Anda di halaman 1dari 62

PENGGUNAAN ARANG SEKAM DAN INTERVAL

PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT


ALPUKAT (Persea americana Mill.)

SKRIPSI

ASYIAH EVA RAHAYU


181201023

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
PENGGUNAAN ARANG SEKAM DAN INTERVAL
PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
ALPUKAT (Persea americana Mill.)

SKRIPSI

Oleh:
ASYIAH EVA RAHAYU
181201023

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelas sarjana di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Pengunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman Terhadap


Pertumbuhan Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)
Nama : Asyiah Eva Rahayu
NIM : 181201023
Program Studi : Kehutanan
Peminatan : Budidaya Hutan

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

Afifuddin Dalimunthe, SP., MP. Dr. Kansih Sri Hartini S.Hut., MP.
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Mengetahui,

Dr. Ir. Tito Sucipto S.Hut., M.Si., IPU


Ketua Program Studi Kehutanan

Tanggal Ujian:

i
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Asyiah Eva Rahayu


NIM : 181201023
Judul Skripsi : Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman Terhadap
Pertumbuhan Bibit Alpukat (Persea americana Mill.)

menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan


yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain
dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas
sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah

Medan, Desember 2022

Asyiah Eva Rahayu


NIM. 181201023

ii
ABSTRACK

ASYIAH EVA RAHAYU: Use of Husk Charcoal and Watering Interval on the
Growth of Avocado (Persea americana) Seedlings. Supervised by AFIFUDDIN
DALIMUNTHE and KANSIH SRI HARTINI.

One of the factors contributing to the accelerated rate of forest degradation is the
community's dependence on natural resources. Planting MPTS is a solution
because Multi Purpose Tree Species (MPTS) can improve soil properties in
Torgamba District. The type of MPTS used is Avocado because it is suitable for
intercropping with seasonal crops. The purpose of this study was to obtain the
composition of the use of rice husk charcoal as a planting medium and watering
intervals that produce good growth of avocado seedlings. This research was
carried out June - September 2022 in the greenhouse of the Faculty of Agriculture,
University of North Sumatra. Using a completely randomized factorial design
with 2 factors, namely the dose of rice husk charcoal and (0%, 25%, 50%, 75%)
and watering (once a day, once in 2 days, once in 3 days, once in 4 days) so that
16 treatments were obtained. with 3 repetitions. The results of this study indicated
that the interaction between the use of husk charcoal and watering intervals gave
significant results on the parameters of height, upper wet weight and lower wet
weight of avocado seedlings. The S3A1 treatment (75% husk watered once a day)
gave optimal results on the height parameter (15.87 cm), the upper wet weight
parameter (18.9 grams) and the lower wet weight parameter (15 grams).

Keywords: Avocado, Husk Charcoal, Watering Interval, Torgamba.

iii
ABSTRAK

ASYIAH EVA RAHAYU: Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman


terhadap Pertumbuhan Bibit Alpukat (Persea americana). Dibimbing oleh
AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan KANSIH SRI HARTINI.

Faktor yang berkontribusi terhadap percepatan laju degradasi hutan salah


satunya yaitu ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam. Penanaman
jenis MPTS menjadi salah satu solusi karena Multy Purpose Tree Species (MPTS)
mampu memperbaiki sifat tanah yang berada di Kecamatan Torgamba. Jenis
MPTS yang digunakan yaitu Alpukat karena cocok dibudidayakan secara
tumpang sari dengan tanaman semusim. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan komposisi penggunaan arang sekam sebagai media tanam dan
interval penyiraman yang menghasilkan pertumbuhan bibit Alpukat yang baik.
Penelitian ini dilaksanakan Juni – September 2022 di rumah kaca Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Faktorial dengan 2 faktor yaitu dosis penggunaan arang sekam dan (0%, 25%,
50%, 75%) dan penyiraman (1 hari sekali, 2 hari sekali, 3 hari sekali, 4 hari
sekali) sehingga didapat 16 perlakuan dengan 3 ulangan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa interaksi antara penggunaan arang sekam dan interval
penyiraman memberikan hasil yang nyata terhadap parameter tinggi, bobot basah
bagian atas dan bobot basah bagian bawah bibit Alpukat. Perlakuan S3A1 (sekam
75% penyiraman 1 hari sekali) memberikan hasil yang optimal pada parameter
tinggi (15,87 cm), parameter bobot basah bagian atas (18,9 gram) dan parameter
bobot basah bagian bawah (15 gram).

Kata Kunci: Alpukat, Arang Sekam, Interval Penyiraman, Torgamba.

iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 13 Februari 2000. Penulis


merupakan anak pertama dari tiga bersaudara oleh pasangan
Juni Amdy Pakpahan dan Suriati Nainggolan.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 004 Lubuk
Ogong pada tahun 2006 – 2012, pendidikan SMP Negeri 1
Bandar Seikijang pada tahun 2012-2015, pendidikan SMA
Negeri Bernas Binsus Pelalawan pada tahun 2015-2018,
penulis lulus di Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara melalui jalur
SNMPTN, dan penulis memilih peminatan Budidaya Hutan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah mengikuti organisasi dan
menjadi sekretaris umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Rain Forest pada
tahun 2020, penulis mengikuti beasiswa PPA pada tahun 2019, penulis telah
mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya
(Tahura) Sultan Syarif Kasim selama 10 hari. Penulis melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) Wilayah V Aek Kanopan pada tanggal 05 Juli sampai 05 Agustus 2021.
Pada bulan Maret 2022 penulis melaksanakan penelitian dengan judul
“Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman terhadap Pertumbuhan Bibit
Alpukat (Persea americana Mill.)” dibawah bimbingan Bapak Afifuddin
Dalimunthe, SP., MP dan Ibu Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP.

v
KATA PENGANTAR

Penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang
berjudul “Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman terhadap
Pertumbuhan Bibit Alpukat (Persea americana Mill.)” untuk memenuhi
persyaratan menyelesaikan studi Program S1 Kehutanan, Universitas Sumatera
Utara.
Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan
dan juga doa dari berbagai pihak. Teristimewa kedua orang tua yaitu Ayahanda
Juni Amdy Pakpahan dan Ibunda Suriati Nainggolan yang tidak pernah berhenti
memberikan doa dan dukungan yag tulus sampai sekarang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Afifuddin Dalimunthe, SP., MP selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP selaku komisi pembimbing yang telah
sabar memberikan bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Tito Sucipto, S.Hut., M.Si., IPU selaku Ketua Program Studi
Kehutanan dan Ibu Dr. Arida Susilowati, S.Hut., M.Si selaku Sekretaris
Program Studi Kehutanan, Para Dosen Pengajar Program Studi Kehutanan dan
Para Pegawai Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
3. Adik kandung Nur Chodizah dan Yusrizal Muhaimin yang telah memberikan
banyak semangat untuk kesiapan skripsi ini.
4. Sahabat penelitian Andi, M. Irsyad dan Fachri yang sangat membantu melewati
penelitian ini.
5. Sahabat terkasih Kaffah, Aqilah, Sabylita, Wita, D Fahira, D Putri, Indi,Oryza
dan Yopita yang selalu memberi semangat.
6. Teman-teman dari kelas Hut B 2018 dan kelas Budidaya Hutan 2018 yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah penulis
sebutkan. Penulis berharap skripsi ini memberikan manfaat kepada berbagai
pihak. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Desember 2022

Asyiah Eva Rahayu

vi
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... ii
ABSTRACK....................................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum dan Geografi Kecamatan Torgamba ................................. 4
Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)...... 4
Syarat Tumbuh Tanaman Alpukat (Persea americanaMill.)...................... 5
Manfaat Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)................................ 6
Peranan Media pada Pertumbuhan Tanaman ............................................. 7
Manfaat Arang Sekam pada Pertumbuhan Tanaman ................................. 7
Peranan Air pada Pertumbuhan Tanaman .................................................. 9

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ....................................................................................10
Alat dan Bahan .........................................................................................10
Rancangan Penelitian ................................................................................10
Prosedur Penelitian ...................................................................................11
Parameter yang Diukur .............................................................................12
Analisis Data ............................................................................................13

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pertambahan Tinggi ..................................................................................14
Pertambahan Diameter ..............................................................................17
Jumlah Daun .............................................................................................19
Bobot Segar Bagian Atas ..........................................................................21
Bobot Kering Bagian Atas ........................................................................23
Bobot Segar Bagian Bawah.......................................................................24

vii
Bobot Kering Bagian Bawah .....................................................................26

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan...............................................................................................28
Saran ........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman


1. Bibit Alpukat berumur 3 bulan .................................................................... 5
2. Gafik Pertambahan Tinggi Bibit Alpukat (Persea americana Mill.)
Selama 3 Bulan (cm) .................................................................................14
3. Uji DMRT Pertambahan Tinggi Bibit Alpukat (Persea americana Mill.) ..15
4. Gafik Pertambahan Diameter Bibit Alpukat
(Persea americana Mill.) selama 3 bulan (cm) ..........................................17
5. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap
Diameter Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.) ....................................18
6. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Diameter
Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)....................................................19
7. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap Jumlah
Daun Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.) ..........................................20
8. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Jumlah
Daun Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.) ..........................................21
9. Uji DMRT Bobot Basah Bagian Atas bibit alpukat
(Persea americana Mill.) ..........................................................................22
10. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap
Bobot Kering Bagian Atas Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.) ..........23
11. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Bobot
Kering Bagian Atas Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.) ....................24
12. Uji DMRT Bobot Basah Bagian Bawah Bibit
Alpukat (Persea americana Mill.) .............................................................25
13. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap Bobot
Kering Bagian Bawah Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.) ................26
14. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Bobot
Kering Bagian Bawah Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.) ................27

ix
DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman


1. Pertambahan Tinggi (cm) Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)
dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman .....34
2. Pertambahan Diameter (cm) Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)
dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman .....35
3. Pertambahan Jumlah Daun (helai) Tanaman Alpukat (Persea americana
Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam dan Interval
Penyiraman ...............................................................................................36
4. Pertambahan Bobot Basah Bagian Atas (gram) Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman ...........................................................................37
5. Pertambahan Bobot Kering Bagian Atas (gram) Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman ...........................................................................38
6. Pertambahan Bobot Basah Bagian Bawah (gram) Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman ...........................................................................39
7. Pertambahan Bobot Kering Bagian Bawah (gram) Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman ...........................................................................40
8. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Pertambahan Tinggi
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................41
9. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Pertambahan Diameter
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................41
10. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Pertambahan Jumlah Daun
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................42

x
11. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Basah Bagian Atas
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................42
12. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Kering Bagian
Atas Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................43
13. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Basah Bagian
Bawah Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................43
14. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Kering Bagian B
awah Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan
Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman ..................................44
15. Uji Normalitas pada Pertambahan Tinggi Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................44
16. Uji Normalitas pada Pertambahan Diameter Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................44
17. Uji Normalitas pada Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................44
18. Uji Normalitas pada Pertambahan Bobot Basah Bagian Atas Tanaman
Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................45
19. Uji Normalitas pada Pertambahan Bobot Kering Bagian Atas Tanaman
Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................45
20. Uji Normalitas pada Pertambahan Bobot Basah Bagian Bawah Tanaman
Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................45

xi
21. Uji Normalitas pada Pertambahan Bobot Kering Bagian Bawah Tanaman
Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman ................................................................45
22. Pembuatan Arang Sekam Padi, (a) menyangrai sekam padi sampai
berwarna kehitaman, (b) sekam padi setelah berubah warna dan sedang di
dinginkan ..................................................................................................45
23. Pengolahan Media Tanam, (a) pengambilan tanah di kecamatan
Torgamba, (b) pencampuran tanah dengan arang sekam ............................46
24. Penyiapan media tanam, (a) memasukkan media tanam ke dalam
polybag, (b) melakukan aklimatisasi .........................................................46
25. Pengukuran Bibit Alpukat (Persea americana Mill.), (a) pengukuran
tinggi (cm) , (b) pengukuran diameter (cm) ...............................................46
26. Bibit Alpukat (Persea americana Mill.), (a) awal penelitian, (b) akhir
penelitian ..................................................................................................47
27. Pengukuran Bobot pada Bibit Alpukat (Persea americana Mill.),
(a) menimbang bobot basah, (b) pengovenan bobot kering ........................47

xii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan adalah tempat untuk berbagai makhluk hidup tumbuh dengan baik
disana, termasuk pohon, semak, jamur, hewan liar, pakis dan makhluk lainnya.
Ekosistem hutan merupakan hubungan yang saling menguntungkan antara
makhluk hidup dengan lingkungannya, dimana rantai makanan berkembang dan
makhluk hidup saling bergantung satu sama lain. Namun belakangan ini, akhir-
aktivitas manusia telah merusak hutan, khususnya masyarakat yang berbatasan
langsung dengan hutan. Hutan-hutan dirusak untuk kehidupan manusia seperti
penebangan liar, konversi hutan dan masih banyak lagi, sementara hutan
menyediakan kehidupan bagi semua makhluk hidup. Faktor utama masyarakarat
sekitar hutan merusak hutan yaitu faktor ekonomi (Arif, 2016).
Faktor-faktor yang mempercepat laju kerusakan hutan salah satunya yaitu
ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam, permintaan yang sangat
tinggi atas pasokan dan produksi kayu serta permintaan akan harga dan barang
perkebunan semakin meningkat (Indrarto et al., 2013). Hutan memiliki banyak
fungsi diantaranya yaitu kualitas air yang baik dikarenakan akar tanaman dan
tanah hutan menginfiltrasi air hujan dan menyaringnya, mengurangi peristiwa
banjir dan kekeringan, penghasil dan penyerap karbon yang berkaitan dengan
perubahan iklim (Wibowo dan Ginting, 2016).
Penanaman merupakan salah satu kegiatan yang dapat memperbaiki dan
meningkatkan jumlah dan kualitas hutan yang terdegradasi. Penanaman jenis
MPTS menjadi salah satu solusi karena strategi dalam pengelolaan lahan yang
dikenal dengan Multy Purpose Tree Species (MPTS) melibatkan penanaman dan
pemeliharaan berbagai jenis kayu untuk menghasilkan tidak hanya kayu
melainkan juga daun serta buah yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan tetapi juga sebagai pakan untuk ternak (Kartasubrata, 1991). MPTS juga
dapat menjaga fungsi ekologis dan masyarakat bisa mendapatkan keuntungan
ekonomi dengan memanen hasil hutan bukan kayu (Fitriyani et al., 2020).
Jenis tanaman alpukat (Persea americana Mill.) mempunyai manfaat bagi
masyarakat dari segi ekonomi dan ekologi. Pemanfaatan hasil alpukat berguna
2

bagi masyarakat yang berada di sekitar hutan untuk tidak menebang pohon. Hal
tersebut dimungkinkan untuk menjaga kelestarian pohon dengan baik dan menjadi
sumber pangan yang berkelanjutan (Asmahrahman, 2019).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam
(internal) dan faktor luar (ekstrenal). Variabel genetik adalah yang berasal dari
dalam tumbuhan sementara itu pengaruh lingkungan adalah yang berasal dari luar
tumbuhan (Gardner et al., 1991). Menurut pendapat Salisbury dan Ross (1995)
suhu memiliki dampak langsung terhadap fungsi tumbuhan seperti fotosintesis,
respirasi, permeabilitas dinding sel, serapan nutrisi dan air, transpirasi, aktivitas
enzim dan protein. Suhu juga berdampak pada pergerakan atau hilangnya uap air
dari stomata daun. Pada suhu rendah laju transpirasi biasanya rendah, ketika suhu
naik laju transpirasi akan meningkat. Bila terjadi transpirasi yang berlebihan, air
yang hilang akan melebihi asupan kebutuhan tanaman sehingga menyebabkan
tanaman menjadi tidak baik dan layu (Dwidjiseputro, 1983). Semakin banyak air
yang dapat diakses dari tanah, semakin baik pula tanaman dalam melakukan
penyerapan terhadap unsur hara. Jika tersedia cukup air tanah maka penambahan
pupuk akan meningkatkan efisiensi air (Mitchell, 1983).
Arang sekam dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk memperbaiki sifat
tanah (meningkatkan kualitas tanah) dalam memperbaiki lahan dan meningkatkan
hasil tanaman. Penggunaan arang sekam dalam dosis kecil sudah dapat
memberikan nutrisi pada tanah. Banyaknya lahan terbuka dan lahan marginal
yang disebabkan oleh penurunan kualitas lahan hanya menyisakan subsoil (tanah
tipis) sehingga penggunaan campuran arang sekam menjadi sangat penting
(Supriyanto dan Fiona, 2010). Bahan organik dapat memberi nutrisi bagi tanaman
salah satunya adalah arang sekam, bahan organik lebih disukai daripada bahan
anorganik sebagai substrat tanaman (Hunter dan Deshusses 2020).

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan komposisi penggunaan
arang sekam sebagai media tanam dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan
bibit Alpukat (Persea americana Mill.).
3

Hipotesis Penelitian
1. Perlakuan pemberian arang sekam berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan bibit Alpukat (Persea americana Mill.)
2. Perlakuan interval penyiraman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
bibit Alpukat (Persea americana Mill.)
3. Interaksi antara perlakuan pemberian arang sekam dan interval
penyiraman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit Alpukat
(Persea americana Mill.)

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait media
arang sekam yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman bibit Alpukat
pada saat kekurangan intensitas air di lapangan.
5

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum dan Geografi Kecamatan Torgamba


Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki topografis dengan ketinggian
100 - 500 mdpl. Secara geografis, Kabupaten Labuhanbatu Selatan berada pada
1026’00’’ - 2012’55’’ Lintang Utara, 99040’00’’ - 100026’00’’ Bujur Timur. Pada
bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu, bagian selatan dan barat
berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara, dan bagian timur berbatasan
dengan Provinsi Riau. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan terdiri 5 jenis yaitu Podsolik kuning, Organosol, Latosol, Regosol,
Hidromorfik kelabu dan Gley humus regosol. Jenis tanah yang terbesar adalah
jenis tanah Podsolik Kuning yang terdapat sekitar 200.641,60 Ha yang tersebar di
semua kecamatan, terutama Kecamatan Torgamba. Kecamatan Torgamba
memiliki luas sebesar 1136,40 Ha dan merupakan kecamatan terluas di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan (BPS, 2018).
Karakteristik sifat fisika dan kimia tanah PMK yang sangat buruk
mengakibatkan rendahnya kandungan bahan organik dan tingginya kadar Mn dan
Fe+ sehingga fosfor yang tersedia berkurang. Keberadaan unsur hara tertentu
dapat dipengaruhi oleh keasaman tanah yang tinggi (Supardi, 1983). Nutrisi yang
kurang dan tidak seimbang merupakan penghalang yang signifikan untuk
pertumbuhan tanaman. Pengelolaan bahan organik, kesehatan tanah dan kondisi
umum tanah memiliki dampak besar terhadap ketersediaan unsur hara. Oleh
karena itu nutrisi diberikan pada tanaman dalam jumlah yang ideal untuk
mencapai perkembangan maksimum secara mutlak (Candra, 2017).
Labuhanbatu Selatan adalah salah satu kabupaten dengan daerah yang
memiliki iklim tropis, salah satu daerah di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yaitu
kecamatan Torgamba. Kecamatan Torgamba memiliki 2 musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Curah hujan di kecamatan Torgamba mencapai 220
m2/ bulan (BPS, 2022).
6

Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)


Tanaman alpukat merupakan spesies pohon kecil yang memiliki tinggi 3
hingga 10 m, memiliki akar tungggang, batang berkayu, berbentuk lingkaran,
kulitnya berwarna coklat gelap, bercabang banyak dan rantingnya berambut halus.
Daun tanaman berbentuk lonjong sampai bulat, tebal seperti kulit, ujung dan
pangkal runcing, tepi rata kadang agak menggulung keatas dan menyirip dengan
panjang 10-20 cm dan lebar 3-10 cm. Bentuknya tunggal dengan tangkai setinggi
1,5-5 cm berbentuk majemuk, berkelamin dua, tersusun dalam untaian dan
berwarna kuning kehijauan. Bunga tanaman alpukat terdapat di dekat ujung
cabang. Buahnya berbentuk bulat telur termasuk dalam keluarga buah buni
dengan panjang 5-20 cm berwarna hijau atau hijau kekuningan dan berbintik
bintik ungu. Adapun biji tanaman ini seperti bentuk bola yang diameternya 2,5-5
cm serta keping biji berwarna putih dan kemerahan (Angelina, 2007).
Ditinjau dari taksonominya, tanaman alpukat termasuk dalam klasifikasi
berikut (Dasuki, 1991):
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea Americana Mill.

Gambar 1. Bibit Alpukat berumur 3 bulan


7

Syarat Tumbuh Tanaman Alpukat (Persea americanaMill.)


Secara umum dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 5-
1500 mdpl cocok untuk ditanami tanaman alpukat. Pada ketinggian 200-1000
mdpl tanaman ini akan tumbuh subur memberikan hasil yang memadai. Pohon
Alpukat dapat tumbuh di Indonesia dengan ketinggian 100-1000 mdpl.
Tanaman alpukat membutuhkan tanah gembur yang subur dengan sistem
drainase yang baik dan air yang mudah menggenang kemudian kaya akan bahan
organik agar dapat tumbuh dengan baik. Pertumbuhan alpukat baik pada tanah
dengan jenis lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan
lempung endapan (aluvial loam) (Purwono, 2009).
Interval curah hujan tahunan yang direkomendasikan untuk tanaman
alpukat adalah 750-1000 mm/tahun. Tanaman alpukat masih dapat tumbuh di
lokasi yang menerima curah hujan yang kurang dari kebutuhan minimum yaitu 2-
6 bulan kering asalkan ketinggian muka air tanah tidak melebihi 2 m. Alpukat
tumbuh paling baik pada suhu antara 12,8 sampai 28,3 oC. Alpukat dapat tumbuh
pada suhu udara antara 15-30 °C dengan sinar matahari yang berkisar antara 40-
80% (Sadwiyanti et al., 2019).

Manfaat Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)


Alpukat termasuk jenis buah yang paling banyak diminati untuk konsumsi.
Memiliki beragam manfaat yaitu dapat dijadikan makanan ataupun minuman.
Buah ini mempunyai nama asing advocat atau avocado pear dengan tekstur dan
rasa lembut dan gurih. Selain itu, hampir setiap provinsi di Indonesia memiliki
tanaman alpukat. Buah ini juga mudah untuk didapatkan karena bukan merupakan
buah musiman yang tumbuh pada musim tertentu (Setiawan, 2013).
Buah alpukat memiliki daging kuning kehijauan dengan rasa lembut dan
sering dijadikan minuman jus. Selain menjadi minuman yang nikmat, alpukat
memiliki beragam manfaat kesehatan, antara lain dapat menyehatkan tubuh
karena memiliki tekstur yang lembut dan warna kuning kehijauan, sering
digunakan sebagai jus. Selain enak dijadikan minuman, alpukat juga baik untuk
tubuh dan memiliki sejumlah manfaat kesehatan dan dapat dijadikan obat serta
memperbaiki penampilan kulit sebagai kosmetik (AB, 2021). Beberapa gangguan
8

kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kolesterol, batu ginjal, sariawan dapat
diobati dengan menggunakan daun alpukat (Hidayat dan Napitupulu, 2015).
Bagian pohon alpukat sekitar 50% adalah batang dan ranting sehingga
mempunyai limbah kayu. Beberapa sifat fisik kayu alpukat berpotensi untuk
dimanfaatkan lebih lanjut sebagai bahan bangunan tetapi penerapannya masih
sangat lemah di Indonesia Keistimewaan secara umum kayu alpukat ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan pembuatan panel (papan semen) (Aventi,
2008 ).

Peranan Media pada Pertumbuhan Tanaman


Kebutuhan akan media tanam yang baik yaitu dapat menyalurkan air dan
unsur hara dalam proporsi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Tanaman tumbuh pada tanah dengan ruang akar yang memadai, agregat yang
stabil, kapasitas menahan air yang baik dan aerasi serta air yang baik (Gardner el
al., 1991). Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh serta melekatnya
akar sekaligus sumber nutrisi bagi tanaman. Karena setiap bentuk media tanam
memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap tanaman, kombinasi beberapa
bahan dapat menghasilkan struktur tanah yang baik (Agoes, 1994).
Pemanfaatan bahan organik salah satunya adalah dengan memanfaatkan
arang sekam padi sebagai campuran media tanam. Dalam upaya mengurangi
penggunaan lahan, arang sekam padi dapat digunakan sebagai bagian dari
campuran bahan tanam bibit alternatif. Fakta bahwa bahan organik memiliki
struktur yang membantu menjaga keseimbangan aerasi dan memiliki kualitas
remah yang sangat (Putri, 2008).
Produktivitas tanah adalah perkiraan kemampuan tanah berdasarkan pada
pertimbangan faktor ekonomi dan tidak hanya pada karakteristik tanah itu sendiri.
Tanah dapat dikatakan produktif jika menguntungkan bagi tanaman dan tidak
selalu tanah yang subur menghasilkan tanah yang produktif. Sedangkan kapasitas
atau kualitas tanah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya dikenal dengan istilah kesuburan
tanah (Rosidah, 2013).
9

Manfaat Arang Sekam pada Pertumbuhan Tanaman


Bahan organik dapat memberikan nutrisi bagi tanaman salah satunya arang
sekam padi. Bahan ini lebih disukai dan juga lebih unggul daripada bahan
anorganik sebagai substrat tanam Penggunaan bahan organik sebagai media tanam
(Hunter dan Deshusses 2020). Lapisan keras yang melindungi kariopsis terdiri
dari dua bagian yang saling terkait disebut dengan lemma dan palea, dikenal
sebagai sekam padi. Biasanya proses penggilingan padi menghasilkan 20-30%
sekam, 8-12% bekatul dan beras 50-63,5% dari informasi berat gabah awal.
Sekam memiliki nilai kalor3300 kalori/kg dan berat jenis 125 kg/m3 dengan
konduktivitas panas 0,27 BTU (Gusmailina et al., 2015).
Arang sekam padi berbeda dengan media tanam lainnya yaitu lebih remah.
Luas ekstensi akar yang lebih besar dapat mempercepat pembentukan akar karena
sifat ini diharapkan dapat memudahkan akar semai menembus media (Agustin et
al., 2014). Karena kerusakan tanah yang hanya menghilangkan lapisan tanah,
dengan penambahan arang sekam padi didaerah yang memiliki lahan terbuka
sangat banyak atau lahan marginal menjadi sangat penting (Rahmiati et al., 2019).
Pada proses pembuatan arang sekam padi dilakukan pembakaran tidak
langsung. Kandungan yang terdapat dalam arang sekam padi yaitu karbon, arang
sekam padi sangat kaya kandungan karbon yang sangat diperlukan untuk media.
Tanah yang gembur merupakan media yang baik untuk tumbuh kembang
organisme, sedangkan kandungan kimia yang dimiliki arang sekam padi yaitu
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg), yang
mana unsur hara tersebut merupakan unsur hara penting dalam pertumbuhan
tanaman. Nilai keasaman yang terkandung dalam aramg sekam padi berkisar pH
6,5-7. Arang sekam padi juga tidak membawa mikroorganisme seperti patogen
dan juga tidak mengandung garam yang berbahaya bagi tanaman (Saragih, 2020).
Salah satu pupuk organik yang dapat diandalkan untuk mendongkrak dan
memudahkan pelepasan unsur hara pada saat dibutuhkan atau diserap oleh
tanaman serta berperan sebagai ziolite dan menahan unsur hara dalam tanah, serta
dapat mencegah agar nutrisi tidak mudah hanyut terbawa air adalah arang sekam
padi (Supriyanto dan Fiona, 2010). Pada penelitian Sofyan et al (2014) bahwa
penggunaan arang sekam pada bibit Trembesi menunjukkan hasil yang
10

berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan panjang
akar. Adapun perlakuan media yang baik adalah untuk pertumbuhan bibit
Trembesi yaitu tanah dengan komposisi 75% dan arang sekam 25 %, sehingga
perlakuan tersebut dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini. Adapun unsur-
unsur penting dalam membantu pertumbuhan tanaman unsur hara, air serta
oksigen harus tersedia didalam media tumbuh tanaman.

Peranan Air pada Pertumbuhan Tanaman


Air merupakan salah satu kebutuhan yang paling esensial dan diperlukan
dalam jumlah yang sanagat besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Air adalah komponen protoplasma, pelarut nutrisi dan bahan mentah untuk
fotosintesis. Kekurangan air dalam jaringan tumbuhan dapat mengubah membran
sel, mengurangi turgor, meningkatkan konsentrasi makromelekul dan
meningkatkan kemungkinan air dalam tanaman terlibat dalam reaksi kimia
(Mubiyanto, 1997).
Air berfungsi sebagai pelarut berbagai senyawa organik seperti unsur hara
yang dibutuhkan tanaman saat diangkut dari tanah, kemudian juga berfungsi
mengangkut fotosintat dari sumber (source) ke limbung (sink), mempertahankan
turgiditas sel termasuk pembesaran sel dan pembukaan stomata serta berfungsi
sebagai komponen utama protoplasma dan juga mengontrol suhu pada tanaman.
Ketika tanaman kekurangan akses air tanah, pergerakan nutrisi daun akan
terhambat oleh penggunaan air sebagai bahan baku untuk melakukan fotosintesis
yang akan berpengaruh pada hasil (Maryani, 2012).
Air jika dipasangkan dengan elemen produksi lain seperti benih dan pupuk
dapat meningkat 75%. Pemberian air yang berlebihan juga dapat menghambat
pertumbuhan tanaman, terutama yang menyangkut akar dimana busuk akar dapat
berkembang. Oleh karena itu, untuk mendorong produksi tanaman yang optimal
diperlukan penyediaan air dengan volume dan juga interval penyiraman yang
tepat (Manan, 2002).
11
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - September 2022. Penelitian ini
dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit Alpukat
(Persea americana Mill.) yang berumur 3 bulan sebanyak 48 bibit, tanah yang
berasal dari Torgamba, sekam padi, kayu bakar, dan air.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain polybag ukuran
30x30 cm, tungku, pengaduk, seng, penggaris, kaliper digital, sprayer, alat tulis,
tally sheet, neraca analitik, oven, korek api, gembor, ember, kamera, software
Microsoft Excel dan software IBM SPSS Statistics 26.

Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktorial dengan dua faktor yaitu penggunaan arang sekam dan interval
penyiraman.
Faktor pertama adalah penggunaan arang sekam (S) yang terdiri dari 4
taraf perlakuan. Pemilihan banyak penggunaan arang sekam diatas berdasarkan
penelitian sebelumnya yaitu Sofyan et al (2014) yaitu :
S0 = 100 % tanah marginal (control)
S1 = 75 % tanah marginal : 25 % arang sekam
S2 = 50 % tanah marginal : 50 % arang sekam
S3 = 25 % tanah marginal : 75 % arang sekam
Faktor kedua adalah interval penyiraman (A) yang terdiri dari 4 taraf
perlakuan yaitu:
A1 = 1 x 1 hari
A2 = 1 x 2 hari
A3 = 1 x 3 hari
A4 = 1 x 4 hari
11

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga kali ulangan. Model


linier rancangan yang digunakan sebagai berikut:
Yijk= µ + 𝛼i+ 𝛽j + (α𝛽)ij + ∑ijk
Yijk = respon pengamatan untuk komposisi penggunaan arang sekam ke-i
interval penyiraman ke-j ulangan ke-k
µ = rataan umum pertumbuhan Alpukat
𝛼i = pengaruh komposisi penggunaan arang sekam ke-i
𝛽 = pengaruh interval penyiraman ke-j
(α𝛽)ij = interaksi antara penggunaan arang sekam dengan interval penyiraman
∑𝑖𝑗𝑘 = pengaruh galat pada penggunaan arang sekam ke-i interval
penyiraman ke-j ulangan ke-k.

Layout Pengacakan Bibit Alpukat di Rumah Kaca Menggunakan RAL


S0A2 (2) S3A2 (3) S3A3 (2) S1A4 (1) S3A2 (2) S3A4 (1)
S0A4 (3) S1A1 (1) S1A2 (3) S0A4 (3) S1A2 (1) S1A3 (1)
S3A1 (2) S2A4 (1) S3A4 (3) S2A2 (2) S2A2 (3) S3A4 (2)
S2A1 (1) S1A3 (3) S2A1 (2) S2A4 (3) S0A4 (2) S0A2 (3)
S1A4 (2) S0A2 (1) S3A1 (1) S1A1 (3) S2A4 (2) S0A3 (1)
S3A3 (3) S1A4 (3) S3A3 (1) S3A2 (1) S2A3 (2) S1A3 (2)
S2A3 (1) S1A1 (2) S0A3 (3) S2A3 (3) S1A2 (2) S0A1 (2)
S0A3 (2) S0A4 (1) S2A1 (3) S3A1 (3) S0A1 (1) S2A2 (1)
Keterangan:
S0 = 100% tanah marginal (kontrol) A1 = 1 x 1 hari
S1 = 75 % tanah marginal : 25 % arang sekam A2 = 1 x 2 hari
S2 = 50 % tanah marginal : 50 % arang sekam A3 = 1 x 3 hari
S3 = 25 % tanah marginal : 75 % arang sekam A4 = 1 x 4 hari

Prosedur Penelitian
Pembuatan Arang Sekam
Alat yang digunakan adalah tungku, seng dan pengaduk. Tahap pertama
yang dilakukan adalah menyiapkan kayu dan tungku. Kemudian meletakkan kayu
di tengah tungku. Setelah itu membakar kayu menggunakan pematik. Kemudian
meletakkan seng di atas tungku. Meletakkan sekam padi di atas seng. Selanjutnya
menyangrai sekam sambil mengaduk sampai agak kehitaman. Setelah itu
memindahkan dan mendiamkan sekam yang telah disangrai tersebut sampai
dingin.
12

Penyiapan Media
Membuat komposisi media sesuai dengan perlakuan. Kemudian
memasukkan pada polybag yang sudah diberi label perlakuan.
Penyiapan Bibit
Bibit yang digunakan seragam umurnya yaitu tiga bulan dan tampilan bibit
yang kurang lebih seragam. Bibit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
bibit yang dijual di Jalan Bunga Herba Padang Bulan.
Interval penyiraman
Interval penyiraman bibit alpukat dilakukan sesuai dengan perlakuan yang
diberikan. Penyiraman bibit yang dilakukan yaitu 1x1 hari, 1x2 hari, 1x3 hari dan
1x4 hari. Penyiraman bibit dilakukan secara teratur sesuai interval penyiraman
masing-masing bibit.

Parameter yang Diukur


Parameter yang diukur adalah sebagai berikut:
a. Pertambahan tinggi bibit (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai pangkal sampai titik apikal tanaman.
Diberi tanda pada pangkal untuk memudahkan pengukuran selanjutnya.
Pengukuran menggunakan penggaris dan dilakukan dalam satu minggu
sekali
b. Pertambahan diameter bibit (cm)
Pengukuran diameter tanaman menggunakan kaliper. Pengukuran
parameter dilakukan pada pangkal batang yang telah diberi tanda untuk
memudahkan pengukuran selanjutnya dan pengamatan dilakukan satu
minggu sekali.
c. Jumlah daun (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan pada akhir penelitian. Daun yang
dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna.
d. Bobot basah bagian atas (g)
Waktu pengukuran bobot basah tajuk yaitu pada akhir penelitian dengan
menimbang berat segar tajuk masing-masing perlakuan. Bagian yang
diambil batang tanaman dari atas permukaan tanah sampai keatas bagian
13

tanaman, lalu dipotong kecil untuk ditimbang menggunakan neraca


analitik.
e. Bobot kering bagian atas (g)
Suhu yang digunakan pada oven 80 0C dengan waktu selama 2 x 24 jam,
pemilihan suhu dan waktu tersebut berdasarkan penelitian sebelumnya
yaitu Mustaha et al (2012). Setelah itu menimbang bobot kering tanaman
tersebut dengan neraca analitik.
f. Bobot basah bagian bawah (g)
Waktu pengukuran bobot basah akar yaitu pada akhir penelitian dengan
menimbang berat segar akar masing-masing perlakuan. Bagian yang
diambil akar tanaman kemudian dibersihkan supaya tidak ada tanah yang
terikut dan dipotong kecil untuk ditimbang menggunakan neraca analitik.
g. Bobot kering bawah (g)
Suhu yang digunakan pada oven 80 0C dengan waktu selama 2 x 24 jam.
Setelah itu menimbang bobot kering tanaman tersebut dengan
menggunakan neraca analitik.
Analisis Data
Uji statistik yang digunakan adalah Analysis of variance (ANOVA) untuk
melihat apakah ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Data pada peneltitian
diolah menggunakan software IBM SPSS Statistics 26. Setelah dilakukan uji
ANOVA dan hasilnya signifikan, maka dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT) dengan taraf 5 % untuk mengetahui kelompok mana saja
yang mengindikasikan adanya perbedaan antar varietas. Nilai Duncan dapat
dihitung sebagai berikut:

RP = rα,p,v √𝐾𝑇𝐺/𝑟

KTG = Kuadrat Tengah Galat


R = ulangan
rα,p,v = nilai wilayah nyata Duncan
α = taraf nyata
p = jarak relative antara perlakuan dengan peringkat berikutnya
ν = derajat bebas galat
14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertambahan Tinggi
Rata- rata pertambahan tinggi bibit alpukat setiap 2 minggu selama 3 bulan
disajkan pada Gambar 2 berikut ini:
45
40
35
Tinggi Bibit (cm)

30
25
20
15
10
5
0
Minggu ke- 0 2 4 6 8 10 12
S0A1 S0A2 S0A3 S0A4
S1A1 S1A2 S1A3 S1A4
S2A1 S2A2 S2A3 S2A4

Gambar 2. Gafik Pertambahan Tinggi Bibit Alpukat (Persea americana Mill.) Selama 3
Bulan (cm)

Tinggi tanaman adalah komponen penting dalam pertumbuhan untuk


mengetahui respon tanaman terhadap perlakuan yang diberikan (Dewi et al.,
2022). Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman alpukat
mulai dari 0,3 sampai dengan 3,3 cm dengan rata-rata pertambahan tinggi
tanaman tiap 2 minggu sebesar 1,44 cm. Pertambahan pertumbuhan tertinggi
tanaman alpukat tiap 2 minggu terdapat pada perlakuan S3A1 yaitu 3,3 cm pada
pengamatan minggu ke- 10. Sedangkan pertambahan pertumbuhan terendah
tanaman alpukat tiap 2 minggu terdapat pada perlakuan S0A4 yaitu 0,3 pada
pengamatan minggu ke- 2. Rata-rata pertambahan tinggi terendah terdapat pada
pengamatan minggu ke- 4 yaitu 1,22 cm. Kemudian meningkat pada tiap
minggunya. Hal ini disebabkan oleh interval penyiraman dan yang diberikan.
Menurut penelitian Irawan et al (2019) menyatakan bahwa cekaman kekeringan
pada tanaman dengan perlakuan penyiraman 25% KL dan interval penyiraman
waktu 5 hari sekali menunjukkan persen pertumbuhan terendah dibandingkan
perlakuan lainnya. Transpirasi yang lebih rendah dapat dicapai dengan
15

memberikan volume penyiraman yang lebih rendah dan interval penyiraman yang
lebih lama (Anggraeni et al., 2015). Sehingga perlakuan S0A4 merupakan
pertambahan tinggi terendah dari semua perlakuan, suhu di rumah kaca cukup
tinggi yang menyebabkan meningkatnya laju transpirasi.
Penambahan arang sekam pada media yang digunakan menunjukkan hasil
yang meningkat pada setiap minggunya. Teruji dari tinggi tanaman pada
pengukuran setiap 2 minggu. Hal ini sesuai dengan Agustin et al (2014) bahwa
arang sekam merupakan jenis media yang telah mengalami pembakaran sehingga
menghasilkan konsentrasi karbon yang tinggi dan dekomposisi yang cepat. Selain
itu, arang sekam padi memiliki pori pori yang lebar memudahkan nutrisi diserap
disekitarnya dan disimpan didalam pori-pori tersebut dan juga memiliki daya
penyerapan yang tinggi.
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa
perlakuan penggunaan arang sekam, interval penyiraman dan interaksi kedua
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit alpukat, karena itu dilakukan uji
lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) yang ditampilkan pada Gambar 3.
18
15,87 l
16
13,93 k
14
12,27 j
11,57 ij
Tinggi Bibit (cm)

12 11,10 i
9,87 h 9,83 h
10 9,20 gh
8,60 g
7,83 f
8 6,63 e
5,60 d
6 5,10c4,67 c
3,67 b
4 2,83 a
2

0
S0A1

S0A2

S0A3

S0A4

S1A1

S1A2

S1A3

S1A4

S2A1

S2A2

S2A3

S2A4

S3A1

S3A2

S3A3

S3A4

Perlakuan

Gambar 3. Uji DMRT Pertambahan Tinggi Bibit Alpukat (Persea americana Mill.)

Pertambahan tertinggi pada tinggi bibit alpukat terdapat pada perlakuan


S3A1 yaitu 15,87 cm, sedangkan pada pertambahan terendah terdapat pada
perlakuan S0A4 yaitu 2,83 cm. S3A1 menunjukkan hasil yang berbeda nyata
16

terhadap S0A4. Pada perlakuan S2A4 menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
pada perlakuan S1A1, yang mana pada perlakuan S2A4 yaitu persen arang sekam
50% dengan interval penyiraman 4 hari sekali berbeda tidak nyata dengan S1A1
yaitu 25% arang sekam dengan interval penyiraman 1 hari sekali, hal ini
disebabkan karena arang sekam dapat menyimpan dan mengikat air serta memiliki
daya serap yang tinggi.
Pertambahan tinggi bibit alpukat tertinggi terdapat pada perlakuan S3A1
sebesar 15,87 cm (arang sekam 75% dan penyiraman 1 hari sekali), sedangkan
S0A4 (100% tanah marginal dan penyiraman 4 hari sekali) merupakan
pertambahan tinggi terendah pada bibit alpukat yaitu sebesar 2,83 cm. Hal ini
menunjukkan hasil berpengaruh nyata pada penambahan media arang sekam padi
dan interval penyiraman pada pertambahan tinggi bibit alpukat. Hal ini sesuai
dengan penelitian Wasis dan Sopandi (2021) yaitu menggunakan bibit trembesi
yang menunjukkan hasil terbaik pada rata-rata pertambahan tinggi pada bibit
trembesi. Hal ini dikarenakan dengan penambahan media arang sekam dapat
mendorong tanaman dalam hal penyimpanan air, nutrisi dan juga drainase yang
baik bagi tanaman. Secara kimia, arang sekam mengandung nutrisi penting seperti
nitrogen (N), fospor (P), kalium (K), kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).
Keasamannya netral sampai alkalis dengan kisaran pH 6,5 sampai dengan 7.
Arang sekam tidak mengandung garam-garam yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman (Surdianto dan Sutrisna, 2015).
Rendahnya tinggi bibit alpukat pada S0A4 disebabkan karena media tanam
yang digunakan merupakan perlakuan kontrol (100% tanah marginal). Tanah
PMK dikenal memiliki kesuburan yang rendah baik dari segi fisik yaitu struktur
tanah yang kurang baik, dan dari segi kimia yaitu unsur hara makro/mikro yang
rendah (Pratama et al., 2022). Menurut Supriyanto dan Fiona (2010) pencampuran
media tanam dengan arang sekam dapat meningkatkan kualitas tanah. Hal ini akan
meningkatkan efektifitas pemupukan karena arang sekam padi juga berfungsi
sebagai penahan unsur hara (jika terjadi unsur hara yang berlebihan) sehingga
dapat digunakan tanaman bila terjadi kekurangan unsur hara yang dilepaskan
dengan perlahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman (slow release). Selain itu
juga meningkatkan kualitas tanah dengan memperbaiki porositas dan aerasi.
17

Pertambahan Diameter
Rata- rata pertambahan diameter bibit alpukat setiap 2 minggu selama 3
bulan disajkan pada Gambar 4 berikut ini:

0.9
0.8
0.7
Diameter Bibit (cm)

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Minggu ke- 0 2 4 6 8 10 12
S0A1 S0A2 S0A3 S0A4
S1A1 S1A2 S1A3 S1A4
S2A1 S2A2 S2A3 S2A4

Gambar 4. Gafik Pertambahan Diameter Bibit Alpukat (Persea americana Mill.) selama
3 bulan (cm)

Berdasarkan Gambar 4. pengukuran diameter yang diukur setiap 2 minggu


menunjukkan pertambahan sampai 0,05 yaitu perlakuan S3A1 pada minggu ke- 8.
Pada perlakuan S0A4 menunjukkan pertambahan diameter sebesar 0,01 pada
setiap 2 minggu pengukuran. Pada penelitian Jufriyanto (2022) menjelaskan
bahwa penambahan arang sekam padi pada media tanam berpengaruh secara
signifikan pada pertambahan diameter batang tanaman kakao. Untuk perlakuan
S0A4 menunjukkan hasil pertambahan diameter yang lambat, disebabkan dari
komposisi perlakuan yaitu 100% tanah marginal dengan penyiraman 4 hari sekali,
Menurut pendapat Susanto dan Baskorowati (2018) perkembangan tanaman
dipengaruhi oleh kesuburan tanah melalui mekanisme fisiologis yang berdampak
pada metabolisme tanaman itu sendiri.
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 2 diketahui bahwa
pemberian arang sekam dan interval penyiraman menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap diameter bibit alpukat, sedangkan interaksi keduanya
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Sehingga dilakukan uji lanjut Duncan’s
18

Multiple Range Test (DMRT) pada faktor tunggal arang sekam dan interval
penyiraman pada Gambar 5 dan 6.
0.25
0,20 d
Diameter Bibit (cm)

0.20
0,17 c
0.15 0,13 b
0,11 a
0.10

0.05

0.00
S0 S1 S2 S3
Perlakuan

Gambar 5. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap Diameter
Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)

Dapat dilihat pada Gambar 5 bahwa rata-rata diameter bibit alpukat yang
tertinggi terdapat pada perlakuan dosis arang sekam 75% yaitu 0,20 yang berbeda
nyata pada setiap perlakuan. Untuk itu, dosis arang sekam 75% menjadi faktor
yang optimal untuk dosis penggunaan arang sekam pada bibit alpukat. Pada
penelitian Kurniaty et al (2010) menunjukkan bahwa perlakuan media tanah yang
dicampurkan dengan arang sekam mempunyai rata-rata pertumbuhan diameter
terbaik. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik C dalam media
cukup tinggi (4,69%). Keadaan ini mendorong produksi energi aktif dalam
metabolisme tanaman. Arang sekam memiliki berat jenis 0,2 kg/L, bersifat kasar
atau berpori sehingga memungkin terjadinya sirkulasi udara yang tinggi dan
berwarna coklat tua yang dapat menyerap sinar matahari sehingga sangat optimal
jika dimanfaatkan sebagai bahan campuran pada media tanam (Wurnangsih dan
Dahlia, 1994).
19

0.2 0,19 d
0.18 0,16 c
0.16
Diameter Bibit (cm)
0,14 b
0.14
0.12 0,11 a
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
A1 A2 A3 A4
Perlakuan

Gambar 6. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Diameter Bibit
Alpukat (Persea Americana Mill.)

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa pada penyiraman 1 hari sekali


menghasilkan pertumbuhan diameter yang optimal yaitu 0,19 cm yang
menunjukkan hasil berbeda nyata dengan semua taraf perlakuan, karena air yang
cukup akan membantu tanaman untuk berfotosintesis. Apabila ketersedian air
pada tanaman terhambat maka proses fotosintesis pun juga terhambat. Hal ini
sesuai dengan Ratnasari et al (2015) bahwa air harus selalu tersedia agar tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Kemampuan tanaman untuk bertahan hidup sangat
bergantung pada ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Pertambahan Jumlah Daun


Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 3 diketahui bahwa
penggunaan arang sekam dan interval penyiraman menunjukkan hasil yang nyata
terhadap pertambahan jumlah daun, sedangkan untuk interaksi keduanya
menunjukkan hasil yang tidak nyata. Untuk ini dilakukan uji lanjut Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) pada faktor tunggal yaitu komposisi arang sekam
dan interval penyiraman yang disajikan pada Gambar 7 dan 8.
20

20 17,92 d
18
16 14,42 c
Jumlah Daun (helai) 14 12,33 b
12
10 8,00 a
8
6
4
2
0
S0 S1 S2 S3
Perlakuan

Gambar 7. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap Jumlah Daun
Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah daun tertinggi


terdapat pada S3 yaitu komposisi arang sekam 75% sebesar 17,92 helai, yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan. Untuk itu, perlakuan S3 yaitu komposisi
arang sekam 75% menjadi pertambahan jumlah daun terbaik. Sesuai dengan
penelitian Merisa et al (2019) bahwa penggunaan media tanam arang sekam padi
memberikan pengaruh yang paling baik pada pertambahan jumlah daun.
Kandungan unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium yang tinggi pada arang sekam
padi dapat berkontribusi terhadap banyaknya jumlah daun pada tanaman yang
ditanam pada media arang sekam padi serta dikarenakan campuran arang sekam
padi mendukung perbaikan struktur tanah (Pratiwi et al., 2017). Menurut Fageria
(2009) menyatakan bahwa untuk mendapatkan karbohidrat atau asimilasi yang
cukup dalam memenuhi kebutuhan tanaman diperlukan pula nitrogen yang cukup
untuk menghasilkan bilah daun yang lebih lebar sehingga mempunyai banyak
kandungan klorofil. Gejala jika kekurangan nitrogen maka daun yang dihasilkan
lebih kecil dan menunjukkan produksi enzim yang buruk sehingga mengganggu
laju pertumbuhan tanaman. Secara keseluruhan tanaman yang kekurangan
nitrogen akan tumbuh kerdil, memiliki daun muda berwarna hijau pucat dan
menunjukkan klorosis dan kehilangan daunnya.
21

20
17,67 d
18

Jumlah Daun Bibit (helai)


16 14,25 c
14
11,67 b
12
10 9,08 a
8
6
4
2
0
A1 A2 A3 A4
Perlakuan

Gambar 8. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Jumlah Daun Bibit
Alpukat (Persea Americana Mill.)

Dapat dilihat pada Gambar 8 faktor tunggal yaitu interval penyiraman


menghasilkan pertambahan jumlah daun tertinggi yaitu pada perlakuan A1 sebesar
17,67 helai, yang mana menunjukkan hasil berbeda nyata pada semua perlakuan.
Hal tersebut menunjukkan air berperan terhadap pertumbuhan bibit alpukat.
Menurut Alrasyid et al (2000) bahwa unsur-unsur diluar tumbuhan termasuk sinar
matahari, ketersediaan air, mineral dan lingkungan tempat tumbuhnya berdampak
pada kemampuan tumbuhan dalam mensintesis makanan dan mengatur
metabolismenya. Jika ketersediaan air kurang, maka proses fisiologi suatu
tanaman akan terganggu (Wiryono, 2020).

Bobot Basah Bagian Atas


Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 4 diketahui bahwa
perlakuan penggunaan arang sekam dan interval penyiraman menunjukkan hasil
yang berpengaruh nyata terhadap bobot basah bagian atas bibit alpukat. Oleh
karena itu, dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk
mengetahui perlakuan mana yang menghasilkan bobot basah bagian atas yang
optimal pada bibit alpukat.
22

20 18,9 i
18 i 17,4 hi
18
16,2 gh
Bobot Basah Bagian Atas Bibit 16
14,1 ef 14,4 ef 14,9 fg
14 13 de 13,4 ef
11,6 cd 11,4 cd
12 10,6 c
(gram)

10 8,6 b
7,6 ab7,2 ab
8 6,7 a
6
4
2
0
S0A1

S0A2

S0A3

S0A4

S1A1

S1A2

S1A3

S1A4

S2A1

S2A2

S2A3

S2A4

S3A1

S3A2

S3A3

S3A4
Perlakuan

Gambar 9. Uji DMRT Bobot Basah Bagian Atas bibit alpukat (Persea americana Mill.)

Berdasarkan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) diketahui


bahwa perlakuan S3A1 sebesar 18,9 gram berbeda nyata dengan S0A4 sebesar 6,7
garam. Yang mana S3A1 merupakan komposisi arang sekam 75% dengan
penyiram 1 kali sehari, sedangkan S0A4 merupakan tanah marginal 100% dengan
penyiraman 4 hari sekali dan menunjukkan hasil bobot basah bagian atas
terendah. Pada penelitian Sembiring et al (2018) yaitu pada bibit kopi robusta
menunjukkan hasil bahwa interaksi antara perlakuan M3F0 (arang sekam : top soil
(2:1) dan penyiraman 1 hari sekali dengan perlakuan M3F2 (top soil : arang
sekam (2:1) dan penyiraman 7 hari sekali) berpengaruh nyata terhadap diamater
dan bobot basah tajuk. Pada perlakuan F0 (penyiraman 1 kali sehari) keadaan
tanaman berkecukupan air, sehingga kelebihan air tersebut dapat disimpan pada
tanaman. Disisi lain, pada keadaan keterbatasan air perlakuan M3F2, tanaman
tersebut mampu memanfaatkan air secara baik untuk proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Hal ini menandakan dengan dikombinasikannya perlakuan
penggunaan arang sekam dan interval penyiraman maka terpenuhi ketersediaan air
pada suatu tanaman.
Bobot basah bagian atas bibit alpukat menunjukkan hasil aktivitas
metabolik dan termasuk representasi dari fotosintesis yang terjadi ketika tanaman
tumbuh. Hasil dari proses fotosintesis digunakan untuk membuat sel-sel batang
dan daun sehingga dapat mempengaruhi bobot basah bagian atas bibit. Menurut
23

Lakitan (2011) mengemukakan bahwa sinar matahari, CO2 O2, klorofil dan air
adalah persyaratan untuk melakukan fotosintesis proses metabolisme yang penting
pada tanaman. Ada cukup air dalam tanaman untuk fotosintesis, tetapi air juga
memainkan peran kunci dalam tugiditas sel penjaga stomata. Tanpa air yang
cukup, turgiditas sel akan menurun yang akan memaksa stomata menutup.
Penutupan stomata mencegah terjadinya penyerapan CO2 yang diperlukan untuk
sintesis karbohidrat.

Bobot Kering Bagian Atas


Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 5 diketahui bahwa
penggunaan arang sekam dan interval penyiraman menunjukkan hasil yang nyata
terhadap bobot kering bagian atas pada bibit alpukat, sedangkan untuk interaksi
keduanya menunjukkan hasil yang tidak nyata. Untuk ini dilakukan uji lanjut
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada faktor tunggal yaitu komposisi
arang sekam dan interval penyiraman yang disajikan pada Gambar 10 dan 11.

8
7,20 d
7
Bobot Kering Bagian Atas

5,98 c
6
Bibit (gram)

5 4,48 b
4
3,07 a
3
2
1
0
S0 S1 S2 S3
Perlakuan

Gambar 10. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap Bobot Kering
Bagian Atas Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)

Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa bobot kering bagian atas bibit alpukat
tertinggi terdapat pada S3 yaitu komposisi arang sekam 75% sebesar 7,20 gram,
yang berbeda nyata dengan semua perlakuan. Sedangkan S0 yaitu tanah marginal
100% sebesar 3,07 gram yang merupakan bobot kering bagian atas terendah.
Bobot kering bagian atas menunjukkan jumlah biomassa yang dapat
diserap oleh tanaman. Menurut Larcher (1975) menegaskan bahwa akumulasi
24

asimilasi CO2 bersih selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman


menghasilkan berat kering. Pertumbuhan tanaman dapat dilihat sebagai
penambahan berat segar dan akumulasi bahan kering, artinya semakin cepat
tanaman tumbuh maka semakin besar berat kering yang terakumulasi.

7
6,06 d
6
5,36 c
Bobot Kering Bagian Atas

4,93 b
5 4,38 a
Bibit (gram)

0
A1 A2 A3 A4
Perlakuan

Gambar 11. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Bobot Kering
Bagian Atas Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)

Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa bobot kering bagian atas bibit alpukat
tertinggi terdapat pada A1 yaitu penyiraman 1 hari sekali sebesar 6,06 gram, yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan. Sedangkan A4 yaitu penyiraman 4 hari
sekali sebesar 4,38 gram yang merupakan bobot kering bagian atas terendah. Hasil
bobot kering bagian atas selain dipengaruhi oleh bobok basah bagian atas, juga
dipengaruhi oleh jumlah daun karena daun tumbuhan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan hasil fotosintat. Peningkatan proses fotosintesis juga akan
mengakibatkan peningkatan senyawa organik yang dihasilkan dari proses tersebut
yang akan berpindah pada seluruh bagian organ tanaman dan juga terhadap berat
kering tanaman (Nurdin, 2011).

Bobot Basah Bagian Bawah


Bobot basah bagian bawah adalah berat akar setelah panen tanpa
dilakukan proses pengeringan. Susunan genetik tanaman memiliki pengaruh yang
lebih besar pada sistem perakaran daripada keadaan tanah atau media tanam.
Hambatan mekanis, suhu tanah, aerasi, ketersediaan unsur hara, air dan udara
25

merupakan faktor yang mempengaruhi pola distribusi perakaran. Sistem


perkembangan akar suatu tanaman banyak dipengaruhi oleh susunan genetiknya
daripada kualitas tanah ataupun media tempat tumbuh tanaman tersebut.
Pengukuran bobot basah bagian bawah untuk menentukan berapa banyak air yang
ada pada akar tanaman (Sianipar, 2022).
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 6 diketahui bahwa
perlakuan penggunaan arang sekam, interval penyiraman serta interaksi keduanya
berpengaruh nyata terhadap bobot basah bagian bawah bibit alpukat. Oleh karena
itu dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui
perlakuan mana yang menghasilkan bobot basah bagian bawah yang terbaik. Hasil
uji lanjut disajikan pada Gambar 12.
16.0 15 i
14,3 i
14.0
Bobot Basah Bagian Bawah

12,111,5
h gh 12,2 h
12.0 10,8 g 10,8 g
9,5 f
Bibit (gram)

10.0
7,9 e 7,5 e
8.0 6,8 de6,3 cd
5,6 bc
6.0 5 ab4,7 bc
4,2 a
4.0
2.0
0.0
S0A1
S0A2
S0A3
S0A4
S1A1
S1A2
S1A3
S1A4
S2A1
S2A2
S2A3
S2A4
S3A1
S3A2
S3A3
S3A4
Perlakuan

Gambar 12. Uji DMRT Bobot Basah Bagian Bawah Bibit Alpukat
(Persea americana Mill.)

Pada uji lanjut menunjukkan hasil pada taraf perlakuan S3A1


menghasilkan bobot basah bagian bawah tertinggi sebesar 15,00 gram, berbeda
nyata denga perlakuan S0A4 dengan bobot basah bagian bawah terendah sebesar
4,2 gram dan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan S3A2 sebesar 14,3 gram.
Pada perlakuan S0A4 media tanam merupakan kontrol (100% tanah marginal),
sehingga tidak terjadi perbaikan sifat fisis tanah didalamnya. Tanah marginal yang
digunakan merupakan tanah yang berasal dari kecamatan Torgamba yaitu tanah
Podsolik Merah Kuning (PMK) yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang
buruk, sehingga kandungan bahan organik yang rendah. Penetrasi akar yang lebih
dalam diperlambat oleh struktur tanah yang padat, area ekstensi atau pemanjangan
26

akar berkurang karena akar lebih sulit menembus tanah yang padat (Rusdiana et
al., 2000). Sehingga pencampuran arang sekam akan memperbaiki struktur tanah
PMK tersebut. Pada perlakuan S3A1 memberikan bobot basah bagian bawah
tertinggi, karena arang sekam tersebut memiliki sifat yang remah yang dapat
memudahkan akar bibit suatu tanaman sehingga dapat menembus media tanam
dan area pemanjangan akar diperluas serta memungkinkan terjadinya
perkembangan akar yang lebih cepat (Agustin et al., 2014).
Berdasarkan Gambar 12, bobot basah bagian bawah bibit alpukat yaitu
pada penggunaan arang sekam dan interval penyiraman menunjukkan hasil
berpengaruh nyata. Hal ini membuktikan bahwa arang sekam tidak hanya
memperbaiki struktur tanah tetapi juga memberikan unsur hara yang dibutuhkan
oleh bibit alpukat. Arang sekam memiliki kandungan kimia seperti Nitrogen (N),
Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) (Saragih, 2020).

Bobot Kering Bagian Bawah


Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 7 diketahui bahwa
penggunaan arang sekam dan interval penyiraman menunjukkan hasil yang nyata
terhadap bobot kering bagian bawah pada bibit alpukat, sedangkan untuk interaksi
keduanya menunjukkan hasil yang tidak nyata. Untuk ini dilakukan uji lanjut
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada faktor tunggal yaitu komposisi
arang sekam dan interval penyiraman yang disajikan pada Gambar 13 dan 14.
5 4,07 c 4,18 c
BobotKering Bagian Bawah Bibit

4 3,66 b
4 3,20 a
3
3
(gram)

2
2
1
1
0
S0 S1 S2 S3
Perlakuan

Gambar 13. Uji DMRT Faktor Tunggal Komposisi Arang Sekam terhadap Bobot Kering
Bagian Bawah Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)
27

Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa hasil bobot kering bagian bawah
yang tertinggi terdapat pada perlakuan S3 yaitu komposisi 75% arang sekam
sebesar 4,18 gram yang tidak berbeda nyata pada S2 yaitu komposisi 50% arang
sekam sebesar 4,07 gram. Untuk itu, komposisi arang sekam 75% menjadi faktor
yang terbaik pada penggunaan arang sekam dari segi penggunaan bahan organik.
Tingginya suatu bobot kering pada tanaman menunjukkan pertumbuhan tanaman
tersebut semakin baik karena semakin banyak unsur hara dan air yang dapat
diserap (Krisdayani et al., 2020). Ketika aerasi memadai, kandungan O2
meningkat sehingga meningkatkan laju respirasi akar (Bartholomeus et al., 2008).

5
4,23 d
Bobot Kering Bagian Bawah

3,97 c
4 3,63 b
3,28 a
Bibit (gram)

0
A1 A2 A3 A4
Perlakuan

Gambar 14. Uji DMRT Faktor Tunggal Interval Penyiraman terhadap Bobot Kering
Bagian Bawah Bibit Alpukat (Persea Americana Mill.)

Dapat dilihat pada Gambar 14 perlakuan pada penyiraman 1 hari sekali


menunjukkan hasil bobot kering bagian bawah terbaik sebesar 4,23 gram dan
berbeda nyata pada semua perlakuan. Menurut Sitompul dan Guritno (1995)
penting untuk menghitung berat kering tanaman karena berat tersebut digunakan
untuk memperkirakan metabolisme yang terjadi pada tanaman tersebut. Kenaikan
berat kering disebabkan oleh penumpukan komponen organik khususnya air dan
CO2 yang berhasil diubah oleh tanaman dari anorganik. Tumbuhan yang defisit air
akan meregangkan akar hingga lapisan tanah dengan ketersediaan air yang cukup
dan tumbuhan yang kekurangan air akan memiliki akar yang lebih sedikit secara
keseluruhan (Ai dan Torey, 2013), hal ini sesuai dengan perlakuan S4, diduga
bibit alpukat dengan penyiraman 4 hari sekali memiliki nilai bobot kering bagian
bawah rendah karena kerja dari akar tersebut untuk mencari ketersediaan air.

KESIMPULAN DAN SARAN


28

Kesimpulan
Interaksi antara penggunaan arang sekam dan interval penyiraman
menunjukkan hasil yang nyata terhadap parameter tinggi, bobot basah bagian atas
dan bobot basah bagian bawah yaitu komposisi arang sekam 75% dengan tanah
marginal 25% serta penyiraman 1 hari sekali sehingga mampu memberikan hasil
yang optimal pada pertumbuhan bibit alpukat (Persea Americana Mill.) selama 3
bulan pengamatan.

Saran
Penelitian ini dilakukan di rumah kaca sehingga perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut di lapangan agar memberikan hasil yang lebih baik terhadap
keberhasilan hidup bibit alpukat (Persea Americana Mill.) di lapangan dengan
rekomendasi komposisi arang sekam 75% dan penyiraman 1 hari sekali.

DAFTAR PUSTAKA
29

AB Subhan. 2021. Pemberdayaan Budidaya Tanaman Alpukat di Kampung Gayo


Murni Kecamatan Atu Lintang. Krida Cendekia, 1(5).
Agoes D. 1994. Berbagai Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Penebar
Swadaya: Jakarta.
Agustin DA, Riniarti M, Duryat. 2014. Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji dan
Arang Sekam Sebagai Media Sapih untuk Cempaka Kuning (Michelia
champaca). Sylva Lestari. 2 (3).
Ai NS, Torey P. 2013. Karakter Morfologi Akar Sebagai Indikator Kekurangan
Air Pada Tanaman (Root Morphological Characters As Water-Deficit
Indicators In Plants). Bioslogos. 3 (1).
Alrasyid H, Sumarhani, Heryati Y. 2000. Percobaan Penanaman Padi Gogo di
Bawah Tegakan Hutan Tanaman di BKPH Parung Panjang, Jawa Barat.
Buletin Penelitian Hutan. 621.
Angelina G. 2007. Tanaman Obat Indonesia
Anggraini N, Faridah E, Indrioko S. 2015. Pengaruh Cekaman Kekeringan
terhadap Perilaku Fisiologis dan Pertumbuhan Bibit Black Locust (Robina
pseudoacacia). Ilmu Kehutanan, 9(1).
Arif A. 2016. Analisis Yuridis Pengrusakan Hutan (Deforestasi) dan Degradasi
Hutan Terhadap Lingkungan. Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum, 3(1).

Asmarahman C. 2019. Jenis Tanaman Penyusun Tegakan Sebagai Sumber Pangan


di Areal Garapan Petani Gabungan KPPH Sumber Agung dalam Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Seminar Nasional Biologi. Universitas
Lampung.
Aventi. 2008. Pemanfaatan Kayu Alpukat dalam Pembuatan Panel (Papan
Semen). 10 (1).
Badan Pusat Statistik. 2018. Labuhanbatu Selatan Dalam Angka 2016-2018.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Badan Pusat Statistik. 2022. Kecamatan Torgamba dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Bartholomeus RP, Witte JPM, Bodegom PM, Dam JC, Aerts R. 2008. Critical
Soil Conditions for Oxygen Stress to Plant Roots; Substituting the Feddes-
Function by a Process-Based Model. Hydro, 360.
Candra HK. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Mutiara Terhadap
Pertumbuhan Bibit Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) pada Tanah
Podsolik Merah Kuning. PIPER, 13(25).

Dasuki UA. 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayati. Bandung. ITB.
30

Dewi S, Hayati E, Kesumawati E. 2022. Pertumbuhan Bibit Alpukat (Persea


americana Mill.) Hasil Sambung Pucuk Akibat Media Tanam dan Dosis
Pupuk NPK. Floratek, 17(1).

Dwidjiseputro M. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penebar Swadaya.


Jakarta.
Fageria NK. 2009. The Use of Nutrient in Crop Plants. Boca Raton: CRC Press.
Fitriyani A, Riniarti M, Duryat D. 2020. Inventarisasi Hasil Hutan Bukan Kayu
Ppada Tanaman MPTS di Hutan Desa Sukaraja KPH Rajabasa, Gorontalo.
Forestry Research, 3(1), 1-10.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RI. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Gusmailina, Komarayati S, Pari G. 2015. Membangun Kesuburan Lahan dengan
Arang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
Hidayat IRS, Napitupulu RM, SPM. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Agriflo.
Hunter B, Deshusses MA. 2020. Science of the Total Environment Resources
Recovery From High-Strength Human Waste Anaerobic Digestate Using
Simple Nitri Fication and Denitri Fication Filters. Sci Total Environ.
712(135509).

Indrarto GB, P Murharjanti J, Khatarina I, Pulungan F, Ivalerina J, Rahman MN,


Prana IAP, Resosudarmo, E Muharrom. 2013. Konteks REDD+ di
Indonesia. Pemicu, Pelaku dan Lembaganya. Center for International
Forestry Research (CIFOR). Bogor.
Irawan A, Hidayah HN, Mindawati N. 2019. Pengaruh Perlakuan Cekaman
Kekeringan terhadap Pertumbuhan Semai Cempaka Wasin, Nantu dan
Mahoni. Penelitian Kehutanan Mallacea, 8(1).
Jufriyanto AAJ. 2022. Pengaruh Pemberian Arang Sekam Padi pada Media
Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.).
Doctoral dissertation, Universitas Batanghari.

Kartasubrata. 1991. Pengelolaan Hutan dengan Tanaman Multi Fungsi.


Krisdayani PM. Proborini MW, Kriswiyanti E. 2020. Pengaruh Kombinasi Pupuk
Hayati Endomikoriza, Trichoderma spp., dan Pupuk Kompos terhadap
Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria). Sylva Lestari. 8
(3).
Kurniaty R. 2010. Pengaruh Media dan Naungan terhadap Mutu Bibit. Penelitian
Hutan Tanaman, 7 (2).
Lakitan B. 2011. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
31

Larcher W. 1975. Physiological Plant Ecology: Ecophysiology and Stress


Physiology of Functional Groups. Third Edition. Springer. New York
Manan H. 2002. Pengelolaan Air yang Optimal untuk Menunjang Ketahanan
Pangan Nasional. Makalah pada Pertemuan Regional Operasi dan
Pemeliharaan Pengairan, 2 - 3 Oktober 2002, Gorontalo.
Maryani AT. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama. 1 (2).
Merisa M, Bintoro A, Riniarti M. 2019. Penggunaan Berbagai Media Tumbuh
untuk Bibit Mahoni (Swietenia macrophlylla). Hutan Tropis, 7 (2).
Mitchell AM. 1983. Irrigation and Drainage. Theory and Practices. John Wiley
and Sons. New York. 476 p.
Mubiyanto BM. 1997. Tanggapan Tanaman Kopi terhadap Cekaman Air. Puslit
Kopi dan Kakao 13(2).
Mustaha MA, Poerwanto R, Susila AD, Pitono J. 2012. Respon Pertumbuhan
Bibit Manggis pada Berbagai Interval Penyiraman dan Porositas Media.
Hortikultura. 22(1).
Nurdin. 2011. Penggunaan Lahan Kering di DAS Limboto Provinsi Gorontalo
untuk Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Litbang Pertanian, 30 (3): 98-107.

Panyauri AYT. 2020. Uji Aktivitas Antibakteri Liofilisat Polisakarida Biji


Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
dan Pseudomonas aeruginosa (Doctoral dissertation, Universitas
Hasanuddin).
Pramata YA, Listiawati A, Warganda W. 2022. Pengaruh Dosis Kompos TKKS
dan NPK Plus terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit di Pre Nursery pada
Tanah PMK. Sains Mahasiswa Pertanian, 11(3).
Pratiwi, Naomi, Endah, Hasiholan, Simanjuntak, Banjarnahor. 2017. Pengaruh
Campuran Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman Stroberi
(Fragaria vescal L.) Sebagai Tanaman Hias Taman Vertikal. AGRIC, 29
(1).
Purwono BW. 2009. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Alpukat (Persea americana
Mill.). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Putri AI. 2008. Pengaruh Media Organik Terhadap Indeks Mutu Bibit Cendana
(Santalum album). Pemuliaan Tanaman Hutan, 21 (1).
Rahmiati F, Amin G, German E. 2017. Pelatihan Pemanfaatan Limbah Padi
Menjadi Arang Sekam untuk Menambah Pendapatan Petani. Ilmiah
Pengabdian Kepada Masyarakat. 5 (2).

Ratnasari Y, Sulistyaningsih N, Sholikhah U. 2015. Respon Pertumbuhan Bibit


Kakao (Theobroma cacao L) terhadap Aplikasi Berbagai Dosis Pupuk
32

Kasung dengan Pemberian Air yang Berbeda. Berkala Ilmiah Pertanian,


1(1).
Rosidah IS. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah.
Universitas Tulungagung BONOROWO. 1 (1)
Rusdiana O, Fakuara Y, Kusmana C, Hidayat Y. 2000. Respon Pertumbuhan Akar
Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) terhadap Kepadatan dan
Kandungan Air anah Podsolik Merah Kuning. Manajemen Hutan Tropika,
6 (2).
Sadwiyanti L, Sudarso D, Budiyanti T. 2019. Budidaya Alpukat.Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika. Sumatera Barat.
Salisbury FB, CW Ross. 1995. Plant Physiology. 5th ed. Wadsworth Publ. Co.,
Inc. Boulder, CO.

Saragih WS. 2020. Sosialisasi Pemanfaatan Arang Sekam untuk Meningkatkan


Kesuburan Tanah. Focus Agroteknologi UPMI. 1(1).
Sembiring LK, Sipayung r, Irsal. 2018. Tanggap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta
(Coffea robusta L) terhadap Berbagai Media Tanam dan Frekeunsinya
Penyiraman. Pertanian Tropik, 5 (1).
Setiawan HJK. 2013. Pemanfaatan Biji Alpukat sebagai Aksesoris Ruangan.
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2 (2).
Sianipar IP. 2022. Pengaruh Kombinasi Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK
terhadap Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
di Pre Nursery. Naskah Publikasi Program Studi Agroteknologi.
Sitompul SM, B Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Sofyan SE, Riniarti M, Duryat. 2014. Pemanfaatan Limbah Teh, Sekam Padi, dan
Arang Sekam Sebagai Media Tumbuh Bibit Trembesi (Samanea saman).
Syla Lestari. 2(2).
Supardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Faperta IPB.
Bogor
Supriyanto S, Fiona F. 2010. Utilization of Rice-Hush Charcoal to Improve
Growth of Jabon Seedlings (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) on
Subsoil Media. Silvikultur Tropika. 1(1).
Surdianto Y, Sutrisna N. 2015. Panduan Teknis Cara Membuat Arang Sekam
Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Jawa Barat.

Susanto M, Baskorowati L. 2018. Pengaruh Genetik dan Lingkungan terhadap


Pertumbuhan Sengon (Paraserianthes molucanna) Ras Lahan Jawa.
Bioeksperimen. Penelitian Biologi, 4 (2).
33

Wasis B, Sopandi AB. 2021. Pertumbuhan Bibit Trembesi (Samanea saman


Merr.) pada Media Tailing dengan Penambahan Arang Sekam dan Pupuk
Kompos. Tropika, 12 (3).

Wibowo A, Gintings AN. 2016. Degradasi dan Upaya Pelestarian Hutan. Litbang
Pertanian.
Wiryono. 2020. Ekologi Hutan dan Aplikasinya. Unib Press. Bengkulu.
Wurnangsih S, Dahlia. 1994. Pengaruh Media Arang Sekam Padi terhadap
Pertumbuhan Tanaman Hias Pot Spathiphyllum. Buletin Penelitian
Tanaman Hias, 2 (2).

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pertambahan Tinggi (cm) Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)


dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman.
34

Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
S0A1 5,3 4,9 5,1 15,3 5,10
S0A2 5 4,4 4,6 14 4,67
S0A3 4,1 3,7 3,2 11 3,67
S0A4 2,9 3,1 2,5 8,5 2,83
S1A1 8,9 9,1 9,6 27,6 9,20
S1A2 8,2 7,8 7,5 23,5 7,83
S1A3 6,8 7 6,1 19,9 6,63
S1A4 5,8 5,9 5,1 16,8 5,60
S2A1 11,8 12,3 12,7 36,8 12,27
S2A2 11,5 11,2 10,6 33,3 11,10
S2A3 10,2 9,9 9,5 29,6 9,87
S2A4 9,1 8,5 8,2 25,8 8,60
S3A1 15,8 15,6 16,2 47,6 15,87
S3A2 14,9 13,8 13,1 41,8 13,93
S3A3 11,4 11 12,3 34,7 11,57
S3A4 10,2 9,8 9,5 29,5 9,83
Total 141,9 138 135,8 415,7 8,66

SK db JK KT F hit F tabel Ket


P 15 635,8215 42,3881 203,8706 1,99199 **
S 3 519,3223 173,1074 832,5808 2,90112 **
A 3 103,4856 34,49521 165,9088 2,90112 **
SA 9 13,01354 1,445949 6,954464 2,188766 **
Galat 32 6,653333 0,207917
Total 47 642,4748

Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali

Lampiran 2. Pertambahan Diameter (cm) Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)


dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam dan Interval Penyiraman.
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
S0A1 0,14 0,13 0,14 0,41 0,14
S0A2 0,11 0,12 0,12 0,35 0,12
35

S0A3 0,09 0,10 0,09 0,28 0,09


S0A4 0,08 0,07 0,07 0,22 0,07
S1A1 0,16 0,17 0,17 0,5 0,17
S1A2 0,15 0,14 0,14 0,43 0,14
S1A3 0,12 0,12 0,13 0,37 0,12
S1A4 0,10 0,09 0,10 0,29 0,10
S2A1 0,20 0,21 0,20 0,61 0,20
S2A2 0,18 0,19 0,18 0,55 0,18
S2A3 0,16 0,15 0,15 0,46 0,15
S2A4 0,13 0,12 0,13 0,38 0,13
S3A1 0,23 0,24 0,24 0,71 0,24
S3A2 0,20 0,21 0,2 0,61 0,20
S3A3 0,18 0,19 0,19 0,56 0,19
S3A4 0,15 0,16 0,16 0,47 0,16
Total 2,38 2,41 2,41 7,2 0,15

SK db JK KT F hit F tabel Ket


P 15 0,091533 0,006102 183,0667 1,99199 **
S 3 0,056517 0,018839 565,1667 2,90112 **
A 3 0,034583 0,011528 345,8333 2,90112 **
SA 9 0,000433 0,000048 1,444444 2,188766 TN
Galat 32 0,001067 0,000033
Total 47 0,0926

Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali

Lampiran 3. Pertambahan Jumlah Daun (helai) Tanaman Alpukat (Persea americana


Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam dan Interval
Penyiraman.
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
S0A1 9 11 11 31 10,33
S0A2 8 11 6 25 8,33
36

S0A3 7 8 8 23 7,67
S0A4 3 8 6 17 5,67
S1A1 13 15 19 47 15,67
S1A2 15 13 16 44 14,67
S1A3 10 12 9 31 10,33
S1A4 11 9 6 26 8,67
S2A1 18 21 24 63 21,00
S2A2 12 16 18 46 15,33
S2A3 13 10 13 36 12
S2A4 8 10 10 28 9,33
S3A1 21 24 26 71 23,67
S3A2 21 18 17 56 18,67
S3A3 17 15 18 50 16,67
S3A4 13 14 11 38 12,67
Total 199 215 218 632 13,17

SK db JK KT F Hit F tabel Ket


P 15 1169,333 77,95556 17,16453 1,991989505 **
S 3 618,1667 206,0556 45,37003 2,901119584 **
A 3 484,1667 161,3889 35,53517 2,901119584 **
SA 9 67 7,444444 1,639144 2,188765768 TN
Galat 32 145,3333 4,541667
Total 47 1314,667

Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali

Lampiran 4. Pertambahan Bobot Basah Bagian Atas (gram) Tanaman Alpukat


(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam dan
Interval Penyiraman.
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
S0A1 7,9 9,2 8,8 25,9 8,6
S0A2 8,3 7,6 6,9 22,8 7,6
37

S0A3 7,1 8,1 6,5 21,7 7,2


S0A4 7,6 6,2 6,3 20,1 6,7
S1A1 15,8 12,9 13,5 42,2 14,1
S1A2 14,3 12,1 12,7 39,1 13
S1A3 11,1 11,4 12,3 34,8 11,6
S1A4 10,9 10,5 10,3 31,7 10,6
S2A1 17,7 19,2 17 53,9 18
S2A2 16,5 16,7 15,3 48,5 16,2
S2A3 14,1 14,6 14,4 43,1 14,4
S2A4 12,2 11,6 10,4 34,2 11,4
S3A1 16,7 20,1 21,9 58,7 19,6
S3A2 17,2 18,6 16,3 52,1 17,4
S3A3 15,2 13,7 15,8 44,7 14,9
S3A4 13 13,2 14,1 40,3 13,4
Total 205,6 205,7 200,6 611,9 12,7

SK db JK KT F Hit 0,05 Ket


Perlakuan 15 703,7392 46,91594 39,74524 1,99199 **
S 3 539,7675 179,9225 152,4229 2,90112 **
A 3 137,1092 45,70306 38,71773 2,90112 **
SA 9 26,8625 2,984722 2,528533 2,188766 *
Galat 32 37,77333 1,180417
Total 47 741,5125

Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali

Lampiran 5. Pertambahan Bobot Kering Bagian Atas (gram) Tanaman Alpukat


(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam dan
Interval Penyiraman.
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
S0A1 3,9 4,4 3,7 12 4
S0A2 3,4 3,1 3 9,5 3,2
38

S0A3 2,9 2,8 2,6 8,3 2,8


S0A4 2,2 2,4 2,4 7 2,3
S1A1 5,3 5 5,1 15,4 5,1
S1A2 4,6 4,9 4,3 13,8 4,6
S1A3 4,8 4,2 3,7 12,7 4,2
S1A4 3,5 4,3 4 11,8 3,9
S2A1 6,2 7,1 7,2 20,5 6,8
S2A2 6,4 6,4 5,8 18,6 6,2
S2A3 5,6 5,7 6,2 17,5 5,8
S2A4 5,5 4,8 4,9 15,2 5,1
S3A1 7,8 8,2 8,8 24,8 8,3
S3A2 8,3 7 7,1 22,4 7,5
S3A3 7,2 6,9 6,6 20,7 6,9
S3A4 6,6 6,9 5 18,5 6,2
Total 84,2 84,1 80,4 248,7 5,2

SK db JK KT F hit F tabel Ket


Perlakuan 15 135,1931 9,012875 42,7911 1,99199 **
S 3 116,2673 38,75576 184,0036 2,90112 **
A 3 18,14562 6,048542 28,71711 2,90112 **
SA 9 0,780208 0,08669 0,411584 2,188766 TN
Galat 32 6,74 0,210625
Total 47 141,9331

Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali

Lampiran 6. Pertambahan Bobot Basah Bagian Bawah (gram) Tanaman Alpukat


(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam dan
Interval Penyiraman.
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
S0A1 5,1 5,5 6,1 16,7 5,6
S0A2 5 5,1 4,8 14,9 5
39

S0A3 4,5 4,9 4,6 14 4,7


S0A4 4,5 4,1 4,1 12,7 4,2
S1A1 7,8 7,2 8,8 23,8 7,9
S1A2 8 7,5 7,1 22,6 7,5
S1A3 6,9 7 6,6 20,5 6,8
S1A4 6,5 6,1 6,2 18,8 6,3
S2A1 10,1 12,7 13,4 36,2 12,1
S2A2 11,3 12,3 10,9 34,5 11,5
S2A3 11,6 10,7 10,1 32,4 10,8
S2A4 9,9 9,4 9,1 28,4 9,5
S3A1 15 15,4 14,7 45,1 15
S3A2 15,1 14,1 13,8 43 14,3
S3A3 12,1 12,6 11,9 36,6 12,2
S3A4 10,3 11,2 11 32,5 10,8
Total 143,7 145,8 143,2 432,7 9,0

SK db JK KT F Hit 0,05 Ket


Perlakuan 15 547,6931 36,51288 89,41929 1,99199 **
S 3 495,0123 165,0041 404,0917 2,90112 **
A 3 41,91063 13,97021 34,21276 2,90112 **
SA 9 10,77021 1,19669 2,930669 2,188766 *
Galat 32 13,06667 0,408333
Total 47 560,7598

Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali

Lampiran 7. Pertambahan Bobot Kering Bagian Bawah (gram) Tanaman Alpukat


(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam dan
Interval Penyiraman.
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
S0A1 3,1 3,9 3,4 10,4 3,5
S0A2 3,7 3,7 3,1 10,5 3,5
S0A3 2,9 3 3,1 9 3
40

S0A4 3 2,7 2,8 8,5 2,8


S1A1 4,2 4,2 4 12,4 4,1
S1A2 4,1 3,8 3,9 11,8 3,9
S1A3 3,7 3,7 3,4 10,8 3,6
S1A4 2,8 2,5 3,6 8,9 3
S2A1 4,8 4,4 4,2 13,4 4,5
S2A2 4,1 4,5 4,4 13 4
S2A3 4,1 4,1 4 12,2 4,1
S2A4 3,6 4,2 3,8 11,6 3,9
S3A1 5,1 4,9 4,5 14,5 4,8
S3A2 4,4 4 3,9 12,3 4,1
S3A3 3,6 4,3 3,7 11,6 3,9
S3A4 3,7 3,4 3,3 10,4 3,5
Total 60,9 61,3 59,1 181,3 3,8

SK db JK KT F hit F tabel Ket


Perlakuan 15 14,12479 0,941653 11,67941 1,99199 **
S 3 7,152292 2,384097 29,5702 2,90112 **
A 3 6,012292 2,004097 24,85702 2,90112 **
SA 9 0,960208 0,10669 1,323285 2,188766 TN
Galat 32 2,58 0,080625
Total 47 16,70479

Keterangan:
* : nyata
tn : tidak nyata
S0 : Tanah marginal 100% A1 : Penyiraman 1 hari sekali
S1 : Arang sekam 25% A2 : Penyiraman 2 hari sekali
S2 : Arang Sekam 50% A3 : Penyiraman 3 hari sekali
S3 : Arang sekam 75% A4 : Penyiraman 4 hari sekali

Lampiran 8. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Pertambahan Tinggi Tanaman
Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman
41

Subset
Perlakuan N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
S0A4 3 2,8333
S0A3 3 3,6667
S0A2 3 4,6667
S0A1 3 5,1000 5,1000
S1A4 3 5,6000
S1A3 3 6,6333
S1A2 3 7,8333
S2A4 3 8,6000
S1A1 3 9,2000 9,2000
S3A4 3 9,8333
S2A3 3 9,8667
S2A2 3 11,1000
S3A3 3 11,5667 11,5667
S2A1 3 12,2667
S3A2 3 13,9333
S3A1 3 15,8667
Sig. 1,000 1,000 0,223 0,162 1,000 1,000 0,095 0,079 0,190 0,054 1,000 1,000

Lampiran 9. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Pertambahan Diameter


Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman
Subset
Tanah Marginal N
1 2 3 4
S0 12 0,11
S1 12 0,13
S2 12 0,17
S3 12 0,20
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penggunaan arang sekam

Subset
Interval_Penyiraman N
1 2 3 4
A4 12 0,11
A3 12 0,14
A2 12 0,16
A1 12 0,19
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penyiraman
42

Lampiran 10. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Pertambahan Jumlah Daun
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman.
Subset
Tanah_Marginal N
1 2 3 4
S0 12 8,00
S1 12 12,33
S2 12 14,42
S3 12 17,92
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penggunaan arang sekam

Subset
Interval_Penyiraman N
1 2 3 4
A4 12 9,08
A3 12 11,67
A2 12 14,25
A1 12 17,67
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penyiraman

Lampiran 11. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Basah Bagian Atas
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman
Subset
Perlakuan N
1 2 3 4 5 6 7 8 9
S0A4 3 6,7
S0A3 3 7,2333 7,2333
S0A2 3 7,6 7,6
S0A1 3 8,6333
S1A4 3 10,5667
S2A4 3 11,4 11,4
S1A3 3 11,6 11,6
S1A2 3 13,0333 13,0333
S3A4 3 13,4333 13,4333
S1A1 3 14,0667 14,0667
S2A3 3 14,3667 14,3667
S3A3 3 14,9 14,9
S2A2 3 16,1667 16,1667
S3A2 3 17,3667 17,3667
S2A1 3 17,9667
S3A1 3 18,9333
Sig. 0,309 0,116 0,244 0,068 0,147 0,111 0,133 0,154 0,08
43

Lampiran 12. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Kering Bagian Atas
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman
Subset
Tanah_Marginal N
1 2 3 4
S0 12 3,07
S1 12 4,48
S2 12 5,98
S3 12 7,20
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penggunaan arang sekam

Subset
Interval_Penyiraman N
1 2 3 4
A4 12 4,38
A3 12 4,93
A2 12 5,36
A1 12 6,06
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penyiraman

Lampiran 13. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Basah Bagian Bawah
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman
Subset
Perlakuan N
1 2 3 4 5 6 7 8 9
S0A4 3 4,2333
S0A3 3 4,6667 4,6667
S0A2 3 4,9667 4,9667
S0A1 3 5,5667 5,5667
S1A4 3 6,2667 6,2667
S1A3 3 6,8333 6,8333
S1A2 3 7,5333
S1A1 3 7,9333
S2A4 3 9,4667
S2A3 3 10,8
S3A4 3 10,8333
S2A2 3 11,5 11,5
S2A1 3 12,0667
S3A3 3 12,2
S3A2 3 14,3333
S3A1 3 15,0333
Sig. 0,205 0,121 0,2 0,297 0,06 1 0,226 0,226 0,2
44

Lampiran 14. Uji Lanjut DMRT Menggunakan SPSS pada Bobot Kering Bagian Bawah
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan
Arang Sekam dan Interval Penyiraman
Subset
Tanah_Marginal N
1 2 3
S0 12 3,20
S1 12 3,66
S3 12 4,07
S2 12 4,18
Sig. 1,000 1,000 0,322
Faktor penggunaan arang sekam

Subset
Interval_Penyiraman N
1 2 3 4
A4 12 3,28
A3 12 3,63
A2 12 3,97
A1 12 4,23
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Faktor penyiraman

Lampiran 15. Uji Normalitas pada Pertambahan Tinggi Tanaman Alpukat


(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tinggi 0,089 48 0,200* ,969 48 0,232

Lampiran 16. Uji Normalitas pada Pertambahan Diameter Tanaman Alpukat


(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Diameter 0,070 48 0,200* 0,977 48 0,451

Lampiran 17. Uji Normalitas pada Jumlah Daun Tanaman Alpukat


(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang
Sekam dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Jumlah Daun 0,117 48 0,096 0,966 48 0,177
45

Lampiran 18. Uji Normalitas pada Bobot Basah Bagian Atas Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bobot Basah *
0,079 48 0,200 0,975 48 0,401
Bagian Atas

Lampiran 19. Uji Normalitas pada Bobot Kering Bagian Atas Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bobot Kering
0,075 48 0,200* 0,973 48 0,338
Bagian Atas

Lampiran 20. Uji Normalitas pada Bobot Basah Bagian Bawah Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bobot Basah
0,117 48 0,098 0,939 48 0,015
Bagian Bawah

Lampiran 21. Uji Normalitas pada Bobot Kering Bagian Bawah Tanaman Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Perlakuan Penggunaan Arang Sekam
dan Interval Penyiraman
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bobot Kering
0,094 48 0,200* 0,983 48 0,697
Bagian Bawah

Lampiran 22. Pembuatan Arang Sekam Padi, (a) menyangrai sekam padi sampai
berwarna kehitaman, (b) sekam padi setelah berubah warna dan sedang di
dinginkan
46

Lampiran 23. Pengolahan Media Tanam, (a) pengambilan tanah di kecamatan Torgamba,
(b) pencampuran tanah dengan arang sekam

Lampiran 24. Penyiapan media tanam, (a) memasukkan media tanam ke dalam polybag,
(b) melakukan aklimatisasi

Lampiran 25. Pengukuran Bibit Alpukat (Persea americana Mill.), (a) pengukuran tinggi
(cm) , (b) pengukuran diameter (cm)
47

Lampiran 26. Bibit Alpukat (Persea americana Mill.), (a) awal penelitian, (b) akhir
penelitian

Lampiran 27. Pengukuran Bobot pada Bibit Alpukat (Persea americana Mill.),
(a) menimbang bobot basah, (b) pengovenan bobot kering

Anda mungkin juga menyukai