Anda di halaman 1dari 85

PROSES PEMBUATAN BOLA CUMI DI CV.

FANIA FOOD,
KELURAHAN REJOWINANGUN, KECAMATAN KOTAGEDE,
YOGYAKARTA

PRAKTIK KERJA MAGANG

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh:

ANDY PUTRA DHARMAWAN


NIM. 145080301111033

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

i
Proses Pembuatan Bola Cumi di CV. Fania Food, Kelurahan Rejowinangun,
Kecamatan Kotagede, Daerah Istimewa Yogyakarta

Oleh :
ANDY PUTRA DHARMAWAN
NIM. 145080301111033

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS) (Dr. Ir. Hartati Kartikaningsih, MP)
NIP .19620805 198603 2 001 NIP. 19640726 198903 2 004
Tangga: _______________ Tanggal:_______________

ii
LEMBAR PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PRAKTIK KERJA MAGANG

i
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan anugrah-Nya

penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Magang (PKM) yang berjudul

Proses Pembuatan Bola Cumi di CV. Fania Food Gedongkuning, Kel.

Rejowinangun, Kec. Kotagede, Yogyakarta.

Atas terselesaikannya Laporan Praktik Kerja Magang (PKM) ini penulis

menyampaikan terimakasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Kepada Kedua Orang Tua yang memberikan doa dan dukungan selama

penyusunan laporan PKM ini.

2. Kepada Dr. Ir. Hartati Kartikaningsih, MP selaku Dosen Pembimbing, yang

telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan sejak penyusunan

usulan sampai dengan selesainya laporan PKM ini.

3. Kepada Teman-teman satu tim PKM, Yan, Aji, Ita, Rieke, Nisa, Bahtiar,

Anang, serta teman-teman THP 2014 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu atas motivasi dan semangat yang diberikan.

4. Kepada Ibu Hani Kusdaryanti, SE selaku pemilik tempat PKM yang

menyediakan tempat dan meluangkan waktunya untuk berbagi pengetahuan

selama PKM berlangsung.

5. Serta seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Praktik

Kerja Magang (PKM), yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, saya ucapkan

terimakasih.

ii
Penulis sadar bahwa Laporan Praktik Kerja Magang ini masih terdapat

kesalahan dan masih dimungkinkan untuk dilakukan penyempurnaan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini dapat lebih baik.

Dari isi maupun cara penulisan. Semoga Praktik Kerja Magang, beserta laporan

dapat berguna bagi semua pihak dalam upaya meningkatkan fungsi dan proses

belajar mengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Malang.

Malang, 17 November 2017

Penulis

iii
RINGKASAN

ANDY PUTRA DHARMAWAN. Praktik Kerja Magang tentang Proses Pembuatan


Bola Cumi di CV. Fania Food, Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Kotagede,
Yogyakarta (di bawah bimbingan Dr. Ir. Hartati Kartikaningsih, MP).

Praktik Kerja Magang (PKM) mengenai proses pembuatan bola cumi di CV.
Fania Food, Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta.
Kegiatan praktik kerja magang dilanjutkan dengan praktik kerja mandiri melalui
pembuatan produk sejenis yang dimodifikasi di Laboratorium Nutrisi dan Biokimia
Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Praktik
Kerja Magang ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2017.
Tujuan PKM ini adalah untuk mengikuti dan memahami proses serta
mengetahui pembuatan bola cumi mulai dari bahan baku datang hingga menjadi
produk yang siap dipasarkan dan mempraktikkan pembuatan diversifikasi produk
olahan bola cumi yaitu bola cumi coklat.
Metode yang digunakan dalam PKM ini adalah metode deskriptif.
Pengumpulan data diperoleh melalui kegiatan hasil observasi, wawancara,
dokumentasi, dan partisipasi aktif.
Bola cumi merupakan produk diversifikasi dari nugget yang mengalami
proses gelatinisasi menggunakan pemanasan dengan cara perebusan. Proses
pembuatan bola cumi yaitu persiapan bahan baku, persiapan bumbu, pencampuran
(pengadonan), pencetakan , pengukusan, pelapisan 1, pelapsan 2, pelapisan 3
(pemaniran), penggorengan (frying), penirisan, pengemasan (packaging) dan
Pelabelan.
Perbedaan pada produk praktik mandiri ditekankan pada penambahan coklat
dan penggunaan bahan baku ikan bandeng. Hasil praktek kerja mandiri di
laboratorium menunjukkan bahwa produk bola cumi CV. Fania Food lebih disukai
daripada produk bola cumi coklat dengan rata-rata penilaian rasa, warna, tekstur,
dan aroma oleh 22 orang panelis sebesar 3,71 (skala 1-5) atau pada kriteria netral –
suka. Bola Cumi Coklat bernilai 3,29 (skala 1-5) atau pada kriteria netral – suka.
Seharusnya proses pengolahan produk modifikasi bola cumi CV. Fania Food
seperti bola cumi coklat yang dibuat pada praktik kerja mandiri di laboratorium lebih
diperhatikan lagi pada proses pembuatan adonan dan pencampuran bumbu-bumbu
lainya. Sehingga produk akhir dapat lebih maksimal dan baik dari pada produk yang
dihasilkan CV. Fania Food.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

karuniaNya.Sehinggapenulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Magang

yang berjudul proses pembuatan bola cumi di CV. Fania Food, Kelurahan

Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Yogyakarta. Laporan ini berisi tentang proses

pembuatan bola cumi mulai dari penerimaan bahan baku sampai menjadi produk

akhir yang siap dipasarkan. Selain itu berisi gambaran tentang kondisi, tata letak,

dan tempat usaha pembuatan bola cumi dengan mempelajari peralatan serta

fasilitas yang digunakan.

Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran sangat

kami harapkan.Penulis berharap laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan

informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 18 Oktober 2017

Penulis

v
DAFTAR ISI

RINGKASAN ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x

1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................... 2
1.3 Kegunaan ................................................................................................... 3
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................ 3

2. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA ............................................. 4


2.1 Metode Pengambilan Data ......................................................................... 4
2.2 Teknik Pengambilan Data ........................................................................... 4

3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA MAGANG ................................ 9


3.1 Lokasi dan Letak Geografis ........................................................................ 9
3.2 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk ............................................................. 9
3.3 Keadaan Umum Tempat Usaha ............................................................... 10
3.3.1 Sejarah Perkembangan Usaha ......................................................................................... 10
3.3.2 Tata Letak Usaha (Layout) ............................................................................................... 12
3.3.3 Tenaga Kerja dan Kesejahteraan ..................................................................................... 13
3.3.4 Struktur Organisasi Unit Usaha ....................................................................................... 14
3.3.5 Sarana Produksi ............................................................................................................... 15

4. HASIL PRAKTEK KERJA MAGANG .............................................................. 23


4.1 Pembuatan Bola Cumi .............................................................................. 23

vi
4.1.1 Persiapan Bahan Baku ..................................................................................................... 23
4.1.2 Persiapan Bahan Tambahan ............................................................................................ 24

4.2 Cara Pembuatan ...................................................................................... 34


4.2.1 Penyiangan dan Pencucian .............................................................................................. 35
4.2.2 Persiapan Bumbu ............................................................................................................ 35
4.2.3 Pencampuran .................................................................................................................. 36
4.2.4 Penggilingan .................................................................................................................... 37
4.2.5 Pencetakan ...................................................................................................................... 38
4.2.6 Perebusan ........................................................................................................................ 39
4.2.7 Pelapisan Adonan Kering ................................................................................................. 40
4.2.8 Pelapisan adonan Basah .................................................................................................. 40
4.2.9 Pemaniran ....................................................................................................................... 41
4.2.10 Penggorengan (Frying) ................................................................................................ 42
4.2.11 Penirisan ..................................................................................................................... 43
4.2.12 Pengemasan (Packaging) ............................................................................................ 44
4.2.13 Penyimpanan .............................................................................................................. 45

4.3 Proses Pembuatan Bola Cumi Coklat ....................................................... 46


4.4 Hasil Kerja Mandiri ................................................................................... 50
4.4.1 Data Pengamatan..................................................................................... 50
4.4.2 Hasil Praktik Mandiri di Laboratorium ....................................................... 54

5. PENUTUP ....................................................................................................... 57
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 57
5.2 Saran ........................................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 58

LAMPIRAN............................................................................................................. 61
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Jumlah dan fungsi perlatan produk bola cumi..........………………........... 13
2. Formulasi bahan pembuatan 1 resep bola cumi.........................….......... 32
3. Formulasi bahan pelapis kering...........................…….……..................... 33
4. Formulasi pelapis basah........................................................................... 33
5. Formulasi bahan pembuatan bola cumi coklat.......................................... 46
6. Formulasi pelapis kering bola cumi coklat………...………….................... 46
7. Fomulasi pelapis basah bola cumi coklat….………………….................... 46
8. Proses pembuatan bola cumi coklat…………………………..................... 47
9. Data uji hedonik parameter rasa....………………………………................ 52

vii
10. Data uji hedonik parameter warna............................................................ 53
11. Data uji hedonik parameter tekstur........................................................... 54
12. Data uji hedonik parameter aroma........................................................... 55
13. Rata-rata parameter rasa, warna, tekstur, aroma uji hedonik………....… 56

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Struktur organisasi di CV. Fania Food......................................................... 14
2. Bahan baku cumi dan fillet ikan.................................................................. 24
3. Telur............................................................................................................ 25
4. Tepung terigu.............................................................................................. 26
5. Bawang putih.............................................................................................. 26
6. Tepung maizena......................................................................................... 28
7. Garam......................................................................................................... 29
8. Merica......................................................................................................... 29
9. Royco.......................................................................................................... 30
10. Tepung panir.............................................................................................. 31

viii
11. Es batu....................................................................................................... 31
12. Air................................................................................................................. 32
13. Diagram alir proses pembuatan bola cumi.................................................. 36
14. Persiapan bumbu.......................................................................................... 33
15. Pencampuran ............................................................................................. 37
16. Pengilingan.................................................................................................. 38
17. Pencetakan bola cumi................................................................................... 38
18. Perebusan................................................................................................... 39
19. Pelapisan adonan kering.............................................................................. 40
20. Pelapisan adonan basah............................................................................... 41
21. Pemaniran.................................................................................................... 42
22. Penggorengan.............................................................................................. 43
23. Penirisan.................................................................................................... 44
24. Pengemasan................................................................................................. 44
25. Penyimpanan............................................................................................... 45

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Peta lokasi CV. Fania Food………………………………………………….. 63
2. Layout rumah produksi.......……………………………………………........ 64
3. Surat Izin Usaha...........................………………………………………….... 66
4. BPOM RI produk........................................................................................ 67
5. PIRT.......................................................................................................... 68
6. Sertifikat MUI.......................………………………………………………..... 69
7. Keadaan umum lokasi................................................................................ 70
8. Sertifikat telah mengikuti PKM.................................................................. 71
9. Pengujian organoleptik oleh panelis.......................................................... 72
10. Form kuisioner uji hedonik......................................................................... 73
11. Foto bersama pemilik CV. Fania Food.......................................................

x
iii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

CV. Fania Food merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

pengolahan hasil perikanan yang terletak di Kota Yogyakarta, Provensi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Fania Food mulai berdiri sejak tahun 2008 dengan produk

pertama Otak-otak Bandeng. Sampai saat ini perusahaanan ini mempunyai

kurang lebih 23 macam produk olahan perikanan yang sudah eksis di pasaran.

Cumi – cumi merupakan salah satu Cephalopoda yang dikenal dalam

dunia perdagangan disamping sotong dan gurita. Di bidang perikanan komersial,

cumi – cumi merupakan salah satu komoditas perikanan yang cukup penting dan

menempati urutan ketiga setelah ikan dan udang. Sebagian besar cumi – cumi

dioalah menjadi bahan makanan dan sebagian kecil saja yang dijadikan sebagai

umpan. Cumi – cumi mempunyai kadar protein yang cukup tinggi, yaitu 15,6%,

kadar air 81,8%, lemak 1,0%, abu 1,5% bahan, sehingga cumi – cumi

mempunyai potensi yang cukup baik sebagai salah satu bahan makanan sumber

protein (Trilaksani et al.,2004).

Bola cumi merupakan salah satu diversifikasi produk berbahan baku ikan

swangi dan cumi-cumi yang mirip dengan nugget pada umumnya . Menurut Tati

(Afrisanti, 2010) nugget adalah daging yang dicincang, kemudian diberi bumbu-

bumbu (bawang putih, garam, bumbu penyedap, dan merica), dicetak dalam

suatu wadah dan dikukus. Selanjutnya adonan didinginkan dan dipotong-potong

atau dicetak dalam suatu wadah dalam bentuk yang lebih kecil, kemudian

dicelupkan pada putih telur dan di gulingkan ke dalam tepung panir sebelum

digoreng. Nugget memiliki rasa yang lebih gurih dibandingkan dengan daging

1
utuh. Namun, yang membedakan pada bola cumi ini adalah pada beberapa

proses dan bentuknya yang dibuat semenarik mungkin.

Suhu awal gelatinisasi ialah suhu pada saat pertama kali viskositas mulai

naik. Suhu gelatinisasi merupakan suatu fenomena sifat fisik pati yang kompleks

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran molekul amilosa dan

amilopektin serta keadaan media pemanasan. Kadar lemak atau protein yang

tinggi mampu membentuk kompleks dengan amilosa sehingga membentuk

endapan yang tidak larut dan menghambat pengeluaran amilosa dari granula.

Dengan demikian diperlukan energi yang lebih besar untuk melepas amilosa

sehingga suhu awal gelatinisasi yang dicapai akan lebih tinggi (Richana, 2004).

Melihat perkembangan industri pangan dilapang terhadap produk

diversifikasi perikanan, maka harus diikuti dengan kemampuan mahasiswa

perguruan tinggi yang mampu mengembangkan produk yang sudah ada

menjadi produk yang lebih baik dan menarik. Oleh karena itu perlu dilakukannya

praktik kerja magang untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam

teknologi diversifikasi produk.

Pada kegiatan praktik kerja magang ini, mahasiswa akan mengamati dan

mempraktikkan proses pengolahan bola cumi dari CV. Fania Food menjadi

produk diversifikasi di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ikan, Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) ini untuk

mengetahui secara langsung proses pembuatan bola cumi di CV. Fania Food,

Gedongkuning, Kel. Rejowinangun, Kec. Kotagede, Yogyakarta.

2
Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk

mengikuti dan memahami proses pembuatan bola cumi serta dapat

mempraktekan pembuatan diversifikasi produk olahan cumi-cumi menjadi produk

bola cumi.

1.3 Kegunaan

Hasil dari Praktik Kerja Magang (PKM) ini diharapkan berguna bagi :

- Agar dapat menerapkan ilmu yang didapat dilapang dan dibandingkan dengan

ilmu yang didapat di perkuliahan.

- Lembaga akademis dan perguruan tinggi, yakni sebagai sarana informasi

keilmuan dan pedoman untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

- Pihak CV. Fania Food, sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi

pengembangan usahanya di masa yang akan datang.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktik Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan pada tanggal 17

Juli – 2 Agustus 2017 di CV. Fania Food, Gedongkuning, Kel. Rejowinangun,

Kec. Kotagede, Yogyakarta. Praktik kerja mandiri dilakukan pada tanggal 15-24

September 2017 di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ikan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

3
2. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

2.1 Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang digunakan pada Praktik Kerja Magang

(PKM) di CV. Fania Food adalah metode deskriptif yaitu metode pengambilan

data secara subjektif oleh peneliti dengan cara survey lapang, observasi, dan

wawancara yang kemudian data yang didapat dipaparkan secara detail.

Observasi di CV. Fania Food telah dilakukan dengan kegiatan pengamatan

langsung di lokasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sedangkan

wawancara dilakukan bersama pemilik dan tenaga kerja CV. Fania Food dengan

mengajukan beberapa pertanyaan terkait informasi yang ingin didapat. Dengan

metode deskriptif mahasiswa dapat memahami gejala-gejala yang ada di lokasi

magang secara langsung.

Metode deskriptif menurut Nazir (2003), adalah suatu metode dalam

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem

pemkiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

metode deskriptif adalah untuk membuat suatu deskriptif tulisan secara

sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antara fenomena yang diselidiki.

2.2 Teknik Pengambilan Data

 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian

melalui kegiatan observasi, wawancara, dokumentasi, dan partisipasi aktif,

pengambilan dokumentasi gambar atau video, proses wawancara, dan observasi

4
secara langsung di CV. Fania Food mengenai pengolahan produk diversifikasi

perikanan yaitu Bola cumi-cumi. Sehingga data yang disajikan sesuai dengan

keaadaan di lokasi magang yakni CV. Fania Food.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama

yaitu individu atau perseorangan yang membutuhkan pengolahaan lebih lanjut

seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner. Data primer yang

digunakan penulis berupa tanya jawab langsung dengan pihak-pihak terkait

terutama direktur CV. Fania Food dan tim produksi.

 Dokumentasi

Menurut sandjaja dan Heriyanto (2011), dalam upaya mengumpulkan

data dengan cara dokumentasi peneliti menelusuri berbagai macam dokumen

antara lain buku, majalah, koran, notulen rapat, peraturan-peraturan dan sumber

informasi lain. Untuk melakukan penelusuran ini digunakan suatu pedoman

tentang apa yang hendak di telusuri baik itu subyek, gejala maupun tanda-tanda.

Hasil penelusuran ditulis dalam bentuk naratif atau dalam bentuk check list

seperti pada observasi.

Kegiatan dokumentasi pada Paktik Kerja Magang (PKM) di CV.Fania

Food dilakukan dengan cara pengambilan gambar (foto) maupun video terkait

semua kegiatan produksi bola cumi, proses pendekatan dengan pemilik usaha,

serta kegiatan-kegiatan yang dianggap penting untuk didokumentasikan sebagai

bukti konkrit pelaksanaan magang.

 Observasi

Observasi menurut Djaelani (2013), berasal dari kata observation yang

berarti pengamatan. Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati

perilaku, kejadian atau sekelompok dengan cara mengamati perilaku, kejadian,

5
atau kegiatan orang yang teliti. Kemudian mencatatat hasil pengamatan tersebut

untuk mengetahui apa yang sebenernya terjadi. Dengan pengamatan peneliti

dapat melihat kejadian sebagaimana subyek yang diamati mengalaminya,

menangkap, merasakan fenomena yang sesungguhnya sesuai pengertian

subyek dan obyek diteliti.

Kegiatan observasi pada Praktik Kerja Magang di CV. Fania Food

dilakukan dengan cara mengunjungi rumah produksi dan belajar secara

langsung dilokasi magang lalu mengumpulkan semua data yang berkaitan

dengan produksi bola cumi, keadaan lokasi magang, proses produksi, distribusi,

dan kegiatan lainnya.

 Partisipasi Aktif

Partisipasi atau keterlibatan peneliti menjadi empat yaitu ; (1) partisipasi

pasif, dimana peneliti datang mengamati tetapi tidak ikut terlibat kegiatan yang

diamati; (2) partisipasi moderat, dimana peneliti kadang ikut aktif terlibat kegiatan

tidak aktif; (3) partisipasi aktif, dimana peneliti terlibat aktif dalam kegiatan yang

diteliti; (4) partisipasi lengkap, dimana peneliti sudah sepenuhnya terlibat sebagai

orang dalam, sehingga tidak kelihatan sedang melakukan penelitian. Untuk

mendapatkan data yang akurat sebaiknya menggunakan observasi dengan

partisipasi lengkap, karena sebagai orang dalam peneliti leluasa mengamati dan

mendapatkan makna sesungguhnya dari apa yang diamati (Djaelani, 2013).

Partisipasi aktif di CV. Fania Food dilakukan dengan cara bergabung dan

mengikuti segala aktifitas di rumah produksi selama 20 HOK (Hari Orang Kerja).

Dengan partisipasi aktif mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses

secara langsung proses pembuatan bola cumi beserta pemasaran dan lainnya

yang berkaitan dengan CV. Fania Food.

6
 Wawancara

Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

keterangan. Dewasa ini teknik wawancara banyak dilakukan di indonesia sebab

merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap survei (Narbuko dan

Achmadi, 2010).

Kegiatan wawancara pada Praktik Kerja Magang (PKM) di CV. Fania

Food dilakukan dengan cara mengajukan beberpa pertanyaan yang telah

didaftar dan berdialog dengan dengan pemilik CV. Fania Food dan juga

berdialog dengan tenaga kerja disana untuk menggali informasi yang ingin

diketahui. Pertanyaan yang diajukan yaitu terkait semua aspek yang ada di lokasi

magang, baik tentang proses produksi, distribusi barang, dan seluruh informasi

yang berkaitan dengan CV. Fania Food.

 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber sekunder dari data yang dibutuhkan (Noviatiani, 2003). Data sekunder

juga merupakan data yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada.

Misalnya, data yang diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan

penelitian terdahulu.

Pada Praktik Kerja Magang (PKM) ini data sekunder bisa diperoleh dari

laporan-laporan pustaka dan data dari CV. Fania Food yang berhubungan

dengan letak geografis CV. Fania Food, struktur organisasi, lokasi dan tata letak

CV. Fania Food, keadaan tenaga kerja, dan besarnya produksi pada periode

bulan atau tahun. Data sekunder juga dapat diperoleh dari lembaga administrasi

pemerintahan setempat, lembaga swasta, dan masyarakat sekitar serta dapat


7
pula diperoleh dari buku atau jurnal yang dapat menunjang tentang proses

pengolahan bola cumi.

8
3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA MAGANG

3.1 Lokasi dan Letak Geografis

CV. Fani Food bertempat di jalan Semangu KG-1 No. 16 RT. 03 RW. 01

Gedongkuning, Kelurahan Rejowinangun Kecamatan Kotagede Kota

Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah produksi CV. Fania Food

terletak sekitar 100 meter dari jalan raya Kusumanegara, tepatnya diantara

pemukiman pendduk kelurahan Rejowinangun dan bersebelahan dengan Masjid

Yaumig (Yayasan Umat Islam Gedongkuning). Batas rumah produksi CV. Fania

Food yaitu :

• Sebelah Barat : Kelurahan Preggen, Kelurahan Warung Boto,

Kelurahan Mujamaju

• Sebelah Timur : Desa Banguntapan, Kelurahan Purbayan

• Sebalah Selatan : Kelurahan Prenggen

• Sebelah utara : Desa Banguntapan

Rejowinangun merupakan sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan

Kotagede yang merupakan perbatasan antara kota Yogyakarta dengan

Kabupaten Bantul. Kelurahan Rejowinangun merupakan dataran rendah yang

terletak pada ketinggian 113 meter dari permukaan laut. Secara geografis

kelurahan Rejowinangun terletak pada 110o24’19” – 110o28’53” BT dan

07o49’28” – 07o15’24” LS, bersuhu udara rata-rata maksimum 32oC dan minimum

21oC.

3.2 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Rejowinangun berjumlah 12.287 jiwa yang

terdiri dari laki – laki 6.121 jiwa dan perempuan 6.166 jiwa. Mayoritas penduduk
9
di kelurahan Rejowinangun suku Jawa dan berkewarganegaraan Indonesia

(WNI). Mata pencaharian penduduk kelurahan Rejowinangun sebagian besar

adalah wiraswasta, pegawai negeri sipil, dan kepolisian. Selain itu beberapa

bermata pencaharian sebagai penguasaha, buruh, petani, pedagang, dan

pensiunan.

3.3 Keadaan Umum Tempat Usaha

3.3.1 Sejarah Perkembangan Usaha

CV. Fania Food adalah sebuah badan usaha yang bergerak dibidang

pengolahan perikanan berbahan dasar komiditas perikanan seperti ikan

bandeng, cumi-cumi, udang dan rumput laut. CV. Fania Food didirikan pada

bulan juni 2008 oleh ibu Hani Kusdaryanti, SE. Ibu Hani mempunyai suami

bernama bapak Hari Susanto dan ibu Hani mempunyai dua anak dari

penikahannya. CV. Fania Food bertempat di kelurahan Rejowinangun

kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya

disebelah masjid Yaumig (Yayasan Umat Islam Gedongkuning). Salah satu

alasan ibu Hani membangun usaha dibidang pengolahan perikanan adalah

rendahnya konsumsi ikan di kota Yogyakarta. Sehingga ibu Hani memutusakan

untuk mencoba mengembangkan usahanya dibidang pengolahan perikanan

yang layak dikonsumsi, menarik, dan praktis dan juga dapat menunjang

kebutuhan protein hewani.

CV. Fania Food yang didirikan Ibu Hani pada tahun 2008 mengawali

usahanya dibidang pengoalahan perikanan dengan produk otak-otak bandeng

yang awalnya otak-otak bandeng tersebut dibuat oleh orangtua ibu Hani dari

kudus ke Yogyakarta. Sewaktu itu ibu Hani masih bekerja menjadi keryawan

disebuah kantor swasta, dan kebetulan ibu Hani membawa otak-otak bandeng
10
sebagai bekal makan siang, namun bekal yang dibawanya terlalu banyak

sehingga bekal otak-otak bandeng tersebut dibagikan ke teman sekantornya.

Kemudian banyak teman sekantor Ibu Hani menyukai produk otak-otak bandeng

yang awalnya dibuat oleh orangtua ibu Hani. Kemudian ibu Hani memutuskan

untuk membuat sendiri produk olahan ikan bandeng menjadi Otak-otak Bandeng

utuk dijual di kantor. Namun, tidak disangka oleh ibu Hani prduk buatannya laku

keras di kantor, disitulah awal ibu Hani berani untuk mengawali usahanya

dibidang perikanan. Kesulitan dalam hal produksi ibu Hani memutuskan untuk

merekrut dua karyawan yang bekerja membantu pembuatan otak-otak bandeng

yang bekerja sebagai tenaga penjual (sales) dengan sistem dari rumah ke

rumah. pada saat itu produksi otak-otak bandeng masih dilakukan di rumah yang

dikontrak oleh ibu Hani dan suaminya.

Sistem penjualan yang ada awalnya dengan rumah ke rumah sekarang

berkembang menjadi sistem agen. Agen dari CV. Fania Food memasarkan

produk olahan ikan mulai dari rumah sakit, sekolah, dan penguasaha catering

yang ada dikota Yogyakarta. Kemudian setalah sukses dengan sistem agen, ibu

Hani mulai mengembangkan lagi pemasaran produknya dengan sistem online.

Ibu Hani menjadi sistem online yang terbilang trend pada saat itu sampai

sekarang. Bahkan pengiriman online untuk produk dari CV.Fania Food sudah

sampai di luar Jawa seperti Medan, Kalimantan, dan Gorontalo. Setalah sukses

menguasai pasar CV. Fania Food mulai dikenal oleh masyarakat luas dan

semakin berkembang yang awalnya pekerjanya hanya dua orang sekarang

menjadi 8 orang, yang terdiri dari 1 orang laki-laki tenaga pengemas dan 7 orang

perempuan sebagai tenaga produksi. Sampai akhirnya produk CV. Fania Food

sekarang sudah tersebar di kota-kota besar seperti Solo, Pati, Kuningan,

Cirebon, dan sebagainya.

11
CV. Fania Food pun kian berkembang dan saat ini telah mampu

memproduksi sebanyak 26 macam produk olahan yang berbahan baku ikan,

rumput laut, maupun daging ayam. Sehingga saat ini CV. Fania Food telah

mempunyai rumah produksi sendiri dan telah mempunyai sertifikat Halal dari

Majelis Ulama Indonesia, SKP (Sertifikat Kelayakan Pengolahan) Kementrian

Kelautan dan Perikanan, Sertifikat Keamanan Pangan Badan Pengawas Obat

dan Makanan (BPOM), dan P-IRT serta Sertifikat SNI (Standart Nasional

Indonesia). Sehingga produk-produk dari CV. Fania Food mampu bersaing

dengan produk dari pabrik-pabrik pengolahan perikanan yang ada di seluruh

Indonesia.

3.3.2 Tata Letak Usaha (Layout)

Rumah produksi CV. Fania Food terletak di jalan Semangu KG-1 No.. 16

RT. 03 RW. 01 Kelurahan Rejowinangun Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta,

Daerah Istimewa Yogyakarta sebelah masjid Yaumig (Yayasan Umat Islam

Gedongkuning). Rumah produksi CV. Fania Food memiliki 2 lantai dengan

jumlah ruangan atas sebanyak 6 ruangan, dan di lantai dasar terdapat 3

ruangan. Di lantai atas terdiri dari ruang tamu, ruang pengemasan, Gudang

kemasan, toilet, ruang display produk jadi, ruang istirahat staf. Sedangkan di

lantai bawah terdiri dari ruang produksi, ruang loker tim masak, dan ruang

penyimpanan ruang peralatan pengolahan.

Di rumah produksi CV. Fania Food penentuan layout ruangan sudah baik

karena telah memisahkan ruangan antara ruang produksi yang terletak di lantai

dasar dengan kamar mandi yang terletak di lantai atas. Pemisahan dua ruangan

tersebut bertujuan untuk mencegah terjadihnya kontaminasi bakteri yang ada di

kamar mandi yang akan mempengarui produk akhir nanti. Selain itu tata letak
12
ruangan sudah sesuai dengan alur proses pengolahan perikanan mulai dari

penerimaan bahan baku hingga proses pengemasan. Sehingga memudahkan

untuk para pegawai menjalankan proses produksinya.

Adanya penghubung (tangga) dan pintu keluar masuk berjumlah 2 di

lantai dasar mempermudah para pekerja dalam aksesnya. Ruang produksinya

pun dilengkapi dengan ventilasi udara dan kipas angina di dinding sehingga

pekerja merasa nyaman dan tidak merasa kepanasan saat bekerja. Pengaturan

layout rumah produksi CV. Fania Food sudah didesain sedemikian rupa sudah

lebih baik dari rumah produksi sebelumnya.

3.3.3 Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Tenaga kerja yang ada di CV. Fania Food terdiri dari pekerja tetap yang

berjumlah 8 orang ibu – ibu dan 1 orang laki – laki dan merupakan penduduk

sekitar CV. Fania Food. Pendidikan terakhir para pekerja beragam, ada yang

lulusan SMP dan SMA juga, dimana pekerja paham alur proses penanganan

memproduksi suatu olahan perikanan.

Sistem pengupahan para pekerja CV. Fania Food untuk 6 orang tim

masak adalah harian, yaitu Rp. 45.000 / orang untuk satu resep produksi.

Biasanya dalam sehari bisa memproduksi 6 – 10 resep yang dibagi dalam resep

produk kering maupun basah. Jam kerja untuk para pegawai dimulai dari pukul

08.00 – 16.00 WIB. kalau melewati jam kerja tersebut atau sampai malam akan

di hitung sebagai lembur dan mendapatkan tambahan upah. Untuk 1 orang laki-

laki sebagai pengemasan di beri upah bulanan sebesar Rp.1.400.000 dan 1

orang perempuan sebagai tim masak sekaligus sebagai asisten rumah tangga di

rumah produksi CV. Fania Food. Hari kerja di CV. Fania Food adalah Senin –

13
sabtu dan hari minggu libur untuk produksi, namun untuk pemasaran terus

berjalan yang di lakukan oleh ibu Hani sendiri.

Di indonesia, pemerintah mengatur pengupahan melalui pengupahan

melalui peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989

tentang Upah Minimum. Upah minimum yang ditetapkan tersebut berdasarkan

pada kebutuhan fisik hidup layak berupa kebutuhan akan pangan. Dalam pasal 1

ayat 1 dari peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/1999, upah minimum

didefinisikan sebagai “ upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan

tunjangan tetap..” (Sulistiawati, 2012).

3.3.4 Struktur Organisasi Unit Usaha

Dalam menjalankan usahanya yaitu CV. Fania Food, ibu Hani cenderrung

mengerjakan lebih banyak, baik sebagai direktur, pengontrol, dan pemasaran

serta struktur organisasi yang digunakan pada CV. Fania Food dapat dilihat

pada Gambar.

Direktur CV. Fania Food

Hani Kusdaryanti, SE

Bagian Pemasaran Bagian Pengemasan Bagian Produksi

Hani Kusdaryanti, SE Heru 7 orang ibu-ibu

Gambar 1. Struktur Organisasi CV Fania Food


(CV. Fania Food, 2017)

Struktur organisasi didirikan dengan adanya pembagian kerja yang jelas,

mekanisme kontrol, kolaborasi, dan koordinasi tugas. Peran-peran kerja dan

mekanisme administrasi untuk pengawasan, serta penyatuan aktivitas pekerjaan

14
termasuk lintas batas aktivitas pekerjaan organisasi. Hal ini yang disebut struktur

organisai (Anderson, 1995). Struktur organisasi merupakan mata rantai perintah

yang digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi.

Penelitian mengenai struktur organisasi ini dilakukan karena beberapa bentuk

struktur organisasi dapat mendorong ataupun menghambat perkembangan

organisasi ( Minztberg, 1979).

3.3.5 Sarana Produksi

 Peralatan

Peralatan merupakan sarana produksi yang memiliki peran penting pada

proses pembuatan suatu produk. Peralatan membantu proses pengolahan, untuk

mengubah bahan hasil perikanan menjadi produk yang dikehendaki. Peralatan

yang digunakan dalam pembuatan Bola cumi-cumi adalah baskom, pisau,

talenan, sendok, blender, kompor gas, tabung gas, spatula, panci, freezer,

gunting, solet, mixer, timbangan digital, meja, box, hand sealer, mesin pelabel

kadaluarsa, stiker, kemasan plastik. Penjelasan mengenai jumlah dan fungsi dari

peralatan dapat dilihat pada tabel 1.

15
Tabel 1. Jumlah dan Fungsi Peralatan Produk Bola cumi-cumi
No Nama Alat Gambar Jumlah Fungsi
Sebagai alat

mencingcang bahan

tambahan dan
1. Pisau 5
pemotong dalam

proses fillet ikan dan

penyiangan cumi

Sebagai wadah

adonan saat
Baskom 5
2 pencampuran adonan

Sebagai alas pada

saat mencingcang
3 Talenan 3
bahan rempah-

rempah dan lainnya.

Untuk menghaluskan

bahan-bahan dalam
4 Blender 1
skala kecil.

alat untuk pemberian

bumbu dalam
5 Sendok 5
pencampuran

adonan.

(Dilanjutkan)

16
Tabel 1. Jumlah dan Fungsi Peralatan Produk Bola cumi-cumi (Lanjutan)
Sebagai sumber
panas yang
digunakan dalam
proses perebusan
Kompor maupun
6 2
Gas penggorengan

Untuk membekukan
produk yang telah
dikemas,
penyimpanan produk.

7 Freezer 7

Sebagai alat untuk


mengambil bumbu
dan memisahkan
bumbu

8 Solet 5

Untuk wadah saat


perebusan produk

9. Panci 3

(Dilanjutkan)

17
Tabel 1. Jumlah dan Fungsi Peralatan Produk Bola cumi-cumi (Lanjutan)
Untuk mengemas
Bola cumi-cumi

Vacum
10. 1
sealer

Untuk sebagai
sumber bahan bakar
perebusan dan
penggorengan

Tabung
11. 5
gas

Untuk mengepres
kemasan yang telah
berisi produk

Hand
12. 2
Sealer

(Dilanjutkan)

18
Tabel 1. Jumlah dan Fungsi Peralatan Produk Bola Cumi-cumi (Lanjutan)
Sebagai wadah
penggorengan
produk

13. Wajan 3

Untuk mengaduk
kuning telur

14. Mixer 1

Sebagai alas pada


saat memotong
bahan-bahan

15. Talenan 3

(Dilanjutkan)

19
Tabel 1. Jumlah dan Fungsi peralatan Produk Bola cumi-cumi (Lanjutan)
Untuk mengkur
bahan yang akan
digunakan

16. Timbangan 2

Sebagai tempat
kemasan produk
Bola cumi-cumi

Plastik
17. 25
kemasan

Untuk menggunting
tali rapia dan label

18. Gunting 3

(Dilanjutkan)

20
Tabel 1. Jumlah dan Fungsi Peralatan Produk Bola cumi-cumi (Lanjutan)
Sebagai alat
penanda
kadaluarsa pada
produk

Mesin
19. pelabel 1
kadaluarsa

Untuk meniriskan
produk yang
sudah digoreng

20. Peniris 5

Mencampurkan
adonan sampai
kalis

Silent
21. 1
cutter

(Dilanjutkan)

21
Tabel 1. Jumlah dan Fungsi Peralatan Produk Bola cumi-cumi (Lanjutan)
Untuk wadah bola
cumi-cumi yang
sudah dicetak

22. Loyang 5

Sebagai alat
menghaluskan
daging secara
manual
23. Uleg-uleg 7

Sebagai alas
menghaluskan
daging dan pemisah
daging dan duri
24. Pengayak 7

22
4. HASIL PRAKTEK KERJA MAGANG

4.1 Pembuatan Bola Cumi

4.1.1 Persiapan Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu faktor penentu dalam kelancaran

proses produksi, sehingga setiap perusahaan harus mempunyai persediaan

bahan baku yang cukup dalam menunjang kegiatan produksi perusahaan.

Apabila pasokan bahan baku tersendat maka kegiatan proses produksi akan

terhambat. Terhambatnya proses produksi akan mempengarui terhadap tingkat

output yang dihasilkan (Suhartanti, 2009).

Persediaan bahan baku harus dapat memenuhi kebutuhan rencana

produksi, karena jika persediaan bahan baku tidak dapat dipenuhi, akan

menghambat proses produksi. Keterlambatan jadwal pemenuhan produk yang

dipesan konsumen dapat merugikan perusahaan dalam hal citra yang kurang

baik. Sedangkan jika persediaan bahan baku berlebihan dapat meningkatkan

biaya penyimpanan, kerusakan, dan kehilangan bahan baku (Yuliana dan

Oktavia).

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan Bola Cumi adalah

Cumi segar dan Fillet ikan. Kedua bahan baku tersebut didatangkan dari

semarang yang merupakan pemasok utama bahan bahan baku di CV. Fania

Food. Cumi segar yang dibeli sebanyak 5 – 10 kg seharga Rp. 55.000 / kg – Rp.

70.000 / kg dan fillet ikan yang dibeli sebanyak 80 kg seharga Rp. 22.000 / kg –

Rp. 25.000 / kg.

Cumi segar dan Fillet ikan yang didapat dari pengusaha perikanan dari

kota semarang ke CV. Fania Food. Cumi segar dibawa menggunakan drum

berukuran besar yang sudah dikasih es agar kualitas cumi tetap terjaga.

23
Sedangkan untuk fillet ikan dibawa menggunakan coolbox berukuran besar yang

sudah dilapisi dengan lakban coklat agar kualitas fillet ikan masih terjaga juga

serta kemudian bahan baku tersebut diangkut menggunakan pick up ke CV.

Fania Food, Yogyakarta. Setelah sampai, bahan baku langsung dipindahkan di

bak besar dan dilakukan penyiangan dan pencucian, serta kemudian dilakukan

proses produksi Bola Cumi. Bahan baku dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2.Bahan Baku Cumi – Cumi dan Fillet Ikan (CV. Fania Food, 2017)

4.1.2 Persiapan Bahan Tambahan

Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,

mempunyai atau tidak nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam

makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,

perlakuan, pengepakan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2006).

Pada proses pengolahan Bola Cumi ada beberapa bahan tambahan yang

digunakan. Bahan tambahan tersebut bertujuan untuk memperbaiki bentuk,

warna, rasa, mempepanjang daya simpan, dan tekstur. Bahan – bahan tersebut

adalah garam, telur, tepung terigu, penyedap rasa, merica, bawang putih, tepung

maizena. Bahan tambahan yang dibutuhkan dalam pembuatan Bola Cumi adalah

sebagai berikut :
24
- Telur

Pada pembuatan Bola Cumi, telur yang digunakan adalah telur ayam.

Menurut Oktavianingsih (2008), telur memiliki fungsi yang cukup banyak dalam

dunia pangan. Disamping nilai gizinya yang cukup tinggi (kaya akan protein), teur

juga memiliki sifat fungsional yang dibutuhkan dalam pengolahan makanan yaitu

dapat mengembangkan adonan. Fungsi itu adalah salah satu fungsional yang

dimiliki telur,sehingga banyak digunakan dibutuhkan dalam industri pangan. Sifat

utama yang ada pada telur adalah fungsinya sebagai emulsifier atau bahan

pembuat emulsi. Emulsi adalah campuran antara lemak dan air yang membentuk

sebuah campuran antara lemak dan air yang membentuk sebuah campuran

yang tidak terpisahkan. Telur dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Telur (CV. Fania Food, 2017)

- Tepung Terigu

Tepung terigu digunakan sebagai bahan adonan Bola Cumi.Jumlah

tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan adonan Bola cumi -cumi

seberat 750 gram. Tepung terigu juga digunakan sebagai bahan pelapis dan

25
perekat. Tepung terigu juga dapat meningkatkan nilai gizi. Tepung terigu dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tepung Terigu (CV. Fania Food, 2017)

Tepung Terigu Menurut Fitasari (2009), pada sebagaian besar produk

makanan, pati terigu terdapat dalam bentuk granula kecil (1-40 µm) dan dalam

suatu sistem, contohnya dalam adonan, pati terigu terdispersi dan berfungsi

sebagai bahan pengisi. Protein dari tepung terigu membentuk suatu jaringan

yang saling berikatan pada adonan dan bertanggung jawab sebagai komponen

yang membentuk viscoelastic.

Tepung terigu merupakan tepung yang di buat dari endosperma biji

gandum Triticum aestivum L. (Club wheat) atau Triticum compactum Host atau

campuran keduanya dengan penambahan Fe, Zn, Vitamin B1, Vitamin B2, dan

asam folat sebagai fortifikan (SNI, 2006).

- Bawang Putih

Bawang putih digunakan untuk penambah cita rasa pada Bola cumi –

cumi dan sebagai antioksidan dalam tubuh. Jumlah bawang putih yang dipakai

pada pembuatan Bola Cumi sebanyak 10 siung. Bawang putih dapat dilihat pada

gambar.

Bawang memiliki fungsi sebgai penambah aroma dan untuk

meningkatkan cita rasa produk yang dihasilkan. Bawang putih merupakan bahan

26
alami yang biasanya ditambahkan ke dalam bahan makanan atau produk

sehingga diperoleh aroma yang khas guna meningkatkan selera makan. Bau

khas pada bawang putih berasal dari minyak volatil yang mengandung

komponen sulfur. Selain itu bawang putih juga mengandung protein, lemak,

vitamin B, vitamin C, serta mineral yaitu kalium, fosfat, besi, dan belerang.

Karakteristik bawang putih akan muncul apabila terjadi pemotongan atau

pengrusakan jaringan ( Erawati, 2001). Bawang putih dapat dilihat pada gambar

5.

Gambar 5.Bawang Putih (CV. Fania Food, 2017)

- Tepung Maizena

Pati jagung (maizena) mempunyai granula-granula yang berbentuk

polygonal dan bulat. Diameternya berkisar 5 sampai 25 mikron. Hilumnya terletak

di tengah-tengah granula. Terigu mempunyai granula yang berbentuk datar,

bulat, atau ellips. Berdasarkan ukurannya, terigu ini dapat dikelompokan menjadi

dua kelompok, yaitu kelompok berukuran kecil dengan diameter berkisar antara 2

sampai 10 mikron dan kelompok berukuran besar dengan diameter berkisar

antara 20 sampai 35 mikron (Tanoto, 1994).

27
Tepung maizena digunakan sebagai membuat adonan Bola Cumi.

Jumlah tepung maizena yang digunakan dalam pembutan adonan Bola Cumi

sebanyak 10 ons. Tepung maizena dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6.Tepung Maizena (CV. Fania Food, 2017)

- Garam

Secara umum, gram merujuk pada suatu senyawa kimia dengan nama

sodium Klorida atau Natrium Klorida (NaCL). Garam merupakan salah satu

kebutuhan pelengkap untuk pangan dan sumber elektrolit bagi tubuh manusia

(Assadad dan Utomo, 2011). Garam merupakan salah satu dari Sembilan jenis

bahan kebutuhan pokok menurut keputusan perindustrian dan perdagangan No.

15/MPP/KEP/21998.

Garam pada pembuatan Bola Cumi ini sebagai bahan penunjang dan

memberikan rasa asin serta gurih. Jenis garam yang digunakan adalah garam

halus karena garam halus bersifat lebih mudah larut dengan daging dan bumbu-

bumbunya. Garam yang digunakan dalam pembuatan Bola Cumi sebanyak 1

sendok makan atau secukupnya sesuai dengan selera masing-masing. Garam

yang digunakan dapat dilihat pada gambar 7.

28
Gambar 7. Garam (CV. Fania Food, 2017)

- Merica

Merica diberikan untuk menambah cita rasa Bola Cumi. Merica yang

diberikan sebanyak 4 g. Untuk memudahkan proses maka digunakan merica

dalam bentuk bubuk. Merica dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Merica (CV. Fania Food, 2017)

Lada (Piper ningnum L) mempunyai sifat yang khas, yaitu rasanya yang

pedas dan aromanya yang khas sehingga menjadi bahan penyedap dari hampir

seluruh masakan di beberapa penjuru dunia. Rasa pedas lada adalah akibat

adanya zat piperin, piperanin dan chavicin. Sedangkan aroma dari biji lada

adalah akibat adanya minyak atsiri yang terdiri dari beberapa jenis minyak

terpen yang terdapat dalam biji lada (Rismunandar, 1987)

- Royco

Penyedap rasa yang dipakai untuk pelapis kering yaitu merk Royco.

Jumlah penyadap rasa yang ditambahkan sebanyak 15 g. Penambahan

29
penyedap Royco bertujuan agar memperkuat cita rasa Bola Cumi. Penyedap

rasa Royco dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Royco (CV. Fania Food, 2017)

Penyedap rasa yang sering digunakan masyarakat indonesia secara

umum adalah bentuk bubuk. Penyedap rasa sintetik dapat menimbulkan efek

negatif terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan, contohnya saja

adanya sindrom Chinese Restaurant yang disebabkan oleh pemakaian

monosodium glutamate ( Setyiasi et al., 2013).

- Tepung Panir A1

Tepung panir A1 tidak ditambahkan kedalam pelapis kering. Melainkan

untuk tahap pelapisan Bola Cumi sebelum digoreng. Fungsi tepung panir adalah

sebagai penambah rasa gurih dan krispi pada Bola cumi-cumi. Jumlah tepung

panir A1 yang dibutuhkan pada pembuatan pelapis kering adalah menyesuaikan

jumlah Bola Cumi yang dibutuhkan. Tepung panir A1 dapat dilihat pada Gambar

10.

Tepung roti disebut juga remah roti atau tepung panir yang sebagian

besar penunggunaanya untuk melapisi produk daging atau sejenisnya yang

kemudian mengalami tahap pembekuan (Matz, 1992). Tepung panir dapat dibuat

30
dari roti tawar yang dikeringkan menjadi bubuk. Tepung panir dapat dilihat pada

gambar 10.

Gambar 10. Tepung Panir (CV. Fania Food, 2017)

- Es Batu

Es batu digunakan untuk mempermudah pengadonan Bola Cumi

sehingga tidak lengket. Selain itu es batu juga berfungsi menjaga suhu adonan

tetap rendah agar kualitas bahan terjaga. Jumlah es batu juga yang ditambahkan

pada pembuatan Bola cumi-cumi secukupnya ± 100 g. Es batu dapat dilihat pada

gambar 11.

Gambar 11. Es batu (CV. Fania Food, 2017)

- Air

Air dipakai pada pembuatan pelapis basah bertujuan agar mengencerkan

dan menyatukan tepung terigu dengan maizena, merica, garam, dan bahan
31
pelapis lainnya. Air yang dipakai juga secukupnya ± 350 ml. Air dapat dilihat

pada gambar 12.

Gambar 12.Air ( CV. Fania Food, 2017)

Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan

lain dalam suatu industri. Untuk itu diperlukan penyediaan air bersih yang secara

kualitas memenuhi standar yang berlaku dan secara kuantitas dan kontinuitas

harus memenuhi kebutuhan industri sehingga proses produksi tersebut dapat

berjalan dengan baik (Hardyanti dan Fitri, 2006).

Menurut Permenkes No.16 (1990), air adalah air minum, air bersih, air

kolam renang, dan pemandian umum. Air minum adalah air yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih

adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apanila telah dimasak.

Tabel 2. Formulasi bahan pembuatan 1 resep cola cumi CV. Fania Food
No. Bahan Komposisi
1. Cumi-cumi 250 g
2. Fillet ikan 1000 g
3. Bawang putih 10 siung
4. Garam 15 g
5. Merica 4g
6. Royco 15 g
7. Es batu 100 g
8. Air 350 ml
9. Tepung terigu 750 g
10. Tepung maizena 100 g
11. Telur 6 butir
Sumber : CV. Fania Food

32
Tabel 3. Formulasi bahan pelapis kering CV. Fania Food (CV. Fania Food, 2017)
No. Jenis Bahan Satuan Jumlah
1. Tepung Terigu Gram 200
2. Tepung Maizena Gram 100
3. Tepung Roti Gram 1000
4. Garam Sdt 1
Sumber : CV. Fania Food

Tabel 4. Formulasi Pelapis Basah CV. Fania Food


No. Jenis Bahan Satuan Jumlah
1. Tepung Terigu Gram 250
2. Putih Telur Butir 6
3. Garam Sdt 1
4. Royco Sdt 1
5. Air Ml 100
Sumber : CV. Fania Food

33
4.2 Cara Pembuatan

Pembuatan bola cumi dilakukan sesuai dengan Good Manufacturing

Practice (GMP) dan memperhatikan Standart Sanitation Operational Procedure

(SSOP).
Cumi-cumi dan Ikan Ikan bandeng
Swangi

Penyiangan

Pencucian
- Bawang
putih
- Merica Pencampuran
- Garam
- Royco
- Es batu
Penggilingan I
- Tepung
Terigu
- Kuning
Pencampuran II
Telur
- Tepung
Maizena
Coklat Pencetakan - Air

Pelapisan adonan Pelapisan


Perebusan
kering adonan basah

Penggorengan Dilipisi
Ditiriskan
(Deep Frying) Tepung Panir

Pengemasan Penyimpanan pada suhu 00C

Gambar 13.Diagram alir proses pembuatan bola cumi (CV. Fania Food, 2017)

Keterangan : Pembeda bagi produk diversifikasi

34
4.2.1 Penyiangan dan Pencucian

- Cumi-cumi

Proses awal pembuatan bola cumi adalah menyiapkan cumi-cumi segar

yang telah didatangkan dari semarang. Kemudian mencabut kepala cumi-cumi.

Potong kantong tinta yang berada pada bagian pangkal kepala cumi-cumi

menggunakan pisau. Kantong tinta ini dihilangkan dengan tujuan untuk

mengurangi warna hitam pada saat pencampuran bahan. Setelah itu tarik lapisan

bening didalam perut cumi-cumi yang merupakan tulang rawan cumi-cumi.

Kemudian cumi-cumi dipotong dengan gunting, setelah itu keluarkan isi perut

cumi-cumi dan tarik dengan tangan. Cumi-cumi dicuci bersih menggunakan air

mengalir untuk menghilangkan kotoran, lendir, ataupun tinta. Setelah itu cumi-

cumi yang sudah bersih dimasukkan ke baskom untuk proses selanjutnya.

- Fillet Ikan

Proses awal pembuatan bola cumi adalah menyiapkan fillet ikan beku

yang didatangkan dari semarang. Fillet ikan beku ini sudah dalam bentuk halus

yang dikemas menggunakan plastik besar dan ikat dengan karet diatasnya. Fillet

ikan beku hanya perlu direndam dengan air agar tidak beku. Kemudian fillet ikan

dikeluarkan dari plastik dan dimasukan kedalam baskom untuk proses

selanjutnya.

4.2.2 Persiapan Bumbu

Bumbu yang digunakan dalam pembuatan bola cumi adalah garam,

merica, bawang putih, dan royco. Hal ini dilakukan untuk menambah cita rasa

pada produk nantinya. Bawang putih sebelum dicampurkan harus di haluskan

terlebih dahulu menggunakan blender. Setelah itu semua bumbu disiapkan untuk

35
di campur dengan bahan lain. Proses persiapan bumbu dapat dilihat pada

gambar 14.

Gambar 14.Persiapan Bumbu (CV. Fania Food, 2017)

4.2.3 Pencampuran

Pencampuran dilakukan pada mesin silent cutter dengan cara

mencampurkan bahan utama dengan bahan tambahan dan bumbu yang telah

disiapkan. Pencampuran pertama adalah cumi-cumi dengan fillet ikan, kemudian

ditambahkan dengan bumbu-bumbu seperti bawang putih yang telah dihaluskan,

merica, garam, dan es batu. Kemudian mesin silent cutter dinyalakan dengan

cara menekan tombol on. Setelah itu untuk pencampuran kedua ditambahkan

tepung maizena, tepung terigu, kuning telur, dan sedekit air. Kemudian mesin

silent cutter dinyalakan lagi dengan cara yang sama menekan tombol on dan

setealah selesai mesin dimatikan dengan cara menekan tombol off. Proses

pencampuran dapat dilihat pada gambar 15.

36
Gambar 15.Pencampuran (CV. Fania Food, 2017)

4.2.4 Penggilingan

Cumi-cumi dan Fillet ikan dipersiapkan terlebih dahulu di baskom yang

berukuran besar. Setelah itu cumi-cumi dan fillet ikan dimasukan kedalam alat

penggiling (silent cutter) bersama bahan tambahan dan bumbu-bumbu untuk

pembuatan produk bola cumi. Untuk penggilingan pada proses pembuatan bola

cumi ini ada dua kali penggilingan. Penggilingan yang pertama adalah

dimasukan bahan baku utama dan tambahan seperti cumi-cumi, fillet ikan,

bawang putih, merica, garam, royco, serta es batu. Kemudian semua bahan ini

digiling menggunakan alat penggilingan (silent cutter). Cara penggunaan alat

cukup mudah hanya memncolokan kabel kemudian tekan tombol on maka alat

akan berfungsi. Kemudian setelah semua bahan sudah halus penggilingan

dihentikan dengan cara menekan tombol off.

Setelah itu dilakukan penggilingan kedua dengan menambahkan tepung

terigu, tepung maizena, kuning telur, dan sedikit air. Proses penggilingannya

sama dengan proses penggilingan yang pertama dibantu dengan solet untuk

mengatur adonan sehingga adonan tercampur merata sampai terbentuk tekstur

adonan yang diinginkan (kalis). Proses penggilingan dapat dilihat pada gambar

16.

37
Gambar 16.Penggilingan (CV. Fania Food, 2017)

4.2.5 Pencetakan

Proses pencetakan dilakukan setelah adonan sudah jadi. Proses

pencetakan dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan menggunakan loyang.

Pencetakan bola cumi dilakukan dengan cara mengambil adonan bola cumi yang

sudah kalis lalu dimasukan kedalam loyang yang telah di lumuri tepung agar

tidak lengket dan kemudian adonan diberi coklat dan dibentuk menjadi bulat

seperti bola. Setelah itu adonan disusun rapi dan rebus. Proses pencetakan

dapat dilihat pada gambar 17.

Gambar 17.Pencetakan Bola cumi-cumi (CV. Fania Food, 2017)

38
4.2.6 Perebusan

Perebusan dilakukan setelah tahap pencetakan. Produk bola cumi yang

sudah dicetak akan direbus selama 20-30 menit atau sampai dengan bola cumi

muncul ke permukaan. Perebusan ini dilakukan dengan suhu 800C-1000C.

Jumlah volume air menyesuaikan dengan jumlah produk yang akan direbus.

Perebusan bertujuan untuk mematangkan adonan bola cumi sehingga akan

matang dan enak saat dikonsumsi. Proses pengukusan dapat dilihat pada

gambar 18.

Gambar 18.Perebusan (CV. Fania Food, 2017)

Perebusan dengan suhu 800C (air rebusan belum mendidih) bertujuan

agar diperoleh pemasakan yang merata. Apabila pada awal pemasakan, bola

bakso dimasukan ke dalam air rebusan yang sudah mendidih, dapat

menyebabkan bola bakso pecah dan kematanganya tidak merata. Untuk ukuran

bola bakso diusahakan seragam, yaitu tidak terlalu kecil tetapi juga tidak terlalu

besar, sehingga kematangan bola bakso ketika direbus akan memiliki tingkat

kematangan yang seragam dan tidak menyulitkan dalam pengendalian

prosesnya. Perebusan bola bakso selama ±15 menit. Apabila bola bakso

39
mengapung dipermukaan air, berarti sudah matang, lalu diangkat dan tiriskan

(Suarti, 2016).

4.2.7 Pelapisan Adonan Kering

Proses pelapisan kering yaitu melapisi hasil bola cumi yang telah direbus

sebelumnya dengan pelapis kering. Pelapis kering yang digunakan adalah

campuran tepung terigu, garam. Pelapisan kering dilakukan dengan cara

memasukan adonan yang berbentuk bulat kedalam pelapis kering sampai merata

ke semua bagian bola cumi. Proses pelapisan kering dapat dilihat pada gambar

19.

Gambar 19.Pelapisan adonan kering (CV. Fania Food, 2017)

4.2.8 Pelapisan adonan Basah

Proses pelapisan basah yaitu melapisi hasil bola cumi yang sudah di

lapisi dengan pelapis kering. Pelapis basah yang digunakan adalah campuran

antara tepung terigu, royco, dan garam yang dicairkan menggunakan air dan

ditambah putih telur. Pelapisan ini dilakukan dengan cara memasukkan adonan

bola cumi yang sudah dilapisi kering kedalam adonan pelapis basah hingga

40
merata kesemua bagian agar pada saat proses pemaniran menempel semua.

Proses pelapisan adonan basah dapat dilihat pada gambar 20.

Gambar 20.Proses pelapisan adonan basah (CV. Fania Food, 2017)

Nugget yang telah dipotong akan melalui tahap coating. Nugget

dicelupkan kedalam batter yang berupa campuran terigu, tapioka, dan air.

Nugget yang telah dicelupkan dalam batter lalu dimasukkan dalam baskom berisi

bread crumb dan dilakukan pelapisan dengan cara menggoyangkan baskom

tersebut. Penggoyangan baskom bertujuan untuk menghasilkan lapisan breader

yang merata dan tidak terlalu tebal (Pitono, 2014).

4.2.9 Pemaniran

Pemaniran adalah suatu tahap pelapisan bola cumi menggunakan tepung

panir. Tepung panir yang digunakan adalah jenis A1 yang memiliki dua warna.

Pemaniran ini dilakukan dengan cara menggulingkan-gulingkan Bola cumi-cumi

yang telah dilapisi pelapis basah sebelumnya ke dalam tepung panir samapai

semua permukaan tertutup dengan tepung panir. Tujuan pemaniran sendiri untuk

mendapatkan tekstur yang renyah pada Bola cumi-cumi sehingga menarik para

konsumen. Proses pemaniran dapat dilihat pada gambar 21.

41
Gambar 21.Proses Pemaniran (CV. Fania Food, 2017)

Pemaniran merupakan proses pelapisan nugget dengan tepung panir dan

sebagai bahan perekat digunakan campuran tepung maizena, air dan telur. Hal

ini untuk memperbaiki kenampakan visual saat penggorengan (Prasetyo,

2005).Penambahan tepung roti bertujuan untuk membuat produk menjadi renyah

dan lebih terasa gurih. Cara pemaniran yaitu dengan melumuri semua bagian

makanan yang hendak dipanir hingga permukaanya terlapisi oleh tepung panir.

4.2.10 Penggorengan (Frying)

Penggorengan bola cumi setelah dilapisi dengan tepung panir. Proses

penggorengan Bola Cumi menggunakan metode Deep Frying, yaitu menggoreng

bola cumi dengan jumlah minyak yang banyak sampai terendam semua

bagiannya sampai dengan berwarna kuning keemasan. Penggorengan ini

bertujuan untuk mematangkan, menambah aroma, dan meningkatkan

kerenyahan bola cumi sehingga memiliki rasa dan tekstur yang lezat saat

dikonsumsi. Proses penggorengan dapat dilihat pada gambar 22.

42
Gambar 22.Proses penggorengan (CV.Fania Food, 2017)

Deep frying adalah proses menggoreng dengan cara merendam bahan

makanan ke dalam minyak goreng pada suhu 163-1960C. Kerusakan minyak

akibat proses penggorengan pada suhu tinggi (200-2500C) yang merusak ikatan

rangkap pada asam lemak tidk jenuh saja. Hal tersebut beresiko membuat

kolesterol darah semakin tinggi. Selain itu, vitamin yang (vitamin A, D, E, dan K)

juga mengalami kerusakan, sehingga fungsi nutrisi minyak goreng jauh menurun,

bahkan berpengaruh negatif terhadap tubuh (Sartika, 2008).

4.2.11 Penirisan

Setelah digoreng bola cumi ditiriskan hingga kandungan minyak

berkurang untuk mencegah terakumulasinya minyak pada kemasan yang dapat

mempercepat masa simpan produk. Setelah minyak pada bola cumi berkurang,

selanjutnya akan masuk ke tahap pengemasan produk bola cumi. Proses

penirisan dapat dilihat pada gambar 23.

43
Gambar 23. Penirisan (CV. Fania Food, 2017)

4.2.12 Pengemasan (Packaging)

Tahap pengemasan menjadi tahap terakhir proses pembuatan bola cumi.

Pengemasan bola cumi menggunakan plastik kemasan jenis PE (Polyethilene)

yang diberi label kemasan dan dirapatkan dengan sealer. Produk bola cumi

biasanya dikemas dengan berat 250 g per kemasan, yang berisi kurang lebih 13

biji bola cumi. Setelah dikemas rapi produk bola cumi di masukan kedalam

Freezer dengan suhu 00C untuk menjaga kualitas produk. Proses pengemasan

dapat dilihat pada gambar 24.

Gambar 24. Pengemasan (CV. Fania Food, 2017)

Fungsi pengemasan yaitu untuk wadah atau tempat sebagai pelindung,

alat persaingan pemasaran, dan mempermudah pengiriman. Syarat kemasan

44
yang baik adalah tidak terdapat toxik, harus cocok dengan bahan yang dikemas,

sanitasi, dan syarat kesehatan terjamin, dapat mencega pemalsuan, kemudahan

membuka dan menutup, kemudahan pembuangan kemasan bekas, biaya

rendah, dan ukuran dan bentuk sesuai (Rahmawati, 2013).

4.2.13 Penyimpanan

Setelah proses pengemasan maka produk bola cumi disimpan dalam

freezer penampungan pada suhu -180C dengan tujuan agar dapat

mempertahankan mutu produk serta mempertahankan atau meningkatkan daya

simpan produk sebelum proses dipasarkan. Produk ditata dengan baik dalam

freezer agar tidak rusak karena penataan yang kurang baik, lalu freezer ditutup

dengan rapat.

Gambar 25. Penyimpanan(CV. Fania Food, 2017)

Ditinjau dari proses pengolahannya dengan cara pengukusan dan

pembekuan, nugget ikan tergolong kepada pangan yang mudah mengalami

kerusakan terutama jika disimpan pada suhu ruang, namun akan berbeda jika

penyimpanan dilakukan pada kondisi suhu beku. Oleh karena itu, produk nugget

ikan ini harus disimpan suhu minimal -180C sebelum penyajian (Amalia, 2012).

45
4.3 Proses Pembuatan Bola Cumi Coklat

Proses pembuatan bola cumi coklat ini merupakan diversifikasi dari

produk bola cumi di CV. Fania Food. Formulasi utama dari CV. Fania Food

hanya menggunakan fillet ikan swangi dan cumi, sedangkan untuk formulasi ini

menggunakan ikan bandeng dan cumi. Selain itu pada formulasi ini

menggunakan penambahan coklat sebagai penambah cita rasa. Formulasi

utama dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Formulasi bahan pembuatan bola cumi coklat


NO Jenis Bahan Satuan Jumlah
1. Fillet Ikan Gram 500
2. Telur Butir 3
3. Bawang Putih Siung 5
4. Tepung Maizena Ons 50
5. Tepung Terigu Gram 375
6. Garam Sdt ½
7. Merica Sdt ½
8. Royco Sdt ½
9. Coklat Batang 1
10. Cumi Gram 125
Sumber : Data Primer (2017)

Tabel 6. Formulasi bering bola cumi coklat


No. Jenis Bahan Satuan Jumlah
1. Tepung Terigu Gram 250
2. Putih Telur Butir 2
3. Garam Sdt 1
4 Royco Sdt 1
Sumber : Data Primer (2017)

Tabel 7. Formulasi basah bola cumi coklat


No. Jenis Bahan Satuan Jumlah
1. Tepung terigu Gram 200
2. Garam Sdt 1
3. Air Ml 100
4. Tepung Maizena Gram 100
Sumber: Data Primer (2017)

46
Tabel 8. Proses pembuatan bola cumi coklat
No. Proses Gambar Uraian

 Ikan bandeng dibuang sisik,


cumi-cumi di bersihkan dan
disiangi
 Diambil Dagingnya dengan
dikerok menggunakan
1. sendok
Persiapan bahan  Duri dipisahkan dengan
baku daging dengan cara diuleg,
 Daging bebas duri
ditimbang sebanyak 1 kg

 Bawang putih dikupas dan


dibersihkan
 Disiapkan Garam, merica,
Persiapan bahan royco
2. tambahan  Seluruh bahan tambahan
diletakan ke dalam wadah
 Dipersipakan 3 butir telur
yang sudah dipisahkan
kuning dan putih telurnya

 Seluruh bahan baku


maupun bahan tambahan
dimasukan kedalam
baskom
Pencampuran  Kemudian dimasukkan ke
adonan dalam garam, penyedap
rasa dan air es, kemudian
aduk menggunakan tangan
hingga merata
 Tepung terigu, maizena,
dan kuning telur dimasukan
3. kedalam adonan dan
diaduk hingga merata

47
 Setelah adonan sudah siap
Pencetakan adonan  Bentuk adonan menjadi bulat
4. dan didalam adonan dikasih
coklat
 Setelah itu putar-putar
ditelapak tangan hingga
berbentuk bulat

 Perebusan dilakukan
Perebusan dengan air mendidih hingga
Bola Cumi mengapung
dengan sendirinya, waktu
yang dibutuhkan yakni ± 10
5. menit
 Dan ditiriskan selama 15
menit

 Pelapisan dilakukan dengan


Pelapisan kering cara melumuri satu per satu
Bola Cumi ke dalam pelapis
kering
6.

.
 Pelapisan dilakukan
Pelapisan basah dengan cara memasukani
satu per satu Bola Cumi ke
7. dalam pelapis basah hingga
melumuri semua bagian
Bola Cumi

8.  Pelapisan tepung panir


dilakukan dengan cara
Pelapisan tepung melumuri Bola Cumi
panir dengan tepung panir hingga

48
merata
 Sesekali dittekan-tekan
agar tepung panir lengket
sempurna

 Penggorengan dilakukan
dengan menggunakan
minyak goreng selama ± 7
9. Penggorengan menit hingga produk agak
kecoklatan atau setengah
matang

 Penirisan dilakukan selama


10-15 menit dengan
menggunakan serok agar
produk Bola Cumi dingin
10. Penirisan dan minyak hasil
penggorengan keluar

 Setelah itu didapatkan hasil


produk Bola Cumi
 Produk yang telah jadi
11. Pengemasan dikemas menggunakan
plastik

Sumber : Data Primer (2017)

Proses pembuatan bola cumi coklat hampir sama dengan proses

pembuatan bola cumi dari CV. Fania Food. Untuk tahap awal cumi terlebih

dahulu dibersihkan dari tinta, kepala dan tulang kemudian untuk ikan tidak

49
menggunakan fillet ikan swangi, ikan yang digunakan adalah ikan bandeng yang

telah di bersihkan dan diambil dagingnya. Penggunaan ikan bandeng

dikarenakan lebih ekonomis dan lebih mudah pengambilan dagingnya.

Untuk bahan tambahan pada bola cumi coklat menggunakan

penambahan coklat yang menjadi pembeda dengan produk bola cumi CV. Fania

Food. Penggunaan coklat diharapkan dapat meningkatkan daya tarik terhadap

konsumen dan juga untuk meningkatkan serotonin dalam otak. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Wahyudi (2008), Cokelat juga telah menjadi salah satu rasa

yang paling populer di dunia, selain sebagai cokelat batangan yang paling umum

dikonsumsi, cokelat juga menjadi bahan minuman hangat dan dingin. Cokelat

mengandung alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida, yang

memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak

dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak.

4.4 Hasil Kerja Mandiri

4.4.1 Data Pengamatan

Berdasarkan uji organoleptik bola cumi yang telah diujikan kepada 22

orang panelis agak terlatih yang terdiri dari mahasiswa Universitas

Brawijaya.Didapatkan data pengamatan yang menunjukkan kesukaan panelis

terhadapt 4 (empat) skala hedonik yang diuji, yakni rasa, warna, tekstur, dan

aroma.Parameter yang berupa tingkat kesukaan dikonversi menjadi angka dan

ditabulasi untuk mengetahui tingkat kesukaan yang selanjutnya dianlisis rata-

rata.

Uji organoleptik merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

mengetahui daya terima suatu produk serta untuk menilai mutu suatu bahan

pangan dan penelitian organoleptik merupakan penilaian dengan cara memberi

rangsangan terhadap organ tubuh (Soekarto, 1985). Pengujian sifat organoleptik


50
menggunakan uji mutu hedonik yaitu uji hedonik yang lebih spesifik yang

biasanya bertujuan untuk mengetahui respon panelis terhadap sifat mutu

organoleptik yang umum, misalnya tekstur, bau/rasa dan warna. Sedangkan uji

kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan (Laksmi, 2012).

- Rasa

Tabel 9. Panelis uji hedonik (Rasa)


Sampel
NO Nama Panelis Total
EFG *) HIJ **)
1. Khalida Genta Kahitna 4 3 7
2. Mamik Mu’alifatul Ulya 2 5 7
3. Zhargi Luthfi P 3 4 7
4. Nur Iman Dwi P 2 4 6
5. Rafika Rahma 2 3 5
6. Marisa Eka P 3 4 7
7. Ayangga Ronanta H.P 2 3 5
8. Nurul AL Varqani 3 3 6
9. M. Rijal Abdillah 4 3 7
10. Anis Kusuma D 4 3 7
11. Ricke Ayu S 3 4 7
12. Khoirul J 3 4 7
13. Fitdhia Rahmawati 3 3 6
14. Anis Mirza A 4 3 7
15. Wildan Bagaskoro 1 2 3
16. Defri Ardian 3 4 7
17. Beinda 4 3 7
18. Inas Kinana 2 4 6
19. Alif Valdy Yoga P 3 5 8
20. Muhammad Argha N.A.R 3 5 8
21. Muhammad Yusup 3 4 7
22. Setyanto 2 4 6
TOTAL 63 80 143
Rata-rata 2,86 3,63

Keterangan :
*) Bola Cumi Coklat
**) Bola Cumi CV. Fania Food

51
- Warna

Tabel 10. Panelis uji hedonik (Warna)


Sampel
NO Nama Panelis Total
EFG *) HIJ **)
1. Khalida Genta Kahitna 4 4 8
2. Mamik Mu’alifatul Ulya 4 4 8
3. Zhargi Luthfi P 4 4 8
4. Nur Iman Dwi P 3 4 7
5. Rafika Rahma 4 4 8
6. Marisa Eka P 4 4 8
7. Ayangga Ronanta H.P 4 4 8
8. Nurul AL Varqani 4 4 8
9. M. Rijal Abdillah 3 4 7
10. Anis Kusuma D 4 4 8
11. Ricke Ayu S 3 4 7
12. Khoirul J 4 4 8
13. Fitdhia Rahmawati 3 4 7
14. Anis Mirza A 4 4 8
15. Wildan Bagaskoro 4 4 8
16. Defri Ardian 4 4 8
17. Belinda 4 4 8
18. Inas Kinana 3 4 7
19. Alif Valdy Yoga P 2 4 6
20. Muhammad Argha 4 4 8
21. Muhammad Yusup 3 3 6
22. Setyanto 4 4 8
TOTAL 80 87 167
Rata-rata 3,63 3,95

Keterangan :
*) Bola Cumi Coklat
**) Bola Cumi CV. Fania Food
Sumber : Data Primer, 2017

- Tekstur

Tabel 11. Panelis uji hedonik (Tekstur)


Sampel
NO Nama Panelis Total
EFG *) HIJ **)
1. Khalida Genta Kahitna 4 3 7
2. Mamik Mu’alifatul Ulya 4 4 8
3. Zhargi Luthfi P 3 4 7
4. Nur Iman Dwi P 4 4 8
5. Rafika Rahma 2 2 4
6. Marisa Eka P 4 4 8
7. Ayangga Ronanta H.P 2 4 6
8. Nurul AL Varqani 4 4 8
9. M. Rijal Abdillah 3 4 7

52
10. Anis Kusuma D 3 4 7
11. Ricke Ayu S 2 5 7
12. Khoirul J 3 4 7
13. Fitdhia Rahmawati 3 3 6
14. Anis Mirza A 4 3 7
15. Wildan Bagaskoro 3 4 7
16. Defri Ardian 3 4 7
17. Belinda 4 4 8
18. Inas Kinana 2 3 5
19. Alif Valdy Yoga P 2 4 6
20. Muhammad Argha N.A.R 3 4 7
21. Muhammad Yusup 3 3 6
22. Setyanto 2 3 5
TOTAL 67 81 148
Rata-rata 3,04 3,68

Keterangan :
*) Bola Cumi Coklat
**) Bola Cumi CV. Fania Food
Sumber : Data Primer, 2017

- Aroma

Tabel 12. Panelis uji hedonik (Aroma)


Sampel
NO Nama Panelis Total
EFG *) HIJ **)
1. Khalida Genta Kahitna 4 5 9
2. Mamik Mu’alifatul Ulya 5 4 9
3. Zhargi Luthfi P 4 4 8
4. Nur Iman Dwi P 3 3 6
5. Rafika Rahma 4 3 7
6. Marisa Eka P 4 4 8
7. Ayangga Ronanta H.P 4 4 8
8. Nurul AL Varqani 3 4 7
9. M. Rijal Abdillah 3 2 5
10. Anis Kusuma D 4 3 7
11. Ricke Ayu S 3 4 7
12. Khoirul J 4 4 8
13. Fitdhia Rahmawati 4 4 8
14. Anis Mirza A 3 3 6
15. Wildan Bagaskoro 4 2 6
16. Defri Ardian 4 4 8
17. Belinda 4 2 6
18. Inas Kinana 3 4 7
19. Alif Valdy Yoga P 4 5 9
20. Muhammad Argha N.A.R 3 5 8
21. Muhammad Yusup 3 3 6
22. Setyanto 3 4 7
TOTAL 80 80 160
Rata-rata 3,63 3,63
53
Keterangan:
*) Bola Cumi Coklat
**) Bola Cumi CV.Fania Food
Sumber : Data Primer, 2017

4.4.2 Hasil Praktik Mandiri di Laboratorium

Berdasarkan hasil pengujian organoleptik pada produk Bola Cumi CV.

Fania Food dan Bola Cumi Coklat dengan menggunakan uji hedonik oleh 22

orang panelis agak terlatih.Didapatkan rata-rata tingkat kesukaan panelis pada

parameter rasa, warna, tekstur, dan aroma seperti pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Rata-rata parameter rasa, warna, tekstur, aroma uji hedonik
Parameter Uji Hedonik Rata-
Sampel Kode
Rasa Warna Tekstur Aroma rata
Bola cumi coklat EFG 2,86 3,65 3,04 3,63 3,29
Bola cumi CV. Fania Food HIJ 3,63 3,93 3,68 3,63 3,71

Pada parameter rasa, Nilai paling tinggi terdapat pada sampel bola cumi

CV. Fania Food yaitu sebesar 3,63. Sedangkan nilai paling rendah pada sampel

bola cumi coklat yaitu sebesar 2,86. Nilai produk bola cumi CV. Fania Food

terdapat pada kriteria netral – suka dan nilai produk bola cumi coklat terdapat

pada kriteri tidak suka – netral.

Pada parameter warna, nilai paling tinggi terdapat pada sampel bola cumi

CV. Fania Food yaitu sebesar 3,93. Sedangkan nilai paling rendah terdapat pada

sampel bola cumi coklat yaitu sebesar 3,65. Nilai kedua produk terdapat pada

kriteria netral – suka.

Pada Parameter tekstur, nilai paling tinggi terdapat pada sampel bola

cumi CV. Fania Food yaitu sebesar 3,68. Sedangkan nilai paling rendah terdapat

pada sampel bola cumi coklat yaitu sebesar 3,04. Nilai kedua produk terdapat

pada kriteria netral – suka.

54
Pada parameter aroma, memiliki nilai rata-rata untuk kedua produk yang

diuji sebesar 3,63.Nilai kedua produk terdapat pada kriteria netral – suka.

Berdasarkan hasil dari rata-rata keseluruhan parameter yang diujikan,

rata-rata tertinggi terdapat pada sampel bola cumi CV. Fania Food yaitu sebesar

3,71. Sedangkan nilai rata-rata terendah pada sampel bola cumi coklat yaitu

sebesar 3,29.

- Rasa
Pada parameter rasa, produk bola cumi CV. Fania Food memiliki nilai

rata-rata kesukaan jauh lebih besar dari pada produk bola cumi coklat. Hal ini

dapat disebabkan karena adanya perbedaan komposisi yang digunakan baik

untuk bahan utama ikan swangi yang dirubah menjadi ikan bandeng maupun

penggunaan formulasi bumbu yang berbeda dan juga kurang kalisnya adonan

pada saat saat penggilingannya karena pada saat menggiling menggunakan

manual dengan tangan serta juga karena adanya coklat yang membuat rasa

menjadi tidak menyatu dengan rasa gurih yang seharusnya ada pada bola cumi.

Berdasarkan komentar beberapa panelis. Rasa yang terdapat pada

produk bola cumi coklat kurang enak. Karena disebabkan oleh kurang lamanya

penggilingan dan kurang meratanya pencampuran bumbu sehingga masih terasa

tepungnya pada produk bola cumi.

- Warna
Pada parameter warna, produk bola cumi CV. Fania Food memiliki nilai

rata-rata kesukaan sedikit lebih tinggi daripada produk bola cumi coklat. Hal ini

dapat disebabkan oleh penggunaan tepung panir pada bola cumi coklat kurang

merata atau menempel dengan sempurna, sehingga memiliki warna yang pucat

ketimbang bola cumi CV. Fania Food yang memiliki warna coklat.

55
Berdasarkan komentar beberapa panelis, untuk warna produk dari CV.

Fania Food dan produk hasil diversifikasi yaitu bola cumi coklat hampir sama. Hal

ini dikarenakan tepung panir yang digunakan sejenis yaitu tepung panir A1.

Namun pada bola cumi coklat tepung panir kurang merekat sehingga

menyebabkan warna produk bola cumi dari CV. Fania Food lebih baik dari pada

produk hasil diversifikasi yakni bola cumi coklat.

- Tekstur

Pada Parameter tekstur, produk bola cumi CV. Fania Food memiliki nilai

rata-rata kesukaan lebih tinggi dibandingkan produk Bola Cumi.Hal ini dapat

disebabkan kurang maximalnya pada saat proses pembuatan sehingga bahan

yang dicampur tidak merata sehingga mengakibatkan tekstur dari produk

diversifikasi yaitu bola cumi coklat agak keras dari pada produk bola cumi dari

CV. Fania Food.

Berdasarkan komentar dari beberapa panelis tekstur dari produk bola

cumi dari CV. Fania Food lebih kenyal dari pada produk hasil diversifikasi yaitu

bola cumi coklat. Hal ini disebabkan karena kurang kalisnya pada saat

penggilingingan karena masih menggunakan penggilingan manual dengan

tangan. Sehingga mengakibatkan tekstur agak lebih keras.

- Aroma

Pada parameter aroma, bola cumi CV. Fania Food memiliki nilai rata-rata

aroma sama dengan produk bola cumi coklat. Hal ini dapat disebabkan oleh

penggunaan tepung terigu dan tepung panir yang sejenis.

Berdasarkan komentar beberapa panelis, untuk aroma produk bola cumi

dari CV. Fania Food dengan produk hasil diversifikasi yakni bola cumi coklat

sama-sama menyukai aroma kedua produk.

56
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Produk bola cumi coklat memiliki perbedaan dengan produk bola cumi

CV. Fania Food. Perbedaannya terdapat pada penggunaan bahan baku fillet ikan

swangi yang diganti dengan fillet ikan bandeng. Kemudian juga yang menjadi

pembeda adalah penambahan coklat ada produk diversifikasi.

Hasil analisa praktik magang mandiri di Laboratorium menunjukkan

bahwa produk Bola Cumi CV. Fania Food lebih disukai oleh panelis. Dari rasa,

warna dan tekstur panelis lebih menyukai produk CV. Fania Food dengan rata-

rata penilaian dari 22 panelis sebesar 3,71. Sedangkan produk hasil diversifikasi

yaitu bola cumi coklat sebesar 3,29. Namun, untuk atribut aroma semua panelis

sama-sama menyukai kedua produk.

5.2 Saran

Seharusnya proses pengolahan produk modifikasi bola cumi CV. Fania

Food seperti bola cumi coklat yang dibuat pada praktik kerja mandiri di

laboratorium lebih dilatih lagi, diperhatikan lagi pada penggilingan, pembuatan

adonan dan pencampuran bumbu-bumbu lainya. Sehingga produk akhir dapat

lebih maksimal dan baik dari pada produk yang dihasilkan CV. Fania Food.

57
DAFTAR PUSTAKA

Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas kimia dan organoleptik nugget daging kelinci
dengan penambahan tepung tempe. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret

Amalia, U. 2012. Pendugaan umur simpan produk nugget ikan dengan merk
dagang Fish Nugget “So Lite’’. Jurnal Saintek Perikanan.8.(1). Program
Studi Teknologi Hasil Perikanan, fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan,
Universitas Dipenogoro

Amirullah, T.C. 2008. Fortifikasi tepung ikan tengiri (Scomberomorus sp.) dan
tepung ikan swangi (Priacanthus tayenus) dalam pembuatan bubur bayi
instan. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. IPB

Anderson, J. C., Rungtusanatam, M., Schneder, R. G., 1995, A theory of quality


management underlying the oeming management method, Academy of
Management Review.19(3)

Assadad, L dan Bagus, S. B. U. 2011. Pemanfaatan garam dalam industri


pengolahan produk perikanan. Squalen. 6 (1). Balai Besar Riset
Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Aswar. 1995. Pembuataan fish nugget dari ikan nila merah (Oreochromis sp.).
Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan,
IPB, Bogor

Cahyadi, S. 2006. Analisis dsn Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. PT.
Bumi Aksara Jakarta.

Djaelani, A. R. 2013. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. FPTK


IKIP Veteran Semarang. 20(1). 84-85.

Erawati, W.R. 2001. Pengaruh bahan pengikat, waktu penggorengan, dan daya
simpan terhadap sifat fisik dan organoleptik produk nugget ikan sapu-
sapu (Hyposascus pardalis). Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil
Perikanan. Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. IPB

Fitasari, E. 2009. Pengaruh tingkat penambahan tepung terigu terhadap kadar


air, kadar lemak, kadar protein, mikrostruktur, dan mutu organoleptik keju
gouda olahan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Program Studi
Peternakan Fakultas Ilmu Pertanian dan Sumber Daya Alam Universitas
Tribhuwana Tunggadewi. Malang.

Hardyanti, N dan Fitri N D. 2006. Studi evaluasi instalasi pengolahan air bersih
untuk kebutuhan domestik dan non domestik (Studi Kasus Perusahaan

58
Tekstil Bawen Kabupaten Semarang). Jurnal Presipitasi. 1 September
2006, ISSN 1907-187X.

Matz, S.A. 1992. Bakery technology and engineering. Third Edition. Van
Nostrand Reinhold. AVI. New York.

Mintzberg. Henry. 1979. The structuring of organization. London: Prince Hall Inc

Narbuko, C., dan Achmadi, H.A. 2010. Metodologi penelitian. Bumi Aksara.
Jakarta.

Nazir. 2003. Metode Penelitian. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Novatiani, R. 2003. Korelasi sistem pengendalian intern penjualan dengan


efektifitas pencapaian target penjualan. Jurnal Analisa Manajemen. 2(1).

Oktavianingsih, Y. 2008. Proses pengolahan bakso ikan lele dumbo (Clarias


gariapinus) di desa bandung kecamatan diwet, Kabupaten Jombang,
Jawa Timur. PKL FPIK Universitas Brawijaya. Malang.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416. 1990. Syarat-syarat dan Pengawasan


Kualitas Air.

Pitono, N. C. 2014. Pengaruh proporsi bandeng (Chanos chanos) menjes


terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik nugget bandeng. Skripsi.
Program Studi Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.

Prasetyo, D. T. 2005. Penerapan Metode QFD (Quality Function Deployment)


Terhadap Produk Fish Nugget. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember.

Rismunandar. 1987. Lada, Budidaya dan Tata Niaganya. Penebar Swadaya


Jakarta.

Sandjaja, B., dan Heriyanto, A. 2011. Panduan Penelitian Edisi Revisi. Prestas
Pustaka. Jakarta.

Sartika, R. A. D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh, dan Asam
Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. Vol. 2, No. 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia.

Setyiasi, M., P. Ardiningsih., R. Noviani. 2013. Analisa Organoleptik Produk


Bubuk Penyedap Rasa Alami dari Estrak Daun Sansakang (Pycnarrhena
caulifora Diels). JKK, tahun 2013, Vol. 2 (1), halaman 63-68. Program
Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura.

SNI 01-3751. 2006. Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan. Badan


Standardisasi Nasional.

59
Suarti, B., Umar, R.B.B., Misril, F. 2016. Bakso Seeds Lamtoro (Leucaena
leucocephala) with Adding Egg White and Old Boiling. Agrium ISSN 0852-
1077 ISSN 2442-7306. Vol. 20 No.1. Program Studi dan Teknologi
Pangan, Fakultas Pertanian, UMSU, Medan.

Suhartanti, R.E. 2009. Analisi Pengendalian Persediaan Bahan Baku Minuman


Bandrek Pada CV. Cihanjuang Inti Teknik. Skripsi. Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian / Agribisnis. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayahtullah. Jakarta.

Syamsir, E., Soekarto, S.T., dan Mansjoer, S.S. 1994. Studi Komparatif Sifat
Mutu dan Fungsional Telur Puyuh dan Telur Ayam Ras. Buletin Teknologi
dan Industri Pangan. Vol. 5(3).

Tan, S.M. 199. Processing of Marinated Fish and Battuered and Breaded Fish
Burger and Nugget. ASEAN-Canada fisheries post harvested technology
project phase II. FAO, Rome, 82 p.

Tanoto, E. 1994. Pengolahan Fish Nugget dari Ikan Tenggiri (Scomberomorus


commersoni). Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Trilaksani, W., A.C.Erungan dan S. Mardi. 2004. Pengaruh Suhu dan Lama
Pengovenan Terhadap Karakteristik Cumi – Cumi (Loligo sp) Kertas.
Buletin Teknologi Hasil Perikanan 8 (2).

Wahyudi, T., Pangabean, T.R., dan Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao:
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penabar swadaya,
Jakarta.

Wandasari, N. D. 2013. Perlakuan Akuntansi Atas PPH Pasal 21 pada PT. Artha
Prima Finance Kotamobagu. J. Emba. 1 (3) : 558-566.

Yulianan, O. Y dan Octavia T. 2001. Rancang Sistem Informasi Persediaan


Bahan Baku Terkomputerisasi PT. KPL. Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi dan Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri.
Universitas Kristen Petra. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 3,
No. 1 Maret 2001: 72-84.

60
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta lokasi CV. Fania Food

61
Lampiran 2. Layout rumah produksi CV. Fania Food

- Layout lantai atas

62
- Layout lantai bawah

63
Lampiran 3. Surat izin usaha

64
Lampiran 4. BPOM RI produk CV. Fania Food

65
Lampiran 5. PIRT

66
Lampiran 6. Sertifikat MUI

67
Lampiran 7. Keadaan umum lokasi

68
Lampiran 8. Sertifikat telah mengikuti PKM

69
Lampiran 9. Pengujian organoleptik oleh panelis

70
Lampiran 10. Form kuisioner uji hedonik

71
Lampiran 11. Foto bersama pemilik CV. Fania Food

72

Anda mungkin juga menyukai