Disusun oleh:
Restu Rizki Maulana
10303023
Disusun oleh:
Nama : Restu Rizki Maulana
NIM : 10303023
Prodi : Agroindustri
Telah diseminarkan pada Seminar PKL dan dinyatakan lulus pada tanggal
………………
Subang, ………………..
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Subang, ……………..
Yang Menyatakan,
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan
iii
ABSTRAK
ABSTRACT
PT Misaja Mitra is a company engaged in shrimp processing, one of the fresh
shrimp products in PT Misaja Mitra is PD (Peeled and Defined). The purpose of
this Field Work Practice (PKL) is to gain work experience before entering the
real world of work as well as knowing the application of Hazard Analysis and
Critical Control Points (HACCP) freezing shrimp (peeled and deveined) block
system vaname. Aspects discussed include the application of HACCP in the PD
shrimp freezing process by freezing the block system from the reception to the
packing process. Hazard Analysis And Critical Control Point (HACCP) is very
important for companies engaged in food to ensure food safety for consumers. PT
Misaja Mitra has implemented Good Manufacturing Practice (GMP) and
Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) very well in freezing PD
(peeled and deveined) vaname block shrimp systems as a Fish Processing Unit
(UPI) in accordance with SNI CAC / RCP 1: 2011. HACCP system implemented
by PT. Misaja Mitra has fulfilled the standards set especially in the production
process stage which is a critical control point (CCP) in terms of receiving raw
materials, metal detection, and product labeling.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan PKL sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam proses pembuatan ini tak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan
serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Tak lupa
penulis ucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan satu angkatan yang telah
berjuang bersama dalam menyelesaikan laporan ini dengan penuh semangat. Rasa
terima kasih juga penulis ucapkan kepada:
1. PT Misaja Mitra yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan Kerja (PKL) ini. Banyak ilmu dan
pengalaman yang penulis dapatkan.
2. Bapak Farkan selaku HRD PT Misaja Mitra yang telah memberikan arahan,
teknis, maupun motivasi kepada penulis selama PKL berlangsung.
3. Bapak Jumran selaku pembimbing lapangan PKL yang telah membimbing
dan memberikan banyak ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
PKL ini.
4. Ibu Wiwik Endah Rahayu S. TP., M. Si selaku pembimbing Praktik Kerja
Lapangan yang telah membimbing penulis dalam pembuatan laporan ini.
5. Seluruh rekan-rekan PKL PT Misaja Mitra yang telah membantu dan
memberikan informasi selama Praktik Kerja Lapangan berlangsung.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran untuk
melengkapi laporan ini. Akhir kata, penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak khususnya pembaca dan penulis.
v
DAFTAR ISI
vi
3.2.8.Pencucian III ………………………………………………… 14
3.2.9.Collect Material………………………………………………. 14
3.2.10.Penimbangan dan Pembekuan……………………………… 15
3.2.11.Glazing……………………………………………………... 15
3.2.12.Deteksi Logam……………………………………………... 16
3.2.13.Pengemasan………………………………………………… 16
3.2.14.Penyimpanan………………………………………………. 17
3.2.15.Pengangkutan……………………………………………… 17
3.3.Sanitation Standard Operating Procedure………………………… 18
3.3.1.Lokasi……………………………………………………….. 18
3.3.2.Keamanan Air………………………………………………. 19
3.3.3.Peralatan dan Perlengkapan Yang Kontak Dengan Produk… 19
3.3.4.Kontaminasi Silang………………………………………….. 20
3.3.5.Fasilitas Pencuci Tangan, Sanitasi, dan Toilet……………... 21
3.3.6.Proteksi dari Bahan-bahan Kontaminan……………………. 22
3.3.7.Kebersihan dan Kesehatan Karyawan………………………. 23
3.3.8.Pengendalian Hama Pengganggu………………………….... 24
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 25
4.1.Kesimpulan .......................................................................................... 25
4.2.Saran .................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26
LAMPIRAN ............................................................................................... 27
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis di Indonesia
yaitu udang. Udang merupakan salah satu produk perikanan yang memiliki aroma
yang khas dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Pemerintah menempatkan
udang sebagai salah satu primadona ekspor Indonesia, karena udang adalah salah
satu komoditas dalam revitalisasi perikanan yang produksinya salama periode
2003-2007 mengalami peningkatan 16,39%, yaitu dari 192.926 ton pada tahun
2003 menjadi 352.220 ton pada tahun 2007 (Sihombing, 2008).
Pada prinsipnya pembekuan udang merupakan salah satu cara
memperlambat terjadinya proses penurunan mutu, baik secara autolisis,
bakteriologis, dan oksidasi. Pembekuan udang dapat memperlambat pertumbuhan
mikroorganisme serta memperlambat reaksi kimia dan aktivitas enzim,
pembekuan tetapi tidak untuk mensterilkan udang. Udang setelah dibekukan dan
disimpan dalam ruang beku (cold storage), tidak akan lepas begitu saja dari proses
penurunan mutu (Ilyas, 1993).
HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang mendasarkan pada
kesadaran atau perhatian bahwa bahaya (hazard) akan timbul pada berbagai titik
atau tahap produksi, tetapi dapat dilakukan tindakan pengendalian untuk
mengontrol bahaya. HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen risiko yang
dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan
(preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan yang dianggap dapat
memberikan jaminan dalam menghasilkan pangan yang aman. Kunci utama
HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang
mengutamakan tindakan pencegahan daripada mengandalkan kepada pengujian
produk akhir. Di Australia, sistem HACCP telah dipadukan dengan ISO
9000:2000 yang diterbitkan International Organization ofStandardization (ISO),
dan disebut sebagai Safe Quality Food (SQF) 2000 (Thaheer,2005).
PT Misaja Mitra merupakan perusahan yang bergerak di bidang pengolahan
udang, sehingga perlu adanya manajemen mutu yang harus diterapkan untuk
1
menjamin keamanan pangan bagi konsumen. Oleh karena itu, perlu adanya
penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada
perusahaan yang bergerak di bidang pangan salah satunya pembekuan udang.
Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
untuk menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan di PT Misaja Mitra.
1.2. Tujuan
Tujuan umum dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk
mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai pada Praktik Kerja Lapangan ini yaitu
mengetahui dan memahami penerapan Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) udang PD dengan sistem Block di PT Misaja Mitra.
1.3. Manfaat
Manfaat dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT Misaja
Mitra adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui dan memahami penerapan Hazard Analysis Critical Control
Point (HACCP) udang PD dengan sistem Block di PT Misaja Mitra.
b. Terjalinnya kerja sama antara pihak instansi dan perusahaan
2
Tabel 1.1. Jadwal PKL di PT Misaja Mitra
Minggu ke
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Cek Kesehatan
Pengenalan depatemen PT Misaja
2
Mitra
Proses produksi (bagian penerimaan
3
bahan baku)
Proses produksi (Bagian
4
pemotongan kepala)
Proses produksi (bagian grading
5
size)
Alokasi waktu Praktik Kerja Lapangan di PT. Misaja Mitra tertera pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Alokasi Waktu PKL di PT. Misaja Mitra.
No. Kegiatan Sistem Kerja Jam Kerja
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
3. Udang beku Nobashi Ebi
Kategori produk Nobashi Ebi merupakan produk udang beku peeled and
deveined yang memanfaatkan udang black tiger sebagai bahan utamanya dan
menggunakan metode pembekuan Individually Quick Freezing (IQF) serta
menggunakan kemasan vakum.
4. Udang beku Peeled and Deveined STG IQF
Kategori produk peeled and deveined merupakan produk udang yang
memanfaatkan udang vaname sebagai bahan baku dan menggunakan metode
pembekuan Individually Quick Freezing (IQF) serta memanfaatkan obat
Sodium tri Glutamat (STG) pada tahap perendaman untuk menambah rasa
serta bobot udang.
5. Udang beku Peeled and Deveined Block
Kategori produk peeled and deveined block merupakan produk udang yang
memanfaatkan udang vaname sebagai bahan baku dan menggunakan metode
pembekuan sistem blok.
5
2.3. Struktur PT. Misaja Mitra
6
2.4. Tujuan dan Fungsi
Tujuan PT Misaja Mitra tercantum dalam visi dan misi di bawah ini :
1. Visi
Dikenal sebagai perusahaan yang terpercaya dalam menghasilkan udang beku
segar bermutu tinggi.
2. Misi
Memproses udang yang bermutu tinggi melalui proses yang higienis dan
aman dikonsumsi untuk memenuhi harapan pelanggan sehingga memberikan
pertumbuhan yang baik bagi perusahaan dan kesejahteraan bagi pemegang
saham, karyawan, dan masyarakat sekitar
7
BAB III
HASIL PELAKSANAAN
Penyortiran
Grading
Pengupasan Udang
Collect Material
Glazing
Deteksi Logam
Pengemasan
Penyimpanan
8
Analysis Critical Cotrol Point (HACCP). Hal tersebut merupakan persyaratan
umum manajemen keamanan pangan yang harus diterapkan dalam setiap Unit
Pengolahan Ikan (UPI). Menurut KEPMEN KP No 52 A Tahun 2013 Good
Manufacturing Practices (GMP) ialah pedoman berisi persyaratan dan tata cara
berproduksi yang baik yang dapat dijadikan acuan tata cara berproduksi di unit
pengolahan ikan. Persyaratan ini sangat penting dilakukan guna menjamin mutu
dan keamanan pangan dari setiap tahapan produksinya seperti proses produksi,
penanganan, pengolahan, dan distribusi produk semuanya harus terpantau untuk
melindungi konsumen dari bahaya kesehatan, meningkatkan daya saing produk
serta meningkatkan nilai jual produk.
9
Gambar 3.2. Penerimaan Bahan Baku
3.2.3. Pencucian I
Udang yang telah disortir kemudian akan masuk ke tahap pencucian I,
tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran serta bakteri yang
menempel pada udang masih terdapat kepalanya. Udang yang telah di sortir,
selanjutnya udang akan dicuci di bak yang berisi air dan klorin dengan konsentrasi
10
200 ppm selama 5 menit dengan cara diaduk menggunakan serok besi Panjang
dan suhu air pencucian dibawah 6°C. Biasanya satu tempat pencucian mampu
menampung 4 keranjang atau sekitar 100 kg. Setiap 1 kali pencucian, bak harus
dibersihkan serta diganti air dan klorinnya menggunakan air dingin agar pada saat
pencucian selanjutnya, udang tidak terkontaminasi kotoran lain. Setelah dicuci,
udang akan dibilas menggunakan air dingin dengan konsentrasi klorin 0 ppm.
Suhu udang harus tetap terjaga yaitu dibawah 10°C. Untuk menghitung
banyaknya klorin yang akan digunakan, menggunakan persamaan sebagai berikut.
A liter X B ppm
= ⋯ 𝐶𝐶
10 X C %
Keterangan :
A : Volume air yang digunakan (liter)
B : Kadar klorin yang dibutuhkan (ppm)
C : Kosentrasi klorin awal dari pembelian (12 %)
10 : Konstanta
11
untuk dipotong kepalanya. Setiap wadah harus diberi es agar suhu udang tetap
terjaga. Standar pemotongan kepala udang yaitu genjer (bagian bawah kepala
udang) tidak boleh ikut terpotong sehingga harus dilakukan secara teliti.
Pemotongan kepala udang dilakukan dengan cara mematahkan kepalanya ke
bawah dan ke atas kemudian kepala ditarik untuk dipisahkan dari bagian
badannya. Hasil rendemen udang yang telah dipotong kepalanya sebesar 65%.
Kepala yang telah dipisahkan akan dipisahkan dari ruang produksi.
3.2.5. Pencucian II
Udang yang telah dipotong kepalanya kemudian akan dicuci untuk yang
kedua kalinya agar kotoran yang masih menempel bisa dibersihkan dengan
menggunakan mesin otomatis (Bintaro) yang dialiri air mengalir. Air yang
digunakan yaitu air dingin dengan suhu dibawah 5°C dan klorin konsentrasi 100
ppm. Air yang digunakan pada pencucian kedua harus diganti setiap 4 jam sekali.
12
3.2.6. Grading
Udang tanpa kepala yang telah dicuci akan disortasi dengan mesin otomatis
untuk mengelompokkan udang ke dalam ukuran-ukuran yang telah ditentukan.
Setelah itu udang akan diambil acak untuk dicek ukurannya secara manual apakah
sudah sesuai ukurannya atau tidak serta dicek apakah ada blackspot pada udang.
Pada tahap grader udang dipisah – pisahkan antara yang segar sesuai dengan
ukuran – ukurannya dan yang mutunya di bawah standar B.S ( below standar)
yang ditandai oleh warna kemerah – merahan pada bagian punggung, tekstur
lunak (soft), terjadinya black spot, atau terjadinya kerusakan fisik seperti ekor
yanng patah, kulit yang pecah (Wahyudi, 2003). Kemudian udang akan masuk ke
keranjang sesuai dengan ukurannya dan diberi es agar suhu udang tetap terjaga.
13
b) Pembuangan Usus (Deveined)
Proses pencungkilan masih dilakukan secara manual menggunakan alat
berbentuk jarum berbahan stainless. Proses ini dilakukan dengan hati-hati
agar usus benar-benar sudah tercabut. Pencabutan dilakukan dibagian 2 tubuh
udang, yaitu bagian punggung dan bagian depan ruas ekor.
14
asing seperti daun, rambut, dan pasir dengan menggunakan Backlight Table
Checking, yaitu meja yang terbuat dari kaca bening kemudian di bawahnya
terdapat lampu untuk mempermudah pekerja mengecek udang tersebut.
15
udang-udang kecil, sehingga penambahan berat saat glazing untuk udang kecil
lebih besar.
16
band serta pemberian label sesuai dengan jenis udang yang diproduksi. Kertas
karton berfungsi sebagai kemasan sekunder untuk melindungi produk dari
kerusakan fisik. Pelabelan termasuk ke dalam CCP 3. Batas kritis pada proses
pelabelan ini adalah ketidaksesuaian bobot produk dengan label, kesalahan data
supplier maupun jenis udang dalam kemasan.
3.2.14. Penyimpanan
Produk udang beku yang telah dikemas kemudian akan disimpan di
penyimpanan beku (Cold Storage) sebelum diekspor. Penyimpanan produk di
dalam gudang penyimpanan menggunakan sistem First In First Out (FIFO).
Ruang penyimpanan ini memiliki suhu -18°C dan dilengkapi termometer untuk
mendeteksi suhu ruangan. Suhu ruangan juga dicek setiap 3 jam sekali untuk
mencegah fluktuasi suhu.
17
3.3. Sanitation Standard Operation Procedure (SSOP)
Sanitasi dan hygiene adalah aspek penting dalam perusahaan di bidang
pangan. Bahan pangan yang mudah rusak seperti daging, ikan, susu dan lainnya
perlu diperhatikan sanitasi dan hygienenya agar tidak membahayakan kesehatan
manusia ketika dikonsumsi. Hygiene menurut KEPMEN KP No 52A tahun 2013
menjelaskan tentang upaya dan persyaratan yang digunakan dalam mengendalikan
bahaya untuk memastikan keamanan produk ketika dikonsumsi manusia. Bagi
perusahaan yang bergerak di bidang perikanan, SSOP merupakan persyaratan
kelayakan dasar dalam melakukan pengawasan kondisi sanitasi dan lingkungan
industri yang wajib dipenuhi oleh suatu UPI. Prinsip umum dari hygiene pangan
berdasarkan SNI CAC/RCP 1:2011 adalah identifikasi prinsip penting dari
hygiene pangan yang berlaku pada setiap rantai pangan, merekomendasikan
pendekatan HACCP sebagai alat dalam peningkatan keamanan pangan,
menunjukan cara penerapan hygiene pangan, dan menyediakan pedoman spesifik
yang diperlukan dari rantai pangan. Ada 8 prinsip yang diterapkan dalam SSOP
diantaranya :
1. Keamanan air
2. Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan
3. Pencegahan kontaminasi silang
4. Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi, dan toilet
5. Proteksi dari bahan-bahan kontaminan
6. Pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar
7. Kesehatan karyawan
8. Pengawasan binatang pengganggu (hama)
3.3.1. Lokasi
Lokasi berdirinya PT Misaja Mitra terletak di jalan raya Pati-Tayu Km. 18,
Desa Waturoyo, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Daerah
ini jauh dari daerah yang tercemar yang dapat mengkontaminasi produk, sehingga
proses produksi berjalan dengan aman sesuai dengan regulasi SNI CAC/RCP
18
1:2011. Perusahaan udang beku ini memiliki saluran pembuangan limbah yang
disalurkan ke sungai terdekat dengan syarat limbah telah diolah sebelumnya
sehingga tidak membahayakan lingkungan sekitar.
19
digunakan harus dibersihkan dengan cara direndam dengan larutan klorin
konsentrasi 100 ppm.
20
pada ruang produksi. Ini dapat menyebabkan masih adanya air yanh tergenang
ataupun kotoran yang menyangkut disana. Oleh karena itu kesalahan ini termasuk
ke dalam kategori kesalahan mayor (Mj).
4. Dinding
Perusahaan ini memiliki dinding berwarna putih di bagian atas dan bawah.
Dinding bagian atas memiliki permukaan halus dan mudah dibersihkan dan
dinding bagian bawah terbuat dari keramik. Hal ini menunjukan bahwa
perusahaan ini telah memenuhi persyaratan berdasarkan SNI CAC/RCP 1:2011.
5. Langit-langit
Perusahaan ini memiliki langit-langit berwarna terang, tidak ada keretakan,
dan halus sehingga memudahkan dalam proses pembersihan. Hal ini menunjukan
bahwa perusahaan telah memenuhi syarat berdasarkan SNI CAC/RCP 1:2011.
6. Penerangan
Perusahaan ini memiliki fasilitas penerangan yang memadai. Penerangan
dilengkapi dengan pelindung dengan tujuan agar pecahan lampu atau kotoran
yang terdapat pada lampu tidak mengenai produk. Penerangan berdasarkan SNI
CAC/RCP 1:2011 yaitu memiliki warna yang tidak mengganggu penglihatan
mata, intensitas cukup untuk kegiatan operasional, serta memiliki pelindung yang
dapat memastikan bahwa produk pangan tidak terkontaminasi oleh pecahannya.
Berdasarkan hal di atas perusahaan telah memenuhi persyaratan.
21
selalu mencuci tangan agar tidak mempengaruhi keamanan pangan. Para
karyawan diwajibkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan produksi.
Hal ini menunjukan bahwa fasilitas pencuci tangan dan bak cuci kaki telah
memenuhi persyaratan.
2. Ruang Ganti, Loker Penyimpanan Barang, dan Toilet
Perusahaan ini memiliki toilet yang berada di luar ruang produksi, ini
bertujuan agar produk tidak terkontaminasi oleh bakteri yang dibawa pekerja yang
telah memasuki toilet. Jumlah toilet yang dimiliki perusahaan ini sebanyak 16
ruang toilet wanita dan 3 ruang toilet pria. Toilet pun dilengkapi dengan wastafel
dan fasilitas pencuci tangan yang masih berfungsi dengan baik. Pada saat masuk
toilet pun tidak diperbolehkan menggunakan sepatu ataupun sandal demi menjaga
kebersihan toilet. Ruang ganti karyawan berjumlah 2 unit, yakni untuk pria dan
wanita. Ruang ganti karyawan dilengkapi dengan loker penyimpanan barang dan
tempat untuk menyimpan APD dan baju pribadi yang digunakan secara terpisah.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 52A/KEPMEN-KP/2013
menyebutkan bahwa bangunan perusahaan harus dilengkapi dengan fasilitas yang
mendukung kebersihan karyawan dengan konstruksi dan jumlah yang memadai.
Untuk kondisi ruang ganti kurang begitu rapi karena para karyawan seringkali
menyimpan APD atau baju pribadinya tidak dengan rapi sehingga terlihat
berantakan serta loker banyak yang tidak berfungsi.
22
produksi sangat berbahaya apabila dibuang langsung ke lingkungan sekitar karena
mengandung beberapa senyawa organik yang berbahaya. Oleh karena itu perlu
adanya pengolahan lebih lanjut oleh IPAL agar senyawa berbahaya tersebut bisa
berkurang dengan bantuan mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa organik.
Limbah cair akan dialirkan ke sungai terdekat ketika sudah dipastikan tidak
mengandung senyawa berbahaya lagi bagi lingkungan.
2. Bahan Kimia dan Bahan Berbahaya
Perusahaan ini memiliki penyimpanan khusus untuk menyimpan bahan
kimia seperti klorin, bahan tambahan pangan, hand soap, dan lainnya. Bahan
kimia harus diberi label yang jelas dan tempat yang terpisah satu sama lain. Ruang
penyimpanan bahan kimia harus terpisah dengan ruang produksi untuk mencegah
kontaminasi terhadap produk. SNI CAC/RCP 1:2011 menyatakan bahwa bahan
kimia yang digunakan untuk pembersihan harus ditangani dan digunakan sesuai
prosedur dan disimpan secara hati-hati. Hal ini menunjukan bahwa ruang bahan
kimia telah memenuhi persyaratan.
23
bersih, mencuci tangan sebelum proses produksi, tidak merokok, makan, minum
dan meludah di dalam ruang pengolahan, serta tidak diperkenankan memakai
aksesoris.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
PT Misaja Mitra telah menerapkan Good Manufacturing Practice (GMP)
dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dengan sangat baik pada
pembekuan udang PD (peeled and deveined) vaname sistem block sebagai Unit
Pengolahan Ikan (UPI) sesuai dengan SNI CAC/RCP 1:2011. Sistem HACCP
yang diterapkan oleh PT. Misaja Mitra telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan terutama dalam tahap proses produksi yang merupakan titik kendali
kritis (CCP) dalam hal penerimaan bahan baku, deteksi logam, serta pelabelan
produk.
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil PKL ini adalah perlu adanya
perbaikan beberapa lantai produksi yang retak untuk menghindari penyimpangan
dari segi SSOP yang bisa menyebabkan terkontaminasinya produk udang selama
proses pekerjaan. Perapihan ruang ganti karyawan diperlukan demi kebersihan
dan kenyamanan para karyawan.
25
DAFTAR PUSTAKA
[CAC] Codex Alimentarius Commission. 2012. Code Of Practice For Fish And
Fishery Products Second Edition. Rome: CAC
[FDA] Food And Drug Administration. 2009. Standardization Official Food
Safety Inspection Officer. Principle Of Food Sanitation. New York:
Champman and Hall.
[KEPMEN-KP] Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan. 2013. Keputusan
Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 Tentang
Persyaratan Jaminan Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses
Produksi, Pengolahan, Dan Distribusi. Jakarta: KEPMEN-KP.
[KKP]Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2016. Statistik Udang 2009-2013
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta: Kementerian Kelautan
Dan Perikanan.
[KKP]Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2017. Statistik Udang 2009-2013
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta: Kementerian Kelautan
Dan Perikanan.
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan pengawetan ikan. Jakarta: Bumi Aksara
Cartwright, L. M., & Latifah, D. (2010). HAZARD ANALYSIS CRITICAL
CONTROL POINT ( HACCP ) SEBAGAI MODEL KENDALI DAN
PENJAMINAN MUTU PRODUKSI PANGAN ( Studi Pada Perkuliahan
Pastry di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ). INVOTECH, VI, 509–519.
Firdaus, M. I., Vieanti, N. F., Maulana, R. R., & Tresnasih, S. (2019).
PENERAPAN KEAMANAN DAN SANITASI PANGAN PADA UMKM
DARA TRI SAKTI (D3S) PRODUK KERIPIK SINGKONG DI
KABUPATEN SUBANG Application Of Food Security And Sanitation In
UMKM Dara Tri Sakti (D3S) Of Cassava Chips Products In Subang
District. Agroindustri, 1, 1–9.
Harris, R. S. dan E. Karmas. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan.
Penerjemah: S. Achmadi. ITB – Press, Bandung.
Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid I. Kanisius.
Yogyakarta Jakarta.
Nugroho, P. J. (2017). PENERAPAN SANITASI UNIT PENGOLAHAN IKAN
TUNA KALENG PT BANYUWANGI CANNERY INDONESIA. PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
26
SEMARANG.
Saulina, H. 2009. Pengendalian Mutu Pada Proses Pembekuan Udang
Menggunakan Statistical Process Control (SPC) Studi Kasus: Di PT Lola
Mina Jakarta Utara. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sihombing, I. 2008. ekspor udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Bumi
Aksara. Jakarta.
Tasbih, M. (2017). PROSES PENGOLAHAN UDANG BEKU (FROZEN
SHRIMP) PEELED AND DEVEINED (PD) DENGAN METODA
PEMBEKUAN INDIVIDUALLY QUICK FROZEN (IQF) PADA PT.DUA
PUTRA UTAMA MAKMUR TBK PATI JAWA TENGAH. 1–11.
Thaheer, H. Sistem Manajemen HACCP. Jakarta: Bumi Aksara. 2005. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
27
LAMPIRAN
28
Lampiran 1. Prosedur GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP)
29
13 i bakteri sesuai C
patogen standar
30
4 Pemotongan SNI 3457- Suhu Penurunan Pemotongan Pemotongan Pengecekan
kepala 2014 udang dan mutu akibat kepala udang kepala udang suhu udang
KEPMEN suhu suhu udang untuk dilakukan oleh bagian QC
KP/52A/20 ruangan yang tidak dijadikan secara Pengecekan
13 Penyimpan sesuai produk manual hasil
gan fisik Penurunan Headless, menggunaka pemotongan
pada udang mutu udang PDTO,PD n alat kepala udang
Kontamina akibat bernama oleh bagian QC
si adanya kesalahan “sok” serta
logam pemotongan genjer udang
berat tidak boleh
terpotong
Karyawan
dilarang
menggunaka
n aksesoris
saat masuk
ruang
produksi
5 Pencucian II SNI 3457- Suhu Penurunan Menghilangka Pencucian Pengecekan
2014 udang mutu udang n kotoran yang mengguna dan
KEPMEN Adanya akibat suhu masih kan mesin pengawasan
KP/52A/20 kontaminas tidak sesuai menempel Pencucian suhu air dan
13 i bakteri Mengurangi menggunaka suhu udang
patogen adanya bakteri n air dingin oleh bagian QC
Konsentras patogen yang 5o C dengan Pengecekan
31
i klorin mungkin konsentrasi konsentrasi
masih klorin 100 klorin pada bak
menempel ppm, pencucian
pada udang kemudian
udang
dibilas air
dingon 5o C
dengan
konsentrasi 0
ppm
6 Grading SNI 3457- Suhu Penurunan Mengelompoka Setelah Pengecekan
2014 udang mutu udang n udang pencucian secara berkala
KEPMEN Adanya akibat suhu berdasarkan udang akan dengan
KP/52A/20 kontaminas tidak sesuai ukuran dibawa secara mengambil
13 i bakteri Ukuran udang otomatis sampel udang
patogen yang tidak dibawa ke
Ketidakses sesuai mesin grading
uaian yang
ukuran memisahkan
udang sesuai
ukuran
7 Pengupasan SNI 3457- Suhu Penurunan Mengupas kulit Pertama udang Pengecekan
Udang 2014 udang mutu udang dan usus udang dikupas suhu udang
KEPMEN Kerusakan akibat suhu untuk dijadikan bagian kulit oleh bagian QC
KP/52A/20 secara fisik tidak sesuai produk peeled udang hingga Pengecekan
13 akibat Penurunan and deveined ekor hasil
menggunakan
32
kesalahan mutu udang bantuan pisau pengupasan
pengupasa akibat Kemudian udang oleh
n kerusakan fisik usus udang bagian QC
dicungkil dari
bagian ruas
udang sebelum
ekor
menggunakan
jarum stainless
8 Pencucian III SNI 3457- Suhu Penurunan Membersihkan Pencucian Pengecekan
2014 udang mutu udang kotoran yang dilakukan suhu air dan
KEPMEN Adanya akibat suhu masih dengan mesin suhu udang
KP/52A/20 kontaminas yang tidak menempel yang sudah oleh bagian QC
/13 i bakteri sesuai Mengurangi terdapat bak Pengecekan
patogen bakteri patogen berisi air konsentrasi
Konsentras yang mungkin dengan suhu klorin pada bak
i klorin masih 5o C dan korin pencucian
menempel pada dengan
tubuh udang konsentrasi 50
ppm
9 Collect SNI 3457- Benda Penurunan suhu Mengecek Pengecekan Pengecekan oleh
material 2014 asing udang akibat apakah ada benda asing bagian QC
KEPMEN Suhu suhu yang tidak benda asing menggunakan Pengecekan suhu
KP/52A/20 udang dan sesuai yang terbawa backlight table oleh bagian QC
/13 suhu Penurunan dari tambak secara manual
ruangan mutu akibat seperti logam,
benda asing pasir, rambut
33
Mengecek
kebersihan
perut udang
10 Pembekuan SNI 3457- Suhu Penurunan Menurunkan Pembekuan Pengecekan
2014 udang mutu akibat suhu pusat menggunaka suhu mesin
KEPMEN suhu udang sampai - n NISSIN sebelum
KP/52A/20 pembekuan 18o C machine digunakan
/13 udang yang tak Memperpanjang dengan suhu Pengaturan
sesuai masa simpan -35°C suhu mesin
udang selama 4 jam Pengecekan
mesin sebelum
dan sesudah
digunakan
11 Glazing SNI 3457- Suhu udang Penurunan mutu Mencegah Menggunaka
2014 udang akibat produk dari n air bersih Pengecekan
KEPMEN ketidaksesuaian kekeringan dengan suhu suhu air oleh
KP/52A/20 suhu (glazing) dan <5°C bagian QC
/13 Penurunan mutu ketengikan Menjaga Pengecekan
udang akibat akibat oksidasi kualitas air kualitas air
kontaminasi tetap bersih secara visual
logam berat dari dan diganti oleh bagian QC
wadah glazing jika Pengecekan
diperlukan secara visual
Proses metode glazing
glazing dan kualitas
dilakukan prosuk oleh
34
secara benar bagian QC
dan hati-hati
12 Deteksi SNI 3457- Kontaminasi Adanya Mengecek Pengaturan Pengecekan
logam 2014 logam kontaminasi produk udang detektor dan pengaturan
KEPMEN logam beku terbebas logam alat metal
KP/52A/20 dari sebelum detector
/13 kontaminasi digunakan sebelum
logam dan sesuai digunakan oleh
dengan bagian QC
spesifikasi Pengecekan
produk produk yang
Melewatkan berhenti
udang yang melewati metal
telah detector secara
dikemas visual oleh
pada metal bagus QC
detector
13 Pengemasan SNI 3457- Kemasan Mutu udang Melindungi Melindungi Pengecekan
2014 rusak menurun atau produk dari produk dari secara visual
KEPMEN seperti rusak akibat kontaminasi kontaminasi produk yang
KP/52A/20 berluban kemasan yang dan mencegah dan dikemas oleh
/13 Kesalahan tak dapat produk keluar mencegah bagian QC
pelabelan melindungi dari master produk rusak Pengecekan
produk selama cartoon selama selama secara visual
distribusi distribusi. distribusi kualitas master
caton dan
35
straping band
oleh bagian QC
14 Penyimpanan SNI 3457- Suhu Kerusakan Mempertahanka Penerapan Pengecekan
2014 udang kemasan saat n suhu pusat sistem First kondisi
KEPMEN Suhu ruang penyimpanan udang mencapai In First Out penyimpanan
KP/52A/20 penyimpan Terjadinya -18 °C sebelum (FIFO) secara berkala
/13 an beku pencairan produk Pengontrolan oleh bagian QC
udang akibat didistribusikan secara Pengecekan
suhu ruang periodik suhu cold
yang tidak sanitasi cold storage setiap
sesuai storage jam oleh bagian
QC
Pengecekan
sanitasi cold
storage secara
berkala oleh
bagian QC
15 Pengangkutan SNI 3457- Mempertahanka Ekspor Pengecekan
2014 n suhu pusat dilakukan berkas oleh
KEPMEN udang dengan bagian ekspor.
KP/52A/20 Penjualan bantuan Pengecekan
/13 udang pada kontainer sanitasi oleh
konsumen yang QC
memiliki
sistem
pembekuan
36
untuk
menjaga
suhu pusat
udang
selama
perjalanan.
16 Pengemasan SNI 3457- Kemasan Mutu udang Melindungi Melindungi Pengecekan
2014 rusak menurun atau produk dari produk dari secara visual
KEPMEN seperti rusak akibat kontaminasi kontaminasi produk yang
KP/52A/20 berlubang kemasan yang dan mencegah dan mencegah dikemas oleh
/13 Kesalahan tak dapat produk keluar produk rusak petugas QC
pelabelan melindungi dari master selama Pengecekan
produk selama cartoon selama distribusi secara visual
distribusi distribusi. kualitas master
caton dan
straping band
oleh petugas
QC
37
Lampiran 2. Prosedur Sanitation Standart Operation Procedure (SSOP)
38
selama pekerjaan
- Seragam dipakai
diruang produksi
dan tidak boleh
dibawa keluar
Gedung produksi
- Seragam harus
diganti setiap 2
hari sekali
2. Pencegahan - KEPMEN KP/NO - Mencegah - Desain dan layout - Pengecekan
kontaminasi 52A/2013 kontaminasi bagunan harus kebersihan
sialng - SNI CAC/RCP silang beruoa disesuaikan peralatan dan
1:2011 logam berat dengan alur proses ruangan
- Mencegah produksi sebelum dan
masuknya - Penggunaan sesudah
benda asing ke peralatan sesuai proses
dalam produk dengan fungsinya produksi
- Pelarangan - Pemeriksaan
penggunaan kebersihan
aksesoris tangan
- Tangan dicuci pekerja
dengan sabun dan dengan tes
disemprot oleh bakteri setiap
alkohol sebelum sebulan
memasuki ruang sekali
produksi - Pengontrolan
- Penggunaan APD SOP pekerja
lengkap sesuai sebelum
peraturan yang memasuki
berlaku ruangan
- Ruangan produksi
dilengkapi dengan
AC yang suhunya
terkontrol dibawah
20o C serta
membersihkan
filter udara setiap
bulan
3. Menjaga - KEPMEN KP/NO - Memelihara - Pekerja diwajibkan - Pengecekan
fasilitas 52A/2013 dan menjamin mencuci tangan fasilitas
pencuci - SNI CAC/RCP kebersihan sebelum dan pencuci
tangan, 1:2011 pekerja selama memasuki tangan dan
sanitasi, dan - Menjaga ruang produksi kaki oleh
toilet kontaminasi - Penggunaa bahan petugas
terhadap pembersih seperti sanitasi
produk sabun tangan, - Pengontrolan
39
disenfektan, dan SOP pekerja
alcohol
- Fasilitas bak
pencuci kaki
sebelum memasuki
ruang produksi
(klorin 200ppm)
- Toilet tidak boleh
berada di dalam
ruang produksi
4. Proteksi dari - KEPMEN KP/NO - Menjamin - Limbah padat dan - Pengecekan
bahan-bahan 52A/2013 bahan baku cair langsung produk oleh
kontaminan - SNI CAC/RCP udang terbebas dibuang keluar QC untuk
1:2011 dari ruang produksi memastikan
kontaminasi - Penggunaan produk
kimia dan kemasan yang terbebas dari
bakteri selama aman (food grade), bahan-bahan
proses mampu berbahaya
produksi melindungi produk - Pengujian
dari kontaminasi laboratorium
terhadap produk
- Plafon, dinding,
lantai dan ventilasi
selalu dibersihkan
40
khusus yang
terpisah dengan
ruang produksi
- Bahan kimia diberi
label sesuai
Namanya
- Pembatasan
penggunaan bahan
kimia pada produk
sesuai dengan
standar bahan
tersebut
6. Pengawasan - KEPMEN KP/NO - Mengetahui - Pengecekan - Pengecekan
kondisi 52A/2013 dan menjamin Kesehatan pekerja setiap hari
kesehatan - SNI CAC/RCP Kesehatan Ketika perekrutan Kesehatan
personil 1:2011 pekerja - Medical check up pekerja yang
- Mencegah 1 kali setiap tahun akan
kontaminasi terhadap pekerja memasuki
yang ruang
disebabkan produksi
pleh pekerja - Jaminan
Kesehatan
bagi pekerja
7. Pengendalian - KEPMEN KP/NO - Menghindari - Pemasangan - Pengecekan
hama 52A/2013 hewan perangkap terhadap
penggangu - SNI CAC/RCP penggangu serangga di setiap perangkap
1:2011 misalnya pintu masuk serangga
serangga dan - Penutupan dengan setiap hari
hewan kawat jarring - Pengecekan
pengerat terhadap semua rutin ruang
masuk ke saluran penyimpanan
dalam ruang pembuangan beku
produksi limbah
- Menjamin - Menjaga
produk bebas kebersihan gudang
dari penyimpanan
kontaminan untuk mencegah
perkembangbiakan
hewan pengerat
41
Lampiran 3. Desain Gedung produksi 1 PT Misaja Mitra
42
Lampiran 3. Dokumentasi Perusahaan
1. Sertifikat Kelayakan Dasar Pengolahan (SKP)
43
2. Sertifikat HACCP
44
3. Sertifikat Halal
45
Lampiran 4. Curiculum Vitae (CV)
CURICULUM VITAE
46
Lampiran 5. Surat Penerimaan PKL
47
Lampiran 7. Jurnal Harian PKL
Minggu ke-1
48
Minggu ke-2
49
Minggu ke-3
50
Minggu ke-4
51
Minggu ke-5
52
Minggu ke-6
53
Minggu ke-7
54
Lampiran 8. Surat Penilaian PKL
55