Anda di halaman 1dari 74

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Agroekoteknologi Skripsi Sarjana

2017

Respon Pertumbuhan dan Kadar Hara


Tanaman Kelapa Sawit pada Tanah
Sulfat Masam dengan Pemberian
Bahan Amandemen, Pupuk Kimia, dan
Bakteri Pereduksi Sulfat

Abdi, Perdana
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12657
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
RESPON PERTUMBUHAN DAN KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Main Nursery) PADA TANAH SULFAT MASAM DENGAN PEMBERIAN BAHAN
AMANDEMEN, PUPUK KIMIA, DAN BAKTERI PEREDUKSI SULFAT

SKRIPSI

OLEH:

PERDANA ABDI
130301207
AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


RESPON PERTUMBUHAN DAN KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Main Nursery) PADA TANAH SULFAT MASAM DENGAN PEMBERIAN BAHAN
AMANDEMEN, PUPUK KIMIA, DAN BAKTERI PEREDUKSI SULFAT

SKRIPSI

OLEH:

PERDANA ABDI
130301207
AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana di
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


Judul Penelitian : Respon pertumbuhan dan kadar hara tanaman kelapa sawit
pada tanah sulfat masam dengan pemberian bahan
amandemen, pupuk kimia, dan bakteri pereduksi sulfat.
Nama : Perdana Abdi
NIM : 130301207
Program Studi : Agroekoteknologi
Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Asmarlaili S, MS, DAA) (Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP)
Ketua Anggota

Mengetahui:

(Dr. Ir. Sarifuddin, MP)


Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Tanggal Lulus :

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
Acid sulphate soil has potential to be good agricultural land if the condition meets.
Therefore This research was conduct to learn the effect of several amendment,
fertilizer and sulphate reduction bacteria (SRB) on the growth of oil palm
seedlings and increasing nutrient content of oil plam seedlings. This research used
Randomized Block Design with 3 treatments : Several amandment (without
amandement, empty fruit bunches oil palm 30 tonnes/ha, Dolomie 15,8
tonnes/ha), fertilizers (without fertilizer, fertilizer 2,5grams/seedling), and
sulphate reduction bacteria (without SRB and given SRB) with 6 replication. The
results showed that the application empty fruit bunches oil palm 30 tonnes/ha
increased plant height and stem statiscally significant (65,75cm dan 34,96 mm)
and increase nutrient content of oil palm seedling after 28 weeks application. The
application sulphate reduction bacteria could increase nutrient content of oil palm
seedling more than control. The best treatment was compost empty fruit bunches
oil palm 30 tonnes/ha combined with inoculum of sulphate reduction bacteria.
Keywords : Acid Sulphate Soil, Compost empty fruit bunches oil palm,
Dolomite, Fertilizer, Oil palm seedling, Soil Fertility, Sulphate
reduction Bacteria

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Lahan sulfat masam berpotensi sebagai lahan pertanian bila dikelola dengan baik
dan benar. Oleh karena itu maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
pemberian berbagai bahan amandemen, pupuk, dan bakteri pereduksi sulfat untuk
meningkatkan kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit. Penelitian ini
dilaksanakan di rumah kaca menggunakan tanah sulfat masam. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 3 faktor
perlakuan yaitu berbagai bahan amandemen (Kompos TKKS 30 ton/ha), pupuk
kimia (tanpa diberi pupuk, pupuk 2,5 g/bibit), serta bakteri pereduksi sulfat (tanpa
BPS dan diberi BPS) dengan 6 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian kompos TKKS (30toh/ha) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
kelapa sawit secara signifikan (65,75cm dan 34,96 mm), dan meningkatkan kadar
hara N, P, dan K setelah 28 minggu aplikasi. Pemberian inokulum bakteri
pereduksi sulfat dapat meningkatkan kadar hara N, P, dan K pada tanaman kelapa
sawit. Perlakuan terbaik terdapat pada pemberian kompos TKKS (30ton/ha)
dengan diberi bakteri pereduksi sulfat.
Kata Kunci : Bakteri Pereduksi Sulfat, Kapur Dolomit, Pembibitan Kelapa
Sawit, Kesuburan Tanah, Kompos TKKS, Pupuk Kimia, Tanah
Sulfat Masam

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Perdana Abdi, lahir pada tanggal 22 Maret 1996 di Kisaran, putra dari

Ayahanda Ir. Edi Hidayat dan Ibunda Ismi Delfi. Penulis merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara. Lulus dari SMA Swasta Harapan 1 Medan pada

Tahun 2013 dan pada tahun 2013 diterima di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara Medan, Program Studi Agroteknologi melalui jalur SBMPTN.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi dan

tercatat sebagai anggota HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa

Agroekoteknologi) Fakultas Pertanian USU. Sejak masa kuliah, penulis pernah

aktif sebagai asisten praktikum di Laboratorium Pertanian Organik, Laboratorium

Dasar Ilmu Tanah Kehutanan, Laboratorium Bioteknologi Tanah, Laboratorium

Ekologi dan Biologi Tanah, dan Laboratorium Sistem Informasi Geografis.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Socfindo Indonesia

di Bangun Bandar pada tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

dan tepat pada waktunya.

Judul dari skripsi ini adalah “” yang merupakan salah satu syarat untuk

dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih sebesar –

besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, menyayangi

dan mendidik penulis selama ini. Penulis ini juga menyampaikan banyak terima

kasih kepada Prof. Dr. Ir. Asmarlaili Sahar Hanafiah MS., DAA., selaku Ketua

Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Hamidah Hanum, M.P. selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi

ini.

Selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta semua rekan

mahasiswa yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Januari 2017

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRACT .............................................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv

DAFTAR ISI............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ v

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 4
Kegunaan Penelitian....................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA
Lahan Sulfat Masam ...................................................................................... 5
Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS) ...................................................................... 7
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit ......................................................... 8
Pupuk Majemuk ............................................................................................. 9
Kapur Dolomit ............................................................................................... 9

BAHAN DAN METODA PENELITIAN


Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 11
Bahan dan Alat Penelitian .............................................................................. 11
Metode Penelitian........................................................................................... 12
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 14
Persiapan Areal Tanam ......................................................................... 14
Pengambilan Sampel Tanah ................................................................. 14
Kompos ................................................................................................. 14
Analisis Awal Tanah dan Kompos ....................................................... 14
Persiapan Media Tanam ....................................................................... 15
Perbanyakan Isolat Bakteri Pereduksi Sulfat ........................................ 15
Perhitungan populasi Bakteri Pereduksi Sulfat .................................... 16
Inkubasi Inokulum Kompos Bakteri Pereduksi Sulfat ......................... 16
Aplikasi Inokulum Kompos Bakteri Pereduksi Sulfat.......................... 16
Aplikasi Bakteri Pereduksi Sulfat langsung ke Tanah Sulfat Masam .. 17
Penanaman ............................................................................................ 17
Pemupukan ........................................................................................... 17
Pemeliharaan Tanaman .................................................................................. 17
Penyiraman ........................................................................................... 17

Universitas Sumatera Utara


Penyiangan ............................................................................................ 18
Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................ 18
Pengambilan Sampel Tanah dan Tanaman .................................................... 18
Peubah Amatan .............................................................................................. 18
Pertambahan Tinggi Tanaman .............................................................. 18
Pertambahan Diameter Bonggol ........................................................... 18
Analisis Tanah ................................................................................................ 19
Analisis Tanaman ........................................................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN


Total Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat ........................................................ 20
Pertambahan Tinggi Tanaman ....................................................................... 22
Pertambahan Diameter Batang ....................................................................... 24
Kadar Hara N ................................................................................................. 26
Kadar Hara P .................................................................................................. 28
Kadar Hara K ................................................................................................. 30

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan .................................................................................................... 43
Saran ............................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 44

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Hal.

1 Total populasi bakteri pereduksi sulfat 18

2 Pertambahan tinggi tanaman dua puluh delapan minggu setelah 22


aplikasi bahan amandemen, pupuk, inokulum bakteri pereduksi sulfat

3 Pertambahan diameter batang 28 minggu setelah aplikasi bahan 24


amandemen, pupuk, dan inokulum bakteri pereduksi sulfat

4 Kadar Hara N setelah pemberian bahan amandemen, pupuk, dan 26


inokulasi bakteri pereduksi sulfat

5 Kadar Hara P setelah pemberian bahan amandemen, pupuk, dan 28


inokulasi bakteri pereduksi sulfat

6 Kadar Hara K setelah pemberian bahan amandemen, pupuk, dan 30


inokulasi bakteri pereduksi sulfat

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1 Lokasi Pengambilan Sampel Tanah 31

2 Analisis Awal Tanah, Air dan Kompos 31

3 Deskripsi Tanaman Bibit Kelapa Sawit 32

4 Foto Rangkaian Kegiatan Penelitian 33

5 Foto Tanaman Penelitian 36

6 Bagan Percobaan Penelitian 41

7 Hasil Pengukuran Pertambahan Tinggi Tanaman 42

8 Data Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman 42

9 Hasil Pengukuran Pertambahan Diameter Batang 43

10 Data Sidik Ragam Pertambahan Diameter Batang 43

11 Hasil Analasis Kadar Hara N 44

12 Data Sidik Ragam Kadar Hara N 44

13 Hasil Analisis Kadar Hara P 45

14 Data Sidik Ragam Kadar Hara P 45

15 Hasil Analisis Kadar Hara K 46

16 Data Sidik Ragam Kadar Hara K 46

17 Pengukuran Total Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat 47

18 Data Sidik Ragam Total Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat 47

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Luas lahan sulfat masam di Indonesia tersebar meliputi daerah sepanjang

pantai timur dan utara pulau Sumatra, pantai selatan dan timur pulau Kalimatan,

pantai barat dan timur pulau Sulawesi, dan pantai selatan pulau Papua. Lahan

sulfat masam memiliki wilayah 6,7 juta ha di Indonesiaatau 20% dari luas lahan

rawa pasang surut dan rawa lebak atau 10% dari luas lahan basah (Noor, 2004).

Lahan sulfat masam berpotensi sebagai lahan pertanian mengingat lahan

pertanian yang semakin sempit. Akan tetapi lahan sulfat masam merupakan lahan

yang mudah mengalami perubahan apabila dilakukan pengolahan yang salah akan

mengakibatkan kerusakan permanen pada lahan tersebut. Oleh karena itu

dibutuhkan teknologi yang tepat untuk mengelola tanah sulfat masam tersebut.

Pertumbuhan tanaman kelapa sawit di tanah sulfat masam memiliki

potensi pertumbuhan yang baik, karena kelapa sawit memiliki toleransi terhadap

pH tanah yang masam. Kelapa sawit juga menghendaki iklim dimana curah hujan

merata sepanjang tahun dengan intensitas matahari sekitar 6 jam per hari.

Sementara tanah sulfat masam itu sendiri memiliki ketersediaan air yang

melimpah dan topografi yang nisbi datar (Noor, 2004). Contohnya Perkebunan

PT. Mopoli Raya di Aceh Tamiang Provinsi Aceh yang membuka lahan sulfat

masam untuk ditanami kelapa sawit. Akan tetapi kelapa sawit di PT. Mopoli Raya

memiliki kondisi batang yang kecil dan produktivitas yang rendah.

Pada tanah sulfat masam memiliki banyak permasalahan untuk ditanami

tanaman kelapa sawit. Masalah yang ada pada tanah sulfat masam yaitu pH tanah

yang di bawah 4,0 yang disebabkan oleh pirit yang teroksidasi. Karena pH tanah

Universitas Sumatera Utara


di bawah 4,5 maka terjadi peningkatan Al3+, Fe2+, dan Mn2+ dan pada pH < 6,5

terjadi kahat Ca, Mg, dan K (Notohadiprawiro, 2000). Rendahnya ketesediaan

unsur hara mengakibatkan produktifitas yang rendah untuk tanaman kelapa sawit.

Pemberian bahan ameliorasi atau bahan pembenah tanah dapat berupa

kapur atau dolomit, bah an organik, abu sekam padi, dan seruk kayu gergaji atau

limbah pertanian lainnya. Hasil penelitian Anwar dan Noor (1993) menunjukkan

bahwa pemberian kapur sebanyak 1-2 ton/ha mampu meningkatkan hasil padi,

jagung, dan kacang tanah pada lahan sulfat masam.

Hasil penelitian Tambunan et al, (2013) menunjukkan bahwa pemberian

kompos tandan kosong kelapa sawit nyata meningkatkan pH tanah dan reduksi

Fe2+ tanah, C-Organik tanah, jumlah anakan dan bobot kering gabah. Pemberian

pupuk SP36 tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan P tersedia dan tinggi

tanaman padi. Kombinasi antara perlakuan pemberian kompos tandan kosong

kelapa sawit dan pupuk SP36 berpengaruh nyata dalam meningkatkan jumlah

anakan dan bobot kering gabah.

Menurut penelitian Widyawati (2007) bakteri pereduksi sulfat yang

diinkubasi ke dalam kompos mampu menurunkan kadar sulfat pada tanah sulfat

masam sebesar 89,76 % dan meningkatkan pH tanah dari 4,15 menjadi 6,6. Dari

penelitian tersebut didapat bahwa kadar asam sulfat yang tinggi dan pH yang

rendah pada sulfat masam dapat diperbaiki dengan penambahan bakteri pereduksi

sulfat pada tanah sulfat masam.

Keseimbangan hara N, P, K, dan Ca sangat penting dalam pengelolaan

hara dan pemupukan khususnya di lahan sulfat masam. Hasil penelitian Ar-riza et

Universitas Sumatera Utara


al (2001) menunjukkan bahwa untuk memperoleh hasil optimal unsur hara harus

diberikan secara lengkap yakni N, P, K, dan Ca.

Pemberian bahan amandemen, pupuk kimia, dan bakteri pereduksi sulfat

diharapkan dapat mengatasi permasalahan pada tanah sulfat masam. Dikarenakan

pemakaian dari bahan amandemen yang dapat meningkatkan pH dapat

menghambat oksidasi sulfat. Pemberian bahan amandamen yang ditambah bakteri

pereduksi sulfat diharapkan proses reduksi sulfat yang merupakan sumber

masalah tanah sulfat masam semakin cepat, sehingga pemberian pupuk kimia

pada tanah sulfat masam dapat tersedia dan diserap oleh tanaman.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin membuat penelitian yang melihat

respon pertumbuhan dan kadar hara tanaman kelapa sawit pada tanah sulfat

masam dengan pemberian bahan amandemen pupuk kimia dan bakteri pereduksi

sulfat.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mempelajari pengaruh pemberian berbagai bahan amandemen, pupuk

kimia, dan bakteri pereduksi sulfat terhadap kadar hara dan pertumbuhan

bibit kelapa sawit

2. Mempelajari pengaruh interaksi berbagai bahan amandemen dengan pupuk

terhadap kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah sulfat

masam

3. Mempelajari pengaruh interaksi berbagai bahan amandemen dengan bakteri

pereduksi sulfat terhadap kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada

tanah sulfat masam

Universitas Sumatera Utara


4. Mempelajari pengaruh interaksi pupuk dengan bakteri pereduksi sulfat dapat

meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah sulfat masam.

5. Mempelajari pengaruh interaksi berbagai bahan amandemen, pupuk dan

bakteri pereduksi sulfat dapat meningkatkan kadar hara pertumbuhan bibit

kelapa sawit pada tanah sulfat masam.

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian berbagai bahan amandemen, pupuk, dan bakteri pereduksi sulfat

dapat meningkatkan kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada

tanah sulfat masam.

2. Interaksi berbagai bahan amandemen dengan pupuk dapat meningkatkan

kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah sulfat masam.

3. Interaksi berbagai bahan amandemen dengan bakteri pereduksi sulfat dapat

meningkatkan kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah

sulfat masam.

4. Interaksi pupuk dengan bakteri pereduksi sulfat dapat meningkatkan kadar

hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah sulfat masam.

5. Interaksi berbagai bahan amandemen, pupuk dan bakteri pereduksi sulfat

dapat meningkatkan kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada

tanah sulfat masam.

Kegunaan Penulisan

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi tentang bakteri pereduksi sulfat.

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Lahan Sulfat Masam

Reaksi tanah sulfat masam tergolong masam sampai luar biasa masam,

berkisar pada pH 4 (untuk ordo Entisol) dan pH 3,5 (Ordo Inceptisol). Lahan

sulfat masam yang tergenang mempunyai kemasaman tanah nisbi tinggi dengan

pH > 4, tetapi apabila terjadi pengeringan, pH dapat turun secara drastis sehingga

menjadi sangat masam. Pengeringan dapat menurunkan pH tanah apabila diikuti

oleh proses oksidasi pirit mengikuti reaksi sebagai berikut :

FeS 2 + 15/4 O 2 + 7/2 H 2 O Fe(OH) 3 + 2 SO 4 2- + 4 H+

FeS 2 + 14 Fe3+ + 8 H 2 O 15 Fe2+ + 2 SO 4 2-+ 16 H+

(Noor, 2004).

Oksidasi belerang menghasilkan asam. Asam sulfat yang terbentuk dapat

mengakibatkan mobilitas dari beberapa mineral yang mempunyai kelarutan

rendah. Kelarutan P, K, Ca, dan beberapa unsur mikro bisa meningkat akibat

kemasaman akibat reaksi diatas (Hanafiah et al., 2009).

Pirit yang teroksidasi mengakibatkan kelarutan Al3+, Fe2+ dan SO 4

meningkat yang kemudian terhidrolisis dan menghasilkan H+ yang menyebabkan

peningkatan kemasaman tanah. Konsentrasi Al3+ yang tinggi menyebabkan

akumulasi ion – ion Al3+ pada permukaan akar sehingga menghalangi

ketersediaan fosfat. Keracunan Al3+dapat menjadi faktor penting sebagai faktor

pembatas pertumbuhan. Widjaya Adhi (1986) menyatakan bahwa ion Al3+, Fe2+

dan H+ akan mendesak kation – kation basa seperti Ca2+, Mg2+ dan K+ pada

kompleks jerapan sehingga mudah tercuci dan akibatnya ketersediaan bagi

tanaman rendah.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Dent (1986) dalam Tufaila et al. (2014) Bahan organik

merupakan sumber energi atau makanan bagi mikroorganisme yang mempunyai

peranan penting dalam kegiatan reduksi oksida pada tanah sulfat masam. Suasana

anaerob merupakan kondisi alami dari lahan rawa umumnya. Kondisi ini

menyebabkan terjadinya proses reduksi sulfat (SO 4 2-) menjadi sulfida (H 2 S) dan

ferri (Fe3+) oleh bakteri pereduksi Desulfovibrio sp. dan Desulfotomaculum sp.

pada kondisi redoks (Eh) antara 200 – 300 mV.

Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS)

Mikroorganisme yang berperan dalam pereduksi sulfat ini termasuk dalam

genus (1) Desulfovibrio yang terdiri atas Desulvibrio desulfuricans dan (2)

Desulfotomaculum. Bakteri pereduksi sulfat ini bersifat obligat anaerob, yaitu

hanya mampu hidup dan giat berkembang dalam suasana anaerob. Bakteri

pereduksi sulfat memerlukan Eh < 100 mV untuk dapat tumbuh berkembang

dengan baik. Bakteri ini memanfaatkan energi dari proses reduksi sulfat sebagai

penerima elektron untuk menghasilkan sulfida (H 2 S) dengan sangat cepat

(Noor, 2004)

Dalam melakukan reduksi sulfat, BPS menggunakan sulfat sebagai sumber

energi yaitu sebagai akseptor elektron dan menggunakan bahan organik sebagai

sumber karbon (C). Karbon tersebut berperan selain sebagai donor elekton dalam

metabolisme juga merupakan bahan penyusun selnya. Pada kondisi anaerob bahan

organik akan berperan sebagai donor elektron. Ketika sulfat menerima elektron

dari bahan organik maka akan mengalami reduksi membentuk senyawa sulfida.

Penurunan konsentrasi sulfat akan meningkatkan pH tanah. Hal ini terjadi karena

beberapa proses yang saling berkaitan, yaitu karena penggenangan, penambahan

Universitas Sumatera Utara


bahan organik dan aktivitas BPS (Widyawati, 2007). Berikut reaksi pembentukan

senyawa sulfida :

SO 4 - + 2[CH 2 O] + OH- HS- + 2HCO 3 - + 2H 2 O

(Baumgartner et al., 2006).

Produksi H 2 S dan demikian juga bau yang tidak enak dari dalam kolam

adalah hasil aktivitas dari BPS contohnya genera Desulfovibrio, bakteri ini adalah

obligat anaerob yang berada pada bagian anaerob dan sedimen lumpur. Bakteri ini

membutuhkan materi organik atau hidrogen sebagai sumber pereduksi. Jadi

semakin banyak sulfat dan semakin banyak bahan organik akan menstimulasi

pertumbuhan dan aktivitas BPS.

CH3COO- + SO 4 2-+ 3H+ = 2CO 2 + H 2 S + 2H 2 O4H 2 + SO 4 2- + H+ = HS- + 4H 2 O

(Pearson, 2003)

Pada Penelitian Widyawati (2007) menyatakan bahwa bakteri pereduksi

sulfat (BPS) efektif digunakan dalam proses bioremediasi tanah bekas tambang

batubara dengan waktu inkubasi 20 hari. Dengan menurunkan konsentrasi sulfat

pada tanah bekas tambang dengan efisiensi 89,76% dan meningkatkan pH tanah

bekas tambang dari 4,15 menjadi 6,66. Dari hasil penelitian Sitinjak (2016) yang

mengisolasi beberapa bakteri didapatkan bahwa bakteri LK4 yang memiliki

kemampuan yang baik pada semua kondisi pH.

Menurut Baumgartner et al (2006) Bakteri pereduksi sulfat sudah

mengalami evolusi, yang mana sekarang beberapa dari bakteri tersebut mampu

hidup pada keadaan oksidasi dan bahkan bisa berespirasi dengan oksigen dan

nitrat. Bakteri pereduksi sulfat juga mempunyai mekanisme adaptasi terhadap

Universitas Sumatera Utara


radikal bebas dalam kondisi oksidasi. Akhirnya bakteri pereduksi sulfat

menunjukkan sangat aktif di zona litifikasi.

Pada penelitian Sudarno et al (2017) menyatakan bahwa Pemberian isolat

bakteri preduksi sulat mampu meningkatkan pH tanah sulfat masam dan

pertumbuhan tanaman jagung dengan jenis isolate yang paling baik dalam

meningkatkan pH tanah sulfat masam yaitu isolate LK4, Peningkatan kadar ir

tanah mampu membantu meningkatkan pH tanah sulfat masam dan pertumbuhan

tanaman jagung dengan kondisi air tanah yang paling baik untuk meningkatkan

pH tanah sulfat masam yaitu 110% kapasitas lapang.Interaksi terbaik dalam

mengurangi kemasaman tanah sulfat masam dan meningkatkan pertumbuhan

tanaman jagung ditunjukkan oleh isolate LK4 dengan kadar air tanah 110%KL

(populasi BPS 2,5x108; kadar sulfat tanah 29,10ppm; pH tanah 4,78ppm; tinggi

tanaman 140cm; bobot kering tajuk 25,74g).

Pada penelitian Ramadhan (2017) menyatakan bahwa pemberian

inokulum bakteri pereduksi sulfat dapat meningkatkan pH tanah dan pertumbuhan

bibit kelapa sawit pada tanah sulfat masam. Penggunaan kapur dapat digantikan

dengan penggunaan inokulum kompos bakteri pereduksi sulfat pada tanah sulfat

masam.

Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit

Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna

tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan

populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan

aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Mikro flora dan fauna

tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, karena

Universitas Sumatera Utara


bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan

karbon sebagai sumber energi (Atmojo, 2003). Dalam konteks tanah sulfat

masam, kompos humus (bahan organik) mempunyai fungsi untuk menurunkan

atau mempertahankan suasana reduksi, karena dapat mempertahankan kebasahan

tanah sehingga oksidasi pirit dapat ditekan (Noor, 2004).

Tandan kosong sawit berfungsi ganda yaitu selain menambah hara ke

dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat

diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik

tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air

bertambah baik, perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap

pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara (Deptan, 2006).

Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk

organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan

tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan

limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan

memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. Keunggulan kompos tandan kosong

kelapa sawit meliputi: kandungan kalium yang tinggi, tanpa penambahan starter

dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Kadar hara kompos tandan kosong

kelapa sawit mengandung N total (1,91%), K (1,51%), Ca (0,83 %), P (0,54 %),

Mg (0,09%), C- organik (51,23%), C/N ratio 26,82 %, dan pH 7,13

(Hayat dan Andayani, 2014).

Selain diperkirakan mampu memperbaiki sifat fisik tanah, kompos tandan

kosong kelapa sawit diperkirakan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan

Universitas Sumatera Utara


sehingga pupuk yang digunakan untuk pembibitan kelapa sawit dapat dikurangi.

Kompos TKKS dirancang untuk dapat membangkitkan kembali kesuburan tanah

(soil regenerator) yang bekerja secara ilmiah, menyimpan dan melepaskan hara

untuk tanaman secara lambat, meningkatkan kehidupan mikroorganisme,

memperbaiki pH tanah (Sutarta et al, 2005).

Pupuk Majemuk

Tujuan utama pemberian pupuk adalah untuk meningkatkan produksi

utama. Efisiensi penyerapan unsur hari dari dalam tanah juga yang perlu

dipertimbangkan untuk menentukan jumlah pupuk yang harus diberikan. Unsur

hara yang diberikan dapat hilang dari dalam tanah melalui pencucian ke lapisan

yang lebih dalam, tererosi, digunakan oleh gulma dan makhluk lainnya sehingga

unsur tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Tanah yang kurang subur

mengakibatkan efisiensi pemupukan lebih rendah bila dibandingkan dengan tanah

yang lebih subur (Utomo et al., 2017).

Pupuk ini mengandung berbagai kombinasi N, P, dan K. Jika formulasi

tertentu N, P, dan K yang diinginkan, pupuk majemuk dapat memenuhi kebutuhan

petani atau tukang kebun, sekaligus mengurangi biaya yang berkaitan dengan

pembelian dan menerapkan beberapa pupuk (Utomo et al., 2017).

Pemberian pupuk NPK 142 g (100% dari dosis rekomendasi)

meningkatkan panjang pelepah bibit pada umur 9 bulan, bobot kering tajuk dan

bobot kering akar bibit kelapa sawit di main nursery. Pemberian pupuk organik

36 g polibeg-1 meningkatkan tinggi tanaman, jumlah pelepah, diameter batang,

dan P total bibit kelapa sawit di main nursery. Terdapat interaksi antara pupuk

NPK dan pupuk organik terhadap bobot kering akar bibit kelapa sawit di main

Universitas Sumatera Utara


nursery. Interaksi terbaik terdapat pada perlakuan pemberian pupuk NPK 50%

dan organik 36 g polibeg -1 (Adnan et al., 2015).

Kapur Dolomit

Bahan kapur [CaCO 3 , CaO atau Ca(OH) 2 ] yang masuk ke tanah, pertama

sekali akan bereaksi dengan air, reaksinya sebagai berikut :

CaCO 3 + H 2 O Ca2+ + HCO 3 - + OH-

CaO + H 2 O Ca(OH) 2 Ca2+ + OH-

Ca(OH) 2 + H 2 O Ca2+ + OH-

Selanjutnya kation Ca2+ akan melakukan reaksi pertukaran dengan kation H+ dan

Al3+ yang teradsorpsi di permukaan koloid tanah. Ion H+ dan Al3+ yang bebas,

setelah dipertukarkan dengan ion Ca2+, selanjutnya akan dinetralkan oleh sisa

asam kapur yaitu ion OH- sehingga tidak mengasamkan tanah lagi. Ion H+

bereaksi dengan OH- menjadi H 2 O yang netral; sedangkan ion Al3+ bereaksi

dengan OH- menjadi bentuk padat yang mengendap, Al(OH) 3 (Mukhlis et al,

2011).

Bahan kapur dalam tanah masam (dengan kadar Al3+ yang tinggi) setelah

bereaksi dengan H 2 O dan CO 2 menjadi kalsium karbonat yang larut dalam air.

Kalsium mengganti kedudukan Al3+ pada kompleks jerapan dan sebagian Al3+

mengendap dalam bentuk Al-hidroksida menurut persamaan berikut :

CaCO 3 + H 2 CO 3 Ca(HCO 3 ) 2

3Ca(HCO 3 ) 2 + 2 Al-Tanah (Ca) 3 – Tanah + 2Al(OH) 3 + 6CO 2

Dalam tanah sulfat masam, kapur bereaksi dengan sulfat membentuk endapan

gipsum seperti persamaan berikut

CaCO 3 + 2H+ + SO 4 2- + H 2 O CaSO 4 2H 2 O + CO 2 (Noor, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Bahan kapur yang acap dipakai untuk mengapuri tanah adalah dolomit,

CaMg(CO 3 ) 2 . Dolomit merupakan bahan tambang dan harganya relatif

terjangkau, sehingga sering dipakai untuk mengapuri tanah. Bahan ini memiliki

keunggulan karena mengandung Mg sebagai unsur hara (Mukhlis et al., 2011).

Berdasarkan Penlitian Ramadhan (2017) menyatakan bahwa pemberian

kapur dolomit dapat meningkatkan pH tanah dan pertumbuhan bibit kelapa sawit

pada tanah sulfat masam. Dosis kapur dolomit yang terbaik yaitu setara 1 x Aldd.

Universitas Sumatera Utara


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian iniRtelahdilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Biologi

Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian

tempat ± 32 meter di atas permukaan laut, dimulai pada bulan April 2016 sampai

dengan Desember 2017.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah bibit kelapa

sawitvarietas D X P dengan umur 3 bulan sebagai objek yang akan diamati, tanah

sulfat masam yang berasal dari PT Mopoli Raya Kebun Payarambe II sebagai

media tanam, (CaMg(CO 3 ) 2 ) sebagai pengendap Al, polibag ukuran setara 10 kg

tanah sebagai wadah tanah, pestisida sebagai pengendali organisme pengganggu

tanaman, pupuk NPK 15:15:15 sebagai penambah unsur hara, isolat bakteri

pereduksi sulfat yang berasal dari limbah sludge kertas Toba Pulp Lestari dengan

kode 4 yang berasal dari penelitian Sitinjak (2016) sebagai agen pereduksi sulfat,

kompos tandan kosong kelapa sawit yang berasal dari PT. Socfindo sebagai bahan

amandemen tanah, bahan kimia untuk pembuatan media (posgate-E) serta bahan

lain yang digunakan pada percobaan ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk

mengambil bahan contoh tanah, mesin pencacah kompos (Chopper) untuk

menghaluskan bahan yang akan dikomposkan, meteran untuk mengukur luas areal

yg dipakai dan tinggi tanaman, timbangan untuk menimbang bahan kimia, bahan

contoh tanah dan tanaman, ayakan tanah 10 mesh untuk menyaring contoh tanah

yang akan dianalisis, GPS (Global Positioning System) untuk menandai titik

Universitas Sumatera Utara


koordinat lokasi pengambilan bahan contoh tanah, LAF (Laminar Air Flow)

sebagai tempat isolasi bakteri, autoklaf untuk mensterilkan bahan dan alat, tabung

reaksi (testtube) sebagai wadah media biakan bakteri, gelas beaker untuk

mengukur volume bahan kimia dan air, erlenmeyer sebagai wadah perbanyakan

isolat, jarum suntik digunakan untuk memasukkan isolat murni bakteri ke dalam

kompos, serta alat lain yang digunakan untuk percobaan ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan tiga faktor yang terdiri atas:

Faktor I : Bahan Amandemen

A0 : Tanpa Kapur (0 ton/ha)

A1 : Pupuk Kompos TKKS (30 ton/ha)

A2 : Kapur Dolomit Setara 1 x Al dd (15,80 ton/ha)

Faktor II : Dosis Pupuk NPK

P0 : 0 g/bibit

P1 : 2,5 g/bibit

Faktor III : Bakteri Pereduksi Sulfat

B0 : Tanpa diberi Bakteri Pereduksi Sulfat

B1 : Diberi Bakteri Pereduksi Sulfat

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu:

A0P0B0 A1P0B0 A2P0B0

A0P0B1 A1P0B1 A2P0B1

A0P1B0 A1P1B0 A2P1B0

A0P1B1 A1P1B1 A2P1B1

Universitas Sumatera Utara


Jumlah ulangan : 6 ulangan

Jumlah unit percobaan : 72unit

Jumlah sampel seluruhnya : 72 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam berdasarkan

model linier berikut:

Yijkl = µ + ρi + αj + βk + γl + (αβ)jk + (αγ)jl + (βγ)kl+ (αβγ)jkl+ εijk

i = 1, 2, 3,4,5,6 j= 1,2, 3 k = 1, 2, 3 l = 1, 2

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pengaruh blok ke-i, amandemen ke-j,

pupuk ke-k dan bakteri ke-l

µ = Nilai rataan umum

ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh amandemen ke-j

βk = Pengaruh pupuk ke-k

γl = Pengaruh bakteri ke-l

(αβ)jk = Pengaruh interaksi amandemen ke-j dan pupuk ke-k

(αγ)jl = Pengaruh interaksi amandemen ke-j dan bakteri ke-l

(βγ)kl = Pengaruh interaksi pupuk ke-k dan bakteri ke-l

(αβγ)jkl = Pengaruh interaksi amandemen ke-j, pupuk ke-k dan

bakteri ke-l

εijkl = Pengaruh galat percobaan pada blok ke-i terhadap

amandemen ke-j, pupuk ke-k dan bakteri ke-l

Universitas Sumatera Utara


Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata

maka akan dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan ujiDuncan Multiple

Range Test pada taraf α 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Areal Tanam

Areal pertanaman yang akan digunakan sebagai tempat percobaan

dibersihkan danluas areal percobaan yang digunakan dengan ukuran 8 m x 3 m.

Pengambilan Sampel Tanah

Tanah yang diambil merupakan tanah sulfat masam yang terdapat di

Kebun Kelapa Sawit Mopoli Raya Paya Rambe II, Kwala Simpang Aceh

Tamiang. Tanah yang diambil pada lapisan pirit sesuai dengan peta kebun.

Banyaknya bahan contoh tanah yang diambil berdasarkan luas blok kebun yang

akan diambil bahan tanahnya yaitu sebanyak 2 lubang per hektar sebagai pewakil

contoh bahan tanah yang akan dijadikan sebagai media tanam sesuai dengan

kedalaman pirit yang ada pada peta kebun PT. Mopoli Raya Aceh Tamiang.

Kompos

Kompos yang dibuat berasal dari bahan Tandan Kosong Kelapa Sawit.

Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit didapat dari PT. Socfindo Indonesia.

Analisis Awal Tanah dan Kompos

Tanah yang digunakan dalam percobaan dianalisis awal untuk menilai

keadaan tanah dilapangan. Tanah yang telah diayak lalu dilakukan pengukuran

kadar air tanah untuk menentukan berat tanah yang digunakan dalam percobaan

setara berat kering oven. Analisis Al dd tanah dilakukan untuk mengetahui

kebutuhan kapur yang digunakan pada tiap perlakuan percobaan. Dilakukan

Universitas Sumatera Utara


analisis awal sampel tanah seperti pH tanah, kadar sulfat tanah, salinitas serta

tekstur tanah sebagai data yang digunakan untuk mendukung penelitian. Analisis

awal kompos yang dilakukan adalah C organik dan N total serta rasio C/N untuk

menilai kualitas kompos.

Persiapan Media Tanam

Tanah yang sudah diambil dianalisis kadar air serta kapasitas lapang,

kemudian dimasukkan ke polybag setara berat 10 kg tanah kering oven. Tanah

kemudian dicampur dengan kapur dolomit sesuai dosis perlakuan yang diberikan,

diaduk secara merata, disiram hingga kapasitas lapang dan diinkubasi selama 2

minggu sebelum diaplikasikan inokulum kompos bakteri pereduksi sulfat.

Perbanyakan Isolat Bakteri Pereduksi Sulfat

Koleksi isolat Bakteri Pereduksi Sulfat (Isolat LK4) yang berasal dari

limbah kertas Toba Pulp Lestari yang unggul yang telah melewati pengujian di

laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan

rumah kaca oleh Sitinjak (2016) dilakukan perbanyakan dengan menggunakan

media spesifik Bakteri Pereduksi Sulfat yaitu Phosgate-E dengan komposisi

media (KH 2 PO 4 0,5g, NH 4 Cl 1g, Na 2 SO 4 1g, CaCl 2 .6H 2 O 1g, MgCl 2 .7H 2 O 2g,

Sodium Lactate 3,5g, Yeast Extract 1g, Ascorbic Acid 1g, Thioglycolic Acid

0,1g, Fe 2 SO 4 .7H 2 O 0,5g untuk 1L media). Diambil isolat Bakteri Pereduksi

Sulfat yang unggul dan diperbanyak pada media cair yang dikerjakan secara steril

di ruang LAF (Laminar Air Flow) dan diinkubasi pada inkubator dengan suhu 35-

40°C selama ±4hari. Pertumbuhan Bakteri Pereduksi Sulfat dapat dilihat dengan

perubahan warna media menjadi hitam.

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat

Sebelum bakteri diinokulasikan ke dalam kompos, maka dilakukan

perhitungan kepadatan sel bakteri pada media cair yang sudah ditumbuhi oleh

bakteri pereduksi sulfat dengan melakukan seri pengenceran untuk melihat

kepadatan populasi bakteri. Kepadatan populasi yang dapat dimasukkan ke dalam

kompos yaitu setelah mencapai 108sel/mL.

Inkubasi Inokulum Kompos Bakteri Pereduksi Sulfat

Sebelum isolat dimasukkan ke dalam kompos, terlebih dahulu kompos

dihitung kadar air, ditimbang dan dimasukkan ke dalam plastik dan divakum agar

kedap udara dengan jumlah kompos sesuai yang dibutuhkan pada percobaan yaitu

sebanyak 30ton/ha atau untuk setiap polibag setara dengan 150g kompos kering

oven untuk berat tanah setara 10 kg tanah kering oven. Setelah itu kompos

diinokulasikan isolat bakteri pereduksi sulfat ke dalam kompos yang dilakukan di

LAF (Laminar Air Flow) dalam keadaan steril dengan menggunakan jarum

suntik. Isolat murni cair tersebut dimasukkan ke dalam kompos sebanyak 10%

dari berat kering kompos yang digunakan atau 15 ml dari isolat cair murni.

Kemudian inokulum kompos diinkubasi pada inkubator dengan suhu 35-40°C

selama ±4hari.

Aplikasi Inokulum Kompos Bakteri Pereduksi Sulfat

Inokulum kompos bakteri pereduksi sulfat yang dapat diaplikasikan dapat

dilihat dengan pertumbuhannya pada kompos ditandai dengan adanya gelembung

pada permukaan kompos. Inokulum kompos bakteri pereduksi sulfat yang

diaplikasikan ke media tanam merupakan media carrier isolat bakteri pereduksi

Universitas Sumatera Utara


sulfat. Kemudian kompos ini diaplikasikan ke tanah dengan dilakukan aplikasi

bersamaan dengan penanaman bibit kelapa sawit.

Aplikasi Bakteri Peredeksui Sulfat Langsung ke Tanah Sulfat Masam

Isolat Bakteri yang sebelumnya dimasukkan ke kompos, langsung

diaplikasikan ke dalam tanah sekitar perakaran, diaplikasikan menggunakan jarum

suntik ke dalam tanah, dosis yang diaplikasikan sesuai dengan dosis (10% dari

berat kering kompos) atau 15ml isolat cair murni yang diaplikasikan pada

kompos.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara bibit sawit dimasukkan ke dalam

lubang tanam bersama dengan tanah. Kemudian dilakukan penyiraman hingga

110% KL dan dilakukan pendataan awal tanaman seperti , tinggi dan diameter

batang tanaman.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat dua minggu setelah penanaman dengan

cara ditugal pada media tanam dengan dosis pupuk sesuai dengan perlakuan yang

dicobakan yaitu secara berturut-turut yaitu 0g/bibit (P0), dan 2,5g/bibit (P1)

dengan menggunakan pupuk kimia lengkap NPK (15:15:15) dilakukan

pemupukan sebanyak 2 kali saat penanaman dan 2 bulan setelah penanaman.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman setiap hari dilakukan sesuai dengan kebutuhan air kapasitas

lapang. Penyiraman dilakukan setiap sore hari. Kebutuhan volume air penyiraman

Universitas Sumatera Utara


yang diperlukan saat menyiram yaitu berdasarkan penimbangan untuk mencapai

berat kapasitas lapang 110%.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabuti gulma yang tumbuh pada

media tanam yang terdapat pada polibag tiap tanaman yang dicobakan.

Penyiangan dilakukan setiap dua minggu sekali untuk mencegah pengambilan

atau persaingan unsur hara dengan tanaman yang dicobakan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi dengan

menggunakan pestisida kimia sesuai dengan jenis organisme pengganggu tanaman

(OPT) yang menyerang tanaman yang dicobakan seperti serangga atau patogen

penyebab penyakit tanaman dengan melihat gejala serangan yang terlihat pada

bagian tanaman. Dosis dan konsestrasi pestisida kimia yang digunakan sesuai

dengan petunjuk penggunaan pada label yang tertera.

Pengambilan Sampel Tanah dan Tanaman

Pengambilan sampel tanah dan tanaman dilakukan pada akhir pengamatan

percobaan setelah 8 bulan tercatat dari awal mulai penanaman bibit kelapa sawit.

Peubah Amatan

Pertambahan Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur dengan menghitung pertambahan tinggi tanaman

pada setiap dua minggu sekali pengamatan hingga selama 4 bulan dengan

membuat penanda yang merupakan standard titik awal pengukuran tinggi tanaman

dengan menggunakan alat ukur meteran.

Pertambahan Diameter Bonggol

Universitas Sumatera Utara


Diameter batang tanaman diukur dengan mengitung pertambahan diameter

tanaman pada setiap dua minggu sekali pengamatan hingga selama 6 bulan

dengan membuat penanda agar pengambilan data diamater batang dilakukan pada

bagian batang yang sama dengan menggunakan alat jangka sorong digital.

Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan setelah 8 bulan, parameter yang dianalisis adalah

sebagai berikut : Total Mikroba BPS (dengan menggunakan metode MPN (Most

Probable Number)) dengan menggunakan hingga 9 pengenceran.

Analisis Tanaman

Analisis tanaman dilakukan pada akhir pengamatan tanaman kelapa sawit,

yaitu, kadar N, P, K tanaman.

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Total Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat

Nilai rataan populasi bakteri pereduksi sulfat (BPS) dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 1. Total Populasi BPS pada perlakuan amandemen, pupuk NPK, dan BPS
Total Mikroba BPS
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bibit) P1(2,5g/bibit)
Cfu
B0 1,3 x 106 1,3 x 106 1,3 x 106
A0 (Tanpa Amandemen)
B1 7 x 105 7,3 x 106 4,01 x 106
Rataan Rataan A0 1,01 x 106 4,3 x 106 2,6 x 106b
A1(Kompos TKKS B0 2,5 x 108 2,5 x 108 2,5 x 108
30ton/ha) B1 2,5 x 108 2,5 x 108 2,5 x 108
Rataan rataan A1 2,5 x 108 2,5 x 108 2,5 x 108a
B0 1,46 x 108 1,3 x 108 1,38 x 108
A2(Kapur 1x Aldd)
B1 7,8 x 107 2,5 x 108 1,64 x 108
Rataan rataan A2 1,1 x 108 1,9 x 108 1,5 x 108ab
B0 (Tanpa Bakteri) 1,3 x 108 1,2 x 108 1,2 x 108
B1 (Diberi Bakteri) 1,0 x 108 1,6 x 108
1,3 x 108
Rataan 1,2 x 108 1,4 x 108
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRT

Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 1. tampak bahwa populasi

BPS pada pemberian Kompos TKKS 30 ton/ha atau Kapur 1 x Aldd berpengaruh

secara nyata meningkatkan total populasi BPS. Pada rataan populasi BPS dengan

pemberian kompos TKKS 30 ton/ha (2,5x10-8) lebih tinggi daripada perlakuan

Kapur 1xAldd (1,5x10-8). Hal ini dikarenakan kompos TKKS yang diaplikasikan

menjadi sumber energi bagi BPS. Sesuai dengan pernyataan Atmojo (2003) yang

menyatakan bahwa bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan

mikro-fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang

berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.

Terlihat dari tabel diatas bahwa interaksi dari pemberian bahan organik

dengan diberi isolat BPS tidak dapat meningkatkan populasi BPS karena pada

pemberian BPS yang diinteraksi dengan kapur atau kontrol kekurangan syarat

hidup BPS. Akan tetapi pada interaksi pemberian kompos TKKS dengan BPS

didapat total populasi bakteri tertinggi yang mana diharapkan isolat dapat tumbuh

dengan baik. Hal ini didukung oleh Widyawati (2007) yang menyatakan bahwa

dalam melakukan reduksi sulfat, BPS menggunakan sulfat sebagai sumber energi

yaitu sebagai akseptor elektron dan menggunakan bahan organik sebagai sumber

karbon (c).

Pemberian Bakteri dan Pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap total

populasi BPS. Hal ini berhubungan dengan syarat hidup bakteri pereduksi sulfat

yang merupakan bakteri obligat anaerob namun ada juga bakteri yang mampu

hidup dalam kondisi aerob dan membutuhkan kondisi pH tertentu agar

populasinya optimal. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Pearson (2003) yang

menyatakan bahwa Bakteri BPS membutuhkan materi organik atau hidrogen

sebagai sumber pereduksi, jadi semakin banyak sulfat dan bahan organik akan

menstimulasi aktivitas BPS.

Universitas Sumatera Utara


Kadar Hara N Tanaman Kelapa Sawit

Tabel 2. dibawah ini menyajikan hasil kadar hara N setelah aplikasi bahan

amandemen, pupuk, dan inokulum bakteri pereduksi sulfat setelah 28 minggu

Tabel 2. Kadar Hara N setelah pemberian bahan amandemen, pupuk, dan inokulasi
bakteri pereduksi sulfat
Kadar Hara N
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bibit) P1(2,5g/bibit)
%
B0 2,248 1,811 2,029
A0 (Tanpa Amandemen)
B1 1,860 2,332 2,096
Rataan Rataan A0 2,054 2,072 2,063
B0 2,698 2,603 2,651
A1 (Kompos TKKS 30ton/ha)
B1 2,580 2,428 2,504
Rataan rataan A1 2,639 2,516 2,577
B0 2,276 1,886 2,081
A2 (Kapur 1x Aldd)
B1 2,610 2,289 2,449
Rataan rataan A2 2,443 2,087 2,265
B0 (Tanpa Bakteri) 2,408 2,100 2,254
B1 (Diberi Bakteri) 2,350 2,350 2,350
Rataan 2,379 2,225
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRT

Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 2. tampak bahwa persen

kadar hara N daun tidak berbeda nyata setiap perlakuan. Pada rataan yang diberi

kompos TKKS (2,577%) lebih tinggi dibanding kontrol (2,063%) dan kapur

1xAldd (2,265%).

Penambahan BPS kedalam tanah jika dibandingkan dengan kontrol tidak

berbeda nyata secara statisktik, namun terdapat peningkatan. Terlihat pada rataan

diberi BPS (2,350%) lebih tinggi dibanding tidak diberi BPS (2,254%). Hal ini

sesuai dengan penelitian Sudarno et al (2017) yang menyatakan bahwa pemberian

isolat bakteri pereduksi sulfat dengan kode LK(4) dapat menurunkan kadar sulfat

Universitas Sumatera Utara


pada tanah sulfat masam hingga mencapai 92,44 ppm dengan menggunakan isolat

BPS yang sama dengan penelitian ini. Penurunan kadar sulfat tanah

mengakibatkan meningkatnya hara N pada tanah.

Pada tabel terlihat bahwa pemberian kapur dan kontrol memiliki

peningkatan apabila diberikan BPS, namun pada pemberian kompos TKKS dan

diberi BPS tidak meningkatkan kadar hara N daun. Hal ini disebabkan pada

kompos TKKS telah memiliki unsur hara N yang cukup tinggi sehingga

pemberian bakteri tidak tampak perlakuannya (2,651%) dibanding diberi bakteri

(2,504%). Hal ini didukung oleh penelitian Hayat dan Handayani (2014) yang

menyatakan bahwa Keunggulan kompos TKKS salah satunya memperkaya unsur

hara yang ada didalam tanah dengan kadar hara kompos TKKS mengandung N

total (1,91%), K (1,51%), Ca (0,83%), P (0,54%), Mg (0,09%), C-Organik

(51,23%), C/N ratio 26,82%, dan pH 7,13.

Universitas Sumatera Utara


Kadar Hara P Tanaman Kelapa Sawit

Tabel 3. dibawah ini menyajikan hasil kadar hara P setelah aplikasi bahan

amandemen, pupuk, dan inokulum bakteri pereduksi sulfat setelah 28 minggu

Tabel 3. Kadar Hara P setelah pemberian bahan amandemen, pupuk, dan inokulasi
bakteri pereduksi sulfat
Kadar Hara P
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bibit) P1(2,5g/bibit)
%
A0 (Tanpa Amandemen) B0 0,143 0,129 0,136
B1 0,155 0,167 0,161
Rataan Rataan A0 0,149 0,148 0,148
A1(Kompos TKKS 30ton/ha) B0 0,177 0,170 0,173
B1 0,226 0,158 0,192
Rataan rataan A1 0,202 0,164 0,183
A2(Kapur 1x Aldd) B0 0,167 0,136 0,152
B1 0,180 0,148 0,164
Rataan rataan A2 0,173 0,142 0,158
B0 (Tanpa Bakteri) 0,162 0,145 0,154
B1 (Diberi Bakteri) 0,187 0,158 0,172
Rataan 0,175 0,151
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRT

Berdasarkan tabel 3. yang ditampilkan di atas diperoleh bahwa rataan

tertinggi pemberian bahan amandemen, pupuk, dan inokulum bakteri pereduksi

sulfat terhadap kadar hara P daun adalah perlakuan A1B1P0 sebesar 0.226% dan

rataan terendah adalah perlakuan A0B0P1 sebesar 0.129% dengan berpengaruh

tidak nyata.

Interaksi antara pemberian bahan amandemen dengan pupuk NPK, pupuk

NPK dengan Inokulum BPS, dan bahan amandemen dengan inokulum BPS tidak

nyata secara statistik pada kadar hara P pada tanaman kelapa sawit. Perlakuan

Universitas Sumatera Utara


terbaik pada interaksi bahan amandemen dengan pupuk NPK adalah A1PO

(0,202%). Pada interaksi pupuk NPK dengan inokulum BPS adalah

A0B1(0,187%). Dan Pada interaksi bahan amandemen dengan inokulum BPS

terdapat pada A1B1 yaitu 0,192%.

Pada pemberian Kompos TKKS (0,183%) terlihat bahwa kadar hara P

pada tanaman kelapa sawit terlihat meningkat dibanding kapur dolomit 1 x Aldd

(0,158%) dan kontrol (0,148%). Kompos TKKS mampu meningkatkan total

populasi BPS didalam tanah yang mana BPS tersebut berfungsi menurunkan asam

sulfat di dalam tanah sulfat masam, yang mana akan meningkatkan pH.

Pemberian Isolat BPS pada tanah sulfat masam dapat meningkatkan kadar

hara P pada tanaman kelapa sawit. Dapat dilihat dari tabel rataan pemberian isolat

BPS 0,172% lebih tinggi daripada tidak diberi isolat 0,154%. Pemberian pupuk

NPK dengan dosis 2,5gram per bibit menurunkan kadar hara P pada tanaman

kelapa sawit. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan hara P pada tanah sulfat

masam.

Menurut Widjaya Adhi (1986) pada tanah sulfat masam pirit yang

teroksidasi, Akumulasi ion Al3+ yang tinggi pada permukaan akar sehingga

menghalangi ketersediaan fosfat. Pemberian Kompos dan BPS mampu

meningkatkan kadar hara pada tanaman kelapa sawit terlihat seperti tabel

(0,226%) lebih tinggi dibanding kontrol (0,143%).

Universitas Sumatera Utara


Kadar Hara K Tanaman Kelapa Sawit

Tabel 4. dibawah ini menyajikan hasil kadar hara P setelah aplikasi bahan

amandemen, pupuk, dan inokulum bakteri pereduksi sulfat setelah 28 minggu

Tabel 4. Kadar Hara K setelah pemberian bahan amandemen, pupuk, dan


inokulasi bakteri pereduksi sulfat

Kadar Hara K
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bibit) P1(2,5g/bibit)
%
A0 (Tanpa Amandemen) B0 1,455 1,303 1,379
B1 1,661 1,592 1,627
Rataan Rataan A0 1,558 1,448 1,503
A1(Kompos TKKS 30ton/ha) B0 1,581 1,510 1,545
B1 2,019 1,437 1,728
Rataan rataan A1 1,800 1,474 1,637
A2(Kapur 1x Aldd) B0 1,441 1,510 1,475
B1 1,623 1,659 1,641
Rataan rataan A2 1,532 1,584 1,558
B0 (Tanpa Bakteri) 1,492 1,441 1,467
B1 (Diberi Bakteri) 1,768 1,563 1,665
Rataan 1,630 1,502
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRT

Berdasarkan tabel yang ditampilkan di atas diperoleh bahwa rataan

tertinggi pemberian bahan amandemen, pupuk, dan inokulum bakteri pereduksi

sulfat terhadap kadar hara K daun adalah perlakuan A1B1P0 sebesar 2,019%

dengan berpengaruh tidak nyata.

Pada kadar hara K tanaman kelapa sawit terlihat bahwa pemberian

inokulum BPS dapat meningkatkan kadar hara K di dalam daun. Dimana rataan

Universitas Sumatera Utara


permberian inokulum BPS (1,665%) lebih tinggi dibanding tanpa pemberian BPS

(1,467%).

Pemberian berbagai bahan amandemen yang terbaik pada kadar hara

Kdaun tabaman kelapa sawit adalah pemberian TKKS (30ton/ha) dengan rataan

kadar hara K 1,637%. Pemberian pupuk NPK dengan dosis 2,5g/bibit tidak dapat

meningkatkan kadar hara K dikarenakan dosis pupuk yang rendah dan pupuk

yang tidak diserap baik oleh tanaman.

Universitas Sumatera Utara


Pertambahan Tinggi Tanaman Kelapa Sawit

Hasil pengukuran pertambahan tinggi bibit kelapa sawit dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 5. Pertambahan tinggi tanaman dua puluh delapan minggu setelah aplikasi
bahan amandemen, pupuk, inokulum bakteri pereduksi sulfat
Tinggi Tanaman (cm)
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bbt) P1(2,5g/bbt)
Cm
A0 (Tanpa Amandemen) B0 53,76 59,50 56,63
B1 59,78 55,52 57,65
Rataan Rataan A0 56,77 57,50 57,14b
A1(Kompos TKKS
B0 68,75 61,27 65,01
30ton/ha)
B1 67,90 65,10 66,50
Rataan rataan A1 68,33 63,18 65,75a
A2(Kapur 1x Aldd) B0 63,10 62,45 62,78
B1 60,25 63,73 61,99
Rataan rataan A2 61,68 63,09 62,38ab
B0 (Tanpa Bakteri) 61,87 61,07 61,47
B1 (Diberi Bakteri) 62,64 61,45 62,05
Rataan 62,26 61,26
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRTa

Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 5. Hasil pengukuran

pertambahan tinggi tanaman terbaik ditunjukkan perlakuan A1P0B0 yaitu 68,75

cm dan tinggi tanaman yang terendah yaitu perlakuan A0P0B0 yaitu 53,76 cm.

Pemberian Kompos TKKS 30 ton/ha mampu meningkatkan pertambahan tinggi

tanaman (65,75 cm) secara nyata jika dibanding dengan kontrol (57,14 cm). Hal

ini berkaitan dengan reaksi bakteri tersebut untuk mereduksi sulfat yang mana

ditunjukkan reaksi dibawah menurut Pearson (2003):

CH3COO- + SO 4 2-+ 3H+ = 2CO 2 + H 2 S + 2H 2 O4H 2 + SO 4 2- + H+ = HS- + 4H 2 O

Universitas Sumatera Utara


Pemberian Kapur meningkatkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit

dibanding dengan kontrol dengan nilai pertambahan tinggi tanaman 62,38cm dan

57,14cm. Menurut Ramadhan et al (2017) yang menyatakan bahwa pemberian

kapur dolomit dengan 1 x Aldd dapat meningkatkan pH tanah dari tanah sulfat

masam. Akibat dari peningkatan pH tersebut pertumbuhan tanaman kelapa sawit

tampak lebih baik dibanding kontrol.

Pemberian Kompos TKKS dengan Bakteri Pereduksi Sulfat (66,50)

merupakan kombinasi perlakuan terbaik pada tinggi tanaman karena pada

tanaman kelapa sawit membutuhkan hara yang cukup untuk meningkatkan

pertumbuhan, yang mana hara tersebut bisa tersedia apabila sulfat pada tanah

sulfat masam dapat tereduksi, yang mana pada perlakuan ini BPS akan optimal

dalam mereduksi sulfat apabila diberi Carrier. Hal ini didukung dengan

pernyataan Noor (2004) yang menyatakan bahwa dalam konteks tanah sulfat

masam, kompos humus (bahan organik) mempunyai fungsi untuk menurunkan

suasana reduksi, karena dapat mempertahankan kebasahan tanah.

Pertambahan tinggi tanaman setiap bulan akibat pemberian bahan

amandemen, pupuk, dan inokulum kompos bakteri pereduksi sulfat selama 28

minggu setelah tanam dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)

70
60
50
A0 (Tanpa Bahan
40 Amandemen)
30
A1 (Kompos 30ton/ha)
20
10
A2 (Kapur Dolomit 1xaldd)
0
MingguMingguMingguMingguMingguMingguMinggu
ke- 4 ke-8 ke- 12 ke- 16 ke-20 ke- 24 ke- 28

Universitas Sumatera Utara


70
60
50
40
P0 (Tanpa Pupuk)
30
20 P1 (Diberi Pupuk NPK
10 5 gr)
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke- 4 ke-8 ke- 12 ke- 16 ke-20 ke- 24 ke- 28

70
Pertambahan TInggi Tanaman (cm)

60
50
40
B0 (Tanpa BPS)
30
B1 (Diberi BPS)
20
10
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke- 4 ke-8 ke- 12 ke- 16 ke-20 ke- 24 ke- 28

Gambar 1. Pertambahan Tinggi Tanaman Bibit Kelapa Sawit Akibat Pemberian


Bahan Amandemen, Pupuk, Inokulum BPS selama 28 minggu.

Dari Gambar 1. dapat dilihat bahwa pemberian bakteri pereduksi sulfat

belum dapat meningkatkan pertambahan tinggi bibit kelapa sawit hingga minggu

ke 16. Setelah minggu ke- 20, pemberian bakteri sulfat dapat meningkatkan

pertambahan tinggi bibit kelapa sawit. Pemberian kapur 1x aldd meningkatkan

pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit tertinggi hingga mencapai

minggu ke- 12 setelah tanam. Pada minggu ke- 16 setelah tanam, pemberian

kompos TKKS 30 ton/ha meningkatkan pertambahan diameter batang bibit kelapa

sawit tertinggi.

Universitas Sumatera Utara


Pemberian isolat bakteri dapat meningkatkan tinggi tanaman kelapa sawit

dengan selisih yang sedikit, dan tidak nyata secara statistik. Hal ini berkaitan

dengan kemampuan isolat bakteri tersebut bertahan hidup bila diinokulasi ke

tanah yang mana menurut Hanafiah et al (2009) bakteri pereduksi sulfat mampu

mereduksi sulfat tanpa menggunakan bahan organik yang diberikan apabila tanah

tersebut dalam kondisi pemberian kadar air telah mencapai 110% kapasitas

lapang. Namun kemampuan bakteri tersebut tidak sebaik apabila diberi perlakuan

kompos TKKS sebagai amandemen.

Universitas Sumatera Utara


Pertambahan Diameter Batang Tanaman Kelapa Sawit

Hasil pertambahan diameter batang 28 minggu setelah aplikasi bahan

amandemen, pupuk, dan inokulum bakteri pereduksi sulfat dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 6. Pertambahan diameter batang 28 minggu setelah aplikasi bahan


amandemen, pupuk, dan inokulum bakteri pereduksi sulfat
Diameter Batang
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bibit) P1(2,5g/bibit)
mm
B0 30,86 30,48 30,67
A0 (Tanpa Amandemen
B1 35,31 30,51 32,91
Rataan rataan A0 33,08 30,49 31,79b
B0 35,54 35,92 35,73
A1(Kompos TKKS 30ton/ha)
B1 33,95 34,44 34,20
Rataan rataan A1 34,75 35,18 34,96a
B0 33,16 34,44 33,80
A2(Kapur 1x Aldd)
B1 30,26 33,08 31,67
Rataan rataan A2 31,71 33,76 32,73ab
B0 (Tanpa Bakteri) 33,19 33,61 33,40
B1 (Diberi Bakteri) 33,17 32,68 32,93
Rataan 33,18 33,15
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRT

Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 6. Hasil pengukuran

pertambahan diameter tanaman terbaik ditunjukkan perlakuan A1P1B0 yaitu

35,92 mm dan pertambahan diamerer tanaman yang terendah yaitu perlakuan

A0P1B0 yaitu 30,48 mm. Hal ini disebabkan pada tanah sulfat masam pH tanah

sangat ekstrim jika tidak diberi perlakuan kompos TKKS atau Kapur, yang mana

bila pH tanah sangat masam mengakibatkan pemupukan tidak efektif dan pupuk

sangat mudah tercuci dan tidak bisa diserap oleh akar tanaman kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara


Pemberian pupuk NPK (2,5 gram/bbit) tidak dapat meningkatkan

pertambahan diameter batang terlihat dari rataan pemberian pupuk NPK (33,15

mm) dibandingkan dengan kontrol (33,18 mm). Hal ini berkaitan dengan

pemberian dosis pupuk yang sedikit dibandingkan pemberian dosis pupuk di main

nursery. Hal ini menurut penelitian Ramadhaini et al (2014) menyatakan

bahwadosis optimum pemberian pupuk NPK 15 15 15 pada pembibitan utama

kelapa sawit adalah 333gram per bibit.

Pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit setiap 2 minggu akibat

pemberian bahan amandemen, pupuk, dan inokulum kompos bakteri pereduksi

sulfat selama 28 minggu setelah tanam dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

40
Pertambahan Diameter Batang (mm)

35
30
25 A0 (Tanpa Bahan
20 Amandemen)
A1 (Kompos 30ton/ha)
15
10 A2 (Kapur Dolomit 1xaldd)
5
0

Universitas Sumatera Utara


35
30
25
20 P0 (Tanpa Pupuk)
15 P1 (Diberi Pupuk NPK 5gr)

10
5
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Ke- 4 Ke- 8 Ke- 12 Ke- 16 Ke- 20 Ke- 24 Ke- 28

Gambar 2. Pertambahan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit Akibat Pemberian


Bahan Amandemen, Pupuk, dan Inokulum BPS selama 28 minggu

Dari Gambar 2. dapat dilihat bahwa pemberian kompos 30 ton/ha dapat

meningkatkan pertambahan diameter batang terbaik dari minggu ke- 16 hingga

minggu ke- 28. Pemberian kapur dolomit 1 x Aldd tidak lebih baik dalam

meningkatkan pertambahan diameter batang dibanding kompos 30 ton/ha.

Pemberian bakteri pereduksi sulfat dapat meningkatkan pertambahan diameter

batang terbaik dari minggu ke- 12 hingga minggu ke- 24.

Pada perlakuan interaksi pupuk NPK dan berbagai bahan amandemen

terlihat bahwa pemberian TKKS dan diberi pupuk dan pemberian Kapur diberi

Pupuk menambah pertambahan diameter batang dibanding tidak diberi pupuk. Hal

ini diakibatkan pupuk lebih optimal bila dikombinasikan dengan kapur dan

Universitas Sumatera Utara


Kompos TKKS. Hal ini disebabkan pada pemberian Kompos berguna sebagai

carrier bagi BPS yang menyebabkan menurunnya kadar sulfat masam yang

berakibat meningkatnya pH yang membuat tanaman sawit tumbuh lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian Kompos TKKS (30ton/ha) dapat meningkatkan pertumbuhan

kelapa sawit, populasi BPS, dan kadar hara N, P, dan K.

2. Pemberian inokulum BPS dapat meningkatkan kadar hara N, P, K dan

pertambahan tinggi tanaman kelapa sawit.

3. Pengaplikasian Inokulum bakteri pereduksi sulfat dengan pemberian

kompos TKKS (30ton/ha) merupakan perlakuan terbaik untuk dapat

meningkatkan kadar hara N, P, dan K.

4. Interaksi pengaplikasian bahan amandemen, pupuk NPK, dan inokulum

BPS dapat meningkat pertumbuhan kelapa sawit

Saran

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di rumah kaca saran yang

dapat diberikan oleh penulis, yaitu cara pengapliasian dan dosis pupuk NPK pada

tanah sulfat masam dapat diteliti lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adnan, I. S., Utoyo., A. Kusumastuti, 2015. Pengaruh Pupuk NPK dan Pupuk
Organik terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery. Jurnal Agro Industri Vol 3(2)
hal 69-81.

Anwar, K., M. Noor, 1993. Pengaruh Pemberian Kapur dan Fosfat Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Pasang Surut Sulfat Masam.
Risalah Hasil Penelitian Kacang-kacangan 1990-1993. Baktian.
Banjarbaru.

Ar-Riza, L. Sardjijo, Chaerudin, 2001. Pengaruh Pemberian Pupuk P dan K


terhadap Keragaman Pertumbuhan dan Hasil Padi di Lahan Sulfat Masam.
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Lahan Pupuk. Cisarua 12-13
November 2001.

Atmojo, H. W. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan


Upaya Pengelolaannya. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal 13.

Baumgartner, L. K., R.P. Reid, C. Dupraz, A. W. Decho, D. H. Buckley, J.R.


Spear, K.M. Przekop, P.T. Visscher, 2006. Sulfate Reducing Bacteria in
Microbial Mats : Changing Padaradigms, New Discoveries. El Sevier.
Sedimentery Geology 185 Hal 131-145.

Dent, D., 1986. Acid Sulphate Soils : a Baseline for Research and Development.
ILRI. Wageningen. Publ. No. 39 The Netherland.

Eden, B. 1993. Oilfield Reservoir Souring. BP Exploration Company Ltd Farburn


Industrial Estate Dyce. Aberdeen, Hal 13-16

Fahmi, A., B. Radjagukguk, dan B. H. Purwanto, 2009. Kelarutan Fosfat dan


Ferro pada Tanah Sulfat Masam yang Diberi Bahan Organik Jerami Padi.
Journal Tanah Tropik. 14(2): 119-125.

Hayat, E. S., S. Andayani. Pengelolaan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit dan
Aplikasi Biomassa Chromolaena Odorata terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Padi Serta Sifat Tanah Sulfaquent. Jurnal Teknologi Pengelolaan
Limbah Vol 17(2) hal 44-51.

Luptakova, A. 2007. Importance of Sulfate Reducing Bacteria in Environment.


Nova Biotechnologica 7(1) hal 17-22.

Masulili, A., 2015. Pengelolaan Lahan Sulfat Masam untuk Pengembangan


Pertanian. Jurnal Agrosains Vol 12(2) ISSN: 1695-5225.

Mukhlis, Sarifuddin, H. Hanum, 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. USU
Press. Medan. Hal 204-208

Universitas Sumatera Utara


Noor, M. 2004. Lahan Rawa Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat
Masam. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 25, 115, 177, 184.

Pearson, H., 2003. Microbial Interaction In Facultative and Maturation Ponds.


The Handbook of Water and Wastewater Microbiology. An Imprint ol El
sevier. USA.

Ramadhan, M., Asmarlaili S. H., dan Hardy, G., 2017. Respon Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Pemberian Kapur
Dolomit, Pupuk dan Bakteri Pereduksi Sulfat pada Tanah Sulfat Masam di
Rumah Kaca. SKRIPSI. USU. Medan.

Sahar, A. H., T. Sabrina, H. Guchi, 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. USU Press.
Medan. Hal 329-334.

Sitinjak, M. A., dan Asmarlaili, S. H., 2017. Isolasi dan Uji Potensi Bakteri
Pereduksi Sulfat dari Berbagai Sumber Terhadap Perubahan Media
Tumbuh di Lobarotarium. SKRIPSI. USU. Medan.

Sudarno, Y., Asmarlaili, S. H., Mariani., S., 2017. Uji Potensi Isolat Bakteri
Pereduksi Sulfat Terhadap Perubahan Kemasaman Tanah Sulfat Masam
Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung Dengan Kondisi Air Tanah Berbeda
Di Rumah Kasa. SKRIPSI. USU. Medan.

Sutarta, E. S., Winarna dan N. H. Darlan. Peningkatan Efektivitas Pemupukan


Melalui Aplikasi Kompos TKKS pada Pembibitan Kelapa Sawit.
Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis
Kelapa Sawit 19-20 April 2005. PPKS. Medan.

Tambunan, S.W., Fauzi, P. Marpaung, 2013. Kajian sifat kimia tanah,


pertumbuhan dan produksi padi pada tanah sulfat masam potensial akibat
pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dan pupuk SP-36. Jurnal
Online Agroekoteknologi 1(4):13911401.

Tufaila, M., S. Leomo, S. Alam, 2014. Strategi Pengelolaan Lahan Marginal.


Unhalu Press. Kendari. Hal 71-82.

Utomo. M., Sudarsono, B. Rusman, T. Sabrina, J. Lumbanraja., Wawan, 2016.


Ilmu Tanah Dasar-dasar dan Pengelolaan. Hal 225

Widjaya Adhi., I. P. G. 1986. Pengelolaan Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak.
Jurnal Litbang Pertanaian 5. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Widyawati, E. 2007. Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat untuk Bioremediasi


Tanah Bekas Tambang Batubara. BIODIVERSITAS 8 (3): 283-286.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah

Nomor Blok Titik Koordinat Kedalaman Pirit (cm)


35 4,361187; 98,184411 40
44 4,361095; 98,185428 40
45 4,361043; 98,184671 20
46 4,361748; 98,184846 20
47 4,361350; 98,184645 20
55 4,361015; 98,185242 20

Lampiran 2. Analisis Awal Tanah, Air dan Kompos

-Tanah

Parameter Metode Uji Satuan Nilai Kriteria


pH Elektrometri - 2,17 Sangat
Masam
Aldd Titrimetri me/100 5,47 -
KTK Titrimetri me/100 16,47 Sedang
Kejenuhan Al - % 33,21 Tinggi
Ca AAS me/100 0,9 Sangat
Rendah
Mg AAS me/100 1,16 Sedang
K Flamephotometry me/100 1,51 Sangat
Tinggi
Na Flamephotometry me/100 3,29 Sangat
Tinggi
Kejenuhan - % 41,65 Sedang
Basa
Kadar Sulfat Spektrofotometri ppm 1064,62 Sangat
Tinggi
Salinitas Elektrometri dS/m 2,3 x 10 -5 Sangat
Rendah
Pavail Bray II ppm 18,94 Sangat
Tinggi
C Ashing % 4,39 Tinggi
N Kjeldahl % 0,32 Sedang
C/N - % 13,71 Sedang
Kadar Air Oven % 30,21 -
Kapasitas Alhricks % 45,14 -
Lapang
Tekstur Tanah
% Liat % Debu % Pasir Kelas
Tekstur
44 16 40 Clay (liat)

Universitas Sumatera Utara


- Air
Parameter Metode Uji Satuan Nilai Kriteria
pH - - 0,18 Sangat
Masam
Kadar Sulfat Spektrofotometer ppm 1104,62 Sangat
Tinggi

- Kompos
Parameter Metode Uji Satuan Nilai Kriteria
Kadar Air Oven %
Ntotal Kjeldahl %
Corganik Ashing %
C/N - %
Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Bibit Kelapa Sawit

TENERA (DXP) Varietas : DxP PPKS 239

Rerata Jumlah Tandan : 10-15

Rerata Berat Tandan (kg/tandan) :15-23

Potensi TBS (ton/ha/thn) : 30-39

Rendemen (%) : 26-30

Potensi CPO (ton/ha/tahun) : 7,5-9,5

Tinggi (cm/thn) : 40-70

Panjang Pelepah (m) : 5,47-6,5

Kerapatan Tanam (pohon/ha) : 130-143

*Pengukuran dilakukan pada umur 3-9 tahun.

Keunggulan :

- Quick starter dan persentase mesokarp per buah yang cukup tinggi

- Dapat ditanaman berbagai tipe lahan kelapa sawit wilayah datar,

bergelombang dan berbukit

- Bobot tandan yang relatif besar

Universitas Sumatera Utara


- Dapat ditanam di wilayah yang tenaga panennya terbatas serta areal

pertanaman yang relatif datar

- Memiliki potensi produksi CPO dan PKO yang lebih tinggi dibandingkan

varietas lainnya

- Mulai berbuah pada umur 22 bulan setelah tanam

- Ractis yang relatif pendek (Compact palm) dan potensi CPO hingga

8,3ton/ha/thn.

Lampiran 4. Foto Rangkaian Kegiatan Penelitian

Tgl/Bln/Thn Jenis Kegiatan Foto Kegiatan


20/02/2017 Pengambilan Sampel Tanah
di Mopoli Raya

Universitas Sumatera Utara


27/02/2017 - Menghitung Kapasitas
01/04/2017 – Lapang
09/04/2017 - Menghomogenkan
tanah
- Persiapan media tanam

10/04/2017 Melakukan inkubasi kapur


pada tanah sulfat masam
13/04/2017 Pembelian bibit umur 3
bulan di Bukit Sentang
sebanyak 72 Tanaman

14/04/2017 Mendapat kompos tandan


kosong kelapa sawit dari PT.
Socfindo

17/04/2017 - Dilakukan pembuatan


media Phosgate
- Dilakukan inokulasi
bakteri pereduksi sulfat
dengan kode LK4 (dari
hasil penelitian
Sitinjak, 2016)
sebanyak 2 liter

21/04/2017 Isolat bakteri pereduksi


sulfat diinokulasi ke kompos
TKKS dan disimpan pada
tempat kedap udara

Universitas Sumatera Utara


02/05/2017 - Dilakukan penanaman
dari polybag pre
nursery ke main nursery
- Dilakukan pemberian
pupuk NPK
- Dimasukkan kompos ke
lubang tanam
- Inokulasi isolat BPS
langsung ke tanah

02/05/2017 – Pemeliharaan dan


02/01/2017 pengamatan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Foto Tanaman Penelitian

Ulangan 1

Ulangan 2

Universitas Sumatera Utara


Ulangan 3

Ulangan 4

Universitas Sumatera Utara


Ulangan 5

Ulangan 6

Universitas Sumatera Utara


A0P0B0 A0P0B1

Universitas Sumatera Utara


A0P1B0 A0P1B1

Universitas Sumatera Utara


A1P0B0 A1P0B1

Universitas Sumatera Utara


A1P1B0 A1P1B1

A2P0B0 A2P0B1

A2P1B0 A2P1B1

Lampiran 5. Bagan Percobaan Penelitian

T B

Universitas Sumatera Utara


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Ulangan 5 Ulangan 6

A2P0B0 A2P1B0 A1P1B1 A2P1B1 A0P1B0 A2P0B0

A1P0B0 A2P1B1 A0P1B0 A1P0B1 A2P0B0 A1P0B1

A2P1B1 A0P1B0 A1P0B0 A1P1B1 A1P0B1 A2P0B1

A0P0B0 A1P0B0 A2P1B1 A0P0B0 A1P0B0 A1P1B0

A1P1B1 A0P0B0 A1P1B0 A1P1B0 A2P0B1 A0P1B0

A1P1B0 A2P0B0 A1P0B1 A2P0B1 A0P0B0 A1P1B1

A2P1B0 A0P0B1 A0P1B1 A2P0B0 A1P1B1 A2P1B0

A0P0B1 A1P0B1 A2P1B0 A2P1B0 A2P1B1 A0P0B1

A0P1B1 A2P0B1 A2P0B1 A0P1B1 A0P0B1 A0P1B1

A0P0B1 A0P1B1 A0P0B0 A0P0B1 A2P1B0 A2P1B1

A0P0B0 A1P1B1 A0P0B1 A1P0B0 A0P1B1 A0P0B0

A1P0B1 A1P1B0 A2P0B0 A0P1B0 A1P1B0 A1P0B0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Hasil Pengukuran Pertambahan Tinggi Tanaman

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III IV V VI
A0 P0 B0 54,6 47 59,2 60 55 46,8 322,6 53,77
B1 74,7 58 33,5 69,9 69,2 53,4 358,7 59,78
P1 B0 54,7 59 61,6 65,9 48,6 67,2 357 59,50
B1 47,9 53,6 67,7 44,3 57,7 61,9 333,1 55,52
A1 P0 B0 68,5 67,5 66,2 83,2 63 64,1 412,5 68,75
B1 70,5 63,7 66,7 68,5 63,9 74,1 407,4 67,90
P1 B0 71,2 54,4 55,8 53,1 56,7 76,4 367,6 61,27
B1 68,9 78,5 50 71,6 38,6 83 390,6 65,10
A2 P0 B0 68 67,5 58,3 58,4 70 56,4 378,6 63,10
B1 61,3 54,2 54,1 63,4 57,9 70,6 361,5 60,25
P1 B0 76,2 59,7 42,2 56 65,8 74,8 374,7 62,45
B1 71,7 54,9 70,5 60,8 54,8 69,7 382,4 63,73
Total 788,2 718 685,8 755,1 701,2 798,4 4446,7

Lampiran 7. Data Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman

Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
181,356 2,04881 2,38282 3,36996
Blok 5 906,784 tn
8 8 3 2
1309,75 119,068 1,34513 1,96754 2,58865
Perlakuan 11 tn
2 3 5 7 1
904,101 5,10689 3,16499 5,01321
A 2 452,051 **
9 5 3 9
17,9001 17,9001 0,20222 4,01619 7,11937
P 1 tn
4 4 1 5 6
0,06723 4,01619 7,11937
B 1 5,95125 5,95125 tn
2 5 6
155,988 77,9943 0,88111 3,16499 5,01321
A*P 2 tn
6 1 5 3 9
0,09762 3,16499 5,01321
A*B 2 17,2825 8,64125 tn
2 3 9
0,70013 0,70013 4,01619 7,11937
P*B 1 0,00791 tn
9 9 5 6
207,826 103,913 1,17392 3,16499 5,01321
A*P*B 2 tn
9 5 8 3 9
4868,47 88,5177
Error 55
8 8
7085,01
Total 71
3

K 15%

Universitas Sumatera Utara


K

Ket : KK = Koefisien Keragaman

tn = Tidak Nyata, * = Nyata, ** = Sangat Nyata

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Hasil Pengukuran Pertambahan Diameter Batang

Ulangan Rataa
Perlakuan Total
I II III IV V VI n
A P B
0 0 0 27,15 33,86 26,01 39,40 32,54 26,22 185,18 30,86
B
1 36,19 31,81 30,77 37,42 35,52 40,17 211,88 35,31
P B
1 0 22,94 33,35 29,45 35,36 29,43 32,34 182,87 30,48
B
1 27,77 27,37 32,11 29,70 32,81 33,31 183,07 30,51
A P B
1 0 0 40,00 32,67 35,71 37,89 34,49 32,50 213,26 35,54
B
1 33,46 30,67 39,13 36,54 34,69 29,21 203,70 33,95
P B
1 0 30,83 36,87 31,54 31,86 40,58 43,83 215,51 35,92
B
1 34,78 38,02 28,25 35,26 29,04 41,31 206,66 34,44
A P B
2 0 0 32,81 29,02 33,60 24,91 40,56 38,04 198,94 33,16
B
1 34,80 28,30 29,50 30,59 29,98 28,38 181,55 30,26
P B
1 0 31,03 30,70 37,62 38,14 33,48 35,68 206,65 34,44
B
1 35,37 31,39 36,31 33,44 28,68 33,29 198,48 33,08
387,1 384,0 390,0 410,5 401,8 414,2 2387,7
Total
3 3 0 1 0 8 5

Lampiran 9. Data Sidik Ragam Pertambahan Diameter Batang

Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
67,7738 13,5547647 0,79717364 2,38282 3,36996 t
Blok 5 2 2 8 3 2 n
Perlakua 298,469 27,1335710 1,59576121 1,96754 2,58865 t
n 11 3 9 6 7 1 n
127,371 63,6858430 3,74544869 3,16499 5,01321
A 2 7 6 2 3 9 *
0,02240 0,02240138 0,00131745 4,01619 7,11937 t
P 1 1 9 5 5 6 n
4,04701 4,01619 7,11937 t
B 1 2 4,0470125 0,23801016 5 6 n
66,7579 33,3789680 1,96306127 3,16499 5,01321 t
A*P 2 4 6 5 3 9 n

Universitas Sumatera Utara


67,4468 33,7234041 1,98331801 3,16499 5,01321 t
A*B 2 1 7 8 3 9 n
3,81340 3,81340138 0,22427118 4,01619 7,11937 t
P*B 1 1 9 1 5 6 n
29,0100 14,5050180 0,85305930 3,16499 5,01321 t
A*P*B 2 4 6 3 3 9 n
935,194 17,0035283
Error 55 1 6
1301,43
Total 71 7

K
K 12%

Ket : KK = Koefisien Keragaman

tn = Tidak Nyata, * = Nyata, ** = Tidak Nyata

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Hasil Analasis Kadar Hara N

Kadar Hara N
Perlakuan Total Rataan
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
A0P0B0 3,318 1,911 1,514 6,743 2,248
A0P0B1 2,162 1,703 1,717 5,581 1,860
A0P1B0 2,133 1,523 1,778 5,433 1,811
A0P1B1 2,464 2,661 1,872 6,997 2,332
A1P0B0 2,752 2,554 2,790 8,095 2,698
A1P0B1 3,083 2,066 2,589 7,739 2,580
A1P1B0 2,064 2,992 2,753 7,809 2,603
A1P1B1 2,791 2,286 2,208 7,285 2,428
A2P0B0 2,242 2,807 1,781 6,829 2,276
A2P0B1 2,656 3,292 1,883 7,831 2,610
A2P1B0 1,542 1,963 2,152 5,657 1,886
A2P1B1 3,248 1,937 1,681 6,866 2,289
Total 30,453 27,696 24,717 82,866

Lampiran 11. Data Sidik Ragam Kadar Hara N

Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
Blok 2 1,37202 0,68601153 1,38882 3,16499 5,01322 tn
Perlakuan 11 3,14929 0,2862993 0,57961 1,96755 2,58865 tn
A 2 1,6117 0,8058489 1,63143 3,16499 5,01322 tn
P 1 0,21332 0,2133208 0,43187 4,0162 7,11938 tn
B 1 0,08331 0,0833092 0,16866 4,0162 7,11938 tn
A*P 2 0,21397 0,1069844 0,21659 3,16499 5,01322 tn
A*B 2 0,40183 0,2009159 0,40675 3,16499 5,01322 tn
P*B 1 0,21252 0,212521 0,43025 4,0162 7,11938 tn
A*P*B 2 0,41264 0,2063213 0,41769 3,16499 5,01322 tn
Error 11 5,433 0,4939525
Total 35 9,955

KK 30,5329

Ket : KK = Koefisien Keragaman

tn = Tidak Nyata, * = Nyata, ** = Tidak Nyata

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 12. Hasil Analisis Kadar Hara P

Kadar P
Sampel Total Rataan
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
A0P0B0 0,194 0,100 0,136 0,430 0,143
A0P0B1 0,121 0,136 0,207 0,465 0,155
A0P1B0 0,136 0,118 0,132 0,386 0,129
A0P1B1 0,148 0,198 0,156 0,502 0,167
A1P0B0 0,189 0,185 0,156 0,530 0,177
A1P0B1 0,221 0,241 0,217 0,679 0,226
A1P1B0 0,156 0,185 0,168 0,509 0,170
A1P1B1 0,158 0,156 0,160 0,474 0,158
A2P0B0 0,156 0,217 0,129 0,501 0,167
A2P0B1 0,189 0,198 0,152 0,539 0,180
A2P1B0 0,121 0,140 0,148 0,409 0,136
A2P1B1 0,194 0,090 0,160 0,443 0,148
Total 1,98349 1,9627 1,9191 5,86529

Lampiran 13. Data Sidik Ragam Kadar Hara P

Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
Blok 2 0,00018 0,00008999 0,04319 3,164993 5,013219 tn
Perlakuan 11 0,021499 0,001954453 0,938023 1,967547 2,588651 tn
A 2 0,007489 0,003744696 1,797235 3,164993 5,013219 tn
P 1 0,004935 0,004935297 2,368654 4,016195 7,119376 tn
B 1 0,00316 0,003160126 1,516676 4,016195 7,119376 tn
A*P 2 0,0023 0,001150015 0,55194 3,164993 5,013219 tn
A*B 2 0,000254 0,000127069 0,060986 3,164993 5,013219 tn
P*B 1 0,000321 0,000321067 0,154093 4,016195 7,119376 tn
A*P*B 2 0,003039 0,001519465 0,729254 3,164993 5,013219 tn
Error 11 0,023 0,002083587
Total 35 0,045

KK 28,01682

Ket : KK = Koefisien Keragaman

tn = Tidak Nyata, * = Nyata, ** = Tidak Nyata

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 14. Hasil Analisis Kadar Hara K

Kadar K
Sampel Total Rataan
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
A0P0B0 1,785 1,069 1,510 4,364 1,455
A0P0B1 1,256 1,624 2,104 4,984 1,661
A0P1B0 1,380 1,348 1,182 3,910 1,303
A0P1B1 1,527 1,971 1,278 4,775 1,592
A1P0B0 1,899 1,477 1,367 4,743 1,581
A1P0B1 2,019 2,269 1,769 6,057 2,019
A1P1B0 1,332 1,762 1,437 4,530 1,510
A1P1B1 1,500 1,496 1,315 4,311 1,437
A2P0B0 0,991 1,571 1,763 4,324 1,441
A2P0B1 1,533 1,597 1,739 4,868 1,623
A2P1B0 1,487 1,518 1,524 4,529 1,510
A2P1B1 1,679 1,209 2,089 4,977 1,659
Total 18,387 18,909 19,075 56,372

Lampiran 15. Data Sidik Ragam Kadar Hara K

Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
Blok 2 0,02148 0,01074144 0,05882 3,16499 5,01322 tn
Perlakuan 11 1,04058 0,0945978 0,51801 1,96755 2,58865 tn
A 2 0,10877 0,0543865 0,29781 3,16499 5,01322 tn
P 1 0,14781 0,1478146 0,80942 4,0162 7,11938 tn
B 1 0,35454 0,3545409 1,94143 4,0162 7,11938 tn
A*P 2 0,21638 0,1081884 0,59243 3,16499 5,01322 tn
A*B 2 0,01126 0,0056297 0,03083 3,16499 5,01322 tn
P*B 1 0,05322 0,0532225 0,29144 4,0162 7,11938 tn
A*P*B 2 0,14859 0,0742945 0,40683 3,16499 5,01322 tn
Error 11 2,009 0,1826188
Total 35 3,071

kk 27,2907

Ket : KK = Koefisien Keragaman

tn = Tidak Nyata, * = Nyata, ** = Tidak Nyata

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 16. Pengukuran Total Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat

Total BPS
Sampel Total Rataan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
A0P0B0 9,5 x 10 5 1,5 x 10 6 1,5 x 10 6 3,95 x 10 6 1,31 x 10 6
A0P0B1 4,5 x 10 5 1,5 x 10 6 1,5 x 10 5 2,1 x 10 6 7 x 10 5
A0P1B0 9,5 x 10 5 1,5 x 10 6 1,5 x 10 6 3,95 x 10 6 1,31 x 10 6
A0P1B1 2,5 x 10 6 4,5 x 10 6 1,5 x 10 7 2,2 x 10 7 7,33 x 10 6
A1P0B0 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 7,5 x 10 8 2,5 x 10 8
A1P0B1 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 7,5 x 10 8 2,5 x 10 8
A1P1B0 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 7,5 x 10 8 2,5 x 10 8
A1P1B1 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 7,5 x 10 8 2,5 x 10 8
A2P0B0 9,5 x 10 7 2,5 x 10 8 9,5 x 10 7 4,4 x 10 8 1,46 x 10 8
A2P0B1 9,5 x 10 7 9,5 x 10 7 4,5 x 10 7 2,35 x 10 8 7,83 x 10 7
A2P1B0 2,5 x 10 8 4,5 x 10 7 9,5 x 10 7 3,9 x 10 8 1,3 x 10 8
A2P1B1 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 7,5 x 10 8 2,5 x 10 8
Total 1,69 x 10 9 1,64 x 10 9 1,50 x 10 9 4,84 x 10 9

Lampiran 17. Data Sidik Ragam Total Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat

Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
Blok 2 1,67009E+15 835046319444416 0,235799075 3,98 5,01 tn
Perlakuan 11 4,1872E+17 3,80655E+16 10,74886814 2,81 2,58 **
A 2 3,72009E+17 1,86005E+17 52,52371504 3,98 5,01 **
P 1 6,53133E+15 6,53133E+15 1,844307782 4,84 7,11 tn
B 1 8,14151E+14 8,14151E+14 0,229898719 4,01 7,11 tn
A*P 2 1,15204E+16 5,76021E+15 1,626558709 3,16 5,01 tn
A*B 2 1,2098E+15 6,04901E+14 0,170811031 3,16 5,01 tn
P*B 1 9,503E+15 9,503E+15 2,683442373 4,01 7,11 tn
A*P*B 2 1,71321E+16 8,56604E+15 2,418865542 3,16 5,01 tn
Error 11 38954815694444500 3,54135E+15
Total 35 459345085555556000

KK 44,19912944

Ket : KK = Koefisien Keragaman

tn = Tidak Nyata, * = Nyata, ** = Tidak Nyata

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai