Anda di halaman 1dari 120

SANITASI DAN HYGIENE PADA PROSES PEMBEKUAN UDANG VANNAMEI

(Litopenaeus vannamei) DI PT. GRAHAMAKMUR CIPTAPRATAMA,


KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR.

PRAKTIK KERJA MAGANG

Oleh :

ROIHANATUN PERTIWI

NIM. 145080300111037

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
SANITASI DAN HYGIENE PADA PROSES PEMBEKUAN UDANG VANNAMEI
(Litopenaeus vannamei) DI PT. GRAHAMAKMUR CIPTAPRATAMA,
KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR.

PRAKTIK KERJA MAGANG

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan


di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh :

ROIHANATUN PERTIWI

NIM. 145080300111037

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
i
ii
UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga

PKM ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan selama

penyusunan laporan PKM ini.

3. Bapak Dr. Ir. Hardoko, MS selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak

memberikan pengarahan serta bimbingan sejak penyusunan usulan sampai

dengan selesainya penyusunan laporan PKM ini.

4. Bapak Imam Sarjono selaku HR&GA yang telah mengizinkan saya untuk

melakukan kegiatan PKM di PT. Grahamakmur Ciptapratama.

5. Bapak Hengki Setiyawan dan Bapak Angger Gusti selaku pembimbing

lapang yang bersedia berbagi ilmu, pengalaman dan inspirasi selama

pelaksanaan PKM. Serta karyawan-karyawan yang bekerja disana.

6. Teman-teman Teknologi Hasil Perikanan 2014.

7. Teman - Teman seperjuangan saat PKM, yang selalu memberikan motivasi

dan menemani saat suka dan duka di tempat PKM.

8. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan PKM, yang

tidak bisa disebutkan satu-persatu, saya ucapkan terima kasih.

Malang,

Penulis

iii
ROIHANATUN PERTIWI. 145080300111037 . Sanitasi Dan Hygiene Pada
Proses Pembekuan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di PT.
Grahamakmur Ciptapratama, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. (di bawah
bimbingan Dr. Ir. Hardoko, MS).

Praktek Kerja Magang ini dilaksanakan di PT. Grahamakmur


Ciptapratama, Sidoarjo, Jawa Timur dan dilaksanakan mulai tanggal 2 Juli
sampai 4 Agustus 2018. Maksud dari praktek kerja magang ini adalah untuk
mengikuti dan mempelajari secara langsung penerapan sanitasi dan hygiene
pada proses pembekuan udang vanamei di PT. Grahamakmur Ciptapratama
sehingga dapat dijadikan studi banding antara teori yang didapatkan dengan
proses penerapan sanitasi dan hygiene pembekuan udang vanamei mulai dari
bahan baku, sarana yang digunakan selama proses produksi berlangsung,
mempelajari sanitasi dan hygienitas lingkungan selama proses produksi, dan
alternatif pemecahan masalah yang ada sesuai dengan keilmuan yang dipelajari.

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Magang


(PKM) ini adalah metode deskriptif yaitu mengumpulkan data primer dan
sekunder. Data-data primer diperoleh melalui wawancara, observasi,
dokumentasi dan partisipasi langsung dalam proses pembekuan udang
vannamei. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Pengambilan
data dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku sampai produk akhir.

Tahapan proses pembekuan udang vannamei (Litopenaeus vannamei)


meliputi beberapa tahapan yaitu penerimaan bahan baku (receiving), pencucian
I, penimbangan I, penimbangan II, pemotongan kepala, penimbangan III,
pencucian II, grading dan sortasi, pencucian III, pengupasan, pencucian IV,
perendaman (soaking), pencucian V, pembekuan, penimbangan IV, glazing¸
pengemasan I, pendeteksian logam, pengemasan II dan penyimpanan dalam
cold storage.

PT. Grahamakmur Ciptapratama menerapkan sanitasi dan hygiene mulai


dari sanitasi dan hygiene proses produksi, sanitasi dan hygiene air dan es,
sanitasi dan hygiene peralatan, sanitasi dan hygiene ruang proses, sanitasi dan
hygiene ruang penyimpanan. sanitasi dan hygiene fasilitas umum, sanitasi dan
hygiene karyawan, dan dan sanitasi dan hygiene penanganan limbah. Prosedur
SSOP yang dimiliki PT. Grahamakmur Ciptapratama dimulai dari keamanan air;
kondisi dan kebersihan permukaan peralatan yang kontak langsung dengan
produk; pencegahan kontaminasi silang; menjaga fasilitas pencuci tangan,
sanitasi dan toilet; proteksi dari bahan-bahan kontaminan; pelabelan dan
penyimpanan yang tepat; pengendalian kesehatan karyawan dan
pemberantasan hama.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan usulan PKM dengan judul “Sanitasi dan Hygiene Pada Proses
Pembekuan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di PT. Grahamakmur
Ciptapratama, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur”. Dalam penyusunannya,
penulis banyak mengambil literatur-literatur yang bersumber dari text book,
artikel, jurnal, maupun prosiding seminar untuk dijadikan tinjauan pustaka yang
dapat mendukung pembuatan laporan ini. Segala kegiatan yang bersangkutan
baik dalam pembuatan proposal magang hingga laporan magang seluruhnya
dibimbing oleh Dr. Ir. Hardoko, MS.

Diharapkan hasil Praktek Kerja Magang ini dapat dijadikan informasi bagi
pengusaha dan masyarakat umum serta mahasiswa. Penulis menyadari bahwa
laporan Praktek Kerja Magang ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran positif yang dapat membangun agar laporan ini
dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, Agustus 2018

Penyusun

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. i
PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PRAKTIK KERJA MAGANG ................. ii
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... iii
RINGKASAN ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 3
1.3 Manfaat .................................................................................................. 4
1.3.1. Bagi Mahasiswa .............................................................................. 4
1.3.2. Bagi Perusahaan ............................................................................. 4
1.3.3 Bagi Penyelenggara Program ......................................................... 5
1.4 Waktu dan Tempat ................................................................................. 5

2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6


2.1 Klasifikasi, Morfologi dan Habitat Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) ........................................................................................................ 6
2.1.1 Klasifikasi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ..................... 6
2.1.2 Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ...................... 7
2.1.3 Habitat Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ......................... 7
2.1.4 Komposisi Kimia Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)........... 8
2.2 Pembekuan Udang Vannamei ............................................................... 9
2.2.1 Prinsip Pembekuan ....................................................................... 10
2.2.2 Metode Pembekuan ...................................................................... 10
2.2.3 Alur Proses Pembekuan Udang .................................................... 11
2.3 Sanitasi dan Hygine ............................................................................. 15
2.3.1 Prosedur Operasi Standar Sanitasi ............................................... 17
2.4 Standar Mutu Udang Beku ................................................................... 20

3. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG ...................................................... 22


3.1 Metode Pengumpulan Data dan Informasi........................................... 22
3.1.1 Data Primer ................................................................................... 22
3.1.2 Data Sekunder .............................................................................. 29

4. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ............................................................... 31


4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan............................................. 31
4.2 Lokasi Perusahaan .............................................................................. 32
4.3 Struktur Organisasi Perusahaan .......................................................... 32
4.4 Tenaga Kerja dan Kesejahteraan ......................................................... 33
4.4.1 Jumlah Tenaga Kerja .................................................................... 33
4.4.2 Jam Kerja ...................................................................................... 34

vi
4.4.3 Kesejahteraan Tenaga Kerja ......................................................... 35

5. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 36


5.1 Sarana dan Prasarana Sanitasi dan Hygiene ....................................... 36
5.1.1 Sanitasi dan Hygiene Sarana Produksi ......................................... 37
5.1.1.1 Sanitasi dan Hygiene Peralatan ........................................................ 37
5.1.1.1.1 Keranjang ....................................................................................... 37
5.1.1.1.2 Fiber Box ........................................................................................ 38
5.1.1.1.3 Timbangan ..................................................................................... 39
5.1.1.1.4 Meja produksi ................................................................................. 39
5.1.1.1.5 Pisau Kupas ................................................................................... 40
5.1.1.1.6 Mesin Grader.................................................................................. 41
5.1.1.1.7 Timba ............................................................................................. 42
5.1.1.1.8 Blong soaking (perendaman) .......................................................... 42
5.1.1.1.9 Blong Biru ....................................................................................... 43
5.1.1.1.10 Hand Sealer ................................................................................. 44
5.1.1.1.11 Hand Pallet ................................................................................... 45
5.1.1.1.12 Conveyor Manual ........................................................................ 45
5.1.1.1.13 Trolley .......................................................................................... 46
5.1.1.1.14 Wiper ............................................................................................ 47
5.1.1.1.15 Kanebo ......................................................................................... 47
5.1.1.1.16 Lint Roller ..................................................................................... 48
5.1.2 Sanitasi dan Hygiene Prasarana ................................................... 49
5.1.2.1 Sanitasi dan Hygiene Ruang penerimaan.......................................... 49
5.1.2.2 Sanitasi dan Hygiene Ruang Proses ................................................. 49
5.1.2.3 Sanitasi dan Hygiene Ruang Penyimpanan ....................................... 51
5.1.2.4 Sanitasi dan Hygiene Fasilitas Umum ............................................... 53
5.2 Sanitasi dan Hygiene Bahan Baku dan Bahan Tambahan ................... 55
5.2.1 Sanitasi dan Hygiene Bahan Baku ................................................ 55
5.2.2 Sanitasi dan Hygiene Bahan Tambahan ....................................... 56
5.3 Sanitasi dan Hygiene Pada Proses Produksi ....................................... 56
5.3.1 Sanitasi dan Hygiene Pembongkaran Udang Vanname ................ 59
5.3.2 Sanitasi dan Hygiene Pencucian I ................................................. 60
5.3.3 Sanitasi dan Hygiene Penimbangan I ............................................ 61
5.3.4 Sanitasi Penimbangan II ............................................................... 61
5.3.5 Sanitasi dan Hygiene Pemotongan Kepala ................................... 62
5.3.6 Sanitasi dan Hygiene Penimbangan III .......................................... 63
5.3.7 Sanitasi dan Hygiene Pencucian II ................................................ 63
5.3.8 Sanitasi dan Hygiene Grading dan Sortasi .................................... 64
5.3.9 Sanitasi dan Hygiene Pencucian III ............................................... 65
5.3.10 Sanitasi dan Hygiene Pengupasan................................................ 65
5.3.11 Sanitasi dan Hygiene Pencucian IV............................................... 66
5.3.12 Sanitasi dan Hygiene Perendaman (Soaking) ............................... 67
5.3.13 Sanitasi dan Hygiene Pencucian V................................................ 68
5.3.14 Sanitasi dan Hygiene Individual Quick Freezing ............................ 68
5.3.15 Sanitasi dan Hygiene Penimbangan IV ......................................... 70
5.3.16 Sanitasi dan Hygiene Glazing ............................................................. 71
5.3.17 Sanitasi dan Hygiene Pengemasan Primer ................................... 71
5.3.18 Sanitasi dan Hygiene Metal Detecting ........................................... 72
5.3.19 Sanitasi dan Hygiene Pengemasan Sekunder............................... 73
5.3.20 Sanitasi dan Hygiene Penyimpanan Dingin (Cold Storage) ................ 74
5.4 Sanitasi dan Hygiene Air dan Es .......................................................... 75
vii
5.5 Sanitasi dan Hygiene Karyawan........................................................... 76
5.6 Sanitasi dan Hygiene Ruang Ganti Karyawan ...................................... 78
5.7 Penanganan limbah ............................................................................. 78
5.8 Standart Sanitation Operating Prosedure (SSOP) ................................ 80
5.8.1 Keamanan Air dan Es ................................................................... 80
5.8.2 Kebersihan Permukaan Yang Kontak Dengan Produk .................. 82
5.8.3 Pencegahan Kontaminasi Silang ................................................... 83
5.8.4 Menjaga Fasilitas Cuci Tangan, Sanitasi Dan Toilet ...................... 84
5.8.5 Proteksi Dari Bahan Kontaminan................................................... 84
5.8.6 Pelabelan dan Penyimpanan Yang Tepat ..................................... 85
5.8.7 Pengendalian Kesehatan Karyawan .............................................. 86
5.8.8 Pemberantasan Hama .................................................................. 87

6. PENUTUP ............................................................................................... 88
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 88
6.2 Saran ................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 90


LAMPIRAN........................................................................................................ 92

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Udang Vanamei (Litopenaeous Vannamei) ........................................ 6

Gambar 2. Diagram Alir proses pembekuan Udang Vanamei ............................ 12

Gambar 3. Keranjang ........................................................................................ 38

Gambar 4. Fiber box...................................................……………………………..39

Gambar 5. Timbangan ....................................................................................... 39

Gambar 6. Meja produksi................................................................................... 40

Gambar 7. Pisau kupas ..................................................................................... 41

Gambar 8. Mesin grader .................................................................................... 42

Gambar 9. Timba .............................................................................................. 42

Gambar 10. Blong soaking ................................................................................ 43

Gambar 11. Blong biru ....................................................................................... 44

Gambar 12. Hand sealer.................................................................................... 44

Gambar 13. Hand pallet ..................................................................................... 45

Gambar 14. Conveyor manual ........................................................................... 46

Gambar 15. Trolley ............................................................................................ 46

Gambar 16. Wiper lantai .................................................................................... 47

Gambar 17. Wiper meja ..................................................................................... 47

Gambar 18. Kanebo .......................................................................................... 48

Gambar 19. Lint roller ........................................................................................ 48

Gambar 20. Alur proses pembekuan udang vanname ....................................... 58

Gambar 21. Proses pembongkaran udang vanname ......................................... 59

Gambar 22. Proses pencucian I......................................................................... 60

Gambar 23. Proses penimbangan I ................................................................... 61

Gambar 24. Proses pemotongan kepala............................................................ 63

Gambar 25. Proses grading ............................................................................... 64

Gambar 26. Proses Pengupasan ....................................................................... 66

ix
Gambar 27. Proses soaking .............................................................................. 68

Gambar 28. Proses penyusunan udang pada mesin IQF................................... 69

Gambar 29. Proses outlet IQF ........................................................................... 70

Gambar 30. Proses penimbangan udang beku .................................................. 70

Gambar 31. Proses glazing ............................................................................... 71

Gambar 32. Pengemasan dalam plastik PP....................................................... 72

Gambar 33. Metal detector ................................................................................ 73

Gambar 34. Penyusunan dalam master carton .................................................. 74

Gambar 35. Proses penyimpanan dingin ........................................................... 75

Gambar 36. Penanganan limbah ....................................................................... 79

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi kimia Udang Vanamei (Litopenaeous Vannamei) ................. 9

Tabel 2. Persyaratan mutu dan keamanan pangan udang beku ........................ 21

Tabel 3. Jenis dan jumlah karyawan di PT. Grahamakmur Ciptapratama .......... 34

Tabel 4. Waktu kerja di PT. Grahamakmur Ciptapratama .................................. 35

Tabel 5. Penerapan sanitasi dan hygiene pada pembekuan udang vanamei ..... 80

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Magang .................................. 93

Lampiran 2. Denah lokasi PT. Grahamakmur Ciptapratama .............................. 95

Lampiran 3. Lay out PT. Grahamakmur Ciptapratama ....................................... 96

Lampiran 4. Struktur Organisasi ........................................................................ 97

Lampiran 5. Monitoring Of Sanitation Condition Record..................................... 98

Lampiran 6. Uji Air Proses ............................................................................... 100

Lampiran 7. Uji Es Proses ............................................................................... 102

Lampiran 8. Rodent Control Report ................................................................. 103

Lampiran 9. Insect Control Report ................................................................... 105

xii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki wilayah perairan yang

sangat luas hampir ¾ wilayah indonesia terdiri dari wilayah perairan, faktor ini

yang mendorong Indonesia sebagai salah satu penghasil ikan terbesar di dunia.

Hasil-hasil perikanan yang ada di Indonesia memberikan manfaat yang sangat

besar pula bagi penduduknya. Manfaat tersebut diantaranya sebagai sumber

energi, membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, memperkuat daya

tahan tubuh, juga memperlancar terjadinya proses fisiologis dalam tubuh

manusia. Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein

tinggi dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh.

Kelebihan lain dari ikan adalah harganya jauh lebih murah jika dibandingkan

dengan sumber protein lainnya. Kandungan kimia, ukuran, dan nilai gizi dari ikan

tergantung pada jenis, umur kelamin, tingkat kematangan, dan kondisi tempat

hidupnya. Namun, banyaknya hasil tangkapan para nelayan menyebabkan

bahan baku ikan harus ditangani sedini mungkin mengingat sifat ikan yang

mudah rusak atau perishable food.

Udang memiliki keunggulan sebagai sumber makanan yang memiliki

kandungan protein tinggi namun kandungan airnya juga tinggi sehingga udang

termasuk komoditi yang sangat mudah rusak/busuk (perishable food) atau

mudah dicemari bakteri pembusuk. Penanganan pasca panen udang harus di

dilakukan dengan cepat dan baik agar tidak terjadi perubahan baik fisik, kimia,

maupun mikrobiologi. Kerusakan mikrobiologis sangat berpengaruh terhadap

penerimaan udang sehingga perlu penanganan yang tepat dan cepat (Hariadi,

1
1994). Proses pengolahan udang vannamei menjadi udang beku memerlukan

adanya suatu pabrik untuk mendukung dan memperlancar proses

pengolahannya dalam sebuah pabrik ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

salah satunya yaitu tata letak (layout) pabrik. Tata Letak pabrik merupakan suatu

landasan dalam sebuah industri keberhasilan suatu karyawanan sangat

dipengaruhi oleh tata letak stasiun-stasiun kerja yang digunakan di departemen

tersebut.

Upaya pengawetan hasil perikanan khususnya udang banyak

dilakukan dengan jalan pembekuan, menurut Afrianto dan Liviawati (1989),

pembekuan dapat mengawetkan sifat sifat alami udang karena pembekuan

mampu menghambat proses penurunan kimiawi, mikrobiologi dan biokimia

yang dapat mengakibatkan kerusakan atau pembusukan pada udang.

Pembekuan yang cepat dan penyimpanan dengan fluktuasi suhu yang tidak

terlalu besar akan membentuk Kristal-kristal es kecil di dalam sel sehingga

dapat mempertahankan jaringan dengan kerusakan minimum pada membran

sel (Murniati dan Sunarman, 2000).

Selain itu, kita juga harus memperhatikan Sanitasi dan hygine pada

proses produksi dari awal bahan baku di terima sampai menjadi suatu produk

yang di inginkan. Menurut Irdiyanti (2011), Sanitasi mempunyai pengertian cara

yang dilakukan oleh masyarakat dalam pengawasan yang menitik beratkan pada

pengawasan berbagai faktor lingkungan yang berkemungkinan dapat

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Dalam memenuhi persyaratan

kesehatan ini, dalam setiap upaya membangun fasilitas sanitasi ini harus

terencana dan teratur. Fasilitas – fasilitas sanitasi ini antara lain adalah: sarana

penyediaan air bersih; kamar kecil; tempat cuci tangan; kamar ganti pakaian;

tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah. Sanitasi ini berhubungan

2
dengan kesehatan manusia terhadap konsumsi produk ikan yang terjaga

mutunya.

PT. Grahamakmur Ciptapratama merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak dalam bidang pembekuan udang untuk skala ekspor. Salah satu jenis

udang yang sering diolah adalah udang vannamei. Perusahaan ini memproduksi

udang beku olahan berdasarkan spesifikasi yang diminta oleh buyer. Untuk

pemasarannya dipasarkan ke luar negeri/ekspor dengan negara-negara tujuan

ekspor seperti Jepang dan Amerika. Alasan pemilihan tempat Praktek Kerja

Magang (PKM) pada perusahaan tersebut adalah proses pengolahan dan sistem

sanitasi pengolahan limbah yang dilakukan perusahaan tersebut merupakan

salah satu kajian yang dipelajari dalam Jurusan Teknologi Hasil Perikanan.

Selain itu juga untuk berpartisipasi langsung dalam teknik pembekuan udang

vannamei di PT. Grahamakmur Ciptapratama.

1.2 Tujuan

1. Memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan jenjang pendidikan

Strata 1 di Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

2. Untuk mengikuti dan mempelajari secara langsung sanitasi dan

hygiene pada proses pembekuan Udang Vannamei (Litopenaeus

vannamei).

3. Memperoleh pengalaman kerja dalam situasi nyata sanitasi dan

hygiene pada proses pembekuan Udang Vannamei (Litopenaeus

vannamei).

3
4. Memperoleh keterampilan dan pemahaman yang lebih banyak pada

sanitasi dan hygiene pada proses pembekuan Udang Vannamei

(Litopenaeus vannamei).

1.3 Manfaat

1.3.1. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pengalaman mengenai dunia

kerja dan suasana kerja yang sebenarnya.

2. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan, ketrampilan, komunikasi

lisan dan tulisan, serta kerjasama dalam tim.

3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui lebih jauh penerapan ilmu

pengolahan hasil perikanan dalam dunia kerja.

4. Mahasiswa mengenal lebih jauh realitas ilmu yang telah diterima di

perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan atau dunia kerja

riil.

1.3.2. Bagi Perusahaan

1. Sebagai sarana alih informasi yang dapat mempublikasikan kualitas

produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan kepada khalayak luas.

2. Merupakan sarana untuk menjembatani antara perusahaan dan

lembaga pendidikan Universitas Brawijaya Malang untuk bekerja sama

lebih lanjut baik yang sifatnya akademis maupun organisasi.

3. Sebagai sarana untuk alih ilmu di bidang Perikanan khususnya

Pengolahan dan lain-lain bagi kemajuan instansi atau perusahaan

yang bersangkutan.

4. Sebagai sarana peningkatan dan pengembangan kualitas sumber

daya manusia, terutama calon tenaga kerja sehingga memudahkan

dalam proses pencarian tenaga kerja profesional.

4
1.3.3 Bagi Penyelenggara Program

Adapun kegunaan pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini bagi

penyelenggara program adalah:

1. Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh

mana program yang telah diterapkan sesuai kebutuhan

masyarakat sebagai pengguna dari lulusan.

2. Untuk memperkenalkan instansi pendidikan Jurusan Teknologi

Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Brawijaya Malang kepada instansi atau perusahaan

yang membutuhkan lulusan atau tenaga kerja yang dihasilkan oleh

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

Malang.

1.4 Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di PT. Grahamakmur

Ciptapratama Jl. Industri No. 29 A, Kec. Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa

Timur, pada tanggal 2 Juli - 4 Agustus 2018, atau sesuai kebijakan dari pihak

perusahaan. Mengenai jam kerja Praktek Kerja Magang (PKM) sesuai dengan

ketentuan, kesepakatan, dan kebijakan dari pihak instansi atau perusahaan yang

bersangkutan.

5
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi, Morfologi dan Habitat Udang Vannamei (Litopenaeus

vannamei)

2.1.1 Klasifikasi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Menurut Amri dan Kanna (2008), Klasifikasi udang vannamei adalah sebagai

berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Ordo : Decapoda

Famili : Penaeidea

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Gambar 1. Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Sumber : Google Image (2018)

6
2.1.2 Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Menurut Amri dan Kanna (2008), menjelaskan bahwa udang vanamei

memiliki tubuh yang dibalut kulit tipis keras dari bahan chitin berwarna putih

kekuning-kuningan dengan kaki berwarna putih. Jika dibandingkan dengan

udang windu atau udang jrebung, sosok udang vaname jauh lebih kecil. Tubuh

udang vanname dibagi menjadi dua bagian besar, yakni bagian cephalothorax

yang terdiri atas kepala dan dada serta bagian abdomen yang terdiri atas perut

dan ekor. Cephalothorax dilindungi oleh kulit chitin yang tebal atau disebut juga

dengan karapas (carapace). Bagian cephalothorax ini terdiri dari atas lima ruas

kepala dan delapan ruas dada; sementara tubuhnya (abdomen) terdiri atas enam

ruas dan satu ekor (telson). Bagian depan kepala yang menjorok merupakan

kelopak kepala yang memanjang dengan bagian pinggir bergerigi yang disebut

juga dengan cucuk (rostrum). Bagian rostrum bergerigi dengan 9 gerigi pada

bagian atas dan 2 gerigi pada bagian bawah. Sementara itu, dibawah pangkal

kepala terdapat sepasang mata.

2.1.3 Habitat Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Menurut Amri dan Kanna (2008), Habitat asli udang ini adalah di perairan

pantai dan laut Amerika Latin seperti Meksiko, Nikaragua, dan Puertorico. Udang

ini kemudian diimpor oleh negara-negara pembudi daya udang di Asia seperti

China, India, Thailand, Bangladesh, Vietnam, dan Malaysia. Dalam

perkembangannya, Indonesia kemudian juga memasukkan udang vaname

sebagai salah satu jenis udang budidaya tambak, selain udang windu (Panaeous

monodon) dan udang putih/udang jrebung (Penaeus merguiensis) yang sudah

terkenal lebih dahulu. Habitat udang berbeda-beda tergantung dari jenis dan

persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Pada umumnya

udang bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat

7
yang disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya

campuran lumpur dan pasir. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa induk udang putih

ditemukan diperairan lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-72

meter (235 kaki). Menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat

hidup dari udang putih adalah catadromous atau dua lingkungan, dimana udang

dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana udang

putih akan bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut

daerah estuarine tempat nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan bermigrasi

kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad

(maturasi) dan perkawinan.

2.1.4 Komposisi Kimia Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Daging udang mempunyai kelebihan dalam hal kandungan asam

aminonya dari pada daging hewan darat. Asam aminonya tirosin, triptofan dan

sistein lebih tinggi terdapat pada daging udang. Tetapi daging udang

mengandung asam amino histidin lebih rendah. Disamping itu daging udang

mempunyai rasa lebih spesifik daripada daging hasil perikanan lainnya

(Hadiwiyoto, 1993). Adapun komposisi kimia udang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia rata-rata daging udang

Kandungan Komposisi

Air 78,2 %

Protein 18,1 %

Lemak 0,8 %

Karbohidrat 1,4 %

Garam Mineral 145 – 320 mg/100g

Garam Magnesium 40 – 105 mg/g

Phospor 1,6 mg/100g

8
Zat besi 140 mg/100g

Natrium 220 mg/100g

Kalium 0,81 %

Sumber : Hadiwiyoto, 1993

2.2 Pembekuan Udang Vannamei

Udang menurut Jacoeb et al., (2008) memiliki kandungan gizi yang tinggi.

Komposisi kimia daging udang pada umumnya terdiri dari 65,69 – 75,86% kadar

air; 17,77 – 20,31% protein; 0,92 – 1,73% lemak; 0,1 – 1% karbohidrat dan 1,2 –

1,3% abu. Tingginya komposisi kadar air pada daging udang menurut Wijaya

(2015) disebabkan oleh kemampuan bahan untuk mengikat air yang disebut

water holding capacity (WHC). Hal ini menunjukkan bahwa udang vannamei

merupakan bahan pangan yang bersifat mudah rusak (high perishable food).

Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan daya terima, kesegaran

dan daya simpan bahan tersebut.

Proses pembekuan menurut Afrianto dan Liviawaty (1989) bertujuan

untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan dengan cara menghambat aktivitas

bakteri maupun aktivitas enzim. Selama proses pembekuan berlangsung, terjadi

perpindahan panas dari tubuh ikan yang bersuhu lebih tinggi ke refrigerant yang

bersuhu rendah. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses

pembekuan sangat tergantung pada kecepatan dan suhu pembekuan yang ingin

dicapai. Biasanya proses pembekuan ikan dianggap selesai bila suhu tubuhnya

telah mencapai -12oC, karena pada suhu tersebut sebagian besar cairan yang

terdapat didalam tubuh ikan telah membeku.

9
2.2.1 Prinsip Pembekuan

Prinsip pembekuan ikan merupakan salah satu cara memperlambat

terjadinya proses penurunan mutu (baik secara autolysis, bakteriologis, atau

oksidasi) dengan pendinginan. Walaupun dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme serta memperlambat reaksi kimia dan aktivitas enzim,

pembekuan bukanlah cara untuk mensterilkan ikan. Oleh karena itu, sesudah

ikan dibekukan dan disimpan dalam cold storage (ruang beku), tidak akan lepas

begitu saja dari proses penurunan mutu (Purwaningsih, 1995).

2.2.2 Metode Pembekuan

Beberapa metode pembekuan (freezing) dapat dibedakan atas (Muchtadi

dan Sugiyono, 1989):

1. Sharp Freezing

Produk yang dibekukan diletakkan di atas lilitan pipa evaporator

(refrigerated coli). Pembekuan ini termasuk pembekuan lambat, karena itu tidak

dianjurkan, kecuali pada wadah yang kecil

2. Air Blast Freezer

Produk yang dibekukan diletakkan di dalam ruangan yang ditiupkan udara

beku didalamnya dengan blower yang kuat. Pembekuan ini dianjurkan karena

termasuk pembekuan cepat.

3. Contact Plate Freezing

Membekukan diantara rak-rak yang direfrigerasikan. Pembekuan ini

dianjurkan karena berlangsung cepat.

4. Immersion Freezing

Membekukan produk dalam air (larutan garam) yang direfrigerasikan.

Pembekuan berlangsung cepat, sering dipraktekkan dikapal penangkap (udang

dan tuna).
10
5. V Cryogenic Freezing

Membekukan produk dengan menggunakan semprotan bahan kriogen,

misalnya karbondioksida cair dan nitrogen cair. Pembekuan berlangsung sangat

cepat. Hanya dipraktekkan untuk udang.

2.2.3 Alur Proses Pembekuan Udang

Diagram alir proses pembekuan udang menurut Badan Standarisasi

Indonesia (2014) dapat dilihat pada gambar berikut.

Penerimaan bahan baku

Pencucian 1

Pemotongan kepala

Pencucian 2

Sortasi

Penimbangan

Pencucian 3

Penyusunan

Pembekuan

Penggelasan

Pengemasan dan Pelabelan 1

11
A

Pendeteksian Logam

Pengemasan dan Pelabelan 2

Pengemasan dan Pelabelan 2

Penyimpanan beku

Pemuatan
Gambar 2. Diagram Alir proses pembekuan Udang Vanamei

Alur proses pembekuan udang menurut Badan Standarisasi Indonesia (2014)

adalah sebagai berikut :

a. Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku ditangani secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi

dingin. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bahan baku sesuai spesifikasi.

b. Pencucian 1

Bahan baku dicuci dengan menggunakan air mengalir secara cepat,

cermat dan saniter dalam kondisi dingin. Untuk produk yang tidak mengalami

pemotongan kepala, langsung dilakukan sortasi. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan bahan baku sesuai spesifikasi.

c. Pemotongan kepala

Kepala udang dipotong dengan atau tanpa alat pemotong dari bagian

atas kepala kebawah secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi suhu

12
dingin. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bahan baku tanpa kepala (headless)

yang bebas mikroba patogen sesuai spesifikasi.

d. Pencucian 2

Bahan baku dicuci dengan menggunakan air mengalir secara cepat,

cermat dan saniter dalam kondisi dingin. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

bahan baku sesuai spesifikasi.

e. Sortasi

Bahan baku dipisahkan bedasarkan jenis, mutu, dan ukuran. Sortasi mutu

dilakukan secara organoleptik. Sortasi dilakukan secara hati-hati, cepat, cermat

dan saniter dalam kondisi dingin untuk mendapatkan mutu, jenis dan ukuran

yang sesuai spesifikasi.

f. Penimbangan

Produk dimasukkan kedalam keranjang plastik dan kemudian ditimbang

sesuai dengan berat yang ditentukan. Penimbangan dilakukan secara cepat,

cermat dan saniter dalam kondisi dingin. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

produk dengan berat sesuai spesifikasi.

g. Pencucian 3

Bahan baku dicuci dengan menggunakan air mengalir secara cepat,

cermat dan saniter dalam kondisi dingin. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

bahan baku sesuai spesifikasi.

h. Penyusunan Dalam Pan

Udang disusun dalam pan pembekuan satu per satu sesuai spesifikasi.

Proses penyusunan dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dalam kondisi
13
dingin. Dengan tujuan untuk mendapatkan susunan udang yang rapi dan sesuai

spesifikasi.

i. Pembekuan

Produk dibekukan dengan pembekuan cepat, dengan cara disusun dalam

pan. Selanjutnya dimasukkan pada alat pembeku Contact Plate Freezer (CPF)

atau Air Blass Freezer (ABF) untuk semi block dan frozen block, sedangkan

untuk individual Quick Freezing (IQF), produk disebar merata diatas conveyor

belt IQF atau ditebar dalam pan dan dibekukan dalam ABF hingga mencapai

suhu pusat produk maksimum -18 oC.

j. Penggelasan

Untuk produk frozen block dicelupkan kedalam air dingin atau disiram air

dingin, sedangkan untuk produk IQF disemprot dengan air dingin dengan tunnel

IQF atau ditampung dalam keranjang dan dicelupkan dalam air dingin secara

cepat, cermat dan saniter. Penggelasan bertujuan untuk melapisi produk agar

tidak terjadi pengeringan saat penyimpanan.

k. Pengemasan dan pelabelan 1

Produk dimasukkan kedalam plastik, selanjutnya dimasukkan kedalam

inner carton yang telah diberi label. Proses pengemasan dilakukan secara cepat,

cermat dan saniter bertujuan untuk melindungi produk selama penyimpanan dan

distribusi serta mendapatkan label sesuai spesifikasi produk.

l. Pendeteksian logam

Produk dalam inner carton dilewatkan dalam metal detector sesuai

spesimennya. Proses dilakukan secraa cepat, cermat dan saniter. Hal ini

14
bertujuan untuk menjamin produk bebas dari serpihan logam yang dapat

membahayakan.

m. Pengemasan dan pelabelan 2

Produk dalam iner carton dimasukkan kedalam master carton yang telah

diberi label. Proses pengepakan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter

dengan mempertahankan suhu pusat udang maksimum -18 oC. Hal ini bertujuan

untuk melindungi produk selama transportasi serta ketidaksesuaian label.

n. Penyimpanan beku

Produk disusun secara rapi didalam gudang penyimpanan beku dan suhu
o
penyimpanan dipertahankan stabil maksimum -18 C dengan sistem

penyimpanan First In First Out (FIFO). Hal ini bertujuan untuk mempertahankan

suhu pusat produk maksimum -18 oC.

o. Pemuatan

Produk dalam kemasan dimuat secara cepat, cermat, saniter dan higinies

dan dimuat dalam alat transportasi yang terlindung dari penyebab yang dapat

merusak atau menurunkan mutu dengan mempertahankan suhu pusat produk

maksimum -18 oC.

2.3 Sanitasi dan Hygine

Sanitasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga dan

mempertahankan tingkat kebersihan dari suatu proses dan lingkungannya.

Menurut Simanjuntak et al. (2013), Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan

cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Sanitasi

dapat ditinjau dari kebersihan perseorangan, ruang, alat, dan lingkungan

15
disekitar tempat proses. Sehingga harus diperhatikan agar produk aman

dikonsumsi.

Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan baik, maka keamanan dari

pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk dikonsumsi. Menurut Sofiana

(2012), sanitasi adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan

kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari segala

bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan

diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,

sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk di

konsumsikan kepada konsumen.

Menurut Yunus et al. ( 2015), menyatakan bahwa Hygiene dan sanitasi

merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas makanan dimana

Escherichia coli sebagai salah satu indikator terjadinya pencemaran makanan

yang dapat menyebabkan penyakit akibat makanan (food borne diseases).

Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri lazim terdapat dan

hidup sebagai flora normal pada usus manusia. Bakteri E. Coli dapat

menimbulkan gangguan kesehatan seperti penyakit diare apabila masuk ke

saluran pencernaan, baik melalui minuman maupun makanan.

Menurut Buckle et al. (1987), hygiene bahan makanan merupakan usaha

pengendalian penyakit yang ditularkan melalui bahan pangan. Setiap

tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi tingkat pencemaran dapat

menghasilkan produk dengan mutu mikroobiologi yang lebih baik dan bahaya

terhadap kesehatan juga berkurang.Untuk menghasilkan produk yang

berkualitas tinggi diperlukan proses produksi yang menerapkan sistem sanitasi

dan hygiene yang baik.

16
Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari

pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah

timbulnya penyakit karna pengaruh kondisi linkungan sedemikian rupa sehingga

terjamin pemiliharahaan kesehatan. Hygiene didasari dari perseorangan untuk

menjaga kebersihannya. Faktor hygiene adalah faktor yang bersumber dari diri

seseorang yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bekerja dan bersifat

sementara. Personal hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesehatan fisik dan psikis.

Penetapan sanitasi hygiene dalam industri perikanan sangat penting,

dimana membutuhkan kesadaran, pengetahuan dan sarana semua pihak yang

berkecimpung dalam bidang perikanan. Penetapan prinsip-prinsip sanitasi dan

hygiene akan berpengaruh langsung terhadap mutu produk yang dihasilkan dan

juga kesehatan konsumen.

2.3.1 Prosedur Operasi Standar Sanitasi

Menurut Thaheer (2005), dalam proses sanitasi diperlukan suatu

prosedur standar yang dapat mencakup seluruh area dalam memproduksi suatu

produk pangan mulai dari kebijakan perusahaan, tahapan kegiatan sanitasi,

petugas yang bertanggung jawab melakukan sanitasi, cara pemantauan, sampai

cara pemdokumentasiannya. Prosedur standar yang digunakan adalah prosedur

operasi standar untuk sanitasi (Sanitation Standard Operating Procedure –

SSOP). Prosedur ini dibuat untuk membantu industri pangan dalam

mengembangkan dan menerapkan prosedur pengaasan sanitasi, melakukan

monitoring sanitasi, serta memelihara kondisi dan praktik sanitasi.

1. SSOP Keamanan air

SSOP untuk kemanan air mencakup petugas dan prosedur standar yang

digunakan untuk menjamin keamanan air. Didalamnya akan ditetapkan tahapan


17
– tahapan perlakuan untuk air yang diterapkan agar diperoleh air dengan kualitas

tertentu. Misalnya, untuk memenuhi standar air minum untuk air yang kontak

dengan makanan dan untuk pembuatan es. Dengan demikian tidak ada

kontaminasi silang antara air yang siap diminum (potable) dan tidak siap diminum

(nonpotable).

2. SSOP Kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan

SSOP untuk kebersihan permukaan peralatan atau sarana dalam pabrik

yang kontak dengan makanan berisi standar prosedur pembersihan dan sanitasi

alat, frekuensi pembersihan dan petugas yang bertanggung jawab.

3. SSOP pencegahan kontaminasi silang

SSOP ini berisi prosedur-prosedur untuk menghindarkan produk dan

kontaminasi silang dari karyawan, bahan mentah, penegmas, dan pemukaan

yang kontak dengan makanan. Dalam SSOP ini dapat mencakup tindakan-

tindakan yang menyangkut pembersihan bahan baku untuk mengurangi

kontaminasi silang, ketentuan mengenai boleh tidaknya karyawan pindah/

mengunjungi bagian lain, atau melengkapi setiap ruangan pengolahan dengan

fasilitas pembersihan dan sanitasi.

4. SSOP kebersihan karyawan

SSOP ini meliputi fasilitas cuci tangan, sanitasi tangan, serta toilet yang

digunakan. Didalamnya tercakup prosedur, penjadwalan, petugas pembersihan

dan jenis pembersihan yang digunakan. Disamping itu, juga mencakup kebijakan

perusahaan tentang cuci tangan dan sanitasi tangan.

5. SSOP pencegahan adulterasi

Didalam program ini tercakup prosedur- prosedur yang lazim digunakan

untuk mencegah tercampurnya bahan-bahan non pangan kedalam produk

pangan yang dihasilkan, permukaan yang kontak dengan makanan. Bahan-


18
bahan non pangan yang dimaksud meliputi pelumas, bahan bakar, senyawa

pembersih, sanitizer, serta cemaran kimia dan cemaran fisik lainnya.

6. SSOP pelabelan dan penyimpanan yang tepat

SSOP ini mecakup tata cara dan jenis pelabelan yang diterapkan pada

bahan-bahan kimia yang digunakan, baik untuk produksi maupun pembersihan

fumigasi, desinfeksi, dan sebagainya. Untuk itu pelabelan dan penyimpanan

dapat digolongkan bedasarkan jenis bahan.

7. SSOP pengendalian kesehatan karyawan

SSOP ini mencakup pengendalian kesehatan bagi karyawan agar tidak

menjadi sumber kontaminasi bagi produk, bahan kemasan, atau permukaan

yang kontak dengan makanan. Dalam SSOP ini terdapat ketentuan mengenai

cara pelaporan karyawan yang sakit atau mendapatkan perawatan karena sakit.

Termasuk disini bagi pemeriksaan rutin kesehatan karyawan. imunisasi, dan

pengujian utnuk penyakit-penyakit tertentu.

8. SSOP Pemberantasan hama

Hama merupakan binatang atau serangga yang tidak dikehendaki

keberadaanya sedikit ataupun banyak dalam makanan manusia. Beberapa

serangga memang sebenarnya hidup dan berkembang biak di produk pangan

dan merusak produk tersebut, karena perlu dilakukan pengendalian hama yang

tidak diinginkan dalam lingkungan industri. Hama sering kali menyebabkan

kontaminasi yang membahayakan, pada banyak kasus dapat menyebabkan food

borne illness bahkan kematian.

Sesuai dengan perkembangan perusahaan dan kompleksitas usahanya

serta dinamika yang ada, Setiap unit usaha seharusnya memiliki &

melaksanakan rencana tertulis Sanitation Standard Operating Procedures

(SSOP) atau SOP Sanitasi. Peran SSOP semakin dibutuhkan dalam sebuah

19
perusahaan sebagai pedoman dalam melakukan suatu proses karyawanan.

Tanpa adanya SSOP akan banyak menimbulkan permasalahan seperti :

bagaimana seharusnya suatu proses karyawanan dilakukan, siapa yang harus

mengerjakan, bagaimana suatu proses dijalankan untuk tetap mempertahankan

higienitas mulai dari bahan baku sampai dihasilkannya suatu produk

(Departemen Pertanian, 2009).

Katsuyama dan Jantschke (1999), menyatakan bahwa prosedur SSOP

merupakan alat bantu dalam aplikasi GMP dan merupakan sistem pendukung

HACCP dalam keamanan pangan dan penanganan pangan. FDA (1995)

menjelaskan bahwa prosedur SSOP berisi tentang perencanaan tertulis dalam

menjalankan GMP, SSOP juga merupakan syarat aplikasi GMP dapat dipantau

dan melakukan tindakan koreksi jika terdapat komplain, verifikasi dan

dokumentasi.

SSOP merupakan salah satu faktor penunjang dalam keberhasilan,

efektivitas, efisiensi HACCP, menjabarkan prosedur pabrik dalam mengolah

pangan, mengamankan pangan secara saniter dan juga sebagai penunjang

kesuksesan pabrik serta kegiatan lain yang mendukungnya. SSOP harus

disusun secara rinci dan tertulis. SSOP setidaknya mengandung prosedur untuk

mencegah terjadinya pencemaran sebelum proses produksi, selama proses

produksi dan setelah proses produksi (Katsuyama dan Jantschke, 1999).

2.4 Standar Mutu Udang Beku


Sesuai dengan SNI-2705:2014 yang dimaksud dengan udang beku

adalah produk dari udang segar yang mengalami perlakuan pencucian dengan

atau tanpa perlakuan pemotongan kepala dan pembekuan hingga suhu pusat

mencapai -18 oC atau lebih rendah. Sedangkan untuk persyaratan mutu udang

beku dapat dilihat pada Tabel 2.


20
Tabel 2. Persyaratan mutu dan keamanan udang beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan

a. Organoleptik - Min. 7 (skor 1 – 9)

b. cemaran mikroba

- ALT Koloni/g Maks. 5,0 x 105

- Escherichia coli APM/g <3

- Salmonella Per 25 g Negatif

- Vibrio cholera* Per 25 g Negatif

- Vibrio parahaemolyticus APM/g <3

c. Cemaran logam*

- Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0

- Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,5

- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5

- Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,5

- Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0


o
d. Fisika C Maks. -18

- Suhu pusat Tidak Terdeteksi

- Benda asing*

e. Cemaran Fisik* 0

- Filth

CATATAN *Bila

diperlukan

21
3. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG

3.1 Metode Pengumpulan Data dan Informasi

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang adalah metode

deskriptif. Pada metode ini sasarannya adalah mengumpulkan sejumlah data

dengan observasi langsung terhadap gejala-gejala objek yang diteliti, wawancara

dan partisipasi aktif meliputi data primer dan data sekunder. Data kualitatif

meliputi mutu bahan baku, asal bahan baku, alur proses pembekuan Udang

Vannamei (Litopenaeus Vannamei). Sedangkan data kuantitatif meliputi jumlah

bahan baku, lama waktu produksi, jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi.

3.1.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh

peneliti untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam

penelitian eksploratif, deskriptif maupun kausal menggunakan metode

pengumpulan data berupa survei atau observasi (Hermawan, 2012). Data primer

dalam Praktek Kerja Magang ini diperoleh secara langsung dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan hasil observasi, wawancara dan observasi

partisipasi.

a. Observasi

Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti

mengumpulkan data langsung dari lapangan. Proses observasi dimulai dengan

mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti (Semiawan, 2010).

Dalam Praktek Kerja Magang dilakukan observasi secara langsung

mengenai proses pembekuan udang vannamei (Litopenaeus Vannamei) dengan

pengamatan sarana produksi yang digunakan, cara penanganan awal bahan

baku, cara melakukan proses pengolahan, dan peralatan yang digunakan dalam

produksi. Kegiatan observasi yang dilakukan meliputi:


22
1. Bahan baku, yang meliputi:

• Bahan yang digunakan yaitu udang vannamei (Litopenaeus Vannamei)

Persyaratan atau kriteria bahan baku baik secara fisik (meliputi ukuran,

penampakan dan lain sebagainya), kimia dan biologi

• Asal bahan baku atau tempat memperoleh bahan baku

• Jarak bahan baku dengan tempat pengolahan

• Cara penanganan bahan baku dari penerimaan hingga siap diolah

2. Bahan tambahan, yang meliputi:

• Macam-macam bahan tambahan

• Fungsi bahan tambahan

3. Bahan Sanitasi, yang meliputi:

• Macam-macam bahan Sanitasi

• Jumlah bahan Sanitasi yang digunakan

• Fungsi bahan Sanitasi

4. Sarana dan prasarana, yang meliputi:

• Letak dan tempat proses pembekuan udang vannamei (Litopenaeus

Vannamei) dimulai dari penerimaan bahan baku, proses hingga

pengepakan

• Tata letak ruangan pabrik

5. Peralatan, yang meliputi:

• Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan

• Ukuran peralatan (dimensi dan kapasitas)

• Fungsi peralatan yang digunakan

• Cara penggunaan alat, tata letak peralatan dan pemeliharaan

6. Peralatan Sanitasi, yang meliputi:

• Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan

23
• Ukuran peralatan (dimensi dan kapasitas)

• Fungsi peralatan yang digunakan

• Cara penggunaan alat, tata letak peralatan dan pemeliharaan

7. Proses pembekuan udang vannamei (Litopenaeus Vannamei) yang meliputi:

• Metode pembekuan

• Diagram alir

• Tahapan proses

8. Pengemasan, yang meliputi:

• Jenis bahan pengemas

• Cara mengemas produk

• Sistem Labelling (Merek dagang, nama produk, ijin edar, komposisi bahan,

berat/isi, keterangan halal, petunjuk penyimpanan, nama dan alamat

produsen, tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa).

9. Penyimpanan, yang meliputi:

• Alat dan jenis ruang penyimpanan yang digunakan

• Cara penyimpanan

• Kapasitas penyimpanan

• Suhu yang digunakan dalam penyimpanan

10. Sanitasi dan hygine, yang meliputi:

• Sanitasi dan hygiene bahan baku:

- Kondisi bahan baku

- Frekuensi pembersihan

- Keadaan bahan saat proses

- Alat dan bahan pembersih setelah proses

- Frekuensi pembersihan tiap kali proses

• Sanitasi dan hygiene bahan tambahan

24
- Kondisi bahan tambahan

- Frekuensi pembersihan

- Keadaan bahan tambahan saat proses

- Alat dan bahan tambahan pembersih setelah proses

• Sanitasi ruang produksi

- Sanitasi ruang penerimaan bahan baku

- Ruang penyimpanan

- Toilet pada ruang produksi

- Ruang salin karyawan

- Loker karyawan

- Sanitasi dalam lab

- Tempat cuci tangan karyawan

• Sanitasi dan hygiene peralatan:

- Kondisi peralatan

- Kebersihan alat

- Bahan pembersih peralatan

- Cara pembersihan peralatan

- Frekuensi pembersihan

• Sanitasi dan hygiene pabrik:

- Kondisi pabrik

- Tata ruang pabrik

- Cara dan frekuensi pembersihan

• Sanitasi dan hygiene karyawan:

- Kondisi karyawan

- Peralatan yang dipakai karyawan

- Kesehatan karyawan

25
- Bahan pembersih yang dipakai setelah proses

- Aturan terkait dengan hygiene karyawan

• Sanitasi dan hygiene lingkungan sekitar usaha:

- Kondisi lingkungan usaha

- Tempat pembuangan sampah dan limbah

- Cara dan frekuensi pembersihan

- Kondisi toilet

11. Standart sanitation operating prosedur, yaitu meliputi:

• SSOP Keamanan air

- Kualitas air

- Petugas keamanan air

- Cara menjaga keamanan air

• SSOP Kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan

- Kebersihan Peralatan yang kontak dengan bahan pangan

- Bahan pembersihan peralatan yang kontak dengan bahan pangan

- Cara pembersihan

- Frekuensi pembersihan

• SSOP Pencegahan kontaminasi silang

- Sistem pencegahan

- Cara pencegahan

- Frekuensi pencegahan

• SSOP Kebersihan Karyawan

- Kondisi karyawan

- Bahan pembersih yang dipakai sebelum proses

- Aturan terkait dengan SSOP karyawan

• SSOP pencegahan bahan kontaminan

26
- Sistem pencegahan bahan kontaminan

- Cara pencegahan bahan kontaminan

- Frekuensi pencegahan bahan kontaminan

• SSOP pelabelan dan penyimpanan yang tepat

- Cara penyimpanan

- Kapasitas penyimpanan

- Cara pelabelan

- Sistem pelabelan

• SSOP Pengendalian kesehatan karyawan

- Kondisi kesehatan karyawan

- Fasilitas perawatan kesehatan

- Cara pelaporan karyawan yang sakit

• SSOP Pemberantasan hama

- Sistem pemberantasan hama

- Cara pemberantasan hama

- Frekuensi pemberantasan hama

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan dengan cara

bertanya langsung kepada pihak-pihak terkait. Metode wawancara ini dilakukan

untuk mengungkap fakta yang terjadi dilapangan dan memperoleh data

tambahan yang mendukung angket (queationnaire). Keunggulan dari wawancara

ini yaitu memperoleh data secara langsung (Arizona et al., 2013).

Wawancara yang dilakukan menyangkut keadaan umum lokasi PT.

Grahamakmur Ciptapratama, struktur organisasi, sarana dan prasarana yang

tersedia, sumber teknis pengadaan air, proses pembekuan udang vanamei, serta

27
permasalahan yang terkait selama proses produksi berlangsung.

Wawancara yang dilkukan meliputi:

1. Keadaan lingkungan perusahaan yang meliputi:

- Batas desa di PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Kondisi Geografis di PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Kelompok umur tenaga kerja di PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Jumlah Penduduk di wilayah PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Berapa jumlah pendapatan per kapita di wilayah PT. Grahamakmur

Ciptapratama?

2. Keadaan umum Perusahaan

- Sejarah didirikannya PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Tujuan PT. Grahamakmur Ciptapratama didirikan

- Kapasitas awal produksi di PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Lokasi dari PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Luas area dari PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Luas gedung atau bangunan dari PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Pembagian tata letak di PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Susunan Organisasi PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Tugas pokok dan fungsi tiap bidang dari PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Sistem manajemen PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Jumlah tenaga kerja di PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Jumlah Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap di PT. Grahamakmur

Ciptapratama Sistem pembagian tugas di PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Sistem pengupahan tenaga kerja di PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Lama waktu kerja dan waktu istirahat di PT. Grahamakmur Ciptapratama

- Fasilitas yang didapat oleh karyawan di PT. Grahamakmur Ciptapratama

28
c. Dokumentasi

Dokumentasi pada dasarnya adalah mengumpulkan berbagai data dan

informasi. Data yang dikumpulkan ada kemungkinan masih data mentah lalu data

tersebut disimpan. Bisa juga terjadi data yang dikumpulkan sudah diolah lalu

data tersebut disimpan oleh pengumpul informasi. Data yang dikumpulkan

tersebut lalu diklasifikasikan sehingga bisa dijadikan sebagai dukumen yang

dapat digunakan dalam berbagai keperluan (Sembiring, 2008). Teknik

dokumentasi bertujuan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui observasi,

wawancara dan partisipasi yang berupa gambar maupun foto hasil kerja lapang.

Teknik dokumentasi berupa pengambilan :

a. Lay out perusahaan:

• Denah pabrik

• Bagian produksi

b. Diagram alir serta gambar tentang proses pembekuan udang vannamei

(Litopenaeus vannamei) dimulai dari penerimaan bahan baku, sortasi,

pencucian, penyiangan, penimbangan, penyusunan dalam pan, pembekuan,

penggelasan, pengemasan dan pelabelan, penyimpanan beku, hingga

pemuatan dan siap untuk distribusi.

c. Foto alat produksi produk pembekuan Udang Kakap Merah (Lutjanus sp).

d. Foto produk akhir pembekuan Udang Kakap Merah (Lutjanus sp).

3.1.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data historis mengenai variabel-variabel yang

telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain. Sumber data

sekunder bisa diperoleh dari dalam suatu perusahaan (internal), berbagai

website internet, perpustakaan umum maupun lembaga pendidikan. Data

29
sekunder ini terbagi kedalam dua jenis yaitu data sekunder eksternal dan data

sekunder internal (Hermawan, 2012).

Data sekunder dalam pelaksanaan praktek kerja magang dapat diperoleh

dari perusahaan, perpustakaan, internet, dan koran yang ada hubungan dengan

proses pembekuan udang vannamei (Litopenaeus Vannamei). Data sekunder

yang diperoleh dimaksudkan untuk memberikan dukungan pada data primer

yang didapat agar data yang diperoleh lebih valid dan terpercaya.

30
4. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT. Grahamakmur Ciptapratama merupakan anak perusahaan dari

Indokom Group. Pendiri Indokom Group yaitu H. Saimi Saleh dan Hj. Siti

Nurhayati. Indokom Group mulai beroperasi pada bisnis makanan laut sejak

tahun 2001 bersama dengan PT. Indokom Samudra Persada (ISP) yang

berfokus pada pengolahan dan ekspor udang beku yang terletak di Bandar

Lampung, Sumatera. Pada tahun 2007, cabang PT. Indo American Seafood

(IAS) mendirikan perusahaan yang khusus menangani pengolahan udang.

Berhasil menjalankan bisnis di Lampung, didirikanlah PT. Grahamakmur

Ciptapratama (GMCP) di Sidoarjo, Jawa Timur yang berfokus pada pengolahan

dan ekspor udang beku. Perusahaan ini didirikan tanggal 12 Februari 2008

namun mulai beroperasi pada tahun 2009. Dalam mengembangkan usaha

pengolahan hasil perikanan, maka pada tahun 2011 didirikanlah PT.

Grahamakmur Ciptapratama yang ada di Gresik yang berkiprah dalam

pengolahan daging kepiting. Dalam mengembangkan usahanya, PT.

Grahamakmur Ciptapratama bekerja untuk pengembangan dengan menerapkan

metode pembekuan pada produk perikanan.

Indokom Group yang berfokus pada pengolahan hasil perikanan

melakukan proses ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Jepang serta

beberapa Negara Eropa. Indokom Group mengadopsi sistem standar kualitas

internasional dari UE, Jepang, dan USFDA dengan HACCP, GMCP, ISO dan

BAP BRC GAA. Untuk menjamin mutu dan pengawasan keamanan pangan

diatur oleh sistem HACCP.

31
4.2 Lokasi Perusahaan

PT. Grahamakmur Ciptapratama berlokasi di Jl. Industri No. 29A,

Kawasan Industri DS. Sukorejo, Kecamatan Buduran, Sidoarjo 61252, Jawa

Timur dengan luas tanah sebesar 13.877 m2 dan luas bangunan sebesar 1.414

m2. Denah lokasi PT. Grahamakmur Ciptapratama dapat dilihat pada Lampiran 2.

dan Lay out PT. Grahamakmur Ciptapratama dapat dilihat pada Lampiran 3.

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

(1) Sebelah Utara : Sungai

(2) Sebelah Selatan : Desa Sukorejo

(3) Sebelah Barat : Pergudangan

(4) Sebelah Timur : PLN Buduran dan PT. PABOXIN

Adapun alasan PT. Grahamakmur Ciptapratama memilih lokasi perusahaan di

kawasan Industri Buduran antara lain sebagai berikut:

1. Lokasi dekat dengan pemukiman sehingga tersedia tenaga kerja yang akan

mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga kerja bagi perusahaan.

2. Ketersediaan jaringan PLN, PDAM dan Telkom sehingga mempermudah

kebutuhan listrik dan penerangan, penyediaan air bersih dan kegiatan

komunikasi.

3. Lahan cukup luas sehingga memudahkan jika akan dilakukan perluasan

pabrik.

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan salah satu hal mutlak yang harus dimiliki

oleh setiap perusahaan. Hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaan karyawanan

batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil terlihat

dalam organisasi sehingga dalam pelaksanaannya tidak terbentur satu sama lain

32
dan hasil yang diperoleh akan lebih terarah. Pada PT. Grahamakmur

Ciptapratama pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang berdasarkan

penetapan hubungan antar unit dan bagian dalam mencapai tujuan. Untuk

mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya kesempurnaan organisasi dan

sistem manajemen yang baik. Secara sistematis struktur organisasi PT.

Grahamakmur Ciptapratama dapat dilihat pada Lampiran 4.

PT. Grahamakmur Ciptapratama dipimpin oleh seorang Kepala

Perusahaan yang tugas pokoknya adalah mengambil keputusan operasional

perusahaan, menetapkan kebijakan umum perusahaan, menentukan dan

mengendalikan perusahaan, membina koordinasi yang baik dengan berbagai

bidang kerja yang ada di bawahnya, meminta pertanggungjawaban dari masing-

masing Manajer (Kepala Bagian) serta bertanggungjawab atas kelangsungan

hidup perusahaan. Kepala Perusahaan ini membawahi beberapa departemen

yaitu Marketing, Quality Assurance, Purchasing, HR dan GA, Plant Manager dan

Fin and Acc. Setiap Kepala Bagian ini bekerja sesuai dengan bidang atau

bagiannya dengan penuh tanggungjawab dan saling berkoordinasi.

4.4 Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

4.4.1 Jumlah Tenaga Kerja

PT. Grahamakmur Ciptapratama memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak

500 orang dimana sebagian besar merupakan tenaga kerja wanita yakni sebesar

344 orang. Tenaga kerja yang terdapat pada PT. Grahamakmur Ciptapratama

memiliki latar belakang pendidUdang yang berbeda-beda mulai dari tingkat

pendidikan dasar hingga lulusan perguruan tinggi Strata 1 (S1). Adapun tenaga

kerja yang terdapat di PT. Grahamakmur Ciptapratama terdiri dari:

33
1. Karyawan harian tetap yaitu karyawan yang bekerja secara tetap di

perusahaan. Sistem pembayaran berupa pemberian berupa gaji yang

dibayarkan setiap bulan.

2. Karyawan borongan yaitu karyawan yang tidak terikat dengan perusahaan

dan bekerja bila diperlukan oleh perusahaan serta imbalan kerja/upah

didasarkan pada banyaknya produksi yang mampu dihasilkan borongan

tersebut. Pemberian imbalan kerja/upah dilakukan setiap 2 minggu sekali.

3. Karyawan kontrak yaitu karyawan yang dikaryawankan oleh perusahaan

sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak baik

masalah karyawanan maupun upah yang diberikan.

Berikut ini adalah jenis dan jumlah karyawan di PT. Grahamakmur

Ciptapratama dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan jumlah karyawan di PT. Grahamakmur Ciptapratama


No. Jenis Karyawan Jumlah Karyawan

1. Harian Tetap 30 orang

2. Borongan 355 orang

3. Kontrak 115 orang

Total 500 Orang

4.4.2 Jam Kerja

Pada PT. Grahamakmur Ciptapratama pengaturan jam kerja ditentukan

oleh perusahaan yang disesuaikan dengan kegiatan dalam proses produksi

menurut situasi dan kondisi perusahaan. Jumlah hari kerja di PT. Grahamakmur

Ciptapratama adalah enam hari kerja yaitu mulai hari Senin sampai dengan hari

34
Sabtu. Waktu kerja yang ditetapkan oleh PT. Grahamakmur Ciptapratama dapat

dilihat pada Tabel 4.

Table 4. Waktu kerja di PT. Grahamakmur Ciptapratama


No Hari Jam Kerja Jam Istirahat

1 Senin – Kamis 08.00 – 16.00 12.00 – 13.00

2 Jumat 08.00 – 16.00 11.00 – 13.00

3 Sabtu 08.00 – 15.00 12.0 – 13.00

4.4.3 Kesejahteraan Tenaga Kerja

PT. Grahamakmur Ciptapratama memberikan kesejahteraan kepada

tenaga kerja berupa jaminan keselamatan kerja dan sejumlah fasilitas sebagai

berikut ;

1. Perusahaan memberikan jaminan kesehatan seperti BPJS.

2. Perusahaan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) setiap


tahun.

3. Perusahaan memberikan kegiatan rekreasi (liburan bersama)


kepada karyawan setiap tahun.

4. Ruang p3k untuk tempat karyawan yang sakit.

5. Koperasi untuk menyediakan berbagai keperluan karyawan.

6. Musholla untuk tempat beribadah karyawan yang beragama islam.

7. Loker untuk menempatkan barang-barang karyawan.

8. Pemberian seragam kerja, afron, penutup kepala, masker, sarung


tangan karet, sepatu boot dan fasilitas pencucian seragam kerja.

35
5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sarana dan Prasarana Sanitasi dan Hygiene

Sarana dan prasarana dapat meningkatkan citra yang baik bagi

perusahaan. Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat

dalam mencapai maksud dan tujuan atau dengan kata lain sebagai fasilitas yang

dipakai secara langsung. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang

merupakan penujang utama terselenggaranya suatu proses. Menurut Surakhmad

(2001), sarana adalah suatu yang dapat dipergunakan untuk mencapai suatu

tujuan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang dapat menunjang

terlaksananya suatu kegiatan. PT. Grahamakmur Ciptapratama memiliki sarana

dan prasarana untuk menunjang kegiatan proses produksi. Dengan tersedianya

sarana dan prasarana yang berkualitas maka tujuan perusahaan akan dicapai

dengan mudah. Adapun sarana pada proses sanitasi dan hygiene yaitu sikat,

sapu, pel lantai, kanebo, wiper, botol spray dan lint roller. Alat – alat tersebut juga

merupakan alat – alat penunjang terlaksannya standart sanitation operating

prosedure karna proses sanitasi dan hygiene pada PT. Grahamakmur

Ciptapratama mengacu pada SSOP (standart sanitation operating prosedure)

yang telah ditentukan. Prasarana pada proses sanitasi dan hygiene PT.

Grahamakmur Ciptapratama yaitu ruang ruang peralatan sanitasi. Namun untuk

sarana keseluruhan yang menunjang pada proses produksi yaitu seperti meja

produksi, keranjang, fiber box, timbangan, pisau kupas, blong biru, blong

soaking, hand sealer, hand pallet, trolley, mesin grader dan conveyor manual.

Prasarana keseluruhan pada proses produksi yaitu ruang penerimaan, ruang

proses, ruang penyimpanan, dan fasilitas umum. Adapun ruang penyimpanan

meliputi ruang material, ruang food additive, ruang bahan kimia, ruang peralatan

36
sanitasi dan ruang peralatan. Fasilitas umum meliputi laboratorium, post satpam,

tempat parkir, toilet, koperasi, musholla, aula dan kantor.

5.1.1 Sanitasi dan Hygiene Sarana Produksi

5.1.1.1 Sanitasi dan Hygiene Peralatan

Peralatan merupakan salah satu hal yang paling penting dijaga

kebersihannya, karena peralatan berkontak langsung kepada produk. Jika

peralatan yang digunakan kondisinya tidak baik maka akan menyebabkan

kontaminasi sehingga produk yang dihasilkan tidak baik juga. Peralatan produksi

yang digunakan selama proses produksi pembekuan udang antara lain

keranjang, conveyor manual, timbangan digital, mesin grader, meja produksi,

fiber,pisau kupas, Timba, blong soaking, blong biru, hand sealer, hand pallet dan

trolley. Peralatan produksi dibersikan dengan cara diberi sabun dan digosok-

gosok dengan sikat kemudian dibilas dengan air bersih. Pembersihan dilakukan

setiap selesai proses. Kebersihan peralatan dijaga selama proses berlangsung

dengan cara jika terlihat kotor maka langsung dibilas dengan air untuk

pembersihan sementara.

5.1.1.1.1 Keranjang

Keranjang berfungsi sebagai tempat bahan dari penerimaan bahan baku,

untuk tempat bahan baku disortir, wadah bahan baku ketika dicuci dan sebelum

disusun di mesin IQF serta untuk tempat penampungan limbah. Pembersihan

keranjang dilakukan setiap sebelum dan sesudah digunakan. Sebelum

digunakan keranjang disikat dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir

sampai bersih. Keranjang yang digunakan dipastikan dalam keadaan yang

bersih.

Setelah selesai digunakan keranjang juga dibersihkan lagi dengan

menyikat keranjang dengan sabun yang tidak meninggalkan bau lalu keranjang
37
dibilas dengan air yang mengalir agar tidak meninggalkan sisa- sisa bahan baku

yang melengket di keranjang kemudian direndam dengan air klorin. Keranjang

yang sudah dibersihkan disusun dan dirapikan di ruang penyimpanan peralatan

agar tidak terkontaminasi dari bahan luar. Kebersihan keranjang dijaga selama

proses berlangsung dengan cara jika terlihat kotor maka langsung dibilas dengan

air. Keranjang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Keranjang

.
5.1.1.1.2 Fiber Box

Fiber Box berfungsi untuk menyimpan udang vanname saat proses

penerimaan bahan baku dan digunakan sebagai wadah penampungan air untuk

mencuci udang vanname. Fiber dipastikan dalam keadaan yang benar- benar

bersih. Setelah digunakan fiber dibersihkan dengan menyikat fiber dengan sabun

yang tidak meninggalkan bau dan setelah itu dibilas dengan menggunakan air

bersih guna untuk membersihkan fiber dari sisa- sisa pencucian udang vanname.

Setelah dicuci fiber ditata dan dirapikan pada ruang penyimpanan peralatan agar

tidak terkontaminasi udara dari luar. Sehingga aman digunakan untuk proses

selanjutnya. Pembersihan fiber dilakukan setiap selesai penggunaan. Kebersihan

fiber dijaga selama proses berlangsung dengan cara jika terlihat kotor maka

langsung dibilas dengan air. Fiber Box dapat dilihat pada Gambar 4.

38
Gambar 4. Fiber box

5.1.1.1.3 Timbangan

Timbangan digunakan untuk menimbang udang vanname saat proses

sortasi sampai packing (pengemasan). Pembersihan timbangan dilakukan setiap

sebelum dan sesudah digunakan. Sebelum digunakan timbangan dibersihkan

dengan kain dan air bersih, agar pada saat penimbangan udang, udang tidak

akan terkontaminasi. Setelah digunakan timbangan juga dibersihkan dengan kain

dan air bersih. Setelah itu di letakkan di atas meja proses. Kebersihan timbangan

dijaga selama proses berlangsung dengan cara jika terlihat kotor maka langsung

dilap dengan kanebo. Timbangan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Timbangan

5.1.1.1.4 Meja produksi

Meja produksi berada diseluruh ruang proses produksi, meja produksi ini

terbuat dari stainless steel dan berukuran 3 x 1 m sehingga aman bagi bahan

39
pangan yang berinteraksi karena tidak mudah berkarat jika terkena dengan

bahan tertentu mudah untuk dibersihkan dan meja ini ringan sehingga mudah

untuk dipindahkan. Pembersihan meja produksi dilakukan setiap sebelum dan

sesudah digunakan. Sebelum memulai proses meja terlebih dahulu dibilas

dengan air mengalir agar keadaan meja benar- benar bersih. Setelah proses juga

meja produksi di bersihkan dengan disikat dengan sabun yang tidak

meninggalkan bau dan dibilas dengan air mengalir. Meja dipastikan sebelum dan

sesudah proses tetap keadaan bersih. Kebersihan meja dijaga selama proses

berlangsung dengan cara jika terlihat kotor maka langsung dibilas dengan air dan

dilap dengan kanebo dan wiper. Meja produksi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Meja produksi

5.1.1.1.5 Pisau Kupas

Pisau ini berbentuk kecil dan terbuat dari stainless steel yang digunakan

untuk membelah punggung udang dari ruas 2 sampai ruas 5 guna membuang

usus yang ada pada bagian punggung udang. Pisau dibersihkan menggunakan

sabun dan dibilas hingga benar-benar bersih, kemudian direndam menggunakan

air klorin. Pembersihan pisau kupas dilakukan setiap selesai proses. Kebersihan

pisau kupas dijaga selama proses berlangsung dengan cara jika terlihat kotor

maka langsung dibilas dengan air. Pisau dapat dilihat pada Gambar 7.

40
Gambar 7. Pisau kupas

5.1.1.1.6 Mesin Grader

Mesin Grader digunakan untuk membedakan udang vanname

bedasarkan size nya. Mesin Grader memiliki bagian-bagian seperti conveyor belt,

conveyor line, bak penampungan air, pipa-pipa dan keranjang penampung.

Conveyor belt pada mesin grader berfungsi untuk menyalurkan udang vanname

pada pipa – pipa. Pipa – pipa pada mesin grader berfungsi untuk memisahkan

udang berdasarkan ukurannya sehingga semakin ke bawah akan semakin

renggang kerapatan pipanya. Sebelum digunakan pipa di setting ulang agar

udang jatuh pada line sesuai ukuran yang diinginkan. Conveyor line yaitu tempat

jatuhnya udang dari pipa-pipa. Conveyor line terdiri dari 5 line. Mesin Grader

dibersihkan dua kali sehari oleh petugas sanitasi. Pembersihan mesin Grader

dengan cara menggosok-gosok conveyor belt,conveyor line, bak penampungan

air, pipa-pipa dengan sikat dan sabun food grade kemudian dibilas dengan air

bersih. Kebersihan mesin grader dijaga selama proses berlangsung dengan cara

jika terlihat kotor maka langsung dibilas dengan air. Mesin grader dapat dilihat

pada Gambar 8.

41
Gambar 8. Mesin Grader

5.1.1.1.7 Timba

Berwarna merah, biru dan hijau yang digunakan untuk tempat

penyimpanan sementara food additive. Food additive yang disimpan di dalam

timba berupa garam, fosfat dan non fosfat. Timba dibersihkan menggunakan

sabun dan dibilas hingga benar-benar bersih. Pembersihan timba dilakukan

setiap selesai proses. Kebersihan timba dijaga selama proses berlangsung

dengan cara jika terlihat kotor maka langsung dibilas dengan air. Timba dapat

dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9.Timba

5.1.1.1.8 Blong soaking (perendaman)

Blong soaking (perendaman) berjumlah sebanyak 32 blong yang ada

pada area soaking (perendaman). Setiap blong soaking (perendaman)

42
dilengkapi dengan baling-baling stainless yang berfungsi untuk pengadukan saat

proses soaking (perendaman) berlangsung. Blong soaking (perendaman)

digunakan untuk merendam udang ke dalam larutan soaking dan diaduk sesuai

spesifikasi waktu tertentu. Larutan soaking (perendaman) terdiri dari air, garam,

fosfat dan non fosfat. Blong soaking dibersihkan setiap selesai proses. Blong

soaking dibersihkan dengan cara di sikat dengan sabun dan dibilas air bersih.

Untuk spesifikasi nya yaitu semakin besar ukuran udang maka semakin lama

waktu perendaman. Kebersihan blong soaking (perendaman) dijaga selama

proses berlangsung dengan cara jika terlihat kotor maka langsung dibilas dengan

air. Blong soaking dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Blong soaking

5.1.1.1.9 Blong Biru

Blong biru berbahan plastik dan berbentuk seperti drum yang berguna

untuk menampung limbah padat berupa kepala dan kulit udang yang akan

didistribusikan ke ruang limbah padat. Blong biru dibersihkan dengan cara di

sikat menggunakan sabun dan dibilas air hingga benar-benar bersih kemudian

direndam dengan menggunakan air klorin. Pembersihan blong biru dilakukan

setiap selesai proses. Kebersihan blong biru dijaga selama proses berlangsung

dengan cara jika terlihat kotor maka langsung dibilas dengan air. Blong biru

dapat dilihat pada Gambar 11.

43
Gambar 11. Blong Biru

5.1.1.1.10 Hand Sealer

Hand sealer yang digunakan PT. Grahamakmur Ciptapratama berjumlah

4 buah yang digunakan untuk menutup/menseal polybag yang berisi udang

produk agar tidak ada udara yang masuk. Hand sealer dibersihkan dengan cara

mengelap menggunakan kanebo. Pembersihan hand sealer dilakukan setiap

selesai proses. Kebersihan hand sealer dijaga dengan cara tidak membiarkan air

tergenang pada hand sealer jika terdapat tetesan air dari kemasan maka

langsung dilap menggunakan kanebo. Hand sealer dapat dilihat pada Gambar

12.

Gambar 12. Hand sealer

44
5.1.1.1.11 Hand Pallet

Hand pallet digunakan untuk memudahkan dalam mendistribusikan dan

memindahkan box fiber ke ruang penyusunan dan master carton ke cold storage.

Hand pallet dibersihkan dengan cara disikat menggunakan sabun dan dibilas air

mengalir. Pembersihan hand pallet dilakukan setiap selesai proses. Kebersihan

hand pallet dijaga selama proses berlangsung dengan cara jika terlihat kotor

maka langsung dibilas dengan air. Hand pallet dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Hand Pallet

5.1.1.1.12 Conveyor Manual

Conveyor manual digunakan untuk mendistribusikan keranjang yang

berisi udang dari pembongkaran. Conveyor manual terbuat dari bahan stainless

stail. Conveyor manual dibersihkan dengan cara disikat dengan sabun dan

dibilas dengan air. Pembersihan Conveyor manual dilakukan setiap selesai

proses atau pada saat proses berlangsung jika terlihat kotor. Kebersihan

conveyor manual dijaga selama proses berlangsung dengan cara jika terlihat

kotor maka langsung dibilas dengan air. Conveyor manual dapat dilihat pada

Gambar 14.

45
Gambar 14. Conveyor manual

5.1.1.1.13 Trolley

Trolley digunakan untuk mengangkut keranjang yang berisi udang

maupun es curah untuk didistribusikan ke masing-masing proses. Selain itu,

trolley juga berguna untuk mendistribusikan blong biru ke ruang limbah padat.

Alat ini terbuat dari besi berlapis stainless steel sehingga tidak mudah berkarat

dan mengkontaminasi produk. Trolley dibersihkan dengan cara disikat

menggunakan sabun dan dibilas air. Pembersihan trolley dilakukan setiap selesai

proses. Kebersihan trolley dijaga selama proses berlangsung dengan cara jika

terlihat kotor maka langsung dibilas dengan air. Trolley dapat dilihat pada

Gambar 15.

Gambar 15. Trolley

46
5.1.1.1.14 Wiper

Wiper merupakan alat sanitasi pada proses pembekuan udang vanname.

Wiper digunakan untuk membersihkan genangan air pada meja dan lantai. Wiper

terdiri dari wiper lantai dan wiper meja. Pembersihan wiper dilakukan dengan

cara disikat dengan sabun kemudian dibilas dengan air. Kebersihan wiper dijaga

selama proses berlangsung dengan cara dilap dengan kanebo. Wiper lantai dan

wiper meja dapat dilihat pada Gambar 16. dan Gambar 17.

Gambar . Wiper lantai

Gambar . Wiper meja

5.1.1.1.15 Kanebo

Kanebo merupakan alat sanitasi pada proses pembekuan udang

vanname. Kanebo berfungsi untuk mengelap meja dan wiper. Pembersihan

47
kanebo dengan cara dicuci dengan sabun kemudian dibilas dengan air bersih.

Kebersihan kanebo dijaga dengan cara jika telah terlihat kotor maka langsung

diganti dengan kanebo yang bersih. Kanebo dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Kanebo

5.1.1.1.16 Lint Roller

Lint roller merupakan alat sanitasi pada proses pembekuan udang

vanname. lint roller berfungsi untuk mengeswab badan karyawan di pintu masuk

untuk memastikan tidak ada rambut yang menempel pada baju seragam

karyawan. Pembersihan lint roller dilakukan dengan cara dilap menggunakan

kanebo. Kebersihan lint roller dijaga degan cara jika telah banyak tertumpuk

rambut maka langsung diganti dengan lint roller yang baru. Lint roller dapat

dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Lint roller


48
5.1.2 Sanitasi dan Hygiene Prasarana

5.1.2.1 Sanitasi dan Hygiene Ruang penerimaan

Ruang penerimaan berfungsi untuk menerima bahan baku yang datang.

Ruang penerimaan terletak dibagian depan ruang produksi hal ini bertujuan

untuk mencegah kontaminasi dan menjaga sanitasi hygiene pada bahan baku.

Ruang penerimaan memiliki fasilitas seperti conveyor manual, timbangan , meja,

bak dan keranjang. Ruang penerimaan memiliki ukuran 6m x 6m dan terdapat

penyekat kaca persegi disertai jendela bertirai untuk memudahkan penerimaan

bahan baku dan mencegah kontaminasi dari luar. Ruang penerimaan juga

memiliki jendela bertirai yang berhubungan langsung dengan ruang proses

pemotongan kepala untuk memudahkan distribusi bahan baku kedalam ruang

proses.

Kondisi ruang penerimaan PT. Grahamakmur Ciptapratama bersih dan

terawat. Ruang penerimaan dilakukan pembersihan sebelum dan sesudah

proses penerimaan atau dapat dilakukan ketika proses berlangsung jika

diperlukan. Pembersihan lantai ruang penerimaan menggunakan porstex dan air

klorin, lantai dibersihkan dengan cara menggosok-gosok lantai dengan sikat

kemudian dibilas dengan air bersih yang telah ditambah klorin 100ppm. Tujuan

pemberian klorin yaitu untuk menetralisir ruangan dan bahaya kontaminasi dari

raw material yang masuk.

5.1.2.2 Sanitasi dan Hygiene Ruang Proses

Ruang proses di PT. Grahamakmur Ciptapratama meliputi ruang

pemotongan kepala, Grading dan Sortasi, pengupasan, soaking, Individual Quick

Freezing, Glazing, Pengemasan, metal detecting dan penyimpanan beku.

Masing-masing ruang proses memiliki jarak dan penyekat untuk menghindari

kontaminasi. Setiap ruang proses memiliki ukuran sebesar 20m x 20m.


49
Kebersihan ruang proses pada PT. Grahamakmur Ciptapratama sangat

diperhatikan. Sebelum dan sesudah proses ruangan harus dibersihkan dengan

air mengalir. Jika ruang proses tidak dibersihkan kemungkinan akan terjadi

kontaminasi terhadap produk akhir sehingga kurang tejamin mutu dari produk

akhir. Pembersihan ruang proses meliputi pembersihan langit-langit , lantai,

dinding dan selokan pengaliran limbah.

Langit – langit ruang produksi terbuat dari bahan PVC (polyvinil clorida)

yang bersifat kedap air. Langit – langit dibersihkan setiap hari oleh petugas

sanitasi. Pembersihan dilakukan dengan cara di sapu dengan sapu panjang

khusus untuk memudahkan pembersihan bagian atas langit-langit.

Lantai ruang produksi dibersihkan ketika pagi sebelum proses dimulai dan

setelah selesai proses. Pembersihan dilakukan dengan cara digosok-gosok

dengan sikat dan sabun kemudian dibilas dengan air yang mengalir, lantai ruang

proses sendiri terbuat dari beton, tujuan dibuat beton agar lantai tidak mudah

retak dan memudahkan pembersihan. Lantai ruang produksi dibuat kemiringan

3o - 5o untuk memudahkan mengalirkan genangan air. Pada bagian pinggir lantai

dibuat selokan yang berfungsi untuk mengalirkan limbah cair. Sesudah produksi

lantai ruangan produksi kembali disiram dengan air mengalir untuk

membersihkan kotoran- kotoran dan sisa limbah yang lengket pada lantai.

Dinding ruang proses terbuat dari beton dan setengah dari dinding itu

diberi keramik berwarna putih, guna dibuat setengah keramik putih adalah untuk

mempermudah pembersihan. Pembersihan dinding dilakukan setiap proses

selesai. Dinding dibersihkan dengan menyikat dinding dengan sabun tanpa

meninggalkan bau dan kain lap. Didinding dipastikan tidak ada kotoran yang

menempel agar tidak mencemari produk saat berlangsungnya proses. Disetiap

ujung lantai proses diberi selokan sepanjang lantai proses. Selokan ini bertujuan

untuk mengalirkan limbah cair. Sebelum dan sesudah proses selokan


50
dibersihkan dengan menggunakan sikat lantai dan sabun tanpa meninggalkan

bau. Selokan disikat dan dipastikan bersih agar tidak meninggalkan bau serta

kotoran sehingga tidak mengganggu proses.

Penerangan pada seluruh ruang produksi menggunakan lampu yang

dipasang menempel pada langit-langit. Teknis pemasangan atau penempatan

lampu rata-rata dipasang dengan jarak 2 sampai 3 meter antar lampu. Lampu

penerangan ini juga dilengkapi dengan pelindung yang berfungsi apabila lampu

pecah tidak langsung mengenai produk.

Pada ruang produksi terdapat pintu untuk penerimaan bahan baku, dan

dilengkapi dengan insect killer. Insect killer berfungsi untuk menangkap serangga

yang akan masuk ke ruangan. Seluruh ruangan dilengkapi dengan alat ini agar

produk tidak terkontaminan mikroba yang berasal dari binatang. Ruang proses

juga dilengkapi blower untuk menjaga sirkulasi udara yang baik.

5.1.2.3 Sanitasi dan Hygiene Ruang Penyimpanan

Ruang penyimpanan atau gudang penyimpanan pada PT. Grahamakmur

Ciptaratama terbagi menjadi beberapa ruang penyimpanan yaitu ruang

penyimpanan material, ruang food additive, ruang bahan kimia dan ruang

peralatan sanitasi. Pada ruang penyimpanan dilengkapi dengan ventilasi untuk

sirkulasi udara untuk mencegah ruangan menjadi lembab. Suhu ruang

penyimpanan berkisar antara 27-30o C. berikut penjelasan masing ruang

penyimpanan antara lain sebagai berikut :

a. Ruang material (Gudang)

Ruang material (gudang) merupakan ruangan yang digunakan untuk

menyimpan segala peralatan yang dibutuhkan para karyawan dan produksi

seperti master carton, lakban, plastik polypropilen, gunting, cutter dan lain-lain.

Kondisi ruang material (gudang) ini bersih dan kering. Pembersihan ruang

51
material (gudang) dilakukan setiap hari oleh petugas sanitasi, lantai dibersihkan

dengan cara disapu kemudian di pel menggunakan super pel.

b. Ruang Food Additive

Ruang food additive terletak di bagian selatan ruang produksi. Ruang

food additive berfungsi untuk menyimpan bahan food additive. Kondisi ruang

food additive ini bersih, rapi dan kering. Pembersihan ruang food additive

dilakukan setiap hari oleh karyawan penjaga, lantai dibersihkan dengan cara

disapu kemudian di pel menggunakan pembersih lantai. Kebersihan ruang food

additive ini sangat diperhatikan untuk menjaga sanitasi dan hyginitas bahan food

additive.

c. Ruang Bahan Kimia

Ruang Bahan Kimia merupakan ruangan yang digunakan untuk

menyimpan bahan-bahan kimia. Pada ruangan ini terdapat larutan klorin, alkohol,

prostex, dan karbol. Semua larutan tersebut digunakan untuk menjaga

kebersihan pabrik. Kondisi ruang bahan kimia ini bersih dan rapi. Pembersihan

ruang bahan kimia dilakukan setiap hari oleh petugas sanitasi, lantai dibersihkan

dengan cara disapu kemudian di pel menggunakan super pel.

d. Ruang Peralatan Sanitasi

Ruang peralatan sanitasi merupakan suatu ruangan untuk menyimpan

alat-alat sanitasi yang digunakan para karyawan pada proses pembekuan.

Kondisi ruang peralatan sanitasi ini sudah cukup bersih. Pembersihan ruang

peralatan sanitasi dilakukan setiap selesai proses. Pembersihan dilakukan

dengan cara menggosok-gosok dengan porstex/sabun kemudian dibilas air

mengalir.

e. Ruang Peralatan

Ruang peralatan ini merupakan ruang untuk menyimpan alat – alat yang

digunakan selama proses berlangsung. Kondisi ruang peralatan ini sudah cukup
52
bersih. Pembersihan ruang peralatan dilakukan setiap selesai proses.

Pembersihan dilakukan dengan cara menggosok-gosok dengan porstex/sabun

kemudian dibilas air mengalir.

5.1.2.4 Sanitasi dan Hygiene Fasilitas Umum

Fasilitas penunjang seperti fasilitas umum yang ada pada PT.

Grahamakmur Ciptapratama juga harus diperhatikan kebersihannya. Berikut

beberapa fasilitas umum;

1. Sumber Air

Sumber air yang digunakan pada PT. Grahamakmur Ciptapratama ada

dua jenis yaitu air PDAM dan air sumur. Air PDAM digunakan untuk proses

produksi sehingga diberUdang treatment khusus terlebih dahulu sebelum air

digunakan. Sumber lain yakni berasal dari air sumur yang digunakan sebagai air

sanitasi untuk mencuci dan membersihkan peralatan.

2. Laboratorium

Laboratorium pada PT. Grahamakmur Ciptapratama digunakan untuk

pengujian terhadap sampel bahan baku (raw material), produk akhir (final

product) dan air produksi sehingga mutu produk dapat diketahui. Laboratorium

dibersihkan sehari satu kali oleh petugas sanitasi. Pembersihan dilakukan

dengan cara menyapu dan di pel dengan super pel.

3. Pos Satpam

Pos satpam terletak dibagian yang paling depan tepatnya adalah dekat

dengan gerbang masuk. Post satpam sebagai tempat pengawasan area luar

perusahaan khususnya orang-orang yang masuk kedalam ataupun keluar

gerbang, baik itu tamu dan karyawan. Post satpam dibersihkan sehari satu kali

53
oleh petugas sanitasi. Pembersihan dilakukan dengan cara menyapu dan di pel

dengan pembersih lantai.

4. Tempat Parkir

PT. Grahamakmur Ciptapratama juga mempunyai fasilitas parkir yang

cukup luas. Fasilitas parkir ini untuk staff, tamu dan karyawan. Area parkir dibagi

menjadi beberapa titik. Halaman Parkiran dibersihkan sehari satu kali dengan

cara disapu setiap hari oleh petugas sanitasi.

5. Toilet

Toilet pada PT. Grahamakmur Ciptapratama berada di luar ruangan dan

berada di ruang ganti karyawan. Toilet setiap pagi dibersihin dengan porstex dan

disikat agar tetap dalam kondisi bersih. Pembersihan dilakukan setiap dua kali

sehari. Toilet didalam ruang ganti karyawan tidak dekat dengan pintu ruang

proses, sehingga tidak akan mengkontaminasi produk.

6. Koperasi

Koperasi yang ada di PT. Grahamakmur Ciptapratama adalah koperasi

yang dikelola oleh perusahaan itu sendiri. Contohnya adalah seragam dan

sepatu boot. Letak koperasi ini yaitu disebelah selatan aula. Koperasi dibersihkan

sehari satu kali oleh petugas sanitasi dengan cara menyapu dan mengepel lantai

serta mengelap etalase dengan menggunakan kanebo.

7. Musholla

Kebersihan musholla wajib dijaga karna musholla adalah tempat ibadah.

Karyawan yang memeluk agama islam dapat melakukan ibadahnya di musholla

yang telah disediakan di PT. Grahamakmur Ciptapratama. Pembersihan

musholla dilakukan sehari satu kali oleh petugas sanitasi, pembersihan meliputi

sajadah, jendela, lantai dan tempat wudhu. Lantai musholla dibersihkan dengan

cara disapu dan dipel menggunakan super pel sedangkan tempat wudhu

dibersihkan dengan menggunakan porstex dan dibilas air bersih.


54
8. Aula

Aula di PT. Grahamakmur Ciptapratama terletak di sebelah selatan

musholla. Aula merupakan tempat berkumpulnya para karyawan ketika sedang

melakukan diskusi. Didalamnya dilengkapi dengan loker yang digunakan para

karyawan untuk menyimpan tas dan barang bawaannya. Selain itu, karyawan

juga dapat menggunakan aula sebagai tempat untuk memakan bekal mereka

ketika jam istirahat. Aula dibersihkan dua kali sehari oleh petugas sanitasi,

pembersihan dilakukan dengan cara disapu dan di pel dengan super pel.

9. Kantor

Kantor merupakan tempat berjalannya kegiatan administrasi di PT.

Grahamakmur Ciptapratama. Beberapa ruangan yang terdapat didalam kantor

diantaranya ruang receptionist, ruang meeting, ruang staff, ruang pelatihan

(training room), dan laboratorium. Pembersihan kantor dilakukan sehari satu kali

oleh petugas sanitasi, pembersihan dilakukan dengan cara disapu dan di pel

dengan super pel.

5.2 Sanitasi dan Hygiene Bahan Baku dan Bahan Tambahan

5.2.1 Sanitasi dan Hygiene Bahan Baku

Bahan baku diperhatikan sanitasi dan hygienitasnya mulai dari panen

hingga sampai di perusahaan. Sanitasi dan hygiene bahan baku diperhatikan

dengan cara menjaga kebersihan fiber box dan es selama perjalanan oleh

petugas pengirim. Setelah sampai di perusahaan bahan baku dilakukan

pembongkaran. Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati oleh petugas

bongkar. Untuk menjaga sanitasi dan hygienitas bahan baku makan petugas

bongkar harus menggunakan sarung tangan, masker dan penutup kepala, selain

itu pembongkaran dilakukan dengan cara memindahkan bahan baku dari fiber

55
box kedalam keranjang. Keranjang yang digunakan harus diperhatikan

kebersihannya, kerajang sesekali disiram dengan air jika terlihat kotoran.

5.2.2 Sanitasi dan Hygiene Bahan Tambahan

Penerapan sanitasi dan hygiene bahan tambahan yaitu dengan

meletakkan bahan tambahan (food additive) pada ember yang kering dan bersih.

Untuk membedakan antara food additive satu dengan lainnya yaitu dengan

menempatkan ada ember yang berbeda warna. Untuk menjaga kebersihan food

additive maka terdapat ruang khusus untuk penyimpanan food additive. Ruang

food additive terletak terpisah dari ruang produksi, hal ini bertujuan untuk

menghindari kontaminasi silang. Untuk pembersihaan ember dilakukan setiap

selesai digunakan dan pembersihan ruang penyimpanan food additive dilakukan

setiap hari oleh petugas sanitasi.

5.3 Sanitasi dan Hygiene Pada Proses Produksi

Penerapan sanitasi dan hygine pada proses produksi harus dilakukan

untuk menjaga kebersihan dan keamanan produk. Selain itu, Sanitasi dan hygine

pada produk menyangkut terhadap kesehatan konsumen. Produk yang terjamin

kehigienisan dan keamanannya maka dapat mendatangkan minat konsumen.

Sanitasi dan hygine pada proses produksi berlangsung selama proses

dilakukan. Sanitasi juga dilakukan di akhir proses agar tetap terjaga kebersihan

serta tidak mengkontaminasi produk akhir. Dengan demikian kualitas dan

keamanan produk akan tetap terjaga hingga ke tangan konsumen. Untuk

monitoring sanitasi dilakukan setiap hari, monitoring of sanitation condition record

dapat dilihat pada Lampiran 3. Sanitasi karyawan juga perlu diperhatikan selama

alur proses pembekuan, semua karyawan di PT. Grahamakmur Ciptapratama

harus sudah memahami untuk menerapkan sanitasi dan hygine selama proses

56
berlangsung. Alur proses pembekuan udang vanamei (Litopenaeus Vanamei) di

PT. Grahamakmur Ciptapratama dapat dilihat pada Gambar 20

Udang Vanname

Pembongkaran Udang Vanname

Pencucian I

Penimbangan I

Penimbangan II

Pemotongan kepala

Penimbangan III

Pencucian II

Grading dan Sortasi

Pencucian III

57
A

Pengupasan

Pencucian IV

Perendaman (Soaking)

Pencucian V

Individual Quick Freezing (IQF)

Penimbangan IV

Glazing

Pengemasan I

Metal Detecting

Pengemasan II

Penyimpanan Dingin (Cold Storage)

Gambar 20. Alur proses pembekuan Udang vannamei (Litopenaeus


vannamei)

58
5.3.1 Sanitasi dan Hygiene Pembongkaran Udang Vanname

Bahan baku pembekuan udang di PT. Grahamakmur Ciptapratama

menggunakan jenis udang vaname segar. Penerapan sanitasi dari bahan baku

selama proses pembongkaran dilakukan dengan cara membersihkan area ruang

proses penerimaan terlebih dahulu. Sanitasi lantai area penerimaan dibersihkan

menggunakan porstex dan dibilas air, sedangkan untuk pembersihan alat-alat

menggunakan sabun food grade dan sabun. Sebelum dilakukan pembongkaran,

diambil udang secara sampling dengan menggunakan keranjang kecil untuk

dijadikan sampel analisa antibiotik, mikrobiologi dan kadar sulfit. Pembongkaran

udang vanamei dilakukan dengan cara menaruh udang pada keranjang yang

bersih oleh karyawan kemudian didistribusikan pada conveyor manual. Conveyor

manual pada ruang penerimaan juga diperhatikan kebersihannya. Pembersihan

conveyor manual dibersihkan dengan sabun food grade dan dibilas dengan air

setiap sebelum dan sesudah proses. Karyawan pada proses penerimaan bahan

baku harus menjaga sanitasi dan hygienitas dengan cara menggunakan sarung

tangan dan masker. Kebersihan peralatan dan ruangan dijaga dengan cara

membilas dengan air jika terlihat ada kotoran dan membersihkan genangan air di

bawah meja dan conveyor. Proses pembongkaran udang vanname dapat dilihat

pada Gambar 21.

Gambar 21. Proses pembongkaran udang vanname


59
5.3.2 Sanitasi dan Hygiene Pencucian I

Udang vannamei yang masuk ke area receiving dilakukan pencucian

dengan air klorin dan es yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran/pasir yang

menempel pada tubuh udang. Keranjang yang berisi udang dimasukkan kedalam

fiber box berisi air klorin dan es dengan cara digoyang-goyangkan. Air yang

digunakan pada pencucian 1 yaitu air sumur yang sudah dilakukan treatment.

Selanjutnya diletakkan diatas conveyor manual untuk meniriskan udang vanamei

sehingga jumlah kandungan airnya berkurang. Selain itu, peletakan diatas

conveyor manual juga berfungsi untuk memudahkan pendistribusian udang ke

tempat penimbangan.

Frekuensi sanitasi dan hygiene pada alat- alat seperti conveyor, meja,

dan keranjang dilakukan 2-3 kali sehari selama proses penerimaan berlangsung.

Sedangkan penggantian air klorin pencucian 1 dilakukan setiap truck atau pick

up bahan baku datang. Air klorin yang digunakan yaitu 100 ppm per 250 L.

Penyemprotan menurut Amri (2003) dilakukan ketika udang hasil panen

dikumpulkan dalam keranjang berlubang. Di dalam keranjang itu, udang

disemprot dengan air sumur yang bersih. Tujuannya agar seluruh kotoran

terlepas dari kulit udang sekaligus menurunkan populasi bakteri. Proses

pencucian 1 dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Proses pencucian I

60
5.3.3 Sanitasi dan Hygiene Penimbangan I

Setelah itu dilakukan penimbangan dan sortasi menurut ukuran udang.

Sebelum melakukan sortasi meja dibersihkan terlebih dahulu dan dibilas dengan

air klorin. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital guna

untuk mengetahui berat bahan baku awal. Penimbangan ini bertujuan untuk

mengetahui berat awal udang yang diterima perusahaan dari supplier untuk

proses produksi sehingga dapat diketahui berat total udang dalam suatu proses

pembekuan, selain itu bertujuan untuk mengetahui nilai rendemen dari suatu

proses produksi. Penimbangan ini juga bertujuan untuk mengetahui size udang

vanamei. Kebersihan timbangan digital juga terus diperhatikan oleh karyawan.

Timbangan di bersihkan dengan cara mengelap menggunakan kanebo untuk

menjaga timbangan agar tetap bersih dari sisa air yang ada pada keranjang

udang ataupun udang yang berjatuhan pada timbangan. Proses penimbangan

dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Proses penimbangan

5.3.4 Sanitasi Penimbangan II

Penimbangan kedua berada di area Potong Kepala. Penimbangan ini

bertujuan untuk mencocokkan berat dan cek udang. Pada penimbangan kedua

juga dilakukan uji sampling yang bertujuan untuk menentukan cek udang.

61
Selanjutnya udang vannamei akan didistribusikan ke meja-meja potong kepala.

Kebersihan timbangan digital juga terus diperhatikan oleh karyawan. Timbangan

di bersihkan dengan cara mengelap menggunakan kanebo untuk menjaga

timbangan agar tetap bersih dari sisa air yang ada pada keranjang udang

ataupun udang yang berjatuhan pada timbangan.

5.3.5 Sanitasi dan Hygiene Pemotongan Kepala

Pemotongan kepala bertujuan untuk membuang bagian kepala udang

vannamei yang merupakan tempat berkumpulnya kotoran udang sebagai sumber

bakteri. Udang vannamei yang telah melalui tahap penimbangan II selanjutnya

disalurkan ke meja potong kepala dengan menggunakan troli. Udang kemudian

diangkat dan diletakkan di meja proses lalu diberi es flake secukupnya untuk

mempertahankan mutu dan suhu udang vannamei selama proses pemotongan

kepala. Suhu udang vannamei saat pemotongan kepala maksimal 5oC.

Penerapan sanitasi dan hygiene selama proses pemotongan kepala ini

diperhatikan selain oleh karyawan juga di awasi oleh supervisor. Jika terdapat

udang yang jatuh maka dibersihkan dengan air klorin 50 ppm. Meja yang terkena

kotoran dari kepala udang dibersihkan dan dibilas dengan air oleh perkerja.

Lantai yang kotor akibat dari udang yang berjatuhan dan air yang jatuh dari

bilasan meja juga di siram oleh karyawan kemudian kotoran di lantai tersebut di

arahkan ke selokan ruangan. Proses pemotongan kepala ditunjukkan pada

Gambar 24.

62
Gambar 24. Proses pemotongan kepala

5.3.6 Sanitasi dan Hygiene Penimbangan III

Setelah proses pemotongan kepala selesai selanjutnya udang vannamei

HL aka ditimbang untuk mengetahui berat akhir udang vannamei setelah

dipotong kepala apakah mencapai rendemen yang sudah ditentukan. Rendemen

udang setelah potong kepala sekitar 65 - 70% (biasanya 68%). Kebersihan

timbangan digital juga terus diperhatikan oleh karyawan. Timbangan di bersihkan

dengan cara mengelap menggunakan kanebo untuk menjaga timbangan agar

tetap bersih dari sisa air yang ada pada keranjang udang ataupun udang yang

berjatuhan pada timbangan.

5.3.7 Sanitasi dan Hygiene Pencucian II

Untuk menjaga sanitasi dari udang vanname HL (HeadLess) maka

dilakukan pencuciam kembali. Udang vannamei HL yang ada dalam keranjang

ditimbang dan disalurkan ke tempat pencucian dengan menggunakan troli.

Pencucian dilakukan dengan menggunakan air klorin dan es. Tujuan pencucian

adalah untuk membersihkan kotoran yang terdapat pada udang yang sudah

dipotong kepalanya. Pencucian ini merupakan salah satu penerapan sanitasi dan

hygiene dalam proses pembekuan udang di PT. Grahamakmur Ciptapratama.

63
5.3.8 Sanitasi dan Hygiene Grading dan Sortasi

Setelah proses pemotongan kepala selesai, tahap berikutnya adalah

sortasi. Tahapan sortasi udang vannamei HL ada dua macam, yakni tahap

pertama adalah tahap sortasi dengan menggunakan mesin (grading) dan

selanjutnya adalah sortasi manual. Grading merupakan tahapan

pengelompokkan udang berdasarkan size yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. Mesin grader berfungsi untuk mengelompokkan udang berdasarkan

size nya. Setelah selesai melakukan sortasi dengan mesin (grading), tahapan

selanjutnya adalah dilakukan sortasi manual. Proses sortasi manual hanya

dilakukan pada udang vannamei yang berada pada conveyor line 4 dan 5 pada

mesin karena line tersebut berisi udang dengan size yang tidak seragam. Apabila

terdapat udang yang jatuh ketika proses sortasi manual berlangsung maka

udang tersebut dicuci dengan air es dan klorin berkonsentrasi 50 ppm.

Penerapan sanitasi dan hygiene pada mesin grading diperhatikan sebaik

mungkin, dimana air yang digunakan harus air bersih standart air minum.

Pembersihan mesin grader dilakukan setiap hari selesai proses. Mesin grader

dibersihkan menggunakan sabun dengan cara di gosok-gosok kemudian di bilas

dengan air dan klorin. Selain mesin grader, peralatan untuk sortasi manual juga

dilakukan sanitasi dan hygiene. Keranjang dan bak dibersihkan dan di rendam

dengan menggunakan air klorin setiap hari selesai proses. Lantai dibersihkan

dengan cara di gosok-gosok menggunakan sabun dan porstex kemudian dibilas

dengan air dan klorin. Setiap tiga hari sekali meja di bersihkan dengan cara di

gosok-gosok bagian atas dan kaki meja menggunakan sabun dan di bilas air.

Proses grading ditunjukkan pada Gambar 25.

64
Gambar 25. Proses grading

5.3.9 Sanitasi dan Hygiene Pencucian III

Setelah ditimbang, kemudian udang yang ada pada keranjang 25 kg

diangkut dengan troli dan disalurkan ke tempat pencucian III. Pencucian III ini

termasuk cara untuk menjaga sanitasi udang vaname HL setelah proses grading.

Proses pencucian III dilakukan dengan menggunakan air es yang terdapat pada

box fiber berwarna kuning. Penambahan es ke dalam air bertujuan untuk

menurunkan suhu air, dimana suhu air yang digunakan untuk pencucian udang

diusahakan adalah 0oC. Tujuan pencucian III adalah untuk membersihkan udang

dari kotoran yang masih menempel pada tubuh udang setelah penyortiran.

5.3.10 Sanitasi dan Hygiene Pengupasan

Sebelum dilakukan pengupasan udang di cuci kembali, kemudian udang

akan disalurkan ke meja-meja kupas yang ada di area kupas. Tujuan

pengupasan adalah untuk membuang kulit dan usus udang serta dilakukan

pembentukan udang. Pada saat proses pengupasan berlangsung, udang yang

berada di atas meja kupas diberi es flake untuk menjaga rantai dingin udang,

dimana suhu pengupasan udang tidak boleh lebih dari 5oC. Setelah dikupas

dilakukan pembelahan ruas ke 2 sampai ruas 5 yang bertujuan untuk mengambil

usus udang.
65
Penerapan sanitasi dan hygiene pada proses pengupasan yaitu

pencucian udang HL sebelum dilakukan proses pengupasan. Pembersihan

peralatan dengan cara mencuci bak merah muda untuk menampung hasil udang

yang dikupas dan limbah padat, selain itu dengan membedakan antara wadah

bak untuk udang yang belum di kupas dengan udang yang sudah di kupas belah.

Selama proses Meja juga dibersihkan dengan menggunakan air sebagai

pembersihan sementara. Setelah proses pengupasan selesai para karyawan

membersihkan meja, bak, keranjang dan lantai dengan menggunakan sabun dan

dibilas dengan air kemudian peralatan seperti bak dan keranjang direndam

dengan menggunakan air klorin. Proses pengupasan udang ditunjukkan pada

Gambar 26.

Gambar 26. Proses pengupasan

5.3.11 Sanitasi dan Hygiene Pencucian IV

Udang yang telah dikupas dan ditimbang kemudian akan disalurkan ke

tempat pencucian dengan menggunakan troli untuk mempermudah perpindahan.

Pencucian IV bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel

pada udang setelah proses pengupasan. Udang yang telah dikupas dicuci

dengan menggunakan air es dengan suhu 0oC yang terdapat pada box fiber

66
berwarna kuning. Penggunaan air es bertujuan agar tetap mempertahankan

rantai dingin pada udang.

5.3.12 Sanitasi dan Hygiene Perendaman (Soaking)

Proses perendaman (soaking) pada udang bertujuan untuk meningkatkan

performa dan menambahkan rasa pada udang serta untuk menambah volume

udang. Larutan yang digunakan pada proses soaking terdiri dari air, garam, fosfat

dan non fosfat yang dimasukkan ke dalam mixer soaking dan diaduk hingga

homogen. Garam berfungsi untuk menambahkan rasa, fosfat berfungsi mengikat

air dan non fosfat berfungsi untuk memperbaiki performa udang. Sebelum

dilakukan proses soaking, terlebih dahulu udang harus melewati proses

precooling untuk menjaga rantai dingin udang. Suhu lingkungan udang untuk

proses soaking adalah 14oC. Setelah proses soaking selesai, kemudian udang

PDTO/PND yang telah disoaking dimasukkan ke dalam box orange 600 liter

sebagai tempat penampungan udang yang telah disoaking.

Penerapan sanitasi dan hygiene pada proses soaking dilakukan dengan

cara menjaga kebersihan peralatan dan lingkungan area soaking. Peralatan

seperti blong, mixer, timba, dan fiber box dibersihkan menggunakan sabun dan

air. Frekuensi pembersihan dilakukan setiap selesai melakukan proses soaking.

Untuk kebersihan karyawan yang melakukan proses soaking yaitu dengan

menggunakan sarung tangan dan masker. Proses soaking ditunjukkan pada

Gambar 27.

67
Gambar 27. Proses soaking

5.3.13 Sanitasi dan Hygiene Pencucian V

Setelah berada di area IQF, udang yang ada pada box diambil dengan

menggunakan keranjang kecil lalu dicuci dengan menggunakan air es. Air

pencucian yang digunakan adalah air es bersuhu <5oC agar tetap menjaga rantai

dingin udang. Pencucian V bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa busa dan air

larutan soaking yang masih menempel pada tubuh udang. Pergantian air cucian

dilakukan setiap 1 jam sekali untuk mengurangi keruhnya air di tempat

pencucian. Setelah dilakukan pencucian, selanjutnya udang ditiriskan terlebih

dahulu selama 3 – 5 menit baru kemudian udang dapat ditabur pada mesin IQF

melalui rantai berjalan.

5.3.14 Sanitasi dan Hygiene Individual Quick Freezing

Pembekuan udang vannamei pada PT. Grahamakmur Ciptapratama

dilakukan dengan menggunakan mesin pembekuan metode IQF (Indivudal Quick

Frozen), yakni proses pembekuan secara individu yang dilakukan dengan cepat.

Tujuan dilakukan pembekuan adalah untuk menghambat pertumbuhan bakteri

dan untuk mempertahankan kesegaran serta mutu udang vannamei. Sebelum

dilakukan pembekuan, mesin pembekuan IQF dinyalakan terlebih dahulu dan

disetting kecepatan mesin sesuai dengan size udang yang akan dibekukan.

68
Setelah mesin IQF siap, udang hasil soaking yang telah dicuci akan disusun di

atas rantai berjalan pada bagian inlet IQF. Suhu mesin pembekuan IQF yaitu (-

30oC) – (-35oC), sedangkan suhu titik pusat udang yaitu -18oC.

Pada area pembekuan IQF karyawan harus menggunakan latex / sarung

tangan untuk menjaga sanitasi hygiene udang beku, selain itu untuk mencegah

agar tidak terjadi pembekuan darah di sekitar tangan. Untuk pembersihan mesin

IQF yaitu defrost dimana dilakukan penyemprotan air pada conveyor mesin

sampai bunga es hilang. Air yang digunakan pada pembersihan mesin IQF ini

menggunakan air PDAM. Sedangkan untuk pembersihan lantai dilakukan setiap

selesai proses yaitu dengan menggunakan porstex dan dibilas dengan air

mengalir. Proses penyusunan udang pada mesin IQF ditunjukkan pada Gambar

28. Dan Proses outlet mesin pembekuan metode IQF ditunjukkan pada Gambar

29.

Gambar 28. Proses penyusunan udang pada mesin IQF

69
Gambar 29. Proses outlet IQF

5.3.15 Sanitasi dan Hygiene Penimbangan IV

Setelah udang dibekukan pada mesin IQF, langkah selanjutnya adalah

penimbangan VII. Banyaknya produk udang beku yang ditimbang harus sesuai

dengan permintaan buyer. Penimbangan VII dilakukan untuk menentukan jumlah

udang beku dalam 1 polybag dengan jenis plastik PP (Polypropylene) dengan

berat timbangan 1 lbs / 2 lbs / 2,5 lbs. Setelah ditimbang kemudian udang beku

dimasukkan ke keranjang kecil dan dilakukan proses selanjutnya yaitu glazing.

Penerapan sanitasi dan hygiene pada proses penimbangan ini dilakukan

dengan cara mengelap timbangan dengan kanebo. Kebersihan timbangan terus

dijaga selama proses berlangsung. Proses penimbangan udang beku ditunjukkan

pada Gambar 30.

Gambar 30. Proses Penimbangan udang beku


70
5.3.16 Sanitasi dan Hygiene Glazing

Proses selanjutnya adalah glazing, yakni proses untuk menghilangkan

bunga es pada permukaan produk udang beku. Glazing dilakukan dengan cara

merendam keranjang kecil yang berisi udang beku ke dalam screening yang

berisi air es dan es flake didalamnya. Suhu air yang digunakan pada proses

glazing adalah 0oC. Glazing dilakukan selama 3 – 5 detik sampai proses glazing

merata ke seluruh udang untuk mendapatkan lapisan es yang baik kemudian

ditiriskan agar air dalam keranjang berkurang. Pembersihan screening ini

dilakukan dengan menggunakan sabun dan dibilas dengan air setiap selesai

proses. Untuk menjaga kebersihan air glazing maka dilakukan penggantian air

glazing setiap satu jam sekali. Proses glazing ditunjukkan pada Gambar 31.

Gambar 31. Proses glazing

Adanya proses glazing bertujuan untuk menghindari terjadinya dehidrasi

dan untuk melapisi udang sehingga penampilan udang lebih menarik.

5.3.17 Sanitasi dan Hygiene Pengemasan Primer

Penerapan sanitasi dan hygiene pada proses pengemasan ini terletak

pada kebersihan kemasan, meja, dan karyawan. kemasan yang digunakan harus

dipastikan terlebih dahulu kebersihannya agar tidak mengkontaminasi produk,

yang bersih dan kering. Meja pada ruang pengemasan dibersihkan setiap

71
sebelum dan selesai proses, kemasan diletakkan pada keranjang. Karyawan

diwajibkan menggunakan sarung tangan dan masker. Pengemasan I pada PT.

Grahamakmur Ciptapratama dilakukan dengan mengemas udang beku ke dalam

polybag plastik PP sebagai kemasan primer. Tujuan dari pengemasan I adalah

untuk menjaga kebersihan produk, melindungi produk dari kerusakan fisik, kimia

maupun mikrobiologi dan memberikan informasi mengenai spesifikasi produk.

Selain itu, pengemasan I juga berfungsi untuk meningkatkan penampakan

produk sehingga dapat menambah nilai estetika pada produk. Proses

pengemasan produk dalam plastik PP ditunjukkan pada Gambar 32.

Gambar 32. Pengemasan produk dalam plastik PP

Setelah produk dimasukkan ke dalam plastik PP, selanjutnya plastik akan

diseal dengan menggunakan hand sealer. Tujuan dari pengesealan adalah untuk

menutup polybag agar tidak ada udara yang masuk ke dalamnya. Sebelum

diseal, udara yang ada di dalam polybag dikeluarkan terlebih dahulu.

5.3.18 Sanitasi dan Hygiene Metal Detecting

Langkah selanjutnya setelah produk dikemas dalam polybag, kemudian

polybag dilewatkan melalui metal detector satu per satu untuk pendeteksian

logam. Tujuan dari pendeteksian logam (metal detecting) adalah untuk

72
mendeteksi apabila ada kontaminan berupa logam pada produk udang beku. Alat

yang digunakan untuk pendeteksian logam adalah metal detector dengan tingkat

ketelitian 1,5 µmFe (besi); 2,5 µm Sus (stainless steel) dan 2,5 µm Al

(Aluminium). Alat metal detector ditunjukkan pada Gambar 33.

Gambar 33. Metal detector

Penerapan sanitasi dan hygiene pada proses ini yaitu dengan

membersihkan meja dan alat metal detector dengan menggunakan kanebo

setiap sebelum dan selesai proses. Pembersihan juga dilakukan pada saat

proses berlangsung jika terlihat kotoran atau air pada metal detector.

5.3.19 Sanitasi dan Hygiene Pengemasan Sekunder

Pengemasan II dilakukan dengan menggunakan Master Carton (MC)

sebagai kemasan sekunder. Master Carton yang digunakan sudah dilengkapi

pula dengan label yang mencantumkan jenis produk, size, net weight, jenis

pembekuan, tanggal produk dan kadaluwarsa serta barcode produk. Setelah

polybag dimasukkan ke dalam master carton, kemudian master carton dilakban

dan distrapping dengan menggunakan mesin strapping band. Selanjutnya master

carton yang telah distrapping disalurkan ke tempat penyimpanan dingin (cold

storage).

73
Penerapan sanitasi dan hygiene pada proses pengemasan sekunder

yaitu menjaga kebersihan kemasan master carton dengan cara meletakkan pada

meja yang bersih. Pembersihan meja dilakukan dengan cara dibersihkan

menggunakan sabun dan dibilas dengan air kemudian meja dilap dengan kanebo

sebelum dan sesudah proses. Selain itu master carton dijaga agar tetap dalam

keadaan kering. Karyawan pada proses pengemasan sekunder diwajibkan

menggunakan sarung tangan dan masker. Proses pengemasan polybag dalam

Master Carton ditunjukkan pada Gambar 34.

Gambar 34. Pengemasan master carton

5.3.20 Sanitasi dan Hygiene Penyimpanan Dingin (Cold Storage)

Produk yang telah dikemas dalam master carton akan didistribusikan ke

cold storage dengan menggunakan hand pallet. Tujuan penyimpanan produk

dalam cold storage adalah untuk mempertahankan suhu dingin udang beku

sehingga produk tidak mengalami kemunduran mutu. PT. Grahamakmur

Ciptapratama memiliki 1 cold storage dengan kapasitas hingga 300 ton dengan

suhu cold storage antara -18oC sampai -24oC. Produk udang beku yang disimpan

dalam cold storage ditata berdasarkan jenis dan ukuran produk untuk

memudahkan dalam pengampilan dan identifikasi produk.

74
Penerapan sanitasi dan hygiene pada ruang penyimpanan dilakukan oleh

petugas sanitasi. Pembersihan lantai, langit-langit dan dinding dilakukan setiap

hari. Pembersihan pendingin dilakukan oleh petugas mekanik. Proses

penyimpanan dingin dapat dilihat pada gambar 35.

Gambar 35. Proses penyimpanan dingin

5.4 Sanitasi dan Hygiene Air dan Es

PT. Grahamakmur Ciptapratama dalam melakukan proses produksinya

menggunakan sumber air yaitu air sumur dan air PDAM. Air sumur digunakan

untuk membersihkan lantai, dinding dan sesuatu yang tidak berhubungan

langsung dengan proses pengolahan produk serta digunakan untuk

membersihkan sesuatu yang berhubungan langsung dengan proses pengolahan

produk seperti untuk membersihkan meja, alat pembentukan ikan, keranjang,

longpan dan air sebagai cuci tangan. Air PDAM digunakan untuk semua proses

produksi pada PT. Grahamakmur Ciptapratama. Air menjadi syarat mutlak yang

harus terajaga kebersihannya karena sebagai salah satu bahan pendorong

produksi. Setiap beberapa waktu bagian Quality Control juga mengecek

kebersihan air. Secara fisik air yang digunakan jernih, tidak berbau, dan tidak

berwarna serta bebas dari cemaran kimia berbahaya. Air tersebut telah di

treatment agar aman untuk digunakan pada proses pengolahan serta memenuhi
75
standart air minum. Air yang digunakan pada proses produksi diperiksa setiap

enam bulan sekali oleh independent laboratorium ketiga untuk parameter

mikrobiologi dan kimia. Air yang di gunakan pada proses produksi juga diperiksa

setiap hari oleh laboratorium internal untuk parameter kimia dan biologi. Hasil

pengujian air di PT. Grahamakmur Ciptapratama dapat dilihat pada Lampiran 2.

Es yang digunakan dalam proses produksi ialah ice flake. Es ini diproduksi

sendiri oleh PT. Grahamakmur Ciptapratama dengan menggunakan air PDAM.

Setelah itu es di distribusikan ke ruang produksi. Ice flake yang digunakan juga

diuji dilaboratorium secara mikrobiologi, fisika dan kimia. Hasil pengujian air

proses dapat dilihat pada Lampiran 4. dan pengujian es proses dapat dilihat pada

Lampiran 5.

5.5 Sanitasi dan Hygiene Karyawan

Karyawan di PT. Grahamakmur Ciptapratama dapat dikatakan

memperhatikan sanitasi karyawan demi keamanan produk yang dihasilkan.

Karyawan dilarang menggunakan perhiasan dan juga dilarang memelihara kuku,

para karyawan yang berhijab tidak diperbolehkan memakai jilbab yang bermanik,

tidak diperbolehkan memakai jarum pentol maupun jarum peniti dan para

karyawan tidak diperbolehkan membawa makanan ke ruang proses. Karena hal

tersebut dapat menjadi sumber kontaminasi. Selain itu juga, para karyawan

harus melihat keadaan kesehatan mereka. Karyawan yang ada diruang proses

harus dalam keadaan sehat, jika ada yang terkena penyakit maka akan dialihkan

kebidang lain misal jika terkena penyakit ringan seperti flu maka akan dialihkan

ke bagian lain, jika karyawan terkena penyakit berat maka tidak diijinkan untuk

bekerja. Karyawan selain memiliki kesehatan yang baik karyawan juga harus

memahami proses pembekuan.

76
Setiap karyawan di PT. Grahamakmur Ciptapratama mendapatkan

beberapa fasilitas kelengkapan untuk bekerja yang meliputi pakaian seragam,

kerudung, hairnet, apron, sepatu boots dan sarung tangan. Penerapan sanitasi

dan hygiene karyawan pada proses pembekuan udang di PT. Grahamakmur

Ciptapratama dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat saat proses produksi

berlangsung, para karyawan mengenakan kelengkapan seragam produksi

secara lengkap yang telah dibuat peraturannya oleh PT. Grahamakmur

Ciptapratama mulai dari seragam proses produksi yang bersih, kerudung

sekaligus masker yang dapat menutupi rambut dan mulut, apron yang tahan air

serta sepatu boots dan sarung tangan yang bersih.

Seragam setelah digunakan karyawan akan dibersihkan agar dapat

mempertahankan sanitasi karyawan, para karyawan dapat membawa kerumah

buat mencuci seragam. Sedangkan sarung tangan, setelah digunakan akan

langsung dibuang karena menggunakan sarung tangan sekali pakai. Pembersih

yang digunakan untuk mencuci seragam dan yang lainnya di PT. Grahamakmur

Ciptapratama diusahakan menggunakan sabun yang tidak meninggalkan bau

menyengat pada pakaian. Begitu juga dengan loker karyawan, tidak diijinkan

meninggalkan sampah didalam loker agar tidak mencemari ruangan sekitar

proses.

Penerapan sanitasi dan hygiene karyawan di PT. Grahamakmur

Ciptapratama meliputi pengawasan terhadap kelengkapan perkerja saat bekerja,

perilaku karyawan pada saat akan memasuki ruang produksi, dan perilaku diluar

waktu bekerja serta kesehatan karyawan. Sebelum masuk keruang proses

karyawan harus memakai seragam, mencuci tangan dengan sabun anti bakteri,

serta mencuci kaki dan sepatu booth pada air yang telah dicampur dengan klorin

850 ml, dan std 200 ppm. Selama proses karyawan tidak diijinkan berbicara

namun terdapat beberapa karyawan yang berbicara saat proses diadakan.


77
5.6 Sanitasi dan Hygiene Ruang Ganti Karyawan

Ruang ganti karyawan dibedakan antara ruang ganti pria dan wanita.

Ruang ganti karyawan berada didekat pintu masuk. Ruang ganti dibersihkan

dengan pel lantai, pembersihan dilakukan dua kali sehari. Beberapa fasilitas

yang disediakan diruang ganti yaitu loker, wastafel, dan tempat penyimpanan

sepatu karyawan. Loker digunakan untuk menyimpan barang- barang karyawan.

Washtafel dilengkapi dengan sabun food grade dan hand dryer. Disamping ruang

ganti tepat didepan pintu ruang produksi disediakan juga tempat pencuci tangan

dilengkapi dengan sabun food grade beserta bak pencucian sepatu para

karyawan. Sebelum memasuki ruang proses karyawan harus memakai atribut

karyawan dan mencuci tangan serta mencuci sepatu mereka di bak pencucian

dengan klorin 200 ppm. Air pencucian sepatu dan air cuci tangan diganti dua kali

sehari. Diganti pada pagi hari dengan bak terlebih dahulu dicuci dengan sabun

dan air lalu diisi dan ditambah klorin. Adapun tahapan masuk ruang ganti yaitu:

1. Tenaga kerja dari luar memakai bersih dan rapi.

2. Sandal/ sepatu dari luar dilepas dan masuk ruang ganti tidak memakai

alas kaki

3. Pakai masker dengan benar untuk menutupi mulut dengan hidung

4. Pakai penutup kepala dengan benar, pastikan rambut sudah tertutup

5. Pakai seragam kerja

6. Rapikan pakaian kerja, baik hairnet maupun masker.

7. Pakai sepatu boat yang bersih

8. Lakukan cuci tangan dan sepatu dengan benar

5.7 Penanganan limbah

Pada PT. Grahamakmur Ciptapratama terdapat dua jenis limbah yaitu

limbah domestik dan limbah proses. Limbah domestik akan ditampung dalam bak
78
penampung dan septic tank, sedangkan limbah proses terdapat dua jenis yaitu

limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa kepala udang dan kulit

udang dimasukkan kedalam sebuah keranjang. Kemudian akan diambil oleh

pihak ketiga untuk diolah menjadi pakan ternak. Limbah cair yang dihasilkan dari

ruang produksi akan langsung dialirkan ke sungai dengan melalui tiga kali

penyaringan. Jadi sebelum dialirkan ke sungai, limbah cair tersebut pertama

ditampung di IPAL, lalu di saring lagi sampai tiga kali dan diteruskan ke sungai.

Kebersihan area penanganan limbah dilakukan oleh petugas khusus.

Pembersihan dan pengecekan dilakukan setiap hari. Penanganan limbah dapat

dilihat pada Gambar 36.

Gambar 36. Penanganan limbah

Penerapan sanitasi dan hygiene pada proses pembekuan udag vanamei dapat

dilihat pada Tabel 5.

79
Tabel 5. Penerapan sanitasi dan hygiene pada pembekuan udang vanamei
(Litopenaeus vannamei) di PT. Grahamakmur Ciptapratama
Penyimpangan
No Kriteria Persentase Kriteria
Mn My S K
1 Sanitasi dan Hygiene
95% - - - - Baik
Proses Produksi
2 Sanitasi dan hygiene
100% - - - - Baik
air
3 Sanitasi dan hygiene
100% - - - - Baik
lingkungan
4 Sanitasi dan hygiene
100% - - - - Baik
karyawan
5 Sanitasi dan hygiene
100% - - - - Baik
peralatan dan mesin
6 Penanganan limbah 100% - - - - Baik
Jumlah
Rata-rata 99,16%
Sumber: PT. Grahamakmur Ciptapratama (2018)

5.8 Standart Sanitation Operating Prosedure (SSOP)

Penerapan SSOP dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya GMP

dengan baik, sehingga penerapan HACCP dapat terlaksana dengan efektif.

Kesalahan dan penyimpangan terhadap pelaksanaan SSOP akan

mengakibatkan kondisi lingkungan yang memudahkan terjadinya kontaminasi

(Nurdiansyah, 2010).

5.8.1 Keamanan Air dan Es

Air merupakan komponen penting yang harus ada pada perusahaan

pengolahan perikanan. Air digunakan untuk semua proses produksi, maka dari

itu harus di jaga kebersihan dan keamanan air. Air dapat menjadi sumber

kontaminan pada bahan pangan. Air dapat mengandung bakteri patogen, jamur,

mikroorganisme, bahan kimia dan benda asing. Di PT. Grahamakmur

80
Ciptapratama menggunakan Air PDAM dan air sumur. Untuk menjaga keamanan

air sumur maka di lakukan water treatment. Penggunaan air terdapat 2 macam

yaitu air untuk proses dan air untuk sanitasi. Air untuk proses atau air yang

langsung kontak dengan udang menggunakan air PDAM sedangkan untuk

sanitasi menggunakan air sumur. Air sumur digunakan untuk sanitasi peralatan,

mesin dan tempat proses sehingga air sumur tidak kontak langsung dengan

udang.

Penerapan sanitasi dan hygiene pada PT. Grahamakmur Ciptapratama

yaitu dengan tata letak water treatment yang jauh dengan instalasi pengolahan

air limbah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kontaminasi air. Untuk

menjaga keamanan air dilakukan pengecekan berkala yaitu pengecekan fisik

(warna dan bau), pengujian kimia (uji klorin, pH dan kesadahan air) dan uji

mikroba (E. Coli dan Coliform). Pengujian kualitas air dilakukan oleh petugas

laboratorium internal dan eksternal sedangkan pengujian pH dan klorin dilakukan

setiap hari oleh pihak internal. Air yang digunakan pada proses produksi

diperiksa setiap enam bulan sekali oleh independent laboratorium ketiga untuk

parameter mikrobiologi dan kimia. Air yang di gunakan pada proses produksi

juga diperiksa setiap hari oleh laboratorium internal untuk parameter kimia dan

fisik. Pengujian mikrobiologi dilkakukan seminggu sekali oleh pihak internal,

pengujian kesadahan dilakukan setiap bulan sekali. Kemudian di dalam area

produksi untuk membedakan sumber air sumur dan air PDAM yaitu dengan

memberikan warna selang dan bak yang berbeda, warna hijau untuk air sumur

dan warna biru untuk air PDAM.

Es merupakan komponen penting pada perusahaan pembekuan udang.

Es digunakan untuk menjaga rantai dingin selama proses pembekuan udang.

Keamanan es di PT.Grahamakmur Ciptapratama sudah baik karena es di

produksi sendiri menggunakan mesin ice flake. Sumber air yang digunakan yaitu
81
standar air minum berasal dari air tanah yang telah disaring menggunakan sand

filter carbon active dan resin softener sehingga aman di gunakan. Es merupakan

komponen yang kontak langsung dengan bahan pangan maka dari itu harus

sangat dijaga kebersihan dan keamanannya. Es di distribusikan oleh petugas ke

area produksi menggunakan keranjang dan trolley kemudian di letakkan di fiber

box di dekat meja produksi agar memudahkan karyawan borongan mengambil

ice flake. Keamanan es juga diperhatikan oleh petugas laboratorium internal yaitu

dengan melakukan pengujian setiap satu minggu sekali dan pengujian

mikrobiologi oleh laboratorium eksternal setiap enam bulan sekali.

5.8.2 Kebersihan Permukaan Yang Kontak Dengan Produk

Kebersihan permukaan yang kontak dengan produk disini yaitu

kebersihan peralatan yang digunakan selama proses produksi. Peralatan yang

kontak langsung dengan bahan pangan harus benar-benar dijaga kebersihan

dan keamanannya. Peralatan yang di gunakan pada PT. Grahamakmur

Ciptapratama menggunakan bahan stainless steel agar tidak mudah berkarat,

selain itu stainless steel mudah pembersihannya dan tahan suhu rendah maupun

suhu tinggi. Untuk peralatan yang terbuat dari bahan plastik yaitu jenis polyetilen

sehingga tidak mudah sobek.

Penerapan sanitasi dan hygiene pada PT. Grahamakmur Ciptapratama

dilakukan oleh petugas laboratorium dan mekanik dengan mengecek kondisi

sanitasi peralatan dan lingkungan produksi. Pembersihan peralatan dilakukan

oleh petugas khusus setiap sebelum dan sesudah proses produksi

menggunakan sabun dan air. Selain itu, sanitasi dan hygiene juga dilakukan oleh

kesadaran karyawan selama proses produksi berlangsung. Karyawan/karyawan

melakukan pembersihan dengan menyiram air pada peralatan dan lantai yang

kotor.

82
5.8.3 Pencegahan Kontaminasi Silang

Kontaminasi silang merupakan pencemaran yang berasal dari luar bahan

pangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontaminasi dapat terjadi

melalui air, udara dan benda lain yang kontak langsung dengan bahan baku.

Upaya pencegahan kontaminasi silang pada PT. Grahamakmur Ciptapratama

yaitu melalui tata letak pabrik dimana letak ruangan penerimaan bahan baku

dengan produk jadi (loading produk jadi) yang tidak berdekatan, menjauhkan

gudang bahan kimia dan gudang kemasan dengan ruang proses, menjauhkan

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan ruang proses dan kantor,

terdapat tirai berbahan PVC yang terpasang pada pintu supaya tidak ada

binatang pengerat yang masuk ke area proses , serta menempatkan toilet

terpisah dari ruang proses, high risk dan low risk area harus dipisah dan

dilengkapi dengan exhaust untuk mencegah kelembapan yang tinggi. Selain itu,

selama proses berlangsung limbah padat seperti hasil potongan kepala udang,

kulit udang dan usus udang diletakkan di wadah yang berbeda agar tidak

menyebabkan kontaminasi pada hasil udang.

Upaya pencegahan lainnya yaitu melalui karyawan. Karyawan harus

mematuhi peraturan personal higiene. Sebelum memasuki area proses karyawan

harus mencuci tangan dan kaki dengan bersih di ruang sanitasi. Kontaminasi

juga dapat terjadi melalui udara, sehingga perlu dijaga kelembapannya. Upaya

yang dilakukan untuk memantau udara didalam ruang proses maka selalu

dilakukan pengujian kualitas udara oleh petugas laboratorium. Seragam

karyawann hanya digunakan di area produksi, jika karyawan meninggalkan area

produksi maka seragam kerja harus di simpan di ruag ganti. Ada juga

pembedaan antara seragam kerja area high risk dan low risk.

83
5.8.4 Menjaga Fasilitas Cuci Tangan, Sanitasi Dan Toilet

Perusahaan menyediakan fasilitas kerja yang aman, sehat dan bersih di

semua area kerja termasuk fasilitas cuci tangan dan toilet. Fasilitas cuci tangan

dan toilet yang memadai dan dipelihara dengan baik menggunakan sistem cuci

tangan yang tidak dioperasikan dengan tangan. Penambahan desinfektan

dikontrol oleh perusahaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Pada

fasilitas pencuci tangan tersedia alkohol dan sabun food grade. Fasilitas pencuci

tangan terletak di pintuk masuk dan sepanjang area produksi sedangkan toilet

terletak terpisah dari area produksi. Aktifitas cuci tangan di pintu masuk area

produksi dimonitor oleh petugas keamanan dan aktifitas cuci tangan di area

produksi dimonitor oleh supervisor.

5.8.5 Proteksi Dari Bahan Kontaminan

Perusahaan pengolahan pangan tidak terlepas dari adanya bahan kimia

digunakan untuk sanitasi. Bahan kimia yang digunakan di area proses ini adalah

sabun cair, chlorin dan alkohol. Sabun cair yang digunakan dibedakan menjadi

sabun pencuci tangan, sabun untuk mengepel lantai dan sabun yang digunakan

untuk mencuci peralatan produksi. Sabun cair perusahaan ini harus berstandar

food grade yaitu tidak boleh bewarna, tidak boleh menggunakan pewangi dan

tidak berbusa. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir timbulnya residu serta

tetap aman untuk bahan baku. Klorin yang digunakan di perusahaan ini harus

sesuai dengan standar yang ditentukan. Untuk kegiatan sanitasi klorin yang

digunakan untuk air di bak pencucian sepatu boot sebesar 200 ppm, merendam

tangan sebesar 50 ppm, pencucian udang di ruang penerimaan sebesar 100

ppm, air cucian udang yang jatuh sebesar 5 ppm dan air proses sebesar kurang

dari 0.4 ppm. Alkohol yang digunakan di ruang sanitasi sebesar 70% untuk

higiene tangan. Sabun cair dan klorin disimpan menggunakan botol khusus dan

84
dibedakan warnaya, sedangkan alkohol disimpan dalam wadah bewarna putih

dilengkapi dengan penyemprotannya. Bahan kimia tersebut diletakkan pada

tempat- tempat tertentu dengan menerapkan pelabelan. Terdapat ruangan

khusus untuk menyimpan bahan-bahan kimia yang terpisah dari area lain

sehingga meminimalisir dampak kontaminasi.

Bahan tambahan pangan (food additive) yang digunakan di PT.

Grahamakmur Ciptapratama ini adalah garam, phospate dan non phospate.

Food additive ditambahkan ketika proses soaking berlangsung. Garam yang

digunakan adalah garam australia, fungsi dari garam adalah sebagai penambah

cita rasa, sodium tripolyphosphate berfungsi sebagai pengenyal, sodium

bikarbonat berfungsi sebagai perenyah dan soudium cirate berfungsi untuk

pengawet dan penyedap, serta carnal berfungsi untuk mempertahankan tekstur.

Untuk penyimpanan food additive sendiri diletakkan dalam gudang khusus,

kemudian dibawa ke ruang soaking dengan menggunakan ember tertutup.

Ember yang digunakan terdiri dari tiga warna, yaitu biru untuk garam, merah

untuk phospate dan hijau untuk non phospate. Food additive yang digunakan

pun berbentuk serbuk atau bubuk, hal tersebut supaya mudah untuk

dicampurkan ke mesin pengadung dan lebih mudah homogen dengan air.

Penggunaan food additive beserta komposisinya ini tergantung permintaan dari

buyer.

5.8.6 Pelabelan dan Penyimpanan Yang Tepat

Produk yang dinyatakan lolos dari metal detector dilakukan pengemasan

kedalam master carton dengan metode pengemasan polybag didalam master

carton yang sesuai dengan spesifikasi pembeli. Pelabelan pada master carton

harus mudah dibaca dan dimengerti. Semua informasi yang dicantumkan pada

kemasan harus sesuai dengan spesifikasi pembeli, meliputi jenis produk, size,

85
berat, ingredients dan lain-lain. Kemasan yang digunakan juga harus dilakukan

dengan bersih dan rapi. Untuk memastikan pelabelan yang tepat makan

dilakukan pengecekan pada kondisi master carton sebelum digunakan dan

kesesuaian master carton dengan produk yang akan dikemas.

Produk yang telah dilakukan pengemasan disimpan dalam ruang dingin

(Cold Storage) dengan suhu -18oC atau lebih rendah. Penataan produk dalam

ruang penyimpanan juga harus memperhatikan jarak antara master carton

dengan dinding untuk memberikan sirkulasi udara yang baik. Suhu ruang

penyimpanan dicatat secara manual oleh operator dan direkam dengan

menggunakan temperature logger setiap 1 jam sekali untuk pembanding serta

melakukan pengecekan suhu pada ruang penyimpanan.

5.8.7 Pengendalian Kesehatan Karyawan

PT. Grahamakmur Ciptapratama mempunyai sebanyak 500 karyawan

termasuk borongan maupun staff. Kesehatan karyawan harus selalu dijaga

karena perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan pangan. Pengecekan

tersebut biasanya dilaksanakan etika calon karyawan dinyatakan diterima

sebagai karyawan. Pemeriksaan karyawan seharusnya dilaksanakan secara

periodik yaitu untuk meminimalisir potensi bahaya kontaminan. Saat akan

memasuki area proses, karyawan akan diperiksa kondisinya oleh petugas

keamanan proses terlebih dahulu. Di perusahaan ini, untuk karyawan yang sakit

harus melaporkan diri ke atasan atau ke supervisor untuk meminta izin tidak

masuk kerja dan boleh kembali bekerja ketika sudah mempunyai surat

keterangan sehat. Karyawan tidak boleh meludah, makan, minum, merokok dan

tidur diruang produksi. Selain itu terdapat fasilitas kesehatan berupa klinik

kesehatan yang terletak di dekat koperasi pabrik. Karyawan yang sakit tidak di

86
izinkan untuk memasuki ruang proses karena dapat menularkan ke karyawan

lainnya dan dapat mengkontaminasi bahan baku.

5.8.8 Pemberantasan Hama

Pemberantasan hama dilakukan untuk menghindari adanya hama seperti

serangga, kecoa, semut, cacing, ulat, tikus dan binatang lainnya. Binatang

tersebut memiliki peluang untuk mengkontaminasi produk karena binatang

tersebut dapat membawa bakteri dari luar maupun dari tubuhnya sendiri. Hama

yang memungkinkan sebagai bakteri patogen megandung Salmonella,

Staphylococcus, E. Coli dan lain sebagainya. PT. Grahamakmur Ciptapratama

memiliki alat seperti insect killer dan alat penjebak tikus sebagai pengendalian

hama. Alat-alat tersebut tersebar di beberapa titik area pabrik. Untuk insect killer

diletakkan didekat atap area pabrik maupun area proses. Selain menggunakan

alat, perusahaan ini juga meletakkan tirai berbahan PVC yang terpasang pada

pintu agar tidak ada binatang pengerat yang ke area proses. Monitoring pest

control dilakukan setiap hari oleh petugas sanitasi dan setiap dua minggu sekali

oleh pihak ketiga yang telah berlisensi. Pengujian rodent control report dapat

dilihat pada Lampiran 6. dan insect control report dapat dilihat pada Lampiran 7.

87
6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

• PT. Grahamakmur Ciptapratama menerapkan sanitasi dan hygiene pada

proses pembekuan udang vanname mulai dari sanitasi dan hygiene

proses produksi, sanitasi dan hygiene air dan es, sanitasi dan hygiene

peralatan, sanitasi dan hygiene ruang proses, sanitasi dan hygiene ruang

penyimpanan, sanitasi dan hygiene fasilitas umum, sanitasi dan hygiene

karyawan, dan sanitasi dan hygiene penanganan limbah.

• Bahan tambahan berupa air dan es yang digunakan PT. Grahamakmur

Ciptapratama telah teruji secara kimia dan mikroba sehingga aman

digunakan selama produksi.

• Prosedur SSOP yang dimiliki PT. Grahamakmur Ciptapratama dimulai

dari keamanan air; kondisi dan kebersihan permukaan peralatan yang

kontak langsung dengan produk; pencegahan kontaminasi silang;

menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet; proteksi dari bahan-

bahan kontaminan; pelabelan dan penyimpanan yang tepat;

pengendalian kesehatan karyawan dan pemberantasan hama.

• Sanitasi dan hygiene pada PT. Grahamakmur Ciptapratama sudah baik

dilihat dari persentasi keseluruhan mencapai 99.16%.

88
6.2 Saran

• Pekerja sebaiknya pada saat proses tidak berbicara, walaupun

menggunakan masker tapi ada kemungkinan menjadi sumber

kontaminan.

• Penerapan sanitasi dan hygiene pada alur proses pembekuan udang

vannamei lebih diperhatikan lagi.

89
DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Udang. Bumi Aksara. Jakarta.


88 - 89.

Afrianto, E. dan E, Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Udang.


Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 40-51.

Amri, K. dan I. Kanna. 2008. Budi Daya Udang Vaname. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 3-6.

Arizona, D. D., R. H. Harsuko dan H. N. Nuddin. 2013. Analisis pengaruh gaya


kepemimpinan, motivasi kerja dan komitmen organisasional terhadap
kinerja pegawai (studi pada dinas kelautan dan perikanan kabupaten
malang. APi Student Journal. 1(1): 1-11.

Badan Standardisasi Nasional. 2014. Standar Nasional Udang Beku SNI


2705:2014.

Buckle, K. A., R. A. Edwards., G. H. Fleet dan M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan.


Jakarta. UI Press. 87-91.

Departemen Pertanian. 2009. Konsep Pedoman Sanitasi dan Hygiene


Agroindustri Perdesaan.

Google Image. 2018. Litopenaeus Vannamei. http://www.googleimage-


Litopenaeusvannamei.com. Diakses pada tanggal 1 April 2018.

Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Hasil Perikanan. Jilid 1. Liberty. Yogyakarta. 83-


91.

Hariadi, S. 1994. Pembekuan Udang Jilid I. Karya Anda. Surabaya. 25-28.

Hermawan, A. 2012. Penelitian Bisnis-Paradigma Kuantitati. Grasindo. Jakarta.


168.

Irdiantry, E. 2011. Analisis Ekspor Udang Tuna Indonesia. Skripsi: 1-54.

Jacoeb, A. M., P. Suptijah dan W. A. Kristantina. 2015. Komposisi asam lemak,


kolesterol, dan deskripsi jaringan fillet Udang kakap merah segar dan
goreng. JPHPI. 18(1) : 98-107.

Katsuyama, A. M. dan M. Jantschke. 1999. Sanitation standard operating


procedures. HACCP – A Systematic Approach to Food Safety.The
Food Processor Institute. Washington DC.

90
Muchtadi, T. dan Sugiyono. 1989. Pengetahuan bahan pangan. Bogor. IPB
Press. 34-35.

Murniati, A.S. dan Sunarman. 2000. Pendinginan, pembekuan dan pengawetan


udang. Kanisius. Yogyakarta. 33-36.

Purwaningsih, S.1995. Teknologi pembekuan udang. Penebar Swadaya. Jakarta.


43.

Nurdiansyah, A. 2010. Evaluasi aplikasi GMP dan SSOP serta penyusunan


HACCP plan produksi yoghurt drink di PT. Indolakto Factory Pandaan,
Pasuruan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 171.

Nuryani, A. B. 2006. Pengendalian mutu penanganan dang Beku dengan Konsep


Hzard Analysis Critical Control Point. Tesis. Program Pascasarjana,
Universitas Diponegoro. Semarang.

Sofiana, E. 2012. Hubungan hygiene dan sanitasi dengan kontaminasi E.coli


pada jajanan di Sekolah Dasar kecamatan Tapos Depok. Fakultas
Kesehatan Masyarakat.Universitas Indonesia.

Sembiring, S. 2008. Penelusuran hukum penting bagi pengemban profesi hukun


(suatu studi tentang profesi advokad sebagai pengemban profesi
hukum). Lex Jurnalica. 6 (1) : 20-28.

Semiawan, C. S. 2010. Metode penelitian kualitatif jenis karakteristik dan


keunggulannya. Grasindo. Jakarta. 112-113.

Simanjuntak, E., S. Dewi dan M. Butar – Butar. 2013. Hubungan Sanitasi


lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian penyakit scabies
pada warga binaan pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan klas
iia jambi tahun 2013. Scienta Journal. 2 (2): 70-78.

Surakhmad, W. 2001. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan tekhnik


methodologi pengajaran. Tarsito. Bandung. 24.

Thaheer, H. 2005. System manajemen haccp (hazard analysis and critical control
point). Bumi Aksara. Jakarta. 308.

Yunus, S. P., J. M. L. Umboh dan O. Pinontoan. 2015. Hubungan personal


hygiene dan fasilitas sanitasi dengan kontaminasi escherichia coli
pada makanan di rumah makan padang kota manado dan kota bitung.
JIKMU. 5(2) : 210- 220.

91
LAMPIRAN

92
Lampiran 1. Jadwal pelaksanaan praktek kerja magang

Jadwal pelaksanaan atau time schedule pelaksanaan praktek kerja


magang mengenai proses pembekuan udang vannamei (Litopenaeus Vannamei)
di PT. Grahamakmur Ciptapratama Sidoarjo Provinsi Jawa Timur, sebagai
berikut :

Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Magang


No. Kegiatan
Bulan Juli Bulan Agustus

Mempelajari keadaan
1
umum perusahaan

Mempelajari sistem
2
manajemen perusahaan

Mempelajari proses
3
pengolahan

Mempelajari sanitasi
4
industri

Mempelajari sanitasi dan

5 hygine ruang produksi

dan karyawan

Mempelajari bahan dan


6
peralatan sanitasi

Mempelajari Standart

7 Sanitation Operating

Procedure perusahaan

93
Mempelajari
8
pengawasan mutu

94
Lampiran 2. Denah lokasi PT. Grahamakmur Ciptapratama

95
Lampiran 3. Lay out PT. Grahamakmur Ciptapratama

96
Lampiran 4. Struktur organisasi

97
Lampiran 5. Monitoring of sanitation condition record

98
99
Lampiran 6. Uji air proses

100
101
Lampiran 7. Uji es proses

102
Lampiran 8. Rodent control report

103
104
Lampiran 9. Insect control report

105
106

Anda mungkin juga menyukai