Oleh :
Oleh :
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis
iv
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, karunia serta
Mohamad Fadjar, M.Sc. selaku dosen pembimbing dan semua pihak yang telah
Penulis.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................ 4
1.2.1 Maksud ......................................................................................... 4
1.2.2 Tujuan ........................................................................................... 4
1.3 Kegunaan .............................................................................................. 4
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................... 4
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat ................................................................................................................ 42
2. Bahan ............................................................................................................ 44
3. Volume Larutan Master Mix Gradien PCR ..................................................... 57
4. Volume Larutan Master Mix PCR ................................................................... 58
5. Hasil Identifikasi Morfologi Bakteri V. alginolyticus ......................................... 68
6. Hasil NanoDrop Bakteri ................................................................................. 69
7. Nilai rata-rata kualitas air pemeliharaan udang galah..................................... 78
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi Udang Galah (Khairuman dan Amri, 2004) ....................................... 6
2. Perbedaan Kelamin Udang Galah Jantan (1) dan Betina (2) (Hadie dan Hadie,
2002)............................................................................................................... 7
3. Siklus Hidup Udang Galah (New, et al., 2010) ................................................. 9
4. Sistem Antibodi Udang Galah (New, et al., 2010) .......................................... 11
5. Proses amplifikasi dengan PCR (Alphey, 1997). ............................................ 16
6. Tahapan proses identifikasi mikroba dengan teknik PCR (Dwiyitno, 2010). ... 17
7. Contoh Hasil amplifikasi DNA-PCR universal pada gel agarose (Seprianto,
2017)............................................................................................................. 20
8. Bagan Struktur Organisasi Deputi Bidang TAB .............................................. 31
9. Bagan Struktur Organisasi Unit Kerja PTPP .................................................. 33
10. Struktur Organisasi LAPTIAB....................................................................... 34
11. Alur Kegiatan Identifikasi Bakteri V. Alginolyticus ......................................... 38
12. Bak Pemeliharaan Induk Udang Galah ........................................................ 39
13. Bak Pemeliharaan Benih ............................................................................. 40
14. Udang Galah Sakit ....................................................................................... 41
15. Media TCBS ................................................................................................ 47
16. Media SWC ................................................................................................. 48
17. Hasil pembedahan udang galah................................................................... 49
18. Hepatopankreas pada udang galah. ............................................................ 49
19. Penanaman Bakteri ..................................................................................... 51
20. Kultur di media SWC.................................................................................... 52
21. Ekstrak DNA bakteri V. alginolyticus ............................................................ 54
22. Grafik amplifikasi gradien bakteri V. alginolyticus (a) ................................... 59
23. Visualisasi grafik amplifikasi gradien bakteri V. alginolyticus (b)................... 60
24. Grafik amplifikasi bakteri V. alginolyticus (a) ................................................ 61
25. Visualisasi Grafik Amplifikasi 16S rDNA (Sampel Udang) (b) ....................... 62
26. Amplifikasi DNA dengan PCR ...................................................................... 62
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi LAPTIAB BPPT .......................................................................... 85
2. Struktur Organisasi BPPT .............................................................................. 86
3. Dokumentasi.................................................................................................. 87
4. Hasil Data Sekunder ...................................................................................... 99
1
1. PENDAHULUAN
tropis yang berdekatan berdekatan dengan air payau. Udang galah (M.
ini hidup di air tawar, setidaknya sebagian dari kehidupan mereka. Genus itu
bersifat circumtropical dan berasal dari semua benua kecuali Eropa (New, et al.,
2010). Dilanjutkan oleh Irianti, et al. (2016), bahwa udang galah (M. rosenbergii)
atau dikenal juga sebagai Giant Freshwater Prawn merupakan salah satu jenis
tawar lainnya. Udang galah merupakan komoditas hasil perikanan air tawar yang
sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai jual, ukuran tubuhnya
besar dan kemampuan adaptasi yang cukup luas pada beberapa lingkungan
tahun 1974. Budidaya udang galah mengalami perkembangan yang cukup pesat,
udang galah.
Vibriosis merupakan salah satu penyakit utama pada pembenihan udang galah
dengan tingkat kematian hingga 100%. Pada tahun 2014, kematian massal larva
mempengaruhi hasil panen adalah konsep tambak, kualitas pakan, dan penyakit
(Wahyudi dan Fadlil, 2013). Dilanjutkan oleh Rukyani, et al. (1992), bahwa
penyakit ini merupakan permasalahan yang cukup serius bagi udang di tambak.
udang adalah dengan kegiatan identifikasi. Seperti yang dilakukan Khasani, et al.
3
(2010), bahwa untuk memastikan jenis bakteri yang terdapat pada larva udang
yang mati dilakukan reisolasi larva yang terinfeksi. Hasil identifikasi bakteri pada
larva yang mati dengan pewarnaan gram diperoleh bakteri bersifat gram negatif
dan berbentuk batang. Dilanjutkan oleh Felix, et al. (2011), bahwa salah satu
terutama pada bidang kesehatan ikan, yaitu dalam identifikasi penyakit. Seperti
yang dijelaskan oleh Handoyo dan Rudiretna (2000), Polymerase Chain Reaction
(PCR) adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA secara in vitro. Teknik ini
pertama kali dikembangkan oleh Karry Mullis pada tahun 1985. Teknik PCR
dapat digunakan untuk mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah jutaan kali
hanya dalam beberapa jam. Hal tersebut diperkuat oleh Dwiyitno (2010), bahwa
ELISA. Teknik PCR sendiri telah diterima sebagai standar internasional untuk
identifikasi bakteri patogen pada produk pangan sejak beberapa tahun terakhir.
Magang ini penting dilakukan untuk mengetahui Identifikasi bakteri pada Udang
Galah (M. rosenbergii) dengan teknik Polymeration Chain Reaction (PCR) serta
Banten.
4
1.2.1 Maksud
Maksud dari Praktik Kerja Magang ini adalah untuk mengetahui dan
pada Udang Galah (M. rosenbergii) dengan Teknik Polymeration Chain Reaction
1.2.2 Tujuan
1.3 Kegunaan
Bakteri spesifik pada udang dengan Teknik Polymeration Chain Reaction (PCR)
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Udang merupakan salah satu jenis udang dari suku Palaemonidae, serta
masuk kelompok udang Palaemoid yang umum hidup di air tawar. Murtidjo
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Bangsa : Decapoda
Suku : Palaemonidae
Marga : Macrobrachium
tergolong dalam kelas krustasea yang pada umumnya memiliki cangkang pada
spesies M. rosenbergii.
2.1.2 Morfologi
dari chitin, dan pleura kedua menutupi pleura pertama dan ketiga. Badan terdiri
atas 3 bagian, yaitu bagian kepala dan dada yang bersatu membentuk kepala
carapace disebut rostrum dengan gigi atas berjumlah 11-15 buah dan gigi bawah
8-14 buah. Kaki jalan ke dua pada udang jantan tumbuh sangat panjang dan
6
besar, panjangnya bisa mencapai 1,5 kali panjang badan, sedangkan pada
udang betina pertumbuhan tidak begitu mencolok (Khairuman dan Amri, 2004).
udang jantan dan betina antara lain bentuk badan, letak alat kelamin dan bentuk
serta ukuran dari pasangan kaki jalan kedua. Bentuk badan udang galah jantan
di bagian perut lebih ramping, sedangkan udang galah betina bagian perutnya
tumbuh melebar. Letak alat kelamin udang galah jantan terdapat pada basis
pasangan kaki jalan kelima (disebut petasma), sedangkan pada udang galah
betina alat kelamin terletak pada basis pasangan kaki jalan ketiga (disebut
Udang galah memiliki badan yang lebih besar dibandingkan udang air
tawar lainnya. Badan terdiri atas 3 bagian, yaitu bagian kepala dan dada yang
bagian ekor (uropoda). Pada udang galah terdapat tonjolan seperti pedang pada
carapace disebut rostrum dengan gigi atas berjumlah 11-15 buah dan gigi bawah
7
8-14 buah. Ciri perbedaan udang galah jantan dan betina yang paling mencolok
adalah tonjolan pada kaki jalannya. Letak alat kelamin udang galah jantan
terdapat pada basis pasangan kaki jalan kelima disebut petasma (dapat dilihat
pada Gambar 2 Nomor 1) , sedangkan pada udang galah betina alat kelamin
terletak pada basis pasangan kaki jalan ketiga disebut thelicum (dapat dilihat
Gambar 2. Perbedaan Kelamin Udang Galah Jantan (1) dan Betina (2)
(Hadie dan Hadie, 2002)
Udang galah bersifat bentik, yaitu hidup di dasar kolam. Udang galah
akan mengonsumsi pakan yang jatuh ke dasar. Cara udang mengambil pakan
juga unik, yaitu dengan menggunakan kaki jalan kedua, sehingga memerlukan
waktu yang cukup lama dibandingkan dengan ikan pada umumnya. Udang galah
juga memiliki gerakan yang lambat. Udang galah juga melakukan proses
pada siang hari berbenam diri dalam lumpur dan di balik batu karena udang
galah kurang menyukai sinar matahari (Murtidjo, 2008). Namun apabila siang
hari tidak terlalu terik, udang galah akan aktif mencari makan (Hadie dan
Supriatna, 1988).
Udang galah bersifat bentik, yaitu hidup di dasar perairan. Udang galah
kurang suka terkena sinar matahari. Udang galah biasanya mencari makan pada
8
malam hari. Namun apabila pada siang hari tidak teralu terik, udang galah akan
mencari makanan pada saat itu. Udang galah akan mengonsumsi pakan yang
jatuh ke dasar, dengan cara mengambil makanan dengan kaki jalan kedua.
larva hidup di air payau, sedangkan setelah menjadi dewasa hidup di dalam air
tawar. Daur hidup udang galah dimulai dari telur – telur yang sudah dibuahi dan
dierami dalam tubuh induknya selama 12 – 19 hari dan menetas menjadi larva.
Larva yang baru menetas ini memerlukan air payau sebagai tempat
semenjak ia menetas maka larva tersebut akan mati. Hal tersebut biasanya
terjadi pada pada penetasan telur di perairan yang jauh dari laut, kemudian
setelah dewasa kembali beruaya ke rawa – rawa , pada salinitas 3- 5 ppt (Hadie
Udang galah hidup di lingkungan air tawar tropis dengan akses yang
berdekatan dengan air payau, karena perkembangan larvanya dapat terjadi di air
salinitas rendah. Udang galah betina bermigrasi hilir ke muara, di mana telur
zoeal. Larva secara aktif berenang dengan ekor terlebih dahulu, dengan sisi
dewasa dan cenderung menempel pada permukaan dan berjalan. Bila mereka
berenang di lapisan atas tapi juga menempel pada vegetasi (tanaman air).
disebabkan oleh adanya arus air pada suatu tempat) dan mulai bermigrasi ke
9
arah hulu menuju air tawar (New, et al., 2010). Siklus hidup udang galah dapat
menempati dua habitat. Pada saat menetas dan menjadi plankton sampai larva
stadium 11, udang galah senang hidup di air payau. Tetapi setelah menjadi
juvenil sampai dewasa, udang galah lebih senang hidup dalam air tawar. Setelah
dewasa dan matang kelamin, udang galah kembali lagi ke air payau. Hal ini
berkaitan dengan telur hasil perkawinan setelah menetas hanya dapat hidup di
galah dapat hidup pada suhu 22-32 ºC dan suhu idealnya adalah 26-30 ºC
(Spotts, 2001). Nilai pH merupakan parameter kualitas kimia air yang sangat
penting bagi kehidupan organisme akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif
terhadap perubahan pH, kisaran optimum pH yaitu sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).
10
Sedangkan kisaran optimum oksigen terlarut udang galah yaitu 3-7 mg/L dengan
Udang galah memiliki siklus hidup yang cukup unik. Ketika masa post
larvae hingga dewasa, udang galah hidup di perairan tawar. Namun ketika ingin
memijah akan bermigrasi ke daerah estuari. Ketika larva hingga tahap zoea,
udang galah tetap hidup di perairan estuari. Dan setelah itu, masuk ke masa post
larva, udang galah akan bermigrasi ke perairan tawar kembali hingga udang
Sistem kekebalan tubuh pada udang galah cukup unik, seperti yang
dijelaskan Alifuddin (2002), respon imunitas dibentuk oleh jaringan limfoid. Pada
dan respon imunitas baik seluler maupun humoral. Respon humoral pada udang
lektin atau hemagglutinin dan monovalen sugar binding residue, disebut beta
faktor humoral yang berperan dalam respon humoral. Molekul ini dengan berat
molekul 76 kDA dan titik isoelektriknya sebesar 7,2 berperan sebagai faktor
pelekat sel hemosit pada permukaan benda asing dan berkaitan dengan sistem
(PO), jumlah total hemosit (THC, sel/ml), dan diferensial hemosit (DHC) yang
asing, dan produksi serta pelepasan proPO dalam sistem imun krustasea
arthropoda lainnya berbeda dari vertebrata tersebut sehingga tidak ada produksi
humoral dan seluler melibatkan partisipasi langsung dari hematuria beredar dan
faktor terlarut dalam plasma. Meskipun respon pertahanan pada arthropoda tidak
(New, et al., 2010). Untuk mengetahui alur dari mekanisme pertahanan tubuh
2.2 Bakteri
bakteri mempunyai ukuran sel kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat
dengan bantuan mikroskop. Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5-
1,0 µm kali 2,0-5,0 µm, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu bentuk bulat atau
Permasalahan yang biasa dihadapi dalam budidaya udang galah saat ini
meliputi beberapa faktor antara lain kualitas air, penyakit, dan nutrisi. Kontrol
Bakteri yang sering menyerang udang antara lain Vibrio spp., Aeromonas
spp., Salmonella spp. . Seperti yang dijelaskan Hatmanti (2003), bakteri vibrio
krustasea yang terinfeksi akan terlihat terang dalam keadaan gelap (malam hari),
kerusakan lapisan khitin pada kulit, sehingga terjadi luka-luka di pinggiran kulit
pada ruas perut I-III dan uropoda disertai dengan timbulnya bercak-bercak hitam
pada luka, karena terjadinya akumulasi pigmen hitam. Pada dasarnya bakteri ini
bersifat oportunistik dan akan menjadi patogen jika pada media pemeliharaannya
13
terjadi goncangan secara drastik, seperti perubahan suhu, pH, salinitas dan
faktor lainnya.
disebutkan Sahoo, et al. (2007), Meski Aeromonas spp. umumnya tidak dianggap
dikaitkan dengan wabah penyakit pada spesies ini. Dilanjutkan oleh Hatmanti
yang dapat ditemukan secara luas dalam lingkungan perairan dan telah lama
diketahui sebagai bakteri patogen bagi biota air tawar maupun air laut, karena
Salmonella spp. pada budidaya udang berasal dari lingkungan bukan dari
standar kebersihan dan sanitasi yang buruk. Tapi terkadang, bakteri menyerang
ikan, udang atau makanan sejenis habitat air dapat terjadi karena kontaminasi
eksternal (Khan, et al., 2012). Dilanjutkan oleh Hatmanti (2003), penyakit yang
krustasea maupun biota lain yang dikonsumsi oleh manusia, tidak diperbolehkan
terdapat bakteri ini, karena dapat mengakibatkan demam enterik, septikemia dan
Vibrio spp., Aeromonas spp., dan Pseudomonas spp., dan infeksi Lactococcus
yang sering menyerang udang oleh Hatmanti (2003), yang mengatakan bakteri
patogen lain yang sering ditemukan pada lingkungan tempat hidup krustasea,
adalah Shigella spp., Pseudomonas spp., Citrobacter spp., Yersinia spp. dan
14
Proteus spp., Shigella spp. dan Pseudomonas spp. merupakan bakteri patogen
bagi biota, sedangkan Citrobacter spp., Yersinia spp. dan Proteus spp. pada
awalnya bukan merupakan patogen, namun pada suatu saat apabila kondisi
ditemukan pula jenis bakteri yang berbentuk benang, yaitu Leucothrix sp. Bakteri
tersebut sering terdapat pada insang, permukaan badan dan kaki-kaki renang
udang. Bakteri tersebut tidak merusak jaringan tubuh, tetapi merupakan tempat
warnanya menjadi coklat pucat atau kehijauan, dan semakin penuh dengan
Bakteri ada yang bersifat menguntungkan dan merugikan. Pada udang galah,
pada udang galah. Salah satu contoh bakteri yang sering menyerang udang
adalah dengan mengetahui struktur DNA, yakni dengan teknik sekuens 16S
rDNA. Dalam mempelajari bakteri Vibrio penyebab penyakit udang, teknik ini bisa
sekuens 16S rDNA mendapatkan bakteri pada udang windu, air tambak, dan air
laut didominasi oleh genus vibrio. Genus vibrio merupakan patogen oportunistik,
pemeliharaan lalu berkembang dari sifat yang saprofit menjadi patogenik karena
Gardenia, et al. (2011), bahwa saat ini teknik PCR (Polymerase Chain Reaction)
dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi bakteri tersebut dari ikan yang
terinfeksi. Namun, teknik ini tidak terlalu sensitif apabila dilakukan dengan
templat; (2) Denaturasi DNA templat; (3) Penempelan primer pada templat
(siklus), di mana pada setiap siklus terjadi duplikasi jumlah DNA (Handoyo dan
dan cepat pada berbagai jenis sampel bahan/produk pangan. Dengan instrumen
thermal cycler, amplifikasi fragmen gen spesifik dilakukan dalam tiga tahapan,
yaitu (1) Denaturasi DNA untai ganda menjadi untai tunggal; (2) Amplifikasi DNA
untai tunggal dengan primer spesifik dan (3) Ekstensi primer dengan enzim
fragmen DNA target hasil PCR dianalisis baik dengan sekuensing maupun
dengan teknik-teknik sidik jari seperti DGGE, RFLP, RAPD, PFGE, dan lain-lain
(Dwiyitno, 2010). Gambaran tahapan identifikasi dengan teknik PCR seperti pada
Gambar 6.
17
1 2
pada udang antara lain (1) Pengambilan sampel dan Isolasi bakteri, (2)
Identifikasi bakteri dengan uji biokimia, (3) Ekstraksi DNA bakteri, (4) Amplifikasi
Polymerase Chain Reaction (PCR), (5) Elektroforesis dan Purifikasi Hasil PCR,
Pengambilan Sampel dan Isolasi Bakteri, sampel udang dicuci dan dibedah
kondisi pH yang dibutuhkan. Setiap koloni yang diperoleh dibuat tiga ulangan
warna koloni, ukuran koloni dan tipe koloni. Selain itu, pengujian biokimia juga
18
dilakukan dalam uji bakteri. Uji morfologi maupun uji biokimia berdasarkan buku
panduan identifikasi Cowan dan Steel’s yang meliputi uji pewarnaan Gram,
pengamatan bentuk sel, uji motilitas, sifat aerobik dan anaerobik, uji katalase, uji
yang berbeda (10% dan 6%), mereduksi nitrat, indol, ONPG, VP (voges–
galaktose, rafinose, salicin, xylose), kemampuan tumbuh pada suhu tertentu, uji
menit dalam suhu ruangan. Supernatan dibuang, tambahkan 1500 µl 75% etanol.
selama 2 menit. Buang ethanol dan keringkan dalam desikator selama 10 menit.
19
Setelah kering ditambahkan 200 µl akuades steril. DNA disimpan pada suhu 4°C
menggunakan primer tertentu. Untuk satu kali siklus terdiri dari tiga tahapan yaitu
sebanyak satu kali, tahap denaturasi 94°C selama 1 menit, tahap penempelan
al., 2017). Metode amplifikasi diperkuat oleh Fitriatin dan Manan (2015),
gel agarose. Satu siklus dalam proses amplifikasi meliputi tiga tahap yaitu
denaturasi, annealing primer, dan ekstensi. Pada proses amplifikasi dapat terjadi
penelitian Seprianto, et al. (2017), adalah Elektroforesis dan Purifikasi Hasil PCR,
Hasil PCR diimigrasikan ke dalam gel agarose 1,5% pada kondisi 100 volt 40
yang masih menempel pada gel. Gel yang berisi fragmen DNA divisualisasikan
(Basic Local Alignment Search Tools for nucleotide) dengan mengacu pada galur
pengulangan 1000 kali bootstrap. Contoh hasil elektroforesis dapat dilihat pada
Gambar 7.
mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah jutaan kali hanya dalam beberapa
jam. Teknik PCR sendiri telah diterima sebagai standar internasional untuk
21
identifikasi bakteri patogen pada produk pangan sejak beberapa tahun terakhir.
Teknik ini mampu mengidentifikasi bakteri pada ikan dengan melihat kemiripan
Metode kerja yang digunakan dalam Praktik Kerja Magang ini dengan
Menurut Hamdi dan Bahruddin (2014), penelitian deskriptif adalah suatu metode
yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif bisa
Dalam Praktik Kerja Magang ini metode pengambilan data yang dilakukan
dengan metode deskriptif. Data yang diambil adalah data yang benar-benar ada
ada, yang berlangsung pada saat ini maupun pada masa lampau. Tujuan dari
penelitian.
Teknik Pengambilan data pada kegiatan Praktik Kerja Magang ini yaitu
pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara
sekunder adalah data atau informasi yang pada mulanya dikumpulkan dan
pengetahuan ilmiah.
23
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, dari
individu atau hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa
a) Observasi
gambaran umum tentang sasaran penelitian. Data observasi juga dapat berupa
Dalam Praktik Kerja Magang ini observasi yang dilakukan dengan cara
b) Wawancara
realitas atau gejala yang dipilih untu diteliti. Wawancara dengan menggunakan
Dalam Praktik Kerja Magang ini wawancara yang dilakukan dengan cara
c) Partisipasi Aktif
laku diharapkan muncul karena peserta didik dikenai perlakuan, maka observer
perlu persiapan yang benar-benar matang, sedangkan pada observer yang non-
Dengan demikian dalam kegiatan partisipasi aktif ini, yaitu partisipan turut
serta dan berperan dalam kegiatan identifikasi bakteri pada udang galah (M.
Secara umum, tahapan – tahapan uji sampel dengan PCR untuk bakteri
pada udang antara lain (1) Pengambilan Sampel dan Isolasi Bakteri, (2)
Identifikasi Bakteri dengan Uji Biokimia, (3) Ekstraksi DNA Bakteri, (4) Amplifikasi
Kegiatan dalam identifikasi bakteri pada udang galah (M. rosenbergii) ini
Data sekunder merupakan data yang sudah ada. Data tersebut sudah
data sekunder ialah sudah tersedia, ekonomis, dan cepat didapat. Ada dua jenis
data sekunder, yaitu data internal (primer) dan data eksternal (sekunder). Data
internal yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu
organisasi secara langsung dari objek yang diteliti. Sedangkan data eksternal
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi
sebelumnya atau yang ditertibkan oleh berbagai instansi lain (Soegoto, 2008).
laboratorium sebagai data internal. Kemudian data yang didapatkan dari hasil di
laboratorium akan dibandingkan dengan referensi lain berupa jurnal, buku dan
tulisan ilmiah lain sebagai data eksternal. Tujuannya antara lain untuk
memastikan kebenaran dari apa yang telah dilakukan saat praktik kerja magang
Dengan surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5 Januari 1974, Prof Dr.
(ATTP) Pertamina.
47 tahun 1991.
30 km kearah selatan Jakarta. Area PUSPIPTEK terletak pada 06o 18’ 15.2”
27
Lintang Selatan – 106o 45’ 38.2” Bujur Timur. Luas area PUSPIPTEK 460 Ha
berjumlah 2451 orang (2013), investasi > 500 juta USD (1976-sekarang).
buatan, Cafetaria dan beberapa Balai Litbang serta sarana pendukung lainya.
kantin, wisma tamu dan hutan buatan. Terdapat banyak Laboratorium sesuai
dengan bidang yang diteliti perlitbang. Rumah-rumah dinas bagi pegawai juga
penerapan teknologi
tangga.
Visi Pusat Teknologi Produksi Pertanian mengacu kepada visi dari Badan
yaitu :
seorang Kepala yang dilantik oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi. Kepala BPPT saat ini adalah Dr. Ir. Unggul Priyanto, M.Sc. yang
memimpin sejak 6 Juni 2014. Di bawah Kepala BPPT terdapat Sekretaris Utama
yang saat ini dijabat oleh Prof. Ir. Wimpie Agoeng Noegroho A, MSCE, Ph.D. Di
bawah Sekretaris Utama terdapat 5 Kedeputian yang terdiri dari Deputi Bidang
Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material dan Deputi Bidang
Sejak berdiri secara resmi pada tahun 1978, BPPT mengalami perubahan
organisasi yang mendasar pada tahun 2001. Pada awalnya BPPT memiliki 6
Deputi berdasarkan Kepres no. 25 tahun 1978, yakni Deputi Bidang Pengkajian
BPPT memiliki lima Deputi Teknis dan satu Sekretaris Utama setelah
terbitnya Kepres no. 103 tahun 2001. Kelima Deputi tersebut adalah Deputi
Alam, Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material, dan Deputi Bidang
pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPPT.
dan bioteknologi.
BPPT.
kepala deputi yang berada di Gedung BPPT II Lt. 10 Jl. M. H. Thamrin No. 8
Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10340, bagian laboratorium yang berada di Kawasan
Puspiptek Jl. Raya Puspiptek Muncul, Tangerang Selatan, Banten 15314, dan
Balai Besar Teknologi Pati yang berada di Negara Bumi Ilir, Anak Tuha, Bandar
pinggir Jalan Raya Puspiptek Muncul, Tangerang Selatang, Banten yang berada
Puspiptek memiliki lingkungan yang hijau dan asri karena banyak ditumbuhi
pohon disekitar kawasan yang merupakan bagian dari koleksi kebun provinsi.
ketat. Kawasan puspiptek juga memiliki banyak gedung yang merupakan bagian
Deputi Bidang TAB dipimpin oleh Kepala Deputi yakni Dr. Ir. Soni Solistia
Wirawan, M. Eng. Dibawah Kepala Deputi terdapat 4 Unit Kerja dan 1 Balai
Kedeputian TAB dan 1 Balai Besar. 4 Unit Kerja tersebut adalah Pusat Teknologi
dan Pusat Teknologi Farmasi dan Medika. 2 Balai Deputi Bidang TAB adalah
31
Balai Bioteknologi dan Balai Besar Teknologi Pati. Bagan struktur organisasi
Unit Kerja PTPP adalah salah satu unit yang berada di bawah Kedeputian
Unit Kerja PTPP memiliki tugas pokok untuk melaksanakan pengkajian dan
Pertanian.
32
a) Visi
b) Misi
Letak dari Unit Kerja PTPP terbagi menjadi 2 lokasi, yakni Gedung II
BPPT yang terletak di Lt. 10 Jl. M. H. Thamrin No.8 Jakarta Pusat, DKI Jakarta
10340 untuk kegiatan administrasi dan humas dan bagian laboratorium berada di
Gedung LAPTIAB 611-612 yang terletak Kawasan Puspiptek, Jl. Raya Puspiptek,
Unit Kerja PTPP dipimpin oleh seorang direktur. Direktur PTPP saat ini
adalah Dr. Ir. Dudi Iskandar, M.For.Sc. Dibawah Direktur PTPP terdapat Kepala
Bagian Program dan Anggaran yang dipimpin oleh Dr. Ir. M. Nasir Rofiq, M.Sc.
Inovasi yang terdiri dari Inovasi Teknologi Strain Unggul Udang Galah dan
Teknologi Neofemale dan Nila (Salina dan Marine Tilapia), Inovasi Teknologi
mengutamakan hasil pengujian yang akurat dan bisa dipercaya yang dicapai
keakuratan serta penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien dalam
kegiatan Sistem Manajemen Mutu, baik secara teknis dan non-teknis. Memberi
peternakan yang dipimpin oleh penanggung jawab indoor dan outdoor untuk
masing-masing bidang. Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 10.
meliputi:
1. Laboratorium
b. Laboratorium Biomolekular
d. Laboratorium Bioakuakultur
g. Laboratorium Outdoor
j. Greenhouse Tanaman
k. Greenhouse Perikanan
l. Ruang Kendali
b. PP Pangan Fungsional
c. PP Ekstraksi
d. PP Agroindustri
e. PP Pakan
3. Musholla, ruang rapat, ruang raryawan, pantry, kamar mandi, tempat parkir,
ruang panel, gudang, aula, lobi utama, koperasi, kantin, ruang laktasi, loker.
4. Utilitas
a. Sumber Listrik
b. Telpon/Fax
c. Internet
Setiap gedung memiliki koneksi internet melalui kabel LAN dan Wi-Fi
d. Sumber Air
e. Pengelolahan Limbah
Air kotor dialirkan melalui septic tank dan limbah cair dan padat B3
galah (M. rosenbergii). Kegiatan identifikasi yang dilakukan adalah spesifik untuk
mendeteksi ada atau tidaknya bakteri V. alginolyticus yang terdapat pada udang
indukan yang terkena penyakit, udang galah yang terkena penyakit biasanya
Sampel DNA pada udang galah sudah disiapkan oleh LAPTIAB-BPPT dan
peremajaan kultur bakteri V. alginolyticus dengan media TCBS, kultur cair bakteri
(PCR) itu sendiri dengan melihat keadaan kurva amplifikasi dari sampel uji pada
38
mesin realtime PCR. Kegiatan Praktik Kerja Magang ini menggunakan metode
PCR Konvensional.
amplifikasi DNA secara in vitro. Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh Karry
Mullis pada tahun 1985. Teknik PCR dapat digunakan untuk mengamplifikasi
segmen DNA dalam jumlah jutaan kali hanya dalam beberapa jam (Handoyo dan
Rudiretna, 2000).
1. Indukan
Rosenbergii) berasal dari Pelabuhan Ratu, Aceh dan Solo. Indukan udang galah
dipelihara dalam bak fiber berukuran 1,5 x 2 x 0,5 m3 dengan tambahan aerasi
berupa aerator. Sumber air yang digunakan berasal dari air PDAM yang sudah
diendapkan terlebih dahulu selama sehari. Pergantian air dilakukan dua hari
BPPT.
pakan dilakukan pada pagi hari jam 08.00, siang hari jam 12.00 dan sore hari
jam 16.00. Pakan indukan berupa ubi jalar atau cumi. Bak pemeliharaan induk
2. Benih
udang galah dari Pelabuhan Ratu, Aceh dan Solo. Benih udang galah dipelihara
pada kolam terpal berukuran 1,5 x 1 x 50 m3. Sumber air yang digunakan berasal
dari air PDAM yang sudah diendapkan selama sehari. Pergantian air diganti
ketika dua hari sekali bersamaan dengan proses penyifonan, pergantian air
Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari jam 08.00, siang hari jam 12.00 dan
sore hari jam 16.00. Pakan benih berupa pelet yang berasal dari perusahan
Matahari Sakti. Kebersihan pada kolam sangat diperhatikan, kolam terpal selalu
dimonitoring setiap diberi pakan. Kolam pemeliharaan benih udang galah dapat
b) Pemeriksaan Sampel
sakit. Ciri-ciri udang galah yang sakit adalah insang berwarna merah atau hitam
atau terdapat luka pada udang galah, atau terdapat beberapa bercak hitam pada
sirip atau badannya. Udang galah yang sakit dipisahkan ke bak lain, sebelum
yang digunakan adalah insang, hepatopankreas dan kaki renang yang luka.
Contoh udang galah yang sakit dapat dilihat pada Gambar 14. Menurut penelitian
Ilmiah, et al. (2012), gejala udang yang diinfeksi dengan V. alginolyticus yaitu
Alat dan bahan yang digunakan pada setiap kegiatan identifikasi bakteri
adalah sebagai berikut (Gambar alat dan bahan dapat dilihat pada Lampiran 3):
a) Alat
Tabel 1. Alat
Alat
a. Pengambilan Sampel
No. Alat Fungsi
1. Scoop net Mengambil Indukan Udang Galah
(M. rosenbergii)
b. Isolasi Bakteri
o Preparasi
▪ Pembuatan media TCBS
No. Alat Fungsi
1. Gelas Ukur 250 ml Mengukur larutan aquades dan
wadah pembuatan media agar.
2. Sendok Mengambil bubuk TCBS.
3. Timbangan digital Menimbang bubuk TCBS.
4. Microwave Menghomogenkan media.
5. Cawan Petri Wadah media TCBS.
▪ Pembuatan media SWC
No. Alat Fungsi
1. Erlenmeyer 50 ml Media pembuatan media SWC.
2. Hotplate Memanaskan dan menghomogenkan
media SWC.
3. Magnetic Stirrer Menghomogenkan larutan.
4. Sendok Menuangkan gliserol.
5. Autoklaf Mensterilkan media SWC.
6. Tabung Reaksi Wadah media SWC.
o Pembedahan Udang Galah
No. Alat Fungsi
1. Sectio set Membedah Udang galah
(M. rosenbergii).
2. Cawan Petri Wadah organ udang yang dibedah.
o Isolasi Bakteri pada media agar
No. Alat Fungsi
1. Laminary Air Flow Tempat untuk mengisolasi bakteri.
2. Bunsen Pengondisian aseptis.
3. Korek Api gas Menyalakan Bunsen.
4. Jarum Ose Mengisolasi bakteri dari sampel ke
media.
5. Spidol Untuk menandai Cawan petri.
43
o Identifikasi Bakteri
No. Alat Fungsi
1. Kertas berbentuk bulat Menutupi dasar cawan petri agar
mempermudah pengidentifikasian
bakteri.
c. Kultur Pada Media SWC
No. Alat Fungsi
1. Bunsen Pengondisian aseptis.
3. Shieve Shaker Menginkubasi media pada suhu 37
o
C dengan kecepatan 150 rpm.
d. Pengecekkan Kemurnian dengan NanoDrop
No. Alat Fungsi
1. Nanodrop Mengecek kemurnian dan
konsentrasi bakteri.
2. Komputer Memvisualisasikan hasil pengecekan.
3. Mikropipet 0,5 – 2,5 μl Mengambil larutan dengan skala
kecil.
e. Ekstraksi DNA Bakteri
No. Alat Fungsi
1. Laminary Air Flow Tempat untuk Ekstraksi DNA agar
tetap steril.
2. Tube 1,5 ml steril Wadah larutan ekstraksi.
3. Tube PCR 10 μl Wadah sampel PCR.
4. Sentrifuse Memisahkan supernatant dan pellet.
5. Mikropipet 10 μl, 20 μl, 50 μl, 100 μl, Mengambil larutan dengan skala
200 μl, 1000 μl kecil.
6. Vortex Menghomogenkan larutan.
o
7. Freezer -40 C Menginkubasi sampel.
8. Karton Bekas Melakukan proses rotamix.
9. Freezer -20 oC Menginkubasi sampel.
10. Vacum dry Mengeringkan Pellet DNA.
11. Inkubator Mengikubasi sampel dengan suhu
37 oC.
f. Pembuatan Master Mix
No. Alat Fungsi
1. Laminary Air Flow Tempat untuk Ekstraksi DNA agar
tetap steril.
2. Tube 1,5 ml steril Wadah larutan ekstraksi.
3. Tube PCR 10 μl Wadah sampel PCR.
4. Mikropipet 10 μl, 20 μl, 50 μl, 100 μl, Mengambil larutan dengan skala
200 μl, 1000 μl kecil.
g. Amplifikasi
No. Alat Fungsi
1. PCR Mengamplifikasi sampel PCR.
h. Elektroforesis
No. Alat Fungsi
44
b) Bahan
Tabel 2. Bahan
Bahan
a. Pengambilan Sampel
No. Bahan Fungsi
1. Indukan Udang Galah Sampel yang diisolasi bakterinya.
(M. rosenbergii)
2. Bakteri V. alginolyticus yang Sampel yang akan diuji gradien untuk
telah disekuensing amplifikasi.
b. Isolasi Bakteri
o Preparasi
▪ Pembuatan media TCBS
No. Bahan Fungsi
1. Bubuk TCBS 8,09 gram Bahan dasar pembuatan media.
2. Aquades 100 ml Pelarut bubuk TCBS.
▪ Pembuatan media SWC
No. Bahan Fungsi
1. 0,5 gram Tryptone, 0,1 gram Ekstrak Bahan dasar pembuatan media.
Yeast, 0,3 ml Gliserol 87%, 75 ml air
laut dan 2,5 ml aquades
2. Aluminium Foil Menutup tabung reaksi.
(5’-CCCCACCTGCTACG-3’) diduplikasi
2. 0,5 μl Primer VA 1541 R Pembatas DNA Target yang akan
(5’-GAGACACAAGCGCAA-3’) diduplikasi
3. 5 μl My Taq DNTP; sebagai cetakan DNA yang
akan diduplikasi,
Taq Polimerase; sebagai enzim yang
dapat menduplikasi DNA.
4. 3 μl ddH20 Pelarut
5. DNA hasil Ekstraksi Objek yang diduplikasi.
g. Amplifikasi
No. Bahan Fungsi
1. Sampel PCR Sampel yang diamplifikasi.
h. Elektroforesis
No. Bahan Fungsi
1. 0,8 gram bubuk agarose Bahan dasar pembuatan agarose.
2. 100 ml larutan TAE 1x atau TBE 1x Pelarut pembuatan agarose
3. Plastik wrap Mencegah larutan menguap terlalu
banyak dan agar tidak tumpah
4. 100 ml larutan TAE 1x atau TBE 1x Merendam agar di elektroforesis.
5. Sampel hasil Amplifikasi PCR Sampel yang di elektroforesis.
6. TAE 1x atau TBE 1x Pelarut untuk perendaman.
200 ml
7. Diamond Dye 20 μl Pewarna perendaman.
a) Isolasi Bakteri
⚫ Preparasi
Citrate Bile Salt) dan Larutan SWC (Sea Water Complete). Media TCBS
(Felix, et al., 2011). Prosedur pembuatan media pada proses preparasi isolasi
➢ TCBS
homogen.
mengeras.
1. 0,5 gram Tryptone, 0,1 gram Ekstrak Yeast, 0,3 ml Gliserol 87%, 75 ml air
erlenmeyer 50 ml.
2. Media diaduk menggunakan magnetic stirer dan disimpan diatas hot plate
perlahan.
dan ditutup menggunakan aluminium foil dan plastik wrap pada ujungnya.
48
Larutan SWC ini digunakan sebagai media berbentuk cair pada kultur bakteri.
sampel yang ingin diidentifikasi bakteri yang ada. Prosedur pembedahan udang
1. Capit pada udang galah diikat terlebih dahulu agar memudahkan saat
pembedahan.
2. Bagian tengah pada badan udang galah (antara karapas dan abdomen)
Hasil pembedahan udang galah yang telah terpisah bagian abdomen dan
bakteri menggunakan media TCBS (spesifik vibrio). Prosedur isolasi bakteri pada
3. Jarum ose didekatkan dengan api dari Bunsen untuk perlakuan aseptis,
4. Jarum ose digoreskan pada media agar secara zig-zag. Isolasi sampel
5. Cawan petri ditutup dan pinggir cawan petri direkatkan dengan plastik
berikut:
disiapkan.
3. Jarum ose didekatkan dengan api dari bunsen, kemudian satu bakteri
4. Jarum ose digoreskan pada media agar secara zig-zag. Isolasi sampel
5. Cawan petri ditutup dan dilapisi pinggir cawan petri dengan plastik wrap
tumbuh atau belum. Ketika bakteri sudah tumbuh diidentifikasi mengenai warna,
Prosedur kultur bakteri pada media cair (Media SWC) adalah sebagai
berikut:
52
1. Bakteri yang telah tumbuh pada media agar diambil dengan menggunakan
2. Bakteri yang diambil adalah bakteri yang tunggal. Setelah diambil, tusuk
4. Media cair diinkubasi pada shieve shaker dengan suhu 37oC semalam
Proses Kultur bakteri pada media SWC dapat dilihat pada Gambar 20.
ekstraksi DNA. Organ target yang akan diuji dilisis sehingga DNA dan RNA
bakteri target dapat diidentifikasi. Metode ekstraksi DNA yang digunakan adalah
1. Hasil kultur bakteri cair yang telah tumbuh dipindahkan ke dalam tube
hingga halus.
selama 5 menit.
supernatan dan dimasukkan kedalam tube 1,5 ml baru. Setelah di tube 1,5
ml baru diulangi proses penambahan larutan P:C:I lagi hingga ke tube 1,5
ml baru.
10. Sampel ditambahkan larutan alkohol 99% sebanyak 2 kali dari volume
larutan.
13. Sampel disentrifuse dengan suhu 4 oC, kecepatan 13.000 rpm, selama 10
Supernatan
Pellet
komponen sel lainnya. Dalam proses isolasi DNA , strategi optimasi dan pH,
sehingga senyawa esensial yang dapat mencegah DNA dari proses degradasi
55
al., 2014).
Dilanjutkan oleh Tan dan Yiap (2009), bahwa ekstraksi biomolekul, DNA,
RNA, dan protein adalah metode yang paling penting yang digunakan dalam
biologi molekular. Proses ini merupakan titik awal untuk mendiagnostik. DNA,
RNA dan protein dapat diisolasi dari bahan biologis seperti jaringan hidup,
jaringan sel, partikel virus, atau sampel lain, untuk tujuan analitis atau preparatif.
Dua kategori yang terlibat dalam pemurnian DNA meliputi isolasi kontruksi DNA
(lisis) DNA, proses eliminasi RNA, proses presipitasi DNA dan proses hidrasi
diinginkan dan berada pada lingkungan yang sesuai dan komponen yang tidak
Deodecyl Sulfat (SDS) memiliki fungsi untuk mengikat lipid sehingga membran
mRNA menjadi fase organik dan mengurangi bentuk dari RNA-protein kompleks
yang tidak mudah larut (Perry, et al., 1972). Larutan lain yang digunakan yaitu
alcohol 99%, fungsinya adalah untuk menarik air dari dalam DNA
dan RNAse, fungsi dari TE-Buffer adalah untuk melarutkan DNA atau RNA,
dari larutan RNAse adalah untuk memisahkan RNA dengan ekstrak DNA (Clark,
2010).
DNA (Siswanto, et al., 2016). Pada kegiatan ini, hasil kultur cair digunakan untuk
sebagai berikut:
power.
mikropipet.
Master Mix digunakan sebagai daerah dari duplikasi DNA pada proses
2. Hasil campuran dibagi pada tube PCR (0,2 ml) dengan volume masing-
3. 0,5 μl hasil ekstraksi DNA bakteri ditambahkan pada 1 tube PCR sebagai
kontrol.
Pembuatan master mix ini dilakukan dua kali. Dimana yang pertama
untuk penentuan gradien bakteri V. alginolyticus dan yang kedua adalah untuk
pengaplikasian bakteri yang terdapat pada udang galah. Pembuatan master mix
pembuatan master mix untuk pengaplikasian bakteri yang terdapat pada udang
Komposisi larutan Master Mix untuk gradien PCR dapat dilihat pada Tabel 3.
➢ Sampel PCR
2. Hasil campuran dibagi pada tube PCR (0,2 ml) dengan volume masing-
Komposisi larutan Master Mix untuk PCR sampel udang dapat dilihat
pada Tabel 4.
selama 20 detik.
tombol power.
memperbanyak jumlah DNA virus atau bakteri yang terdapat pada sampel
prinsip kerja amplifikasi PCR adalah Denaturasi, Annealing, dan Ekstensi. Pada
selama 1 menit.
Gambar 25. Visualisasi Grafik Amplifikasi 16S rDNA (Sampel Udang) (b)
Keterangan : No. 1-2. Tahap Denaturasi; No. 2-3. Tahap Annealing; No. 3.
Tahap Ekstensi; No. 4. Proses persiapan ke siklus selanjutnya
dalam PCR. Amplifikasi bertujuan untuk memperbanyak DNA target untuk dapat
amplifikasi meliputi tiga tahap yaitu denaturasi, annealing primer, dan ekstensi.
Pada proses amplifikasi dapat terjadi 30-40 siklus yang dapat menghasilkan
berjuta-juta DNA. Kegiatan amplifikasi dengan PCR dapat dilihat pada Gambar
26.
g) Elektroforesis
pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan. Teknik ini
bermuatan negatif dilewati melalui suatu medium, misal gel agarose, kemudian
dialiri arus listrik dari satu kutub ke kutub yan berlawanan muatannya, maka
molekul bergerak dari kutub negatif ke kutub positif (Yuwono, 2009). Pengujian
berikut:
⚫ Pembuatan Agarose
1. 0,8 gram bubuk agarose ditimbang dan dimasukkan kedalam gelas ukur
250 ml. Kemudian 100 ml larutan TAE 1x atau TBE 1x dicampurkan pada
2. Gelas ukur dilapisi plastik wrap dan dilubangi, tujuannya adalah untuk
mencegah larutan menguap terlalu banyak dan agar tidak tumpah. Larutan
1 menit 30 detik).
⚫ Elektroforesis
64
1. Sampel hasil PCR dimasukkan ke sumur gel agarose sebanyak 3-5 μl.
fase stasioner yang berupa gel agarosa dan fase gerak berupa buffer Tris-
acetate EDTA (TAE) atau Tris-borat EDTA (TBE) (Switzer, 1999). TBE (Tris-
borat EDTA) 1X, Tris/Borat adalah buffer yang umum digunakan sebagai buffer
1996).
Bromida, namun hal ini sudah tidak dilakukan. Hal tersebut dikarenakan larutan
Seperti yang dikatakan Birren dan Lai (1993), bahwa dalam elektroforesis juga
Etidium Bromida dapat meningkatkan daya fluoresensi dari DNA sehingga dapat
terlihat jelas.
4. Sinar UV dinyalakan.
➢ Forward Complement
2. Dilklik “BLAST”.
6. Diklik “BLAST”.
➢ Reverse Complement
4. Diklik “BLAST”.
8. Diklik “BLAST”.
➢ Forward-Reverse
1. Dilakukan Alignment.
3. Diklik “BLAST”.
7. Diklik “BLAST”.
67
Pada hasil BLAST, semakin merah dan semakin penuh garis pada hasil maka
a) Isolasi Bakteri
➢ Media Agar
peremajaan dengan cara penanaman ulang pada media TCBS (Spesifik Vibrio)
baru. Dan dibagi 4 kuadran dari 1 koloni bakteri yang sama. Hasil Isolasi Bakteri
penanaman ulang pada media TCBS (Spesifik Vibrio). Pada media TCBS baru
dibuat 2 kuadran dengan 2 koloni bakteri yang berbeda. Tujuannya adalah untuk
kultur cair dan diekstraksi. Hasil Isolasi Bakteri V. alginolyticus kedua dapat
Gambar 29. Hasil Kultur kedua dari bakteri tunggal pada hasil peremajaan.
Ketika bakteri sudah tumbuh diidentifikasi warna, bentuk permukaan dan
bentuk koloninya. Hasil identifikasi morfologi bakteri dapat dilihat pada Tabel 5.
➢ Media Cair
penanaman ulang pada media TCBS (Spesifik Vibrio). Hasil penanaman kedua
yang tumbuh lebih murni, untuk kemudian dilakukan kultur cair dan diekstraksi.
Hasil kultur pada media SWC dapat dilihat pada Gambar 30.
69
Tabel 6.
adanya basa purin dan pirimidin. Hasil uji nano drop ialah berupa nilai
kemurnian DNA pada Å260/Å280 dan nilai konsentrasi DNA. DNA berkualitas
baik berdasarkan uji nano drop memiliki kemurnian 1,8 - 2,0 dan konsentrasi di
atas 100 ng/μL (Fatchiyah, et al., 2011). Jadi dapat disimpulkan dari hasil yang
didapatkan kualitas DNA baik dilihat dari nilai kemurnian dan konsentrasi DNA.
c) Elektroforesis
– 1500 bp.
dapat diketahui bahwa line sampel pada agarose terdeteksi band dan sejajar
71
dengan band pada band 1199 bp. Hasil positif dapat dilihat pada Gambar 32.
Sedangkan ulangan dari sampel 1 dan 2 dapat dilihat pada Gambar 33.
(a)
(b)
Gambar 32. Hasil Elektroforesis Sampel 1 (a) dan Sampel 2 (b)
Keterangan : Marker : 1kb (10.000 bp); Target Band : 1199 bp. Tulisan berwarna
kuning : Sampel bakteri dari Insang ; Tulisan berwarna biru :
72
ini dapat diketahui bahwa line sampel pada agarose tidak terdeteksi band dan
tidak sejajar dengan band pada line kontrol posistif band 1199 bp. Hasil negatif
Keterangan: Marker : 1kb (10.000 bp); INS berwarna kuning dan merah 8, 9, 12,
13, 14, 15, 18, 19, 20 dan 21 : sampel udang galah dari organ
insang; Target Band : 1199 bp.
Hasil elektroforesis tersebut tidak terdeteksi sejajar dengan basepair yang
tersedia, terjadi karena bakteri yang terdapat pada sampel tidak terdapat bakteri
V. alginolyticus.
penelitian Liu, et al. (2004), hasil sekuens PCR 16S rDNA didapatkan pada band
1486 bp dari Isolate amplikon CH003 ditentukan dan disimpan di GenBank pada
nomor aksesi AY373027. Urutan ini menunjukkan 99,9% identitas dengan urutan
dan V. alginolyticus 16S rDNA (nomor akses GenBank X74691). Hasil dari
morfologi, tes biokimia dan 16S rDNA menunjukkan bahwa isolat adalah V.
alginolyticus.
Penulis mendapat target pada band 1199 bp, sedangkan pada penelitian lain
didapatkan pada band 1486 bp. Perbedaan band tersebut diduga karena strain
dari bakteri V. alginolyticus yang digunakan penulis dan dari penelitian lain
berbeda, sehingga kode genetik bakterinya pun juga berbeda. Dan pada akhir,
hasil yang didapatkan dari elektroforesis menunjukkan target band yang berbeda
pula.
d) Analisa Sekuensing
(Basic Local Alignment Search Tool) yang dapat diakses pada website
74
dilihat pada Gambar 35. Pada analisa sekuensing penulis menggunakan kode
ATTGAGAACCCGACAGAAGCGAAG.
FASTA Graphics
##Genome-Assembly-Data-START##
76
##Genome-Annotation-Data-START##
Annotation Provider :: NCBI
Annotation Date :: 04/01/2017
21:30:41
Annotation Pipeline :: NCBI Prokaryotic
Genome
Annotation
Pipeline
Annotation Method :: Best-placed
reference protein
set; GeneMarkS+
Annotation Software revision :: 4.1
Features Annotated :: Gene; CDS; rRNA;
tRNA; ncRNA;
repeat_region
Genes (total) :: 4,753
CDS (total) :: 4,610
Genes (coding) :: 4,521
CDS (coding) :: 4,521
Genes (RNA) :: 143
rRNAs :: 12, 11, 11 (5S,
16S, 23S)
complete rRNAs :: 12, 11, 11 (5S,
16S, 23S)
tRNAs :: 105
ncRNAs :: 4
Pseudo Genes (total) :: 89
Pseudo Genes (ambiguous residues) :: 0 of 89
Pseudo Genes (frameshifted) :: 64 of 89
Pseudo Genes (incomplete) :: 13 of 89
Pseudo Genes (internal stop) :: 30 of 89
Pseudo Genes (multiple problems) :: 15 of 89
##Genome-Annotation-Data-END##
COMPLETENESS: full length.
FEATURES Location/Qualifiers
source 1..24
/organism="Vibrio alginolyticus NBRC 15630 =
ATCC 17749"
/mol_type="genomic DNA"
/strain="ATCC 17749"
/db_xref="taxon:1219076"
/chromosome="1"
/note="type strain of Vibrio alginolyticus"
gene <1..>24
/locus_tag="N646_RS10915"
/old_locus_tag="N646_2192"
/db_xref="GeneID:29866208"
CDS <1..>24
/locus_tag="N646_RS10915"
/old_locus_tag="N646_2192"
/inference="COORDINATES: similar to AA
sequence:RefSeq:WP_005458663.1"
77
/translation="MSENYDSSSIKVLKGLDAVRKRPGMYIGDTDDGTGLHHMVFEVV
DNSIDEALAGHCKDIVVTIHEDNSVSVSDDGRGIPTEIHSEENVSAAEVIMTVLHAGG
KFDDNSYKVSGGLHGVGVSVVNALSEKVELTIHRGGHIHTQTYRHGEPQAPLAVVGDT
DKTGTQIRFWPSAETFSNTEFHYDILAKRLRELSFLNSGVSIKLVDEREADKHDHFMY
EGGIQAFVDHLNTNKTPIIEKIFHFNSEREDGISVEVAMQWNDGFQENIFCFTNNIPQ
RDGGTHLAGFRAALTRTLNSFMDKEGFSKKAKTATSGDDAREGLTAVVSVKVPDPKFS
SQTKDKLVSSEVKSAVESAMGEKLSEFLIENPTEAKMVCSKIIDAARAREAARKAREM
TRRKGALDLAGLPGKLADCQEKDPALSELYIVEGDSAGGSAKQGRNRKNQAILPLKGK
ILNVEKARFDKMLSSQEVATLITALGCGIGRDEYNPDKLRYHNIIIMTDADVDGSHIR
TLLLTFFYRQMPELIERGYVYIAQPPLYKVKKGKQEQYIKDEEAMNQYQVSLALDNAS
LHVNAEAPALAGEALEKLVQQYNAGIKLAERMSRRYPSALVNELIYTPRLTPEQCHDA
SVVEAWTKQLVEQLNAKEVGASQYSYEVEQHEELGLNLPKIVVRTHGVTHEHAISIDF
LNSKEYGKLADLSEALDGLLEEGAYIKRGERTMPVANFAEALDWLVKESMRGLSRQRY
KGLGEMNPDQLWETTMDPETRRMMQVTIEDAVGADQLFTTLMGDQVEPRRNFIEENAL
KVANLDV"
ORIGIN
1 attgagaacc cgacagaagc gaag
//
78
Kualitas air yang diukur dan sampling yaitu pada bak benih dilakukan
pada benih. Pengukuran kualitas air dilakukan seminggu dua kali yaitu pada hari
senin dan kamis (Lampiran 4). Sedangkan sampling dilakukan dengan jadwal
berkala. Hasil pengukuran kualitas air didapatkan rata-rata kualitas air pada 6
minggu yaitu:
galah dapat hidup pada suhu 22-32 ºC dan suhu idealnya adalah 26-30 ºC
(Spotts, 2001). Nilai pH merupakan parameter kualitas kimia air yang sangat
79
penting bagi kehidupan organisme akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif
terhadap perubahan pH, kisaran optimum pH yaitu sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).
Sedangkan kisaran optimum oksigen terlarut udang galah yaitu 3-7 mg/L dengan
batas lethal kurang dari 1 mg/L (New, 2002). Sehingga dapat dikatakan kualitas
LAPTIAB-BPPT adalah:
masalah jumlah tenaga kerja. Dan untuk bahan pengganti baru yang sebelumnya
6.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
Teknik identifikasi bakteri yang dapat dikerjakan dengan cepat dan akurat
H8, H11, I10, I14, I15, I19, I22, I23, I24, K6, K7, K11, K12, K13. Terdapat
6.2 Saran
kerja. Dibutuhkan pengujian lebih lanjut tentang metode dan teknik yang dapat
memperbaiki hasil dari identifikasi tersebut karena bahan pengganti baru yang
pengujian bakteri dengan metode PCR agar waktu yang dibutuhkan dapat lebih
DAFTAR PUSTAKA
New, M. B. 2002. Farming Freshwater Prawns: A Manual for Culture of The Gaint
River Prawn (Macrobrachium rosenbergii). Food and Agriculture
Organization of The United Nations. Roma (IT). 428 p.
, W. C. Valenti, J. H. Tidwell, L. R. D’Abramo and M. N. Kutty. 2010.
Freshwater Prawns Biologi and Farming. Blackwell Publishing Ltd. USA.
560 p.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKis : Yogyakarta. 112 hlm.
Perry, R. P., J. La Torre, D. E Kelley, and J. R. Greenberg. 1972. On the lability
of poly(A) sequences during extraction of messenger RNA from
polyribosomes. Biochimica et Biophysuca Acta. 262: 220-226.
Raco, J. R .2010. Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Grasiindo: Jakarta. 171 hlm.
Rukyani, A. Taufik, P, dan Taukhid. 1992. Penyakit kunang-kunang
(Luminescence vibriosis) di hatchery udang windu dan cara
penanggulangan penyakit benur di hatchery udang. J. Litbang Pert. 2:1-
17.
Sahoo, P.K., B. R. Pillai, J. Mohanty, J. Kumari, S. Mohanty and B.K. Mishra. In
Vivo Humoral and Cellular Reactions, and Fate of Injected Bacteria
Aeromonas hydrophila in Freshwater Prawn Macrobrachium rosenbergii.
Fish & Shellfish Immunology. 23 : 327-340.
Sambrook, J. and D. W. Russel. 2001. Molecular Cloning-A Laboratory Manual.
Cold Spring Harbor Laboratory Press: New York. 2231 p.
Sarjito, M. Apriliani, D. Afriani, dan A.H.C. Haditomo. 2015. Agensia Penyebab
Vibriosis Pada Udang Vaname (Litopenaus gariepinus) yang
Dibudidayakan Secara Intensif di Kendal. Jurnal Kelautan Tropis. 18(3) :
189–196.
Seprianto, Feliatra dan T. T. Nugroho. 2017. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Probiotik Dari Usus Udang Windu (Penaeus monodon) Berdasarkan
Sekuens Gen 16S rDNA. 5(2) : 83-92.
Siagian, D dan Sugiarto. Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi. Gramedia:
Jakarta. 431 hlm.
Siswanto, J.E., T. Berlian, E. Putricahya, L.V. Panggalo dan L. Yuniani. 2016.
Isolasi DNA pada Sampel Darah Tepi dan Swab Buccal pada Bayi
84
LAMPIRAN
Lampiran 3. Dokumentasi
➢ Alat dan Bahan
❖ Alat
❖ Bahan
TE-Buffer pH 8 Aquades
➢ Kegiatan PKM
• 3 Juli 2018
Bak Suhu DO
pH
(oC) (mg/L)
1 29.96 7.78 8.03
2 25.73 7.75 7.49
3 25.27 7.8 8.11
4 25.29 7.73 7.4
5 25.11 7.56 7.16
6 25.29 7.63 7.83
7 25.81 7.6 7.62
8 25.72 7.65 7.7
9 25.56 7.62 7.33
10 26.08 7.57 7.6
11 26.04 7.55 6.85
12 26.44 7.62 6.71
13 26.21 7.61 6.82
14 26.26 7.43 6.1
15 25.85 7.51 7.36
16 26.37 7.4 5.8
17 25.91 7.6 6.82
18 -
19 25.21 7.69 7.71
20 -
21 26.55 7.28 5.8
22 -
23 24.92 7 6.67
24 -
25 25.88 7.36 6.63
26 -
27 -
Jumlah 545.46 159.23 149.54
Rerata 25.9743 7.58238 7.12095
101
• 10 Juli 2018
Bak Suhu DO
pH
(oC) (mg/L)
1 29.23 9.55 7.5
2 28.83 9.3 6.95
3 28.85 9.65 6.77
4 28.57 9.55 6.77
5 27.78 8.92 6.87
6 30.28 9.68 6.3
7 29.9 9.62 6.6
8 30.27 9.62 6.44
9 30.02 9.06 6.67
10 29.11 9.91 6.74
11 30.6 9.58 0.34
12 30.37 9.86 6.66
13 30.26 9.45 6,09
14 29.96 9.22 5.95
15 29.18 9.78 6.61
16 -
17 29.98 9.92 6.31
18 -
19 28.66 10.34 6.79
20 30.78 8.8 4.86
21 29.95 9.79 8.17
22 30.36 8.9 5.4
23 29.8 8.70 5.78
24 30.21 9.09 5.73
25 29.38 10 6.63
26 29.78 8.77 5.25
27 -
Jumlah 712.11 227.06 142.09
Rerata 29.6713 9.46083 5.92042
102
• 17 Juli 2018
Suhu DO
Bak pH
(oC) (mg/L)
1 26.34 8.06 7.67
2 -
3 25.7 8.27 7.56
4 25.68 8.13 7.21
5 25.46 8.08 7.4
6 26.53 8.38 7.1
7 26.9 8.23 7.2
8 -
9 26.33 8.2 7.16
10 -
11 26.55 8.48 7.17
12 26.87 8.67 6.97
13 26.63 8.49 6.9
14 26.65 8.39 6.93
15 26.21 8.49 7.1
16 26.88 8.39 6.93
17 26.35 8.69 6.86
18 -
19 27.2 8.42 6.73
20 26.54 8.36 6.4
21 -
22 26.3 8.2 6.64
23 25.77 8.28 6.62
24 25.83 8.46 6.88
25 26.18 8.28 6.62
26 26.03 8.29 6.27
27 -
Jumlah 552.93 175.24 146.32
Rerata 22.1172 7.0096 5.8528
103
• 24 Juli 2018
Suhu DO
Bak pH
(oC) (mg/L)
1 27.36 8.56 8.21
2 28.76 8.37 7.4
3 26.94 8.95 7.73
4 26.71 8.53 7.86
5 26.41 8.55 7.7
6 28.14 9.46 7.9
7 28.26 9.18 7.85
8 29.21 8.41 6.77
9 28.05 8.91 7.8
10 28.87 8.3 6.9
11 28.29 9.53 7.73
12 28.43 9.45 8.06
13 28.3 8.9 7.21
14 28.18 9.13 7.44
15 27.76 9.2 7.52
16 28.51 9.45 8.06
17 28.06 9.47 7.26
18 -
19 28.22 8.72 6.44
20 28.13 8.65 6.9
21 29.02 8.36 6.23
22 27.96 8.48 6.89
23 27.24 8.48 6.79
24 27.51 8.96 6.96
25 27.64 9.16 7.54
26 27.29 8.55 7.3
27 -
Jumlah 699.25 221.71 184.45
Rerata 27.97 8.8684 7.378
104
• 31 Juli 2018
Suhu DO
Bak pH
(oC) (mg/L)
1 30.51 7.98 7.26
2 30.59 8.72 6.77
3 30.8 8.49 6.56
4 30.53 8.45 6.19
5 29.69 8.53 6.4
6 30.56 9.44 6.03
7 30.6 8.94 6.06
8 30.4 9.79 6.49
9 30.2 9.6 6.11
10 29.45 9.71 6.62
11 30.8 9.69 6.1
12 31.07 8.86 6.02
13 30.44 9.57 6.01
14 30.19 9.14 5.99
15 30.41 8.98 5.97
16 31.13 8.87 5.59
17 30.17 9.35 5.97
18 -
19 29.03 9.64 6.19
20 30.55 9.62 6.32
21 30.1 9.12 8.83
22 30.07 9.16 6.21
23 29.28 8.41 5.65
24 29.79 9.82 6.08
25 29.57 8.83 5.91
26 29.26 9.15 5.63
27 -
Jumlah 755.19 227.86 156.96
Rerata 30.2076 9.1144 6.2784