Anda di halaman 1dari 136

OPTIMASI PRODUKSI TEPUNG MOCAF (MODIFIED CASSAVA

FLOUR) DENGAN MESIN ROTARY DRYER MENGGUNAKAN


METODE RESPON PERMUKAAN

SKRIPSI

Oleh:

NURMA ANDARINI SELIAN


140305009 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


OPTIMASI PRODUKSI TEPUNG MOCAF (MODIFIED CASSAVA
FLOUR) DENGAN MESIN ROTARY DRYER MENGGUNAKAN
METODE RESPON PERMUKAAN

SKRIPSI

Oleh:

NURMA ANDARINI SELIAN


140305009 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Skrispi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Judul Skripsi : Optimasi Produksi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour)
dengan Mesin Rotary Dryer menggunakan Metode Respon
Permukaan
Nama : Nurma Andarini Selian
NIM : 140305009
Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan

Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing

Ridwansyah, STP, M.Si. Ir. Sentosa Ginting, MP.


Ketua Anggota

Mengetahui:

Prof. Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si


Ketua Program Studi

Tanggal Lulus : 20 Maret 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa segala persyaratan dalam skripsi yang
berjudul “Optimasi Produksi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour)
dengan Mesin Rotary Dryer menggunakan Metode Respon Permukaan”
adalah benar merupakan gagasan dan hasil pemikiran saya sendiri di bawah
arahan pembimbing. Semua data dan informasi yang digunakan dalam skripsi ini
telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir skripsi serta dapat diperiksa kebenarannya. Skripsi ini juga belum pernah
diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi sejenis di
Perguruan Tinggi lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, April 2019

(Nurma Andarini Selian)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

NURMA ANDARINI SELIAN : Optimasi Produksi Tepung Mocaf (Modified


Cassava Flour) dengan Mesin Rotary Dryer Menggunakan Metode Respon
Permukaan dibimbing oleh RIDWANSYAH dan SENTOSA GINTING.
Penelitian ini digunakan untuk meningkatkan produksi tepung mocaf
dengan mengganti proses pengeringan mocaf dari menggunakan pengeringan
matahari menggunakan pengeringan berbasis mekanis yaitu rotary dryer yang
tidak bergantung pada cuaca, proses pengeringan yang singkat dan dapat
mengeringkan mocaf dalam skala besar. Penelitian ini dilakukan di Rumah
Tepung dan Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan, Fakultas Pertanian USU,
Medan, menggunakan desain percobaan metode respon permukaan 3 faktor yaitu
suhu (X1 : 40oC, 50oC, 60oC), waktu (X2 : 6 jam, 7 jam, 8 jam) dan jumlah chips
mocaf (X3 : 5 kg, 10 kg, dan 15 kg). Dari percobaan yang optimal di analisa
kualitas fisik, kimia dan fungsional tepung mocaf dan tepung ubi kayu dengan
berbagai metode pengeringan yaitu matahari, rotary dryer, dan kombinasi
matahari dan rotary dryer. Parameter yang dianalisa adalah laju pengeringan,
kadar air, efisiensi gas, kadar abu, swelling power, densitas kamba, daya serap air,
daya serap minyak, baking expansion, derajat putih, kadar pati, kadar amilosa, dan
kadar amilopektin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu, waktu pengeringan, dan
jumlah chips mocaf berpengaruh signifikan terhadap respon kadar air, efisiensi
gas, dan baking expansion tepung mocaf yang dihasilkan. Suhu 50oC, waktu
pengeringan 7 jam, dan jumlah chips mocaf 10 kg adalah desain optimal dari
faktor untuk menghasilkan respon yang sesuai standar tepung mocaf. Metode
pengeringan tepung mocaf dan tepung ubi kayu memberikan pengaruh yang
sangat nyata untuk kadar air, kadar abu, daya serap air, daya serap minyak, baking
expansion, derajat putih, kadar pati, kadar amilosa, dan kadar amilopektin, serta
berpengaruh nyata untuk swelling power.

Kata kunci : mocaf, rotary dryer, metode respon permukaan, metode pengeringan

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

NURMA ANDARINI SELIAN : Optimization Of Mocaf Flour Production


(Modified Cassanova Flour) With Rotary Dryer Machine Using Surface Response
Method supervised by RIDWANSYAH and SENTOSA GINTING.
This study was applied to increase mocaf flour production by replacing
mocaf drying process from using solar drying to mechanical based drying that is
rotary dryer which doesn't depend on weather, brief drying process and able to
dry in large scale. This study performed at Flour House and Food Chemistry
Analysis Laboratory, Agriculture Faculty, Universitas Sumatera Utara Medan
using Surface Response experimental design method with three factors namely
temperature (X1: 40oC, 50 oC, 60oC), period (X2: 6 hr, 7 hr, 8 hr) and the amount
of mocaf chips (X3: 5 kg, 10 kg, and 15 kg). From the optimal experiment were
analyzed physical quality, chemical and functional mocaf and cassava flours with
various drying method consist of solar, rotary dryer and the combination of solar
and rotary dryer. The parameters analyzed were drying rate, water level, gas
efficiency, ash content, swelling power, cage density, water absorption, oil
absorption, baking expansion, white degree, starch content, amylose content and
amylopectin levels.
The results of this study indicated that the period of drying and the amount
of mocaf chips had significant effect on the response of water level, gas efficiency
and baking expansion mocaf flour produced. Temperature of 50oC, 7 hours drying
period and 10 kg mocaf chips was an optimal design of the factors to deliver the
result according to standard of mocaf flour. Mocaf and Cassava flours drying
method provides the highly significant effect for water level, ash content, water
absorption, oil absorption, baking expansion, white degree, starch content,
amylose content and amylopectin levels, with real effect for swelling power.

Keywords: mocaf, rotary dryer, surface response method, drying method

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

NURMA ANDARINI SELIAN dilahirkan di Medan pada tanggal 23 Mei

1996 dari ayahanda Rahman Effendi Selian dan ibunda Sutarsih. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di

TK Islam Taqarrub (2001-2002), SD Sultan Iskandar Muda Medan (2003-2008),

SMP Sultan Iskandar Muda Medan (2009-2011), dan SMA Sultan Iskandar Muda

Medan (2012-2014). Penulis berhasil masuk ke Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2014.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Socfindo SSPL Bangun

Bandar pada tanggal 25 Agustus- 25 September 2017.

Penulis aktif dalam kepengurusan Ikatan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi

Pangan (IMITP) sebagai anggota. Penulis pernah mendapatkan beasiswa dari

DIKTI dalam program BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa). Penulis juga ikut serta

sebagai salah satu anggota dalam pengabdian masyarakat bersama dosen Fakultas

Pertanian dan Wakil Rektor I Universitas Sumatera Utara dengan judul

Pemanfaatan dan Pelestarian Pertanian Kelapa dan Pengolahan Produk dengan

Bahan Dasar Kelapa pada tahun 2017. Selain itu, penulis menjadi asisten di

Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan.

Penulis menyelesaikan tugas akhirnya untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknologi Pangan pada program studi Ilmu dan Teknologi Pangan dengan

melakukan penelitian yang berjudul ”Optimasi Produksi Tepung Mocaf (Modified

Cassava Flour) Menggunakan Mesin Rotary Dryer Menggunakan Metode

Respon Permukaan”.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang

berjudul “Optimasi Produksi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour)

Menggunakan Mesin Rotary Dryer Menggunakan Metode Respon Permukaan”.

Pada penulisan skripsi ini penulis telah dibantu oleh berbagai pihak, maka

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

2. Kedua orang tua tercinta dari penulis yang telah memberikan berbagai

dukungan. Terima kasih atas doa, semangat, kasih sayang, dan perhatian yang

sudah diberikan.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan.

4. Bapak Ridwansyah, STP , M. Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing Skripsi.

Terima kasih atas bimbingan, motivasi, koreksi, dan saran yang membangun

selama ini.

5. Bapak Ir. Sentosa Ginting, MP. selaku Anggota Komisi Pembimbing Skripsi.

Terima kasih atas bimbingan, motivasi, koreksi, dan saran yang membangun

selama ini.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Ilmu dan Teknologi

Pangan.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

7. Teman yang baik Nursarah, Nazhifa Mahfuzhah, dan Kansari dan abang

kakak 2013 atas segala motivasi dan dukungan serta bantuan dan selalu sedia

menjawab segala pertanyaan.

8. Teman yang hebat dan mengagumkan Raudha, Astri, Humaira, Bunga,

Nesya, Ria, Elis, Nidiya, Nisna, Fitri Eka, Amilia, Riska dan Fakhri atas

segala motivasi, dukungan, bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan

dan penelitian.

9. Teman seperjuangan Ilmu dan Teknologi Pangan 2014, terima kasih atas

kebersamaan, kerjasama, bantuan dan motivasinya kepada penulis selama

perkuliahan dan penelitian di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan.

10. Yang terkasih dan tersayang Dimas Bagus Nugraha Sitorus dan Inal, Suci

Heriani, Nabila, dan Indah atas segala bantuan, motivasi dan saling

menyemangati selama masa sekolah hingga selesai penelitian.

11. Asisten Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan, dan asisten

Laboratorium Mikrobiologi dan Pegawai CIKAL (Bu Ita) terima kasih atas

kerjasama, bantuan dan motivasinya selama penelitian berlangsung.

12. Terima kasih kepada DIKTI yang telah memberikan beasiswa BBM (Bantuan

Belajar Mahasiswa) selama saya kuliah sejak tahun 2015-2017.

Terima kasih atas kebersamaannya dan semua pihak yang telah membantu

dan tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan

skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang

membutuhkan.

Medan, April 2019

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Hal
ABSTRAK .................................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................ 1
Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
Kegunaan Penelitian............................................................................. 4
Hipotesis Penelitian.............................................................................. 5

TINJAUAN PUSTAKA
Ubi kayu (Manihot utilissima) ............................................................. 6
Kandungan gizi ubi kayu (Manihot utilissima) ............................. 7
Manfaat Ubi kayu ......................................................................... 7
Modified Cassava Flour (Mocaf) ........................................................ 9
Manfaat tepung mocaf .................................................................. 10
Bakteri Asam Laktat dalam fermentasi mocaf ............................ 10
Metode Pengeringan ............................................................................ 11
Rotary dryer ................................................................................. 12
Metode Respon Permukaan ................................................................ 16

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 20
Bahan dan Reagensia Penelitian .......................................................... 20
Alat Penelitian ...................................................................................... 20
Metode Penelitian................................................................................. 21
Model Rancangan................................................................................. 22
Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 23
Pembuatan Tepung Ubi Kayu Termodifikasi ..................................... 23
Pengamatan dan Metode Pengukuran Data ......................................... 27
Penentuan Derajat Putih ...................................................................... 28

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii

Penentuan Kadar Air ........................................................................... 28


Penentuan Kadar Abu .......................................................................... 28
Penentuan Daya Serap Air/Daya Serap Minyak ................................. 29
Penentuan Densitas Kamba ................................................................. 30
Penentuan Swelling Power ................................................................. 30
Penentuan Uji Baking Expansion ....................................................... 30
Penentuan Kadar Pati ......................................................................... 31
Penentuan Kadar Amilosa dan Amilopektin ...................................... 32
Skema Penelitian ................................................................................. 33

HASIL DAN PEMBAHASAN


Rancangan desain metode respon permukaan pada pengeringan chips
mocaf dengan faktor suhu, waktu dan kuantitas chips ........................ 35
Optimasi waktu pengeringan, berat chips mocaf, dan suhu pada
pengeringan tepung mocaf dengan rotary dryer dengan metode
respon permukaan ................................................................................ 38
Respon permukaan dari kadar air ................................................ 38
Respon permukaan dari efisiensi gas ........................................... 41
Respon permukaan penurunan kadar air chips setiap jam .......... 44
Respon permukaan daya serap minyak ....................................... 44
Respon permukaan daya serap air ............................................... 44
Respon permukaan swelling power ............................................. 45
Respon permukaan kadar abu ...................................................... 45
Respon permukaan densitas kamba ............................................. 45
Respon permukaan derajat putih ................................................. 45
Respon permukaan baking expansion ......................................... 46
Pengaruh pengeringan menggunakan matahari, rotary dryer, dan
kombinasi matahari dan rotary dryer terhadap muru tepung ubi kayu
dan tepug mocaf yang dihasilkan ........................................................ 49
Karakteristik fisik, fungsional, dan kimia tepung mocaf dan tepung
ubi kayu dengan pengeringsn matahari, rotary dryer, dan perlakuan
kombinasi ............................................................................................ 50
Optimasi metode pengeringan matahari, rotary dryer dan
pengeringan kombinasi terhadap mutu tepung mocaf dan tepung ubi
kayu ..................................................................................................... 52
Kadar Air ..................................................................................... 52
Kadar Abu ................................................................................... 54
Swelling Power ............................................................................ 56
Daya Serap Air ............................................................................ 57
Daya Serap Minyak ..................................................................... 58
Baking Expansion ........................................................................ 60
Derajat Putih ................................................................................ 61
Kadar Pati .................................................................................... 64
Kadar Amilosa ............................................................................. 66
Kadar Amilopektin ...................................................................... 67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


viii

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan .......................................................................................... 70
Saran ..................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 72

LAMPIRAN ................................................................................................ 76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No. Hal
1. Komposisi kimia dan nilai gizi ubi kayu .................................................. 8

2. Syarat mutu tepung mocaf berdasarkan SNI 7622-2011 .......................... 10

3. Kode dan faktor minimum dan maksimum ............................................... 21

4. Rancangan Komposit Pusat Ordo Kedua dengan Tiga Faktor .................. 21

5. Kode dua level eksperimen II ................................................................... 36

6. Rancangan desain eksperimen II ............................................................... 37

7. Data pengamatan kadar air pada chips mocaf ........................................... 39

8. Konsumsi gas dalam pengeringan mocaf .................................................. 42

9. Baking expansion pada tepung mocaf ....................................................... 47

10. Karakteristik fisik, fungsional, dan kimia dari tepung ubi kayu dengan
berbagai metode pengeringan ................................................................... 50

11. Karakteristik fisik, fungsional, dan kimia dari tepung ubi kayu dengan
berbagai metode pengeringan ................................................................... 51

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No. Hal
1. Ubi kayu .................................................................................................. 7

2. Contoh gambar kontur dan contoh plot hasil permukaan respon ............ 19

3. Diagram alir proses pengolahan ubi kayu menjadi chips kering ............ 24

4. Rotary dryer ............................................................................................ 25

5. Skema pembuatan tepung ubi kayu termodifikasi .................................. 33

6. Skema pembuatan tepung ubi kayu dan tepung mocaf ........................... 34

7. Plot respon permukaan pada kadar air .................................................... 40

8. Plot respon permukaan efisiensi gas pada pengeringan mocaf ................. 43

9. Plot respon permukaan baking expansion ................................................. 48

10. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan


kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap kadar air
tepung ..................................................................................................... 53

11. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan


kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap kadar abu
tepung ..................................................................................................... 55

12. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan


kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap swelling
power tepung .......................................................................................... 56

13. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan


kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap daya
serap air tepung ...................................................................................... 58

14. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan


kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap daya
serap minyak tepung .............................................................................. 59

15. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan


kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap baking
expansion tepung .................................................................................... 60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xi

16. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan


kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap derajat
putih tepung ............................................................................................ 62

17. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan


kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap kadar pati
tepung ..................................................................................................... 64

18. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan


kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap kadar
amilosa tepung ....................................................................................... 67

19. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan


kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap kadar
amilopektin tepung ................................................................................. 68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal
1. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan kadar air ........ 76

2. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan efisiensi gas . 78

3. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan daya serap


minyak ...................................................................................................... 80

4. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan daya serap


air .............................................................................................................. 82

5. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan swelling


power ........................................................................................................ 84

6. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan kadar abu ..... 86

7. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan densitas


kamba ....................................................................................................... 88

8. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan derajat putih


................................................................................................................... 90

9. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan baking


expansion .................................................................................................. 92

10. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap kadar air tepung mocaf dan tepung ubi kayu ............................. 94

11. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap kadar abu tepung mocaf dan tepung ubi kayu ......................... 96

12. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap swelling power tepung mocaf dan tepung ubi kayu ................ 98

13. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap daya serap air tepung mocaf dan tepung ubi kayu .................. 100

14. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap daya serap minyak tepung mocaf dan tepung ubi kayu .......... 101

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii

15. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap baking expansion tepung mocaf dan tepung ubi kayu ............ 102

16. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap derajat putih tepung mocaf dan tepung ubi kayu .................... 103

17. Data laju pengeringan pada tepung mocaf dengan rancangan desain
metode respon permukaan ..................................................................... 104

18. Data laju pengeringan pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
dengan metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan kombinasi .... 110

19. Kurva standar pati dalam penentuan kadar pati ...................................... 116

20. Kurva standar amilosa dalam penentuan kadar amilosa ......................... 116

21. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap kadar pati tepung mocaf dan tepung ubi kayu ......................... 117

22. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap kadar amilosa tepung mocaf dan tepung ubi kayu .................. 118

23. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap kadar amilopektin tepung mocaf dan tepung ubi kayu ........... 119

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam sumber

pangan pokok yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi serta nutrisi yang

kompleks. Oleh karena itu pemerintah menerapkan program PAJALE atau biasa

dikenal dengan semarak untuk meningkatkan swasembada pangan dengan

menanam padi, jagung dan kedelai pada tahun 2015 yang direncanakan akan

berjalan hingga 2019. Tanaman pajale merupakan sumber bahan pangan pokok

yang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang dapat menjadi sumber

karbohidrat masyarakat. Program Upaya Khusus (UPSUS) swasembada pangan

merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencapai swasembada

pangan di Indonesia. Program ini dilakukan serentak di beberapa provinsi di

Indonesia, diantaranya yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi

Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah

(Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2015). Selain pajale, bahan pangan

pokok lainnya yang dapat menjadi sumber karbohidrat masyarakat dengan

ketersediaannya yang melimpah yaitu ubi kayu. Ubi kayu merupakan salah satu

tanaman pangan yang penting sebagai sumber karbohidrat dan bahan baku

makanan, kimia, dan pakan ternak. Potensi umbi-umbian sebagai sumber

karbohidrat sekaligus sebagai bahan baku produk tepung yang tidak kalah dengan

kualitas terigu impor.

Rendahnya harga ubi kayu dipengaruhi oleh sifat ubi kayu segar yang

mudah rusak bila tidak segera dilakukan penanganan pasca panen karena kadar air

ubi kayu segar yang tinggi, adanya asam sianida (HCN) yang mengandung racun

(Kurniati, dkk., 2012). Ubi kayu sering dianggap bahan baku yang bermutu

rendah karena rendahnya protein, mineral dan vitamin. Ubi kayu di beberapa

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

daerah penggunaannya digunakan sebagai makanan membantu untuk

meringankan masalah kelaparan sehingga sangat penting dalam hal keamanan

pangan. Oleh karena itu, dibutuhkan proses untuk meningkatkan produksi

pengolahan ubi kayu untuk dapat mengurangi tingkat kerusakan pada ubi kayu

akibat produksi ubi kayu yang melimpah. Untuk meningkatkan kualitas dari ubi

kayu dibutuhkan pengolahan ubi kayu mejadi produk yang dapat meningkatkan

nilai gizi serta meningkatkan produksi pengolahan bahan baku ubi kayu yaitu

dengan melakukan modifikasi menjadi tepung mocaf.

Tepung mocaf merupakan salah satu produk olahan dari ubi kayu yang

menjadi tepung dengan metode yang berbeda dari pembuatan tepung ubi kayu

pada umumnya. Tepung mocaf melalui proses fermentasi berbeda dengan tepung

ubi kayu yang hanya melalui proses pengeringan chips saja. Perbedaan proses

pengolahan ubi kayu dalam pembuatan tepung mocaf ini memiliki pengaruh

terhadap ubi kayu memiliki kandungan gizi yang tinggi dan dapat menghasilkan

produk makanan dari tepung mocaf dengan kualitas yang baik seperti pembuatan

makanan menggunakan tepung gandum. Tepung mocaf merupakan komoditas

tepung cassava dengan teknik fermentasi sehingga produk yang dihasilkan

memiliki karakteristik mirip seperti terigu, yaitu putih, lembut, dan tidak berbau

ubi kayu. Dengan karakterisrik yang mirip dengan terigu, tepung mocaf dapat

menjadi komoditas subtitusi tepung terigu (Kurniati, dkk., 2012). Meskipun

tepung mocaf dapat menjadi alternatif untuk subtitusi tepung terigu yang dapat

mengurangi angka impor tepung terigu, masalah lain yang ditemui di lapangan

adalah produksi tepung mocaf yang terhambat akibat kurangnya fasilitas dalam

pengeringan tepung mocaf menjadi salah satu penyebab masih rendahnya

produksi tepung mocaf di Indonesia.

Pengeringan matahari masih menjadi andalan yang digunakan dalam

pengeringan chips ubi kayu mocaf sehingga membutuhkan beberapa hari untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

dapat menghasilkan tepung mocaf (Damayanti, dkk., 2016). Meskipun murah,

pengeringan matahari masih memiliki kendala kebersihan chips ubi kayu

terfermentasi karena dapat dengan mudah terkontaminasi apabila alas pengeringan

tidak bersih, dan mudah terkontaminasi udara dan polusi. Oleh karena itu,

dibutuhkan metode atau alat pengeringan yang dapat menggantikan metode

pengeringan tradisional dengan matahari namun dapat digunakan untuk

mengeringkan mocaf skala besar.

Alat pengeringan rotary dryer merupakan salah satu contoh alat yang

dapat digunakan dalam mengeringkan chips ubi kayu terfermentasi dalam skala

besar dalam waktu yang singkat. Dengan menggunakan rotary dryer maka

pengerigan chips ubi kayu terfermentasi dapat lebih mudah dan lebih singkat yang

akan mengurangi dampak kerusakan chips ubi kayu terfermentasi seperti tumbuh

jamur akibat pengeringan yang masih bergantung pada cuaca. Rotary dryer

merupakan alat pengering berbentuk sebuah drum yang berputar secara kontinyu

yang dipanaskan dengan tungku atau menggunakan gas dengan suhu yang dapat

dikondisikan (Earle, 1969).

Mesin rotary dryer biasa digunakan untuk mengeringkan bahan yang

berbentuk bubuk, granula, gumpalan partikel padat dalam ukuran besar.

Pemasukkan dan pengeluaran bahan terjadi secara otomatis dan

berkesinambungan akibat gerakan vibrator, putaran lubang umpan, gerakan

berputar dan gaya gravitasi. Sumber panas yang digunakan dapat berasal dari uap

listrik, batubara, minyak tanah dan gas. Pada alat pengering rotary dryer terjadi

dua hal yaitu kontak bahan dengan dinding dan aliran uap panas yang masuk ke

dalam drum. Pengeringan yang terjadi akibat kontak bahan dengan dinding

disebut konduksi karena panas dialirkan melalui media yang berupa logam.

Sedangkan pengeringan yang terjadi akibat kontak bahan dengan aliran uap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

disebut konveksi karena sumber panas merupakan bentuk aliran. Metoda

perpindahan panas yang terjadi adalah konveksi dan konduksi.

Pada pengeringan dengan menggunakan alat ini penyerapan panas mudah

dilakukan dan terjadi penyusutan bobot yang lebih tajam dibandingkan dengan

penurunan pembobotan yang dialami tray dryer. Pengeringan pada rotary dryer

dilakukan pemutaran berkali-kali sehingga tidak hanya permukaan atas yang

mengalami proses pengeringan, namun juga pada seluruh bagian yaitu atas dan

bawah secara bergantian, sehingga pengeringan yang dilakukan oleh alat ini lebih

merata dan lebih banyak mengalami penyusutan (Jumari dan Purwanto, 2005).

Dengan kemampuan rotary dryer ini maka selain mempersingkat waktu

pengeringan, kuantitas chips ubi kayu terfermentasi dapat dalam jumlah yang

banyak karena bentuk dari rotary dryer ini dirancang dengan tabung silinder yang

besar. Oleh karena itu, pengeringan chips ubi kayu terfermentasi dengan

menggunakan rotary dryer ini tentu akan meningkatkan produksi tepung mocaf

dan mempermudah serta mempercepat proses pengeringan tepung mocaf.

Optimasi waktu dengan jumlah chips serta suhu yang optimum yang digunakan

akan dapat dengan mudah ditentukan dengan melakukan berbagai perlakuan

pengeringan dan dianalisa dengan menggunakan metode respon permukaan.

Berdasarkan hal ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang “Optimasi

Produksi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) Menggunakan Mesin

Rotary Dryer Dengan Menggunakan Metode Respon Permukaan”

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu, jumlah chips mocaf dan

suhu yang optimum yang digunakan untuk pengeringan menggunakan mesin

rotary dryer untuk menghasilkan tepung mocaf dengan mutu dan penerimaan

konsumen yang terbaik serta dapat mempercepat dan meningkatkan produksi

tepung mocaf.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai sumber informasi untuk mengetahui

optimasi pengeringan tepung mocaf dengan menggunakan mesin rotary dryer

dengan menemukan kombinasi waktu, jumlah chips mocaf dan suhu yang

optimum sehingga menghasilkan tepung mocaf yang bermutu dan penerimaan

konsumen yang terbaik dan dapat dijadikan salah satu alternatif dalam

mempercepat dan meningkatkan produksi tepung mocaf serta untuk mendapatkan

data dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana teknologi pangan di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan,

Hipotesis Penelitian

Kombinasi waktu, jumlah chips ubi kayu terfermentasi, dan suhu optimum

dapat berpengaruh terhadap kadar air dan mutu tepung mocaf yang dihasilkan dan

dapat digunakan dalam menghasilkan tepung mocaf dengan skala besar dan mutu

yang baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TINJAUAN PUSTAKA

Ubi Kayu

Indonesia kaya akan komoditi bahan makanan pokoknya yang beraneka

ragam. Makanan pokok orang Indonesia adalah beras, namun tidak dipungkiri

bahwa masyarakat Indonesia memiliki makanan pokok lainnya yang dapat

ditemui dengan mudah dan sering dikonsumsi oleh masyarakat luas. Adapun

makanan pokok orang Indonesia lainnya yang umum dijumpai adalah ubi kayu,

ubi jalar, jagung atau serealia, sagu dan lainnya. Ubi kayu adalah salah satu

makanan pokok yang sangat sering dijumpai dan sangat sering diolah serta

dikonsumsi masyarakat.

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan makanan

ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi

kayu dijadikan bahan dasar pada industri makanan seperti sumber utama

pembuatan pati dan juga sebagai makanan olahan lainnya (Susilawati, dkk.,

2008). Ubi kayu adalah salah satu jenis tanaman tropis yang paling berguna dan

dimanfaatkan secara luas karena fungsi dan manfaatnya yang sebagai sumber

kalori yang murah dan mudah didapatkan dan memiliki rasa yang dapat diterima

secara umum (Rasulu, dkk., 2012). Berdasarkan sifat fisik dan kimia, ubi kayu

memiliki umbi atau akar pohon yang panjang dengan rata-rata bergaris tengah 2-3

cm dan panjang 50-80 cm dan merupakan cadangan makanan dari tanaman ubi

kayu tersebut. Ukuran panjang dan diameter dari umbi ditentukan oleh jenis ubi

kayu yang ditanam, lahan yang digunakan serta perawatan yang diberikan

(Susilawati, dkk., 2008).

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7

Adapun sistematika dari tanaman ubi kayu dapat dijelaskan dalam

klasifikasi ilmiah tanaman ubi kayu sebagai berikut.

Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi: Agiospermae (berbiji tertutup)

Kelas: Dycotiledonae (biji berkeping dua)

Ordo: Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus: Manihot

Spesies: Manihot esculenta Crantz

Ubi pada tanaman ubi merupakan akar yang memiliki bentuk berbeda dan

memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan. Bentuk dari ubi

biasanya bulat memanjang, daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih,

putih gelap atau kuning gelap. Pada satu tanaman ubi dapat menghasilkan 5-10

ubi. Pada ubi juga mengandung asam sianida berkadar rendah sampai tinggi

(Rukmana, 1997).

Gambar 1. Ubi kayu

Kandungan zat gizi pada ubi kayu sangat kompleks serta merupakan

sumber karbohidrat yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

pokok. Adapun kandungan gizi yang terdapat di dalam 100 gram ubi kayu adalah

sebagai berikut.

Tabel 1. Komposisi kimia dan nilai gizi ubi kayu


Komposisi Jumlah
Energi (kal) 146
Kadar air 62.5
Protein (gr) 1.2
Lemak (gr) 0.3
Karbohidrat (gr) 34.7
Kalsium 33
Fosfor (mg) 40
Besi (mg) 0.7
Vitamin A (si) 0
Sumber : Margono, dkk., (1993)

Kandungan gizi pada ubi kayu, sifat fisik dan kimia pati seperti bentuk dan

ukuran granula, serta komponen kimia lainnya yang terdapat di dalam ubi kayu

sangat dipengaruhi oleh faktor genetika, kondisi lingkungan tempat tumbuh serta

umur tanaman maupun umur panen (Moorthy, 2002).

Selain memiliki kandungan gizi dan komposisi kimia yang kompleks dan

tinggi, ubi kayu memiliki manfaat yang banyak untuk dijadikan produk. Ubi kayu

selain dapat dimanfaatkan sebagai makanan dan berbagai macam produk, juga

dapat dimanfaatkan menjadi produk hasil industri. Salah satunya adalah industri

pengolahan tepung ubi kayu atau biasa disebut cassava flour yaitu ubi kayu yang

dikeringkan di giling menjadi satu produk yang berupa partikel-partikel yang

halus, mocaf atau modified cassava flour yaitu merupakan tepung yang dihasilkan

dari ubi kayu yang telah mengalami modifikasi dalam pengolahannya dengan cara

fermentasi. Serta ubi kayu dapat diolah menjadi tepung ubi kayu merupakan

alternatif utama dan hasil yang sangat baik karena pengolahannya sederhana, tidak

mudah rusak, dapat lebih lama disimpan dan memberikan nilai yang tinggi

(Rubatzky, 1998).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

Modified Cassava flour (Mocaf)

Mocaf (Modified cassava flour) adalah produk tepung yang dihasilkan

dari ubi kayu yang melalui proses berbeda dengan prinsip modifikasi sel ubi kayu

secara fermentasi. Mikroba yang tumbuh menyebabkan perubahan karakteristik

dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya

rehidrasi, dan kemudahan melarut. Karakteristik mocaf diduga dipengaruhi oleh

jenis kultur yang ditambahkan saat fermentasi, penambahan kultur juga

berpengaruh terhadap lama waktu fermentasi ubi kayu (Amanu dan Susanto,

2014).

Mikroba BAL (Bakteri Asam Laktat) digunakan dan mendominasi selama

fermentasi tepung ubi kayu. Mikroba tersebut tumbuh menghasilkan enzim

pektinolitik dan sellulolitik yang dapat menghancurkan dinding sel ubi kayu,

sehingga terjadi liberasi granula pati. Mikroba tersebut juga menghasilkan enzim-

enzim yang dapat menghidrolisis pati menjadi gula yang kemudian mengubahnya

menjadi asam-asam organik, terutama asam laktat. Hal ini akan menyebabkan

adanya perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan (Subagio, dkk., 2008).

Proses produksi tepung kasava termodifikasi dimulai dengan pengupasan

kulit ubi kayu, pencucian sampai bersih, pengecilan ukuran (pengirisan),

dilanjutkan dengan tahap fermentasi selama 24 jam. Namun lama fermentasi

ditentukan oleh jenis mikroorganisme yang digunakan selama proses fermentasi.

Setelah ubi kayu di fermentasi, maka dilanjutkan dengan pengeringan dan diikuti

dengan penepungan sehingga diperoleh tepung kasava termodifikasi

(Subagio, dkk., 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Tepung mocaf menurut SNI 7622-2011 merupakan tepung yang diperoleh

dari ubi kayu dengan proses fermentasi asam laktat. Syarat mutu tepung mocaf

berdasarkan SNI 7622-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Syarat mutu tepung mocaf berdasarkan SNI 7622-2011


No. Kriteria uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Bentuk - Serbuk halus
1.2 Bau - Normal
1.3 Warna - Putih
2 Benda asing - Tidak ada
3 Serangga dalam semua bentuk - Tidak ada
stadia dan potongan-potongannya
yang tampak
4 Kehalusan
4.1 Lolos ayakan 100 mesh (b/b) % Min. 90
4.2 Lolos ayakan 80 mesh (b/b) % 100
5 Kadar air (b/b) % Maks. 13
6 Abu (b/b) % Maks. 1,5
7 Serat kasar (b/b) % Maks. 2,0
8 Derajat putih (MgO = 100) - Min. 87
9 Belerang dioksida (SO2) μg/g Negatif
10 Derajat asam ml NaOH 1 N / Maks. 4,0
100 g
11 HCN mg/kg Maks. 10
12 Cemaran logam
12.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2
12.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3
12.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
12.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,05
13 Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 0,5
14 Cemaran mikroba
14.1 Angka lempeng total (35 oC, 48 koloni/g Maks. 1 x 106
14.2 jam) APN/g Maks. 10
14.3 Escherichia coli koloni/g < 1 x 104
14.4 Bacillus cereus koloni/g Maks. 1 x 104
Kapang
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2011)

Pengolahan ubi kayu dengan menggunakan proses fermentasi, menjadi

salah satu solusi untuk meningkatkan protein yang terkandung di dalamnya serta

meningkatkan nilai gizi yang lainnya. Dengan demikian, tepung ubi kayu yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

difermentasi mempunyai kelebihan daripada tepung ubi kayu, yaitu kandungan

protein yang tinggi akibat bakteri yang digunakan selama proses fermentasi, HCN

lebih rendah, mudah diaplikasikan dan menjadi bahan baku produksi, dispersi ke

produk pangan lebih mudah, serta meningkatkan kualitas dari ubi kayu (Sadjilah,

2011). Fermentasi dapat menjadi tolak ukur kandungan gizi dari tepung mocaf.

Semakin lama waktu fermentasi, maka kadar protein akan semakin tinggi. Hal ini

dikarenakan selama fermentasi bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus plantarum

menghasilkan enzim protease. Adanya kenaikan kadar protein diperoleh dari

aktivitas enzim protease yang dihasilkan oleh mikroba yang ada dalam proses

fermentasi. Lamanya waktu fermentasi membuat populasi bakteri asam laktat

Lactobacillus plantarum semakin meningkat, sehingga membuat kadar protein

terlarut meningkat (Tandrianto, dkk., 2014).

Metode Pengeringan

Kadar air merupakan jumlah kandungan air yang terdapat dalam bahan

pangan. Kadar air pada bahan pangan sangat mempengaruhi umur simpan bahan.

Hal ini dikarenakan kadar air pada bahan pangan digunakan menjadi media

tumbuh yang sangat cocok untuk kondisi mikroorganisme sehingga dapat menjadi

penentu kerusakan suatu bahan. Jumlah kadar air pada bahan pangan sangat

beragam, yaitu bahan pangan dengan kadar air tinggi, serta bahan pangan dengan

kadar air sedang dan bahan pangan dengan kadar air rendah seperti tepung.

Namun, untuk mengurangi kadar air pada bahan pangan dengan tujuan

memperpanjang masa simpan bahan, dapat dilakukan metode pengeringan.

Pengeringan merupakan proses penguapan atau pemindahan jumlah air pada

bahan pangan ke udara hingga bahan pangan tersebut mencapai kadar optimal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

14% kandungan air yang akan mengurangi respon terhadap aktivitas enzim,

pertumbuhan mikroorganisme serta kerusakan akibat serangga dan dapat

mempertahankan umur simpannya (Suismono, 2001).

Pengeringan atau dehidrasi merupakan proses pengeluaran air dari bahan

hasil pertanian atau bahan pangan. Pengeringan didefinisikan sebagai suatu proses

untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan

menggunakan energi panas, sehingga tingkat kadar air kesetimbangan dengan

kondisi udara (atmosfir) normal atau tingkat kadar air yang setara dengan nilai

aktifitas air (Aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologi, enzimatis atau kimiawi

yang diharapkan tidak merusak gizi dari produk pangan tersebut namun memiliki

mutu yang baik (Martunis, 2012).

Waktu yang dibutuhkan dalam proses pengeringan ditentukan oleh

beberapa faktor antara lain suhu udara pengering, kelembaban relatif udara

pengering, laju alir udara pengering, dan kadar air bahan yang dikeringkan. Suhu

udara panas yang digunakan berpengaruh terhadap lama pengeringan dan kualitas

bahan hasil pengeringan. Kelembaban relatif udara berpengaruh terhadap

pemindahan cairan atau uap dari dalam ke permukaan bahan serta menentukan

besarnya tingkat kemampuan udara pengering dalam menampung uap air di

sekitar permukaan bahan. Laju alir udara sangat diperlukan untuk mengalirkan

udara panas pada seluruh bagian bahan. Semakin cepat aliran udara maka dapat

mempercepat proses penghantaran panas yang dapat mempersingkat waktu

pengeringan (Muchtadi, 1997).

Pengeringan juga bisa dikatakan sebagai pemindahan air dari bahan

pangan melalui pemanasan biasanya menggunakan aliran udara yang diatur. Suhu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

yang digunakan dalam proses pengeringan sebaiknya tidak terlalu tinggi atau

digunakan suhu optimum pengeringan sesuai dengan bahannya, hal ini karena

dapat menyebabkan perubahan yang tidak diharapkan dalam bahan pangan.

Pemanasan yang berlebihan juga dapat menyebabkan terjadinya case hardening,

sehingga bagian luar bahan pangan menjadi keras sementara air terperangkap di

dalam bahan dan tidak dapat menembus bagian luar bahan pangan. Oleh karena

itu, dalam memilih metode pengeringan yang tepat juga harus dikondisikan

dengan bahan dan hasil akhir yang diinginkan agar pengeringan yang dilakukan

dapat sepenuhnya berfungsi sebagai pengawetan bukan menurunkan mutu atau

merusak mutu produk (Gaman dan Sherrington, 1992).

Berbagai metode pengeringan pun kini sudah banyak diterapkan untuk

berbagai macam produk pangan. Beberapa metode pengeringan yaitu dengan

secara langsung, tidak langsung, ataupun kombinasinya. Secara langsung

memanfaatkan tenaga matahari yaitu cara tradisional yang masih banyak

diterapkan hingga kini. Metode secara tidak langsung menggunakan perantara

panas melalui air ataupun udara untuk mengeringkan produk. Sedangkan untuk

metode kombinasi langsung ataupun tidak langsung yaitu pengumpulan panas

matahari dalam sebuah media lalu dibantu penyebaran panasnya dengan media

tersebut. Intinya, panas yang dihasilkan dari matahari, namun disalurkan melalui

media atau tempat. Menurut Gibbs, (1986) beberapa cara pengeringan tidak

langsung yang kita ketahui yaitu pengeringan beku, pengeringan udara panas,

spray drying maupun roller drying. Namun, metode pengeringan ini pun tidak

sepenuhnya dapat menghabiskan atau mematikan mikroorganisme yang ada.

Salah satu mikroba yang masih dapat bertahan adalah Salmonella sp. Meskipun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

menggunakan pengeringan spray drying untuk beberapa produk, masih dapat

ditemukan mikroba tersebut dalam kondisi germinasi. Kualitas mikrobiologi dari

produk kering dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya total mikroorganisme

awal bahan sebelum dikeringkan, reaksi selama proses pemanasan dan

pengeringan, kontaminasi selama proses, metode pengeringan dan pengemasan

akhir dari produk kering.

Metode pengeringan yang dapat digunakan untuk pengeringan tepung

kasava termodifikasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Baik secara

manual atau tradisional menggunakan panas matahari, maupun dengan

menggunakan rumah kaca metode kombinasi, ataupun metode tidak langsung

dengan menggunakan alat. Yang diharapkan meskipun menggunakan metode

beragam adalah hasil yang diperoleh dari tepung kasava modifikasi adalah

memiliki kualitas yang baik dan kadar air yang optimum.

Pada penelitian ini metode yang digunakan dalam pengeringan tepung

kasava modifikasi adalah metode pengeringan tidak langsung yaitu dengan

menggunakan mesin rotary dryer. Menurut Mujumdar, (2006) menyatakan

pengering tipe rotari (rotary dryer) adalah alat pengeringan dengan menerapkan

sistem pembakaran dari tungku dan pengeringan bahan yag dilakukan didalam

silinder berbentuk tabung atau drum. Prinsip kerja alat pengering tipe rotari ini

adalah mengeringkan produk yang umumnya berbentuk granular atau padatan di

dalam silinder horisontal berputar yang dialiri udara panas untuk menguapkan air

produk. Pengunaan silinder horisontal berputar dimaksudkan untuk

memungkinkan aliran udara mengalir secara merata melalui permukaan produk

yang dikeringkan. Pada bagian dalam silinder pengering diberi sirip (flight) untuk

memudahkan produk terbuka terhadap aliran udara pengering. Untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

memudahkan pergerakan produk yang dikeringkan dalam bahan dari bagian

pemasukan bahan ke bagian pengeluaran, maka sirip tersebut disusun membentuk

sudut tertentu sehingga bagian pemasukan bahan akan lebih tinggi dari bagian

pengeluaran. Besarnya sudut yang dibentuk menentukan kecepatan aliran bahan

dalam silinder pengering. Sebagai sumber panas pengering digunakan panas yang

berasal dari pembakaran pada tungku dengan bahan bakar gas.

Alat rotary dryer berfungsi dalam pengeringan dengan cara mengurangi

atau meminimalkan cairan kelembaban produk atau bahan melalui penanganannya

kontak langsung dengan gas panas yang dihasilkan dari tungku pembakaran dari

bahan bakar gas di dalam ruang pengering. Pada alat pengering rotary dryer

terjadi dua hal yaitu kontak bahan dengan dinding dan aliran uap panas yang

masuk ke dalam drum. Pengeringan yang terjadi akibat kontak bahan dengan

dinding disebut konduksi karena panas dialirkan melalui media yang berupa

logam. Sedangkan pengeringan yang terjadi akibat kontak bahan dengan aliran

uap disebut konveksi karena sumber panas merupakan bentuk aliran dari tungku

dengan menggunakan blower.

Pada rotary dryer terdapat beberapa komponen yaitu blower, tungku,

drum atau lorong, sirip pengaduk, hopper, gear atau penggerak, motor yang

menjalankan perputaran, mesin pengatur putaran dan suhu, serta rangka yang

menahan alat sehingga dapat bekerja dengan baik dan optimal.

Adapun keterangan komponen yang terdapat pada alat rotary dryer adalah

sebagai berikut.

1. Hopper merupakan bagian pada rotary dryer yang berfungsi sebagai

penampung atau saluran masuk bahan ke drum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

2. Drum berfungsi sebagai tempat pengeringan yang ada ditengah rotary dryer.

3. Tungku pemanas berguna untuk sumber energi panas yang digunakan dalam

pengeringan sesuai dengan standar pengeringan. Bahan bakar yang digunakan

adalah gas elpiji.

4. Blower digunakan untuk meniupkan udara panas yang telah dipanaskan pada

tungku pemanas.

5. Rangka adalah penopang atau penyangga alat agar dapat tetap stabil dan

kokoh.

6. Motor listrik digunakan sebagai sumber tenaga yang akan memutar

pengaduk.

7. Mesin pengatur suhu dan dapat juga digunakan dalam pengaturan putaran

pengaduk.

8. Poros pengaduk yang berada di dalam pengaduk yang berbentuk sirip dan

berfungsi dalam mengaduk bahan agar dapat merata didalam drum serta

mempercepat proses pengaduk.

Metode Respon Permukaan

Menurut Montgomery (2001), Response Surface Methodology (RSM) atau

Metode Respon Permukaan adalah sekumpulan metode-metode matematika dan

statistika yang digunakan dalam pemodelan dan analisis, yang bertujuan untuk

melihat pengaruh beberapa variabel kuantitatif terhadap suatu variabel respon dan

untuk mengoptimalkan variabel respon tersebut. Permasalahan umum pada

metode permukaan respon adalah bentuk hubungan antara variabel respon dengan

variabel independen tidak diketahui. Oleh karena itu, langkah pertama dalam

metode permukaan respon adalah mencari bentuk hubungan antara respon dengan

beberapa variabel independen melalui pendekatan yang sesuai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika melakukan analisis

menggunakan metode permukaan respon. Hal pertama yang perlu dilihat adalah

bentuk persamannya, apakah merupakan fungsi berorde satu atau fungsi berorde

dua. Jika ternyata fungsi yang terbentuk berorde dua, selanjutnya yang perlu

dilihat adalah sifat percobaan yang akan dilakukan, apakah sequential atau non

sequential. Kedua hal diatas sangat berpengaruh terhadap prosedur perancangan

yang akan dibuat. Untuk fungsi yang berorde satu, rancangan percobaannya cukup

menggunakan 2k faktorial, dimana setiap perlakuan memiliki dua level perlakuan.

Jika dibandingkan rancangan permukaan respon yang berorde dua, maka

rancangan permukaan respon yang berorde satu membutuhkan lebih sedikit unit

percobaan, yaitu sebanyak 2k unit percobaan, dimana k adalah banyaknya faktor

perlakuan (Nuryanti dan Salimy, 2008). Untuk permukaan respon yang berorde

dua, rancangan percobaannya menggunakan central composite design (CCD) atau

Box-Behnken design yang memerlukan jumlah unit percobaan lebih banyak

daripada rancangan 2k faktorial (permukaan respon berorde satu).

Menurut Myers dan Montgomery (1995), pemilihan rancangan percobaan

yang sesuai beserta analisisnya untuk permukaan respon adalah hal yang sangat

penting. Berikut ada beberapa kriteria dalam pemilihan rancangan percobaan yang

sesuai untuk metode permukaan respon.

1. Memberikan gambaran distribusi dan informasi yang jelas berdasarkan data

pada seluruh daerah yang difokuskan

2. Memungkinkan untuk mencari model yang memenuhi kelayakan model

3. Memungkinkan untuk membuat blok-blok dalam percobaan

4. Memungkinkan untuk membuat rancangan-rancangan yang mempunyai orde

lebih tinggi

5. Memberikan pendugaan error dalam rancangan

6. Memberikan pendugaan koefisien model yang tepat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

7. Memberikan pendugaan varians yang baik

8. Bersifat robust terhadap outliers maupun data hilang

9. Tidak membutuhkan unit percobaan yang besar

10. Tidak membutuhkan terlalu banyak level dalam variabel independen

11. Memberikan kemudahan dalam perhitungan parameter model

Kadang-kadang, kriteria diatas saling tidak mendukung, tetapi pemilihan

rancangan harus tetap dilakukan sebaik mungkin.

Pada penelitian digunakan metode respon permukan orde kedua karena

memiliki faktor yang lebih dari 2k. Dalam pengerjaannya digunakan metode CCD

atau Central Composite Design. Nilai optimum diperoleh dari sebuah model yang

memenuhi dan mengandung kurvatur yang pada umumnya merupakan model

orde kedua (Nuryanti dan Salimy, 2008) :


k k
Y   0    i X i    ii X i2    ij X i X j  
i 1 i 1 i j

Kelompok rancangan yang paling banyak digunakan untuk model orde

kedua ialah CCD atau central composite design. Pada umumnya CCD terdiri atas

faktorial 2k (atau fraksional faktorial dengan resolusi V) atau disebut nF, 2k titik

atau percobaan aksial, dan titip pusat atau center point sebanyak nC. Secara

praktis, CCD diterapkan melalui percobaan sekuensial. Percobaan tersebut tidak

lain merupakan faktorial 2k yang telah melalui model orde pertama namun

memperlihatkan ketidaksesuaian model (lack of fit), kemudian titik-titik aksial

ditambahkan ke dalam percobaan untuk memenuhi titik-titik kuadratik dalam

model. CCD merupakan rancangan yang sangat sesuai untuk memperoleh model

orde kedua yang disajikan seperti pada Gambar 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

(a) (b)

Gambar 2. Contoh gambar kontur (a) dan contoh plot hasil permukaan respon (b)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2018 di Rumah

Tepung dan Laboratorium Analisia Kimia Bahan Pangan, Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Reagensia Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu dengan umur

panen 10 bulan varietas malaysia putih yang diperoleh dari Namorambe, Medan.

Bahan lain yang digunakan adalah starter mocaf Bakteri Asam Laktat.

Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades dan

parafin, alkohol 95%, DNS, Na K-Tartarat, phenol, dan enzim α-amilase dan

minyak goreng.

Alat penelitian

Alat yang digunakan untuk pembuatan tepung mocaf serta alat yang

digunakan untuk pengujian yaitu slicer, rotary dryer, timbangan, timbangan

analitik Sartorius, disc mill, gelas ukur, alumunium foil, termometer, termokopel,

pemanas listrik Maspion, spatula, ayakan 80 mesh, corong, microwave, dan

kromameter Konica Minolta (tipe CR-400, Jepang), vortex tab dancer, kapas,

cawan porselen, tanur Carbolite Furnaces (tipe EML 11/2), oven Memmert (tipe

BMV 30), desikator. spatula, beaker glass, tabung reaksi, rak tabung, tabung

sentrifuse, sentrifuse, waterbath, pipet skala, dan Erlenmeyer.

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21

Metode Penelitian (Montgomery, 2001)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode respon permukaan

dengan cara Central Composite Design (CCD) dengan 3 faktor yang disajikan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Kode dan faktor minimum dan maksimum


Faktor -1 (Minimum) 0 (Optimum) +1 (Maksimum)
o
Suhu ( C) 40 50 60
Waktu (Jam) 6 7 8
Berat (Kg) 5 10 15

Seluruh perlakuan terdiri dari 20 proses pengeringan menggunakan rotary dryer

dimana setiap kondisi proses mengikuti rancangan percobaan komposit pusat (Tabel. 4).

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan software Design Expert versi 11.

Tabel 4. Rancangan Komposit Pusat Ordo Kedua dengan Tiga Faktor


Waktu Berat Y
No Suhu (oC) X1 X2 X3
(Jam) (Kg) (Respon)
1 50 0,000 7 0,000 18.4090 1,682
2 50 0,000 8.6817 1,682 10 0,000
3 33.1821 -1,682 7 0,000 10 0,000
4 40 -1,000 6 -1,000 15 1,000
5 40 -1,000 8 1,000 5 -1,000
6 40 -1,000 6 -1,000 5 -1,000
7 66.8179 1,682 7 0,000 10 0,000
8 50 0,000 7 0,000 1.5910 -1,682
9 50 0,000 5.3182 -1,682 10 0,000
10 60 1,000 6 -1,000 5 -1,000
11 50 0,000 7 0,000 10 0,000
12 50 0,000 7 0,000 10 0,000
13 50 0,000 7 0,000 10 0,000
14 60 1,000 8 1,000 15 1,000
15 60 1,000 8 1,000 5 -1,000
16 60 1,000 6 -1,000 15 1,000
17 50 0,000 7 0,000 10 0,000
18 50 0,000 7 0,000 10 0,000
19 40 -1,000 8 1,000 15 1,000
20 50 0,000 7 0,000 10 0,000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Model Rancangan (Montgomery, 2001)

Penelitian ini dilakukan dengan metode respon permukaan model polinomial

orde kedua yang fungsinya kuadratik dengan rancangan faktorial 3k yaitu sebagai

berikut :

k k
Y   0    i X i    ii X i2    ij X i X j  
i 1 i 1 i j

dimana:

Y = Respon pengamatan

β0 = Intersep

βi = Koefisien linier

βii = Koefisien kuadratik

βij = Koefisien interaksi perlakuan

Xi = Kode perlakuan untuk faktor ke-i

Xj = Kode perlakuan untuk faktor ke-j

k = Jumlah faktor yang dicobakan

Model rancangan penelitian terdiri dari 2, Rancangan Acak Kelompok

(RAK) Non Faktorial pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf adalah sebagai

berikut:

Yij = μ + τi + βj + εij

di mana:

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i dan ulangan ke j

µ = nilai tengah umum

τi = pengaruh perlakuan ke-i

βj = pengaruh blok ke-j

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

ε ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range

(LSR) menggunakan Tabel Duncan.

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Tepung Ubi Kayu Termodifikasi

Pembuatan tepung mocaf ini menggunakan bahan baku yang seragam dan

dengan umur panen yang sama. Pembuatan tepung ubi kayu termodifikasi atau

tepung mocaf menggunakan beberapa tahapan proses dimulai dari penyortiran

bahan baku ubi kayu harus menggunakan ubi kayu tanpa kerusakan dan dalam

kondisi yang baik. Penggunaan ubi kayu yang rusak akan mempengaruhi kualitas

mocaf yang dihasilkan. Pencucian ubi kayu menggunakan air mengalir sehingga

kotoran yang menempel selama proses penyortiraan dan pengupasan tidak

tertinggal dan tidak mempengaruhi proses fermentasi dari pembuatan tepung

mocaf. Kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi hingga proses

pengeringan menggunakan rotary dryer.

Pembuatan tepung ubi kayu termodifikasi dengan menggunakan starter

mocaf (Modified Cassava Flour) dilakukan sesuai dengan Soeharto (2008),

panduan tentang standarisasi Prosedur Operasi Standar (POS) dalam pembuatan

tepung mocaf, yang difermentasikan menggunakan air sumur yang dapat dilihat

pada Gambar 3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Ubi kayu

Penerimaan ubi kayu

Pengupasan Kulit
Chips ubi kayu
(1 ons)
Pencucian Limbah
Air Air cair
Enzim
Kultur Mikroba
Pengirisan dengan
tebal chips 1,5 mm
Perendaman
(t= 24 jam)
Perendaman I
Air
(t = 24 jam)
Senyawa Limbah
aktif A cair

Senyawa aktif B

Perendaman II
(t= 10 menit)

Pressing dan
pengeringan

Chips kering

Penepungan dan
pengayakan dengan
80 mesh

MOCAF

Gambar 3. Diagram alir proses pengolahan ubi kayu menjadi mocaf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Setelah diperoleh chips ubi kayu basah hasil fermentasi melalui proses

press maka diukur kadar airnya, kemudian dilakukan pengeringan chips dengan

matahari lalu diukur kadar airnya untuk mengetahui kadar airnya. Selanjutnya

dilanjutkan pengeringan dengan metode pengeringan menggunakan mesin rotary

dryer dengan perlakuan suhu 40 oC, 50oC dan 60oC selama 4 jam, 5 jam, dan 6

jam dan dilakukan dengan kuantitas chips yang berbeda jumlahnya yaitu 5 kg, 10

kg, dan 15 kg. Selanjutnya setelah chips ubi kayu terfermentasi kering, maka

dihaluskan dan diayak dengan ayakan 80 mesh kemudian disimpan dengan rapat

menggunakan kemasan plastik. Diukur konsumsi tabung gas dengan cara

menimbang berat tabung sebelum dan sesudah pengeringan. Selanjutnya

pembuatan tepung ubi kayu dengan perlakuan optimal yang diperoleh dengan

metode respon permukaan serta tepung mocaf pengeringan matahari 100%

menggunakan metode yang sama.

Pengeringan menggunakan mesin rotary dryer dan layout gambar mesin

yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Rotary dryer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Pengeringan dengan rotary dryer dilakukan dengan cara memasukkan

chips mocaf kedalam hopper yang akan masuk kedalam drum. Didalam drum

telah diatur suhu yang dideteksi dengan termokopel sesuai perlakuan. Panas

berasal dari tungku yang berasal dari bahan bakar gas elpiji 3kg. Lalu panas dari

tungku dialirkan kedalam drum dengan menggunakan mesin blower yang ada di

belakang tungku sehingga panas akan mengalir kedalam drum. Pengeringan

dilakukan di dalam drum yang berputar dan digerakkan oleh motor sebanyak 16

kali putaran ke kanan dan 16 kali putaran ke kiri serta jeda selama 6 detik untuk

semua perlakuan. Di dalam drum terdapat sirip yang mengaduk chips selama

proses pengeringan agar pengeringan merata.

Selanjutnya dibuat tepung ubi kayu dan tepung ubi kayu terfermentasi

dengan menggunakan metode pengeringan yang berbeda. Pembuatan tepung ubi

kayu yaitu dengan mengiris ubi kayu yang telah dikupas dan dibersihkan

kemudian dibersihkan kembali lalu dikeringkan dengan metode pengeringan

matahari. Pengeringan optimal kombinasi matahari dan rotary dryer dan

pengeringan rotary dryer. Tepung ubi kayu termodifikasi juga dilakukan

pengeringan dengan ketiga metode pengeringan yang sama dengan tepung ubi

kayu untuk melihat perbedaannya dari mutu fisik, fungsional, kimia dan laju

pengeringan yang diukur dengan cara menghitung kadar air chips ubi kayu dan

chips mocaf selama pengeringan berlangsung setiap jam hingga kering.

Ketiga pengeringan tersebut merupakan pelaksanaan penelitian lanjutan

setelah ditemukan hasil optimasi dari pengeringan tepung ubi kayu termodifikasi

dengen menggunakan metode respon permukaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Pengamatan dan Metode Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter karakteristik fisik, kimia dan fungsional. Sebagai respon hasil yang

diamati dari optimasi produksi tepung mocaf, maka diukur dengan parameter

kadar air, sedangkan untuk mengetahui mutu produk optimum dari metode respon

permukaan dilakukan pengujian sebagai berikut :

Derajat Putih

Penentuan derajat putih mengacu pada prosedur Badan Standarisasi

Nasional (2011) dengan modifikasi. Dilakukan pengujian kecerahan atau derajat

putih dengan menggunakan kamera dan dilihat pada aplikasi adobe photoshop

pada sampel dengan cara diambil foto sampel. Dilakukan pengujian dengan

melihat nilai L foto sampel pada aplikasi pada titik poin foto sampel sebanyak 10

titik. Nilai L pada 10 titik tersebut kemudian di rata-ratakan dan diperoleh hasil

kecerahan atau nilai L pada sampel.

Kadar Air

Penentuan kadar air mengacu pada prosedur AOAC, (1995). Sampel

sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan alumunium yang telah dikeringkan

selama satu jam pada suhu 80 oC dan telah diketahui beratnya. Sampel tersebut

dipanaskan pada suhu 80 oC selama tiga jam, kemudian didinginkan dalam

desikator sampai dingin kemudian ditimbang. Pemanasan dan pendinginan

dilakukan berulang sampai diperoleh berat sampel konstan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Kadar Abu

Penentuan kadar abu mengacu pada prosedur Badan Standarisasi Nasional

(2006). Sampel sebanyak 5 g (W) dimasukkan ke dalam cawan porselin kering

yang telah diketahui beratnya (W1) (yang terlebih dulu dibakar dalam tanur

dengan nyala api kecil selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator selama 1

jam). Kemudian sampel dipijarkan diatas pembakar mecker kira-kira selama 1

jam, mula-mula api kecil dan selanjutnya api dibesarkan secara perlahan-lahan

sampai terjadi perubahan contoh menjadi arang. Arang dimasukkan ke dalam

tanur dengan suhunya 550 oC sampai terbentuk abu putih atau kelabu selama 5-8

jam.

Cawan yang berisi abu dipindahkan ke dalam oven pada suhu sekitar

100 oC selama 1 jam. Setelah itu cawan yang berisi abu didinginkan dalam

desikator sampai mencapai suhu kamar dan selanjutnya ditimbang beratnya.

Pemijaran dan pendinginan diulangi sehingga diperoleh perbedaan berat antara

dua penimbangan berturut-turut lebih kecil dari 0,001 g (W2). Dihiting kadar abu

dengan rumus sebagai berikut.

Daya serap air dan daya serap minyak

Penentuan daya serap air dan daya serap minyak mengacu pada prosedur

Sathe dan Salunkhe, (1981). Ditimbang 1 gram sampel kemudian dilarutkan

dalam 10 ml air atau minyak selama 30 detik dan dibiarkan pada suhu kamar

(21oC). Kemudian dilakukan sentrifugasi pada 3000 RPM selama 30 menit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Volume dari supernatan dicatat dan volume air atau minyak dapat dihitung

dengan asumsi berat jenis air 1 g/ml sedangkan minyak 0.8888 g/ml.

Densitas Kamba

Penentuan densitas kamba mengacu pada prosedur Singh, dkk., (2005).

Bahan dimasukkan kedalam gelas ukur dan dipadatkan sampai volumenya

mencapai 100 ml. Semua bahan dari gelas ukur dikeluarkan dan ditimbang

beratnya. Densitas kamba bahan dinyatakan dalam g/ml.

Swelling power

Penentuan swelling power mengacu pada prosedur Leach, dkk. (1959).

Ditimbang sampel sebanyak 1 g lalu ditambahkan 10 ml akuades dan dipanaskan

pada suhu 90oC selama 30 menit sambil diaduk. Selanjutnya campuran

disentrifugasi selama 30 menit dengan kecepatan 2200 rpm untuk memisahkan

antara padatan dengan cairannya. Selanjutnya dibuang airnya lalu ditimbang berat

supernatan. Dilakukan perhitungan swelling power dengan rumus sebagai berikut.

Baking expansion

Penentuan baking expansion mengacu pada prosedur Demiate, dkk.

(2000). Sebanyak 4 gram sampel ditambah 5 ml akuades, lalu digelatinisasikan.

Adonan lalu dioven pada suhu 200oC selama 25 menit. Hasil panggangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

kemudian didinginkan, ditimbang, kemudian dilapisi permukaannya dengan

pencelupan dalam parafin. Volume hasil panggangan ditentukan dengan

mencelupkan sampel dalam gelas ukur berisi air, hingga seluruh bagian terendam

dan peningkatan volume tercatat, dengan membagi volume dengan hasil

panggangan (ml/g).

Kadar Pati

Menurut Apriyantono, dkk., (1989) Sampel sebanyak 2-5 g yang telah

dihaluskan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, selanjutnya ditambahkan

50 ml akuades dan diaduk selama 1 jam. Suspensi tersebut disaring dengan kertas

saring dan dicuci dengan air sampai volume filtrat 250 ml. Filtrat ini mengandung

karbohidrat yang terlarut dan dibuang. Residu dipindahkan secara kuantitatif dari

kertas saring ke dalam Erlenmeyer dengan cara pencucian dengan 200 ml air dan

ditambahkan 20 ml HCl 25%. Kemudian ditutup dengan penangas balik dan

dipanaskan diatas penangas air sampai mendidih selama 2,5 jam pada suhu 100
o
C. Dibiarkan dingin dan dinetralkan dengan larutan NaOH 45% dan diencerkan

sampai volume 500 ml sampai ± pH 7. Disaring kembali campuran diatas pada

kertas saring, setelah itu ditentukan kadar gula menggunakan DNS yang

dinyatakan sebagai glukosa dari filtrat yang diperoleh. Pembuatan larutan DNS:

Pereaksi; DNS untuk analisa kadar pati dibuat dengan melarutkan 10,6 g asam 3,5

dinitrosalisilat, 19,8 g NaOH, 306 g Na-K-Tartarat, 7,6 g fenol (dicairkan pada

suhu 50 oC dan 8,3 g Na metabisulfit dalam 1416 ml akuades (pH netral).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Pengujian gula pereduksi dengan menggunakan kurva standar DNS adalah

sebagai berikut: 1 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan 3 ml pereaksi DNS. Larutan tersebut ditempatkan dalam air

mendidih selama 5 menit dan dibiarkan sampai dingin pada suhu ruang. Blanko

dipersiapkan dengan mengganti sampel dengan akuades. Kurva standar dengan

konsentrasi larutan glukosa dan standar 0,1 – 0,25 mg/ml dilakukan dengan cara

yang sama seperti sampel. Kadar gula pereduksi diukur dengan absorbansi pada

panjang gelombang 550 nm. Dapat dilihat kurva standar pada pengujian kadar pati

tepung mocaf pada lampiran 19.

Kadar Amilosa dan Kadar Amilopektin

Menurut Apriyantono, dkk., (1989) Pembuatan kurva standar amilosa,

sebanyak 40 mg amilosa murni (potato starch) ditambah 1 ml etanol 95% dan 9

ml NaOH 1 N. Setelah didinginkan dipanaskan dalam air mendidih selama 5-10

menit. Setelah didinginkan larutan diencerkan dengan akuades sampai volume

100 ml, ditambahkan asam asetat 1 N sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5 ml larutan

tersebut masing-masing dimasukkan dalam labu takar 100 ml, ditambahkan

masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml asam asetat 1 N dan ditambahkan 2 ml

larutan iod, kemudian diencerkan dengan akuades sampai volume tepat 100 ml,

dibiarkan selama 20 menit. Intensitas warna biru terbentuk diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.

Penetapan contoh, sebanyak 40 mg contoh ditambah 1 ml etanol 95% dan 9 ml

NaOH 1 N, campuran dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit. Setelah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

dingin diencerkan dengan akuades sampai volume labu takar 100 ml,

ditambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan iod selanjutnya ditambahkan

air destilata sampai volume tepat 100 ml, dikocok dan didiamkan selama 20

menit. Intensitas warna yang terbentukdiukur dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 625 nm. Kadar amilosa dalam sampel dihitung berdasarkan

nilai absorbansi dengan persamaan (Julliano, 1974). Dapat dilihat kurva standar

pengujian amilosa pada tepung mocaf yaitu pada lampiran 20.

Kadar amilopektin (%) = kadar pati (%) - kadar amilosa (%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Ubi Kayu

Disortasi, dikupas dan dicuci

Diiris tipis

Pembuatan mocaf sesuai dengan POS


(Prosedur Operasi Standar)

Lama
Press Pengeringan:
X2 = 6 jam
Pengeringan matahari 5 Jam X2 = 7 jam
Berat chips ubi kayu X2 = 8 jam
termodifikasi : Diukur
Chips ubi kayu termodifikasi
X3 = 5 kg pengeringan setiap
basah dan dikeringkan dengan
X3 = 10 kg jam selama proses
rotary dryer
X3 = 15 kg pengeringan
dengan mengukur
Penggilingan kadar air chips

Analisa : Suhu
- Kadar Air Pengayakan dengan 80 mesh
Pengeringan:
- Konsumsi Tabung X1 = 40oC
Gas X1 = 50oC
- Kadar Abu Penyimpanan
X1 = 60oC
- Derajat putih

Tepung mocaf optimal


dengan metode respon
permukaan

Analisa mutu fisik : Analisa mutu kimia : Analisa mutu fungsional :


- Densitas kamba - Kadar air - Daya serap air
- Derajat putih - Kadar abu - Daya serap minyak
- Swelling power
- Baking expansion

Gambar 5. Skema pembuatan tepung ubi kayu termodifikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Ubi Kayu

Disortasi, dikupas dan dicuci

Diiris tipis

Dicuci

Dilakukan proses modifikasi chips Chips ubi kayu


ubi kayu sesuai Prosedur Operasi
Standar (POS) dalam pembuatan
tepung Mocaf dan press

Dikeringkan Diukur laju


pengeringan
chips selama
Metode pengeringan : proses
- Matahari pengeringan
- Rotary Dryer dengan
- Kombinasi matahari dan menghitung
rotary dryer kadar air chips

Penggilingan

Pengayakan dengan 80 mesh

Tepung mocaf Tepung ubi kayu

Analisa mutu fisik : Analisa mutu kimia : Analisa mutu fungsional :


- Densitas kamba - Kadar air - Daya serap air
- Derajat putih - Kadar abu - Daya serap minyak
- Kadar pati - Swelling power
- Kadar amilosa - Baking expansion
dan amilopektin

Gambar 66. Skema pembuatan tepung ubi kayu dan tepung mocaf

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rancangan desain metode respon permukaan pada pengeringan chips mocaf


dengan faktor suhu, waktu dan kuantitas chips

Penentuan nilai optimasi pada suatu percobaan dapat dilakukan dengan

berbagai metode. Salah sata metode untuk dapat menghitung nilai optimasi pada

suatu percobaan dapat menggunakan metode respon permukaan. Metode respon

permukaan merupakan suatu metode yang menganalisis percobaan dengan

penentuan titik optimasi dari respon dengan menggunakan beberapa faktor.

Metode respon permukaan sering digunakan dalam bidang mekanisasi untuk

mengetahui nilai optimal kerja suatu mesin dan optimasi produk yang dihasilkan.

Mocaf merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari ubi kayu.

Tepung mocaf dibuat dari hasil fermentasi chips mocaf menggunakan bakteri

asam laktat. Produksi tepung mocaf yang masih menggunakan metode sederhana

yaitu menggunakan penjemuran sinar matahari, membuat produsen tepung mocaf

sangat bergantung pada cuaca yang akan menyebabkan penurunan produksi

tepung mocaf dan ketidaksinambungan produksi apabila cuaca sedang tidak stabil.

Selain itu, penjemuran dengan sinar matahari membutuhkan waktu yang lama

serta tempat yang luas yang membuat produsen harus benar benar memperhatikan

proses penjemuran chips mocaf. Namun, apabila dalam 1 hari chips mocaf tidak

kering maka dikhawatirkan akan terjadi pertumbuhan bakteri pada chips mocaf

yang masih mengandung kadar air yang tinggi dan akan mempengaruhi kualitas

tepung mocaf yang dihasilkan. Oleh karena itu dibutuhkan proses pengeringan

alternatif yang dapat menggantikan pengeringan dengan sistem matahari namun

tetap dapat memproduksi mocaf yang berkualitas serta dalam jumlah yang tinggi.

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36

Metode pengeringan yang digunakan yaitu dengan menggunakan rotary dryer.

Mesin rotary dryer merupakan alat mekanisasi untuk pengeringan dengan

menggunakan sumber panas tungku dan pengeringan berputar sehingga mocaf

akan mengalami pengeringan yang merata diseluruh bagian, dan dalam kapasitas

yang besar. Selain itu, pengeringan menggunakan rotary dryer tidak

membutuhkan waktu yang lama sehingga akan meminimalisir pertumbuhan

mikroorganisme dan tidak bergantung pada sinar matahari dalam proses

pengeringannya.

Untuk dapat menentukan suhu, berat chips dan waktu yang optimal dalam

menggunakan mesin rotary dryer, digunakan metode respon permukaan.

Rancangan perlakuan menggunakan aplikasi Design Expert v.11 dengan Central

Composite Design analisis eksperimen orde ke dua secara linier. Pada design ini

menggunakan 3 faktor atau 3 variabel independen sehingga titik aksialnya

sebanyak 6k (2k = 2x3) untuk membentuk suatu central composite design dengan

nilai rotatabilitasnya = (23)1/4 = 1,682. Nilai 1,682 merupakan nilai rotatabilitas

yang artinya desain perlakuan penelitian mempunyai pendekatan yang tepat dari

pusat dan dapat mengisi ruang sekitar lingkaran atau dapat mewakilkan seluruh

percobaan berupa titik-titik yang mengelilingi pusat. Adapun nilai pengkodean

eksperimen II untuk variabel x1, x2, x3 adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Kode dua level eksperimen II

Kode
-1,682 -1 0 1 1,682
Level
Suhu (C) 33.1821 40 50 60 66.8179
Waktu
5.31821 6 7 8 8.68179
(Jam)
Berat (Kg) 1.59104 5 10 15 18.409

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Rancangan eksperimen akan menggunakan factorial design dengan 23 = 8

run dan 6 centre points total 14 run serta 6 titik aksial untuk dapat membentuk

central composite design pada percobaan sehingga total perlakuan 20 run. Yang

dimaksud dengan faktor disini adalah variabel pengamatan sehingga 3 faktor sama

dengan 3 variable pengamatan dengan dua level yang artinya pada setiap faktor di

desain dengan dua nilai perubahan yaitu nilai maksimum dan nilai minimum.

Pada Tabel 6 menunjukkan model rancangan yang dihasilkan dari generate oleh

software Design Expert v.11.

Tabel 6. Rancangan desain eksperimen II


Suhu (oC) X1 Waktu (Jam) X2 Berat (Kg) X3
50 0,000 7 0,000 18.409 1,682
50 0,000 8.6817 1,682 10 0,000
33.1821 -1,682 7 0,000 10 0,000
40 -1,000 6 -1,000 15 1,000
40 -1,000 8 1,000 5 -1,000
40 -1,000 6 -1,000 5 -1,000
66.8179 1,682 7 0,000 10 0,000
50 0,000 7 0,000 1.5910 -1,682
50 0,000 5.3182 -1,682 10 0,000
60 1,000 6 -1,000 5 -1,000
50 0,000 7 0,000 10 0,000
50 0,000 7 0,000 10 0,000
50 0,000 7 0,000 10 0,000
60 1,000 8 1,000 15 1,000
60 1,000 8 1,000 5 -1,000
60 1,000 6 -1,000 15 1,000
50 0,000 7 0,000 10 0,000
50 0,000 7 0,000 10 0,000
40 -1,000 8 1,000 15 1,000
50 0,000 7 0,000 10 0,000

Pada eksperimen ini menggunakan 8 respon atau 8 parameter yang diuji

kemudian ditentukan titik optimasinya berdasarkan pengujian yang berpengaruh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

atau yang signifikan terhadap 3 variabel atau 3 faktor tersebut. Semua data diolah

dengan metode linier untuk mengetahui kecocokan desain model percobaan

dengan faktor dan respon yang diuji.

Optimasi waktu pengeringan, berat chips mocaf dan suhu pada pengeringan
tepung mocaf dengan rotary dryer dengan metode respon permukaan

Respon permukaan dari pengujian kadar air

Pengeringan sangat bergantung pada kadar air pada suatu bahan. Oleh

karena itu, dapat dikatakan proses pengeringan apabila telah terjadi perubahan

secara fisik dan kimia bahan setelah perlakuan pengeringan. Dari hasil pengujian

menggunakan rancangan desain metode respon permukaan, dapat dilihat pada

Tabel 5, terdapat perbedaan hasil pengeringan dari 3 faktor dan perlakuan yang

diuji. Perbedaan kadar air pada chips mocaf yang dihasilkan dapat diartikan

dipengaruhi oleh ketiga faktor dalam pengujian. Hal ini berarti, pengeringan pada

tepung mocaf memiliki pengaruh terhadap kualitas dari tepung mocaf dan persen

kadar air pada tepung mocaf dipengaruhi oleh berat chips selama pengeringan,

lama waktu pengeringan dan suhu yang digunakan karena pada proses

pengeringan pada rotary dryer tersebut terjadi proses pengeringan yang

berlangsung dengan gaya yang diberikan oleh rotary dryer. Perbandingannya

dengan pengeringan konvensional adalah, sumber panas yang digunakan.

Pengeringan menggunakan rotary dryer menggunakan panas dari api dalam

tungku sedangkan pengeringan konvensional menggunakan panas dari sinar UV

matahari. Perbedaan metode pengeringan tersebut akan memberikan respon

pengeringan yang berbeda. Berikut merupakan hasil pengujian kadar air pada

rancangan desain metode respon permukaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Tabel 7. Data pengamatan kadar air pada chips mocaf


Suhu (oC) Waktu (Jam) Berat (Kg) Kadar Air (%)
50 7 18.40 9.4513
50 8.68 10 9.3497
33.18 7 10 9.8130
40 6 15 10.2957
40 8 5 9.3527
40 6 5 10.6030
66.81 7 10 10.6229
50 7 1.59 10.2112
50 5.31 10 11.2150
60 6 5 10.2146
50 7 10 10.6053
50 7 10 10.4340
50 7 10 10.2550
60 8 15 9.4238
60 8 5 9.8141
60 6 15 10.5146
50 7 10 11.2199
50 7 10 10.2992
40 8 15 10.3181
50 7 10 10.9613

Tabel 7 menunjukkan bahwa ketiga faktor sangat berpengaruh terhadap

kadar air pada suatu bahan. Namun, kadar air pada chips mocaf yang dihasilkan

masih pada standar yang berlaku. Dapat dilihat pada tabel pengeringan dengan

waktu 8 jam, akan menghasilkan chips mocaf dengan kadar air yang rendah yaitu

berkisar pada 9%, diperoleh dari perlakuan dengan berbagai faktor yang

mendasari yang dapat diartikan bahwa persen kadar air yang diperoleh bergantung

pada perlakuan yang dikerjakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusharjanto, dkk

(2013) yang menyatakan bahwa prinsip dari proses pengeringan adalah pengaruh

kecepatan udara pengering, suhu udara pengering,dan kelembaban udara sangat

mempengaruhi hasil akhir dari chips mocaf kering yang dihasilkan. Oleh karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

itu, dari hasil kadar air yang kita lihat di tabel dapat menunjukkan persen kadaar

air tersebut dapat dipengaruhi oleh ketiga faktor tidak dapat disimpulkan dari satu

faktor saja sehingga hasil yang diperoleh pun beragam. Faktor lain yang juga

mempengaruhi pengeringan chips adalah ketebalan chips yang dikeringkan dan

kombinasi pengeringan. Menurut Rusdiansjah dan Warjo (2014) menyebutkan

bahwa ketebalan dari bahan yang akan dikeringkan juga akan sangat

mempengaruhi proses pengeringan dari bahan.

Gambar 7. Plot permukaan respon kadar air

Gambar 7 plot permukaan respon pada kadar air diatas dapat dilihat plot

permukaan respon menunjukkan titik desain yang ditunjukkan pada titik merah

menggambarkan bahwa kadar air optimal yaitu pada kadar air 10,255% dengan

faktor nyata berat chips adalah 10 kg dan dilakukan pada suhu 50oC dengan waktu

7 jam. Persen kadar air (b/b) pada titik desain yang optimal memiliki persen kadar

air yang sesuai dengan SNI tepung mokaf yaitu maks. 13% (b/b) (SNI, 2011). Hal

ini menunjukkan bahwa kadar air tepung mocaf yang dihasilkan dari pengeringan

menggunakan rotary dryer masih mengacu pada standar yang berlaku. Suhu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

pengeringan optimal pada permukaan respon kadar air yaitu 50oC dimana

pengeringan tersebut tidak menggunakan suhu yang tinggi ataupun terlalu rendah.

Suhu yang digunakan dalam proses pengeringan sebaiknya tidak terlalu tinggi

atau digunakan suhu optimum pengeringan sesuai dengan bahannya, hal ini

karena dapat menyebabkan perubahan yang tidak diharapkan dalam bahan

pangan.

Respon permukaan efisiensi pemakaian gas

Pengeringan menggunakan alat pengering tentu membutuhkan sumber

energi sebagai sumber panas yang digunakan untuk mengeringkan chips mocaf.

Penggunaan rotary dryer sebagai alat pengeringan mocaf, membutuhkan sumber

panas yang berasal dari tungku dengan bahan bakar gas elpiji. Bahan bakar

tersebut akan dibutuhkan dalam menyalakan api pada tungku yang akan dialirkan

panasnya menggunakan blower ke badan pengering atau dryer yang berbentuk

drum. Oleh karena itu, bahan bakar dapat menjadi salah satu faktor efisiensi

pengeringan menggunakan rotary dryer pada pembuatan mocaf. Hal ini ditujukan

agar tidak terjadi ketimpangan biaya produksi pembuatan mocaf sehingga harga

mocaf melonjak tinggi yang padaawalnya diharapkan metode pengeringan

menggunakan rotary dryer ini dapat menghemat dan mempermudah proses

produksi serta menaikkan tingkat produksi mocaf pada masyarakat dan

meninggalkan cara konvensional yang menggunakan pengeringan matahari.

Hasil pengujian dengan menggunakan rancangan desain sebanyak 20

perlakuan, diperoleh hasil konsumsi gas pada perlakuan yang telah dikonversi

menjadi rupiah yang dihitung berdasarkan selisih berat gas yang digunakan

sebelum dan sesudah pengeringan mocaf.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Tabel 8. Konsumsi gas dalam pengeringan mocaf


Suhu (oC) Waktu (Jam) Berat (Kg) Konsumsi Gas (Rp)
50 7 18.40 9.153
50 8.68 10 12.840
33.18 7 10 9.047
40 6 15 8.160
40 8 5 10.227
40 6 5 8.293
66.81 7 10 9.060
50 7 1.59 9.033
50 5.31 10 5.467
60 6 5 7.607
50 7 10 9.093
50 7 10 9.053
50 7 10 9.033
60 8 15 10.433
60 8 5 10.693
60 6 15 8.553
50 7 10 9.080
50 7 10 9.093
40 8 15 10.847
50 7 10 9.067

Tabel 8 berikut diketahui bahwa konsumsi gas berpengaruh terhadap

berapa lama penggunaan alat. Semakin lama rotary dryer digunakan, maka

semakin banyak juga gas yang dikeluarkan. Faktor berat chips, ataupun suhu yang

digunakan tidak terlalu berpengaruh dalam konsumsi gas. Pengeringan selama 8

jam akan mengeluarkan biaya penggunaan gas sebanyak Rp. 10.693 dan

pengeringan 5 jam diambil dari titik aksial perlakuan mengeluarkan biaya

pemakaian gas sebanyak Rp. 5.467. Meskipun demikian, pemakaian gas yang

murah tidak dapat diartikan sebagai penggunaan yang optimal dan efektif

dikarenakan, pertimbangan pemakaian optimal juga harus dilihat dari kualitas

pengeringan dan kuantitas hasil pengeringan. Oleh karena itu, data diolah dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

metode respon permukaan untuk dapat mengetahui nilai optimum dari ketiga

faktor pengeringan mocaf.

Gambar 8. Plot respon permukaan efisiensi gas pada pengeringan mocaf

Gambar 8 plot respon permukaan efisiensi gas pada pengeringan mocaf

tersebut dapat dikatakan bahwa pengeringan mocaf yang memiliki konsumsi gas

optimal pada titik desain di tengah plot tersebut dengan angka konsumsi gas

senilai Rp. 9033. Harga penggunaan gas tersebut dapat digunakan dalam

mengeringkan sebanyak 10 kg chips, menggunakan suhu 50oC, selama 7 jam. Hai

ini sesuai dengan pernyataan Muchtadi, (1997) yang menyatakan bahwa Waktu

yang dibutuhkan dalam proses pengeringan ditentukan oleh beberapa faktor antara

lain suhu udara pengering, kelembaban relatif udara pengering, laju alir udara

pengering, dan kadar air bahan yang dikeringkan. Suhu udara panas yang

digunakan berpengaruh terhadap lama pengeringan dan kualitas bahan hasil

pengeringan. Oleh karena itu, efisiensi konsumsi gas juga ditentukan dari waktu,

kualitas pengeringan dan kuantitas hasil pengeringan yang diperoleh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Respon permukaan penurunan kadar air chips setiap jam

Hasil respon permukaan pengaruh waktu pengeringan, berat chips mocaf

dan suhu pada pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap penurunan

kadar air chips setiap jam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa pengaruh waktu

pengeringan, berat chips mocaf dan suhu pengeringan mocaf menggunakan rotary

dryer terhadap penurunan kadar air chips tidak berpengaruh atau tidak signifikan,

sehingga tidak dilanjutkan pada analisa plot respon permukaan.

Respon permukaan daya serap minyak

Hasil respon permukaan pengaruh waktu pengeringan, berat chips mocaf

dan suhu pada pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap daya serap

minyak (Lampiran 3) menunjukkan bahwa pengaruh waktu pengeringan, berat

chips mocaf dan suhu pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap

dayaserap air tidak berpengaruh atau tidak signifikan, sehingga tidak dilanjutkan

pada analisa plot respon permukaan.

Respon permukaan daya serap air

Hasil respon permukaan pengaruh waktu pengeringan, berat chips mocaf

dan suhu pada pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap daya serap

air (Lampiran 4) menunjukkan bahwa pengaruh waktu pengeringan, berat chips

mocaf dan suhu pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap daya

serap air tidak berpengaruh atau tidak signifikan, sehingga tidak dilanjutkan pada

analisa plot respon permukaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Respon permukaan swelling power

Hasil respon permukaan pengaruh waktu pengeringan, berat chips mocaf

dan suhu pada pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap swelling

power (Lampiran 5) menunjukkan bahwa pengaruh waktu pengeringan, berat

chips mocaf dan suhu pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap

swelling power tidak berpengaruh atau tidak signifikan, sehingga tidak dilanjutkan

pada analisa plot respon permukaan.

Respon permukaan kadar abu

Hasil respon permukaan pengaruh waktu pengeringan, berat chips mocaf

dan suhu pada pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap kadar abu

(lampiran 6) menunjukkan bahwa pengaruh waktu pengeringan, berat chips mocaf

dan suhu pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap kadar abu tidak

berpengaruh atau tidak signifikan, sehingga tidak dilanjutkan pada analisa plot

respon permukaan.

Respon permukaan densitas kamba

Hasil respon permukaan pengaruh waktu pengeringan, berat chips mocaf

dan suhu pada pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap densitas

kamba (Lampiran 7) menunjukkan bahwa pengaruh waktu pengeringan, berat

chips mocaf dan suhu pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap

densitas kamba tidak berpengaruh atau tidak signifikan, sehingga tidak

dilanjutkan pada analisa plot respon permukaan.

Respon permukaan derajat putih

Hasil respon permukaan pengaruh waktu pengeringan, berat chips mocaf

dan suhu pada pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap derajat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

putih (Lampiran 8) menunjukkan bahwa pengaruh waktu pengeringan, berat chips

mocaf dan suhu pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer terhadap derajat

putih tidak berpengaruh atau tidak signifikan, sehingga tidak dilanjutkan pada

analisa plot respon permukaan.

Respon permukaan baking expansion

Metode pengeringan pada tepung mocaf memberikan dampak atau faktor

ada sifat fisik dan fungsional pad tepung mocaf. Sebagai contoh, pengeringan

matahari pada chips mocaf akan memberikan dampak warna yang lebih cerah

dibandingkan dengan pengeringan menggunakan tungku ataupun sumber panas

dari api dikarenakan, pengeringan menggunakan sumber panas api tungku akan

memberikan dampak panas satu arah secara kontiniu dan stabil sehingga chips

akan mengalami pencoklatan akibat suhu tinggi dalam waktu yang cepat dan

stabil. Sedangkan pada pengeringan matahari menggunakan suhu yang tidak

menentu, dan bergantung pada kondisi matahari serta memanfaatkan sinar UV

untuk sumber panasnya. Sama seperti sifat baking expansion pada tepung mocaf

akan berpengaruh terhadap kualitas fungsional tepung mocaf. Selain itu, kondisi

pengeringan atau kondisi chips setelah pengeringan juga berpengaruh terhadap

hasil baking expansion pada tepung mocaf. Pada metode respon permukaan ini,

desain perlakuan menggunakan faktor suhu yang beragam, waktu yang beragam,

serta kuantitas chips yang beragam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Tabel 9. Baking expansion pada tepung mocaf


Baking expansion
Suhu (oC) Waktu (Jam) Berat (Kg)
(g/ml)
40 6 15 1.27665
50 7 10 1.23387
33.18 7 10 1.41997
50 5.31 10 1.30904
50 7 10 1.30912
50 7 10 1.35128
60 6 5 1.30992
60 6 15 1.35046
50 7 10 1.37155
50 7 18.40 1.44255
50 7 10 1.33694
40 8 15 1.40009
50 7 10 1.37153
66.81 7 10 1.37016
60 8 5 1.32317
40 6 5 1.29886
40 8 5 1.35487
60 8 15 1.37106
50 8.68 10 1.46837
50 7 1.59 1.1334

Tabel 9 menjelaskan bahwa lama pengeringan, kuantitas chips dan suhu

yang digunakan memberikan pengaruh sehingga memiliki nilai baking expansion

yang berbeda-beda. Faktor yang dapat mempengaruhi nilai baking expansion pada

tepung mocaf dengan desain respon permukaan ini dipengaruhi oleh ketiga faktor

tersebut. Karena desain perlakuan menggunakan suhu, waktu dan kuantitas yang

beragam maka dapat memberikan hasil signifikan atau ada pengaruh faktor

terhadap baking expansion pada tepung mocaf dengan desain respon permukaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Gambar 9. Plot respon permukaan baking expansion

Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai optimum dari baking expansion pada

desain perlakuan dengan 3 faktor tersebut adalah 1,3512 g/ml dengan faktor suhu

50oC, waktu selama 7 jam dan berat chips 10 kg. Hasil tersebut menerangkan

bahwa pada waktu pengeringan, kuantitas chips serta suhu tersebut merupakan

perlakuan optimal dari pengeringan sehingga menghasilkan nilai baking

expansion yang sesuai. Selain faktor optimum tersebut dapat dikatakan bahwa

perlakuan tidak sesuai meskipun nilai baking expansion lebih baik karena dapat

ditinjau dari tidak efisien dari segi pengeringan menggunakan waktu yang lama,

atau kuantitas chips yang dikeringkan sedikit ataupun mempengaruhi sifat fisik

dan kimia tepung mocaf yang dihasilkan. Menurut Pudjiastuti (2010) menyatakan

bahwa baking expansion bergantung pada lama pengeringan atau lama proses

pemanasan yang berlangsung serta pemaparan sinar UV pada proses pengeringan

tepung mocaf. Pada desain percobaan menggunakan waktu pengeringan

menggunakan sinar matahari memiliki waktu yang sama, nilai baking expansion

tepung mocaf dipengaruhi oleh kualitas pengeringan pada rotary dryer yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

berhubungan dengan suhu pengeringan, lama pengeringan dan kuantitas chips

selama pengeringan yang menyebabkan perbedaan nilai baking expansion.

Berdasarkan pengujian metode respon permukaan dengan melibatkan10

respon (Y) serta laju pengeringan mocaf desain metode respon permukaan pada

pengujian pembuatan mocaf menggunakan rotary dryer dengan faktor suhu

pengeringan, waktu pengeringan dan berat chips mocaf, maka diperoleh hasil

pada respon yang signifikan menunjukkan bahwa perlakuan optimal yang

memberikan respon permukaan optimal pada yaitu perlakuan titik pusat yaitu

pengeringan dengan suhu 50oC, berat chips mocaf sebanyak 10 kg, dan lama

pengeringan selama 7 jam.

Pengaruh pengeringan menggunakan matahari, rotary dryer, dan kombinasi


matahari dan rotary dryer terhadap muru tepung ubi kayu dan tepung mocaf
yang dihasilkan

Berbagai metode pengeringan dalam pembuatan tepung akan

memperngaruhi mutu produk yang dihasilkan. Pengeringan dengan menggunakan

matahari dan rotary dryer serta kombinasi tentuakan menghasilkan mutu tepung

mocaf yang beragam. Hal ini dikarenakan proses pengeringan tersebut memiliki

karakteristik kelembababn relatif tertentu, suhu tertentu serta kondisi yang

berbeda-beda sehingga akan banyak faktor yang dapat mempengaruhi produk

apabila menggunakan metode pengeringan yang berbeda-beda. Selain itu, tepung

ubi kayu dan tepung mocaf merupakan tepung yang berasal dari bahan baku yang

sama, namun memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik tersebut

dipengaruhi oleh proses fermentasi yang terjadi pada mocaf sehingga

mempengaruhi karakteristik fisik maupun kimia yang berbeda antara tepung ubi

kayu dan tepung mocaf. Hal ini yang membuat tepung mocaf lebih disukai dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

peembuatan produk makanan karena dengan proses fermentasi yang terjadi pada

chips ubi kayu akan menghilangkan karakteristik yang kurang disukai yang

dimiliki oleh tepung ubi kayu.

Berdasarkan nilai respon permukaan optimal dan laju pengeringan optimal

pada pengeringan mocaf menggunakan rotary dryer, dengan rancangan desain

metode respon permukaan, maka dilakukan pengujian dengan membandingkan

pengeringan konvensional menggunakan matahari dan pengeringan menggunakan

rotary dryer terhadap mocaf dan tepung ubi kayu. Dari hasil penelitian yang

dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.

Karakteristik Fisik, Fungsional, dan Kimia Tepung Mocaf dan Tepung Ubi
Kayu dengan Pengeringan Matahari, Rotary Dryer, dan Perlakuan
Kombinasi

Data hasil pengamatan karakteristik fisik, fungsional, dan kimia tepung

mocaf dan tepung ubi kayu dengan pengeringan menggunakan matahari dan

rotary dryer dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10. Karakteristik fisik, fungsional dan kimia dari tepung mocaf dengan
berbagai pengeringan
Tepung Mocaf
Karakteristik Fisik,
Perlakuan
Fungsional, dan Kimia Matahari Rotary Dryer
Kombinasi
Kadar air (%) 9,6396 ±0,2051 11,5534±0,2869 9,4448±0,3015
Kadar Abu (%) 0,6453±0,0157 0,5400±0,0362 0,5914±0,0103
Swelling Power (%) 12,0469±0,0419 12,0466±0,0084 12,1572±0,0388
Daya Serap Air (%) 5,1061±0,0939 5,3152±0,0521 5,2298±0,0959
Daya Serap Minyak (%) 5,1838±0,1429 4,8771±0,1039 5,2989±0,0331
Baking Expansion (ml/g) 1,5529±0,0248 1,2059±0,0192 1,4499±0,0397
Derajat Putih (L) 94,500±0,3464 92,400±0,2 92,1667±0,1155
Kadar Pati (%) 76,8602±0,3165 76,2274±0,3761 76,2828±0,3596
Kadar Amilosa (%) 31,7224±0,5354 29,1065±0,3124 30,5959±0,3742
Kadar Amilopektin (%) 45,1378±0,8389 47,1209±0,2925 45,6869±0,1051
Keterangan : Angka dalam tabel merupakan rataan dalam 3 ulangan

Tabel 11. Karakteristik fisik, fungsional dan kimia dari tepung ubi kayu dengan
berbagai pengeringan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Karakteristik Fisik, Tepung Ubi Kayu


Fungsional, dan Kimia Matahari Rotary Dryer
Kadar air (%) 11,8849±0,1363 10,3896±0,3098
Kadar Abu (%) 0,8789±0,0297 0,7157±0,0318
Swelling Power (%) 11,8000±0,1087 11,8679±0,1164
Daya Serap Air (%) 3,7851±0,4133 3,7139±0,6000
Daya Serap Minyak (%) 3,3097±0,1627 3,1712±0,2274
Baking Expansion (ml/g) 0,8268±0,0749 0,9192±0,0676
Derajat Putih (L) 90,3333±0,2309 88,8667±0,2517
Kadar Pati (%) 72,1343±0,3634 73,8193±1,2554
Kadar Amilosa (%) 25,3388±0,3730 22,8569±0,3967
Kadar Amilopektin (%) 46,7954±0,2815 50,9625±0,8672
Keterangan : Angka dalam tabel merupakan rataan dalam 3 ulangan

Tabel 10 dan Tabel 11 menunjukkan bahwa tepung mocaf dan tepung ubi

kayu dengan pengeringan matahari, pengeringan rotary dryer dan pengeringan

optimal dengan metode respon permukaan, memiliki karakteristik fisik,

fungsional dan kimia yang berbeda namun tidak terlalu signifikan. Karakteristik

dari tepung mocaf dan tepung ubi kayu sangat berbeda sehingga menghasilkan

variasi data yang signifikan. Tepung mocaf merupakan modifikasi dari tepung ubi

kayu agar pemanfaatannya jauh lebih luas. Tepung mocaf memiliki warna yang

lebih putih dibandingkan dengan tepung ubi kayu. Secara fisik tepung ubi kayu

memiliki karakteristik yang kurang baik untuk dapat menjadi bahan baku produk

olahan. Tepung ubi kayu memiliki karakteristik yang akan cepat mengeras setelah

mengalami gelatinisasi dan memiliki aroma yang kurang baik sehingga kurang

disukai apabila dicampurkan dalam produk makanan (Suismono dan

Martosuyono, 2007). Oleh karena sifat yang dimiliki oleh tepung ubi kayu tidak

dapat diterima konsumen serta menghasilkan kualitas yang kurang baik untuk

pengolahan produk pangan, maka dilakukan modifikasi terhadap tepung ubi kayu

untuk memperbaiki karakteristik dari tepung ubi kayu tersebut sehingga dapat

menjadi bahan alternatif pengganti tepung terigu (Duryatmo, 2009). Tepung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

mocaf ataupun tepung modifikasi yang berasal dari ubi kayu berasal dari

fermentasi yang dilakukan terhadap chips ubi kayu dengan menggunakan bakteri

asam laktat sehingga dapat merubah sifat fisik, kimia dan fungsional dari tepung

ubi kayu menjadi lebih baik untuk dapat menjadi produk substitusi tepung-

tepungan terutama tepung terigu (Subagyo, 2009).

Optimasi metode pengeringan matahari, rotary dryer dan pengeringan


kombinasi terhadap mutu tepung mocaf dan tepung ubi kayu

Kadar Air

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap karakteristik fungsional, fisik, dan kimia

tepung mocaf dan tepung ubi kayu terhadap kadar air (Lampiran 11) menunjukkan

bahwa metode pengeringan terhadap tepung mocaf dan tepung ubi kayu

memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air tepung yang

dihasilkan. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan

kombinasi terhadap kadar air tepung mocaf dan tepung ubi kayu dapat dilihat

pada Gambar 10.

Gambar 10 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar air pada tepung

ubi kayu dan tepung mocaf menunjukkan bahwa pengeringan sangat berpengaruh

terhadap kadar air yang diperoleh. Kadar air pada tepung ubi kayu dan tepung

mocaf juga berbeda meskipun tidak terlalu jauh berbeda. Tepung mocaf memiliki

kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan kadar air tepung ubi kayu

dikarenakan, pada proses pembuatan mocaf, ubi kayu direndam saat fermentasi

berlangsung yang menyebabkan chips ubi kayu menjadi sangat lunak dan pori-

pori pada chips terbuka sehingga air yang menyerap cukup banyak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

14.00
11,88 aA 11,55 aA
12.00
10,39 bB
9,64 cBC 9,44 cC
10.00

Kadar Air (%)


8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
UM UA MM MA MO
Perlakuan Ubi

Keterangan :UM : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan matahari


UA : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan rotary dryer
MM : tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari
MA : tepung mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer
MO : tepung mocaf dengan metode pengeringan kombinasi matahari dan rotary dryer

Gambar 10. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan


pengeringan kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
terhadap kadar air tepung

Oleh karena itu dilakukan pengepresan pada chips agar mengeluarkan

sebanyak-banyaknya air dari chips ubi kayu yang mengakibatkan banyaknya

massa air yang keluar dari chips ubi kayu. Berbeda dengan tepung ubi kayu, chips

ubi kayu tidak mengalami proses pengepresan sehingga saat proses pencucian

chips ubi kayu, maka air akan meresap ke pori-pori chips ubi kayu dan tertahan

yang menyebabkan proses pengeringan menghasilkan kadar air yang lebih banyak

pada tepung ubi kayu dibandingkan dengan tepung mocaf. Selain itu, pengeringan

menggunakan alat memiliki suhu yang stabil dan waktu yang singkat dengan

waktu optimal 7 jam sehingga pengeringan dihentikan setelah 7 jam. Oleh karena

itu, kadar air tepung ubi kayu dan tepung mocaf dengan pengeringan 100%

menggunakan rotary dryer memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

dengan kadar air tepung dengan pengeringan matahari yang tidak memiliki batas

jam, serta pengeringan kombinasi menghasilkan kadar air terendah dikarenakan

terdapat dua kali pengeringan dengan matahari selama 5 jam dan dilanjutkan

pengeringan rotary dryer selama 7 jam sehingga menghasilkan kadar air yang

rendah dan pengeringan yang baik. Meskipun kadar air dari tepung mocaf dan

tepung ubi kayu berbeda-beda, namun kadar air pada tepung ubi kayu dan tepung

mocaf masih pada batas standar yaitu maksimum 12% sehingga masih layak

untuk dapat disimpan dan diolah menjadi produk olahan makanan (SNI, 2011).

Kadar Abu

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap kadar abu tepung mocaf dan tepung ubi kayu

(Lampiran 12) menunjukkan bahwa metode pengeringan terhadap tepung mocaf

dan tepung ubi kayu memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar

abu tepung yang dihasilkan. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap kadar abu tepung mocaf dan tepung ubi kayu

dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar abu pada

tepung mocaf dan tepung ubi kayu. Perbedaan kadar abu pada tepung mocaf dan

tepung ubi kayu dapat dipengaruhi oleh jumlah kandungan mineral pada tepung

ubi kayu dan tepung mocaf. adanya perlakuan perendaman selama proses

fermentasi pada tepung mocaf menyebabkan pelepasan mineral dari chips ubi

kayu yang menyebabkan kadar abu pada tepung mocaf lebih rendah dibandingkan

dengan tepung ubi kayu yang dibuat tanpa mengalami proses perendaman

(Yulifianti dan Ginting, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

1.00
0,88 aA
0.90
0.80 0,72 bB
0,65 cBC
Kadar Abu (%)
0.70
0,59 dCD
0.60 0,54 eD
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
UM UA MM MA MO
Perlakuan Ubi

Keterangan :UM : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan matahari


UA : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan rotary dryer
MM : tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari
MA : tepung mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer
MO : tepung mocaf dengan metode pengeringan kombinasi matahari dan rotary dryer

Gambar 11. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan


pengeringan kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
terhadap kadar abu tepung

Pengeringan tepung juga mempengaruhi kadar abu dari tepung yang

disebabkan dari kotoran yang terdapat saat proses pengeringan. Pengeringan

dengan menggunakan matahari memiliki kadar abu yang lebih tinggi

dibandingkan dengan menggunakan alat atupun kombinasi dikarenakan proses

pengeringan matahari rentan terkena debu di udara, serta proses penjemuran yang

menggunakan alas yang tidak higienis juga dapat mempengaruhi kadar abu dari

tepung. Faktor lain adanya penambahan kadar abu dapat berasal dari luar atau

secara eksternal. Pengeringan juga dpat menjadi salah satu faktor terjadinya

penambahan kadar abu. Oleh karena itu, proses pengeringan yang baik dan

higienis dapat menghindari kadar abu yang tinggi. Namun, kadar abu yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

diperoleh baik pada tepung mocaf maupun tepung ubi kayu masih memenuhi

standar yaitu dibawah 1,5% (SNI, 2011).

Swelling Power

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap swelling power tepung mocaf dan tepung ubi

kayu (Lampiran 13) menunjukkan bahwa metode pengeringan terhadap tepung

mocaf dan tepung ubi kayu memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap

swelling power tepung yang dihasilkan. Pengaruh metode pengeringan matahari,

rotary dryer, dan pengeringan kombinasi terhadap daya serap air tepung mocaf

dan tepung ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 12.

12.30
12,16 aA
12.20
12,05 aAB
12,05 aAB
Swelling Power (%)

12.10 11,87 bB
12.00 11,80 bB
11.90
11.80
11.70
11.60
11.50
11.40
UM UA MM MA MO
Perlakuan Ubi

Keterangan :UM : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan matahari


UA : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan rotary dryer
MM : tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari
MA : tepung mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer
MO : tepung mocaf dengan metode pengeringan kombinasi matahari dan rotary dryer

Gambar 12. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan


pengeringan kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
terhadap swelling power tepung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Gambar 12 menunjukkan bahwa swelling power pada tepung mocaf

maupun tepung ubi kayu memiliki nilai swelling power yang sangat signifikan.

Hal ini dikarenakan swelling power pada tepung dipengaruhi oleh perbandingan

amilosa dan amilopektin, panjang rantai, dan berat molekulnya. Tepung mocaf

memiliki rantai yang lebih pendek dibandingkan dengan tepung ubi kayu karena

terjadinya proses modifikasi pada tepung mocaf yang menyebabkan enzim

mendegradasi secara optimal ikatan polimer pati menjadi lebih pendek sehingga

air yang terikat akan lebih banyak yang menyababkan tingginya nilai swelling

power pada tepung mocaf dibandingkan dengan tepung ubi kayu (Mulyandari,

1992). Selain itu faktor yang menyebabkan perbedaan swelling power pada tepung

yaitu sinar UV. Sinar UV yang digunakan pada proses pengeringan tepung sangat

berpengaruh pada swelling power tepung dikarenakan adanya sinar UV akan

menyebabkan rantai pati tereduksi menjadi lebih pendek dan mudah dalam

menyerap air sehingga pengeringan kombinasi dengan matahari dan rotary dryer

pada pengeringan mocaf memiliki angka lebih tinggi dibandingkan perlakuan

lainnya yaitu 12,16% yang artinya pengeringan kombinasi alat dan sinar UV serta

proses fermentasi yang berlangsung meningkatkan kualitas swelling power pada

tepung mocaf (Pudjihastuti, 2010).

Daya Serap Air

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap daya serap air tepung mocaf dan tepung ubi

kayu (Lampiran 14) menunjukkan bahwa metode pengeringan terhadap tepung

mocaf dan tepung ubi kayu memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

daya serap air tepung yang dihasilkan. Pengaruh metode pengeringan matahari,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

rotary dryer, dan pengeringan kombinasi terhadap daya serap air tepung mocaf

dan tepung ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 13.

6.00 5,11 aA
5,32 aA 5,32 aA
Daya Serap Air (g/g) 5.00 3,79 bB 3,71 bB
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
UM UA MM MA MO
Perlakuan Ubi

Keterangan :UM : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan matahari


UA : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan rotary dryer
MM : tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari
MA : tepung mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer
MO : tepung mocaf dengan metode pengeringan kombinasi matahari dan rotary dryer

Gambar 13. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan


pengeringan kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
terhadap daya serap air tepung

Gambar 13 menunjukkan bahwa adanya perbedaan terhadap daya serap air

pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf. Hal ini disebabkan karakteristik tepung

mocafmejadi lebih mudah menyerap air dikarenakan telah mengalami degradasi

pada ikatan polimer pada pati yang menyebabkan rantai menjadi lebih pendek

yang menyebabkan tepung mocaf lebih mampu menyerap air dibandingkan

dengan tepung ubi kayu (Mulyandari, 1992).

Daya Serap Minyak

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap daya serap minyak tepung mocaf dan tepung

ubi kayu (Lampiran 15) menunjukkan bahwa metode pengeringan terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

tepung mocaf dan tepung ubi kayu memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01)

terhadap daya serap minyak tepung yang dihasilkan. Pengaruh metode

pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi terhadap daya

serap minyak tepung mocaf dan tepung ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 14.

6.00
4,88 aA 5,30 aA
5,18bA
Daya Serap MInyak (g/g)

5.00

4.00
3,31 cB 3,17 cB
3.00

2.00

1.00

0.00
UM UA MM MA MO
Perlakuan Ubi

Keterangan :UM : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan matahari


UA : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan rotary dryer
MM : tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari
MA : tepung mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer
MO : tepung mocaf dengan metode pengeringan kombinasi matahari dan rotary dryer

Gambar 14. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan


pengeringan kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
terhadap daya serap minyak tepung

Gambar 14 menunjukkan bahwa nilai daya serap minyak pada tepung

mocaf dan tepung ubi kayu tidak mengalami perbedaan signifikan dibandingkan

dengan daya serap air pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf. Hal ini disebabkan

oleh pengaruh modifikasi pada tepung mocaf yang menyebabkan tepung mocaf

memiliki kemampuan mengikat lebih baik dibandingkan tepung ubi kayu. Selain

itu pengeringan yang optimal yaitu dengan pengeringan kombinasi menyebabkan

kandungan air pada tepung semakin sedikit yang menyebabkan tepung dapat

mengikat minyak maupun air dengan lebih baik dibandingkan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

pengeringan menggunakan rotary dryer 100% maupun dengan pengeringan

dengan matahari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pudjihastuti, (2010) yang

menyatakan bahwa sinar UV memiliki peranan penting dalam proses pengeringan

yang menyebabkan tepung akan memiliki kemampuan mudah menyerap air.

Baking Expansion

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap derajat putih tepung mocaf dan tepung ubi

kayu (Lampiran 16) menunjukkan bahwa metode pengeringan terhadap tepung

mocaf dan tepung ubi kayu memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

baking expansion tepung yang dihasilkan. Pengaruh metode pengeringan

matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi terhadap baking expansion

tepung mocaf dan tepung ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 15.

1.80
1,55aA
1.60 1,45aA
Baking Expansion g/ml

1.40 1,21bB
1.20 0,92cC
0,83cC
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
UM UA MM MA MO
Perlakuan Ubi

Keterangan :UM : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan matahari


UA : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan rotary dryer
MM : tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari
MA : tepung mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer
MO : tepung mocaf dengan metode pengeringan kombinasi matahari dan rotary dryer

Gambar 15. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan


pengeringan kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
terhadap baking expansion tepung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Gambar 15 tersebut menunjukkan bahwa baking expansion pada tepung

ubi kayu dan tepung mocaf memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Tepung

mocaf memiliki nilai baking expansion yang lebih tinggi dibandingkan dengan

tepung ubi kayu. Hal ini dikarenakan pada tepung ubi kayu tidak terjadi perlakuan

fermentasi yang dapat merubah karakteristik tepung. Tepung mocaf dengan nilai

baking expansion tertinggi yaitu pada tepung mocaf dengan metode pengeringan

matahari. Hal ni dikarenakan lama penyinaran matahari yang memiliki kandungan

UV terutama UVB (280-315 nm) dan UVC ( 100-280 nm) dapat meningkatkan

nilai baking expansion dari tepung mocaf dikarenakan sinar UV sangat

bermanfaat dan berpengaruh terhadap fermentasi yang telah terjadi pada tepung

mocaf yang mengakibatkan bakteri asam laktat pada tepung mocaf akan

meningkatkan kemampuan tepung dalam baking expansion (Ridwansyah dan

Yusraini, 2013). Oleh karena itu pengeringan dengan menggunakan sinar UV

akan memiliki nilai baking expansion yang lebih tinggi dibandingkan dengan

tepung mocaf yang menggunakan metode pengeringan dengan rotary dryer 100%.

Derajat Putih

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap derajat putih tepung mocaf dan tepung ubi

kayu (Lampiran 17) menunjukkan bahwa metode pengeringan terhadap tepung

mocaf dan tepung ubi kayu memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

derajat putih tepung yang dihasilkan. Pengaruh metode pengeringan matahari,

rotary dryer, dan pengeringan kombinasi terhadap derajat putih tepung mocaf dan

tepung ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 16.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

96.00
95.00 94,50 aA
94.00

Derajat Putih (L)


93.00 92,40 bB 92,17 bB
92.00
91.00 90,33cC
90.00 88,87 cD
89.00
88.00
87.00
86.00
85.00
UM UA MM MA MO
Perlakuan Ubi

Keterangan :UM : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan matahari


UA : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan rotary dryer
MM : tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari
MA : tepung mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer
MO : tepung mocaf dengan metode pengeringan kombinasi matahari dan rotary dryer

Gambar 16. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan


pengeringan kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
terhadap derajat putih tepung

Gambar 16 menujukkan derajat putih pada tepung ubi kayu dan tepung

mocaf sangat jauh perbedaannya. Tepung mocaf memiliki derajat putih lebih

tinggi daripada tepung ubi kayu. Hal ini disebabkan oleh tepung mocaf pada

proses pembuatannya mengalami proses pencucian, serta perendaman yang

mengakibatkan meluruhnya kotoran dan fermentasi dengan peran enzim dalam

mendegradasi senyawa pemicu perubahan warna saat fermentasi yang

menyebabkan tepung mocaf mengalami derajat putih lebih tinggi dibandingkan

dengan tepung ubi kayu (Ridwansyah dan Yusraini, 2013). Derajat putih pada

tepung mocaf hasil penelitian masih memenuhi standar derajat putih pada tepung

mocaf yaitu 87% (SNI, 2011).

Tepung mocaf merupakan modifikasi yang dilakukan pada chips ubi kayu

untuk merubah karakteristik serta fungsi dari tepung ubi kayu tersebut menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

lebih baik dan meningkatkan pemanfaatan dari tepung ubi kayu. Oleh karena itu,

warna yang dihasilkan dari tepung mocaf harus lebih baik dibandingkan dengan

warna tepung ubi kayu yang lebih gelap. Oleh karena itu peran penting proses

fermentasi yang menyebabkan peluruhan kotoran yang terjadi pada chips

menyebabkan tepung mocaf memiliki warna yang jauh lebih bersih dan lebih

baik.

Pengujian tepung mocaf dengan tepung ubi kayu memiliki perbedaan yang

sangat signifikan. Hal ini dikarenakan proses fermentasi yang dilakukan pada

tepung mocaf memiliki pegaruh yang sangat nyata baik secara fisik maupun

fungsional terhadap tepung mocaf. Oleh karena itu, tepung mocaf memiliki

kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan tepung ubi kayu dan lebih disukai

apabila diterapkan pada produk pangan karena tidak menimbulkan ciri khas rasa

ubi yang sanggat kuat dan kurang disukai konsumen pada tepung mocaf.

Pengeringan tepung mocaf dengan menggunakan metode pengeringan

matahari dan mesin rotary dryer memiliki pengaruh terhadap tepung mocaf yang

dihasilkan. Dapat mempengaruhi kualitas serta kuantitas dari tepung mocaf.

Penggunaan matahari sebagai metode pengeringan mocaf memiliki kekurangan

dalam hal kebersihan karena kondisi tempat pengeringan yang tidak baik dan

mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme. Selain itu penggunaan pengeringan

matahari menggunakan waktu yang lebih lama dan sangat bergantung pada cuaca

sehingga dapat dikhawatirkan terjadi pembusukan apabila intensitas matahari

rendah. Tepung mocaf yang dihasilkan dengan menggunakan pengeringan rotary

dryer menghasilkan tepung mocaf lebih banyak dengan pengeringan yang lebih

singkat dibandingkan dengan pengeringan menggunakan matahari. Hal ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

dikarenakan pengeringan matahari membutuhkan tempat yang luas dengan

intensitas matahari yang tinggi untuk mendapatkan tepung mocaf dengan jumlah

banyak dan dalam waktu singkat.

Kadar Pati

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap kadar pati tepung mocaf dan tepung ubi kayu

(Lampiran 22) menunjukkan bahwa metode pengeringan terhadap tepung mocaf

dan tepung ubi kayu memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar

pati tepung yang dihasilkan. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary

dryer, dan pengeringan kombinasi terhadap kadar pati tepung mocaf dan tepung

ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 17.

78.00 76,86 aA
77.00 76,23 aA 76,28 aA

76.00
73,82 cC
Kadar Pati (%)

75.00
74.00
73.00 72,13 bB

72.00
71.00
70.00
69.00
UM UA MM MA MO
Perlakuan Ubi

Keterangan :UM : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan matahari


UA : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan rotary dryer
MM : tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari
MA : tepung mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer
MO : tepung mocaf dengan metode pengeringan kombinasi matahari dan rotary dryer

Gambar 17. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan


pengeringan kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
terhadap kadar pati tepung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Gambar 17 menunjukkan bahwa kadar pati yang dihasilkan oleh tepung

ubi kayu dan tepung mocaf memiliki kandungan kadar pati yang berbeda. Kadar

pati tertinggi yaitu pada tepung mocaf dengan pengeringan matahari yaitu 76,86%

sedangkan yang terendah yaitu pada tepung mocaf dengan pengeringan

menggunakan alat yaitu 76,23%. Pada tepung ubi kayu, kadar pati tertinggi yaitu

pada tepung ubi kayu dengan pengeringan matahari yaitu 72,13% sedangkan yang

terendah dengan pengeringan alat yaitu 73,82%. Kandungan kadar pati pada

tepung mocaf maupun tepung ubi kayu berbeda-beda. Menurut Subagio, dkk.,

(2008) menyatakan bahwa kandungan pati pada tepung mocaf lebih tinggi

dibandingkan pada tepung ubi kayu. Hal ini dikarenakan pada proses fermentasi

pembuatan mocaf mikroorganisme yang bekerja selama proses fermentasi mocaf

akan mendegradasi dinding sel yang akan membuat pati pada sel akan pecah dan

terjadi liberasi granula pati yang menyebabkan kandungan pati pada tepung mocaf

akan meningkat. Selanjutnya kadar pati akan dipengaruhi oleh proses pengeringan

tepung akibat adanya proses gelatinisasi pati. Sedangkan pada tepung ubi kayu,

kandungan pati masih terdapat dalam selulosa dan tidak mengalami pemecahan

dinding sel sehingga kadar pati pada tepung ubi kayu lebih rendah daripada

tepung mocaf. Selanjutnya proses pengeringan pada tepung mocaf dan tepung ubi

kayu akan mempengaruhi kadar pati pada tepung. Hal ini dikarenakan pada proses

pengeringan menggunakan suhu tinggi akan mempengaruhi terjadinya proses

gelatinisasi pada pati sehingga pati mengalami degradasi. Pada Gambar 20 dapat

diketahui bahwa proses pengeringan menggunakan alat rotar dryer akan

menghasilkan kadar pati pada tepung paling rendah dibandingkan dengan

pengeringan menggunakan matahari maupun kombinasi. Hal ini dikarenakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

proses pengeringan menggunakan rotary dryer akan menggunakan suhu tinggi

yang stabil sedangkan pada pengeringan matahari hanya menggunakan panas

matahari yang intensitas suhunya tidak stabil dan rendah. Dengan penggunaan

suhu tinggi yang stabil dalam kurun waktu pengeringan tertentu maka proses

degradasi pati atau gelatinisasi pati akan meningkat yang menyebabkan

kandungan pati pada tepung dengan pengeringan suhu tinggi akan rendah

dibandingkan dengan pengeringan matahari (Ramadani, dkk., 2017).

Kadar Amilosa

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap kadar amilosa tepung mocaf dan tepung ubi

kayu (Lampiran 23) menunjukkan bahwa metode pengeringan terhadap tepung

mocaf dan tepung ubi kayu memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

kadar amilosa tepung yang dihasilkan. Pengaruh metode pengeringan matahari,

rotary dryer, dan pengeringan kombinasi terhadap kadar amilosa tepung mocaf

dan tepung ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 menunjukkan hasil bahwa perolehan kadar amilosa tertinggi

pada tepung mocaf yaitu pada tepung mocaf dengan pengeringan matahari

31,72%. Pada tepung ubi kayu perolehan kadar amilosa tertinggi terdapat pada

tepung ubi kayu dengan pengeringan matahari 25,34%. Kandungan amilosa pada

tepung mocaf cukup tinggi diatas 30% begitupun dengan kandungan amilosa pada

epung ubi kayu yaitu diatas 20%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

35.00 31,72 aA 30,60 bB


29,11 cC
30.00
Kadar Amilosa (%) 25,34 eE
25.00 22,86 dD

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
UM UA MM MA MO
Perlakuan Ubi

Keterangan :UM : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan matahari


UA : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan rotary dryer
MM : tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari
MA : tepung mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer
MO : tepung mocaf dengan metode pengeringan kombinasi matahari dan rotary dryer

Gambar 18. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan


pengeringan kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
terhadap kadar amilosa tepung

Jumlah kadar amilosa pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu tersebut

karena faktor varietas ubi kayu dan kondisi pengeringan yang optimum. Kondisi

pengeringan yang cendering menggunakan suhu yang tidak terlalu tinggi akan

mencegah terjadinya kerusakan atau degradasi pati sehingga kandungan amilosa

dapat dipertahankan (Rahmiati, dkk., 2016).

Kadar Amilopektin

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer,

dan pengeringan kombinasi terhadap kadar amilopektin tepung mocaf dan tepung

ubi kayu (Lampiran 24) menunjukkan bahwa metode pengeringan terhadap

tepung mocaf dan tepung ubi kayu memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

terhadap kadar amilopektin tepung yang dihasilkan. Pengaruh metode

pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi terhadap kadar

amilopektin tepung mocaf dan tepung ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 19.

51.00
50.00 48,48 bcBC 49,28aA
49.00
Amilopektin (%)

48.00 47,12 bB
47.00
45,14 dD 45,69 cdCD
46.00
45.00
44.00
43.00
42.00
41.00
UM UA MM MA MO
Perlakuan ubi

Keterangan :UM : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan matahari


UA : tepung ubi kayu dengan metode pengeringan rotary dryer
MM : tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari
MA : tepung mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer
MO : tepung mocaf dengan metode pengeringan kombinasi matahari dan rotary dryer

Gambar 19. Pengaruh metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan


pengeringan kombinasi pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
terhadap kadar amilopektin tepung

Gambar 19 menunjukkan hasil bahwa kandungan amilopektin pada tepung

ubi lebih tinggi dibandingkan dengan tepung mocaf yaitu 49,28% sedangkan pada

tepung mocaf yang tertinggi yaitu 47,12%. Kandungan amilopektin pada tepung

dipengaruhi oleh varietas ubi kayu yang berhubungan langsung dengan sifat

fisikosimia dari tepung mocaf dan tepung ubi kayu. Kandungan amilopektin yang

tinggi pada tepung mocaf maupun tepung ubi kayu memberikan pengaruh

terhadap hasil produk olahan yang menggunakan tepung tersebut (Tong, dkk.,

2014). Kandungan amilopektin yang tinggi pada tepung akan menghasilkan

tekstur tepung yang sedikit basah dan sangat baik digunakan untuk pengolahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

produk perekat, maupun pembuatan makanan bayi. Kandungan amilopektin juga

dipengaruhi oleh kadar pati pada tepung dan terjadinya pemutusan rantai amilosa

dan amilopektin yang terjadi. Kandungan amilopektin pada tepung ubi kayu lebih

tinggi dibandingkan dengan tepung mocaf dikarenakan pada proses fermentasi

tepung mocaf beberapa ikata amilosa dan amilopektin telah dipecah menghasilkan

glukosa serta kandungan selulosa yang pecah sehingga menambah kadar pati pada

tepung mocaf yang membuat kandungan amilopektin pada tepung mocaf dan

tepung ubi kayu berbeda cukup signifikan. Proses fermentasi pada chips ubi ayu

menghasilkan glukosa sebagai bahan baku makanan bakteri asam laktat

sedangkan pada tepung ubi kayu tidak terjadi proses fermentasi yang

menyababkan kandungan pati yang dihasilkan berasal dari peutusan rantai amilosa

dan amilopektin secara alami tanpa adanya bantuan sehingga menghasilkan kadar

pati, amilosa dan amilopektin yang berbeda apabila dibandingkan dengan tepung

mocaf tersebut yang menghasilkan kualitas yang berbeda dari tepung ubi kayu

maupun tepung mocaf meskipun berasal dari varietas yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian optimasi produksi tepung mocaf (modified cassava

flour) menggunakan mesin rotary dryer dengan menggunakan metode permukaan

respon maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor suhu (oC), kuantitas chips (kg) dan lama pengeringan (jam) tepung

mocaf menggunakan mesin rotary dryer memiliki korelasi yang signifikan

terhadap variabel respon kadar air dan efisiensi gas dengan nilai optimum

kadar air yaitu 10,225% dan efisiensi gas yaitu Rp. 9033 yang diketahui

dengan optimasi dengan bentuk kurva tiga dimensi yang memuncak

(maksimum) dengan korelasi faktor pada suhu 50oC, kuantitas chips 10 kg,

dan lama pengeringan 7 jam.

2. Variabel respon kadar abu, densitas kamba, daya serap air, daya serap

minyak, dan swelling power tidak memiliki korelasi signifikan terhadap

faktor suhu (oC), kuantitas chips (kg) dan lama pengeringan (jam) tepung

mocaf menggunakan mesin rotary dryer.

3. Tepung ubi kayu dan tepung mocaf dengan metode pengeringan matahari,

rotary dryer dan kombinasi matahari dan rotary dryer memberikan

pengaruh nyata (<0,05) terhadap kadar air, kadar abu, swelling power,

daya serap air, daya serap minyak, baking expansion, dan derajat putih.

4. Berdasarkan laju pengeringan tepung mocaf dengan rancangan metode

respon permukaan, laju pengeringan tepung mocaf terbaik yaitu perlakuan

pada suhu 50oC, kuantitas chips 10 kg, dan lama pengeringan 7 jam yang

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

dilihat dari kestabilan fluktuasi kadar air selama proses pengeringan

berlangsung.

5. Berdasarkan laju pengeringan tepung ubi kayu dan tepung mocaf dengan

metode pengeringan matahari, rotary dryer dan kombinasi matahari dan

rotary dryer diperoleh hasil laju pengeringan tepung mocaf terbaik yaitu

pada tepung mocaf optimal kombinasi pengeringan matahari dan rotary

dryer yang dilihat dari fluktuasi kadar air tepung selama proses

pengeringan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji mutu kimia tepung

mocaf dengan metode pengeringan rotary dryer dan aplikasi tepung mocaf

dengan metode pengeringan rotary dryer terhadap mutu produk olahan yag

dihasilkan serta pengaruh metode pengeringan terhadap masa simpan tepung.

Serta perlu dilakukan pemanfaatan limbah cair pembuatan mocaf untuk dapat

diolah menjadi produk nata de cassava.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

DAFTAR PUSTAKA

Amanu, F. N., dan W. H. Susanto. 2014. Pembuatan tepung mocaf di Madura


(kajian varietas dan lokasi penanaman) terhadap mutu dan rendemen.
Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(3): 161-169.

Amin, S. Jamaluddin, Muhammad Rais. 2018. Laju pindah panas dan massa pada
proses pengeringan gabah menggunakan alat pengering tipe bak (batch
dryer). Jurnal pendidikan teknologi pertanian. Universitas Negeri
Makassar.

AOAC, 1995. Official Methods of Analysis of Association of Official Analitycal


Chemists. Association of Official Analitycal Chemist, Inc. Arlington.

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2006. SNI 01-3751-2006. Badan


Standardisasi Nasional. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2011. SNI 7622:2011. Tepung mocaf.


Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Damayanti, R., D. F. Al-Riza, dan M. B. Hermanto. 2016. Penerapan mesin


pengering mekanik konveksi paksa pada proses pengeringan chip
singkong. Journal of Innovation and Applied Technology. 2(2): 319-327.

Dassapa, S., dan P.J. Paul. 2001, Gasification of Char Particle Beds : Analysis and
Results, Int.J.Eng.Res. 25, pp. 1053-1072.

Demiate, I. M., Dupuy, N., Huvenne, J. P., Cereda, M. P., dan Wosiacki, G. 2000.
Relationship between baking behavior of modified cassava starches and
starch chemical structure determined by FTIR spectroscopy. Carbohydrate
Polymer. 42 : 149 - 158.

Duryatmo, S. 2009. Mocaf : Inovasi & Peluang Baru. Trubus XL, Jakarta.

Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Penerjemah Z.


Nasution. Sastra Hudaya, Bogor.

Gaman, P.M. and K. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM-Press, Yogyakarta.

Gibbs, P.A. 1986. Microbiology Quality of Dried Foods. In: D. MacCarthy


(Editor). Concentration and Drying of Foods. Elsevier Applied Science
Publisher, London.

Hutching, J. B. 1999. Food Color and Appearance. Aspen Publisher Inc


Gaithersburg, Maryland.

72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73

Jumari, A dan Purwanto A., 2005, Design of Rotary Dryer for Improving the
Quality of Product of Semi Organic Phospate Fertilizer, Jurusan Teknik
Kimia F.T. UNS, Solo.

Kurniati, L. I., N. Aida, S. Gunawan, dan T. Widjaja. 2012. Pembuatan mocaf


(modified cassava flour) dengan proses fermentasi menggunakan
Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae, dan Rhizopus oryzae.
Jurnal Teknik Pomits. 1(1): 1-6

Kusharjanto, B., M. T. Sundari, dan D. A. Himawanto. 2013. Rancang bangun


prototype flash dryer untuk pengeringan tepung mocaf. Simposium
Nasional RAPI XII Universitas Sebelas Maret.

Leach, H. W., McCowan, L. D., dan Schoch, T. J. 1959. Structure of the starch
granules. In : Sweeling power and solubility patterns of different starches.
Cereal Chemistry 36 : 534 - 544.

Margono, T. D. Suryati, dan S. Hartinah. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan.


Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama
dengan Swiss Development Cooperation.

Martunis. 2012. Pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap kuantitas dan
kualitas pati kentang varietas granola. Jurnal Teknologi dan Industri
Pertanian Indonesia. 4(3): 26-30.

Montgomery, DC. 2001. Design and Analysis of Experiments 5th edition. John
Wiley & Sons, Inc., New York.

Moorthy, S. N. 2002. Physicochemical and Functional Properties Of Tropical


Tuber Starches. Starch/ Stärke. 54 : 559-592.

Muchtadi, T. R. 1997. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor.

Mujumdar A.S. 2006. Principles, Classification and Selection of Dryer. Handbook


of Industrial Drying. Taylor & Francis Group LLC.

Mulyandari, S. H. 1992. Kajian perbandingan sifat-sifat pati umbi-umbian dan


pati biji-bijian. Skripsi. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Myers, RH dan DC Montgomery. 1995. Response Surface Methodology: Process


and Product Optimization Using Designed Experiments. John Wiley &
Sons, Inc., New York.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Nuryanti dan D. J. Salimy. 2008. Metode Permukaan Respon dan Aplikasinya


Pada Optimasi Eksperimen Kimia. Dalam Risalah Lokakarya Komputasi
dalam Sains dan Teknologi Nuklir. 373-391.

Pudjiastuti I. 2010. Pengembangan proses inovatif kombinasi reaksi hidrolisis


asam dan reaksi photokimia UV untuk produksi pati termodifikasi dari
tapioka. Tesis Magister Teknik Kimia. Universitas Diponegoro, Semarang.

Rahmiati, T. M., Y. A. Purwanto, S. Budijanto, dan N. Khumaida. 2016. Sifat


fisikokimia tepung dari 10 genotipe ubi kayu (Manihot esculenta Crantz)
Hasil Pemuliaan. Agritech. 36(4) : 459-466

Ramadani, R. W., H. Muh. Yahya, dan J. Palla. 2017. Perubahan kadar air dan
kadar pati ubi kayu (Manihot esculenta) selama pengeringan menggunakan
room dryer. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. 3(1) : S102-S111.

Rasulu, H., S. S. Yuwono, dan J. Kusnadi. 2012. Karakteristik tepung ubi kayu
terfermentasi sebagai bahan pembuatan sagukasbi. Jurnal Teknologi
Pertanian. 13 (3) : 1 - 7.

Ridwansyah dan E. Yusraini. 2013. Karakteristik fisik dan baking expansion


tepung kasava termodifikasi dengan berbagai metode pengeringan.
Prosiding Seminar Nasional Peranan Teknologi pangan dan Gizi dalam
Meningkatkan Mutu Keamanan dan Kehalalan Produk Pangan Lokal,
Medan.

Rubatzky, V.E dan Yamaguchi. 1988. Sayuran Dunia; Prinsip. Produksi dan Gizi
Jilid 1. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 163-177.

Rukmana. 1997. Budidaya Dan Pasca Panen Ubi Kayu. Kanisius, Yogyakarta.

Sadjilah. N, 2011. Mengolah Tepung Mocaf Sebagai Pengganti Tepung Terigu,


Surabaya.

Sathe, S. K. dan Salunkhe, D. K. 1981. Isolation, partial characterization and


modification of the great northern bean (Phaseolus vulgaricus L.). Journal
of Food Science. 46 : 617-612.

Singh , Kaur L, Sadhi NS, Sekhon KS. 2005. Physicochemical, cooking and
textural properties of miled rice from different Indian rice cultivars. Food
Chem, 89 : 253-259.

SNI 7622-2011. Tepung Mocaf. Badan Standar Nasional (BSN). Jakarta.

Soeharto. 2008. POS Produksi MOCAL Berbasis Klaster. Jember.

Subagio, A., W. Siti, Y. Witono, dan F. Fahmi. 2008. Prosedur Operasi Standar
Produksi MOCAL Berbasis Klaster. Southeast Asian Food and Agriculture

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor,


Bogor.

Subagyo, A. 2009. Mencari Ikon Pergerakan Nasionalisme Pangan Indonesia.


Pangan XVII, Jakarta.

Suismono dan Martosuyono, P. 2007. Perbaikan mutu tepung ubi kayu melalui
modifikasi secara biologi. Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman
Pangan, Bogor.

Suismono. 2001. Teknologi Pembuatan Tepung dan Pati Umbi-Umbian Untuk


Menunjang Ketahanan Pangan. Majalah Pangan Media Komunikasi dan
Informasi 37 (10): 37-94.

Susilawati, S. Nurdjanah, dan S. Putri. 2008. Karakteristik sifat fisik dan kimia
ubi kayu (Manihot esculenta) berdasarkan lokasi penanaman dan umur
panen berbeda. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 13(2): 59-
72.

Tandrianto, J. D. K. Mintoko, dan S. Gunawan. 2014. Pengaruh fermentasi pada


pembuatan mocaf (modified cassava flour) dengan menggunakan
Lactobacillus plantarum terhadap kandungan protein. Jurnal Teknik
Pomits. 3(2): 143-145.

Tong, C., Yaling, C., Fufu, T., Feifei, X., Yan, H., Hao, C. dan Jinsong, B. 2014.
Genetic diversity of amylose content and RVA pasting parameter in 20
rice accessions grown in Hainan, Cina. Food Chemistry 161: 239-245.

Yulifianti, R. dan E. Ginting. 2011. Karakteristik tepung mocaf dari beberapa


varietas/klon ubi kayu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

LAMPIRAN

Lampiran 1. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan kadar air

Lack of Fit Test pada kadar air


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Linear 2.86 11 0.2603 1.74 0.2806 Suggested
2FI 2.74 8 0.3428 2.29 0.1877
Quadratic 1.26 5 0.2516 1.68 0.2906
Cubic 0.0005 1 0.0005 0.0031 0.9580 Aliased
Pure Error 0.7469 5 0.1494

Tabel ANOVA TEST rancangan desain eksperimen kadar air


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Model 2.59 3 0.8634 3.83 0.0306 Significant
A-Suhu 0.0423 1 0.0423 0.1873 0.6710
B-Waktu 2.51 1 2.51 11.13 0.0042
C-Berat 0.0369 1 0.0369 0.1637 0.6912
Residual 3.61 16 0.2256
Lack of Fit 2.86 11 0.2603 1.74 0.2806 not significant
Pure Error 0.7469 5 0.1494
Cor Total 6.20 19
P-values <0,0500 = significant
Lack of fit < 10% =significant. Significant lack of fit its bad. We want the model
to fit.
Model Regresi : Y = 10,25 + 0,0556A – 0,4288B – 0,0520C

Gambar kontur wilayah respon permukaan kadar air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Gambar hubungan antar faktor dan gangguan antar faktor pada kadar air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Lampiran 2. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan efisiensi


gas

Lack of fit test


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Linear 4.196.106 11 3.814.105 675.14 < 0.0001 Suggested
2FI 4.150.106 8 5.188.105 918.26 < 0.0001
Quadratic 3.995.106 5 7.990.105 1414.33 < 0.0001
Cubic 1.993.105 1 1.993.105 352.73 < 0.0001 Aliased
Pure Error 2824.83 5 564.97

Tabel ANOVA TEST rancangan desain eksperimen pada efisiensi gas


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Model 3.554.107 3 1.185.107 45.14 < 0.0001 significant
A-Suhu 3516.25 1 3516.25 0.0134 0.9093
7
B-Waktu 3.540.10 1 3.540.107 134.89 < 0.0001
C-Berat 1.384.105 1 1.384.105 0.5274 0.4782
Residual 4.199.106 16 2.624.105
Lack of Fit 4.196.106 11 3.814.105 675.14 < 0.0001 significant
Pure Error 2824.83 5 564.97
7
Cor Total 3.974.10 19
P-values <0,0500 = significant
Lack of fit < 10% =significant. Significant lack of fit its bad. We want the model
to fit.
Model Regresi : Y = 9191,60-16,05A+1609,95B+100,67C
Gambar kontur wilayah respon permukaan pada efisiensi gas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Gambar hubungan antar faktor dan gangguan antar faktor pada efisiensi gas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Lampiran 3. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan daya serap


minyak

Tabel data pengamatan respon permukaan pada daya serap minyak


Daya Serap
Suhu (oC) Waktu (Jam) Berat (Kg)
Minyak (%)
50 7 18.409 3.85965
50 8.68179 10 3.65223
33.1821 7 10 3.73125
40 6 15 3.77342
40 8 5 3.91334
40 6 5 3.75417
66.8179 7 10 3.61653
50 7 1.59104 3.69546
50 5.31821 10 3.75386
60 6 5 3.75862
50 7 10 3.94316
50 7 10 4.0244
50 7 10 3.81599
60 8 15 3.84335
60 8 5 3.71507
60 6 15 3.87789
50 7 10 3.86384
50 7 10 3.66503
40 8 15 3.83824
50 7 10 3.65137

Lack of fit test


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Linear 0.0904 11 0.0082 0.3701 0.9213
2FI 0.0666 8 0.0083 0.3748 0.8953
Quadratic 0.0435 5 0.0087 0.3918 0.8365
Cubic 0.0305 1 0.0305 1.37 0.2940 Aliased
Pure Error 0.1110 5 0.0222

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Tabel ANOVA TEST rancangan desain eksperimen daya serap minyak

Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung


not
Model 0.0217 3 0.0072 0.5745 0.6400
significant
A-Suhu 0.0056 1 0.0056 0.4469 0.5134
B-Waktu 0.0000 1 0.0000 0.0036 0.9526
C-Berat 0.0160 1 0.0160 1.27 0.2758
Residual 0.2014 16 0.0126
not
Lack of Fit 0.0904 11 0.0082 0.3701 0.9213
significant
Pure Error 0.1110 5 0.0222
Cor Total 0.2231 19

P-values <0,0500 = significant


Lack of fit < 10% =significant. Significant lack of fit its bad. We want the model
to fit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Lampiran 4. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan daya serap


air

Tabel data pengamatan respon permukaan pada daya serap air


Daya Serap Air
Suhu (oC) Waktu (Jam) Berat (Kg)
(%)
50 7 18.409 4.27158
50 8.68179 10 4.41388
33.1821 7 10 4.06516
40 6 15 4.21005
40 8 5 4.21371
40 6 5 4.19151
66.8179 7 10 4.25987
50 7 1.59104 4.26476
50 5.31821 10 4.21785
60 6 5 3.82744
50 7 10 4.15277
50 7 10 4.1928
50 7 10 4.2244
60 8 15 4.16499
60 8 5 4.22869
60 6 15 4.42392
50 7 10 4.22889
50 7 10 4.36923
40 8 15 4.21846
50 7 10 4.22064
50 7 10 10.896

Lack of fit test daya serap air


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Linear 0.2248 11 0.0204 3.81 0.0757
2FI 0.1340 8 0.0167 3.12 0.1128 Suggested
Quadratic 0.1073 5 0.0215 4.00 0.0773
Cubic 0.0135 1 0.0135 2.52 0.1734 Aliased
Pure Error 0.0268 5 0.0054

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Tabel ANOVA TEST rancangan desain eksperimen daya serap air

Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung


not
Model 0.0435 3 0.0145 0.9219 0.4527
significant
A-Suhu 0.0014 1 0.0014 0.0897 0.7685
B-Waktu 0.0185 1 0.0185 1.18 0.2942
C-Berat 0.0236 1 0.0236 1.50 0.2384
Residual 0.2516 16 0.0157
not
Lack of Fit 0.2248 11 0.0204 3.81 0.0757
significant
Pure Error 0.0268 5 0.0054
Cor Total 0.2951 19
P-values <0,0500 = significant
Lack of fit < 10% =significant. Significant lack of fit its bad. We want the model
to fit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Lampiran 5. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan swelling


power

Tabel data pengamatan respon permukaan pada swelling power


Swelling Power
Suhu (oC) Waktu (Jam) Berat (Kg)
(%)
50 7 18.409 10.4157
50 8.68179 10 10.3921
33.1821 7 10 9.1737
40 6 15 10.762
40 8 5 10.5111
40 6 5 9.17552
66.8179 7 10 10.4439
50 7 1.59104 10.6102
50 5.31821 10 10.8261
60 6 5 9.06328
50 7 10 10.7875
50 7 10 8.82823
50 7 10 10.5325
60 8 15 11.142
60 8 5 9.87762
60 6 15 11.4823
50 7 10 10.129
50 7 10 11.418
40 8 15 10.1397
50 7 10 10.8966

Lack of fit test swelling power


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Linear 4.88 11 0.4435 0.5559 0.8063
2FI 2.90 8 0.3623 0.4542 0.8465 Suggested
Quadratic 2.04 5 0.4088 0.5125 0.7596
Cubic 0.0036 1 0.0036 0.0046 0.9488 Aliased
Pure Error 3.99 5 0.7977

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Tabel ANOVA TEST rancangan desain eksperimen swelling power


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
not
Model 2.26 3 0.7517 1.36 0.2916
significant
A-Suhu 0.7097 1 0.7097 1.28 0.2745
B-Waktu 0.0153 1 0.0153 0.0276 0.8701
C-Berat 1.53 1 1.53 2.76 0.1160
Residual 8.87 16 0.5542
not
Lack of Fit 4.88 11 0.4435 0.5559 0.8063
significant
Pure Error 3.99 5 0.7977
Cor Total 11.12 19
P-values <0,0500 = significant
Lack of fit < 10% =significant. Significant lack of fit its bad. We want the model
to fit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Lampiran 6. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan kadar abu

Tabel data pengamatan respon permukaan pada kadar abu


Suhu (oC) Waktu (Jam) Berat (Kg) Kadar Abu (%)
50 7 18.409 0.625737
50 8.68179 10 0.639693
33.1821 7 10 0.615557
40 6 15 0.607672
40 8 5 0.655594
40 6 5 0.601086
66.8179 7 10 0.685739
50 7 1.59104 0.635542
50 5.31821 10 0.637681
60 6 5 0.543511
50 7 10 0.623788
50 7 10 0.619913
50 7 10 0.64382
60 8 15 0.646758
60 8 5 0.607769
60 6 15 0.679769
50 7 10 0.661325
50 7 10 0.638965
40 8 15 0.699608
50 7 10 0.637885

Lack of fit test kadar abu


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Linear 0.0152 11 0.0014 6.23 0.0280
2FI 0.0111 8 0.0014 6.28 0.0292 Suggested
Quadratic 0.0107 5 0.0021 9.63 0.0133
Cubic 0.0003 1 0.0003 1.42 0.2872 Aliased
Pure Error 0.0011 5 0.0002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Tabel ANOVA TEST rancangan desain eksperimen kadar abu


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
not
Model 0.0057 3 0.0019 1.86 0.1766
significant
A-Suhu 0.0001 1 0.0001 0.0731 0.7903
B-Waktu 0.0024 1 0.0024 2.36 0.1440
C-Berat 0.0032 1 0.0032 3.15 0.0947
Residual 0.0163 16 0.0010
Lack of Fit 0.0152 11 0.0014 6.23 0.0280 significant
Pure Error 0.0011 5 0.0002
Cor Total 0.0220 19
P-values <0,0500 = significant
Lack of fit < 10% =significant. Significant lack of fit its bad. We want the model
to fit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Lampiran 7. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan densitas


kamba

Tabel data pengamatan respon permukaan pada densitas kamba


Densitas Kamba
Suhu (oC) Waktu (Jam) Berat (Kg)
(g/ml)
50 7 18.409 0.5116
50 8.68179 10 0.5059
33.1821 7 10 0.5071
40 6 15 0.5125
40 8 5 0.5122
40 6 5 0.5111
66.8179 7 10 0.5066
50 7 1.59104 0.5092
50 5.31821 10 0.5067
60 6 5 0.5076
50 7 10 0.5044
50 7 10 0.5067
50 7 10 0.5066
60 8 15 0.5089
60 8 5 0.5025
60 6 15 0.5088
50 7 10 0.5065
50 7 10 0.5057
40 8 15 0.5063
50 7 10 0.5062

Lack of fit test densitas kamba


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Linear 0.0001 11 8.785.10-6 11.59 0.0071
-6
2FI 0.0001 8 9.723.10 12.83 0.0061
-6
Quadratic 0.0000 5 6.837.10 9.02 0.0153 Suggested
Cubic 1.925.10-6 1 1.925.10 -6
2.54 0.1719 Aliased
Pure Error 3.788.10-6 5 7.577.10 -7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Tabel ANOVA TEST rancangan desain eksperimen densitas kamba


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
not
Model 0.0000 3 0.0000 1.60 0.2289
significant
A-Suhu 0.0000 1 0.0000 2.67 0.1215
-6 -6
B-Waktu 9.592.10 1 9.592.10 1.53 0.2342
-6 -6
C-Berat 3.729.10 1 3.729.10 0.5941 0.4521
-6
Residual 0.0001 16 6.276.10
Lack of Fit 0.0001 11 8.785.10-6 11.59 0.0071 significant
-6 -7
Pure Error 3.788.10 5 7.577.10
Cor Total 0.0220 19
P-values <0,0500 = significant
Lack of fit < 10% =significant. Significant lack of fit its bad. We want the model
to fit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Lampiran 8. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan derajat


putih

Tabel data pengamatan respon permukaan pada derajat putih


Derajat Putih
Suhu (oC) Waktu (Jam) Berat (Kg)
(Hue)
50 7 18.409 93.5
50 8.68179 10 93.3
33.1821 7 10 93
40 6 15 93.9
40 8 5 93.3
40 6 5 93.4
66.8179 7 10 92.9
50 7 1.59104 93.8
50 5.31821 10 92.8
60 6 5 94
50 7 10 93.6
50 7 10 94
50 7 10 94
60 8 15 92.8
60 8 5 92.7
60 6 15 93.8
50 7 10 93.6
50 7 10 90.6
40 8 15 93
50 7 10 93.5

Lack of fit test derajat putih


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Linear 2.47 11 0.2250 0.1163 0.9984
2FI 2.22 8 0.2776 0.1435 0.9914
Quadratic 1.55 5 0.3109 0.1607 0.9669
Cubic 0.1518 1 0.1518 0.0785 0.7906 Aliased
Pure Error 9.68 5 1.94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Tabel ANOVA TEST rancangan desain eksperimen derajat putih

Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung


not
Model 0.5724 3 0.1908 0.2513 0.8593
significant
A-Suhu 0.0160 1 0.0160 0.0211 0.8862
B-Waktu 0.4428 1 0.4428 0.5831 0.4562
C-Berat 0.1136 1 0.1136 0.1496 0.7040
Residual 12.15 16 0.7593
not
Lack of Fit 2.47 11 0.2250 0.1163 0.9984
significant
Pure Error 9.68 5 1.94
Cor Total 12.72 19

P-values <0,0500 = significant


Lack of fit < 10% =significant. Significant lack of fit its bad. We want the model
to fit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Lampiran 9. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan baking


expansion

Lack of Fit Test pada baking expansion


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Linear 0.0441 11 0.0040 1.47 0.3523 Suggested
2FI 0.0402 8 0.0050 1.84 0.2595
Quadratic 0.0248 5 0.0050 1.82 0.2632
Cubic 0.0017 1 0.0017 0.6376 0.4608 Aliased
Pure Error 0.0136 5 0.0027

Tabel ANOVA TEST rancangan desain eksperimen baking expansion


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Model 0.0464 3 0.0155 4.29 0.0211 significant
A-suhu 0.0003 1 0.0003 0.0722 0.7916
B-waktu 0.0170 1 0.0170 4.70 0.0455
C-berat 0.0292 1 0.0292 8.10 0.0117
Residual 0.0577 16 0.0036
not
Lack of Fit 0.0441 11 0.0040 1.47 0.3523
significant
Pure Error 0.0136 5 0.0027
Cor Total 0.1041 19
P-values <0,0500 = significant
Lack of fit < 10% =significant. Significant lack of fit its bad. We want the model
to fit.
Model regresi :Y = 1,34-0,0044A+0,0352B+0,0462C

Gambar kontur wilayah respon permukaan kadar air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Gambar hubungan antar faktor dan gangguan antar fktor pada baking expansion

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

Lampiran 10. Rancangan desain eksperimen metode respon permukaan penurunan


kadar air setiap jam

Tabel data pengamatan respon permukaan pada derajat putih


Penurunan KA
Suhu (oC) Waktu (Jam) Berat (Kg) setiap jam
(%bk/jam)
60 6 15 0.8622
50 7 10 1.9926
50 5.3182 10 0.8259
50 7 10 0.9420
40 6 5 1.5436
50 7 10 0.4649
40 6 15 2.4839
60 8 5 1.7483
60 8 15 0.6599
40 8 5 0.7556
50 7 1.5910 0.6410
40 8 15 0.9950
50 7 10 1.2589
50 7 10 3.8368
50 7 18.4090 0.9760
50 8.68179 10 1.3130
33.1821 7 10 2.3939
50 7 10 2.2769
60 6 5 2.2364
66.8179 7 10 1.8989

Lack of fit test derajat putih


Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung
Mean < 0.0001 Suggested
Linear 0.9035 0.9168 -0.1472 -0.3656
2FI 0.5318 0.9109 -0.1992 -0.3878
Quadratic 0.4075 0.9585 -0.1819 -0.4929
Cubic 0.8919 0.8913 -0.6764 -0.2391 Aliased

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

Tabel ANOVA TEST rancangan desain eksperimen derajat putih

Perlakuan Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F-hitung P-hitung


not
Model 0.4649 3 0.1550 0.1873 0.9035
significant
A-Suhu 0.0892 1 0.0892 0.1078 0.7469
B-Waktu 0.3379 1 0.3379 0.4084 0.5318
C-Berat 0.0379 1 0.0379 0.0458 0.8332
Residual 13.24 16 0.8273
not
Lack of Fit 6.01 11 0.5467 0.3784 0.9168
significant
Pure Error 7.22 5 1.44
Cor Total 13.70 19

P-values <0,0500 = significant


Lack of fit < 10% =significant. Significant lack of fit its bad. We want the model
to fit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

Lampiran 11. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap kadar air tepung mocaf dan tepung ubi kayu

Tabel sidik ragam nilai kadar air pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Source JK db Kuadrat Tengah Fhitung Sig.
Metode Pengeringan 14,579 4 3,645 46,449 0,000
Kelompok 0,032 2 0,016 0,204 0,820
Galat 0,628 8 0,078
Total 1695,061 14

Keterangan :
Sig < 0,01 = berbeda sangat nyata
Sig < 0,05 = berbeda nyata
Sig > 0,05 = berbeda tidak nyata
KK = √ x 100= √ x 100 = 2,65
Rataan10,5824

Tabel LSR nilai kadar air pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - UM 11,88 a A
2 0,5274 0,7674 UA 10,39 b B
3 0,5495 0,7988 MM 9,64 c BC
4 0,5620 0,8177 MA 11,55 a A
5 0,5694 0,8303 MO 9,44 c C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

Lampiran 12. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap kadar abu tepung mocaf dan tepung ubi kayu

Tabel sidik ragam nilai kadar abu pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Source JK db Kuadrat Tengah Fhitung Sig.
Metode Pengeringan 0,208 4 0,052 72,517 0,000
Kelompok 0,001 2 0,001 0,963 0,422
Galat 0,006 8 0,001
Total 7,035 14
Keterangan :
Sig < 0,01 = berbeda sangat nyata
Sig < 0,05 = berbeda nyata
Sig > 0,05 = berbeda tidak nyata
KK = √ x 100= √ x 100 = 3,97
Rataan0,6743

Tabel LSR nilai kadar abu pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Jarak LSR perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - UM 0,88 a A
2 0,0504 0,0734 UA 0,72 b B
3 0,0525 0,0764 MM 0,65 c BC
4 0,0537 0,0782 MA 0,54 e D
5 0,0544 0,0794 MO 0,59 d CD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

Lampiran 13. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap swelling power tepung mocaf dan tepung ubi kayu

Tabel sidik ragam nilai swelling power pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Source JK db Kuadrat Tengah Fhitung Sig.
Metode Pengeringan 0,251 4 0,063 8,817 0,005
Kelompok 0,000 2 0,000 0,022 0,978
Galat 0,057 8 0,007
Total 2154,747 15
Keterangan :
Sig < 0,01 = berbeda sangat nyata
Sig < 0,05 = berbeda nyata
Sig > 0,05 = berbeda tidak nyata
KK = √ x 100= √ x 100 = 0,70
Rataan 11,9845

Tabel LSR nilai swelling power pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Jarak LSR perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - UM 11,80 b B
2 0,1590 0,2313 UA 11,87 b B
3 0,1657 0,2408 MM 12,05 a AB
4 0,1694 0,2465 MA 12,05 a AB
5 0,1716 0,2503 MO 12,16 a A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

Lampiran 14. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap daya serap air tepung mocaf dan tepung ubi kayu

Tabel sidik ragam nilai daya serap air pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Source JK db Kuadrat Tengah Fhitung Sig.
Metode Pengeringan 7,827 4 1,957 16,345 0,001
Kelompok 0,146 2 0,073 0,608 0,568
Galat 0,958 8 0,120
Total 330,488 14
Keterangan :
Sig < 0,01 = berbeda sangat nyata
Sig < 0,05 = berbeda nyata
Sig > 0,05 = berbeda tidak nyata
KK = √ x 100= √ x 100 = 7,47
Rataan 4,6300

Tabel LSR nilai daya serap air pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Jarak LSR perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - UM 3,79 b B
2 0,6514 0,9478 UA 3,71 b B
3 0,6788 0,9866 MM 5,11 a A
4 0,6942 1,0100 MA 5,32 a A
5 0,7033 1,0256 MO 5,23 a A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

Lampiran 15. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap daya serap minyak tepung mocaf dan tepung ubi kayu

Tabel sidik ragam nilai daya serap minyak pada tepung ubi kayu dan tepung
mocaf
Source JK db Kuadrat Tengah Fhitung Sig.
Metode Pengeringan 13,031 4 3,258 131,748 0,000
Kelompok 0,023 2 0,012 0,468 0,642
Galat 0,198 8 0,025
Total 299,469 14
Keterangan :
Sig < 0,01 = berbeda sangat nyata
Sig < 0,05 = berbeda nyata
Sig > 0,05 = berbeda tidak nyata
KK = √ x 100= √ x 100 = 3,60
Rataan 4,3682

Tabel LSR nilai daya serap air pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Jarak LSR perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - UM 3,31 c B
2 0,2961 0,4308 UA 3,17 c B
3 0,3085 0,4484 MM 5,18 a A
4 0,3155 0,4590 MA 4,88 b A
5 0,3197 0,4661 MO 5,30 a A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

Lampiran 16. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap baking expansion tepung moc af dan tepung ubi kayu

Tabel sidik ragam nilai baking expansion pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Source JK db Kuadrat Tengah Fhitung Sig.
Metode Pengeringan 1,214 4 0,304 100,240 0,000
Kelompok 0,001 2 0,001 0,207 0,817
Galat 0,024 8 0,003
Total 22,517 14

Keterangan :
Sig < 0,01 = berbeda sangat nyata
Sig < 0,05 = berbeda nyata
Sig > 0,05 = berbeda tidak nyata
KK = √ x 100= √ x 100 = 4,62
Rataan 1,1910

Tabel LSR nilai baking expansion pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Jarak LSR perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - UM 0,83 c C
2 0,1036 0,1508 UA 0,92 c C
3 0,1080 0,1569 MM 1,55 a A
4 0,1104 0,1606 MA 1,21 b B
5 0,1119 0,1631 MO 1,45 a A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Lampiran 17. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap derajat putih tepung mocaf dan tepung ubi kayu

Tabel sidik ragam nilai derajat putih pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Source JK db Kuadrat Tengah Fhitung Sig.
Metode Pengeringan 55,297 4 13,824 199,389 0,000
Kelompok 0,025 2 0,013 0,183 0,836
Galat 0,555 8 0,069
Total 126060,880 14
Keterangan :
Sig < 0,01 = berbeda sangat nyata
Sig < 0,05 = berbeda nyata
Sig > 0,05 = berbeda tidak nyata
KK = √ x 100= √ x 100 = 0,29
Rataan 91,6533

Tabel LSR nilai derakat putih pad tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Jarak LSR perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - UM 90,33 c C
2 0,4957 0,7214 UA 88,87 c D
3 0,5166 0,7508 MM 94,50 a A
4 0,5283 0,7686 MA 92,40 b B
5 0,5353 0,7805 MO 92,17 b B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

Lampiran 18. Data laju pengeringan pada tepung mocaf dengan rancangan desain
metode respon permukaan

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 10 kg, dan lama
pengeringan 7 jam
Kadar Air Kadar air -dM/dt
Sampel
(%BB) (%BK) (%bk/jam)
Pressan 42,7640 74,7153 0,0000
0 27,1648 37,2962 0,0000
1 24,5843 32,5984 4,6978
2 21,2075 26,9157 5,6827
3 17,8843 21,7795 5,1362
4 14,5145 16,9789 4,8006
5 11,8482 13,4407 3,5382
6 10,9754 12,3285 1,1122
7 10,6053 11,8635 0,4650

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 10 kg, dan lama
pengeringan 9 jam
Kadar Air Kadar air -dM/dt
Sampel
(%BB) (%BK) (%bk/jam)
Pressan 40,5753 68,2801 0,0000
0 35,1541 54,2118 0,0000
1 24,5839 32,5976 21,6142
2 22,1676 28,4812 4,1164
3 17,8315 21,7012 6,7800
4 16,4179 19,6428 2,0584
5 14,5635 17,0460 2,5968
6 13,1127 15,0916 1,9544
7 11,8499 13,4429 1,6487
8 10,4160 11,6271 1,8158
9 9,3497 10,3140 1,3130
o
Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 40 , berat chips 15 kg, dan lama
pengeringan 6 jam
Kadar Air Kadar air -dM/dt
Sampel
(%BB) (%BK) (%bk/jam)
Press 40,7572 68,7968 0,0000
0 35,1542 54,2120 0,0000
1 21,5385 27,4510 26,7610
2 18,6536 22,9310 4,5200
3 15,1187 17,8116 5,1194
4 12,2498 13,9599 3,8517
5 12,2509 13,9613 -0,0014
6 10,2957 11,4773 2,4839

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 60o, berat chips 5 kg, dan lama
pengeringan 6 jam
Kadar Air Kadar air -dM/dt
Sampel
(%BB) (%BK) (%bk/jam)
Press 38,6406 62,9742 0,0000
0 26,1110 35,3382 0,0000
1 22,5160 29,0589 6,2793
2 18,7162 23,0257 6,0332
3 15,5145 18,3635 4,6622
4 13,3158 15,3612 3,0023
5 11,9820 13,6132 1,7481
6 10,2146 11,3767 2,2365

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 40o, berat chips 15 kg, dan lama
pengeringan 8 jam
Kadar Air Kadar air -dM/dt
Sampel
(%BB) (%BK) (%bk/jam)
Pressan 36,2460 56,8530 0,0000
0 27,1633 37,2933 0,0000
1 20,1014 25,1587 12,1347
2 18,6552 22,9334 2,2252
3 16,4174 19,6422 3,2913
4 14,3251 16,7203 2,9219
5 13,6290 15,7796 0,9407
6 12,7549 14,6197 1,1599
7 11,1113 12,5003 2,1194
8 10,3181 11,5052 0,9950

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 10 kg, dan lama
pengeringan 7 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 36,2959 56,9756 0,0000
0 24,1083 31,7667 0,0000
1 17,6662 21,4568 10,3099
2 15,7959 18,7590 2,6978
3 14,7798 17,3430 1,4160
4 12,1677 13,8534 3,4896
5 11,8952 13,5013 0,3521
6 11,4327 12,9085 0,5928
7 10,4340 11,6495 1,2590

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 40o, berat chips 5 kg, dan lama
pengeringan 6 jam
Kadar Kadar
Sampel Air air -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Press 38,4535 62,4789 0,0000
0 26,1449 35,4003 0,0000
1 18,5187 22,7275 12,6728
2 16,5562 19,8411 2,8864
3 14,5221 16,9892 2,8519
4 13,9641 16,2306 0,7586
5 11,8198 13,4042 2,8264
6 10,6030 11,8606 1,5436

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 18 kg, dan lama
pengeringan 7 jam
Kadar Air Kadar air -dM/dt
Sampel
(%BB) (%BK) (%bk/jam)
Press 39,9218 66,4498 0,0000
0 27,8521 38,6041 0,0000
1 21,7341 27,7696 10,8346
2 18,5530 22,7792 4,9904
3 15,2454 17,9877 4,7914
4 13,2546 15,2799 2,7079
5 11,8990 13,5060 1,7739
6 10,2446 11,4140 2,0921
7 9,4513 10,4379 0,9761

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 60o, berat chips 15 kg, dan lama
pengeringan 8 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 39,5667 65,4716 0,0000
0 28,8819 40,6111 0,0000
1 26,2095 35,5187 4,0924
2 24,1536 31,8455 2,6732
3 18,4548 22,6313 8,2142
4 15,7964 18,7598 2,8715
5 13,4538 15,5452 2,2145
6 11,6431 13,1774 1,3678
7 10,7655 12,0643 0,1131
8 9,4239 10,4044 0,6600

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 40o, berat chips 5 kg, dan lama
pengeringan 8 jam
Kadar air
Sampel Kadar Air (%BB) -dM/dt (%bk/jam)
(%BK)
Pressan 39,9552 66,5424 0,0000
0 27,6827 38,2794 0,0000
1 25,1134 33,5352 3,7442
2 23,6125 30,9115 1,6237
3 16,9181 20,3632 9,5483
4 13,7657 15,9631 3,4001
5 13,1457 15,1354 -0,1723
6 12,5162 14,3069 -0,1715
7 10,7728 12,0734 1,2335
8 9,3528 10,3178 0,7557

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 2 kg, dan lama
pengeringan 7 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 38,5437 62,7173 0,0000
0 27,6694 38,2541 0,0000
1 24,6097 32,6430 4,6111
2 22,7328 29,4210 2,2219
3 17,5025 21,2159 7,2052
4 14,7189 17,2593 2,9566
5 12,1448 13,8236 2,4357
6 11,5150 13,0135 -0,1899
7 10,2112 11,3725 0,6411

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 60o, berat chips 15 kg, dan lama
pengeringan 6 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 39,4112 65,0471 0,0000
0 27,2264 37,4124 0,0000
1 22,1357 28,4285 7,9839
2 18,7152 23,0242 4,4043
3 15,6551 18,5608 3,4634
4 13,7789 15,9809 1,5799
5 11,9815 13,6124 1,3685
6 10,5146 11,7501 0,8623

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 10 kg, dan lama
pengeringan 5 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 38,1165 61,5939 0,0000
0 28,9153 40,6772 0,0000
1 18,9204 23,3356 17,3416
2 15,1113 17,8013 5,5343
3 13,7197 15,9013 1,9000
4 11,8614 13,4576 2,4437
5 11,2150 12,6317 0,8259

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 10 kg, dan lama
pengeringan 7 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 40,1218 67,0058 0,0000
0 32,1267 47,3333 0,0000
1 28,4165 39,6970 7,6362
2 23,3156 30,4046 9,2924
3 19,7560 24,6200 5,7847
4 16,2202 19,3604 5,2595
5 14,5128 16,9766 2,3839
6 11,7190 13,2746 3,7020
7 9,8130 10,8807 2,3939

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 67o, berat chips 10 kg, dan lama
pengeringan 7 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 39,8804 66,3352 0,0000
0 29,9137 42,6812 0,0000
1 26,2198 35,5376 7,1436
2 24,2136 31,9497 3,5879
3 19,9569 24,9326 7,0171
4 17,7721 21,6133 3,3193
5 14,5141 16,9784 4,6349
6 12,1145 13,7844 3,1940
7 10,6229 11,8854 1,8990

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 60o, berat chips 5 kg, dan lama
pengeringan 8 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 38,8835 63,6218 0,0000
0 28,3187 39,5063 0,0000
1 22,7565 29,4608 10,0455
2 19,9732 24,9582 4,5026
3 17,5780 21,3268 3,6313
4 16,2150 19,3531 1,9737
5 14,5599 17,0410 2,3121
6 12,2192 13,9201 3,1210
7 11,2141 12,6305 1,2896
8 9,8141 10,8821 1,7483

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 10 kg, dan lama
pengeringan 7 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 39,7651 66,0167 0,0000
0 28,6549 40,1638 0,0000
1 21,6378 27,6125 12,5512
2 20,1492 25,2336 2,3790
3 17,3528 20,9962 4,2373
4 14,2609 16,6329 4,3633
5 13,8406 16,0639 0,5690
6 12,9930 14,9333 1,1307
7 11,2345 12,6564 2,2769

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 10 kg, dan lama
pengeringan 7 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 34,5695 52,8339 0,0000
0 29,2109 41,2646 0,0000
1 23,7563 31,1584 10,1063
2 22,4517 28,9518 2,2065
3 18,5120 22,7175 6,2344
4 14,5991 17,0948 5,6226
5 13,2062 15,2156 1,8792
6 11,9563 13,5799 1,6357
7 11,2199 12,6379 0,9420

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 10 kg, dan lama
pengeringan 7 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 38,7141 63,1697 0,0000
0 29,9023 42,6581 0,0000
1 25,0844 33,4836 9,1745
2 24,5283 32,4999 0,9837
3 20,1183 25,1852 7,3148
4 17,2991 20,9177 4,2675
5 16,5101 19,7750 1,1427
6 13,2837 15,3185 4,4565
7 10,2992 11,4817 3,8368

Tabel data pengamatan laju pengeringan suhu 50o, berat chips 10 kg, dan lama
pengeringan 7 jam
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 36,2169 56,7814 0,0000
0 29,9605 42,7765 0,0000
1 24,7544 32,8981 9,8784
2 21,5676 27,4983 5,3997
3 18,9560 23,3898 4,1085
4 15,2990 18,0623 5,3275
5 13,0207 14,9699 3,0924
6 12,5135 14,3033 0,6666
7 10,9613 12,3107 1,9926

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

Lampiran 18. Data laju pengeringan pada tepung mocaf dan tepung ubi kayu
dengan metode pengeringan matahari, rotary dryer, dan kombinasi

Tabel data pengamatan pengeringan tepung ubi kayu dengan metode pengeringan
matahari ulangan 1
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
0 72,8468 268,2803 0,0000
1 65,4730 189,6281 78,6522
2 63,9122 177,1016 12,5266
3 57,4560 135,0507 42,0509
4 50,0843 100,3376 34,7131
5 47,4699 90,3669 9,9707
6 41,8444 71,9525 18,4144
7 38,1006 61,5525 10,4000
8 37,6531 60,3929 1,1597
9 33,6925 50,8124 9,5804
10 31,6343 46,2721 4,5403
11 22,6531 29,2877 16,9844
12 14,5656 17,0489 12,2388
13 11,8498 13,4427 3,6062

Tabel data pengamatan pengeringan tepung ubi kayu dengan metode pengeringan
matahari ulangan 2
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
0 70,5530 239,5930 0,0000
1 63,7716 176,0266 63,5664
2 60,4581 152,8961 23,1305
3 55,3819 124,1245 28,7716
4 50,1921 100,7712 23,3533
5 47,3848 90,0591 10,7120
6 43,6456 77,4485 12,6107
7 39,7730 66,0385 11,4099
8 23,6031 30,8953 35,1432
9 18,5600 22,7897 8,1056
10 13,3401 15,3936 7,3961
11 11,7696 13,3397 2,0539

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

Tabel data pengamatan pengeringan tepung ubi kayu dengan metode pengeringan
matahari ulangan 3
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
0 68,9044 221,5887 0,0000
1 65,3484 188,5870 33,0016
2 59,4411 146,5553 42,0318
3 53,6690 115,8383 30,7169
4 50,0167 100,0669 15,7714
5 47,4055 90,1341 9,9329
6 42,7621 74,7094 15,4247
7 42,0098 72,4429 2,2664
8 32,9453 49,1320 23,3109
9 24,0472 31,6608 17,4712
10 16,2950 19,4671 12,1936
11 12,0353 13,6820 5,7852

Tabel data pengamatan pengeringan tepung ubi kayu dengan metode pengeringan
rotary dryer ulangan 1
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
0 57,9365 137,736 0,0000
1 55,0592 122,515 15,2208
2 47,5503 90,6589 31,8558
3 41,6347 71,3348 19,3241
4 36,3735 57,1672 14,1676
5 22,8908 29,6862 27,4809
6 16,0955 19,1831 10,5031
7 10,6073 11,866 7,3171

Tabel data pengamatan pengeringan tepung ubi kayu dengan metode pengeringan
rotary dryer ulangan 2
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
0 51,0465 104,275 0,0000
1 47,8934 91,9141 12,3613
2 43,6698 77,5247 14,3894
3 36,8474 58,3466 19,1781
4 30,0109 42,8794 15,4672
5 24,7102 32,8201 10,0593
6 17,4424 21,1276 11,6925
7 10,5266 11,7651 9,3625

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

Tabel data pengamatan pengeringan tepung ubi kayu dengan metode pengeringan
rotary dryer ulangan 3
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
0 51,0946 104,476 0,0000
1 49,8461 99,3864 5,0899
2 45,042 81,9572 17,4292
3 39,747 65,9668 15,9904
4 33,0629 49,3939 16,5729
5 25,5918 34,3937 15,0002
6 17,4421 21,1271 13,2666
7 10,035 11,1543 9,9728

Tabel data pengamatan pengeringan tepung mocaf dengan metode rotary dryer
ulangan 1
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 51,0739 104,39 0,0000
0 42,9478 75,2781 0,0000
1 40,883 69,1559 6,1222
2 37,0959 58,9721 10,1838
3 30,746 44,3959 14,5762
4 28,0386 38,9635 5,4325
5 20,6451 26,0162 12,9473
6 15,0562 17,7249 8,2913
7 9,20301 10,1358 7,5891

Tabel data pengamatan pengeringan tepung mocaf dengan metode rotary dryer
ulangan 2
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 48,9529 95,8975 0,0000
0 46,7394 87,7561 0,0000
1 43,9959 78,5583 9,1978
2 39,6854 65,7974 12,7609
3 33,0575 49,3818 16,4156
4 29,0901 41,024 8,3579
5 25,6611 34,5191 6,5049
6 17,0065 20,4914 14,0277
7 9,01759 9,91135 10,5801

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

Tabel data pengamatan pengeringan tepung mocaf dengan metode pengeringan


rotary dryer ulangan 3
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 45,4275 83,2425 0,0000
0 43,8944 78,2354 0,0000
1 40,1002 66,9453 11,2900
2 37,8457 60,8898 6,0555
3 32,8863 49,0009 11,8889
4 27,0958 37,1664 11,8345
5 23,8651 31,3458 5,8206
6 19,7434 24,6003 6,7455
7 9,00483 9,89595 14,7043

Tabel data pengamatan pengeringan tepung mocaf dengan metode pengeringan


matahari ulangan 1
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 65,2565 187,8233 0,0000
0 61,4462 159,3781 0,0000
1 58,1230 138,7944 20,5837
2 55,0509 122,4741 16,3203
3 49,7167 98,8733 23,6008
4 44,3511 79,6982 19,1751
5 38,7399 63,2383 16,4599
6 35,4890 55,0122 8,2260
7 27,4744 37,8823 17,1299
8 27,2226 37,4053 0,4771
9 20,2931 25,4597 11,9456
10 14,8821 17,4841 7,9756
11 9,5559 10,5655 6,9185

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

Tabel data pengamatan pengeringan tepung mocaf dengan metode pengeringan


matahari ulangan 2
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 61,1118 157,1472 0,0000
0 59,5376 147,1433 0,0000
1 53,6115 115,5705 31,5728
2 50,0899 100,3602 15,2103
3 42,6242 74,2895 26,0707
4 39,1288 64,2813 10,0082
5 30,8999 44,7176 19,5637
6 28,8854 40,6181 4,0995
7 25,9495 35,0430 5,5751
8 22,3364 28,7605 6,2825
9 22,0027 28,2095 0,5510
10 16,0433 19,1090 9,1006
11 13,4569 15,5494 3,5596
12 9,8733 10,9549 4,5944

Tabel data pengamatan pengeringan tepung mocaf dengan metode pengeringan


matahari ulangan 3
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 61,830718 161,9907844 0,0000
0 59,04541 144,1728777 0,0000
1 58,459827 140,7308207 3,4420
2 56,504696 129,9098769 10,8209
3 50,720943 102,9259618 26,9839
4 47,770248 91,4617538 11,4642
5 43,189606 76,02412579 15,4376
6 38,081848 61,50352691 14,5205
7 35,558535 55,17958759 6,3239
8 36,092258 56,4755642 -1,2959
9 22,974844 29,82771459 26,6478
10 15,033581 17,69355586 12,1341
11 9,4894739 10,48438707 7,2091

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

Tabel data pengamatan pengeringan tepung mocaf dengan metode pengeringan


matahari dan rotary dryer ulangan 1
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 48,7338 95,0605 0,0000
0 32,7484 48,6952 0,0000
1 29,4802 41,8041 6,8912
2 25,8386 34,8411 6,9630
3 24,4401 32,3453 2,4958
4 20,8745 26,3815 5,9637
5 15,984 19,025 7,3565
6 12,7995 14,6783 4,3468
7 9,11451 10,0286 4,6497

Tabel data pengamatan pengeringan tepung mocaf dengan metode pengeringan


matahari dan rotary dryer ulangan 2
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 46,9899 88,6432 0,0000
0 34,1011 51,7476 0,0000
1 30,9817 44,889 6,8585
2 26,6335 36,302 8,5870
3 22,4585 28,9631 7,3389
4 20,8753 26,3828 2,5804
5 16,9327 20,3843 5,9984
6 13,8346 16,0558 4,3285
7 9,51459 10,515 5,5408

Tabel data pengamatan pengeringan tepung mocaf dengan metode pengeringan


matahari dan rotary dryer ulangan 3
Kadar Air Kadar air
Sampel -dM/dt (%bk/jam)
(%BB) (%BK)
Pressan 50,0257 100,103 0,0000
0 41,8331 71,919 0,0000
1 36,9274 58,5475 13,3715
2 32,8391 48,8962 9,6512
3 28,7385 40,3281 8,5680
4 25,9251 34,9985 5,3296
5 19,8758 24,8062 10,1923
6 13,6368 15,7901 9,0161
7 9,70521 10,7484 5,0417

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

Lampiran 20. Kurva standar pati dalam penentuan kadar pati

Konsentrasi Glukosa Standar (mg/ml) Absorbansi


0,05 0,179
0,1 0,368
0,15 0,491
0,2 0,742
0,25 0,921

1
y = 3.716x - 0.0172
Konsentrasi Glukosa

0.8
Standar (mg/ml)

R² = 0.9912
0.6

0.4

0.2

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Absorbansi (nm)

Lampiran 21. Kurva standar amilosa dalam penentuan kadar amilosa

Konsentrasi Amilosa Standar (mg/ml) Absorbansi


0,004 0,081
0,008 0,142
0,012 0,19
0,016 0,239
0,02 0,314

0.35
Konsesntrasi Amilosa

0.3 y = 14.075x + 0.0243


Standar (mg/ml)

R² = 0.9933
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Absorbansi (nm)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

Lampiran 22. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap kadar pati tepung mocaf dan tepung ubi kayu

Tabel sidik ragam nilai kadar pati pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Source JK db Kuadrat Tengah Fhitung Sig.
Metode Pengeringan 48,593 4 12,148 28,778 0,000
Kelompok 0,781 2 0,390 0,925 0,435
Galat 3,377 8 0,422
Total 84573,564 15
Keterangan :
Sig < 0,01 = berbeda sangat nyata
Sig < 0,05 = berbeda nyata
Sig > 0,05 = berbeda tidak nyata
KK = √ x 100= √ x 100 = 0,87
Rataan 75,06478

Tabel LSR nilai kadar pati pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Jarak LSR perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - UM 73,82 c C
2 1,2233 1,7799 UA 72,13 b B
3 1,2746 1,8527 MM 76,86 a A
4 1,3035 1,8966 MA 76,23 a A
5 1,3208 1,9258 MO 76,28 a A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

Lampiran 23. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap kadar amilosa tepung mocaf dan tepung ubi kayu

Tabel sidik ragam nilai kadar amilosa pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Source JK db Kuadrat Tengah Fhitung Sig.
Metode Pengeringan 165,973 4 41,493 335,017 0,000
Kelompok 0,651 2 0,325 2,627 0,133
Galat 0,991 8 0,124
Total 11863,949 15
Keterangan :
Sig < 0,01 = berbeda sangat nyata
Sig < 0,05 = berbeda nyata
Sig > 0,05 = berbeda tidak nyata
KK = √ x 100= √ x 100 = 1,26
Rataan 27,9241

Tabel LSR nilai kadar amilosa pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Jarak LSR perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - UM 25,34 D D
2 0,6626 0,9641 UA 22,86 E E
3 0,6904 1,0035 MM 31,72 A A
4 0,7061 1,0273 MA 29,11 C C
5 0,7154 1,0432 MO 30,60 B B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

Lampiran 24. Data pengamatan, daftar sidik ragam, dan uji LSR optimasi metode
pengeringan matahari, rotary dryer, dan pengeringan kombinasi
terhadap kadar amilopektin tepung mocaf dan tepung ubi kayu

Tabel sidik ragam nilai kadar amilopektin pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Source JK db Kuadrat Tengah Fhitung Sig.
Metode Pengeringan 37,459 4 9,365 18,510 0,000
Kelompok 0,310 2 0,155 0,307 0,744
Galat 4,047 8 0,506
Total 33375,462 15
Keterangan :
Sig < 0,01 = berbeda sangat nyata
Sig < 0,05 = berbeda nyata
Sig > 0,05 = berbeda tidak nyata
KK = √ x 100= √ x 100 = 1,51
Rataan 47,1407

Tabel LSR nilai kadar amilopektin pada tepung ubi kayu dan tepung mocaf
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - UM 48,48 Bc BC
2 1,3392 1,9486 UA 49,28 A A
3 1,3954 2,0283 MM 45,14 D D
4 1,4271 2,0763 MA 47,12 B B
5 1,4459 2,1083 MO 45,69 Cd CD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai