkk. (2003) seperti disajikan pada
Lampiran 6

3.3.3 Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan
Analysis of Varian (Anova) atau analisis sidik ragam model
RAL, dengan 7 perlakuan dan dilakukan ulangan sebanyak 3
kali. Adapun model matematis RAL menurut Yitnusumarto
(1993) adalah sebagai berikut :

𝑌𝑖𝑗 + 𝜇 + 𝜏𝑖 + 𝜀𝑖𝑗

18
Keterangan

Yij ∶ Nilai Pengamatan pada perlakuan ke i, ulangan ke j

μ ∶ Nilai tengah umum

i ∶ Pengaruh perlakuan ke i (1,2, … , t)

εij: Kesalahan (galat)percobaan pada perlakuan ke i, ulangan ke

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kandungan Serat Kasar dan Lemak Kasar Silase Kulit


Ketela Pohon
Data kandungan lemak kasar (LK) dan serat kasar (SK)
silase kulit ketela pohon dari semua perlakuan selama penelitian
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan SK dan LK silase kulit ketela pohon


Perlakuan SK (% ± SD) LK (%± SD )
P0 10,62 ± 0,55 1,51 ± 0,29b
P1 10,13 ± 0,80 1,26 ± 0,04ab
P2 9,36 ± 0,66 1,26 ± 0,03ab
P3 10,80 ± 0,34 1,37 ± 0,18b
P4 10,34 ± 0,52 1,16 ± 0,02ab
P5 10,37 ± 0,65 0,85 ± 0,17a
P6 10,21 ± 0,12 1,08 ± 0,22ab
Keterangan: Notasi yang berbeda pada superskrip di kolom
yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01)

Hasil analisis statistik seperti terlihat pada Lampiran 7.


menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh
nyata (P>0,05) terhadap kandugan SK silase kulit ketela pohon.
Ada kecenderungan bahwa perlakuan P3, yaitu penambahan
bahan aditif dedak sebanyak 2% memiliki nilai SK tertinggi
yaitu sebesar 10,80%, diikuti oleh silase dengan penambahan
aditif tetes, sedangkan kandungan SK terendah diamati pada
silase kulit ketela pohon dengan penambahan aditif tepung
gaplek. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kandungan SK
20
baik pada dedak maupun tepung gaplek rendah. Hasil penelitian
Sumarsih, Sutrisno dan Sulistiyanto (2009) bahwa semakin
meningkat aras tetes yang digunakan meningkatkan kadar
protein kasar dan menurunkan kadar serat kasar silase kulit
pisang diakibatkan terbentuknya sel mikrobia. Peran tetes
dalam proses ensilase adalah bakteri asam laktat yang tidak
akan merombak komponen nutrisi bahan apabila ditambahkan
gula sederhana ssebagai energi mudah tersedia.
Hasil analisis statistik seperti terlihat pada Lampiran 8.
menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh sangat
nyata (P<0,01) terhadap kandungan LK, tetapi tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan SK silase kulit
ketela pohon. Kandungan LK tertinggi diamati pada silase kulit
ketela pohon tanpa penambahan aditif (P0; 1,51%), sedangkan
kandungan LK terendah diamati pada silase kulit ketela pohon
dengan penambahan 2% tepung gaplek. Hasil penelitian ini
sejalan dengan dengan hasil penelitian Anas dan Syahrir (2017)
bahwa kandungan LK silase rumput mulato (Brachiaria
mulato) tanpa pemberian bahan aditif mempunyai kandungan
LK lebih tinggi dibandingkan dengan silase dengan
penambahan aditif dedak, onggok atau molases. Rendahnya
kandungan LK pada silase kulit ketela pohon dibandingkan
dengan P0 pada penelitian kemungkinan disebabkan oleh
adanya aktifitas mikroba yang mendegradasi lemak menjadi
gliserol dan asam lemak sebagai sumber energi (Santosa,
Arifin dan erni, 2015). Pratiwi, Fathul dan Muhtarudin (2015)
menambahkan bahwa penurunan kandungan lemak kasar
disebabkan oleh terpecahnya ikatan trigliserida menjadi
ikatan yang lebih sederhana antara lain dalam bentuk asam
lemak dan alkohol. Sejalan dengan pendapat Makmur (2006)
bahwa kandungan lemak bahan pakan terdiri dari vitamin,
21
ester gliserol dan asam lemak mudah menguap sehingga
kandungan lemak kasar menjadi menurun. Kandungan lemak
kasar yang tinggi pada silase kulit ketela pohon pada P3 tinggi
(1,37%) yaitu dengan penambahan bahan aditif berupa dedak.
Selaras dengan hasil penelitian Bakrie, Sastro, Bahar, Sente dan
Andayani (2014) bahwa dedak padi merupakan bahan aditif
yang memiliki kandungan protein, water soluble
carbohydrate (WSC) serta kandungan minyak yang tinggi.

4.2. Perubahan kandungan SK silase kulit ketela pohon


Data perubahan kandungan SK sebelum dan sesudah
fermentasi silase kulit ketela pohon disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data perubahan kandungan nutrisi SK silase kulit


ketela pohon
Kandungan Nutrisi SK (%)
Penurunan
Perlakuan Sebelum Sesudah
(%)
Fermentasi Fermentasi
P0 11,33 10,62±0,55 0,71±0,55
P1 11,26 10,13±0,80 1,13±0,80
P2 11,19 9,36±0,66 1,83±0,66
P3 11,38 10,80±0,34 0,58±0,34
P4 11,43 10,34±0,52 1,08±0,52
P5 11,28 10,37±0,65 0,90±0,65
P6 11,23 10,16±0,11 1,07±0,11
Keterangan: Notasi yang sama pada superskrip di kolom yang
sama tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05)
Hasil analisis statistik seperti terlihat pada Lampiran 9.
menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh
nyata (P>0,05) terhadap perubahan kandungan SK silase kulit
ketela pohon. Apabila perbandingan dilakukan pada perlakuan

22
yang sama antara sebelum dan setelah fermentasi, didapatkan
data adanya penurunan nilai kandungan SK berkisar antara
0,58-1,83%. Akan tetapi apabila dibandingkan antara
perlakuan P0 (tanpa bahan aditif) setelah proses fermentasi
dengan silase pada perlakuan-perlakuan lainnya, nampak ada
penurunan nilai SK silase antara 0,18-1,26%. Tentunya dari sisi
nutrisi kenyataan ini merupakan hal yang positif karena dengan
turunnya nilai SK silase akibat penambahan bahan aditif dapat
diharapkan bahwa bahan pakan tersebut akan lebih mudah
dicerna, sehingga menghasilkan nilai konsumsi yang lebih
tinggi.
4.3. Perubahan kandungan LK silase kulit ketela pohon
Data perubahan kandungan LK sebelum dan sesudah
fermentasi silase kulit ketela pohon disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.Data perubahan kandungan nutrisi LK silase kulit


ketela pohon
Kandungan Nutrisi LK (%)
Perlakuan Sebelum Sesudah Perubahan (%)
Fermentasi Fermentasi
P0 0,70 1,51±0,29b +0,81±0,29b
P1 0,69 1,25±0,05ab +0,56±0,05ab
P2 0,68 1,26±0,03ab +0,58±0,03ab
P3 0,86 1,37±0,18b +0,51±0,18ab
ab
P4 1,02 1,16±0,02 +0,14±0,02a
P5 0,69 0,85±0,17a +0,16±0,17a
P6 0,69 1,08±0,22ab +0,39±0,22ab
Keterangan: Notasi yang berbeda pada superskrip di kolom
yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata
(P<0,01).

23
Hasil analisis statistik seperti terlihat pada Lampiran 10
menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap perubahan kandungan LK silase kulit ketela
pohon. Apabila perbandingan dilakukan pada perlakuan yang
sama antara sebelum dan setelah fermentasi, didapatkan data
adanya peningkatan kandungan LK berkisar antara 0,14-0,81%.
Akan tetapi apabila dibandingkan antara perlakuan P0 (tanpa
bahan aditif) setelah proses fermentasi dengan silase pada
perlakuan-perlakuan lainnya, nampak ada penurunan nilai SK
silase antara 0,14-0,66%. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa
peningkatan ini akibat terpecahnya trigliserida menjadi ikatan
yang sederhana yaitu bentuk asam lemak dan alcohol.

4.4. Kandungan Neutral Detergant Fiber (NDF) dan Acid


Detergant Fiber (ADF) Silase Kulit Ketela Pohon
Data kandungan NDF dan ADF silase kulit ketela
pohon disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan NDF dan ADF Silase Kulit Ketela Pohon

Perlakuan Kandungan NDF (%) Kandungan ADF (%)


P0 26,49±0,36a 14,48±0,56a
P1 56,74±0,81d 16,19±0,55ab
bc
P2 54,86±0,51 16,29±0,32abc
P3 56,01±0,70cd 16,66±0,34bc
P4 54,04±0,58bc 17,89±0,91abc
e
P5 65,63±0,40 17,53±0,67bc
P6 65,22±0,99e 18,13±0,74c
Keterangan : Notasi yang berbeda pada superskrip di kolom
yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata
(P<0,01).

24
Hasil analisis statistik seperti terlihat pada Lampiran 11
dan 12 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat
nyata (P<0,01) terhadap kandungan NDF dan ADF silase kulit
ketela pohon. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan
kontrol dengan nilai NDF terendah yaitu sebesar 26,49%.
Peningkatan level aditif untuk masing-masing perlakuan aditif
yang sama menunjukkan kecenderungan penurunan konsentrasi
NDF, tetapi fenomena sebaliknya terjadi pada konsentrasi ADF.
Data pada Tabel 4. menunjukkan bahwa perlakuan P4 yaitu
penambahan dedak 4% memberikan nilai NDF terendah
(54,04%) walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2
(penambahan tetes 4%) yang mempunyai nilai NDF setelah
proses fermentasi sebesar 54,86%. Rusdy (2015) melaporkan
kandungan NDF dan ADF tetes (0, dan 0%), dedak (24,9 dan
12,3%) dan tepung gaplek (20 dan 0,16%). Secara umum
penambahan bahan RAC seperti tetes, dedak dan tepung gaplek
memberikan pengaruh yang bersifat aditif pada produk silase.
Disamping itu selama proses fermentasi kemungkinan terjadi
penguraian fraksi serat (NDF, ADF, hemiselulosa, selulosa, dan
lignin) baik pada bahan aditif maupun kulit ketela pohon
menjadi gula-gula sederhana dengan tingkat penguraian yang
bervariasi (Sebolai et al., 2011). Dengan adanya variasi tingkat
penguraian fraksi serat pada bahan aditif (tetes, dedak dan
tepung gaplek), hal ini dicerminkan dengan adanya variasi
konsentrasi ADF dan NDF silase kulit ketela pohon seperti
terlihat pada Tabel 4.
Penambahan aditif terhadap silase kulit ketela pohon
bertujuan sebagai sumber karbohidrat atau energi untuk bakteri
sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. Hal
ini didukung oleh Nevi (2004) menyatakan penambahan zat
aditif digunakan untuk meningkatkan protein atau karbohidrat
25
pada material pakan, biasanya kualitas pakan yang rendah
memerlukan aditif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak.
Pada penambahan tepung gaplek sebanyak 2% menghasilkan
nilai NDF tertinggi dari semua perlakuan yaitu sebesar 65,63%
dan 65,22%. Tingginya NDF pada tepung gaplek dikarnakan
tingginya kandungan serat dan adanya kandungan hemiselulosa
pada tepung gaplek. tepung gaplek dihasilkan dari limbah umbi
ketela pohon.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan
memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
kandungan ADF silase kulit ketela pohon. Seperti telah
disinggung sebelumnya bahwa peningkatan level pemberian
untuk masing-masing aditif cenderung meningkatkan
koonsentrasi ADF. Nilai ADF tinggi akan berdampak pada
menurunnya kecernaan pakan. ADF adalah serat tidak larut
karena terdiri dari selulosa dan lignin, dimana lignin adalah
salah satu fraksi serat yang tidak dapat dicerna oleh mikroba
rumen. Menurut Sebolai et al. (2011) penggunaan bahan aditif
bisa menyebabkan terjadinya penurunan nilai NDF dan ADF
silase. Penelitian yang dilakukan oleh Masturi (2004)
melaporkan bahwa adanya bahan aditif mengakibatkan
penurunann nilai NDF dari 69,1% menjadi 61,6%. Dalam
penelitian tersebut, penambahan urea + tetes menurunkan
secara nyata (P < 0.05) kandungan NDF dari 74,55% menjadi
70,73%. Yunus dkk. (2000) melaporkan bahwa penambahan
tetes atau urea+tetes menurunkan nilai NDF dan ADF silase
rumput gajah, sementara nilai rata-rata kecernaan in vitro
meningkat dari 62% menjadi 64%. Seperti diketahui bahwa
NDF dan ADF merupakan komponen dinding sel bahan pakan
yang dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan turunnya
nilai kecernaan bahan pakan tersebut (Van Soest, 1994). Oleh
26
karena itu pembuatan silase dengan menambahkan bahan aditif
perlu dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya
penurunan kandungan dinding sel tersebut (NDF dan ADF).

4.5. Kandungan Asam Sianida (HCN) Silase Kulit Ketela


Pohon
Data kandungan asam sianida (HCN) silase kulit ketela
pohon disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan asam sianida kulit ketela pohon sebelum


dan setelah dibuat silase
Sampel Kandungan HCN (mg/L)
Kulit Ketela Pohon 67,74±0,01
Kandungan HCN (mg/L)
Perlakuan
Silase Kulit Ketela Pohon
P0 62,36±1,17e
P1 58,40±0,99d
P2 53,26±1,00c
P3 48,85±1,16b
P4 53,92±1,85c
P5 44,88±1,70a
P6 46,87±1,16ab
Keterangan : Notasi yang berbeda pada superskrip di kolom
yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01).

Hasil analisis statistik seperti disajikan pada Lampiran


13 menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh
sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan asam sianida silase
kulit ketela pohon. Kandungan HCN kulit ketela pohon sebelum
proses silase adalah 67,74 mg/L setelah dilakukan proses
fermentasi kandungan HCN menurun menjadi 62,36 mg/L.
Seperti terlihat pada Tabel 5 bahwa penambahan bahan aditif
27
pada proses silase dapat menurunkan kandungan asam sianida,
dan perlakuan penambahan tepung gaplek 2% (P5) dan 4%
(P6) menghasilkan kandungan HCN lebih redah (44,88 da
46,87%) dibandingkan perlakuan yang lain. Mhone et al. (2004)
melaporkan bahwa kandungan HCN kulit ketela pohon yang
dibuat silase mempunyai kandungan HCN lebih rendah
dibandingkan dengan apabila disajikan dalam bentuk aslinya.
Man and Wiktorsson (2002) menyatakan bahwa saat dilakukan
proses pelayuan dan penekanan dalam membuat kondisi
anaerob memberikan lingkungan yang memungkinkan terjadi
penurunan kandungan HCN yaitu karena reaksi enzim
linamarase pada glukosida setelah terjadi kehilangan integritas
sel atau kerusakan jaringan dari bahan kulit ketela pohon yang
dibuat silase. Konsentrasi HCN silase kulit ketela pohon yang
dihasilkan pada penelitian ini masih bisa dikatakan pada
konsentrasi aman karena konsentrasi HCN ≤ 100 mg/L ternak
domba masih belum mengalami keracunan (Oni et al., 2014).

28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasi penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Penambahan bahan aditif pada silase kulit ketela pohon
berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kandungan LK, NDF,
ADF dan HCN, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
kandungan SK.
2. Kandungan HCN terendah terjadi pada silase kulit ketela
pohon dengan penambahan aditif tepung gaplek 2% yaitu
menurunkan kandungan asam sianida menjadi 44,88±1,70
dengan perlakuan penambahan tepung gaplek sebanyak 2%.

5.2 Saran
Disarankan agar menggunakan bahan aditif tepung
gaplek sebesar 2% untuk menghasilkan silase kulit kulit ketela
pohon dengan kandungan HCN yang rendah dan aman untuk
digunakan sebagai pakan ternak ruminansia.

29
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiarto, S., 2010. Pengaruh Pemanfaatan Limbah Kulit


Ketela pohon Dalam Pembuatan Pelet Ransum
Unggas. Jurnal Teknologi Lingkungan, 11(1) : 127-
138.

Atika, T. and Sutrisna, R., 2015. Pengaruh Penambahan


Tepung Gaplek dengan Tingkat Berbeda Terhadap
Kandungan Nutrisi Silase Limbah Sayuran. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu, 3(3).

Amrullah. I.K. 2003. Nutrisi ayam petelur. Bogor : Lembaga


satu gunung budi

Anas, S dan Andy. 2010. Kandungan NDF dan ADF silase


campuran jerami jagung (zea mays) dengan
beberapa level daun gamal (Gliricidia maculate).
Jurnal aggrisistem. 6(2):77-81.

Anas, M.R. And Syahrir, S., 2017. Pengaruh Penggunaan


Jenis Aditif Sebagai Sumber Karbohidrat Terhadap
Komposisi Kimia Silase Rumput Mulato. Agrisains,
18(1).

Ariani, L.N., Estiasih, T dan Martati, E., 2017. Karakteristik


sifat fisiko kimia ubi kayu berbasis kadar sianida.
Jurnal Teknologi Pertanian, 18(2) : 119-128.

30
Ariyani, A., Putri, A.R., Eka, R.P. dan Fathoni, R., 2017.
Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku
Arang Aktif Dengan Variasi Konsentrasi Naoh Dan
Suhu. Konversi, 6(1) : 7-10.

AOAC. 2005. Offficial Methods Of Analysis 18th Edn.


Association Of Agricultural Chemist. Washington,
DS.

Bakrie, B., Sastro, Y., Bahar, S., Sente, U dan Andayani, D.,
2014. Perbandingan Efektifitas Penambahan
Onggok atau Tepung Sinkong dalam Pembuatan
Silase Limbah Sayuran. Buletin Pertanian
Perkotaan, 4(1) : 1-12.

Chuzaemi, S 2002. Arah dan Sasaran Penelitian Nutrien


Sapi Potong di Indonesia. Workshop Sapi Potong.
Lolit Sapi potong.

Crampton, E.W dan L.E Haris. 1969. Applied Animal


Nutrision 1st E.d. The Ensminger Publishing
Company. California, U.S.A.

Desnita, D., Widodo, Y dan Tantalo, S., 2015. Pengaruh


Penambahan Tepung Gaplek dengan Level yang
Berbeda terhadap Kadar Bahan Kering dan Kadar
Bahan Organik Silase Limbah Sayuran. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu, 3(3).

31
Fahmi, A., 2013. Pengaruh Penambahan Molases Terhadap
Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar
Padatan Lumpur Organik Unit Gas Bio (Doctoral
dissertation, Universitas Brawijaya).

Fitri, D., dan Rara, A., 2018. Kandungan asam sianida


dendeng dari limbah kulit ketela pohon. Jurnal
Dunia Gizi. Vol 1(1) : 20-29.

Hidayat, N., 2014. Karakteristik dan Kualitas Silase Rumput


Raja Menggunakan Berbagai Sumber dan Tingkat
Penambahan Karbohidrat Fermentable. Agripet.
14(1) : 42 – 50

Hanafi, N.D., 2004. Perlakuan Silase dan Amoniasi Daun


Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Pakan Domba.
USU Digital Library.

Hartadi. H., Reksohadiprojo, S dan Tillman, A.D., 1993.


Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Cetakan
III. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Herawati, E dan Royani, M., 2017. Kualitas Silase Daun


Gamal dengan Penambahan Molases Sebagai Zat
Aditif. Indonesian Journal of Applied Sciences.
7(2).

32
Jasin, I., 2017. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan
Inokulum Bakteri Asam Laktat dari Cairan Rumen
Sapi Peranakan Ongole Terhadap Kandungan
Nutrisi Silase Rumput Gajah. Jurnal Peternakan.
11(2) : 59-63.

Jones, C.M., A. Heinrichs., G.W Roth and V A Issler. 2004.


Forn harvest to feed : Understanding silage
management. Pensylenia state university.

Kompiang, I.P., A.P Sinurat., S. Kompiang., T.Purwadaria


and J.Darma. 1994. Nutrition Value of Protein
Enriched Cassava:Cassapro. Jurnal ilmu ternak
veteriner. 7(2) : 22-25.

Kusmartono, Chuzaemi, S dan Hartutik. 2010. Strategi


Pengembangan Ternak Domba Ekor Gemuk (DEG)
Berbasis Tanaman Ketela Pohon di Dataran Rendah
dan Dataran Tinggi. Laporan Penelitian Unggulan
Perguruan Tinggi.

Kusmartono, Retnaningrum, S., Mashudi, Harper. K.J and


Poppi D.P., 2020. Improving Live Weight Gain of
Crossbred Limousin Bulls with Dietary Cassava
Peel Silage. Submitted to Journal of Animal. Pp.10

Kusnandi, H. 2012. Teknologi Pengawetan Hijauan


Makanan Ternak (HMT) dan Limbah Pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Ternak Bengkulu.
Bengkulu.

33
Larangahen, A., Bagau B., Imbar M.R. dan Liwe H., 2016.
Pengaruh Penambahan Molases Terhadap Kualitas
Fisik dan Kimia Silase Kulit Pisang Sepatu (Mussa
paradisiaca formatypica). Zootec. 37(1) : 156-166.

Makmur, I., 2006. “Kandungan Lemak Kasar dan BETN


Silase Jerami Jagung (Zea mays L) dengan
Penambahan Beberapa Level Limbah WHEY”.
Skripsi Sarjana, Makassar: Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin

Man, N.V. and Wiktorsson, H., 2002. Effect of Molasses on


Nutritional Quality of Cassava and Gliricidia Tops
Silage. Asian-Australasian Journal of Animal
Sciences. 15(9) : 1294-1299.

Masturi,S. 2004. Effects of legume, molasses and urea


inclusion on the quality of Dwarf Napier and King
Grass silages.

McDonald, P., Henderson, A.R. and Heron, S.J.E., 1991.


The biochemistry of silage. Chalcombe
publications.

Mhone, A., Phiri, Mahungu, Whyte, Sandifolo, Moyo and


Jumbo. 2004. Nutritional value of cassava silage for
dairy cattle feed. In: Proceedings of the 9th Triennial
Symposium jointly organized by the ISTRC-AB and
Kenya Agricultural Research Institute. Edited by
N.M. Mahungu and V.M. Manyong.Kenya, 1-5
November

34
National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of
Diary Cattle. 7th Ed. National Academy Press.
Washington D.C.

Oktaviani, S. 2012. Kandungan ADF dan NDF Jerami Padi


yang Direndam Air Laut dengan Lama Perendaman
Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Hassanudin. Makasar.

Oni, A.O., Sowande, O.S., Oni, O.O., Aderinboye, R.Y.,


Dele, P.A., Ojo, V.O.A., Arigbede, O.M. and
Onwuka, C.F.I., 2014. Effect of Additives on
Fermentation of Cassava Leaf Silage and Ruminal
Fluid of West African Dwarf Goats. Archivos de
zootecnia. 63(243) : 449-459.

Pioneer. 1991. Silage Technology. A Trainer Manual.


Pioner Development Foundation for Asia and The
Pasific Inc : 15 – 24.

Pratiwi, I and Muhtarudin F. 2015. The Effect of Different


Additioning Starter to Making Silage of Crude
Fiber Content, Crude Fat, Water Content, and
Material Extract Without Nitrogen Silage.
Scientific Journal. Department of Animal
Husbandry Faculty of Agriculture Lampung
University. 3(3) : 116-120

Purwono. 2009. Budidaya 8 jenis tanaman unggul.


Jakarta:Penebar swadaya.

35
Putriani, A. 2015. Pengaruh Penambahan Molases Pada
Ensilase Kulit Singkong (Manihot Esculenta)
Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Kecernaan
Bahan Organik Secara In Vitro. Students E-
Journal, 4(2).

Prasojo, R. 2017. Pengaruh penambahan pollard dan bekatul


dalam pembuatan silase rumput odot (pennisetum
purpureum cv. Mott) terhadap pH dan kandungan
nutrient. Skripsi. Universitas brawijaya. Malang.

Rustandi, D., Tulung, Y.R.L dan Malalantang, S.S., 2015.


Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Tepung
Jagung Terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput
Gajah. Zootec. 35(1) : 21 – 29.

Rochman, A., 2015. Perbedaan Proporsi Dedak Dalam


Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram
Putih (Pleurotus Florida). Jurnal Agribis, 11(13),
P.56.

Rukmana, R. 2004. Silase dan permen ternak ruminansia.


Kanisius. Yogyakarta

Santosa, H.P., Arifin, H.D dan Mudawaroch, R.E., 2015.


Pengaruh Perbedaan Rasio EM4 dan Tetes Tebu
pada Silase Daun Ketela Karet (Manihot glaziovii)
terhadap Kadar Protein, Serat Kasar dan Lemak.
Jurnal. Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Muhamadiyah, Purwokerto.
4(1)

36
Sebolai, T.M., Aganga, A.A., Nsinamwa, M. and Moreki,
J.C. 2012. Effects of different silage preservatives
on silage quality of Pennesitum Purpureum
harvested at different harvesting periods. Journal
of Animal and Feed Resources. 2 (2): 139-144

Simbolon, N., Pujaningsih, R.I dan Mukodiningsih, S.,


2016. Pengaruh berbagai pengolahan kulit singkong
terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik
secara in vitro, protein kasar dan asam
sianida. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 26(1) : 58-
65.

Sugiyono dan Wahyuni, S., 2014. Kualitas Silase Rumput


dengan Penambahan Inokulum Bakteri Asam Laktat
dari Ekstrak Rumput Tropik Fermentasi pada
Berbagai Sumber Karbohidrat yang Berbeda.
Universitas Darul Ulum. Ungaran.

Sumarsih, S., Sutrisno dan Sulistiyanto., 2009. Kajian


Penambahan Tetes Sebagai Aditif Terhadap
Kualitas Organoleptik dan Nutrisi Silase Kulit
Pisang (Study on Molasses as Additive at
Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell
Silage). In Prosiding Seminar Nasional
Kebangkitan Peternakan–Semarang, 20 Mei
2009 (Pp. 208-211). Fakultas Peternakan Undip
Semarang.

37
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi :
Analisis Proksimat dan Analisis Serat. Fakultas
peternakan Universitas Jambi. Jambi.

Tillman, A.D., Hartadi, H., Reksohadiprodjo, S.,


Prawirokusumo, S., Lebdosoekodjo, S., 1991. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Cetakan ketiga. Gajah
Mada University Press : Yogyakarta.

Van Soest, P.J. 1994. Nutritional Ecology of the Ruminant.


2nd Edition, Cornell University Press, Ithaca, 476.

Yuningsih, Y., 2012. Keracunan Sianida pada Hewan dan


Upaya Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian.
31(1) : 21 – 25.

38
LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Silase


Bahan :

1. Kulit Ketela pohon


2. Molases
3. Dedak
4. Tepung Gaplek

Alat :

1. Silo
2. Trashbag
3. Ember
4. Timbangan
5. Kaleng
6. pH meter
7. Termometer
8. Vacuum

Prosedur :

1. Ditimbang kulit ketela pohon yang sudah di angin


anginkan sebanyak 5 kg menggunakan ember
2. Ditimbang RAC sesuai dengan perlakuan
3. Dicampurkan masing masing RAC dengan kulit ketela
pohon
4. Dimasukan campuran kulit ketela pohon dan RAC
kedalam plastic silo
5. Dilakukan vacuum sampai tidak ada udara di dalam
plastic silo
6. Dipadatkan menggunakan kaleng

39
7. Diikat plastik silo
8. Dilakukan pemeraman selama 21 hari

40
Lampiran 2. Prosedur Analisa Kandungan Serat Kasar
(AOAC, 2005)

Prinsip :

Serat kasar merupakan senyawa yang tidak larut jika


direbus terus menerus dalam larutan H2SO4 0,3N dan NaOH 1,5
N. Tujuan penambahan H2SO4 untuk mengurangi senyawa N
dalam pakan. Penambahan NaOH untuk mengurangi
penyabunan senyawa lemak sehingga mudah larut. Sisa bahan
pakan yang tidak tercerna kemudian ditimbang dan di abukan.
Perbedaan berat residu menunjukkan jumlah serat yang terdapat
dalam suatu bahan pajan.

Alat :

1. Timbangan Analitik
2. Beaker Glass Khusus SK
3. Kompor
4. Cawan Krusibel
5. Eksikator
6. Oven 105°C
7. Tanur 550-600°C

Bahan :

1. H2SO4 0,3 N
2. EDTA
3. HCL 0,3 N
4. NaOH 1,5 N
5. Aquadest
6. Aceton
7.

41
Prosedur :

1. Timbang kertas minyak, misal beratnya A gram. Ambil


sampel kira-kira 1 gram taruh diatas kertas minyak dan
timbang kembali, misal beratnya B gram. Tuangkan
sampel (kertas minyak tidak diikutkan) dalam beaker
glas khusus untuk analisa serat kasar dan tambahkan
H2SO4 0,3 n sebanyak 50 ml dengan menggunakan
gelas ukur, didihkan selam 30 menit.
2. Selanjutnya dengan cepat ditambahkan 25 ml NaOH
1,5 n dan didihkan lagi selama 25 menit tepat.
3. Dengan cepat pula ditambah 0,5 gram EDTA kemudian
didihkan lagi selama 5 menit tepat.
4. Matikan tombol pemanas. Ambil beaker glas.
5. Saring dengan cawan filtrasi yang sebelumnya sudah
diisi dengan pasir.
6. Bersihkan beaker glas dengan aquadest panas sesedikit
mungkin sampai semua larutan masuk ke cawan
filtrasi.
7. Lalu tambahkan 50 ml HCl 0,3 n diamkan 1 menit lalu
dihisap dengan pom vacuum.
8. Ditambah dengan 10 ml aquadest panas (sampai 5 kali).
9. Kemudian ditambahkan lagi 40 ml aceton, diamkan 1
menit lalu dihisap sampai kering.
10. Selanjutnya dioven pada t = 105 ºC selama 1,5 jam,
kemudian masukkan ke dalam eksikator selama 1 jam
dan ditimbang dengan teliti (beratnya C gram).
11. Setelah itu masukkan ke dalam tanur 550 – 600 ºC
selama 2 jam, keluarkan dengan tang penjepit dan
masukkan kembali ke dalam eksikator, diamkan selama
1 jam dan timbanglah dengan teliti (beratnya D gram).

42
Perhitungan :
C−D
Kadar Serat Kasar = B−A
× 100 %

43
Lampiran 3. Prosedur Analisa Kandungan Lemak
Kasar (AOAC, 2005)

Prinsip :

Eter dipanaskan terus menerus kemudian didinginkan


secara kondensasi akan mengekstrak semua bahan-bahan yang
larut dalam eter. Bahan ekstraksi dikumpulkan dalam suatu
tabung. Jika proses sudah selesai (4 jam). Eter dikumpulkan
ditempat lain dan sisa lemak kasar dikeringkan dalam oven,
setelah dingin ditimbang.
Lemak adalah sekelompok zat-zat yang tidak larut dalam
air tetapi larut dalm eter, kloroform, dan benzene. Yang
termasuk dalam golongan lipida adalah lemak, fosfatida,
seterol, dll. Lemak merupakan bagian yang terpentin dari
golongan zat-zat tersebut.
Lemak mengandung C, H, dan O. dalam
perbandingannya lemak lebih banyak mengandung C dan H
daripada O, misalnya C57H110O6. Lemak memberikan 2,25 kali
energy lebih banyak disbanding dengan karbohidrat jika
mengalami metabolism karena lemak mengandung unsur H
lebih banyak daripada unsur O.
Alat :

1. Alat ekstraksi Goldfish


2. Beaker glas khusus untuk lemak
3. Alat porselin atau selongsong S
4. Gelas ukur
5. Oven vacuum 80 ºC
6. Timbangan analitis
7. Eksikator
8. Penjepit
44
Bahan :

1. N-hexan
2. Batu didih
Prosedur :

1. Masukan beaker glas yang sudah diberi 2 -3 buah batu


didih ke dalam oven dengan suhu 105 ºC selama 1 jam.
2. Ambil beakerglas dan masukkan dalam eksikator
selama 1 jam. Pekerjaan ini biasanya sudah dilakukan
oleh laboran.
3. Timbang kertas saring bebas abu, misal A gram. Ambil
sampel kira 3 – 5 ggram taruh diatas kertas saring dan
ditimbang kembali, misal beratnya B gram. Bungkus
sampel dengan menggunakan kertas saring tersebut,
kemudian masukkan sampel ke dalam alat porselin atau
selongsong S.
4. Ambil beakerglas khusus untuk analisa lemak dari
eksikator dan ditimbang, misal beratnya C gram. Isi
beakerglas dengan 50 ml n-hexan dengan
menggunakan gelas ukur.
5. Kemudian beakerglas dan alat porselin (atau
selongsong S) dipasang ke alat ekstraksi Goldfish, dan
di ekstraksi selama 4 jam.
6. Ambil alat porselin atau selongsong S dengan sampel
dang anti dengan labu khusus untuk mengumpulkan
hexan lagi, sampai hexan dalam beakerglas tinggal
sedikit saja.
7. Beakerglas yang telah berisi lemak dimasukkan ke
dalam oven vacuum 80 ºC.
8. Lalu dihisap udara dari oven, beakerglas di oven selama
1,5 jam.
45
9. Beaker glas dimasukkan ke dalam eksikator selama 1
jam, dan ditimbang dengan teliti, misal beratnya D
gram.

Perhitungan :
D−C
Kadar Lemak = B−A
× 100 %

46
Lampiran 4. Prosedur Analisis Kandungan Acid
Detergent Fiber (ADF) (Van Soest, 1994)

Alat :

1. Timbangan Analitik
2. Beaker Glass Khusus SK
3. Kompor
4. Cawan Krusibel
5. Eksikator
6. Oven 105°C
7. Tanur 550-600°C

Bahan :

1. Larutan ADF
2. Aceton

Prosedur :

1. Ditimbang sampel sebanyak 0.5


2. Dimasukkan ke dalam gelas beaker 500 mL
3. Ditambahkan sebanyak 100 mL larutan ADF
4. Dipanaskan selama 5 sampai 6 menit sampai mulai
panas kemudian dihitung waktu pemanasannya selama
60 menit sambil di reflux dengan aliran air.
5. Setelah 60 menit pendidihan Bahan larutan disaring
secara pelan-pelan menggunakan cawan krusibel
6. Sampel dibilas dengan aquades panas 150 ml dan
dengan aseton 40 ml kemudian dapat dikeringkan.
7. Gelas penyaring dikeringkan minimal selama delapan
jam pada oven suhu 105 °C

47
8. Setelah ditimbang akan didapatkan berat kering residu
NDF, kemudian sampel dibakar dalam tanur 550 °C
cukup selama tiga jam, lalu dipindahkan ke dalam oven
sampai suhunya kembali menjadi 105 °C kemudian
ditimbang. Bahan yang tersisa pada gelas penyaring
adalah abu dari dinding sel.

48
Lampiran 5. Prosedur Analisis Kandungan Neutral
Detergent Fiber (NDF) (Van Soest, 1994)

Alat :

1. Timbangan Analitik
2. Beaker Glass Khusus SK
3. Kompor
4. Cawan Krusibel
5. Eksikator
6. Oven 105°C
7. Tanur 550-600°C

Bahan :

1. Larutan NDF
2. Aceton

Prosedur :

1. Ditimbang sampel sebanyak 0.5


2. Dimasukkan ke dalam gelas beaker 500 mL
3. Ditambahkan sebanyak 100 mL larutan NDF
4. Dipanaskan selama 5 sampai 6 menit sampai mulai
panas kemudian dihitung waktu pemanasannya
selama 60 menit sambil di reflux dengan aliran air.
5. Setelah 60 menit pendidihan Bahan larutan disaring
secara pelan-pelan menggunakan cawan krusibel
6. Sampel dibilas dengan aquades panas 150 ml dan
dengan aseton 40 ml kemudian dapat dikeringkan.
7. Gelas penyaring dikeringkan minimal selama
delapan jam pada oven suhu 105 °C

49
8. Setelah ditimbang akan didapatkan berat kering
residu NDF, kemudian sampel dibakar dalam tanur
550 °C cukup selama tiga jam, lalu dipindahkan ke
dalam oven sampai suhunya kembali menjadi 105
°C kemudian ditimbang. Bahan yang tersisa pada
gelas penyaring adalah abu dari dinding sel.

50
Lampiran 6. Analisis HCN dengan Metode
Spektrofotometri (Sudarmadji dkk., 2003)

Prinsip kerja:
Prinsip kerja metode ini adalah sianida alam contoh
diubah menjadi cianogen chloride
(CNCl) karena bereaksi dengan hloramin T pada pH
kurang dari 8 terhidrolisa menjadi cianat. Setelah bereaksi
secara purna, CNCl membentuk warna merah biru dengan
asam barbiturat dalam piridin dan warna yang terjadi dibaca
pada panjang gelombang 578 nanometer.

Alat dan Bahan:


Alat :
1. Neraca
2. Gelas Ukur
3. Erlenmeyer
4. Gelas Arloji
5. Penanggas Air
6. Mortar
7. Pipet Ukur
8. Kertas Saring
Bahan :
1. Kulit Ketela Pohon
2. Silase Kulit Ketela Pohon
3. Larutan Asam Tartrat 5%
4. Larutan Asam Pikrat Jenuh
5. Larutan Na2 CO3 8 %

Prosedur kerja:

51
1. Ditumbuk sampel hingga halus dan dimasukan 25 gram
ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan asam tartrat 5% sebanyak 10 ml
3. Dicelupkan kertas saring kedalam larutan asam pikrat
jenuh dan dikeringkan diudara (diangin anginkan)
4. Dibasahi kertas saring yang telah dianginkan dan
dibasahi dengan Na2CO3 8%
5. Gantungkan kertas saring pada leher Erlenmeyer yang
berisi larutan sampel
6. Ditutup Erlenmeyer sedemikian rupa sehingga kertas
saring tidak bersinggungan dengan larutan
7. Dipanaskan erlenmeyer yang berisi campuran diatas
pemanas air 50°C selama 15 menit
8. Diamati perubahan pada kertas saring jika warna pikrat
menjadi merah.
9. Dibaca dengan alat spektrofotometri pada panjang
gelombang 578 nanometer

52
Lampiran 7. Analisis Sidik Ragam Serat Kasar (SK) Silase
Kulit Ketela Pohon Kandungan SK silase
Kulit Ketela Pohon

Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan

P0 10,24 10,36 11,25 31,85 10,62 0,55

P1 10,96 10,06 9,37 30,40 10,13 0,80

P2 8,98 8,98 10,13 28,08 9,36 0,66

P3 10,51 11,18 10,71 32,40 10,80 0,34

P4 10,40 10,83 9,79 31,03 10,34 0,52

P5 10,66 10,83 9,63 31,12 10,37 0,65

P6 10,07 10,28 10,28 30,63 10,21 0,12

total 71,83 72,51 71,16 215,51 71,84 3,64

Uji Rancangan Acak Lengkap


Faktor Koreksi = (ƸYij)²/(t x r)
= (215,51)²/21
= 2211,62
JK Total = ƸYij²-FK
= (10,24²+…+…+10,28²) – 2211,62
= 8,19937

53
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((31,85²+…+30,63²)/3 – 2211,62
= 3,79768
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 8,19937 - 3,79768
= 4,4017
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 3,79768 / (t-1)
= 3,79768 / (7-1)
= 3,79768 / 6
= 0,63
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 4,4017 / 14
= 0,31
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 0,63/0,31
= 2,01

54
Analisa Ragam ANOVA
SK Db JK KT F 0,05 F 0,01
F Hitung
Perlakuan 6 3,80 0,63 2,01 2,85 4,46
Galat 14 4,40 0,31
Total 20
Keterangan : F Hitung < F Tabel 0,05 Perlakuan tidak
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
serat kasar (SK) silase kulit ketela pohon
(P>0,05)

55
Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Lemak Kasar (LK)
Silase Kulit Ketela Pohon

Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan
1,51
P0 1,80 1,22 4,54 1,51 0,29
1,31
P1 1,24 1,24 3,79 1,26 0,04

P2 1,27 1,28 1,22 3,77 1,26 0,03

P3 1,30 1,23 1,58 4,11 1,37 0,18

P4 1,15 1,18 1,14 3,47 1,16 0,02

P5 0,78 1,04 0,73 2,55 0,85 0,17

P6 1,32 0,90 1,02 3,23 1,08 0,22

total 8,65 8,68 8,14 25,47 8,49 0,96

Uji Rancangan Acak Lengkap


Faktor Koreksi = (ƸYij)²/(t x r)
= (25,47)²/21
= 30,88
JK Total = ƸYij²-FK
= (1,51²+…+…+1,02²) – 30,88
= 1,21

56
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((4,54²+3,79²+…+…+3,23²)/3
30,88
= 0,81
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 1,21 – 0,81
= 0,39
= 4,40
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 0,81 / (t-1)
= 0,81 / (7-1)
= 0,81 / 6
= 0,14
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 0,39 / 14
= 0,03
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 0,14/0,03
= 4,81

57
Analisa Ragam ANOVA
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
F Hitung
Perlakuan 6 0,81 0,14 4,81 2,85 4,46
Galat 14 0,39 0,03
Total 20
Keterangan :
F Hitung > F Tabel 0,01 Perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap lemak kasar (LK) silase kulit ketela pohon (P>0,01)
Uji Jarak Berganda Duncan

SE Perlakuan = √(𝐊𝐓 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐭/𝐫)

0,03
= √( )
3

= 0,096934843
JNT 1%

JND 1% 4,210 4,391 4,508 4,591 4,654 4,703 4,743


JNT 1% 0,408 0,426 0,437 0,445 0,451 0,456 0,460

Perlakuan Rataan Notasi


P0 1,512 b
P1 1,263 ab
P2 1,257 ab
P3 1,371 b
P4 1,157 ab
P5 0,851 a
P6 1,078 ab

58
Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam data Perubahan
Kandungan SK Silase Kulit Ketela Pohon

Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan

P0 1,09 0,97 0,08 2,14 0,71 0,55

P1 0,29 1,20 1,89 3,38 1,13 0,80

P2 2,21 2,21 1,06 5,49 1,83 0,66

P3 0,87 0,20 0,67 1,74 0,58 0,34

P4 1,02 0,60 1,63 3,25 1,08 0,52

P5 0,62 0,45 1,64 2,71 0,90 0,65

P6 1,16 0,94 1,10 3,20 1,07 0,11

total 7,26 6,57 8,08 18,70 7,30 3,63

Uji Rancangan Acak Lengkap


Faktor Koreksi = (ƸYij)²/(t x r)
= (18,70)²/21
= 22,84
JK Total = ƸYij²-FK
= (1,09²+…+…+1,10²) – 22,84
= 7,31

59
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((2,14²+…+3,20²)/3 – 22,84
= 2,91
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 7,31 – 2,91
= 4,40
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 2,91 / (t-1)
= 2,91 / (7-1)
= 2,91 / 6
= 0,48
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 4,40 / 14
= 0,31
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 0,48/0,31
= 1,54

60
Analisa Ragam ANOVA
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
F Hitung
Perlakuan 6 2,91 0,48 1,54 2,85 4,46
Galat 14 4,40 0,31
Total 20
Keterangan : F Hitung < F Tabel 0,05 Perlakuan tidak
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
serat kasar (SK) silase kulit ketela pohon
(P>0,05)

61
Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam data Perubahan
Kandungan LK Silase Kulit Ketela Pohon

Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan

P0 0,81 1,10 0,52 2,44 0,81 0,29

P1 0,62 0,55 0,52 1,69 0,56 0,05

P2 0,59 0,60 0,54 1,73 0,58 0,03

P3 0,44 0,37 0,72 1,53 0,51 0,18

P4 0,14 0,16 0,12 0,42 0,14 0,02

P5 0,09 0,35 0,04 0,47 0,16 0,17

P6 0,63 0,21 0,34 1,18 0,39 0,22

total 3,32 3,35 2,78 9,44 3,15 0,97

Uji Rancangan Acak Lengkap


Faktor Koreksi = (ƸYij)²/(t x r)
= (9,44)²/21
= 4,25
JK Total = ƸYij²-FK
= (0,81²+…+…+0,34²) – 4,25
= 1,44

62
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((2,44²+3,79²+…+…+1,18²)/3 –
30,88
= 1,05
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 1,44 – 1,05
= 0,40
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 1,05 / (t-1)
= 1,05 / (7-1)
= 1,05 / 6
= 0,17
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 0,40 / 14
= 0,03
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 0,40/0,03
= 6,15

63
Analisa Ragam ANOVA
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
F Hitung
Perlakuan 6 3,80 0,63 2,01 2,85 4,46
Galat 14 4,40 0,31
Total 20
Keterangan :
F Hitung > F Tabel 0,01 Perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap lemak kasar (LK) silase kulit ketela pohon (P>0,01)
Uji Jarak Berganda Duncan

SE Perlakuan = √(𝐊𝐓 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐭/𝐫)

0,03
= √( 3
)

= 0,097212
JNT 1%

JND 1% 4,210 4,391 4,508 4,591 4,654 4,703 4,743


JNT 1% 0,409 0,427 0,438 0,446 0,452 0,457 0,461

Perlakuan Rataan Notasi


P0 0,812 b
P1 0,562 ab
P2 0,576 ab
P3 0,509 ab
P4 0,138 a
P5 0,158 a
P6 0,392 ab

64
Lampiran 11. Analisa Kandungan NDF Silase Kulit
Ketela Pohon

Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan

P0 26,43 26,88 26,16 79,47 26,49 0,36

P1 57,61 56,01 56,59 170,21 56,74 0,81

P2 55,33 54,93 54,32 164,58 54,86 0,51

P3 56,76 55,37 55,92 168,04 56,01 0,70

P4 53,44 54,60 54,06 162,11 54,04 0,58

P5 65,43 65,36 66,09 196,89 65,63 0,40

P6 64,62 66,36 64,68 195,66 65,22 0,99

total 379,63 379,50 377,83 1136,96 378,99 4,35

Uji Rancangan Acak Lengkap


Faktor Koreksi = (ƸYij)²/(t x r)
= (1136,96)²/21
= 61555,72
JK Total = ƸYij²-FK
= (26,43²+…+…+64,68²) – 61555,72
= 3095,88

65
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((79,47²+…+195,66²)/3 – 61555,72
= 3089,87
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 3095,88 – 3089,87
= 6,01
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 3089,87 / (t-1)
= 3089,87 / (7-1)
= 3089,87 / 6
= 514,98
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 6,01 / 14
= 0,43
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 514,98/0,43
= 1199,03

66
Analisa Ragam ANOVA
F
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
Hitung
Perlakuan 6 3089,87 514,98 1199,03 2,85 4,46
Galat 14 6,01 0,43
Total 20
Keterangan :
F Hitung > F Tabel 0,01 Perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap ADF silase kulit ketela pohon (P>0,01)
Uji Jarak Berganda Duncan

SE Perlakuan = √(𝐊𝐓 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐭/𝐫)

0,43
= √( 3
)

= 0,37837
JNT 1%

JND 1% 4,210 4,391 4,508 4,591 4,654 4,703 4,743


JNT 1% 1,593 1,661 1,706 1,737 1,761 1,779 1,795

Perlakuan Rataan Notasi


P0 26,49 a
P1 56,74 d
P2 54,86 bc
P3 56,01 cd
P4 54,04 bc
P5 65,63 e
P6 65,22 e
67
Lampiran 12. Analisa Kandungan ADF Silase Kulit
Ketela Pohon

Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan

P0 14,83 15,86 15,73 46,43 15,48 0,56

P1 15,83 16,83 15,93 48,58 16,19 0,55

P2 16,53 16,42 15,93 48,87 16,29 0,32

P3 16,53 16,42 17,05 49,99 16,66 0,34

P4 17,15 18,91 17,62 53,68 17,89 0,91

P5 17,25 18,29 17,04 52,59 17,53 0,67

P6 17,96 17,49 18,94 54,38 18,13 0,74

total 116,08 120,21 118,23 354,52 118,17 4,09

Uji Rancangan Acak Lengkap


Faktor Koreksi = (ƸYij)²/(t x r)
= (354,52)²/21
= 5985,13
JK Total = ƸYij²-FK
= (14,83²+…+…+18,94²) – 5985,13
= 22,85
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK

68
= ((46,43²+…+54,38²)/3 – 5985,13
= 17,52
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 22,85 – 17,52
= 5,33
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 17,52 / (t-1)
= 17,52 / (7-1)
= 17,52 / 6
= 2,92
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 5,33 / 14
= 0,38
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 2,92/0,38
= 7,68
Analisa Ragam ANOVA
F
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
Hitung
Perlakuan 6 17,52 2,92 7,68 2,85 4,46
Galat 14 5,33 0,38
Total 20
69
Keterangan :
F Hitung > F Tabel 0,01 Perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap ADF silase kulit ketela pohon (P>0,01)
Uji Jarak Berganda Duncan

SE Perlakuan = √(𝐊𝐓 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐭/𝐫)

0,38
= √( 3
)

= 0,3561
JNT 1%

JND 1% 4,210 4,391 4,508 4,591 4,654 4,703 4,743


JNT 1% 1,499 1,564 1,605 1,635 1,657 1,675 1,689

Perlakuan Rataan Notasi


P0 15,48 a
P1 16,19 ab
P2 16,29 abc
P3 16,66 bc
P4 17,89 abc
P5 17,53 bc
P6 18,13 c

70
Lampiran 13. Analisis Sidik Ragam Asam Sianida
(HCN)

Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan

P0 62,46 63,48 61,14 187,08 62,36 1,17

P1 59,49 57,55 58,17 175,21 58,40 0,99

P2 53,27 54,26 52,26 159,79 53,26 1,00

P3 49,96 47,64 48,96 146,56 48,85 1,16

P4 52,25 55,90 53,60 161,75 53,92 1,85

P5 45,32 46,32 43,01 134,65 44,88 1,70

P6 47,97 45,65 46,98 140,60 46,87 1,16

total 370,72 370,80 364,12 1105,64 368,55 9,04

Uji Rancangan Acak Lengkap


Faktor Koreksi = (ƸYij)²/(t x r)
= (1105,64)²/21
= 58211,42
JK Total = ƸYij²-FK
= (62,46+….+46,98²) – 58211,42
= 737,36

71
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((187,08+….+140,60²)/3 – 8211,42
= 712,64
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 737,36 – 712,64
= 24,71
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 712,64 / (t-1)
= 712,64 / (7-1)
= 712,64 / 6
= 118,77
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 24,71 / 14
= 1,77
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 118,7/ 1,77
= 67,29

72
Analisa Ragam ANOVA
F
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
Hitung
Perlakuan 6 712,64 118,77 67,29 2,85 4,46
Galat 14 24,71 1,77
Total 20
Keterangan :
F Hitung > F Tabel 0,01 Perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap kandungan asam sianida (HCN) silase kulit ketela
pohon (P>0,01)
Uji Jarak Berganda Duncan

SE Perlakuan = √(𝐊𝐓 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐭/𝐫)

= 0,76704
JNT 1%

JND 1% 4,21 4,391 4,508 4,591 4,654 4,703 4,743


JNT 1% 3,229 3,368 3,458 3,521 3,570 3,607 3,638

Perlakuan Rataan Notasi


P0 62,36 e
P1 58,40 d
P2 53,26 c
P3 48,85 b
P4 53,92 c
P5 44,88 a
P6 46,87 ab

73
Lampiran 14. Dokumentasi

Pembelian kulit ketela


pohon di daerah
Kromengan, Malang,
Jawa Timur.

Pengovenan kulit ketela


pohon untuk mengetahui
penyusutan dan grinding
sampel untuk uji
proksimat

74
Pembuatan Silase

75
76
Analisis Laboratorium
Serat Kasar, Lemak
Kasar, Acid Detergent
Fiber (ADF) dan
Neutral Detergent Fiber
(NDF)

77
78

Anda mungkin juga menyukai