Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENERAPAN HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL


POINT (HACCP) PEMBEKUAN UDANG PD (PEELED AND
DEVEINED) VANAME SISTEM BLOCK DI PT MISAJA
MITRA, PATI, JAWA TENGAH

Disusun oleh:
Restu Rizki Maulana
10303023

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


JURUSAN AGROINDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SUBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul:


“Penerapan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) Pembekuan
Udang PD (Peeled and Deveined) Vaname Sistem Block di PT Misaja Mitra,
Pati, Jawa Tengah”

Disusun oleh:
Nama : Restu Rizki Maulana
NIM : 10303023
Prodi : Agroindustri
Telah diseminarkan pada Seminar PKL dan dinyatakan lulus pada tanggal
………………
Subang, ………………..

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Wiwik Endah Rahayu, S. TP., M. Si Jumran


NIP. 199012302018032001 NIK. -

Mengetahui,
Ketua Jurusan

Wiwik Endah Rahayu, S.TP., M.Si.


NIP.198311282015042001
LEMBAR PERNYATAAN PENULISAN LAPORAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


“PENERAPAN HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT
(HACCP) PEMBEKUAN UDANG PD (PEELED AND DEVEINED)
VANAME SISTEM BLOCK DI PT MISAJA MITRA, PATI, JAWA
TENGAH”

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan Praktik


Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Penerapan Hazard Analysis and Critical
Control Point (HACCP) Pembekuan Udang PD (Peeled and Deveined) Vaname
Sistem Block di PT Misaja Mitra, Pati, Jawa Tengah” adalah murni karya saya
sendiri, tidak adanya karya orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya ketidaksesuaian pada fakta yang
terdapat pada laporan yang saya buat, saya bersedia menerima sanksi berupa
pembuatan ulang laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Demikian surat pernyataan
saya buat dengan kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Subang, ……………..
Yang Menyatakan,

Restu Rizki Maulana


NIM. 10303023

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Wiwik Endah Rahayu, S.TP., M.Si. Jumran


NIP. 199012302018032001 NIK. -

iii
ABSTRAK

PT Misaja Mitra merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang


pengolahan udang. Salah satu produk udang segar yang ada di PT Misaja Mitra
yaitu PD (Peeled and Defined). Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
adalah untuk mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya serta mengetahui penerapan Hazard Analysis and Critical Control
Point (HACCP) pembekuan udang PD (peeled and deveined) vaname sistem
block. Aspek yang dibahas meliputi penerapan HACCP pada proses pembekuan
udang PD dengan pembekuan sistem block dari mulai penerimaan hingga proses
packing. Hazard Analysis And Critical Control Point (HACCP) sangat penting
bagi perusahaan yang bergerak di bidang pangan untuk menjamin keamanan
pangan bagi konsumen. PT Misaja Mitra telah menerapkan Good Manufacturing
Practice (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dengan
sangat baik pada pembekuan udang PD (peeled and deveined) vaname sistem
block sebagai Unit Pengolahan Ikan (UPI) sesuai dengan SNI CAC/RCP 1:2011.
Sistem HACCP yang diterapkan oleh PT. Misaja Mitra telah memenuhi standar
yang telah ditetapkan terutama dalam tahap proses produksi yang merupakan titik
kendali kritis (CCP) dalam hal penerimaan bahan baku, deteksi logam, serta
pelabelan produk.

Kata kunci: HACCP, sistem block , udang PD

ABSTRACT
PT Misaja Mitra is a company engaged in shrimp processing, one of the fresh
shrimp products in PT Misaja Mitra is PD (Peeled and Defined). The purpose of
this Field Work Practice (PKL) is to gain work experience before entering the
real world of work as well as knowing the application of Hazard Analysis and
Critical Control Points (HACCP) freezing shrimp (peeled and deveined) block
system vaname. Aspects discussed include the application of HACCP in the PD
shrimp freezing process by freezing the block system from the reception to the
packing process. Hazard Analysis And Critical Control Point (HACCP) is very
important for companies engaged in food to ensure food safety for consumers. PT
Misaja Mitra has implemented Good Manufacturing Practice (GMP) and
Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) very well in freezing PD
(peeled and deveined) vaname block shrimp systems as a Fish Processing Unit
(UPI) in accordance with SNI CAC / RCP 1: 2011. HACCP system implemented
by PT. Misaja Mitra has fulfilled the standards set especially in the production
process stage which is a critical control point (CCP) in terms of receiving raw
materials, metal detection, and product labeling.

Keywords: HACCP, block system, PD Shrimp

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan PKL sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam proses pembuatan ini tak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan
serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Tak lupa
penulis ucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan satu angkatan yang telah
berjuang bersama dalam menyelesaikan laporan ini dengan penuh semangat. Rasa
terima kasih juga penulis ucapkan kepada:
1. PT Misaja Mitra yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan Kerja (PKL) ini. Banyak ilmu dan
pengalaman yang penulis dapatkan.
2. Bapak Farkan selaku HRD PT Misaja Mitra yang telah memberikan arahan,
teknis, maupun motivasi kepada penulis selama PKL berlangsung.
3. Bapak Jumran selaku pembimbing lapangan PKL yang telah membimbing
dan memberikan banyak ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
PKL ini.
4. Ibu Wiwik Endah Rahayu S. TP., M. Si selaku pembimbing Praktik Kerja
Lapangan yang telah membimbing penulis dalam pembuatan laporan ini.
5. Seluruh rekan-rekan PKL PT Misaja Mitra yang telah membantu dan
memberikan informasi selama Praktik Kerja Lapangan berlangsung.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran untuk
melengkapi laporan ini. Akhir kata, penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak khususnya pembaca dan penulis.

Subang, April 2020


Penulis

Restu Rizki Maulana

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii


LEMBAR PERNYATAAN PENULISAN LAPORAN ............................. iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
ABSTRACT .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2.Tujuan ................................................................................................... 2
1.3.Manfaat ................................................................................................. 2
1.4.Waktu dan Tempat Kegiatan ................................................................. 2
1.5.Jadwal Kegiatan serta Alokasi Waktu................................................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM ...................................................................... 4
2.1.Sejarah PT. Misaja Mitra ..................................................................... 4
2.2.Kegiatan PT. Misaja Mitra ................................................................... 4
2.3.Struktur PT. Misaja Mitra .................................................................... 6
2.4.Tujuan dan Fungsi ................................................................................ 7
2.5.Sistem Kerja ......................................................................................... 7
BAB III HASIL PELAKSANAAN ........................................................... 8
3.1.Proses Pembekuan Udang PD Vaname Sistem Block.......................... 8
3.2.Good Manufacturing Practices ............................................................ 8
3.2.1.Penerimaan Bahan Baku ............................................................. 9
3.2.2.Penyortiran .................................................................................. 10
3.2.3.Pencucian I.…………………………………………………….. 10
3.2.4.Pemotongan Kepala…………………………………………….. 11
3.2.5.Pencucian II.……………………………………………………. 12
3.2.6.Grading…………………………………………………………. 13
3.2.7.Pengupasan Udang…………………………………………........ 13

vi
3.2.8.Pencucian III ………………………………………………… 14
3.2.9.Collect Material………………………………………………. 14
3.2.10.Penimbangan dan Pembekuan……………………………… 15
3.2.11.Glazing……………………………………………………... 15
3.2.12.Deteksi Logam……………………………………………... 16
3.2.13.Pengemasan………………………………………………… 16
3.2.14.Penyimpanan………………………………………………. 17
3.2.15.Pengangkutan……………………………………………… 17
3.3.Sanitation Standard Operating Procedure………………………… 18
3.3.1.Lokasi……………………………………………………….. 18
3.3.2.Keamanan Air………………………………………………. 19
3.3.3.Peralatan dan Perlengkapan Yang Kontak Dengan Produk… 19
3.3.4.Kontaminasi Silang………………………………………….. 20
3.3.5.Fasilitas Pencuci Tangan, Sanitasi, dan Toilet……………... 21
3.3.6.Proteksi dari Bahan-bahan Kontaminan……………………. 22
3.3.7.Kebersihan dan Kesehatan Karyawan………………………. 23
3.3.8.Pengendalian Hama Pengganggu………………………….... 24
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 25
4.1.Kesimpulan .......................................................................................... 25
4.2.Saran .................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26
LAMPIRAN ............................................................................................... 27

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur PT. Misaja Mitra ...................................................... 6


Gambar 3.1. Proses Pembekuan Udang PD Sistem Block .......................... 8
Gambar 3.2. Penerimaan Bahan Baku ........................................................ 10
Gambar 3.3. Penyortiran dan Penimbangan ................................................ 10
Gambar 3.4. Pencucian I ............................................................................. 11
Gambar 3.5. Pemotongan Kepala................................................................ 12
Gambar 3.6. Pencucian II ............................................................................ 12
Gambar 3.7. Grading……………………………………………………... 13
Gambar 3.8. Pengupasan dan Pembuangan Usus Udang………………… 14
Gambar 3.9. Pencucian III………………………………………………... 14
Gambar 3.10.Pembekuan Udang…………………………………………. 15
Gambar 3.11.Deteksi Logam……………………………………………… 16
Gambar 3.12.Pengemasan………………………………………………… 17

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jadwal PKL di PT Misaja Mitra ................................................ 3


Tabel 1.2. Alokasi Waktu PKL ................................................................... 3
Tabel 2.1. Sistem Kerja PT. Misaja Mitra .................................................. 7

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis di Indonesia
yaitu udang. Udang merupakan salah satu produk perikanan yang memiliki aroma
yang khas dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Pemerintah menempatkan
udang sebagai salah satu primadona ekspor Indonesia, karena udang adalah salah
satu komoditas dalam revitalisasi perikanan yang produksinya salama periode
2003-2007 mengalami peningkatan 16,39%, yaitu dari 192.926 ton pada tahun
2003 menjadi 352.220 ton pada tahun 2007 (Sihombing, 2008).
Pada prinsipnya pembekuan udang merupakan salah satu cara
memperlambat terjadinya proses penurunan mutu, baik secara autolisis,
bakteriologis, dan oksidasi. Pembekuan udang dapat memperlambat pertumbuhan
mikroorganisme serta memperlambat reaksi kimia dan aktivitas enzim,
pembekuan tetapi tidak untuk mensterilkan udang. Udang setelah dibekukan dan
disimpan dalam ruang beku (cold storage), tidak akan lepas begitu saja dari proses
penurunan mutu (Ilyas, 1993).
HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang mendasarkan pada
kesadaran atau perhatian bahwa bahaya (hazard) akan timbul pada berbagai titik
atau tahap produksi, tetapi dapat dilakukan tindakan pengendalian untuk
mengontrol bahaya. HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen risiko yang
dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan
(preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan yang dianggap dapat
memberikan jaminan dalam menghasilkan pangan yang aman. Kunci utama
HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang
mengutamakan tindakan pencegahan daripada mengandalkan kepada pengujian
produk akhir. Di Australia, sistem HACCP telah dipadukan dengan ISO
9000:2000 yang diterbitkan International Organization ofStandardization (ISO),
dan disebut sebagai Safe Quality Food (SQF) 2000 (Thaheer,2005).
PT Misaja Mitra merupakan perusahan yang bergerak di bidang pengolahan
udang, sehingga perlu adanya manajemen mutu yang harus diterapkan untuk

1
menjamin keamanan pangan bagi konsumen. Oleh karena itu, perlu adanya
penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada
perusahaan yang bergerak di bidang pangan salah satunya pembekuan udang.
Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
untuk menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan di PT Misaja Mitra.

1.2. Tujuan
Tujuan umum dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk
mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai pada Praktik Kerja Lapangan ini yaitu
mengetahui dan memahami penerapan Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) udang PD dengan sistem Block di PT Misaja Mitra.

1.3. Manfaat
Manfaat dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT Misaja
Mitra adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui dan memahami penerapan Hazard Analysis Critical Control
Point (HACCP) udang PD dengan sistem Block di PT Misaja Mitra.
b. Terjalinnya kerja sama antara pihak instansi dan perusahaan

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dimulai sejak tanggal 2 Maret
2020 sampai dengan 25 April 2020. Tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL)
dilaksanakan di PT Misaja Mitra yang berlokasi di Jl. Raya Pati-Tayu No.Km 18,
Kauman, Waturoyo, Kec. Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

1.5. Jadwal Kegiatan serta Alokasi Waktu


Kegiatan PKL yang dilakukan di PT Misaja Mitra selama 8 minggu yang
meliputi kegiatan cek kesehatan, pengenalan divisi perusahaan, dan kegiatan
produksi. Uraian menyeluruh kegiatan yang berlangsung di PT Miasaja Mitra
dapat dilihat pada Tabel 1.1.

2
Tabel 1.1. Jadwal PKL di PT Misaja Mitra

Minggu ke
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Cek Kesehatan
Pengenalan depatemen PT Misaja
2
Mitra
Proses produksi (bagian penerimaan
3
bahan baku)
Proses produksi (Bagian
4
pemotongan kepala)
Proses produksi (bagian grading
5
size)

6 Proses produksi (bagian soaking)

Alokasi waktu Praktik Kerja Lapangan di PT. Misaja Mitra tertera pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Alokasi Waktu PKL di PT. Misaja Mitra.
No. Kegiatan Sistem Kerja Jam Kerja

Dimulai dari jam


1 Cek Kesehatan 1 hari 07:00 WIB sampai
dengan 12:00 WIB

Dimulai dari jam


Pengenalan departemen di PT 6 hari kerja
2 07:30 WIB sampai
Misaja Mitra dan 1 hari libur
dengan 16:00 WIB

Dimulai dari jam


6 hari kerja
3 Proses produksi 07:30 WIB sampai
dan 1 hari libur
dengan 16:00 WIB

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah PT Misaja Mitra


PT Misaja Mitra merupakan perusahan yang bergerak di bidang pengolahan
udang. Nama Misaja Mitra terdiri dari dua kata yaitu “MISAJA” yang berasal dari
bahasa Sansekerta yang berarti mencari, dan kata “MITRA” yang artinya rekan.
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 19 April 1994 dengan akte notaris Sugianto,
SH. No 14/1994/A.N/K dan mulai beroperasi pada tanggal 19 April 1994. PT
Misaja Mitra merupakan bagian dari Dachan Great Wall Group yang merupakan
kelompok agribisnis terbesar di Taiwan yang telah berkembang di seluruh dunia.
PT Misaja Mitra memulai kegiatan produksinya setelah dilakukan
pemasangan mesin, peralatan, serta pendekatan kepada petambak-petambak udang
di wilayah Kabupaten Pati, Jawa Tengah yaitu pada Juli 1994. Pada awalnya,
perusahaan ini hanya memproduksi produk udang beku block frozen dan Nobashi
Ebi. Pada tahun 1996, PT Misaja Mitra mulai memproduksi produk baru yaitu
Panko Ebi yang ternyata banyak disukai oleh konsumen Jepang. PT Misaja Mitra
pada saat ini memproduksi tiga macam produk antara lain : Panko Ebi, produk
Block, dan Nobashi Ebi.

2.2. Kegiatan PT Misaja Mitra


PT Misaja Mitra yang berjalan di bidang Agribisnis memiliki beberapa
kegiatan produksi beberapa kategori produk yang meliputi :
A. Produksi udang beku non tepung roti yang dilakukan di Gedung 1
1. Udang beku Head on
Kategori produk Head on merupakan produk udang utuh yang
memanfaatkan udang vaname sebagai produk utama dan menggunakan
metode pembekuan sistem blok.
2. Udang beku Headless
Kategori produk Headless merupakan produk udang tanpa kepala yang
memanfaatkan udang vaname sebagai produk utama dan menggunakan
metode pembekuan sistem blok dan semi blok.

4
3. Udang beku Nobashi Ebi
Kategori produk Nobashi Ebi merupakan produk udang beku peeled and
deveined yang memanfaatkan udang black tiger sebagai bahan utamanya dan
menggunakan metode pembekuan Individually Quick Freezing (IQF) serta
menggunakan kemasan vakum.
4. Udang beku Peeled and Deveined STG IQF
Kategori produk peeled and deveined merupakan produk udang yang
memanfaatkan udang vaname sebagai bahan baku dan menggunakan metode
pembekuan Individually Quick Freezing (IQF) serta memanfaatkan obat
Sodium tri Glutamat (STG) pada tahap perendaman untuk menambah rasa
serta bobot udang.
5. Udang beku Peeled and Deveined Block
Kategori produk peeled and deveined block merupakan produk udang yang
memanfaatkan udang vaname sebagai bahan baku dan menggunakan metode
pembekuan sistem blok.

B. Produksi udang beku panko yang dilakukan di Gedung 2


Panko udang atau bisa juga disebut ebi furai merupakan produk yang
memanfaatkan udang vaname dan black tiger sebagai bahan utama. Panko ebi
memanfaatkan udang yang diproses Peeled and Deveined Tail On (PDTO)
sebagai bahan utama yang kemudian dibalut oleh tepung roti yang diimpor dari
Thailand.

5
2.3. Struktur PT. Misaja Mitra

Gambar 2.1. PT. Misaja Mitra

6
2.4. Tujuan dan Fungsi
Tujuan PT Misaja Mitra tercantum dalam visi dan misi di bawah ini :
1. Visi
Dikenal sebagai perusahaan yang terpercaya dalam menghasilkan udang beku
segar bermutu tinggi.
2. Misi
Memproses udang yang bermutu tinggi melalui proses yang higienis dan
aman dikonsumsi untuk memenuhi harapan pelanggan sehingga memberikan
pertumbuhan yang baik bagi perusahaan dan kesejahteraan bagi pemegang
saham, karyawan, dan masyarakat sekitar

2.4. Sistem Kerja


Sistem kerja di PT Misaja Mitra pada dasarnya mengikuti peraturan dari
setiap bagan kerja yang ditetapkan. Sistem kerja tersebut tersaji dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sistem Kerja di PT. Misaja Mitra
Divisi Jam Kerja Syarat & Ketentuan
07:00 s/d 16:00
R&D + Production WIB (8 jam kerja; Libur 1 hari dalam seminggu
full time)
07:00 s/d 16:00
Libur 1 hari diluar weekend
Personalia WIB (8 jam kerja;
dan hari libur nasional
full time)
07:00 s/d 16:00
Mechanical
WIB (8 jam kerja; Libur 1 hari dalam seminggu
maintenance
full time)
Libur 1 hari dalam
Security 24 jam (shift) seminggu. Pergantian shift
per 9 jam kerja.
07:00 s/d 16:00
Staff lainnya WIB (8 jam kerja; Libur 1 hari dalam seminggu
full time)

7
BAB III
HASIL PELAKSANAAN

3.1. Proses Pembekuan Udang Vaname PD Sistem Block


Proses pembekuan udang Vaname PD sistem block dapat dilihat pada
Gambar 3.1.

Penerimaan Bahan Baku

Penyortiran

Pencucian I (200 ppm, 5 menit)

Pemotongan Kepala (PK)

Pencucian II (100 ppm)

Grading

Pengupasan Udang

Pencucian III (25 ppm)

Collect Material

Penimbangan dan Pembekuan

Glazing

Deteksi Logam

Pengemasan

Penyimpanan

Gambar 3.1. Proses Pembekuan Udang PD Block

3.2. Good Manufacturing Practices


Keamanan pangan selalu erat kaitannya dengan Good Manufacturing
Practices (GMP), Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP), dan Hazard

8
Analysis Critical Cotrol Point (HACCP). Hal tersebut merupakan persyaratan
umum manajemen keamanan pangan yang harus diterapkan dalam setiap Unit
Pengolahan Ikan (UPI). Menurut KEPMEN KP No 52 A Tahun 2013 Good
Manufacturing Practices (GMP) ialah pedoman berisi persyaratan dan tata cara
berproduksi yang baik yang dapat dijadikan acuan tata cara berproduksi di unit
pengolahan ikan. Persyaratan ini sangat penting dilakukan guna menjamin mutu
dan keamanan pangan dari setiap tahapan produksinya seperti proses produksi,
penanganan, pengolahan, dan distribusi produk semuanya harus terpantau untuk
melindungi konsumen dari bahaya kesehatan, meningkatkan daya saing produk
serta meningkatkan nilai jual produk.

3.2.1. Penerimaan Bahan Baku (CCP 1)


Bahan baku yang diperoleh perusahaan berasal dari pulau Jawa. Setelah
diterima, udang akan di cek bobot setiap keranjangnya dan suhu udang. Udang
yang telah diterima dari supplier akan di cek secara organoleptik, uji antibiotik
dan uji mikroorganisme. Penerimaan bahan baku termasuk ke dalam CCP 1. Batas
kritis pada proses penerimaan bahan baku terletak pada kadar residu antibiotik
pada udang. Bahan baku udang yang mengandung antibiotik misalnya, nitrofurant
(ADH), furazolidone (AOZ), dan tetracycline (TET) langsung dilakukan reject
dan supplier akan dicabut izinnya. Standar nilai dari uji organoleptik yaitu harus
diatas 7, kemudian udang harus terbebas dari bakteri seperti E. Coli dan
Salmonella Sp. Suhu udang harus terjaga selama proses produksi dengan
menambahkan es di atasnya agar suhu udang tetap dibawah 10◦C. Proses
penentuan size udang HO (Head on) juga dilakukan untuk mengetahui size udang.
Penentuan size udang HO dilakukan dengan persamaan sebagai berikut :

9
Gambar 3.2. Penerimaan Bahan Baku

3.2.2. Penyortiran dan Penimbangan


Udang yang telah diterima dari supplier, kemudian akan disortir. Udang
segar akan di ambil secara sampling untuk dicek kesegarannya sebelum dilakukan
proses selanjutnya. Setelah itu udang dimasukan ke dalam keranjang plastik untuk
ditimbang beratnya. Rata-rata berat setiap keranjangnya yaitu sebesar 25 kg.
Keranjang yang berisi udang harus ditambah es agar suhu udang terjaga yaitu di
bawah 10°C. Setiap setelah pengunaan, keranjang harus dicuci dengan cara
direndam menggunakan klorin dengan konsentrasi 100 ppm.

Gambar 3.3. Penyortiran dan Penimbangan

3.2.3. Pencucian I
Udang yang telah disortir kemudian akan masuk ke tahap pencucian I,
tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran serta bakteri yang
menempel pada udang masih terdapat kepalanya. Udang yang telah di sortir,
selanjutnya udang akan dicuci di bak yang berisi air dan klorin dengan konsentrasi

10
200 ppm selama 5 menit dengan cara diaduk menggunakan serok besi Panjang
dan suhu air pencucian dibawah 6°C. Biasanya satu tempat pencucian mampu
menampung 4 keranjang atau sekitar 100 kg. Setiap 1 kali pencucian, bak harus
dibersihkan serta diganti air dan klorinnya menggunakan air dingin agar pada saat
pencucian selanjutnya, udang tidak terkontaminasi kotoran lain. Setelah dicuci,
udang akan dibilas menggunakan air dingin dengan konsentrasi klorin 0 ppm.
Suhu udang harus tetap terjaga yaitu dibawah 10°C. Untuk menghitung
banyaknya klorin yang akan digunakan, menggunakan persamaan sebagai berikut.

A liter X B ppm
= ⋯ 𝐶𝐶
10 X C %

Keterangan :
A : Volume air yang digunakan (liter)
B : Kadar klorin yang dibutuhkan (ppm)
C : Kosentrasi klorin awal dari pembelian (12 %)
10 : Konstanta

Gambar 3.4. Pencucian I

3.2.4. Pemotongan Kepala (PK)


Udang yang telah dicuci kemudian akan masuk ke tahap selanjutnya yaitu
pemotongan kepala. Udang telah dibersihkan kemudian akan dipotong kepalanya,
karena sebagian besar kotoran udang terdapat dikepalanya sehingga harus
dipisahkan agar tidak mengkontaminasi bagian lain. Udang yang disimpan dalam
keranjang akan dibagi kedalam wadah-wadah kecil dan dibagikan kepada pekerja

11
untuk dipotong kepalanya. Setiap wadah harus diberi es agar suhu udang tetap
terjaga. Standar pemotongan kepala udang yaitu genjer (bagian bawah kepala
udang) tidak boleh ikut terpotong sehingga harus dilakukan secara teliti.
Pemotongan kepala udang dilakukan dengan cara mematahkan kepalanya ke
bawah dan ke atas kemudian kepala ditarik untuk dipisahkan dari bagian
badannya. Hasil rendemen udang yang telah dipotong kepalanya sebesar 65%.
Kepala yang telah dipisahkan akan dipisahkan dari ruang produksi.

Gambar 3.5. Pemotongan Kepala (PK)

3.2.5. Pencucian II
Udang yang telah dipotong kepalanya kemudian akan dicuci untuk yang
kedua kalinya agar kotoran yang masih menempel bisa dibersihkan dengan
menggunakan mesin otomatis (Bintaro) yang dialiri air mengalir. Air yang
digunakan yaitu air dingin dengan suhu dibawah 5°C dan klorin konsentrasi 100
ppm. Air yang digunakan pada pencucian kedua harus diganti setiap 4 jam sekali.

Gambar 3.6. Pencucian II

12
3.2.6. Grading
Udang tanpa kepala yang telah dicuci akan disortasi dengan mesin otomatis
untuk mengelompokkan udang ke dalam ukuran-ukuran yang telah ditentukan.
Setelah itu udang akan diambil acak untuk dicek ukurannya secara manual apakah
sudah sesuai ukurannya atau tidak serta dicek apakah ada blackspot pada udang.
Pada tahap grader udang dipisah – pisahkan antara yang segar sesuai dengan
ukuran – ukurannya dan yang mutunya di bawah standar B.S ( below standar)
yang ditandai oleh warna kemerah – merahan pada bagian punggung, tekstur
lunak (soft), terjadinya black spot, atau terjadinya kerusakan fisik seperti ekor
yanng patah, kulit yang pecah (Wahyudi, 2003). Kemudian udang akan masuk ke
keranjang sesuai dengan ukurannya dan diberi es agar suhu udang tetap terjaga.

Gambar 3.7. Grading

3.2.7. Pengupasan Udang


Proses pengupasan udang dilakukan secara manual oleh pekerja sesuai
dengan produk yang sudah dipesan oleh buyer. Pada produk udang Peeled and
Deveined (PD) meliputi 2 proses yaitu :
a) Pengupasan (Peeled)
Proses ini dilakukan secara manual menggunakan pisau kupas berbahan
stainless. Pengupasan dilakukan secara hati-hati agar udang tidak rusak
bagian-bagian lainnya. Pada proses ini udang harus terjaga suhunya yaitu di
bawah 10oC.

13
b) Pembuangan Usus (Deveined)
Proses pencungkilan masih dilakukan secara manual menggunakan alat
berbentuk jarum berbahan stainless. Proses ini dilakukan dengan hati-hati
agar usus benar-benar sudah tercabut. Pencabutan dilakukan dibagian 2 tubuh
udang, yaitu bagian punggung dan bagian depan ruas ekor.

Gambar 3.8. Pengupasan dan Pembuangan Usus Udang

3.2.8. Pencucian III


Udang yang telah disortasi kemudian akan dicuci kembali untuk ketiga
kalinya dengan mesin otomatis (bintaro) menggunakan air dan klorin dengan
konsentrasi 25 ppm selama 1 menit. Setelah itu udang dibilas menggunakan air
dingin dengan suhu 5°C.

Gambar 3.9. Pencucian III

3.2.9. Collect Material


Udang yang sudah masuk tahap pencucian III, kemudian akan masuk ke
tahap proses collect material untuk dicek apakah udang masih menyisakan benda

14
asing seperti daun, rambut, dan pasir dengan menggunakan Backlight Table
Checking, yaitu meja yang terbuat dari kaca bening kemudian di bawahnya
terdapat lampu untuk mempermudah pekerja mengecek udang tersebut.

3.2.10. Penimbangan dan Pembekuan Udang Block


Udang yang telah dicek akan masuk tahap selanjutnya, yaitu pembekuan
dengan teknik block. Udang akan dimasukan ke dalam pan sebagai cetakannya
dan akan menjadi produk block frozen. Setiap pan berisi 1,8 kg udang yang
disusun dengan rapi dan dimasukan ke dalam alat pembeku yang disebut contact
plate freezing (CPF)/NISSIN Machine selama 4 jam dengan suhu -35°C. Prinsip
kerja dari mesin ini ialah mengalirkan bahan pendingin ke dalam lempengan plat
melalui pipa yang berisi amoniak cair. Kemudian terjadi penyerapan panas dari
udang oleh medium pendingin sehingga suhu udang berada di bawah titik
bekunya.

Gambar 3.10. Pembekuan Udang Block

3.2.11. Penggelasan (Glazing)


Udang yang telah dibekukan kemudian akan dicelupkan (glazing) ke
dalam air yang suhunya tidak lebih dari 5oC selama beberapa detik dengan
tujuan agar udang tidak mengalami dehidrasi atau kekeringan akibat proses
produksi. Menurut Adawyah (2007), udang yang berukuran kecil diperlakukan
glazing sebanyak satu kali, sedangkan udang yang berukuran besar
diperlakukan glazing sebanyak dua kali karena luas permukaan seluruh
permukaan udang-udang besar bila digabungkan lebih kecil dibandingkan

15
udang-udang kecil, sehingga penambahan berat saat glazing untuk udang kecil
lebih besar.

3.2.12. Deteksi Logam/Metal Detector (CCP 2)


Udang yang sudah dicelupkan akan dilewatkan ke dalam metal detector
untuk mencegah kontaminasi fisik berupa logam, seperti besi (Fe), tembaga (Cu)
dan kandungan non besi. Pendeteksi logam dilakukan pada 3 bagian produk, yaitu
kanan, tengah, dan kiri dengan 3 kali pengulangan. Jika terdeteksi adanya logam
atau benda asing, alat metal detector akan berbunyi dan conveyor akan berhenti
bergerak. Proses ini masuk ke dalam CCP 2. Batas kritis pada proses deteksi
logam adalah kandungan logam maksimal Fe (metal fragmen) 1.5 mm, Sus
(stainless steel) 2.5 mm, dan Non Fe (non metal) 2.0 mm Produk yang terdeteksi
logam atau benda asing akan dicek kembali sebanyak 5 kali dan jika benar
mengandung logam atau benda asing, produk akan dipisahkan dan direproces atau
di proses kembali.

Gambar 3.11. Deteksi Logam

3.2.13. Pengemasan (CCP 3)


Hasil pengolahan dapat dikendalikan dengan pengemasan, termasuk
pengendalian cahaya, konsentrasi oksigen, kadar air, perpindahan panas,
kontaminasi dan serangan makhluk hayati (Harris dan Karnas, 1989). Produk
udang yang telah lolos metal detector akan dikemas kembali menggunakan kertas
karton (master carton). Kertas karton akan direkatkan menggunakan lakban
kemudian diikat dengan pita strapping dan dikencangkan menggunakan strapping

16
band serta pemberian label sesuai dengan jenis udang yang diproduksi. Kertas
karton berfungsi sebagai kemasan sekunder untuk melindungi produk dari
kerusakan fisik. Pelabelan termasuk ke dalam CCP 3. Batas kritis pada proses
pelabelan ini adalah ketidaksesuaian bobot produk dengan label, kesalahan data
supplier maupun jenis udang dalam kemasan.

Gamba r 3.12. Pengemasan

3.2.14. Penyimpanan
Produk udang beku yang telah dikemas kemudian akan disimpan di
penyimpanan beku (Cold Storage) sebelum diekspor. Penyimpanan produk di
dalam gudang penyimpanan menggunakan sistem First In First Out (FIFO).
Ruang penyimpanan ini memiliki suhu -18°C dan dilengkapi termometer untuk
mendeteksi suhu ruangan. Suhu ruangan juga dicek setiap 3 jam sekali untuk
mencegah fluktuasi suhu.

3.2.15. Pengangkutan Produk Untuk Ekspor


Produk yang telah disimpan di ruang penyimpanan beku siap untuk diekspor
sesuai pesanan. Pengangkutan produk udang beku dilakukan dengan
menggunakan truk container yang di dalamnya telah dilengkapi dengan mesin
pendingin. Suhu di dalam container harus dibawah -18°C untuk menjaga suhu
udang.

17
3.3. Sanitation Standard Operation Procedure (SSOP)
Sanitasi dan hygiene adalah aspek penting dalam perusahaan di bidang
pangan. Bahan pangan yang mudah rusak seperti daging, ikan, susu dan lainnya
perlu diperhatikan sanitasi dan hygienenya agar tidak membahayakan kesehatan
manusia ketika dikonsumsi. Hygiene menurut KEPMEN KP No 52A tahun 2013
menjelaskan tentang upaya dan persyaratan yang digunakan dalam mengendalikan
bahaya untuk memastikan keamanan produk ketika dikonsumsi manusia. Bagi
perusahaan yang bergerak di bidang perikanan, SSOP merupakan persyaratan
kelayakan dasar dalam melakukan pengawasan kondisi sanitasi dan lingkungan
industri yang wajib dipenuhi oleh suatu UPI. Prinsip umum dari hygiene pangan
berdasarkan SNI CAC/RCP 1:2011 adalah identifikasi prinsip penting dari
hygiene pangan yang berlaku pada setiap rantai pangan, merekomendasikan
pendekatan HACCP sebagai alat dalam peningkatan keamanan pangan,
menunjukan cara penerapan hygiene pangan, dan menyediakan pedoman spesifik
yang diperlukan dari rantai pangan. Ada 8 prinsip yang diterapkan dalam SSOP
diantaranya :
1. Keamanan air
2. Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan
3. Pencegahan kontaminasi silang
4. Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi, dan toilet
5. Proteksi dari bahan-bahan kontaminan
6. Pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar
7. Kesehatan karyawan
8. Pengawasan binatang pengganggu (hama)

Program Sanitasi yang dilakukan PT Misaja Mitra sudah dilakukan


berdasarkan SNI CAC/RCP 1:2011

3.3.1. Lokasi
Lokasi berdirinya PT Misaja Mitra terletak di jalan raya Pati-Tayu Km. 18,
Desa Waturoyo, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Daerah
ini jauh dari daerah yang tercemar yang dapat mengkontaminasi produk, sehingga
proses produksi berjalan dengan aman sesuai dengan regulasi SNI CAC/RCP

18
1:2011. Perusahaan udang beku ini memiliki saluran pembuangan limbah yang
disalurkan ke sungai terdekat dengan syarat limbah telah diolah sebelumnya
sehingga tidak membahayakan lingkungan sekitar.

3.3.2. Keamanan Air


Air yang digunakan oleh PT Misaja Mitra berasal dari sumur bor milik
pemerintahan. Air tersebut menjadi sumber utama dalam proses produksi dan
pembuatan es. Air tersebut disaring terlebih dahulu menggunakan filter sebelum
digunakan dalam proses produksi. Penyaringan ini dilakukan agar mencegah
kontaminasi fisik. Air selalu dicek setiap harinya di laboratorium untuk
memastikan bahwa air yang digunakan aman dan tidak mengandung bakteri
patogen. Pencegahan adanya bakteri patogen pada air dilakukan penambahan
klorin maksimal 2 ppm kemudian air disaring kembali sebelum digunakan. Secara
umum, pemurnian air meliputi penyaringan air, penghilangan padatan tersuspensi
dengan filter, desinfeksi air dengan menggunakan lime soda (Thaheer, 2005).
Air yang digunakan dalam proses produksi harus sesuai dengan standar air
minum yaitu tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya bagi kesehatan
(PERMENKES, 2010). Es yang digunakan dalam proses produksi berasal dari
sumur bor yang sama dan harus sesuai dengan standar air minum. Perusahaan
memproduksi es sendiri menggunakan mesin khusus yang berkapasitas 10
ton/hari. Untuk menjaga kebersihan air dan es, perusahaan selalu rutin
membersihkan tangki penampung air yang sudah di filter setiap 1 bulan sekali
agar air yang masuk tidak tercemar kotoran yang ada pada tangki.

3.3.3. Peralatan dan Perlengkapan Yang Kontak Dengan Produk


Alat-alat yang kontak langsung dengan produk harus berbahan anti karat,
mudah dibersihkan, tidak beracun, tidak menimbulkan kontaminasi, dan tidak
menyerap air. Alat-alat yang biasanya kontak langsung dengan produk diataranya
keranjang, loyang, pisau, dan mesin-mesin pembersih udang lainnya. Peralatan
yang digunakan harus diberi tanda khusus agar mencegah kontaminasi silang dari
area kerja lain. Pembersihan peralatan dilakukan oleh petugas kebersihan dengan
cara dibilas oleh air setiap sebelum dan sesudah digunakan. Peralatan yang telah

19
digunakan harus dibersihkan dengan cara direndam dengan larutan klorin
konsentrasi 100 ppm.

3.3.4. Kontaminasi Silang


1. Desain dan Tata Ruang Produksi
Tata ruang produksi harus di desain senyaman mungkin agar lebih efektif
dan efisien serta sesuai dengan alur produksinya. Bangunan dan tata letak ruang
produksi harus mendukung proses produksi secara saniter, cepat dan tepat tanpa
ada bahaya kontaminasi. Ruang produksi perusahaan ini terdiri dari ruang
penerimaan bahan baku, ruang produksi (ruang PK, ruang pengupasan, ruang
sortasi, ruang pembekuan, ruang pengemasan), ruang penyimpanan beku, ruang
penyimpanan es, gudang penyimpanan, ruang bahan kimia, ruang ganti karyawan,
toilet, mushola, laboratorium, dan kantor. Semua kegiatan pada alur produksi
menghasilkan limbah yang akan disalurkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL).
2. Pintu Masuk
Pintu masuk perusahaan ini didesain buka kedalam serta dibagian dalam
pintu terdapat tirai plastik berwarna kuning. Pintu ini pun terbuat dari bahan yang
kedap air. Hal ini telah memenuhi persyaratan yang dijelaskan pada SNI
CAC/RCP 1:2011 bahwa pintu masuk seharusnya memiliki permukaan yang
halus, tidak menyerap, dan mudah untuk dibersihkan.
3. Lantai
Perusahaan ini memiliki lantai yang berbahan keramik dan berwarna putih
serta kedap air sehingga mudah untuk dibersihkan. Tetapi ada beberapa keramik
yang sedikit retak di dalam ruang produksi. Lantai selalu dibersihkan
menggunakan air bersih sebelum dan sesudah proses produksi. Posisi lantai di
buat miring serta pembuangannya berada di titik terendah agar air hasil produksi
masuk kesana dan langsung disalurkan ke IPAL. Kemiringan lantai yang dapat
memudahkan proses pembersihan dan sanitasi yaitu ± 5° (Saulina, 2009).
Permukaan lantai berdasarkan SNI CAP/RCP 1:2011 seharusnya terbuat dari
bahan kedap tanpa efek toksik sesuai tujuan penggunaannya. Hal ini menunjukan
bahwa lantai tidak memenuhi persyaratan karena terdapat lantai yang sedikit retak

20
pada ruang produksi. Ini dapat menyebabkan masih adanya air yanh tergenang
ataupun kotoran yang menyangkut disana. Oleh karena itu kesalahan ini termasuk
ke dalam kategori kesalahan mayor (Mj).
4. Dinding
Perusahaan ini memiliki dinding berwarna putih di bagian atas dan bawah.
Dinding bagian atas memiliki permukaan halus dan mudah dibersihkan dan
dinding bagian bawah terbuat dari keramik. Hal ini menunjukan bahwa
perusahaan ini telah memenuhi persyaratan berdasarkan SNI CAC/RCP 1:2011.
5. Langit-langit
Perusahaan ini memiliki langit-langit berwarna terang, tidak ada keretakan,
dan halus sehingga memudahkan dalam proses pembersihan. Hal ini menunjukan
bahwa perusahaan telah memenuhi syarat berdasarkan SNI CAC/RCP 1:2011.
6. Penerangan
Perusahaan ini memiliki fasilitas penerangan yang memadai. Penerangan
dilengkapi dengan pelindung dengan tujuan agar pecahan lampu atau kotoran
yang terdapat pada lampu tidak mengenai produk. Penerangan berdasarkan SNI
CAC/RCP 1:2011 yaitu memiliki warna yang tidak mengganggu penglihatan
mata, intensitas cukup untuk kegiatan operasional, serta memiliki pelindung yang
dapat memastikan bahwa produk pangan tidak terkontaminasi oleh pecahannya.
Berdasarkan hal di atas perusahaan telah memenuhi persyaratan.

3.3.5. Fasilitas Pencuci Tangan, Sanitasi, dan Toilet


1. Fasilitas Pencuci Tangan dan Kaki
Perusahaan ini memiliki fasilitas pencuci tangan dan kaki yang cukup
memadai, terletak setelah ruang ganti karyawan, ruangan ini digenangi air untuk
membersihkan bagian APD sepatu, sementara untuk pencucian tangan telah
disediakan hand soap dan sikat untuk membersihkan tangan kita dari kotoran.
Berhadapan dengan fasilitas pencuci tangan ada bak berisi klorin konsentrasi 100
ppm untuk merendam tangan kita setelah mencuci menggunakan hand soap
selama 20 detik. Menurut SNI CAC/RCP 1:2011 yaitu ruangan pengolahan harus
memiliki sarana yang memadai untuk cuci tangan secara higienis (BSN, 2011).
Kemudian menurut SNI CAC/RCP 1:2011 menyatakan bahwa karyawan harus

21
selalu mencuci tangan agar tidak mempengaruhi keamanan pangan. Para
karyawan diwajibkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan produksi.
Hal ini menunjukan bahwa fasilitas pencuci tangan dan bak cuci kaki telah
memenuhi persyaratan.
2. Ruang Ganti, Loker Penyimpanan Barang, dan Toilet
Perusahaan ini memiliki toilet yang berada di luar ruang produksi, ini
bertujuan agar produk tidak terkontaminasi oleh bakteri yang dibawa pekerja yang
telah memasuki toilet. Jumlah toilet yang dimiliki perusahaan ini sebanyak 16
ruang toilet wanita dan 3 ruang toilet pria. Toilet pun dilengkapi dengan wastafel
dan fasilitas pencuci tangan yang masih berfungsi dengan baik. Pada saat masuk
toilet pun tidak diperbolehkan menggunakan sepatu ataupun sandal demi menjaga
kebersihan toilet. Ruang ganti karyawan berjumlah 2 unit, yakni untuk pria dan
wanita. Ruang ganti karyawan dilengkapi dengan loker penyimpanan barang dan
tempat untuk menyimpan APD dan baju pribadi yang digunakan secara terpisah.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 52A/KEPMEN-KP/2013
menyebutkan bahwa bangunan perusahaan harus dilengkapi dengan fasilitas yang
mendukung kebersihan karyawan dengan konstruksi dan jumlah yang memadai.
Untuk kondisi ruang ganti kurang begitu rapi karena para karyawan seringkali
menyimpan APD atau baju pribadinya tidak dengan rapi sehingga terlihat
berantakan serta loker banyak yang tidak berfungsi.

3.3.6. Proteksi dari Bahan-Bahan Kontaminan


1. Saluran Pembuangan
Perusahaan ini memiliki saluran pembuangan limbah yang cukup baik.
Limbah merupakan hasil sisa produksi yang mengandung beracun dan berbahaya
secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan dan merusak
produk yang dihasilkan, pekerja, dan mencemari lingkungan sekitar (Mahida,
1984). Limbah yang dihasilkan saat proses produksi ini berupa limbah cair dan
limbah padat. Limbah cair dialirkan lewat saluran pembuangan menuju IPAL
sedangkan limbah padat berupa kepala, isi perut, dan kulit udang dikumpulkan di
dalam drum besar untuk dijual kepada peternak ikan dan bebek yang ada di
sekitaran lingkungan pabrik untuk dijadikan pakan ternak. Limbah cair hasil

22
produksi sangat berbahaya apabila dibuang langsung ke lingkungan sekitar karena
mengandung beberapa senyawa organik yang berbahaya. Oleh karena itu perlu
adanya pengolahan lebih lanjut oleh IPAL agar senyawa berbahaya tersebut bisa
berkurang dengan bantuan mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa organik.
Limbah cair akan dialirkan ke sungai terdekat ketika sudah dipastikan tidak
mengandung senyawa berbahaya lagi bagi lingkungan.
2. Bahan Kimia dan Bahan Berbahaya
Perusahaan ini memiliki penyimpanan khusus untuk menyimpan bahan
kimia seperti klorin, bahan tambahan pangan, hand soap, dan lainnya. Bahan
kimia harus diberi label yang jelas dan tempat yang terpisah satu sama lain. Ruang
penyimpanan bahan kimia harus terpisah dengan ruang produksi untuk mencegah
kontaminasi terhadap produk. SNI CAC/RCP 1:2011 menyatakan bahwa bahan
kimia yang digunakan untuk pembersihan harus ditangani dan digunakan sesuai
prosedur dan disimpan secara hati-hati. Hal ini menunjukan bahwa ruang bahan
kimia telah memenuhi persyaratan.

3.3.7. Kebersihan dan Kesehatan Karyawan


Perusahaan ini telah menerapkan kebersihan dan kesehatan karyawan
dengan baik. APD yang digunakan karyawan saat produksi meliputi penutup
rambut, masket, apron, sarung tangan, baju dan celana kerja, serta sepatu boots.
Perlengkapan ini wajib digunakan saat memasuki ruang produksi. Kemudian
karyawan tidak diperbolehkan makan, minum, dan merokok selama di ruang
produksi. Pencucian tangan karyawan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah
proses produksi. Karyawan pun tidak diperbolehkan menggunakan aksesoris
seperti gelang, kalung, anting, dan jarum pada kerudung untuk menghindari
kontaminasi fisik. Karyawan yang sakit akan diberi izin untuk tidak masuk kerja
dan mengkuti proses produksi, karena memungkinkan untuk mengkontaminasi
produk.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 52A/KEPMEN-KP/2013
menyebutkan bahwa karyawan yang menangani langsung proses produksi harus
sehat dan tidak menyebarkan penyakit menular, dilakukan pemeriksaan kesehatan
karyawan secara periodik minimal 1 kali setahun, menggunakan pakaian yang

23
bersih, mencuci tangan sebelum proses produksi, tidak merokok, makan, minum
dan meludah di dalam ruang pengolahan, serta tidak diperkenankan memakai
aksesoris.

3.3.8. Pengendalian Hama Pengganggu


Perusahaan ini melakukan pengendalian hama pengganggu dengan cara
meletakan plastic curtain pada setiap pintu masuk yang terhubung dengan ruang
produksi. Penggunaan plastic curtain ini bertujuan untuk mencegah adanya
serangga yang masuk seperti lalat, kecoa, nyamuk, maupun serangga lainnya.
Pengawasan hewan pengerat dilakukan dengan cara melengkapi saluran air
menggunakan jeruji besi sehingga hewan pengerat tidak dapat masuk ke dalam
ruang produksi. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 52A/KEPMEN-
KP/2013 menyebutkan bahwa unit pengolahan harus mampu melindungi produk
dari hewan pengganggu dan potensi kontaminasi lainnya (KEPMEN-KP 2013).
Hal ini menunjukan bahwa pengendalian hama pengganggu telah memenuhi
persyaratan.

24
BAB IV
PENUTUP

4.1. Simpulan
PT Misaja Mitra telah menerapkan Good Manufacturing Practice (GMP)
dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dengan sangat baik pada
pembekuan udang PD (peeled and deveined) vaname sistem block sebagai Unit
Pengolahan Ikan (UPI) sesuai dengan SNI CAC/RCP 1:2011. Sistem HACCP
yang diterapkan oleh PT. Misaja Mitra telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan terutama dalam tahap proses produksi yang merupakan titik kendali
kritis (CCP) dalam hal penerimaan bahan baku, deteksi logam, serta pelabelan
produk.

4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil PKL ini adalah perlu adanya
perbaikan beberapa lantai produksi yang retak untuk menghindari penyimpangan
dari segi SSOP yang bisa menyebabkan terkontaminasinya produk udang selama
proses pekerjaan. Perapihan ruang ganti karyawan diperlukan demi kebersihan
dan kenyamanan para karyawan.

25
DAFTAR PUSTAKA

[CAC] Codex Alimentarius Commission. 2012. Code Of Practice For Fish And
Fishery Products Second Edition. Rome: CAC
[FDA] Food And Drug Administration. 2009. Standardization Official Food
Safety Inspection Officer. Principle Of Food Sanitation. New York:
Champman and Hall.
[KEPMEN-KP] Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan. 2013. Keputusan
Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 Tentang
Persyaratan Jaminan Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses
Produksi, Pengolahan, Dan Distribusi. Jakarta: KEPMEN-KP.
[KKP]Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2016. Statistik Udang 2009-2013
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta: Kementerian Kelautan
Dan Perikanan.
[KKP]Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2017. Statistik Udang 2009-2013
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta: Kementerian Kelautan
Dan Perikanan.
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan pengawetan ikan. Jakarta: Bumi Aksara
Cartwright, L. M., & Latifah, D. (2010). HAZARD ANALYSIS CRITICAL
CONTROL POINT ( HACCP ) SEBAGAI MODEL KENDALI DAN
PENJAMINAN MUTU PRODUKSI PANGAN ( Studi Pada Perkuliahan
Pastry di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ). INVOTECH, VI, 509–519.
Firdaus, M. I., Vieanti, N. F., Maulana, R. R., & Tresnasih, S. (2019).
PENERAPAN KEAMANAN DAN SANITASI PANGAN PADA UMKM
DARA TRI SAKTI (D3S) PRODUK KERIPIK SINGKONG DI
KABUPATEN SUBANG Application Of Food Security And Sanitation In
UMKM Dara Tri Sakti (D3S) Of Cassava Chips Products In Subang
District. Agroindustri, 1, 1–9.
Harris, R. S. dan E. Karmas. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan.
Penerjemah: S. Achmadi. ITB – Press, Bandung.
Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid I. Kanisius.
Yogyakarta Jakarta.
Nugroho, P. J. (2017). PENERAPAN SANITASI UNIT PENGOLAHAN IKAN
TUNA KALENG PT BANYUWANGI CANNERY INDONESIA. PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

26
SEMARANG.
Saulina, H. 2009. Pengendalian Mutu Pada Proses Pembekuan Udang
Menggunakan Statistical Process Control (SPC) Studi Kasus: Di PT Lola
Mina Jakarta Utara. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sihombing, I. 2008. ekspor udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Bumi
Aksara. Jakarta.
Tasbih, M. (2017). PROSES PENGOLAHAN UDANG BEKU (FROZEN
SHRIMP) PEELED AND DEVEINED (PD) DENGAN METODA
PEMBEKUAN INDIVIDUALLY QUICK FROZEN (IQF) PADA PT.DUA
PUTRA UTAMA MAKMUR TBK PATI JAWA TENGAH. 1–11.
Thaheer, H. Sistem Manajemen HACCP. Jakarta: Bumi Aksara. 2005. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.

Wahyudi. 2003. Penerimaan dan Persiapan Bahan Baku Udang. Departemen


Pendidikan Nasional. Jakarta.

27
LAMPIRAN

28
Lampiran 1. Prosedur GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP)

No Tahapan Acuan Potensi Potensi Cacat Tujuan Teknik Monitoring


Proses Bahaya Mutu Pelaksanann
1 Penerimaan  SNI 3457-  Suhu udang  Penurunan  Mendapatkan  Suhu udang  Pengecekan
Bahan baku 2014  Bakteri mutu udang bahan baku harus suhu udang
 KEPMEN patogen akibat suhu udang yang terjaga di oleh bagian QC
KP/52A/20  Cemaran yang tidak sesuai dengan bawah 10o  Nilai
13 antibiotik sesuai standar C organoleptic
 Pertumbuhan  Menjaga  Uji udang segar >7
mikroorganism bahan baku organoleptik  Pengecekan
e terbebas dari terhadap sampel di
 Produk bakteri udang segar laboraturium
mengandung patogen dan dengan nilai  Pengencekan
antibiotik residu >7 data supplier
antibiotik  Uji udang
laboratoriu
m terhadap
bakteri
patogen dan
residu
antibiotik
2 Penyortiran  SNI 3457-  Suhu  Penurunan  Memilah  Suhu udang  Pengecekan
2014 udang mutu udang udang harus oleh bagian
 KEPMEN  Adanya akibat suhu dengan terjaga di purchasing
KP/52A/20 kontaminas tidak sesuai ukuran yang bawah 10o

29
13 i bakteri sesuai C
patogen standar 

3 Pencucian 1  SNI 3457-  Suhu  Penurunan  Membersihka  Pencucian  Pengecekan


2014 udang mutu udang n udang dari dilakukan suhu udang dan
 KEPMEN  Adanya akibat suhu sampah, dengan air
KP/52A/20 kontaminas tidak sesuai pasir, lumpur merendam  Pengecekan
13 i bakteri dan benda udang dalam konsentrasi
patogen asing bak yang larutan klorin
 Konsentras  Meminimalis mengandung dalam bak
i klorin ir bakteri klorin pencucian
yang masih dengan
menempel konsentrasi
pada udang 200 ppm
selama 5
menit
 Suhu air
harus di
bawah 5o C
 Kemudian
udang
dibilas
dengan air
bersih 5o C
(Tanpa
Klorin)

30
4 Pemotongan  SNI 3457-  Suhu  Penurunan  Pemotongan  Pemotongan  Pengecekan
kepala 2014 udang dan mutu akibat kepala udang kepala udang suhu udang
 KEPMEN suhu suhu udang untuk dilakukan oleh bagian QC
KP/52A/20 ruangan yang tidak dijadikan secara  Pengecekan
13  Penyimpan sesuai produk manual hasil
gan fisik  Penurunan Headless, menggunaka pemotongan
pada udang mutu udang PDTO,PD n alat kepala udang
 Kontamina akibat bernama oleh bagian QC
si adanya kesalahan “sok” serta
logam pemotongan genjer udang
berat tidak boleh
terpotong
 Karyawan
dilarang
menggunaka
n aksesoris
saat masuk
ruang
produksi
5 Pencucian II  SNI 3457-  Suhu  Penurunan  Menghilangka  Pencucian  Pengecekan
2014 udang mutu udang n kotoran yang mengguna dan
 KEPMEN  Adanya akibat suhu masih kan mesin pengawasan
KP/52A/20 kontaminas tidak sesuai menempel  Pencucian suhu air dan
13 i bakteri  Mengurangi menggunaka suhu udang
patogen adanya bakteri n air dingin oleh bagian QC
 Konsentras patogen yang 5o C dengan  Pengecekan

31
i klorin mungkin konsentrasi konsentrasi
masih klorin 100 klorin pada bak
menempel ppm, pencucian
pada udang kemudian
udang
dibilas air
dingon 5o C
dengan
konsentrasi 0
ppm
6 Grading  SNI 3457-  Suhu  Penurunan  Mengelompoka  Setelah  Pengecekan
2014 udang mutu udang n udang pencucian secara berkala
 KEPMEN  Adanya akibat suhu berdasarkan udang akan dengan
KP/52A/20 kontaminas tidak sesuai ukuran dibawa secara mengambil
13 i bakteri  Ukuran udang otomatis sampel udang
patogen yang tidak dibawa ke
 Ketidakses sesuai mesin grading
uaian yang
ukuran memisahkan
udang sesuai
ukuran
7 Pengupasan  SNI 3457-  Suhu  Penurunan  Mengupas kulit  Pertama udang  Pengecekan
Udang 2014 udang mutu udang dan usus udang dikupas suhu udang
 KEPMEN  Kerusakan akibat suhu untuk dijadikan bagian kulit oleh bagian QC
KP/52A/20 secara fisik tidak sesuai produk peeled udang hingga  Pengecekan
13 akibat  Penurunan and deveined ekor hasil
menggunakan

32
kesalahan mutu udang bantuan pisau pengupasan
pengupasa akibat Kemudian udang oleh
n kerusakan fisik usus udang bagian QC
dicungkil dari 
bagian ruas
udang sebelum
ekor
menggunakan
jarum stainless
8 Pencucian III  SNI 3457-  Suhu Penurunan  Membersihkan Pencucian  Pengecekan
2014 udang mutu udang kotoran yang dilakukan suhu air dan
 KEPMEN  Adanya akibat suhu masih dengan mesin suhu udang
KP/52A/20 kontaminas yang tidak menempel yang sudah oleh bagian QC
/13 i bakteri sesuai  Mengurangi terdapat bak  Pengecekan
patogen bakteri patogen berisi air konsentrasi
 Konsentras yang mungkin dengan suhu klorin pada bak
i klorin masih 5o C dan korin pencucian
menempel pada dengan
tubuh udang konsentrasi 50
ppm
9 Collect  SNI 3457-  Benda  Penurunan suhu  Mengecek  Pengecekan  Pengecekan oleh
material 2014 asing udang akibat apakah ada benda asing bagian QC
 KEPMEN  Suhu suhu yang tidak benda asing menggunakan  Pengecekan suhu
KP/52A/20 udang dan sesuai yang terbawa backlight table oleh bagian QC
/13 suhu  Penurunan dari tambak secara manual
ruangan mutu akibat seperti logam,
benda asing pasir, rambut

33
 Mengecek
kebersihan
perut udang
10 Pembekuan  SNI 3457-  Suhu  Penurunan  Menurunkan  Pembekuan  Pengecekan
2014 udang mutu akibat suhu pusat menggunaka suhu mesin
 KEPMEN suhu udang sampai - n NISSIN sebelum
KP/52A/20 pembekuan 18o C machine digunakan
/13 udang yang tak  Memperpanjang dengan suhu  Pengaturan
sesuai masa simpan -35°C suhu mesin
 udang selama 4 jam  Pengecekan
mesin sebelum
dan sesudah
digunakan
11 Glazing  SNI 3457-  Suhu udang  Penurunan mutu  Mencegah  Menggunaka 
2014  udang akibat produk dari n air bersih  Pengecekan
 KEPMEN ketidaksesuaian kekeringan dengan suhu suhu air oleh
KP/52A/20 suhu (glazing) dan <5°C bagian QC
/13  Penurunan mutu ketengikan  Menjaga  Pengecekan
udang akibat akibat oksidasi kualitas air kualitas air
kontaminasi tetap bersih secara visual
logam berat dari dan diganti oleh bagian QC
wadah glazing jika  Pengecekan
diperlukan secara visual
 Proses metode glazing
glazing dan kualitas
dilakukan prosuk oleh

34
secara benar bagian QC
dan hati-hati
12 Deteksi  SNI 3457-  Kontaminasi  Adanya  Mengecek  Pengaturan  Pengecekan
logam 2014 logam kontaminasi produk udang detektor dan pengaturan
 KEPMEN logam beku terbebas logam alat metal
KP/52A/20 dari sebelum detector
/13 kontaminasi digunakan sebelum
logam dan sesuai digunakan oleh
dengan bagian QC
spesifikasi  Pengecekan
produk produk yang
 Melewatkan berhenti
udang yang melewati metal
telah detector secara
dikemas visual oleh
pada metal bagus QC
detector
13 Pengemasan  SNI 3457-  Kemasan  Mutu udang  Melindungi Melindungi  Pengecekan
2014 rusak menurun atau produk dari produk dari secara visual
 KEPMEN seperti rusak akibat kontaminasi kontaminasi produk yang
KP/52A/20 berluban kemasan yang dan mencegah dan dikemas oleh
/13  Kesalahan tak dapat produk keluar mencegah bagian QC
pelabelan melindungi dari master produk rusak  Pengecekan
produk selama cartoon selama selama secara visual
distribusi distribusi. distribusi kualitas master
caton dan

35
straping band
oleh bagian QC
14 Penyimpanan  SNI 3457-  Suhu  Kerusakan  Mempertahanka  Penerapan  Pengecekan
2014 udang kemasan saat n suhu pusat sistem First kondisi
 KEPMEN  Suhu ruang penyimpanan udang mencapai In First Out penyimpanan
KP/52A/20 penyimpan  Terjadinya -18 °C sebelum (FIFO) secara berkala
/13 an beku pencairan produk  Pengontrolan oleh bagian QC
udang akibat didistribusikan secara  Pengecekan
suhu ruang periodik suhu cold
yang tidak sanitasi cold storage setiap
sesuai storage jam oleh bagian
QC
 Pengecekan
sanitasi cold
storage secara
berkala oleh
bagian QC
15 Pengangkutan  SNI 3457-   Mempertahanka  Ekspor  Pengecekan
2014 n suhu pusat dilakukan berkas oleh
 KEPMEN udang dengan bagian ekspor.
KP/52A/20  Penjualan bantuan  Pengecekan
/13 udang pada kontainer sanitasi oleh
konsumen yang QC
memiliki
sistem
pembekuan

36
untuk
menjaga
suhu pusat
udang
selama
perjalanan.
16 Pengemasan  SNI 3457-  Kemasan Mutu udang  Melindungi Melindungi  Pengecekan
2014 rusak menurun atau produk dari produk dari secara visual
 KEPMEN seperti rusak akibat kontaminasi kontaminasi produk yang
KP/52A/20 berlubang kemasan yang dan mencegah dan mencegah dikemas oleh
/13  Kesalahan tak dapat produk keluar produk rusak petugas QC
pelabelan melindungi dari master selama  Pengecekan
produk selama cartoon selama distribusi secara visual
distribusi distribusi. kualitas master
caton dan
straping band
oleh petugas
QC

37
Lampiran 2. Prosedur Sanitation Standart Operation Procedure (SSOP)

Kunci Sanitasi Acuan Tujuan Prosedur Monitoring


1. Keamanan air - KEPMENKES - Menggunakan - Sumber air yang - Pengecekan
492/MENKES/PER/ air sesuai digunakan berasal air setiap hari
2010 dengan dari sumur bor untuk
- Petunjuk
2. teknis kualitas air milik perusahaan mengontrol
pengujian air dan es minum pada - Air melalui proses mikroba,
BPIKM No. 63 proses penyulingan untuk kosentrasi
Tahun 2016 produksi menyaring air agar klorin, dan
- Petunjuk teknis - Mengurangi terhindar dari uji
persyaratan air kontaminasi kontaminan fisik organoleptik
BPIKM 2013 bakteri. Air - Air harus bersih, terhadap air
terbebas dari tidak berwarna, - Pengecekan
bakteri tidak berbau, setiap tiga
patogen - Penambahan bulan oleh
misalnya E. klorin dengan pihak ke-3
coli, dan standar 0,5-2 ppm untuk
Salmonella sp. untuk mengurangi memeriksa
mikroba kandungan
mikrobiologi
-

1. Kondisi dan - KEPMEN KP/NO - Mencegah - Semua peralatan - Pengecekan


kebersihan 52A/2013 kontaminasi dicuci secara peralatan
yang kontak - SNI CAC/RCP silang pada teratur sebelum, oleh petugas
dengan bahan 1:2011 produk selama, dan QC
- Memelihara sesudah proses - Pembersihan
hygiene dan produksi tempat
sanitasi - Penggunaan klorin produksi dan
- Memelihara dan pembilasan peralatan
kondisi dengan air untuk oleh petugas
kebersihan membersihkan sanitasi
permukaan kotoran yang
peralatan yang menempel pada
kontak dengan peralatan dan
produk tempat produksi
- Semua pekerja
harus memakai
seragam yang
bersih dan sarung
tangan yang bersih
serta tidak bocor

38
selama pekerjaan
- Seragam dipakai
diruang produksi
dan tidak boleh
dibawa keluar
Gedung produksi
- Seragam harus
diganti setiap 2
hari sekali
2. Pencegahan - KEPMEN KP/NO - Mencegah - Desain dan layout - Pengecekan
kontaminasi 52A/2013 kontaminasi bagunan harus kebersihan
sialng - SNI CAC/RCP silang beruoa disesuaikan peralatan dan
1:2011 logam berat dengan alur proses ruangan
- Mencegah produksi sebelum dan
masuknya - Penggunaan sesudah
benda asing ke peralatan sesuai proses
dalam produk dengan fungsinya produksi
- Pelarangan - Pemeriksaan
penggunaan kebersihan
aksesoris tangan
- Tangan dicuci pekerja
dengan sabun dan dengan tes
disemprot oleh bakteri setiap
alkohol sebelum sebulan
memasuki ruang sekali
produksi - Pengontrolan
- Penggunaan APD SOP pekerja
lengkap sesuai sebelum
peraturan yang memasuki
berlaku ruangan
- Ruangan produksi
dilengkapi dengan
AC yang suhunya
terkontrol dibawah
20o C serta
membersihkan
filter udara setiap
bulan
3. Menjaga - KEPMEN KP/NO - Memelihara - Pekerja diwajibkan - Pengecekan
fasilitas 52A/2013 dan menjamin mencuci tangan fasilitas
pencuci - SNI CAC/RCP kebersihan sebelum dan pencuci
tangan, 1:2011 pekerja selama memasuki tangan dan
sanitasi, dan - Menjaga ruang produksi kaki oleh
toilet kontaminasi - Penggunaa bahan petugas
terhadap pembersih seperti sanitasi
produk sabun tangan, - Pengontrolan

39
disenfektan, dan SOP pekerja
alcohol
- Fasilitas bak
pencuci kaki
sebelum memasuki
ruang produksi
(klorin 200ppm)
- Toilet tidak boleh
berada di dalam
ruang produksi
4. Proteksi dari - KEPMEN KP/NO - Menjamin - Limbah padat dan - Pengecekan
bahan-bahan 52A/2013 bahan baku cair langsung produk oleh
kontaminan - SNI CAC/RCP udang terbebas dibuang keluar QC untuk
1:2011 dari ruang produksi memastikan
kontaminasi - Penggunaan produk
kimia dan kemasan yang terbebas dari
bakteri selama aman (food grade), bahan-bahan
proses mampu berbahaya
produksi melindungi produk - Pengujian
dari kontaminasi laboratorium
terhadap produk
- Plafon, dinding,
lantai dan ventilasi
selalu dibersihkan

5. Pelabelan, - KEPMEN KP/NO - Menjamin - Keterangan pada - Pengecekan


penyimpanan, 52A/2013 produk sesuai label berisi kesuaian
dan - SNI CAC/RCP dengan informasi secara produk oleh
penggunaan 1:2011 informasi yang lengkap, yaitu petugas QC
bahan toksik tertera pada jenis produk, kode - Pencatatan
label produksi, tanggal dan
- Menjaga kadaluarsa, dan pengecekan
produk udang sebagainya produk yang
agar tidak - Penyimpanan memasuki
terkontaminasi produk pada Gudang
Gudang harus barang
memperhatikan - Penggunaan
kapasitas Gudang rekaman
dan memastikan pemakaian
suhu pusat produk bahan kimia
tetap di bawah - untuk
o
18 C mencegah
- Menyimpan penggunaan
bahan-bahan kimia bahan kimia
pada wadah yang
khusus dan ruang berlebihan

40
khusus yang
terpisah dengan
ruang produksi
- Bahan kimia diberi
label sesuai
Namanya
- Pembatasan
penggunaan bahan
kimia pada produk
sesuai dengan
standar bahan
tersebut
6. Pengawasan - KEPMEN KP/NO - Mengetahui - Pengecekan - Pengecekan
kondisi 52A/2013 dan menjamin Kesehatan pekerja setiap hari
kesehatan - SNI CAC/RCP Kesehatan Ketika perekrutan Kesehatan
personil 1:2011 pekerja - Medical check up pekerja yang
- Mencegah 1 kali setiap tahun akan
kontaminasi terhadap pekerja memasuki
yang ruang
disebabkan produksi
pleh pekerja - Jaminan
Kesehatan
bagi pekerja
7. Pengendalian - KEPMEN KP/NO - Menghindari - Pemasangan - Pengecekan
hama 52A/2013 hewan perangkap terhadap
penggangu - SNI CAC/RCP penggangu serangga di setiap perangkap
1:2011 misalnya pintu masuk serangga
serangga dan - Penutupan dengan setiap hari
hewan kawat jarring - Pengecekan
pengerat terhadap semua rutin ruang
masuk ke saluran penyimpanan
dalam ruang pembuangan beku
produksi limbah
- Menjamin - Menjaga
produk bebas kebersihan gudang
dari penyimpanan
kontaminan untuk mencegah
perkembangbiakan
hewan pengerat

41
Lampiran 3. Desain Gedung produksi 1 PT Misaja Mitra

42
Lampiran 3. Dokumentasi Perusahaan
1. Sertifikat Kelayakan Dasar Pengolahan (SKP)

43
2. Sertifikat HACCP

44
3. Sertifikat Halal

45
Lampiran 4. Curiculum Vitae (CV)
CURICULUM VITAE

Nama : Restu Rizki Maulana


NIM : 10303023
Tempat, Tanggal Lahir : Subang, 21 Juni 1999
Jurusan : Agroindustri
Program Studi : Agroindustri
Alamat : Dusun 1 Babakan Oncom RT 06 RW 05 No. 28
Desa Dawuan Kaler Kecamatan Dawuan
Kabupaten Subang
Telepon : +6281294938911
Pengalaman Organisasi : Ketua Divisi PMWI Himpunan Mahasiswa
Agroindustri (2018)
Ketua Divisi Pemasaran Kewirausahaan (2018)

46
Lampiran 5. Surat Penerimaan PKL

47
Lampiran 7. Jurnal Harian PKL
Minggu ke-1

48
Minggu ke-2

49
Minggu ke-3

50
Minggu ke-4

51
Minggu ke-5

52
Minggu ke-6

53
Minggu ke-7

54
Lampiran 8. Surat Penilaian PKL

55

Anda mungkin juga menyukai