Anda di halaman 1dari 127

SISTEM DAN PROSEDUR PENERBITAN SHTI (SERTIFIKAT HASIL

TANGKAPAN IKAN) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA


BRONDONG, LAMONGAN JAWA TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA MAGANG

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh :

FAHRI ROMADHONI

NIM. 145080200111004

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

1
SISTEM DAN PROSEDUR PENERBITAN SHTI (SERTIFIKAT HASIL
TANGKAPAN IKAN) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
BRONDONG, LAMONGAN JAWA TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA MAGANG

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh :

FAHRI ROMADHONI

NIM. 145080200111004

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

2
PRAKTEK KERJA MAGANG

SISTEM DAN PROSEDUR PENERBITAN SHTI (SERTIFIKAT HASIL


TANGKAPAN IKAN) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
BRONDONG, LAMONGAN JAWA TIMUR

Oleh:
FAHRI ROMADHONI
NIM. 145080200111004

Telah dipertahankan didepan penguji


Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui,
Dosen Penguji, Dosen Pembimbing,

(Dr. Ali Muntaha, Api.,Spi,MT) (Dr. Ali Muntaha, Api.,Spi,MT)


NIP. 19600408 198603 1 003 NIP. 19600408 198603 1 003
Tanggal: ________ Tanggal: ______

Mengetahui,
Sekretaris Jurusan PSPK

(Oktiyas Muzaky Luthfi, ST. M.Sc)


NIP. 19791031 200 801 1 007
Tanggal:______________

3
i
UCAPAN TERIMAKASIH

Atas terselesainya laporan praktek kerja magang ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya

sehingga laporan PKM ini bisa terselesaikan.


2. Bapak Dr. Ali Muntaha, Api.,Spi,MT selaku dosen pembimbing PKM

saya, yang penuh ramah tamah membimbing saya.


3. Untuk keluarga terutama orang tua saya, Bapak Suradi dan Ibu

Sumbarni yang selalu mendoakan dan memberikan biaya untuk kuliah

saya serta menjadikan motivasi saya untuk cepat lulus.


4. Untuk semua Pegawai di PPN brondong( bu nia,pak wahab,pak

mendes,mas jefry,pak imam,pak harnoto,bu miftah) yang sudah

membantu saya dalam menjelaskan SHTI inI.


5. Untuk semua teman-teman PKM di PPN Brondong

(Nymas,aster,arif,zuhril,ary,rani,nurul,yusma,eka,novi,rossa)terimak

asih atas kerjasama yang baik saat PKM di brondong.


6. Untuk keluarga Akheilos (PSP 14) yang sudah memberikan dukungan

dan semangat untuk menyeleseikan laporan PKM ini dengan baik

dan lancar.
7. Untuk teman-teman bimbingan pak ali terutama untuk Mahilda dan

Fajar rani,terimakasih atas support yang luar biasa untuk

mengerjakan laporan.
8. Terimakasih kepada teman-teman

FAITH( Pringgo,Syahrul,Idabagus ,Eishom,Oky) yang sudah

menemani saya mengerjakan laporan dan memberikan support yang

luar biasa.

ii
RINGKASAN

FAHRI ROMADHONI Sistem Dan Prosedur Penerbitan SHTI-LA (Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan - Lembar Awal) Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,

Lamongan Jawa Timur (Dr. Ali Muntaha, Api.,Spi,MT)

Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (Catch Certificate) adalah surat keterangan

yang dikeluarkan oleh Kepala Pelabuhan Perikanan yang ditunjuk oleh Otoritas

Kompeten yang menyatakan bahwa hasil tangkapan ikan bukan dari kegiatan

Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUU Fishing). Untuk mengetahui

prosedur penerbitan SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan) maka penulis

mengambil judul “Sistem Dan Prosedur Penerbitan SHTI (Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan Jawa

Timur.”

Praktek kerja magang ini dilaksanakan pada 10 juli 2017 hingga 22

agustus 2017 di PPN Brondong Lamongan,Jawa Timur. Tujuan dari praktek kerja

magang ini adalah untuk mengetahui penerapan SHTI ,Dampak dari penerapan

SHTI di PPN Brondong,mengetahui sistem dan prosedur penerbitan SHTI

(Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan). Metode yang digunakan dalam praktek kerja

magang mengunakan metode primer antara lain observasi,

wawancara,partisipasi aktif. Serta metode sekunder seperti mencari literatur dari

jurnal,catatan,website,dsb.

Dari hasil kegiatan praktek kerja magang Sertifikat ikan hasil tangkapan yang

telah berjalan di PPN Brondong , Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI) atau

yang disebut dengan “Cacth Certificate” dimana sudah mulai dimulai per 01

Januari tahun 2010 sampai dengan sekarang. Regulasi ini pada

dasarnya adalah dari permintaan pasar Uni Eropa, dimana pemerintahan

berusaha melindungi masyarakat Uni Eropa dari konsumsi ikan laut yang

iii
terindikasi “IUU Fishing”, sehingga pemerintahan Uni Eropa melarang

masuknya produk perikanan yang berasal dari kegiatan atau terindikasi tindak

“IUU Fishing” ke pasar Uni Eropa. Dan setiap produk perikanan yang masuk ke

dalam negara anggota Uni Eropa tersebut harus dilengkapai dengan “Catch

Certificate”. Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan diwajibkan terhadap semua produk

perikanan hasil tangkapan dari perairan laut.

iv
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpah kan rahmat serta hidayah – Nya kepada saya sehingga

dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Magang yang berjudul

dapat terselesaikan dengan baik. Praktek Kerja Magang merupakan salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan di Fakultas perikanan dan

ilmu kelautan Universitas Brawijaya Malang.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan Praktek Kerja Magang ini

masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran sangat diharapkan dari

semua pihak untuk keperluan masa mendatang. Semoga laporan ini bermanfaat

bagi semua pihak yang membacanya.

Malang, September 2017

Penulis

v
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH.....................................................................................ii

RINGKASAN.......................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

DAFTAR ISI.........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix

I. PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................3

1.2.1 Maksud...............................................................................................3

1.2.2 Tujuan.................................................................................................3

1.3 Kegunaan...............................................................................................4

Kegunaan dari Praktek Kerja Magang ini adalah:.............................................4

1. Kegunaan Bagi Mahasiswa....................................................................4

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan.................................................................4

II. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG......................................................6

2.1 Teknik Pengambilan Data...........................................................................6

2.1.1 Data Primer..............................................................................................6

1. Pengamatan/Observasi.............................................................................6

2. Wawancara...............................................................................................7

3. Dokumentasi.............................................................................................7

2.1.2 Data Sekunder.........................................................................................9

III. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG.......................10

3.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong....................10

3.2 Peta Lokasi Praktek Kerja Magang..........................................................11

3.3 Visi dan Misi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong.........................11

3.3.1 Visi.....................................................................................................11

vi
3.3.2 Misi..................................................................................................11

3.4 Tugas Pokok, Peranan dan Fungsi Pelabuhan Perikanan Nusantara


Brondong........................................................................................................ 12

3.5 Stuktur Organisasi....................................................................................14

3.6 Pemanfaatan Sarana dan Prasarana........................................................15

IV. HASIL PRAKTEK KERJA MAGANG.........................................................24

4.1 Proses pembuatan dan penerbitan SHTI di PPN Brondong......................24

4.1.1 Permohonan LA (Lembar Awal)..........................................................24

4.1.2 Penerbitan Lembar Awal....................................................................25

4.1.3 Permohonan SHTI Lembar Turunan (SHTI-LT)..................................26

4.1.4 Penerbitan SHTI-LT............................................................................27

4.1.5 Permohonan SHTI (SHTI-LTS)...........................................................29

4.1.6 Penerbitan Lembar Turunan yang Disederhanakan (LTS)..................30

4.2 Permohonan Surat Keterangan Pendaratan Ikan (SKPI).........................31

4.3 Penerapan SHTI dalam upaya ekspor perikanan......................................32

4.4 Dampak Penerapan SHTI terhadap tingkat ekspor hasil perikanan..........38

V. PENUTUP......................................................................................................43

5.1 Kesimpulan..............................................................................................43

5.2 Saran........................................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................47

Lampiran I......................................................................................................... 49

Lampiran II.......................................................................................................... 54

vii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman

Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Magang............................................5

Tabel 2 Fasilitas pokok di PPN Brondong...........................................................16

Tabel 3 Fasilitas Fungsional PPN Brondong.......................................................19

Tabel 4 Fasilitas Penunjang di PPN Brondong....................................................22

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman

Gambar 1 Peta lokasi PPN Brondong Lamongan,Jawa Timur............................11

Gambar 2 Struktur Organisasi PPN Brondong....................................................15

Gambar 5 Alur Penerbitan Lembar Awal.............................................................24

Gambar 6 Alur penerbitan Lembar Turunan........................................................26

Gambar 7 Alur penerbitan Lembar Turunan yang disederhanakan.....................29

Gambar 3 Grafik Pemakaian SHTI Tahun 2016 di PPN Brondong....................32

Gambar 4 Grafik pemakaian SHTI tahun 2017 di PPN brondong....................33

ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim yang mayoritas penduduknya

berprofesi sebagai nelayan. Hal ini karena Indonesia memiliki kekayaan laut

yang sangat melimpah, namun sayangnya tidak berbanding lurus dengan

kondisi masyarakat pesisir pantai atau nelayan. Data Badan Pusat Statistik

(BPS) mencatat jumlah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2014

mencapai 7,87 juta orang atau sekitar 25,14 persen dari total penduduk

miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang (KKP,2015)

Ekspor impor antara negara maju dan negara berkembang menjadi

kegiatan yang harus dilakukan demi mencukupi kebutuhan pangan. Hal ini

dikarenakan, negara berkembang memiliki jumlah produksi ikan yang lebih

banyak dibanding negara maju yang miskin akan sumber daya alam.

Terungkapnya berbagai hasil tangkapan ikan yang tidak sesuai dengan tata cara

penangkapan ikan yang diberlakukan oleh dunia, membuat lahirnya gerakan anti

IUU (Ilegal, Unregulated and Unreported) Fishing. Hal ini dikarenakan IUU

fishing semakin mempercepat kerusakan lingkungan dan penurunan stok

sumberdaya ikan (PMKP,2012 dalam Rahmat,2015).

Pada beberapa kasus IUU fishing dapat menjadi ancaman paling serius

terhadap eksploitasi sumber daya dan keanekaragaman hayati laut dan

menyebabkan kerusakan lingkungan laut karna teknik penangkapan ikan yang

tidak bertanggung jawab serta semakin berkurangnya hasil tangkapan ikan

atau yang disebut dengan perikanan tangkap5 karna penangkapan ikan

yang berlebihan serta kelangkaan beberapa jenis spesies sumberdaya ikan.

Menyadari banyaknya akibat yang ditimbulkan oleh IUU fishing, para ahli

1
perikanan dunia maupun negara – negara anggota FAO mencoba berbagai

upaya strategis untuk mengatasi hal tersebut.6 Para pihak sepakat bahwa

hanya dengan langkah bersama , pemberantasan dan pencegahan IUU Fishing

memperoleh hasil yang optimal.

Beberapa negara memiliki kebijakan tersendiri mengenai kegiatan impor

ikan. Salah satunya Uni Eropa terhadap negara pemasoknya, Indonesia. Tahun

2008, Uni Eropa mulai menerapkan suatu peraturan bagi ikan yang masuk di

negaranya yakni Catch Sertificate Sheme atau Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan

(SHTI) Hal ini dilakukan oleh Uni Eropa karna banyak hasil ekspor ikan mereka

berasal dari IUU Fishing, termasuk dalamnya pencurian ikan dan

tangkapan ikan yang tidak dilaporkan. Uni Eropa menjadi negara yang paling

gencar membasmi IUU Fishing dikarenakan negara-negaranya mendapatkan 95

produk impor Uni Eropa (UE) hasil dari kegiatan IUU Fishing. Hal inilah

yangmenjadi alasan UE memberlakukan SHTI yang akan mengontrol produk-

produk ikan yang masuk ke pasar UE 9 (PMKP,2012).

2
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) adalah menambah

pengetahuan,ketrampilan serta wawasan tentang Sistem dan prosedur

penerbitan SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan) di PPN Brondong Lamongan

Jawa Timur.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang di PPN

Borondong,Lamongan Jawa Timur ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Sistem dan prosedur penerbitan SHTI (Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan) di PPN Brondong Lamongan Jawa Timur.

b. Untuk mengetahui Penerapan SHTI dalam upaya ekspor perikanan di

PPN Brondong

c. Untuk mengetahui Dampak Penerapan SHTI terhadap tingkat ekspor

hasil perikanan tangkap di PPN Brondong,Lamongan Jawa Timur

1.3 Kegunaan

Kegunaan dari Praktek Kerja Magang ini adalah:

1. Kegunaan Bagi Mahasiswa

Sebagai sumber pengetahuan tentang adanya Sistem dan prosedur

penerbitan SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan) di PPN Brondong

Lamongan Jawa Timur. Serta digunakan untuk prasyarat akademik

menempuh gelar sarjana

2. Kegunaan Bagi Masyarakat,pemerintah,instansi terkait.


Sebagai tujuan untuk menjalin kerjasama atau hubungan bilateral antara

universitas khususnya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,Lamongan Jawa Timur melalui

3
keterampilan lulusannya melalui pengalaman praktek kerja magang serta

sebagai sumbangan informasi untuk melengkapi data yang dimiliki oleh

instansi-instansi yang bersangkutan.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktek Kerja Magang direncanakan akan dilaksanarkan di PPN Brondong

Lamongan Jawa Timur pada bulan Juli s/d Agustus 2017. Rancangan jadwal

pelaksanaan PKM ini digunakan sebagai acuan waktu agar dalam proses

pelaksanaannya dapat terselesaikan secara tepat dan terstruktur. Pelaksanaan

PKM meliputi tahap persiapan dengan kegiatan pengajuan judul, konsultasi,

pembuatan proposal, dan persiapan yang dilakukan di Universitas Brawijaya

serta survei tempat. Tahap pelaksanaan yaitu pengumpulan data primer. Tahap

pembahasan meliputi analisis hasil dan konsultasi laporan, serta tahap pelaporan

yang meliputi konsultasi hasil PKM dan ujian PKM dilaksanakan di Universitas

Brawijaya (Tabel 1).

4
Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Magang

Bulan
No Kegiatan
Mei Juni Juli Agustus Sept
Pengajuan Judul dan

1 Penyusunan

Proposal
Survei dan Perizinan
3
Tempat
Pelaksanaan
4
Magang
Penyusunan

5 Laporan,Konsultasi

dan Ujian

II. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG

5
2.1 Pelaksanaan Praktek Kerja Magang

Pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) di Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Brondong.Metode yang digunakan meliputi Teknik

Pengumpulan Data yang berupa Partisipasi Aktif, Observasi, Wawancara dan

Dokumentasi.Jenis dan sumber data yaitu Data Primer dan Data Sekunder.

Materi yang dibahas meliputi prosedur penerbitan SHTI(Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan), Penerapakn adanya SHTI(Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan) DI

PPN Brondong,Dampak dari penerapan SHTI(Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan).

2.1.1 Partisipasi Aktif

Secara harfiah partisipasi berarti “turut berperan serta dalam suatu

kegiatan”, “keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran serta

aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat didefinisikan dalam

sudut pandang luas sebagai bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat

secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik)

maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang

bersangkutan (Hadi, 2010).

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah

pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis,

partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada

pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya (Mulkan, 2007).

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah

pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis,

partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada

pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam

defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan

6
emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana

orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan

dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan

dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-

bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan

(Nazir,2003).

Dalam Praktek Kerja Magang (PKM), partisipasi aktif yang dilakukan yaitu

ikut serta secara langsung dan aktif dalam kegiatan sehari-hari dalam prosedur

penerbitan SHTI(Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan), Penerapakn adanya

SHTI(Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan) DI PPN Brondong,Dampak dari penerapan

SHTI(Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan).

2.1.2 Wawancara

Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan

keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Wawancara

sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan

berita yang disiarkan dalam media massa. Namun, wawancara dapat dilakukan

oleh pihak lain untuk keperluan penelitian atau wawancara kerja (Mulkan, 2007).

Menurut Suharsini Arikunto (2003) ,Wawancara adalah suatu metode

atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden

dengan jalan tanya jawab”. Berdasarkan uraian tersebut dalam praktek kerja

magang ini metode wawancara digunakan untuk memberikan pertanyaan

mengenail prosedur dan penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan (Nazir,2003) bahwa wawancara

adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada

seorang narasumber, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara langsung

7
atau bertatap muka. Wawancara dilakukan terhadap beberapa sumber yaitu

Kepala pelabuhan,syahbandar,dan nelayan itu sendiri

Wawancara dalam kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) dilakukan

dengan tanya jawab bersama Bapak Harnoto, S.St selaku Kepala Syahbandar,

Bapak Abdul Wahab, Bapak Jefry, Ibu Nia, Bapak Harijanto, dan Ibu Mifta selaku

petugas di kantor syahbandar. Wawancara didasarkan atas pertanyaan yang

telah disiapkan dan sesuai dengan tujuan sebelumnya terkait sejarah berdirinya

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, lokasi serta tata letak, ruang

lingkup, tugas pokok dan fungsi, visi misi, pengawasan yang dilakukan berkaitan

dengan penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Brondong, serta faktor pendukung dan faktor penghambat

dalam proses penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan.

2.1.3 Observasi

Widiawati (2011) melaporkan bahwa observasi adalah suatu metode

dalam penelitian yang dilakukan dengan sengaja, terncana dan sistematis

melalui pengamatan terhadap gejala sosial yang terjadi pada saat itu. Observasi

dilakukan meliputi tiga hal utama, yaitu:

1. Memperhatikan hal atau fenomena secara akurat


2. Mencatat hal atau fenomena yang muncul
3. Mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena

Menurut Margono dalam Rubino Rubiyanto, (2011) mendefinisikan observasi

adalah pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap gejala yang

nampak pada objek penelitian. Observasi dalam praktek kerja magang ini

digunakan untuk melihat secara langsung mengenai roses dan prosedur

penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Aedi, N. (2010), bahwa observasi dalam

sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek

8
dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi

merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan,

penciuman,pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan.

Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan,

tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.Instrumen observasi yang

berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam observasi sitematis

dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah dibuat.

Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau

kegiatan yang akan diamati.

Observasi yang dilakukan dalam Praktek kerja Magang (PKM) yaitu

dengan melakukan pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti pada

saat mengikuti kegiatan untuk menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar

(SPB).Dari observasi yang dilakukan didapatkan data tentang keadaan umum di

PPN Brondong, luas area pelabuhan, fasilitas sarana dan prasarana di

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong sehingga diperoleh data yang

sesuai dengan kondisi yang ada di lapang.

2.1.4 Dokumentasi

Dokumentasi adalah penyusunan, penyimpanan, temu balik, pemencaran

evaluasi informasi terekam dalam bidang sains, teknologi, ilmu-ilmu sosial dan

kemanusiaan. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.Dokumen yang berbentuk

gambar, misalnya foto, gambar,patung,dll (Suryana, 2012).

Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk

menyediaan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat

dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan/ tulisan,

wasiat, buku, undang-undang, dan sebagainya (Aedi, N. ,2010).

9
Hal ini sesuai yang dikatakan Nazir (2003) , bahwa dokumentasi

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi,

peraturan, kebijakan.Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,

gambar,patung,dll.

Metode dokumentasi dalam Praktek Kerja Magang (PKM) yang

dilakuakan adalah memfoto kelengkapan dokumen dan kegiatan saat proses

penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SHTI)di Pelabuhan Perikanan Nusantara

(PPN) Brondong serta kegiatan lain seperti senam, kerja bakti, dan pelayanan

umum di PPN Brondong yang telah dilakukan.

2.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang

(PKM) ini meliputi:

2.2.1 Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari sumber

pertama, bisa melalui hasil pengukuran maupun observasi yang dilakukan oleh

peneliti seperti pendapatan (Gani dan Siti, 2015).

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung ke

lapang dalam situasi yang sebenarnya dengan mengadakan observasi langsung

terhadap gejala obyek yang diselidiki (Nazir,2005).

Menurut Aedi (2010), Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti

untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer dapat berupa

pendapat subjek riset (orang) baik secara individu maupun kelompok, hasil

observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil

pengujian. Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur

10
kebohongan tertutup terhadap sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer

lebih mencerminkan kebenaran yang dilihat. Bagaimana pun, untuk memperoleh

data primer akan menghabiskan dana yang relatif lebih banyak dan menyita

waktu yang relatif lebih lama.

Data primer dalam Praktek Kerja Magang (PKM) diperoleh langsung dari

responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan ini dengan

wawancara langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan

serta pengamatan langsung saat proses Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan ( SHTI)

di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong.

2.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan berasal dari sumber pertama,

data sekunder merupakan struktur data histori mengenai variabel-variabel yang

telah dikumpulkan maupun dihimpun sebelumnya oleh pihak lain. Data sekunder

dapat diperoleh dari beberpa sumber seperti buku, jurnal, laporan, website dan

lain-lain (Hermawan, 2005).

Hal ini sesuai yang dikemukakan Kartini, H., (2013) bahwa data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder

umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam

arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

Menurut Dwihendrosono (2009), menyatakan bahwa data sekunder

merupakan data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh

mahasiswa lain walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data

asli. Jadi data yang sudah ada di instansi-instansi yang terkait bisa di

gunakan oleh mahasiswa yang ingin mengetahui atau megambil data lagi dilain

waktu..

11
Data sekunder dalam Praktek Kerja Magang (PKM) ini meliputi keadaan

umum lokasi, sejarah dan perkembangan yang ada di Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Brondong.Letak geografis dan keadan topografis serta keadaan

penduduk di sekitar pelabuhan.Data dicatat secara sistematis dan dikutip secara

langsung dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong.

12
III. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG

3.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

Berdasarkan Profile PPN Brondong (2016), PPN Brondong berdiri sekitar

tahun 1936, dimana berawal dari peristiwa tenggelamnya kapal Van Der Wick

milik Hindia Belanda. Pada saat itu nelayan yang berada di sekitar lokasi

kejadian menolong para korban kapal Van Der Wick tersebut. Kejadian ini

dibuktikan dengan didirikannya tugu mercusuar yang terletak di area PPN

Brondong, yang pada saat itu masih berupa Pusat Pendaratan Ikan (PPI) yang

dikelola oleh Pemerintah daerah setempat dengan fasilitas hanya berupa

Gedung TPI sebagai tempat nelayan Brondong dan sekitarnya untuk

mendaratkan ikan hasil tangkapannya.


Menurut Apriadi (2010), Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

mutlak sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas warga setempat yang

berprofesi sebagai pencari ikan atau nelayan. Operasional Pelabuhan

Perikanan Nusantara Brondong juga diperlukan dalam pengembangan sektor

perikanan, karena selain pelabuhan tersebut dapat memudahkan para

penangkap ikan (nelayan) untuk mengeksploitasi sumber daya perikanan

di laut, pelabuhan tersebut juga merupakan lahan pekerjaan bagi

masyarakat sekitar. Hal itu cukup beralasan, karena selain aktivitas

penangkapan ikan, di pelabuhan tersebut juga merupakan pusat jual beli hasil

perikanan. Secara umum berbagai aktivitas yang banyak menyerap tenaga

kerja adalah pengepul ikan, pedagang ikan besar, kuli ikan (manol),

pemilah ikan (pengorek), dan tukang becak Selain itu ada beberapa unit

usaha yang tumbuh di sekitar PPN Brondong, dimana unit


-

13
Berdasarkan Nazir (2003), Semakin meningkatnya aktifitas dan kegiatan

perikanan tangkap di wilayah pelabuhan, sehingga pada tahun 1978 statusnya

meningkat menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang pengelolaannya

dibawah pemerintah dpusat pada waktu itu dibawah Departemen Pertanian.

Selanjutnya berdasarkan SK Menter Pertanian No. 428/KPTS/410/1987, tanggal

14 Juli 1987 secara resmi ditetapkan menjadi Unit PelaksanaTeknis (UPT)

PelabuhanPerikanan Nusantara (Type B) sampai saat ini.

Lokasi PPN Brondong berdasarkan Rekomendasi Bupati Lamongan Nomor

: 523/1142/413.022/2007 tentang Penetapan Wilayah Kerja dan Operasional

PPN Brondong Kabupaten Lamongan berada di atas tanah seluas 199.304

m2 (19,93 Ha) yang terletak di Kelurahan Brondong Kecamatan Brondong.

Batas-batas wilayah kerja Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong

terletak pada kawasan seluas 433.304 m2 (43,30 Ha) yang terdiri dariwilayah

kerja daratan seluas 19,93 Ha dan wilayah kerja perairan seluas 23,40 Ha.

14
3.2 Peta Lokasi Praktek Kerja Magang

Gambar 1 Peta lokasi PPN Brondong Lamongan,Jawa Timur.


Sumber :Google earth, 2017.

Praktek Kerja Magang ini dilaksanakan di PPN Brondong Lamongan,Jawa

Timur. Dimana PPN Brondong Lamongan,Jawa Timur ini berada pada posisi 06°

52′ 22″ Lintang Selatan dan 112° 17’ 44″ Bujur Timur .
Untuk keterangan gambar dijelaskan dibawah ini :
1. PPI Kranji
Pangkalan Pendaratan Ikan di Kranji - Lamongan adalah salah satu

PPI binaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong. Untuk fungsi dari

PPI Kraji hampir sama seperti PPN Brondong. Banyak digunakan untuk

kegiatan kesyahbandaran terutama pembuatan SPB (SuraT Persetujuan

Berlayar),untuk tempat lelang ikan dan tempat pedaratan ikan.

2. PPN Brondong

15
Untuk PPN Brondong Lamongan,Jawa Timur. Dimana PPN

Brondong Lamongan,Jawa Timur ini berada pada posisi 06° 52′ 22″

Lintang Selatan dan 112° 17’ 44″ Bujur Timur .


3. Masjd di kecamatan Brondong,Lamongan Jawa Timur.
Masjid ini biasanya digunakan untuk masyarakat kecamatan

Brondong untuk beribadah,kemudian untuk pegawai brondong apabila

istirahat juga biasanya beribadah di masjid ini.


4. WBL (Wisata Bahari Lamongan)
Wisata Bahari Lamongan atau disingkat WBL adalah tempat

wisata bahari yang terletak di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan,

Jawa Timur. Tempat wisata ini dibuka sejak 14 November 2004. Wisata

Bahari Lamongan dikelola oleh PT Bumi Lamongan Sejati, sebuah

perusahaan patungan Pemkab Lamongan dengan PT Bunga Wangsa

Sejati.
5. Majid Almunawaroh
Masjid ini biasanya digunakan untuk masyarakat kecamatan

Brondong untuk beribadah,kemudian untuk pegawai brondong apabila

istirahat juga biasanya beribadah di masjid ini.

3.3 Visi dan Misi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

Berdasarkan Profile PPN Brondong (2016), Pelabuhan Perikanan Nusantara

Brondong merupakan salah satu Unit Pelayanan Terpadu (UPT) yang berada di

bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,

memiliki visi misi sebagai berikut:

3.3.1 Visi
Terwujudnya pembangunan perikanan tangkap yang berdaulat, mandiri,

berdaya saing, dan berkelanjutan untuk kesejahteraan nelayan.

16
3.3.2 Misi
Turut serta dalam mewujudkan kedaulatan di laut dengan

mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mempunyai nilai strategis secara

sosial,ekonomi,kebudayaan,pertahanan,keamanan

 Mewujudkan sumberdayaan kemandirian dalam pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya ikan.


 Meningkatkan kapasitas dan daya saing dalam mengelola

dan memanfaatkan sumberdaya ikan.


 Mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelnjutan.
 Mewujudkan peningkatan kesejahteraan nelayan.

3.4 Tugas Pokok, Peranan dan Fungsi Pelabuhan Perikanan Nusantara

Brondong

Berdasarkan Profile PPN Brondong (2016),Tugas Pokok PPN Brondong

melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap di

wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk

kelestariannya.

Pelabuhan Perikanan mempunyai tugas yaitu melaksanakan fasilitasi

produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan

pengawasan penangkapan untuk pelestariannya (Teddy,2010).

Peranan PPN Brondong sesuai dengan peranan Pelabuhan Perikanan

(Direktorat jenderal perikanan, 1992), yaitu sebagai pusat kehidupan

masyarakat nelayan dan pusat kegiatan industri perikanan:

a) Peranan pelabuhan perikananyang berkaitan dengan aktivitas

produksi, antara lain: tempat mendaratkan hasil tangkapan perikanan,

tempat untuk persiapan operasi penangkapan (mempersiapkan

17
alat tangkap, bahan bakar, air, perbaikan alat tangkap, ataupun

kapal), tempat untuk berlabuh kapal perikanan.

b) Sebagai pusat distribusi, antara lain: tempat transaksi jual beli ikan,

sebagai terminal untuk mendistribusikan, sebagai terminal ikan hasil

laut.

c) Sebagai pusat kegiatan masyarakat nelayan antara lain sebagai

pusat: kehidupan nelayan, pengembangan ekonomi masyarakat

nelayan, lalu lintas dan jaringan informasi antara nelayan dengan

pihak luar.

Berdasarkan UU No. 45 Tahun 2009, tentang perubahan atas UU No.

31 Tahun 2004 tentang perikanan. Fungsi pelabuhan perikanan

dalam mendukung kegiatan yang berhubunngan dengan pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya antara lain:

a) Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan;

b) Pelayanan bongkar muat;

c) Pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan;

d) Pemasaran dan distribusi ikan;

e) Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan;

f) Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat


nelayan;

g) Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;

h) Tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya


ikan;

i) Peaksanaan kesyahbandaran;

j) Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan;

18
k) Tempat pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan serta kapal

pengawas kapal perikanan;

l) Tempat publikasi hasil riset keluatan dan perikanan;

m) Pemantauan wilayah pesisir pesisir dan wisata bahari;

dan/atau Pengendalian lingkungan.

3.5 Stuktur Organisasi

Jumlah pegawai di PPN Brondong sampai akhir tahun 2014 sebanyak

76 pegawai yang terdiri dari 54 PNS dan 22 tenaga kontrak. Struktur

organisasi PPN Brondong berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor: Per.20/PERMEN-KP/2014 tentang organisasi dan tata

kerja unit pelaksana teknis pelabuhan akan dijelaskan dibawah ini

(Aedi,2010).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.20/PERMEN

KP/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Pelabuhan, Struktur Organisasi Pelabuhan Perikanan Nusantara

Brondong (PPN Brondong) terdiri dari :

Kepala Pelabuhan, yang membawahi :

1. Kepala Subbagian Tata Usaha;


2. Kepala Seksi Operasional Pelabuhan;
3. Kepala Seksi Kesyahbandaran
4. Kepala Seksi Tata Kelola dan Pelayanan Usaha;

5. Kelompok Jabatan fungsional Tertentu

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pelabuhan Perikanan

Nusantara Brondong (2013). Struktur Organisasi PPN Brondong

19
berdasarkan Permen KP Nomor : PER. 20/PERMEN-KP/2014 untuk Struktur

Organisasi PPN Brondong akan disajikan pada bab lampiran :

Gambar 2 Struktur Organisasi PPN Brondong


Sumber :Profile PPN Brondong, 2016.

20
3.6 Pemanfaatan Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Profile PPN Brondong (2016), Fasilitas yang ada di PPN

Brondong terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu fasilitas pokok yang merupakan

fasilitas utama dalam menunjang kegiatan operasional di Pelabuhan Perikanan,

fasilitas fungsional yang merupakan mendukung pengembangan usaha

perikanan tangkap yang ada di PPN Brondong, dan fasilitas penunjang

merupakan fasilitas sekunder.

Menurut Aedi (2010),Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong

memiliki fasilitas infrastruktur yang lengkap dibandingkan pelabuhan

perikanan lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Lamongan. Secara

umum infrastruktur yang ada di PPN Brondong digunakan sebagai

penunjang keberhasilan suatu proses atau upaya

Menurut Apriadi (2010), Dalam rangka menunjang fungsi pelabuhan

perikanan khususnya di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Brondong, maka fasilitas yang ada di dalamnya dibagi menjadi 3

kelompok diantaranya:

1.Fasilitas pokok : Fasilitas utama dalam menunjang kegiatan

operasional di PPN Brondong.


2.Fasilitas Fungsional : Fasilitas pendukung pengembangan usaha

perikanan tangkap yang ada di PPN

Brondong.
3. Fasilitas Penunjang : Fasilitas sekunder untuk mendukung

kegiatan di PPN Brondong.

Berikut ini merupakan rincian dari masing-masing fasilitas yang dimiliki PPN

Brondong,Lamongan
Tabel 2 Fasilitas pokok di PPN Brondong

No Jenis Fasilitas Volume Kepemilikan


1. Areal Pelabuhan ( 13, 21 ha) / 132.122 m2
 Existing awal (2,59 ha) / 25.880 m2 Perum
 Reklamasi sayap timur (1,27 ha) / 12.744 m2 PPNBr I
(TA.2000)
 Reklamasi sayap barat (0,48 ha) / 4.880 m2 PPNBr I
(TA.2000)
 Lanjutan reklamasi di lahan (0,09 ha) / 900 m2 PPNBr I
lama (TA.2003)
 Reklamasi di lahan baru (0 ,10 ha) / 1.003 m2 PPNBr II
(TA.2004)
 Lanjutan reklamasi di lahan (1,36 ha) / 13.640 m2 PPNBr II
baru (TA.2005)
 Lanjutan reklamasi di lahan (0,17 ha) / 1.783 m2 PPNBr II
baru (TA.2007)
 Lanjutan reklamasi di lahan (0,07 ha) / 750 m2 PPNBr II
baru (TA.2008)
 Lanjutan reklamasi di lahan (0,09 ha) / 894 m2 PPNBr II
baru (TA.2008)
 Lanjutan reklamasi di lahan (6,96 ha) / 69.648 m2 PPNBr II
baru (TA.2009)
2. Dermaga / jetty 525,5 m’
 Dermaga Bongkar 161 m’ PPNBr I
 Dermaga Bongkar (arah (159,7 x 7) m2 PPNBr II (TA.
utara-selatan)
 Dermaga Perbekln (arah (204,8 x 6) m2 PPNBr II
timur-barat) (TA.2009)
3. Kolam Pelabuhan 23,4 Ha PPNBr
 Dilakukan pengerukan kolam pelabuhan di TA 2000, 2009, dan 2015
4. Turap (Revetment) 3.680,2 m’
 Turap buis beton & pasangan batu 570,2 m’ PPNBr I
(TA.2000)
 Turap pasangan batu 305 m’ PPNBr II
(TA.2003)
 Turap batu kosong 258 m’ PPNBr II
(TA.2004)
 Turap batu kosong 1.520 m’ PPNBr II
(TA.2005)
 Turap sheet pile 235,1 m’ PPNBr II
(TA.2007)
 Turap sheet pile 144 m’ PPNBr II
(TA.2008)
 Turap sheet pile 173,65 m’ PPNBr II
(TA.2009)
 Turap buis beton 447,95 m’ PPNBr II
(TA.2009)
 Turap beton 26,3 m’ PPNBr II
(TA.2009)
5. Jalan Kompleks
 Jalan kompleks 1.500 m2 PPNBr I
(TA.1993)
 Pengaspalan jalan : (636,5 x 8) m2 5.092 PPNBr I
m2 (TA.2005)
 Cor beton 108,66 m2 PPNBr I
(TA.2006)
 Pengaspalnareabngkr muat(40x18) m2 720 m2 PPNBr I
(TA.2007)
 Pengaspalan areal bongkar muat 347,5 m2 PPNBr I
(TA.2009)
 Cor beton : (32,5 x 6)m2 195 m2 PPNBr I
(TA.2011)
 Cor beton : (35 x 5,5)m2 192,5 m2 PPNBr I
(TA.2012)
 Pengaspalan jalan 5.270 m2 PPNBr II
(TA.2012)
 (570 x 7) m2 + (80 x 16) m2
 Pengaspalan jalan (lanjutan) 1.600 m2 PPNBr II
(TA.2013)
(90 x 8) m2 + (110 x 8) m2
 Peningkt jalan kompleks (cor beton) 369,15 m2 PPNBr I
(TA.2014)
 Pengaspalan jalan (lanjutan) 8.070,75 m2 PPNBr II
(TA.2014)
 Sta 150-225 (75m’) : lebar 10-13 m’
 Sta 225-300 (75 m’) : lebar 16 m’
 Sta 376-450 (74 m’) : lebar 9-13,5 m’
 Sta 450-989 (539 m’) : lebar 9 m’
6. Breakwater 292 m’
 Break water 97 m’ PPNBr II
(TA.2005)

 Breakwater (lanjutan) 195 m’ PPNBr II


(TA.2006)
7. Drainase
 Drainase (existing awal) PPNBr I
(TA.1993)
 Drainase 63 m’ PPNBr I
(TA.1995)
 Drainase 22 m’ PPNBr I
(TA.1996)
 Drainase (areal TPI lama sd sayap 215,5 m’ PPNBr I
timur) (TA.2005)
Drainase terbuka : 160,5 m’
Drainase tertutup : 55 m’

 Drainase (areal warung sd sayap timur) 244,7 m’ PPNBr I


(TA.2006)
 Drainase (sekitar TPI lama) 274,4 m’ PPNBr I
(TA.2007)
 Peningkatan Drainase (selatan bengkel) 6 m’ PPNBr I
(TA.2011)
(berupa gorong-gorong)
 Drainase 868,8 m’ PPNBr II
(TA.2013)
U gutter (1,2 x 0,8 x 1) : 635 buah 762 m’
Box culvert (1,2 x 1 x 1) : 89 buah 106,8 m’
 Drainase 631,2 m’ PPNBr II
(TA.2014)
U gutter (1,2 x 0,8 x 1) : 490 buah 588 m’
Box culvert (1,2 x 1 x 1) : 36 buah 43,2 m’

Sumber :Profile PPN Brondong, 2016.

Tabel 3 Fasilitas Fungsional PPN Brondong

No Jenis Fasilitas Volume Kepemilikan


1. Gedung TPI 1.080 m2 Perum
2. Gudang Keranjang 100 m2 Perum
No Jenis Fasilitas Volume Kepemilikan
3. Shelter Nelayan 100 m2 Perum
4. Tangki air & instalasi 170 m3 Perum
5. Tangki BBM 150 x 25 ton Perum
No Jenis Fasilitas Volume Kepemilikan

6. SPDN di lahan lama (timur) kapasitas 634 KL/bln Perum


7. SPDN di lahan baru (barat) kapasitas 248 KL/bln Perum
8. Listrik dan instalasi 345 KVA Perum
9. Genset dan instalasi 170 KVA Perum
10. Tmp.Penjualan BBM 36 m2 Perum
11. Bengkel 120 m2 Perum
Jenis Fasilitas Volume Kepemilikan
12. Kantor Perum 480 m2 Perum
13. Pabrik Es Balok 50 ton/hr x 2 unit Perum
14. Pabrik Es Balok 50 ton/hr Pemda
15. Pabrik Es Curai - Perum
(Alih fungsi menjadi gudang dan cruiser es)
16 Areal Parkir 800 m2 Perum
17. R.Sortir Ikan 120 m2 Perum
18. Rumah Genset 60 m2 Perum
19. Cold Storage

 Cold Storage 50 ton Perum


 ABF 3 ton Perum
PPNBr I
20 BPN 125 m2 (TA.1885)
PPNBr I
21. Pos Masuk 25 m2 (TA.2005)
PPNBr I
22. Kantor Pelabuhan 348 m2 (TA.2001)
PPNBr I
23. Los Pengepakan Ikan 480 m2 (TA.2004)
PPNBr I
24. MCK 60 m2 (TA.2003, 2006)
PPNBr I
(TA.2003)
(Alih fungsi menjadi outlet pengepakan ikan)
26. Reefer Container 1 unit PPNBr I

(TA.2003)

(Kondisi rusak)

27. Rambu Navigasi

 Rambu Suar di darat 2 unit PPNBr I


(TA.1993)
 SBNP di laut 2 unit PPNBr

28. Pabrik Es Mini 3 ton/hr PPNBr I


(TA.2006)
(Kondisi rusak)

29. Kantor Syahbandar 63,25 m2 PPNBr I


(TA.2008)
30. Bengkel Pelabuhan 27,6 m2 PPNBr I
(TA.2009)
31. Pos Satpam 6 m2 PPNBr I
(TA.1982)
32. Pos Jaga 24 m2 PPNBr II
(TA.2010)
33. Gedung PPDI

 Hall Utama 2.976 m2 PPNBr II


(TA.2010)
 Ruang Sortir Ikan 744 m2 PPNBr II
(TA.2010)
 Kantor Administratur (24 x 4) m2 PPNBr II
(TA.2010)
 MCK di luar gedung PPNBr II
(TA.2011)
 IPAL 120 m3/hari PPNBr II

 Gudang peralatan (18 x 10) m2 PPNBr II


(TA.2011)
34. Tandon Air Laut

 Tandon Atas (3 x 3 x 2,5) m3 PPNBr II


(TA.2010)
 Tandon Bawah (13,1 x 8,7 x 2,37) m3 PPNBr II (TA.

35. Tandon Air Tawar


 Tandon Atas (3 x 3 x 2,5) m3 PPNBr II
(TA.2011)
 Tandon Bawah (26,67 x 10 x 2,6) m3 PPNBr II (TA.

36. Instalasi Listrik

 Gardu listrik / Travo (8 x 3,8) m2 / 250 KVA PPNBr II


(TA.2011)
 Daya listrik 240 KVA PPNBr II (TA.

 Tiang beton 27 buah PPNBr II


(TA.2012)
 Lampu PJU 250 watt 50 buah PPNBr II (TA.

37. Cold storage

 Cold Storage 200 ton x 2 unit Ditjen P2HP


(TA.2013)
 ABF 4 ton x 2 unit Ditjen P2HP
(TA.2013)
 Gardu dan Inst.240 KVA Ditjen P2HP
Listrik (TA.2013)

38. Outlet Pengepakan Ikan (5x6) m2 x 8 Unit Ditjen P2HP


(TA.2013)
39. Outlet Pengepakan Ikan (5x6) m2 x 8 Unit PPNBr II
(TA.2014)
40. Outlet Pengepakan Ikan (5x6) m2 x 5 Unit PPNBr II
(TA.2014)
41. Parkir Sepeda Motor (33 x 6) m2 PPNBr II

(TA.2014)

42. Pintu Gerbang/Gapura 33,6 m2 PPNBr II


(TA.2014)
43. Pagar IPAL 76,6 m’ PPNBr II
(TA.2014)

44. SWRO

Bangunan (17 x 10,1) m2 Ditjen PT


(TA.2014)
Output debit Air 200 m3 / 24 jam

45. PJU Solar Cell 85 unit Ditjen PT


(TA.2014)

Sumber :Profile PPN Brondong, 2016.

Tabel 4 Fasilitas Penunjang di PPN Brondong

No Jenis Fasilitas Volume Kepemilikan

1. Tempat Ibadah 100 m2 PPNBr I (TA.2008)

2. Pagar Keliling 380 m’ PPNBr I

3. Mess Operator 250 m2 Perum

4. Rumah Kalabuh 120 m2 Perum

5. Rumah Dinas 170 m2 Perum

6. Kios/Warung 250 m2 Perum

Sumber :Profile PPN Brondong, 2016


IV. HASIL PRAKTEK KERJA MAGANG

4.1 Proses pembuatan dan penerbitan SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan)

di PPN Brondong.

Berdasarkan Peraturan Menteri No 13 tahun 2012 tentang Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan dijelaskan bahwa Sertifikat hasil tangkapan ikan pada prinsipnya

dapat diberikan kepada kapal perikanan berbendera Indonesia,atas hasil

tangkapan ikan yang didaratkan serta telah memenuhi semua ketentuan yang

telah dipersyaratkan.

Menurut Jannah (2005), Tujuan penerapan SHTI di Indonesia merupakan

komitmen Indonesia untuk dapat mendukung dalam mengimplementasikan


ketentuan pengelolaan sumberdaya peikanan yang berkelanjutan,

memperlancar kegiatan perdagangan hasil tangkapan ikan ke luar negeri,

membantu dalam pemberantasan IUU Fishing dan traceability hasil perikanan

laut Indonesia. Dengan kata lain, bahwa keberadaan dokumen Sertifikat Hasil

tangkapan Ikan (SHTI) dapat memberikan gambaran/informasi secara rinci

tentang wilayah penangkapan (Fishing Ground), alat tangkap yang digunakan

(fishing gears), jenis ikan yang diperoleh serta ukuran dan jenis kapal

pengangkap ikan yangh digunakan.

Menurut Apriadi (2010) ,Mengingat kapal bukan merupakan suatu etentitas

hukum,sertifikat tersebut menjadi milik dari pemilik kapal,baik perorangan

maupun perusahaan perikanan. Untuk prosedur penerbitan SHTI dilaksanakan

sebagi berikut :

4.1.1 Permohonan LA (Lembar Awal).


Menurut Rahmat (2016) ,Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, yang selanjutnya

disingkat SHTI, adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil

perikanan yang diekspor bukan dari kegiatan IllegalUnreported, and Unregulated

(IUU) Fishing. SHTI Lembar Awal adalah surat keterangan yang memuat

informasi hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal penangkap ikan

untuk tujuan pencatatan.

Menurut Jannah (2005), Lembar awal sendiri adalah sertifikat hasil

tangkapan awal yang memuat hasil tangkapan yang dilakukan setiap satu kali

pembongkaran yang berguna untuk monitoring pencatataan volume dan jenis

hasil tangkapan. . Lembar Awal hanya diisi oleh Nakhoda kapal yang

melakukan pembongkaran ikan


Menurut Aedi (2010) tentang Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan , prosedur

dari penerbitan permohonan SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan) adalah

sebagai berikut :
1. Nahkoda,pemilik kapal atau yang ditunjuk oleh pemilik kapal megajukan

permohonan penerbitan adanya SHTI(Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan)

kepada petugas dengan menggunakan format pada lampiran yang tertera

si laporan ini.
2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada nomor 1 diatas,dilampiri

dengan :
a. Draft SHTI-Lembar Awal.
Menurut Aedi (2010) Draft SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ian)

Merupakan suatau rancangan atau suatu draft yang digunakan untuk

membuat SHTI (Sertifikat Hasil tangkapan). Untuk Draft Sertifikat Hasil

tangkapan berisi mengenai Identitas dari pembuat ,kapal dari

pembuat,kemudian yang nantinya isinya disesuaikan dengan Sertifikat

Hasil tangkapan Lembar Awal.


Menurut Aedi (2010) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan dijelaskan

bahwa Sertifikat hasil tangkapan ikan pada prinsipnya dapat diberikan

kepada kapal perikanan berbendera Indonesia,atas hasil tangkapan ikan

yang didaratkan serta telah memenuhi semua ketentuan yang telah

dipersyaratkan.
Menurut Jannah (2005), Tujuan penerapan SHTI di Indonesia

merupakan komitmen Indonesia untuk dapat mendukung dalam

mengimplementasikan ketentuan pengelolaan sumberdaya peikanan

yang berkelanjutan, memperlancar kegiatan perdagangan hasil

tangkapan ikan ke luar negeri, membantu dalam pemberantasan IUU

Fishing dan traceability hasil perikanan laut Indonesia. Dengan kata lain,

bahwa keberadaan dokumen Sertifikat Hasil tangkapan Ikan (SHTI) dapat

memberikan gambaran/informasi secara rinci tentang wilayah

penangkapan (Fishing Ground), alat tangkap yang digunakan (fishing


gears), jenis ikan yang diperoleh serta ukuran dan jenis kapal

pengangkap ikan yangh digunakan

Ini adalah contoh gambar Draft-SHTI Lembar Awal :

Gambar 3 Draft SHTI Lembar Awal.


Sumber : (Data PKM,2017)
b. Fotokopi identitas Pemohon.
Menurut Jannah (2005), Untuk Fotocopy identitas Pemohon

merupakan suatu syarat yang digunakan untuk pembuatan Sertifikat hasil

tangkapan ikan yang berfungsi untuk mengetahui identitas dari sang

pembuat Sertifikat hasil tangkapan ikan.


Untuk identitas pemohon biasanya terdiri dari KTP atau yang sejenis

dengan KTP. Fungsinya adalah agar saat pembuatan Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan ada yang bertanggungjawab atas Hal itu. Selain itu

apabila ada kesalhan dalam pengumpulan berkas nanti ada yang harus

dihubungi yaitu yang akan membuat Sertiifikat Hasil Tangkapan Ikan

(Hadi,2010).
Selain itu identitas pemohon juga sangat diperlukan dalam

pembuAtan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan. Mulai Dari Nomor

identitas,Nama Identitas,Alamat ,dan lain-lain juga hal pokok yang harus

ada dalam pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan. (Rahmat,2016)


c. Fotokopi Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal
Menurut Wahid (2005) Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal

Secara umum memuat informasi identitas perusahaan, identitas

kapal, alat penangkapan ikan, tanggal keberangkatan kapal,

jumlah awak kapal, nahkoda kapal.


Pemeriksaan fisik kapal perikanan merupakan bagian tidak

terpisahkan dalam proses pelayanan usaha penangkapan.

Pemeriksaan fisik kapal dilakukan untuk menentukan kelayakan

kapal perikanan terhadap dimensi kapal, mesin kapal, palka, jenis

dan ukuran alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan

ikan serta komposisi pengawakan kapal perikanan (Rahmat,2016)


Dengan adanya Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal bisa

mempermudah dalam pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan,karena

kita menggunakan identitas perusahaan ,identitas kapal serta alat

tangkap. Jadi kita lebih mengetahui komponen yang digunakan nelayan


tersebut komponen yang dilarang atau komponen yang aman. Ini yang

menyebabkan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal menjadi salah

satu syarat dalam pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan

(Jannah,2005)

d. Fotokopi Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) .


Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah surat yang dikeluarkan oleh

Unit Pelayanan Terpadu di Surabaya dengan persyaratan sama dengan SIUP,

khususnya bagi kapal yang berada di wilayah Brondong, dengan masa berlaku 1

tahun. Apabila masa berlaku SIPI habis maka dilakukan pendaftaran kembali dan

bukan perpanjangan (PPP Morodemak, 2015).


Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) secara umum memuat informasi

identitas perusahaan, identitas kapal, jenis kapal/alat penangkapan ikan,

spesifkasi kapal, daerah penangkapan dan pelabuhan penangkapan serta

masa berlaku surat ijin tersebut (Wahid,2005)


Untuuk Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) diterbitkan oleh pusat. Yang

dimana sangat diutuhkan dalam pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan.

Dengan identitas kapal,jenis kapal,penangkapan ikan,pelabuhan penangkapan

pun sangat membantu dalam pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan

(Jannah,2005).

Ini adalah contoh dari Surat Izin Penangkapan Ikan :


Gambar 4 Surat Izin Penangkapan Ikan
Sumber : (Data PKM,2017)

e. Laporan Hasil Verifikasi Pendaratan Ikan.


Menurut Setyawan (2015) Laporan Hasil Verifikasi Pendaratan Ikan

adalah Laporan yang digunakan untuk memverifikasi Hasil Tangkapan. Ini

merupakan kerjasama dari Satker PSDKP dengan Enumerator yang ada di

lapang yang mencatat hasil tangkapan ikan V erifikasi pendaratan ikan

dilakukan pada setiap kapal penangkap ikan dengan ukuran di atas 20 (dua

puluh) Gross Tonnage (GT) yang mengajukan permintaan untuk dilaksanakan

verifikasi pendaratan ikan.


Menurut Ahmad (2007), Petugas Pendataan adalah Pengawas Perikanan

yang melakukan pemeriksaan kedatangan kapal perikanan di pelabuhan.

Petugas Verifikasi adalah Pengawas Perikanan yang ditugaskan untuk

melakukan verifikasi pendaratan ikan sebagai syarat penerbitan SHTI Lembar

Awal dan SHTI Lembar Turunan Yang Disederhanakan.


Hasil verifikasi pendaratan ikan dituangkan dalam Laporan Verifikasi

Hasil Pendaratan Ikan Yang memuat nama kapal,nomor dan masa berlaku

SIPI,jenis alat penangkapan ikan,tanggal dan daerah penangkapan

(Jannah,2005).

Ini adalah contoh dari laporan verifikasi pendaratan Ikan :


Gambar 5 Laporan Verifikasi Pendaratan Ikan
Sumber : (Data PKM,2017)

f. SKPI (Surat Keterangan Pendaratan Ikan).


Menurut Ahmad (2007), SKPI (Surat Keterangan Pendaratan Ikan) bagi

kapal penangkap ikan yang mendaratkan ikan hasil tangkapan pada pelabuhan

perikanan atau pelabuhan umum yang tidak ditetapkan sebagai Otoritas

Kompeten Lokal. Surat Keterangan Pendaratan Ikan, yang selanjutnya

disingkat SKPI, adalah surat yang menyatakan bahwa hasil tangkapan ikan yang

didaratkan bukan berasal dari kegiatan IUU Fishing.


Menurut Jannah (2005), SKPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

huruf f diterbitkan oleh Kepala pelabuhan perikanan/pelabuhan umum atau


pejabat yang ditunjuk paling lama 2 (dua) hari setelah dilakukan verifikasi

terhadap fotokopi identitas Nakhoda, pemilik kapal, atau yang ditunjuk oleh

pemilik kapal,SIPI/surat pendaftaran kapal bagi kapal yang dioperasikan oleh

nelayan kecil,Log book penangkapan ikan; dan d. Surat Persetujuan Berlayar

(SPB).
Menurut Setyawan (2005), SKPI (Surat Keterangan Pendaratan Ikan)

bagi kapal penangkap ikan yang mendaratkan ikan hasil tangkapan pada

pelabuhan perikanan atau pelabuhan umum yang tidak ditetapkan sebagai

Otoritas Kompeten Lokal. Surat Keterangan Pendaratan Ikan, yang

selanjutnya disingkat SKPI, adalah surat yang menyatakan bahwa hasil

tangkapan ikan yang didaratkan bukan berasal dari kegiatan IUU Fishing.

Ini adalah contoh dari Surat Keterangan Pendaratan Ikan :


Gambar 6 Surat Keterangan Pendaratan Ikan
Sumber : (Data PKM,2017)

4.1.2 Penerbitan SHTI (Sertfikat Hasil Tangkapan Ikan) Lembar Awal.


Menurut Rahmat (2016) ,Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, yang selanjutnya

disingkat SHTI, adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil


perikanan yang diekspor bukan dari kegiatan Illegal Unreported, and Unregulated

(IUU) Fishing. SHTI Lembar Awal adalah surat keterangan yang memuat

informasi hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal penangkap ikan

untuk tujuan pencatatan.

Menurut Jannah (2005) Lembar awal sendiri adalah sertifikat hasil

tangkapan awal yang memuat hasil tangkapan yang dilakukan setiap satu kali

pembongkaran yang berguna untuk monitoring pencatataan volume dan jenis

hasil tangkapan. Lembar Awal hanya diisi oleh Nakhoda kapal yang

melakukan pembongkaran ikan

Berdasarkan Setyawan (2005) tentang Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan

bahwa untuk SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan) Lembar awal diberikan

kepada kapal perikanan yang yang melakukan kegiatan bongkar di pelabuhan

secara langsung . Lembar awal diterbitkan untuk setiap satu kali kegiatan

pendaratan ikan dan atas permintaan Nahkoda, untuk mendapatkan SHTI-

Lembar Awal. Prosedur penerbitan Lembar Awal tersaji pada diagram dibawah ini

Kapal melakukan pembongkaran di


pelabuhan perikanan

Verifikasi Hasil Tangkapan Ikan

Permohonan penerbitan Lembar


awal

a
Pemeriksaan dokumen
Awal
Pengisian blanko LA

Penomoran dan Validasi LA

Penerbitan LA
Gambar 7 Alur Penerbitan Lembar Awal

Keterangan :

1. Kapal Perikanan ini melakukan kegiatan bongkar di pelabuhan perikanan.

Rencana pembongkaran ikan disampaika sebelumnya kepada petugas

pendataan dan atau kesyahbandaran di pelabuhan perikanan. Jumlah

dan jenis ikan yang dibongkar diawasi oleh pengawas perikanan.

Kemudian permohonan penerbitan Lembar Awal oleh nahkoda,pemilik

kapal,atau yang ditunjuk oleh pemilik kapal dan pengisian draft SHTI-LA

beserta kelengkapan dokumen penerbitan lembar awal.

2. Petugas SHTI di pelabuhan perikanan melakukan pemeriksaan dan

veriikasi yang terkait dengan IUU Fishing ,proses penerbitan SHTI-LA

dilanjutkan. Sebaliknya,bila ditemukan dugaan kegiatan IUU Fishing dan

atau syarat penerbitan SHTI-LA tidak lengkap,petugas SHTI

mengembalikan permohonan tersebut kepada pemohon. Selanjutnya

petugas SHTI mencatat penolakan tersebut.

3. Petugas SHTI-LA mengisi Form SHTI-LA sesuai dengan draft SHTI-LA

yang telah diisi oleh Nahkoda,pemilik kapal,atau yang ditunjuk oleh

pemilik kapal. Form SHTI-LA yang telah diisi oleh petugas SHTI

selanjutnya diberikan nomor yang unik dan spesifik.


4. Form SHTI-LA di validasi oleh pejabat yang ditunjuk oleh Otoritas

Kompeten Pelaksana SHTI dengan membubuhkan tanda tangan dan

stempel dari Otoritas Kompeten Lokal. SHTI-LA yang telah di validasi

terdiri dari 2 rangkap ,1 rangkap diberikan kepada nahkoda,pemilik

kapal ,atau yang ditunjuk oleh pemilik kapal dan satu rangkap disimpan

untuk arsip pelabuhan perikanan

4.1.3 Permohonan SHTI Lembar Turunan (SHTI-LT)


Menurut Aedi (2010) ,Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, yang selanjutnya

disingkat SHTI, adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil

perikanan yang diekspor bukan dari kegiatan IllegalUnreported, and Unregulated

(IUU) Fishing. SHTI Lembar Awal adalah surat keterangan yang memuat

informasi hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal penangkap ikan

untuk tujuan pencatatan.

Menurut Rahmat (2016), Lembar turunan sendiri adalah Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan (SHTI) jenis Lembar Turunan (LT) merupakan

dokumen yang memuat sebagian atau seluruh hasil tangkapan yang

dibongkar pada satu kali kegiatan bongkar. Lembar Turunan (LT) dibuat

sesuai Lembar Awal (LA) untuk tujuan perdagangan.

Berdasarkan Jannah (2005) tentang Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan,

bahwa penanggungjawab UPI,eksportir atau yang ditunjuk untuk mendapatkan

SHTI-Lembar Turunan mengajukan permohonan penerbitan Lembar Turunan

kepada petugas SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan) dengan menggunakan

format sebagaimana contoh pada form 2 yang saya lampirkan. Petugas SHTI

dapat memproses permohonan penerbitan adanya SHTI Lembar Turunan bila

semua persyaratan penerbitan Lembar Turunan terpenuhi,seperti :

a. Fotokopi SHTI-Lembar Awal


Menurut Aedi (2010) Draft SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ian) Merupakan

suatau rancangan atau suatu draft yang digunakan untuk membuat SHTI

(Sertifikat Hasil tangkapan). Untuk Draft Sertifikat Hasil tangkapan berisi

mengenai Identitas dari pembuat ,kapal dari pembuat,kemudian yang nantinya

isinya disesuaikan dengan Sertifikat Hasil tangkapan Lembar Awal.


Menurut Aedi (2010) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan dijelaskan bahwa

Sertifikat hasil tangkapan ikan pada prinsipnya dapat diberikan kepada kapal

perikanan berbendera Indonesia,atas hasil tangkapan ikan yang didaratkan

serta telah memenuhi semua ketentuan yang telah dipersyaratkan.


Menurut Jannah (2005), Tujuan penerapan SHTI di Indonesia merupakan

komitmen Indonesia untuk dapat mendukung dalam mengimplementasikan

ketentuan pengelolaan sumberdaya peikanan yang berkelanjutan,

memperlancar kegiatan perdagangan hasil tangkapan ikan ke luar negeri,

membantu dalam pemberantasan IUU Fishing dan traceability hasil perikanan

laut Indonesia. Dengan kata lain, bahwa keberadaan dokumen Sertifikat Hasil

tangkapan Ikan (SHTI) dapat memberikan gambaran/informasi secara rinci

tentang wilayah penangkapan (Fishing Ground), alat tangkap yang digunakan

(fishing gears), jenis ikan yang diperoleh serta ukuran dan jenis kapal

pengangkap ikan yang digunakan.

Ini merupakan contoh dari SHTI Lembar awal :


Gambar 8 Sertifikat Hasil Tangkapan Lembar Awal
Sumber : (Data PKM,2017)
b. Draft SHTI-Lembar Turunan
Menurut Aedi (2010) Draft SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ian) Merupakan

suatau rancangan atau suatu draft yang digunakan untuk membuat SHTI

(Sertifikat Hasil tangkapan). Untuk Draft Sertifikat Hasil tangkapan berisi

mengenai Identitas dari pembuat ,kapal dari pembuat,kemudian yang nantinya

isinya disesuaikan dengan Sertifikat Hasil tangkapan Lembar Awal.


Menurut Aedi (2010) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan dijelaskan bahwa

Sertifikat hasil tangkapan ikan pada prinsipnya dapat diberikan kepada kapal

perikanan berbendera Indonesia,atas hasil tangkapan ikan yang didaratkan serta

telah memenuhi semua ketentuan yang telah dipersyaratkan.


Menurut Jannah (2005), Tujuan penerapan SHTI di Indonesia merupakan

komitmen Indonesia untuk dapat mendukung dalam mengimplementasikan

ketentuan pengelolaan sumberdaya peikanan yang berkelanjutan, memperlancar

kegiatan perdagangan hasil tangkapan ikan ke luar negeri, membantu dalam

pemberantasan IUU Fishing dan traceability hasil perikanan laut Indonesia.

Dengan kata lain, bahwa keberadaan dokumen Sertifikat Hasil tangkapan Ikan

(SHTI) dapat memberikan gambaran/informasi secara rinci tentang wilayah

penangkapan (Fishing Ground), alat tangkap yang digunakan (fishing gears),

jenis ikan yang diperoleh serta ukuran dan jenis kapal pengangkap ikan yang

digunakan.

Ini adalah contoh draft SHTI Lembar Turunan :


Gambar 9 Draft SHTI Lembar Turunan
Sumber : (Data Pkm,2017)

c. Fotokopi identitas pemohon


Menurut Jannah (2005), Untuk Fotocopy identitas Pemohon merupakan

suatu syarat yang digunakan untuk pembuatan Sertifikat hasil tangkapan ikan
yang berfungsi untuk mengetahui identitas dari sang pembuat Sertifikat hasil

tangkapan ikan.
Untuk identitas pemohon biasanya terdiri dari KTP atau yang sejenis dengan

KTP. Fungsinya adalah agar saat pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan

ada yang bertanggungjawab atas Hal itu. Selain itu apabila ada kesalhan dalam

pengumpulan berkas nanti ada yang harus dihubungi yaitu yang akan membuat

Sertiifikat Hasil Tangkapan Ikan (Hadi,2010).


Selain itu identitas pemohon juga sangat diperlukan dalam pembuAtan

Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan. Mulai Dari Nomor identitas,Nama

Identitas,Alamat ,dan lain-lain juga hal pokok yang harus ada dalam pembuatan

Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan. (Rahmat,2016


d. Bukti pembelian ikan

Menurut Kartika (2013), Bukti Pembelian Ikan merupakan suatu bukti yang

digukanan oleh pengepul atau penjual ikan untuk digunakan sebagai syarat

pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan Lembar Turunan terutama untuk

pengekspor atau UPI yang akan mengajukan pembuatan Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan.

Menurut Aedi (2010) tentang Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, bahwa

penanggungjawab UPI,eksportir atau yang ditunjuk untuk mendapatkan SHTI-

Lembar Turunan mengajukan permohonan penerbitan Lembar Turunan kepada

petugas SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan) dengan menggunakan format

sebagaimana contohkan. Petugas SHTI dapat memproses permohonan

penerbitan adanya SHTI Lembar Turunan bila semua persyaratan penerbitan

Lembar Turunan terpenuh.

Untuk bukti pembelian ikan sangat diperlukan karena dalam proses ekspor

ikan kita harus tau darimana ikan itu didapat,darimana ikan itu berasal,dan harga

per ikan, selain itu dengan adanya bukti pembelian ikan bisa mempermudah
mengekspor hasil perikanan dan lebih mudah dilakukan penelususran hasil

tangkapan ikan (jannah,2005).

Gambar 10 Nota Pembelian Ikan


Sumber : ( Data PKM,2017)

e. Packing list invoice dari perusahaan


Menurut Nugraha (2012), Document yang di keluarkan atau di buat oleh

pihak exportir atau importir yang data - data didalamnya berisi tentang nama

barang yang akan di Export atau Import. Data di dalamnya jika nama barang

yang di export atau di import lebih dari 1 ( satu ) nama barang biasanya

diuraikan atau di Break Down berdasarkan nomor HS.(Harmonized system

codes ).
Menurut panji (2013), Daftar Rincian barang secara mendetail yang

berisikan nama Shipper, Consignee, Notify Party, Nama Vessel & Voy,

Dimensi Barang, Gross Weight dan Net Weight per Item barang maupun total

keseluruhan, Jumlah barang.


Untuk packing list invoice sangat diperlukan dalam pembuatan Sertifikat

Hasil Tangkapan Ikan Lembar Turunan karena dengan adanya packing list

invoice bisa mengetahui rincian barang secara detail yang berisikan nama

kapal dan mesin serta jumlah barang yang akan diekspor. Dengan adanya

packing list invoice juga memudahkan dalam pengemasan barang serta

penelusuran barang agar lebih mudah (Nardani,2008).

Ini adalah gambar Packing list invoice :


Gambar 11 Packing List Invoice

Sumber : (Data PKM,2017)

f. Surat jalan pengiriman barang dari perusahaan.


Menurut Aini (2007), Surat jalan adalah surat penting keberadaannya dalam

berbagai surat, contohnya adalah pengiriman barang. Berarti surat jalan adalah

dokumen wajib yang mana disertakan dengan suatu barang pengiriman dari

suatu tempat yang lain. dalam dokumen pengiriman tersebut mencantumkan

data barang-barang yang dikirim disertai kualitas dan kuantitas barang tersebut.

Dengan begitu kita akan merasa aman apabila ada petugas berwajib seperti

Polatnas atau dinas lainnnya yang ingin memeriksa barang kiriman tersebut.

Selain itu juga dengan adanya surat jalan tersebut urusan kita dengan

pihak polisi akan mudah.


Surat jalan pengiriman barang adalah sebuah surat yang dibuat oleh

perusahaan jasa pengiriman barang ataupun perusahaan yang sedang

mengirimkan barang untuk melengkapi sebuah kendaraan yang sedang

melakukan tugas pengiriman barang (Aedi,2010).


Ada beberapa fungsi dan kegunaan surat jalan yang biasanya di negara kita

Memberi kejelasan dan rincian terhadap barang yang akan dikirim Sebagai

bentuk formalitas atau keterangan resmi dari pihak tertentu Mempermudah

urusan kita terhadap pihak birokrasi ,Sebagai konfirmasi bahwa barang sudah

diterima,Pada lembar pertama digunakan sebagai bukti valid transaksi bahwa

barang sudah diterima oleh penerima barang. Nantinya lembar pertama ini

dipakai guna pembukuan di bagian akutansi Untuk lembar kedua dikasih ke

penerima barang atau pembeli,Kemudian lembar yang terakhir dipakai sebagai

arsip untuk perusahaan yang mengeluarkannya (Syahreza,2009).

Ini adalah contoh dari surat pengiriman :


Gambar 12 Gambar Surat pengiriman barang
Sumber : (Data Pkm,2017)

4.1.4 Penerbitan SHTI-LT (Sertifikat Hasil Tangkapan-Lembar Turunan)


Menurut Aedi (2010) ,Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, yang selanjutnya

disingkat SHTI, adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil

perikanan yang diekspor bukan dari kegiatan IllegalUnreported, and Unregulated

(IUU) Fishing. SHTI Lembar Awal adalah surat keterangan yang memuat

informasi hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal penangkap ikan

untuk tujuan pencatatan.

Menurut Rahmat (2016), Lembar turunan sendiri adalah Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan (SHTI) jenis Lembar Turunan (LT) merupakan


dokumen yang memuat sebagian atau seluruh hasil tangkapan yang

dibongkar pada satu kali kegiatan bongkar. Lembar Turunan (LT) dibuat

sesuai Lembar Awal (LA) untuk tujuan perdagangan


Berdasarkan Peraturan Menteri No 13 tahun 2012 tentang Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan bahwa SHTI-LT dapat diberikan atas permintaan

penanggungjawab UPI,eksportir,atau yang ditunjuk untuk mendapatkan SHTI-LT

yang memperoleh/membeli hasil tangkapan dari kapal yang mendapat SHTI-LA

melalui pemilik SHTI Lembar Awal dengan menunjukkan catatan tertulis yang

sah seperti bukti jual beli,atau catatan distribusi internal dalam kasus hasil

tangkapan diekspor ke Uni Eropa oleh perusahaan penangkapan pemlik kapal

tersebut. Secara diagram alur prosedur permintaan SHTI Lembar turunan adalah

sebagai berikut :

UPI/eksportir mengisi dan menyerahkan surat permohonan penerbitan LT,draft


LT, dan dokumen pendukung

Pemeriksaan Dokumen

Pengisian Blanko LT

Penomoran dan Validasi LT

Gambar 13 AlurPenerbitan
penerbitanLT
Lembar Turunan

Keterangan :

1. Permintaan Lembar Turunan oleh penanggung jawab UPI , eksportir atau

yang ditunjuk untuk mendapatkan SHTI-Lembar Turunan yang memiliki

LA membuat surat permohonan penerbitan Lembar Turunan,draft LT dan


menyerahkan kepada petugas SHTI di pelabuhan perikanan. Surat

permohonan penerbitan LT tersebut disertai dengan dokumen

sebagaimana yang di persyaratkan dalam penerbitan lembar turunan.

Petugas SHTI di pelabuhan perikanan memeriksa surat permohonan

penerbitan SHTI-LT dari pemohon.

2. Petugas melakukan verifikasi untuk memastikan permohonan LT sesuai

dokumen LA, bukti beli serta memastikan bahwa kembali sumber bahan

bakunya berasal dari kapal perikanan yang melakukan operasi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Bila tidak ditemukan dugaan

pelanggaran terhadap sumber bahan baku produk ,petugas SHTI mengisi

form LT sesuai dengan dokumen LA,sebaliknya bila ditemukan dugaan

pelanggaran dan atau persyaratan penerbitan Lembar turunan sesuai

permohonan. Sebaliknya bila ditemukan dugaan pelanggaran dan atau

persyaratan penerbitan LT tidak lengkap,permohonan dikembalikan

kepada pemohon dan selanjutnya petugas SHTI mencatat penolakan

tersebut.

3. Form LT selanjutnya divalidasi oleh pejabat yang ditunjuk oleh Competent

Authority dengan membubuhkan tandatangan dan stempel pada LT.

4. Tandatangan dan stempel harus sama dengan tandatangan dan stempel

yang di notifikasi ke Uni Eropa. LT terdiri dari 2 rangkap ,1 rangkap

diberikan kepada penaggung jawab UPI,eksportir atau yang ditunjuk

untuk mendapatkan SHTI-Lembar Turunan dan satu rangkap untuk arsip

pelabuhan perikanan.
4.1.5 Permohonan SHTI Lembar Turunan yang Disederhanakan(SHTI-LTS)
Menurut Margono dalam Rubino Rubiyanto, (2011) ,Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan, adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil

perikanan yang diekspor bukan dari kegiatan Illegal, Unreported, and

Unregulated (IUU) Fishing.

Menurut Malkan (2007), Lembar turunan yang disederhanakan sendiri

adalah surat keterangan yang memuat informasi seluruh atau

sebagian hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal

penangkap ikan sebagai dokumen yang menyertai hasil perikanan yang

dipasarkan ke Uni Eropa.

Berdasarkan Peraturan Menteri No 13 tahun 2012 tentang Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan bahwa eksportir yang ditunjuk untuk mendapatkan SHTI-Lembar

Turunan yang Disederhanakan mengajukan permohonan kepada otoritas

kompeten Lokal dengan menggunakan format sebagaimana contoh pada form 3

yang saya lampirkan. Petugas SHTI dapat memproses permohonan penerbitan

LTS Bila melampirkan dokumen sebagai berikut :

a. Draft SHTI-Lembar Turunan yang Disederhanakan


Menurut Aedi (2010) Draft SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ian)

Merupakan suatau rancangan atau suatu draft yang digunakan untuk membuat

SHTI (Sertifikat Hasil tangkapan). Untuk Draft Sertifikat Hasil tangkapan berisi

mengenai Identitas dari pembuat ,kapal dari pembuat,kemudian yang nantinya

isinya disesuaikan dengan Sertifikat Hasil tangkapan Lembar Awal.


Menurut Aedi (2010) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan dijelaskan bahwa

Sertifikat hasil tangkapan ikan pada prinsipnya dapat diberikan kepada kapal

perikanan berbendera Indonesia,atas hasil tangkapan ikan yang didaratkan serta

telah memenuhi semua ketentuan yang telah dipersyaratkan.


Menurut Jannah (2005), Tujuan penerapan SHTI di Indonesia merupakan

komitmen Indonesia untuk dapat mendukung dalam mengimplementasikan

ketentuan pengelolaan sumberdaya peikanan yang berkelanjutan, memperlancar

kegiatan perdagangan hasil tangkapan ikan ke luar negeri, membantu dalam

pemberantasan IUU Fishing dan traceability hasil perikanan laut Indonesia.

Dengan kata lain, bahwa keberadaan dokumen Sertifikat Hasil tangkapan Ikan

(SHTI) dapat memberikan gambaran/informasi secara rinci tentang wilayah

penangkapan (Fishing Ground), alat tangkap yang digunakan (fishing gears),

jenis ikan yang diperoleh serta ukuran dan jenis kapal pengangkap ikan yang

digunakan.

Ini adalah contoh gambar draft Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan Lembar

Turunan yang Disederhanakan :


Gambar 14 Draft SHTI Lembar Turunan yang Disederhanakan
Sumber : (Data PKM,2017)

b. Fotokopi identitas pemohon


Menurut Jannah (2005), Untuk Fotocopy identitas Pemohon merupakan

suatu syarat yang digunakan untuk pembuatan Sertifikat hasil tangkapan ikan

yang berfungsi untuk mengetahui identitas dari sang pembuat Sertifikat hasil

tangkapan ikan.
Untuk identitas pemohon biasanya terdiri dari KTP atau yang sejenis

dengan KTP. Fungsinya adalah agar saat pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan

Ikan ada yang bertanggungjawab atas Hal itu. Selain itu apabila ada kesalhan

dalam pengumpulan berkas nanti ada yang harus dihubungi yaitu yang akan

membuat Sertiifikat Hasil Tangkapan Ikan (Hadi,2010).


Selain itu identitas pemohon juga sangat diperlukan dalam pembuAtan

Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan. Mulai Dari Nomor identitas,Nama

Identitas,Alamat ,dan lain-lain juga hal pokok yang harus ada dalam pembuatan

Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan. (Rahmat,2016).

c. Bukti pembelian Ikan

Menurut Kartika (2013), Bukti Pembelian Ikan merupakan suatu bukti

yang digukanan oleh pengepul atau penjual ikan untuk digunakan sebagai syarat

pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan Lembar Turunan terutama untuk

pengekspor atau UPI yang akan mengajukan pembuatan Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan.

Menurut Aedi (2010) tentang Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, bahwa

penanggungjawab UPI,eksportir atau yang ditunjuk untuk mendapatkan SHTI-

Lembar Turunan mengajukan permohonan penerbitan Lembar Turunan kepada

petugas SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan) dengan menggunakan format

sebagaimana contohkan. Petugas SHTI dapat memproses permohonan Untuk

bukti pembelian ikan sangat diperlukan karena dalam proses ekspor ikan kita

harus tau darimana ikan itu didapat,darimana ikan itu berasal,dan harga per ikan,

selain itu dengan adanya bukti pembelian ikan bisa mempermudah mengekspor

hasil perikanan dan lebih mudah dilakukan penelususran hasil tangkapan ikan

(jannah,2005).
Gambar 15 Bukti Pembelian Ikan
Sumber : (Data PKM,2017)

d. Packing list invoice dari perusahaan


Menurut Nugraha (2012), Document yang di keluarkan atau di buat oleh

pihak exportir atau importir yang data - data didalamnya berisi tentang nama

barang yang akan di Export atau Import. Data di dalamnya jika nama barang

yang di export atau di import lebih dari 1 ( satu ) nama barang biasanya diuraikan

atau di Break Down berdasarkan nomor HS.(Harmonized system codes ).


Menurut panji (2013), Daftar Rincian barang secara mendetail yang

berisikan nama Shipper, Consignee, Notify Party, Nama Vessel & Voy, Dimensi

Barang, Gross Weight dan Net Weight per Item barang maupun total

keseluruhan, Jumlah barang.


Untuk packing list invoice sangat diperlukan dalam pembuatan Sertifikat

Hasil Tangkapan Ikan Lembar Turunan karena dengan adanya packing list

invoice bisa mengetahui rincian barang secara detail yang berisikan nama kapal
dan mesin serta jumlah barang yang akan diekspor. Dengan adanya packing list

invoice juga memudahkan dalam pengemasan barang serta penelusuran barang

agar lebih mudah (Nardani,2008).


Ini adalah gambar Packing list invoice :

Gambar 16 Packing List Invoice

Sumber : (Data PKM,2017)

e. Surat jalan pengiriman barang dari perusahaan


Menurut Aini (2007), Surat jalan adalah surat penting keberadaannya

dalam berbagai surat, contohnya adalah pengiriman barang. Berarti surat jalan

adalah dokumen wajib yang mana disertakan dengan suatu barang pengiriman

dari suatu tempat yang lain. dalam dokumen pengiriman tersebut mencantumkan

data barang-barang yang dikirim disertai kualitas dan kuantitas barang tersebut.

Dengan begitu kita akan merasa aman apabila ada petugas berwajib seperti

Polatnas atau dinas lainnnya yang ingin memeriksa barang kiriman tersebut.

Selain itu juga dengan adanya surat jalan tersebut urusan kita dengan

pihak polisi akan mudah.


Surat jalan pengiriman barang adalah sebuah surat yang dibuat oleh

perusahaan jasa pengiriman barang ataupun perusahaan yang sedang

mengirimkan barang untuk melengkapi sebuah kendaraan yang sedang

melakukan tugas pengiriman barang (Aedi,2010).


Ada beberapa fungsi dan kegunaan surat jalan yang biasanya di negara

kita Memberi kejelasan dan rincian terhadap barang yang akan dikirim Sebagai

bentuk formalitas atau keterangan resmi dari pihak tertentu Mempermudah

urusan kita terhadap pihak birokrasi ,Sebagai konfirmasi bahwa barang sudah

diterima,Pada lembar pertama digunakan sebagai bukti valid transaksi bahwa

barang sudah diterima oleh penerima barang. Nantinya lembar pertama ini

dipakai guna pembukuan di bagian akutansi Untuk lembar kedua dikasih ke

penerima barang atau pembeli,Kemudian lembar yang terakhir dipakai sebagai

arsip untuk perusahaan yang mengeluarkannya (Syahreza,2009).


Ini adalah contoh gambar Surat Jalan :

Gambar 17 Surat Jalan perusahaan


Sumber : (Data PKM,2017)

4.1.6 Penerbitan Lembar Turunan yang Disederhanakan (LTS)


Menurut Margono dalam Rubino Rubiyanto, (2011) ,Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan, adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil

perikanan yang diekspor bukan dari kegiatan IllegalUnreported, and Unregulated

(IUU) Fishing.

Menurut Malkan (2007), Lembar turunan yang disederhanakan sendiri

adalah surat keterangan yang memuat informasi seluruh atau

sebagian hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal


penangkap ikan sebagai dokumen yang menyertai hasil perikanan yang

dipasarkan ke Uni Eropa.

Berdasarkan Peraturan Menteri No 13 tahun 2012 tentang Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan Secara diagramatis penerbitan Lembar Turunan yang

Disederhanakan digambarkan sebagai berikut :

UPI/eksportir mengisi dan menyerahkan surat permohonan


penerbitan LTS,draft LTS, dan dokumen pendukung

Pemeriksaan Dokumen

Pengisian Blanko LTS

Penomoran dan Validasi LTS

Penerbitan
Gambar 18 Alur penerbitan Lembar LTS yang disederhanakan
Turunan

Keterangan :

1. Penanggungjawab UPI,eksportir atau yang ditunjuk untuk mendapatkan

SHTI-Lembar Turunan yang disederhanakan membuat surat permohonan

penerbitan SHTI Lembar Turunan yang disederhanakan dengan disertai

dokumen yang di persyaratkan.


2. Petugas dari SHTI di pelabuhan perikanan memeriksa surat permohonan

penerbitan SHTI-LTS dari pemohon. Petugas harus memastikan bahwa

permohonan SHTI-LTS sesuai dengan dokumen pendukung yang ada.

3. Petugas mengisi form SHTI-LTS sesuai dengan permohonan bila

berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ditemukan dugaan pelanggaran

terhadap sumber bahan baku produk. Sebaliknya bila ditemukan dugaam

pelanggaran dan/atau persyaratan penerbitan SHTI-LTS tidak

lengkap,permohonan dikembalikan kepada pemohon dan selanjutnya

petugas SHTI mencatat penolakan tersebut.

4. Draft SHTI-LTS selanjutnya diberi nomor dan divalidasi oleh OKL dan

atau alternatif bila OKL berhalangan. SHT-LTS terdiri dari 2 rangkap,1

rangkap diberikan untuk mendapatkann SHTI-LTS dan satu rangkap

untuk arsip pelabuhan perikanan.

4.3 Penerapan SHTI dalam upaya ekspor perikanan di PPN Brondong

Berdasarkan Profile PPN Brondong (2016), Sertifikat ikan hasil tangkapan

yang telah berjalan di PPN Brondong adalah Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan

(SHTI) atau yang disebut dengan “Cacth Certificate” dimana sudah mulai

dimulai per 01 Januari tahun 2010 sampai dengan sekarang. Regulasi ini

pada dasarnya adalah dari permintaan pasar Uni Eropa, dimana

pemerintahan berusaha melindungi masyarakat Uni Eropa dari konsumsi ikan

laut yang terindikasi “IUU Fishing”, sehingga pemerintahan Uni Eropa melarang

masuknya produk perikanan yang berasal dari kegiatan atau terindikasi tindak

“IUU Fishing” ke pasar Uni Eropa. Dan setiap produk perikanan yang masuk ke

dalam negara anggota Uni Eropa tersebut harus dilengkapai dengan “Catch
Certificate”. Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan diwajibkan terhadap semua produk

perikanan hasil tangkapan dari perairan laut.

Secara umum dapat dijelaskan bahwa keberadaan Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan (SHTI) merupakan dokumen yang harus dimiliki untuk

mempermudah dan melancarkan kegiatan perdagangan produk perikanan

khususnya bagi pemenuhan permintaan pangsa pasar Negara-negara di Uni

Eropa. Semua produk perikanan yang berasal dari kegiatan penangkapan ikan

di laut harus diketahui ketertelusurannya (tracebility) dan dipastikan bebas dari

IUU Fishing dengan disertai Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI). SHTI

merupakan jaminan Pemerintah Indonesia kepada negara pengimpor bahwa

produk perikanan asal Indonesia tidak terkait atau bebas

dari kegiatan IUU Fishing (Jannah,2015).

Berdasarkan Peraturan Menteri No 13 tahun 2012 tentang Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan , Dalam pelaksanaannya sendiri, posisi KKP bertindak sebagai

Otoritas Kompeten Nasional dalam penerbitan SHTI. Sedangkan, untuk

tangkapan yang berada di daerah, maka KKP mendelegasikan kepada

Otoritas Kompeten Lokal. Yakni, dari Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara

Brondong,Lamongan Jawa Timur. Hingga akhir tahun 2015 lalu, KKP telah

menetapkan 39 UPT Pelabuhan Perikanan yang bertindak sebagai OKL

penerbitan SHTI.

Unit Pengolah Ikan di kawaasan pantura Lamongan, terdapat beberapa UPI

yang sudah mengajukan permohonan SHTI kepada PPN Brondong antara lain

PT.QL Hasil Laut dan PT.Bahari Biru Nusantara. Untuk kebanyakan UPI

yang mengajukan permohonan SHTI berasal dari kawasan Surabaya dan

sekitarnya antara lain PT.Bumi Menara Internusa, PT.Kelola Mina Laut,


PT.Marindo Makmur Usahajaya, PT.Alam Jaya, PT.Varia Niaga Nusantara,

PT.Surya Alam Tunggal, PT.Rex Canning, dll.

Adapun hasil kegiatan pemeriksaan SHTI yang dilakukan oleh Syahbandar


Di PPN Brondong Tahun 2016 sampai Bulan Juni tahun 2017, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :

Gambar 19 Grafik Pemakaian Lembar SHTI Tahun 2016 di PPN Brondong

Sumber : PPN Brondong,2017

Untuk pemakaian dari SHTI di Tahun 2016 sendiri pada bulan januari

untuk Lembar Awal sebesar 131 lembar, lembar turunan 69 dan lembar turunan

yang disederhanakan 7 lembar. Lalu di bulan februari untuk pemakaian SHTI

Lembar awal sendiri jumlahnya 53 lembar, untuk lembar turunan ada 23 lembar

dan lembar turunan yang disederhanakan jumlah nya 43 lembar. Di bulan maret

pemakaian lembar awal sebesar 38 lembar,serta pemakaian lembar turunan

sebesar 55 lembar dan lembar turunan yang disederhanakan sebesar 67 lembar.

Sedangkan di bulan april pemakaian SHTI lembar awal sebesar 6 lembar,

Lembar turunan 5 lembar,Lembar turunan yang disederhanakan sebesar 63

lembar. Di bulan mei sendiri pemakaian Lembar awal sebesar 28 lembar,

pemakaian lembar turunan sebesar 35 lembar, dan lembar truunan yang


disederhanakan sebesar 69 lembar. Untuk bulan juni pemakaian SHTI Lembar

awal sebesar 20 lembar,pemakaian lembar turunan sebesar 24 lembar , dan

lembar turunan yang disederhanakan ada 54 lembar. Untuk bulan Juli sendiri

jumlah pemakaian lembar awal sebesar 100 lembar,untuk lembar turunan 44

lembar dan lembar turunan yang disederhanakan 42 lembar. Bulan agustus

sendiri pemakaian SHTI Lembar awal sebesar 100 lembar ,pemakaian SHTI

Lembar turunan jumlahnya 44 lembar dan lembar trunan yang disederhanakan

sejumlah 42 lembar. Bulan September pemakaian SHTI Lembar awal sebesar 54

lembar,lembar turunan sebesar 52 lembar dan lembar turunan yang

disederhanakan 46 lembar. Pada bulan oktober pemakaian SHTI Lembar awal

sebesar 94 lembar,untuk lembar turunan sebesar 125 lembar dan lembar turunan

yang disederhanakan ada 37 lembar. Untuk bulan November sendiri pemakaian

SHTI Lembar awal sebesar 44 lembar ,lembar turunan sebesar 64 lembar dan

lembar turunan yang disederhanakan sebesar 64 lembar. Bulan desember

sendiri untuk lembar awal sebesar 85 lembar,untuk lembar turunan sebesar 61

lembar dan turunan yang disederhanakn sebesar 52 lembar.


Gambar 20 Grafik pemakaian Lembar SHTI tahun 2017 di PPN brondong

Sumber : PPN Brondong,2017

Untuk pemakaian dari SHTI di Tahun 2017 sendiri pada bulan januari

untuk Lembar Awal sebesar 34 lembar, lembar turunan 34 dan lembar turunan

yang disederhanakan 45 lembar. Lalu di bulan februari untuk pemakaian SHTI

Lembar awal sendiri jumlahnya 23 lembar, untuk lembar turunan ada 35 lembar

dan lembar turunan yang disederhanakan jumlah nya 49 lembar. Di bulan maret

pemakaian lembar awal sebesar 0 lembar,serta pemakaian lembar turunan

sebesar 0 lembar dan lembar turunan yang disederhanakan sebesar 46 lembar.

Sedangkan di bulan april pemakaian SHTI lembar awal sebesar 8 lembar,

Lembar turunan 30 lembar,Lembar turunan yang disederhanakan sebesar 38

lembar. Di bulan mei sendiri pemakaian Lembar awal sebesar 57 lembar,

pemakaian lembar turunan sebesar 42 lembar, dan lembar truunan yang

disederhanakan sebesar 45 lembar. Untuk bulan juni pemakaian SHTI Lembar


awal sebesar 17 lembar,pemakaian lembar turunan sebesar 7 lembar , dan

lembar turunan yang disederhanakan ada 35 lembar.

Tujuan dari penerapan SHTI di Indonesia merupakan komitmen Indonesia

untuk dapat mendukung dalam mengimplementasikan ketentuan pengelolaan

sumberdaya peikanan yang berkelanjutan, memperlancar kegiatan

perdagangan hasil tangkapan ikan ke luar negeri, membantu dalam

pemberantasan IUU Fishing dan traceability hasil perikanan laut Indonesia.

Dengan kata lain, bahwa keberadaan dokumen Sertifikat Hasil tangkapan Ikan

(SHTI) dapat memberikan gambaran/informasi secara rinci tentang wilayah

penangkapan (Fishing Ground), alat tangkap yang digunakan (fishing gears),

jenis ikan yang diperoleh serta ukuran dan jenis kapal pengangkap ikan yang

digunakan (Jannah,2015)

Untuk pengawasan penerapan kebijakan Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan ini

telah bekerja sama dengan DIrektorat Jendral Pengawasan Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan dan Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan

Perikanan. Untuk mempermudah prosesnya, penerbitan SHTI ini pun telah

memanfaatkan sistem ninformasi yakni melalui aplikasi SHTI Online yang

terintegrasi dengan data base pengelolaan perikanan tangkap. Hal ini sangat

berpengaruh besar terhadap operator OKL untuk keperluan verifikasi

permohonan dari pelaku usaha secara cepat ,tepat,dan akura dalam melakukan

validai SHTI. Dengan diterapkannya SHTI online, para pelaku ekspor kini

dimudahkan untuk proses yang panjang tersebut. Karena tak perlu lagi

mendatangi kantor Pelabuhan Pendaratan Ikan.

Turut berpartisipasi dalam pemberantasan IUU Fishing, Indonesia dalam

hal ini pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik


Indonesia menindaklanjuti European Council (EC) Regulation No. 1005/2008 on

establishing a community system to prevent, deter and eliminate illegal,

unreported and unregulated fishing (IUU Fishing) ke dalam kebijakan nasional,

yaitu Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 13 tahun 2012 tentang

Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan dengan memberlakukan Sertifikasi Hasil

Tangkapan Ikan atau yang disebut Catch Certificate. Hal ini

merupakan kerangka kerjasama Indonesia dengan Uni Eropa termasuk

untuk kelancaran ekspor produk perikanan Indonesia ke UE.

Regulasi tersebut mengamanatkan bahwa produk perikanan yang memasuki

kawasan Uni Eropa tidak boleh berasal dari kegiatan IUU Fishing.

Penerapan Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan (SHTI) sebagai kewajiban

syarat dokumen sebelum melakukan proses perdagangan ekspor dalam bidang

perikanan, mewajibkan para pelaku usaha perikanan terutama para pelaku yang

langsung terjun pada proses penangkapan ikan harus memiliki surat sertifikat

tersebut sesuai dengan kemampuan fasilitas yang dimilikinya dengan

standarisasi ukuran kapal dan ukuran mesin kapal. Pada wilayah Sulawesi

Selatan, otoritas pemberi kebijakan surat SHTI berada pada Dinas Kelautan

dan Perikanan Propinsi Jawa Timur yang diserahkan pada PPN

Brondong,Lamongan Jawa Timur.

Berdasarkan data pemakaian SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan)

pada tahun 2017, jumlah ekspor perikanan yang telah memiliki sertifikat hasil

tangkapan ikan dengan penerbitan dari PPN Brondong Lamongan Jawa

Timur menunjukkan bahwa jenis dominasi ikan yang di ekspor adalah jenis

Crab (blue swimming). Jenis ikan ini didapatkan dari beberapa wilayah yang

ada di Lamongann seperti kecamatan Brondong.


Berdasarkan Peraturan Menteri No 13 tahun 2012 tentang Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan ,Proses permohonan dalam mendapatkan Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan terdiri dari 3 tahap golongan SHTI yaitu SHTI Lembaran

Awal (LA), SHTI Lembaran Turunan (LT) dan terakhir adalah SHTI Lembaran

Turunan yang Disederhanakan (LTS). Dalam pengurusan SHTI yang dimulai

dengan melakukan pengurusan surat SHTI yang berkode LA, dimana

syarat kapal yang dapat mengajukan permohonan surat ini adalah kapal

ikan yang menggunakan mesin dengan kapasitas di atas 20 GT. Selain

syarat ukuran kapal, dalam pengajuan permohonan surat SHTI LA harus

dilengkapi dengan identitas pemilik kapal, dan nahkoda kapal itu sendiri.

Setelah mendapatkan lembar SHTI LA kemudian dilanjutkan dengan proses

verivikasi untuk mendapatkan lembaran surat tanda bukti lapor kapal keluar

(STBLKK) di PSDKP Dinas Kelautan dan Perikanan Lamongan Provinsi Jawa

Timur.

4.4 Dampak Penerapan SHTI terhadap tingkat ekspor hasil perikanan

tangkap di PPN Brondong,Lamongan Jawa Timur

Berdasarkan Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 28 tahun 2009

tentang Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, Kebijakan merupakan rangkaian

konsep dari asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Sertifikat

Hasil Tangkapan Ikan merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan

oleh Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai bentuk

dalam menjawab atas kebijakan Uni Eropa untuk menghindari Ilegal,

Unregulated, Unreported (IUU) sebagai kebijakan dalam menghadapi kerusakan

ekosistem serta perlindungan biota laut yang terdapat di dunia. Dalam


perjalanan kebijakan SHTI, pada umumnya memiliki kontroversi maupun

dukungan dari beberapa pihak dalam proses pengaplikasiannya.

Aedi (2010), berpendapat bahwa suatu negara akan mengekspor barang

ke negara lain jika negara itu lebih efisien dalam memproduksi barang dan itu

disebut keunggulan absolut. Terjadinya kegiatan perdagangan internasional

akan dapat meningkatkan keuntungan dan output dunia yang terlibat

didalamnya. Semakin berkembangnya kegiatan perdagangan antar negara,

menjadikan banyak negara yang melakukan kegiatan proteksi guna melindungi

produsen dan konsumen negara yang bersangkutan. Hampir setiap negara

menerapkan pembatasan perdagangan atau pembebanan dalam bentuk biaya

untuk menaungi negaranya dalam bentuk kebijakan perdagangan atau regulasi.

Berdasarkan Peraturan Menteri No 13 tahun 2012 Sertifikat hasil

tangkapan ikan sebagai bentuk kebijakan Indonesia dalam memberi jaminan

kepada negara-negara yang termasuk pada perkumpulan Uni Eropa merupakan

bukti nyata Indonesia dalam melawan IUU dan mempertahankan kondisi ekologi

perairan Indonesia. Selain sebagai jaminan produk, SHTI juga sebagai bentuk

ketaatan Indonesia dalam perdagangan internasional yang memiliki berbagai

regulasi dan kebijakan ketat pada proses perdagangan. Perdagangan

internasional sangatlah rumit dan kompleks jika dibandingakan dengan

perdagangan dalam negeri, kerumitan tersebut bisa disebabkan karena adanya

batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan,

misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Kebijkan SHTI

merupakan kebijakan spesialisasi produksi yang memiliki konsentrasi pada

bidang perikanan khususnya hasil tangkapan ikan.


Berdasarkan Profile PPN Brondong (2016), Dalam perkembangan

kebijakan SHTI khususnya di Kota Lamongan Provinsi Jawa Timur

mengalami peningkatan baik pada fasilitas proses pengurusan maupun pada

hasil perdagangan internasional . Hal ini dapat dilihat dari perkembangan

produk perikanan khususnya dari perikanan tangkap mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Kemampuan perusahaan-perusahaan ekspor perikanan

yang berada di Surabaya dengan mengandalkan sertifikat hasil tangkapan

ikan yang dimiliki dapat menembus pasar internasional terutama pada

negara-negara di Eropa. Dengan adanya kebijakan SHTI bukan hanya dapat

menembus pasar eropa saja, tetapi dengan kebijakan ini, produksi ekspor

perikanan dapat memiliki kualitas yang tinggi dan menciptakan perilaku yang

baru pada nelayan tangkap. Terciptanya klasifikasi yang tinggi pada hasil

perikanan tangkap memaksa para nelayan untuk menangkap ikan dengan

kualitas yang baik serta adanya kebijakan perusahaan perikanan untuk lebih

dapat teliti dan lebih spesifk dalam menentukan komoditas ekspor yang akan

digunakan di pasar internasional.

Sertifikat hasil tangkapan ikan sebagai bentuk kebijakan yang berdasar

pada regulasi dalam memberantas Ilegal Unregulated Unreported (IUU)

Fishing merupakan kebijakan bersama yang diputuskan pada perdagangan

dunia untuk dapat menjaga ekosistem lingkungan perairan di dunia. Indonesia

sebagai salah satu pelaku perdagangan internasional dalam bidang komoditi

perikanan tangkap harus dapat menerapkan regulasi-regulasi yang telah

ditetapkan oleh organisasi internasional dalam ha ini Uni Eropa sebagai

bentuk perubahan peran yang bukan hanya pada profit oriented saja tetapi

juga memperhatikan sustainable ecology (Jannah,2015).


Sebagian nelayan atau pelaku usaha ekspor Indonesia khususnya di PPN

Brondong,Lamongan mengalami kepanikan mengenai pemberlakuan Sertifikat

Hasil Tangkapan Ikan ini sehingga dalam proses pengurusan Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan agak sedikit rumit terjadi keterlambatan dan butuh waktu utuk

menyiapkan syarat pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan ini, dan kurang

nya informasi sampai ke telinga para pelaku ekspor tersebut tentang syarat

pembuatan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan ini. Terlebih para pejabat

perikanan yang awal penerbitan kebijakan ini masih menggunakan proses

secara manual mengakibatkan banyaknya kerumitan yang terjadi.

Sehingga pada tahun 2013 dengan adanya pembaruan kebijakan Sertifikat

Hasil Tangkapan Ikan ini pada permen No 13 tahun 2012 yang lebih ketat

karna telah memulai aplikasi secara online. Namun sedikit demi sedikit dapat

diterima demi kelancaran akan proses ekpor hasil perikanan khusunya ke UNI

Eropa.

Berdasarkan Profile PPN Brondong (2016), Dengan berkembanganya ilmu

pengetahuan dan teknologi maka harus menuntut regulasi-regulasi yang dibuat

oleh pemerintah harus dapat mudah untuk diakses dan diaplikasikan melalui

sistem online. Hal ini yang juga membuat kebijakan SHTI melalui

Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerapkan sistem online dalam

pengaplikasian pengurusan sertifikat hasil tangkapan ikan tersebut. Dengan

penerapan sistem online yang diberlakukan, sehingga dengan mudah dapat

melihat data-data yang terperinci mengenai jumlah perusahaan dan kapal-

kapal nelayan yang telah mengurus SHTI. Penerapan sistem online dalam

kebijakan SHTI menunjang pengawasan komoditi-komoditi dari perikanan

tangkap baik dari segi kualitas produk maupun tujuan-tujuan negara yang akan

diekspor. Hal ini telah mendukung persyaratan perdagangan hasil perikanan ke


Uni Eropa yang dapat meningkatkan penelusuran hasil tangkapan ikan yang

ditangkap oleh kapal penangkap ikan melalui kegiatan verifikasi pendaratan

ikan.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari Praktek Kerja Magang yang dilakukan

di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong tentang Prosedur

Penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI) adalah sebagai

berikut:

1. Untuk prosedur pembuatan SHTI-LA (Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan-

Lembar awal ), Lembar Turunan,Lembar Turunan yang disederhanakan

intinya adalah tugas dari nahkoda dan pemilik kapal atau yang ditunjuk

kemudian Petugas dari SHTI di pelabuhan perikanan memeriksa surat

permohonan penerbitan SHTI-LTS dari pemohon oleh OKL dan atau

alternatif bila OKL berhalangan.

2. Penerapan SHTI (Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan) sebagai kewajiban

syarat dokumen sebelum melakukan proses perdagangan ekspor dalam

bidang perikanan, mewajibkan para pelaku usaha perikanan terutama para

pelaku yang langsung terjun pada proses penangkapan ikan harus

memiliki surat sertifikat tersebut sesuai dengan kemampuan fasilitas yang

dimilikinya dengan standarisasi ukuran kapal dan ukuran mesin kapal.

3. Dampak dari penerapan SHTI (Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan) sendiri

Dalam perkembangan kebijakan SHTI khususnya di Kota Lamongan

Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan baik pada fasilitas proses

pengurusan maupun pada hasil perdagangan internasional . Hal ini dapat

dilihat dari perkembangan produk perikanan khususnya dari perikanan

tangkap mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.


5.2 Saran

Sebaiknya untuk penerapan kebijakan SHTI (Sertifikasi Hasil Tangkapan

Ikan) ini lebih digencarkan lagi. Karena seperti kita tahu bahwa pembuatan

SHTI bertujuan untuk membasmi adanya IUU Fishing ( Illegal

Fishing,Unreported,Unregulated) karena semua produk perikanan yang berasal

dari kegiatan penangkapan ikan di laut harus diketahui ketertelusurannya

(tracebility) dan dipastikan bebas dari IUU Fishing dengan disertai Sertifikat

Hasil Tangkapan Ikan (SHTI).


DAFTAR PUSTAKA

Aedi Nur, 2010. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data.Bandung : Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Dinas Perikanan Kelautan dan peternakan Kab. Lamongan.2005.Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang

Perikanan Keputusan mentri pertanian Nomor 392 1999 tentang

Jalur-jalur penangkapan

Jannah, cut syarifattul. 2015. Analisa aturan perdagangan uni eropa dalam

pemberantasan illegal ,unregulated,unreported fishing. Bogor: IPB.

Rubiyanto, Rubino. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Surakarta : FKIP

Nazir,M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor Selatan

Okezone, 25% Penduduk Miskin adalah Nelayan dalam


http://economy.okezone.com/read/2014/11/24/320/1069854/25-
penduduk-miskin-adalah- nelayan diakses pada 26 Juli 2017

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia


PER.13/MEN/2012 diakses dari link PER 13 MEN 2012.pdf

Suherman, Agus dan Adhyaksa Dault. 2009. Analisis Dampak Sosial Ekonomi
Keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
Lamongan Jawa Timur. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan
dan Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang. Jurnal Saintek
Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009, 25 – 30.

Triatmodjo, Bambang. 2009. Perencanaan Pelabuhan. Dosen Teknik Sipil dan


Lingkungan. Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada. Beta Offset.
Yogyakarta. ICBN: 979-8541-04-9
Lampiran I
Kegiatan di PKM di PPN Brondong Lamongan , Jawa Timur.

1. Kegiatan apel yang dilakukan setiap pagi dari hari senin-kamis

2. Melakukan Input data hasil produksi ikan ke web KKP dengan aplikasi

One data.
3. Melakukan pengelompokkan SHTI LA,SHTI LT,SHTI LTS di PPN

Brondong

4. Melakukan Pelayanan untuk pembuatan SHTI(Sertifikat Hasil

Tangkapan Ikan)
5. Melakukan penjelasan mengenai SHTI LA(Lembar Awa),LT(Lembar

Turunan),dan LTS (Lembar Turunan yang Disederhanakan)

6. Melakukan pengecekan persyaratan untuk pembuatan SHTI di PPN

Brondong,Lamongan Jawa Timur.


7. Melakukan kegiatan di RN (Rumah Nelayann) Di Kranji ,Paciran

Lamongan Jawa Timur

8. Melakukan Pengisian Lembar SPB(Surat Perseujuan Berlayar) di RN

(Rumah Nelayan) Kranji,Paciran Lamongan Jawa Timur.


9. Melakukan Pengisian Surat Rekomendasi BBM

10. Melakukan Kegiatan untuk pengisian Rekomendasi BBM


LAMPIRAN II
Form 1. Permohonan Penerbitan Lembar Awal SHTI
SHTI Lembar awal
Form 2. Permohonan SHTI Lembar Turunan
SHTI Lembar Turunan
Form 3. Permohonan SHTI-LTS (Lembar Turunan yang Disederhanakan)
SHTI Lembar Turunan yang disederhanakan (SHTI-LTS)
Form 4.SKPI (Surat Keterangan Pendaratan Ikan) Kapal < 20 GT
Form 5. Surat Keterangan Pendaratan Ikan (SKPI) > 20 GT
Form 5. Laporan Verifikasi Hasil Pendaratan Ikan (LVHPI)
Bukti Pembelian Ikan
Packing List Invoice
Lampiran III

Lampiran 3. Fasilitas Pelabuhan

1. Stasiun Pengisian Diesel Nelayan (SPDN) Barat

2.Dermaga
3.Sanggar nelayan Brondong

4.Pintu gerbang dan jalan utama PPN Brondong


5.Stasiun Pengisian Diesel Nelayan (SPDN) Timur

6.Tempat Pelelangan Ikan (Bangunan TPI)


7.Breakwater di PPN Brondong

8.Turap di PPN Brondong


9. Drainase
10.PPDI di PPN Brondong

11.Kantor Syahbandar PPN Brondong


12.Coldstorage

Anda mungkin juga menyukai