Anda di halaman 1dari 117

i

ANALISIS SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN LAUT DI TEMPAT


PELELANGAN IKAN (TPI) PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN)
MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

SKRIPSI

Oleh:
MELATI MEITASARI
NIM. 145080401111068

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
ii

ANALISIS SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN LAUT DI TEMPAT


PELELANGAN IKAN (TPI) PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN)
MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

SKRIPSI

Oleh:
MELATI MEITASARI
NIM. 145080401111068

Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana


Perikanan Di Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
Scanned by CamScanner
iv

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul: ANALISIS SITEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN LAUT DAN


KEPUASAN KONSUMEN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PELABUHAN
PERIKANAN NUSANTARA MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

Nama Mahasiswa : MELATI MEITASARI


NIM : 145080401111068
Program Studi : Agrobisnis Perikanan

PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : ZAINAL ABIDIN S.PI, MBA, MP

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:


Dosen Penguji 1 : PROF. DR. IR. MIMIT PRIMYASTANTO, MP
Dosen Penguji 2 : MARIYANA SARI S.PI, MP
Tanggal Ujian : 6 Juni 2018
v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkam kepada Allah SWT yang melimpahkan

berkah, karunia serta ridho-Nya, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

Selanjutnya, sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang telah menuntunkan kita menuju jalan kebenaran.

Usulan Skripsi dengan judul “Analisis Sistem Pemasaran Hasil Perikanan

Laut dan Kepuasan Konsumen di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara”. Disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Saya mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Bapak Zainal Abidin, S.Pi, MBA., MP selaku

dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

Skripsi ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat

membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk

penyempurnaan laporan selanjutnya, agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita

semua, demikian penulis sampaikan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Mei 2018

Penulis
vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Selama menyelesaikan penyusunan Skripsi ini penulis mendapatkan

banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut

membantu, khususnya:

1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Dr. Ir. Edi Susilo, MS selaku ketua jurusan Sosial Ekonomi Perikanan

dan Kelautan yang telah memberikan izin dan motivasi dalam penyusunan

Skripsi

3. Bapak Zainal Abidin S.Pi, MBA., MP selaku dosen pembimbing atas bimbingan

dan arahannya

4. Kedua orang tua tercinta, atas dukungan moril dan materi selama penyusunan

Skripsi. Terimakasih atas doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis.

5. Kakak saya Chitra Permatasari serta kedua adik saya Phadil Muhammad

Qhais dan Deva Syahputra, terimakasih atas doa dan dukungannya.

6. Keluarga kedua saya di Malang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,

terimakasih atas doa, semangat, dan bantuannya selama proses perkuliahan

khususnya pada skripsi ini,

Malang, Mei 2018

Penulis
vii

RINGKASAN

MELATI MEITASARI. Analisis Sistem Pemasaran Hasil Perikanan di Tempat


Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke,
Jakarta Utara. (Dibawah bimbingan Zainal Abidin S.Pi, MBA, MP)
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Hal ini
dikarenakan Indonesia memiliki banyak pulau kecil dan pulau besar yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai pulau Rote.
Potensi rata-rata hasil perikanan tangkap mengalami kenaikan setiap tahunnnya
pada 5 tahun terakhir ini. Dibangunnya beberapa pelabuhan perikanan di
Indonesia merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan
sektor perikanan. Terkait dengan pendaratan hasil tangkapan dan jaminan
pemasaran, salah satu sarana yang digunakan untuk mendukung pengembangan
sektor perikanan khususnya kegiatan penangkapan ikan adalah tersedianya
Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Adanya TPI diharapkan dapat mensejahterakan
nelayan untuk memasarkan hasil tangkapan mereka dengan pemasaran yang
efisien. Untuk menganalisis pemasaran yang efisien dapat digunakan pendekatan
SCP (Structure, Conduct and Performance) efisiensi dapat didekomposisikan ke
dalam komponen struktur, perilaku dan penampilan pasar. Secara teoritis ketiga
komponen tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi, dimana penampilan
pemasaran merupakan hasil interaksi struktur dan perilaku pasar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan dan
menganalisis 1) Struktur pasar di TPI PPN Muara Angke, Jakarta Utara, 2) Perilaku
pasar di TPI PPN Muara Angke, Jakarta Utara dan 3) Penampilan pasar di TPI
PPN Muara Angke, Jakarta Utara.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dengan jenis
penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitaif. Jenis data yang digunakan yaitu data
primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan cara kuesioner,
observasi, wawancara dan dokumentasi. Populasi pada penelitian ini adalah
pemilik kapal atau nelayan, peserta lelang yang meliputi pedagang besar,
pedagang grosir, pengolah dan pedagang pengecer. Teknik penentuan sampel
dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Teknik
analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan SCP (Structure,
Conduct and Performance.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Analisis SCP (Structure, Conduct and
Performance) pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 9 saluran
pemasaran. Struktur pasar mengarah pada pasar yang tidak kompetitif, adanya
hambatan keluar masuk pasar dan informasi yang tidak merata sehingga struktur
pasar dapat dikatakan belum efisien.
Karena struktur pasar yang mengarah pasar yang tidak kompetitif maka
dapat mempengaruhi perilaku pasar yang mengarah pada pasar yang tidak
kompetitif maka dapat mempengaruhi perilaku pasar yaitu terdapat penentu harga
dan penerima harga. Penentu harga dikuasai oleh pedagang yang menjadi peserta
lelang karena dapat melakukan penawaran atau memiliki pasar tawar yang tinggi,
maka dapat disimpulkan bahwa perilaku pasar belum efisien.
Berbeda dengan struktur pasar dan perilaku pasar yang tidak efisien,
penampilan pasar pada penelitian ini efisien jika dilihat dari margin pemasaran,
nilai farmer share dan efisiensi pemasaran.
viii

DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
IDENTITAS TIM PENGUJI ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... vi
RINGKASAN ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7


`2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 7
2.2 Tempat Pelelangan Ikan ............................................................................ 9
2.3 Pemasaran Hasil Perikanan .................................................................... 10
2.4 Pendekatan SCP (Structure,Conduct and Performance) ......................... 12
2.4.1 Stuktur Pasar (Market Structure) .................................................. 13
2.4.2 Perilaku Pasar (Market Conduct) .................................................. 14
2.4.3 Kinerja Pasar (Market Performance)............................................. 15
2.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 16

3. METODE PENELITIAN .............................................................................. 18


3.1 Tempat dan Waktu .................................................................................. 18
3.2 Jenis Penelitian ....................................................................................... 18
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 19
3.4 Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 20
ix

3.4.1 Kuesioner ..................................................................................... 20


3.4.2 Observasi ..................................................................................... 21
3.4.3 Wawancara .................................................................................. 21
3.4.4 Dokumentasi ................................................................................ 22
3.5 Populasi dan Sampel ............................................................................... 22
3.5.1 Populasi ....................................................................................... 22
3.5.2 Sampel ......................................................................................... 23
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................... 24
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................ 25
3.7.1 Strukur Pasar (Market Structure) .................................................. 26
3.7.2 Perilaku Pasar (Market Conduct) .................................................. 30
3.7.3 Kinerja Pasar (Market Performance)............................................. 31
3.7.4 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 34

4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................. 37


4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 37
4.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografi ...................................... 37
1.1.2 Keadaan Iklim ............................................................................... 38
1.1.3 Keadaan Penduduk ...................................................................... 38
4.1.4 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke ................................ 40
4.1.5 Sarana dan Prasarana Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Muara Angke.................................................................................... 42
4.2 Keadaan Umum Perikanan ...................................................................... 45
4.2.1 Nelayan ........................................................................................ 45
4.2.2 Armada Penangkapan .................................................................. 46
4.2.3 Jenis Alat Tangkap ....................................................................... 47
4.2.4 Jenis dan Jumlah Produksi Ikan ................................................... 48

5. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 49


5.1 Analisis Struktur Pasar (Market Structure) ............................................... 49
5.1.1 Jumlah Penjual dan Pembeli ........................................................ 49
5.1.2 Konsentrasi Pasar ....................................................................... 52
5.1.3 Tingkat Diferensiasi Produk .......................................................... 58
5.1.4 Hambatan Keluar Masuk .............................................................. 60
5.1.5 Tingkat Pengetahuan Pasar ......................................................... 61
5.1.6 Saluran Pemasaran ...................................................................... 63
x

5.2 Analisis Perilaku Pasar (Market Conduct) ................................................ 69


5.2.1 Proses Penentuan Harga ............................................................. 69
5.2.2 Promosi Penjualan ....................................................................... 71
5.2.3 Adanya Taktik atau Kolusi ............................................................ 72
5.2.4 Pendekatan Fungsi Pemasaran.................................................... 74
5.3 Analisis Penampilan Pasar (Market Performance) ................................... 78
5.3.1 Margin Pemasaran ...................................................................... 78
5.3.2 Share Nelayan (Farmer Share) ..................................................... 84
5.3.3 Efisiensi Pemasaran .................................................................... 87
5.4 Implikasi Penelitian .................................................................................. 91

4. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 92


4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 92
4.2 Saran ....................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 94


LAMPIRAN........................................................................................................ 98
xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Hasil Rekapitulasi Jumlah Responden dalam Penelitian ............................... 24
2. Struktur Pasar menurut Konsentrasi Penjual dan Pembeli ............................. 26
3. Metode Analisis SCP, Komponen dan Kriteria Efisiensi Pemasaran .............. 34
4. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ..... 39
5. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Tingkat Pendidikan.............. 39
6. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Pekerjaan ............................ 40
7. Data Produksi Ikan di Tempat Pelelangan IKan Muara Angke Tahun 2013 - 2017
.......................................................................................................................... 48
8. Jumlah Penjual dan Pembeli Pemasaran Ikan Laut di Muara Angke ............. 49
9. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang Besar untuk
Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke (dalam Satu Bulan) ........................... 53
10. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang Pengolah
(PHPT) untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke (dalam Satu Bulan) .... 54
11. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang untuk
Struktur Pengepul (Grosir) Pasar Ikan Laut di Muara Angke (dalam Satu Bulan)
.......................................................................................................................... 54
12. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang Pengecer
untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke (dalam Satu Bulan) .................. 55
13. Perhitungan Indeks Hirscman Herfindal (IHH) untuk Struktur Pasar Ikan Laut
di Muara Angke ................................................................................................. 56
14 . Perhitungan CR4 untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke ............... 57
15. Tingkat Diferensiasi Produk pada Pemasaran Ikan Laut tiap Lembaga
Pemasaran di Muara Angke. ............................................................................. 58
16. Hambatan Keluar Masuk Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ..................... 60
17. Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke dari Hasil Perhitungan Pangsa Pasar,
IHH, dan pada tiap Lembaga Pemasaran .......................................................... 62
18. Hasil Analisis Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke Berdasarkan jumlah
penjual dan pembeli, diferensiasi produk, hambatan keluar masuk pasar dan
informasi pasar .................................................................................................. 62
19. Hasil Analisis Perilaku Pasar Ikan Laut di Muara Angke .............................. 74
20. Fungsi – fungsi Pemasaran Ikan Laut yang dilakukan Oleh Setiap Lembaga
Pemasaran di Muara Angke .............................................................................. 74
xii

21. Marjin Pemasaran Cumi-Cumi Dan Ikan Tenggiri dari TPI Muara Angke,
Jakarta Utara ..................................................................................................... 79
22. Marjin Pemasaran Ikan Tongkol dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ........ 80
23. Marjin Pemasaran Ikan Kembung dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara...... 81
24. Marjin Pemasaran Ikan Selar dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ............ 82
25. Marjin Pemasaran Ikan Tembang dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ...... 83
26. Perbandingan Share Harga yang diterima Nelayan pada Pemasaran Ikan di
TPI Muara Angke, Jakarta Utara........................................................................ 84
27. Rincian Efisiensi Pemasaran Cumi - Cumi dan Ikan Tenggiri dari TPI Muara
Angke, Jakarta Utara ......................................................................................... 87
28. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Tongkol dari TPI Muara Angke, Jakarta
Utara.................................................................................................................. 88
29. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Kembung dari TPI Muara Angke, Jakarta
Utara.................................................................................................................. 89
30. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Selar dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara
.......................................................................................................................... 89
31. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Tembang dari TPI Muara Angke, Jakarta
Utara.................................................................................................................. 90
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Pola Hubungan Struktur, Tingkah Laku dan Penampilan Pasar (Structure,
Conduct and Performance) ................................................................................ 12
2. Model Struktur, Tingkahlaku dan Penampilan Pasar (Structure, Conduct and
Performance) ..................................................................................................... 13
3. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 17
4. Struktur Pasar: CR4, Pangsa Pasar dan Konsentrasi Pasar ........................... 29
5. Strutur Organisasi Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke ............................ 42
6. Perumahan Nelayan ...................................................................................... 42
7. Pengolahan Hail Perikanan Tradisional (PHPT)............................................. 43
8. Pasar Grosir Ikan ........................................................................................... 44
9. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Kolam Pelabuhan.................................... 44
10. Unit Pengolahan Ikan (UPI) ......................................................................... 45
11. Grafik Persentase Jumlah Kapal Berdasarkan Gross Ton (GT) ................... 47
12. Grafik Persentase Jumlah Kapal Berdasarkan Alat Tangkap ....................... 47
13. Skema Saluran Pemasaran I Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ............... 64
14. Skema Saluran Pemasaran II Pemasaran Ikan Laut Muara Angke .............. 65
15. Skema Saluran Pemasaran III Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ............. 65
16. Skema Saluran Pemasaran IV Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ............ 66
17. Skema Saluran Pemasaran V Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ............. 66
18. Skema Saluran Pemasaran VI Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ............ 67
19. Skema Saluran Pemasaran VII Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ........... 68
20. Skema Saluran Pemasaran VIII Pemasaran Ikan Laut Muara Angke .......... 68
21. Skema Saluran Pemasaran IX Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ............ 69
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio Ikan Laut di Muara Angke
.......................................................................................................................... 98
2. Perhitungan Indeks Hirsman Herfindahl (IHH) ............................................. 101
3. Hasil Perhitungan Margin Pemasaran, Biaya Pemasaran, Keuntungan dan
Efisiensi Pemasaran ........................................................................................ 102
1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Hal ini

dikarenakan Indonesia memiliki banyak pulau kecil dan pulau besar yang

terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote.

Untuk saat ini pulau yang terdapat di Indonesia sebanyak 16.056 pulau yang

berkoordinat dan bernama yang didaftarkan kepada PBB (Badan Informasi

Geospasial, 2017). Sebagai negara kepulauan, Indonesia dipersatukan oleh

wilayah daratan dan lautan. Luas seluruh wilayah teritorial Indonesia adalah 8 juta

km² yang mempunyai garis pantai sepanjang 81 000 km. Luas wilayah perairan

mencapai 5.8 juta km² (2/3 dari luas wilayah teritorial Indonesia) yang terdiri dari

3.1 juta km² wilayah laut teritorial dan 2.7 juta km² Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE),

yaitu perairan yang berada 12 mil hingga 200 mil dari garis pantai titik-titik terluar

kepulauan Indonesia.

Menurut data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (2016), potensi rata-

rata hasil perikanan tangkap mengalami kenaikan setiap tahunnya pada 5 tahun

terakhir ini. Pada tahun 2016 produksi perikanan mencapai 6,83 juta ton dengan

nilai Rp 125,3 triliun, Pada 2015, produksi perikanan 6,52 juta ton dengan nilai

mencapai Rp 116,3 triliun. Adapun pada 2014, produksi perikanan tangkap 6,21

juta ton dengan nilai Rp108,5 triliun, pada 2013 produksinya 5,86 juta ton dengan

nilainya Rp 85,1 triliun, dan produksi 2012 hanya 5,84 juta ton dengan nilai Rp 79,3

triliun.

Dalam upaya pengembangan sektor perikanan, pemerintah memiliki peran

penting dalam hal penyediaan berbagai fasilitas yang dapat memberikan

kemudahan dalam melakukan usaha perikanan. Adapun kemudahan-kemudahan

yang dimaksud adalah kemudahan mendapatkan sarana produksi, mendaratkan


2

hasil tangkapan, dan menjamin pemasaran, sehingga poses produksi sampai

pemasarannya berjalan lancar. Dibangunnya beberapa pelabuhan perikanan di

Indonesia merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan

sektor perikanan. Hingga tahun 2017 pemerintah telah membangun dan

mengembangkan pelabuhan perikanan di Indonesia sebanyak 538 unit yang terdiri

dari 7 unit Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), 17 unit Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN), 45 unit Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan 391 unit Pusat

Pendaratan Ikan (PPI) dan 89 unit Pelabuhan Perikanan (PP) (PIPP, 2017).

Berdasarkan UU RI No.45/2009 tentang perubahan atas UU No.31/2004

tentang perikanan dinyatakan bahwa fungsi pelabuhan perikanan dapat berupa

pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan, pelayanan bongkar muat, pelayanan

pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, pemasaran dan distribusi ikan,

pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, tempat pelaksanaan

penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, pelaksanaan kegiatan

operasional kapal perikanan, tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian

sumberdaya ikan, pelaksanaan kesyahbandaran, tempat pelaksanaan fungsi

karantina ikan, publikasi hasil pelayanan sandar serta labuh kapal perikanan dan

kapal pengawas kapal perikanan.

Terkait dengan pendaratan hasil tangkapan dan jaminan pemasaran, salah

satu sarana yang digunakan untuk mendukung pengembangan sektor perikanan

khususnya kegiatan penangkapan ikan adalah tersedianya Tempat Pelelangan

Ikan (TPI). Menurut sejarahnya, pelelangan ikan telah dikenal sejak tahun 1922,

didirikan dan diselenggarakan oleh Koperasi Perikanan terutama di pulau Jawa

dengan tujuan untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan

oleh tengkulak, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga

membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya.


3

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.08/2012, TPI

merupakan salah satu fasilitas fungsional pelabuhan dalam rangka menunjang

fungsi pelabuhan. Secara teori, fungsi dari TPI yaitu sebagai pusat pemasaran dan

distribusi hasil perikanan, sarana pemungutan retribusi hasil penangkapan ikan,

serta sarana penyuluhan dan pengumpulan data perikanan. Fungsi TPI tersebut

dinilai cukup strategis, karena dengan adanya pelelangan persaingan harga

produksi semakin tinggi dan berpengaruh kepada peningkatan pendapatan dari

usaha penangkapan ikan.

Menurut Setiawan et al. (1993) dalam Dianto et al. (2015), dengan adanya

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) diharapkan dapat mensejahterakan nelayan melalui

program perkreditan nelayan yang dikelola KUD dan khususnya pada unit usaha

pemerataan disamping pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nelayan dan

memutuskan hubungan secara langsung antara nelayan dengan pedagang ikan.

Di Jakarta terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) salah satunya adalah

TPI Pelabuhan Muara Angke yang terletak di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan

Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Pelabuhan Perikanan Muara Angke

merupakan pelabuhan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selain pelabuhan

ini, Pemprov DKI masih punya 5 pelabuhan ikan lain: TPI Cilincing, TPI Kali Baru

(di Kecamatan Cilincing juga, tapi beda kelurahan), TPI Kamal Muara (di

perbatasan dengan Tangerang), TPI Cakung, dan PPI Pulau Pramuka.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu jenis kelembagaan

formal yang diharapkan dapat membantu para nelayan untuk memasarkan hasil

tangkapan mereka. Namun apakah TPI sudah berfungsi seperti yang sudah

dijelaskan pada Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan? Dari data Kementrian

Kelautan Perikanan potensi rata-rata perikanan tangkap mengalami kenaikan

setiap tahunnya yang secara berturut turut pada tahun 2015, 2014 dan 2013

sebesar 6,52 juta ton, 6,21 juta ton dan 5,86 juta ton sedangkan jika dibandingkan
4

dengan volume hasil perikanan tangkap yang dijual di TPI seluruh Indonesia

menurut data Badan Pusat Statistik (2017), secara berturut-turut pada tahun 2015,

2014 dan 2013 sebesar 535.712 ton, 621.099 ton dan 452.581 ton dan jumlah

tersebut mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Jika

dipersentasikan tidak sampai 10 persen volume total produksi hasil tangkapan

yang dijual di TPI melainkan sisahnya dijual di luar TPI.

Dari uraian diatas terdapat suatu ketimpangan yang terjadi. TPI yang

seharusnya menjadi suatu lembaga yang membantu aktivitas pada hasil

tangkapan ikan para nelayan belum mampu untuk menjalankan fungsi utamanya

sebagaimana mestinya. Ini terbukti dengan masih sedikitnya ikan yang dijual

melalui TPI. Justru penjualan tanpa melalui TPI jauh lebih diminati dan menjadi

pilihan para nelayan. Padahal secara teori, ikan yang dilelang resmi dianggap

terjual pada kesepakatan harga penawaran tertinggi. Hal ini tentu seharusnya

menjadikan TPI sebagai pilihan utama oleh para nelayan dalam memasarkan

ikannya karena akan memperoleh pendapatan yang lebih besar dari harga ikan

yang dibeli dengan harga penawaran tertinggi.

Persoalan diatas pada sistem pemasaran hasil perikanan laut di TPI dapat

menyebabkan inefisiensi pemasaran. Inefisiensi pemasaran dapat dianalisis

menggunakan pendekatan SCP (Structure, Conduct and Performance). Menurut

Hanafiah dan Saefuddin (1986) dalam Dyanasari et al. (2010), secara teorotis

efisiensi pemasaran dapat dijabarkan menjadi efisiensi teknis dan efisiensi harga.

Efisiensi teknis menekankan pada aspek operasional pemasaran yaitu penyaluran

produk dari tingkat petani sampai di tangan konsumen akhir dengan biaya

seminimal mungkin, sedangkan efisiensi harga memfokuskan pada distribusi

marjin kepada seluruh pelaku pasar secara proporsional dan memenuhi rasa

keadilan ekonomi.
5

Menurut Dyanasari et al. (2010), pada pendekatan SCP (Structure,

Conduct and Performance) efisiensi sistem pemasaran dapat didekomposisi ke

dalam komponen struktur, perilaku dan penampilan pasar sesuai dengan variabel

pada tingkat komponen. Secara teoritis ketiga komponen tersebut berinteraksi dan

saling mempengaruhi, dimana kinerja pemasaran merupakan hasil interaksi

struktur dan perilaku pasar. Kemudian kinerja pasar dapat mempengaruhi

kepuasan konsumen atau nelayan dan pelaku pemasaran yang melakukan

pelelangan di I TPI.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara?

2. Bagaimana perilaku pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara?

3. Bagaimana penampilan pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Atas dasar rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui, medeskripsikan dan menganalisis:

1. Struktur pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara

2. Perilaku pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara


6

3. Penampilan pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai manfaat bagi:

a. Instansi

Membantu memberikan informasi terkait evaluasi tentang pemasaran ikan laut

yang ada di Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke sebagai perbandingan untuk

meningkatkan pasar yang menguntungkan secara adil dan efisien.

b. Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan penelitian

serta dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dalm kehidupan perkuliahan sehari-

hari.

c. Perguruan Tinggi

Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut dalam menambah wawasan

pengetahuan tentang studi pemasaran dengan analisis sistem pemasaran dan

d. Pemerintah

Sebagai tambahan informasi dalam menentukan kebijakan sehingga kebijakan

yang dibuat sesuai dengan keadaan masyarakat dan efektif untuk memecahkan

masalah-masalah yang ada pada masyarakat.


7

2. TINJAUAN PUSTAKA

`2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Abidin et al. (2017), dengan judul “Analisis Sistem Pasar Ikan

Laut dengan Pendekatan SCP (Structue, Conduct and Performance)”. Penelitian

ini populasinya terdiri dari produsen, pedagang perantara, pengolah konsumen

dan lembaga pendukung pemasaran. Sampelnya diambill dengan menggunakan

teknik sampling jenuh, disproportioned sampling dan accidental sampling. Hasil

penelitian ini membuktikan bahwa adanya keterkaitan struktur pasar

mempengengaruhi perilaku pasar namun tidak mempengaruhi penampilan pasar.

Penelitian Azhara (2016), dengan judul “Struktur, Perilaku dan Kinerja

Pemasaran Ikan Bandeng di Jawa Barat”. Penelitian ini populasinya adalah petani

dan lembaga-lembaga pemasaran serta pengolah. Pengambilan sampel dilakukan

dengan purposive sampling dan penentuan lembaga pemasaran dengan metode

snowball sampling. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan software

Microsoft Excel dan Eviews. Hasil dari penelitian ini adalah struktur pasar nya

bersaing tidak sempurna yang berarti belum efisien. Maka dari itu struktur pasar

berpengaruh terhadap perilaku pasar.

Penelitian Dyanasari et al. (2010), dengan judul “Pendekatan SCP pada

Pengukuran Efisiensi Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Probolinggo”.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana atau

simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 50 orang petani bawang

merah. Sample pedagang ditentukan dengan menggunakan metode snowball

sampling. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi analisis

struktur pasar, analisis rasio konsentrasi, share pasar, analisis kinerja pasar dan

analisis efisiensi pasar. Hasil dari penelitian ini adalah struktur pasar bawang

merah bergerak pada pasar oligopsoni dan pasar persaingan sempurna


8

sementara dari sisi produsen bersifat oligopolistik. Dinamika harga tingkat

konsumen ditransmisikan dengan baik terhadap harga tingkat produsen, pasar

tingkat konsumen dan produsen terintegrasi dengan baik terhadap pasar acuan.

Berdasarkan indikator structure, conduct and market performance sistem

pemasaran bawang merah di Kabupaten Probolinggo belum efisien.

Penelitian Puspitawati et al. (2016), dengan judul “Analisis Efisiensi

Pemasaran Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Magetan” penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemasaran kentang pada beberapa

saluran pemasaran di Kabupaten Magetan. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara pencatatan, observasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan

mengambil sampel daerah penelitian dilakukan secara purposive atas dasar

pertimbangan bahwa daerah penghasil kentang. Penentuan jumlah sampel

dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling. Untuk mengetahui

efisiensi pemasaran kentang di Kabupaten Magetan dilakukan melalui beberapa

tahapan yaitu analisis saluran pemasaran. Untuk mengetahui besarnya biaya

pemasaran dan marjin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran pada bagian

saluran pemasaran kentang.

Penelitian Desvi (2014), dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil

Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke, DKI Jakarta”

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan TPI dalam pemasaran hasil

perikanan tangkap, mengetahui saluran pemasaran hasil perikanan tangkap yang

terjadi di TPI dan bukan TPI, dan menganalisis tingkat efisiensi pemasaran.

Metode pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara terstruktur.

Penentuan responden menggunakan accidental sampling (convenience sampling)

untuk nelayan dan snowball sampling untuk lembaga pemasaran berikutnya. Hasil

penelitian ini menemukan TPI memiliki peran penting dalam hal pemasaran ikan.

Tidak ada saluran pemasaran yang mutlak efisien. Namun, jika dilihat dari nilai
9

total margin yang rendah, fisherman’s share yang tinggi dan biaya pemasaran

yang rendah maka saluran pemasaran 3 pada sistem lelang murni cenderung lebih

efisien. Tapi jika dilihat dari nilai rasio keuntungan dan biaya yang relatif sama

pada setiap lembaga pemasarannya maka saluran pemasaran 1 pada sistem

lelang murni dan saluran 3 pada sistem opow cenderung lebih efisien.

2.2 Tempat Pelelangan Ikan

Berdasarkan keputusan bersama 3 Mentri yaitu Mentri Dalam Negri, Mentri

Pertanian dan Mentri Koperasi dan pembinaan usaha kecil nomor: 139 Tahun

1997;902/Kpts/PL.420/9/97;03/SKB/M/IX/1997 tertanggal 12 September 1997

tentang penyelengaraan Tempat Pelelangan Ikan, bahwa yang disebut dengan

tempat pelelangan ikan adalah tempat para penjual dan pembeli melakukan

transaksi jual beli ikan melalui pelelangan dimana proses penjualan ikan dilakukan

di hadapan umum dengan cara penawaran bertingkat. Ikan hasil tangkapan para

nelayan harus dijual di TPI kecuali: 1) ikan yang digunakan untuk keperluan lauk

keluarga; 2) Ikan jenis tertentu yang diekspor dan ikan hasil tangkapan pola

kemitraan dengan pertimbangan dan atas dasar persetujuan dari Kepala Daerah.

Fungsi TPI adalah untuk melelang ikan, dimana terjadi pertemuan antara penjual

(nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan

perikanan).

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.08/2012, TPI

merupakan salah satu fasilitas fungsional pelabuhan dalam rangka menunjang

fungsi pelabuhan. Secara teori, fungsi dari TPI yaitu sebagai pusat pemasaran dan

distribusi hasil perikanan, sarana pemungutan retribusi hasil penangkapan ikan,

serta sarana penyuluhan dan pengumpulan data perikanan. Fungsi TPI tersebut

dinilai cukup strategis, karena dengan adanya pelelangan persaingan harga


10

produksi semakin tinggi dan berpengaruh kepada peningkatan pendapatan dari

usaha penangkapan ikan.

TPI merupakan tempat pembongkaran hasil tangkapan yang diperoleh

untuk selanjutnya mengalami proses sortasi, pencucian, penimbangan, penjualan

dan pengepakan. Setelah itu produk akan didistribusikan, sebagian untuk

konsumsi lokal dalam bentuk segar, sebagian untuk prosesing, ekspor, maupun

disalurkan ke tempat pembekuan untuk selanjutnya diawetkan (Pramitasari, 2005).

2.3 Pemasaran Hasil Perikanan

Pemasaran ikan merupakan kegiatan yang sangat penting pada sektor

perikanan sebagai rangakaian mata rantai agribisnis perikanan yang terdiri dari

rantai pra produksi, rantai produksi (penangkapan ikan dan budidaya ikan), rantai

pasca produksi (pengolahan dan pemasaran) (Abidin et al., 2017).

Mengingat komoditi perikanan memiliki karakteristik yang khas, yaitu

mudah rusak, tidak seragam, musiman dan daerah produsen pada umumnya di

pedesaan/pelosok/pesisir, dan memerlukan ruang yang lebih luas dan

berpendingin (ikan segar) untuk penyimpanan, maka pemasaran hasil perikanan

pada umumnya berpotensi tidak efisien. Hal ini karena untuk memasarkan

dibutuhkan saluran pemasaran yang umumnya panjang sehingga cukup banyak

pedagang perantara yang terlibat, sehingga total biaya pemasarannya cukup

besar, serta dimungkinkan terdapatnya share yang tidak sebanding dengan biaya

yang dikeluarkan oleh para pelaku pasar. Jika permasalahanpemasaran tidak

diatasi, maka akan berdampak pada kesejahteraan produsen, pedagang dan

masyarakat konsumen. Oleh karena itu, mempelajari pemasaran menjadi penting,

dimana sebaiknya mengenal permasalahan pemasaran hasil perikanan sebelum

mempelajari konsep pemasaran secara utuh (Abidin et al., 2017).


11

Pemasaran adalah suatu rangkaian kegiatan berupa menjalankan fungsi-

fungsi pemasaran (kegiatan pemasaran) yang sesuai permintaan pasar untuk

menyediakan dan menyampaikan (mendistribusikan) barang atau jasa yang tepat

dari titik produsen, atau pemasaran kepada orang-orang (konsumen) yang tepat

(sesuai jenis segmen konsumen) pada tempat, waktu (saat) dan komunikasi yang

tepat (efektif dan efisien) dengan mengedepankan kebutuhan dan keinginan

konsumen, serta mengintegrasi semua sub sistem pemasaran (sub sistem

produksi, sub sistem distribusi, sub sistem konsumsi, sub sistem regulatory-

pembuat kebijakan, sub sistem jasa dan penunjang) sebagai suatu kesatuan yang

utuh, bersifat interrelated, but independent. Dengan demikian, suatu pihak akan

mendapatkan haknya, yaitu keuntungan (bagi produsen dan pedagang perantara),

kepuasan (bagi konsumen), pendapatan nasional (bagi pemerintah). Sebagai

definisi tersebut mensiratkan pemasaran perlu memenuhi 3T (Tepat produk, Tepat

konsumen, dan memasarkan pada saat, tempat dan harga yang Tepat) (Abidin et

al., 2017).

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), pemasaran hasil perikanan

mempunyai ciri – ciri, diantaranya sebagai berikut:

a. Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan

diserap oleh konsumen akhir secara relatif stabil sepanjang tahun

b. Pada umumnya pedagang pengepul memberi kredit kepada produsen

c. Saluran pemaaran pada umumnya terdiri dari produsen (nelayan), pedagang

perantara sebagai pengepul, pedagang eceran dan konsumen

d. Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai

konsumen pada umumnya meliputi proses pengumpulan, penimbangan dan

penyebaran. Dimana proses pengumpulan merupakan proses yang terpenting

e. Kedudukan terpenting dalam pemasaran hasil perikanan terletak pada

pedagang pengepul karena berhubungan dengan fungsinya sebagai


12

pengumpul di daerah produksi yang terpencar–pencar, skala produksi kecil-

kecil dan produksinya musiman.

2.4 Pendekatan SCP (Structure,Conduct and Performance)

Menurut Rekarti dan Nurhayati (2016), salah satu kerangka dasar dalam

analisis ekonomi industri adalah hubungan antara Struktur-Perilaku Kinerja atau

Structure-Conduct-Performance (SCP). Struktur (structure) suatu industri akan

menentukan bagaimana para perilaku berperilaku (conduct) yang pada akhirnya

menentukan kinerja (performance) industri tersebut. S-C-P (Structur-Conduct-

Performance) merupakan tiga kategori utama yang digunakan untuk melihat

kondisi struktur pasar dan persaingan yang terjadi di pasar. Struktur sebuah pasar

akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam pasar tersebut yang secara

bersama–sama menentukan kinerja sistem pasar secara keseluruhan.

Menurut Abidin et al. (2017), Pendeketan SCP didasarkan atas tiga hal

yang saling berkaitan, yaitu struktur pasar (market structure) yang akan

mempengaruhi bagaimana perusahaan bertingkah laku di pasar (market conduct),

dan selanjutnya akan berpengaruh dan terlihat pada penampilan pasar (market

performance) sebuah industri/usaha. Penampilan pasar pun dapat kembali

mempengaruhi strukur dan perilaku pasar. Gambaran lebih jelas hubungan ketiga

komponen pendekatan SCP dapat ditunjukan oleh Gambar 1 dan 2.

Penampilan Pasar
Struktur Pasar Tingkah Laku Pasar
(Market Performance)
(Market Structure) (Market Conduct)

Gambar 1. Pola Hubungan Struktur, Tingkah Laku dan Penampilan Pasar


(Structure, Conduct and Performance)

Sumber: Abidin et al., (2017)


13

Market Structure

a. Tingkat diferensiasi produk (variasi kualitas produk yang menjadi


pembeda antar produk berbeda merk)
b. Tingkat konsentrasi penjual dan pembeli (jumlah kepadatan pembeli
dan penjual di suatu pasar)
c. Lembaga pemasaran dan yang terkait
d. Barriers to entry (hambatan untuk masuk dari sistem pasar), misalnya
tingkat pengetahuan pasar, tingkat integrasi dan diversifikasi produk
e. Barriers to exit (hambatan untuk keluar dari system pasar), misalnya
tingginya prospek meraih keuntungan
f. Struktur saluran pemasaran
g. Proses pembentukan harga (price forming process)
h. Pola distribusi informasi pasar
i. Peraturan dan perundangan yang mengkoordinasikan pasar

Market Conduct Market Performance

a. Aliran produk a. Efisiensi


b. Kegiatan lembaga pemasaran dan yang terkait harga
c. Fungsi pertukaran: pembelian, penjualan b. Operational
d. Fungsi fisik: penyimpanan,transportasi dan efficiency
pengolahan c. Marketing
e. Fungsi fasilitasi: standarisasi, pembiayaan, cost, margin,
bearing risk, penelitian pasar, penciptaan share dan
permintaan dan market intelegence price spread
f. Negosiasi d. Dan lain-lain
g. Strategi pemasaran: perilaku pedagang
mengikuti kebijakan/ peraturan pasar, strategi
meningkatkan efisiensi pemasaran (mengurangi
biaya dan meningkatkan output)

Gambar 2. Model Struktur, Tingkahlaku dan Penampilan Pasar (Structure,


Conduct and Performance)

Sumber: Abidin et al., (2017)

2.4.1 Stuktur Pasar (Market Structure)

Menurut Abidin et al. (2017), struktur pasar terkait bagaimana suatu pasar

terorganisir berdasarkan pada struktur atau karakteristik (misalkan peraturan,

kesepakatan) yang menentukan pola hubungan antara berbagai penjual di pasar,

antara berbagai pembeli, dan antara pembeli dan penjual di pasar. Bahasan pokok

struktur pasar adalah organisasi suatu pasar sehingga organisasi pasar

mempengaruhi keadaan persaingan dan penentuan harga di pasar.


14

Struktur pasar (Market structure) adalah suatu dimensi yang menjelaskan

pengambilan keputusan oleh perusahaan atau industri, jumlah perusahaan dalam

suatu pasar (lembaga pemasaran), distribusi perusahaan menurut berbagai

ukuran seperti size atau concentration, deskripsi produk dan diferensiasi produk

(keadaan produk), syarat-syarat entry dan sebagainya (Limbong, 1987).

2.4.2 Perilaku Pasar (Market Conduct)

Perilaku pasar menunjukan tingkah laku perusahaan dalam struktur pasar

tertentu, terutama bentuk–bentuk keputusan apa yang harus di ambil dalam

menghadapi berbagai struktur pasar. Perilaku pasar meliputi kegiatan penjualan,

pembelian, penentuan harga, dan strategi tataniaga. Perilaku pasar dapat dilihat

dari proses pembentukan harga dan stabilitas harga, serta ada tidaknya praktek

jujur dari lembaga yang terlibat dalam tataniaga (Azzaino, 1982).

Menurut Abidin et al. (2017), market conduct merupakan tindakan atau

cara perusahaan atau pelaku pasar dalam menyesuaikan situasi pasar. Tingkah

laku perusahaan yang ditunjukan di pasar dapat disebut sebagai marketing

practices. Terdapat lima dimensi tingkah laku di pasar, yaitu:

 Metode atau prinsip yang digunakan pelaku pasar (perusahaan, sekelompok

perusahaan, pembeli atau sekelompok pembeli) dalam menentukan harga dan

tingkat output (volume produksi dan penjualan)

 Kebijakan penentuan harga dari perusahaan/produsen, atau sekelompok

perusahaan/produsen

 Promosi penjualandari perusahaan/produsen, atau sekelompok

perusahaan/produsen

 Alat, cara atau metode koordiasi dan saling penyesuaian dari harga, produk

dan promosi penjualan dalam persaingan antara penjual. Misalnya adanya

kesepakatan kolusi dan negosiasi tentang harga, produk dan promosi


15

penjualan, kolusi tersembunyi (tacit collusion) dalam pengendalian harga

(price leadership) oleh satu perusahaan utama atau pembatalan persetujuan

kolusi melalui pemotongan harga secara rahasia yang mengarah pada

persaingan tidak sempurna (imperfect competition).

 Ada atau tidaknya taktik khusus atau tindakam predatory yang dapat menjadi

barriers to entry the market

2.4.3 Kinerja Pasar (Market Performance)

Kinerja atau penampilan di pasar adalah penilaian terhadap sumberdaya

ekonomi, yaitu sampai seberapa jauh tindakan atau tingkah laku (market conduct)

suatu perusahaan atau produsen di pasar menyimpang dari kemungkinan

kontribusi terbaik yang dapat dicapai sesuai tujuan sosial ekonomi yang

semestinya. Oleh karena market structure dan market conduct akan

mempengaruhi market performance maka jika market structure dan market

conductnya sesuai harapan masyarakat, sehingga pasar menjadi fair dan efisien

dan selanjutnya penampilan pasarpun akan sesuai harapan masyarakat (Abidin et

al., 2017).

Menurut Abidin et al. (2017), delapan hal yang dapat dicermati untuk

melihat penampilan di pasar, yaitu:

a. Ukuran dari biaya promosi penjualan relatif terhadap biaya produksi

b. Relatif efisiensi produksi. Efisiensi produksi dipengaruhi oleh skala usaha atau

ukuran mesin. Suatu perusahaan dapat bekerja paling efisien karena berjalan

pada tingkat kelebihan kapasitas (excess capacity).

c. Harga relatif terhadap biaya rata-rata produksi atau tingkat keuntungan.

d. Tingkat kemajuan perusahaan dan industri, baik pengembanagan produk

maupun teknik industri


16

e. Karakteristik produk, terdiri dari pilihan desain, tingkat kualitas dan ragam

produk dalam berbagai pasar.

f. Ukuran dari marketing loss.

g. Ukuran tingkat penjualan relatif terhadap sumberdaya pemasaran.

h. Ukuran marjin pemasaran relatif terhadap biaya produksi.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila

dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Kerangka pemikiran

juga dapat diartikan sebagai penjelasan sementara tehadap gejala-gejala yang

menjadi obyek permasalahan (Sugiyono, 2012). Berikut kerangka pemikiran

permasalahan pada penelitian yang disajikan dalam Gambar 3.


17

Volume dan nilai produksi perikanan tangkap terus


meningkat. Untuk pengembangan sektor perikanan
khususnya penangkapan ikan dibangun TPI. Fungsi
utama TPI adalah sebagai pusat pemasaran dan
distribusi hasil perikanan.

Volum produksi ikan terus meningkat namun


volume penjualan ikan melalui TPI menurun. Fugsi
utama TPI tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Nelayan Pedagang Konsumen


Besar

Identifikasi Permasalahan
Pemasaran

Structure: Conduct: Performance:


a. Konsentrasi Pasar a. Penentuan Harga a. Analisis Marjin
b. Diferensiasi Produk b. Saluran Pemasaran Pemasaran
c. Hambatan Keluar c. Promosi Penjualan b. Share harga
Masuk d. Kolusi dan taktik Nelayan
d. Tingkat yang dilakukan c. Share biaya dan
Pengetahuan Pasar e. Fungsi Pemasaran keuntungan
d. Efisiensi Pemasaran

Efisen atau tidak Efisien

Gambar 3. Kerangka Berpikir


18

3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke Jakarta Utara DKI Jakarta dan

dilaksanakan pada tanggal 5–26 Maret 2018.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), penelitian desktiptif adalah

sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu

keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur

ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Sedangkan, Sukmadinata (2006)

menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang

berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau

hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang

sedang berlangsung.

Metode penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural

setting) dan data yang dikumpulkan bersifat kualitatif. Metode kualitatif lebih

berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan.

Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa

interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu (Daymon dan Immy, 2008).

Metode kualitatif dalam penelitian ini seperti tingkat konsentrasi penjual dan

pembeli, tingkat diferensiasi produk, hambatan keluar masuk pasar, tingkat

pengetahuan pasar, saluran pemasaran, proses penentuan harga, promosi

penjualan, adanya taktik dan kolusi dan fungsi pemasaran pada pendekatan SCP
19

(Structure, Conduct and Performance) untuk menganalisis sistem pemasaran hasil

perikanan laut di Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke.

Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Metode kuantitatif dalam

penelitian ini seperti menghitung konsentrasi pasar, marjin pemasaran, farmer

share dan efisiensi pemasaran pada penampilan pasar.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder sebagai penunjang informasi yang digunakan dalam penenlitian, adapun

data primer dan data sekunder yang digunakan sebagai berikut:

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2009), sumber primer merupakan sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data ini diperoleh secara

langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dengan cara observasi

dan wawancara kepada responden.

Adapun data primer yang dikumpulkan dalam penelitian yaitu meliputi:

a. Komponen struktur pasar: tingkat konsentrasi penjual dan pembeli, saluran

pemasaran, hambatan keluar masuk pasar, tingkat diferensiasi produk dan

tingkat pengetahuan pasar

b. Komponen perilaku pasar: kolusi dan taktik, proses penentuan harga, fungsi

pemasaran dan promosi penjualan

c. Komponen penampilan pasar: harga ikan disetiap lembaga dan biaya

pemasaran
20

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2009), sumber sekunder merupakan sumber data yang

diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain

yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan.

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari pustaka,

literatur-literatur yang relevan, penelitian terdahulu, internet dan lembaga atau

instansi terkait yang berguna untuk mendukung data primer dan untuk melengkapi

penulisan laporan, seperti laporan tahunan dan daftar transaksi lelang Tempat

Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke, Jakarta Utara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpukan data yang digunakan pada penlitian ini dengan cara

Kuesioner, observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan penjelasan sebagai

berikut:

3.4.1 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner ini salah satu metode pengumpulan data

yang efisien bila peneliti mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur dan

mengetahui apa yang dapat diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa

pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada

responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono,

2015). Kuesioner disusun sesuai dengan data-data pertanyaan yang dibutuhkan

oleh peneliti yang ditujukan kepada responden yaitu para pelaku Pemasaran Hasil

Perikanan di Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara

Angke, Jakarta Utara. Kuesioner digunakan untuk mengetahui kepuasan


21

konsumen di TPI Muara Angke. Dasar penyusunan kuesioner Kepuasan

Konsumen yang dilampirankan pada Lampiran 1.

3.4.2 Observasi

Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala–gejala yang

diselidiki (Supardi, 2006). Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Dari segi

proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi dua yaitu

observasi berperan serta dan observasi nonpartisipan. Observasi berperan adalah

peneliti terlibat dengan penelitian. Observasi nonpartisipan adalah peneliti tidak

terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati, hanya sebagai

pengamat independen (Sugiyono, 2013). Kegiatan observasi dalam penelitian ini

dilakukan secara langsung pada objek penelitian dengan observasi nonpartisipan.

3.4.3 Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan

wawancara ini dapat dilakukan untuk memperdalam pengetahuan hasil dari

observasi yang telah didapatkan sebelumnya. Teknik wawancara dapat dilakukan

berawal dari pertanyaan yang sederhana atau mudah sebagai pendahuluan,

setelah itu dapat melanjutkan ke pertanyaan yang lebih kompleksi untuk

memperoleh kejelasan informasi dan fakat (Djaelani, 2013). Wawancara yang

dilakukan dalam penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan keterangan–

keterangan yang berkaitan dengan topik penelitian dan wawancara yang dilakukan

adalah wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur untuk

melengkapi data pada analisis SCP dan tidak terstruktur untuk melengkapi kondisi

umum lokasi penelitian.


22

3.4.4 Dokumentasi

Menurut Usman dan Akbar (2008), dokumentasi ialah pengambilan data

yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumentasi dianggap sebagai materi

yang tertulis atau sesuatu yang menyediakan informasi tentang suatu subyek.

Dokumentasi dapat berisi tentang deskripsi-deskripsi, penjelasan-penjelasan,

bagan alur, daftar-daftar, cetakan hasil komputer, contoh-contoh obyek dari sistem

informasi.

Menurut Sugiyono (2008), studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan

metode kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan/

menggunakan studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya.

Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan data berupa foto, gambar, video

tentang kegiatan di Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara

Muara Angke, Jakarta Utara.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan

hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi bukan

hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek

tertentu (Sugiyono, 2015).

Populasi dalam penenlitian ini yaitu pemilik kapal atau nelayan, peserta

lelang seperti pedagang besar, pedagang grosir, pengolah, pengecer dan

konsumen dari setiap pedagang.


23

3.5.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Apa yang dipelajari pada sampel, kesimpulannya akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus bersifat

representatif (mewakili). Penentuan sampel dilakukan dengan teknik sampling.

Teknik sampling ada dua yaitu probability sampling meliputi simple random

sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified

random sampling dan area (cluster) sampling (sampling menurut daerah). Non

probalility sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling

incidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling (Sugiyono,

2015).

Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2015), purposive sampling adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian

tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli

makanan, atau penenlitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel

sumber datanya adalah orang yang ahli politik, sampel ini lebih cocok digunakan

untuk penenlitian kualitatif atau penenlitian-penelitian yang tidak melakukan

generalisasi.

Seperti halnya pada penelitian ini ditentukan sampelnya dengan

pertimbangan tertentu, pada nelayan, pedagang besar diambil 20 karena jumlah

yang aktif setiap harinya sekitar 20 orang. Kemudian pada pengolahan, pedagang

pengepul dan pedagang pengecer secara berturut-turut sejumlah 10, 6 dan 6

karena dilihat dari data presentase tata niaga di TPI muara angke.

Kemudian juga dengan menggunakan teknik snowball sampling yaitu

menentukan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar sampai

data yang didapatkan dirasa cukup. Menurut Sugiyono (2015), snowball sampling
24

adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian

membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.

Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena

dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka

peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data

yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah

sampel semakin banyak, sebanyak design jumlah sampel yang sudah ditentukan

dengan metode sampling, namun tetap memperhatikan kriteria sampling menurut

purposive sampling. Berikut merupakan hasil rekapitulasi jumlah responden dalam

penelitian yang disajikan dalam Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Jumlah Responden dalam Penelitian

Populasi Sampel
Metode Sampling
Jenis Jumlah (orang) (orang)
Nelayan (Pemilik Purposive sampling dan
1600 20
Kapal) snowball sampling
Purposive sampling dan
Pedagang besar 40 20
snowball sampling
Purposive sampling dan
Pedagang Grosir 23 6
snowball sampling
Purposive sampling dan
Pengolah (PHPT) 24 10
snowball sampling
Purposive sampling dan
Pengecer 35 6
snowball sampling

3.6 Instrumen Penelitian

Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Jadi

instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel

penelitian. Instrument-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam

ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya.

Jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah variable penelitian yang

ditetapkan untuk diteliti (Sugiyono, 2015). Jumlah instrument dalam penelitian ini

ada 4, diantaranya:
25

1. Instrumen untuk mengetahui struktur pasar

2. Instrumen untuk mengetahui perilaku pasar

3. Instrumen untuk mengetahui penampilan pasar

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah atau

menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Analisis data merupakan

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang

lain (Sugiyono, 2015).

Tenik analisis data pada penlitian ini menggunakan pendekatan SCP

(Structure, Conduct and Performance) digunakan untuk menjawab tujuan pertama

yaitu untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis sistem pemasaran

ikan laut di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Muara Angke, Jakarta Utara.

Pendekatan SCP dapat dipakai untuk menjelaskan bagaimana pasar

berjalan secara fair dan efisien dalam sistem pemasaran. Artinya, pendekatan

SCP ini berperan mengawasi persaingan di antara pengusaha/perusahaan di

pasar. Bagaimana perusahaan melakukan tindakan (bertingkah laku) akibat

struktur pasar yang ada dan lebih lanjut terhadap penampilan pasar. Apabila pasar

berjalan tidak sesuai dengan harapan, maka akan berdampak pada fairness dan

mengarah tidak efisiennya sistem pemasaran (Abidin et al., 2017).


26

3.7.1 Strukur Pasar (Market Structure)

Menurut Abidin et al. (2017), beberapa kriteria untuk menentukan struktur

pasar, yaitu:

a. Tingkat konsentrasi pembeli dan penjual (jumlah kepadatan pembeli dan

penjual di suatu pasar). Pasar yang dimaksud adalah dimana bertemunya

penjual dan pembeli dan melakukan transaksi. Misalkan:

Saluran I pemasaran ikan lele: Produsen Pedagang Konsumen

Maka pasar yang terjadi ada dua pasar, yaitu pasar I (Produsen-Pedagang), pasar

II (Pedagang-Konsumen). Pada masing-masing pasar diperbandingkan jumlah

penjual terhadap pembelinya akan dapat disimpulkan struktur pasarnya apa. Pada

Tabel 2. menguraikan pengukuran struktur pasar berdasarkan konsentrasi penjual

dan pembelinya

Tabel 2. Struktur Pasar menurut Konsentrasi Penjual dan Pembeli


Struktur Pasar Jumlah Penjual Jumlah Pembeli
Persaingan sempurna Banyak Banyak
Persaingan monopolistik Banyak Banyak
Oligopoli Sedikit Banyak
Oligopsoni Banyak Sedikit
Monopoli Satu Banyak
Duopoli Dua Banyak
Monopsoni Banyak Satu
Duopsoni Dua Banyak
Catatan: Sedikit minimal 3 orang atau unit usaha, namun tidak sampai kategori
Banyak.

b. Pangsa Pasar (market share)

Pangsa pasar (market share) adalah persentase total penjualan yang dapat

dicapai oleh perusahaan terhadap seluruh penjualan dipasar (peluang pasar).

Perhitungan pangsa pasar dapat menggunakan rumus berikut:

𝑆𝑖𝑡
MSit= Σ𝑠𝑡
27

Keterangan:

MS = Pangsa pasar perusahaan i dalam waktu t (yang digambarkan dalam

%)

Sit = Penjualan perusahaan I dalam waktu t (dalam unit atau revenue)

∑St = Jumlah seluruh penjualan di pasar dalam waktu t (dalam unit atau

revenue)

Kriteria:

 Monopoli murni, jika dipasar hanya ada satu perusahaan dan memiliki

pangsa pasar 100%

 Perusahaan dominan, jika memiliki pangsa pasar 50-100% dan tanpa

pesaing yang kuat

 Oligopoli ketat, jika penjumlahan volume penjualan dari 4 perusahaan

terbesar memiliki pangsa pasar 60% hingga <100%

 Oligopoli longgar, jika penjumalahn volume penjualan dari 4 perusahaan

terbesar memiliki pangsa pasar 40%-60%. Jadi, penguasaan pangsa pasar

40% adalah titik dimana pasar mulai terkonsentrasi (mulai tidak kompetitif)

 Persaingan monopolistik, jika banyak pesaing efektif (tak harus>50

pesaing) namuntak satupun yang memiliki >0% pangsa pasar, namun jika

>0% tak sampai >10%

 Persaingan murni, dimana terdapat lebih dari 50 pesaing, tapi tak satupun

yang memilki pangsa pasar berarti (sangat-sangat kecil persen

penguasaan pangsa pasar oleh masing-masing di antara 50 pesaing atau

lebih tersebut, namun dibawah pangsa pasarnya monopolistik)

c. CR4 (Concentration Ratio For Four The Biggest Firm)

CR4 ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar dengan menghitung

derajat konsentrasi 4 perusahaan (penjual) dengan pangsa pasar terbesar di suatu


28

daerah pemasaran/wilayah pasar, agar diketahui gambaran umum kekuatan posisi

tawar-menawar produsen terhadap pembeli. Perhitungan CR4 menggunakan

rumus berikut:

𝐾𝑟1+𝐾𝑟2+𝐾𝑟3+𝐾𝑟4
CR4 = 𝐾𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100%

Keterangan:

Kr1 = pangsa pasar (penjualan) perusahaan terbesar ke-1

Kr2 = pangsa pasar (penjualan) perusahaan terbesar ke-2

Kr3 = pangsa pasar (penjualan) perusahaan terbesar ke-3

Kr4 = pangsa pasar (penjualan) perusahaan terbesar ke-4

Kr total = seluruh pangsa pasar yang ada

Kriteria yang digunakan:

 CR4 < 40%, artinya bahwa pasar tersebut bersifat pasar persaingan sempurna

(kompetitif) atau persaingan monopolistik (namun perlu dilihat apakah ada

diferensiasi produk atau tidak). Pangsa pasar 40% mulai terjadinya pasar yang

tidak kompetitif.

 40% < CR4 < 80% maka struktur pasar bersifat oligopoli/oligopsoni. Jika makin

mendekati 40% disebut oligopoli/oligopsoni longgar, dan jika makin mendekati

80% disebut oligopoli/oligopsoni ketat.

 CR4 > 80% namun tak sampai 100%, maka struktur pasar (untuk 4

produsen/pedagang terbesar volume penjualannya) disebut cenderung

monopoli/monopsoni, lebih tepatnya masih dikatakan oligopoli sangat ketat,

namun jika pangsa pasar sebesar 100% oleh 1 orang saja disebut

monopoli/monopsoni murni. Struktur pasar menurut indicator CR4 dengan

mudah dapat diilustrasikan pada Gambar 4.


29

CR4

Pangsa pasar <40% 40%-60% >60%-<100%


Konsentrasi pasar Longgar Moderat Tinggi
Struktur Pasar Kompetitif Oligopoli longgar Oligopoli ketat-
sangat ketat

Konsentrasi
Produsen/penjual Sedikit, skala besar Banyak, skala kecil

Struktur pasar Oligopoli Kompetitif

Gambar 4. Struktur Pasar: CR4, Pangsa Pasar dan Konsentrasi Pasar

d. Indeks Hirchman-Herfindahl

Indeks ini sebagai alat untuk mengukur derajat konsentrasi perusahaan

(penjual) di suatu wilayah pasar agar diketahui gambaran umum tentangposisi

tawar-menawar produsen terhadap pembeli. Berikut adalah rumus untuk

menghitung Indeks Hirscman-Herfindahl:

IHH = (Kr1)2 + (Kr2)2 + …. + (Krn)2

Keterangan:

IHH = Indeks Hirscman-Herfindahl

n = Jumlah pedagang disuatu wilayah pasar produk

Kri-n = pangsa pasar (penjualan) pedagang ke-I hingga ke-n (i= 1,2,3,……n)

Kriteria yang digunakan:

IHH = 1, struktur pasar mengarah monopoli/monopsoni

IHH = 0, struktur pasar mengarah pada persaingan sempurna

0 < IHH <1, struktur pasar mengarah oligopoli/oligopsoni

e. Tingkat diferensiasi produk (variasi kualitas produk yang menjadi pembeda

antar produk berbeda merk)


30

f. Struktur saluran pemasaran panjang atau pendek yang terbentuk oleh banyak

sedikitnya lembaga pemasaran yang terlibat

g. Barriers to entry (hambatan dari system pasar untuk memasuki pasar),

misalnya tingkat pengetahuan pasar, tingkat integrase dan diversifikasi produk

dan Barriers to exit (hambatan untuk keluar dari sistem pasar),misalnya tinggi

prospek meraih keuntungan

h. Proses pembentukan harga (price forming process)

i. Pola distribusi informasi pasar

j. Peraturan dan perundangan yang mengkoordinasikan di pasar

3.7.2 Perilaku Pasar (Market Conduct)

Menurut Abidin et al. (2017), market conduct merupakan cerminan dari

market structure yang selanjutnya mencerminkan tingkat efisiensi ekonomi di

pasar. Terdapat kriteria yang menunjukan tingkat efisiensi ekonomi, yaitu:

a. Tingginya konsentrasi penjual di pasar untuk menciptakan persaingan yang

kompetitif

b. Tendensi masing-masing perusahaan berlomba-lomba:

 Menjual pada tingkat harga yang lebih rendah daripada pesaingnya

 Menawarkan perbaikan produk untuk merangsang minat pembeli

 Bersaing dan menekankan pada kulitas dan jasa

 Melayani klaim produk secara benar

 Mempromosikan produk atas dasar keunggulan,kualitas dan fakta

c. Tidak ada kerjasama secara hukum diantara perusahaan dalam harga dan hal

lain

d. Adanya perbedaan atau variasi produk yang jelas dan perbedaan itu tidak

didasarkan pada perbedaan psikologis yang diciptakan melalui periklanan

semata
31

3.7.3 Kinerja Pasar (Market Performance)

Kinerja Pasar atau Penampilan Pasar dapat menjadi indikator pengukuran

kepuasan konsumen untuk menjawab tujuan kedua yaitu mendeskripsikan,

mengetahui dan menganalisis kepuasan konsumen di Tempat Pelelangan Ikan

(TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara.

Menurut Abidin et al. (2017), penampilan pasar dapat dengan mudah

dicermati pada beberapa indikator berikut:

a. Marjin Pemasaran (marketing margin)

Marjin pemasaran adalah selisih harga jual di tingkat produsen dan harga

yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Marjin pemasaran dapat pula diukur antara

dua lembaga pemasaran yang berhadapan, misalnya produsen dan pedagang

besar, pedagang besar dan pabrik. Marjin pemasaran dapat dibedakan menjadi

marjin absolut (selisih harga dalam satuan mata uang) dan persen marjin (marjin

absolut dikonversi ke persen).

Efisiensi pemasaran dapat di ukur dengan besar kecilnya marjin

pemasaran. Marjin pemasaran yang besar menunjukan pemasaran yang tidak

efisien, sedangkan marjin pemasaran yang kecil menunjukan pemasaran yang

efisien. Adapun rumus untuk menghitung marjin pemasaran adalah sebagai

berikut:

MP = Pr - Pf

Sedangkan persentase marjin dapat dihitung dengan menggunakan rumus

berikut:
Pr − 𝑃𝑓
% Marjin = 𝑃𝑟
× 100%

Dimana:

MP = Marjin Pemasaran

Pr = Harga ditingkat konsumen (retail price/ consumer price)


32

Pf = Harga ditingkat produsen (farmer price/ producer price)

b. Share harga yang diterima Produsen

Indicator lain untuk menganalisis penampilan pasar adalah persentase

bagian yang diterima produsen (Pf) dari harga konsumen akhir (Pr). Untuk

menentukan persentase harga yang diterima petani dapat dihitung menggunakan

rumus:
𝑃𝑓
PS = 𝑃𝑟 × 100%

Dimana:

Ps = producer’s share

Pf = Harga ditingkat produsen

Pr = Harga ditingkat konsumen

c. Share biaya pemasaran dan share keuntungan (cost and profit Marketing

Share

Persentase biaya pemasaran dan persentase keuntungan yang diperoleh

tiap lembaga pemasaran dapat dihitung dengan rumus berikut:

𝐾𝑖 𝐵𝑖
SKi = 𝑃𝑟−𝑃𝑓 × 100% atau SBi = 𝑃𝑟−𝑃𝑓 × 100%

Dimana:

SK i = share keuntungan lembaga pemasaran ke-i

SBi = share biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i

Ki = keuntungan lembaga pemasaran ke-i

Bi = biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i

Pf = harga ditingkat produsen

Pr = harga ditingkat konsumen

Kriteria menyimpulkannya adalah jika share keuntungan dan biaya

pemasaran dari masing-masing lembaga yang terkait dalam proses pemasaran

dalam kondisi merata, maka pemasarannya dapat dikatakan efisien.


33

d. Efisiensi Pemasaran

Pemasaran yang efisien adalah pemasaran yang diselenggarakan dengan

biaya serendah mungkin, dan mengambil keuntungan yang wajar (reasonable

return), serta mampu menciptakan kepuasan bagi konsumen. Biaya pemasaran

serendah mungkin sehingga biaya pemasaran yang dikeluarkan masih lebih

rendah daripada nilai produk yang dipasarkan. Biaya pemasaran yang semakin

rendah dari nilai produk yang dipasarkan akan semakin efisien pula pemasaran

tersebut.

Selain itu efisiensi pemasaran juga dapat dilihat dari perhitungan lain

seperti producer’s share, marjin pemasaran, keuntungan, biaya total pemasaran,

total nilai produk lembaga pemasaran, informasi dan pengetahuan pasar serta

fasilitas pemasaran. Untuk menghitung efisiensi pemasaran dapat digunakan

rumus sebagai berikut:

𝐵𝑃 𝑇𝑀𝐶
EP = × 100% ME = 𝑇𝑀𝑅 × 100%
𝐻𝑒
atau

Dimana:

EP = Efisiensi Pemasaran ME = Marketing Efficiency

BP = Biaya pemasaran/unit TMC = Total Marketing Cost

He = Harga eceran/unit TMR = Total Marketing Revenue

Kriteria:

 Margin rendah, Biaya rendah, keuntungan tinggi, efisiensi pemasaran rendah

(EP<50%) maka pemasaran tersebut semakin efisien dan semakin tinggi

kepuasan konsumen

 Margin tinggi, Biaya tinggi, keuntungan rendah, efisiensi pemasaran tinggi

(EP>50%) maka pemasaran tersebut semakin tidak efisien dan semakin

rendah kepuasan konsumen


34

Ringkasan metode analisis, alat ukur dan kriteria efisiensi pemasaran pada

masing-masing komponen struktur pasar, perilaku dan penampilan pasar disajikan

pada Tabel 3.

Tabel 3. Metode Analisis SCP, Komponen dan Kriteria Efisiensi Pemasaran

Metode Kriteria Pemasaran


Komponen
SCP Efisien Tidak efisien
Banyak
a. Jumlah Pembeli Sedikit
(Pedagang)
banyak
b. Jumlah Penjual Sedikit
(Petani)
Struktur Tidaka ada
c. Kolusi Antar Ada
Pasar
Pedagang
Tidak
d. Konsentrasi Pasar Terkonsentrasi
terkonsentrasi
e. Kemudahan
Memasuki Pasar Sulit
Mudah
Tidak berdasarkan
Berdasarkan
standarisasi/ tidak
standarisasi/ses
a. Penentuan Harga sesuai konsep
uai konsep harga
harga
Perilaku
Pasar Tidak ditentukan
b. Pembentukan Harga Ditentukan
pedagangg
pedagang
c. Praktek tidak Jujur
Tidak ada
Ada
Menggunakan Tidak
a. Teknologi
Adil Belum adil
Penampilan
b. Producer’s share
Pasar
Besar jika fungsi Kecil apabila
c. Distribusi Margin pemasaran yang fungsi pemasaran
dialkukan besar sedikit

3.7.4 Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2012), definisi operasional variabel merupakan suatu

pengertian yang diberikan kepada suatu variabel dengan memberi arti atau

menspesifikan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan

untuk mengukur variabel tersebut. Berikut definisi operasional yang digunakan

untuk menjawab tujuan kedua yaitu:


35

1. Pemasaran ikan laut adalah sebagai kinerja aktivitas bisnis yang terlibat dalam

aliran produk atau komoditas ikan laut dan jasa perpindahan dari titik nelayan

sampai di tangan konsumen

2. Struktur pasar adalah karakteristik atau kekhasan dari suatu pasar,

karakteristik yang menentukan hubungan antara penjual yang satu dengan

penjual yang lainnya, hubungan penjual dan pembeli dan hubungan antara

penjual dengan para penjual potensial yang masuk dalam saluran pemasaran

3. Perilaku pasar adalah tingkah laku yang dilakukan oleh penjual maupun

pembeli untuk memenangkan atau bertahan pada pasar dan untuk

memperoleh keuntungan dengan cara seperti strategi penentuan harga,

saluran pemasaran, promosi penjualan, adanya taktik dan kolusi serta fungsi

pemasaran

4. Penampilan pasar adalah hasil akhir ekonomis dari struktur dan perilaku pasar

5. Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan untuk memasarkan ikan

laut dari produsen kepada konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran

ditentukan oleh banyak sedikitnya lembaga pemasaran yang terkait

6. Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima produsen atau

nelayan dengan harga pada lembaga pemasaran, seta perbedaan harga pada

masing–masing lembaga pemasaran yang terlibat (Rp/Kg)

7. Harga ditingkat Nelayan atau produsen adalah harga jual rata – rata ikan laut

dalam bentuk segar ditingkat produsen ke lembaga pemasaran berikutnya

(Rp/Kg), sedangkan harga ditingkat lembaga pemasaran adalah harga jual

ikan laut pada lembaga pemasaran yang lain sampai pada tingkat akhir dalam

pemasaran (Rp/kg)

8. Lembaga pemasaran adalah lembaga – lembaga baik kolektif maupun individu

yang terlibat dalam perpindahan barang dari tangan produsen sampai pada

tangan konsumen dengan melaksanakan fungsi–fungsi pemasaran


36

9. Efisiensi pemasaran adalah perbandingan terbaik antara keuntungan dan

biaya yang dikeluarkan dalam bentuk persen


37

4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografi

Berdasarkan laporan tahunan UPT PPP Muara Angke (2017), kawasan

Pelabuhan Perikanan Muara Angke merupakan pusat pembinaan kepada lebih

30.000 orang yang bergantung pada kegiatan perikanan. Luas lahan Muara Angke

saat ini sebesar 63, 34 Ha. Dengan SK Gub. No. 1263 tahun 2006 tentang

panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Terpadu (UDGL) Muara Angke,

diproyeksikan akan diperluas dengan kawasan reklamasi menjadi seluas 71,7 Ha.

Secara astronomis terletak pada posisi 6°6′21″ LS, 106°46′29.8″ BT dan secara

geografis kawasan Muara Angke terletak di delta Muara Angke sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

2. Sebelah Timur berbatasab dengan kali Asin dan Green Bay

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kali Adem dan,

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Muara Karang

Selanjutnya dikatakan bahwa kawasan Muara Angke mempunyai kontur

permukaan tanah dasar, dengan ketinggian dari permukaan laut antara 0 - 1 meter.

Geomorfologi kawasan pantainya lunak sehingga daya dukung tanah rendah dan

proses intrusi air laut tinggi, sedimen dasar laut dominan oleh lumpur (lempung

dan danau). Pasang surut kawasan ini mempunyai sifat harian tunggal dan kisaran

antara surut tertinggi dan terendah adalah 1,2 meter dan gerakan periodik ini

walaupun kecil tetap berpengaruh pada kondisi pantai kawasn ini. Arus laut pada

musim barat berkecepatan 1,5 knot dengan ketinggian gelombang antara 0-1

meter dan jika terjadi angina kuat gelombang dapat mencapai 1,5 meter sampai 2

meter (UPT PPP Muara Angke, 2017).


38

Kawasan Muara Angke terletak didaerah yang strategis karena letaknya

yang berada di tengah – tengah kawasan bisnis dan pemukiman elit daerah

Jakarta Utara. Akses menuju kawasan Muara Angke sangat baik dan mudah.

Jalan yang beraspal, tersedianya terminal yang memadai dan sarana transportasi

yang ada memudahkan masyarakat untuk datang ke Muara Angke. Sarana

transportasi yang ada adalah angkutan kota, metromini maupun bus antar kota

antar provinsi.

4.1.2 Keadaan Iklim

Keadaan cuaca di Muara Angke seperti umumnya di Jakarta Utara

khususnya di kelurahan Pluit. Muara Angke memiliki iklim tropis. Hampir sebagian

besar bulan ditandai dengan curah hujan yang signifikan. Musim kemarau singkat

memiliki dampak yang kecil. Suhu di Muara Angke rata – rata 27,7oC dan rata –

rata curah hujannya 1770 mm. Bulan terkering di Muara Angke berada pada bulan

Agustus dengan curah hujan sekitar 52 mm. Presipitasi paling besar terlihat pada

bulan Januari dengan rata – rata 406 mm. Suhu terhangat sepanjang tahun berada

pada bulan Oktober dengan suhu rata – rata 28,2oC. Suhu terendah dalam

setahun terlihat pada bulan Januari yaitu berkisar 27,1oC. Perbedaan dalam

presipitasi antara bulan terkering dan bulan terbasah adalah 354 mm. Variasi suhu

sepanjang tahun adalah 1,1oC (UPT PPP Muara Angke, 2017).

4.1.3 Keadaan Penduduk

Muara Angke terletak di kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Jakarta

Utara. Jumlah penduduk kelurahan Pluit berjumlah 52.392 jiwa, yang terdiri dari

25.901 jiwa laki – laki dan 26.491 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga

sebesar 18.312. Untuk mengetahui lebih jelas tentang keadaan penduduk

kelurahan Pluit dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:


39

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Umur dan Jenis


Kelamin

Jenis Kelamin
Umur
Laki - Laki Perempuan
0–4 2.214 3.319
5–9 1.969 2.059
10 – 14 2.528 1.964
15 – 19 2.062 2.046
20 – 24 2.239 2.087
25 – 29 2.373 2.483
30 – 34 1.339 3.128
35 – 39 2.376 2.133
40 – 44 2.853 2.323
45 – 49 2.235 2.465
50 – 54 1.313 514
55 – 59 878 819
60 – 64 672 446
65 – 69 331 355
70 - 74 277 217
75 – Keatas 142 135
Jumlah 25.863 26.464
(Sumber : Laporan Bulan Februari Kelurahan Pluit, 2018)

Jumlah penduduk Muara Angke yang tergolong dalam usia produktif (20-

39) tahun yaitu sebesar 18.066 jiwa yang dapat dikatakan sudah bisa

mendapatkan pekerjaan. Untuk yang sedang menempuh pendidikan (5-19) tahun

yaitu sebesar 12.628 jiwa dan yang sudah memasuki masa pensiun (>55) tahun

sebesar 4.272 jiwa. Struktur penduduk di Muara Angke sendiri terbagi menjadi 2

kelompok yaitu Penduduk tetap dan Penduduk Musiman.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah Presentase (%)


Tidak / Belum Sekolah 6.614 13
Belum Tamat SD/ Sederajat 4.938 9
Tamat SD/ Sederajat 5.545 10
SLTP/ Sederajat 8.758 17
SLTA/ Sederajat 22.496 43
Tamat Akademi/ PT 4.041 8
Total 52.392 100
(Sumber : Laporan Bulan Februari Kelurahan Pluit, 2018)

Penduduk kelurahan Pluit dalam tingkat pendidikan tertinggi pada

tingkatan SLTA/ sederajat yaitu sebanyak 43% dengan jumlah 22.496 jiwa dan
40

terendah pada tingkatan Tamat Akademi/ PT yaitu sebanyak 8% dengan jumlah

4.041 jiwa.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Presentase (%)


Tani - -
Karyawan Swasta/Pemerintah/ TNI 14.327 27
Pedagang 8.094 15
Nelayan 1.712 3
Buruh Tani - -
Pensiunan 5.148 10
Pertukangan 6.100 12
Pengangguran 261 0.6
Fakir Miskin 204 0.4
Lain – lain 16.478 32
Total 52.324 100
(Sumber : Laporan Bulan Februari Kelurahan Pluit, 2018)

Jumlah penduduk Muara Angke berdasarkan pekerjaan yang memiliki

jumlah tertinggi pada pekerjaan lain- lain dengan presentase 32% dan berjumlah

16.478 jiwa, pekerjaan lain – lain di Muara Angke seperti wirausaha karena banyak

penduduk disini yang menjadi wirausaha. Pekerjaan terendah yaitu sebagai fakir

miskin dengan persentase 0.4% dan berjumlah 204 jiwa. Penyerapan tenaga kerja

yang terserap di kawasan PPN Muara Angke adalah lebih dari 40 000 orang yang

terdiri dari tenaga kerja di unit produksi, unit pengolahan, unit pemasaran dan unit

penunjang. Unit produksi meliputi nelayan, tenaga bongkar muat, pengangkut

ikan, koperasi, dan peserta lelang. Unit pengolahan meliputi tenaga pengepakan,

pengolah ikan, warung penunjang, tenaga di cold storage, dan workshop

pengolahan ikan.

4.1.4 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Rino sebagai karyawan TPI

Muara Angke, penyelenggaran kegiatan pelelangan ikan di Muara Angke sebelum

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah seperti saat ini, kegiatan pelelangan

diselenggarakan oleh Koperasi Mina Jaya. Koperasi Mina Jaya berdiri pada
41

tanggal 30 Desember dan pada tanggal 9 Juni 1975 disahkan dengan hak badan

hukum nomor 471/BH/1/12-6. Berdasarkan perkembangan tersebut, maka pada

tanggal 21 Desember 1995 dilaksanakan Rapat Anggota Perubahan Anggaran

Dasar untuk penyesuaian dengan Undang – Undang nomor 25 tahun 192 tentang

perkoperasian yang kemudian disahkan dengan Hak Badan Hukum nomor

172/BH/PAD/KWK/9/VI/1996 dan rapat memutuskan serta menetapkan Koperasi

Mina Jaya Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Berdasarkan surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No.3277/1999 tanggal

29 Juni 1999 koperasi Perikanan Mina Jaya ditunjuk sebagai penyelenggara

pelelangan Ikan di TPI Muara Angke. Setiap tiga tahun dilakukan perpanjangan

setelah adanya evaluasi dari pihak Dinas Perikanan dan Dinas Provinsi DKI

Jakarta. Namun sejak bulan Oktober tahun 2015 karena adanya evaluasi yang

membuat Koperasi Perikanan Minajaya tidak diperpanjang sebagai

penyelenggara pelelangan ikan di Muara Angke kembali. Sejak bulan Oktober

2015 sampai sekarang Tempat Pelelangan Ikan di Muara Angke diselenggarakan

oleh Pemerintah Daerah yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Muara Angke dan retribusi pelelangan juga dihapuskan.

Pelaksanaan pelelangan ikan di TPI Muara Angke sehari-hari dipimpin oleh

Kepala TPI. Kepala TPI bertanggung jawab penuh atas semua kegiatan

penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI. Kepala TPI adalah pegawai negri sipil

yang secara struktural bertanggung jawab kepada Satuan Pelaksana

Kepelabuhan Perikanan Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Nusantara

Muara Angke. Untuk itu kepala TPI diwajibkan melaporkan secara tertulis

mengenai volume produksi, nilai produksi, jumlah peserta lelang dan jumlah

armada penangkapan. Dalam melaksanakan tugasnya kepala TPI dibantu oleh

bawahannya yang dibagi menjadi 5 bagian yaitu Mutu Tempat Pelelangan Ikan,

Pelaporan Data Pelelangan, Juru Bakul dan Kasir, Juru Timbang dan Juru Lelang.
42

Struktur organisasi pada TPI termasuk dalam bentuk organisasi Lini dimana

wewenang dari atasan disalurkan langsung secara vertikal kepada bawahan.

Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara langsung

ditujukan kepada atasan.

Kepala TPI

Mutu Juru Juru Bakul Juru Pelaporan


TPI Timbang dan Kasir Lelang Data
Pelelangan

Gambar 5. Strutur Organisasi Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke

4.1.5 Sarana dan Prasarana Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara

(PPN) Muara Angke

Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke mempunyai

berbagai sarana dan prasarana yaitu:

a. Perumahan Nelayan

Realisasi pembangunan rumah nelayan telah berlangsung pada tahun

1978-1996 sebanyk 1.128 unit. Selanjutnya, sebanyak 340 unit (4 blok) dibangun

dengan sumber dana bantuan Fasum dan Fasos Pantai Indah Kapuk, sebanyak

260 unit (3 blok) dari yayasan Budha Tzu Chi.

Gambar 6. Perumahan Nelayan


43

b. Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT)

PHPT Muara Angke merupakan sentra pengolahan Ikan tradisional di

Provinsi DKI Jakarta. Luas lahan PHPT sebesar 5Ha dihuni oleh +/-200 Kepala

Keluarga Nelayan pengolah. Produksi PHPT mencapai 60-90 ton/hari dengan

produk berupa ikan asin (91%), ikan asap, olahan kulit pari dan silase untuk pakan

ternak.

Gambar 7. Pengolahan Hail Perikanan Tradisional (PHPT)

c. Pasar Ikan

Pasar Ikan Muara Angke terdapat di lahan seluas 3 Ha dengan luas

bangunan +/- 9.800m2. area lapak terdiri dari 1.360 unit dengan luas sebesar

(2x1,7) m2/unit. Produksi pasar ikan dapat mencapai 5.000 ton/bulan atau senilai

dengan 125 milyar/bulan. Komoditas utama Pasar Ikan Muara Angke yaitu cumi,

kembung, kerapu, tongkol, tenggiri, bawal hitam, kakap merah, bandeng, udang

dan lain-lain. Selain TPI Muara Angke, komoditas Pasar Ikan Muara Angke

diperoleh dari luar daerah Provinsi DKI Jakarta seperti Indramayu, Tuban, Tegal,

Pekalongan, Lampung, Bogor dan sekitarnya.


44

Gambar 8. Pasar Grosir Ikan

d. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Kolam Pelabuhan

TPI Muara Angke memiliki luas 2.212 m2 dilengkapi kolam pelabuhan

seluas 63. 993 m2. Nilai produksi TPI rata-rata 105 milyar Rupiah per tahun.

Aktivitas Bongkar muat ikan di TPI Muara Angke rata-rata 500 unit kapal/bulan

dengan produksi ikan yang didaratkan rata-rata 3.000 ton/bulan.

Gambar 9. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Kolam Pelabuhan

e. Unit Pengolahan Ikan (UPI)

UPI Yang terdaapat di Kawasan Pelabuhan Perikanan Muara Angke terdiri

dari Cold Storage dan Tempat Pengepakan Ikan. Saat ini terdapat +/- 45

perusahaan perikanan yang melakukan kegiatan ekspor mencapai 5.000

ton/tahun. Ikan – ikan tersebut di ekspor ke Negara China, Singapura, Taiwan,

Hongkong dan Malaysia.


45

Gambar 10. Unit Pengolahan Ikan (UPI)

4.2 Keadaan Umum Perikanan

4.2.1 Nelayan

Menurut Mulyadi (2005) dalam Widayati (2008), nelayan merupakan

kelompok sosial yang selama ini terpinggirkan, baik secara sosial, ekonomi

maupun politik. Nelayan di Indonesia masih belum berdaya secara ekonomi dan

politik. Organisasi ekonomi nelayan belum solid, nelayan masih terikat pada ikatan

tradisional dengan para tengkulak dan belum ada institusi yang bias menjamin

kehidupan nelayan selain institusi patron klien tersebut. Secara politikpun

masyarakat nelayan masih dijadikan obyek mobilisasi politik maupun pemerintah,

sehingga ketika nelayan menjadi korban pembangunan mereka tidak dapat

berbuat apa–apa.

Menurut Undang–Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2016 Tentang

Perlindungan Dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, Dan Petambak

Garam dalam BAB 1 pasal 1 menyebutkan bahwa Nelayan Pemilik adalah Nelayan

yang memiliki kapal penangkap Ikan yang digunakan dalam usaha Penangkapan

Ikan dan secara aktif melakukan Penangkapan Ikan. Sedangkan menurut

Undang–undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, Dan Petambak Garam dalam BAB
46

2 pasal 6 bahwa Nelayan Pemilik yang memiliki kapal penangkap Ikan, baik dalam

satu unit maupun dalam jumlah kumulatif lebih dari 10 (sepuluh) GT sampai

dengan 60 (enam puluh) GT yang dipergunakan dalam usaha Penangkapan Ikan.

Nelayan adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan dalam operasi walaupun

mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan di laut. Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam kegiatan

perikanan dan juga merupakan salah satu fungsi utama dalam kegiatan perikanan

dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakan dan meningkatkan

usaha dan kesejahteraan nelayan (Widayati, 2008).

Menurut laporan bulan Februari Kelurahan Pluit jumlah penduduk yang

berprofesi sebagai nelayan berjumlah 1.712 jiwa, yaitu berjumlah 3% dari total

jumlah penduduk di Kelurahan Pluit. Nelayan di Muara Angke sendiri terbagi

menjadi 2 yaitu nelayan dengan kapal < 10 GT dan nelayan pemilik dengan kapal

10–60 GT. Nelayan dengan kapal < 10 GT berada di kawasan kali adem dan

nelayan dengan kapal 10–60 GT mendarat di kawasan TPI Muara Angke. Menurut

Mentri Kelautan dan Perikanan nelayan pemilik tidak bisa disebut nelayan karena

pendapatannya seperti pengusaha.

4.2.2 Armada Penangkapan

Armada penangkapan yang digunakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

(PPN) Muara Angke menggunakan kapal yang berkapasitas <10 sampai >30

Gross Ton (GT). Jumlah kapal yang berada di Pelabuhan Perikanan Nusantara

(PPN) Muara Angke kurang lebih sebanyak 1600 kapal. Untuk lebih jelasnya

berikut merupakan grafik Armada Penangkapan di Muara Angke berdasarkan

Gross Ton (GT) kapal pada gambar 11.


47

< 10 GT
1%
> 30 GT
39% 10 - 30 GT
60%

Gambar 11. Grafik Persentase Jumlah Kapal Berdasarkan Gross Ton (GT)

(Sumber: PPN Muara Angke, 2018)


Jumlah armada yang terbanyak di Muara Angke adalah Kapal yang

berkapasitas 10 – 30 GT, karena kapal dengan kapasitas 10 – 30 GT merupakan

kapal yang berkapasitas sedang dan dapat dipakai berlabuh selama 1-2bulan.

Kapal ini juga merupakan kapal yang biaya pembuatannya sesuai dengan

pengusaha di kawasan Muara Angke.

4.2.3 Jenis Alat Tangkap

Jenis Alat Tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

(PPN) Muara Angke saat ini antara lain Bouke Ami (Jaring Cumi), Gill Net, Purse

seine, Bubu dan Pengangkut. Dari 1600 kapal, berikut merupakan grafik

persentase jumlah kapal berdasarkan alat tangkap yang disajikan pada gambar

12.

Purse Seine
16%
Gill Net
3%

Pengangk…

Bubu
1% Bouke Ami
(Jaring Cumi)
65%

Gambar 12. Grafik Persentase Jumlah Kapal Berdasarkan Alat Tangkap

(Sumber: PPN Muara Angke, 2018)


48

4.2.4 Jenis dan Jumlah Produksi Ikan

Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Muara Angke terdapat berbagai macam jenis. Tidak semua hasil tangkapan

tersebut dilelang di TPI melainkan ada yang langsung disimpan di Cold Storage

untuk di ekspor ke Negara China, Singapura, Taiwan, Hongkong dan Malaysia.

Ikan yang di ekspor sebagian besar hasil tangkapan Bouke Ami (Jaring Cumi) yaitu

Cumi – cumi, Tenggiri, Kakap, Kerapu dan lain –lain. Ikan yang dilelang terdapat

berbagai macam jenis namun yang lebih dominan yaitu Kerapu, Kakap, Bawal,

Tongkol, Manyung, Cendro, Kembung, Teri, Cucut, Pari, Kwe, Baronang, Layur,

Selar, Como, Golok – golok, Tembang, Sontong, Udang dan Campur.

Selama 5 tahun terakhir dari tahun 2013 sampai 2017 ikan yang didaratkan

di TPI Muara Angke sebesar 169.441.159 kg dengan nilai sebesar Rp

3.569.811.942.715. Setiap tahunnya jumlah produksi ikan yang dilelang tidak

stabil. Dari tahun 2013 sampai tahun 2016 mengalami kenaikan setiap tahunnya

namun pada tahun 2017 mengalami penurunan sebanyak 8.666.836 kg volume

ikan dan nilai Rp 83.236.858.860. Hal ini dipengaruhi oleh cuaca yang tak menentu

sehingga mempengaruhi jumlah penangkapan ikan. Untuk lebih jelasnya jumlah

produksi ikan yang dilelang di TPI Muara Angke dapat dilihat pada Tabel dibawah

ini:

Tabel 7. Data Produksi Ikan di Tempat Pelelangan IKan Muara Angke Tahun
2013 - 2017

Ikan Yang dilelang


Tahun
Volume (kg) Nilai (Rp)
2013 20.520.709 81.645.909.145
2014 24.574.079 100.908.566.055
2015 32.507.207 437.428.496.600
2016 50.253.000 1.566.987.197.915
2017 41.586.164 1.483.750.339.055
Jumlah 169.441.159 3.569.811.942.715
(Sumber: TPI Muara Angke, 2018)
49

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Struktur Pasar (Market Structure)

Untuk mengetahui struktur pasar dalam pemasaran ikan laut di Muara

Angke dalam penelitian ini diuraikan dalam beberapa analisis untuk mengetahui

struktur pasar yaitu konsentrasi penjual dan pembeli, pangsa pasar, Indeks

herfindahl, diferensiasi produk, hambatan keluar masuk pasar, serta pengetahuan

pasar. Melalui struktur pasar akan diketahui apakah pemasaran ikan laut di Muara

Angke mengarah pada pasar persaingan sempurna atau mengarah pada pasar

persaingan tidak sempurna.

5.1.1 Jumlah Penjual dan Pembeli

Lembaga yang terlibat dalam pemasaran ikan laut di Muara Angke adalah

nelayan sebagai produsen, peserta lelang yang melakukan fungsi pembelian

sebagai pedagang besar, pedagang pengepul, pedagang pengolah dan pedagang

pengecer sebagai pedagang perantara yang menyalurkan ikan laut dari produsen

ke konsumen. Pemasaran ikan laut di Muara Angke terbentuk menjadi sembilan

macam saluran pemasaran. Untuk mengetahui jumlah penjual dan jumlah pembeli

maka dapat diidentifikasi dari saluran pemasaran tersebut. Rincian dari jumlah

penjual dan jumlah pembeli dari beberapa saluran pemasaran yang ada dapat

dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penjual dan Pembeli Pemasaran Ikan Laut di Muara Angke

Saluran Tingkat Jumlah Penjual Jumlah pembeli Struktur pasar


Ke Pasar (orang) (orang)
I N → UPI 1600 45 Oligopsoni
II N → Pb 1600 80 Oligopsoni
Pb → Ph 40 200 Oligopoli
III N → Pb 1600 40 Oligopsoni
Pb → Pe 40 30 Oligopsoni
50

Lanjutan Tabel 8. Jumlah Penjual dan Pembeli Pemasaran Ikan Laut di Muara
Angke
IV N → Pb 1600 40 Oligopsoni
Pb → K 40 Banyak Oligopoli
V N → Ph 1600 24 Oligopsoni
Ph → K 24 Banyak Oligopoli
VI N → Pg 1600 23 Oligopsoni
Pg → Ph 23 200 Oligopoli
VII N → Pg 1600 23 Oligopsoni
Pg → Pe 23 30 Oligopoli
VIII N → Pg 1600 23 Oligopsoni
Pg → K 23 Banyak Oligopoli
IX N → Pe 1600 25 Oligopsoni
Pe → K 25 Banyak Oligopoli
Keterangan:

N = Nelayan

UPI = Unit pengolahan Ikan (Cold strorage)

Pb = Pedagang Besar

Ph = Pengolah

Pe = Pengecer

Pg = Pedagang grosir

Berdasarkan tabel 8. pada saluran I dapat diidentifikasi hubungan nelayan

dan UPI membentuk struktur pasar Oligopsoni karena terdapat banyak penjual dan

beberapa pembeli.

Pada saluran II dapat diidentifikasi hubungan nelayan dan pedagang besar

membentuk struktur pasar Oligopsoni karena terdapat banyak penjual dan

beberapa pembeli. Sedangkan hubungan Pedagang besar dan pedagang

pengolah membentuk pasar Oligopoli karena terdapat sedikit penjual dan banyak

pembeli.

Pada saluran III dapat diidentifikasi hubungan nelayan dan pedagang

besar membentuk struktur pasar Oligopsoni karena terdapat banyak penjual dan
51

beberapa pembeli. Sedangkan hubungan pedagang besar dan pengecer

membentuk struktur pasar Oligopsoni karena terdapat banyak penjual dan

beberapa pembeli.

Pada saluran IV dapat diidentifikasi hubungan nelayan dan pedagang

besar membentuk struktur pasar Oligopsoni karena terdapat banyak penjual dan

beberapa pembeli. Sedangkan hubungan pedagang besar dan konsumen

membentuk struktur pasar Oligopoli karena terdapat beberapa penjual dan banyak

pembeli.

Pada saluran V dapat diidentifikasi hubungan nelayan dan pedagang

pengolah membentuk struktur pasar Oligopsoni karena terdapat banyak penjual

dan beberapa pembeli. Sedangkan hubungan pedagang pengolah dan konsumen

membentuk struktur pasar Oligopoli karena terdapat beberapa penjual dan banyak

pembeli.

Pada saluran VI dapat diidentifikasi hubungan nelayan dan pedagang

grosir membentuk pasar Oligopsoni karena terdapat banyak penjual dan beberapa

pembeli. Sedangkan hubungan pedagang grosir dan pedagang pengolah

membentuk struktur pasar Oligopoli karena terdapat beberapa penjual dan banyak

pembeli.

Pada saluran VII dapat diidentifikasi hubungan nelayan dan pedagang

grosir membentuk pasar Oligopsoni karena terdapat banyak penjual dan beberapa

pembeli. Sedangkan hubungan pedagang grosir dan pedagang pengecer

membentuk struktur pasar Oligopoli karena terdapat sedikit penjual dan banyak

pembeli.

Pada saluran VIII dapat diidentifikasi hubungan nelayan dan pedagang

grosir membentuk pasar Oligopsoni karena terdapat banyak penjual dan beberapa

pembeli. Sedangkan hubungan pedagang grosir dan konsumen membentuk

struktur pasar Oligopoli karena terdapat sedikit penjual dan banyak pembeli.
52

Pada saluran IX dapat diidentifikasi hubungan nelayan dan pengecer

membentuk pasar Oligopsoni karena terdapat banyak penjual dan beberapa

pembeli. Sedangkan hubungan pengecer dan konsumen membentuk struktur

pasar Oligopoli karena terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli.

Berdasarkan jumlah penjual dan jumlah pembeli pada pemasaran ikan laut

di Muara Angke yaitu termasuk pasar yang tidak kompetitif. Namun apabila dilihat

dari hubungan antara nelayan sebagai produsen dengan pedagang perantara

terjadi ketidakseimbangan antara penjual dan pembeli karena jumlah nelayan

yang cukup besar berhadapan dengan beberapa pedagang perantara dengan

jumlah yang tidak terlalu besar sehingga sistem pemasaran ikan laut cenderung

pada pasar persaingan tidak sempurna karena terdapat banyak penjual dan hanya

ada beberapa pembeli. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Haris et al. (2015),

yang menyatakan bahwa terjadi ketidakseimbangan antara jumlah petani dengan

jumlah pedagang. Jumlah petani sebagai penjual relatif sangat banyak dan tidak

sebanding dengan jumlah pedagang sebagai pembeli yang relatif sedikit.

Gambaran ini memperlihatkan bahwa struktur pasar tersebut termasuk dalam

kategori pasar oligopsoni pada tingkat petani dan pedagang. Ketidakseimbangan

ini menyebabkan peranan lembaga pemasaran (pedagang perantara) lebih kuat

dan dominan dalam menentukan harga dan cenderung menempatkan petani

sebagai penerima harga (price taker).

5.1.2 Konsentrasi Pasar

Untuk mengetahui konsentrasi pasar pemasaran ikan laut, dilakukan

dengan pendekatan secara kuantitatif yang antara lain yaitu perhitungan pangsa

pasar (market share), Indeks Herfindahl, dan CR4.


53

1. Pangsa Pasar

Pangsa pasar (market share) adalah persentase dari total penjualan pada

suatu target pasar yang diperoleh dari suatu perusahaan. Untuk perhitungan

pangsa pasar ikan laut di Muara Angke dapat dilihat pada tabel 9, 10, 11, 12 dan

secara rinci pada lampiran 1.

Tabel 9. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang


Besar untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke (dalam Satu
Bulan)
No. Nama Jumlah Market Konsentrasi Konsentrasi
Pedagang Pembelian Share rasio rasio
Besar (Kg) Kumulatif
1. Sumarli 39.061 0,18 18,37 18,37
2. Asnawi 21.446 0,10 10,09 28,46
3. Mulyadi 16.977 0,08 7,98 36,44
4. Anita 14.408 0,07 6,78 43,22
5. Jafar 13.569 0,06 6,38 49,60
6. Tasmin 13.564 0,06 6,38 55,98
7. Candrakasih 12.945 0,06 6,09 62,07
8. Wardi 11.078 0,05 5,21 67,28
9. Sumawi 10.122 0,05 4,76 72,04
10. Mansyur 9.369 0,04 4,41 76,45
11. Tasman 8.757 0,04 4,12 80,57
12. Sudarmono 8.588 0,04 4,04 84,61
13. Daryuni 8.076 0,04 3,80 88,40
14. Nana 5.038 0,02 2,37 90,77
15. Bulyani 4.654 0,02 2,19 92,96
16. Sarkiman 4.556 0,02 2,14 95,11
17. Hasan 3.803 0,02 1,79 96,89
18. Warmi 3.564 0,02 1,68 98,57
19. Wahyudi 1.553 0,01 0,73 99,30
20. Ali Mudin 1.487 0,01 0,70 100,00
Total 212.615 1,00 100

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa pangsa pasar pada pedagang

besar di Muara Angke terjadi sistem pemasaran ikan laut yang bersifat Oligopoli

longgar karena 4 pedagang besar dengan nilai tertinggi memiliki market share

sebesar 43,22% sesuai dengan penyataan Abidin et al. (2017), bahwa untuk

oligopoli longgar memiliki range 40% - 60%.


54

Tabel 10. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang
Pengolah (PHPT) untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke
(dalam Satu Bulan)
No. Nama Jumlah Market Konsentrasi Konsentrasi
Pedagang Pembelian Share rasio rasio
Olahan (Kg) Kumulatif
1. Kusnarih 12.476 0,15 14,50 14,50
2. Karyan 11.078 0,13 12,88 27,38
3. Ali mujib 10.857 0,13 12,62 40,00
4. Sunetin 10.206 0,12 11,86 51,86
5. H. Carwi 9.884 0,11 11,49 63,35
6. Sadini 8.793 0,10 10,22 73,57
7. Saety 7.392 0,09 8,59 82,16
8. Halam kata 6.175 0,07 7,18 89,34
9. H. Suwandi 5.411 0,06 6,29 95,63
10. Satini 3.759 0,04 4,37 100,00
Total 86.031 1,00 100

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa pangsa pasar pada

pedagang pengolah (PHPT) di Muara Angke terjadi sistem pemasaran ikan laut

yang bersifat Oligopoli longgar karena 4 pedagang pengolah dengan nilai tertinggi

memiliki market share sebesar 51,86% sesuai dengan penyataan Abidin et al.

(2017), bahwa untuk oligopoli longgar memiliki range 40% - 60%.

Tabel 11. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang
untuk Struktur Pengepul (Grosir) Pasar Ikan Laut di Muara Angke
(dalam Satu Bulan)
No. Nama Jumlah Market Konsentrasi Konsentrasi
Pedagang Pembelian Share rasio rasio
Grosir (Kg) Kumulatif
1. Agus Yanto 12.513 0,35 35,41 35,41
2. M. Badri 11.603 0,33 32,83 68,24
3. Rahmat 6.147 0,17 17,39 85,63
4. Mad Kusen 2.744 0,08 7,76 93,39
5. Warna Tasman 1.268 0,04 3,59 96,98
6. Nimin 1.067 0,03 3,02 100,00
Total 35.342 1,00 100

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa pangsa pasar pada

pedagang grosir di Muara Angke terjadi sistem pemasaran ikan laut yang bersifat

Oligopoli ketat karena 4 pedagang grosir dengan nilai tertinggi memiliki market

share sebesar 93,39% sesuai dengan penyataan Abidin et al. (2017), bahwa untuk

oligopoli ketat memiliki range 60% - <100%.


55

Tabel 12. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang
Pengecer untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke (dalam
Satu Bulan)
No. Nama Jumlah Market Konsentrasi Konsentrasi
Pedagang Pembelian Share rasio rasio
Pengecer (Kg) Kumulatif
1. Makmun 1.836 0,32 31,72 31,72
2. Sudirman 1.225 0,21 21,16 52,88
3. Sepiyani 951 0,16 16,43 69,30
4. Mawi 781 0,13 13,49 82,79
5. Sahrani 514 0,09 8,88 91,67
6. Dyariyadi 482 0,08 8,33 100,00
Total 5.789 1 100

Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa pangsa pasar pada

pedagang pengecer di Muara Angke terjadi sistem pemasaran ikan laut yang

bersifat Oligopoli ketat karena 4 pedagang besar dengan nilai tertinggi memiliki

market share sebesar 82,79% sesuai dengan penyataan Abidin et al. (2017),

bahwa untuk oligopoli ketat memiliki range 60% - <100%.

Berdasarkan hasil nilai pangsa pasar dapat disimpulkan dari masing-

masing pedagang perantara bersifat oligopoli longgar pada pedagang besar dan

pengolah sedangkan, sedangkan ditingkat pedagang grosir dan pedagang

pengecer bersifat oligopoli ketat. Sesuai dengan pendapat Abidin et al. (2017),

oligopoli longgar jika penjumlahan volume penjualan dari 4 perusahaan terbesar

memiliki pangsa pasar 40% - 60%. Oligopoli ketat jika penjumlahan volume

penjualan dari 4 perusahaan terbesar memiliki pangsa pasar 60% hinggar <100%.

2. Indeks Hirscman Herfindahl

Alat analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli

dari suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum gambaran

imbangan kekuatan posisi tawar menawar produsen terhadap pembeli. Untuk lebih

jelasnya perhitungan analisis IHH dapat diketahui pada Tabel 13 dan secara rinci

pada lampiran 2.
56

Tabel 13. Perhitungan Indeks Hirscman Herfindal (IHH) untuk Struktur Pasar
Ikan Laut di Muara Angke
Jenis Jumlah Perhitungan Indeks IHH Struktur
Pedagang Pedagang Herfindahl Pasar
Pedagang 20 (0.183)2 + (0.100)2 + 0,08 Oligopoli
Besar (0.079)2 + (0.067) 2+
(0.063)2 + (0.063)2 +
(0.060)2 + (0.052)2 +
(0.047)2 + (0.044)2 +
(0.041)2 + (0.040)2 +
(0.038)2 + (0.023)2 +
(0.021)2 + (0.021)2 +
(0.017)2 + (0.016)2 +
(0.007)2 + (0.007)2
Pengolah 10 (0.145)2 + (0.128)2 + 0,11 Oligopoli
(0.126)2 + (0.118)2 +
(0.114)2 + (0.102)2 +
(0.08)2 + (0.07)2 +
(0.06)2 + (0.04)2
Pedagang 6 (0.35)2 + (0.32)2 + 0,27 Oligopoli
Grosir (0.17)2 + (0.07)2 +
(0.035)2 + (0.0302)2
Pedagang 6 (0.31)2 + (0.21)2 + 0,21 Oligopoli
2 2
Pengecer (0.16) + (0.13) +
(0.088)2 + (0.083)2

Berdasarkan Tabel 13. tersebut dapat dilihat bahwa konsentrasi pembeli

pada pemasaran ikan laut di Muara Angke baik pedagang besar, pedagang

pengolah, pedagang grosir dan pedagang pengecer bersifat oligopoli. Hal ini

dicerminkan oleh indeks Herfindahl yang terletak antara angka nol dan satu

(0<IHH<1). Hal ini sesuai dengan kriteria dari nilai IHH menurut Baladina (2012),

antara lain: 1) IHH = 1, mengarah monopoli/monopsoni, 2) IHH = 0, mengarah

persaingan sempurna, 3) 0 < IHH < 1, mengarah oligopoli/oligopsoni.

3. CR4 (Concentration ratio for biggest four)

Alat analisa CR4 merupakan salah satu alat analisa yang digunakan untuk

melihat posisi tawar pedagang dengan cara penjumlahan pangsa pembelian

empat pembeli terbesar ikan laut di Muara Angke, sehingga dapat memberikan

gambaran bagaimana struktur pasar ikan laut di Muara Angke, hasil CR4 dapat

dilihat pada Tabel 14.


57

Tabel 14 . Perhitungan CR4 untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke

Jumlah Jumlah Pembelian 4 CR4 Gambaran


Transaksi Terbesar / Jumlah Struktur Pasar
Pembelian (Kg) Total Transaksi
1. Tingkat Pedagang Besar
39.061 91. 892 / 212.615 x 43,22 Oligopoli longgar
21.446 100%
16.977
14.408
2. Tingkat Pedagang Olahan (PHPT)
12.476 10.206 / 86.031 x 51,87 Oligopoli longgar
11.078 100%
10.857
10.206
3. Tingkat Pedagang Grosir
12.513 33.007 / 35.342 x 93,40 Oligopoli sangat
11.603 100% ketat
6.147
2.744
4. Tingkat Pedagang Pengecer
1.836 4793 / 5789 x 82,80 Oligopoli sangat
1.225 100% ketat
951
781

Berdasarkan nilai CR4 yang dihasilkan, pada tingkat pedagang besar

mengarah pada oligopoli longgar karena memiliki nilai CR4 sebesar dari 43,22%.

Pada tingkat pedagang olahan struktur pasar mengarah pada oligopoli longgar

karena memiliki nilai CR4 sebesar 51,87%. Pada tingkat pedagang grosir struktur

pasar mengarah pada oligopoli sangat ketat karena memiliki nilai CR4 sebesar

93,40%. Pada tingkat pedagang pengecer struktur pasar mengarah pada oligopoli

sangat ketat karena memiliki nilai CR4 sebesar 82,80%. Hal ini berdasarkan Abidin,

et al. (2017), nilai dari CR memiliki kriteria sebagai berikut: CR < 40%, maka

menunjukkan bahwa pasar tersebut bersifat pasar persaingan sempurna

(kompetitif) atau persaingan monopolistik (perlu dilihat apakah ada diferensiasi

produk atau tidak), 40% < CR < 80% maka struktur pasar) bersifat

oligopoli/oligopsoni, dan CR > 80% maka struktur pasar (untuk 4 produsen/


58

pedagang terbesar volume penjualannya) disebut cenderung

monopoli/monopsoni, lebih tepatnya masih dikatakan oligopoli sangat ketat.

5.1.3 Tingkat Diferensiasi Produk

Menurut Suyanto (2003), diferensiasi produk dapat berasal dari berbagai

faktor antara lain kualitas produk, keistimewaan produk, daya tahan, keandalan,

desain produk yang istimewa, kehandalan, mudah diperbaiki dan gaya.

Diferensiasi produk merupakan keberagaman karakteristik produk yang

ada pada pasar. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat diferensiasi produk ikan laut

yang dipasarkan di Muara Angke dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Tingkat Diferensiasi Produk pada Pemasaran Ikan Laut tiap
Lembaga Pemasaran di Muara Angke.
N Deskripsi/ Jenis Lembaga Pemasaran Ada /
o Ket Ikan PB PH PG Pe tidakn
. ya
difere
nsiasi
1 Ukuran Tongkol ±5kg 1-2 kg ±5kg 1-2 kg Ada
yang dijual Tenggiri 1-2 kg All size 0.5-2 0
Selar All size (1–2kg) kg All size
Kembung (1–2kg) All size All size (0.5–2
Tembang All size (0.5 – 1 (1–2kg) kg)
Layang (0.5 – 1 kg) All size All size
kg) (0.5–2 (0.2 – 1
kg) kg)
2 Kualitas Tongkol Ikan Ikan Ikan Ikan Tidak
Tenggiri Bagus Bagus Bagus Bagus Ada
Selar dan dan dan dan
Kembung Kurang Kurang Kurang Kurang
Tembang Bagus Bagus Bagus Bagus
Layang
3 Tujuan Tongkol Pengol Keluar Pengol Konsu Ada
Pemasaran Tenggiri ahan, kota dan ahan, men
Selar pengec Pasar pengec akhir
Kembung er, Tradisio er
Tembang petamb nal
Layang ak

Berdasarkan tabel 15, ukuran ikan laut yang dijual atau dipasarkan dari

ketiga pedagang perantara (pedagang besar, pedagang pengolah, pedagang


59

grosir dan pedagang pengecer) terdapat perbedaan antara pedagang besar

dengan pedagang yang lain (pedagang grosir, pengolah dan pedagang pengecer).

Untuk pedagang besar dan pedagang grosir pada umumnya menjual ikan Tongkol

dan ikan Tenggiri dengan ukuran kurang lebih 5kg dan 1–2kg per ekor, untuk ikan

selar, kembung, tembang dan layang dengan ukuran 1–2 kg dan all size (0,5–2kg)

per ekor. Pada pedagang pengecer dan pengolah menjual ikan tongkol dan

tenggiri dengan ukuran 1-2 kg per ekor untuk ikan selar, kembung, tembang dan

layang dengan ukuran 1 – 2 kg dan all size (0,2 – 2kg) per ekor. Untuk kualitas

ikan laut yang dipasarkan pada keempat pedagang perantara (pedagang besar,

pedagang grosir, pengolah dan pedagang ecer) tidak ada diferensiasi. Ikan yang

dipasarkan atau dijual digolongkan menjadi dua yaitu ikan bagus dan kurang

bagus. Pada umumnya ikan yang bagus dijual pada pabrik atau pesanan,

sedangkan ikan yang kurang bagus dijual ke pengolah khususnya olahan

pemindangan. Untuk tempat tujuan pemasaran ikan laut terdapat diferensiasi antar

ketiga pedagang perantara (pedagang besar, pedagang grosir, pengolah dan

pedagang ecer). Pedagang besar umumnya menjual ikan laut ke Pengolahan,

pengecer, petambak. Pengolah menjual ikan ke keluar kota dan pasar tradisional.

Pedagang grosir menjual ikan ke pengolahan dan pengecer. Pedagang pengecer

menjual ikan ke konsumen akhir. Tingkat diferensiasi produk dalam pemasaran

produk ikan laut di Muara Angke terdapat diferensiasi produk pada pemasaran

ikan laut hal ini menunjukkan bahwa pemasaran ikan laut di Muara Angke cukup

efisien. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa pemasaran ikan laut di Muara Angke

cenderung pada persaingan pasar sempurna jika dilihat dari adanya diferensiasi

produk. Hal ini sesuai dengan Maulidah (2010), dalam penelitiannya menyatakan

bahwa diferensiasi produk dapat menjadi halangan bagi produsen (agroindustri)

lain untuk memasuki pasar. Persaingan akan berjalan dengan sempurna apabila

pembeli dapat membandingkan barang yang satu dengan barang yang lain.
60

5.1.4 Hambatan Keluar Masuk

Hambatan keluar masuk merupakan kondisi sulit atau mudahnya pelaku

usaha untuk masuk atau keluar dari persaingan industri. Untuk mengukur

hambatan keluar masuk pada usaha ikan laut di Muara Angke dapat diketahui

melalui beberapa parameter seperti modal investasi dan keuntungan. Untuk lebih

jelasnya mengenai hambatan keluar masuk dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Hambatan Keluar Masuk Pemasaran Ikan Laut Muara Angke

No. Hambatan Masuk Hambatan Keluar


1. Modal yang diperlukan dalam Keuntungan dalam pemasaran ikan
memulai usaha yang relatif tinggi laut yang relatif tinggi
2. Kemampuan pedagang baru dalam Keengganan pedagang lama
mencari konsumen karena sudah menguasai pangsa
pasar dan image pedagang lama
sudah dipercaya oleh konsumen

Hambatan masuk usaha pemasaran ikan laut salah satunya dapat dilihat

dari tingginya modal yang dibutuhkan bagi pedagang baru yang akan masuk

pasar. Pada tingkat pedagang besar pedagang baru yang ingin mengikuti lelang

harus memberikan persyaratan yaitu foto copy KTP, pas foto 3 x 4 (2 lembar), foto

copy kartu keluarga, foto copy TDUP/ SIUP/SIPI, surat pernyataan kesanggupan

dan yang menjadi hambatan masuk pasar yaitu TDUP/SIUP/SIPI serta jaminan

uang sesuai dengan yang ingin dibeli pada setiap mengikuti lelang. Ditingkat

pedagang grosir dan ditingkat pedagang pengecer juga membutuhkan modal yang

tinggi untuk dapat masuk dalam bisnis pemasaran ikan laut di Muara Angke,

khususnya dalam mendapatkan bahan baku ikan laut. Hambatan masuk lainya

yaitu sulitnya pedagang baru yang ingin masuk dalam pemasaran ikan laut di

Muara Angke dalam mendapatkan konsumen.

Hambatan keluar dalam pemasaran ikan laut di Muara Angke yaitu

keuntungan yang didapatkan para pedagang relatif besar, telah memiliki pasar
61

yang mapan dan ditambah dengan keengganannya untuk melepaskan pangsa

pasar ikan laut yang telah dikuasai.

Dapat disimpulkan pemasaran ikan laut yang ada di Muara Angke ini masih

kurang efisien dikarenakan adanya hambatan dalam memasuki pasar bagi

pendatang baru dan juga adanya hambatan keluar bagi lembaga pemasaran yang

telah lama terjun dalam usaha pemasaran ikan laut. Terdapat kesulitan untuk

keluar atau masuk pada usaha pemasaran ikan laut, sehingga apabila didasarkan

pada pernyataan Jaya (2001) maka pemasaran ikan laut di Muara Angke

mengarah pada oligopsoni. Menurut Jaya (2001), secara struktural hambatan

keluar-masuk dapat dibedakan menjadi 3 yaitu 1) Jika mudah masuk atau bebas

masuk pasar disebut persaingan sempurna; 2) Jika tertutup untuk masuk pasar

maka disebut monopsoni; 3) Jika sulit untuk masuk pasar maka disebut oligopsoni.

5.1.5 Tingkat Pengetahuan Pasar

Menurut Jaya (2001), tingkat pengetahuan pasar menunjukan derajat

dimana penjual dan pembeli mempelajari situasi pasar yang telah ada. Dalam

sistem pemasaran yang efisien sangat diperlukan informasi yang memadai. Pada

pemasaran ikan laut di Muara Angke, para pedagang lelang di Muara Angke

adalah pemilik kapal atau pengurus kapal dan mendapatkan ikan laut yang

dipasarkan dari hasil melaut. Banyak atau sedikitnya bahan baku (ikan laut) akan

mempengaruhi harga jual. Nelayan mendapatkan informasi harga pasar ikan laut

melalui TPI dengan sistem lelang. Apabila musim ikan harga ikan cenderung lebih

murah karena banyaknya bahan baku sedang pada musim paceklik harga ikan

akan lebih mahal karena langkanya bahan baku.

Pengetahuan pasar lebih dikuasai oleh Nelayan dari pada pedagang

perantara karena nelayan mampu menyalurkan ikan ke konsumen dalam jumlah

yang besar sehingga struktur pasar mengarah pada pasar persaingan tidak
62

sempurna. Selaras dengan Maulidah (2010), dapat diambil kesimpulan bahwa

semakin mudah dalam mendapatkan informasi pasar maka struktur pasar

mengarah pada pasar persaingan sempurna. Namun apabila terdapat hambatan

dalam memperoleh informasi pasar maka struktur pasar mengarah pada pasar

persaingan tidak sempurna.

Berdasarkan hasil dari perhitungan analisis struktur pasar yaitu pangsa

pasar (market share), dan IHH (Indeks Hirschman Herfindahl), dapat disimpulkan

bahwa konsentrasi pasar ikan laut di TPI Muara Angke secara singkat dapat dilihat

pada tabel 17.

Tabel 17. Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke dari Hasil Perhitungan
Pangsa Pasar, IHH, dan pada tiap Lembaga Pemasaran
Struktur Pasar
No. Perhitungan Pedagang Pedagang Pedagang Pedagang
Besar Olahan Pengepul Pengecer
1 Pangsa Pasar Oligopoli Oligopoli Oligopoli Oligopoli
(Market Share) longgar longgar ketat ketat
2 IHH (Indeks Oligopoli Oligopoli Oligopoli Oligopoli
Hirscman
Herfindahl)
3 CR4 Oligopoli Oligopoli Oligopoli Oligopoli
longgar longgar sangat sangat
ketat ketat

Selanjutnya secara singkat hasil analisis struktur pasar ikan laut di Muara

Angke berdasarkan jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk, hambatan

keluar masuk pasar, dan informasi pasar dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Hasil Analisis Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke
Berdasarkan jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk,
hambatan keluar masuk pasar dan informasi pasar
Saluran Tingkat Struktur Diferensiasi Masuk dan Informasi
ke Pasar Pasar Produk Keluar Pasar
Pasar
I N → UPI Oligopsoni Tinggi Sulit Tidak
Merata
II N → Pb Oligopsoni Tinggi Sulit Tidak
Merata
Pb → Ph Oligopoli
III N → Pb Oligopsoni Tinggi Sulit Tidak
Merata
Pb → Pe Oligopsoni
63

Lanjutan Tabel 18. Hasil Analisis Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke
Berdasarkan jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk,
hambatan keluar masuk pasar dan informasi pasar
IV N → Pb Oligopsoni Tinggi Sulit Tidak
Merata
Pb → K Oligopoli
V N → Ph Oligopsoni Tinggi Sulit Tidak
Merata
Ph → K Oligopsoni
VI N → Pg Oligopsoni Tinggi Sulit Tidak
Merata
Pg → Ph Oligopsoni
VII N → Pg Oligopsoni Tinggi Sulit Tidak
Merata
Pg → Pe Oligopoli
VIII N → Pg Oligopsoni Tinggi Sulit Tidak
Merata
Pg → K Oligopoli
IX N → Pe Oligopsoni Tinggi Sulit Tidak
Merata
Pe → K Oligopsoni
Keterangan:

N = Nelayan

UPI = Unit pengolahan Ikan (Cold strorage)

Pb = Pedagang Besar

Ph = Pengolah

Pe = Pengecer

Pg = Pedagang grosir

5.1.6 Saluran Pemasaran

Kotler (2002), mengemukakan bahwa bentuk-bentuk saluran pemasaran

dilihat dari banyaknya tahap perantara akan menentukan ukuran panjangnya

suatu saluran yang antara lain yaitu:

 Saluran level nol (disebut juga saluran pemasaran langsung) terdiri dari

perusahaan yang langsung menjual pada pelanggan akhir.

 Saluran satu level berisi satu perantara penjualan, seperti pengecer atau

dengan menggunakan distributor.


64

 Saluran dua level berisi dua perantara, misalnya seperti pengecer dan

pedagang besar, atau perusahan yang menggunakan perwakilan untuk

perusahaannya.

 Saluran tiga level berisi tiga perantara, misalnya pemborong, pedagang besar

dan pengecer atau perusahaan yang menggunakan cabang perwakilan atau

distributor.

Berdasarkan hasil penelitian, saluran pemasaran ikan laut terbagi menjadi

sembilan saluran pemasaran. Saluran pemasaran ikan laut di Muara Angke

dianalisis secara deskriptif untuk melihat pola saluran pemasaran yang terjadi.

Pemasaran ikan laut di Muara Angke tidak terlepas dari peran lembaga pemasaran

(pedagang besar, pedagang grosir, pedagang pengolah dan pedagang pengecer

yang bertugas untuk menyalurkan ikan laut dari nelayan hingga konsumen akhir.

Untuk lebih jelasnya tentang saluran pemasaran ikan laut di Muara Angke dapat

dilihat pada gambar berikut.

Saluran pemasaran I

Nelayan UPI

Gambar 13. Skema Saluran Pemasaran I Pemasaran Ikan Laut Muara Angke

Berdasarkan gambar 13, pada saluran pemasaran ke I terdapat dua

lembaga pemasaran yaitu Nelayan dan UPI. Nelayan berlaku sebagai produsen

ikan laut. Nelayan disini sebagai pemilik kapal yang berjumlah 1600 dan UPI yang

berjumlah 45. Nelayan menjual hasil tangkapannya ke UPI yang berada di Muara

Angke untuk di ekspor ke luar negri seperti ke Negara China, Singapura, Taiwan,

Hongkong dan Malaysia. UPI tidak membeli ikannya melalui pelelangan tetapi

langsung melewati nelayan namun tetap terdata oleh TPI. Ikan yang sudah dibeli

oleh UPI diangkut ke coldstorage dengan menggunakan mobil box atau dengan

gerobak.
65

Saluran pemasaran II

Nelayan Pedagang Pengolahan


besar

Gambar 14. Skema Saluran Pemasaran II Pemasaran Ikan Laut Muara Angke

Berdasarkan gambar 14, pada saluran pemasaran II terdapat 3 lembaga

pemasaran yaitu nelayan, pedagang besar dan pengolah. Nelayan berlaku

sebagai produsen ikan laut. Nelayan menjual ikan ke pedagang besar melalui TPI

dengan proses pelelangan, pedagang besar yang bisa melakukan pelelangan

adalah pedagang yang terdaftar sebagai peserta lelang di TPI Muara Angke.

Pedagang besar yang terdaftar sebagai peserta lelang yang terdaftar di TPI Muara

Angke berjumlah 40 orang. Pengolah pada saluran II berjumlah 200 orang.

Kemudian hasil lelang tersebut dijual pedagang besar ke pengolah, biasanya ikan

dengan kualitas yang kurang bagus atau tidak masuk standarisasi pabrik. Ikan

yang dibeli oleh pengolah kemudian diangkut dengan menggunakan gerobak ke

PHPT dan diolah menjadi ikan pindang, asin, kerupuk kulit pari dan lain-lain.

Kemudian hasil olahan dijual kepada konsumen yang berada di pasar tradisional

Muara Angke atau di beli oleh penjual dari luar kota.

Saluran pemasaran III

Nelayan Pedagang Pengecer Konsumen


besar

Gambar 15. Skema Saluran Pemasaran III Pemasaran Ikan Laut Muara Angke

Berdasarkan gambar 15, pada saluran pemasaran III terdapat 2 lembaga

pemasaran yaitu nelayan, pedagang besar dan pengcer. Nelayan berlaku sebagai

produsen ikan laut. Nelayan menjual ikan ke pedagang besar melalui TPI dengan

proses pelelangan, pedagang besar yang bisa melakukan pelelangan adalah

pedagang yang terdaftar sebagai peserta lelang di TPI Muara Angke. Pedagang

besar yang terdaftar sebagai peserta lelang yang terdaftar di TPI Muara Angke

berjumlah 40 orang dan pengecer berjumlah 30. Kemudian hasil lelang tersebut
66

dijual pedagang besar pengecer untuk dijual ke pasar Tradisional di dalam dan di

luar Muara Angke.

Saluran pemasaran IV

Nelayan Pedagang Konsumen


besar

Gambar 16. Skema Saluran Pemasaran IV Pemasaran Ikan Laut Muara Angke

Berdasarkan gambar 16, pada saluran pemasaran IV terdapat 2 lembaga

pemasaran yaitu nelayan dan pedagang besar. Nelayan berlaku sebagai produsen

ikan laut. Nelayan menjual ikan ke pedagang besar melalui TPI dengan proses

pelelangan, pedagang besar yang bisa melakukan pelelangan adalah pedagang

yang terdaftar sebagai peserta lelang di TPI Muara Angke. Pedagang besar yang

terdaftar sebagai peserta lelang yang terdaftar di TPI Muara Angke berjumlah 40

orang. Kemudian hasil lelang tersebut dijual pedagang besar ke konsumen,

biasanya konsumen ini dari luar kota untuk diolah, petambak – petambak ikan

untuk makanan ikan dan juga rumah makan. Hasil lelang yang dibeli pedagang

besar diangkut dengan gerobak untuk ikan yang ingin disimpan ke cold storage

karena perlu disimpan dalam beberapa hari sedangkan ikan yang ingin langsung

dibawa ke pembeli langsung diangkut menggunakan kendaraan sendiri dengan

menggunakan fiber.

Saluran pemasaran V

Nelayan Pengolah Konsumen

Gambar 17. Skema Saluran Pemasaran V Pemasaran Ikan Laut Muara Angke

Berdasarkan gambar 17, pada saluran pemasaran V terdapat 2 lembaga

pemasaran yaitu nelayan, pengolah dan konsumen. Nelayan berlaku sebagai

produsen ikan laut. Nelayan menjual ikan ke pengolah melalui TPI dengan proses

pelelangan, pengolah yang bisa melakukan pelelangan adalah pengolah yang

terdaftar sebagai peserta lelang di TPI Muara Angke. Pengolah yang terdaftar
67

sebagai peserta lelang yang terdaftar di TPI Muara Angke berjumlah 24 orang

berbeda dengan jumlah pengolah pada saluran sebelumnya karena tidak semua

pengolah mendaftar menjadi peserta lelang. Kemudian ikan yang dibeli oleh

pengolah diangkut dengan menggunakan gerobak ke PHPT dan diolah menjadi

ikan pindang, asin, kerupuk kulit pari dan lain-lain. Kemudian hasil olahan dijual

kepada konsumen yang berada di pasar tradisional Muara Angke atau di beli oleh

penjual dari luar kota.

Saluran pemasaran VI

Nelayan Pedagang Pengolah


Grosir

Gambar 18. Skema Saluran Pemasaran VI Pemasaran Ikan Laut Muara Angke

Berdasarkan gambar 18, pada saluran pemasaran VI terdapat 3 lembaga

pemasaran yaitu nelayan, pedagang grosir dan pengolah. Nelayan berlaku

sebagai produsen ikan laut. Nelayan menjual ikan ke pedagang grosir melalui TPI

dengan proses pelelangan, pedagang grosir yang bisa melakukan pelelangan

adalah pedagang grosir yang terdaftar sebagai peserta lelang di TPI Muara Angke.

Pedagang grosir yang terdaftar sebagai peserta lelang yang terdaftar di TPI Muara

Angke berjumlah 23 orang sedangkan pengolah pada saluran ini berjumlah 200

orang. Kemudian hasil lelang tersebut dijual pedagang grosir ke pengolah,

biasanya ikan dengan kualitas yang kurang bagus atau tidak masuk standarisasi

pabrik. Ikan yang dibeli oleh pengolah kemudian diangkut dengan menggunakan

gerobak ke PHPT dan diolah menjadi ikan pindang, asin, kerupuk kulit pari dll.

Kemudian hasil olahan dijual kepada konsumen yang berada di pasar tradisional

Muara Angke atau di beli oleh penjual dari luar kota.


68

Saluran pemasaran VII

Nelayan Pedagang Pengecer Konsumen


Grosir n
Gambar 19. Skema Saluran Pemasaran VII Pemasaran Ikan Laut Muara
Angke

Berdasarkan gambar 19, pada saluran pemasaran VII terdapat 3 lembaga

pemasaran yaitu nelayan, pedagang grosir dan pengecer. Nelayan berlaku

sebagai produsen ikan laut. Nelayan menjual ikan ke pedagang grosir melalui TPI

dengan proses pelelangan, pedagang grosir yang bisa melakukan pelelangan

adalah pedagang grosir yang terdaftar sebagai peserta lelang di TPI Muara Angke.

Pedagang grosir yang terdaftar sebagai peserta lelang yang terdaftar di TPI Muara

Angke berjumlah 23 orang dan pengecer pada saluran ini berjumlah 30. Kemudian

hasil lelang tersebut dijual pedagang grosir ke pengecer untuk dijual ke pasar

Tradisional di dalam dan di luar Muara Angke.

Saluran pemasaran VIII

Nelayan Pedagang Konsumen


Grosir

Gambar 20. Skema Saluran Pemasaran VIII Pemasaran Ikan Laut Muara
Angke

Berdasarkan gambar 20, pada saluran pemasaran VIII terdapat 2 lembaga

pemasaran yaitu nelayan dan pedagang grosir. Nelayan berlaku sebagai produsen

ikan laut. Nelayan menjual ikan ke pedagang grosir melalui TPI dengan proses

pelelangan, pedagang grosir yang bisa melakukan pelelangan adalah pedagang

grosir yang terdaftar sebagai peserta lelang di TPI Muara Angke. Pedagang grosir

yang terdaftar sebagai peserta lelang yang terdaftar di TPI Muara Angke berjumlah

23 orang. Kemudian pedagang grosir menjual hasil lelangannya ke konsumen

yang berada didalam dan diluar Muara Angke seperti ke pasar Tradisional.
69

Saluran pemasaran IX

Nelayan Pengecer Konsumen

Gambar 21. Skema Saluran Pemasaran IX Pemasaran Ikan Laut Muara


Angke

Berdasarkan gambar 21, pada saluran pemasaran IX terdapat 2 lembaga

pemasaran yaitu nelayan dan pengecer. Nelayan berlaku sebagai produsen ikan

laut. Nelayan menjual ikan ke pengcer melalui TPI dengan proses pelelangan,

pengecer yang bisa melakukan pelelangan adalah pengecer yang terdaftar

sebagai peserta lelang di TPI Muara Angke. Pengecer yang terdaftar sebagai

peserta lelang yang terdaftar di TPI Muara Angke berjumlah 25 orang. Kemudian

pengecer menjual hasil lelangannya ke konsumen yang berada didalam dan diluar

Muara Angke seperti ke pasar Tradisional.

5.2 Analisis Perilaku Pasar (Market Conduct)

Untuk mengetahui perilaku pasar dalam pemasaran ikan laut di Muara

Angke dalam penelitian ini diuraikan dalam beberapa analisis untuk mengetahui

perilaku pasar yaitu proses penentuan harga, promosi penjualan, adanya taktik

atau kolusi, dan fungsi pemasaran. Melalui perilaku pasar akan diketahui apakah

pemasaran ikan laut di Muara Angke berkompetisi secara baik atau tidak.

5.2.1 Proses Penentuan Harga

Harga menempati fungsi yang penting bagi perusahaan dalam sistem

ekonomi yang bebas. Perusahaan akan menentukan harga dan berapa banyak

barang yang harus diproduksi. Harga merupakan pola fungsi alokasi dan

pembagian secara internal dalam memproduksi hasil pertanian. Harga dari sumber

yang produktif atau input produksi, seperti tanah, tenaga kerja, modal dan

keahalian yang dimiliki perusahaan dalam menggabungkan faktor produksi


70

tersebut untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan harga yang

optimum (Anindita, 2004).

Proses penentuan harga ikan laut di Muara Angke antara nelayan dan

pedagang perantara yang terdaftar sebagai peserta lelang dilakukan dengan cara

lelang di TPI yang dilakukan oleh pihak TPI kepada para peserta lelang dengan

harga minimal ditentukan oleh juru lelang, harga minimal tersebut didapatkan dari

banyak atau tidaknya hasil penangkapan ikan pada hari tersebut. Namun, tidak

semua ikan dijual melalui proses lelang secara murni. Terdapat suatu sistem lelang

tidak murni yang sering disebut sistem opow. Pada sistem opow ini, ikan hasil

tangkapan oleh para nelayan tidak dijual melalui pelelangan di Tempat Pelelangan

Ikan (TPI). Ikan langsung didistribusikan kepada UPI atau PT yang sudah

bekerjasama dengan para pemilik kapal. Pada pelelangan murni, semua ikan akan

dilelang dengan sistem harga bertingkat, maksudnya ikan resmi terlelang dengan

menggunakan harga penawaran tertinggi. Juru lelang akan memimpin proses

lelang selama lelang dilaksanakan dengan dibantu oleh juru bakul sebagai juru

tulisnya. Apabila didalam proses pelelangan uang jaminan yang telah diberikan

oleh peserta lelang tidak cukup, maka juru bakul akan memberitahukan kepada

peserta lelang, kemudian peserta lelang akan kembali memberikan uang jaminan

untuk mengikuti proses lelang selanjutnya.

Dalam penentuan harga, ada beberapa cara yang dilakukan oleh para

pelaku pemasaran. Beberapa cara dalam penentuan harga diantaranya melalui

pelelangan, proses tawar-menawar oleh dua pihak dan penentuan harga oleh satu

pihak. Penentuan harga yang melalui pelelangan merupakan ikan yang masuk ke

TPI dan melewati proses lelang murni. Di pelelangan, ikan akan dilelang dengan

sistem harga bertingkat. Biasanya isyarat yang digunakan oleh para peserta lelang

ketika setuju dengan harga yang ditawarkan oleh juru lelang adalah dengan

mengangkat tangan. Harga penawaran akan terus dinaikkan oleh juru lelang jika
71

ada lebih dari satu peserta lelang yang setuju dengan harga penawaran dari juru

lelang. Ikan resmi terlelang jika hanya ada satu peserta lelang yang setuju dengan

harga penawaran dari juru lelang.

Penentuan harga melalui proses tawar menawar merupakan cara yang

paling umum dilakukan oleh para pedagang dalam menentukan harga. Meskipun

sudah ada harga dasar yang ditawarkan oleh penjual, tapi masih ada kemungkinan

tawar menawar yang dilakukan oleh pembeli sampai bertemu harga kesepakatan

kedua belah pihak. Menurut hasil wawancara peneliti kepada responden, semua

sistem penentuan harga ini sudah berdasarkan asas kepercayaan sehingga tidak

ada pihak yang merasa sangat dirugikan.

5.2.2 Promosi Penjualan

Promosi adalah bagian dari bauran pemasaran yang besar peranannya.

Promosi merupakan kegiatan – kegiatan yang secara aktif dilakukan perusahaan

untuk mendorong konsumen membeli produk yang ditawarkan. Kegiatan dalam

promosi ini pada umumnya adalah periklanan, personal selling, promosi penjualan

dan pemasaran langung (Fuad, 2000).

Pada pemasaran ikan laut di Muara Angke tidak dilakukan promosi secara

khusus, namun hanya dilakukan dari mulut ke mulut dan melalui telepon sebagai

sarana komunikasi. Para nelayan di Muara Angke menjual ikan kepada pedagang

perantara seperti pedagang besar, pedagang grosir, pengolah dan pengecer

melalui TPI. Pedagang besar menjual ikan laut kepada pengolah, petambak dan

konsumen dari luar kota yang dilakukan memalui telepon. Pedagang grosir

menjual ikan laut kepada pengolah dan pengecer melalui telepon atau pembeli

langsung ke tempat. Pengolah menjual ikan laut kepada konsumen yang berada

di pasar tradisional dengan cara pembeli langsung ke tempat dan juga menjual ke

luar kota melalui telfon. Sedangkan pengecer menjual ikan laut kepada konsumen
72

secara langsung di lapak yang mereka tempati atau ada juga pengecer yang

berjualan keliling menggunakan motor. Promosi penjualan pada pemasaran ikan

laut di Muara Angke selaras dengan penelitian Harahab et al. (2016), bahwa pada

sentra rumput laut Desa Kupang, para pedagang rumput laut tidak melakukan

promosi dalam menawarkan produknya ke konsumen. Masing-masing dari

pedagang rumput laut memiliki pembeli atau pelanggan sendiri-sendiri sehingga

para pedagang rumput laut tidak melakukan promosi.

5.2.3 Adanya Taktik atau Kolusi

Berdasarkan hasil penelitian, ditingkat nelayan terdapat komunikasi antar

nelayan yaitu melalui Persatuan Nelayan Trdisional Indonesia (PNTI). Kegiatan

pada perkumpulan tersebut sosialisasi mengenai kebijakan – kebijakan alat

tangkap di Indonesia dan lain –lain. Namun pada kelompok nelayan tersebut tidak

pernah membahas mengenai kerjasama dalam memasarkan ikan hasil tangkapan

karena hal tersebut sudah terdapat aturan dari TPI.

Pada tingkat pedagang besar tidak terdapat komunikasi antar pedagang

besar yang satu dengan pedagang besar yang lain dalam menjalankan usaha

pemasaran ikan laut dan juga tidak ada kerjasama atau kolusi antara pedagang

besar seperti misalnya kerjasama sarana transportasi untuk mengirim ikan, supply

bahan baku ikan laut pada pedagang besar lain, ataupun komunikasi menentukan

harga ikan laut yang ada di Muara Angke. Pedagang besar menjalankan usahanya

secara sendiri-sendiri tanpa ada keterikatan antara pedagang satu dengan

pedagang yang lain. Namun pada tingkat pedagang besar tersebut terdapat aturan

yang harus dipatuhi yaitu aturan-aturan dari TPI mengenai teknis dan aturan

lelang.

Pada tingkat pedagang grosir juga tidak terdapat komunikasi atau kolusi

dalam melakukan pemasaran ikan laut di Muara Angke. Pedagang grosir yang
73

satu dengan yang lain melakukan usahanya sendiri-sendiri tanpa adanya

kerjasama atau keterikatan dengan pedagang lain. Pedagang grosir mendapatkan

ikan melaui TPI dengan sistem lelang dan mendapatkan konsumen juga ada yang

sudah menjadi langganan dengan memesan langsung kepada pedagang grosir

dan langsung ke lapak penjual.

Pada tingkat pedagang pengolah tidak memiliki kerjasama atau kolusi

dengan pedagang pengolah lain dalam melakukan usaha pemasaran. Pedagang

pengolah melakukan taktik dalam mengumpulkan bahan baku yaitu membeli

bahan baku ikan laut yang kurang segar agar mendapatkan harga yang lebih

murah. Pada pedagang pengolah juga tidak terdapat kolusi antara pedagang satu

dengan pedagang yang lain. Ditingkat pedagang pengolah tidak terdapat

kelompok atau sarana untuk melakukan komunikasi dalam melakukan kegiatan

pemasaran.

Pada tingkat pedagang pengecer juga tidak terdapat komunikasi atau

kolusi dalam melakukan pemasaran ikan laut di Muara Angke. Pedagang

pengecer yang satu dengan yang lain melakukan usahanya sendiri-sendiri tanpa

adanya kerjasama atau keterikatan dengan pedagang lain. Pedagang pengecer

mendapatkan ikan melaui TPI dengan sistem lelang dan mendapatkan konsumen

langsung ke lapak penjual.

Hubungan kerjasama antar pedagang perantara hanya sebatas supply

bahan baku ikan laut. Pedagang besar menjual ikan laut kepada konsumen dan

pengolah, Pedagang grosir menjual ikan kepada pengecer dan pengolah,

pengecer menjual ikan laut pada konsumen. Berdasarkan uraian diatas tentang

analisis perilaku pasar, hasil analisis perilaku pasar secara ringkas dapat dilihat

pada tabel 19.


74

Tabel 19. Hasil Analisis Perilaku Pasar Ikan Laut di Muara Angke

No. Komponen Perilaku Pasar Ada Tidak Ada


1. Penetuan Harga √ -
2. Promosi Penjualan - √
3. Taktik dan Kolusi
a. Adanya Taktik √ -
b. Adanya Kolusi - √

5.2.4 Pendekatan Fungsi Pemasaran

Menurut Anindita (2004), pendekatan fungsional adalah metode untuk

mempelajari sistem pemasaran dengan mengklasifikasikan proses pemasaran

berdasarkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan fungsinya. Fungsi

pemasaran adalah kegiatan utama yang khusus dilaksanakan untuk

menyelesaikan proses pemasaran. Terdapat 3 fungsi pemasaran yaitu antara lain

fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi pelancar atau fasilitasi. Fungsi-fungsi

pemasaran yang terjadi pada pemasaran ikan laut di Muara Angke dapat dilihat

pada tabel 20.

Tabel 20. Fungsi – fungsi Pemasaran Ikan Laut yang dilakukan Oleh Setiap
Lembaga Pemasaran di Muara Angke
Fungsi Nelayan Pedagang Pedagang Pengecer Pengolah
Pemasaran Besar Grosir
Pembelian - √ √ √ √
Penjualan √ √ √ √ √
Pengangkutan √ √ √ √ √
Penyimpanan √ √ √ √ √
Penanggung - √ √ √ √
Resiko
Standarisasi √ √ √ √ √
dan Grading
Pembiayaan - - - - -
Informasi - √ √ √ √
Pasar

1. Fungsi Pertukaran

Fungsi pertukaran merupakan kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam

pemindahan hak kepemilikan barang. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi

pembelian dan fungsi penjualan dari produk ikan laut di Muara Angke.
75

a. Fungsi Pembelian

Fungsi pembelian meliputi kegiatan mencari barang dari sumber asal

produksi, pengumpulan barang, dan kegiatan yang berkaitan dengan pembelian

(Anandita, 2004). Fungsi pembelian yang terjadi, hampir semua lembaga

pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan laut melakukan fungsi pembelian

kecuali nelayan. Pedagang besar, grosir, pengolah dan pengecer melakukan

kegiatan pembelian ikan laut dari nelayan melalui proses lelang di TPI. Namun ada

juga yang tidak melalui TPI.

b. Fungsi Penjualan

Fungsi penjualan meliputi berbagai kegiatan yang menyangkut penjualan.

Seluruh keputusan seperti ukuran unit penjualan, pengepakan, pemilihan saluran

pemasaran, waktu dan tempat penjualan agar dapat dilakukan pembelian

merupakan fungsi penjualan (Anindita, 2004). Berdasarkan hasil penelitian,

nelayan menjual ikan laut ke pedagang besar melalui TPI dengan proses lelang.

Pedagang besar menjual ikan hasil lelang kepada konsumen, pengolah dan

petambak yang berada di dalam dan di luar Muara Angke. Untuk grosir menjual

ikan laut yang didapat kepada pengecer dan pengolah yang ada di Muara Angke.

Sedangkan pengecer menjual ikan laut langsung kepada konsumen yang datang

pada lapak di Muara Angke. Untuk pengolah menjual hasil olahannya ke luar kota

dan pasar-pasar tradisional yang berada didalam dan diluar Muara Angke.

2. Fungsi fisik

Menurut Anindita (2004), Fungsi fisik merupakan segala kegiatan yang

melibatkan handling (perlakuan), pemindahan, dan perubahan fisik dari komoditi.

Fungsi fisik ini mencakup aktivitas pengangkutan, dan penyimpanan.

a. Fungsi Pengangkutan

Pendistribusian produk ikan laut dari produsen hingga konsumen

merupakan kegiatan perpindahan barang yang membutuhkan alat transportasi


76

(fungsi pengangkutan). Nelayan (produsen) melakukan kegiatan fungsi

pengangkutan dalam usaha pemasaran dari kapal ke area pelelangan dengan

menggunakan gerobak oleh para buruh di Muara Angke. Pedagang besar

melakukan fungsi pengangkutan ikan laut yang dijual ke pengolah dengan

menggunakan gerobak dan ke konsumen seperti petambak dengan menggunakan

motor atau mobil box tergantung jumlah ikan yang dipesan, sedangkan yang ingin

disimpan di coldstorage diangkut menggunakan gerobak. Sedangkan untuk

pengolah melakukan fungsi pengangkutan menggunakan mobil box untuk ke luar

kota. Pedagang grosir melakukan fungsi pengangkutan menggunakan gerobak ke

pasar grosir. Pengecer melakukan fungsi pengangkutan dengan menggunakan

motor ke lokasi penjualan.

b. Fungsi penyimpanan

Pada pemasaran ikan laut di Muara Angke ikan dijaga kualitasnya mulai

dari nelayan dengan cara melakukan penyimpanan di cold storage kapal. Ditingkat

pedagang besar melakukan fungsi penyimpanan pada Cold Storage yang berada

dipenyimpanan kawasan pelabuhan Muara Angke sebelum diantar ke konsumen.

Untuk pedagang grosir melakukan fungsi penyimpanan pada fiber yang berisi es.

Pengecer melakukan fungsi penyimpanan di coolbox yang berisi es. Dan pengolah

melakukan fungsi penyimpanan ikan laut pada freezer yang berukuran besar dan

ada juga yang menggunakan coolbox yang berisi es.

3. Fungsi Pelancar atau Fasilitasi

Pada dasarnya fungsi fasilitasi adalah segala hal yang bertujuan untuk

memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitasi ini antara lain

penanggungan resiko, standarisasi dan grading, pendanaan serta informasi pasar.

a. Penanggung Resiko

Fungsi resiko merupakan upaya untuk menanggung resiko yang bisa

terjadi saat proses pemasaran. Resiko pada pemasaran ikan laut yang dapat
77

terjadi yaitu kebusukan ikan pada proses pemasaran. Oleh karena itu perlu

dilakukan tindakan untuk meminimalisir resiko oleh para pedagang misalnya

pedagang besar menyimpan ikannya di Coldstorage sebelum dikirim ke konsumen

agar kesegaran ikannya tetap terjaga dan tidak rusak. Serta pedagang grosir,

pengolah dan pengecer juga melakukan hal tersebut yaitu dengan menyimpan

ikan di fiber agar tidak mudah rusak dan tetap segar. Resiko lain dalam pemasaran

ikan laut di Muara Angke yaitu perubahan harga karena harga ikan laut di Muara

Angke dapat mudah berubah mengikuti supply dan demand dari ikan laut itu

sendiri.

b. Standarisasi dan Grading

Standarisasi dapat diartikan menetapkan batas-batas dasar bentuk

spesifikasi suatu produk yang dianggap penting. Penetapan standarisasi ikan laut

pada pemasaran ikan laut di Muara Angke yaitu dikelompokkan menjadi ikan

bagus dan Kurang bagus. Pada umumnya untuk ikan yang kurang bagus,

biasanya masuk pada pengolahan ikan khususnya olahan pemindangan.

Grading merupakan tahap pemisahan produk atau barang berdasarkan

golongan. Grading pada pemasaran ikan laut di Muara Angke ditetapkan

berdasarkan jenis ikan laut dan ukuran. Grading pada peserta lelang dilakukan

setelah bongkar dilakukan penyortiran yaitu memisahkan ikan sesuai jenis dan

ukuran. Ikan ditempatkan pada keranjang berdasarkan jenis dan ukuran yang akan

di lelang. Pada pengcer grading hanya dikelompokkan berdasarkan jenis ikan.

Ikan dikelompokkan berdasarkan jenis pada saat ikan ditawarkan kepada

konsumen. Dengan adanya standarisasi dan grading, maka proses pemasaran

dan transaksi jadi lebih mudah.

c. Pembiayaan

Fungsi pembiayaan akan menjadi penting apabila terjadi perbedaan waktu

antara pembelian suatu produk dengan penjualan. Dalam hal ini peranan lembaga
78

keuangan akan menjadi penting (Anindita, 2004). Dalam pemasaran ikan laut di

Muara Angke tidak ada yang melakukan fungsi pembiayaan. Produsen dan

konsumen disana melakukan pembiayaan dengan uang pribadi mereka sendiri.

d. Informasi Pasar

Fungsi informasi pasar merupakan pekerjaan yang meliputi pengumpulan,

interpretasi, dan dimensi informasi dari berbagai macam data yang diperlukan agar

proses pemasaran dapat berjalan dengan baik (Anindita, 2004). Informasi pasar

menyajikan informasi mengenai situasi dan kondisi pasar secara umum yang

masih berhubungan denga produk terkait seperti harga pembelian, harga

penjualan, dan situasi kondisi pasar secara keseluruhan. Pada usaha pemasaran

ikan laut di Muara Angke, nelayan kurang mengetahui informasi pasar dan

penentuan harga minimum ditetapkan oleh pihak TPI. Namun pada pihak

pedagang perantara informasi pasar mudah didapatkan melihat dari kondisi pasar

pada saat itu.

5.3 Analisis Penampilan Pasar (Market Performance)

Untuk mengetahui penampilan pasar dalam pemasaran ikan laut di Muara

Angke dalam penelitian ini diuraikan dalam beberapa analisis untuk mengetahui

penampilan pasar yaitu proses Margin Pemasaran, Share Nelayan (Farmer Share)

dan Efisiensi Pemasaran. Melalui penampilan pasar akan diketahui apakah

pemasaran ikan laut di Muara Angke efisien atau tidak.

5.3.1 Margin Pemasaran

Anindita (2004), menjelaskan bahwa marjin penasaran menunjukan

perbedaan harga ditingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Hal tersebut juga

dapat diidefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang dibayar oleh konsumen

dan apa yang diterima oleh produsen untuk produk pertaniannya.


79

Semakin kecil nilai margin pemasaran, maka semakin efisien pemasaran

tersebut. Hal ini sesuai dalam penelitian yang dilakukan oleh Ayu et al. (2016),

bahwa Nilai margin pemasaran berpengaruh terhadap nilai dari farmer’s share dan

efisiensi pemasaran. Semakin rendah margin pemasaran, maka nilai farmer’s

share semakin tinggi dan nilai efisiensi semakin kecil sehingga pemasaran

semakin efisien.

Berikut merupakan besarnya margin pemasaran antar lembaga dan antar

saluran pemasaran ikan segar di TPI Muara Angke, Jakarta Utara dapat dilihat

pada tabel 21,22,23,24 dan 25 dan secara rinci pada lampiran 3.

Tabel 21. Marjin Pemasaran Cumi-Cumi Dan Ikan Tenggiri dari TPI Muara
Angke, Jakarta Utara

Berdasarkan Tabel 21 jika dilihat dari nilai farmer share, distribusi

margin pemasaran kesembilan saluran pemasaran ikan tenggiri di Muara Angke,

Jakarta Utara semuanya memiliki nilai yang efisien karena FS>%MP. Nilai margin

pemasaran antar lembaga pemasaran terbesar untuk ikan tenggiri yaitu terdapat

pada lembaga pemasaran pengolah yaitu sebesar Rp 20.000 karena ikan tersebut

harus diolah lagi menjadi ikan pindang atau asap yang memerlukan biaya

tambahan. Namun, jika dijual dalam keadaan segar lembaga pemasaran yang

memiliki nilai margin tertinggi yaitu pengecer pada saluran IX yaitu sebesar Rp

10.000. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa lembaga pemasaran yang

memiliki nilai margin paling efisien untuk ikan tenggiri adalah pedagang besar dan
80

pedagang grosir diseluruh saluran pemasaran karna memiliki nilai margin

pemasaran sebesar RP 5.000.

Tabel 22. Marjin Pemasaran Ikan Tongkol dari TPI Muara Angke, Jakarta
Utara

Berdasarkan Tabel 22 terdapat delapan saluran pemasaran yang menjual

ikan tongkol. Jika dilihat dari nilai farmer share, distribusi margin pemasaran

kedelapan saluran pemasaran ikan tenggiri di Muara Angke, Jakarta Utara dibagi

menjadi dua bagian yaitu saluran yang efisien dan tidak efisien. Pada saluran V

termasuk saluran pemasaran yang tidak efisien karena memiliki nilai FS<%MP dan

tujuh saluran pemasaran selain saluran pemasaran V memiliki nilai yang efisien

karena FS>%MP. Nilai margin pemasaran antar lembaga pemasaran terbesar

untuk ikan tongkol yaitu terdapat pada lembaga pemasaran pengolah pada saluran

V yaitu sebesar Rp 20.000 serta memiliki nilai FS sebesar 45,95% dan Mp sebesar

54% mengapa demikian karena ikan tersebut harus diolah lagi menjadi ikan

pindang atau asap yang memerlukan biaya tambahan. Namun, jika dijual dalam

keadaan segar lembaga pemasaran yang memiliki nilai margin tertinggi yaitu

pengecer pada saluran IX yaitu sebesar Rp 2.000. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa lembaga pemasaran yang memiliki nilai margin paling efisien

untuk ikan tongkol adalah pedagang besar dan pedagang grosir diseluruh saluran

pemasaran karna memiliki nilai margin pemasaran sebesar RP 1.000.


81

Tabel 23. Marjin Pemasaran Ikan Kembung dari TPI Muara Angke, Jakarta
Utara

Berdasarkan Tabel 23 terdapat delapan saluran pemasaran yang menjual

ikan kembung. Jika dilihat dari nilai farmer share, distribusi margin pemasaran

kedelapan saluran pemasaran ikan kembung di Muara Angke, Jakarta Utara

semuanya memiliki nilai yang efisien karena FS>%MP. Nilai margin pemasaran

antar lembaga pemasaran terbesar untuk ikan kembung yaitu terdapat pada

lembaga pemasaran pengolah pada saluran V yaitu sebesar Rp 20.000 serta

memiliki nilai FS sebesar 51,22% dan MP sebesar 49% mengapa demikian karena

ikan tersebut harus diolah lagi menjadi ikan pindang atau asap yang memerlukan

biaya tambahan. Namun, jika dijual dalam keadaan segar lembaga pemasaran

yang memiliki nilai margin tertinggi yaitu pengecer pada saluran IX yaitu sebesar

Rp 5.000. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa lembaga pemasaran yang

memiliki nilai margin paling efisien untuk ikan kembung adalah pedagang besar

dan pedagang grosir diseluruh saluran pemasaran karna memiliki nilai margin

pemasaran sebesar RP 2.000.


82

Tabel 24. Marjin Pemasaran Ikan Selar dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara

Berdasarkan Tabel 24 terdapat delapan saluran pemasaran yang menjual

ikan Selar. Jika dilihat dari nilai farmer share, distribusi margin pemasaran

kedelapan saluran pemasaran ikan Selar di Muara Angke, Jakarta Utara dibagi

menjadi dua bagian yaitu saluran yang efisien dan tidak efisien. Pada saluran V

termasuk saluran pemasaran yang tidak efisien karena memiliki nilai FS<%MP dan

tujuh saluran pemasaran selain saluran pemasaran V memiliki nilai yang efisien

karena FS>%MP. Nilai margin pemasaran antar lembaga pemasaran terbesar

untuk ikan Selar yaitu terdapat pada lembaga pemasaran pengolah pada saluran

V yaitu sebesar Rp 20.000 serta memiliki nilai FS sebesar 28,57% dan MP sebesar

71% mengapa demikian karena ikan tersebut harus diolah lagi menjadi ikan

pindang atau asap yang memerlukan biaya tambahan. Namun, jika dijual dalam

keadaan segar lembaga pemasaran yang memiliki nilai margin tertinggi yaitu

pengecer pada saluran IX yaitu sebesar Rp 2.000. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa lembaga pemasaran yang memiliki nilai margin paling efisien

untuk ikan Selar adalah pedagang besar dan pedagang grosir diseluruh saluran

pemasaran karena memiliki nilai margin pemasaran sebesar RP 1.000.


83

Tabel 25. Marjin Pemasaran Ikan Tembang dari TPI Muara Angke, Jakarta
Utara

Berdasarkan Tabel 25 terdapat delapan saluran pemasaran yang menjual

ikan Tembang. Jika dilihat dari nilai farmer share, distribusi margin pemasaran

kedelapan saluran pemasaran ikan Tembang di Muara Angke, Jakarta Utara

dibagi menjadi dua bagian yaitu saluran yang efisien dan tidak efisien. Pada

saluran V termasuk saluran pemasaran yang tidak efisien karena memiliki nilai

FS<%MP dan tujuh saluran pemasaran selain saluran pemasaran V memiliki nilai

yang efisien karena FS>%MP. Nilai margin pemasaran antar lembaga pemasaran

terbesar untuk ikan Tembang yaitu terdapat pada lembaga pemasaran pengolah

pada saluran V yaitu sebesar Rp 20.000 serta memiliki nilai FS sebesar 16,67%

dan MP sebesar 83% mengapa demikian karena ikan tersebut harus diolah lagi

menjadi ikan pindang atau asap yang memerlukan biaya tambahan. Namun, jika

dijual dalam keadaan segar lembaga pemasaran yang memiliki nilai margin

tertinggi yaitu pengecer pada saluran IX yaitu sebesar Rp 1.000. Sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa lembaga pemasaran yang memiliki nilai margin paling

efisien untuk ikan Tembang adalah pedagang besar dan pedagang grosir

diseluruh saluran pemasaran karna memiliki nilai margin pemasaran sebesar RP

500.
84

5.3.2 Share Nelayan (Farmer Share)

Jika dilihat dari kesembilan saluran pemasaran yang ada maka besarnya

share harga yang diterima nelayan besarnya bervariasi. Menurut Abidin et al.

(2017), bila saluran pemasaran yang dilalui relative panjang, maka akan

memperbesar margin pemasaran sehingga share harga yang diterima nelayan

dari harga yang dibayarkan konsumen akan menjadi kecil. Untuk melihat lebih

jelas perbandingan share harga yang diterima nelayan dari kesembilan saluran

pemasaran dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Perbandingan Share Harga yang diterima Nelayan pada Pemasaran
Ikan di TPI Muara Angke, Jakarta Utara
Harga di Harga di
Tingkat Tingkat Farmer Share
Saluran Jenis Ikan
Nelayan Konsumen (%)
(Rp/Kg) (Rp/Kg)
I Cumi - cumi 45.000 (Pasar Luar -
Negri)
II Tenggiri 34.000 39.000 87,18
Tongkol 17.000 18.000 94,44
Selar 8.000 9.000 88,89
Kembung 21.000 23.000 91,30
Tembang 4.000 4.500 88,89
III Tenggiri 34.000 39.000 87,18
Tongkol 17.000 18.000 94,44
Selar 8.000 9.000 88,89
Kembung 21.000 23.000 91,30
Tembang 4.000 4.500 88,89
IV Tenggiri 34.000 39.000 87,18
Tongkol 17.000 18.000 94,44
Selar 8.000 9.000 88,89
Kembung 21.000 23.000 91,30
Tembang 4.000 4.500 88,89
V Tenggiri 34.000 54.000 62,96
Tongkol 17.000 37.000 45,95
Selar 8.000 28.000 28,57
Kembung 21.000 41.000 51,22
Tembang 4.000 24.500 16,33
85

Lanjutan Tabel 26. Perbandingan Share Harga yang diterima Nelayan pada
Pemasaran Ikan di TPI Muara Angke, Jakarta Utara
VI Tenggiri 34.000 39.000 87,18
Tongkol 17.000 18.000 94,44
Selar 8.000 9.000 88,89
Kembung 21.000 23.000 91,30
Tembang 4.000 4.500 88,89
VII Tenggiri 34.000 39.000 87,18
Tongkol 17.000 18.000 94,44
Selar 8.000 9.000 88,89
Kembung 21.000 23.000 91,30
Tembang 4.000 4.500 88,89
VIII Tenggiri 34.000 39.000 87,18
Tongkol 17.000 18.000 94,44
Selar 8.000 9.000 88,89
Kembung 21.000 23.000 91,30
Tembang 4.000 4.500 88,89
IX Tenggiri 34.000 44.000 77,27
Tongkol 17.000 19.000 89,47
Selar 8.000 10.000 80,00
Kembung 21.000 26.000 80,77
Tembang 4.000 5.000 80,00

Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui pada saluran I terdapat satu jenis

ikan yaitu hanya cumi – cumi, namun dari saluran tersebut tidak dapat diketahui

harga ditingkat konsumen maka dari itu tidak bisa diperoleh nilai Fisherman Share

pada saluran I. Saluran II terdapat beberapa jenis ikan yaitu ikan Tenggiri, Tongkol,

Selar, Kembung dan Tembang. Nilai Farmer Share terbesar pada saluran II yaitu

pada saluran pemasaran ikan tongkol yaitu sebesar 94,4%, sedangkan nilai farmer

share terendah pada saluran pemasaran ikan tenggiri yaitu sebesar 87,18%.

Saluran III terdapat beberapa jenis ikan yaitu ikan Tenggiri, Tongkol, Selar,

Kembung dan Tembang. Nilai Farmer Share terbesar pada saluran III yaitu pada

saluran pemasaran ikan tongkol yaitu sebesar 94,4%, sedangkan nilai farmer

share terendah pada saluran pemasaran ikan tenggiri yaitu sebesar 87,18%.

Saluran IV terdapat beberapa jenis ikan yaitu ikan Tenggiri, Tongkol, Selar,

Kembung dan Tembang. Nilai Farmer Share terbesar pada saluran IV yaitu pada

saluran pemasaran ikan tongkol yaitu sebesar 94,4%, sedangkan nilai farmer
86

share terendah pada saluran pemasaran ikan tenggiri yaitu sebesar 87,18%.

Saluran V terdapat beberapa jenis ikan yaitu ikan Tenggiri, Tongkol, Selar,

Kembung dan Tembang. Nilai Farmer Share terbesar pada saluran V yaitu pada

saluran pemasaran ikan tenggiri yaitu sebesar 62,96%, sedangkan nilai farmer

share terendah pada saluran pemasaran ikan tembang yaitu sebesar 16,33%.

Saluran VI terdapat beberapa jenis ikan yaitu ikan Tenggiri, Tongkol, Selar,

Kembung dan Tembang. Nilai Farmer Share terbesar pada saluran VI yaitu pada

saluran pemasaran ikan tongkol yaitu sebesar 94,4%, sedangkan nilai farmer

share terendah pada saluran pemasaran ikan tenggiri yaitu sebesar 87,18%.

Saluran VII terdapat beberapa jenis ikan yaitu ikan Tenggiri, Tongkol, Selar,

Kembung dan Tembang. Nilai Farmer Share terbesar pada saluran VII yaitu pada

saluran pemasaran ikan tongkol yaitu sebesar 94,4%, sedangkan nilai farmer

share terendah pada saluran pemasaran ikan tenggiri yaitu sebesar 87,18%.

Saluran VIII terdapat beberapa jenis ikan yaitu ikan Tenggiri, Tongkol, Selar,

Kembung dan Tembang. Nilai Farmer Share terbesar pada saluran VIII yaitu pada

saluran pemasaran ikan tongkol yaitu sebesar 94,4%, sedangkan nilai farmer

share terendah pada saluran pemasaran ikan tenggiri yaitu sebesar 87,18%.

Saluran IX terdapat beberapa jenis ikan yaitu ikan Tenggiri, Tongkol, Selar,

Kembung dan Tembang. Nilai Farmer Share terbesar pada saluran IX yaitu pada

saluran pemasaran ikan tongkol yaitu sebesar 89,47%, sedangkan nilai farmer

share terendah pada saluran pemasaran ikan tenggiri yaitu sebesar 77,27%.

Semakin tinggi nilai farmer share maka semakin efisien pemasaran

tersebut. Sesuai dengan penelitian Kharisma et al. (2013), untuk mengetahui

penampilan pasar (performance) dapat dilihat dengan memperhitungkan

persentase bagian yang diterima produsen (farmer’s share) paling tinggi dan

persentase marjin pemasaran yang paling rendah.


87

5.3.3 Efisiensi Pemasaran

Menurut Abidin et al. (2017), efisiensi pemasaran penting untuk diketahui

antara lain untuk memperbaiki performa pemasaran yang dilakukan. Pemasaran

yang efisien didambakan oleh semua lembaga pemasaran yang terlibat. Namun,

demikian, faktanya ada saja sebagian lembaga pemasaran yang berusaha

mengambil keuntungan secara tidak proporsional, ada pula yang mengeluarkan

biaya pemasaran secara tidak efisien. Dua alasan tersebutlah yang dapat

menyebabkan suatu kegiatan pemasaran berjalan secara tidak efisien.

Pemasaran yang efisien akan menguntungkan semua pihak/lembaga pemasaran

yang terlibat dalam pemasaran komoditas tersebut. Pemasaran yang efisien

misalnya diindikasikan oleh nilai margin pemasaran yang rendah, serta

keuntungan yang tidak tinggi (proporsional).

Menurut Soekartawi (2002), pemasaran yang efisien dapat diukur dari rasio

biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan

atau harga jual produk. Pemasaran akan semakin efisien apabila nilai efisiensi

pemasaran semakin kecil. Adapun hasil perhitungan efisiensi pemasaran dapat

dilihat pada tabel 27, 28, 29, 30 dan 31 dan secara rinci pada lampiran 3.

Tabel 27. Rincian Efisiensi Pemasaran Cumi - Cumi dan Ikan Tenggiri dari
TPI Muara Angke, Jakarta Utara
Jenis Ikan Cumi Tenggiri
Saluran I II III IV V VI VII VIII IX
EP Saluran (%) 0,36 0,64 1,59 0,64 2,40 0,52 0,52 0,52 1,59
EP Lembaga (%)
Nelayan 0,36 0,47 0,47 0,47 0,47 0,47 0,47 0,47 0,47
Pedagang Besar - 0,23 0,23 0,23 - - - - -
Pedagang Grosir - - - - - 0,11 0,11 0,11 -
Pengolah - - - - 2,10 - - - -
Pengecer - - 1,23 - - - 1,23 - 1,23

Berdasarkan tabel 27, hasil dari perhitungan efisiensi pemasaran baik

antar lembaga maupun antar saluran pemasaran, pemasaran cumi – cumi dan

ikan tenggiri dari TPI Muara Angke tergolong efisien karena didaptakan hasil nilai

efisiensi yang tergolong rendah (EP<50%). Lembaga pemasaran yang paling


88

efisien adalah pedagang grosir dengan nilai 0,11% dan lembaga pemasaran yang

paling tidak efisien adalah pengolah dengan nilai 2,10% namun nilai tersebut

masih dapat dikatakan jauh dari tidak efisien. Sedangkan jika dilihat berdasarkan

saluran pemasaran, saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran

pemasaran I saluran dengan penjualan cumi – cumi dengan nilai 0,36% namun

jika dilihat dari jenis ikan tenggiri saluran pemasaran yang paling efisien adalah

saluran pemasaran VI, VII dan VIII dengan nilai 0,52% dan saluran pemasaran

yang paling tidak efisien adalah saluran pemasaran V dengan nilai 2,40%.

Tabel 28. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Tongkol dari TPI Muara Angke,
Jakarta Utara
Jenis Ikan Tongkol
Saluran II III IV V VI VII VIII IX
EP Saluran (%) 1,38 3,68 1,38 3,50 1,13 1,13 1,13 3,68
EP Lembaga (%)
Nelayan 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94
Pedagang Besar 0,49 - 0,49 - - - - -
Pedagang Grosir - - - - 0,24 0,24 0,24 -
Pengolah - - - 3,07 - - - -
Pengecer - 2,84 - - - - - 2,84

Berdasarkan tabel 28, hasil dari perhitungan efisiensi pemasaran baik

antar lembaga maupun antar saluran pemasaran, pemasaran ikan tongkol dari TPI

Muara Angke tergolong efisien karena didaptakan hasil nilai efisiensi yang

tergolong rendah (EP<50%). Lembaga pemasaran yang paling efisien adalah

pedagang grosir dengan nilai 0,24% dan lembaga pemasaran yang paling tidak

efisien adalah pengolah dengan nilai 3,07% namun nilai tersebut masih dapat

dikatakan jauh dari tidak efisien. Sedangkan jika dilihat berdasarkan saluran

pemasaran, saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran VI,

VII dan VIII dengan nilai 1,13% dan saluran pemasaran yang paling tidak efisien

adalah saluran pemasaran III dengan nilai 3,68%.


89

Tabel 29. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Kembung dari TPI Muara Angke,
Jakarta Utara
Jenis Ikan Kembung
Saluran II III IV V VI VII VIII IX
EP Saluran (%) 1,08 2,69 1,08 3,16 0,88 0,88 0,88 2,69
EP Lembaga (%)
Nelayan 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76
Pedagang Besar 0,39 - 0,39 - - - - -
Pedagang Grosir - - - - 0,19 0,19 0,19 -
Pengolah - - - 2,77 - - - -
Pengecer - 2,08 - - - - - 2,08

Berdasarkan tabel 29, hasil dari perhitungan efisiensi pemasaran baik

antar lembaga maupun antar saluran pemasaran, pemasaran ikan kembung dari

TPI Muara Angke tergolong efisien karena didaptakan hasil nilai efisiensi yang

tergolong rendah (EP<50%). Lembaga pemasaran yang paling efisien adalah

pedagang grosir dengan nilai 0,19% dan lembaga pemasaran yang paling tidak

efisien adalah pengolah dengan nilai 2,77% namun nilai tersebut masih dapat

dikatakan jauh dari tidak efisien. Sedangkan jika dilihat berdasarkan saluran

pemasaran, saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran VI,

VII dan VIII dengan nilai 0,88% dan saluran pemasaran yang paling tidak efisien

adalah saluran pemasaran V dengan nilai 3,16%.

Tabel 30. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Selar dari TPI Muara Angke,
Jakarta Utara
Jenis Ikan Selar
Saluran II III IV V VI VII VIII IX
EP Saluran (%) 2,77 7,00 2,77 4,63 2,25 2,25 2,25 7,00
EP Lembaga (%)
Nelayan 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
Pedagang Besar 0,99 - 0,99 - - - - -
Pedagang Grosir - - - - 0,47 0,47 0,47 -
Pengolah - - - 4,06 - - - -
Pengecer - 5,40 - - - - - 5,40

Berdasarkan tabel 30, hasil dari perhitungan efisiensi pemasaran baik

antar lembaga maupun antar saluran pemasaran, pemasaran ikan kembung dari

TPI Muara Angke tergolong efisien karena didaptakan hasil nilai efisiensi yang
90

tergolong rendah (EP<50%). Lembaga pemasaran yang paling efisien adalah

pedagang grosir dengan nilai 0,47% dan lembaga pemasaran yang paling tidak

efisien adalah pengolah dengan nilai 4,06% namun nilai tersebut masih dapat

dikatakan jauh dari tidak efisien. Sedangkan jika dilihat berdasarkan saluran

pemasaran, saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran VI,

VII dan VIII dengan nilai 2,25% dan saluran pemasaran yang paling tidak efisien

adalah saluran pemasaran III dan IX dengan nilai 7,00%.

Tabel 31. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Tembang dari TPI Muara Angke,
Jakarta Utara
Jenis Ikan Tembang
Saluran II III IV V VI VII VIII IX
EP Saluran (%) 5,53 14,00 5,53 5,40 4,50 4,50 4,50 14,00
EP Lembaga (%)
Nelayan 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
Pedagang Besar 1,98 - 1,98 - - - - -
Pedagang Grosir - - - - 0,95 0,95 0,95 -
Pengolah - - - 4,73 - - - -
Pengecer - 10,80 - - - - - 10,80

Berdasarkan tabel 31, hasil dari perhitungan efisiensi pemasaran baik

antar lembaga maupun antar saluran pemasaran, pemasaran ikan kembung dari

TPI Muara Angke tergolong efisien karena didaptakan hasil nilai efisiensi yang

tergolong rendah (EP<50%). Lembaga pemasaran yang paling efisien adalah

pedagang grosir dengan nilai 0,95% dan lembaga pemasaran yang paling tidak

efisien adalah pengolah dengan nilai 4,73% namun nilai tersebut masih dapat

dikatakan jauh dari tidak efisien. Sedangkan jika dilihat berdasarkan saluran

pemasaran, saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran VI,

VII dan VIII dengan nilai 4,50% dan saluran pemasaran yang paling tidak efisien

adalah saluran pemasaran III dan IX dengan nilai 14,00%.


91

5.4 Implikasi Penelitian

Implikasi pada penelitian ini adalah nelayan dan pedagang perantara

mampu menciptakan sistem pemasaran yang efisien dengan segala fasilitas yang

ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke. Nelayan dan pedagang

perantara dapat menciptakan sistem pemasaran yang efisien dengan cara

menekan biaya pemasaran dan memberikan harga yang terjangkau yang masih

sesuai jangkauan daya beli konsumen ikan laut yang berada di Muara Angke

namun masih mendapatkan keuntungan yang rasional karena sesuai dengan hasil

penelitian bahwa efisiensi pemasaran mempengaruhi kepuasan konsumen,

pemasaran yang efisien ditunjukan dengan biaya pemasaran yang rendah dan

harga yang terjangkau.

Pihak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke juga mampu menjaga

kestabilan marjin pemasaran, efisiensi pemasaran dan kepuasan konsumen tetap

terjaga karena ketersediaan ikan merupakan faktor penghambat usaha yang

nantinya berkaitan dengan kepuasan konsumen. Ketersediaan ikan disini dapat

mempengaruhi harga ikan yang nantinya akan mempengaruhi marjin pemasaran

dan efisiensi pemasaran, karena semakin banyak ikan maka harga semakin

rendah dan sebaliknya kemudian jika harga rendah maka marjin pemasaran

semakin rendah dan pemasaran makin efisien dan sebaliknya. Pihak TPI bisa

memfasilitasi cold storage gratis kepada nelayan untuk menyimpan ikannya agar

stok ikan setiap harinya selalu terjaga. Dari sini jika ketersediaan ikan selalu

terjaga maka harga pun demikian karena jika jumlah ikan stabil maka harga ikan

akan stabil yang nantinya harga akan mempengaruhi margin pemasaran dan

efisiensi pemasaran kemudian kepuasan konsumen.


92

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

beberapa hal mengenai sistem pemasaran dan kepuasan konsumen di Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke,

Jakarta utara sebagai berikut:

1. Struktur pasar pada TPI Muara Angke belum efisien karena mengarah pada

pasar yang tidak kompetitif yang disebabkan dari ketidakseimbangan jumlah

penjual dan pembeli, adanya hambatan keluar masuk pasar dan informasi

yang tidak merata.

2. Perilaku pasar pada TPI Muara Angke belum efisien karena terdapat penentu

harga dan penerima harga. Penentu harga dikuasai oleh pedagang yang

menjadi peserta lelang karena dapat melakukan penawaran atau memiliki

pasar tawar yang tinggi.

3. Berbeda dengan struktur pasar dan perilaku pasar yang tidak efisien,

penampilan pasar di TPI Muara Angke sudah efisien jika dilihat dari margin

pemasaran, nilai farmer share dan efisiensi pemasaran.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan

berupa saran sebagai berikut:

1. Lelang Murni

Pihak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) lebih mengoptimalkan peraturan dan

pengawasan sistem lelang murni


93

2. Lelang Non Murni (opow)

Perlu adanya pantauan khusus dari pihak Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

terhadap sistem lelang opow agar harga yang ditetapkan oleh PT yang berada

dikawasan Muara Angke tidak terlalu menekan harga dari nelayan

3. Pihak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pelabuhan Perikanan Nusantara

(PPN) Muara Angke

Perbaikan fasilitas dan pelayanan di TPI agar lebih nyaman dan dibangun cold

storage milik TPI sebagai sarana untuk nelayan menyimpan ikan agar kualitas

dan ketersediaan ikan selalu terjaga serta meningkatkan kepuasan konsumen


94

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z, Harahab, N, Asmarawati, L. 2017. Pemasaran Hasil Perikanan.


UBPress: Malang.

Abidin, Z, dan Primyastanto, M. 2017. Analisis Sistem Pemasaran Ikan Laut


dengan Pendekatan SCP (Structur, Conduct and Performance) di Sendang
Biru, Malang Selatan. Laporan Akhir Hibah Peneliti Pemula (HPP). Malang.

Akbar P.S dan Usman. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Anindita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya. (241:p.3).

Ayu, Made, Gede, Nyoman, dan Sawitri, Wulandira. 2016. Analisis Struktur,
Perilaku, dan Kinerja Pasar Cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN:
2301-6523. Vol.5, No.1, Januari 2016.

Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial


Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Azhara, Dina. 2016. Struktur, Perilaku dan Kinerja Pemasaran Ikan Bandeng di
Jawa Barat. IPB: Bogor.

Azwar, Saiffudin. 2003. Metode Penelitian Cetakan Ke-enam. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Baladina, Nur. 2012. Analisis Struktur, Perilaku, dan Penampilan Pasar Wortel di
Sub Terminal Agribisnis (STA) Mantung. Jurnal Agrise Vol. XII No. 2 Bulan
Mei 2012. Universitas Brawijaya: Malang.

[BIG] Badan Informasi Geospasial. 2017. Kekayaan Sumberdaya Alam Indonesia.


Jakarta (ID): BIG.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Data Hasil Perikanan Tangkap Indonesia di
Tempat Pelelangan Ikan. Jakarta (ID); BPS.

Chandra, Gregorius. Pemanasan Global, edisi pertama. Yogyakarta: Andi, 2001.

Daymon, Christine, dan Immy Holloway. 2008. Metode – metode Riset Kualitatif:
dalam Public Relations dan Marketing Communications. Yogyakarta:
Penerbit Bintang.

Desvi, Mikhen. 2014. Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di


Pangkalan Pendaratn Ikan Muara Angke, DKI Jakarta. IPB: Bogor.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 2017. Undang – undang


no.45/2009. Jakarta.
95

Dianto, MW, Harahab, N, Ismadi. 2015. Evalusi Kinerja Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) dalam Menunjang Kesejahteraan Nelayan. UNDIP: Semarang.

Djaelani, Aunu Rofiq. 2013. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif.
Jurnal Majalah Ilmiah Pawitatan Vol. 20 No.1. FPTK IKIP Veteran:
Semarang.

Dyanasari, Wahyunindyawati, Asnah, Kasijati, F. 2010. Pendekatan SCP


(Structure, Conduct, and Performance) pada Pengukuran Efisiensi
Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Probolinggo. Buana Sains
Vol.10/ No.1:57-66: Malang.

Hanafiah, H.M, dan A. Saefudin. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. UI Press:


Jakarta.

Harahab, Pratama, dan Abidin. 2016. Structure, Conduct and Performance the
Seaweed (Gracilaria sp) marketing in Sidoarjo Regency East Java,
Indonesia. Faculty of Fisheries and Marine Science, University of
Brawijaya, Indonesia. Eco. Env. & Cons. 22 (2) : 2016; pp. (583-589)
Copyright@ EM International ISSN 0971–765X.

Haris, Amelira, Winandi, Ratna, dan Baga, Lukman. 2015. Efisiensi Pemasaran
Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Buletin Ilmiah
Litbang Perdagangan: Vol.9 No.2, Desember 2015.

Irianto, Agus. 2007. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana.

Jaya, W.K. 2001. Ekonomi Industri. PT BPFE : Yogyakarta

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2016. Laporan Tahunan Kementrian


Kelautan Perikanan 2016. Jakarta (ID): KKP.

Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Mentri Pertanian dan Menteri


Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 139 Tahun 1997, 902/
KPTS/ PL 420/ 9/ 97, 03/SKB/ M/ IX/ 1997 Tentang Penyelenggaraan
Tempat Pelelangan Ikan.

Kharisma, Dimas, Siti, Endang, dan, Setyowati. 2013. Analisis Efisiensi


Pemasaran Jagung (Zea Mays) Di Kabupaten Grobogan (Studi Kasus Di
Kecamatan Geyer). Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

Kotler, Philip. 2002,. Manajemen Pemasaran. Jilid 1, Edisi Milenium. Jakarta:


Prehallindo.

Limbong, W. H., Sitorus, P., 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-
Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
96

Maulidah. 2010. Struktur Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendron oil). Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya Malang: Malang. Jurnal
Manajemen Pemasaran, Vol. 5, No. 1, April 2010: 9-13.

Menteri Kelautan dan Perikanan RI. 2012. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI Nomor 08 Tahun 2012 tentang Kepelabuhan.

[PIPP] Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan. 2018. Profil Pelabuhan. Jakarta (ID):
PIPP.

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke. 2017. Laporan Tahunan


2017. Jakarta.

Pramitasari, S, D. 2005. Analisis Efisiensi TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Kelas 1,2
dan 3 di Jawa Tengah dan Pengembangannya untuk Peningkatan
Kesejahteraan Nelayan. UNDIP: Semarang.

Puspitawati, IR, Wardhani, RM. 2016. Analisis Efisiensi Pemasaran Kentang


(Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Magetan. Jurnal Ilmu Pertanian,
Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 1. UMN: Madiun.

Rekarti, E, dan Nurhayati, M. 2016. Analisis Structure Conduct and Performance


(SCP) Jika Terjadi Merger Bank Pembangunan Daerah dan Bank BUMN
Persero Berdasarkan Nilai Aset dan Nilai Dana. Jurnal Ilmiah Manajemen
dan Bisnis Volume 2, Nomor 1. Indonesia.

Republik Indonesia. 2009. Undang – Undang No.45 Tahun 2009 tentang


Pelabuhan. Lembaga Negara RI Tahun 2009, No. 45. Sekretariat Negara:
Jakarta.

Sarjono, H, dan Julianita, W. (2015). Structural Equation Modeling (SEM). Jakarta:


Salemba Empat.

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian.


PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta.
97

Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya:


Bandung.

Supardi, M, D. 2006. Metodologi Penelitian. Mataram: Yayasan Cerdas Press.

Suyono. 2015. Analisis Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.

Riduwan, 2008. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfa Beta.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke. 2018. Data Produksi Ikan Armada
Serta Alat Tangkap. Jakarta.

Wati, W, Dewi, N, Yusri, J. 2015. Analisis SCP (Structure, Conduct, and


Performance) Pasar Ojol di Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kam par.
JomFaperta Vol.2/No.2. Riau.

Wijaya, Tony. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
98

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio Ikan Laut di Muara Angke
 Pangsa Pasar Pedagang Besar

No. Nama Jumlah Konsentrasi rasio


Market Share Konsentrasi rasio
Pedagang Besar Pembelian (Kg) Kumulatif
1. Sumarli 39.061 39.061 / 212.615 = 0,18 0,18 x 100 = 18,37 18,37
2. Asnawi 21.446 21.446 / 212.615 = 0,10 0,10 x 100 = 10,09 18,37 + 10,09 = 28,46
3. Mulyadi 16.977 16.977 / 212.615 = 0,08 0,08 x 100 = 7,98 28,46 + 7,98 = 36,44
4. Anita 14.408 14.408 / 212.615 = 0,07 0,07 x 100 = 6,78 36,44 + 6,78 = 43,22
5. Jafar 13.569 13.569 / 212.615 = 0,06 0,06 x 100 = 6,38 43,22 + 6,38 = 49,60
6. Tasmin 13.564 13.564 / 212.615 = 0,06 0,06 x 100 = 6,38 49,60 + 6,38 = 55,98
7. Candrakasih 12.945 12.945 / 212.615 = 0,06 0,06 x 100 = 6,09 55,98 + 6,09 = 62,07
8. Wardi 11.078 11.087 / 212.615 = 0,05 0,05 x 100 = 5,21 62,07 + 5,21 = 67,28
9. Sumawi 10.122 10.122 / 212.615 = 0,05 0,04 x 100 = 4,76 67,28 + 4,76 = 72,04
10. Mansyur 9.369 9.369 / 212.615 = 0,04 0,04 x 100 = 4,41 72,04 + 4,41 = 76,45
11. Tasman 8.757 8.757 / 212.615 = 0,04 0,04 x 100 = 4,12 76,45 + 4,12 = 80,57
12. Sudarmono 8.588 8.588 / 212.615 = 0,04 0,04 x 100 = 4,04 80,57 + 4,04 = 84,61
13. Daryuni 8.076 8.076 / 212.615 = 0,04 0,04 x 100 = 3,80 84,61 + 3,80 = 88,40
14. Nana 5.038 5.038 / 212.615 = 0,02 0,02 x 100 = 2,37 88,40 + 2,37 = 90,77
15. Bulyani 4.654 4.654 / 212.615 = 0,02 0,02 x 100 = 2,19 90,77 + 2,19 = 92,96
16. Sarkiman 4.556 4.556 / 212.615 = 0,02 0,02 x 100 = 2,14 92,96 + 2,14 = 95,11
17. Hasan 3.803 3.803 / 212.615 = 0,02 0,02 x 100 = 1,79 95,11 + 1,79 = 96,89
18. Warmi 3.564 3.564 / 212.615 = 0,02 0,02 x 100 = 1,68 96,89 + 1,68 = 98,57
19. Wahyudi 1.553 1.553 / 212.615 = 0,01 0,01 x 100 = 0,73 98,57 + 0,73 = 99,30
20. Ali Mudin 1.487 1.487 / 212.615 = 0,01 0,01 x 100 = 0,70 99,30 + 0,70 = 100,00
Total 212.615 1,00 100
98

 Pengolah (PHPT)

No. Nama Jumlah Konsentrasi rasio


Market Share Konsentrasi rasio
Pengolah Pembelian (Kg) Kumulatif
1. Kusnarih 12.476 12.476 / 86.031= 0,15 0,15 x 100 = 14,50 14,50
2. Karyan 11.078 11.078 / 86.031= 0,13 0,13 x 100 = 12,88 14,50 + 12,88 = 27,38
3. Ali mujib 10.857 10.857 / 86.031= 0,13 0,13 x 100 = 12,62 27,38 + 12,62 = 40,00
4. Sunetin 10.206 10.206 / 86.031= 0,12 0,12 x 100 = 11,86 40,00 + 11,86 = 51,86
5. H. Carwi 9.884 9.884 / 86.031= 0,11 0,11 x 100 = 11,49 51,86 + 11,49 = 63,35
6. Sadini 8.793 8.793 / 86.031= 0,10 0,15 x 100 = 10,22 63,35 + 10,22 = 73,57
7. Saety 7.392 7.392 / 86.031= 0,09 0,09 x 100 = 8,59 73,57 + 8,59 = 82,16
8. Halam kata 6.175 6.175 / 86.031= 0,07 0,07 x 100 = 7,18 82,16 + 7,18 = 89,34
9. H. Suwandi 5.411 5.411 / 86.031= 0,06 0,06 x 100 = 6,29 89,34 + 6,29 = 95,63
10. Satini 3.759 3.759 / 86.031= 0,04 0,04 x 100 = 4,37 95,63 + 4,37 = 100,00
Total 86.031 1,00 100

 Pedagang Grosir

No. Nama
Jumlah Konsentrasi rasio
Pedagang Market Share Konsentrasi rasio
Pembelian (Kg) Kumulatif
Grosir
1. Agus Yanto 12.513 12.513 / 35.342 = 0,35 0,35 x 100 = 35,41 35,41
2. M. Badri 11.603 11. 603 / 35.342 = 0,33 0,33 x 100 = 32,83 35,41 + 32,83 = 68,24
3. Rahmat 6.147 6.147 / 35.342 = 0,17 0,17 x 100 = 17,39 68,24 + 17,39 = 85,63
4. Mad Kusen 2.744 2.744 / 35.342 = 0,08 0,08 x 100 = 7,76 85,63 + 7,76 = 93,39
5. Warna Tasman 1.268 1.268 / 35.342 = 0,04 0,04 x 100 = 3,59 93,39 + 3,02 = 96,98
6. Nimin 1.067 1.067 / 35.342 = 0,03 0,03 x 100 = 3,02 100,00

99
Total 35.342 1,00 100
100

 Pedagang Pengecer
No. Nama Jumlah Konsentrasi rasio
Market Share Konsentrasi rasio
Pengecer Pembelian (Kg) Kumulatif
1. Makmun 1.836 1.836 / 5.789 = 0,32 0,32 x 100 = 31,72 31,72
2. Sudirman 1.225 1.225 / 5.789 = 0,21 0,21 x 100 = 21,16 31,72 + 21,16 = 52,88
3. Sepiyani 951 951 / 5.789 = 0,16 0,16 x 100 = 16,43 52,88 + 16,43 = 69,30
4. Mawi 781 781 / 5.789 = 0,13 0,13x 100 = 13,49 69,30 + 13,49 = 82,79
5. Sahrani 514 514 / 5.789 = 0,09 0,09 x 100 = 8,88 82,79 + 8,88 = 91,67
6. Dyariyadi 482 482 / 5789 = 0,08 0,08 x 100 = 8,33 91,67 + 8,33 = 100,00
Total 5.789 1 100

100
100

Lampiran 2. Perhitungan Indeks Hirsman Herfindahl (IHH)

IHH = (Kr1)2 + (Kr2)2 + …. + (Krn)2

Keterangan:
IHH = Indeks Hirscman-Herfindahl
n = Jumlah pedagang disuatu wilayah pasar produk
Kri-n = pangsa pasar (penjualan) pedagang ke-I hingga ke-n
(i= 1,2,3,……n) yang didapatkan dari hasil market share pada lampiran 2

Jenis Jumlah Perhitungan Indeks Herfindahl IHH Struktur


Pedagang Pedagang Pasar
Pedagang 20 (0.183)2 + (0.100)2 + (0.079)2 + (0.067) 2+ (0.063)2 + (0.063)2 + 0,08 Oligopoli
Besar (0.060)2 + (0.052)2 + (0.047)2 + (0.044)2 + (0.041)2 + (0.040)2 +
(0.038)2 + (0.023)2 + (0.021)2 + (0.021)2 + (0.017)2 + (0.016)2 +
(0.007)2 + (0.007)2
Pengolah 10 (0.145)2 + (0.128)2 + (0.126)2 + (0.118)2 + (0.114)2 + (0.102)2 + (0.08)2 0,11 Oligopoli
+ (0.07)2 + (0.06)2 + (0.04)2
Pedagang 6 (0.35)2 + (0.32)2 + (0.17)2 + (0.07)2 + (0.035)2 + (0.0302)2 0,27 Oligopoli
Grosir
Pedagang 6 (0.31)2 + (0.21)2 + (0.16)2 + (0.13)2 + (0.088)2 + (0.083)2 0,21 Oligopoli
Pengecer

101
100

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Margin Pemasaran, Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Efisiensi Pemasaran

Ikan Lembaga Harga Margin (Rp) BP (Rp) Π (Rp) EP (%)


Pemasaran (Rp)
Tenggiri Nelayan 34.000 - 160 34.000 – 160 = 33.840 160 / 34.000 = 0,47
Pedagang Besar 39.000 39.000 – 34.000 = 5.000 89 5.000 – 89 = 4.911 89 / 39.000 = 0,23
Pengolah 54.000 54.000 – 34.000 = 20.000 1.136 20.000 – 1.136 = 18.864 1.136 / 54.000 = 2,10
Pedagang Grosir 39.000 39.000 – 34.000 = 5.000 42,7 5.000 – 42,7 = 4.957 42,7 / 39.000 = 0,11
Pengecer 44.000 44.000 – 34.000 = 10.000 540 10.000 – 540 = 9.460 540 / 44.000 = 1,23
Tongkol Nelayan 17.000 - 160 17.000 – 160 = 16.840 160 / 17.000 = 0,94
Pedagang Besar 18.000 18.000 – 17.000 = 1.000 89 1.000 – 89 = 911 89 / 18.000 = 0,49
Pengolah 37.000 37.000 – 17.000 = 20.000 1.136 20.000 – 1.136 = 18.864 1.136 / 37.000 = 3,07
Pedagang Grosir 18.000 18.000 – 17.0000 = 1.000 42,7 1.000 – 42,7 = 957 42,7 / 18.000 = 0,24
Pengecer 19.000 19.000 – 17.000 = 2.000 540 2.000 – 540 = 1.460 540 / 19.000 = 2,84
Kembung Nelayan 21.000 - 160 21.000 – 160 = 20.840 160 / 21.000 = 0,76
Pedagang Besar 23.000 23.000 – 21.000 = 2.000 89 2.000 – 89 = 1.911 89 / 23.000 = 0,39
Pengolah 41.000 41.000 – 21.000 = 20.000 1.136 20.000 – 1.136 = 18.864 1.136 / 41.000 = 2,77
Pedagang Grosir 23.000 23.000 – 21.000 = 2.000 42,7 2.000 – 42,7 = 1.957 42,7/ 23.000 = 0,19
Pengecer 26.000 26.000 – 21.000 = 5.000 540 5.000 – 540 = 4.460 540 / 26.000 = 2,08

10
2

102
100

Lanjutan Lampiran 3. Hasil Perhitungan Margin Pemasaran, Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Efisiensi Pemasaran

Selar Nelayan 8.000 - 160 8.000 – 160 = 7.840 160 / 8.000 = 2,00
Pedagang Besar 9.000 9.000 – 8.000 = 1.000 89 1.000 – 89 = 911 89 / 9.000 = 0,99
Pengolah 28.000 28.000 – 8.000 = 20.000 1.136 20.000 – 1.136 = 18.864 1.136 / 28.000 = 4,06
Pedagang Grosir 9.000 9.000 – 8.000 = 1.000 42,7 1.000 – 42,7 = 957,3 42,7 / 9.000 = 0,47
Pengecer 10.000 10.000 – 8.000 = 2.000 540 2.000 – 540 = 1.460 540 / 10.000 = 5,40
Tembang Nelayan 4.000 - 160 4.000 – 160 = 3.840 160 / 4.000 = 4,00
Pedagang Besar 4.500 4.500 – 4000 = 500 89 500 – 89 = 411 89 / 4.500 = 1,98
Pengolah 24.000 24.000 – 4.000 = 20.000 1.136 20.000 – 1.136 = 18.864 1.136 / 24.000 = 4,73
Pedagang Grosir 4.500 4.500 – 4.000 = 500 42,7 500 – 42,7 = 457 42,7 / 4.500 = 0,95
Pengecer 5.000 5.000 – 4.000 = 1.000 540 1000 – 540 = 460 540 / 5.000 = 10,80

Keterangan:
BP = Biaya Pemasaran
Π = Keuntungan
EP = Efisiensi Pemasaran

103

Anda mungkin juga menyukai