Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN POLYALTHIA LONGIFOLIA

SEBAGAI FEED ADDITIVE PADA RANSUM TERHADAP RETENSI ABU,


LEMAK KASAR DAN SERAT KASAR PADA AYAM BROILER

SKRIPSI

OLEH

SARTI ASTIKA
E10016048

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN POLYALTHIA LONGIFOLIA
SEBAGAI FEED ADDITIVE PADA RANSUM TERHADAP RETENSI ABU,
LEMAK KASAR DAN SERAT KASAR PADA AYAM BROILER

Sarti Astika dibawah bimbingan :


Yatno (1) dan Filawati(2)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level terbaik penambahan tepung
daun Polyalthia longifolia (PL) sebagai feed additive terhadap retensi abu, lemak
kasar dan serat kasar pada ayam broiler. Analisis zat makanan ransum dan ekstreta
dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Jambi. Ayam yang digunakan pada
penelitian ini adalah DOC sebanyak 200 ekor galur MB 502 Lohman, sedangkan
bahan pakan yang digunakan adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan,
lysine, methionine, mineral mix, premix, dan tepung daun PL. Ransum disusun
sendiri berdasarkan kebutuhan ayam broiler fase strater dan finisher. Peralatan yang
digunakan kandang ukuran 1x1 m sebanyak 20 unit, tempat pakan dan minum, lampu
40 watt, timbangan digital, koran, serbuk gergaji, terpal dan seperangkat alat analisis
retensi zat makanan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga jumlah unit sebnyak 20
unit yang masing-masing diisi 10 ekor ayam. Perlakuan yang diberikan yaitu P0
(Ransum basal tanpa tepung daun PL), P1 (Ransum basal +1 % tepung daun PL), P2
(Ransum basal +2 % tepung daun PL), P3 (Ransum basal+3% tepung daun PL).
Peubah yang diamati adalah retensi abu, lemak kasar dan serat kasar. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan apa bila
berpengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian
menujukkan bahwa ransum yang ditambahkan tepung daun PL sampai level 3% tidak
berpengaruh nyata terhadap semua peubah dengan rataan retensi abu sebesar 62,70-
72,26%, retensi lemak kasar 72,28-74,66% dan retensi serat kasar 28,09-36,49%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahann tepung daun PL sebagai
feed aditive sampai level 3% pada ransum ayam broiler dapat dilakukan tanpa
mempengaruhi retensi abu, lemak kasar dan serat kasar.

Kata kunci : Polyalthia longifolia, Ayam broiler, retensi


Keterangan :1) Pembimbing Utama
2)
Pembimbing Pendamping
PENAMBAHAN TEPUNG DAUN POLYALTHIA LONGIFOLIA SEBAGAI
FEED ADDITIVE PADA RANSUM TERHADAP RETENSI ABU, LEMAK
KASAR DAN SERAT KASAR PADA AYAM BROILER

OLEH

SARTI ASTIKA
E10016048

Telah Diuji di Hadapan Tim Penguji

Pada Hari , tanggal…. , dan dinyatakan

Ketua : Dr. Yatno, S.Pt, M.Si


Sekretaris : Filawati, S.Pt ,MP
Anggota :1. Ir. H. Wiwaha Anas Sumadja, M.Sc. Ph.D.
2.Ir. Resmi, M.P.
3.Ir.Mairizal, M.Si

Menyetujui:
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. Yatno, S.Pt, M.Si Filawati, S.Pt, MP


NIP. 196809011994031003 NIP. 197008211997022001
Tanggal : Tanggal:

Mengetahui:
Pembantu Dekan I Ketua Jurusan/Program Studi,

Dr.Sc.Agr. Ir. H. Teja Kaswari, M.Sc. Dr. Ir. Endri Musnandar, M.S
NIP.196612151992031002 NIP. 195909261986031004
Tanggal: Tanggal
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengruh
Penambahan Tepung Daun Polyalthia longifolia Sebagai Feed Additive Pada Ransum
Terhadap Retensi Abu, Lemak Kasar dan Serat Kasar Pada Ayam Broiler ” adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini sesuai dengan
kaidah penulisan yang berlaku.

Jambi, 2020

Sarti Astika
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Embacang Baru pada tanggal 08 April 1998 sebagai anak ke
empat dari empat bersaudara oleh pasangan Bapak Harman dan Ibu Zainul Ambia.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 2 Embacang Baru Kecamatan
Karang Jaya pada tahun 2010, pendidikan menengah pertama di SMP N Karang Jaya
tahun 2013, dan pendidikan menengah atas dengan jurusan Ilmu Pengtahuan Alam
(IPA) di SMA N Karang Jaya pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis diterima
sebagai mahasiswa di program studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas
Jambi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang di Peternakan Bapak Christian Desa
Pematang Gajah Kecamatan Jambi Luar Kota. Penulis mengikuti kegiatan Magang
Pengganti Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) pada bulan November - Januari 2020 di
BPTU-HPT Padang Mengatas Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.
Cantumkan photo
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengruh Penambahan Tepung Daun Polyalthia longifolia Sebagai Feed Additive
Pada Ransum Terhadap Retensi Abu, Lemak Kasar dan Serat Kasar Pada Ayam
Broiler)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan (S.Pt)
di Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Skripsi ini tidak akan dapat selesai tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.
Yatno,S.Pt, M.Si selaku pembimbing utama dan Ibu Filawati, S.Pt, M.P. selaku
pembimbing pendamping yang telah penulis anggap sebagai orang tua sendiri yang
telah banyak membantu meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk penulis
dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Orang Tua yaitu Ayahanda Harman dan Ibunda Zainul Ambia yang telah
memberikan dukungan dan motivasi baik secara moril maupun materil serta
doa yang tiada henti serta saudara kandung ku Abdul Munawar, Alpion,Ani
Sutriana sama-sama berjuang membahagiakan kedua orang tua kita.
2. Ir. H. Wiwaha Anas Sumadja, M.Sc. Ph.D. Ir. Resmi, M.P. Ir. Mairizal,M.Si selaku
staf penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran serta pendapat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang
diharapkan.
3. Dr. Yatno, S.Pt, M.Si selaku pembimbing praktek lapang yang telah
membimbing penulis selama melaksanakan praktek kerja lapang, terima kasih
atas saran dan motivasi yang telah diberikan.
4. Muhammad Farhan, S.Pt,MP selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan nasehat kepada penulis.
5. Sahabat-sahabat tercinta yaitu Melia Novariza, Nurzenal,Rima Delvi
Timora,Muntamah,Vevi Anderista, Yuliyana,Nurcahaya dan seluruh teman-
teman kelas A angkatan 2016 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima
kasih atas semangat yang telah diberikan serta kebersamaannya selama ini.
6. Rekan satu tim penelitian yaitu Muntamah, Sita Fitra Hani, Fera Pratama
Putri, Sopyan Saputra, Panca Andes Hendrawan dan Dirvan Riva’i yang telah
bekerja sama dengan baik selama penelitian berlangsung dan membantu
dalam penyelesaian skripsi penulis.
7. Teman-teman magang pengganti KKN di BPTU-HPT Padang Mengatas yaitu
Muntamah.Hafifah Zulfa,Ravenna Alya Tari, Esi Yulian Sari, Dian Zahra
Suciana, Mula Fajar Widyastuti, Muhammad Zikri,Ahmad Arif Santoso,Fizay
Debby Ficky,Azis Zulkarnain dan Angga Dwi Choirudin terima kasih atas
cerita yang sudah kita ukir bersama.

Akhir kata penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis, semoga Allah Subhanahu Wata’ala memudahkan
urusan kita. Aamiin Allahumma Aamiin.

Jambi, Maret 2020

Sarti Astika

Lihat buku petunjuk penulisan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ransum dalam usaha peternakan unggas memiliki peranan pokok yang perlu
mendapat perhatian selain bibit dan manajemen. Ransum merupakan gabungan dari
beberapa bahan yang disusun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan
ternak. Salah satu yang dapat memengaruhi performans ayam adalah pemberian
ransum yang berkualitas. Ransum dapat dinyatakan berkualitas baik apabila mampu
memenuhi seluruh kebutuhan nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan
nutrien tersebut bagi ternak dan mampu dicerna dengan baik oleh ternak. Oleh karena
itu, perlu ada perbaikan kualitas ransum, karena pada era globalisasi produk pakan
yang digunakan banyak mengandung antibiotik dari bahan non organik. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat memanfaatkan penggunaan feed additive alami
(Agustina, 2006).
Feed additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak
dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak maupun kualitas produksi.
Penggunaan feed additive dengan tujuan sebagai pemacu pertumbuhan berbasis
antibiotik sintetis saat ini telah mendapat kritik yang serius dan keprihatinan global,
karena dapat memberi efek negatif bagi yang mengkonsumsi produk ternak tersebut,
antara lain dapat menimbulkan resistensi mikroba, dan berpotensi membahayakan
kesehatan manusia (Rahmatnejad et al., 2009). Untuk mengatasi masalah ini perlu
adanya upaya yang mengarah pada pemakaian feed additive alami sebagai bahan
pakan alternatif yang berasal dari alami agar dapat mengatasi masalah tersebut
(Manesh, 2012).
Polyalthia longifolia atau sering juga disebut glodokan tiang merupakan salah
satu pohon yang sangat popular di Indonesia. Pohon ini merupakan salah satu pohon
yang disebut sebagai pohon evergreen karena pohon ini dapat tumbuh dengan baik
meskipun terjadi perubahan cuaca dan iklim disekitarnya. Tanaman Polyalthia
longifolia pada awalnya merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai tanaman
obat. Secara tradisional, berbagai bagian dari Polyalthia longifolia telah digunakan
untuk beberapa tujuan pengobatan seperti demam,penyakit kulit, diabetes, hipertensi
dan cacingan (Pal et al., 2011). Salah satu bagian dari tanaman Polyalthia longifolia
yang sangat bermanfaat adalah daun, karena mengandung beberapa senyawa kimia
aktif yang berguna bagi kesehatan. Hasil penelitian Soemarie et al., (2018)
menunjukkan ekstrak etanol daun Polyalthia longifolia mengandung senyawa
metabolit sekunder antara lain alkaloid, tanin, flavonoid, dan saponin. Kandungan
daun Polyalthia longifolia dapat berfungsi sebagai antioksidan dan dapat
menghambat proses oksidasi bahan pakan yang menyebabkan kerusakan sehingga
dapat meningkatkan konsumsi pada ternak. Selain itu kandungan nutrient daun
Polyalthia longifolia yaitu PK: 10,05 %, Abu : 5,05 %, LK: 0,26 %, SK: 18,50 %,
KA: 8,70 % dan KH: 57,44 % (Ojewuyi et al., 2014). Penambahan tepung daun PL
sampai level 3% dikarenakan belum banyak penelitian menggunakan tepung daun PL
oleh karena itu penelitian ini memulai dari level terendah yaitu 1%-3%. Belum
banyak tapi sudah ada.
Konsumsi ransum adalah proses masuknya sejumlah unsur nutrien yang ada
didalam ransum yang telah tersusun dari berbagai bahan pakan untuk memenuhi
kebutuhan ayam. Jika ransum yang dikonsumsi mengandung nutrient yang baik,
termasuk komponen aktif penyusun di dalamnya seperti senyawa alkaloid, flavonoid,
steroid maka diyakini akan menghasilkan performa ayam broiler yang baik yang
berfungsi sebagai bakteriostatik dan diharapkan dapat memperbaiki penyerapan atau
retensi nutrien, sehingga dapat menghasilkan performa ayam yang baik (Soemari et
al., 2018). Performa ayam broiler yang bagus tersebut bisa dilihat dari seberapa
banyak nutrient yang ditahan (diretensi) di dalam tubuh ternak tersebut seperti
mineral (abu), lemak kasar, serat kasar. Tanaman PL telah digunakan dalam sistem
pengobatan tradisional, senyawa aktifnya telah dipelajari untuk aktifitas biologis,
aktivitas anti bakteri dan aktifitas anti jamur (Osuntokun et al., 2017). Sehingga
dengan penambahn tepung daun PL diharapkan dapat memperbaiki kualitas ransum
dan dapat meningkatkan retensi dalam tubuh ternak tersebut seperti mineral (abu),
lemak kasar dan serat kasar.
Penelitian penggunaan tepung daun Polyalthia longifolia sebagai feed
additive dalam kaitannya dengan retensi lemak kasar, serat kasar dan abu pada ayam
broiler belum banyak diperoleh informasinya. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu
dilakukan penelitian tentang retensi abu,lemak kasar dan serat kasar pada ransum
yang mengandung tepung daun Polyalthia longifolia pada ayam broiler.

1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level terbaik penambahan tepung
daun Polyalthia longifolia sebagai feed additive terhadap retensi serat kasar, lemak
kasar dan abu pada ayam broiler.

1.3. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi bagi peternak
ayam khususnya ayam broiler dan para praktisi serta diharapkan dapat menambah
ilmu tentang penggunaan tepung daun Polyalthia longifolia sebagai feed additive
sehingga memiliki alternatif untuk bahan penyusun ransum ayam broiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Broiler


Ayam Broiler merupakan sebutan pada ayam potong yang menghasilkan
daging dalam jumlah banyak. Ayam broiler sepanjang hidupnya memiliki masa hidup
cukup singkat, pertumbuhanya tergantung pada pakan. Pakan yang diberikan baik
(kualitas maupun kuantitas) maka akan menghasilkan hasil yang baik (Amrullah,
2003). Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan adalah faktor
pakan, disamping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan (Budiansyah, 2010).
Ayam ras adalah jenis ayam-ayam unggul impor yang telah dimuliabiakan
untuk tujuan produksi tertentu (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Ayam broiler
merupakan ayam penghasil daging yang dipelihara sampai umur 6-7 minggu dengan
berat 1,5-2 kg dan konversi 1,9-2,25 (Yuwanta, 2004). Ayam broiler adalah ayam
jantan atau betina yang umumnya di panen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan
sebagai penghasil daging (Suprijatna et al., 2008).
Menurut Wati et al., (2018) Ayam pedaging atau broiler merupakan salah satu
jenis ternak unggas sebagai sumber protein hewani yang dimanfaatkan dagingnya.
Pakan mempunyai peranan yang penting dalam industri peternakan dan merupakan
biaya terbesar dalam usaha peternakan. Ketersediaan pakan unggas juga harus
kontinyu, tersedia sepanjang tahun. Pakan broiler harus mengandung nutrien yang
dibutuhkan ternak. Kandungan protein dan energi merupakan komponen utama
penyusun pakan (Wati et al., 2018).
Ransum yang dikonsumsi dimanfaatkan untuk hidup pokok, produksi, dan
reproduksi. Apabila kebutuhan hidup pokok terpenuhi maka ransum dimanfaatkan
untuk kebutuhan produksi ayam pedaging sehingga bobot tubuh ayam pedaging akan
naik setelah itu ransum dimanfaatkan untuk kebutuhan reproduksi. (Fatmaningsih et
al., 2016). Ayam ras pedaging atau lebih sering dikenal broiler adalah salah satu jenis
ternak ayam yang mudah dipelihara, pertumbuhannya cepat, dan murah biaya
pemeliharaannya (Massolo et al., 2016).
Ayam broiler merupakan ayam yang memiliki ciri khas tingkat pertumbuhan
yang cepat sehingga dapat dipasarkan dalam waktu singkat. Pertambahan bobot
badan melalui penimbangan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap
minggu, tiap bulan, atau tiap tahun (Aletor, 2000). Karakteristik ayam broiler yang
baik adalah ayam aktif, lincah, nafsu makan dan minum lebih baik, dan pertumbuhan
badan menjadi cepat (Suprijatna et al., 2008).

2.2. Polyalthia longifolia


Menurut Solihin (2014) Tanaman Polyalthia longifolia pada awalnya
merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat.
Polyalthia longifolia adalah salah satu jenis tumbuhan hias yang telah lama
dibudidayakan sebagai tumbuhan peneduh kota yang berasal dari Negara Srilanka,
yang ditanam sebagai tumbuhan penghijau di pinggir jalan raya yang berfungsi
sebagai akumulator pencermaran udara (Suhaimi, 2017).
Klasifikasi dari tanaman Polyalthia longifolia adalah (Susilo dan Dhaniaputri,
2016):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliidae
Family : Annonaceae
Genus : Polyalthia
Species : Polyalthia longifolia
Polyalthia longifolia mengandung Clerodane diterpen, asam polyalthialdoic dan
asam kolavenik. Batang dan kulitnya juga mengandung alkaloid aporphine sitotoksik,
liriodenine, selain nor oliveroline dan oliveroline-beta-N-oxide. Azafluorene Alkaloid
juga ada di kulit daunnya (Kekuda et al., 2010).
Polyalthia longifolia di Indonesia biasa dikenal dengan pohon Glodogan tiang.
Tanaman ini mempunyai ciri morfologi daun dengan bangun daun berbentuk lanset,
ujung daun runcing, pangkal tumpul, tepi berombak, pertulangan daun menyirip,
permukaan daun licin mengkilat, warna hijau, dan duduk daun berseling. Sifat
perakaran tanaman ini tunggang, batangnya berbentuk bulat, arah tumbuh batang
tegak, sifat batang berkayu, dan permukaan batang kasar. Tanaman ini termasuk
mempunyai bunga majemuk, jenis buah buni, dan bentuknya bulat (Susilo and
Dhaniaputri, 2016).
Menurut Antari dan Sundra (2007) Polyalthia longifolia adalah jenis tanaman
yang memiliki akar yang dapat bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh
getaran dan mudah tumbuh di daerah panas. Polyalthia longifolia merupakan jenis
pohon yang tingginya 10-25m, batangnya lurus, daunnya tunggal berseling dan warna
daun hijau tua.

2.3. Ransum dan Konsumsi Ransum


Konsumsi ransum adalah proses masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada di
dalam ransum yang telah tersusun dari berbagai bahan pakan untuk memenuhi
kebutuhan ayam (Saleh et al., 2005). Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum
antara lain besar tubuh ayam, aktifitas sehari-hari, suhu lingkungan, kualitas dan
kuantitas ransum (NRC, 1994).
Bahan pakan merupakan zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan serta
diperlukan oleh ternak untuk tumbuh dan berproduksi. Ransum adalah campuran
berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk
memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan,
perkembangan dan reproduksi (Suprijatna et al., 2008).
Konsumsi merupakan jumlah makanan yang dimakan oleh seekor ternak, zat
makanan yang dikandungnya dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok
dan produksi hewan tersebut (Yunilas, 2005). Ayam mengkonsumsi ransum untuk
memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan
terus makan. Ayam yang diberi pakan dengan kandungan energi rendah maka ayam
akan makan lebih banyak (Suprijatna et al., 2008). Konsumsi ransum ayam setiap
minggu bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan. Ayam broiler
mengkonsumsi pakan lebih banyakdibandingkan minggu sebelumnya (Fadilah,
2004).
Konversi ransum menggambarkan berapa ransum yang dikonsumsi untuk
setiap kg pertambahan bobot badan. Konversi ransum adalah salah satu tolak ukur
untuk mengetahui apakah ransum yang diberikan pada ayam telah memenuhi syarat
atau belum. Semakin tinggi nilai konversi ransum, berarti ransum tersebut semakin
buruk kualitas nilai gizinya. Jumlah konsumsi ransum yang sama pada tingkat
pertambahan bobot badan yang semakin besar akan menghasilkan nilai konversi
ransum yang semakin kecil (Zainuddin, 2011).

2.4. Retensi Zat Makanan

Kegunaan penentuan kecernaan adalah untuk mendapatkan nilai bahan


makanan secara kasar, sebab hanya bahan makanan yang dapat dicerna yang dapat
diserap oleh tubuh. Kecernaan suatu bahan pakan merupakan pencerminan dari tinggi
rendahnya nilai manfaat dari bahan pakan tersebut. Kecernaan rendah, maka nilai
manfaatnya rendah pula. Kecernaan dapat dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan,
spesies hewan, defisiensi zat makanan, pengolahan bahan pakan, pengaruh gabungan
bahan pakan dan gangguan saluran pencernaan (Sukaryanaet et al.,2011).
Lemak merupakan salah satu kandungan nutrisi yang harus ada dalam pakan.
Lemak berperan untuk mempertinggi energi ransum dan mempertinggi palatabilitas
serta konsumsi ransum. Lemak juga dapat mengurangi sifat berdebu ransum dan
pemisahan bahan makanan (Anggorodi, 1995). Sedangkan kebutuhan lemak pada
ransum ayam broiler fase finisher sebanyak 3% (NRC, 1994). Banyaknya lemak
yang tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh ayam dibagi dengan banyaknya lemak
pakan yang di konsumsi disebut retensi lemak (Hariati,1989).
Sebrino (2016) menyatakan bahwa daya cerna bahan organik berkaitan erat
dengan daya cerna bahan kering karena sebagian dari komponen bahan kering terdiri
dari bahan organik dan retensi bahan organik dipengaruhi oleh retensi bahan kering.
Nilai kecernaan dipengaruhi oleh kandungan dan kualitas bahan pakan dan jumlah
konsumsi ransum (Pishnamazi et al., 2005).
Serat kasar adalah semua zat-zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0.3 N
dan dalam NaOH 1.5 N yang berturut-turut dimasak selama 30 menit
(Anggorodi,1994). Menurut Tillman et al (1991) bahwa semakin meningkat kadar
serat kasar dalam ransum maka semakin menurun daya cerna zat makanan didalam
ransum.

2.5. Feed Additive


Feed additive adalah suatu bahan yang dicampurkan ke dalam pakan yang
dapat mempengaruhi kesehatan maupun keadaan gizi ternak, meskipun bahan
tersebut bukan merupakan zat gizi atau nutrien (Adams, 2000). Feed additive adalah
bahan yang tidak termasuk zat makanan yang ditambahkan dengan jumlah sedikit dan
bertujuan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan populasi mikroba yang
menguntungkan yang ada di dalam saluran pencernaan ayam. Feed additive berfungsi
sebagai pemicu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan pada ayam, antara
lain antibiotik dan hormon (Nuningtyas, 2014).
Feed additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak
dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak maupun kualitas produksi.
Zat additive yang diberikan pada ternak digolongkan menjadi 4 yaitu: 1. Vitamin
tambahan, 2. Mineral tambahan, 3. Antibiotik, 4. Anabolik (hormonal), 5.
Agroindustri (Agustina 2006). Feed additive atau imbuhan pakan adalah setiap pakan
yang tidak lazim dikonsumsi ternak sebagai pakan yang sengaja ditambahkan,
memiliki atau tidak nilai nutrisi, dapat mempengaruhi karakteristik pakan atau produk
ternak. Bahan tersebut memiliki mikroorganisme, enzim, pengatur keasaman,
mineral, vitamin dan bahan lain tergantung pada tujuan penggunaan dan cara
penggunaannya (Zahid, 2012).
Manfaat pemberian feed additive dari segi fisiologis adalah mencegah
defisiensi vitamin dan mineral, malnutrisi ternak, dan mempertahankan produksi baik
secara kualitas maupun kuantitasnya (Fathul dkk.,2013).

2.6. Perkembangan Penelitian Tentang Penggunaan Polyalthia Longifolia


Perkembangan penelitian penggunaan senyawa aktif dari Polyalthia longifolia
dibidang kesehatan lingkungan maupun peternakan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Perkembangan Penelitan Polyalthia longifolia


N Judul Perlakuan Hasil Peneliti Tahun
o
1 Potensi Di Ekstraksi Polyalthia Anupam 2008
antibakteri dan dengan longifolia Ghosh et
ananlisis menggunaka menawarkann al
fitokimia daun n methanol potensi property
dewasa antibakteri
Polyalthia terhadap strain
longifolia referensi

2 Elemental Ekstraksi Biji matang dan Kekuda et 2014


Analysis and dengan mentah dari P. al
Bioactivities of DMSO pada longifolia yang
Ripe and Unripe 20 mg / ml terbukti
Pericarp of mengandung
Polyalthia berbagai unsur
longifolia mineral dalam
(Annonaceae) jumlah yang cukup
dan memilki
kandungan
bioaktif yang
berasal dari
phytoconstituents.
Biji P. longifolia
juga berpotensi
besar sebagai
terapi.
3 Pengaruh Tingkat Perlakuan Kepadatan lalu Heru Puji 2015
Kepadatan Lalu yang lintas yang Raharjo et
Lintas dan Waktu diberikan berbeda al
Pengamatan yang adalah mempengaruhi
Berbeda tanaman panjang dan lebar
Terhadap Ukuran diletakkan porus stomata.
dan Jumlah pada tingkat Waktu dan
Stomata Daun kepadatan Interaksi tidak
Glodokan polusi yang berpengaruh nyata
Polyalthia berbeda dan terhadap jumlah
longifolia. Sonn waktu stomata dan
pengamatan ketebalan daun.
yang berbeda
4 Uji Aktivitas Skrining Polyalthia Oludarete 2017
Antibakteri fitokimia berpotensi sebagai mitope et
Ekstrak Etanol Ekstraketano antibakteri dan al
Daun Glodokan l mengandung
Tiang (Polyalthia minyak esensial
longifolia S.) yang berguna
Terhadap Bakteri dalam pengobatan
Propionibacteriu beberapa infeksi.
m acnes
5 Pengaruh Kadar Perlakuanny Tumbuhan Suhaimi 2017
Timbal (Pb) a dianalisa Polyalthia
Terhadap dengan AAS longifolia yang
Kerapatan (Atomic ditanam sebagai
Stomata dan Absortion peneduh kota di
Kandungan Spectofotom Kota Langsa
Klorofil pada eter) memiliki kadar
Polyalthia Timbal(Pb) yang
longifolia berbeda di ketiga
sebagai Peneduh ruas jalan
Kota Langsa
Effect of Dietary Suplementasi Penggunaan Srinivasan 2017
6 Supplementation tepung daun tepung daun P. et al
of Polyalthia P. longifolia longifolia 0,1%
longifolia Leaf 0%, 0,1% dan 0,2% efektif
Meal on Alanine dan 0,2% mengurangi ALT
Transaminase dan AST serta
(ALT) and menunjukkan
Aspartate fungsi hati yang
Transaminase normal pada ayam
(AST) Levels in broiler.
Broiler Chicken
7 Assessment of Ekstrak Ekstrak etanol Soemarie 2018
Antibacterial, etanol 30%, daun glodokan et al
Phytochemical 40% dan tiang memiliki
Properties and 50% aktivitas
GCMS Profiling antibakteri
of Crude terhadap bakteri
Polyalthia Propionibacterium
Longifolia acne pada
Extract konsentrasi 30%,
40%, dan 50%
masing-masing
memiliki zona
hambat sebesar
8,83 mm, 9 mm,
dan 10,5 mm.

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan dikandang Fapet Farm Fakultas Peternakan
Universitas Jambi, selama 5 minggu mulai tanggal 4 Oktober sampai dengan tanggal
7 November 2019. Analisis zat makanan ransum dan ekstreta dilakukan di
Laboratorium Terpadu Universitas Jambi.

3.2. Materi dan Peralatan


Ayam yang digunakan pada penelitian ini yaitu 200 ekor DOC galur Lohman.
Bahan pakan yang digunakan adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan,
lysine, methionine, mineral mix, premix, dan tepung daun Polyalthia longifolia.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kandang ukuran 1m2
sebanyak 20 unit, tempat pakan, tempat minum, timbangan digital, lampu pijar,
lampu 40 watt, koran, sapu, ember. Digunakan juga seperangkat alat analisis retensi
zat makanan.

3.3. Metode

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan yang saling berkaitan
yaitu

Pembuatan
Persiapan Persiapan
tepung daun P.
ransum kandang
longifolia

Pengacakan
Pengambilan
kandang dan
data pemeliharaan

Gambar 1. Prosedur Penelitian


3.3.1. Pembuatan Tepung Daun Polyalthia Longifolia

Pembuatan tepung daun Polyalthia longifolia yaitu dengan mengumpulkan


daun-daun Polyalthia longifolia yang berada di kota jambi, tanpa membedakan umur
tanaman dan jenis daun yang muda atau daun tua. Daun diambil beserta tulangnya
dan dipisahkan dari ranting pohon. Kemudian masukkan ke dalam wadah dan cuci di
air mengalir. Setelah itu daun di jemur kemudian digiling dan diayak menggunakan
ayakan 60 mesh (Srinivisan et al., 2017).
Pengambilan
dan
Pencucian
pengumpulan
daun PL

Penggilingan
Pengeringan
dan pengayakan

Siap digunakan

Gambar 2. Proses pembuatan tepung daun Polyalthia longifolia (Srinivisan et al.,


2017).

3.3.2. Persiapan Ransum

Ransum yang digunakan adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung


ikan,lysine, methionine, mineral mix, premix, dan tepung daun Polyalthia longifolia.
Pembuatan ransum dilakukan dengan cara mencampurkan bahan yang jumlahnya
sedikit dan tekstur lebih halus terlebih dahulu, kemudian tambahkan sedikit demi
sedikit bahan yang berjumlah banyak. Kemudian ransum tersebut dicampur sedikit
demi sedikit sampai homogen.
Tabel 2. Kebutuhan Zat Nutrient Ransum Ayam Broiler

Zat Makanan Fase Broiler


Starter (0-3 Minggu) Finisher (3-6 Minggu)
Protein Kasar 24 20
Lemak Kasar 4 4
Serat Kasar <5* <5*
Kalsium 1,00 0,90
P total (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00)
Lisin 1,10 1,00
Methionin 0,50 0,38
Energi Metabolisme 3200 3000
(kkal/kg)
Sumber: NRC (1994) *SNI (2008)

Tabel 3. Kandungan Zat Makanan Bahan Penyusun Ransum Perlakuan

Bahan
No Pakan BK EM PK LK SK Ca P Lisy Met
86,74 1,77 0,29  0,18
a
1 Jagung 293a 9,25a a
3,87a 0,17a 2,00a b b

Bungki
l 88,22 3089 43,25 0,56
a a a a
2 Kedelai 4,86a 0,35a 0,99a 2,9b  0,6b
88,59 2968 1,93 28,09  0,16
a a a a a
3 Dedak 7,49 0,21a 0,96a 0 b

88,36 2643 49,68 6,72 3,97


a a a a
4 T.Ikan 9,25a 7,85 2,46 b
a a
 1,3b
Minera
5 l 0 0 0 0 0 32,5c 1c 0  0
5,34 1,14
d d
6 Premix 0 0 0 0 0 0  0
7 Minyak 0 8600 0 0 0 0 0 0  0
8 Liys 0 0 0 0 0 0 0 0,25  0
9 Met  0 0   0 0  0 0 0  0  0,25
Sumber: a) Hasil analisis Lab : Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor, 2019. b) Radhitya, (2015). c) Label komposisi kandungan kemasan
Mineralmix. d) Label komposisi kandungan kemasan Premix.

Tabel 4. Komposisi Bahan Penyusun Ransum Perlakuan

Bahan Perlakuan Starter (%) Perlakuan Finisher (%)


Jagung Kuning 46 44
Tepung Ikan 12 7,5
Dedak 14 22,5
Bungkil kedelai 26,4 23
Mineral 0,1 0,5
Premix 0,1 0,6
Minyak 1 1
Lysn 0,2 0,5
Met 0,2 0,4
Jumlah 100 100

Tabel 5. Kandungan Zat Makanan Ransum Perlakuan.

Bahan Perlakuan Starter (%) Perlakuan Finisher (%)


Bahan Kering 86,19 85,02
Protein Kasar 22,68 19,42
Lemak Kasar 2,04 1,84
Serat Kasar 8,10 9,83
Ca 1,12 0,98
P 1,61 1,52
Lysn 1,37 1,09
Met 0,42 00,35
EM (kkal/kg) 2983,82 2953,46
Sumber : Hasil perhitungan Tabel 3 dan Tabel 4

3.3.2. Persiapan Kandang

Persiapan kandang dilakukan dengan cara sanitasi kandang yaitu


membersihkan kandang dari sisa-sisa kotoran yang terdapat di kandang. Kandang
yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan cara kandang dicuci dengan
air bersih bagian lantai kandang disikat begitu juga dengan sekat-sekat yang akan
digunakan. Setelah itu tunggu kandang hingga kering, setelah kering lakukan
desinfeksi dengan cara menyemprotkan desinfektan ke dalam kandang dan sekitar
kandang kemudian dibiarkan hingga kering. Langkah selanjutnya adalah dilakukan
pengapuran dan dibiarkan selama satu minggu untuk memutus siklus hidup bibit
penyakit sebelum DOC dimasukkan. Peralatan kandang seperti tempat pakan dan
tempat minum disucihamakan hingga bersih dan terbebas dari bibit penyakit.
Selanjutnya 2 jam sebelum DOC datang terlebih dahulu menyediakan pakan dan air
minum serta menghidupkan lampu yang berfungsi sebagai pemanas. Kandang diberi
kode perlakuan secara acak, kemudian masukkan 200 ekor anak ayam berumur 1 hari
ke dalam 20 unit kandang dengan setiap kandang berisi 10 ekor ayam broiler.

3.3.3. Pengacakan Kandang dan Pemeliharaan

Penempatan ayam dan pemberian perlakuan didalam kandang dilakukan


secara acak, semua unit kandang diberi nomor beserta kode untuk ulangan. Kemudian
setiap ayam di beri nomor di kakinya dan di timbang untuk mengetahui bobot badan
awal ayam tersebut. Sebelum dimasukan ke dalam kandang di lakukan terlebih
dahulu uji keragaman bobot badan, kemudian di ambil secara acak dan di masukkan
kedalam kandang, kemudian setiap kandang di isi dengan 10 ekor ayam broiler.
Ternak dipelihara dalam kandang selama 5 minggu. Pemberian pakan
dilakukan tiga kali sehari, yaitu pagi hari pukul 07.00, siang hari pukul 12.00, dan
sore hari pukul 17.00. Pakan yang diberikan yaitu pakan basal yang telah
dicampurkan dengan tepung daun Polyalthia longifolia. Pemberian air minum pada
hari pertama, DOC diberikan air dengan campuran gula pasir, hal ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan energi yang hilang selama perjalanan, setelah 4 jam air larutan
gula diganti dengan air biasa yang diberikan secara adlibitum.

3.3.4. Pengambilan Data

Pengambilan data retensi menggunakan modifikasi metode Farrel (1978)


selama 3 x 24 jam atau 3 hari sebelum pemotongan. Untuk pengumpulan ekskreta
dipasang terpal dibawah kandang. Pengumpulan ekskreta dilakukan 1 x 24 jam.
Ekskreta yang dikumpulkan dipisah antara bulu, pakan dan benda asing lainnya lalu
ditimbang (bobot segar). Kemudian dijemur dan ditimbang kembali (bobot kering
udara). Ekskreta digiling (dihaluskan) untuk dijadikan sampel dalam analisis abu,
lemak kasar (LK) dan serat kasar (SK). Prosedur analisis proksimat (AOAC 1984)
penentuan abu, lemak kasar, serat kasar.

3.4. Rancangan Penelitian


Penelitian ini seluruh percobaannya menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Kandang yang digunakan sebanyak 20
unit, dimana setiap unit diisi dengan 10 ekor ayam broiler.
Perlakuan yang akan diberikan yaitu :
P0 = Ransum basal + 0 % tepung daun PL
P1 = Ransum basal + 1 % tepung daun PL
P2 = Ransum basal + 2% tepung daun PL
P3 = Ransum basal + 3 % tepung daun PL
Model matematis dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Steel dan
Torrie (1993) adalah sebagai berikut:
Үij = µ + αi + εij
Katerangan:
Үij =hasil pengamatan (respons) akibat pengaruh perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j
i = perlakuan ransum ke-i (1,2,3, dan 4)
j = ulangan ke-j (1,2,3,4, dan 5)
µ = nilai tengah umum (rata-rata populasi)
αi = pengaruh dari faktor perlakuan ransum ke-i
εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

3.5. Peubah yang Diamati


Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah retensi abu, lemak kasar dan
serat kasar.

Retensi abu
Menghitung kadar setiap abu sampel dengan metode analisis proksimat.
Setelah mengetahui kadar abu dari setiap sampel pakan maupun dari ekskreta, retensi
abu dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Retensi Abu = konsumsi (ABU)-ABU Ekskreta x 100%
Konsumsi ABU

Retensi lemak kasar


Menghitung kadar lemak kasar sampel dengan metode analisis proksimat.
Setelah mengetahui kadar LK dari setiap sampel pakan maupun dari ekskreta, retensi
lemak kasar dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Retensi LK = konsumsi lemak kasar(LK)-LK Ekskreta x 100%
konsumsi lemak kasar

Retensi serat kasar


Menghitung kadar serat kasar (SK) sampel dengan metode analisis proksimat.
Setelah mengetahui kadar SK dari setiap sampel pakan maupun dari eksktera, retensi
serat kasar dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
konsumsi serat kasar ( SK )−SK Ekskreta
Retensi SK = x 100 %
konsumsi serat kasar (SK )

3.6. Analisis Data

Data yang terhimpun dianalisis menggunakan analisis ragam sesuai rancangan


yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap. Bila terdapat pengaruh yang nyata
maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Retensi Abu

Rataan konsumsi, ekskresi, dan retensi abu ransum ayam broiler yang
ditambahkan tepung daun Polyalthia longifolia (PL) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Konsumsi, Ekskresi, dan Retensi Abu pada Ransum Ayam Broiler yang
ditambahkan Tepung Daun PL

Peubah yang Diamati


Perlakuan Konsumsi Abu Ekskresi Abu Retensi Abu
………(gram/ekor/hari)......... (%)
P0 2,44b±0,44 0,83±0,18 65,74±7,19
P1 3,37a±0,47 0,97±0,23 71,38±5,56
a
P2 3,57 ±0,33 0,98±0,24 72,26±8,84
P3 2,02b±0,68 0,79±0,17 62,70±8,24
Ket : P0 (Ransum basal tanpa tepung daun PL), P1 (Ransum basal+1% tepung daun PL),
P2(Ransum basal+2% tepung daun PL), P3 (Ransum basal+3% tepung daun PL). Superskrip
yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan tepung daun


PL kedalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi abu. Rataan
konsumsi abu pada penelitian ini berkisar 2,02-3,80 gram/ekor/hari. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Sulasmi et
al., (2013) bahwa konsumsi abu pada ayam broiler yang diberi perlakuan
penambahan jenis tepung daun leguminosa (5 %) yang berbeda sebanyak 3,89 g –
3,97 g.(Pembanding ini dicantumkan setelah dibahas) Hasil uji jarak berganda
Duncan menunjukkan bahwa ransum yang ditambahkan 1% (P1) dan 2% (P2) nyata
lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan daun PL (P0), kemudian penambahan
3% (P3) menurunkan konsumsi (ABU) sama dengan kontrol (P0). Hal ini diduga
karena tekstur ransum yang semakin halus dan adanya anti nutrisi berupa tannin (Tlg
ditambahkan dipendaluan mengenai tannin) didalam daun PL, dimana semakin tinggi
penambahan didalam ransum akan menyebabkan tekstur semakin halus dan
kandungan tannin semakin tinggi. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan
oleh Maradika (2007) bahwa keberadaan tannin didalam bahan pakan dapat
menurunkan konsumsi pakan, hal ini dikarenakan rasa tannin yang tidak enak (sepat).
(Komsumsi ransum saudara bgmn, tdk ada datanya)
Penambahan tepung daun PL kedalam ransum sampai level 3% berpengaruh
tidak nyata (P>0,05) terhadap ekskresi abu. Namun jika dilihat secara angka juga
menghasikan pola ekskresi yang sama dengan konsumsi abu, dimana semakin rendah
konsumsi menghasilkan ekskresi yang juga semakin rendah (Nelwida, 2009).
Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan tepung daun
PL sampai level 3% berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap retensi abu. Nilai
retensi abu pada penelitian ini adalah berturut-turut dari yang tertinggi diperoleh dari
ransum perlakuan P2 (72,26%), selanjutnya diikuti oleh perlakuan, P1 (71,38%), P0
(67,75%), dan P3 (62,70%) (Bahas dulu kenapa, baru pendapat peneliti lain).
Menurut Amrullah (2002) kecernaan atau retensi yang normal pada ayam broiler
sebesar 70%. Wulandari et al., (2012) menyatakan bahwa retensi kalsium dipengaruhi
oleh faktor perbandingan kalsium pada ransum, adanya asam fitat, dan jumlah serat
kasar dalam ransum. Ikatan asam fitat dengan kalsium mempengaruhi ketersediaan
kalsium pada saluran pencernaan dan Menurut Widodo (2002) faktor yang
mempengaruhi retensi abu adalah genetik, umur (fase fisiologis) dan kandungan abu
dalam bahan pakan tersebut. Tinggi rendahnya kandungan abu dalam ransum
mempengaruhi nilai retensi abu. Menurut Yanuartono et al., (2017) kandungan
saponin yang terdapat didalam daun PL dapat mempengaruhi penyerapan mineral dan
vitamin. Penelitian lain menunjukkan bahwa. Kalsium yang berlebih dalam ransum
akan dikeluarkan sebagai trikalsium phosphat, dan phosphor yang berlebih dalam
ransum akan dikeluarkan sebagai phosphat dari kalsium, sehingga kedua mineral ini
tidak dapat dimanfaatkan bila jumlahnya berlebih. Retensi kalsium dan phosphor
merupakan jumlah mineral yang diserap tubuh yang selanjutnya akan digunakan
untuk proses-proses metabolism di dalam tubuh ternak. Retensi kalsium dan
phosphor dalam tubuh menunjukkan peningkatan sejalan dengan peningkatan
konsumsi kalsium dan phosphor (Wahju, 1997).
4.2. Retensi Lemak Kasar

Rataan konsumsi, ekskresi, dan retensi lemak kasar ransum ayam broiler yang
diberi tepung daun Polyalthia longifolia (PL)) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Konsumsi, Ekskresi, dan Retensi Lemak Kasar pada Ransum Ayam Broiler
yang ditambahkan tepung daun PL

Peubah yang Diamati


Perlakuan Konsumsi Lemak Kasar Ekskresi Lemak Retensi Lemak
(KLK) Kasar(ELK) Kasar (RLK)
………(gram/ekor/hari)......... (%)
P0 2,41ab±0,44 0,72a±0,20 73,11±5,79
P1 2,74ab±0,38 0,76a±0,16 72,28±5,49
a
P2 3,01 ±0,27 0,83a±0,01 72,96±1,41
P3 2,03b±0,41 0,50b±0,11 74,66±6,16
Ket : P0 (Ransum basal tanpa tepung daun PL), P1 (Ransum basal+1% tepung daun PL),
P2(Ransum basal+2% tepung daun PL), P3 (Ransum basal+3% tepung daun PL). Superskrip
yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan tepung daun


PL dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi lemak kasar.
Konsumsi lemak kasar ransum pada penelitian ini berkisar antara 2,03-3,01
gram/ekor/hari. Hasil uji jarak berganda Duncan terhadap konsumsi lemak kasar
menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun PL pada level 1% (P1) menghasilkan
rataan konsumsi lemak kasar yang relatif sama dibandingkan dengan kontrol (P0), hal
ini diduga karena penggunaan 1% tepung daun PL dalam ransum belum memberikan
perbedaan yang signifikan dan komposisi zat makanan yang masih sama.
Penambahan 2% (P2) tepung daun PL nyata meningkatkan konsumsi lemak kasar
dan menurunkan konsumsi lemak kasar pada penambahan 3% (P3). Penurunan terjadi
karena semakin banyak penambahan level tepung daun. Hal ini diduga karena
kandungan zat aktif yang terdapat pada tepung daun PL. Percobaan dengan
pemberian pakan alfalfa yang juga mengandung zat bioaktif seperti saponin
menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan hal ini disebabkan oleh rasa pahit pada
saponin sehingga menurunkan palatabilitas dan konsumi pakan jika digunakan dalam
level yang tinggi (Sen et al., 1998). Menurut Soemari et al., (2018) analisis
kromatografi ekstrak methanol menunjukkan adanya kandungan alkaloid, flavonoid,
tannin, saponin dan glikosida. Kandungan lemak yang tinggi juga menyebabkan
konsumsi lemak menjadi tinggi.
Pemberian ransum yang ditambahkan tepung daun PL berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap ekskresi lemak kasar. Hasil uji jarak berganda Duncan terhadap
ekskresi lemak kasar menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun PL pada level 1%
(P1) dan 2% (P2) menunjukkan kisaran rataan yang sama dibandingkan dengan
kontrol (P0) namun pada level penggunaan 3% (P3) menghasilkan ekskresi lemak
kasar yang lebih rendah dibandingkankan dengan P0, P1 maupun P2 (Kenapa).
Menurut Maynard et.,al (2005) jumlah konsumsi ransum akan mempengaruhi jumlah
ekskresi yang dihasilkan yang mana ekskresi disebabkan oleh kecernaan ransum.
Pencernaan lemak memerlukan garam-garam empedu yang berfungsi untuk
mengemulsikan lemak dalam lekukan duodenum. Lemak yang berbentuk emulsi
dipecah oleh enzim lipase dari pankreas menjadi asam lemak dan gliserol sebagai
hasil akhir pencernaan lemak (Djulardi et al., 2006).
Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan tepung daun
PL dalam ransum sampai level 3% berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap retensi
lemak kasar. Angka retensi lemak kasar pada penelitian ini berkisar antara 70,18-
75,16% (Kenapa). Tingkat kecernaan lemak kasar pada penelitian ini lebih besar
dibandingkan kencernaan lemak kasar ransum yang diberi bungkil inti sawit hasil
penelitian Sukaryana et al., (2011) pada ayam broiler yakni sebesar 65,6%, dengan
menggunakan metode indicator lignin. Kecernaan atau retensi yang normal pada
ayam broiler sebesar 70% (Amrullah., 2002).
CATATAN;
KEMAREN DIMINTA JELASKAN KENAPA RETENSI BERBEDA NYATA,
SEMENTARA KONSUMSI DAN EKSRESI BERBEDA TIDAK NYATA,
KENAPA TIDAK DIJELASKAN

4.3. Retensi Serat Kasar


Rataan konsumsi, ekskresi, dan retensi serat kasar ransum ayam broiler yang
diberi tepung daun Polyalthia longifolia (PL) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Konsumsi, Ekskresi, dan Retensi Serat Kasar pada Ransum Ayam Broiler
yang ditambahkan tepung daun PL

Peubah yang Diamati


Perlakuan Konsumsi Serat Kasar Ekskresi Serat Retensi Serat
(KSK) Kasar(ESK) Kasar (RSK)
………(gram/ekor/hari)......... (%)
P0 4,24±0,77 2,79b±0,40 28,09±10,32
P1 5,98±1,70 3,64a±0,49 36,49±13,38
P2 5,68±0,52 3,89a±0,06 31,12±6,05
P3 4,90±0,74 3,36ab±0,74 31,39±10,32
Ket : P0 (Ransum basal tanpa tepung daun PL), P1 (Ransum basal+1% tepung daun PL),
P2(Ransum basal+2% tepung daun PL), P3 (Ransum basal+3% tepung daun PL). Superskrip yang
berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa pemberian tepung daun


PL tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi serat kasar (KENAPA).
Rataan konsumsi serat kasar pada penelitian ini berkisar antara 4,24-5,98
gram/ekor/hari, berada dalam kisaran penelitian Mairizal (2009) bahwa konsumsi
serat kasar berkisar 2,13-10,67gram/ekor/hari. Tinggi rendahnya konsumsi ransum
dipengaruhi oleh kandungan serat kasar yang ada pada ransum tersebut. Ransum yang
tinggi kandungan serat kasarnya menyebabkan kurang palatable,sehingga
menghasilkan konsumsi yang rendah. Rata-rata SK ransum pada penelitian ini adalah
8,72%. Menurut Amrullah (2003) serat kasar yang tinggi menyebabkan unggas
merasa kenyang, sehingga dapat menurunkan konsumsi karena serat kasar bersifat
produktif. Kandungan serat kasar pada daun PL sebesar 18,50% (Ojewuyi et al.,
2014).
Pemberian ransum yang ditambahkan tepung daun PL berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap ekskresi serat kasar. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan
penambahan tepung daun PL secara nyata meningkat jika dibandingkan dengan
kontrol (P0 (KENAPA)). Menurut Noersidiq (2015) bahwa semakin meningkatnya
konsumsi serat kasar maka semakin meningkat ekskresi serat kasar sehinga
menurunkan kecernaan serat kasar. Rataan ekskresi serat kasar pada penelitian ini
berada dalam kisaran penelitian Mairizal (2009) berkisar 2,13-8,91 gram/ekor/hari.
Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan tepung
daun PL kedalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap retensi serat
kasar pada ayam broiler. Penambahan tepung daun PL kedalam ransum sampai level
3% tidak mempengaruhi retensi serat kasar (KENAPA). Retensi pada penelitian ini
lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Janatun (2014) bahwa retensi serat
kasar pada ayam broiler yang diberi temu ireng yaitu 53,76 – 68,00 % hampir relative
sama dibandingkan hasil penelitian Sapitri (2015) bahwa retensi serat kasar yang
diberi ransum tepung kulit nanas fermentasi berkisar 27,59-38,29%. Menurut Ani et
al., (2012) bahwa penggunaan pakan berbasis hijauan memberi efek peningkatan
serat kasar ransum yang berdampak pada pemanfaatan energi oleh broiler. Mc
Donald et al., (2002) bahwa kecernaan bahan makanan erat kaitannya dengan
komposisi dan jumlah fraksi serat dan menurut Suciani et al., (2011) bahwa serat
kasar dapat meningkatkan laju digesta sehingga nilai kecernaan zat makanan
termasuk energi rendah sebab banyak yang keluar bersama ekskreta. Besarnya nilai
kecernaan serat kasar pada unggas umumnya berkisar antara 20-30% (Suprijatna.,
2010).

CATATAN;
JELASKAN KENAPA EKSKRESI BERBEDA NYATA, SEMENTARA
KONSUMSI DAN RETENSI BERBEDA TIDAK NYATA, KENAPA TIDAK
DIJELASKAN

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penambahann tepung daun Polyalthia longifolia sebagai feed aditive sampai


level 3% pada ransum ayam broiler dapat dilakukan tanpa mempengaruhi retensi abu,
lemak kasar dan serat kasar.

5.2. Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan tepung


daun Polyalthia longifolia sebagai feed additive kedalam ransum terhadap retensi
karena belum banyak penelitiannya.
DAFTAR PUSTAKAXAgustina, R. 2006. Penggunan ramuan herbal sebagai feed
additive untuk meningkatkan performance broiler. Lokakarya Nasional Inovasi
Teknologi dalam Mendukung Usaha ternak Unggas Berdaya Saing. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Bogor.

Aletor, I.I. Hamid dan E. Pfeffer. 2000. Low, protein, amino acid- supplemented
diets in broiler chickens: Efect of performance, carcass characteristics, whole
body composition and efficiencies of nutrient utilization. J. Sci Agric. 80: 547-
554

Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Broiler.Seri Beternak Mandiri. Lembaga Satu Gunung
Budi, Bogor.

Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia. Jakarta. 

Ani, A. O., O. D Omeje and L. C. Ugwuwowo. 2012. Effect of raw Bambara nut
(Voandzeia subterranea) and apparent nutrition retention in broiler chicken.
African J. of Biotech., 11(56): 11991-11997.

Antari AARJ, Sundra IK. 2007. Kandungan timah hitam (Plumbum) pada tanaman
peneduh jalan di kota Denpasar. J. Bumi Lestari 7 (1): 31-38.

Budiansyah, A., 2010. Performan Ayam Broiler yang Diberi Ransum yang
Mengandung Bungkil Kelapa yang Difermentasi Ragi Tape Sebagai Pengganti
Sebagian Ransum Komersial. J. Ilm. Ilmu-Ilmu Peternak. 13, 260–268.

Djulardi A, H Muis, dan SA Latif. 2006. Nutrisi aneka ternak dan satwa harapan.
Cetakan Pertama. Andalas University Press, Padang.

Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Farrel, D. J. 1978. Rapid Determination of Metabolizale Energy of Foods Using


Cockerels. Br. Poultry Sci., 19 : 303 - 308.
Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih, dan S.Tantalo. 2013. Pengetahuan Pakan dan
Formulasi Ransum. Jurusan Peternakan. Lampung : Fakultas Peternakan.
Fatmaningsih, R., Riyanti, Nova, K., 2016. Performa Ayam Pedaging pada Sistem
Brooding Konvensional dan Thermos. J. Ilm. Peternak. Terpadu 4, 222–229.

Hanisca, J. 2014. Retensi Bahan Kering, Bahan Organik, Protein Kasar dan Serat
Kasar Pakan Yang Diberi Temu Ireng (Curcuma aeruginosa) Pada Ayam
Broiler

Hariati, A. M 1989. Makanan Ikan. UNIBRAW / LUW / Fisheries Product


Universitas Brawijaya. Malang. hal 21-35.

Jannatun, H. 2014. Retensi Bahan Kering, Bahan Organik, Protein Kasar Dan Serat
Kasar Pakan Yang Di Beri Temu Ireng (Curcuma aeruginosa) pada Ayam
Broiler.

Kekuda, T.R.P., Mallikarjun, N., Swarnalatha, S.P., Surabhi, K.S., Preethi, H.R.,
Vinayaka, K.S., 2010. Studies on Effect of Methanol Extract of Polyalthia
longifolia Thw and Abrus pulchellus Wall on Germination and Mycotic
Infection of Sorghum Seeds. Int. J. Appl. Agric. Res. 5, 503–509.

Mairizal. 2009. Pengaruh Pemberian Kulit Ari Biji Kedelai Hasil Fermentasi dengan
Aspergillus niger sebagai Pengganti Jagung dan Bungkil Kedelai dalam
Ransum terhadap Retensi Bahan Kering Bahan Organik dan Serat Kasar pada
Ayam Pedaging. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari, 12 (1): 35-40.

Manesh, M. K. 2012. Influence of poly germander (Teucrium polium) and watercress


(Nasturtium officinale) extract on performance, carcass quality and blood
metabolites of male broilers. J. Anim Vet Sci 30: 34-38.

Maradika, G. 2007. Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal dengan Penambahan
Tepung Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Daun Singkong pada
Pakan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Massolo, R., Mujnisa, A., Agustina, L., 2016. Persentase Karkas dan Lemak
Abdominal Broiler yang Diberi Prebiotik Inulin Umbi Bunga Dahlia (Dahlia
variabillis). Bul. Nutr. dan makanan Ternak 12, 50–58.

Maynard, L. A., JK. Loosli, HF, Hintz and R G,Warner. 2005. Animal Nutrion
(7thEdition) Mcgrow-Hill Book Company. New York. US.

McDonald P, Edwards RA, Greennalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition
6thed. New York (USA): Longman Scientific and Technical.

Nelwida. 2009. Efek Penggantian Jagung dengan Biji Alpukat yang direndam Air
Panas dalam Ransum terhdap Retensi Bahan Kering, Bahan Organik dan
Protein Kasar pada Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol.
XII. No 1. Hal 50-56.

Noersidiq, A. 2015. Pengaruh Pemberian Tepung Kulit Nanas yang diFermentasi


dengan Yoghurt terhadap Retensi Bahan Kering, Protein kasar dan Kecernaan
Serat Kasar pada Ayam Broiler Fase Awal. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi.

NRC. 1994. Nutrient Requirements of Swine. 10th Ed. National Academy Press,
Washington D. C.

Nuningtyas, Y.F. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Bawang Putih (Allium


sativum) sebagai aditif Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging. J.
Ternak Tropikal 15 (1): 21-30.

Ojewuyi, O.B, Ajiboye, T. O, Adebanjo, E. O, Balogun, A, Mohammed, A.O. 2014.


Proximate composition, phytochemical and mineral contents of young and
mature Polyalthia Longifolia Sonn.leaves. Fountain Journal of Natural and
Applied Sciences: 3(1): 10-19.

Pal D, Bhattacharya S, Baidya P, De BK, Pandey JN, Biswas M. (2011)


Antileishmanial activity of Polyalthia longifolia leaf extract on the in vitro
growth of leishmania donovani promastigotes. Global Journal of
Pharmacology, 5, 97-100.

Pishnamazi, A., Pourreza, J ., Edriss, M. A., and Samie, A. H. 2005. Influenza of


Broiler Breeder and Laying Hen Breed on the Apparent metabolizble Energy
of Selected Feed Ingredients, Internasional Journal of Poultry Science 4(3) :
163-166.

Rahmatnejad, E., O. Roshanfekr, M. Asharyerizadeh, Mammooee and A.


Ashayerizadeh. 2009. Evaluation of several non-antibiotic additives on growth
performance of broiler chickens. J. Anim Vet Sci 8: 1670-1673.

Saleh, E., J. Rifai, dan E. Sari. 2005. Pengaruh pemberian tepung enceng gondok
(Eichhornia grassipes dan paku air (Azolla Pinnata) fermentasi terhadap
performans ayam broiler. Jurnal Agribisnis Peternakan, 2008; 1 (3):87-92.

Sampath M, Vasanthi M. (2013) Isolation, structural elucidation of flavonoids from


Polyalthia longifolia (sonn) Thawaites and evaluation of
antibacterial,antioxidant and anticancer potential. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Science,5, 336-341.
Sapitri, N. 2015. Retensi Zat Makanan Pada Ayam Broiler yang
mengkonsumsiRansum Mengandung Tepung Kulit Nanas Fermentasi.
Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Sebrino, D. 2016. Retensi Zat Makanan Bungkil Inti Sawit, Bungkil Kedele dan
Dedak yang Disuplementasikan Enzim Protease pada Ayam Broiler . Skripsi.
Fakultas Peternakan. Universitas Jambi.

Sen, S., H.P.S. Makkar dan K. Becker.1998. Alfalfa Saponins and Their Implication
in Animal Nutrition. J. Agric. Food Chem. 46 : 131-140.

Solihin, A. 2014. Skripsi : Morfologi Daun, Klorofil dan Stomata Glodokan


(Polyalthia longifolia) Pada Daerah Dengan Tingkat Paparan Emisi Kendaraan
yang berbeda di Yogyakarta. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga.

Soemarie, Y.., Apriliana, A., Indriastuti, M., Fatimah, N., Wijawa, H., 2018. Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Glodokan Tiang (Polyalthia
longifolia S.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes. J. Farm. Lampung 7,
15–27.

Srinivasan, C., P. Gangadevi, K. Ally, D. Ananth, B. Chacko, and P. Sathya. 2017.


Effect of Dietary Supplementation of Polyalthia Longifolia Leaf Meal on
Alanine Transaminase (ALT) and Aspartate Transaminase (AST) Levels in
Broiler Chicken. International Journal of Current Microbiology and Applied
Sciences 6 (11): 887–89.

Suciani, K.W. Parimartha, N.L.G. Sumardani, I.G.N.G. Bidura, I.G.N. Kayana,


danS.A. Lindawati. 2011. Penambahan multi enzim dan ragi tape dalam
ransum berserat tinggi (pod-kakao) untuk menurunkan kolestrol daging ayam
broiler. Jurnal Veteriner 12 (1):69-76.

Suhaimi, 2017. Pengaruh Kadar Timbal (Pb) Terhadap Kerapatan Stomata dan
Kandungan Klorofil Pada Glodokan (Polyalthia Longifolia Sonn) Sebagai
Peneduh Kota Di Langsa. J. Islam. Sci. Technol. 3, 95–110.

Sukaryana, Y., U. Atmomarsono, V. D. Yunianto, E. Supriyatna. 2011. Peningkatan


nilai kecernaan protein kasar dan lemak kasar produk fermentasi campuran
bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler. JITP, 1(3): 167-172.

Sulasmi, Sapsuha Y , Saelan E. 2013. Pengaruh Penambahan Jenis Tepung Daun


Leguminosa yang Berbeda Terhadap Konsumsi,Pertambahan Bobot Badan
dan Konversi Ransum Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan.
Vol 6 no 1 : 1-7.
Suprijatna, E., Umiyati Atmomarsono, Ruhyat Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar
Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprijtna, E. 2010. Strategi Pengembangan ayam lokal berbasis sumber daya lokal
dan berwawasan lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Unggas lokal ke IV.
Hal : 55-79.

Susilo, M.J., Dhaniaputri, R., 2016. Analisis Potensi Pengembangan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Di Kampus Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta 782–811.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S.Prawirakusumo dan


S.Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press , Yogyakarta.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakkan Ke 3. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Widodo, W . 2002. Nutrisi Pakan Unggas Kontekstual. Fakultas Peternakan-


Perikanan Universitas Muhammadiyah, Malang.

Wulandari, E,C., W, Murningsih., H. I. Wahyuni. 2012. Deposisi Kalsium dan


Phosphor pada Cangkang Telur Ayam Arab dengan Pemberian berbagai
Level Azolla Microphylla.

Zahid. M, 2012. Hasil Pengujian Sampel Imbuhan Pakan (Feed additive) Golongan
Antibiotika. Pelayanan Sertifikasi dan Pengamanan Hasil Uji Balai Besar
Pengujian Mutu dan sertifikasi Obat Hewan. Bogor.

Wati, A.K., Indarto, E., Dono, N.D., Zuprizal, Kustantinah, Wihandoyo, 2018.
Performan Ayam Broiler dengan Penambahan Tepung Daun Calliandra
calothyrsus dalam Pakan 16, 74–79.

Yanuartono, H. Purnamaningsih, A. Nururrozi dan S. Indrajulianto. 2017. Saponin


Dampak Terhada Ternak (Unggas). Vol 6 no 2 : 79-90.

Yunilas. 2005. Performans ayam broiler yang diberi berbagai tingkat protein
hewani dalam ransum. Jurnal Agribisnis Peternakan 1(1).

Yuwanta, T. 2004. Dasar ternak Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Zahid. M,


2012. Hasil Pengujian Sampel Imbuhan Pakan (Feed Additive) Golongan
Antibiotika. Pelayanan Sertifikasi dan Pengamanan Hasil Uji Balai Besar
Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan.Bogor.

Zainuddin, D. 2011. Subsitusi Tepung Daun Mengkudu Dalam Ransum


Meningkatkan Kinerja Ayam Broiler. Matematika, Sains, Dan Teknologi 12 (2):
92–100.

Anda mungkin juga menyukai