SKRIPSI
SKRIPSI
Oleh:
ASYIAH EVA RAHAYU
181201023
Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing
Afifuddin Dalimunthe, SP., MP. Dr. Kansih Sri Hartini S.Hut., MP.
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Tanggal Ujian:
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
ABSTRACK
ASYIAH EVA RAHAYU: Use of Husk Charcoal and Watering Interval on the
Growth of Avocado (Persea americana) Seedlings. Supervised by AFIFUDDIN
DALIMUNTHE and KANSIH SRI HARTINI.
One of the factors contributing to the accelerated rate of forest degradation is the
community's dependence on natural resources. Planting MPTS is a solution
because Multi Purpose Tree Species (MPTS) can improve soil properties in
Torgamba District. The type of MPTS used is Avocado because it is suitable for
intercropping with seasonal crops. The purpose of this study was to obtain the
composition of the use of rice husk charcoal as a planting medium and watering
intervals that produce good growth of avocado seedlings. This research was
carried out June - September 2022 in the greenhouse of the Faculty of Agriculture,
University of North Sumatra. Using a completely randomized factorial design
with 2 factors, namely the dose of rice husk charcoal and (0%, 25%, 50%, 75%)
and watering (once a day, once in 2 days, once in 3 days, once in 4 days) so that
16 treatments were obtained. with 3 repetitions. The results of this study indicated
that the interaction between the use of husk charcoal and watering intervals gave
significant results on the parameters of height, upper wet weight and lower wet
weight of avocado seedlings. The S3A1 treatment (75% husk watered once a day)
gave optimal results on the height parameter (15.87 cm), the upper wet weight
parameter (18.9 grams) and the lower wet weight parameter (15 grams).
iii
ABSTRAK
iv
RIWAYAT HIDUP
v
KATA PENGANTAR
Penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang
berjudul “Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman terhadap
Pertumbuhan Bibit Alpukat (Persea americana Mill.)” untuk memenuhi
persyaratan menyelesaikan studi Program S1 Kehutanan, Universitas Sumatera
Utara.
Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan
dan juga doa dari berbagai pihak. Teristimewa kedua orang tua yaitu Ayahanda
Juni Amdy Pakpahan dan Ibunda Suriati Nainggolan yang tidak pernah berhenti
memberikan doa dan dukungan yag tulus sampai sekarang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Afifuddin Dalimunthe, SP., MP selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP selaku komisi pembimbing yang telah
sabar memberikan bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Tito Sucipto, S.Hut., M.Si., IPU selaku Ketua Program Studi
Kehutanan dan Ibu Dr. Arida Susilowati, S.Hut., M.Si selaku Sekretaris
Program Studi Kehutanan, Para Dosen Pengajar Program Studi Kehutanan dan
Para Pegawai Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
3. Adik kandung Nur Chodizah dan Yusrizal Muhaimin yang telah memberikan
banyak semangat untuk kesiapan skripsi ini.
4. Sahabat penelitian Andi, M. Irsyad dan Fachri yang sangat membantu melewati
penelitian ini.
5. Sahabat terkasih Kaffah, Aqilah, Sabylita, Wita, D Fahira, D Putri, Indi,Oryza
dan Yopita yang selalu memberi semangat.
6. Teman-teman dari kelas Hut B 2018 dan kelas Budidaya Hutan 2018 yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah penulis
sebutkan. Penulis berharap skripsi ini memberikan manfaat kepada berbagai
pihak. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... ii
ABSTRACK....................................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum dan Geografi Kecamatan Torgamba ................................. 4
Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)...... 4
Syarat Tumbuh Tanaman Alpukat (Persea americanaMill.)...................... 5
Manfaat Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)................................ 6
Peranan Media pada Pertumbuhan Tanaman ............................................. 7
Manfaat Arang Sekam pada Pertumbuhan Tanaman ................................. 7
Peranan Air pada Pertumbuhan Tanaman .................................................. 9
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ....................................................................................10
Alat dan Bahan .........................................................................................10
Rancangan Penelitian ................................................................................10
Prosedur Penelitian ...................................................................................11
Parameter yang Diukur .............................................................................12
Analisis Data ............................................................................................13
vii
Bobot Kering Bagian Bawah .....................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
11. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Basah Bagian Atas
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................42
12. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Kering Bagian
Atas Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................43
13. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Basah Bagian
Bawah Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................43
14. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Kering Bagian B
awah Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................44
15. Uji Normalitas pada Pertambahan Tinggi Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................44
16. Uji Normalitas pada Pertambahan Diameter Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................44
17. Uji Normalitas pada Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................44
18. Uji Normalitas pada Pertambahan Bobot Basah Bagian Atas Tanaman
Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................45
19. Uji Normalitas pada Pertambahan Bobot Kering Bagian Atas Tanaman
Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................45
20. Uji Normalitas pada Pertambahan Bobot Basah Bagian Bawah Tanaman
Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................45
xi
21. Uji Normalitas pada Pertambahan Bobot Kering Bagian Bawah Tanaman
Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................45
22. Pembuatan Arang Sekam Padi, (a) menyangrai sekam padi sampai
berwarna kehitaman, (b) sekam padi setelah berubah warna dan sedang di
dinginkan ..................................................................................................45
23. Pengolahan Media Tanam, (a) pengambilan tanah di kecamatan
Torgamba, (b) pencampuran tanah dengan arang sekam ............................46
24. Penyiapan media tanam, (a) memasukkan media tanam ke dalam
polybag, (b) melakukan aklimatisasi .........................................................46
25. Pengukuran Bibit Alpukat (Persea americana Mill.), (a) pengukuran
tinggi (cm) , (b) pengukuran diameter (cm) ...............................................46
26. Bibit Alpukat (Persea americana Mill.), (a) awal penelitian, (b) akhir
penelitian ..................................................................................................47
27. Pengukuran Bobot pada Bibit Alpukat (Persea americana Mill.),
(a) menimbang bobot basah, (b) pengovenan bobot kering ........................47
xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan adalah tempat untuk berbagai makhluk hidup tumbuh dengan baik
disana, termasuk pohon, semak, jamur, hewan liar, pakis dan makhluk lainnya.
Ekosistem hutan merupakan hubungan yang saling menguntungkan antara
makhluk hidup dengan lingkungannya, dimana rantai makanan berkembang dan
makhluk hidup saling bergantung satu sama lain. Namun belakangan ini, akhir-
aktivitas manusia telah merusak hutan, khususnya masyarakat yang berbatasan
langsung dengan hutan. Hutan-hutan dirusak untuk kehidupan manusia seperti
penebangan liar, konversi hutan dan masih banyak lagi, sementara hutan
menyediakan kehidupan bagi semua makhluk hidup. Faktor utama masyarakarat
sekitar hutan merusak hutan yaitu faktor ekonomi (Arif, 2016).
Faktor-faktor yang mempercepat laju kerusakan hutan salah satunya yaitu
ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam, permintaan yang sangat
tinggi atas pasokan dan produksi kayu serta permintaan akan harga dan barang
perkebunan semakin meningkat (Indrarto et al., 2013). Hutan memiliki banyak
fungsi diantaranya yaitu kualitas air yang baik dikarenakan akar tanaman dan
tanah hutan menginfiltrasi air hujan dan menyaringnya, mengurangi peristiwa
banjir dan kekeringan, penghasil dan penyerap karbon yang berkaitan dengan
perubahan iklim (Wibowo dan Ginting, 2016).
Penanaman merupakan salah satu kegiatan yang dapat memperbaiki dan
meningkatkan jumlah dan kualitas hutan yang terdegradasi. Penanaman jenis
MPTS menjadi salah satu solusi karena strategi dalam pengelolaan lahan yang
dikenal dengan Multy Purpose Tree Species (MPTS) melibatkan penanaman dan
pemeliharaan berbagai jenis kayu untuk menghasilkan tidak hanya kayu
melainkan juga daun serta buah yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan tetapi juga sebagai pakan untuk ternak (Kartasubrata, 1991). MPTS juga
dapat menjaga fungsi ekologis dan masyarakat bisa mendapatkan keuntungan
ekonomi dengan memanen hasil hutan bukan kayu (Fitriyani et al., 2020).
Jenis tanaman alpukat (Persea americana Mill.) mempunyai manfaat bagi
masyarakat dari segi ekonomi dan ekologi. Pemanfaatan hasil alpukat berguna
2
bagi masyarakat yang berada di sekitar hutan untuk tidak menebang pohon. Hal
tersebut dimungkinkan untuk menjaga kelestarian pohon dengan baik dan menjadi
sumber pangan yang berkelanjutan (Asmahrahman, 2019).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam
(internal) dan faktor luar (ekstrenal). Variabel genetik adalah yang berasal dari
dalam tumbuhan sementara itu pengaruh lingkungan adalah yang berasal dari luar
tumbuhan (Gardner et al., 1991). Menurut pendapat Salisbury dan Ross (1995)
suhu memiliki dampak langsung terhadap fungsi tumbuhan seperti fotosintesis,
respirasi, permeabilitas dinding sel, serapan nutrisi dan air, transpirasi, aktivitas
enzim dan protein. Suhu juga berdampak pada pergerakan atau hilangnya uap air
dari stomata daun. Pada suhu rendah laju transpirasi biasanya rendah, ketika suhu
naik laju transpirasi akan meningkat. Bila terjadi transpirasi yang berlebihan, air
yang hilang akan melebihi asupan kebutuhan tanaman sehingga menyebabkan
tanaman menjadi tidak baik dan layu (Dwidjiseputro, 1983). Semakin banyak air
yang dapat diakses dari tanah, semakin baik pula tanaman dalam melakukan
penyerapan terhadap unsur hara. Jika tersedia cukup air tanah maka penambahan
pupuk akan meningkatkan efisiensi air (Mitchell, 1983).
Arang sekam dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk memperbaiki sifat
tanah (meningkatkan kualitas tanah) dalam memperbaiki lahan dan meningkatkan
hasil tanaman. Penggunaan arang sekam dalam dosis kecil sudah dapat
memberikan nutrisi pada tanah. Banyaknya lahan terbuka dan lahan marginal
yang disebabkan oleh penurunan kualitas lahan hanya menyisakan subsoil (tanah
tipis) sehingga penggunaan campuran arang sekam menjadi sangat penting
(Supriyanto dan Fiona, 2010). Bahan organik dapat memberi nutrisi bagi tanaman
salah satunya adalah arang sekam, bahan organik lebih disukai daripada bahan
anorganik sebagai substrat tanaman (Hunter dan Deshusses 2020).
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan komposisi penggunaan
arang sekam sebagai media tanam dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan
bibit Alpukat (Persea americana Mill.).
3
Hipotesis Penelitian
1. Perlakuan pemberian arang sekam berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan bibit Alpukat (Persea americana Mill.)
2. Perlakuan interval penyiraman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
bibit Alpukat (Persea americana Mill.)
3. Interaksi antara perlakuan pemberian arang sekam dan interval
penyiraman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit Alpukat
(Persea americana Mill.)
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait media
arang sekam yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman bibit Alpukat
pada saat kekurangan intensitas air di lapangan.
5
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kolesterol, batu ginjal, sariawan dapat
diobati dengan menggunakan daun alpukat (Hidayat dan Napitupulu, 2015).
Bagian pohon alpukat sekitar 50% adalah batang dan ranting sehingga
mempunyai limbah kayu. Beberapa sifat fisik kayu alpukat berpotensi untuk
dimanfaatkan lebih lanjut sebagai bahan bangunan tetapi penerapannya masih
sangat lemah di Indonesia Keistimewaan secara umum kayu alpukat ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan pembuatan panel (papan semen) (Aventi,
2008 ).
berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan panjang
akar. Adapun perlakuan media yang baik adalah untuk pertumbuhan bibit
Trembesi yaitu tanah dengan komposisi 75% dan arang sekam 25 %, sehingga
perlakuan tersebut dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini. Adapun unsur-
unsur penting dalam membantu pertumbuhan tanaman unsur hara, air serta
oksigen harus tersedia didalam media tumbuh tanaman.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktorial dengan dua faktor yaitu penggunaan arang sekam dan interval
penyiraman.
Faktor pertama adalah penggunaan arang sekam (S) yang terdiri dari 4
taraf perlakuan. Pemilihan banyak penggunaan arang sekam diatas berdasarkan
penelitian sebelumnya yaitu Sofyan et al (2014) yaitu :
S0 = 100 % tanah marginal (control)
S1 = 75 % tanah marginal : 25 % arang sekam
S2 = 50 % tanah marginal : 50 % arang sekam
S3 = 25 % tanah marginal : 75 % arang sekam
Faktor kedua adalah interval penyiraman (A) yang terdiri dari 4 taraf
perlakuan yaitu:
A1 = 1 x 1 hari
A2 = 1 x 2 hari
A3 = 1 x 3 hari
A4 = 1 x 4 hari
11
Prosedur Penelitian
Pembuatan Arang Sekam
Alat yang digunakan adalah tungku, seng dan pengaduk. Tahap pertama
yang dilakukan adalah menyiapkan kayu dan tungku. Kemudian meletakkan kayu
di tengah tungku. Setelah itu membakar kayu menggunakan pematik. Kemudian
meletakkan seng di atas tungku. Meletakkan sekam padi di atas seng. Selanjutnya
menyangrai sekam sambil mengaduk sampai agak kehitaman. Setelah itu
memindahkan dan mendiamkan sekam yang telah disangrai tersebut sampai
dingin.
12
Penyiapan Media
Membuat komposisi media sesuai dengan perlakuan. Kemudian
memasukkan pada polybag yang sudah diberi label perlakuan.
Penyiapan Bibit
Bibit yang digunakan seragam umurnya yaitu tiga bulan dan tampilan bibit
yang kurang lebih seragam. Bibit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
bibit yang dijual di Jalan Bunga Herba Padang Bulan.
Interval penyiraman
Interval penyiraman bibit alpukat dilakukan sesuai dengan perlakuan yang
diberikan. Penyiraman bibit yang dilakukan yaitu 1x1 hari, 1x2 hari, 1x3 hari dan
1x4 hari. Penyiraman bibit dilakukan secara teratur sesuai interval penyiraman
masing-masing bibit.
RP = rα,p,v √𝐾𝑇𝐺/𝑟
Pertambahan Tinggi
Rata- rata pertambahan tinggi bibit alpukat setiap 2 minggu selama 3 bulan
disajkan pada Gambar 2 berikut ini:
45
40
35
Tinggi Bibit (cm)
30
25
20
15
10
5
0
Minggu ke- 0 2 4 6 8 10 12
S0A1 S0A2 S0A3 S0A4
S1A1 S1A2 S1A3 S1A4
S2A1 S2A2 S2A3 S2A4
Gambar 2. Gafik Pertambahan Tinggi Bibit Alpukat (Persea americana Mill.) Selama 3
Bulan (cm)
memberikan volume penyiraman yang lebih rendah dan interval penyiraman yang
lebih lama (Anggraeni et al., 2015). Sehingga perlakuan S0A4 merupakan
pertambahan tinggi terendah dari semua perlakuan, suhu di rumah kaca cukup
tinggi yang menyebabkan meningkatnya laju transpirasi.
Penambahan arang sekam pada media yang digunakan menunjukkan hasil
yang meningkat pada setiap minggunya. Teruji dari tinggi tanaman pada
pengukuran setiap 2 minggu. Hal ini sesuai dengan Agustin et al (2014) bahwa
arang sekam merupakan jenis media yang telah mengalami pembakaran sehingga
menghasilkan konsentrasi karbon yang tinggi dan dekomposisi yang cepat. Selain
itu, arang sekam padi memiliki pori pori yang lebar memudahkan nutrisi diserap
disekitarnya dan disimpan didalam pori-pori tersebut dan juga memiliki daya
penyerapan yang tinggi.
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa
perlakuan penggunaan arang sekam, interval penyiraman dan interaksi kedua
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit alpukat, karena itu dilakukan uji
lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) yang ditampilkan pada Gambar 3.
18
15,87 l
16
13,93 k
14
12,27 j
11,57 ij
Tinggi Bibit (cm)
12 11,10 i
9,87 h 9,83 h
10 9,20 gh
8,60 g
7,83 f
8 6,63 e
5,60 d
6 5,10c4,67 c
3,67 b
4 2,83 a
2
0
S0A1
S0A2
S0A3
S0A4
S1A1
S1A2
S1A3
S1A4
S2A1
S2A2
S2A3
S2A4
S3A1
S3A2
S3A3
S3A4
Perlakuan
Gambar 3. Uji DMRT Pertambahan Tinggi Bibit Alpukat (Persea americana Mill.)
terhadap S0A4. Pada perlakuan S2A4 menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
pada perlakuan S1A1, yang mana pada perlakuan S2A4 yaitu persen arang sekam
50% dengan interval penyiraman 4 hari sekali berbeda tidak nyata dengan S1A1
yaitu 25% arang sekam dengan interval penyiraman 1 hari sekali, hal ini
disebabkan karena arang sekam dapat menyimpan dan mengikat air serta memiliki
daya serap yang tinggi.
Pertambahan tinggi bibit alpukat tertinggi terdapat pada perlakuan S3A1
sebesar 15,87 cm (arang sekam 75% dan penyiraman 1 hari sekali), sedangkan
S0A4 (100% tanah marginal dan penyiraman 4 hari sekali) merupakan
pertambahan tinggi terendah pada bibit alpukat yaitu sebesar 2,83 cm. Hal ini
menunjukkan hasil berpengaruh nyata pada penambahan media arang sekam padi
dan interval penyiraman pada pertambahan tinggi bibit alpukat. Hal ini sesuai
dengan penelitian Wasis dan Sopandi (2021) yaitu menggunakan bibit trembesi
yang menunjukkan hasil terbaik pada rata-rata pertambahan tinggi pada bibit
trembesi. Hal ini dikarenakan dengan penambahan media arang sekam dapat
mendorong tanaman dalam hal penyimpanan air, nutrisi dan juga drainase yang
baik bagi tanaman. Secara kimia, arang sekam mengandung nutrisi penting seperti
nitrogen (N), fospor (P), kalium (K), kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).
Keasamannya netral sampai alkalis dengan kisaran pH 6,5 sampai dengan 7.
Arang sekam tidak mengandung garam-garam yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman (Surdianto dan Sutrisna, 2015).
Rendahnya tinggi bibit alpukat pada S0A4 disebabkan karena media tanam
yang digunakan merupakan perlakuan kontrol (100% tanah marginal). Tanah
PMK dikenal memiliki kesuburan yang rendah baik dari segi fisik yaitu struktur
tanah yang kurang baik, dan dari segi kimia yaitu unsur hara makro/mikro yang
rendah (Pratama et al., 2022). Menurut Supriyanto dan Fiona (2010) pencampuran
media tanam dengan arang sekam dapat meningkatkan kualitas tanah. Hal ini akan
meningkatkan efektifitas pemupukan karena arang sekam padi juga berfungsi
sebagai penahan unsur hara (jika terjadi unsur hara yang berlebihan) sehingga
dapat digunakan tanaman bila terjadi kekurangan unsur hara yang dilepaskan
dengan perlahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman (slow release). Selain itu
juga meningkatkan kualitas tanah dengan memperbaiki porositas dan aerasi.
17
Pertambahan Diameter
Rata- rata pertambahan diameter bibit alpukat setiap 2 minggu selama 3
bulan disajkan pada Gambar 4 berikut ini:
0.9
0.8
0.7
Diameter Bibit (cm)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Minggu ke- 0 2 4 6 8 10 12
S0A1 S0A2 S0A3 S0A4
S1A1 S1A2 S1A3 S1A4
S2A1 S2A2 S2A3 S2A4
Gambar 4. Gafik Pertambahan Diameter Bibit Alpukat (Persea americana Mill.) selama
3 bulan (cm)
Multiple Range Test (DMRT) pada faktor tunggal arang sekam dan interval
penyiraman pada Gambar 5 dan 6.
0.25
0,20 d
Diameter Bibit (cm)
0.20
0,17 c
0.15 0,13 b
0,11 a
0.10
0.05
0.00
S0 S1 S2 S3
Perlakuan
Gambar 5. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap Diameter
Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)
Dapat dilihat pada Gambar 5 bahwa rata-rata diameter bibit alpukat yang
tertinggi terdapat pada perlakuan dosis arang sekam 75% yaitu 0,20 yang berbeda
nyata pada setiap perlakuan. Untuk itu, dosis arang sekam 75% menjadi faktor
yang optimal untuk dosis penggunaan arang sekam pada bibit alpukat. Pada
penelitian Kurniaty et al (2010) menunjukkan bahwa perlakuan media tanah yang
dicampurkan dengan arang sekam mempunyai rata-rata pertumbuhan diameter
terbaik. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik C dalam media
cukup tinggi (4,69%). Keadaan ini mendorong produksi energi aktif dalam
metabolisme tanaman. Arang sekam memiliki berat jenis 0,2 kg/L, bersifat kasar
atau berpori sehingga memungkin terjadinya sirkulasi udara yang tinggi dan
berwarna coklat tua yang dapat menyerap sinar matahari sehingga sangat optimal
jika dimanfaatkan sebagai bahan campuran pada media tanam (Wurnangsih dan
Dahlia, 1994).
19
0.2 0,19 d
0.18 0,16 c
0.16
Diameter Bibit (cm)
0,14 b
0.14
0.12 0,11 a
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
A1 A2 A3 A4
Perlakuan
Gambar 6. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Diameter Bibit
Alpukat (Persea Americana Mill.)
20 17,92 d
18
16 14,42 c
Jumlah Daun (helai) 14 12,33 b
12
10 8,00 a
8
6
4
2
0
S0 S1 S2 S3
Perlakuan
Gambar 7. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap Jumlah Daun
Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)
20
17,67 d
18
Gambar 8. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Jumlah Daun Bibit
Alpukat (Persea Americana Mill.)
20 18,9 i
18 i 17,4 hi
18
16,2 gh
Bobot Basah Bagian Atas Bibit 16
14,1 ef 14,4 ef 14,9 fg
14 13 de 13,4 ef
11,6 cd 11,4 cd
12 10,6 c
(gram)
10 8,6 b
7,6 ab7,2 ab
8 6,7 a
6
4
2
0
S0A1
S0A2
S0A3
S0A4
S1A1
S1A2
S1A3
S1A4
S2A1
S2A2
S2A3
S2A4
S3A1
S3A2
S3A3
S3A4
Perlakuan
Gambar 9. Uji DMRT Bobot Basah Bagian Atas bibit alpukat (Persea americana Mill.)
Lakitan (2011) mengemukakan bahwa sinar matahari, CO2 O2, klorofil dan air
adalah persyaratan untuk melakukan fotosintesis proses metabolisme yang penting
pada tanaman. Ada cukup air dalam tanaman untuk fotosintesis, tetapi air juga
memainkan peran kunci dalam tugiditas sel penjaga stomata. Tanpa air yang
cukup, turgiditas sel akan menurun yang akan memaksa stomata menutup.
Penutupan stomata mencegah terjadinya penyerapan CO2 yang diperlukan untuk
sintesis karbohidrat.
8
7,20 d
7
Bobot Kering Bagian Atas
5,98 c
6
Bibit (gram)
5 4,48 b
4
3,07 a
3
2
1
0
S0 S1 S2 S3
Perlakuan
Gambar 10. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap Bobot Kering
Bagian Atas Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)
Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa bobot kering bagian atas bibit alpukat
tertinggi terdapat pada S3 yaitu komposisi arang sekam 75% sebesar 7,20 gram,
yang berbeda nyata dengan semua perlakuan. Sedangkan S0 yaitu tanah marginal
100% sebesar 3,07 gram yang merupakan bobot kering bagian atas terendah.
Bobot kering bagian atas menunjukkan jumlah biomassa yang dapat
diserap oleh tanaman. Menurut Larcher (1975) menegaskan bahwa akumulasi
24
7
6,06 d
6
5,36 c
Bobot Kering Bagian Atas
4,93 b
5 4,38 a
Bibit (gram)
0
A1 A2 A3 A4
Perlakuan
Gambar 11. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Bobot Kering
Bagian Atas Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)
Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa bobot kering bagian atas bibit alpukat
tertinggi terdapat pada A1 yaitu penyiraman 1 hari sekali sebesar 6,06 gram, yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan. Sedangkan A4 yaitu penyiraman 4 hari
sekali sebesar 4,38 gram yang merupakan bobot kering bagian atas terendah. Hasil
bobot kering bagian atas selain dipengaruhi oleh bobok basah bagian atas, juga
dipengaruhi oleh jumlah daun karena daun tumbuhan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan hasil fotosintat. Peningkatan proses fotosintesis juga akan
mengakibatkan peningkatan senyawa organik yang dihasilkan dari proses tersebut
yang akan berpindah pada seluruh bagian organ tanaman dan juga terhadap berat
kering tanaman (Nurdin, 2011).
12,111,5
h gh 12,2 h
12.0 10,8 g 10,8 g
9,5 f
Bibit (gram)
10.0
7,9 e 7,5 e
8.0 6,8 de6,3 cd
5,6 bc
6.0 5 ab4,7 bc
4,2 a
4.0
2.0
0.0
S0A1
S0A2
S0A3
S0A4
S1A1
S1A2
S1A3
S1A4
S2A1
S2A2
S2A3
S2A4
S3A1
S3A2
S3A3
S3A4
Perlakuan
Gambar 12. Uji DMRT Bobot Basah Bagian Bawah Bibit Alpukat
(Persea americana Mill.)
akar berkurang karena akar lebih sulit menembus tanah yang padat (Rusdiana et
al., 2000). Sehingga pencampuran arang sekam akan memperbaiki struktur tanah
PMK tersebut. Pada perlakuan S3A1 memberikan bobot basah bagian bawah
tertinggi, karena arang sekam tersebut memiliki sifat yang remah yang dapat
memudahkan akar bibit suatu tanaman sehingga dapat menembus media tanam
dan area pemanjangan akar diperluas serta memungkinkan terjadinya
perkembangan akar yang lebih cepat (Agustin et al., 2014).
Berdasarkan Gambar 12, bobot basah bagian bawah bibit alpukat yaitu
pada penggunaan arang sekam dan interval penyiraman menunjukkan hasil
berpengaruh nyata. Hal ini membuktikan bahwa arang sekam tidak hanya
memperbaiki struktur tanah tetapi juga memberikan unsur hara yang dibutuhkan
oleh bibit alpukat. Arang sekam memiliki kandungan kimia seperti Nitrogen (N),
Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) (Saragih, 2020).
4 3,66 b
4 3,20 a
3
3
(gram)
2
2
1
1
0
S0 S1 S2 S3
Perlakuan
Gambar 13. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap Bobot Kering
Bagian Bawah Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)
27
Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa hasil bobot kering bagian bawah
yang tertinggi terdapat pada perlakuan S3 yaitu komposisi 75% arang sekam
sebesar 4,18 gram yang tidak berbeda nyata pada S2 yaitu komposisi 50% arang
sekam sebesar 4,07 gram. Untuk itu, komposisi arang sekam 75% menjadi faktor
yang terbaik pada penggunaan arang sekam dari segi penggunaan bahan organik.
Tingginya suatu bobot kering pada tanaman menunjukkan pertumbuhan tanaman
tersebut semakin baik karena semakin banyak unsur hara dan air yang dapat
diserap (Krisdayani et al., 2020). Ketika aerasi memadai, kandungan O2
meningkat sehingga meningkatkan laju respirasi akar (Bartholomeus et al., 2008).
5
4,23 d
Bobot Kering Bagian Bawah
3,97 c
4 3,63 b
3,28 a
Bibit (gram)
0
A1 A2 A3 A4
Perlakuan
Gambar 14. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Bobot Kering
Bagian Bawah Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)
Kesimpulan
Interaksi antara penggunaan arang sekam dan interval penyiraman
menunjukkan hasil yang nyata terhadap parameter tinggi, bobot basah bagian atas
dan bobot basah bagian bawah yaitu komposisi arang sekam 75% dengan tanah
marginal 25% serta penyiraman 1 hari sekali sehingga mampu memberikan hasil
yang optimal pada pertumbuhan bibit alpukat (Persea Americana Mill.) selama 3
bulan pengamatan.
Saran
Penelitian ini dilakukan di rumah kaca sehingga perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut di lapangan agar memberikan hasil yang lebih baik terhadap
keberhasilan hidup bibit alpukat (Persea Americana Mill.) di lapangan dengan
rekomendasi komposisi arang sekam 75% dan penyiraman 1 hari sekali.
DAFTAR PUSTAKA
29
Badan Pusat Statistik. 2022. Kecamatan Torgamba dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Bartholomeus RP, Witte JPM, Bodegom PM, Dam JC, Aerts R. 2008. Critical
Soil Conditions for Oxygen Stress to Plant Roots; Substituting the Feddes-
Function by a Process-Based Model. Hydro, 360.
Candra HK. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Mutiara Terhadap
Pertumbuhan Bibit Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) pada Tanah
Podsolik Merah Kuning. PIPER, 13(25).
Dasuki UA. 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayati. Bandung. ITB.
30
Wibowo A, Gintings AN. 2016. Degradasi dan Upaya Pelestarian Hutan. Litbang
Pertanian.
Wiryono. 2020. Ekologi Hutan dan Aplikasinya. Unib Press. Bengkulu.
Wurnangsih S, Dahlia. 1994. Pengaruh Media Arang Sekam Padi terhadap
Pertumbuhan Tanaman Hias Pot Spathiphyllum. Buletin Penelitian
Tanaman Hias, 2 (2).
LAMPIRAN
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
S0A1 5,3 4,9 5,1 15,3 5,10
S0A2 5 4,4 4,6 14 4,67
S0A3 4,1 3,7 3,2 11 3,67
S0A4 2,9 3,1 2,5 8,5 2,83
S1A1 8,9 9,1 9,6 27,6 9,20
S1A2 8,2 7,8 7,5 23,5 7,83
S1A3 6,8 7 6,1 19,9 6,63
S1A4 5,8 5,9 5,1 16,8 5,60
S2A1 11,8 12,3 12,7 36,8 12,27
S2A2 11,5 11,2 10,6 33,3 11,10
S2A3 10,2 9,9 9,5 29,6 9,87
S2A4 9,1 8,5 8,2 25,8 8,60
S3A1 15,8 15,6 16,2 47,6 15,87
S3A2 14,9 13,8 13,1 41,8 13,93
S3A3 11,4 11 12,3 34,7 11,57
S3A4 10,2 9,8 9,5 29,5 9,83
Total 141,9 138 135,8 415,7 8,66
Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali
Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali
S0A3 7 8 8 23 7,67
S0A4 3 8 6 17 5,67
S1A1 13 15 19 47 15,67
S1A2 15 13 16 44 14,67
S1A3 10 12 9 31 10,33
S1A4 11 9 6 26 8,67
S2A1 18 21 24 63 21,00
S2A2 12 16 18 46 15,33
S2A3 13 10 13 36 12
S2A4 8 10 10 28 9,33
S3A1 21 24 26 71 23,67
S3A2 21 18 17 56 18,67
S3A3 17 15 18 50 16,67
S3A4 13 14 11 38 12,67
Total 199 215 218 632 13,17
Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali
Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali
Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali
Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali
Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali
Lampiran 8. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Pertambahan Tinggi Tanaman
Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman
41
Subset
Perlakuan N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
S0A4 3 2,8333
S0A3 3 3,6667
S0A2 3 4,6667
S0A1 3 5,1000 5,1000
S1A4 3 5,6000
S1A3 3 6,6333
S1A2 3 7,8333
S2A4 3 8,6000
S1A1 3 9,2000 9,2000
S3A4 3 9,8333
S2A3 3 9,8667
S2A2 3 11,1000
S3A3 3 11,5667 11,5667
S2A1 3 12,2667
S3A2 3 13,9333
S3A1 3 15,8667
Sig. 1,000 1,000 0,223 0,162 1,000 1,000 0,095 0,079 0,190 0,054 1,000 1,000
Subset
Interval_Penyiraman N
1 2 3 4
A4 12 0,11
A3 12 0,14
A2 12 0,16
A1 12 0,19
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penyiraman
42
Lampiran 10. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Pertambahan Jumlah Daun
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman.
Subset
Tanah_Marginal N
1 2 3 4
S0 12 8,00
S1 12 12,33
S2 12 14,42
S3 12 17,92
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penggunaan arang sekam
Subset
Interval_Penyiraman N
1 2 3 4
A4 12 9,08
A3 12 11,67
A2 12 14,25
A1 12 17,67
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penyiraman
Lampiran 11. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Basah Bagian Atas
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman
Subset
Perlakuan N
1 2 3 4 5 6 7 8 9
S0A4 3 6,7
S0A3 3 7,2333 7,2333
S0A2 3 7,6 7,6
S0A1 3 8,6333
S1A4 3 10,5667
S2A4 3 11,4 11,4
S1A3 3 11,6 11,6
S1A2 3 13,0333 13,0333
S3A4 3 13,4333 13,4333
S1A1 3 14,0667 14,0667
S2A3 3 14,3667 14,3667
S3A3 3 14,9 14,9
S2A2 3 16,1667 16,1667
S3A2 3 17,3667 17,3667
S2A1 3 17,9667
S3A1 3 18,9333
Sig. 0,309 0,116 0,244 0,068 0,147 0,111 0,133 0,154 0,08
43
Lampiran 12. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Kering Bagian Atas
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman
Subset
Tanah_Marginal N
1 2 3 4
S0 12 3,07
S1 12 4,48
S2 12 5,98
S3 12 7,20
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penggunaan arang sekam
Subset
Interval_Penyiraman N
1 2 3 4
A4 12 4,38
A3 12 4,93
A2 12 5,36
A1 12 6,06
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penyiraman
Lampiran 13. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Basah Bagian Bawah
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman
Subset
Perlakuan N
1 2 3 4 5 6 7 8 9
S0A4 3 4,2333
S0A3 3 4,6667 4,6667
S0A2 3 4,9667 4,9667
S0A1 3 5,5667 5,5667
S1A4 3 6,2667 6,2667
S1A3 3 6,8333 6,8333
S1A2 3 7,5333
S1A1 3 7,9333
S2A4 3 9,4667
S2A3 3 10,8
S3A4 3 10,8333
S2A2 3 11,5 11,5
S2A1 3 12,0667
S3A3 3 12,2
S3A2 3 14,3333
S3A1 3 15,0333
Sig. 0,205 0,121 0,2 0,297 0,06 1 0,226 0,226 0,2
44
Lampiran 14. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Kering Bagian Bawah
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman
Subset
Tanah_Marginal N
1 2 3
S0 12 3,20
S1 12 3,66
S3 12 4,07
S2 12 4,18
Sig. 1,000 1,000 0,322
Faktor penggunaan arang sekam
Subset
Interval_Penyiraman N
1 2 3 4
A4 12 3,28
A3 12 3,63
A2 12 3,97
A1 12 4,23
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penyiraman
Lampiran 18. Uji Normalitas pada Bobot Basah Bagian Atas Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bobot Basah *
0,079 48 0,200 0,975 48 0,401
Bagian Atas
Lampiran 19. Uji Normalitas pada Bobot Kering Bagian Atas Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bobot Kering
0,075 48 0,200* 0,973 48 0,338
Bagian Atas
Lampiran 20. Uji Normalitas pada Bobot Basah Bagian Bawah Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bobot Basah
0,117 48 0,098 0,939 48 0,015
Bagian Bawah
Lampiran 21. Uji Normalitas pada Bobot Kering Bagian Bawah Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bobot Kering
0,094 48 0,200* 0,983 48 0,697
Bagian Bawah
Lampiran 22. Pembuatan Arang Sekam Padi, (a) menyangrai sekam padi sampai
berwarna kehitaman, (b) sekam padi setelah berubah warna dan sedang di
dinginkan
46
Lampiran 23. Pengolahan Media Tanam, (a) pengambilan tanah di kecamatan Torgamba,
(b) pencampuran tanah dengan arang sekam
Lampiran 24. Penyiapan media tanam, (a) memasukkan media tanam ke dalam polybag,
(b) melakukan aklimatisasi
Lampiran 25. Pengukuran Bibit Alpukat (Persea americana Mill.), (a) pengukuran tinggi
(cm) , (b) pengukuran diameter (cm)
47
Lampiran 26. Bibit Alpukat (Persea americana Mill.), (a) awal penelitian, (b) akhir
penelitian
Lampiran 27. Pengukuran Bobot pada Bibit Alpukat (Persea americana Mill.),
(a) menimbang bobot basah, (b) pengovenan bobot kering