2017
Abdi, Perdana
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12657
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
RESPON PERTUMBUHAN DAN KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Main Nursery) PADA TANAH SULFAT MASAM DENGAN PEMBERIAN BAHAN
AMANDEMEN, PUPUK KIMIA, DAN BAKTERI PEREDUKSI SULFAT
SKRIPSI
OLEH:
PERDANA ABDI
130301207
AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH
SKRIPSI
OLEH:
PERDANA ABDI
130301207
AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana di
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Asmarlaili S, MS, DAA) (Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP)
Ketua Anggota
Mengetahui:
Tanggal Lulus :
Perdana Abdi, lahir pada tanggal 22 Maret 1996 di Kisaran, putra dari
Ayahanda Ir. Edi Hidayat dan Ibunda Ismi Delfi. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara. Lulus dari SMA Swasta Harapan 1 Medan pada
Tahun 2013 dan pada tahun 2013 diterima di Fakultas Pertanian Universitas
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
Judul dari skripsi ini adalah “” yang merupakan salah satu syarat untuk
besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, menyayangi
dan mendidik penulis selama ini. Penulis ini juga menyampaikan banyak terima
kasih kepada Prof. Dr. Ir. Asmarlaili Sahar Hanafiah MS., DAA., selaku Ketua
Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Hamidah Hanum, M.P. selaku Anggota Komisi
ini.
Selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua staf
mahasiswa yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
ABSTRACT .............................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 4
Kegunaan Penelitian....................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Lahan Sulfat Masam ...................................................................................... 5
Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS) ...................................................................... 7
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit ......................................................... 8
Pupuk Majemuk ............................................................................................. 9
Kapur Dolomit ............................................................................................... 9
No. Hal.
No. Hal.
Latar Belakang
pantai timur dan utara pulau Sumatra, pantai selatan dan timur pulau Kalimatan,
pantai barat dan timur pulau Sulawesi, dan pantai selatan pulau Papua. Lahan
sulfat masam memiliki wilayah 6,7 juta ha di Indonesiaatau 20% dari luas lahan
rawa pasang surut dan rawa lebak atau 10% dari luas lahan basah (Noor, 2004).
pertanian yang semakin sempit. Akan tetapi lahan sulfat masam merupakan lahan
yang mudah mengalami perubahan apabila dilakukan pengolahan yang salah akan
dibutuhkan teknologi yang tepat untuk mengelola tanah sulfat masam tersebut.
potensi pertumbuhan yang baik, karena kelapa sawit memiliki toleransi terhadap
pH tanah yang masam. Kelapa sawit juga menghendaki iklim dimana curah hujan
merata sepanjang tahun dengan intensitas matahari sekitar 6 jam per hari.
Sementara tanah sulfat masam itu sendiri memiliki ketersediaan air yang
melimpah dan topografi yang nisbi datar (Noor, 2004). Contohnya Perkebunan
PT. Mopoli Raya di Aceh Tamiang Provinsi Aceh yang membuka lahan sulfat
masam untuk ditanami kelapa sawit. Akan tetapi kelapa sawit di PT. Mopoli Raya
tanaman kelapa sawit. Masalah yang ada pada tanah sulfat masam yaitu pH tanah
yang di bawah 4,0 yang disebabkan oleh pirit yang teroksidasi. Karena pH tanah
unsur hara mengakibatkan produktifitas yang rendah untuk tanaman kelapa sawit.
kapur atau dolomit, bah an organik, abu sekam padi, dan seruk kayu gergaji atau
limbah pertanian lainnya. Hasil penelitian Anwar dan Noor (1993) menunjukkan
bahwa pemberian kapur sebanyak 1-2 ton/ha mampu meningkatkan hasil padi,
kompos tandan kosong kelapa sawit nyata meningkatkan pH tanah dan reduksi
Fe2+ tanah, C-Organik tanah, jumlah anakan dan bobot kering gabah. Pemberian
pupuk SP36 tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan P tersedia dan tinggi
kelapa sawit dan pupuk SP36 berpengaruh nyata dalam meningkatkan jumlah
diinkubasi ke dalam kompos mampu menurunkan kadar sulfat pada tanah sulfat
masam sebesar 89,76 % dan meningkatkan pH tanah dari 4,15 menjadi 6,6. Dari
penelitian tersebut didapat bahwa kadar asam sulfat yang tinggi dan pH yang
rendah pada sulfat masam dapat diperbaiki dengan penambahan bakteri pereduksi
hara dan pemupukan khususnya di lahan sulfat masam. Hasil penelitian Ar-riza et
masalah tanah sulfat masam semakin cepat, sehingga pemberian pupuk kimia
pada tanah sulfat masam dapat tersedia dan diserap oleh tanaman.
respon pertumbuhan dan kadar hara tanaman kelapa sawit pada tanah sulfat
masam dengan pemberian bahan amandemen pupuk kimia dan bakteri pereduksi
sulfat.
Tujuan Penelitian
kimia, dan bakteri pereduksi sulfat terhadap kadar hara dan pertumbuhan
terhadap kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah sulfat
masam
pereduksi sulfat terhadap kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada
Hipotesis Penelitian
dapat meningkatkan kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada
kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah sulfat masam.
meningkatkan kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah
sulfat masam.
hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah sulfat masam.
dapat meningkatkan kadar hara dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada
Kegunaan Penulisan
Reaksi tanah sulfat masam tergolong masam sampai luar biasa masam,
berkisar pada pH 4 (untuk ordo Entisol) dan pH 3,5 (Ordo Inceptisol). Lahan
sulfat masam yang tergenang mempunyai kemasaman tanah nisbi tinggi dengan
pH > 4, tetapi apabila terjadi pengeringan, pH dapat turun secara drastis sehingga
(Noor, 2004).
rendah. Kelarutan P, K, Ca, dan beberapa unsur mikro bisa meningkat akibat
pembatas pertumbuhan. Widjaya Adhi (1986) menyatakan bahwa ion Al3+, Fe2+
dan H+ akan mendesak kation – kation basa seperti Ca2+, Mg2+ dan K+ pada
tanaman rendah.
peranan penting dalam kegiatan reduksi oksida pada tanah sulfat masam. Suasana
anaerob merupakan kondisi alami dari lahan rawa umumnya. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya proses reduksi sulfat (SO 4 2-) menjadi sulfida (H 2 S) dan
ferri (Fe3+) oleh bakteri pereduksi Desulfovibrio sp. dan Desulfotomaculum sp.
genus (1) Desulfovibrio yang terdiri atas Desulvibrio desulfuricans dan (2)
hanya mampu hidup dan giat berkembang dalam suasana anaerob. Bakteri
dengan baik. Bakteri ini memanfaatkan energi dari proses reduksi sulfat sebagai
(Noor, 2004)
energi yaitu sebagai akseptor elektron dan menggunakan bahan organik sebagai
sumber karbon (C). Karbon tersebut berperan selain sebagai donor elekton dalam
metabolisme juga merupakan bahan penyusun selnya. Pada kondisi anaerob bahan
organik akan berperan sebagai donor elektron. Ketika sulfat menerima elektron
dari bahan organik maka akan mengalami reduksi membentuk senyawa sulfida.
Penurunan konsentrasi sulfat akan meningkatkan pH tanah. Hal ini terjadi karena
senyawa sulfida :
Produksi H 2 S dan demikian juga bau yang tidak enak dari dalam kolam
adalah hasil aktivitas dari BPS contohnya genera Desulfovibrio, bakteri ini adalah
obligat anaerob yang berada pada bagian anaerob dan sedimen lumpur. Bakteri ini
semakin banyak sulfat dan semakin banyak bahan organik akan menstimulasi
(Pearson, 2003)
sulfat (BPS) efektif digunakan dalam proses bioremediasi tanah bekas tambang
pada tanah bekas tambang dengan efisiensi 89,76% dan meningkatkan pH tanah
bekas tambang dari 4,15 menjadi 6,66. Dari hasil penelitian Sitinjak (2016) yang
mengalami evolusi, yang mana sekarang beberapa dari bakteri tersebut mampu
hidup pada keadaan oksidasi dan bahkan bisa berespirasi dengan oksigen dan
pertumbuhan tanaman jagung dengan jenis isolate yang paling baik dalam
tanaman jagung dengan kondisi air tanah yang paling baik untuk meningkatkan
tanaman jagung ditunjukkan oleh isolate LK4 dengan kadar air tanah 110%KL
(populasi BPS 2,5x108; kadar sulfat tanah 29,10ppm; pH tanah 4,78ppm; tinggi
bibit kelapa sawit pada tanah sulfat masam. Penggunaan kapur dapat digantikan
dengan penggunaan inokulum kompos bakteri pereduksi sulfat pada tanah sulfat
masam.
tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan
aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Mikro flora dan fauna
tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, karena
karbon sebagai sumber energi (Atmojo, 2003). Dalam konteks tanah sulfat
dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat
diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik
tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air
bertambah baik, perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap
organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan
limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan
memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. Keunggulan kompos tandan kosong
kelapa sawit meliputi: kandungan kalium yang tinggi, tanpa penambahan starter
dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Kadar hara kompos tandan kosong
kelapa sawit mengandung N total (1,91%), K (1,51%), Ca (0,83 %), P (0,54 %),
(soil regenerator) yang bekerja secara ilmiah, menyimpan dan melepaskan hara
Pupuk Majemuk
utama. Efisiensi penyerapan unsur hari dari dalam tanah juga yang perlu
hara yang diberikan dapat hilang dari dalam tanah melalui pencucian ke lapisan
yang lebih dalam, tererosi, digunakan oleh gulma dan makhluk lainnya sehingga
unsur tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Tanah yang kurang subur
petani atau tukang kebun, sekaligus mengurangi biaya yang berkaitan dengan
meningkatkan panjang pelepah bibit pada umur 9 bulan, bobot kering tajuk dan
bobot kering akar bibit kelapa sawit di main nursery. Pemberian pupuk organik
dan P total bibit kelapa sawit di main nursery. Terdapat interaksi antara pupuk
NPK dan pupuk organik terhadap bobot kering akar bibit kelapa sawit di main
Kapur Dolomit
Bahan kapur [CaCO 3 , CaO atau Ca(OH) 2 ] yang masuk ke tanah, pertama
Selanjutnya kation Ca2+ akan melakukan reaksi pertukaran dengan kation H+ dan
Al3+ yang teradsorpsi di permukaan koloid tanah. Ion H+ dan Al3+ yang bebas,
setelah dipertukarkan dengan ion Ca2+, selanjutnya akan dinetralkan oleh sisa
asam kapur yaitu ion OH- sehingga tidak mengasamkan tanah lagi. Ion H+
bereaksi dengan OH- menjadi H 2 O yang netral; sedangkan ion Al3+ bereaksi
dengan OH- menjadi bentuk padat yang mengendap, Al(OH) 3 (Mukhlis et al,
2011).
Bahan kapur dalam tanah masam (dengan kadar Al3+ yang tinggi) setelah
bereaksi dengan H 2 O dan CO 2 menjadi kalsium karbonat yang larut dalam air.
Kalsium mengganti kedudukan Al3+ pada kompleks jerapan dan sebagian Al3+
CaCO 3 + H 2 CO 3 Ca(HCO 3 ) 2
Dalam tanah sulfat masam, kapur bereaksi dengan sulfat membentuk endapan
terjangkau, sehingga sering dipakai untuk mengapuri tanah. Bahan ini memiliki
kapur dolomit dapat meningkatkan pH tanah dan pertumbuhan bibit kelapa sawit
pada tanah sulfat masam. Dosis kapur dolomit yang terbaik yaitu setara 1 x Aldd.
tempat ± 32 meter di atas permukaan laut, dimulai pada bulan April 2016 sampai
sawitvarietas D X P dengan umur 3 bulan sebagai objek yang akan diamati, tanah
sulfat masam yang berasal dari PT Mopoli Raya Kebun Payarambe II sebagai
tanaman, pupuk NPK 15:15:15 sebagai penambah unsur hara, isolat bakteri
pereduksi sulfat yang berasal dari limbah sludge kertas Toba Pulp Lestari dengan
kode 4 yang berasal dari penelitian Sitinjak (2016) sebagai agen pereduksi sulfat,
kompos tandan kosong kelapa sawit yang berasal dari PT. Socfindo sebagai bahan
amandemen tanah, bahan kimia untuk pembuatan media (posgate-E) serta bahan
menghaluskan bahan yang akan dikomposkan, meteran untuk mengukur luas areal
yg dipakai dan tinggi tanaman, timbangan untuk menimbang bahan kimia, bahan
contoh tanah dan tanaman, ayakan tanah 10 mesh untuk menyaring contoh tanah
yang akan dianalisis, GPS (Global Positioning System) untuk menandai titik
sebagai tempat isolasi bakteri, autoklaf untuk mensterilkan bahan dan alat, tabung
reaksi (testtube) sebagai wadah media biakan bakteri, gelas beaker untuk
mengukur volume bahan kimia dan air, erlenmeyer sebagai wadah perbanyakan
isolat, jarum suntik digunakan untuk memasukkan isolat murni bakteri ke dalam
Metode Penelitian
P0 : 0 g/bibit
P1 : 2,5 g/bibit
i = 1, 2, 3,4,5,6 j= 1,2, 3 k = 1, 2, 3 l = 1, 2
Keterangan :
bakteri ke-l
maka akan dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan ujiDuncan Multiple
Pelaksanaan Penelitian
Kebun Kelapa Sawit Mopoli Raya Paya Rambe II, Kwala Simpang Aceh
Tamiang. Tanah yang diambil pada lapisan pirit sesuai dengan peta kebun.
Banyaknya bahan contoh tanah yang diambil berdasarkan luas blok kebun yang
akan diambil bahan tanahnya yaitu sebanyak 2 lubang per hektar sebagai pewakil
contoh bahan tanah yang akan dijadikan sebagai media tanam sesuai dengan
kedalaman pirit yang ada pada peta kebun PT. Mopoli Raya Aceh Tamiang.
Kompos
Kompos yang dibuat berasal dari bahan Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit didapat dari PT. Socfindo Indonesia.
keadaan tanah dilapangan. Tanah yang telah diayak lalu dilakukan pengukuran
kadar air tanah untuk menentukan berat tanah yang digunakan dalam percobaan
tekstur tanah sebagai data yang digunakan untuk mendukung penelitian. Analisis
awal kompos yang dilakukan adalah C organik dan N total serta rasio C/N untuk
Tanah yang sudah diambil dianalisis kadar air serta kapasitas lapang,
kemudian dicampur dengan kapur dolomit sesuai dosis perlakuan yang diberikan,
diaduk secara merata, disiram hingga kapasitas lapang dan diinkubasi selama 2
Koleksi isolat Bakteri Pereduksi Sulfat (Isolat LK4) yang berasal dari
limbah kertas Toba Pulp Lestari yang unggul yang telah melewati pengujian di
media (KH 2 PO 4 0,5g, NH 4 Cl 1g, Na 2 SO 4 1g, CaCl 2 .6H 2 O 1g, MgCl 2 .7H 2 O 2g,
Sodium Lactate 3,5g, Yeast Extract 1g, Ascorbic Acid 1g, Thioglycolic Acid
Sulfat yang unggul dan diperbanyak pada media cair yang dikerjakan secara steril
di ruang LAF (Laminar Air Flow) dan diinkubasi pada inkubator dengan suhu 35-
40°C selama ±4hari. Pertumbuhan Bakteri Pereduksi Sulfat dapat dilihat dengan
perhitungan kepadatan sel bakteri pada media cair yang sudah ditumbuhi oleh
dihitung kadar air, ditimbang dan dimasukkan ke dalam plastik dan divakum agar
kedap udara dengan jumlah kompos sesuai yang dibutuhkan pada percobaan yaitu
sebanyak 30ton/ha atau untuk setiap polibag setara dengan 150g kompos kering
oven untuk berat tanah setara 10 kg tanah kering oven. Setelah itu kompos
LAF (Laminar Air Flow) dalam keadaan steril dengan menggunakan jarum
suntik. Isolat murni cair tersebut dimasukkan ke dalam kompos sebanyak 10%
dari berat kering kompos yang digunakan atau 15 ml dari isolat cair murni.
selama ±4hari.
suntik ke dalam tanah, dosis yang diaplikasikan sesuai dengan dosis (10% dari
berat kering kompos) atau 15ml isolat cair murni yang diaplikasikan pada
kompos.
Penanaman
110% KL dan dilakukan pendataan awal tanaman seperti , tinggi dan diameter
batang tanaman.
Pemupukan
cara ditugal pada media tanam dengan dosis pupuk sesuai dengan perlakuan yang
dicobakan yaitu secara berturut-turut yaitu 0g/bibit (P0), dan 2,5g/bibit (P1)
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
lapang. Penyiraman dilakukan setiap sore hari. Kebutuhan volume air penyiraman
Penyiangan
media tanam yang terdapat pada polibag tiap tanaman yang dicobakan.
(OPT) yang menyerang tanaman yang dicobakan seperti serangga atau patogen
penyebab penyakit tanaman dengan melihat gejala serangan yang terlihat pada
bagian tanaman. Dosis dan konsestrasi pestisida kimia yang digunakan sesuai
percobaan setelah 8 bulan tercatat dari awal mulai penanaman bibit kelapa sawit.
Peubah Amatan
pada setiap dua minggu sekali pengamatan hingga selama 4 bulan dengan
membuat penanda yang merupakan standard titik awal pengukuran tinggi tanaman
tanaman pada setiap dua minggu sekali pengamatan hingga selama 6 bulan
dengan membuat penanda agar pengambilan data diamater batang dilakukan pada
bagian batang yang sama dengan menggunakan alat jangka sorong digital.
Analisis Tanah
sebagai berikut : Total Mikroba BPS (dengan menggunakan metode MPN (Most
Analisis Tanaman
Nilai rataan populasi bakteri pereduksi sulfat (BPS) dapat dilihat pada
Tabel 1. Total Populasi BPS pada perlakuan amandemen, pupuk NPK, dan BPS
Total Mikroba BPS
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bibit) P1(2,5g/bibit)
Cfu
B0 1,3 x 106 1,3 x 106 1,3 x 106
A0 (Tanpa Amandemen)
B1 7 x 105 7,3 x 106 4,01 x 106
Rataan Rataan A0 1,01 x 106 4,3 x 106 2,6 x 106b
A1(Kompos TKKS B0 2,5 x 108 2,5 x 108 2,5 x 108
30ton/ha) B1 2,5 x 108 2,5 x 108 2,5 x 108
Rataan rataan A1 2,5 x 108 2,5 x 108 2,5 x 108a
B0 1,46 x 108 1,3 x 108 1,38 x 108
A2(Kapur 1x Aldd)
B1 7,8 x 107 2,5 x 108 1,64 x 108
Rataan rataan A2 1,1 x 108 1,9 x 108 1,5 x 108ab
B0 (Tanpa Bakteri) 1,3 x 108 1,2 x 108 1,2 x 108
B1 (Diberi Bakteri) 1,0 x 108 1,6 x 108
1,3 x 108
Rataan 1,2 x 108 1,4 x 108
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRT
BPS pada pemberian Kompos TKKS 30 ton/ha atau Kapur 1 x Aldd berpengaruh
secara nyata meningkatkan total populasi BPS. Pada rataan populasi BPS dengan
Kapur 1xAldd (1,5x10-8). Hal ini dikarenakan kompos TKKS yang diaplikasikan
menjadi sumber energi bagi BPS. Sesuai dengan pernyataan Atmojo (2003) yang
menyatakan bahwa bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan
Terlihat dari tabel diatas bahwa interaksi dari pemberian bahan organik
dengan diberi isolat BPS tidak dapat meningkatkan populasi BPS karena pada
pemberian BPS yang diinteraksi dengan kapur atau kontrol kekurangan syarat
hidup BPS. Akan tetapi pada interaksi pemberian kompos TKKS dengan BPS
didapat total populasi bakteri tertinggi yang mana diharapkan isolat dapat tumbuh
dengan baik. Hal ini didukung oleh Widyawati (2007) yang menyatakan bahwa
dalam melakukan reduksi sulfat, BPS menggunakan sulfat sebagai sumber energi
yaitu sebagai akseptor elektron dan menggunakan bahan organik sebagai sumber
karbon (c).
Pemberian Bakteri dan Pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap total
populasi BPS. Hal ini berhubungan dengan syarat hidup bakteri pereduksi sulfat
yang merupakan bakteri obligat anaerob namun ada juga bakteri yang mampu
populasinya optimal. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Pearson (2003) yang
sebagai sumber pereduksi, jadi semakin banyak sulfat dan bahan organik akan
Tabel 2. dibawah ini menyajikan hasil kadar hara N setelah aplikasi bahan
Tabel 2. Kadar Hara N setelah pemberian bahan amandemen, pupuk, dan inokulasi
bakteri pereduksi sulfat
Kadar Hara N
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bibit) P1(2,5g/bibit)
%
B0 2,248 1,811 2,029
A0 (Tanpa Amandemen)
B1 1,860 2,332 2,096
Rataan Rataan A0 2,054 2,072 2,063
B0 2,698 2,603 2,651
A1 (Kompos TKKS 30ton/ha)
B1 2,580 2,428 2,504
Rataan rataan A1 2,639 2,516 2,577
B0 2,276 1,886 2,081
A2 (Kapur 1x Aldd)
B1 2,610 2,289 2,449
Rataan rataan A2 2,443 2,087 2,265
B0 (Tanpa Bakteri) 2,408 2,100 2,254
B1 (Diberi Bakteri) 2,350 2,350 2,350
Rataan 2,379 2,225
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRT
kadar hara N daun tidak berbeda nyata setiap perlakuan. Pada rataan yang diberi
kompos TKKS (2,577%) lebih tinggi dibanding kontrol (2,063%) dan kapur
1xAldd (2,265%).
berbeda nyata secara statisktik, namun terdapat peningkatan. Terlihat pada rataan
diberi BPS (2,350%) lebih tinggi dibanding tidak diberi BPS (2,254%). Hal ini
isolat bakteri pereduksi sulfat dengan kode LK(4) dapat menurunkan kadar sulfat
BPS yang sama dengan penelitian ini. Penurunan kadar sulfat tanah
peningkatan apabila diberikan BPS, namun pada pemberian kompos TKKS dan
diberi BPS tidak meningkatkan kadar hara N daun. Hal ini disebabkan pada
kompos TKKS telah memiliki unsur hara N yang cukup tinggi sehingga
(2,504%). Hal ini didukung oleh penelitian Hayat dan Handayani (2014) yang
hara yang ada didalam tanah dengan kadar hara kompos TKKS mengandung N
Tabel 3. dibawah ini menyajikan hasil kadar hara P setelah aplikasi bahan
Tabel 3. Kadar Hara P setelah pemberian bahan amandemen, pupuk, dan inokulasi
bakteri pereduksi sulfat
Kadar Hara P
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bibit) P1(2,5g/bibit)
%
A0 (Tanpa Amandemen) B0 0,143 0,129 0,136
B1 0,155 0,167 0,161
Rataan Rataan A0 0,149 0,148 0,148
A1(Kompos TKKS 30ton/ha) B0 0,177 0,170 0,173
B1 0,226 0,158 0,192
Rataan rataan A1 0,202 0,164 0,183
A2(Kapur 1x Aldd) B0 0,167 0,136 0,152
B1 0,180 0,148 0,164
Rataan rataan A2 0,173 0,142 0,158
B0 (Tanpa Bakteri) 0,162 0,145 0,154
B1 (Diberi Bakteri) 0,187 0,158 0,172
Rataan 0,175 0,151
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRT
sulfat terhadap kadar hara P daun adalah perlakuan A1B1P0 sebesar 0.226% dan
tidak nyata.
NPK dengan Inokulum BPS, dan bahan amandemen dengan inokulum BPS tidak
nyata secara statistik pada kadar hara P pada tanaman kelapa sawit. Perlakuan
pada tanaman kelapa sawit terlihat meningkat dibanding kapur dolomit 1 x Aldd
populasi BPS didalam tanah yang mana BPS tersebut berfungsi menurunkan asam
sulfat di dalam tanah sulfat masam, yang mana akan meningkatkan pH.
Pemberian Isolat BPS pada tanah sulfat masam dapat meningkatkan kadar
hara P pada tanaman kelapa sawit. Dapat dilihat dari tabel rataan pemberian isolat
BPS 0,172% lebih tinggi daripada tidak diberi isolat 0,154%. Pemberian pupuk
NPK dengan dosis 2,5gram per bibit menurunkan kadar hara P pada tanaman
kelapa sawit. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan hara P pada tanah sulfat
masam.
Menurut Widjaya Adhi (1986) pada tanah sulfat masam pirit yang
teroksidasi, Akumulasi ion Al3+ yang tinggi pada permukaan akar sehingga
meningkatkan kadar hara pada tanaman kelapa sawit terlihat seperti tabel
Tabel 4. dibawah ini menyajikan hasil kadar hara P setelah aplikasi bahan
Kadar Hara K
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bibit) P1(2,5g/bibit)
%
A0 (Tanpa Amandemen) B0 1,455 1,303 1,379
B1 1,661 1,592 1,627
Rataan Rataan A0 1,558 1,448 1,503
A1(Kompos TKKS 30ton/ha) B0 1,581 1,510 1,545
B1 2,019 1,437 1,728
Rataan rataan A1 1,800 1,474 1,637
A2(Kapur 1x Aldd) B0 1,441 1,510 1,475
B1 1,623 1,659 1,641
Rataan rataan A2 1,532 1,584 1,558
B0 (Tanpa Bakteri) 1,492 1,441 1,467
B1 (Diberi Bakteri) 1,768 1,563 1,665
Rataan 1,630 1,502
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRT
sulfat terhadap kadar hara K daun adalah perlakuan A1B1P0 sebesar 2,019%
inokulum BPS dapat meningkatkan kadar hara K di dalam daun. Dimana rataan
(1,467%).
Kdaun tabaman kelapa sawit adalah pemberian TKKS (30ton/ha) dengan rataan
kadar hara K 1,637%. Pemberian pupuk NPK dengan dosis 2,5g/bibit tidak dapat
meningkatkan kadar hara K dikarenakan dosis pupuk yang rendah dan pupuk
Hasil pengukuran pertambahan tinggi bibit kelapa sawit dapat dilihat pada
Tabel 5. Pertambahan tinggi tanaman dua puluh delapan minggu setelah aplikasi
bahan amandemen, pupuk, inokulum bakteri pereduksi sulfat
Tinggi Tanaman (cm)
Bakteri Pupuk NPK
Bahan Amandemen Rataan
(LK4) P0(0g/bbt) P1(2,5g/bbt)
Cm
A0 (Tanpa Amandemen) B0 53,76 59,50 56,63
B1 59,78 55,52 57,65
Rataan Rataan A0 56,77 57,50 57,14b
A1(Kompos TKKS
B0 68,75 61,27 65,01
30ton/ha)
B1 67,90 65,10 66,50
Rataan rataan A1 68,33 63,18 65,75a
A2(Kapur 1x Aldd) B0 63,10 62,45 62,78
B1 60,25 63,73 61,99
Rataan rataan A2 61,68 63,09 62,38ab
B0 (Tanpa Bakteri) 61,87 61,07 61,47
B1 (Diberi Bakteri) 62,64 61,45 62,05
Rataan 62,26 61,26
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 5% menurut uji DMRTa
cm dan tinggi tanaman yang terendah yaitu perlakuan A0P0B0 yaitu 53,76 cm.
tanaman (65,75 cm) secara nyata jika dibanding dengan kontrol (57,14 cm). Hal
ini berkaitan dengan reaksi bakteri tersebut untuk mereduksi sulfat yang mana
dibanding dengan kontrol dengan nilai pertambahan tinggi tanaman 62,38cm dan
kapur dolomit dengan 1 x Aldd dapat meningkatkan pH tanah dari tanah sulfat
pertumbuhan, yang mana hara tersebut bisa tersedia apabila sulfat pada tanah
sulfat masam dapat tereduksi, yang mana pada perlakuan ini BPS akan optimal
dalam mereduksi sulfat apabila diberi Carrier. Hal ini didukung dengan
pernyataan Noor (2004) yang menyatakan bahwa dalam konteks tanah sulfat
70
60
50
A0 (Tanpa Bahan
40 Amandemen)
30
A1 (Kompos 30ton/ha)
20
10
A2 (Kapur Dolomit 1xaldd)
0
MingguMingguMingguMingguMingguMingguMinggu
ke- 4 ke-8 ke- 12 ke- 16 ke-20 ke- 24 ke- 28
70
Pertambahan TInggi Tanaman (cm)
60
50
40
B0 (Tanpa BPS)
30
B1 (Diberi BPS)
20
10
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke- 4 ke-8 ke- 12 ke- 16 ke-20 ke- 24 ke- 28
belum dapat meningkatkan pertambahan tinggi bibit kelapa sawit hingga minggu
ke 16. Setelah minggu ke- 20, pemberian bakteri sulfat dapat meningkatkan
minggu ke- 12 setelah tanam. Pada minggu ke- 16 setelah tanam, pemberian
sawit tertinggi.
dengan selisih yang sedikit, dan tidak nyata secara statistik. Hal ini berkaitan
tanah yang mana menurut Hanafiah et al (2009) bakteri pereduksi sulfat mampu
mereduksi sulfat tanpa menggunakan bahan organik yang diberikan apabila tanah
tersebut dalam kondisi pemberian kadar air telah mencapai 110% kapasitas
lapang. Namun kemampuan bakteri tersebut tidak sebaik apabila diberi perlakuan
amandemen, pupuk, dan inokulum bakteri pereduksi sulfat dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
A0P1B0 yaitu 30,48 mm. Hal ini disebabkan pada tanah sulfat masam pH tanah
sangat ekstrim jika tidak diberi perlakuan kompos TKKS atau Kapur, yang mana
bila pH tanah sangat masam mengakibatkan pemupukan tidak efektif dan pupuk
sangat mudah tercuci dan tidak bisa diserap oleh akar tanaman kelapa sawit.
pertambahan diameter batang terlihat dari rataan pemberian pupuk NPK (33,15
mm) dibandingkan dengan kontrol (33,18 mm). Hal ini berkaitan dengan
pemberian dosis pupuk yang sedikit dibandingkan pemberian dosis pupuk di main
sulfat selama 28 minggu setelah tanam dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
40
Pertambahan Diameter Batang (mm)
35
30
25 A0 (Tanpa Bahan
20 Amandemen)
A1 (Kompos 30ton/ha)
15
10 A2 (Kapur Dolomit 1xaldd)
5
0
10
5
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Ke- 4 Ke- 8 Ke- 12 Ke- 16 Ke- 20 Ke- 24 Ke- 28
minggu ke- 28. Pemberian kapur dolomit 1 x Aldd tidak lebih baik dalam
terlihat bahwa pemberian TKKS dan diberi pupuk dan pemberian Kapur diberi
Pupuk menambah pertambahan diameter batang dibanding tidak diberi pupuk. Hal
ini diakibatkan pupuk lebih optimal bila dikombinasikan dengan kapur dan
carrier bagi BPS yang menyebabkan menurunnya kadar sulfat masam yang
Kesimpulan
Saran
dapat diberikan oleh penulis, yaitu cara pengapliasian dan dosis pupuk NPK pada
Adnan, I. S., Utoyo., A. Kusumastuti, 2015. Pengaruh Pupuk NPK dan Pupuk
Organik terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery. Jurnal Agro Industri Vol 3(2)
hal 69-81.
Anwar, K., M. Noor, 1993. Pengaruh Pemberian Kapur dan Fosfat Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Pasang Surut Sulfat Masam.
Risalah Hasil Penelitian Kacang-kacangan 1990-1993. Baktian.
Banjarbaru.
Dent, D., 1986. Acid Sulphate Soils : a Baseline for Research and Development.
ILRI. Wageningen. Publ. No. 39 The Netherland.
Hayat, E. S., S. Andayani. Pengelolaan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit dan
Aplikasi Biomassa Chromolaena Odorata terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Padi Serta Sifat Tanah Sulfaquent. Jurnal Teknologi Pengelolaan
Limbah Vol 17(2) hal 44-51.
Mukhlis, Sarifuddin, H. Hanum, 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. USU
Press. Medan. Hal 204-208
Ramadhan, M., Asmarlaili S. H., dan Hardy, G., 2017. Respon Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Pemberian Kapur
Dolomit, Pupuk dan Bakteri Pereduksi Sulfat pada Tanah Sulfat Masam di
Rumah Kaca. SKRIPSI. USU. Medan.
Sahar, A. H., T. Sabrina, H. Guchi, 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. USU Press.
Medan. Hal 329-334.
Sitinjak, M. A., dan Asmarlaili, S. H., 2017. Isolasi dan Uji Potensi Bakteri
Pereduksi Sulfat dari Berbagai Sumber Terhadap Perubahan Media
Tumbuh di Lobarotarium. SKRIPSI. USU. Medan.
Sudarno, Y., Asmarlaili, S. H., Mariani., S., 2017. Uji Potensi Isolat Bakteri
Pereduksi Sulfat Terhadap Perubahan Kemasaman Tanah Sulfat Masam
Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung Dengan Kondisi Air Tanah Berbeda
Di Rumah Kasa. SKRIPSI. USU. Medan.
Widjaya Adhi., I. P. G. 1986. Pengelolaan Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak.
Jurnal Litbang Pertanaian 5. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
-Tanah
- Kompos
Parameter Metode Uji Satuan Nilai Kriteria
Kadar Air Oven %
Ntotal Kjeldahl %
Corganik Ashing %
C/N - %
Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Bibit Kelapa Sawit
Keunggulan :
- Quick starter dan persentase mesokarp per buah yang cukup tinggi
- Memiliki potensi produksi CPO dan PKO yang lebih tinggi dibandingkan
varietas lainnya
- Ractis yang relatif pendek (Compact palm) dan potensi CPO hingga
8,3ton/ha/thn.
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 4
Ulangan 6
A2P0B0 A2P0B1
A2P1B0 A2P1B1
T B
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III IV V VI
A0 P0 B0 54,6 47 59,2 60 55 46,8 322,6 53,77
B1 74,7 58 33,5 69,9 69,2 53,4 358,7 59,78
P1 B0 54,7 59 61,6 65,9 48,6 67,2 357 59,50
B1 47,9 53,6 67,7 44,3 57,7 61,9 333,1 55,52
A1 P0 B0 68,5 67,5 66,2 83,2 63 64,1 412,5 68,75
B1 70,5 63,7 66,7 68,5 63,9 74,1 407,4 67,90
P1 B0 71,2 54,4 55,8 53,1 56,7 76,4 367,6 61,27
B1 68,9 78,5 50 71,6 38,6 83 390,6 65,10
A2 P0 B0 68 67,5 58,3 58,4 70 56,4 378,6 63,10
B1 61,3 54,2 54,1 63,4 57,9 70,6 361,5 60,25
P1 B0 76,2 59,7 42,2 56 65,8 74,8 374,7 62,45
B1 71,7 54,9 70,5 60,8 54,8 69,7 382,4 63,73
Total 788,2 718 685,8 755,1 701,2 798,4 4446,7
Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
181,356 2,04881 2,38282 3,36996
Blok 5 906,784 tn
8 8 3 2
1309,75 119,068 1,34513 1,96754 2,58865
Perlakuan 11 tn
2 3 5 7 1
904,101 5,10689 3,16499 5,01321
A 2 452,051 **
9 5 3 9
17,9001 17,9001 0,20222 4,01619 7,11937
P 1 tn
4 4 1 5 6
0,06723 4,01619 7,11937
B 1 5,95125 5,95125 tn
2 5 6
155,988 77,9943 0,88111 3,16499 5,01321
A*P 2 tn
6 1 5 3 9
0,09762 3,16499 5,01321
A*B 2 17,2825 8,64125 tn
2 3 9
0,70013 0,70013 4,01619 7,11937
P*B 1 0,00791 tn
9 9 5 6
207,826 103,913 1,17392 3,16499 5,01321
A*P*B 2 tn
9 5 8 3 9
4868,47 88,5177
Error 55
8 8
7085,01
Total 71
3
K 15%
Ulangan Rataa
Perlakuan Total
I II III IV V VI n
A P B
0 0 0 27,15 33,86 26,01 39,40 32,54 26,22 185,18 30,86
B
1 36,19 31,81 30,77 37,42 35,52 40,17 211,88 35,31
P B
1 0 22,94 33,35 29,45 35,36 29,43 32,34 182,87 30,48
B
1 27,77 27,37 32,11 29,70 32,81 33,31 183,07 30,51
A P B
1 0 0 40,00 32,67 35,71 37,89 34,49 32,50 213,26 35,54
B
1 33,46 30,67 39,13 36,54 34,69 29,21 203,70 33,95
P B
1 0 30,83 36,87 31,54 31,86 40,58 43,83 215,51 35,92
B
1 34,78 38,02 28,25 35,26 29,04 41,31 206,66 34,44
A P B
2 0 0 32,81 29,02 33,60 24,91 40,56 38,04 198,94 33,16
B
1 34,80 28,30 29,50 30,59 29,98 28,38 181,55 30,26
P B
1 0 31,03 30,70 37,62 38,14 33,48 35,68 206,65 34,44
B
1 35,37 31,39 36,31 33,44 28,68 33,29 198,48 33,08
387,1 384,0 390,0 410,5 401,8 414,2 2387,7
Total
3 3 0 1 0 8 5
Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
67,7738 13,5547647 0,79717364 2,38282 3,36996 t
Blok 5 2 2 8 3 2 n
Perlakua 298,469 27,1335710 1,59576121 1,96754 2,58865 t
n 11 3 9 6 7 1 n
127,371 63,6858430 3,74544869 3,16499 5,01321
A 2 7 6 2 3 9 *
0,02240 0,02240138 0,00131745 4,01619 7,11937 t
P 1 1 9 5 5 6 n
4,04701 4,01619 7,11937 t
B 1 2 4,0470125 0,23801016 5 6 n
66,7579 33,3789680 1,96306127 3,16499 5,01321 t
A*P 2 4 6 5 3 9 n
K
K 12%
Kadar Hara N
Perlakuan Total Rataan
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
A0P0B0 3,318 1,911 1,514 6,743 2,248
A0P0B1 2,162 1,703 1,717 5,581 1,860
A0P1B0 2,133 1,523 1,778 5,433 1,811
A0P1B1 2,464 2,661 1,872 6,997 2,332
A1P0B0 2,752 2,554 2,790 8,095 2,698
A1P0B1 3,083 2,066 2,589 7,739 2,580
A1P1B0 2,064 2,992 2,753 7,809 2,603
A1P1B1 2,791 2,286 2,208 7,285 2,428
A2P0B0 2,242 2,807 1,781 6,829 2,276
A2P0B1 2,656 3,292 1,883 7,831 2,610
A2P1B0 1,542 1,963 2,152 5,657 1,886
A2P1B1 3,248 1,937 1,681 6,866 2,289
Total 30,453 27,696 24,717 82,866
Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
Blok 2 1,37202 0,68601153 1,38882 3,16499 5,01322 tn
Perlakuan 11 3,14929 0,2862993 0,57961 1,96755 2,58865 tn
A 2 1,6117 0,8058489 1,63143 3,16499 5,01322 tn
P 1 0,21332 0,2133208 0,43187 4,0162 7,11938 tn
B 1 0,08331 0,0833092 0,16866 4,0162 7,11938 tn
A*P 2 0,21397 0,1069844 0,21659 3,16499 5,01322 tn
A*B 2 0,40183 0,2009159 0,40675 3,16499 5,01322 tn
P*B 1 0,21252 0,212521 0,43025 4,0162 7,11938 tn
A*P*B 2 0,41264 0,2063213 0,41769 3,16499 5,01322 tn
Error 11 5,433 0,4939525
Total 35 9,955
KK 30,5329
Kadar P
Sampel Total Rataan
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
A0P0B0 0,194 0,100 0,136 0,430 0,143
A0P0B1 0,121 0,136 0,207 0,465 0,155
A0P1B0 0,136 0,118 0,132 0,386 0,129
A0P1B1 0,148 0,198 0,156 0,502 0,167
A1P0B0 0,189 0,185 0,156 0,530 0,177
A1P0B1 0,221 0,241 0,217 0,679 0,226
A1P1B0 0,156 0,185 0,168 0,509 0,170
A1P1B1 0,158 0,156 0,160 0,474 0,158
A2P0B0 0,156 0,217 0,129 0,501 0,167
A2P0B1 0,189 0,198 0,152 0,539 0,180
A2P1B0 0,121 0,140 0,148 0,409 0,136
A2P1B1 0,194 0,090 0,160 0,443 0,148
Total 1,98349 1,9627 1,9191 5,86529
Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
Blok 2 0,00018 0,00008999 0,04319 3,164993 5,013219 tn
Perlakuan 11 0,021499 0,001954453 0,938023 1,967547 2,588651 tn
A 2 0,007489 0,003744696 1,797235 3,164993 5,013219 tn
P 1 0,004935 0,004935297 2,368654 4,016195 7,119376 tn
B 1 0,00316 0,003160126 1,516676 4,016195 7,119376 tn
A*P 2 0,0023 0,001150015 0,55194 3,164993 5,013219 tn
A*B 2 0,000254 0,000127069 0,060986 3,164993 5,013219 tn
P*B 1 0,000321 0,000321067 0,154093 4,016195 7,119376 tn
A*P*B 2 0,003039 0,001519465 0,729254 3,164993 5,013219 tn
Error 11 0,023 0,002083587
Total 35 0,045
KK 28,01682
Kadar K
Sampel Total Rataan
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
A0P0B0 1,785 1,069 1,510 4,364 1,455
A0P0B1 1,256 1,624 2,104 4,984 1,661
A0P1B0 1,380 1,348 1,182 3,910 1,303
A0P1B1 1,527 1,971 1,278 4,775 1,592
A1P0B0 1,899 1,477 1,367 4,743 1,581
A1P0B1 2,019 2,269 1,769 6,057 2,019
A1P1B0 1,332 1,762 1,437 4,530 1,510
A1P1B1 1,500 1,496 1,315 4,311 1,437
A2P0B0 0,991 1,571 1,763 4,324 1,441
A2P0B1 1,533 1,597 1,739 4,868 1,623
A2P1B0 1,487 1,518 1,524 4,529 1,510
A2P1B1 1,679 1,209 2,089 4,977 1,659
Total 18,387 18,909 19,075 56,372
Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
Blok 2 0,02148 0,01074144 0,05882 3,16499 5,01322 tn
Perlakuan 11 1,04058 0,0945978 0,51801 1,96755 2,58865 tn
A 2 0,10877 0,0543865 0,29781 3,16499 5,01322 tn
P 1 0,14781 0,1478146 0,80942 4,0162 7,11938 tn
B 1 0,35454 0,3545409 1,94143 4,0162 7,11938 tn
A*P 2 0,21638 0,1081884 0,59243 3,16499 5,01322 tn
A*B 2 0,01126 0,0056297 0,03083 3,16499 5,01322 tn
P*B 1 0,05322 0,0532225 0,29144 4,0162 7,11938 tn
A*P*B 2 0,14859 0,0742945 0,40683 3,16499 5,01322 tn
Error 11 2,009 0,1826188
Total 35 3,071
kk 27,2907
Total BPS
Sampel Total Rataan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
A0P0B0 9,5 x 10 5 1,5 x 10 6 1,5 x 10 6 3,95 x 10 6 1,31 x 10 6
A0P0B1 4,5 x 10 5 1,5 x 10 6 1,5 x 10 5 2,1 x 10 6 7 x 10 5
A0P1B0 9,5 x 10 5 1,5 x 10 6 1,5 x 10 6 3,95 x 10 6 1,31 x 10 6
A0P1B1 2,5 x 10 6 4,5 x 10 6 1,5 x 10 7 2,2 x 10 7 7,33 x 10 6
A1P0B0 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 7,5 x 10 8 2,5 x 10 8
A1P0B1 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 7,5 x 10 8 2,5 x 10 8
A1P1B0 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 7,5 x 10 8 2,5 x 10 8
A1P1B1 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 7,5 x 10 8 2,5 x 10 8
A2P0B0 9,5 x 10 7 2,5 x 10 8 9,5 x 10 7 4,4 x 10 8 1,46 x 10 8
A2P0B1 9,5 x 10 7 9,5 x 10 7 4,5 x 10 7 2,35 x 10 8 7,83 x 10 7
A2P1B0 2,5 x 10 8 4,5 x 10 7 9,5 x 10 7 3,9 x 10 8 1,3 x 10 8
A2P1B1 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 2,5 x 10 8 7,5 x 10 8 2,5 x 10 8
Total 1,69 x 10 9 1,64 x 10 9 1,50 x 10 9 4,84 x 10 9
Lampiran 17. Data Sidik Ragam Total Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat
Analisis ragam
SK db JK KT Fhitung F5% F1%
Blok 2 1,67009E+15 835046319444416 0,235799075 3,98 5,01 tn
Perlakuan 11 4,1872E+17 3,80655E+16 10,74886814 2,81 2,58 **
A 2 3,72009E+17 1,86005E+17 52,52371504 3,98 5,01 **
P 1 6,53133E+15 6,53133E+15 1,844307782 4,84 7,11 tn
B 1 8,14151E+14 8,14151E+14 0,229898719 4,01 7,11 tn
A*P 2 1,15204E+16 5,76021E+15 1,626558709 3,16 5,01 tn
A*B 2 1,2098E+15 6,04901E+14 0,170811031 3,16 5,01 tn
P*B 1 9,503E+15 9,503E+15 2,683442373 4,01 7,11 tn
A*P*B 2 1,71321E+16 8,56604E+15 2,418865542 3,16 5,01 tn
Error 11 38954815694444500 3,54135E+15
Total 35 459345085555556000
KK 44,19912944