i
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan Syukur Alhamdulillah kepada
Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Berbagai Zat
Aditif Terhadap Kandungan Zat Nutrisi dan Asam Sianida
Silase Kulit Ketela Pohon (Manihot esculenta)”. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan
skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada, Yang terhormat:
1. Ayah RM. Wisnu Sutoro, Ibu Endang Rukini, dan Adik
Damarendro yang telah memberikan dukungan dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta
penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kusmartono, selaku pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan selama proses penelitian maupun
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., IPU., ASEAN
Eng. selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya dan seluruh staf yang telah memberikan ijin
dan memberi pelayanan selama masa studi di Fakultas
Peternakan.
4. Bapak Dr. Khotibul Umam Al. A., S.Pt, MP. selaku
Ketua Jurusan Peternakan yang telah banyak
membantu dalam kelancaran selama proses studi.
5. Ibu Dr. Herly Evanuarini, S.Pt, MP., selaku Ketua
Program Studi Peternakan yang telah memberikan
pelayanan administrasi selama proses studi.
ii
6. Bapak Prof. Dr. Ir M. Nur Ihsan, MS dan Ibu Artharini
Irsyammawati, S.Pt.,MP., selaku penguji yang telah
memberikan banyak saran dalam skripsi ini.
7. Ibu Asri Nurul Huda, S.Pt., MP., M.Sc. Poespitasari
Hazanah Ndaru, S.Pt., MP dan Yuli Frita Nuningtyas
S.Pt.,M.Sc.,Mp., yang telah mengikutsertakan dalam
penelitian Hibah Guru Besar dan memberikan
pengarahan selama penelitian maupun penyusunan
skripsi.
8. Tim penelitian, Aprilia Dwi Kartika dan Aulya Chika
atas bantuan dan kerjasama yang baik selama penelitian
maupun penyusunan skripsi.
9. Keluarga Besar Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia Komisariat Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya terkhusus kepada Vicky Yusuf, Gita Tiara
dan Anas Rizki yang membantu selama proses
penelitian, memberikan semangat dan motivasi dalam
proses penelitian maupun penyusunan skripsi.
10. Rizki Dian Prasetyo, Fajar Yaumul Khaeir, Khansa
Padma dan Sri Monika yang selalu membantu dan
memberikan semangat dalam proses penelitian maupun
penyusunan skripsi.
11. Japfa Foundation yang telah memfasilitasi dalam
penelitian dan penulisan skripsi.
12. Teman teman dan semua pihak yang telah membantu
dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi
iii
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat yang
terkait dalam bidang peternakan.
Penulis
iv
EFFECT OF ADDITION VARIOUS ADDITIVES ON
NUTRIENT CONTENT AND CYANIDE ACID ON
CASSAVA PEEL SILAGE (Manihot esculenta)
ABSTRACT
The purpose of this research was to evaluate effects of
using different additives on crude fat (CFat), crude fibre (CF),
acid detergent fibre (ADF), neutral detergent fibre (NDF) and
reduction of cyanide acid (HCN) concentrations. The
treatments applied were: T0 = cassava peel (control), T1 =
cassava peel + 2% molasses, T2 = cassava peel + 4% molasses,
T3 = cassava peel + 2% rice bran, T4 = cassava peel + 4% rice
bran, T5 = cassava peel + 2% cassava flour, and T6 = cassava
peel + 4 % cassava flour, and 3 replications were used for each
treatment. The data obtained were subjected to analayis of
variance (ANOVA) using a completely randomized design
(CRD). The results showed that treatments highly significant
(P<0.01) CFat, ADF, NDF and HCN, but did not highly
significant (P>0.05) CF contents of cassava peel silage. The
increased concentrations of CFat ranged from 0.14 to 0.81%
and a highest increased was observed in T0, while the highest
decreased in ADF and NDF were observed in T0 (14,48%) and
T0(26,49%) repectively. The highest cyanide acid reduction of
cassava peel silage was observed in T5 (44,88%), followed by
T6 (46,87%), T3 (48,85%), T2 (53,26%), T4 (53,92%), T1
(58,40%) and T0 (62,36%). T4 treatment had the lowest NDF
v
concentration (54.04%), while the lowest ADF content among
the additive treatment is treatment of T1 (16.19%). Among the
treatments applied, HCN concentration of peel silage decreased
due to additive addition, and the lowest HCN concentration was
observed in the T5 treatment, namely with the addition of 2%
cassava flour (44.88%). It is concluded that the use of additives
increased the content of CFat, but lowered the concentration of
ADF, NDF and HCN. It is recommended to use cassava flour
2% as additive to produce cassava peel silage that contain low
HCN.
Keywords : Cassava peel, Silage, Cyanic acid.
vi
PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI ZAT ADITIF
TERHADAP KANDUNGAN ZAT NUTRISI DAN ASAM
SIANIDA SILASE KULIT KETELA POHON
(Manihot esculenta)
RINGKASAN
Ketela pohon adalah produk hasil pertanian yang
limbahnya dapat digunakan sebagai pakan ternak. Limbah
agroindustri tanaman ketela pohon terdiri atas batang, daun dan
kulit ketela pohon. Produksi ketela pohon di Indonesia adalah
21.804.415 ton dengan konversi kulit ketela pohon 20% maka
kulit ketela pohon yang menjadi limbah sebanyak 4.360.283
ton. Pakan menjadi faktor yang menentukan produktifitas
ternak karena biaya pakan mencapai 70% dari biaya produksi.
Salah satu solusi untuk mengatasi pakan yaitu dengan
memanfaatkan limbah pertanian, antara lain berupa kulit ketela
pohon sebagai pakan ternak.
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2019 –
Januari 2020. Pembuatan silase dilakukan di Laboratorium
Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Uji Proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi
dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya dan Uji Analisa sianida dilakukan di Laboratorium
Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Materi yang
vii
digunakan adalah kulit ketela pohon, berbagai zat aditif (dedak,
tepung gaplek dan molases).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Pembuatan silase kulit ketala pohon terdiri dari 7 perlakuan
dengan 3 ulangan. Adapun perlakuan penelitian adalah sebagai
berikut P0 = kulit ketela pohon tanpa penambahan bahan aditif;
P1 = kulit ketela pohon + molases 2%; P2 = kulit ketela pohon +
molases 4%; P3 = kulit ketela pohon + dedak 2%; P4 = kulit
ketela pohon + dedak 4%; P5 = kulit ketela pohon + tepung
gaplek 2% dan P6 = kulit ketela pohon + tepung gaplek 4%.
Variabel yang diamati meliputi kandungan nutrisi Lemak
Kasar, Serat Kasar, NDF, ADF dan Asam Sianida (HCN) silase
kulit ketela pohon. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan
Analis sidik ragam (ANOVA) dan apabila ada perbedaan yang
nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
kandungan LK, ADF, NDF dan HCN, tetapi tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap kandungan SK silase kulit ketela
pohon. Peningkatan konsentrasi LK berkisar dari 0,14 hingga
0,81% dan peningkatan tertinggi diamati pada P0. Demikian
pula konsentrasi NDF dan ADF terendah terjadi pada perlakuan
P0 yaitu 26,49% dan 14,48%. Diantara perlakuan yang
menggunakan aditif perlakuan P4 mempunyai konsentrasi NDF
terendah yaitu perlakuan P4 (54,04%), sedangkan kandungan
ADF terendah diantara perlakuan aditif adalah perlakuan P1
(16,19%). Konsentrasi HCN menurun dengan perlakuan
penambahan aditif dan konsentrasi HCN terendah diamati pada
perlakuan P5 yaitu dengan penambahan tepung gaplek 2% yaitu
sebesar 44,88%.
viii
Disimpulkan bahwa penggunaan aditif meningkatkan
kandungan LK, tetapi menurunkan konsentrasi ADF, NDF dan
HCN. Disarankan untuk menggunakan tepung gaplek 2%
sebagai aditif untuk menghasilkan silase kulit ketela pohon
dengan kandungan HCN yang rendah.
ix
DAFTAR ISI
Isi Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................... 2
1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................... 3
1.5 Kerangka Pikir .............................................................. 3
1.6 Hipotesis ........................................................................ 5
x
2.2 Silase ............................................................................. 7
2.3 Bahan Aditif .................................................................. 9
2.3.1 Molases ............................................................... 10
2.3.2 Dedak .................................................................. 11
2.3.3 Tepung Gaplek .................................................... 12
2.4 Kandungan Nutrien Silase ........................................... 12
2.5 Neutral Detergent Fiber (NDF) ................................... 13
2.6 Acid Detergent Fiber (ADF) ....................................... 13
2.7 Asam Sianida (HCN) .................................................. 14
xi
4.3 Perubahan kandungan LK silase kulit ketela pohon ... 23
4.4 Kandungan Neutral Detergant Fiber (NDF) dan
Acid Detergant Fiber (ADF) Silase
Kulit Ketela Pohon ...................................................... 24
4.5 Kandungan Asam Sianida (HCN)
Silase Kulit Ketela Pohon .......................................... 27
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
keracunan bagi ternak jika dikonsumsi oleh ternak lebih dari
batas normal. Nilai HCN yang aman dicerna oleh ternak tidak
boleh dari 50 ppm. (Simbolon, Pujaningsih, dan
Mukodiningsih., 2016). Hasil penelitian Simbolon dkk (2016)
menyimpulkan bahwa kulit ketela pohon mengandung 109 ppm
kandungan sianida (HCN), cara untuk menurunkan kandungan
HCN pada kulit ketela pohon dengan cara pengeringan,
perendaman, pengkukusan dan fermentasi. Salah satu Teknik
pengolahan fermentasi pakan untuk ternak adalah silase.
Menurut Rukmana (2004) silase merupakan hijauan segar atau
limbah pertanian yang disimpan dalam keadaan segar dengan
kadar air 60-70% disimpan didalam tempat dalam kondisi
kedap udara atau anaerob, dapat disimpan lama dan dapat
dikonsumsi ternak. Proses fermentasi dapat meningkatkan nilai
nutrien pada kulit ketela pohon. Silase yang baik memiliki ciri-
ciri yaitu bau asam, pH 4-4.5 dan tidak berjamur.
Penelitian ini mengenai subtitusi berbagai bahan aditif
(molases, dedak dan tepung gaplek) dalam silase kulit ketela
pohon yang bertujuan untuk mengetahui perubahan kandungan
zat nutrisi dan kandungan HCN silase kulit ketela pohon
(Manihot esculenta)”.
4
Kulit Ketela
Pohon
• pH turun 4,0-4,2
• Bakteri Asam
Laktat
1.6 Hipotesis
Penambahan zat aditif pada silase kulit ketela pohon
diduga dapat menaikan atau menurunkan kandungan nutrisi
dan kandungan asam sianida (HCN) yang terdapat pada
silase kulit ketela pohon.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Silase
Silase merupakan bahan pakan hijauan atau limbah
pertanian yang disimpan dalam keadaan segar dalam kondisi
anaerob. (Atika, Liman dan Rudy, 2015). Hijauan yang akan
dibuat silase memiliki kandungan bahan kering sebesar 35%,
silase terjadi ketika mendapatkan proses ensilase di dalam silo
dengan keadaan anaerob, keadaan ini lebih baik apabila
ditambahkan molasses 3,5-4% sehingga bakteri asam laktat
akan tumbuh dan menurunkan pH menjadi 4-4,5. Tujuan utama
pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan
meningkatkan nilai nutrisi (Jones et al., 2004).
Prinsip pembuatan silase adalah anaerob dan
menghasilkan bakteri asam laktat yang akan membantu
menurunkan pH, mencegah masuknya udara kedalam silo dan
menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan
(Kusnadi, 2012). Kualitas silase dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain jenis hijauan, bahan tambahan perlakuan,
kadar air hijauan. (Pioner, 1991). Ciri ciri silase yang baik
antara lain tidak berjamur, tidak menggumpal, memiliki bau
harum, pH 4 – 4,5 (Sugiyono dan Wahyuni, 2014).
Menurut Hidayat (2014) menyatakan proses ensilase
dalam silo mempunyai kondisi kedap udara, terbagi menjadi 4
tahap, yaitu :
1. Tahap 1 – Fase aerob
Tahap ini hanya beberapa jam saja, fase aerob
terjadi karena keberadaan oksigen di sela-sela
7
partikel. Jumlah oksigen yang ada berkurang
seiring dengan terjadinya proses respirasi pada
material tanaman serta pertumbuhan mikroba
aerob, seperti khamir dan Enterobacteria. Lalu
enzim pada tanaman seperti protease dan
carbohydrase akan teraktivasi sehingga kondisi pH
pada tumpukan hijauan segar tetap dalam batas
normal pH 6,55-6,0.
2. Tahap 2 – Fase Fermentasi
Tahap fermentasi dimulai ketika kondisi pada
tumpukan silase menjadi anaerob, kondisi tersebut
akan berlanjut hingga beberapa minggu, tergantung
pada jenis dan kandungan hijauan yang digunakan
serta kondisi pada proses ensilase. Jika proses
fermentasi berlangsung dengan sempurna, bakteri
asam laktat akan berkembang dan menjadi
dominan, pH pada material silase akan turun
hingga 3,8 – 5,0 karena adanya produksi asam
laktat dan asam asam lainnya.
3. Tahap 3 – Fase Stabil
Tahap fase stabil akan berlangsung selama oksigen
dari luar tidak masuk kedalam silo. Sebagian besar
jumlah mikroorganisme yang berkembang pada
fase fermentasi akan berkurang secara perlahan.
Beberapa jenis mikroorganisme toleran asam dapat
bertahan dalam kondisi stationer (inactive) pada
fase ini, mikroorganisme lainnya seperti Clostridia
dan Bacilli bertahan dengan menghasilkan spora.
Hanya beberapa jenis mikroorganisme penghasil
enzim protease toleran asam serta beberapa
8
mikroorganisme khusus, seperti Lactobacillus
bucheneri yang dapat tetap aktif pada level rendah.
4. Tahap 4 – Fase Pemanenan
Fase pemanenan dimulai setelah silo dibuka saat
silase terkena udara luar. Hal tersebut tidak dapat
dihindari, bahkan dapat dimulai terlalu awal jika
penutup silase rusak sehingga terjadi kebocoran.
Jika fase ini berlangsung terlalu lama maka silase
akan mengalami deteriosasi atau penurunan
kualitas silase akibat terjadinya degradasi asam
organik yang ada oleh khamir dan bakteri asam
asetat. Proses tersebut akan menaikkan pH pada
tumpukan silase dan selanjutnya akan terjadi
kenaikan suhu dan peningkatan aktivitas
mikroorganisme kontaminan seperti bacilli,
moulds dan enterobacteria.
9
2.3.1 Molases
Molases adalah hasil samping yang berasal dari
pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum L). Molases
berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap pemisahan kristal
gula. Molases tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa namun
masih mengandung gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam
amino dan mineral. Molases kaya akan biotin, asam pantotenat,
tiamin, fosfor, dan sulfur. Selain itu juga mengandung gula
yang terdiri dari sukrosa 30-40%, glukosa 4-9%, dan fruktosa
5-12%. Tetes tebu digunakan secara luas sebagai sumber
karbon untuk denitrifikasi, fermentasi anaerobik, pengolahan
limbah aerobik, dan diaplikasikan pada budidaya perairan.
Karbohidrat dalam tetes tebu telah siap digunakan untuk
fermentasi tanpa perlakuan pendahuluan karena sudah
berbentuk gula. Molases sebagai media fermentasi digunakan
sebagai sumber bahan makanan bagi bakteri selama proses
fermentasi berlangsung. Bakteri akan menggunakan sumber
karbohidrat sebagai sumber makannya. Ketika sumber
karbohidrat di dalam medium telah habis terpakai, maka bakteri
beralih menggunakan sumber nitrogen. Penambahan
karbohidrat seperti molases dimaksudkan untuk mempercepat
terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber energi
yang cepat tersedia bagi bakteri (Nurul, Yunus dan Nasich,
2012) menyataan bahwa penambahan molases sebagai sumber
energi mikrobia sehingga mikrobia berkembang lebih banyak
dalam proses pemeraman dan dengan bertambahnya mikrobia
maka bermanfaat sebagai penyumbang kadar protein kasar.
Komposisi nutrisi tetes dalam 100 % bahan kering adalah 0,3 %
lemak kasar 0,4 % serat kasar, 84,4 % BETN, 3,94 % protein
kasar dan 11% abu (Sumarsih, dkk. 2009).
10
Molases adalah hasil samping dari industri gula yang
mengandung senyawa nitrogen dan memiliki kandungan gula
yang cukup tinggi terutama kandungan sukrosa sebanyak 34%
dan kandungan karbon 37%. Molases digunakan karena dapat
menstimulan perkembangan bakteri pada proses fermentasi dan
menurunkan pH silase. Penambahan molases pada silase dapat
meningkatkan kualitas silase (McDonald et al, 1991).
Penggunaan molases sebanyak 6% dan lama pemeraman 21
hari menghasilkan kualitas silase yang berkualitas baik dari
fisik maupun kimia (Larangahen et al, 2016)
2.3.2. Dedak
Dedak padi merupakan bahan tambahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan silase sebagai sumber karbohidrat
terlarut. (Raldi, Rustandi, Tulung dan Malalantang, 2015).
Keuntungan dari penambahan dedak yaitu harga relatif murah
dan mudah didapat. Penambahan dedak diharapkan dapat
meningkatkan kualitas fisik silase dan meningkatkan
palatabilitas ternak. Kandungan nutrisi dedak pabrik kualitas
satu adalah BK=90,40%, BO= 85,3%, PK= 9,90%, LK= 4,90%,
SK= 19,80%, BETN = 50,70% dan TDN=57,82% (Hartadi
dkk., 1993), sedangkan menurut Rochman (2015) dedak padi
mempunyai kandungan kadar air 2,49%, protein 8,77%, lemak
1,09%, abu 1,60%, serak 1,69%, karbohidrat 84,36% dan kalori
sebesar 382,32 kkal.
Keberhasilan pembuatan silase dipengaruhi oleh kadar
gula terlarut dan bakteri penghasil asam laktat. Untuk menjamin
ketersediaan gula terlarut yang menjamin keberhasilan proses
ensilase perlu dilakukan penambahan bahan aditif. Aditif dari
sumber karbohidrat yang dapat dimanfaatkan adalah
dedak.(Jasin, 2014).
11
2.3.3 Tepung Gaplek
Tepung gaplek adalah bahan ketela pohon yang
dikeringkan dengan sinar matahari dan ditumbuk menjadi
bongkahan atau butiran halus. Hasil penelitian Desnita, Widodo
dan Tantalo, (2015) Tepung gaplek memiliki kandungan
nutrien SK 1,74%, PK 3,31%, BETN 93,29% yang dapat
memproduksi asam laktat sehingga dapat meningkatkan
kualitas nutrisi silase. Tingginya kandungan gula terlarut dalam
gaplek sangat memungkinkan bahan tersebut digunakan
sebagai bahan aditif dalam pembuatan silase. Penambahan
tepung gaplek dapat menurunkan kadar air silase atau
meningkatkan bahan kering. Oleh karena itu, penambahan
berbagai level tepung gaplek sangat mempengaruhi kandungan
kadar bahan kering silase (Devi dkk., 2015).
13
ternak sebaiknya 24-45% dan NDF 30-60% dari bahan kering
hijauan (Anas dan Andi. 2010)
14
BAB III
15
2. Bahan kimia yang digunakan untuk
pengukuran pH yang terdiri dari buffer 4,
buffer 7 dan aquadest
3. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis
proksimat yang terdiri dari:
- Penetapan kadar protein kasar: H2SO4
pekat, katalisator, aquadest,NaOH
40%, H2SO4 0,1 N, Indikator (2 g
methyl red + methyl blue per liter
etanol 96%), NaOH 0,1 N, batu didih
(AOAC, 2005).
- Penetapan kadar serat kasar: H2SO4 0,3
N, HCl 0,3 N, NaOH 0,1 N, aseton,
pasir bersih dan batu mendidih, EDTA,
dan aquadest panas (AOAC, 2005 ).
- Penetapan kadar lemak kasar: larutan
n-Hexan.
3.2.2. Alat
1. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan
silase meliputi mesin chopper, timbangan
analitik, kaleng, trash bag, plastik silo,
solasi, spidol, gunting, tali raffia, gelas
ukur, pH meter, thermometer dan mesin
vacuum.Peralatan yang digunakan untuk
analisis proksimat SK (NDF dan ADF) :
timbangan analitis, beaker glass khusus
serat kasar, alat untuk mendidihkan, cawan
filtrasi dan alat filtrasi, eksikator, oven
105ºC, tanur 550º-600ºC (AOAC, 2005).
16
2. Peralatan yang digunakan untuk uji
proksimat :
- Penetapan kadar serat kasar (ADF
dan NDF): timbangan analitis,
beaker glass khusus serat kasar, alat
untuk mendidihkan, cawan filtrasi
dan alat filtrasi, eksikator, oven
105ºC, tanur 550º-600ºC (AOAC,
2005).
- Penetapan kadar lemak kasar:
timbangan analitis, beaker glass,
kertas saring, selongsong lemak,
eksikator, gelas ukur, kompor
pemanas.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari tujuh perlakuan dan masing-masing perlakuan
mempunyai tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu:
P0 : Kulit ketela pohon tanpa Zat Aditif
P1 : Kulit ketela pohon + 2% Molases
P2 : Kulit ketela pohon + 4% Molases
P3 : Kulit ketela pohon + 2% dedak
P4 : Kulit ketela pohon + 4% dedak
P5 : Kulit ketela pohon + 2% tepung gaplek
P6 : Kulit ketela pohon + 4% tepung gaplek
3.3.1 Prosedur Silase Kulit Ketela Pohon
1) Dibersihkan kilit ketela pohon kemudian di
chopper dengan ukuran 3-5cm.
2) Diangin anginkan selama 24 – 48 jam.
17
3) Ditimbang kulit ketela pohon sesuai dengan
perlakuan
4) Ditimbang zat aditif sesuai dengan perlakuan
2% dan 4%
5) Dicampurkan kulit ketela pohon dengan zat
aditif sesuai dengan perlakuan.
6) Dimasukan hasil campuran kedalam plastic
silo lalu dipadatkan dan diberi nama sampel
7) Ditutup rapat menggunakan tali dalam keadaan
anaerob
8) Difermentasi selama 21 hari.
3.3.2 Variabel Pengamatan
1. Perubahan Kandungan Nutrisi meliputi
kandungan SK dan LK dianalisa sesuai dengan
metoda AOAC (2005) seperti disajikan pada
Lampiran 4
2. Perubahan kandungan ADF dan NDF dianalisa
sesuai dengan metode Van Soest (1994) seperti
disajikan pada Lapiran 5
3. Kandungan HCN dianalisa sesuai metode
Sudarmadji,dkk. (2003) seperti disajikan pada
Lampiran 6
𝑌𝑖𝑗 + 𝜇 + 𝜏𝑖 + 𝜀𝑖𝑗
18
Keterangan
19
BAB IV
22
yang sama antara sebelum dan setelah fermentasi, didapatkan
data adanya penurunan nilai kandungan SK berkisar antara
0,58-1,83%. Akan tetapi apabila dibandingkan antara
perlakuan P0 (tanpa bahan aditif) setelah proses fermentasi
dengan silase pada perlakuan-perlakuan lainnya, nampak ada
penurunan nilai SK silase antara 0,18-1,26%. Tentunya dari sisi
nutrisi kenyataan ini merupakan hal yang positif karena dengan
turunnya nilai SK silase akibat penambahan bahan aditif dapat
diharapkan bahwa bahan pakan tersebut akan lebih mudah
dicerna, sehingga menghasilkan nilai konsumsi yang lebih
tinggi.
4.3. Perubahan kandungan LK silase kulit ketela pohon
Data perubahan kandungan LK sebelum dan sesudah
fermentasi silase kulit ketela pohon disajikan pada Tabel 3.
23
Hasil analisis statistik seperti terlihat pada Lampiran 10
menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap perubahan kandungan LK silase kulit ketela
pohon. Apabila perbandingan dilakukan pada perlakuan yang
sama antara sebelum dan setelah fermentasi, didapatkan data
adanya peningkatan kandungan LK berkisar antara 0,14-0,81%.
Akan tetapi apabila dibandingkan antara perlakuan P0 (tanpa
bahan aditif) setelah proses fermentasi dengan silase pada
perlakuan-perlakuan lainnya, nampak ada penurunan nilai SK
silase antara 0,14-0,66%. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa
peningkatan ini akibat terpecahnya trigliserida menjadi ikatan
yang sederhana yaitu bentuk asam lemak dan alcohol.
24
Hasil analisis statistik seperti terlihat pada Lampiran 11
dan 12 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat
nyata (P<0,01) terhadap kandungan NDF dan ADF silase kulit
ketela pohon. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan
kontrol dengan nilai NDF terendah yaitu sebesar 26,49%.
Peningkatan level aditif untuk masing-masing perlakuan aditif
yang sama menunjukkan kecenderungan penurunan konsentrasi
NDF, tetapi fenomena sebaliknya terjadi pada konsentrasi ADF.
Data pada Tabel 4. menunjukkan bahwa perlakuan P4 yaitu
penambahan dedak 4% memberikan nilai NDF terendah
(54,04%) walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2
(penambahan tetes 4%) yang mempunyai nilai NDF setelah
proses fermentasi sebesar 54,86%. Rusdy (2015) melaporkan
kandungan NDF dan ADF tetes (0, dan 0%), dedak (24,9 dan
12,3%) dan tepung gaplek (20 dan 0,16%). Secara umum
penambahan bahan RAC seperti tetes, dedak dan tepung gaplek
memberikan pengaruh yang bersifat aditif pada produk silase.
Disamping itu selama proses fermentasi kemungkinan terjadi
penguraian fraksi serat (NDF, ADF, hemiselulosa, selulosa, dan
lignin) baik pada bahan aditif maupun kulit ketela pohon
menjadi gula-gula sederhana dengan tingkat penguraian yang
bervariasi (Sebolai et al., 2011). Dengan adanya variasi tingkat
penguraian fraksi serat pada bahan aditif (tetes, dedak dan
tepung gaplek), hal ini dicerminkan dengan adanya variasi
konsentrasi ADF dan NDF silase kulit ketela pohon seperti
terlihat pada Tabel 4.
Penambahan aditif terhadap silase kulit ketela pohon
bertujuan sebagai sumber karbohidrat atau energi untuk bakteri
sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. Hal
ini didukung oleh Nevi (2004) menyatakan penambahan zat
aditif digunakan untuk meningkatkan protein atau karbohidrat
25
pada material pakan, biasanya kualitas pakan yang rendah
memerlukan aditif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak.
Pada penambahan tepung gaplek sebanyak 2% menghasilkan
nilai NDF tertinggi dari semua perlakuan yaitu sebesar 65,63%
dan 65,22%. Tingginya NDF pada tepung gaplek dikarnakan
tingginya kandungan serat dan adanya kandungan hemiselulosa
pada tepung gaplek. tepung gaplek dihasilkan dari limbah umbi
ketela pohon.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan
memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
kandungan ADF silase kulit ketela pohon. Seperti telah
disinggung sebelumnya bahwa peningkatan level pemberian
untuk masing-masing aditif cenderung meningkatkan
koonsentrasi ADF. Nilai ADF tinggi akan berdampak pada
menurunnya kecernaan pakan. ADF adalah serat tidak larut
karena terdiri dari selulosa dan lignin, dimana lignin adalah
salah satu fraksi serat yang tidak dapat dicerna oleh mikroba
rumen. Menurut Sebolai et al. (2011) penggunaan bahan aditif
bisa menyebabkan terjadinya penurunan nilai NDF dan ADF
silase. Penelitian yang dilakukan oleh Masturi (2004)
melaporkan bahwa adanya bahan aditif mengakibatkan
penurunann nilai NDF dari 69,1% menjadi 61,6%. Dalam
penelitian tersebut, penambahan urea + tetes menurunkan
secara nyata (P < 0.05) kandungan NDF dari 74,55% menjadi
70,73%. Yunus dkk. (2000) melaporkan bahwa penambahan
tetes atau urea+tetes menurunkan nilai NDF dan ADF silase
rumput gajah, sementara nilai rata-rata kecernaan in vitro
meningkat dari 62% menjadi 64%. Seperti diketahui bahwa
NDF dan ADF merupakan komponen dinding sel bahan pakan
yang dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan turunnya
nilai kecernaan bahan pakan tersebut (Van Soest, 1994). Oleh
26
karena itu pembuatan silase dengan menambahkan bahan aditif
perlu dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya
penurunan kandungan dinding sel tersebut (NDF dan ADF).
28
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasi penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Penambahan bahan aditif pada silase kulit ketela pohon
berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kandungan LK, NDF,
ADF dan HCN, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
kandungan SK.
2. Kandungan HCN terendah terjadi pada silase kulit ketela
pohon dengan penambahan aditif tepung gaplek 2% yaitu
menurunkan kandungan asam sianida menjadi 44,88±1,70
dengan perlakuan penambahan tepung gaplek sebanyak 2%.
5.2 Saran
Disarankan agar menggunakan bahan aditif tepung
gaplek sebesar 2% untuk menghasilkan silase kulit kulit ketela
pohon dengan kandungan HCN yang rendah dan aman untuk
digunakan sebagai pakan ternak ruminansia.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Ariyani, A., Putri, A.R., Eka, R.P. dan Fathoni, R., 2017.
Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku
Arang Aktif Dengan Variasi Konsentrasi Naoh Dan
Suhu. Konversi, 6(1) : 7-10.
Bakrie, B., Sastro, Y., Bahar, S., Sente, U dan Andayani, D.,
2014. Perbandingan Efektifitas Penambahan
Onggok atau Tepung Sinkong dalam Pembuatan
Silase Limbah Sayuran. Buletin Pertanian
Perkotaan, 4(1) : 1-12.
31
Fahmi, A., 2013. Pengaruh Penambahan Molases Terhadap
Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar
Padatan Lumpur Organik Unit Gas Bio (Doctoral
dissertation, Universitas Brawijaya).
32
Jasin, I., 2017. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan
Inokulum Bakteri Asam Laktat dari Cairan Rumen
Sapi Peranakan Ongole Terhadap Kandungan
Nutrisi Silase Rumput Gajah. Jurnal Peternakan.
11(2) : 59-63.
33
Larangahen, A., Bagau B., Imbar M.R. dan Liwe H., 2016.
Pengaruh Penambahan Molases Terhadap Kualitas
Fisik dan Kimia Silase Kulit Pisang Sepatu (Mussa
paradisiaca formatypica). Zootec. 37(1) : 156-166.
34
National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of
Diary Cattle. 7th Ed. National Academy Press.
Washington D.C.
35
Putriani, A. 2015. Pengaruh Penambahan Molases Pada
Ensilase Kulit Singkong (Manihot Esculenta)
Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Kecernaan
Bahan Organik Secara In Vitro. Students E-
Journal, 4(2).
36
Sebolai, T.M., Aganga, A.A., Nsinamwa, M. and Moreki,
J.C. 2012. Effects of different silage preservatives
on silage quality of Pennesitum Purpureum
harvested at different harvesting periods. Journal
of Animal and Feed Resources. 2 (2): 139-144
37
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi :
Analisis Proksimat dan Analisis Serat. Fakultas
peternakan Universitas Jambi. Jambi.
38
LAMPIRAN
Alat :
1. Silo
2. Trashbag
3. Ember
4. Timbangan
5. Kaleng
6. pH meter
7. Termometer
8. Vacuum
Prosedur :
39
7. Diikat plastik silo
8. Dilakukan pemeraman selama 21 hari
40
Lampiran 2. Prosedur Analisa Kandungan Serat Kasar
(AOAC, 2005)
Prinsip :
Alat :
1. Timbangan Analitik
2. Beaker Glass Khusus SK
3. Kompor
4. Cawan Krusibel
5. Eksikator
6. Oven 105°C
7. Tanur 550-600°C
Bahan :
1. H2SO4 0,3 N
2. EDTA
3. HCL 0,3 N
4. NaOH 1,5 N
5. Aquadest
6. Aceton
7.
41
Prosedur :
42
Perhitungan :
C−D
Kadar Serat Kasar = B−A
× 100 %
43
Lampiran 3. Prosedur Analisa Kandungan Lemak
Kasar (AOAC, 2005)
Prinsip :
1. N-hexan
2. Batu didih
Prosedur :
Perhitungan :
D−C
Kadar Lemak = B−A
× 100 %
46
Lampiran 4. Prosedur Analisis Kandungan Acid
Detergent Fiber (ADF) (Van Soest, 1994)
Alat :
1. Timbangan Analitik
2. Beaker Glass Khusus SK
3. Kompor
4. Cawan Krusibel
5. Eksikator
6. Oven 105°C
7. Tanur 550-600°C
Bahan :
1. Larutan ADF
2. Aceton
Prosedur :
47
8. Setelah ditimbang akan didapatkan berat kering residu
NDF, kemudian sampel dibakar dalam tanur 550 °C
cukup selama tiga jam, lalu dipindahkan ke dalam oven
sampai suhunya kembali menjadi 105 °C kemudian
ditimbang. Bahan yang tersisa pada gelas penyaring
adalah abu dari dinding sel.
48
Lampiran 5. Prosedur Analisis Kandungan Neutral
Detergent Fiber (NDF) (Van Soest, 1994)
Alat :
1. Timbangan Analitik
2. Beaker Glass Khusus SK
3. Kompor
4. Cawan Krusibel
5. Eksikator
6. Oven 105°C
7. Tanur 550-600°C
Bahan :
1. Larutan NDF
2. Aceton
Prosedur :
49
8. Setelah ditimbang akan didapatkan berat kering
residu NDF, kemudian sampel dibakar dalam tanur
550 °C cukup selama tiga jam, lalu dipindahkan ke
dalam oven sampai suhunya kembali menjadi 105
°C kemudian ditimbang. Bahan yang tersisa pada
gelas penyaring adalah abu dari dinding sel.
50
Lampiran 6. Analisis HCN dengan Metode
Spektrofotometri (Sudarmadji dkk., 2003)
Prinsip kerja:
Prinsip kerja metode ini adalah sianida alam contoh
diubah menjadi cianogen chloride
(CNCl) karena bereaksi dengan hloramin T pada pH
kurang dari 8 terhidrolisa menjadi cianat. Setelah bereaksi
secara purna, CNCl membentuk warna merah biru dengan
asam barbiturat dalam piridin dan warna yang terjadi dibaca
pada panjang gelombang 578 nanometer.
Prosedur kerja:
51
1. Ditumbuk sampel hingga halus dan dimasukan 25 gram
ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan asam tartrat 5% sebanyak 10 ml
3. Dicelupkan kertas saring kedalam larutan asam pikrat
jenuh dan dikeringkan diudara (diangin anginkan)
4. Dibasahi kertas saring yang telah dianginkan dan
dibasahi dengan Na2CO3 8%
5. Gantungkan kertas saring pada leher Erlenmeyer yang
berisi larutan sampel
6. Ditutup Erlenmeyer sedemikian rupa sehingga kertas
saring tidak bersinggungan dengan larutan
7. Dipanaskan erlenmeyer yang berisi campuran diatas
pemanas air 50°C selama 15 menit
8. Diamati perubahan pada kertas saring jika warna pikrat
menjadi merah.
9. Dibaca dengan alat spektrofotometri pada panjang
gelombang 578 nanometer
52
Lampiran 7. Analisis Sidik Ragam Serat Kasar (SK) Silase
Kulit Ketela Pohon Kandungan SK silase
Kulit Ketela Pohon
Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan
53
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((31,85²+…+30,63²)/3 – 2211,62
= 3,79768
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 8,19937 - 3,79768
= 4,4017
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 3,79768 / (t-1)
= 3,79768 / (7-1)
= 3,79768 / 6
= 0,63
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 4,4017 / 14
= 0,31
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 0,63/0,31
= 2,01
54
Analisa Ragam ANOVA
SK Db JK KT F 0,05 F 0,01
F Hitung
Perlakuan 6 3,80 0,63 2,01 2,85 4,46
Galat 14 4,40 0,31
Total 20
Keterangan : F Hitung < F Tabel 0,05 Perlakuan tidak
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
serat kasar (SK) silase kulit ketela pohon
(P>0,05)
55
Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Lemak Kasar (LK)
Silase Kulit Ketela Pohon
Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan
1,51
P0 1,80 1,22 4,54 1,51 0,29
1,31
P1 1,24 1,24 3,79 1,26 0,04
56
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((4,54²+3,79²+…+…+3,23²)/3
30,88
= 0,81
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 1,21 – 0,81
= 0,39
= 4,40
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 0,81 / (t-1)
= 0,81 / (7-1)
= 0,81 / 6
= 0,14
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 0,39 / 14
= 0,03
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 0,14/0,03
= 4,81
57
Analisa Ragam ANOVA
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
F Hitung
Perlakuan 6 0,81 0,14 4,81 2,85 4,46
Galat 14 0,39 0,03
Total 20
Keterangan :
F Hitung > F Tabel 0,01 Perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap lemak kasar (LK) silase kulit ketela pohon (P>0,01)
Uji Jarak Berganda Duncan
0,03
= √( )
3
= 0,096934843
JNT 1%
58
Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam data Perubahan
Kandungan SK Silase Kulit Ketela Pohon
Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan
59
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((2,14²+…+3,20²)/3 – 22,84
= 2,91
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 7,31 – 2,91
= 4,40
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 2,91 / (t-1)
= 2,91 / (7-1)
= 2,91 / 6
= 0,48
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 4,40 / 14
= 0,31
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 0,48/0,31
= 1,54
60
Analisa Ragam ANOVA
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
F Hitung
Perlakuan 6 2,91 0,48 1,54 2,85 4,46
Galat 14 4,40 0,31
Total 20
Keterangan : F Hitung < F Tabel 0,05 Perlakuan tidak
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
serat kasar (SK) silase kulit ketela pohon
(P>0,05)
61
Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam data Perubahan
Kandungan LK Silase Kulit Ketela Pohon
Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan
62
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((2,44²+3,79²+…+…+1,18²)/3 –
30,88
= 1,05
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 1,44 – 1,05
= 0,40
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 1,05 / (t-1)
= 1,05 / (7-1)
= 1,05 / 6
= 0,17
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 0,40 / 14
= 0,03
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 0,40/0,03
= 6,15
63
Analisa Ragam ANOVA
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
F Hitung
Perlakuan 6 3,80 0,63 2,01 2,85 4,46
Galat 14 4,40 0,31
Total 20
Keterangan :
F Hitung > F Tabel 0,01 Perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap lemak kasar (LK) silase kulit ketela pohon (P>0,01)
Uji Jarak Berganda Duncan
0,03
= √( 3
)
= 0,097212
JNT 1%
64
Lampiran 11. Analisa Kandungan NDF Silase Kulit
Ketela Pohon
Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan
65
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((79,47²+…+195,66²)/3 – 61555,72
= 3089,87
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 3095,88 – 3089,87
= 6,01
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 3089,87 / (t-1)
= 3089,87 / (7-1)
= 3089,87 / 6
= 514,98
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 6,01 / 14
= 0,43
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 514,98/0,43
= 1199,03
66
Analisa Ragam ANOVA
F
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
Hitung
Perlakuan 6 3089,87 514,98 1199,03 2,85 4,46
Galat 14 6,01 0,43
Total 20
Keterangan :
F Hitung > F Tabel 0,01 Perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap ADF silase kulit ketela pohon (P>0,01)
Uji Jarak Berganda Duncan
0,43
= √( 3
)
= 0,37837
JNT 1%
Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan
68
= ((46,43²+…+54,38²)/3 – 5985,13
= 17,52
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 22,85 – 17,52
= 5,33
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 17,52 / (t-1)
= 17,52 / (7-1)
= 17,52 / 6
= 2,92
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 5,33 / 14
= 0,38
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 2,92/0,38
= 7,68
Analisa Ragam ANOVA
F
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
Hitung
Perlakuan 6 17,52 2,92 7,68 2,85 4,46
Galat 14 5,33 0,38
Total 20
69
Keterangan :
F Hitung > F Tabel 0,01 Perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap ADF silase kulit ketela pohon (P>0,01)
Uji Jarak Berganda Duncan
0,38
= √( 3
)
= 0,3561
JNT 1%
70
Lampiran 13. Analisis Sidik Ragam Asam Sianida
(HCN)
Ulangan
Perlakuan Total SD
U1 U2 U3 Rataan
71
JK Perlakuan = ((ƸYi²)/r) – FK
= ((187,08+….+140,60²)/3 – 8211,42
= 712,64
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 737,36 – 712,64
= 24,71
KTPerlakuan = JKPerlakuan/dbPerlakuan
= 712,64 / (t-1)
= 712,64 / (7-1)
= 712,64 / 6
= 118,77
KTGalat = JKGalat/dbGalat
= 24,71 / 14
= 1,77
FHitung = KTPerlakuan/KTGalat
= 118,7/ 1,77
= 67,29
72
Analisa Ragam ANOVA
F
SK db JK KT F 0,05 F 0,01
Hitung
Perlakuan 6 712,64 118,77 67,29 2,85 4,46
Galat 14 24,71 1,77
Total 20
Keterangan :
F Hitung > F Tabel 0,01 Perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap kandungan asam sianida (HCN) silase kulit ketela
pohon (P>0,01)
Uji Jarak Berganda Duncan
= 0,76704
JNT 1%
73
Lampiran 14. Dokumentasi
74
Pembuatan Silase
75
76
Analisis Laboratorium
Serat Kasar, Lemak
Kasar, Acid Detergent
Fiber (ADF) dan
Neutral Detergent Fiber
(NDF)
77
78