Oleh:
Menyetujui,
ii
LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH
Dengan ini saya Rochmatin Alfiatur Rochmaniyah 26060120120009
menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul Penerapan
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pembekuan Tuna Loin di PT
Tridaya Eramina Bahari, Penjaringan, Jakarta Utara ini adalah asli karya saya
sendiri.
Semua informasi yang dimuat dalam laporan Praktik Kerja Lapangan yang
berasal dari karya orang lain, baik yang dipublikasikan atau tidak, telah diberikan
penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan laporan
Praktik Kerja Lapangan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Rochmatin Alfiatur R
NIM. 26060120120009
iii
ABSTRAK
Rochmatin Alfiatur Rochmaniyah 26060120120009. Penerapan HACCP
(Hazard Analysisi Critical Control Point) Pembekuan Tuna Loin di PT Tridaya
Eramina Bahari, Penjaringan, Jakarta Utara (Romadhon)
Kata kunci: HACCP, CCP, Tindakan korektif, Verifikasi, Pembekuan, Tuna Loin
Beku.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulisan laporan Praktik Kerja
Lapangan dengan judul “Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point) Pembekuan Tuna Loin di PT Tridaya Eramina Bahari,
Penjaringan, Jakarta Utara” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui
penerapan HACCP pada Pembekuan Tuna Loin.
Pada pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Rochmatin Alfiatur R.
v
DAFTAR ISI
Halaman
vi
4.4.10
Pembekuan ABF (Air Blast Freezing) ......................................... 30
4.4.11
Penggelasan .................................................................................. 30
4.4.12
Penimbangan III ........................................................................... 31
4.4.13
Pengemasan dan pelabelan ........................................................... 31
4.4.14
Pemeriksaan logam ...................................................................... 31
4.4.15
Penyimpanan beku di cold storage room ..................................... 32
4.4.16
Stuffing Eksport ............................................................................ 32
Good Manufacturing Practices ................................................................ 33
4.3.1 Seleksi Bahan Baku...................................................................... 34
4.3.2 Bahan Pembantu........................................................................... 34
4.3.3 Penanganan dan Pengolahan ........................................................ 34
4.3.4 Pengemasan .................................................................................. 34
4.3.5 Penyimpanan ................................................................................ 35
Sanitation Standart Operational Procedure (SSOP) ................................. 35
4.4.1 Keamanan Air dan Es ................................................................... 35
4.4.2 Fasilitas Cuci Tangan ................................................................... 36
4.4.3 Pencegahan Kontaminasi Silang .................................................. 36
4.4.4 Proteksi Dari Kemungkinan Kontaminan .................................... 36
4.4.5 Pelabelan, Pemakaian, dan Penyimpanan Bahan Kimia .............. 36
4.4.6 Kesehatan Karyawan .................................................................... 36
4.4.7 Pengendalian Hama ...................................................................... 37
Penerapan HACCP pada Produksi Pembekuan Ikan Tuna Loin ............. 37
4.5.1 Membentuk tim HACCP dan Mengidentifikasi Ruang Lingkup.37
4.5.2 Mendeskripsikan produk .............................................................. 38
4.5.3 Mengidentifikasi Tujuan Penggunaan dan Pengguna .................. 39
4.5.4 Membuat Diagram Alir ................................................................ 40
4.5.5 Mengonfirmasi Diagram Alir di Lapangan .................................. 41
4.5.6 Melakukan Analisa Bahaya dan Mengidentifikasi Tindakan
Pengendalian
42
4.5.7 Menetapkan Critical Control Point (CCP) .................................. 50
4.5.8 Menentukan Batas Kritis Tervalidasi untuk Setiap CCP ............. 53
4.5.9 Menentukan Sistem Pemantauan untuk Setiap CCP .................... 54
4.5.10 Menentukan Tindakan Korektif ................................................... 55
4.5.11 Memvalidasi Rencana HACCP dan Prosedur Verifikasi ............. 55
4.5.12 Menetapkan Dokumentasi dan Penyimpanan Rekaman .............. 56
V PENUTUP .........................................................................................................57
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 57
5.2 Saran ........................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................58
LAMPIRAN ..........................................................................................................61
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Persyaratan Mutu dan Keamanan Tuna Loin Beku ........................... 7
2. Alat yang digunakan dalam Pengolahan Tuna Loin Beku ................. 16
3. Hasil Uji Mikrobiologi dan Kimia Produk Tuna Loin Beku .............. 33
4. Tim HACCP PT Tridaya Eramina Bahari .......................................... 37
5. Analisa Bahaya Proses ....................................................................... 42
6. CCP (Critical Control Point) ............................................................. 51
7. Penetapan Batas Kritis ....................................................................... 52
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan Tuna Sirip Kuning ...................................................................... 4
2. Alur Proses Pembeluan Tuna Loin ..................................................... 6
3. Prinsip Penilaian Bahaya .................................................................... 11
4. Menentukan Critical Control Point ................................................... 12
5. Diagram Alir Proses Tuna Loin Beku PT Tridaya Eramina Bahari ... 41
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Struktur Organisasi....................................................................................... 61
2. Tata Letak Pabrik ......................................................................................... 62
3. Form Penerimaan Bahan Baku .................................................................... 63
4. Form Audit Saniasi Harian........................................................................... 64
5. Form Record Keamanan Air dan Es ............................................................ 65
6. Form Hasil Pengujian Histamin ................................................................... 66
7. Sertifikat HACCP PT Tridaya Eramina Bahari ........................................... 67
8. Sertifikat Kelayakan Pengolahan ................................................................. 68
9. Dokumentasi Proses HACCP (CCP) ........................................................... 69
10. CCP (Critical Control Point) ..................................................................... 70
11. Sertifikat Praktik Kerja Lapangan .............................................................. 71
12. Penyerahan Plakat ...................................................................................... 72
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan tuna sirip kuning (Thunnus Albacares) merupakan hasil perikanan
paling banyak dihasilkan di Indonesia. Ikan ini termasuk jenis ikan yang bernilai
ekonomis penting baik sebagai komoditi lokal maupun komoditi ekspor.
Tangkapan di laut pada komoditi ikan tuna loin dari tahun 2009 hingga tahun
2014 terjadi peningkatan rata-rata 2,7 ton per tahun. Tahun 2014 hingga 2016 data
volume ekspor ikan tuna beku yaitu 32.837 ton pada tahun 2014, pada tahun 2015
sebesar 22.185 ton, dan pada tahun 2016 sebanyak 22.282 ton. Hasil tangkapan
tuna di Maluku, Indonesia pada Tahun 2019 adalah sebesar 49.401,00 ton. Produk
ikan tuna loin beku di Indonesia mayoritas diekspor ke negara lain seperti Uni
Eropa, Jepang, dan, Vietnam, Rusia, dan Amerika. Kandungan nutrisi seperti
protein pada ikan tuna tergolong tinggi dan kandungan lemak yang terkandung
pada ikan tuna nilainya rendah. Kandungan protein ikan tuna sebesar 22,6-26,2
g/100 g daging, sedangkan untuk kandungan lemak yang terkandung sebesar 0,2-
2,7 g/100 g daging. Menurut Sumartini et al. (2020), tuna loin masak beku
merupakan produk olahan tuna yang mengalami pemasakan, pembentukan loin
dan pembekuan. Prinsip pada pengolahan ikan tuna loin yaitu upaya untuk
mempertahankan masa simpan produk dan meningkatkan nilai tambah pada
produk.
Perkembangan industri perikanan di Indonesia dalam kegiatan ekspor
semakin meningkat. Hal ini membuat perusahaan semakin berupaya agar produk
yang dihasilkan dapat bersaing dengan negara lainnya. Terciptanya mutu produk
hasil perikanan yang berkualitas dapat dilakukan dengan memberikan jaminan
pangan pada suatu produk supaya konsumen merasa aman ketika
mengonsumsinya. Proses pengolahan dilakukan pengendalian mutu berupa
pengawasan pada setiap kegiatan produksi diantaranya yaitu penerapan HACCP,
GMP, dan SSOP untuk menjamin jaminan mutu keamanan produk perikanan.
Penerapan sistem mutu manajemen keamanan pangan HACCP seharusnya
dilaksanakan dengan baik. Menurut Prayitno dan Sigit (2019), HACCP membantu
perencanaan dan operasional dalam kegiatan produksi pangan terutama dalam
1
2
keamanan pangan dan kesehatan yang memfokuskan pada berbagai bahaya secara
langsung. Saat ini banyak organisasi yang merujuk HACCP sebagai sistem
analisis dan pengendalian resiko kesehatan yang terkait dengan produk pangan.
PT Tridaya Eramina Bahari merupakan salah satu perusahaan pembekuan
ikan yang sudah terkenal di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara. Salah satu
produknya adalah tuna loin beku. PT Tridaya Eramina Bahari berdiri sejak tahun
1994 dimana saat ini produksinya dapat mencapai 300 ton/hari, telah
mendapatkan sertifikat GMP, SSOP, HACCP. Oleh karena itu, tempat ini cocok
digunakan untuk media pembelajaran dalam mengetahui pengendalian mutu dan
mengkaji proses pembekuan tuna loin.
1.2. Tujuan
Tujuan diadakan Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui :
1. Proses penerapan HACCP pada pembekuan ikan tuna loin (Thunnus
Albacares) di PT Tridaya Eramina Bahari.
2. Perbedaan penerapan HACCP antara teori perkuliahan dan praktik di
perusahaan.
1.3. Manfaat
Manfaat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui informasi mengenai penerapan HACCP pada pembekuan ikan
tuna loin (Thunnus Albacares); dan
2. Membantu memberikan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan,
baik kepada mahasiswa, peneliti, maupun masyarakat umum mengenai kualitas
dari pembekuan ikan tuna loin (Thunnus Albacares).
1.4. Waktu dan Tempat
Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan ± 1 bulan di Jalan Muara Baru
Ujung Blok K No. 3, Penjaringan, Jakarta Utara, Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
mencapai 239 cm, dan dapat mencapai umur 9 tahun. Daya perkembangbiakan
yang cepat karena hanya memerlukan waktu 1,4 hingga 4,4 tahun untuk
menggandakan populasinya. Jumlah telur yang dihasilkan dapat mencapai sekitar
200 ribu butir. Kandungan nutrisi ikan tuna sirip kuning mempunyai kadar protein
yang tinggi dan kadar lemak yang rendah. Kandungan protein pada ikan tuna
berkisar antara 22,6–26,2 gr/100 gr daging ikan, kandungan mineral besi, kalsium,
fosfor, sodium, vitamin A, dan vitamin B termasuk thiamin, riboflavin dan niasin
(Palyama dan Dharmayanti, 2021).
Diagram Alur Proses Pembekuan Tuna Loin SNI Nomor 4104 Tahun 2015
Pembuatan Loin
Sortasi Mutu
Pendeteksian Logam
Pembekuan
Penimbangan 2
Penyimpanan Beku
c. Cemaran mikroba
ALT koloni/g Maks. 5,0 x 105
Escherichia coli APM/g <3
Salmonella per 25 g Negatif
Coliform APM/g <3
Vibrio cholerae* per 25 g Negatif
Vibrio parahaemolyticus* APM/g <3
d. Cemaran logam
Arsen (As)* mg/kg Maks. 0,5
Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,1
Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 1,0
Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
Timbal (Pb)** mg/kg Maks. 0,4
e. Fisika
Suhu pusat °C Maks. -18
f. Parasit ekor 0
CATATAN
*Bila diperlukan
*Setiap parameter sensori
8
High
High High High
Occurence Occurence Occurence
Low Severity Medium High Severity
(3) Severity (6) (9)
Likeilhood Medium Medium Medium
Occurence Occurence Occurence
Low Severity Medium High Severity
(2) Severity (4) (6)
Low Low Low
Occurence Occurence Occurence
Low Low Severity Medium High Severity
(1) Severity (2) (3)
Keterangan
Level Risiko :
Low : Jika hasil perkalian = 1
Medium : Jika hasil perkalian = 2 atau 4
High : Jika hasil perkalian = 3, 6, atau 9 signifikan
Likelihood
L1 (Low) : Peluang kejadian rendak ( belum pernah terjadi dalam 1 tahun).
M2 (Medium) : Peluang kejadian 1 kali dalam 1 tahun.
H3 (High) : Peluang kejadian sering ( > 1 kali dalam 1 tahun).
Severity :
L1 (Low) : Dapat menyebabkan sakit ringan.
M2 (Medium) : Dapat menyebabkan sakit yang tidak bisa beraktivitas atau
menimbulkan indirect atau cumultative risk.
H3 (High) : Dapat menyebabkan rawat inap sampai meninggal.
Tahap 7. Menetapkan Titik Kendali Kritis (Critical Control Point)
Titik kendali kritis merupakan pengendalian mencegah atau melenyapkan bahaya keamanan pangan atau mengurangi sampai
tingkat penerimaan. Decision Tree Codex 2020 (CRD03. Rev1/Mar 2022)
Tidak Tidak
Q2 Apakah tindakan pengendalian khusus untuk bahaya Langkah ini bukan CCP. Langkah selanjutnya seharusnya
signifikan teridentifikasi ada pada langkah ini? dievaluasi untuk CCP.
Ya
Q3 Akankah langkah berikutnya mencegah atau Langkah ini bukan CCP. Langkah selanjutnya seharusnya
Ya
menghilangkan bahaya signifikan teridentifikasi atau menjadi CCP.
menguranginya hingga ke tingkat yang dapat diterima?
Tidak
Q4 Dapatkah langkah ini secara khusus mencegah atau Modifikasi langkah, proses atau produk untuk menerapkan
Tidak
menghilangkan bahaya signifikan teridentifikasi atau tindakan pengendalian. Kembali ke awal pohon keputusan
menguranginya hingga ke tingkat yang dapat diterima? setelah analisis bahaya baru.
12
13
produk yang diproduksi saat penyimpangan terjadi adalah produk yang tidak
aman, sehingga perlakuan selanjutnya dapat direproses, dialihkan ke penggunaan
lain, ataupun dimusnahkan. Tindakan yang harus dilakukan mencakup beberapa
hal seperti koreksi langsung dan disposisi terhadap produk yang terpengaruh,
tindakan korektif untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian, mencatat
tindakan yang dilakukan, tinjauan berkala atas tindakan korektif sebaiknya
dilakukan untuk mengidentifikasi trend dan efektivitas tindakan korektif
dipastikan.
sistem HAACP ( 5 langkah awal dan 7 prinsip), prosedur dan instruksi kerja
terkait, catatan hasil monitoring, tindakan koreksi, dan tindakan verifikasi.
Penyusunan rencana HACCP telah selesai jika sudah disusun sistem dokumentasi.
Dokumentasi dalam sistem HACCP dapat disimpan baik secara fisik maupun
elektronik. Perubahan rencana HACCP dapat terjadi apabila terjadi perubahan
bahan baku, tata letak pabrik, peralatan yang diganti, program sanitasi yang
berubah, penerapan prosedur baru, perubahan kelompok konsumen produk dan
terdapat informasi baru mengenai suatu bahaya.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.2.1 . Alat
Alat yang digunakan untuk pembekuan ikan tuna loin dalam Praktek Kerja
Lapangan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Alat yang digunakan dalam Pengolahan Tuna Loin Beku
No Nama Alat Spesifikasi Fungsi
1. Meja proses Bahan stainless steel Untuk tempat proses
Ukuran 120 x 70 x 85 cm produksi
2. Thermometer Berat 130 gram Untuk mengukur suhu
bahan baku, suhu air, dan
suhu produk akhir
3. Timbangan Merek Shemada Untuk menimbang bahan
digital Kapasitas 150 kg baku dan produk akhir
4. Mesin pemotong Bahan besi Untuk memotong tuna
Kapasitas 30 ton menjadi bentuk loin
5. Mesin boneless Bahan besi dengan 2 roda Untuk menghilangkan isi
gergaji perut dan tulang
6. ABF (Air Blast Kapasitas 2 ton suhu - Untuk alat pembekuan
Freezing) 35°C produk
7. Blong Bahan plastik Untuk wadah air
Kapasitas 200 liter
8. Alat penyangga Bahan stainless steel Sebagai penyangga saat
ikan proses trimming
9. Pisau Bahan stainless steel Untuk menghilangkan kulit
Ukuran panjang 28 cm daging
10. Bak pencucian Bahan stainless steel Untuk tempat pencucian
Ukuran 83 x 50 x 20 cm ikan
11. Bak glazzing Bahan stainless steel Untuk tempat proses
Ukuran 110 x 50 x 20 cm glazing ikan
12. Keranjang Ukuran 62 x 43 x 9,5 cm Untuk tempat bahan baku
16
17
Lanjutan Tabel 2. Alat yang Digunakan dalam Pengolahn Tuna Loin Beku
No. Nama Alat Spesifikasi Fungsi
13. Layer plastik Bahan plastik PE Untuk alas penyusun di pan
Ukuran 43 x 49,5 cm
14. Mesin vacuum Jenis vacuum double Untuk mengemas produk
chamber
15. Air conditioner Merek Sharp Untuk sirkulasi udara
dalam ruangan
16. Metal detector Bahan besi tahan karat Untuk mendeteksi adanya
logam berat pada produk
17. Mesin strapping Merek Astro Untuk merekatkan tali pada
Ukuran 83 x 56 x 72 cm master carton
18. Exhaust fan Ukuran 30,5 x 30,5 cm Untuk sirkulasi udara
dalam ruangan
19. Keranjang Bahan stainless steel Untuk membawa bahan
Ukuran 72 x 45 x 73,5 cm baku selama proses
produksi
20. Pallet Bahan plastik Untuk alas meletakkan
produk
21. Cold storage Kapasitas 30 ton Untuk tempat penyimpanan
Suhu -20oC beku produk/bahan baku
22. Longpan Bahan alumunium Untuk tempat ikan sebelum
Ukuran 39 x 32,5 x 8 cm pembekuan
3.2. Metode
3.2.1 Pengumpulan Data Primer
Data primer adalah data yang diperolah dari responden melalui kuesioner
atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Teknik pengambilan
data primer adalah sebagai berikut:
a. Observasi Lapangan
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan
18
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat lain untuk keperluan tersebut. Data yang dikumpulkan melalui
pengamatan langsung, ada yang dapat dikuantitatifkan tetapi tidak semua data
yang diperoleh secara pengamatan langsung harus dikuantitatifkan. Data yang
dikumpulkan meliputi GMP, SSOP, dan HACCP. (Irawan, 2002).
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tanya jawab kepada pihak PT Tridaya
Eramina Bahari wawancara dilakukan mengenai informasi pada proses pembuatan
tuna loin beku yang diterapkan di perusahaan tersebut dan berbagai informasi lain
terkait. Wawancara dalam Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan kepada direktur
PT Tridaya Eramina Bahari atau karyawan yang ada pada saat itu. Materi yang
dikumpulkan terdiri dari profil perusahaan, GMP, SSOP, HACCP. Menurut Irawan
(2002), dalam suatu penelitian, seorang peneliti mungkin menggunakan teknik
wawancara untuk mengumpulkan data. Tapi sebagai metode penelitian, maka
teknik wawancara ini menjadi tumpuan utama bagi si peneliti untuk
mengumpulkan data. Jadi secara singkat, metode (penelitian) wawancara adalah
metode penelitian yang datanya dikumpulkan melalui wawancara dengan
responden.
c. Pengambilan Dokumentasi
Pengambilan dokumentasi dilakukan pada setiap proses pembuatantuna loin beku
dan hal-hal lainnya yang sekiranya penting. Pengambilan dokumentasi ini
dilakukan guna kepentingan penulisan laporan.
20
21
dari berbagai jenis produk dengan jumlah ekspor setiap bulannya 4 hingga 5 kali.
Satu kali ekspor banyak produk yang dikirimkan yaitu 1 kontainer dengan
kapasitas berkisar 24 ton.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan misi dapat dikatakan sebagai ruh suatu perusahaan sehingga
menjadi penting perusahaan mempunyai visi dan misi. Visi yang terarah dengan
baik memiliki dua unsur utama diantaranya yaitu ideologi inti dan membayangkan
masa depan. Pernyataan misi berarti komitmen perusahaan untuk
bertanggungjawab kepada semua pihak dan pihak terkait. PT Tridaya Eramina
Bahari menentapkan kebijakan mutu dan kebijakan program dalam bentuk visi
dan misi sebagai berikut.
a. Visi : Terdepan dalam pengekspor produk perikanan dan berperan
memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan sektor
perikanan
b. Misi : Menerapkan program keamanan dan kebersihan makanan dan
memberikan jaminan mutu kepada konsumen pada setiap produk perikanan.
4.1.3 Lokasi Perusahaan
Perusahaan ini terletak di jalan Muara Baru Ujung Blok K No. 3
Penjaringan, Jakarta – Indonesia. Luas area perusahaan 2000 m2 dengan luas
bangunan 1300 m2 termasuk ruangan unit produksi, unit pengolahan limbah padat
dan cair, laboratorium pengecekan produk, gudang penyimpanan bahan baku,
gudang penyimpanan barang jadi, bangunan lain yang terkait dengan proses
produksi, serta ruang kantor.
Batas-batas area PT Tridaya Eramina Bahari adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : PT. Indo Lautan Emas
Sebelah Timur : PT. LBS Cold Chain
Sebelah Selatan : PT. Sinar Samudra Makmur
Sebelah Barat : PT. Red Ribbon
Letak PT Tridaya Eramina Bahari berada di wilayah yang strategis hal ini
dikarenakan perusahaan terletak di dalam kawasan Pelabuhan Nizam Zachman
sehingga memudahkan dalam mendapatkan pasokan bahan baku dan pengiriman
produk ke negara tujuan ekspor. Akses jalan menuju ke perusahaan dapat
22
dijangkau oleh transportasi roda dua maupun mobil pick up untuk mengangkut
bahan baku yang asalnya dari pelabuhan. Menurut Maulana (2018), faktor untuk
mendirikan perusahaan harus mempertimbangkan penentuan lokasi seperti
lingkungan masyarakat, kedekatan dengan tenaga kerja, pasar, supplier, fasilitas
dan biaya transportasi.
4.1.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan gambaran dari susunan hubungan diantara
fungsi, posisi, yang menunjukkan hirearki organisasi. Masing-masing orang dalam
struktur organisasi menjalankan wewenang, tanggungjawab, dan sistem pelaporan
tehhadap atasan tujuannya untuk menciptakan stabilitas, kontinuitas, dan
koordinasi agar berjalan dengan lancar. PT Tridaya Eramina Bahari menerapkan
struktur organisasi dengan bentuk fungsional yang berarti wewenang dari
pimpinan dilimpahkan kepada bagian-bagian bawahnya dalam bidang kerja.
Setiap bidang pihak pimpinan berhak untuk memerintah dan meminta
pertanggungjawaban dari semua pimpinan bagian bidang pelaksana.
Berikut merupakan penjabaran tugas dan wewenang organisasi di PT
Tridaya Eramina Bahari :
1. Direktur
Bertanggung jawab untuk semua aktivitas pabrik, produksi, karyawan, dan
hubungan bisnis, memberi dukungan anggaran dan biaya operasional serta
bertanggungjawab terhadap seluruh proses kegiatan perusahaan.
2. Marketing Manajer
Bertanggungjawab terhadap pemasaran produk dan mencari pelanggan serta
menangani keluhan konsumen.
3. HRD
Bertanggungjawab terhadap pengaturan pegawai di pabrik, kesehatan
pegawai, dan kebutuhan pelatihan pegawai.
4. Kepala Produksi
Bertanggungjawab terhadapa seluruh proses pabrik seperti bahan baku dan
jalannya produksi.
5. Quality Assurance
Bertanggungjawab terhadap rencana HACCP dan penerapannya,
23
4.4.2 Sortasi
Sortasi merupakan proses seleksi berdasarkan kualitas dan ukuran suatu
produk. Sortasi yang dilakukan di PT Tridaya Eramina Bahari berdasarkan ukuran
dan kualitas. Semua massa ikan diterima oleh perusahaan namun dibedakan antara
diatas 15 kg dan dibawah 15 kg. Ukuran ikan tuna yang dipilih berdasarkan
permintaan pembeli.
4.4.3 Penimbangan 1
Bahan baku setelah diturunkan dari mobil pick up selanjutnya di letakkan
pada alat timbangan digital untuk dilakukan penimbangan I yang dilakukan oleh 2
orang. Tujuan dilakukan penimbangan adalah untuk menyesuaikan ketepatan
massa bahan baku dengan surat jalan yang diterima dari supplier. Surat jalan
tersebut berisi mengenai nama atau asal supplier, tanggal pengiriman, jenis bahan
baku, jumlah ikan. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui massa awal dengan
menggunakan alat penimbangan otomatis.
28
keahlian khusus proses ini dilakukan proses suhu dingin dengan suhu produk.
Bahaya yang terjadi dapat ditimbulkan dari peralatan yang digunakan oleh
bekerja. Maka, alat pisau yang digunakan terbuat dari bahan stainless steel
sehingga tidak berkarat dan mudah dibersihkan. Pisau harus tajam oleh karena itu
perlu untuk diasah dengan menggunakan batu pengasah. Supaya mutu ikan sesuai
ukuran dan rapih.
4.4.7 Penimbangan II
Proses setelah dilakukan trimming dan skinning adalah dengan dilakukan
adalah penimbangan kedua dengan timbangan digital dan dilakukan pencatatan
secara manual. Rendemen ikan tuna yang diperoleh adalah 73%. Penimbangan
dilakukan sebanyak 20 kg. Bahaya yang dapat terjadi berasal dari peralatan yang
digunakan. Mengatasi kondisi tersebut dilakukan pengawasan GMP dan SSOP.
Keranjang yang digunakan dilakukan pencucian setiap setelah selesai menimbang
ikan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang dari alat terhadap ikan
tuna. Timbangan yang kotor juga dapat mengontaminasi sehingga dilakukan
pembersihan dengan lap basah.
4.4.8 Pencucian I
Pencucian I dilakukan menggunakan air yang mengalir dan es dengan
ditambahkan klorin sebanyak 50 ppm. Pencucian ini dimaksudkan untuk
membersihkan bahan baku yang diterima dalam kondisi bersih dan hati-hati.
Pencucian dilakukan oleh 2 orang karyawan dan diawasi oleh quality control.
Proses penerimaan bahan baku dilakukan dengan cepat dan hati-hati agar tidak
terjadi kerusakan fisik dengan tetap menerapkan rantai dingin yaitu suhu ≤ 5ºC.
Pencucian I dilakukan dengan air yang jernih yang berasal dari PDAM yang telah
sesuai dengan standar air minum. Syarat air jernih 100-500 ppm. Air untuk
pencucian di cek setiap hari oleh QC perusahaan. Air yang digunakan untuk
mencuci ikan setiap 1 jam sekali melakukan pergantian air. Es balok yang
digunakan pada proses pencucian diberli dari supplier sekitar. Es berfungsi untuk
mempertahankan suhu ikan supaya tetap pada suhu yang rendah. Klorin yang
digunakan untuk pencucian tetap dilakukan pengawasan oleh quality control.
30
mesin akan berbunyi dan terhenti secara otomatis. Apabila didapati ikan tuna yang
mengandung unsur logam langsung dipisahkan oleh QC (quality control) untuk
selanjutnya dilakukan proses dicairkan (thawing) terlebih dahulu. Semua produk
akhir wajib melewati metal detector untuk mengetahui produk akhir terbebas dari
benda asing. Produk yang dinyatakan bersih, kemudian direkatkan (sealed)
menggunakan sealing machine. Setelah itu kemasan plastik dimasukkan kedalam
master carton untuk pengepakan.
Tabel 3. Hasil Uji Mikrobiologi dan Kimia Produk Tuna Loin Beku
4.3.4 Pengemasan
Pengemasan dengan menggunakan plastik jenis polyethylene. Polyethylene
memiliki keunggulan seperti mempunyai ringan dan mudah diaplikasikan di
35
berbagai area, aman digunakan karena struktur molekul tahap terhadap bahan
kimia, fleksibilitas tinggi, dilengkapi penstabil sinar ultraviolet yang fungsinya
untuk melindungi plastik dari dampak jangka panjang dari sinar ultraviolet, sulit
bereaksi dengan bahan organik dan pH rendah sehingga mampu untuk menahan
bahan kimia, serta mudah dilakukan daur ulang. Plastik yang digunakan sesuai
dengan ukuran loin. Kemasan plastik harus dalam keadaan steril dan bersih serta
disimpan didalam ruangan khusus penyimpanan bahan kemasan. Proses
pembungkusan dilakukan secara cepat dan hati-hati.
4.3.5 Penyimpanan
Penyimpanan produk akhir disimpan didalam ruang penyimpanan cold
storage disusun bersumber pada tanggal produksi. Selain itu, penyusunannya juga
menggunakan pallet untuk mencegah adanya pencemaran dari permukaan lantai
ruang penyimpanan. Pintu ruang penyimpanan terdapat plastik curtain yang
berperan untuk menghambat fluktuasi suhu.
kontaminasi terhadap produk yang diolah, setiap karyawan yang akan diterima
harus menyertakan surat keterangan sehat. Karyawan baru harus mendapatkan
pelatihan mengenai personnel hygiene. Setiap karyawan yang menderita sakit
tidak diperbolehkan bekerja di ruang produksi atau yang kontak langsung dengan
produk.
dari supplier. Bahan baku diterima dari pemasok dan membeli dari tempat dan
transit. Dari tempat bahan baku ikan dibawa keluar dengan Termoking. Suhu tuna
beku ≤ -18°C, diperiksa dengan digital thermometer. Tuna beku yang dapat
diterima jika suhu ≤ – 18°C, dan hasil tes histaminnya dibawah 100 ppm pada saat
penerimaan bahan baku. penyortiran berdasarkan ukuran dan disimpan di cold
storage dengan suhu di bawah -25°C. Proses produksinya terdiri dari penerimaan
bahan baku, penimbangan I, pendinginan di cold storage room, pembentukan loin,
pemotongan dan penghilangan duri tuna, trimming dan skinning, penimbangan II,
pencucian, penyusunan pada longpan, pembekuan ABF (Air Blast Freezing),
penggelasan, penimbangan III, pengemasan dan pelabelan, pemeriksaan logam,
penyimpanan beku di cold storage room, pemuatan, ekspor. Bahan pengemasan
dari plastic wrapped, carton box. Penyimpanan produk tuna loin pada cold
storage (-25°C). Masa simpan 24 bulan, tersimpan pada cold storage (-25°C).
Keterangan dari produk terdiri dari nama dari produk, nama perusahaan, berat
bersih, ukuran dari produk, negara asal produk, tanggal produksi, tanggal
kadaluarsa, jumlah loin per master karton, kode batang, nomor pendaftaran, nama
latin. Penggunaan selanjutnya dengan cara dimasak sebelum dikonsumsi.
Pelanggan berasal dari negara Jepang, Amerika, Eropa, Vietnam, Belgia.
Peraturan yang ditetapkan memenuhi standar Nasional Indonesia, Regulasi Eropa
atau standar pembeli. Produk akhir yaitu hasil akhir yang telah melewati proses
dengan baik. Menurut Lutfi et al. (2019), produk merupakan hasil akhir yang
dikehendaki setelah melampaui beberapa proses yang berurutan secara baik dan
benar. Pendiskripsian produk akhir ditulis dengan menggunakan tabel jenis
proses dan jenis produk yang dihasilkan. Jenis proses dilakukan penulisan
informasi nama produk, komposisi, karakteristik produk, penggunaan produk,
kemasan, metode pengawetan, konsumen, instruksi khusus pada label, usia
simpan dan metode distribusi.
produk tuna loin dalam keadaan segar, agar terjamin keamanan produk bagi
semua target sasaran konsumen pada skala nasional maupun internasional.
Identifikasi penggunaan yang dituju bertujuan untuk menentukan spesifikasi dan
standar mutu produk yang diharapkan, sehingga diterapkannya HACCP dalam
unit pengolahan tuna loin beku agar menghindari dan mencegah bahaya-bahaya
muncul yang dapat beresiko buruk terhadap konsumen. Terdapat manfaat apabila
melakukan identifikasi penggunaan produk. Menurut Vatria (2022), manfaat
melakukan identifikasi penggunaan produk yaitu mendaftarkan spesifikasi
penggunaan produk sesuai dengan regulasi dari otoritas kompeten yang berlaku,
seperti umur simpan yang diharapkan, penggunaan produk secara normal,
petunjuk penggunaan, dan kelompok konsumen yang akan menggunakan produk
tersebut, untuk menentukan konsistensi petunjuk penggunaan dengan kondisi
penggunaan yang sesuai yaitu memverifikasi keterandalan informasi dan
menerapkan rencana percobaan, dan untuk memastikan bahwa petunjuk yang
terdapat pada label produk akhir sesuai dengan peraturan yang dibuat, untuk
mengusulkan modifikasi petunjuk penggunaan, bahkan produk atau proses yang
baru untuk keamanan konsumen yang terjamin.
41
Sortasi
Penimbangan 1
Pembentukan loin
Penimbangan II
Pencucian
Pengepakan
Pendeteksian logam
Stuffing eksport
Gambar 5. Diagram Alir Proses Tuna Loin Beku PT Tridaya Eramina Bahari
4.5.5 Mengkonfirmasi Diagram Alir di Lapangan
Verifikasi diagram alir dilakukan dengan cara mengamati kesesuaian antara
prosedur pengolahan dalam dokumen dengan kondisi pengolahan di ruang
produksi. Metode verifikasi diagram alir yang digunakan tim HACCP PT. Tridaya
Eramina Bahari menggunakan sistem wawancara, observasi, dan pengujian
laboratorium. Verifikasi diagram alir juga dilakukan jika terdapat perubahan tahap
produksi atas permintaan konsumen atau alasan lainnya.
43
44
berpengalaman
Kontaminasi TPC L M NO Pengawasan GMP -
dari peralatan E. Coli dan SSOP dengan
dan pekerja Salmonella baik dan dilakukan
oleh pekerja yang
berpengalaman
7. Penimbangan Biologi TPC L M NO Pengawasan GMP -
II Peningkatan E. Coli dan SSOP dengan
suhu Salmonella baik dan dilakukan
oleh pekerja yang
berpengalaman
Kontaminasi TPC L M NO Pengawasan GMP -
dari peralatan E. Coli dan SSOP dengan
dan pekerja Salmonella baik dan dilakukan
oleh pekerja yang
berpengalaman
8. Pencucian Biologi TPC L M NO Pengawasan GMP -
Peningkatan E. Coli dan SSOP dengan
suhu Salmonella baik
47
oleh pengawas.
15. Pendeteksian Fisik Serpihan M H YES Jika tidak dikontrol Periksa
logam Serpihan logam dengan baik, sensitivitas
logam dari bahaya dapat detektor logam
gergaji terjadi (Fe 3mm, Sus
3.5 mm, Non Fe
Kesensitifitas 3.5 mm) secara
metal 1 jam sekali.
detektor
16. Penyimpanan Biologi TPC L M NO Suhu cold storage -
beku di cold Peningkatan E. Coli dipantau dan
storage suhu Salmonella dicatat.
17. Stuffing Biologi TPC L M NO Pengawasan gmp -
ekspor Peningkatan E. Coli (suhu container –
suhu Salmonella 180C) dan SSOP
dengan baik
50
catatan jumlah dan asal bahan baku, hasil uji histamin, kimia, mikrobiologi, serta
organoleptik. Verifikasi pada pengemasan dan pelabelan dengan cara mengecek
form material holding untuk mengecek penerimaan bahan pengemas. Pengecekan
logam verifikasinya dilakukan setiap hari dengan cara pengecekan form
monitoring logam. Menurut Mafaza dan Kumalasari (2022), sistem HACCP
dipantau dan disesuaikan sesuai kebutuhan tujuannya menjamin kualitas keluaran
setinggi mungkin. Verifikasi dilakukan untuk memeriksa kembali rencana
HACCP pada produksi pangan. Verifikasi ini dijalankan jika terdapat perubahan
proses, perubahan pada bahan baku, dan kasus pengaduan yang merugikan.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai
berikut :
1. Penerapan HACCP pada pembekuan ikan tuna loin (Thunnus Albacares) di PT.
Tridaya Eramina Bahari telah menerapkan sistem HACCP menerapkan dalam
menjaga keamanan produk tuna loin beku.
2. Tidak terdapat perbedaan antara penerapan HACCP di PT Tridaya Eramina
Bahari dengan teori di kuliah. PT Tridaya Eramina Bahari menentukan titik
kendali kritis yaitu penerimaan bahan baku, pengemasan dan pelabelan, serta
pendeteksian logam.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan pada Praktik Kerja Lapangan adalah
sebagai berikut :
1. Sebaiknya, perusahaan perlu memberikan penyuluhan mengenai pentingnya
HACCP.
2. Sebaiknya, perusahaan lebih meningkatkan pengawasan terhadap tahapan
proses yang menjadi CCP (Critical Control Point) sehingga bahaya yang
ditimbulkan dapat diminimalisir.
3. Sebaiknya, karyawan menerapkan sanitasi higiene dengan baik agar produk
yang dihasilkan sesuai standar.
57
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2015. SNI 4104:2015. Tuna Loin Beku.
Badan Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 2729-2013. Ikan Segar. Badan
Standarisasi Nasional
Evangelista, W.P., Silva, T.M., Guidi, L.R., Tette, P.A., Byrro, R.M., Santiago
Silva, P., Fernandes, C. and Gloria, M.B.A., 2016. Quality Assurance of
Histamine Analysis in Fresh and Canned Fish. Food Chemistry, 211:100-
106.
Food and Drug Administration. 2019. Fish and Fishery Product Hazard and
Control Guidance. Florida Sea Grant IFAS - Extension Bookstore
University of Florida P.O. Box 110011 32611-0011 (800) 226-1764
(fourth edi). Florida Sea Grant: Department Of Health and Human
Services, Public Health Service, Food and Drug Administration, Center
For Food Safety and Applied Nutrition, Office Of Food Safety.
Hadinoto, S., & Idrus, S. 2018. Proporsi dan Kadar Proksimat Bagian Tubuh Ikan
Tuna Ekor Kuning (Thunnus Albacares) dari Perairan Maluku. Majalah
BIAM, 14(2). https://doi.org/10.29360/mb.v14i2.4212.
Hafez, A.E.E., Darwish, W.S., El Bayomi R.M., dan El Nahal, S.M. 2018. Quality
Indicators Of Some Frozen Fish and Fish Products Marketed in Sharkia
Province, Egypt. 5th International Food Safety Conference, Damanhour
University.
Hasna, S.D. dan Ardiansah, I., 2023. Kajian Hazard Analysis Critical Control
Point (HACCP) pada Tahap Pasteurisasi II Susu ISAM di PT Industri
Susu Alam Murni. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia, 15(1): 1-7.
Kurniawan, R.E., Basri, C. dan Latif, H., 2021. Hazard Analysis Critical Control
Point (HACCP) sebagai Jaminan Keamanan Produk Sarang Burung Walet
Tujuan Ekspor ke Tiongkok. Acta Veterinaria Indonesiana, 9(2): 72 81.
58
59
Lutfi, M., Argo, B.D. dan Hartini, S., 2019. Identifikasi Potensi Bahaya dan
Pemantauan Critical Point, (HACCP) Produk Makanan Penerbangan:
Pro Food, 5(1): 448-458.
Nurjanah. 2011. Pengetahuan dan Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan. IPB
Press: Bogor.
Perdana, G.M.R., Sumiyanto, W., dan Sipahutar, Y.H., 2019. Penetapan dan
Pengendalian Titik Kendali Kritis Histamin pada Pengolahan Tuna Steak
Beku (Thunnus sp.) di PT. Permata Marindo Jaya Muara Baru-Jakarta
Utara. Buletin Jalanidhitah Sarva Jivitam, 1(1):1-13.
.
Prayitno, A. D. dan Sigit, M. B. 2019. Penerapan 12 Tahapan Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP) Sebagai Sistem Keamanan Pangan pada
Produk Udang (Panko Ebi). Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian,
24(2): 100-112.
Putri, N.A., Najah, Z., Nurtiana, W. dan Anggraeni, D., 2022. Penerapan
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Produksi Bontot:
Pangan Lokal Banten. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia, 14(1): 23-33.
Ponda, H., Fatma, N. F., dan Yusuf, A. 2020. Penerapan HACCP (Hazard
Analysis and Critical Control Point) Pada Proses Produksi Suklat
Mocachino dan Choco Granule Di Pt. Mayora Indah Tbk. Jurnal Teknik
Industri, 17(1): 1-20.
Saanin, 1984.Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa
Aksara. Jakarta.
60
Sumartini, S., Harahap, K.S. DAN Sthevany, S., 2020. Kajian Pengendalian Mutu
Produk Tuna Loin Precooked Frozen Menggunakan Metode Skala Likert
di Perusahaan Pembekuan Tuna. Aurelia Journal, 2(1): 29-38.
Vatria, B., 2022. Penerapan Sistim Hazard Analysis And Critical Control Point
(HACCP) Sebagai Jaminan Mutu Dan Keamanan Pangan Hasil
Perikanan. Manfish Journal, 2(2): 104-113.
Winarno, F., dan Surono. 2012. HACCP dan Penerapannya dalam Industri
Pangan. Bogor: M Brio Press.
LAMPIRAN
62
C. Pendeteksian Logam
71