Anda di halaman 1dari 119

PROSES PEMBUATAN BERAS DAN BROWNIES MANGROVE LINDUR

(Bruguiera gymnorrizha) DI UKM TANI MANGROVE WONOREJO


KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

COVER

PRAKTEK KERJA MAGANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Oleh :

ASMA AZIZAH

NIM. 135080301111075

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016
PROSES PEMBUATAN BERAS DAN BROWNIES MANGROVE LINDUR
(Bruguiera gymnorrizha) DI UKM TANI MANGROVE WONOREJO
KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

HALAMAN JUDUL

PRAKTEK KERJA MAGANG


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan


Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh :

ASMA AZIZAH
NIM. 135080301111075

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016
PRAKTEK KERJA MAGANG

PROSES PEMBUATAN BERAS DAN BROWNIES MANGROVE LINDUR


(Bruguiera gymnorrizha) DI UKM TANI MANGROVE WONOREJO
KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBAR PENGESAHAN

OLEH :
ASMA AZIZAH
NIM. 135080301111075

telah dipertahankan didepan penguji


pada tanggal ______________
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
SK Dekan No. : _____________
Tanggal : _____________

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Arning Wilujeng E., MS. Dr. Ir, Kartini Zaelanie, MS.
NIP. 19620805 198603 2 001 NIP. 19550503 198503 2 001
Tanggal: ............................ Tanggal: .........................

i
RINGKASAN

ASMA AZIZAH. Praktek Kerja Magang Studi tentang Proses Pembuatan Beras
dan Brownies Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha) di UKM Tani Mangrove
Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya (Dibawah bimbingan Dr. Ir.
KARTINI ZAILANIE, MS)

Mangrove merupakan komunitas tanaman pepohonan yang hidup di


habitat payau dan berfungsi sebagai pelindung daratan dari gelombang laut yang
besar. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang,
kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Selain itu,
tumbuhan mangrove diketahui memiliki kandungan gizi yang lengkap, termasuk
sumber karbohidrat dan kalori. Salah satunya adalah mangrove jenis lindur
(Bruguiera gymnorrizha). Sehingga dilakukan inovasi lebih lanjut dibuat sebagai
produk yang dapat dikonsumsi dan menjadi bahan pencampuran.

Praktek Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan di Kelompok Tani


Mangrove Wonorejo yang terletak di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut,
Kota Surabaya, Jawa Timur pada bulan Juli 2016. Maksud dari Praktek Kerja
Magang (PKM) ini adalah untuk mengetahui secara langsung pembuatan Beras
dan Brownies Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha) di UKM Tani Mangrove
Wonorejo. Tujuan dari pelaksanaan Praktek Keja Magang (PKM) ini adalah
Mengetahui proses, peralatan, fasilitas yang digunakan sehingga mendapat
gambaran tentang kondisi, tata letak dan tempat usaha pembuatan Beras dan
Brownies Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha) serta keadaan sanitasi dan
higiene yang diterapkan dan mengetahui komposisi gizi dari Beras dan Brownies
Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha).

Metode yang digunakan dalam pelaksaan Praktek Kerja Lapang ini


adalah metode deskriptif yaitu mengumpulkan data primer dan sekunder yang
ada dilapang. Data-data tersebut didapat dengan wawancara, observasi,
dokumentasi dan partisipasi langsung dalam proses pembuatan Beras dan
Brownies Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha). Pengambilan data dimulai
dari proses penerimaan bahan baku sampai pada produk akhir yang dihasilkan
dan penerapan sanitasi dan hygiene pada sarana proses pembuatan Beras dan
Brownies Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha).

Proses pembuatan Beras Lindur yaitu: Persiapan bahan baku, proses


perebusan, proses pengupasan dan pemotongan, proses perendaman, proses
penjemuran serta proses pengemasan. Sementara untuk proses pembuatan
Brownies Lindur yaitu: proses persiapan bahan baku, proses persiapan bahan
tambahan, proses pencampuran bahan baku dan bahan tambahan, proses
pengovenan serta proses pengemasan. Secara umum sanitasi dan hygiene yang
diterapkan untuk skala industri rumah tangga UKM Tani Mangrove belum cukup
baik dalam melaksanakan prinsip sanitasi dan higiene.

ii
Kandungan gizi Beras Lindur yang diproduksi oleh UKM Tani Mangrove
antara lain protein 3,87%, lemak 0,15%, air 13,03%, abu 0,80%, dan karbohidrat
sebesar 82,15%. Untuk Brownies Lindur diperoleh kandungan gizi antara lain
protein 6,35%, lemak 18,81%, air 29,67%, abu 1,08%, dan karbohidrat sebesar
44,09%. Ditinjau dari analisis proksimat Beras dan Brownies Lindur ada
beberapa komponen yang mengalami kenaikan dan penurunan. Kenaikan dan
penurunan itu sendiri dikarenakan adanya proses pengolahan lanjutan. Salah
satunya kadar karbohidrat pada beras lindur yang mengalami kenaikan yang
tidak signifikan dari kadar karbohidrat beras giling 78,9 % menjadi 82,15%, hal ini
selain dikarenakan proses lanjutan juga dipengaruhi metode yang digunakan
pada perhitungan kadar karbohidrat, yaitu dengan metode by different.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM)

yang diadakan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Malang serta laporan kegiatan PKM dengan baik.

Dalam Penyusunan laporan kegiatan PKM ini, penulis menyadari bahwa

dengan adanya dukungan dari semua pihak baik langsung maupun tidak

langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan PKM ini dengan baik.

Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan dan hikmah

sehingga laporan Praktek Kerja Magang ini dapat selesai.

2. Dr. Ir. Kartini Zaelanie, MS selaku dosen pembimbing Praktek Kerja

Magang yang telah membimbing serta mengarahkan penulis selama

kegiatan sebelum PKM, PKM, dan setelah PKM.

3. Eka Ruliati, AMd selaku ibunda tercinta dan Drs. Anugrah, MM selaku

ayah tercinta penulis yang telah memberikan dukungan dan perhatian

baik berupa materiil maupun non materiil selama penulis menempuh

perguruan tinggi hingga dalam pelaksanaan PKM.

4. Bapak Sony Mohson dan Ibu Sony selaku pembimbing lapang PKM yang

telah membantu penulis selama kegiatan PKM.

5. Afnan Salsabila, Rafa Salama, Safira Adila, dan Muhammad Akyas

selaku saudara kandung tercinta yang telah memberikan dukungan

selama penulis mengerjakan laporan PKM.

6. Fina Innama Listin dan Intan Dina Dwi Wati untuk kesabaran membantu

penulis selama penulis mengerjakan laporan.

iv
7. Laely Widayanti dan Naneng Widianingrum untuk dukungan, kesabaran

mendengarkan cerita dan keluh kesah selama penulis mengerjakan

laporan PKM.

8. Teman-teman Kosan Bunga Merak 10: Kak Nina, Fina, Kak Iis, dan Mbak

Mia yang telah memberikan dukungan selama penulis mengerjakan

laporan PKM.

9. Teman-teman THP 13 yang telah memberikan dukungan selama penulis

mengerjakan laporan PKM.

10. Seluruh Pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis

selama PKM dan pengerjaan laporan PKM yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini belum sempurna

sehingga kritik dan saran yang membangun dapat penulis peroleh dalam

meningkatkan kualitas penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas

semua kebaikan pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu penulis

dalam pelaksanaan kegiatan PKM ini.

Malang, 11 November 2016

Asma Azizah

v
DAFTAR ISI

Halaman

COVER................................................................................................................ 1
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. 2
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i
RINGKASAN ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................................2
1.2.1 Maksud ...............................................................................................2
1.2.2 Tujuan ................................................................................................2
1.3 Kegunaan ..................................................................................................3

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4


2.1 Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha) .............................................4
2.1.1 Karakteristik Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha) ...............4
2.1.2 Kandungan Gizi Bruguiera gymnorrizha .........................................5
2.1.3 Manfaat Mangrove ............................................................................6
2.2 Beras..........................................................................................................7
2.2.1 Definisi Beras.....................................................................................7
2.2.2 Komposisi Gizi Beras ........................................................................8
2.3 Brownies ....................................................................................................9
2.3.1 Definisi Brownies ...............................................................................9
2.3.2 Proses Pengolahan ...........................................................................9
2.3.3 Bahan Utama ................................................................................... 12
2.3.4 Bahan Tambahan ............................................................................ 12

3. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG .................................................... 22


3.1 Materi dan Metode .................................................................................. 22
3.2 Metode Pengambilan Data .................................................................... 23
3.2.1 Data Primer ...................................................................................... 23
3.2.2 Data Sekunder................................................................................. 26

4. KEADAAN UMUM DAERAH...................................................................... 27


4.1 Lokasi dan Letak Geografis ................................................................... 27
4.2 Kondisi Penduduk .................................................................................. 28
4.3 Kondisi Umum Usaha Perikanan .......................................................... 29

vi
5. KEADAAN UMUM DAN TEMPAT USAHA ................................................ 30
5.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha ..................................................... 30
5.2 Lokasi dan Tata Letak Tempat Usaha ................................................. 31
5.3 Struktur Organisasi Usaha ..................................................................... 32
5.4 Tenaga Kerja dan Kesejahteraan ......................................................... 32

6. PROSES PEMBUATAN BERAS DAN BROWNIES LINDUR .................... 34


6.1 Sarana Produksi .................................................................................... 34
6.1.1 Konstruksi Bangunan dan Ruang Proses ..................................... 34
6.1.2 Peralatan Proses Pengolahan ...................................................... 34
6.2 Bahan Baku dan Bahan Tambahan ...................................................... 42
6.2.1 Bahan Baku ..................................................................................... 42
6.2.2 Bahan Tambahan ............................................................................ 44
6.3 Proses Pembuatan Beras Lindur .......................................................... 48
6.3.1 Persiapan Bahan Baku ................................................................... 49
6.3.2 Persiapan Bahan Tambahan.......................................................... 49
6.3.3 Perebusan........................................................................................ 49
6.3.4 Pengupasan dan Pemotongan Buah............................................. 50
6.3.5 Perendaman dan Perebusan Buah ............................................... 52
6.4 Proses Pembuatan Tepung Lindur ....................................................... 54
6.4.1 Persiapan Bahan Baku ................................................................... 57
6.4.2 Persiapan Bahan Tambahan.......................................................... 57
6.4.3 Perebusan........................................................................................ 57
6.4.4 Pengupasan dan Pemotongan Buah............................................. 58
6.4.5 Proses Perendaman dan Perebusan ............................................ 59
6.4.6 Penghalusan, Penjemuran dan Penggilingan............................... 61
6.5 Proses Pembuatan Brownies Lindur (Bruguierra gymnorrizha) ......... 63
6.5.1 Persiapan Bahan Baku ................................................................... 65
6.5.2 Persiapan Bahan Tambahan.......................................................... 65
6.5.3 Pencampuran I dan Pengocokan ................................................. 65
6.5.4 Pencampuran II dan Pencetakan................................................... 67
6.5.5 Pengovenan dan Pengemasan ...................................................... 68

7. SANITASI DAN HYGIENE ......................................................................... 71


7.1 Sanitasi dan Hygiene Bahan Baku........................................................ 72
7.2 Sanitasi dan Hygiene Peralatan ............................................................ 73
7.3 Sanitasi dan Hygiene Air ....................................................................... 73
7.4 Sanitasi dan Hygiene Pekerja ............................................................... 74
7.5 Sanitasi dan Hygiene Lingkungan ......................................................... 75
7.6 Sanitasi dan Hygiene Produk Akhir....................................................... 76
7.7 Sanitasi dan Hygiene Limbah ................................................................ 77

vii
8. ANALISA PROKSIMAT ............................................................................. 78
8.1 Analisa Kadar Protein............................................................................ 79
8.2 Analisa Kadar Lemak ............................................................................. 80
8.3 Analisa Kadar Air .................................................................................... 81
8.4 Analisa Kadar Abu .................................................................................. 82
8.5 Analisa Kadar Karbohidrat ..................................................................... 83

9. ANALISA USAHA ...................................................................................... 85


9.1 Modal Usaha ........................................................................................... 85
9.2 Biaya Usaha ............................................................................................ 86
9.3 Keuntungan ............................................................................................. 86
9.4 R/C Ratio ................................................................................................. 87
9.5 Analisa Break Event Point (BEP) .......................................................... 87

10. PENUTUP ............................................................................................... 88


10.1 Kesimpulan.............................................................................................. 88
10.2 Saran ....................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Komposisi kimia Bruguiera gymnorrizha ............................................... 5
Tabel 2. Standar Mutu Beras ............................................................................... 9
Tabel 3. Sensus Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 29
Tabel 4. Komposisi Bahan Pembuatan Brownies Lindur .................................... 63
Tabel 5. Hasil Analisa Proksimat Beras dan Brownies Lindur. ........................... 79

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Bruguiera gymnorrizha ....................................................................... 4
Gambar 2. Struktur Kimia Tanin ........................................................................... 6
Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Brownies................................................... 11
Gambar 4 Struktur Kimia Gluten ........................................................................ 14
Gambar 5. Struktur Kimia Albumin ..................................................................... 15
Gambar 6. Struktur Kimia Sukrosa..................................................................... 16
Gambar 7. Struktur Kimia Asam Oleat ............................................................... 17
Gambar 8. Struktur Kimia Asam Linoeat ............................................................ 17
Gambar 9. Struktur Kimia Laktosa ..................................................................... 18
Gambar 10. Struktur Kimia Vanili ...................................................................... 19
Gambar 11. Struktur Kimia Fosfolipid ................................................................ 21
Gambar 12. Stuktur Kimia Air ............................................................................ 21
Gambar 13. Struktur Organisasi Usaha ............................................................. 32
Gambar 14. Pisau .............................................................................................. 35
Gambar 15. Pisau Kupas ................................................................................... 35
Gambar 16. Kompor Gas ................................................................................... 36
Gambar 17. Blender .......................................................................................... 36
Gambar 18. Chopper elekrik ............................................................................. 37
Gambar 19. Glangsing ....................................................................................... 37
Gambar 20. Ember ............................................................................................ 38
Gambar 21. Baskom .......................................................................................... 38
Gambar 22. Oven .............................................................................................. 39
Gambar 23. Panci .............................................................................................. 39
Gambar 24. Talenan .......................................................................................... 40
Gambar 25. Ayakan ........................................................................................... 40
Gambar 26. Gelas ............................................................................................. 41
Gambar 27. Mixer .............................................................................................. 41
Gambar 28. Loyang ........................................................................................... 42
Gambar 29. Timbangan duduk .......................................................................... 42
Gambar 30. Buah Bruguiera gymnorrizha .......................................................... 43
Gambar 31. Tepung Terigu ................................................................................ 44
Gambar 32. Vanili .............................................................................................. 44
Gambar 33. SP .................................................................................................. 45
Gambar 34. Susu Dancow ................................................................................. 45
Gambar 35. Telur............................................................................................... 46
Gambar 36. Mentega ......................................................................................... 46
Gambar 37. Gula ............................................................................................... 47
Gambar 38. Air .................................................................................................. 47
Gambar 39. Diagram Alir Pembuatan Beras Lindur ........................................... 48
Gambar 40. Proses Perebusan.......................................................................... 50
Gambar 41. Proses Pengupasan ....................................................................... 51
Gambar 42. Proses Pemotongan ....................................................................... 51
Gambar 43. Proses Perendaman....................................................................... 52
Gambar 44. Proses Perebusan.......................................................................... 52
Gambar 45. Proses Penjemuran ........................................................................ 53
Gambar 46. Proses Pengemasan Beras Lindur ................................................. 53
Gambar 47. Struktur Kimia Amilosa ................................................................... 54
Gambar 48. Struktur Amilopektin ....................................................................... 55

x
Gambar 49. Diagram Alir Pembuatan Tepung Lindur......................................... 56
Gambar 50. Proses Perebusan.......................................................................... 58
Gambar 51. Proses Pengupasan ....................................................................... 59
Gambar 52. Proses Pemotongan ....................................................................... 59
Gambar 53. Proses Perendaman....................................................................... 60
Gambar 54. Proses Perebusan.......................................................................... 60
Gambar 55. Proses Penghalusan Buah Lindur .................................................. 61
Gambar 56. Proses Penjemuran Bubur Buah Lindur ......................................... 61
Gambar 57. Proses pelepasan bubur kering dari glangsi/karung ....................... 62
Gambar 58. Bubur kering yang akan digiling ..................................................... 62
Gambar 59. Proses pengayakan tepung lindur .................................................. 62
Gambar 60. Diagram alir proses pembuatan Brownies Lindur ........................... 64
Gambar 61. Proses pelelehan mentega ............................................................. 65
Gambar 62. Penyiapan bahan ........................................................................... 66
Gambar 63. Proses pengocokan bahan ............................................................. 66
Gambar 64. Pemberian terigu dan tepung mangrove......................................... 68
Gambar 65. Pemasukan adonan kedalam Loyang ............................................ 68
Gambar 66. Proses pengovenan brownies lindur............................................... 70
Gambar 67. Brownies lindur setelah di oven ...................................................... 70
Gambar 68. Pengemasan pada brownies lindur ................................................ 70

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Peta Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut KotaSurabaya ..... 98
Lampiran 2. Lay out Letak Usaha Pembuatan Beras dan Brownies Lindur
(Bruguiera gymnorrizha) di UKM Kelompok Tani Mangrove Wonorejo. .............. 99
Lampiran 3. Lay out Tata Letak Produksi Usaha Pembuatan Pembuatan Beras
dan Brownies Lindur (Bruguiera gymnorrizha) UKM Kelompok Tani Mangrve
Wonorejo ................................................................................................................... 100
Lampiran 4. Perhitungan Analisis Hasil Usaha...................................................... 101
Lampiran 5. Hasil Uji Proksimat Beras dan Brownies Lindur ............................... 104
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen...................................................................... 105

xii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mangrove adalah komunitas tanaman pepohonan yang hidup di habitat

payau dan berfungsi sebagai pelindung daratan dari gelombang laut yang besar

(Irwanto, 2006). Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk

beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang

tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dari

sekian banyak tanaman mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak

ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp.), bakau (Rhizophora

sp.), tanjang/lindur (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.)

yang merupakan tumbuhan mangrove utama (Bengen, 2002).

Masalah pangan di Indonesia menurut Widowati et al (2003), tidak lepas

dari sumber karbohidrat utama yaitu beras dan terigu, yang ternyata terigu lebih

adaptif daripada pangan dosmetik seperti gaplek, beras jagung, sagu atau ubi

jalar, meskipun di beberapa daerah penduduk masih mengkonsumsi makanan

tradisional tersebut.

Sekarang ini perlu adanya upaya peningkatan dan pengembangan

sumber bahan pangan potensial selain beras dan juga gandum. Diketahui bahwa

ternyata buah mangrove memiliki kandungan gizi yang lengkap, termasuk

sumber karbohidrat dan kalori (Wibowo et al., 2009).

Belum banyak pengetahuan tentang potensi dan manfaat mangrove

sebagai sumber pangan. Penelitian yang dilakukan Mamoribo (2003), pada

masyarakat kampung Rayori, distrik Supriyori Selatan, Kabupaten Biak Numfor

memberikan informasi bahwa masyarakat telah memanfaatkan buah mangrove

untuk dimakan terutama jenis Bruguiera gymnorrhiza yang buahnya diolah

1
menjadi kue. B. gymnorrhiza atau biasa disebut Lindur, dikonsumsi dengan cara

mencampurkannya dengan nasi.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari pelaksanaan PKM ini adalah untuk ikut berpartisipasi

didalam setiap tahapan proses pembuatan beras dan brownies berbahan dasar

Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha) mulai dari penerimaan bahan baku

sampai dengan penyimpanan.

1.2.2 Tujuan

Tujuan umum dari pelaksanaan praktek magang ini adalah untuk

menambah pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan keterampilan

mahasiswa di bidang pengolahan hasil perikanan. Sedangkan tujuan khususnya

adalah:

1. Menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan mahasiswa

dalam bidang penanganan dan pengolahan hasil perikanan khususnya

proses pembuatan beras dan brownies berbahan dasar mangrove lindur

(Bruguiera gymnorrizha).

2. Mengetahui tahapan-tahapan dari proses pembuatan beras dan brownies

berbahan dasar mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha) secara

keseluruhan yang diterapkan di UKM Tani Mangrove Wonorejo.

2
1.3 Kegunaan

Hasil dari Praktek Kerja Magang ini diharapkan dapat berguna bagi :

Mahasiswa, yaitu agar dapat menerapkan ilmu yang dimiliki ketika

berada di lapang dengan harapan dapat dibandingkan dengan

pengetahuan yang sudah didapat di bangku kuliah.

UKM yang bersangkutan, yaitu sebagai salah satu bahan pertimbangan

dalam meningkatkan dalam mengembangkan usahanya di masa yang

akan datang.

Lembaga akademis atau perguruan tinggi, yaitu dapat digunakan

sebagai informasi keilmuan dan bahan penelitian selanjutnya.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan praktek kerja magang dilaksanakan pada tanggal

18 Juli 16 Agustus 2016 di UKM Tani Mangrove Kelurahan Wonorejo,

Kecamatan Rungkut Timur, Kota Surabaya, Jawa Timur.

3
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha)

2.1.1 Karakteristik Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha)

Klasifikasi mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha) berdasarkan


ZipcodeZoo (2013) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Spermatopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Malpighiales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguiera gymnorrizha

Gambar 1. Bruguiera gymnorrizha

Tanaman lindur adalah tanaman mangrove yang biasa dikenal sebagai

bakau daun besar, yang memiliki akar papan dan lutut serta ketinggiannya dapat

mencapai 30 m. Tanaman lindur banyak terdapat di daerah tropis, di Indonesia

sendiri tanaman lindur tersebar di daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku,

dan Bali (Duke dan James 2006).

4
2.1.2 Kandungan Gizi Bruguiera gymnorrizha

Selain memiliki kadar air yang tinggi, Bruguiera gymnorrizha juga

memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari komposisi kimia

Bruguiera gymnorrizha pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia Bruguiera gymnorrizha


Komponen Kimia Komposisi

Kadar air 62,92%

Kadar abu 1,92%

Kadar lemak 0,79%

Kadar protein 2,11%

Kadar karbohidrat 32,91%

Sumber: * Bunyapraphatsara et al. (2002); ** Jacoeb et al. (2011)

Buah lindur memiliki kadar air cukup tinggi yaitu 62,92%. Peranan air

dalam bahan pangan dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme misalnya

aktivitas enzim, aktivitas mikroba, dan kimiawi yaitu terjadinya ketengikan dan

reaksi-reaksi non enzimatis. Kadar abu dan lemak tergolong rendah yaitu kadar

abu sebesar 1,29% dan lemak sebesar 0,79%. Kadar protein buah lindur

sebesar 2,11%. Kandungan protein nabati umumnya cenderung lebih rendah

dibandingkan dengan protein hewani, kecuali pada kacang-kacangan dan produk

olahannya. Kadar karbohidrat buah lindur adalah 32,91% yang dihasilkan .

Buah lindur menurut Fortuna (2005), cocok untuk dieksplorasi sebagai

sumber pangan lokal baru karena mengandung karbohidrat yang sangat tinggi,

yaitu 85.1 g/100 g bahan. Bayu (2009) juga menyatakan bahwa kandungan gizi

yang terdapat dalam buah lindur cukup lengkap sehingga dapat diolah menjadi

kue, cake, dicampur dengan nasi atau dimakan langsung dengan bumbu kelapa.

Menurut Wanma (2007) buah lindur cocok untuk diolah menjadi tepung karena

kandungan karbohidrat yang tinggi.

5
2.1.3 Manfaat Mangrove

Tumbuhan mangrove di Indonesia merupakan yang terbanyak di dunia,

baik dari segi kuantitas area (42.550 km2) maupun jumlah species (45 species)

(Spalding et al., 2001). Mangrove mempunyai banyak sekali manfaat yang

bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia di daratan, mulai dari

manfaat ekologi sampai dengan sebagai sumber pangan dan obat. Selain itu

mangrove kaya akan senyawa steroid, saponin, flavonoid dan tannin.

Tanin merupakan senyawa polyphenol dengan bobot molekulnya yang

tinggi yang mengandung gugus hidroksil dan gugus lainnya misalnya karboksil

untuk membentuk komplek yang kuat dengan protein dan molekul lain seperti

karbohidrat, membrane sel bakteri, dan enzim pencernaan (Cannas, 2001).

Gambar 2. Struktur Kimia Tanin


(Sumber: Google Images, 2016)

Buah mangrove jenis lindur (Bruguiera gymnorrhiza) yang secara

tradisional diolah menjadi kue, cake, dicampur dengan nasi atau dimakan

langsung dengan bumbu kelapa (Sadana, 2007) mengandung energi dan

karbohidrat yang cukup tinggi, bahkan melampaui berbagai jenis pangan sumber

karbohidrat yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti beras, jagung singkong

6
atau sagu. Penelitian yang dilakukan oleh IPB bekerjasama dengan Badan

Bimas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Timur menghasilkan kandungan

energi buah mangrove ini adalah 371 kalori per 100 gram, lebih tinggi dari beras

(360 kalori per 100 gram), dan jagung (307 kalori per 100 gram). Kandungan

karbohidrat buah bakau sebesar 85.1 gram per 100 gram, lebih tinggi dari beras

(78.9 gram per 100 gram) dan jagung (63.6 gram per 100 gram) (Fortuna, 2005).

2.2 Beras

2.2.1 Definisi Beras

Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekamnya)

yang menjadi dedak kasar (Sedioetama, 2000). Beras adalah gabah yang bagian

kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat

pengupas dan penggiling serta alat penyosoh (Astawan, 2004).

Beras merupakan bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun

sebagai bahan makanan pokok menurut Suparyono dan Agus (1993), beras

dapat digantikan atau disubsitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi

memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat mudah

digantikan oleh bahan makanan lainnya.

Sebagian terbesar beras yang dikonsumsi secara garis besar berupa

beras sosoh, yaitu beras sosoh lazimnya dan atau parboling (dikukus pada

tekanan tinggi sebelum digiling). Beras juga dikonsumsi dalam bentuk bihun,

hasil fermentasi beras ketan, dan makanan cemilan yang dibuat dengan cara

pemasakan ekstruksi (Haryadi, 2006).

Beras menurut Moehyi (1992), merupakan bahan pokok terpenting

dalam menu makanan Indonesia. Sebagai makanan pokok, beras memberikan

beberapa keuntungan. Selain rasanya netral, beras setelah dimasak memberikan

volume yang cukup besar dengan kandungan kalori cukup tinggi, serta dapat

7
memberikan berbagai zat gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti protein dan

beberapa jenis mineral.

2.2.2 Komposisi Gizi Beras

Beras menurut Astawan (2004), merupakan salah satu kebutuhan pokok

bagi masyarakat Indonesia. Beras sebagai bahan makanan mengandung nilai

gizi cukup tinggi yaitu kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar

6,8 gr, dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan

0,8 mg.

Bagian gabah yang dapat dimakan mengandung 75% karbohidrat dan

8% protein pada kadar air 14%. Penyusun lainnya adalah lemak, serat, dan abu

yang terdapat dalam jumlah sedikit. Bagian endosperm atau bagian gabah yang

diperoleh setelah penggilingan yang kemudian disebut beras giling, mengandung

78% karbohidrat dan 7% protein (Haryadi, 2006).

Sebagian terbesar karbohidrat dalam beras ialah pati dan hanya

sebagian kecil pentosan, selulosa, hemiselulosa, dan gula. Antara 85% hingga

90% dari berat kering beras berupa pati. Kandungan pentosan berkisar 2,0

2,5% dan gula 0,6 1,4% dari berat beras pecah kulit. Dengan demikian jelaslah

bahwa sifat fisikokimiawi beras terutama ditentukan oleh sifat-sifat patinya,

karena penyusun utamanya adalah pati (Haryadi, 2006). Berikut standar mutu

beras menurut SNI 6128:2008.

8
Tabel 2. Standar Mutu Beras
Komponen mutu Satuan Mutu Mutu Mutu Mutu Mutu
I II III IV V
Derajat sosoh (min) (%) 100 100 95 95 85
Kadar air (maks) (%) 14 14 14 14 15
Butir kelapa (min) (%) 95 89 78 73 60
Butir patah (maks) (%) 5 10 20 25 35
Butir menir (maks) (%) 0 1 2 2 5
Butir merah (maks) (%) 0 1 2 3 3
Butir kuning/rusak (maks) (%) 0 1 2 3 5
Butir mengapur (maks) (%) 0 1 2 3 5
Benda asing (maks) (%) 0 0,02 0,02 0,05 0,20
Butir gabah (maks) (butir/100g) 0 1 1 2 3

2.3 Brownies

2.3.1 Definisi Brownies

Brownies merupakan kue bertekstur agak keras dan padat, berwarna

coklat kehitaman dan memiliki rasa khas dominan cokelat (Sari, 2012) Brownies

merupakan jenis kue yang berbahan dasar cokelat, dan dapat dibuat dengan

proses panggang dan kukus.

Brownies merupakan produk bakeri yang termasuk dalam kategori cake.

Produk bakeri meliputi roti, cookies dan cake merupakan produk yang paling

banyak dikonsumsi (Bakke dan Vickers, 2007). Saat ini banyak dijumpai

brownies yang diperkaya dengan protein dan karbohidrat, namun hingga saat ini

sumber protein yang berasal dari mangrove masih jarang digunakan.

2.3.2 Proses Pengolahan

Proses pembuatan brownies mangrove yang telah dimodifikasi oleh

Dewi (2016) adalah sebagai berikut: pertama disiapkan bahan-bahan seperti

telur, dark chocolate, gula, tepung mangrove, baking powder, dan margarine.

Setelah itu disiapkan juga cetakan yang sudah dialasi kertas roti dan diolesi

margarine, kemudian dilakukan penimbangan bahan-bahan, setelah itu dark

9
chocolate dan margarine dilelehkan setelah itu telur dan gula dikocok. Dark

chocolate dan margarine yang telah dilelehkan dihomogenkan kemudian

dimasukkan tepung mangrove, baking powder dan coklat bubuk kedalam

campuran dark chocolate dan margarine. Setelah itu adonan diaduk, dan dituang

kedalam cetakan. Kemudian adonan dikukus dengan api kecil selama 30 menit

untuk brownies kukus, sedangkan untuk brownies panggang adonan di

panggang dengan suhu 170C selama 30 menit. Setelah itu didinginkan dengan

suhu ruang, kemudian didapatkan brownies tepung mangrove. Berikut adalah

diagram alir pembuatan brownies tepung mangrove.

10
2.3.2.1 Diagram Alir Pembuatan Brownies

Penimbangan bahan

Dark chocolate dan margarin dilelehkan

Telur dan gula dikocok

Pencampuran dark chocolate dan margarin leleh

Memasukkan tepung, baking powder dan coklat bubuk

Pengadukan adonan

Penuangan adonan ke cetakkan

Pengukusan adonan Pemanggangan adonan dengan

selama 30 menit suhu 170C selama 30 menit

Pendinginan suhu ruang

Brownies tepung mangrove

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Brownies


(Sumber: Dewi, 2016)

11
2.3.3 Bahan Utama

2.3.3.1 Tepung Mangrove

Kandungan antinutrisi dalam buah mangrove menurut Yissaprayogo

(2010), dapat diturunkan dengan cara perendaman dalam larutan abu sekam

padi selama waktu tertentu. Namun sejauh ini belum diketahui berapa

konsentrasi abu sekam dan waktu perendaman yang tepat untuk menurunkan

kadar tanin dan HCN pada buah lindur. Buah lindur dengan kadar tanin dan HCN

yang rendah dapat diolah menjadi tepung.

Penepungan Menurut Purnobasuki (2011), merupakan salah satu solusi

untuk mengawetkan buah lindur karena dapat memutus rantai metabolisme buah

lindur sehingga menjadi lebih awet. Tepung mempunyai kandungan air yang

rendah dan lebih fleksibel diaplikasikan pada berbagai jenis olahan pangan

sehingga diharapkan lebih mudah dikenalkan pada masyarakat.

2.3.4 Bahan Tambahan

2.3.4.1 Tepung terigu

Tepung terigu menurut Yaumi (2011), berasal dari gandum yang

mempunyai fungsi sebagai membentuk struktur roti, sumber protein dan

karbohidrat. Kandungan protein utama tepung terigu yang berperan dalam

pembuatan roti adalah gluten. Selain itu, tepung terigu juga harus memenuhi

syarat untuk pembuatan roti yaitu mudah dicampur, diragikan, dapat

menyesuaikan pada suhu yang ditentukan.

Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar

gandum yang diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak

digunakan dalam industri pangan. Komponen yang terbanyak dari tepung terigu

adalah pati, sekitar 70% yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Besarnya

12
kandungan amilosa dalam pati ialah sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi 56 -

62C (Belitz dan Grosch, 1987).

Tepung terigu yang mempunyai kadar protein tinggi akan memerlukan

air lebih banyak agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-

banyaknya. Umumnya, dalam pembuatan roti digunakan tepung terigu protein

tinggi untuk mendapatkan volume yang besar, tetapi ada kemungkinan roti

menjadi alot. Oleh karena itu, dalam pembuatan roti perlu penambahan bahan-

bahan lain yang berfungsi untuk mengempukkan roti seperti gula, margarin atau

mentega, dan kuning telur dengan komposisi tertentu. Pencampuran tepung

terigu protein tinggi dengan tepung terigu protein sedang juga dapat dilakukan,

tujuannya agar kadar protein terigu turun sehingga roti yang dihasilkan sesuai

dengan keinginan, seperti tekstur lebih lembut (Mudjajanto dan Yuliati, 2004).

Tepung terigu merupakan bahan dasar dalam pembuatan roti dan mie.

Keistimewaan terigu diantara serealia lain adalah adanya gluten yang

merupakan protein yg menggumpal, elastis serta mengembang bila dicampur

dengan air. Gluten digunakan sebagai bahan tambahan untuk mempertinggi

kandungan protein dalam roti. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adalah

terigu yang memiliki kadar air 14%, kadar protein 8 - 12%, kadar abu 0,25

0,60% dan gluten basah 24 36% (Astawan, 2004).

Penambahan tepung yang mengandung gluten seperti tepung terigu

dimaksudkan untuk membantu penangkapan gas-gas CO2 hasil fermentasi

khamir (Artama, 2001). Gluten terbentuk ketika tepung terigu dicampurkan

dengan air. Gluten terbentuk dari dua komplek yang dikenal sebagai gliadin dan

glutenin. Glutenin membantu terbentuknya kekuatan dan kekerasan adonan.

Gliadin lebih lembut dan mempengaruhi perpaduan dan elastisitas adonan.

Glutenin mengandung lebih banyak lipida dalam tepung terigu dalam bentuk

lipoprotein (Widianto et al., 2002).

13
Gambar 4 Struktur Kimia Gluten
(Sumber: Google Images, 2016)

2.3.4.2 Telur

Telur menurut Sudaryani (2003), merupakan produk peternakan yang

memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat.

Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat

zat gizi yang sangat baik dan mudah dicerna. Telur mempunyai kandungan

protein tinggi dan mempunyai susunan protein yang lengkap, akan tetapi lemak

yang terkandung didalamnya juga tinggi.

Kandungan gizi telur menurut Komala (2008), terdiri dari : air 73,7%,

Protein 12,9 %, Lemak 11,2% dan Karbohidrat 0,9%. dan kadar lemak pada

putih telur hampir tidak ada. Ditambahkan Sudaryani (2003) bahwa hampir

semua lemak di dalam telur terdapat pada kuning telur, yaitu mencapai 32%,

sedangkan pada putih telur kandungan lemaknya sangat sedikit. Maka

pengamatan lemak dan kolesterol lebih efektif dilakukan pada kuning telur.

Diketahui albumin pada telur (ovalbumin) paling banyak terdapat pada

putih telurnya daripada kuningnya (Persagi, 2008). Albumin merupakan protein

terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total plasma protein, dengan nilai

14
normal 3,5 5,5 g/dl. Albumin juga didapatkan pada ruang ekstrasel (40%

terdapat pada plasma dan 60% di ruang ekstrasel). Albumin berperan dalam

membantu mempertahankan tekanan osmotic koloid darah (75-80% tekanan

osmotic plasma), sebagai protein pembawa untuk substansi lipofilik dalam darah

seperti: asam lemak rantai panjang, bilirubin, beberapa hormon steroid, vitamin,

obat-obatan (a.l sulfonamide, penicillin-G, dicumarol, dan aspirin), ion Cu (10%

Cu diikat oleh albumin), methane dan ion kalsium (Soewoto, 2003).

Gambar 5. Struktur Kimia Albumin


(Sumber: Google Images, 2016)

2.3.4.3 Gula

Gula memiliki sifat-sifat daya larut yang tinggi, kemampuan mengurangi

keseimbangan, kelembaban relatif dan mengikat air yang menyebabkan gula

banyak digunakan dalam pengawetan bahan pangan.Gula, garam, dan polihidrat

lainnya bersifat humektan. Humektan adalah senyawa kimia yang bersifat

higroskopis (menyerap air) dan mampu menurunkan Aw ( water activity ) atau

kadar air dalam bahan pangan yang bersifat antimikroba, memperbaiki tekstur,

cita rasa, dan dapat meningkatkan nilai kalori (Hambali et al.,2004).

Pada penambahan gula ke dalam bahan makanan menurut Buckle et al

(1987), akan menyebabkan sebagian air dalam bahan makanan akan dapat

mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme di dalamnya. Rasa manis yang

15
biasa dijumpai pada tanaman terutama disebabkan oleh tiga jenis gula, yaitu

sukrosa, fruktosa dan glukosa.

Pada molekul sukrosa (C12H22O11) terdapat ikatan antara molekul

glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan

atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom tersebut

adalah atom karbon yang mempunyai gugus OH glikosidik (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2006).

Gambar 6. Struktur Kimia Sukrosa(C12H22O11)


(Sumber: Google Images, 2016)

2.3.4.4 Mentega

Menurut SNI (1995), mentega adalah produk berbentuk padat lunak

yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya, dengan atau tanpa

penambahan garam (NaCl). Mentega adalah produk olahan susu yang bersifat

plastis, diperoleh melalui proses pengocokan sejumlah krim.

Emulsi pada mentega merupakan campuran 18% air yang terdispersi

pada 80% lemak, dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat

pengemulsi. Mentega terbuat dari lemak susu (terutama lemak susu sapi) yang

manis atau asam. Lemak susu dapat dibiarkan menjadi asam secara spontan

atau melalui penambahan inokulum murni bakteri asam laktat (proses

fermentasi). Dalam bidang gizi, mentega merupakan sumber biokalori yang

cukup tinggi nilai kilokalorinya yaitu sekitar 9 kilokalori setiap gramnya. Juga

merupakan sumber asam-asam lemak tak jenuh yang esensial yaitu oleat dan

16
linoleat. Disamping itu mentega juga merupakan sumber alamiah vitamin-vitamin

yang terlarut dalam minyak yaitu vitamin A, D, E, dan K (Made, 2008)

Asam oleat (C18H34O2) adalah asam lemak ditemukan pada hewan dan

minyak nabati disebut juga asam lemak tidak jenuh karena mempunyai ikatan

ganda dalam rantai atom C nya. Hampir seluruh ikatannya berbentuk simetri dan

merupakan isomer ruang, asam oleat tergolong asam yang berbentuk cis dan

trans (Anna dan Akril, 1981).

Gambar 7. Struktur Kimia Asam Oleat (C18H34O2)


(Sumber: Google Images, 2016)

Asam linoleat merupakan salah satu komponen yang memiliki komposisi

yang kecil didalam olein, dimana kandungan asam linoleat berkisar antara 1-2,6

%. Asam linoleat mempunyai berat molekul 280,44 gr/mol dengan rumus kimia

C18H32O2 atau C17H31CO2H (Ketaren, 1986).

Gambar 8. Struktur Kimia Asam Linoeat (C18H32O2)


(Sumber: Google Images, 2016)

2.3.4.5 Susu

Susu menurut SNI (1995) adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda,

kambing, domba, dan hewan ternak penghasil susu lainnya baik segar maupun

yang dipanaskan melalui proses pasteurisasi, Ultra High Temperature (UHT)

atau sterilisasi.

17
Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung

gula, garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal. Air susu

mengandung unsur-unsur gizi yang sangat baik bagi pertumbuhan dan

kesehatan. Komposisi unsur-unsur gizi tersebut sangat beragam tergantung

pada beberapa faktor, seperti faktor keturunan, jenis hewan, makanan yang

meliputi jumlah dan komposisi pakan yang diberikan, iklim, waktu, lokasi,

prosedur pemerahan, serta umur sapi. Komposisi utama susu adalah air, lemak,

protein (kasein dan albumin), laktosa (gula susu), dan abu (Muharastri, 2008).

Laktosa, galacotse 1,4 glukosa merupakan komposisi gula pada susu

mammalia yang unik. Laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa

dan galaktosa (Solomons, 2002). Laktosa merupakan sumber energi yang

memasok hampir setengah dari keseluruhan kalori yag terdapat pada susu (35-

45%). Selain itu, laktosa juga diperlukan untuk absorbsi kalsium. Hasil hidrolisa

laktosa yang berupa galaktosa, adalah senyawa yang penting untuk

pembentukan sebrosida. Serebrosida ini penting untuk perkembangan fungsi

otak. Galaktosa juga dapat dibentuk oleh tubuh dari glukosa di hati. Karena itu

keberadaan laktosa sebagai karbohidrat utama yang terdapat di susu mammalia,

termasuk ASI, merupakan hal yang unik dan penting (Sinuhaji, 2006).

Gambar 9. Struktur Kimia Laktosa (C12H22O11)


(Sumber: Google Images, 2016)

18
2.3.4.6 Vanili

Vanili adalah tanaman penghasil bubuk vanili yang dijadikan sebagai

pengharum makanan. Bubuk ini dihasilkan dari buahnya yang berbentuk potong.

Berfungsi sebagai peraroma pada berbagai produk cake, sehingga mempunyai

aroma yang khas (Faridah et al., 2008).

Flavor dan aroma unik panili berasal dari senyawa fenolik vanillin (98%

dari total komponen flavor vanili) serta dari senyawa lainnya. Vanillin (4-hidroksi-

3-metoksi benzaldehid) dengan rumus kimia C 8H8O3 dan berat molekul 152.14

merupakan komponen utama senyawa aromatik volatil dari polong panili

(Anonim, 1995). Polong panili mengandung dua glukosida utama yaitu

glukovanilin dan glukovanilik alkohol. Akibat aktivitas enzim -glukosidase maka

glukovanilin akan terpecah menjadi glukosa dan vanillin.

Gambar 10. Struktur Kimia Vanili (C8H3O8)


(Sumber: Google Images, 2016)

2.3.4.7 Emulsifier

Emulsifier merupakan zat yang mempunyai fungsi menyatukan dua zat

yang biasanya tidak dapat bersatu. Zat ini dapat memperkuat jaringan gluten

sehingga kemampuan gluten untuk menerima gas CO 2 menjadi lebih kuat dan

volume roti menjadi lebih besar, mempertinggi kemampuan zat amilosa untuk

menahan kelembaban adonan sehingga roti dapat disimpan lebih lama.

19
Penggunaan emulsifier pada produk pangan maupun non pangan telah

berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini. Aplikasinya yang pertama adalah

pada margarin untuk menstabilkan emulsi air dalam minyak sebagai pengganti

mentega pada tahun 1889 (Hassenhuettl, 1997).

Lesitin merupakan salah satu emulsifier yang berperan secara aktif

menurunkan tegangan permukaan dalam pembuatan emulsi. Lesitin kasar biasa-

nya diperoleh dari kedelai dan kuning telur. Lesitin ini merupakan campuran dari

lipida (fosfolipida) dengan fosfatidilkolin, etanolamina, dan inositol sebagai

komponen utama (Nollet, 1992).

Fosfolipid / Phospolipid adalah komponen dari lipid terbesar kedua dan

mirip dengan trigliserida tetapi mempunyai unsur fosfor. Fosfolipid memiliki sifat

hidrofilik (berikatan dengan air) dan hidrofobik (berikatan dengan asam lemak)

(Parker, 2003). Secara komersial, fosfolipida terutama diperoleh sebagai produk

samping dalam produksi minyak kedelai. Fosfolipida dipisahkan dari minyak

kedelai kasar dengan prosedur degumming yaitu dengan pengembangan dalam

air, fosfolipida diendapkan sebagai fase kristalin yang dipisahkan dari minyak

dengan sentrifugasi. Setelah evaporasi air, lesitin kedelai yang diperoleh

mengandung sekitar 65% fosfolipida, sekitar 30% lipida alami dan sejumlah kecil

glikolipida, dan air. Penerapan fosfolipida dalam produk pangan terutama

berdasarkan pada aktivitas permukaannya. Oleh karena itu, lesitin digunakan

sebagai emulsifier dalam produk pangan seperti margarin, mayonaise, coklat,

dan es krim, sebagai pengembang kue, dan agen pencegah basi dalam roti dan

produk roti (Zielinski, 1997).

20
Gambar 11. Struktur Kimia Fosfolipid
(Sumber: Google Images, 2016)

2.3.4.8 Air

Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability,

kesegaran dan daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan

makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau

alat-alat yang akan digunakan untuk mengolahnya (Winarno, 2004). Sebuah

molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen dengan dua

atom hidrogen.

Gambar 12. Stuktur Kimia Air (H2O)


(Sumber: Google Images, 2016)

21
3. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG

3.1 Materi dan Metode

Materi yang digunakan dalam pelakssanaan Praktek Kerja Magang

(PKM) ini adalah proses pembuatan diversifikasi produk (Beras dan Brownies

Mangrove). Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif,

dimana Praktek Kerja Magang (PKM) ini menjelaskan tentang proses pembuatan

beras dan brownies berbahan dasar mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha).

Metode deskriptif menurut Slat (2013), yaitu metode analisis yang dapat

memberikan gambaran maupun uraian jelas mengenai suatu keadaan atau

fenomena, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari proses pembuatan beras dan

brownies mangrove berbahan dasar mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha).

Dalam Praktek Kerja Magang (PKM) ini hasil dari perolehan data akan

dibentuk data secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu data penelitian

yang bukan angka, yang sifatnya tidak dapat dihitung berupa informasi atau

penjelasan yang didasarkan pada pendekatan teoritis dan penilaian logis.

Menurut Musanto (2004), data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka yang

sifatnya dapat dihitung dan diukur jumlahnya untuk diolah menggunakan metode

statistik.

Perolehan data kualitatif dan kuantitatif dalam Praktek Kerja Magang

(PKM) ini dilakukan dengan metode pengambilan data primer dan sekunder.

Data kualitatif meliputi mutu bahan baku, asal bahan baku, alur proses

pembuatan beras dan brownies mangrove berbahan dasar mangrove lindur

(Bruguiera gymnorrizha), sanitasi dan higienitas serta Hazard Analysis Critical

Control Point (HACCP)-nya. Sedangkan data kuantitatif meliputi jumlah bahan

baku, lama waktu produksi, jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi.

22
3.2 Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data dalam pelaksanaan Praktek Kerja Magang

(PKM) ini meliputi data primer dan data sekunder. Perolehan data primer

dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan partisipasi langsung, serta

dokumentasi. Sedangkan data sekunder didapat dengan cara melakukan

pencatatan data dari instansi terkait.

3.2.1 Data Primer

Data primer sangat diperlukan untuk menunjang kevalidan data yang

didapat. Data primer dapat meliputi wawancara, observasi dan lain-lain. Data

primer menurut Musanto (2004), adalah data yang berasal langsung dari objek

penelitian, yaitu berupa kuisioner yang diberikan secara langsung kepada

responden untuk memperoleh informasi tentang kepuasan dan loyalitas

pelanggan. Dalam hal ini subjek data adalah pemilik UKM itu sendiri.

Data primer yang dikumpulkan dalam Praktek Kerja Magang, meliputi :

- Prosedur pelaksanaan proses pembuatan beras dan brownies

mangrove berbahan dasar mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha).

- Kapasitas alat yang digunakan pada proses pembuatan beras dan

brownies mangrove berbahan dasar mangrove lindur (Bruguiera

gymnorrizha), nama dan jenis peralatan serta bahan yang digunakan.

- Prinsip dan fungsi peralatan yang dipergunakan.

- Permasalahan yang ada.

3.2.1.1 Observasi

Metode observasi berdasarkan Purnamasari (2013), adalah sistem

pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung pada

objek yang diteliti, sehingga di dapat data yang akurat. Observasi ersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis (Ifa, 2013). Metode observasi yang

23
dimaksud adalah meliputi cara awal penanganan bahan baku sampai pada

proses pembuatan beras dan brownies mangrove berbahan dasar mangrove

lindur (Bruguiera gymnorrizha).

Keuntungan observasi adalah keabsahan alat ukur dapat diketahui

secara langsung. Tingkah laku yang diharapkan mungkin akan muncul atau

mungkin juga tidak muncul. Karena tingkah laku dapat dilihat, maka kita dapat

segera me-ngatakan bahwa yang diukur memang sesuatu yang dimaksudkan

untuk diukur. Di sisi lain observasi bisa memberikan kerugian. Untuk memperoleh

data yang diharapkan, pengamat harus menunggu dan mengamati sampai

tingkah laku yang diharapkan terjadi (Januar dan Putri, 2007).

Dalam Praktek Kerja Magang ini, observasi tersebut dilakukan terhadap

berbagai hal yang berhubungan dengan proses pembuatan beras brownies

mangrove berbahan dasar mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha).

3.2.1.2 Wawancara

Wawancara menurut Listiyono (2008), adalah metode akusisi yang

paling banyak digunakan. Dalam metode ini melibatkan pembicaraan dengan

pakar secara langsung dalam suatu wawancara. terdapat bentuk wawancara

yang dapat digunakan, masing-masing bentuk wawancara tersebut mempunyai

tujuan yang berbeda. Berikut jenis-jenis wawancara:

1. Contoh Masalah (Kasus), bentuk wawancara ini, pakar dihadapkan

dengan suatu masalah nyata.

2. Wawancara Klasifikasi, maksud dari wawancara ini adalah untuk

memperoleh wawasan pakar untuk domain permasalahan tertentu.

3. Wawancara Terarah, metode ini biasanya merupakan pelengkap bagi

metode wawancara dengan menggunakan contoh masalah dan

wawancara klasifikasi. Dalam bentuk wawancara ini pakar dan knowledge

24
enginer mendiskusikan domain dan cara menyelesaikan masalah dalam

tingkat yang lebih umum dari dua metode sebelumnya.

Wawancara yang dilakukan meliputi: sejarah berdirinya, struktur

organisasi, lokasi dan tata letak UKM, jumlah tenaga kerja, serta segala sesuatu

yang berhubungan dengan proses pembuatan beras dan brownies mangrove

berbahan dasar mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha) secara keseluruhan,

nama dan fungsi peralatan dan bahan yang digunakan, pengolahan data hasil

analisa, manfaat dan permasalahan yang dihadapi.

3.2.1.3 Partisipasi

Partisipasi adalah ikut serta seara aktif dalam suatu kegiatan. Proses

kegiatannya meliputi aktivitas, pengamatan dan menganalisa kebutuhan. Dengan

kata lain merupakan pendekatan keikutsertaan dalam segala aktivitas yang

berlaku di masyarakat (Citaresmi dan Kencana, 2011). Partisipasi aktif dilakukan

dengan mengikuti beberapa tahapan proses pembuatan beras dan brownies

mangrove berbahan dasar mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha) yang

dilakukan.

3.2.1.4 Dokumentasi

Dokumentasi pada dasarnya adalah mengumpulkan berbagai data dan

informasi. Data yang dikumpulkan ada kemungkinan masih data mentah lalu data

tersebut disimpan. Bisa juga terjadi data yang dikumpulkan sudah diolah lalu

data tersebut disimpan oleh pengumpul informasi. Data yang dikumpulkan

tersebut, lalu diklasifikasikan sehingga bisa dijadikan sebagai dokumen yang

dapat digunakan dalam berbagai keperluan (Sembiring, 2008). Teknik

dokumentasi bertujuan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui observasi,

wawancara dan partisipasi yang berupa gambar maupun foto hasil kerja lapang.

25
Teknik dokumentasi berupa pengambilan :

- Lay out perusahaan.

- Flow chart serta gambar tentang proses pembuatan beras dan brownies

mangrove berbahan dasar mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha).

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidk langsung

atau melalui media perantara (Deitiana, 2009). Data sekunder diperoleh dari

dinas setempat, perpustakaan, internet, dan koran yang ada hubungan dengan

proses pembekuan sotong. Data sekunder meliputi:

Keadaan umum lokasi praktek kerja magang

- Keadaan umum lokasi praktek kerja magang

- Keadaan geografis wilayah

- Sejarah Berdirinya

- Struktur organisasi dan tenaga kerja

- Kegiatan Pokok

26
4. KEADAAN UMUM DAERAH

4.1 Lokasi dan Letak Geografis

Kota Surabaya merupakan wilayah bagian Provinsi Jawa Timur dengan

luas wilayah sebesar 326,36 km2 dengan ibu kota Kabupaten ialah kota

Surabaya. Secara geografis Kota Surabaya terletak diantara 0712 0721

Lintang Selatan dan 11236 11236 11254 Bujur Timur, merupakan kota

terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Topografi Kota Surabaya meliputi:

Kota pantai, dataran rendah antara 3-6 m di atas permukaan laut temperature

Kota Surabaya cukup panas, yaitu rata-rata antara 22,60 - 34,1, dengan

tekanan udara rata-rata antara 1005,2 1013,9 milibar dan kelembaban antara

42% - 97%. Kecepatan angin rata-rata mencapai 12 23 km perjam , curah

hujan rata-rata antara 120 190 mm.

Lokasi Praktek Kerja Magang ini terletak di jalan sonneratia kelurahan

Wonorejo, kecamatan Rungkut, Surabaya. Daerah Rungkut secara geografis

terletak di daerah tepian pantai sebelah utara kota Surabaya dengan luas

wilayah sebesar 3.416.611 Ha dari luas wilayah kota Surabaya dengan

ketinggian 9 meter diatas permukaan laut dan terdiri dari 6 kelurahan dengan

batas desa sebelah utara.

Kecamatan Rungkut dilihat dari kondisi geografis, dan luas wilayah

3.416.611 Ha dari luas wilayah kota Surabaya mempunyai potensi perikanan dan

kelautan karena wilayah sebelah timur berada di sepanjang pantai selat Madura.

Peta Kecamatan Rungkut dapat dilihat pada Lampiran 1.

27
4.2 Kondisi Penduduk

Penduduk di kecamatan rungkut terutama di kelurahan wonorejo

merupakan suku jawa asli yang bermukim di kawasan tersebut, Semakin

pesatnya perkembangan pembangunan jumlah penduduk semakin padat.

Komunikasi antar penduduk dilkukan dengan menggunakan Bahasa jawa.

Sedangkan pada komunikasi formal dan etnik non jawa Bahasa yang digunakan

adalah Bahasa Indonesia.

Penduduk di wilayah Rungkut sebagian besar bermata pencaharian

sebagai nelayan, petambak dan pedagang. Sebagian penduduk memilih

berprofesi sebagai nelayan karena kondisi tempat tinggal yang dekat dengan laut

yaitu sekitar 5 km dari laut. Kebanyakan nelayan masih mencari hasil tangkapan

di wilayah sungai jagir Wonokromo. Selain itu masyarakat juga ada yang

berprofesi sebagai petani mangrove yaitu menanam mangrove kemudian

memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara

mengolah hasil panen mangrove menjadi produk makanan yang dapat

dikonsumsi dan dapat dipasarkan.

Berdasarkan data kependudukan dari kota Surabaya tahun 2014 hasil

sensus 2014 berdasarkan jenis kelamin, pada kecamatan Rungkut memiliki

jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 104.406 orang yang terdiri

dari 52.120 orang berjenis laki-laki dan 51.926 orang berjenis perempuan. Data

kependudukan dapat dilihat pada Tabel 3.

28
Tabel 3. Sensus Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kecamatan Penduduk Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Tambaksari 108.625 108.475 217.100
2. Gubeng 67.403 69.218 136.621
3. Rungkut 52.120 51.926 104.046
4. Tenggilis Mejoyo 27.386 27.475 54.861
5. Gunung Anyar 26.188 25.932 52.120
6. Sukolilo 52.445 52.448 104.893
7. Mulyorejo 41.178 41.595 82.773
Sumber : Dinas Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya

4.3 Kondisi Umum Usaha Perikanan

Kecamatan Rungkut memiliki potensi perikanan dan kelautan yang

cukup besar. Usaha perikanan yang dilakukan adalah pertambakan dan nelayan.

Pertambakan yang terletak di daerah wonorejo dengan luas daerah 950 Ha,

terdiri dari tambak bandeng 350 Ha, dengan hasil 58 ton/tahun dan tambak

udang 600 Ha, dengan hasil 6 tahun/ ton, Sedangkan nelayan mencari ikan di

laut sekitar Surabaya (laut jawa) dan ikan ditangkap kemudian dijual kepada

pedagang di pasar, dan sebagian dapat di konsumsi dan dijadikan olahan ikan

asin dan kerupuk ikan.

29
5. KEADAAN UMUM DAN TEMPAT USAHA

5.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha

Kelompok Tani Mangrove yang berada di Kota Surabaya terletak di

kelurahan wonorejo, Kecamatan Rungkut melestarikan hutan mangrove di sekitar

pinggir pantai yang terletak di wilayah lingkungan mereka. Kelompok Tani

Mangrove ini digagas pertama oleh bapak Soni Mohson bersama warga sekitar

dengan dukungan perangkat desa setempat. Kelompok Tani Mangrove pertama

berdiri pada tahun 1999.

Awal mula pendirian UKM ini mereka hanya melakukan reboisasi

kawasan hutan mangrove Wonerejo yang keadaanya rusak akibat pencemaran

limbah yang berasal dari pabrik dan rumah tangga yang berada disekitar hutan

mangrove. Kawasan ini merupakan daerah yang tercemar oleh limbah tertinggi.

Selain itu adanya penebangan liar kayu kayu pohon mangrove yang digunakan

oleh kepentingan industry. Setelah dilakukan reboisasi kawasan hutan mangrove

ini menghasilkan buah yang cukup berlimpah, tanpa adanya pengetahuan

pemanfaatan buah mangrove ini, hasilnya selalu dimakan oleh fauna fauna yang

berada di hutan mangrove ini selebihnya buah ini hanya terbuang.

Adanya permasalahan yang terjadi ini, Kelompok Tani Mangrove

berinisiatif untuk mengolah hasil buah buahan mangrove yang awalnya diolah

menjadi sebuah produk yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan mempunyai

nilai jual tinggi. Usaha yang dilakukan oleh kelompok Tani Mangrove ini tentu

terjadi hambatan dan tantangan yang dialami selama usaha berlangsung.

Hambatan dan tantangan yang dihadapi secara internal dan Eksternal.

Secara Internal meliputi pertama permodalan. Usaha dengan status

peseorangan mengalami usaha yang mulai kekurangan modal sehingga

mempengaruhi kapasitas produksi dari beras lindur dan brownies lindur.

30
Permodalan yang terus bertambah dapat digunakan untuk pembelian alat alat

produksi, perluasan usaha, promosi produk dan persaingan pasar.

Serta yang kedua adalah pemasaran dan promosi pasar. Pemasaran

saat ini yang dilakukan masih terhambat oleh adanya transportasi sehingga

pemasaran belum optimal. Pemasaran yang dilakukan dengan pemesanan

terlebih dahulu. Promosi pasar sangat perlu dikembangkan untuk memperluas

pemasaran.

Hambatan secara Eksternal yang terjadi adalah kurangnya jaringan

usaha dalam memasarkan produk. Sehingga untuk melakukan kegiatannya

diperlukan jaringan yang kuat, baik dari pemerintah (Instansi Terkait) maupun

non pemerintahan.

5.2 Lokasi dan Tata Letak Tempat Usaha

Lokasi usaha bertempat di Jalan Sonneratia nomer 2 Kelurahan

Wonerejo, Rungkut Surabaya Tempat usaha ini terletak diperkampungan yang

dekat dengan jalan raya dan juga hutan mangrove di daerah Wonerejo (sekitar

tempat usaha). Sehingga memudahkan dalam proses pengangkutan bahan

baku, distribusi atau pemasaran. Lokasi dan Tata letak Usaha UKM Tani

Mangrove dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tempat pengolahan produk beras lindur dan brownies lindur dilakukan

di kediaman bapak soni mohson selaku pendiri UKM Tani Mangrove kediaman

rumah bapak Soni terletak tepat sebelah timur jalan raya dan tidak jauh dari

gardu PLN. Ditinjau dari tata letaknya usaha pengolahan ini dipengaruhi

beberapa faktor yaitu faktor lokasi usaha dekat dengan jalan raya sehingga

mempermudah dalam transportasi dan pengambilan bahan baku.

31
5.3 Struktur Organisasi Usaha

Struktur organisasi pada unit usaha kelompok tani mangrove ini

berdasarkan asas kekeluargaan, kebanyakan tugas dilakukan secara bersama,

adapun strukturnya dapat dilihat pada Gambar 14.

PIMPINAN

Bagian Produksi Bagian Pemasaran

Gambar 13. Struktur Organisasi Usaha

Unit pengolahan milik Bapak Soni dan kelompok tani mangrove yang

dipimpin langsung Bapak Soni sebagai pemimpinnya, yang secara langsung

membawahi para karyawan dan mengawasi segala sesuatunya. Tidak ada

pembagian kerja secara khusus, hal ini disebabkan karena usaha ini merupakan

usaha rumah tangga yang tenaga kerjanya berasal dari anggota keluarga yang

bertugas mengolah. Serta tenaga kerja tambahan dari beberapa anggota

kelompok tani mangrove lainnya jika bahan yang akan diolah banyak, sehinnga

bentuk struktur organisasi seperti ini dapat disebut sebagai struktur organisasi

garis.

5.4 Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Tenaga kerja digolongkan menjadi 2 yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga

kerja tidak tetap.

1. Tenaga kerja tetap yaitu tenaga kerja yang bekerja setiap hari atau dua hari

sekali dengan tugas yang telah ditetapkan, biasanya melakukan proses

produksi selai, system pemberian upah berdasarkan banyaknya selai yang

diproduksi.

32
2. Tenaga kerja tidak tetap, tenaga kerja yang hanya bekerja bila ada pesanan

meningkat, tetapi biasanya bekerja hanya satu hari dalam seminggu yang

bertugas memasarkan hasil produksi.

Sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan menurut

Hasibuan (2009) adalah:

1. Sistem waktu

Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi (gaji, upah) ditetapkan

berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan. Besarnya

kompensasi sistem waktu ini didasarkan pada lamanya bekerja bukan

dikaitkan pada prestasi bekerjanya. Kebaikan sistem waktu ini adalah

administrasi pengupahan mudah dan besarnya kompensasi yang dibayarkan

tetap. Kelemahan sistem waktu ini adalah pekerja yang malas pun

kompensasinya tetap dibayar sebesar perjanjian.

2. Sistem hasil (output)

Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi/upah ditetapkan atas kesatuan

unit yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram.

Kebaikan sistem hasil memberikan kesempatan kepada karyawan yang

bekerja bersungguh sungguh serta berprestasi baik akan mendapat balas

jasa yang lebih besar. Kelemahan sistem hasil ialah kualitas barang yang

dihasilkan kurang baik dan karyawan yang kurang mampu balas jasanya

kecil, sehingga kurang manusiawi.

3. Sistem borongan

Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya

jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lamanya mengerjakan. Dalam

sistem borongan, pekerja bias mendapatkan balas jasa besar atau kecil,

tergantung atas kecermatan kalkulasi mereka.

33
6. PROSES PEMBUATAN BERAS DAN BROWNIES LINDUR

6.1 Sarana Produksi

6.1.1 Konstruksi Bangunan dan Ruang Proses

Ruang proses produksi dalam pembuatan beras lindur dan brownies

lindur mempunyai ukuran Ruang proses ini digunakan untuk penerimaan bahan

baku hingga proses produk jadi. Pada pengemasan produk mempunyai ukuran

Ruangan ini menjadi satu dengan rumah pemilik. Letak bangunan terletak di

belakang rumah yang letaknya tidak jauh dari jalan raya dan tempat pengambilan

bahan baku sehingga mempermudah pendistribusian bahan baku. Bangunan ini

memiliki bagian ruang yang terdari dari 5 bagian ruang dengan lantai beralaskan

keramik dan beratap genting. Pembagian ruang produksi mengikuti bentuk

bangunan rumah, tidak ada pembagian menurut alur produksinya. Tata Letak

Produksi Usaha Pembuatan Pembuatan Beras dan Brownies Lindur (Bruguiera

gymnorrizha) dapat dilihat pada Lampiran 3.

6.1.2 Peralatan Proses Pengolahan

Proses pengolahan yang akan dilakukan memerlukan sarana dan

prasarana untuk menunjang proses pengolahan produk. Peralatan proses

pengolahan yang dibutuhkan dalam pembuatan beras lindur dan brownies lindur

adalah sebagai berikut:

1. Pisau

Pisau digunakan untuk memotong buah mangrove lindur. Pisau yang

digunakan berjumlah 2-3 buah tergantung banyak sedikitnya bahan baku

yang tersedia dan jumlah karyawan yang bekerja. Gambar pisau dapat

dilihat pada Gambar 14.

34
Gambar 14. Pisau

2. Pisau Kupas

Pisau kupas digunakan untuk mengupas buah mangrove lindur. Pisau

kupas yang digunakan berjumlah 2-3 buah tergantung banyak sedikitnya

bahan baku yang tersedia dan jumlah karyawan yang bekerja. Gambar

pisau kupas dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Pisau Kupas

3. Kompor

Kompor yang digunakan dalam proses pembuatan beras lindur dan

brownies lindur, kompor gas yang digunakan berjumlah 2 buah. Kompor

ini berfungsi sebagai sumber pemanas yang digunakan dalam proses

perebusan dan pengovenan. Gambar kompor dapat dilihat pada Gambar

16.

35
Gambar 16. Kompor Gas

4. Blender

Blender yang digunakan dalam proses pembuatan tepung mangrove

berjumlah 1 buah yang berukuran kecil. Blender berfungsi untuk

menghaluskan buah lindur menjadi bubur mangrove sehingga untuk

memudahkan proses penghalusan buah lindur. Gambar blender dapat

dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Blender

5. Chopper elektric

Chopper elektric berfungsi untuk menghaluskan bubur mangrove kering

untuk dijadikan tepung mangrove. Chopper electric berukuran lebih kecil

dari blander yang digunakan pada pembuatan bubur mangrove. Chopper

elektric yang digunakan berjumlah 1 buah. Gambar chopper elektrik dapat

dilihat pada Gambar 18.

36
Gambar 18. Chopper elekrik

6. Glangsing / Karung

Glangsing atau karung merupakan sebuah wadah yang sering di

pergunakan sebagai tempat beras dan tepung. Wadah yang terbuat dari

plastik dan di anyam dengan rapi dapat dipakai berkali-kali karena wadah

ini tidak mudah rusak. Glangsing atau Karung ini berguna untuk

mengeringkan beras lindur dan bubur buah lindur setelah di blander,

untuk dikeringkan dibawah sinar matahari. Glangsing ini berbentuk

lembaran persegi dan persegi panjang berukuran sedang dan besar

berjumlah 10 hingga 20 buah lembar disesuaikan dengan kebutuhan

untuk mengeringkan beras dan bubur buah lindur. Gambar glangsing

dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Glangsing

37
7. Timba / Ember plastik

Timba atau ember plastik berfungsi sebagai wadah buah mangrove lindur

selama proses pencucian. Timba atau ember plastik yang digunakan

berjumlah 2 buah tergantung dari jumlah buah mangrove lindur yang

digunakan. Gambar ember dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Ember

8. Baskom

Baskom berfungsi sebagai wadah buah lindur tanpa kulit yang sudah di

potong-potong dan sebagai wadah adonan pembuatan brownies. Baskom

yang digunakan berjumlah 3 buah. Gambar baskom dapat dilihat pada

Gambar 21.

Gambar 21. Baskom

38
9. Oven

Oven berfungsi sebagai proses pemanggangan brownies. Oven yang

digunakan berjumlah 1 buah. Dan masih menggunakan oven manual

yaitu pemanasan menggunakan kompor. Gambar oven dapat dilihat pada

Gambar 22.

Gambar 22. Oven

10. Panci

Panci berfungsi untuk merebus buah mangrove lindur. Panci yang

digunakan berjumlah 1 buah dan berukuran sedang atau sesuai dengan

kebutuhan. Gambar panci dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Panci

11. Talenan

Talenan digunakan untuk mempermudah pemotongan buah lindur setelah

perebusan. Talenan ini berjumlah satu dan berkukuran kecil, sesuai

dengan kebutuhan dan jumlah buah yang akan diolah. Gambar talenan

dapat dilihat pada Gambar 24.

39
Gambar 24. Talenan

12. Ayakan

Ayakan digunakan untuk mendapatkan tepung halus dan memisahkan

dengan yang berukuran besar. Ayakan yang digunakan adalah ayakan

yang bekuran sedang dengan pori pori yang lembut sehingga didapatkan

tepung yang halus. Gambar ayakan dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25. Ayakan

13. Gelas

Gelas digunakan untuk mengukur sedang tepung mangrove yang akan

dicampurkan ke dalam adonan brownies. Gelas ini berukuran sedang

atau kurang lebih 110 gram tepung mangrove lindur. Gambar gelas dapat

dilihat pada Gambar 26.

40
Gambar 26. Gelas

14. Mixer

Mixer digunakan untuk mengaduk adonan brownies dengan kecepatan

tinggi untuk menghasilkan adonan kalis dan mengembang. Mixer yang

digunakan berjumlah 1 buah. Gambar Mixer dapat dilihat pada Gambar

27.

Gambar 27. Mixer

15. Loyang

Loyang berfungsi sebagai wadah dalam pembuatan brownies. Loyang ini

dapat menjadi wadah saat pengovenan dan sekaligus menjadi cetakan

brownies yang berbentuk persegi panjang. Loyang yang digunakan

berjumlah 2 buah sesuai dengan kebutuhan. Gambar Loyang dapat

dilihat pada Gambar 28.

41
Gambar 28. Loyang

16. Timbangan duduk

Timbangan duduk digunakan untuk menimbang jumlah bahan yang akan

digunakan dalam proses pembuatan brownies mangrove lindur.

Timbangan duduk yang digunakan berjumlah 1 buah. Gambar timbangan

duduk dapat dilihat pada gambar 29.

Gambar 29. Timbangan duduk

6.2 Bahan Baku dan Bahan Tambahan

6.2.1 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan pada pembuatan beras dan brownies

adalah buah mangrove jenis Bruguiera gymnorrizha atau Bahasa daerahnya

disebut buah lindur. Panjang buah lindur dapat mencapai 10 - 30 cm setiap

buahnya. Buah lindur dapat dipanen jika panjangnya telah mencapai 10 cm

sehingga 1kg buah lindur dapat berisi 22 24 buah lindur. Pada saat ingin

produksi bapak Soni dapat mengambil buah lindur yang telah matang di hutan

42
mangrove dan membeli buah lindur ini di nelayan atau tetangga rumah yang

menjual buah lindur tersebut. Biasanya buah lindur dijual dengan harga Rp.

25.000,00 setiap kilogramnya. Bahan baku yang dapat diperoleh dalam 1 kali

pemanenan sebanyak 3 kg buah per minggu. Jarak antara rumah bapak soni

dengan hutan mangrove 3,5 km dengan menggunakan sepeda motor untuk

mencapai hutan mangrove tersebut.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan beras adalah buah

mangrove lindur. Sedangkan, bahan baku yang digunakan pada pembuatan

brownies adalah buah mangrove lindur yang awalnya diolah menjadi tepung

mangrove yang kemudian dijadikan produk brownies. Buah mangrove lindur

yang digunakan adalah buah mangrove lindur yang telah matang, yaitu buah

mangrove lindur yang berwarna hijau sedikit kecoklatan, karena apabila buah

mangrove lindur belum matang maka beras dan tepung yang dihasilkan kurang

baik. Untuk lebih jelasnya bentuk dari buah mangrove dapat dilihat pada Gambar

30.

Gambar 30. Buah Bruguiera gymnorrizha

43
6.2.2 Bahan Tambahan

Bahan Tambahan yang digunakan pada pembuatan beras dan brownies

adalah sebagai berikut:

1. Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari biji gandum melalui

proses penggilingan. Tepung terigu yang di pakai merupakan tepung terigu

dengan protein sedang 10,5% -11,5% merk dagang Segitiga Biru. Gambar terigu

dapat dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31. Tepung Terigu

2. Vanili

Vanili merupakan tanaman yang merupakan penghasil bubuk vanili yang

dapat digunakan menjadi pengharum makanan. Bubuk ini berasal dari buah yang

berbentuk polong, memiliki kandungan Kristal fenolik aldehid 85 % berbentuk

butiran halus berwarna putih vanili ini mempunya merk dagang vanili cristal Cap

Kopoe Kopoe. Gambar vanili dapat dilihat pada Gambar 32.

Gambar 32. Vanili

44
3. SP

SP merk dagang dari emulsifier serbaguna yang mempunyai kandungan

glycerine yang berguna untuk penstabilan adonan dalam proses pengocokan,

mempunyai tekstur lembek kekuning kuningan dengan merk dagang SP R&W.

Gambar SP dapat dilihat pada Gambar 33.

Gambar 33. SP

4. Susu

Susu yang digunakan merupakan susu yang tidak memiliki kandungan

lemak dengan proses penghilangan air dan lemak yang terdapat dalam susu.

Mempunyai bentuk tekstur halus berwarna kekuningan. Susu yang digunakan

merupakan susu bubuk skim dengan merk dagang Dancow. Gambar susu dapat

dilihat pada Gambar 34.

Gambar 34. Susu Dancow

45
5. Telur

Telur merupakan salah satu bahan makanan yang berasal dari ayam

tanpa melalui proses pengeraman mempunyai kandungan protein yang tinggi.

Gambar telur dapat dilihat pada Gambar 35.

Gambar 35. Telur

6. Mentega

Mentega merupakan produk yang berasal dari minyak hewani. Mentega

dibuat dengan mengocok dan mengaduk cream. Berwana kuning lembut tekstur

padat dengan merk dagang blue band. Gambar mentega dapat dilihat pada

Gambar 36.

Gambar 36. Mentega

7. Gula

Gula juga merupakan bahan tambahan yang dapat menambah cita rasa.

Gula menghasilkan rasa yang manis serta memiliki daya larut yang tinggi. Gula

yang ditambahkan pada adonan brownies mangrove sebanyak 150 gr.

Penambahan gula dalam pembuatan brownies mangrove ini berfungsi sebagai

46
penambah cita rasa. Gula yang digunakan adalah gula pasir. Gambar gula

dapat dilihat pada Gambar 37.

Gambar 37. Gula

8. Air

Air merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk mencuci buah

lindur agar bersih, dan juga untuk merebus serta merendam buah lindur untuk

memaksimalkan pengurangan kadar tannin pada buah lindur. Air yang digunakan

merupakan air yang sudah berstandar air minum. Gambar air dapat dilihat pada

Gambar 38.

Gambar 38. Air

47
6.3 Proses Pembuatan Beras Lindur

Pembuatan beras lindur di UKM Tani Mangrove terdiri dari beberapa

tahap yaitu persiapan bahan baku dan bahan tambahan. Tahap selanjutnya

pencucian bahan baku, perebusan buah lindur, pengupasan dan pemotongan

buah, perendaman, perebusan dan penjemuran. Alur pembuatan beras lindur

dapat dilihat pada Gambar 39.

Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)

Dicuci dengan air bersih

Perebusan pada air mendidih selama 30 menit

Pengupasan dan Pemotongan Kulit

Perendaman selama 24 jam

Perebusan pada air mendidih selama 30 menit

Penjemuran

Beras Lindur (Bruguierra ghymnorrizha)

Gambar 39. Diagram Alir Pembuatan Beras Lindur

48
6.3.1 Persiapan Bahan Baku

Bahan baku yang disiapkan dalam pembuatan beras lindur adalah buah

mangrove lindur yang sudah matang. Buah lindur yang telah matang diperoleh

langsung dari hutan mangrove atau membeli buah lindur ini di nelayan atau

tetangga rumah yang menjual buah lindur tersebut. Setelah buah lindur

didapatkan langkah selanjutnya yaitu buah lindur dicuci hingga bersih. Tujuan

pencucian buah lindur adalah untuk membersihkan buah lindur dari kotoran yang

masih menempel pada kulit buah.

6.3.2 Persiapan Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan beras lindur adalah

Air standart air minum. Air standart air minum ini dapat dibeli di toko-toko

terdekat. Air berfungsi untuk merebus dan merendam buah lindur,

6.3.3 Perebusan

Proses yang dilakukan setelah pencucian buah adalah perebusan

dengan kondisi buah masih terdapat kulit buah. Didihkan air terlebih dahulu,

kemudian buah lindur dimasukkan ke dalam air mendiidih dengan kondisi api

masih menyala, perebusan ditunggu hingga 30 menit. Setelah perebusan

selama 30 menit buah lindur di tiriskan untuk memisahkan air perebusan dengan

buah lindur. Proses perebusan buah lindur ini dapat dilihat pada Gambar 40.

49
Gambar 40. Proses Perebusan

Perebusan ini dilakukan untuk mengurangi kandungan tannin yang

terkandung dalam buah lindur tersebut. Perebusan dengan menggunakan kulit

buah bermanfaat untuk mencegah tannin yang telah keluar pada saat proses

perebusan berlangsung tidak masuk kembali ke dalam buah lindur tersebut.

Selain itu perebusan dilakukan untuk pengenyalan daging buah lindur.

Tanin dan HCN merupakan senyawa yang mudah larut dalam air dingin

dan meningkat kelarutannya apabila dipanaskan. Beberapa artikel menyatakan

bahwa pemisahan tannin dan HCN dilakukan dengan perebusan atau

penambahan air panas. Amilum tidak larut dalam air dingin tetapi larut didalam

air panas. Pada pemanasan >80C terjadinya gelatinisasi pada pati

menyebabkan granula pati pecah yang mengakibatkan sifat amilum

berubah.(Winarno, 2004).

6.3.4 Pengupasan dan Pemotongan Buah

Proses yang dilakukan setelah perebusan selanjutnya adalah proses

pengupasan dan dilanjutkan dengan pemotongan. Proses pengupasan kulit buah

ini harus menggunakan pisau kupas agar proses pemisahan kulit buah dengan

daging buah tidak terlalu tebal. Pemakaian pisau kupas harus pisau yang tajam

dan tidak berkarat hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas pada awal

50
pengupasan kulit buah. Setelah pisau kupas selesai digunakan, pisau kupas ini

segera di cuci untun pencegahan pengkaratan pisau yang disebabkan oleh

tannin yang masih tersisa di dalam buah lindur ini. Proses pengupasan dapat

dilihat pada gambar 41.

Gambar 41. Proses Pengupasan

Setelah proses pengupasan dapat dilanjutkan dengan proses

pemotongan. Pemotongan ini dapat menggunakan pisau dan telanan hal ini

bertujuan untuk mempermudah proses pemotongan. Pemotongan buah lindur

dipotong dengan ukuran kecil berukuran 0,2 cm dengan tujuan untuk

memperkecil ukuran menjadi bentuk yang diinginkan. Proses ini dapat dilihat

pada Gambar 42.

Gambar 42. Proses Pemotongan

51
6.3.5 Perendaman dan Perebusan Buah

Setelah dilakukan pemotongan buah lindur, kemudian dilakukan

perendaman didalam air bersih selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk

mengurangi kandungan tannin yang tersisa di dalam buah lindur. Proses ini

dapat dilihat pada Gambar 43.

Gambar 43. Proses Perendaman

Setelah Proses perendaman, selanjutnya adalah proses perebusan

buah lindur yang telah dipotong, hal ini bertujuan untuk memaksimalkan

pengurangan kandungan tannin yang masih tersisa di dalam buah lindur. Proses

ini dapat dilihat pada Gambar 44.

Gambar 44. Proses Perebusan

52
6.3.6 Penjemuran dan Pengemasan

Setelah dilakukan perendaman buah lindur, proses selanjutnya yaitu

buah lindur dijemur dibawah sinar matahari dengan tujuan untuk mengurangi

kadar air yang terdapat didalam buah lindur, sehingga beras lindur yang

dihasilkan berkualitas baik, proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 45.

Setelah dijemur kemudian beras lindur yang sudah kering dikemas kedalam

plastik klep per 200 gram, dapat dilihat pada Gambar 46.

Gambar 45. Proses Penjemuran

Gambar 46. Proses Pengemasan Beras Lindur

53
6.4 Proses Pembuatan Tepung Lindur

Tepung buah lindur terbuat dari bahan dasar buah lindur yang

mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi karena didalam buah mangrove

lindur terdapat butiran pati. Pati menurut WInarno (2002), merupakan

homopolimer glukosa dengan ikatan -glikosidik. Pati terdiri dari butiran-butiran

kecil yang disebut granula. Granula pati mempunyai sifat merefleksikan cahaya

terpolarisasi, sehingga di bawah mikroskop terlihat kristal hitam putih. Sifat inilah

yang disebut birefringent. Pada saat granula mulai pecah, sifat birefringent ini

akan menghilang. Granula pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan

dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak terlarut

disebut amilopektin.

Amilosa merupakan rantai lurus yang terdiri dari molekul-molekul

glukosa yang berikatan -(1,4)-D-glukosa. Panjang polimer dipengaruhi oleh

sumber pati dan akan mempengaruhi berat molekul amilosa. Pada umumnya

amilosa dari umbi-umbian mempunyai berat molekul yang lebih besar

dibandingkan dengan berat molekul amilosa serealia, dengan rantai polimer lebih

panjang daripada rantai polimer amilosa serealia (Moorthy, 2004). Struktur

amilosa dapat dilihat pada Gambar 47.

Gambar 47. Struktur Kimia Amilosa (C6H10O5)n


(Sumber: Google Images, 2016)

54
Pada dasarnya, struktur amilopektin sama seperti amilosa, yaitu terdiri

dari rantai pendek -(1,4)-D-glukosa dalam jumlah yang besar. Perbedaannya ada

pada tingkat percabangan yang tinggi dengan ikatan -(1,6)-D-glukosa dan bobot

molekul yang besar. Amilopektin juga dapat membentuk kristal, tetapi tidak

sereaktif amilosa. Hal ini terjadi karena adanya rantai percabangan yang

menghalangi terbentuknya kristal (Taggart, 2004). Struktur amilopektin dapat

dilihat pada Gambar 48.

Gambar 48. Struktur Amilopektin


(Sumber: Google Images, 2016)

55
Proses pembuatan tepung lindur di UKM Tani Mangrove dapat dilihat

pada diagram alir pada gambar 49.

Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)

Perebusan pada air mendidih selama 30 menit

Pengupasan dan Pemotongan Kulit

Perendaman selama 24 jam

Perebusan pada air mendidih selama 30 menit

Penghalusan

Penjemuran

Penggilingan dan Pengayakan

Tepung Lindur

Gambar 49. Diagram Alir Pembuatan Tepung Lindur

56
6.4.1 Persiapan Bahan Baku

Bahan baku yang disiapkan pada pembuatan tepung lindur sama seperti

bahan baku pembuatan beras lindur yaitu mangrove lindur yang sudah matang.

Buah lindur yang telah matang diperoleh langsung dari hutan mangrove atau

membeli buah lindur ini di nelayan atau tetangga rumah yang menjual buah

lindur tersebut. Setelah buah lindur didapatkan langkah selanjutnya yaitu buah

lindur dicuci hingga bersih. Tujuan pencucian buah lindur adalah untuk

membersihkan buah lindur dari kotoran yang masih menempel pada kulit buah.

6.4.2 Persiapan Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tepung lindur sama

seperti bahan tambahan dalam pembuatan beras lindur yaitu Air standart air

minum. Air standart air minum ini dapat dibeli di toko-toko terdekat. Air berfungsi

untuk merebus, merendam dan membantu proses penghalusan buah lindur.

6.4.3 Perebusan

Proses pertama pada bahan baku setelah pencucian buah adalah

perebusan dengan kondisi buah masih terdapat kulit buah. Didihkan air terlebih

dahulu, kemudian buah lindur dimasukkan ke dalam air mendiidih dengan kondisi

api masih menyala, perebusan ditunggu hingga 30 menit. Setelah perebusan

selama 30 menit buah lindur di tiriskan untuk memisahkan air perebusan dengan

buah lindur. Proses perebusan buah lindur ini dapat dilihat pada Gambar 50.

57
Gambar 50. Proses Perebusan

Perebusan ini dilakukan untuk mengurangi kandungan tannin yang

terkandung dalam buah lindur tersebut. Perebusan dengan menggunakan kulit

buah bermanfaat untuk mencegah tannin yang telah keluar pada saat proses

perebusan berlangsung tidak masuk kembali ke dalam buah lindur tersebut.

Selain itu perebusan dilakukan untuk pengenyalan daging buah lindur.

6.4.4 Pengupasan dan Pemotongan Buah

Proses yang dilakukan setelah perebusan selanjutnya adalah proses

pengupasan dan dilanjutkan dengan pemotongan. Proses pengupasan kulit buah

ini harus menggunakan pisau kupas agar proses pemisahan kulit buah dengan

daging buah tidak terlalu tebal. Pemakaian pisau kupas harus pisau yang tajam

dan tidak berkarat hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas pada awal

pengupasan kulit buah. Setelah pisau kupas selesai digunakan, pisau kupas ini

segera di cuci untun pencegahan pengkaratan pisau yang disebabkan oleh

tannin yang masih tersisa di dalam buah lindur ini. Proses pengupasan dapat

dilihat pada Gambar 51.

58
Gambar 51. Proses Pengupasan

Setelah proses pengupasan dapat dilanjutkan dengan proses

pemotongan. Pemotongan ini dapat menggunakan pisau dan telanan hal ini

bertujuan untuk mempermudah proses pemotongan. Pemotongan buah lindur

dipotong dengan ukuran kecil berukuran 3 cm dengan tujuan untuk

mempermudah pada proses penghalusan untuk pembuatan bubur buah lindur.

Proses pemotongan dapat dilihat pada Gambar 52.

Gambar 52. Proses Pemotongan

6.4.5 Proses Perendaman dan Perebusan

Setelah dilakukan pemotongan buah lindur, kemudian dilakukan

perendaman didalam air bersih selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk

mengurangi kandungan tannin yang tersisa di dalam buah lindur. Proses

perendaman dapat dilihat pada Gambar 53.

59
Gambar 53. Proses Perendaman

Untuk mengurangi kadar tanin dan HCN menurut Sulistyawati et al

(2012) menyatakan bahwa penepungan buah lindur pada suhu 70C setelah

dilakukan perendaman dengan larutan 30% abu sekam selama 24 jam,

dihasilkan tepung dengan kadar tanin 0,192% dan kadar HCN 3,375ppm.

Setelah Proses perendaman, selanjutnya adalah proses perebusan

buah lindur yang telah dipotong, hal ini bertujuan untuk mengurangi kandungan

tannin yang masih tersisa di dalam buah lindur dan agar buah lindur lebih kenyal

untuk mempermudah penghalusan menjadi bubur mangrove. Proses tersebut

dapat dilihat pada Gambar 54.

Gambar 54. Proses Perebusan

60
6.4.6 Penghalusan, Penjemuran dan Penggilingan

Setelah proses perebusan, dilakukan proses penghalusan buah lindur,

penghalusan buah lindur menggunakan blander dengan bantuan ditambahkan

air secukupnya 400 ml untuk 200 gram buah lindur yang telah dipotong.

Penghalusan dilakukan hingga bubur halus dan kental. Proses tersebut dapat

dilihat pada Gambar 55.

Gambar 55. Proses Penghalusan Buah Lindur

Setalah proses penghalusan dilanjutkan dengan penjemuran bubur

buah lindur tersebut. Penjemuran dilakukan di atas karung dengan meratakan

bubur buah lindur dipermukaan karung setipis mungkin dan rata. Penjemuran ini

dilakukan dengan bantuan sinar matahari. jika musim penghujan proses

penjemuran ini menjadi semakin lama. Proses tersebut dapat dilihat pada

Gambar 56.

.
Gambar 56. Proses Penjemuran Bubur Buah Lindur

61
Setelah proses penjemuran, bila bubur mangrove telah kering ditandai

dengan pelepasan bubur kering dari glangsi, dapat dilihat pada Gambar 57.

Setelah itu dilanjutkan dengan memasukkan bubur kering ke dalam blander kecil

yang khusus untuk menggiling biji bijian dapat dilihat pada Gambar 58. Setelah

bubur lindur kering dihaluskan kemudian diayak agar mendapat tepung lindur

yang halus, dapat dilihat pada Gambar 59. Perhitungan rendemen tepung

mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha) dapat dilihat pada lampiran 6.

Gambar 57. Proses pelepasan bubur kering dari glangsi/karung

Gambar 58. Bubur kering yang akan digiling

Gambar 59. Proses pengayakan tepung lindur

62
6.5 Proses Pembuatan Brownies Lindur (Bruguierra gymnorrizha)

Pada proses pembuatan Brownies lindur terdapat bahan tambahan yang

dibutuhkan pada pembuatan prownis lindur pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Bahan Pembuatan Brownies Lindur


No Bahan Komposisi
1 Tepung Lindur 150 gram
2 Tepung Terigu 50 gram
3 Telur 6 butir (366 gram)
4 Mentega 170 gram
5 SP 10 gram
6 Vanili 10 gram
7 SP 10 gram
8 Susu 27 gram
9 Gula Pasir 150 gram
Jumlah 943 gram

63
Pembuatan brownies lindur dapat menghasilkan 2 loyang kue brownies

dengan berat 400 gram untuk 1 kemasan kue brownies. Proses pembuatan

kue brownies lindur dapat dilihat pada diagram alir Gambar 60.

Telur 6 butir (366 gram)


Mentega 170 gram
SP (10 gram)

Vanili (10 gram)


Pencairan
Gula Pasir (150 gram)
(140 gram)

Pencampuran I

Pengocokan adonan
(676 gram) Tepung Lindur Bruguierra
gymnorrizha (150 gram),

Tepung terigu (50 gram),


Pencampuran II
Susu (27 gram)

Pencetakan dalam
loyang (903 gram)

Pengovenan

Brownies Lindur (400 gram)

Gambar 60. Diagram alir proses pembuatan Brownies Lindur

64
6.5.1 Persiapan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan Brownies Lindur

yaitu tepung lindur. Tepung lindur diperoleh dari buah lindur yang telah diolah

menjadi tepung.

6.5.2 Persiapan Bahan Tambahan

Dalam pembuatan Brownies Lindur ini dibutuhkan bahan-bahan

tambahan antara lain: tepung terigu, telur, gula pasir, susu bubuk, mentega,

margarin, TBM, SP, dan Softener Kue. Bahan-bahan tambahan ini dapat dibeli di

took-toko terdekat.

6.5.3 Pencampuran I dan Pengocokan

Proses pertama pada pembuatan brownies adalah menimbang tepung

mangrove sebanyak 150 gram tepung lindur untuk membuat 2 buah brownies

dengan ukuran 26 X 10 cm, setelah itu lelehkan mentega sebanyak 170 gram

kemudian dipanaskan di atas apa kecil hingga leleh dan diaduk Proses ini dapat

dilihat pada Gambar 61.

Gambar 61. Proses pelelehan mentega

Proses pengadukan bahan bahan dengan mixer pertama kita

menimbang gula pasir sebanyak 150 gram dan diletakkan pada wadah baskom

plastik kemudian tambahkan vanili sebanyak 2 cepuk untuk menambah aroma

harum pada kue brownies, selanjutnya tambahkan cake emulsifier SP sebanyak

65
1 sendok teh penambahan ini untuk mempermudah pencampuran bahan bahan

yang dicampurkan pada pembuatan brownies serta dapat mengembang pada

saat di kocok dengan mixer dan tidak dapat menyusut kembali. Kemudian

tambahkan telur ayam sebanyak 6 butir telur. Setelah itu semua bahan dicampur

menjadi satu di dalam baskom plastic pada Gambar 62, kemudian diaduk

menggunakan mixer hingga adonan berwarna putih dan mengembang.

Gambar 62. Penyiapan bahan

Gambar 63. Proses pengocokan bahan

Putih telur memiliki karakteristik busa yang sangat baik. Karakteristik busa

merupakan kemampuan untuk menjerap secara cepat udara pada interfase air-

udara selama proses whipping atau pengocokan, serta kemampuan untuk

membentuk film viskoelastis yang kohesif melalui interaksi intermolekul

(Astawan, 2004). Molekul protein memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik, dimana

gugus hidrofilik akan terikat dengan fase air, sedangkan gugus hidrofobik akan

berhubungan dengan fase udara. Selama proses whipping, udara masuk ke

dalam larutan membentuk gelembung udara, gugus hidrofobik memfasilitasi

66
proses adsorpsi pada interfase yang diikuti dengan terbukanya sebagian ikatan

molekul yang menyebabkan denaturasi di permukaan. Perubahan konfigurasi

molekul ini menyebabkan hilangnya kelarutan sehingga terjadi presipitasi dari

protein yang kemudian berkumpul di interfase air-udara. Penurunan tegangan

permukaan pada interfase ini menyebabkan terbentuknya busa yang baru.

Banyaknya molekul protein yang telah terbuka ikatannya berhubungan dengan

stabilitas busa dari protein tersebut. Proses whipping yang berlebihan akan

menghasilkan busa berukuran lebih kecil dengan jumlah yang banyak sehingga

menjadi kurang stabil.

6.5.4 Pencampuran II dan Pencetakan

Setelah adonan mengembang matikan mixxer dan tambahkan susu

sebanyak 1 sachet (27 gram). Tujuan penambahan susu adalah untuk membuat

brownies menjadi lembut dan lembab serta menaikkan nilai gizi brownies. Lalu

tambahkan 50 gram tepung terigu serta 150 gram tepung mangrove. Tujuan

penambahan tepung terigu adalah untuk membentuk struktur dan pengikat

bahan lain. Campurkan dengan menggunakan mixer kecepatan rendah hingga

tercampur rata, dapat dilihat pada Gambar 63. Setelah itu siapkan loyang

dengan mengoleskan dasar bawah Loyang dengan mentega hal ini dilakukan

agar adonan setelah dioven tidak lenget pada Loyang. Setelah itu masukkan

adonan pada Loyang yang telah disiapkan ditakan dengan bntuan solet setalah

itu lakukan proses pengovenan pada adonan yang telah berada di dalam

Loyang, dapat dilihat pada Gambar 64.

67
Gambar 64. Pemberian terigu dan tepung mangrove

Gambar 65. Pemasukan adonan kedalam Loyang

6.5.5 Pengovenan dan Pengemasan

Pengovenan dilakukan selama 20 menit dilihat pada Gambar 65,

untuk mengetahui bahwa roti telah matang adalah dengan menusukkan tusuk

gigi yang bersih pada roti kemudian tarik tusuk gigi bila permukaan tusuk gigi

mengering menunjukan roti brownies telah matang pada Gambar 66. Setelah

matang brownies dapat ditambahkan dengan taburan keju dan meses coklat hal

ini dilakukan untuk menarik perhatian konsumen serta menambah cita rasa pada

brownies dan setelah dapat dikemas pada mika tebal khusus untuk brownies

pada Gambar 67.

Beberapa proses yang menggunakan panas akhir akhir ini banyak

diterapkan pada bahan pangan. Beberapa diantaranya bertujuan untuk

menaikkan kelezatan makanan tersebut. Contohnya adalah pemasakan,

termasuk pembakaran dalam oven atau langsung diatas arang atau api,

pendidihan, penggorengan dan perebusan. Untuk pengolahan panas lain,

68
tujuannya adalah menaikkan umur simpan bahan pangan dan memperkecil

timbulnya penyakit berasal dari makanan. Contohnya pengukusan, pasteurisasi,

dan pensterilan (Harris dan Karmas, 1989).

Beberapa menit pertama setelah adonan masuk oven, terjadi

peningkatan volume adonan cepat. Pada saat ini enzim amilase menjadi lebih

aktif dan terjadi perubahan pati menjadi dekstrin adonan menjadi lebih cair

sedangkan produksi gas karbondioksida meningkat. Sejalan dengan terjadinya

gelatinisasi pati, struktur gluten mengalami kerusakan karena penarikan air oleh

pati. Protein yang ada di dalam tepung terigu yang tidak larut dalam air akan

menyerap air dan ketika diaduk atau diulen akan membentuk gluten yang akan

menahan gas CO2 hasil reaksi ragi dengan pati di dalam tepung sehinga adonan

mengembang. Di atas suhu 76C terjadi penggumpalan gluten yang memberikan

struktur crumb. Pada akhir pembakaran terjadi pembentukan crust serta aroma.

Pembentukan crust terjadi sebagai hasil dari reaksi maillard dan karamelisasi

gula (Sutrisno, 2009).

Struktur kimia dari amilosa dan amilopektin memberikan karakteristik

khusus berkaitan dengan viskositas dari pati yang penting dalam pengolahan

pangan. Amilosa dan amilopektin memiliki kerja sinergis dalam viskositas, namun

amilosa memiliki efek lebih kuat pada gelatinisasi pati. Sedangkan amilopektin

dapat menyebabkan mengembangnya granula pati dan mengentalkan pasta

seiring dengan peningkatan suhu (Whitt, 2002).

69
Gambar 66. Proses pengovenan brownies lindur

Gambar 67. Brownies lindur setelah di oven

Gambar 68. Pengemasan pada brownies lindur

70
7. SANITASI DAN HYGIENE

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik

beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan

minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai dari

sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,

pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap

untuk dikunsumsikan kepada masyarakat (Sofiana, 2012). Sedangkan higiene

sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang,

tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan

penyakit atau gangguan kesehatan (Depkes, 2006).

Sanitasi yang baik dalam suatu industri pangan tidak hanya terletak

pada kebersihan bahan baku, peralatan yang digunakan, ruangan dan pekerja;

tetapi juga dalam penanganan dan pembuangan limbah. Demikian juga perilaku

bersih dan sehat dari pekerja pengolahan sangat menentukan terhadap

keberhasilan kegiatan sanitasi. Tersedianya air bersih (air PAM) dan fasilitas

toilet yang memenuhi syarat kesehatan sangat menunjang tercapainya

lingkungan yang bersih (Departemen Pendidikan Nasional, 2001).

Penetapan usaha sanitasi hygiene dalam industry perikanan sangat

penting yaitu dibutuhkan adanya kesadaran, pengetahuan dan sarana untuk

semua pihak yang berkesimpung didalam bidang perikanan. Penerapan syarat

sanitasi dan hygiene sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada konsumen

dan mutu pada produk yang dihasilkan. Hal ini dapat meningkatkan mutu hasil

perikanan, pendapatan nelayan serta pengolahan pada bidang perikanan.

71
7.1 Sanitasi dan Hygiene Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor yang penting pada suatu proses

produksi, mutu pada bahan baku juga dapat mempengaruhi kualitas produk yang

akan dihasilkan. Oleh karena itu, perlu adanya pengendalian bahan baku agar

tidak mengalami kerusakan dan tidak mengalami pencemaran dengan

memperhatikan pada saat dilapangan, pengangkutan bahan baku dan

penyimpanan bahan baku maupun dalam proses pengolahan.

Sanitasi bahan baku dalam pembuatan beras dan brownies yang

dilakukan di UKM Tani Mangrove adalah bahan baku yang diperoleh dari pohon

(Bruguiera ghymnorhiza). Buah lindur di panen langsung dari pohon mangrove

lindur dan pengambilan buah lindur yang telah berjatuhan di sekitar pohon

mangrove. Pemanenan dilakukan menggunakan tangan dan pipa bekas. Setelah

pemanenan bahan baku dicuci terlebih dahulu kemudian di rebus dengan air

mendidih selama 30 menit.

Sanitasi yang dilakukan pada bahan baku ini sudah ditangani dengan

baik hal ini dapat ditinjau dari perlakuan setelah pemanenan buah lindur yang

telah dipanen langsung dicuci dengan air bersih kemudian direbus dengan air

mendidih selama 30 menit.

Bahan baku yang akan digunakan untuk pengolahan makanan, harus

diusahakan bebas dari cemaran. Untuk itu bahan tersebut tidak boleh ditanam

atau dipanen ditempat yang mengandung cemaran yang dapat membahayakan

kesehatan manusia. Pembasmian hama yang dilakukan harus menggunakan

pestisida yang sudah disetujui oleh pemerintah dan dengan cara yang benar

sehingga tidak meninggalkan residu yang dapat membahayakan kesehatan

manusia (Depkes, 2006).

72
7.2 Sanitasi dan Hygiene Peralatan

Peralatan yang digunakan selama proses produksi umumnya hanya

peralatan tradisional yang kebanyakan digunakan ibu rumah tangga pada

umumnya. Peralatan tersebut dibersihkan dengan air bersih dan deterjen

sebagai bahan pembersih, peralatan yang sudah dicuci, dikeringkan dan

diletakkan pada rak. Proses pembersihan ini bertujuan agar peralatan dapat

digunakan dengan baik dan tidak berbau. Tidak ada perlakuan khusus dalam

penanganan peralatan, sedangkan peralatan yang sudah dicuci belum tentu

sudah bebas dari sumber kontaminan.

Mesin atau peralatan menurut Siswati (2004) harus dibersihkan segera

setelah digunakan. Pembersihan dilakukan melalui empat tahap yaitu pencucian

pendahuluan, pembersihan, pencucian akhir (pembilasan ) dan proses sanitasi

alat. Proses sanitasi alat dapat dilakukan dengan radiasi atau zat-zat kimia dan

panas (uap air panas, udara panas). Peralatan pembersihan meliputi sikat Part

Washers, pembersihan bertekanan tinggi, sistem pembersihan di tempat dengan

memperhatikan faktor suhu, waktu, konsentrasi, bahan pembersih, kecepatan.

7.3 Sanitasi dan Hygiene Air

Air dalam pengolahan makanan perlu mendapatkan perhatian khusus

karena sangat berperan dalam proses pembuatan beras dan brownies

mangrove. Menurut Rumawas (2002), air merupakan persyaratan utama dalam

industri pengolahan pangan. Air pengolahan pangan suatu industri harus

memiliki kriteria yang meliputi bebas bakteri, bebas senyawa kimia berbahaya,

tidak berwarna, tidak berbau dan tidak keruh. Bakteri yang terdapat dalam air

antara lain Streptococcus faecalis dan Clostridium perfringens, bakteri ini berasal

dari hewan, bahan buangan dan kotoran manusia. Bakteri yang sering

mengkontaminasi air adalah Escherichia coli dan Coliform.

73
Air yang digunakan dalam proses pembuatan beras dan brownies

mangrove adalah air isi ulang. Pencucian peralatan menggunakan air PDAM.

Penggunaan kedua air yang digunakan sudah memenuhi standart kualitas air

minum, yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Sisa air yang telah

digunakan langsung dibuang ke saluran air yang tersedia di rumah produksi

tersebut. Kemudian saluran tersebut dilanjutkan ke pembuangan saluran air yang

lebih besar.

7.4 Sanitasi dan Hygiene Pekerja

Sanitasi dan hygiene pekerja ternyata berpengaruh besar terhadap

kualitas produk akhir. Bila mesin dan alat-alat, kaleng/wadah dan bahan baku

bisa dicuci dan dibersihkan dengan disenfektan, manusia atau karyawannya

tidak bisa diperlakukan dengan cara yang sama. Oleh karena itu diperlukan

prosedur standart bagi hygiene dan kesehatan karyawan terutama bagi mereka

yang kontak langsung dengan pengolahan makanan (Winarno, 2002).

Selama proses produksi berlangsung, para pekerja hanya

menggunakan pakaian sehari hari tidak menggunakan clemek, sarung tangan

dan tidak menggunakan perlindungan seperti penutup mulut dan hidung

(masker) serta tidak menggunakan penutup rambut. Adanya perlakukan tersebut

dapat mengakibatkan kontaminasi antara pekerja dengan produk yang

dihasilkan. Sebaikanya sanitasi pekerja, pekerja harus menggunakan clemek,

sarung tangan, penutup kepala agar tidak terjadi kontaminasi silang. Menurut

Francesca et al., (2014), kontaminasi yang diakibatkan para pekerja adalah

kebiasan sehari-hari pekerja yang tidak bersih. Kontaminasi yang disebakan oleh

pekerja juga termasuk salah satu penyebabnya.

74
Meskipun demikian, penerapan sanitasi dan hygiene pekerja di usaha ini

relatif bisa diterima dengan mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya

karena usaha tersebut masih dalam skala rumah tangga sehingga masih belum

mampu memenuhi syarat sanitasi dan hygiene pekerja yang baik, dan adanya

proses produksi yang tidak memungkinkan untuk diterapkan aturan standar

sanitasi dan hygiene pekerja.

7.5 Sanitasi dan Hygiene Lingkungan

Lingkungan tempat produksi beras dan brownies mangrove dilakukan

pada ruangan yang berdinding, beratap genteng yang terbuat dari seng sehingga

cahaya tidak dapat masuk, tidak terdapat ventilasi atau jendela dan lantai

meggunakan keramik. Ruang produksi berdekatan denga dapur dan ruang

utama pada rumah bapak Soni, terdapat kamar mandi di ruang utama dan

terdapat pembuangan limbah yang terletak pada depan ruangan produksi. Pada

tempat pencucian peralatan bercampur dengan piring kotor yang tidak segera

dicuci sehingga menimbulkan datangnya lalat yang berkerumun pada tempat

pencucian tersebut. Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan pada proses

produksi beras dan brownies dan mangrove kurang memenuhi kelayakan tempat

produksi. Pada proses pengemasan dilakukan di rumah milik bapak Soni yang

terletak bersebelahan dengan ruang produksi yang memiliki kondisi bersih

terdapat ventilasi berlantai keramik. Setelah proses produksi ruang produksi

dibersihkan dari kotoran dan sampah yang ada.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan

makanan menurut Ningsih (2004), antara lain adalah hygiene perorangan yang

buruk, cara penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan

pengolahan makanan yang tidak bersih. Salah satunya penyebabnya adalah

75
karena kurangnya pengetahuan dalam memperhatikan kesehatan diri dan

lingkungannya dalam proses pengolahan makanan yang baik dan sehat.

Sanitasi lingkungan meliputi sanitasi didalam rumah dan diluar rumah.

Ruangan harus cukup luas untuk orang orang yang terlibat dan untuk kegiatan

kegiatan yang diperlukan serta dilengkapi air yang cukup, saluran pembuangan

yang baik untuk menunjang sanitasi. Prinsip prinsip dasar sanitasi dalam rumag

yaitu menghilangkan kotoran dalam setiap bentuk yang terdapat dalam

lingkungan dan mencegah kotaknya dengan manusia. Oleh karena itu

kebersihan personalia dari setiap individu harus diutamakan (Jenie, 1988).

7.6 Sanitasi dan Hygiene Produk Akhir

Sanitasi dan hygiene pada produk akhir dilakukan pengemasan dengan

plastik klep dan kemasan mika tebal. Pengemasan dilakukan dengan tangan

tanpa menggunakan sarung tangan. Pada perlakuan ini produk akhir dapat

terjadi kontaminasi silang dengan tangan pekerja. Sebaiknya pada sanitasi

produk akhir dilkukan sanitasi pada bahan pengemas dan pemakaian sarung

tangan serta penutup mulut agar selama dilkuakan pengemasan, produk tetap

baik.

Bahan makanan dianggap rusak menurut Purnawijayanti (2001) apabila

menunjukkan penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima oleh

indera manusia. Dengan demikian, kerusakan dapat ditandai oleh adanya

perubahan dalam kenampakan. Misalnya bentuk, warna, bau, rasa, tekstur, atau

tanda tanda lainnya.

76
7.7 Sanitasi dan Hygiene Limbah

Selama berlangsungnya proses produksi hingga selesai, didapatkan

limbah padat berupa kulit buah mangrove, plastik tidak terpakai, dan limbah cair

yang berasal dari perebusan dan pencucian peralatan produksi. Pembuangan

limbah padat yang terdiri dari kulit buah dan sampah sampah lainnya hanya

dibuang langsung ke tempat sampah sedangkan, limbah cair langsung dibuang

pada saluran air yang telah tersedia.

Air limbah adalah cairan atau buangan dari rumah tangga, industri

maupun tempat-tempat umum lain yang mengandung bahan bahan yang dapat

membahayakan kehidupan manusia maupun makhluk hidup lain serta

mengganggu kelestarian lingkungan (Hidayah dan Wahyu, 2011).

Limbah dari proses pengolahan makanan harus ditangani dengan

sebaik baiknya, terutama untuk menghindari terjadinya kontaminasi

mikroorganisme pathogen. Mikroorganisme pathogen yang tumbuh didalam

limbah padat dapat dipindahkan dengan peranan serangga, misalnya lalat,

nyamuk, dan kecoa, atau oleh hewan pengerat seperti tikus yang sering kali

menggunakan sampah sebagai tempat hidup dan sumber makanannya

(Purnawijayanti, 2001).

77
8. ANALISA PROKSIMAT

Karakteristik kimia beras dan brownies mangrove dapat diketahui

dengan melakukan analisa proksimat. Analisa proksimat bertujuan untuk

menentukan komposisi kimia dari produk yang dihasilkan yaitu beras dan

brownies mangrove. Adapun parameter dari analisa proksimat yang dilakukan

meliputi analisa protein, analisa lemak, analisa air, analisa kadar abu, dan

karbohidrat.

Pada dasarnya bahan pangan terdiri dari empat komponen utama

menurut Winarno et al., (1980), yaitu air, protein, karbohidrat, dan lemak.

Disamping itu bahan pangan juga mengandung bahan organic dalam bentuk

mineral dan komponen organic lain misalnya vitamin, enzim, asam, antioksidan

pigmen dan komponen cita rasa. Jumlah masing-masing komponen tersebut

berbeda-beda pada bahan pangan tergantung dari sifat alamiah bahan misalnya

kekerasan, cita rasa dan warna makanan.

Kandungan gizi dalam makanan biasanya diketahui dengan melakukan

analisa dilaboratorium. Menurut Sudarmadji et al.,(2007), analisa bahan

makanan dapat dilakukan dengan kaidah kaidah kimiawi, fisis, nutrisi (gizi) atau

indrawi. Untuk hasil bahan pertanian/perikanan non pangan, terbatas hanya

dalam bentuk analisa kimiawi atau secara langsung menjadi uji biologis dengan

menggunakan mikroba atau hewan percobaan.

Analisa proksimat terhadap produk beras dan brownies buah lindur

dilakukan karena pada Kelompok Tani Mangrove belum memiliki standart mutu

kualitas dan izin dari departemen kesehatan. Dilakukannya analisa proksimat

bermaksud untuk mengetahui berapa besar kandungan gizi yang dimiliki oleh

beras dan brownies buah lindur yang telah diolah oleh Kelompok Tani Mangrove

78
Wonerejo. Hasil pengujian proksimat beras dan brownies lindur di Laboratorium

Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Fakultas Teknologi Pertanian,

Universitas Brawijaya Malang dapat dilihat pada lampiran 5. Beras dan Brownies

Lindur ini memiliki kandungan gizi yang tertera pada tabel 5:

Tabel 5. Hasil Analisa Proksimat Beras dan Brownies Lindur.


Parameter Beras(a) Beras Lindur Brownies (c) Brownies
(b)
Lindur (b)
Protein (%) 6,8 3,87 4,74 6,35
Lemak (%) 0,7 0,15 30,42 18,81
Air (%) 13 13,03 14,95 29,67
Abu (%) - 0,80 2,03 1,08
Karbohidrat (%) 78,9 82,15 47,85 44,09
Sumber: (a) Direktorat Gizi, Depkes RI, 1992
(b) Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya (2016).
(c) Fathullah (2013)

8.1 Analisa Kadar Protein

Protein adalah zat makanan yang penting bagi tubuh kerena mempunyai

fungsi sebagai zat pembangun dan zat pengatur tubuh. Protein merupakan

sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen,

oksigen, dan nitrogen. Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia

akan diserap oleh usus dalam bentuk asam amino (Winarno, 2004).

Tujuan analisa protein dalam bahan makanan adalah, menera jumlah

kandungan protein dalam bahan makanan, menentukan tingkat kualitas protein

dipandang dari sudut gizi dan menelaah protein sebagai salah satu bahan kimia

misalnya secara biokimiawi, fisiologis dan rheologis, ensimatis dan telaah lain

yang lebih mendasar (Sudarmadji et al., 2010).

Metode yang digunakan adalah mikro kjeldhal. Prinsip kerja dari metode

ini adalah berdasarkan hasil penelitian diasumsikan bahwa 16 % dari protein

adalah unsur nitrogen sehingga penentuan protein dengan mikro kjeldhal

berdasarkan pada total N yang kemudian dikalikan dengan faktor pengendali

79
6,24. Penentuan kadar protein dengan metode ini adalah dengan mencernakan

sampel dengan pelarut pekat, sehingga N dalam protein akan terurai membentuk

garam. Kemudian ditambahkan alkali kuat sehingga akan membentuk NH3 yang

didestilat dan ditampung dalam H3BO3 selanjutnya dititrasi dengan asam standar

yaitu HCl (Apriyantono et al., 1989).

Berdasarkan analisa proksimat kadar protein beras giling menurut

Depkes RI (1992) adalah sebesar 6,8 %. Sedangkan kadar protein beras lindur

sebesar 3,87 %. Adanya penurunan kadar protein pada beras lindur dikarenakan

adanya proses perebusan dalam pembuatan beras lindur. Bahan pangan yang

direbus mengalami penurunan kandungan protein lebih besar dibandingkan

dengan bahan pangan segarnya. hal ini dikarenakan suhu yang digunakan

dalam perebusan sangat tinggi dan protein akan rusak dengan panas yang

sangat tinggi (Sundari et al., 2015)

Pada produk brownies lindur presentase kadar protein yang dihasilkan

sebesar 6,35 % sedangkan pada brownies tepung terigu dari Fathullah (2013),

presentase kadar protein yang dihasilkan sebesar 4,74 %. Kandungan protein

pada brownies ini berasal dari tepung buah lindur dan kuning telur yang

ditambahkan kedalam adonan.

8.2 Analisa Kadar Lemak

Lemak merupakan zat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

manusia. Lemak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif bila

dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak dapat

menghasilkan 9 kkal (Winarno, 2004).

Analisa kadar lemak dilakukan dengan menggunakan metode Goldfish.

Prinsip kerja metode ini adalah dengan mengekstraksi sampel dengan

menggunakan pelarut organik (non polar) dengan pemanasan. Analisis kadar

80
lemak digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan penilaian mutu minyak dan

lemak, yang meliputi pengujian kemurnian terutama terhadap pelarut organik,

sifat penyabunan dan sifat rangkapnya (Ketaren, 2008).

Berdasarkan analisa kadar lemak beras giling menurut Depkes RI

(1992) diperoleh presentase kadar lemak sebesar 0,7 %, sedangkan analisa

kadar lemak pada beras lindur presentase kadar lemak yang diperoleh sebesar

0,15 %. Pada produk brownies lindur presentase kadar lemak yang dihasilkan

sebesar 18,81 % sedangkan pada brownies tepung terigu dari Fathullah (2013),

presentase kadar lemak yang dihasilkan sebesar 30,42 %. Penurunan kadar

lemak pada beras lindur dan brownies lindur dikarenakan kadar air pada beras

dan brownies lindur lebih tinggi, dimana semakin tinggi kadar air maka kadar

lemak yang dihasilkan semakin rendah.

8.3 Analisa Kadar Air

Air dalam pangan dapat dinyatakan dalam bentuk kadar air dan aktivitas

air. Kadar air menyatakan jumlah absolute air dalam pangan sebagai komponen

pangan. Sedangkan aktivitas air menunjukkan bagaimana air dapat berperan

pada suatu reaksi kimia dan biologi dalam pangan tersebut (Kusnandar, 2010).

Analisa kadar air dilkukan dengan menggunakan metode

Thermogravimetri. Menurut Sudarmadji et al., (2010), prinsipnya menguapkan air

yang ada didalam bahan dengan cara pemanasan. Kemudian menimbang bahan

sampai berat konstan yang berarti semua sudah diuapkan. Cara ini relative

mudah dan murah.

Berdasarkan analisa kadar air beras giling menurut Depkes RI (1992),

diperoleh presentase kadar air sebesar 13 %, sedangkan analisa kadar air pada

beras lindur sebesar 13,03 %. Kadar air pada beras lindur tidak berbeda nyata

dengan kadar air beras giling.

81
Pada produk brownies lindur presentase kadar air yang dihasilkan

sebesar 29,67 % sedangkan pada brownies tepung terigu dari Fathullah (2013),

presentase kadar air yang dihasilkan sebesar 14,95 %. Penggunaan tepung

buah lindur memiliki rentangan besar dan mengakibatkan kadar air pada

brownies tepung buah lindur lebih tinggi daripada brownies tepung terigu. Kadar

air pada tepung buah lindur berasal dari buah lindur yang merupakan jenis buah

dari mangrove yang tumbuh di daerah perairan laut.

8.4 Analisa Kadar Abu

Sebagian besar bahan makanan menurut Winarno (2004), yaitu sekitar

96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur unsur mineral.

Unsur mineral juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Dalam proses

pembakarannya, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak

karena itu disebut abu.

Analisa kadar abu dilakukan dengan menggunakan metode kering.

Prinsip analisis kadar abu adalah pengabuan secara kering atau pengabuan

secara langsung yaitu dengan cara menimbang sisa mineral hasil pembakaran

bahan organik pada suhu sekitar 550oC dan kemudian melakukan penimbangan

zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Avianto, 2011).

Analisa kadar abu pada beras lindur diperoleh sebesar 0,80 %.

Sedangkan pada Depkes RI (1992), kadar abu pada beras giling tidak

dicantumkan. Pada produk brownies lindur presentase kadar abu yang dihasilkan

sebesar 1,08 % sedangkan pada brownies tepung terigu dari Fathullah (2013),

presentase kadar abu yang dihasilkan sebesar 2,03 %. Hal ini menunjukkan

bahwa unsure mineral yang terkandung pada tepung lindur lebih rendah

dibandingkan tepung terigu.

82
Menurut Sudarmadji, et a.l, (2007), temperature pengabuan harus

diperhatikan sungguh-sungguh karena banyak elemen abu yang dapat menguap

pada suhu yang tinggi misalnya unsure K, Na, S, Ca, Cl, P. selain itu suhu

pengabuan juga dapat menyebabkan dekomposisi senyawa tertentu misalnya

K2CO3; CaCO3, MgCO3.

8.5 Analisa Kadar Karbohidrat

Karbohidrat menurut Winarno (2004), merupakan sumber kalori utama

bagi hampir seluruh penduduk dunia. Walaupun jumlah kalori yang dihasilkan

oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 kkal bila dibanding protein dan lemak,

karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Selain itu beberapa golongan

karbohidrat menghasilkan serat-serat (dietary fiber) yang berguna bagi

pencernaan.

Analisis untuk memperkirakan kandungan karbohidrat dalam bahan

makanan menurut Winarno (2002), adalah dengan metode Carbohydrate by

Difference disebut juga dengan perhitungan kasar (Proximate Analysis) yaitu

suatu analisis dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar yang

diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan sebagai berikut:

Karbohidrat = 100% - % (Protein + Lemak + Abu + Air)

Berdasarkan analisa kadar karbohidrat beras giling menurut Depkes RI

(1992), diperoleh presentase kadar karbohidrat sebesar 78,9 %, sedangkan

analisa kadar karbohidrat pada beras lindur sebesar 82,15 %. Kenaikan

presentase karbohidrat yang segnifikan ini disebabkan karena analisis

karbohidrat menggunakan metode Carbohydrate by different dimana 100%

dikurangi jumlah kadar protein, lemak, air, dan abu.

Pada produk brownies lindur presentase kadar karbohidrat yang

dihasilkan sebesar 44,09 % sedangkan pada brownies tepung terigu dari

83
Fathullah (2013), presentase kadar karbohidrat yang dihasilkan sebesar 47,85

%. Penggunaan tepung buah lindur dalam pembuatan brownies memiliki

rentangan kecil yaitu antara 10%-20% dengan selisih 5%. Penggunaan yang

sedikit ini mengakibatkan kandungan karbohidrat pada brownies tepung buah

lindur lebih rendah daripada brownies tepung terigu.

84
9. ANALISA USAHA

Analisis usaha menurut Primyastanto et al (2012), merupakan suatu

kegiatan pemeriksaan keuangan perusahaan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan yang telah dicapai usaha tersebut. Salah satu komponen yang

berperan dalam keberhasilan usaha tersebut adalah modal yang digunakan.

Modal usaha dalam pengertian ekonomi merupakan barang atau uang yang

bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja bekerja untuk

menghasilkan suatu barang baru.

Tujuan dilakukannya analisa usaha adalah untuk mengetahui efisiensi

penggunaan modal dalam suatu usaha. Analisa usaha yang digunakan pada

usaha Beras dan Brownies ini yaitu analisa Revenue Cost Ratio (R/C Ratio),

analisa keuntungan () dan analisa Break Even Point (BEP).

9.1 Modal Usaha

Pengertian modal usaha menurut Suryani (2006), adalah modal usaha

berupa nilai uang (rupiah), kemauan keras, dan keahlian yang mutlak harus

dimiliki untuk memulai usaha. Modal sangat diperlukan dalam memulai usaha

dan menjalankannya. Besar kecilnya modal ditentukan oleh skala industri yang

didirikan. Semakin besar skala industri yang didirikan, semakin besar pula modal

yang diperlukan, dan sebaliknya. Modal meliputi modal tetap dan modal kerja.

Modal tetap diartikan sebagai modal yang tidak habis dalam satu masa produksi.

Modal tetap yang digunakan pada usaha Beras dan Brownies Lindur

sebesar Rp. 929.000 dan perinciannya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Sedangkan untuk modal kerja merupakan modal yang besarnya berubah-ubah

sesuai dengan produk yang dipasarkan, modal kerja yang digunakan sebesar

Rp. 423.200 dan perinciannya dapat dilihat pada Lampiran 4. Besarnya nilai

85
penyusutan atas barang investasi pada usaha Beras dan Brownies Lindur ini

adalah Rp. 279.000 perincian penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 4.

9.2 Biaya Usaha

Biaya produksi menurut Wijayanta dan Arisanti (2007), merupakan

sebagian keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksi

untuk menghasilkan produk. Dalam kegiatan perusahaan, biaya produksi

dihitung berdasarkan jumlah produk yang siap dijual. Biaya produksi sering

disebut ongkos produksi. Berdasarkan definisi tersebut, pengertian biaya

produksi adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan

produk hingga produk itu sampai di pasar atau sampai ke tangan konsumen.

Biaya produksi ini meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable

cost). Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu

masa produksi meliputi modal tetap, upah karyawan, pajak usaha, penyusutan,

dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah, besar

kecilnya tergantung pada skala produksi yang meliputi bahan baku, biaya bahan

tambahan, dan lain sebagainya. Biaya tetap sebesar Rp. 782.000 dan perincian

biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 4.

9.3 Keuntungan

Keuntungan (laba) atau rugi secara sederhana adalah pendapatan

dikurangi seluruh pengeluaran atau pengorbanan yang telah dikeluarkan.

Pengeluaran atau pengorbanan yang dimaksud umumnya dikategorikan sebagai

beban/biaya (Kuswandi, 2008).

Keuntungan usaha akan diperoleh jika total penerimaan lebih besar

daripada total biaya pengeluaran. Dimana pendapatan usaha merupakan selisih

antara penerimaan dan total biaya pengeluaran. Total biaya produksi Beras dan

86
Brownies Lindur perbulan sebesar Rp. 1.205.200,00 Sedangkan jumlah total

volume penerimaan perbulan Rp.3.050.000,00. Sehingga keuntungan bersih

usaha Bakso Rumput Laut perbulannya Rp. 1.844.800,00. Perhitungan

keuntungan usaha dapat dilihat pada Lampiran 4.

9.4 R/C Ratio

Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio) menurut Hidayat et

al., (2008), dapat dicari dengan membandingkan jumlah penerimaan total

dengan jumlah biaya total yang dikeluarkan selama pengelolaan bisnis. Bisnis

akan menguntungkan jika R/C lebih dari satu.

Pada usaha pembuatan Beras dan Brownies Lindur R/C, rationya

3,90%. Jadi, usaha ini dapat dikategorikan memberikan keuntungan karena

mempunyai nilai R/C ratio lebih dari 1. Perhitungan R/C Ratio dapat dilihat pada

Lampiran 4.

9.5 Analisa Break Event Point (BEP)

BEP adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara

biaya tetap dan biaya variable, keuntungan dan volume kegiatan. BEP digunakan

untuk mengetahui seberapa besar hasil usaha yang harus dihasilkan untuk

mengetahui titik impas usaha (Primyastanto et al., 2012).

Dalam perhitungan menggunakan analisa BEP diperoleh hasil sebesar

Rp. 909.302,32 artinya, usaha pembuatan Beras dan Brownies Lindur tidak rugi

dan tidak untung (impas) saat dihasilkan pendapatan sebesar Rp. 909.302,32

atau terjual sebanyak 200 pack beras lindur dan 35 pack brownies lindur dari

penjualan pada satu bulan produksi. Perhitungan BEP dapat dilihat pada

Lampiran 4.

87
10. PENUTUP

10.1 Kesimpulan

Berdasarkan Praktek Kerja Lapang yang dilaksanakan di UKM

Kelompok Tani Mangrove Wonorejo yang terletak di Kelurahan Wonorejo,

Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Jawa Timur, tentang proses pembuatan

Beras dan Brownies lindur diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

- UKM Kelompok Tani Mangrove milik bapak Sonny Mohson berada di

Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya.

- Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan Beras dan Brownies

Lindur adalah Buah Mangrove Lindur yang telah matang.

- Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan Beras Lindur adalah air

standar air minum, sedangkan utnuk pembuatan Brownies Lindur bahan

tambahan yang digunakan adalah tepung terigu, telur, mentega, margarin,

vanili, softener kue, SP, TBM, susu, gula pasir.

- Tahapan pada proses pembuatan Beras Lindur adalah persiapan bahan baku,

persiapan bahan tambahan, proses perebusan bahan baku, proses

pengupasan kulit buah dan pemotongan buah, proses perendaman, proses

penjemuran dan proses pengemasan.

- Tahapan pada proses pembuatan Brownies Lindur adalah persiapan bahan

baku, persiapan bahan tambahan, proses pencampuran bahan, proses

pengocokan adonan, proses pencetakan adonan, proses pengovenan, dan

proses pengemasan.

- Secara umum sanitasi dan hygiene yang diterapkan untuk skala industri

rumah tangga UKM Kelompok Tani Mangrove belum cukup baik dalam

melaksanakan prinsip sanitasi dan higiene.

88
- Kandungan gizi Beras Lindur yang diproduksi oleh UKM Kelompok Tani

Mangrove antara lain protein 3,87%, lemak 0,15%, air 13,03%, abu 0,80%

dan karbohidrat sebesar 82,15%. Sementara untuk kandungan gizi Brownies

Lindur antara lain protein 6,35%, lemak 18,81%, air 29,67%, abu 1,08% dan

karbohidrat sebesar 44,09% .

- Ditinjau dari analisis proksimat Beras dan Brownies Lindur ada beberapa

komponen yang mengalami kenaikan dan penurunan. Kenaikan dan

penurunan itu sendiri dikarenakan adanya proses pengolahan lanjutan. Salah

satunya kadar karbohidrat pada beras lindur yang mengalami kenaikan yang

tidak signifikan dari kadar karbohidrat beras giling 78,9 % menjadi 82,15%, hal

ini selain dikarenakan proses lanjutan juga dipengaruhi metode yang

digunakan pada perhitungan kadar karbohidrat, yaitu dengan metode by

different.

- Untuk aspek finansial, biaya tetap yang digunakan untuk pembuatan Beras

dan Brownies di UKM Tani Mangrove sebesar Rp. 929.000,00 dan biaya tidak

tetap sebesar Rp. 423.200,00 dengan keuntungan sebesar Rp. 22.137.600,00

per tahun. Dilihat dari aspek finansialnya, usaha pembuatan Beras dan

Brownies di UKM Tani Mangrove ini menguntungkan dan layak untuk

dijalankan.

10.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk UKM Tani Mangrove adalah sebagai

berikut :

- Perlu ditingkatkan lagi penerapan prinsip sanitasi dan higienitas pada proses

produksi agar produk yang dihasilkan berkualitas.

- Perlu ditingkatkan lagi pada segi kemasan agar kemasan lebih memiliki daya

tarik untuk dijual.

89
- Perlu adanya perluasan daerah pemasaran produk dan menambah jumlah

produksi Beras dan Brownies Lindur.

90
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical


Chemist, Washington DC.

Anna Poedjiati. Dr dan Akril Agus . 1981 .Biokimia. FKIE IKIP. Bandung.

Apriyantono, A., D. Fardiaz., N. L. Puspitasari., Sedorwanati., S. Budiyanto.


1989. Analisis Pangan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi. IPB. Bogor

Artama, T. 2001. Pemanfaatan Tepung Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) Untuk


Meningkatkan Mutu Fisik dan Nilai Gizi Crackers. Tesis. Program Pasca
Sanjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Astawan, M. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Tiga


Serangkai. Solo.

Avianto, I. 2011. Karakteristik Habitat dan Potensi Kepiting Bakau (Scylla spp) di
Hutan Mangrove Sancang Kabupaten Garut, Jawa Barat. Tesis. Program
Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor

Bakke, A dan Z Vickers. 2007. Consumer liking of refined and whole wheat
breads. J. Food Sci., 72: S473S480.

Bayu A. 2009. Hutan Mangrove sebagai Salah Satu Sumber Produk Alam Laut.
Jurnal Oseana 34 (2) : 15-23.

Bengen. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian


Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Sipnosis. Institut Pertanian Bogor.
Bogor

Belitz, H.D. dan Grosch, W. (1987). Food Chemistry. 2nd Ed. Springer.Page 232

Buckle, K. A, R. A Edwards, G. H Fleet dan M Wotoon. 1987. Ilmu Pangan. UI


Press. Jakarta

Cannas, A. 2001. Tannins: Chemichal Structural The Struktur Of Hidrolysable


Tannins. Cornert University

Citaresmi, D. P., dan Kencana, D. E. S. 2011. Pengelolaan Kawasan


Perkampungan Industri Kecil (PIK) BPLIP Pulogadung Berbasis
Masyarakat. Jurnal Planesa, 2(2): 89-98

Deitiana, T. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran


Deviden Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 11(1): 57-64.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001 Sumber Kontaminasi dan Teknik


Sanitasi. Modul Dasar Bidang Keahlihan

91
Depkes RI, 1992. Undang-Undang Kesehatan No 23 Tahun 1992. Tentang
Kesehatan. Jakarta.

________, 2006. Kumpulan Modul Khusus penyehatan Makanan Bagi


Pengusaha Makanan dan Minuman. Jakarta: Yayasan Pelayanan
Sanitasi Lingkungan.

Dewi, Rahayu. 2016. Pengaruh Substitusi Tepung Buah Bogem (Sonneratia


caseolaris) dan Teknik Pemasakan terhadap Sifat Organoleptik
Brownies. E-journal Boga, 5(1): 201 210

Duke NC, James AA. 2006. Bruguiera gymnorrhiza (large-leafed mangrove).


Species Profi les for Pacifi c Island Agroforestry Apr; Ver 2.I. www.
traditionaltree.org [11 Oktober 2011].

Faridah DN et al. 2008. Penuntun Praktikum Analisis Pangan. Fakultas Teknologi


Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Fathullah, Ali. 2013. Perbedaan Brownies Tepung Ganyong Dengan Brownies


Tepung Terigu Ditinjau Dari Kualitas Inderawi Dan Kandungan Gizi
Program Studi S1 Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata
Boga. Skripsi dipublikasikan. Semarang: Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Malang.

Fortuna J de. 2005. Ditemukan buah bakau sebagai makanan pokok. Tempo
Interaktif. Jakarta

Francesca, Bernini, Christina, dan Cracolici. 2014. Demographic Change,


Tourism Expenditure and Life Cycle Behaviour. Tourism Management,
Volume 47, halaman 191-205.

Google Images. 2016. Gambar Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrizha).


http;//google.com. Diakses pada tanggal 19 Mei 2016

Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Tanin. http;//google.com. Diakses


pada tanggal 8 Juni 2016

Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Flavonoid. http;//google.com.


Diakses pada tanggal 8 Juni 2016

Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Gluten. http;//google.com. Diakses


pada tanggal 8 Juni 2016
Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Sukrosa. http;//google.com.
Diakses pada tanggal 8 Juni 2016

Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Albumin http;//google.com.


Diakses pada tanggal 8 Juni 2016

Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Asam Oleat http;//google.com.


Diakses pada tanggal 8 Oktober 2016

92
Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Asam Linoleat. http;//google.com.
Diakses pada tanggal 8 Oktober 2016

Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Vanili. http;//google.com. Diakses


pada tanggal 10 Oktober 2016

Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Laktosa. http;//google.com.


Diakses pada tanggal 13 Oktober 2016

Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Amilosa. http;//google.com.


Diakses pada tanggal 13 Oktober 2016

Google Images. 2016. Gambar Struktur Kimia Amilopektin. http;//google.com.


Diakses pada tanggal 13 Oktober 2016

Hambali, E., Suryani, A Danwadli. 2004. Membuat Aneka Olahan Rumput Laut.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Harris, R.S dan E. Karmas, 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan
Pangan. Penerjemah S. Achmadi. ITB-Press, Bandung

Haryadi., 2006. Teknologi Pengolahan Beras.Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Haryanti. 2009. Pembuatan Makanan Camilan (Fish stick) dari Ikan Patin
(Pangasius hypophthalmus) Sebagai Salah Satu Upaya Diversifikasi
Produk Hasil Perikanan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hasibuan, S.P. Malayu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan


ketujuh Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.

Hassenhuettl, G.L. 1997. Overview of Food Emulsifiers. Di dalam Food Emulsifier


and Their Applications. Hassenhuettl, G L; R, W Hartel ed.. Chapman &
Hall, New York.

Hidayah dan Wahyu. 2011. Hubungan Antara Tempat Perindukan Nyamuk


Aedes aegypti Dengan Kasus Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan
Penajam Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara.J. Trop.
Pharm. Chem (Indonesia). Vol. 1. No. 2, 2011.

Hidayat., D. S. Dewi., I. A. Winani. 2008. Bisnis Reparasi Ponsel. Penebar Plus.


Depok. Halaman 107.

Ifa, M. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Boyolangu
Pada Standar Kompetensi Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 2(2): 715-722

Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta

Jacoeb AM, Purwaningsih S, Rinto. 2011. Anatomi, komponen bioaktif dan


aktivitas antioksidan daun mangrove apiapi (Avicenia marina). Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 14(2): 141-150.

93
Januar, V., dan Putri, D. E. 2007. Citra Tubuh Pada Remaja Putri Menikah dan
Memiliki Anak. Jurnal Psikologi, 1(1): 52-62

Jenie, B. S. L. 1988. Sanitasi Dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas.


Institut Pertanian Bogor. Bogor

Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta

Komala. 2008. Penampilan Produksi Susu Dan ReproduksiSapi Friesian-Holstein


di Balai PengembanganPerbibitan Ternak Sapi Perah Cikole, Lembang.
Pro.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008.Bogor,
11-12 November 2008. Kerjasama Puslitbang Peternakan dan IPB.

Kusnandar, F. 2010. Mengenal Komponen Kimia Pangan. Departemen Ilmu


Teknologi Pangan, IPB: Bogor.

Kuswandi. 2008. Pencatatan Keuangan Usaha Dagang Untuk Orang-orang


Awam. Gramedia. Jakarta. Halaman 35.

Listiyono, H. 2008. Merancang dan Membuat Sistem Pakar. Jurnal Teknologi


Informasi Dinamik, 13(2): 115-124
Made, A. 2008. Ahli Gizi dan Pangan. Artikel Kemasan: Pengaman dan
Pengawet Makanan

Mamoribo. 2003. Salah Satu Manfaat Mangrove (Bakau) Bagi Manusia, Potensi
Buah Mangrove Sebagai Alternatif Sumber Pangan Indonesia.
Kompas,Selasa 5 Oktober 2004.

Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga.


Jakarta:Bhratara.
Moorthy, S.N. 2004. Tropical sources of starch. CRC Press, Baco Raton. Florida.

Mudjajanto, Eddy Setyo dan Lilik Noor Yulianti. 2004. Membuat Aneka Roti.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Muharastri, Y. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Susu UHT Merek Real Good
di Kota Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian IPB

Musanto, T. 2004. Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan:


Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya. Jurnal
Manajemen & Kewirausahaan, 6(2): 123-136.
Ningsih, A. L. 2004. Analisis Sifat Fisika, Kimia, dan Biologi Tanah pada Daerah
Buffer Zone dan Resort Sei Betung di Taman Nasional Gunung Leuser
Kecamatan Besitang. USU, Medan

Nollet. 1992. Food Analysis by HPLC. Marcel Dekker, Inc., New York.

Parker R. 2003.Introduction to Food Science. United States of America : Delmar,


Thomson Learning.

94
Persagi 2008. Pengembangan Konsep Nutrition care Process (NCP) Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT).

Poedjiadi,A. dan Supriyanti, T. 2006. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. Jakarta:


UI-Press.

Primyastanto Mimit, Soemarno, Anthon Efani, dan Sahri Muhammad.2012.


Kajian Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Payang di Selat Madura, Jawa
Timur. Wacana Vol. 15, No. 2 (2012)

Purnamasari, I. 2013. Perancangan Sistem Informasi Peminjaman Buku dan


Komik pada Taman Bacaan Fortune Baleharjo Pacitan. Indonesian
Jurnal on Computer Science - Speed LJCSS, 10(3): 102-106

Purnawijayanti, H. 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja Dalam


Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta.

Purnobasuki. 2011. Hasil Penelitian Kandungan Buah Bruguiera gymnorrhiza.


www.potensi_mangrove. skp.unair.ac.id.. Diakses 7 Juni 2016.

Rumawas, I. 2002. Higiene Personal Perusahaan. Bahan Kuliah Program Studi


Higiene Makanan. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Sadana. D. 2007. Buah Aibon di Biak Timur Mengandung Karbohidrat Tinggi.


Situs Resmi Pemda Biak Num for news_.htm.

Sari, R. I. (2012) Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Remaja
Usia 12-15 Tahun di Indonesia Tahun 2007. Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294684SRatna%20Indra%20Sari.p
df. Diakses 27 Mei 2016.

Sediaoetama, A. D. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid 1.Dian
Rakyat. Jakarta.

Sembiring, S. 2008. Penelusuran Hukum Penting Bagi Pengemban Profesi


Hukum (Suatu Studi Tentang Profesi Advokat Sebagai Pengemban
Profesi Hukum). Lex Jurnalica, 6(1): 20-29

Sinuhaji AB. 2006. Intoleransi laktosa. Majalah kedokteran nusantara 39, 4, 424-
429.
Siswati, R. 2004. Penerapan Prinsip Sanitasi dan Higiene dalam Industri
Perikanan.

Soewoto, H. 2003. Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam


Menanggulangi Peran Radikal Bebas. dalam: Materi Kursus Penyegar
Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan: Dasar, Aplikasi dan
Pemanfaatan Bahan Alam. Jakarta: FK-UI.

95
Sudarmadji,S., B.Haryono, dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Edisi 2. Kerjasama Liberty, Yogyakarta dengan PAU Pangan
dan Gizi, UGM, Yogyakarta.

Sudarmadji, S., Bambang, H. dan Suhardi. 2010. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 160 halaman.

Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta

Sundari, D, Almasyhuri, Astuti L. 2015. Pengaruh Proses Pemasakan Terhadap


Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein. Jakarta.

Sutrisno, Edi. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group

Slat, A. H. 2013. Analisis Harga Pokok Produk dengan Metode Full Costing dan
Penentuan Harga Jual. Jurnal Emba, 1(3): 110-117

Sofiana, E. 2012. Hubungan Higiene Dan Sanitasi Dengan Kontaminasi


Escherchia Colli Pada Jajanan Di Sekolah Dasar Kecamatan Tapos
Depok Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI.

Solomons NW. 2002. Fermentation, fermented foods and lactose intolerance.


Eur.J. Clin. Nutr. 56, Suppl 4, 50-55.

Spalding, M.D., C. Ravilious and E.P. Green. 2001. World Atlas of Coral Reefs.
University of California Press. Berkeley. USA.

Standar Nasional Indonesia. 2008. Syarat Mutu Beras. 6128:2008. Jakarta:


Badan Standarisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia. 1995. Syarat Mutu Mentega. 013744:1995. Jakarta:


Badan Standarisasi Nasional

Standar Nasional Indonesia. 1995. Syarat Susu UHT. 013950:1998. Jakarta:


Badan Standarisasi Nasional

Sulistyawati, Wignyanto, S.Kumalaningsih. 2012. Produksi Tepung Buah Lindur


(Bruguiera gymnorrhiza) Rendah Tanin dan HCN sebagai Bahan Pangan
Alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian, 13(3): 187-198.

Suparyono dan Agus Setyono, 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suryani, A. 2006. Bisnis Kue Kering. Penebar Swadaya. Jakarta. Halaman 8.

Taggart, P. 2004. Starch as an ingredients : manufacture and applications. Di


dalam: AnnCharlotte Eliasson (ed). Starch in Food: Structure, Function,
and Application.CRC Press, Baco Raton, Florida.

Wanma A. 2007. Pemanfaatan Hutan Bruguiera gymnorhiza (L) Lamk. Sebagai


Bahan Penghasil Karbohidrat. Warta Konservasi Lahan Basah 15(2): 6-
7.

96
Whit, S. R., Wilson, L. M., Tenaillon, M. I., Gaut, B. S., and E. S. Buckler. 2002.
Genetic Diversity and Selection In The Maize Starch Pathway. PNAS vol
99 No20: 12956-12962.

Wibowo, C. Cecep Kusmana, Ani Suryani, Yekti Hartati dan Poppy Oktadiyani.
2009. Pemanfaatan Pohon Mangrove Api-api (Avicennia sp) Sebagai
Bahan Pangan dan Obat. IPB, Bogor. Hlm 160- 165.

Widianto; Utami, S.R.; Suprayogo, D.; Sitompul, S.M.; Sunaryo; Lusiana, B.;
Mulia, R.; Van Noordwijk, M. dan G. Cadisch. 2002. Pengelolaan Tanah
Masam Secara Biologi: Refleksi Pengalaman dari Lampung Utara. ISBN.
979-95537-7-6. ICRAFBogor. 187 p.

Widowati, S., L. Sukarno, Suarni dan O. Komalasari, 2003. Labu Kuning :


Kegunaan dan Proses Pembuatan Tepung. Makalah pada seminar
Nasional dan Pertemuan Tahunan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan
Indonesia ( PATPI ) 22-23 Juli 2003 di Yogyakarta.

Wijayanta, B dan A. Vidyaningsih. 2007. Ekonomi dan Akuntansi : Mengasah


Kemampuan Ekonomi. Penerbit Citra Praya. Bandung. Halaman 35

Winarno. 1980. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

_______2002. Kimia Pangan. PT.Gramedia. Jakarta

_______. 2004. Kimia Pangan. PT.Gramedia. Jakarta


Yaumi, N. 2011. Penambahan Tepung Kacang Merah dalam Pembuatan Donat
dan daya terimanya.

Yissaproyogo. 2010. Zat Antigizi.http://yissaproyogo.wordperss.com. Diakses


Pada 7 Juni 2016

Zielinski, R. J. 1997. Synthesis and Composition of Food Grade Emulsifiers. Di


dalam. Food Emulsifier and Their Applications. G. L. Hassenhuettl and
R.W. Hartel (ed.). Chapman and Hall. New York.

ZipcodeZoo. 2013. Klasifikasi Bruguiera gymorrhiza. Http:/www.zipcodezoo.com.


Diakses tanggal 23 Mei 2016

97
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut KotaSurabaya

98
Lampiran 2. Lay out Letak Usaha Pembuatan Beras dan Brownies Lindur
(Bruguiera gymnorrizha) di UKM Kelompok Tani Mangrove Wonorejo.

Gambar Denah Rumah Tempat Usaha UKM Kelompok Tani Magrove Wonorejo

99
Lampiran 3. Lay out Tata Letak Produksi Usaha Pembuatan Pembuatan
Beras dan Brownies Lindur (Bruguiera gymnorrizha) UKM Kelompok Tani
Mangrve Wonorejo

Gambar. Tata Letak Ruang Produksi dan Dapur UKM Kelompok Tani Mangrove

Wonorejo

100
Lampiran 4. Perhitungan Analisis Hasil Usaha

Perincian Modal tetap (Biaya Investasi) UKM Kelompok Tani Mangrove

No. Jenis Jumlah/ Harga/ Harga Umur Penyusutan


Investasi Unit Unit (Rp) Total Ekonomis/
(Rp) Tahun
1. Kompor Gas 1 100.000 100.000 4 25.000
2. Pisau 2 5.000 10.000 2 5.000
3. Pisau Buah 2 6.000 12.000 2 6.000
4. Sendok 5 1.000 5.000 5 1.000
5. Baskom 2 10.000 20.000 2 10.000
6. Timbangan 1 120.000 120.000 4 30.000
Duduk
7. Panci 1 40.000 40.000 4 10.000
8. Chopper 1 200.000 200.000 5 40.000
Elektik
9. Loyang 2 20.000 40.000 2 20.000
10. Oven 1 150.000 150.000 3 50.000
11. Tabung 1 150.000 150.000 3 50.000
Elpiji
12. Ember 2 30.000 60.000 3 20.000
13. Ayakan 2 10.000 20.000 2 10.000
14. Glangsing 4 500 2.000 1 2.000
JUMLAH 929.000 279.000

Perincian Biaya Tidak Tetap (Variable cost) UKM Kelompok Tani Mangrove

No. Uraian Jumlah Harga (Rp) Harga Total


(Rp)
1. Buah Lindur 12 Kg 15.000 180.000
2. Telur 3 Kg 16.000 48.000
3. Mentega 1 Kg 6.500 32.000
4 Vanili 60 gr 9.000 18.000
5 Tepung Terigu 1 Kg 9.000 9.000
6 SP 70 gr 12.200 12.200
7 Susu 7 Sachet 2.000 14.000
8 Gula Pasir 1 Kg 16.000 16.000
9 Plastik Klep 200 100 20.000
lembar
10 Mika Kue 35 pack 2.000 70.000
11 Tepung Terigu 1 Kg 9.000 9.000
12 Air Standart Air 1 Galon 4.000 4.000
Minum
JUMLAH 423.200

101
Perincian Biaya Penerimaan (Pendapatan) UKM Kelompok Tani Mangrove
Wonorejo

No. Produk Harga/ Jumlah Pendapatan (Rp)


Produk Produk
(Rp) Terjual
1. Beras Lindur/pack (200 10.000 200 pack Rp.2.000.000
gram)
2. Brownies Lindur/pack 30.000 35 pack Rp.1.050.000
JUMLAH Rp.3.050.000

Perincian Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Total UKM Kelompok Tani
Mangrove Wonorejo

No. Uraian Nilai (Rp)


1. Penyusutan 262.000
2. Gaji Karyawan 500.000
3. Pajak 20.000
JUMLAH Rp.782.000
JUMLAH Rp.782.000
Keterangan :
Gaji Karyawan = Rp. 500.000 terdiri dari 2 orang karyawan, setiap karyawan Rp.
250.000.

Perincian Biaya Total (Total Cost) UKM Kelompok Tani Mangrove Wonorejo

No. Rincian Biaya Jumlah (Rp)


1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Rp. 782.000
2. Biaya Variabel (Variable Cost) Rp. 423.200
Biaya Total (Total Cost) Rp. 1.205.200
Keuntungan dan Rentabilitas
a. Keuntungan = Penerimaan Total Cost

= Rp.3.050.000 Rp. 1.205.200

= Rp. 1.844.800

b. Rentabilitas = x 100%

= x 100%

= 2,35 %

102
c. Revenue Cost Ratio

= 3,90

d. Break Even Point

Break Event Poit Sales (BEPS) =

= Rp. 909.302,32

103
Lampiran 5. Hasil Uji Proksimat Beras dan Brownies Lindur

104
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen

Rendemen buah mangrove lindur (Bruguiera gymnorrizha) setelah proses

pengolahan menjadi tepung adalah:

= 60%

105

Anda mungkin juga menyukai